laporan praktikum lapangan 2

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu geologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak bisa lepas dari praktek lapangan, karena tanpa dilakukan praktek lapangan sulit untuk bisa dipahami lebih jauh. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan kegiatan praktik lapangan sebagai salah satu metode yang tepat untuk dapat memahami dan mendalami ilmu geologi. Dengan demikian, untuk meleksanakan praktik lapangan ini harus dipilih daerah yang cukup strategis untuk melakukan praktikum lapangan tersebut. Hal yang harus diperhatikan adalah daerah yang akan dijadikan sebagai objek untuk melakukan praktik lapangan. Yang terpenting dalam memilih objek tersebut adalah, daerah yang akan dijadikan sebagai objek praktik lapangan harus daerah yang banyak memberikan informasi yang berhubunga dengan ilmu geologi. Oleh karena itu, setelah mempertimbangkan hal tersebut di atas maka ditetapkanlah (nama daerah tempat praktikum) sebagai wilayah praktik. Daerah tersebut cukup strategis, selain jaraknya yang tidak terlalu jauh dari kota makassar, daeraah ini juga cukup banyak 1

Upload: iswargeofisika

Post on 19-Oct-2015

139 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangIlmu geologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak bisa lepas dari praktek lapangan, karena tanpa dilakukan praktek lapangan sulit untuk bisa dipahami lebih jauh. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan kegiatan praktik lapangan sebagai salah satu metode yang tepat untuk dapat memahami dan mendalami ilmu geologi.Dengandemikian, untuk meleksanakan praktik lapangan ini harus dipilih daerah yang cukup strategis untuk melakukan praktikum lapangan tersebut. Hal yang harus diperhatikan adalah daerah yang akan dijadikan sebagai objek untuk melakukan praktik lapangan. Yang terpenting dalam memilih objek tersebut adalah, daerah yang akan dijadikan sebagai objek praktik lapangan harus daerah yang banyak memberikan informasi yang berhubunga dengan ilmu geologi.Oleh karena itu, setelah mempertimbangkan hal tersebut di atas maka ditetapkanlah (nama daerah tempat praktikum) sebagai wilayah praktik. Daerah tersebut cukup strategis, selain jaraknya yang tidak terlalu jauh dari kota makassar, daeraah ini juga cukup banyak memberikan informasi yang berhubungan dengan ilmu geologi.Dari perkembang pengetahuan tentang geologi sejak dahulu, manusia ingin mengetahuai bagaimana terbentuknya batuan yang mempunyai beraneka jenis bentuk, struktur, tekstur, warna yang berbeda untuk setiap jenisnya bagaimana terbentunya gunung api, perlapisan bumi atau lapisan-lapisan bumi, gempa, tanah longsor dan lain sebagainya. Juga bagai mana menentukan jurus dan kemiringan batuan serta menentukan posisi pada peta. Bagi para mahasiswa geologi yang mengkaji tetang kandungan dan perkembangan bumi secara fisik, pengkajian secara teori mengenai identifikasi batuan, menentukan strike dan dip serta menentukan posisi pada peta tidaklah cukup hanya di lakukan di laboratorium saja. Oleh di lakukannya praktikum lapangan supaya mahasiswa geologi dapat mengamati sendiri singkapan batuan, dapat mengukur sendiri strike dan dip serta dapat menentukan posisi pada peta berdasarkan koordinat yang di berikan oleh GPS yang digunakan.

B. Tujuan Tujuan diadakannya praktikum lapangan antara lain :1. Mengukur strike dan dip singkapan batuan yang ada di lapangan2. Mempelajari morfologi sungai yang ada di lapangan3. Menyampling batuan sedimen dan batuan metamorf yang ada di lapangan4. Menganalisis air terjun yang terdapat di lapangan5. Menggambar bentang alam yang ada di kota kendari

C. ManfaatAdapun manfaat diadakannya praktikum lapangan ini yakni Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum lapangan kali ini yaitu praktikan dapat mengidentifikasi batuan serta mampu mengukur strike dan dip dari singkapan batuan yang di temui di lapangan, dan juga mahasiswa dapat menentukan posisi pada peta berdasarkan koordinat dari GPS.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAGeologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang kompleks, mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian pegunungan.Karena luasnya bidang-bidang yang dicakup, maka Geologi lazimnya dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu Geologi Fisik dan Geologi Dinamis. Geologi Fisik atau Physical Geology, adalah suatu studi yang mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik dari bumi, seperti susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk bumi, selaput udara yang mengitari bumi, khususnya bagian yang melekat dan berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir, serta proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi yang dipicu oleh energi.Disisi lain, Geologi Dinamis adalah bagian dari Ilmu Geologi yang mempelajari dan membahas tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi ini berhubungan dengan perubahan-perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi, seperti kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisma, gerak-gerak litosfir akibat adanya arus konveksi, gempabumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan dan pegunungan. Dalam perioda abad ke 20, bagian dari ilmu geologi ini dapat dikatakan sedang berada dalam puncak perkembangannya yang semakin mempesona bagi para pakar ilmu kebumian, yaitudengan dicetuskannya Konsep Tektonik Global Yang Baru (The New Global Tectonic) dengan Teori Tektonik Lempengnya. Teori ini telah menimbulkan suatu revolusi dalam pemikiranpemikirannya dan telah banyak mempengaruhi cabang-cabang lainnya dari ilmu geologi seperti petrologi, stratigrafi, geologi struktur, tektonik serta implikasinya terhadap pembentukan cebakan mineral, minyak bumi dan sebagainya. (Djauhari, 2009: 1-2)Negara Kesatuan Republik Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng bumi, yang dua di antaranya aktif bergerak. Bagian barat merupakan tepi tenggara Lempeng Benua Eurasia, juga dikenal dengan nama Paparan Sunda yang relatif diam. Bagian timur selatan dibentuk oleh Lempeng Benua Australia, yang bergerak ke utara dengan kecepatan 7- 8 cm/tahun dan bagian timur utara ditempati oleh Lempeng Samudra Pasifik, dikenal juga dengan nama Lempeng Samudra Filipina yang bergerak ke arah barat dengan kecepatan rata rata 8 10 cm/tahun.Pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya terletak pada pertemuan ketiga lempeng tersebut diatas oleh karenanya pulau ini secara geologi mempunyai kompleksitas tinggi, sehingga banyak menarik perhatian para ahli kebumian untuk menelitinya. Kompleksitas geologi pulau ini tercermin mulai dari morfologi, struktur geologi, ragam jenis batuan penyusun sampai stratigrafinya. (Surono, :1)Proses tumbukan ketiga lempeng tersebut menyebabkan Pulau Sulawesi memiliki empat buah lengan dengan proses tektonik yang berbeda-beda membentuk satu kesatuan mosaik geologi. Pulau ini seakan dirobek oleh berbagai sesar seperti; sesar Palu-Koro, sesar Poso, sesar Matano, sesar Lawanopo, sesar Walanae, sesar Gorontalo, sesar Batui, sesar Tolo, sesar Makassar dan lain-lain, dimana berbagai jenis batuan bercampur sehingga posisi stratigrafinya menjadi sangat rumit. Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya dibagi menjadi empat,s yaitu; Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen dan yang keempat adalah Fragmen Benua Banggai-Sula-Tukang Besi, kepulauan paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.Batuan kompleks ofiolit dan sedimen pelagis di Lengan Timur dan Tenggara Sulawesi dinamakan Sabuk Ofiolit Sulawesi Timur. Continental terrain Sulawesi Tenggara (The Southeast Sulawesi continental terrain = SSCT) menempati area yang luas di Lengan Tenggara Sulawesi, sedangkan sabuk ofiolit terbatas hanya pada bagian utara lengan tenggara Sulawesi. SSCT berbatasan dengan Sesar Lawanopo di sebelah timur laut dan Sesar Kolaka di sebelah barat daya. Dataran ini dipisahkan dari Dataran Buton oleh sesar mendatar, dimana pada ujung timur terdapat deretan ofiolit yang lebih tua. SSCT memiliki batuan dasar metamorf tingkat rendah dengan sedikit campuran aplitic, karbonat klastik berumur Mesozoikum dan limestone berumur Paleogen. Deretan sedimen klastik tersebut mencakup formasi Meluhu di akhir Triassic dan unit limestone yang berumur Paleogen mencakup formasi Tamborasi dan formasi Tampakura.Batuan dasar metamorf tingkat rendah membentuk komponen utama lengan Tenggara Sulawesi. Batuan metamorf tua terkait dengan proses penguburan, sedangkan batuan metamorf muda disebabkan oleh patahan dalam skala besar ketika continental terrain Sulawesi Tenggara bertabrakan dengan sabuk ofiolit, Batuan metamorf ini diterobos oleh aplite dan ditindih oleh lava kuarsa-latite terutama di sepanjang pantai barat Teluk Bone. Di daerah Kendari, batuan dasar secara tidak selaras ditindih oleh formasi Meluhu berumur Triassic, yang terdiri dari sandstone, shale dan mudstone. Formasi Meluhu disusun oleh 3 kelompok wilayah, yaitu; wilayah Toronipa merupakan kelompok yang paling tua, kemudian Watutaluboto dan Tuetue yang merupakan kelompok termuda. Wilayah Toronipa terdiri dari endapan sungai meandering dan didominasi oleh sandstone diselingi batuan sandstone konglomerat, mudstone dan shale. Wilayah Watutaluboto adalah pengendapan tidal-delta yang didominasi oleh mudstone dengan sisipan lapisan tipis sandstone dan batuan konglomerat. Wilayah Tuetue terdiri dari mudstone dan sandstone yang naik ke atas laut dangkal marjinal, napal dan limestone. Sandstone di wilayah Toronipa terdiri dari litharenite, sublitharenite dan quartzarenite berasal dari daur ulang sumber orogen. Fragmen batuan metamorf di dalam sandstone mengindikasikan bahwa area sumber formasi Meluhu didominasi oleh batuan dasar metamorfik. Batuan metamorf itu mungkin tertutup oleh sedimen tipis. (Armstrong, 2012: 4, 20, 21 dan 22)

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUMA. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum ini di laksanakan pada tanggal 2 juni 2013 pukul 07:3016:00 yang bertempat di sepanjang sungai amarilis sampai puncaknya.B. Alat dan BahanAdapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut:Tabel 3.1. Tabel alat dan bahanNoAlat dan BahanGambarKegunaan

1Palu geologiUntuk pemecah batuan

2Kompas geologiUntuk menentukan strike dan dip

3GPSUntuk menentukan koordinat posisi

4Alat tulisUntuk menulis data-data yang di dapatkan

5Kantong sampelTempat penyimpanan sampel batuan

6

Kamera digital

Untuk mengambil gambar sampel batuan

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Pengamatanadapun hasil pengamatan pada praktikum lapangan yang dilaksanankan yaitu sebagai berikut:1. Stasiun 1

Tabel 4.1. Hasil pengamatan stasiun 1Posisi305726.1584 S

12203155.0325 E

Waktu07.46 Wita

CuacaCerah

Jenis PengamatanIdentifikasi Singkapan Batuan dan Sampel Batuan, Morfologi Sungai dan Pengukuran Strike dan Dip

Gambar 1.1 Singkapan Batuan Stasiun I

Jenis BatuanBatu Sedimen

Warna LapukKuning Kecoklatan

Warna SegarAbu abu

TeksturKlastik

StrukturBerlapisGambar 1.2 Sampel Batuan Stasiun I

Ukuran ButirPasir

Bentuk ButirRouded/seragam

SortasiWell sorted

Komposisi MaterialKwarsa, Lempung, dan Plagioklas

Ket. TambahanKetika di beri air, sampel batuan akan menyerap airGambar 1.3 Morfologi Sungai Stasiun I

Nama BatuanBatu Pasir (Sandstone)

StrikeN2860E

600

1. Stasiun DuaTabel 4.2. Hasil pengamatan stasiun 2Posisi305720.8 S

12203152.94 E

Waktu08.47 Wita

CuacaCerah

Jenis PengamatanIdentifikasi Singkapan kiri kanan sungai dan Sampel Batuan, Morfologi Sungai dan Pengukuran Strike dan Dip

Gambar 1.4 Singkapan Batuan Stasiun II

Jenis BatuanBatu Sedimen

Warna LapukKuning Kecoklatan

Warna SegarAbu abu

TeksturKlastik

StrukturBerlapis

Ukuran ButirPasir

Bentuk ButirRouded/seragamGambar 1.5 Sampel Batuan Stasiun II

SortasiWell sorted

Komposisi MaterialKwarsa, Lempung, dan Plagioklas

Ket. TambahanKetika di beri air, sampel batuan akan menyerap air

Nama BatuanBatu Pasir (Sandstone)

Strike/dipN301E/26

2. Stasiun TigaTabel 4.3. Hasil pengamatan stasiun 3Posisi30578.5S

12203153.4E

Waktu09.00 Wita

CuacaCerah

Jenis PengamatanIdentifikasi bidang batas Batuan dan Sampel Batuan, Umur Batuan dan Pengukuran Strike dan Dip

Jenis BatuanBatu MetamorfGambar 1.6 Singkapan Batuan Stasiun III

Warna LapukAbu abu kecoklatan

Warna SegarAbu abu

TeksturSisa/Relic

StrukturFoliasi

Komposisi MaterialClhorite, Lempung, dan Plagioklas

Nama BatuanBatu Sabak (Slatestone)Gambar 1.7 Sampel Batuan Stasiun III

StrikeN3040E

Dip 450

3. Stasiun EmpatTabel 4.4. Hasil pengamatan stasiun 4Posisi305639.4924S

12203213.0183E

Waktu09.40 Wita

CuacaCerah

Jenis PengamatanIdentifikasi mikro patahan singkapan Batuan dan Sampel Batuan, dan Pengukuran Strike dan Dip

Gambar 1.8 Singkapan Batuan Stasiun IV

Jenis BatuanBatu Metamorf

Warna LapukAbu abu kecoklatan

Warna SegarAbu abu

TeksturSisa/Relic

StrukturFoliasi

Komposisi MaterialClhorite, Lempung, dan PlagioklasGambar 1.9 Sampel Batuan Stasiun IV

Nama BatuanBatu Sabak (Slatestone)

Strike/dipN380W/dip

4. Stasiun LimaTabel 4.5. Hasil pengamatan stasiun 5Posisi356 49.1

1223215.1

Waktu10.25 Wita

CuacaCerah

Jenis PengamatanIdentifikasi Singkapan Sesar dan Sampel Batuan, ukuran butir sedimen dan Pengukuran Strike dan Dip

Gambar 1.10 Singkapan Batuan Stasiun V

Jenis BatuanBatu Sedimen

Warna LapukKuning Kecoklatan

Warna SegarAbu abu

TeksturKlastik

StrukturBerlapis

Ukuran ButirPasirGambar 1.11 Sampel Batuan Stasiun V

Bentuk ButirRouded/seragam

SortasiWell sorted

Komposisi MaterialKwarsa, Lempung, dan Plagioklas

Ket. TambahanKetika di beri air, sampel batuan akan menyerap air

Nama BatuanBatu Pasir (Sandstone)

StrikeN3450W

Dip130

5. Stasiun Enam

dik: = 20: x = alas = 1360 cm: Tinggi pengamat = 171 cmdit: y = tinggi = .... cm?Peny: : : 0,3639 = : y = 1360 (0,3639): y = 494, 9 cmUntuk mengetahui tinggi sebenarnya dari air terjun maka tinggi y yang didapatkan harus ditambahkan dengan tinggi pengamat, maka :tinggi sebenarnya = 494, 9 cm + 171 cm= 665, 9 cm = 6,66 mJadi, tinggi sebenarnya dari air terjun yaitu 6,66 m.

6. Stasiun TujuhTabel 4.6. Hasil pengamatan stasiun 7Posisi-

-

Waktu14.03 Wita

CuacaMendung

Jenis PengamatanIdentifikasi Singkapan Batu serpih merah dan Sampel Batuannya, serta bentang lahan kota Kendari

Gambar 1.12 Bentang Lahan Stasiun VII

Gambar 1.13 Sampel Batuan Stasiun VII

Jenis BatuanBatu Sedimen

Warna LapukMerah Kecoklatan

Warna SegarMerah Daging/Merah Bata

TeksturKlastik

StrukturTidak Berlapis

Ukuran ButirPasir

Bentuk ButirRouded/seragam

SortasiWell sorted

Komposisi MaterialJasper, Lempung, dan Hematit

Nama BatuanBatu Serpih Merah

Strike-

-

B. Pembahasan Pada perjalanan pertaman kami menuju stasiun satu yang terletak pada koordinat bujur 3 57 26,1584 dan koordinat lintang 122 31 55,0325. Kami sampai di stasiun ini pada pukul 07:46 WITA dengan cuaca yang cerah. Pada stasiun satu dijumpai singkapan batuan pertama dan langsung kami lalukan pengukuran strike dan dip, skala pengukuran yang kami gunakan dalam praktikum lapangan kali ini yaitu skala azimuth, dimana lempengan skala dibagi menjadi 360 dan diukur dari North ke East (NE). Hasil pengukuran strike dip yang di dapatkan yaitu North to East 286 and 60. Tidak lupa juga setelah melakukan pengukuran strike dan dip kami menyampling sampel batuan untuk diidentifikasi lebih lanjut dilaboratorium.Pada stasiun satu terdapat pemukiman warga yang letaknya diantarai oleh dua channel sungai. Diperkirakan daratan yang terbentuk dan digunakan sebagai pemukiman warga ini terjadi karena jenis sungai yang terdapat di lapangan termasuk sungai yang berstadia tua. Sungai yang memiliki stadia tua memiliki kecepatan aliran sungai yang lamban dan apabila semakin maka semakin lamban lagi kecepatannya. Sehingga material material yang terangkut oleh sungai yang mulanya sungai ini memiliki kemampuan untuk mengangkut material material tersebut tidak dapat lagi meneruskan pengangkutan yang disebabkan karena kecepatan alirannya yang berkurang, karena ketidakmampuannya untuk melakukan pengangkutan lagi maka material material yang tidak terangkut mengalami pengendapan dan penumpukan hal semacam ini dibsebut sebagai gosong pasir. Oleh karena itu terbentuklah daratan yang diantarai oleh dua channel yang sekarang ini digunakan sebagai pemukiman warga.Pada singkapan batuan terdapat pula tanaman tanaman yang terdapat diatas singkapan ini. Sehingga kemungkinan terjadi pelapukan biologis sangat besar.Sampel batuan yang telah disampling kemudian diidentifikasi lebih lanjut dilaboratorium. Pada stasiun satu, sampel batuan yang diadapatkan kami perkirakan memiliki nama batu pasir (sandstone) memiliki warna lapuk yaitu warna kuning kecoklatan dan warna segar yaitu warna abu abu. Telah diperkirakan sebelumnya bahwa sampel batu ini termasuk dalam batuan sedimen. Hal tersebut dapat diketahui dari kandungan kandungan mineral yang terdapat pada batuan ini yang kami perkirakan berupa kuarsa, lempung dan plagioklas, dimana mineral mineral tersebut merupakan mineral yang khas yang terdapat pada batuan sedimen. Tekstur yang terdapat pada batu ini yaitu tekstur klastik yakni tekstur batuan yang merupakan hasil rombakan material material yang telah ada sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pula dari komposisi mineralnya pada batuan yang masih mmengandung kuarsa, dimana kuarsa merupakan mineral yang tidak dapat hilang walau batuan terendapkan atau termetamorfosis dalam waktu yang sangat lama. Sedangkan untuk strukturnya kami perkirakan berlapis. Selain struktur dan tekstur ada pula sifat fisik lainnya dalam batuan sedimen berupa bentuk butir. Bentuk butir yang terdapat pada sampel batuan ini berupa rounded (seragam). Selain itu ada pula sortasi dan ukuran butir. Sortasi merupakan keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin baik. Sortasi pada batuan ini berupa well sorted, dimana pemilahan butiran pada batuan ini termasuk sangat baikdan seragam. Sedangkan ukuran butir pada batuan ini diperkirakan barukuran pasir, berdasarkan skala Wentworth pasir memiliki ukuran 1/16 2 mm. Selain itu, katika batu ini diberi air akan tampak menyerap air yang diberikannya, hal ini diperkirakan karena masih ada pori pori yang terdapat pada batuan yang cukup lebar untuk menyerap air. Poripori ini didapatkan kemungkinan karena preassure pada saat terjadi sedimentasi tidak cukup untuk menutup semua pori pori pada batuan ini.

Selanjutnya kami menuju ke stasiun dua yang letaknya berada pada koordinat bujur 3 57 20,8 dan koordinat lintang 122 31 52,94. Kami sampai pada stasiun ini pada pukul 08:47 WITA dengan cuaca yang cerah. Hal pertama yang kami lakukan pada saat sampai di stasiun ini yaitu mengukur strike dip singkapan batuan yang ada di stasiun ini. pada stsiun dua terdapat dua singkapan yang dipisahkan oleh jalur aliran air sungai. Namun karena keterbatasan waktu kami hanya mengukur strike dan dip salah satu singkapan. Setelah dilakukan pengukuran strike dan dip pada salah satu singkapan kami mendapatkan data strike dip North to East 302 and 26. Tentunya setelah mengukur strike dan dip pada singkapan kami mnggambar sketsa singkapan tersebut. Untuk melengkapi data mengenai strike dip singkapan yang tidak sempat kami ukur, saya melakukan pencarian dengan menggunakan laporan laporan praktikan yang sebelumnya telah lebih dahulu melakukan praktikum di tempat ini. Alhasil dari pencarian yang saya lakukan yaitu kedua singkapan tersebut memiliki data strike dip dan perlapisan yang relatif sama. Dengan data strike dan dip yang relatif sama ini dapat diperkirakan bahwa dulunya kedua singkapan yang dipisahkan oleh aliran air sungai ini adalah satuPemisahan kedua singakapan ini terjadi dikarenakan sungai yang terdapat pada stasiun tersebut bersifat superimposed. Sungai Superposed atau sungai Superimposed adalah sungai yang terbentuk di atas permukaan bidang struktur dan dalam perkembangannya erosi vertikal sungai memotong ke bagian bawah hingga mencapai permukaan bidang struktur agar supaya sungai dapat mengalir ke bagian yang lebih rendah. Dengan kata lain sungai superposed adalah sungai yang berkembang belakangan dibandingkan pembentukan struktur batuannya. Karena sifat dari sungai superimposed ini yang terbentuk diatas permukaan bidang struktur dan kemampuannya untuk melakukan erosi secara vertikal, singkapan yang dulunya bersatu lama lama kelamaan akan terpisah seperti yang terlihat sekarang ini. Pada kedua singkapan ini juga ditumbuhi oleh tanaman tanaman yang lumayan lebat. Sehi ngga kemungkinan terjadinya pelapukan biologis oleh tanaman terutama pada bagian akarnya sangat besar.Pada stasiun ini kami sempat menyampling sampel batuan untuk diidentifikasi lebih lanjut dilaboratorium. Setelah melakukan pengidentifikasian dilaboratorium kami dapar menyimpulkan bahwa batu ini termasuk dalam batuan sedimen yang berupa batu lempung (mudstone). Untuk mengidentifikasi warna pada batuan ini ada dua warna yang kami identifikasi yaitu warna lapuk dan warna segar pada batuan. Warna lapuk yang terdapat pada batu lempung hasil penyamplingan singkapan di stasiun dua yaitu berwarna abu abu kehitaman, sedangkan warna segarnya berupa warna hitam. Tekstur dari batu sedimen yang satu ini berupa tekstur klastik dengan struktur berupa silang siur atau tidak berlapis. Batuan yang termasuk silang siur merupakan batuan yang satu seri perlapisannya saling memotong dalam tubuh batuan. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan bentuk butir yang terdapat pada batuan ini berbentuk rounded (seragam). Sedangkan untuk ukuran kami perkirakan berukuran lempung (clay) yaitu < 1/256 mm. Untuk komposisi mineral yang terdapat dalam batuan ini dapat kami perkirakan berupa mineral lempung dan biotit. Kamudian kami kembali melanjutkan perjalanan ke stasiun tiga dengan koordinat bujur 3 57 8,5 dan koordinat lintang 122 31 53,4. Kami sampai pada stasiun pada pukul 09:00 WITA dengan cuaca yang cerah.Pada stasiun tiga ini terdapat singkapan yang berbeda dari singkapan singkapan yang sebelumnya. Data strike dip yang kami dapatkan pada singkapan ini yaitu North to East 304 and 45. Singkapan pada stasiun ini memiliki batas batuan karena penyusun singkapannya berbeda. Pada bagian atas singkapan ini kami perkirakan termasuk dalam batuan sedimen yang berupa batu pasir (sandstone) sedangkan pada bagian bawah dari singkapan ini kami perkirakan termasuk batuan metamorf yang berupa slate. Diantara perlapisan batuan ini terdapat batas batuan atau ketidakselarasan (unconformity). Karena pada singkapan ini terdapat lapisan batuan metamorf yang terdapat di bawah lapisan sedimen maka jenis ketidakselarasan pada singkapan tersebut masuk kedalam jenis non-conformity. Diperkirakan dulunya singkapan ini merupakan singkapan dari batuan sedimen berupa batu lempung (mudstone). Karena singkapan pada stasiun tiga ini merupakan kelanjutan dari salah satu sisi singkapan pada stasiun dua yang dulunya bersatu dan dipisahkan oleh aliran air sungai dimana sungai ini bersifat superimposed, maka sebelum singkapan ini terpisah aliran sungai yang dulunya masih berstadia muda dan memiliki kecepatan tinggi membawa materialmaterial berupa pasir yang selanjutnya terendapkan diaerah tersebut. Dan kemudian singkapan batu lempung yang dulunya satu dan bagian atasnya masih dialiri oleh aliran sungai, terendapkan oleh pasir pasir yang dibawa oleh sungai. Sehingga pada saat singkapan telah mengalami pemisahan pasir yang dulunya telah terendapkan teritinggal diatas singkapan batu lempung dan sekarang menjadi batu metamorf yang berupa slate dan hasil endapan pasir yang dulunya diangkut oleh aliran air sungai menjadi batu sedimen berupa batu pasir. Kami juga sempat manyampling sampel batuan dari singkapan yang terdapat pada stasiun tiga. Namun sampel yang kami ambil sebagai sampel hanya lapisan bawahnya saja yaitu batu slate dikarenakan keterbatasan waktu dan alat yang kami miliki. Sampel batu slate yang telah kami ambil kemudian kami identifikasi lebih lanjut di laboratorium. Batu slate yang kami ambil sebagai sampel memiliki warna lapuk berupa warna abu abu kecoklatan dan warna segar berupa warna abuabu. Tekstur pada batuan ini kami perkirakan termasuk tekstur sisa atau relik dimana batuan ini masih memperlihatkan tekstur dari batuan asalnya. Komposisi mineral yang terdapat dalam batuan ini antara lain mineral lempung, plagioklas dan chlorite (ClO2-). Struktur yang terdapat pada batuan ini berupa foliasi, yaitu pada batuan ini terdapat penjajaran mineral mineral.Perjalanan kembali dilanjutkan menuju ke stasiun empat. Stasiun empat terletak pada koordinat bujur 3 56 39,4294 dan koordinat lintang 122 32 13,0183. Kami sampai di stasiun ini pada pukul 9:40 WITA dengan cuaca yang masih cerah.Singkapan yang terdapat pada stsiun ini memiliki data strike dan dip North to West 38 and 50. Untuk singkapan yang satu ini kami mengukurnya dengan menggunakan skala kuadran. pada stasiun ini juga kami menyampling sampel batun untuk diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium serta moenggambar sketsa singkapan. Pada singkapan ini terlihat adanya patahan singkapan batu pasir, patahan ini dapat disebabkan oleh adanya deformasi batuan yang disebabkan gaya endogen yang menekan, batuan yang terdapat pada singkapan ini kemudian mengalami tekanan yang mampu membuat batuan melewati batas elastisitasnya sehingga batuan tersebut mengalami patahan.Sampel batuan yang telah disampling dilapangan kemudian diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium. Setelah malakukan pengidentifikasian, ternyata sampel batuan yang terdapat pada singkapan yang ada di stasun empat sama dengan sampel batuan yang ada di stasiun tiga. Sehingga singkapan yang terdapat pada stasiun empat juga memiliki ketidakselarasan yang berjenis non-conformity memiliki dua lapisan batuan pada singkapannya yaitu batuan metamorf pada lapisan bawah yang barupa slate (batu sabak) dan lapisan batuan sedimen yang berupa batu pasir (sandstone) pada bagian atasnya.Kami sampai pada stasiun lima pada pukul 10:25 WITA. Stasiun ini terletak pada titik koordinat bujur 3 56 49,1 dan koordinat lintang 122 32 15,1 dengan cuacanya yang cerah. Pada stasiun ini terdapat singkapan. Singkapan yang terdapat pada stasiun ini berbeda dengan singkapan-singkapan pada stasiun sebelumnya. Singkapan pada stasiun lima dapat kita lihat dengan jelas adanya kekar pada singkapan ini. Kekar yang terdapat pada pada singkapan ini kami perkirakan akibat adanya proses tektonik atau gaya-gaya akibat pergerakan permukaan bumi.Pada singkapan ini juga terdapat banyak tanaman yang tumbuh pada bagian atas singkapan. Sehingga pelapukan biologis yang disebabkan oleh tanaman kemungkinan besar terjadi pada tempat ini. Karena banyak tanaman yang terdapat pada singkapan ini, sehingga dapat juga kita perkirakan bahwa kekar yang ada pada singkapan ini dapat disebabkan oleh akar akar tanaman.Kamipun sampai di stasiun enam pada pukul 12:18 WITA dengan cuaca yang mendung dan rintik rintik. Lain halnya dengan stasiun stasiun lainnya dimana kami berkonsentrsi pada singkapan. Pada stasiun ini kami melakukan pengukuran dan perhitungan slope (kemiringan), ketinggian air serta janis air.Hasil yang kami dapatkan dari pengukuran slope menyatakan bahwa kemiringan dari air terjun tersebut sekitar 20. Setelah melakukan perhitungan lebih lanjut kita juga akan mendapatkan perkiraan ketinggian air terjun yang terdapat di stasiun enam, hasil perhitungan yang kami lakukan menyatakan bahwa ketinggiannya mencapai 6,66 meter. Karena ktinggiannya yang melbihi 4 meter, maka telah benar bahwa air ini termasuk dalam air terjun.Pada singkapan batuan yang berada pada air terjun juga banyak ditumbuhi oleh tanamantanaman diatasnya. Sehingga kemungkinan terjadi pelapukan bilogis yang disebabkan oleh akar tanaman juga sangat besar.Stasiun tujuh merupakan stasiun terakhir dan letaknya berada di puncak gunung Amarilis. Kami sampai di pucak pada pukul 14:03 WITA dengan cuaca mendung. Pada stasiun ini kami ditugaskan untuk menggambar bentang alam kota kendari yang terlihat dari puncak Amarilis. Dapat kami lihat dari puncak Amarilis terdapat beberapa deretan perbukitan serta adanya teluk yang disekitarnya terdapat banyak ditumbuhi tanaman yang lebat. Pada stasiun ini juga terdapat batuan sedimen yang merupakan batu jasper. Batu inipun di ambil beberapa sebagai sampel batuan dan diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium. Setelah melakukan pegngidentifikasian di laboratorium, dapat kami simpulkan beberapa sifat fisik yang terdapat pada batuan sedimen yang satu ini. Batu ini memiliki warna lapuk berupa merah kecoklatan dan warna segarnya berupa warna merah daging. Tekstur yang terdapat pada batu pada batu ini berupa tekstur klastik dan strukturnya tidak berlapis. Komposisi mineral yang terkandung pada batu ini dapat kami perkirakan berupa jasper, lempung dan hematit. Selain itu batu ini juga memiliki sortasi well sorted dengan ukuran butir pasir.

BAB VPENUTUPA. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:1. Singkapan pada stasiun satu memiliki data strike dan dip North to East 286 and 60, pada stasiun dua data stikedan dip yang kami dapatkan North to East 301 and 60, pada stasiun tiga memiliki data strike dan dip North to East 304 and 45, singkapan keempat kami mengukur strike dan dip pada singkapan ini dan memberikan strike dan dip North to West 38 and 50. Singkapan terakhir yang kami temui berada pada stasiun lima yang memiliki data strike dan dip North to East 345 and 13.2. Pada stasiun satu terdapat daratan yang yang berada ditengah dua channel sungai. Hal ini dikarenakan stadia sungai yang sudah tua sehingga kecepatannyapun berkurang dan mengendapkan material-material yang dibawanya kedaerah tersebut. Sehingga terbentuklah daratan yang berada di tengan yang disebut gosong pasir. Setelah sampai pada stasiun dua dapat kami simpulkan bahwa sungai ini bersifat superimposed. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dua singkapan yang terpisah oleh sungai dan memiliki data strike dip yang terlatif sama. Sehingga dapat kami perkirakan bahwa kedua singkapan ini pernah bersatu.3. Untuk mengidentifikasi singkapan lebih lanjut maka kami menyampling sampel batuan pada singkapan. Agar dapat menghemat waktu dalam melakukan praktikum di lapangan. Dan mendapatkan data yang lebih spesifik.

4. Pada stasiun ini terdapat air terjun. Setelah melakukan pengukuran dan perhitungan, air terjun yang kami temui memiliki slope sebesar 20dan ketingian 6,66 meter5. Pada stasiun tujuh kami ditugaskan untuk menggambar sketsa bentang alam, dimana pada stasiun tujuh ini letaknya tepat berada pada puncak gunung Amarilis. Dapat terlihat bentang alam kota kendari berupa lautan yang dikelilingi oleh tanaman-tanaman yang lebat serta terlihat pula deretan perbukitan.B. SaranAgar peralatan peralatan geologi seperti kompas geologi dan palu geologi dapat diadakan secukupnya, karena pada praktikum kali ini praktikan kesulitan dalam melakukan pengukuran strike dip dan pengambilan sampel kurang maksimal dilakukan. Pada pengambilan sampel, kami tidak dapat malkukannya dengan baik karena peraltannya kurang memadai serta masih sangat kurang sehingga masih ada sampel yang terlewatkan untuk diambil karena keterbatasan waktu.

1