laporan praktikum kimia organik aspirin
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
REAKSI ACETYLASI
‘’PEMBUATAN ASPIRIN’’
Disusun oleh:
Kelompok I
(Kelas B)
Angelina Debbie F.S (1007135353)
Indah Fitriani (1007135483)
Khoirul Amru Nasution (1007113584)
Ridho Fahrozi (1007133591)
Tanggal Pelaksanaan: 10 Oktober 2011
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau
Pekanbaru
2011
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Laporan ini telah diperiksa dan dinilai oleh dosen pembimbing
Mata kuliah praktikum kimia organik
Disusun Oleh:
1. Angellina Debbie F.S
2. Indah Fitriani
3. Khoirul Amru Nasution
4. Ridho Fahrozi
Pekanbaru, 10 Oktober 2011
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Drs. Irdoni, HS. MS
Nip.195704151986091001
I. Tujuan Percobaan
Membuat aspirin dalam skala laboratorium.
Mengamati dan mempelajari proses proses reaksi yang terjadi.
Menghitung persentase aspirin yang dihasilkan.
II. Dasar Teori
III. Pengertian Aspirin
Reaksi acetylasi merupakan suatu reaksi memasukkan gugus acetil ke dalam suatu substrat yang
sesuai. Gugus acetyl adalah R-C-OO (dimana R = alkil atau aril). Aspirin disebut juga asam asetil salisilat
atau acetylsalicylic acid, dapat dibuat dengan mereaksikan senyawa phenol (dalam bentuk asam salisilat)
dengan acetat anhidrat menggunakan asam sulfat sebagai katalisator.
Persamaan reaksinya:
Pada pembuatan aspirin, asam salisilat ( o-hydroxy benzoic acid ) berfungsi sebagai alkohol dan
reaksinya berlangsung pada gugus hidroksi. Aspirin (asam asetilsalisilat) bersifat analgesik yang efektif
sebagai penawar nyeri. Selain itu, aspirin juga merupakan zat anti-inflamasi untuk mengurangi sakit pada
cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik yang
berfungsi sebagai obat penurun demam. Biasanya aspirin dijual sebagai garam natriumnya, yaitu natrium
asetil salisilat. (Irdoni.HS dan Nirwana.HZ. 2009 )
Gambar 1. Struktur kimia aspirin ( Baysinger,2004 )
IV. Sejarah Perkembangan Aspirin
Sejarah penemuan aspirin sudah diawali sejak ribuan tahun lalu sejak zaman Yunani kuno di
mana pada saat itu orang Yunani kuno dan Hippocrates menggunakan kulit pohon Willow sebagai
obat penghilang rasa sakit, demam, dan peradangan kemudian khasiat obat ini tersebar luas.
Reverend Edward Stone dari Chipping Norton, Inggris, merupakan orang pertama yang
mempublikasikan penggunaan medis dari aspirin. Pada tahun 1763, ia telah berhasil melakukan
pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit dengan menggunakan senyawa tersebut. Pada tahun
1826, peneliti berkebangsaan Italia, Brugnatelli dan Fentana melakukan uji coba terhadap
penggunaan suatu senyawa dari daun willow sebagai agen medis. Dua tahun berselang, pada tahun
1828, seorang ahli farmasi Jerman, Buchner, berhasil mengisolasi senyawa tersebut dan diberi nama
salicin yang berasal dari bahasa latin willow, yaitu salix. Senyawa ini memiliki aktivitas antipretik
yang mampu menyembuhkan demam. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh ahli farmasi Jerman
bernama Merck pada 1833. Sebagai hasil penelitiannya, ia berhasil mendapatkan kristal senyawa
salicin dalam kondisi yang sangat murni. Senyawa asam salisilat sendiri baru ditemukan pada tahun
1839 oleh Raffaele Piria dengan rumus empiris C7H6O3.
Bayer adalah perusahaan pertama yang berhasil menciptakan senyawa aspirin. Pada tahun 1845,
Arthur Eichengrum dari perusahaan Bayer mengemukakan idenya untuk menambahkan gugus acetyl
dari senyawa asam salisilat untuk mengurangi efek negatif sekaligus meningkatkan efisiensi dan
toleransinya. Pada tahun 1897, Felix Hoffman berhasil melanjutkan gagasan tersebut dan
menciptakan senyawa asam asetilsalisilat yang kemudian umum dikenal dengan istilah aspirin.
V. Proses Pembuatan Aspirin
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat dengan
menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang
mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi
yang berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat.
- Asam Salisilat (C7H6O3), BM 138,12 gr/mol
Hablur putih, berbentuk jarum halus, rasa agak manis, tajam,dan stabil di udara. Sukar larut dalam air dan
benzene, mudah larut dalam etanol, larut dalam air mendidih. (Farmakope Indonesia edisi IV, hal.51)
- Asam Asetat (CH3COOH), BM 60,05 gr/mol
Cairan jernih, tak berwarna, bau khas, menusuk, rasa asam yang tajam, dapat bercampur dengan air dan
gliserol. (Farmakope Indonesia edisi IV, hal.46)
- Asam Sulfat (H2SO4), BM 98,07 gr/mol
Cairan jenuh seperti minyak, tak berwarna, bau sangat tajam dan korosif, bercampur dengan air dan
etanol dengan menimbulkan panas.( Farmakope Indonesia edisi IV, hal.52-53)
- Etanol
Disebut juga etil alkohol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus
empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat
menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).
Persamaan reaksi pembuatan aspirin adalah sebagai berikut:
Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida
asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH,
sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah
asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan
gugus R-nya berasal dari asam salisilat (pada gambar di atas gugus R ada di dalam kotak). Hasil
samping reaksi ini adalah asam asetat. Titik leleh aspirin di atas 70oC. Aspirin tidak larut dalam air.
Hal ini disebabkan karena asam salisilat sebagai bahan baku Aspirin merupakan senyawa turunan
Asam Benzoat yang merupakan asam lemah yang memiliki sifat sukar larut dalam air. Oleh karena
itu, dalam pembuatan Aspirin dilakukan penambahan air. Hal ini bertujuan agar terjadi endapan
Aspirin.
Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai zat
penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan
anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk
anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat
membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat
dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.
Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini
baru terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut
dilarutkan dalam air dan di saring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya.Tetapi tentu saja
dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar - benar murni.
Aspirin akan larut, sedangkan hasil sampingnya tidak larut sehingga ketika disaring
didapatkan filtrat aspirin murni berbentuk larutan murni berbentuk larutan jernih. Setelah itu
filtrat diaduk dan terbentuk endapan putih. Lalu didinginkan dengan air es membentuk kristal.
Kristal akan lebih murni setelah dicuci dengan air es. Selanjutnya kristal dikeringkan dengan
cara ditaruh di gelas arloji dan didapatkanlah kristal kering.
Langkah terakhir pada percobaan ini adalah rekristalisasi. Kristal yang kering tadi
dilarutkan dalam alkohol panas, lalu dipanaskan. Alkohol digunakan sebagai pelarut karena
alkohol merupakan pelarut yang baik untuk zat organik. Setelah itu larutan tadi disaring panas-
panas dan filtratnya diambil untuk dikeringkan. Kristal yang terbentuk kali ini merupakan aspirin
yang benar-benar murni.
Kita bisa menggunakan besi (III) klorida untuk menguji kemurnian aspirin. Besi (III)
klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Saat ditambahkan FeCl3 aspirin
berubah warna menjadi ungu, berarti aspirin yang didapat belum murni karena masih
mengandung asam salisilat dan harus kita rekristalisasi lagi. Dan jika saat ditambahkan FeCl3
warnanya tidak berubah (tetap bening) berarti aspirin yang telah kita dapat telah murni.
VI. Manfaat Aspirin.
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu, aspirin juga
merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak dan luka
yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap
tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan
aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya. Penggunaan aspirin
secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada lambung dan pada dosis yang cukup besar
dapat mengakibatkan reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis
rata-rata adalah 0,3 - 1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan kematian. (Clark,
Jim. 2007)
VII. Alat-alat yang digunakan
a. Labu didih dasar bulat
b. Erlenmeyer 50 ml
c. Penangas air
d. Kertas saring whatman 42
e. Timbangan Analitik
f. Corong Buchner
g. Pompa vakum
h. Tabung Reaksi
i. Gelas ukur 10 ml
j. Gelas ukur 100 ml
k. Pipet tetes
l. Aluminium foil
m. Termometer
VIII. Bahan-bahan yang digunakan
a. Asam salisilat
b. Asetat anhidrat
c. Asam sulfat pekat
d. Etanol
e. Ferri Klorida
f. Aquadest
g. Es batu
h. Alkohol hangat
i. Air hangat
IX. Prosedur Percobaan
Pembuatan Aspirin
a. Masukkan asam salisilat sebanyak 2,5 gram ke dalam labu didih dasar bulat (reaktor)
dan tambahkan 7 ml asam asetat anhidrat sedikit demi sedikit serta 2,5 tetes asam sulfat
pekat. Goyang-goyangkan labu agar zat tercampur baik (lakukan dalam lemari asam).
b. Panaskan di atas penangas air pada temperatur 500 - 600 C sambil diaduk selama 15
menit.
c. Biarkan campuran menjadi dingin pada suhu kamar, aduk sekali- sekali.
d. Tambahkan 37,5 ml aquades, aduk dengan sempurna, selanjutnya saring endapan
dengan pompa vakum
.
Rekristalisasi Aspirin (Pemurnian Aspirin)
a. Larutkan aspirin dalam 7,5 ml alkohol hangat.
b. Tuangkan ke dalam larutan aspirin-alkohol 40 ml air hangat.
c. Panaskan sampai larut (dalam penangas air) bila terjadi endapan, saring larutan dalam
keadaan panas dengan cepat.
d. Amati larutan tersebut sampai kristal yang terbentuk cukup banyak.
e. Saring larutan dan endapan menggunakan kertas saring whatman 42 dengan corong
buchner, sebelumnya timbang dulu kertas saring yang digunakan.
f. Keringkan pada suhu kamar.
g. Timbang berat aspirin yang terbentuk bila kering.
h. Hitung rendemennya.
Uji Kemurnian Aspirin
a. Ambil sedikit kristal aspirin hasil kristalisasi, masukkan dalam tabung reaksi.
b. Larutkan kristal menggunakan etanol kira- kira 1 ml.
c. Tambahkan 3-4 tetes larutan ferri klorida dan amati, bila larutan berubah menjadi ungu
berarti aspirin yang dibuat belum murni. Jika larutan tetap bening berarti aspirin yang
terbentuk telah murni.
d. Jika belum murni, ulangi rekristalisasi terhadap aspirin beberapa kali dengan cara
diatas.
X. Rangkaian alat alat
Rangkaian alat pembuatan aspirin
(Hs,Irdoni dan Nirwana,hz. 2009)
XI. Data pengamatan
Data yang didapat :
a. Pembuatan Aspirin :
Berat kaca arloji : 14,784 gram
Berat asam salisilat : 2,5 gram
Kaca arloji + asam salisilat : 17,284 gram
Asam asetat anhidrat : 7 ml
Asam sulfat pekat : 2,5 tetes
Aquadest : 37,5 ml
Dipanaskan, start jam 10.05 s.d 10.20
Didinginkan start jam 11.00 s.d 13.00
1. 2,5 gram asam salisilat + 7 ml asam asetat anhidrat dimasukkan kedalam labu didih
dasar bulat (keruh), kemudian sedikit demi sedikit ditambahkan 2,5 tetes asam sulfat
pekat. Labu yang berisi larutan tersebut digoyangkan agar tercampur dengan baik
(larutan bening).
OH
COOH
+ O
CH3C
O
C
O
H3CO
COOH
C
O
CH3
+ CH3COOH
2. Larutan tersebut + 37,5 ml aquades dipanaskan diatas penangas air pada temperatur
500C – 600C selama 15 menit sambil diaduk.
3. Larutan didinginkan pada suhu kamar, diamati selama 2 jam.
b. Rekristalisasi Aspirin :
1. Larutan Aspirin tersebut + 7,5 ml alkohol hangat + 40 ml air hangat kemudian
dipanaskan supaya aspirinnya larut, lalu didiamkan atau didinginkan hingga endapan
yang terbentuk cukup banyak, kemudian saring.
2. Kristal atau endapan yang disaring tadi dikeringkan pada suhu kamar.
Didapat :
Massa kertas saring + aspirin = 2,073 gram
Massa kertas saring = 1,071 gram.
Massa aspirin = Berat total - berat kertas saring
= 2,073 gram - 1,071 gram
= 1,002 gram.
c. Uji kemurnian aspirin :
1. Kristal aspirin dilarutkan dengan etanol 1 ml + 4 tetes larutan ferri klorida ( larutan
berwarna oranye)
XII. Reaksi-reaksi yang terjadi
Asam Salisilat Anhidrida Asetat Asetil Salisilat Asam Asetat
Reaksi esterifikasi( Clark, Jim. 2007)
Dimana asam salisilat di tambahkan asetat anhidrat dan katalis H2SO4 dipanaskan
menghasilkan larutan putih dan endapan putih yang disaring dengan pompa vakum membentuk
kristal aspirin
.
Proses pembuatan aspirin
( Baysinger, Grace.Et all. 2004 )
XIII. Hasil/perhitungan
Massa kertas saring + aspirin = 2,073 gram
Massa kertas saring = 1,071 gram.
Massa aspirin = Berat total - berat kertas saring
= 2,073 gram - 1,071 gram
= 1,002 gram.
Rendemen = aspirin dari hasil rekristalisasi / asam salisilat x 100 %
= 1,002 gram / 2,5 gram x 100 %
= 40 %
XIV. Pembahasan
Asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan
anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil
salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-
nya berasal dari asam salisilat (pada gambar di atas gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping
reaksi ini adalah asam asetat.
Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai zat
penghidrasi. Telah disebutkan bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam
asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat.
Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu
saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah
asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.
Yang harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi.
Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini baru
terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan
dalam air dan di saring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya.Tetapi tentu saja dengan
penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar - benar murni.
Pembuatan aspirin dimulai dengan menimbang asam salisilat sebanyak 2,5 gram,
dimasukkan dalam Labu didih dasar bulat, ditambahkan dengan 7 ml asam asetat anhidrat,
campuran keruh, Campuran larutan tadi ditambahkan lagi dengan 2,5 tetes H2SO4 pekat diaduk
sampai campuran larutan larut. H2SO4 bersifat sebagai katalis dan larutan menjadi bening.
Selanjutnya Campuran larutan dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit pada suhu 50-
60oC. Setelah itu didinginkan selama 2 jam.
Rekristalisasi (pembentukan kristal kembali) bertujuan untuk mendapat kristal aspirin
yang lebih murni. Campuran larutan diangkat dari penangas air, didinginkan pada suhu kamar.
Tambahkan 37,5 ml aquadest, aduk sempurna. Endapan disaring dengan pompa pengisap,
hasilnya endapan putih.
Endapan yang terbentuk dilarutkan dalam 7,5 ml alkohol hangat lalu ditambahkan 40 ml
air hangat. Larutan dipanaskan di dalam penangas air, terjadi endapan sehingga perlu disaring.
Larutan jernih setelah disaring tersebut didinginkan pada temperatur kamar dan diamati hingga
terbentuk banyak kristal. Kristal yang telah bercampur dengan aquadest dan alkohol disaring
dengan corong Buchner. Maka akan terpisah antara kristal asam asetil salisilat dengan filtratnya.
Filtrat yang dihasilkan digunakan untuk mencuci kristal. Setelah itu kristal yang dihasilkan
dikeringkan selama kurang lebih 24 jam. Setelah kering, timbang berat kristal yang dihasilkan
untuk dicari rendemennya.Hasil percobaan ini diperoleh aspirin sebanyak 1,002 gram, sehingga
didapat rendemennya 40%.
XV. Kesimpulan
Aspirin dapat dibuat dari asam salisilat dan asam asetat anhidrat dengan bantuan
katalisator asam sulfat pekat. Proses dilakukan dengan memperhatikan suhu pemanasan yang
sesuai yaitu antara suhu 50-60 oC. Reaksi yang terjadi pada pembuatan Aspirin adalah Reaksi
Acetylasi. Hasil rekristalisasi aspirin adalah berupa kristal. Selanjutnya bisa dapat diuji
kemurniannya. Jika larutan berwarna ungu, maka aspirin belum murni. Tetapi jika larutan
berwarna bening atau oranye maka aspirin sudah murni.
XVI. Daftar pustaka
Irdoni,HS dan Nirwana,HZ. 2009.Modul Kimia Organik.Pekanbaru : Fakultas Teknik
Universitas Riau.
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed. (hal : 132)
Fessenden & Fessenden. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
(http://www.aspirin-foundation.com/what/chemistry.html) diakses pada 7 oktober 2011 jam
13.00
(http://bengu-pc2.njit.edu/trp-chem/aspirins/nap1.html) diakses pada 7 oktober 2011 jam 13.34
Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden. 1990. Organic Chemistry, 4th ed. Brooks/Cole
Publishing Co. : Amerika
Sejarah Aspirin dan Khasiatnya. http://www.adipedia.com diakses pada 7 oktober 2011 jam
13.07
Austin, George T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries, 5th ed. McGraw-Hill Book
Co.:Singapura