petunjuk praktikum kimia organik ii.pdf
TRANSCRIPT
PETUNJUK PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK II
OLEH :
Drs. Zulhipri, M.Si
Dra. Ine Mustikasari, M.Si
Dra. Yusnetti Boer, M.Si
LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
i
TATA TERTIB PRAKTIKUM
LABORATORIUM KIMIA
FMIPA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
A. Bila hendak praktikum, praktikkan diwajibkan :
1. Datang tepat waktu. Keterlambatan 15 menit tanpa alas an yang sah dianggap
tidak hadir dan tidak diizinkan mengikuti praktikum.
2. Menyiapkan laporan awal, bagan prosedur percobaan dan laporan praktikum.
3. Menyimpan tas pada tempat yang telah disediakan (dibawah meja kerja).
4. Mengisi form kehadiran tiap kali mengikuti praktikum.
5. Membawa alat-alat yang diperlukan selama praktikum berlangsung (handuk
kecil, untuk lap, gunting, lem, korek api, sabun cuci tangan).
6. Meminjam dan memeriksa ulang alat kaca yang diperlukan selama praktikum
kepada laboran, jika terdapat ketidaklengkapan dan kerusakan, maka praktikan
diberikan waktu minimal satu jam untuk menukarnya.
B. Selama praktikum berlangsung, praktikan diwajibkan :
1. Berpakaian sopan dan memakai jas laboratorium.
2. Tidak makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium.
3. Tidak bercanda dan bertindak yang dapat menimbulkan kecelakaan terhadap
orang lain.
4. Tidak mereaksikan sembarang bahan kimia tanpa ada petunjuk praktikum yang
jelas dan tanpa seizin dosen dan asisten dosen.
5. Tidak membuang sampah atau bahan sisa percobaan ke dalam wastafel.
6. Menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan laboratorium secara bersama.
C. Setelah praktikum selesai, praktikan diwajibkan :
1. Mencuci dan membersihkan semua alat kaca yang digunakan selama praktikum
dengan sabun cair/tepol yang telah disediakan.
2. Memeriksa kembali kelengkapan dan keutuhan alat yang dipinjam kemudian
mengembalikannya kepada laboran.
ii
3. Memberihkan meja praktikum masing-masing tanpa mengandalkan mahasiswa
yang piket.
4. Lapor diri apabila selama praktikum memecahkan alat kaca.
5. Menyerahkan data/laporan sementara kepada asisten dosen untuk di paraf
oleh dosen pembimbing.
6. Meninggalkan laboratorium dengan seizin dosen pembimbing atau asisten
dosen.
Jakarta, Januari 2013 Kepala Laboratorium Kimia Drs. Zulhipri, M.Si. NIP. 19580703 198903 1 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
hidayah-Nya sehingga telah dapat terselesaikannya penyusunan revisi buku petunjuk
praktikum Kimia Organik II ini.
Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran Kimia Organik
melalui praktik di laboratorium untuk mahasiswa S1 kimia dan pendidikan kimia di
FMIPA Universitas Negeri Jakarta.
Dalam penulisan buku petunjuk praktikum ini, tim penyusun juga dibantu oleh
kolega-kolega dosen di jurusan kimia dan para Pranata laboratorium kimia FMIPA
Universitas Negeri Jakarta. Untuk semuanya itu diucapkan terima kasih atas
bantuannya.
Akhirnya penulis menyadari adanya kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Maka kritikan dan saran dari semua pihak sangatlah diharapkan.
Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Tata Tertib Praktikum
Kata Pengantar
i
iii
Daftar Isi iv
Percobaan 1
Uji Pendahuluan Karbohidrat dan Protein 1
Percobaan 2
Isolasi dan Hidrolisis Karbohidrat 8
Percobaan 3
Isolasi dan Hidrolisis Protein 12
Percobaan 4
Isolasi dan Hidrolisis Lemak 16
Percobaan 5
Pengujian Golongan Senyawa Bahan Alam 21
Percobaan 6
Isolasi Senyawa Bahan Alam dengan Cara Maserasi/Sokletasi 25
Percobaan 7
Pemisahan Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 28
Percobaan 8
Isolasi Kafein Dari Kopi/Teh 31
Daftar Pustaka 35
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 1
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
1
UJI PENDAHULUAN KARBOHIDRAT DAN PROTEIN
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan macam‐macam karbohidrat
(mono‐, di‐, oligo‐, dan polisakarida) dengan cara mengamati reaksi‐
reaksi spesifik untuk masing‐masing golongan.
2. Mahasiswa dapat menidentifikasi protein dan asam‐asam amino
pembangun protein.
II. Teori Singkat
Karbohidrat dan protein merupakan senyawa metabolit primer selain
lemak yang banyak terdapat dalam jaringan tumbuhan dan hewan termasuk
manusia. Struktur kimia karbohidrat mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen
dengan rumus molekul Cn(H2O)n.
Berdasarkan strukturnya, karbohidrat dapat digolongkan dalam beberapa
kelompok yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
Karbohidrat dapat diisolasi dari bahan alam, dan hasil isolasi ini dapat
diidentifikasi dengan reaksi‐reaksi khusus untuk membuktikan adanya
karbohidrat hasil isolasi tersebut. Selain untuk membuktikan adanya karbohidrat
reaksi‐reaksi spesifik ini dapat juga membedakan karbohidrat berdasarkan
golongannya.
Demikian juga protein yang merupakan senyawa bermolekul besar yang
dibangun oleh satuan‐satuan asam amino dengan struktur kimia mengandung
gugus asam karboksilat dan gugus amina. Setiap asam amino berbeda
mempunyai struktur kimia yang berbeda pula. Jika asam amino direaksikan
dengan pereaksi tertentu (pengenal protein dan asam amino) dapat memberikan
reaksi yang spesifik. Sehingga demikian hasil reaksi dengan pereaksi pengenal
ini dapat digunakan untuk identifikasi dan mengetahui adanya protein atau
asam amino dari bahan yang dianalisis.
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 1
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
2
III. Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi (bersih dan kering)
2. Pipet tetes
3. Gelas kimia
4. Penangas air
Bahan
1. Karbohidrat (glukosa, fruktosa, maltose, sukrosa, amilum)
2. Pereaksi Molish
3. Peraksi Bial
4. Pereaksi Benedict
5. Pereaksi Barfoed
6. Pereaksi Tollens
7. Pereaksi Fehling A
8. Pereaksi Fehling B
9. Pereaksi Seliwanof
10. CuSO4 5%
11. H2SO4 pekat
12. Amil alkohol
13. Fenilhidrazin HCl
14. Natrium asetat
15. Akuades
16. Larutan protein (putih telur, glisin, fenil alanin, triptofan, dan tirosin)
17. Pereaksi Hopkin Cole
18. Pereaksi Millon
19. Larutan NaOH 10%
20. Larutan CuSO4 2%
21. Ninhidrin 0,2%
22. HNO3 pekat
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 1
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
3
IV. Prosedur Kerja
A. Uji Karbohidrat
a. Pengenalan Pati dengan Tes Molisch
1. Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan
tempatkan 2 mL akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.
2. Tambahkan 2 tetes pereaksi Molisch ke dalam masing‐masing
tabung reaksi kemudian kocok hingga tercampur dengan baik.
3. Miringkan tabung reaksi, dan dengan hati‐hati tambahkan 1‐2 mL
H2SO4 pekat ke dasar tabung reaksi dengan menggunakan pipet
tetes. Amati dan catat perubahan warna di batas kedua lapisan
cairan untuk masing‐masing tabung. Timbulnya warna ungu
menandakan tes positif terhadap pati.
b. Tes Bial (tes pentosa)
1. Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan
tempatkan 2 mL akuades dalam tabung lain sebagai kontrol.
2. Tambahkan ke dalam masing‐masing tabung, 2 mL reagen Bial,
kemudian panaskan perlahan‐lahan kedua tabung di atas
penangas air sampai mendidih, kemudian dinginkan. Amati dan
catat perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif ditandai
dengan terbentuk warna hijau.
3. Jika warna yang timbul tidak nyata, encerkan larutan tersebut
dengan air sebanyak tiga kali volumenya kemudian tambahkan 1
mL amil alcohol dan kocok beberapa saat sampai warna hijau
muncul pada lapisan amil alkohol.
c. Tes Benedict (tes gugus pereduksi)
1. Tempatkan 1 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan
tempatkan dalam tabung reaksi lain 1 mL akuades sebagai
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 1
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
4
control.
2. Tambahkan 5 tetes pereaksi Benedict ke dalam masing‐masing
tabung dan panaskan tabung di atas penangas air mendidih
selama 2‐5 menit kemudian amati perubahan yang terjadi. Jika
bahan uji mengandung gula pereduksi, maka akan terbentuk
endapan merah bata.
d. Tes Barfoed (tes mono‐ dan disakarida)
1. Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan
tempatkan 2 mL akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.
2. Tambahkan 2 mL larutan Barfoed ke dalam masing‐masing tabung
reaksi kemudian panaskan kedua tabung reaksi diatas penangas
air. Bila dalam waktu dua menit terbentuk endapan berwarna
merah bata menunjukkan adanya monosakarida. Tapi bila
endapan merah bata baru terbentuk setelah pemanasan + 10
menit, maka dalam larutan uji terdapat disakarida.
e. Tes tollens (tes pentose dan heksosa)
1. Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam suatu tabung reaksi
dan tempatkan akuades dalam tabung reaksi yang lain sebagai
kontrol.
2. Tambahkan pada masing‐masing tabung 2 mL pereaksi Tollens
kemudian panaskan di atas penangas air. Amati perubahan yang
terjadi, bila terjadi warna merah anggur menunjukkan adanya
pentosa.
f. Tes Fehling (tes gugus pereduksi)
1. Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan
tempatkan 2 mL akuades dalam tabung reaksi lain sebagai
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 1
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
5
control.
2. Tambahkan 2 mL larutan Fehling (Fehling A + Fehling B) pada
masing‐masing tabung kemudian panaskan di atas penangas air
selama 3‐4 menit. Amati perubahan yang terjadi, jika dalam
larutan uji terdapat gula pereduksi maka terbentuk endapan
merah bata.
g. Tes Seliwanof (tes ketosa dan aldosa)
1. Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan
tempatkan 2 mL akuades dalam tabung reaksi lain sebagai kontrol.
2. Tambahkan 5 mL pereaksi Seliwanof pada masing‐masing tabung
dan panaskan di atas penangas air selama 1 menit. Amati
perubahan yang terjadi, jika terbentuk warna merah bata maka
bahan uji mengandung ketosa.
h. Tes Osazon (tes mono‐ dan disakarida)
1. Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat dalam tabung reaksi dan
tempatkan 2 mL akuades pada tabung lain sebagai kontrol.
2. Tambahkan pada masing‐masing tabung reaksi 0,1 gram
Fenilhidrazin HCl dan 0,2 gram Natrium asetat kemudian dikocok
sampai homogen.
3. Panaskan kedua tabung tabung di atas penangas air kemudian
amati waktu terjadinya endapan kuning dari Osazon. Jika ada
monosakarida Osazon terbentuk dalam keadaan panas, tapi jika
ada dissakarida maka pembentukan Osazon terjadi setelah
didinginkan.
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 1
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
6
B. Uji Protein dan Asam Amino
a. Reaksi Biuret (tes umum protein)
1. Tempatkan 2mL larutan protein/asam amino ke dalam tabung
reaksi. Tambahkan 1 mL NaOH 10%, kemudian tambahkan tetes
demi tetes larutan CuSO4 0,5%. Amati perubahan yang terjadi, tes
positif ditandai terbentuknya warna ungu.
b. Tes Ninhidrin (tes umum asam amino)
1. Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi
kemudian tambahkan beberapa tetes larutan Ninhidrin 0,2% dan
dikocok beberapa saat.
2. Panaskan di atas penangas air selama 10 menit. Amati perubahan
yang terjadi, reaksi positif jika terbentuk warna ungu.
c. Tes Ksantoprotein (tes gugus fenil asam amino)
1. Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi
kemudian tambahkan 1 mL HNO3 pekat dan kocok beberapa saat.
2. Panaskan di atas penangas air selama 3‐6 menit. Amati perubahan
yang terjadi, reaksi positif jika terbentuk endapan kuning (warna
kuning akan lebih terang jika ditambahkan 2‐3 tetes NaOH 10%).
d. Tes Hopkin Cole (tes triptopan)
1. Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi
kemudian tambahkan 2 mL pereaksi Hopkin Cole dan dikocok
beberapa saat.
2. Tambahkan perlahan‐lahan 1 mL H2SO4 pekat melalui dinding
tabung reaksi yang dimiringkan sehingga terbentuk 2 lapisan.
Reaksi positif bila terlihhat cincin ungu pada bidang batas.
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 1
7
e. Tes Millon (tes asam amino tirosin)
1. Tempatkan 2 mL larutan protein/asam amino dalam tabung reaksi
kemudian tambahkan beberapa tetes pereaksi Millon dan dikocok
beberapa saat.
2. Panaskan di atas penangas air selama 4‐6 menit. Amati perubahan
yang terjadi, reaksi positif ditandai terjadinya endapan merah.
V. Pertanyaan
1. Buatlah reaksi‐reaksi uji karbohidrat dengan pereaksi Bial, Benedict,
Barfoed, Fehling, Tollens, dan Seliwanof.
2. Buatlah reaksi‐reaksi uji protein dan asam amino dari percobaan ini.
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 2
8
ISOLASI DAN HIDROLISIS KARBOHIDRAT
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengisolasi senyawa golongan karbohidrat dari
berbagai bahan alam.
2. Mahasiswa dapat melakukan proses hidrolisis karbohidrat.
3. Mahasiswa dapat melakukan identifikasi hasil isolasi dan hidrolisis
karbohidrat.
II. Teori Singkat
Karbohhidrat merupakan senyawa yang mengandung karbon,
hidroogen, dan oksigen yang terdapat di alam. Rumus molekul senyawa ini dapat
dinyatakan dengan Cn(H2O)n, sehingga muncul istilah karbohidrat. Ditinjau dari
rumus struktur, penamaan karbohidrat tidaklah tepat karena dalam karbohidrat
oksigen dan hydrogen tidak terikat pada karbon sebagai hidrat. Nama yang lebih
tepat adalah polihidroksil aldehid untuk senyawa dengan gugus fungsi aldehid
seperti glukosa dan polihidroksil keton untuk senyawa dengan gugus fungsi
keton seperti fruktosa.
Berdasarkan strukturnya, karbohidrat dapat digolongkan dalam
beberapa kelompok yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan
polisakarida. Karbohidrat dapat diisolasi dari bahan alam, dan hasil isolasi ini
dapat diidentifikasi dengan reaksi-reaksi khusus untuk membuktikan adanya
karbohidrat hasil isolasi tersebut. Selain untuk membuktikanadanya karbohidrat
reaksi-reaksi spesifik ini dapat juga membedakan karbohidrat bersdasarkan
golongannya. Pada umumnya karbohidrat hasil isolasi dari bahan alam termasuk
golongan oligo- atau polisakarida. Untuk mengetahui jenis monosakarida
penyusunnya maka polisakarida perlu dihidrolisis terlebih dahulu sebelum
dilakukan reaksi-reaksi pengenalan. Hidrolisis karbohidrat di laboratorium
dapat dilakukan dengan menggunakan katalis asam.
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 2
9
III. Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi (bersih dan kering)
2. Pipet tetes
3. Kain tipis
4. Kaca arloji
5. Gelas kimia
6. Alat refluks lengkap
Bahan
1. Karbohidrat dari bahan alam
2. Pereaksi Molisch
3. Pereaksi Bial
4. Pereaksi Benedict
5. Pereaksi Barfoed
6. Pereaksi Tollens
7. Pereaksi Fehling A
8. Pereaksi Fehling B
9. Pereaksi Seliwanof
10. HCl 3 M
11. NaOH 3 M
12. H2SO4 pekat
13. Amil alkohol
14. Fenilhidrazin HCl
15. Natrium asetat
16. Akuades
17. Larutan Iodium
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 2
10
IV. Prosedur Kerja
A. Isolasi Pati/amilum
1. Haluskan 100 gram bahan alamyang mengandung pati (singkong,
kentang dan biji-bijian) dengan cara digiling, diparut atau diblender.
2. Pindahkan bahan ke dalam gelas kimia 500 mL dan tambahkan air
sebanyak 100 mL kemudian diaduk sampai merata dan semua bahan
terendam air.
3. Pisahkan bahan yang tidak larut dalam air dengan cara diperas
menggunakan kain tipis. Fasa air yang mengandung pati dapat
digunakan untuk reaksi-reaksi uji karbohidrat.
4. Untuk mendapatkan pati, fasa air didiamkan sampai terbentuk
endapan dan airnya dipisahkan dengan cara dekantasi.
5. Keringkan pati di atas kaca arloji di udara terbuka, selanjutnya
ditimbang dan tentukan rendemennya dengan menggunakan rumus :
( )
B. Pengenalan Pati dengan Tes Molisch
1. Tempatkan 2 mL larutan karbohidrat (2 mg dalam 2 mL) dalam tabung
reaksi dan tempatkan 2 mL akuades dalam tabung reaksi lain sebagai
kontrol.
2. Tambahkan 2 tetes pereaksi Molisch ke dalam masing-masing tabung
reaksi kemudian kocok hingga tercampur dengan baik.
3. Miringkan tabung reaksi dan dengan hati-hati tambahkan 1-2 mL
H2SO4 pekat ke dasar tabung reaksi dengan menggunakan pipet
tetes. Amati dan catat perubahan warna di batas kedua lapisan
cairan untuk masing-masing tabung. Timbulnya warna ungu
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 2
11
menandakan tes positif terhadap pati.
C. Hidrolisis Pati
1. Buat 50 mL larutan pati 1% dari hasil isolasi percobaan A.
2. Tambahkan HCl 3 M dengan jumlah volume yang sama dengan
larutan pati, kemudian refluk selama 1 jam di atas penangas air.
3. Lakukan pengujian apakah pati sudah mengalami hidrolisis dengan
cara mengambil + 2 mL larutan dan tempatkan dalam tabung reaksi.
4. Tambahkan pula larutan dalam tabung reaksi beberapa tetes NaOH 3
M sehingga larutan menjadi netral, kemudian tambahkan 1-2 tetes
larutan iodium. Bila dengan penambahan iodium tidak terbentuk
warna biru, berarti pati sudah mengalami hidrolisis, tapi jika larutan
yang ditambahkan iodium berwarna biru maka refluks dilanjutkan
sampai hidrolisis sempurna.
5. Setelah hidrolisis selesai tambahkan NaOH 3 M sampai netral,
kemudian lakukan reaksi-reaksi terhadap pengenalan karbohidrat dan
bandingkan hasilnya dengan karbohidrat tanpa hidrolisis.
6. Lakukan uji dengan pereaksi pengenal karbohidrat dengan tes Bial,
Benedict, Barfoed, Tollens, Fehlings, Seliwanof, dan Osazon.
V. Pertanyaan
1. Tulislah contoh-contoh senyawa mono-, di-, oligo-, dan polisakarida.
2. Jelaskan mengapa pada hidrolisis karbohidrat digunakan asam encer.
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 3
12
ISOLASI DAN HIDROLISIS PROTEIN
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengisolasi protein dari bahan makanan.
2. Mahasiswa dapat menghidrolisis protein menjadi asam-asam amino.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi protein dan asam amino hasil
hidrolisis.
II. Teori Singkat
Protein berarti dari bahasa Yunani “Proteus” yang berarti pertama.
Hampir semua bagian tubuh hewan atau manusia merupakan protein yaitu kuku,
rambut, kulit, daging otot, hemoglobin, enzim, dan sebagian hormon.
Protein merupakan polimer dari asam-asam amino, dimana susunan
asam-asam amino berbeda untuk masing-masing protein.
Ikatan yang terdapat dalam protein ialah ikatan peptida.
Asam amino adalah senyawa organic yang mempunyai gugus –COOH dan
NH2. Alanin merupakan salah satu asam amino penyusun protein.
Alanin
NH2
CH
C
CH3
OH
O
H2O, H+
Asam amino
{
HN C
HC
HN C
HC
HN C
HC
R' O R" O R"'
}
O
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 3
13
Asam amino dapat bermuatan positif maupun negatif (zwitter ion).
Hidrolisis sempurna dari protein akan menghasilkan campuran dari asam-
asam amino. Campuran dari asam-asam amino dapat dipisahkan dengan metoda
kromatografi. Adanya asam amino dapat diidentifikasikan dengan berbagai reaksi
pengujian.
III. Alat dan Bahan
Alat
1. Gelas kimia 500 mL dan 250 mL
2. Pipet
3. Batang pengaduk
4. Labu dasar bulat 100 mL
5. Peralatan refluks
6. Erlenmeyer 50 mL
Bahan
1. Susu nonfat
2. Asam asetat 10%
3. CaCO3 bubuk
4. HCl 20%
5. Karbon aktif
NH2
CH
C
CH3
OH
O
NH3
CH
C
CH3
O
O
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 3
14
6. Larutan NaOH 10%
7. Larutan CuSO4 2%
8. Larutan putih telur
9. Glisin
10. Fenil alanin
11. Triptofan
12. Tyrosin
13. Susu sapi atau susu kental manis
IV. Prosedur Kerja
A. Isolasi Protein
1. Tempatkan 200 mL susu yang mengandung protein dalam gelas
kimia 500 mL, kemudian hangatkan sampai dengan temperature
40°C.
2. Teteskan larutan asam asetat 10% sambil diaduk dengan batang
pengaduk. Tambahkan asam asetat sampai protein tidak terbentuk
lagi. (Hindari kelebihan asam asetat)
3. Aduk-aduk protein sehingga terbentuk gumpalan amorf, kemudian
tambahkan 5 gram bubuk CaCO3 dan diaduk kembali selama
beberapa menit.
4. Keringkan protein yang didapat dengan penyaring vakum selama
beberapa menit sambil ditekan-tekan dengan spatula sampai tetesan
cairan melalui penyaring tidak ada lagi.
5. Tempatkan protein hasil isolasi di atas kaca arloji ukuran besar
kemudian simpan ditempat yang kering dan bersih selama 3-7 hari.
6. Selanjutnya timbang berat protein yang diperoleh dan tentukan
rendemen hasil isolasi dengan rumus :
( )
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 3
15
B. Hidrolisis Protein
1. Masukkan 20 mL HCl 20% dan 0,5 gram protein hasil isolasi ke dalam
labu refluks 100 mL, kemudian panaskan campuran dengan
menggunakan heating mantle selama 35 menit.
2. Buka rangkaian refluks dan tambahkan 0,5 gram karbon aktif ke
dalam campuran yang masih panas, kemudian diaduk-aduk dengan
batang pengaduk sampai campuran kira-kira rata (homogen).
3. Saring hasil hidrolisis yang diperoleh ke dalam Erlenmeyer 50 mL,
selanjutnya lakukan uji pengenalan protein dan asam amino dengan
pereaksi Biuret, Ninhidrin, Xsantoprotein, Hopkin Cole, dan Millon.
V. Pertanyaan
1. Sebutkanlah asam-asam amino esensial pembangun protein.
2. Jelaskan mengapa temperatur pada proses isolasi protein tidak boleh
lebih tinggi dari 40°C.
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 4
16
ISOLASI DAN HIDROLISIS LEMAK
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan isolasi lemak dengan metoda sokletasi.
2. Mahasiswa dapat melakukan hidrolisis lemak.
II. Teori Singkat
Lemak merupakan senyawa trimester gliserol dan asam lemak berantai
panjang. Secara umum rumus ester dapat ditulis sebagai berikut:
R1, R2, dan R3 adalah gugus alkil dengan jumlah atom C ganjil. Ketiga gugus R
dapat sama dan dapat pula berbeda satu sama lain. Dengan struktur seperti
gambar di atas mudah dipahami bahwa lemak merupakan senyawa non polar
yang mudah larut dalam pelarut organikseperti eter, petroleum eter, dan n-
heksana. Berdasarkan sifat kelarutan lemak ini, maka lemakdapat diisolasi dari
bahan alam dengan metoda ekstraksi menggunakan pelarut non polar. Ekstraksi
dapat dilakukan dengan menggunakan corong pisah biasa atau soklet.
Keuntungan penggunaan alat soklet adalah ekstraksi dapat dilakukan terus
menerus tanpa membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak jika
dibandingkan dengan ekstraksi pelarut corong pisah.
Sebagai ester, lemak dapat dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol.
Reaksi hidrolisis dapat dikatalisis oleh asam ataupun basa.
H2C O C R1
H2C
H2C
O C R2
O C R3
O
O
O
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 4
17
III. Alat dan Bahan
Alat
1. Alat soklet lengkap
2. Penangas air
3. Oven
4. Neraca analitik
5. Alat destilasi lengkap
6. Labu bulat 250 mL
7. Corong pisah 250 mL
8. Erlenmeyer 250 mL
9. Gelas kimia 250 mL
10. Gelas ukur
Bahan
1. Bahan alam yang akan diisolasi
2. N-heksana
3. KOH
4. Etanol
5. Aseton
6. HCl pekat
7. NaCl
8. NaCl
9. Na2SO4
10. Br2/CCl4 5%
11. KMnO4
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 4
18
IV. Prosedur Kerja
A. Isolasi Lemak
1. Timbang bahan yang mengandung lemak sebanyak 250 gram, kering
anginkan kemudian haluskan dengan menggunakan lumping
porselen.
2. Bungkus bahan tersebut dengan kertas saring sehingga berbentuk
silinder dengan kedua ujungnya ditutup kapas kemudian diikat
dengan benang.
3. Siapkan alat soklet, masukkan bahan yang telah dibungkus kedalam
labu tengah dan masukkan pelarut n-heksana ke dalam labu bulat
soklet sampai 2/3 volumenya.
4. Lakukan ekstraksi dengan pemanasan menggunakan heating mantle
selama lebih kurang 5 jam sampai ekstrak yang turun ke labu
menjadi jernih.
5. Pindahkan ekstrak yang diperoleh ke dalam labu destilasi yang sudah
diketahui beratnya, dan lakukan destilasi sampai semua pelarutnya
habis terdestilasi.
6. Residu yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C
selama beberapa menit, kemudian dinginkan dalam eksikator yang
telah mengandung zat pengering.
7. Timbang berat lemak yang diperoleh (lemak beserta labu) dan hitung
persen berat lemak yang dihasilkan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
8. Untuk penentuan kadar lemak secara teliti ulangi pekerjaan
pengeringan dalam oven sampai berat yang diperoleh tidak
berubah lagi.
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 4
19
B. Hidrolisis Lemak
1. Timbang 5 gram lemak hasil isolasi dan masukkan ke dalam labu alas
bulat 250 mL.
2. Tambahkan 3 gram KOH dalam 30 mL etanol dan panaskan
campuran selama 15 menit pada suhu 60°C.
3. Dinginkan campuran dan tambahkan 100 mL akuades, kemudian
netralkan dengan menambahkan 10 mL HCl pekat tetes demi tetes.
4. Ekstraksi larutan dengan 20 mL eter dalam labu ekstraksi 250 mL,
kemudian ambil lapisan eter dan tampung dengan erlenmeyer.
Ulangi ekstraksi sampai 3 kali dan gabungkan semua ekstrak yang
diperoleh.
5. Lapisan air ditambahkan dengan NaCl jenuh, bila terjadi dua
lapisan,ambil lapisan eternya dan gabungkan dengan ekstrak eter
sebelumnya.
6. Keringkan ekstrak eter dari air dengan cara menambahkan Na2SO4
sampai larutan menjadi bening.
7. Uapkan pelarut eter dengan rotary evaporator atau dengan cara
destilasi, ambil residunya dan kemudian timbang beratnya sebagai
asam lemak campuran.
8. Tambahkan aseton sampai residu terlarut dan dinginkan dalam
lemari es (-10°C) sampai terbentuk Kristal asam lemak jenuh.
9. Saring Kristal pada suhu rendah dan tampung filtratnya berupa
larutan yang mengandung asam lemak tidak jenuh.
10. Uapkan pelarut aseton dari filtrate dengan cara destilasi, kemudian
ambil residunya sebagai asam lemak tidak jenuh.
11. Timbang masing-masing asam lemak yang dihasilkan dan lakukan uji
identifikasi ketidakjenuhan untuk masing-masing asam lemak yang
diperoleh dengan pereaksi Br2/CCL4 5% dan larutan KMnO4 2%.
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 4
20
V. Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan lemak dan jelaskan perbedaannya
dengan minyak.
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 5
21
PENGUJIAN GOLONGAN SENYAWA BAHAN ALAM
I. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan uji golongan senyawa organik bahan alam yang
terkandung dalam suatu spesimen tumbuhan.
II. Teori Singkat
Fitokimia atau kimia tumbuhan adalah pengetahuan tentang senyawa kimia
yang terdapat dalam jaringan tumbuhan seperti akar, batang, buah, bunga, dan
daun. Senyawa kimia yang terdapat dalam jaringan tumbuhan terdiri dari
metabolit primer seperti lemak, protein, karbohidrat dan metabolit sekunder
seperti alkaloid, steroid, terpenoid, flavonoid, tannin, saponin, dan kuinon.
Senyawa metabolit primer hamper selalu ada dalam setiap jenis tumbuhan, tapi
kandungan metabolit sekunder biasanya terdapat dalam jumlah kecil dan jenis
senyawa yang sangat bervariasi. Setiap jenis tumbuhan mempunyai kandungan
metabolit sekunder yang tidak sama, sehingga memungkinkan ditemukannya
senyawa-senyawa yang berbeda dari setiap jenis tumbuhan. Untuk mengetahui
jenis senyawa yang terdapat dalam jaringan tumbuhan tertentu, dapat dilakukan
uji fitokimia dengan cara melakukan reaksi pengenalan yang spesifik terhadap
setiap jenis golongan senyawa.
III. Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Lumpang porselen
4. Kertas saring atau kapas
5. Plat tetes
6. Erlenmeyer 250 mL
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 5
22
Bahan
1. Air suling
2. HCl pekat
3. H2SO4 2N
4. Logam Mg
5. NaOH
6. Etanol
7. Kloroform
8. NH4OH
9. Anhidrida asam asetat
10. FeCl3 1%
11. Pereaksi Dragendorf dan Mayer
12. Dietil eter
13. Bahan, tumbuhan (daun, akar, umbi, kulit batang, dan bunga)
IV. Prosedur Kerja
A. Pengujian Golongan Alkaloid
1. Timbang sebanyak 4 gram bahan, kemudian dipotong-potong,
ditumbuk dan digerus dalam lumping porselen sampai halus.
2. Tambahkan 10 mL kloroform-amoniak (9 : 1) dan digerus lagi
beberapa saat sampai larutan ekstrak berwarna hijau.
3. Saring ekstrak kloroform-amoniak dengan menggunakan pipat yang
telah diberi kapas pada ujungnya dan masukkan ke dalam tabung
reaksi berukuran sedang.
4. Tambahkan H2SO4 2 N sebanyak 20 tetes dan kocok campuran
perlahan dengann cara membolak-balikan tabung reaksi, kemudian
biarkan sejenak hingga terbentuk lapisan asam pada bagian atas
dan lapisan kloroform bagian bawah.
5. Ambil lapisan asam dengan menggunakan pipet, pindahkan ke
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 5
23
dalam dua tabung reaksi kecil, kemudian tambahkan pada salah satu
tabung 1-2 tetes pereaksi Mayer dan tabung yang lain 1-2 tetes
pereaksi Dragendorf. Amati reaksi yang terjadi, jika bahan
mengandung alkaloid akan terbentuk endapan putih pada
penambahan pereaksi Mayer dan endapan jingga sampai coklat pada
penambahan pereaksi dragendorf.
B. Pengujian Triterpenoid dan Steroid
1. Timbang 4 gram bahan, kemudian masukkan ke dalam lumping
porselen, tambahkan 10 mL kloroform dan gerus sampai halus.
2. Saring ekstrak yang terbentuk dengan menggunakan kapas dan
pindahkan dengan pipet ke dalam satu lubang plat tetes, kemudian
diamkan beberapa saat sampai ekstrak menjadi kering.
3. Tambahkan 2-3 tetes anhidrida asam asetat pada ekstrak dalam
lubang plat tetes dan aduk perlahan dengan menggunakan batang
pengaduk, kemudian ditambahkan 1-2 tetes H2SO4 pekat. Timbulnya
warna merah sampai ungu menunjukkan adanya triterpenoid,
sedangkan adanya steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau
sampai biru. Apabila bahan mengandung sekaligus steroid dan
triterpenoid, maka akan teramati bulatan berwarna hijau sampai biru
dibagian tengah dan cincin merah sampai ungu di bagian pinggir
lubang plat tetes.
C. Pengujian Flavonoid
1. Haluskan sebanyak 4 gram bahan dengan lumping porselen,
kemudian masukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi 25 mL air
panas dan didihkan selama 5 menit, selanjutnya disaring dengan
kertas saring dan filtratnya ditampung dalam 3 tabung reaksi.
2. Ambil salah satu tabung kemudian tambahkan sedikit serbuk Mg, 1
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 5
24
mL HCl pekat dan 1 mL amil alcohol selanjutnya dikocok beberapa
saat dan diamati perubahan yang terjadi. Adanya falonoid ditunjukkan
dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan
amil alkohol.
3. Pada tabung kedua tambahkan beberapa tetes FeCl3 1%, kemudian
amati perubahan yang terjadi. Terbentuknya warna biru atau biru
ungu menandakan adanya senyawa fenolik.
4. Pada tabung ketiga, dikocok kuat beberapa saat kemudian amati
perubahan yang terjadi. Terbentuknya busa permanen selama 15
menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes HCl pekat,
menunjukkan adanya saponin.
D. Pengujian Kuinon
1. Haluskan 4 gram bahan dalam lumping porselen, kemudian masukkan
ke dalam Erlenmeyer.
2. Tambahkan 10 mL dietil eter, kemudian dikocok beberapa saat dan
amati warna ekstrak yang terjadi. Jika ekstrak berwarna kuning,
orange atau merah, pindakan ke dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan beberapa tetes NaOH 5% sampai warna ekstrak hilang.
3. Tambahkan tetes demi tetes HCl encer sampai suasana asam, jika
warna ekstrak muncul kembali menandakan adanya kuinon.
V. Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan senyawa metabolit primer dan senyawa
metabolit sekunder?
2. Kenapa pada pengujian alkaloid, pelarut kloroform ditambahkan dengan
amoniak?
3. Tulislah reaksi pengujian senyawa alkaloid, steroid, triterpenoid,
flavonoid, fenol, dan senyawa kuinon dari percobaan di atas!
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 6
25
ISOLASI SENYAWA BAHAN ALAM DENGAN CARA
MASERASI/SOKLETASI
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pemisahan senyawa kimia dari jaringan
tumbuhan dengan ekstraksi pelarut secara maserasi atau sokletasi.
2. Mahasiswa mengerti cara pemilihan pelarut yang sesuai untuk ekstraksi
senyawa-senyawa yang terkandung dalam bahan tumbuhan.
II. Teori Singkat
Langkah awal untuk memisahkan senyawa yang terkandung dalam
jaringan tumbuhan adalah pekerjaan ekstraksi pelarut. Ekstraksi pelarut dapat
dilakukan dengan cara merendam bahan dengan pelarut organik dalam selang
waktu tertentu yang disebut dengan maserasi. Cara lain yang biasa juga
dilakukan adalah ekstraksi terus menerus menggunakan alat soklet. Masing-
masing metode mempunyai keunggulan dan kelemahan sendiri. Metoda soklet
memerlukan pelarut pelarut yang tidak terlalu banyak dan ekstraksi dapat
dilakukan terus menerus sampai semua senyawa terekstraksi. Tapi metoda
soklet tidak dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa yang mudah rusak pada
proses pemanasan. Sebaliknya maserasi, kerusakan senyawa akibat pemanasan
dapat dihindarkan, tapi metosa ini memerlukan pelarut yang relative lebih
banyak.
Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi bahan alam biasanya adalah
pelarut-pelarut polar atau semi polar seperti methanol, aseton, kloroform, dan
pelarut lainnya yang sesuai terhadap jenis senyawa yang dipisahkan.
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 6
26
III. Alat dan Bahan
Alat
1. Alat soklet
2. Kertas saring
3. Lumpang porselen
4. Erlenmeyer
5. Gelas kimia
6. Gelas ukur
7. Pipet tetes
8. Benang
Bahan
1. Methanol
2. Kloroform
3. Bahan yang akan diisolasi
4. Pereaksi uji golongan (alkaloid, steroid, triterpenoid, flavonoid)
IV. Prosedur Kerja
A. Maserasi
1. Siapkan bahan dengan cara memotong-motong bahan yang sudah
dikering anginkan, kemudian diblender atau ditumbuk dengan
lumping porselen, diayak sehingga diperoleh serbuk halus yang
kering.
2. Masukkan 0,5 kg bahan kering halus ini ke dalam gelas kimia 1 L atau
2 L, kemudian tambahkan pelarut yang sesuai (metanol’kloroform)
sampai semua bahan terendam. Rendam bahan selama 3 hari
sambil setiap harinya diaduk dengan batang pengaduk.
3. Ambil ekstrak dengan cara dekantasi dan saring ke dalam
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 6
27
Erlenmeyer, kemudian lakukan pengujian fitokimia untuk mengetahui
golongan senyawa yang terdapat dalam ekstrak.
4. Pekatkan ekstrak dengan rotary evaporator sehingga diperoleh hasil
berupa ekstrak kasar, selanjutnya simpan dalam botol untuk
pengerjaan selanjutnya.
B. Sokletasi
1. Bungkus bahan kering halus dengan kertas saring seperti sebuah
silinder dan diikat dengan benang kemudian ditimbang.
2. Pasang alat soklet dan masukkan pelarut organic yang sesuai
(methanol/kloroform) ke dalam labu alas bulat + 2/3 volumenya,
selanjutnya masukkan bahan ke dalam labu tengah soklet.
3. Nyalakan heating mantle dan lakukan sokletasi selama 4 jam,
kemudian ambil larutan ekstrak dan pekatkan dengan menggunakan
rotary evaporator.
4. Uji golongan senyawa hasil ekstraksi dengan menggunakan pereaksi
uji fitokimia, kemudian simpan hasil ekstraksi berupa ekstrak kasar
dalam Erlenmeyer untuk pekerjaan selanjutnya.
V. Pertanyaan
1. Mengapa dalam mengekstraksi senyawa bahan alam diperlukan
pemilihan pelarut yang sesuai terhadap senyawa yang akan diisolasi ?
2. Bendingkan hasil ekstraksi antara metoda maserasi dengan sokletasi !
manakah yang lebih baik ?
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 7
28
PEMISAHAN SENYAWA DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat memisahkan senyawa kimia dari campurannya dengan
menggunakan metoda kromatografi lapis tipis.
2. Mahasiswa mengerti cara pemilihan eluen yang sesuai untuk memisahkan
senyawa dari campurannya.
II. Teori Singkat
Kromatografi adalah metoda untuk pemisahan dua atau lebih zat berdasarkan
perbedaan distribusi zat-zat antar dua fasa, yaitu fasa diam yang berupa
padatan atau cairan dan fasa gerak yang berupa cairan atau gas yang terus
menerus bergerak melewati fasa diam. Bila yang dipakai sebagai fasa gerak
berwujud gas dinamakan kromatografi gas, sedangkan kalau fasa gerak
berwujud cair sistemnya dinamakan kromatografi cair.
Kromatografi lapis tipis (KLT) melibatkan pemisahan diantara fasa diam yang
berupa penyerap padat yang dilekatkan tipis pada plat gelas atau alumunium
dan fasa gerak berupa pelarut cair yang mengalir melalui penyerap padat.
Sebagai teknik pemisahan cair-padat, KLT merupakan bentuk kromatografi
serapan. Aliran pelarut berfungsi sebagai pengembang (eluen), dan senyawa
yang dianalisis dielusikan melalui fasa padat. Komponen campuran yang
bergerak melalui plat (KLT) mempunyai kecepatan berbeda yang tergantung
kepada kelarutan komponen dalam pelarut dan kekuatan serapan fasa diam
terhadap komponen. Pemisahan terjadi jika suatu komponen diserap lebih
kuat oleh fasa diam dari komponen yang lain. Fasa diam atau penyerap padat
yang sering digunakan untuk KLT adalah alumina (Al2O3) dan silica gel (SiO2).
Alumina lebih polar daripada selika gel. Untuk analisis senyawa yang kurang
polar seperti hidrokarbon, eter, aldehida, keton, dan alkil halide, lebih baik
dipakai alumina. Sedangkan silica gel dipilih untuk analisis senyawa polar
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 7
29
seperti asam karboksilat, alcohol, dan amina.
Untuk mengetahui pemisahan komponen dalam teknik kromatografi, dapat
ditentukan dari harga Rf setiap komponen senyawa yang dipisahkan, dimana
harga Rf tersebut adalah :
Harga Rf merupakan perbandingan jarak yang ditempuh senyawa dengan
jarak yang ditempuh pelarut pelarut dari titik asal. Titik asal adalah titik
dimana bercak sampel ditotolkan pada plat KLT.
III. Alat Dan Bahan
Alat:
1. Plat KLT
2. Chamber
3. Pipa kapiler
4. Lampu UV
5. Botol semprot
6. Pensil
7. Penggaris
Bahan :
1. Ekstrak kasar sampel
2. Pelarut (methanol, kloroform, aseton, etil asetat, n-heksana)
3. Larutan Dragendrorff
4. Larutan Liebermann Burchard (H2SO4 dalam etanol 2%)
5. Larutan Cerium sulfat 2%
IV. Cara Kerja
1. Siapkan plat KLT berukuran 10 x 2 xm, kemudian dengan menggunakan
Laboratorium Kimia | FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 7
30
pensil, buat garis batas dengan cara menggaris kedua ujung plat KLT
dengan jarak 0,5 cm.
2. Masukkan eluen sebanyak 10 mL ke dalam chamber, kemudian tutup
dengan rapat dan biarkan beberapa menit.
3. Totolkan dengan menggunakan pipa kapiler sampel yang telah terlebih
dahulu dilarutkan dengan aseton pada garis batas salah satu ujung plat
KLT.
4. Masukkan plat KLT yang telah ditotol ke dalam chamber yang telah berisi
larutan eluen dengan posisi bagian yang ditotol disebelah bawah (ingat,
jangan sampai totolan terendam pelarut), kemudian lakukan elusi sampai
eluen bergerak hingga batas sebelah atas plat KLT.
5. Angkat plat KLT dari dalam chamber dan keringkan di udara terbuka
beberapa saat, kemudian amati bercak noda hasil pemisahan di bawah
lampu UV dan lingkari dengan pensil setiap bulatan yang dianggap
komponen senyawa.
6. Semprot plat KLT yang telah ditandai dengan zat penampak noda (larutan
Dragendorff untuk alkaloid, Liebermann Burchard untuk steroid dan
triterpenoid atau Cerium sulfat 2% untuk flavonoid). Amati warna untuk
setiap komponen yang muncul pada plat KLT, kemudian catat hasil
pengamatan dan beri nomor urut untuk setiap noda yang muncul mulai
bagian atas berikut ke bawah.
7. Tentukan golongan senyawa dari setiap noda yang muncul dengan
pengenalan berbagai pereaksi penampakan noda yang digunakan.
V. Pertanyaan
1. Sebutkan jenis-jenis kromatografi dan jelaskan bagaimana prinsip kerja
dan penggunaannya!
Laboratorium Kimia | FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 8
31
ISOLASI KAFEIN DARI KOPI/TEH
I. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan isolasi senyawa produk alam yang telah diketahui.
2. Mahasiswa dapat melakukan pemurnian senyawa hasil isolasi dengan cara
sublimasi atau kristalisasi.
II. Teori Singkat
Zat aktif dalam kopi yang berharga bagi manusia adalah kafein. Kafein adalah suatu
alkaloid, yaitu suatu golongan senyawa yang umumnya mengandung nitrogen dan
umumnya sifat0sifat basa organic.
Senyawa alkaloid murni yang telah dapat disolasi dari kopi adalah kafein. Isolasi ini
dilakukan oleh seorang ahli kimia Perancis, Pierre Jean Robiquet pada tahun 1821.
Kaffein termasuk golongan senyawa Ksantin, dianggap golongan senyawa yang
dapat memberikan stimulasi system syarat pusat dan jaringan otot.
Pada percobaan ini akan dilakukan isolasi kafein dari kopi. Permasalahnnya, tidak
hanya kafein saja yang terkandung dalam kopi tapi kopi (bean) hijau mengandung +
1 – 2% kafein, tannin, glukosa, lemak, protein dan selulosa.
Selama pemanggangan, biji kopi akan berubah warna menjadi hitam coklat.
Pemanggangan akan menghasilkan bau dan aroma tertentu yang disebabkan oleh
suatu minyak yang disebut kafeol. Minyak yang mudah menguap ini terutama
mengandung furfural dan beberapa senyawa lainnya. Pemanggangan juga
membebaskan kafein dan asam klorogenat. Pemisahannya tergantung dari
perbedaan kelarutan senyawa-senyawa yang terdapat dalam kopi.
N
NN
NH3C
O
CH3
CH3
H
O
Laboratorium Kimia | FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 8
32
III. Alat dan Bahan
Alat :
1. Labu alat bulat leher tiga 500 mL
2. Alat refluks
3. Heating mantle
4. Corong Buchner
5. Kertas saring
6. Labu isap penyaring 500 mL
7. Corong pisah 500 mL
8. Erlenmeyer 250 mL
9. Gelas ukur
10. Cawan penguap
11. Kaca arloji
12. Batu didih
Bahan :
1. Bubuk kopi
2. CaCO3
3. Kloroform
4. MgSO4 anhidrat
5. Aseton
6. N-heksana
IV.Prosedur Kerja
1. Masukkan 50 gram bubuk kopi, 15 gram serbuk kalsium karbonat dan 200 mL air
ke dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan pendingin refluks.
2. Tutup lubang yang tidak dipakai, lalu panaskan dengan hati-hati selama + 2 jam
dengan menggunakan heating mantle sambil sekali-sekali diaduk.
3. Setelah pendidihan selesai, saring dalam keadaan panas dengan corong
bucher yang telah dilapisi dengan kertas saring dengan menggunakan labu
isap 500 mL.
Laboratorium Kimia | FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 8
33
4. Filtrat didinginkan pada suhu kamar kemudian pindahkan ke dalam labu pisah
500 mL dan tambahkan 50 mL kloroform.
5. Lakukan ekstraksi selama 5 menit dengan cara menggoyang-goyangkan corong
pisah sambil menahan penutupnya dan sekali-sekali corong pisah didirikan serta
dibuka tutupnya untuk mengeluarkan udara. Setelah ekstraksi selesai, diamkan
beberapa saat sampai terbentuk dua lapisan yang terpisah. Kemudian ambil
lapisan organic (bagian bawah) dan tampung dalam Erlenmeyer kering. Ulangi
ekstraksi sampai tiga kali, kemudian ekstrak yang diperoleh disatukan.
6. Tambahkan 20 gram MgSO4 anhidrat dan lakukan pengocokan dengan cara
menggoyang-goyangkan Erlenmeyer selama lebih kurang 5 menit.
7. Ambil larutan ekstrak dengan cara dekantasi dan pindahkan ke dalam labu
destilasi, kemudian lakukan destilasi sampai semua pelarut habis terdestilasi
(pada destilasi gunakan sedikit batu didih).
8. Keluarkan residu (berwarna coklat) dari labu destilasi dengan cara
melarutkannya dalam 10 mL kloroform. Kemudian dengan menggunakan pipet,
pindahkan ke dalam Erlenmeyer 50 mL, selanjutnya lakukan pemurnian dengan
cara sublimasi atau kristalisasi.
9. Proses sublimasi.
a. Tempatkan larutan kafein dalam cawan penguap kemudian tutup dengan
kaca arloji yang diatasnya telah dilengkapi dengan kapas basah.
b. Panaskan larutan sampai mendidih dan amati Kristal yang terbentuk pada
dinding kaca arloji.
c. Kumpulkan Kristal jarum yang menempel dikaca, kemudian ditimbang.
10. Proses kristalisasi
a. Masukkan beberapa butir kecil batu didih ke dalam larutan residu kemudian
panaskan dengan menggunakan penangas air sampai larutan hampir kering.
b. Dalam keadaan tetap panas tambahkan beberapa tetes aseton sampai
larutan agak keruh, kemudian dinginkan dan diamkan sampai terbentuk
Kristal kafein yang berwarna putih.
c. Saring Kristal yang terbentuk dengan menggunakan corong Buchner
yang telah dilapisi kertas saring, kemudian timbang hasil yang diperoleh
Laboratorium Kimia | FMIPA – Universitas Negeri Jakarta
Petunjuk Praktikum Kimia Organik II Percobaan 8
34
dan selanjutnya tentukan titik lelehnya dengan menggunakan alat Melting
Point (TL kafein murni 236˚C).
11. Lakukan uji kualitatif kafein dengan cara melarutkan beberapa milligram Kristal
kafein dalam tabung reaksi dengan 2 mL kloroform. Tambahkan 1 mL H2SO4 2N,
kocok beberapa saat, kemudian diamkan sampai terbentuk 2 lapisan terpisah.
Ambil dengan menggunakan pipet larutan bagian atas, pindahkan ke dalam
tabung reaksi lain, kemudian tambahkan beberapa tetes pereaksi Mayer.
Timbulkan endapan putih menandakan Kristal positif merupakan senyawa
kafein.
12. Hitung kadar kafein hasil isolasi dengan menggunakan rumus :
V. Pertanyaan
1. Selain biji kopi dan teh, darimanakah kafein dapat diisolasi?
DAFTAR PUSTAKA
Doyle, M.P dan Munggal, W.S. (1980). Experimental Organic Chemistry. John Wiley and
Sons, New York.
Harborne, J.B. (1984). Phytochemical Methods. Edisi 2, Chapman and Hall Ltd, London.
Matta, M.S., Wilbraham, A.C., Staley, D.D. (1996). Experiment for Introduction to
General Organic and Biological Chemistry. D. C. Heath and Company, Lexington,
Massachusets, Toronto.
Mc murry, J. (2000). Organic Chemistry. Edisi 5, Brooks/Cole Publishing Company,
California.
Shriner, R.L., Fuson, R.C., Curtin D.Y., Morril, T.C. (1980). The Systematic Identification
of Organic Chemistry. Edisi 6, John Wiley and Sons, New York.
36