laporan praktikum fisiologi hewan

18
Rifki Muhammad Iqbal - 1211702067 LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN “TERMOREGUASI” Disusun Oleh: RIFKI MUHAMMAD IQBAL (1211702067) BIOLOGI IV B KELOMPOK IV JURUSAN BIOLOGI

Upload: rifki-muhammad-iqbal

Post on 12-Aug-2015

664 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

“TERMOREGUASI”

Disusun Oleh:

RIFKI MUHAMMAD IQBAL (1211702067)

BIOLOGI IV B

KELOMPOK IV

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2013

Page 2: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

TERMOREGULASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan

rambut pada burung dan mamalia, otot dan modifikasi sistem sirkulasi dibagian kulit.

Kontraksi pembuluh darah dibagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu

cara untuk menguarangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam

hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada bebrapa

hewan untuk menurunkan suhu tubuh dengan caramandi atau mengipaskan daun telingan ke

tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.

Hewan yang aktif biasanya hidup pada kisaran suhu yang sempit, dimulai beberapa derajat

di bawah titik beku air murni (00C) hingga sekitar 50oC. Perhatian utama kita akan tertuju

pada suhu tubuh makhluk hidup itu sendiri. Misalnya suhu tubuh manusia sekitar 37oC,

meskipun berada di tempat dingin maupun di tempat mandi uap panas.

Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan internal seekor hewan

misalnya laju respirasi seluler meningkat seiring peningkatan suhu sampai titik tertentu dan

kemudian menurun ketika suhu itu sudah cukup tinggi sehingga mulai mendenaturasi enzim

sifat-sifat membran juga berubah dengan perubahan suhu setiap hewan mempunyai kisaran

suhu yang optimum.

1.2. Tujuan

- Pengamatan terhadap perubahan-perubahan aktivitas jantung Daphnia sp. Dalam berbagai

temperatur lingkungan dan mempelajarinya.

- Menentukan koefisien aktifitas ( Q10)

Page 3: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu

internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Suhu berpengaruh kepada tingkat

metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi

karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul

satu dengan molekul lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme

hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini

disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki

suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun

drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya (Campbell, 2004).

Di alam, pengaturan suhu tubuh oleh hewan dan manusia dilakukan untuk mengatur

panas yang diterimanya atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas

tubuh  hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.

Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Konveksi

adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh.

Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek

yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi adalah proses

kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas (Martini,

1998).

Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu hewan,  maka hewan dibagi

menjadi dua golongan, yaitu poikioterm dan homoiterm. Suhu tubuh hewan poikioterm

dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan

suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Di lain pihak hewan

homoiterm  disebut hewan berdarah panas. Suhu tubuh hewan homoiterm lebih stabil, hal ini

dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Endotermik

biasanya mempertahankan suhu tubuh mereka di sekitar 35 – 40°C (Duke, 1985).

Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda

akibat kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur

normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang

waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.

Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu

Page 4: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian

panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Proses evaporasi

yang dilakukan berfungsi untuk menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan

berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia (Swenson, 1997).

Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luar

untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem

metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan hewan endoterm, adalah hewan yang suhu

tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari

metabolisme jaringan. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari

dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang

sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas). Hewan ektoterm  perlu menghemat energi

dengan cara hibernasi atau estivasi (Guyton,1993).

Hewan ektotermik dan endotermik mempertahankan suhu tubuhya dengan

mengkombinasikan empat kategori umum dari adaptasi, yaitu:

1.  Penyesuaian laju pertukaran panas antara hewan dengan sekelilingnya.

Insulasi tubuh seperti, rambut, bulu, lemak yang terletak persis di bawah kulit untuk  

mengurangi kehilangan panas. Penyesuaian ini terdiri dari beberapa mekanisme, diantaranya:

a. Hewan endotermik  mengubah jumlah darah yang mengalir ke kulitnya berdasarkan   suhu

di sekitarnya. Misal pada suhu dingin maka hewan endotermik akan mengecilkan diameter

pembuluh darahnya (vasokontriksi) sehingga terjadi penurunan aliran darah, sedangkan pada

musim panas hewan endotermik akan membesarkan diameter pembuluh darahnya

(vasodilatasi) sehingga terjadi peningkatan aliran darah.

b. Pengaturan arteri dan vena yang disebut penukar panas lawan arus

( countercurrent heat exchanger). Pengaturan lawan arus ini memudahkan pemindahan panas

dari arteri ke vena di sepanjang pembuluh darah tersebut

2. Pendinginan melalui kehilangan panas evaporatif.

Hewan endotermik dan ektotermik  terestial kehilangan air melalui pernapasan dan  melalui

kulit. Jika kelembapan udara cukup rendah, air akan menguap dan hewan tersebut akan

kehilangan panas dengan cara pendingin melalui evaporasi. Evaporasi dari sistem respirasi

dapat ditingkatkan dengan cara panting (menjulurkan lidah ke luar). Pendinginan melalui

evaporasi pada kulit dapat ditingkatkan dengan cara berendam atau berkeringat

Page 5: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

3. Respons perilaku.

Banyak hewan dapat meningkatkan atau menurunkan hilangnya panas  tubuh dengan cara

berpindah tempat. Mereka akan berjemur dibawah terik matahari atau pada batu panas selama

musim dingin, menemukan tempat sejuk, lembab atau masuk ke dalam lubang di dalam tanah

pada musim panas, dan bahkan bermigrasi ke lingkungan yang lebih sesuai.

4. Pengubahan laju produksi panas metabolik.

Kategori penyesuaian ini hanya berlaku bagi hewan endotermik, khususnya unggas dan

mamalia. Hewan endotermik akan meningkatkan produksi panas metaboliknya sebanyak dua

tau tiga kali lipat ketika terpapar ke keadaan dingin (Campbell, 2004).

Manusia memiliki rentan suhu normal manusia 36,4 dan 36,7 ˚C. Sedangkan suhu

lingkungan normal sekitar 27˚C. Pada hasil pengamatan, suhu lingkungan dapat berada diatas

27˚C dan mengalami perubahan di setiap kegiatan dapat disebabkan karena suhu merupakan

besaran yang sangat bergantung pada keadaan lingkungan sekitar. Masing masing tempat

memilki keadaan yang berbeda beda, seperti ketinggian dari permukaan laut, tekanan dan

kelembapan udara. Jadi tempertur suatu ruang atau daerah dapat berubah ubah menurut fungsi

keadaannya. Setelah praktikum, didapatkan hasil  bahwa terjadi peningkatan dan penurunan

suhu tubuh berdasarkan aktivitas. Hal ini terjadi dikarenakan suatu sistem termoregulasi

dalam tubuh, yaitu suatu sistem yang berfungsi mengendalikan naik turunnya suhu tubuh

berdasarkan perubahan suhu luar dan aktivitas yang dilakukan oleh organisme. Masing

masing organisme yang dalam hal ini adalah manusia ,  memilki respon tubuh terhadap

perubahan suhu yang berbeda. (Pearce, 1990)

Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior.  Terdapat tiga

komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor,

hypothalamus, dan saraf eferen. Termoregulasi dapat menjaga suhu tubuh. Dari perubahan

keadaan lingkungan yang terjadi secara tiba tiba ataupun karena jenis akitifitas yang

dilakukan oleh seseorang. Pada suhu tubuh yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan

lingkungan sekitarnya. Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi

dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan.  Mamalia Memiliki dua jenis sensor

pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan

sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh

(Swenson,1997).

Page 6: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

Suhu lingkungan memiliki derajat yang tidak jauh berbeda dari suhu tubuh.  Hal ini

dapat mengisyaratkan bahwa suhu tubuh dan suhu lingkungan akan saling menyesuaikan.

Penyesuaian ini dilakukan untuk mencegah kerusakan dan gangguan sistem dalam tubuh yang

dapat mengganggu kestabilan sel sel, sehingga sel sel rusak dan tidak mapu bermetabolisme

secara sempurna (Gordon,1992).

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan suhu lingkungan, artinya panas tubuh

dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin atau lebih panas. Begitu juga

sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara

manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui

kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai

langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak

otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30%

total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat

efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan

suhu tubuh (Swenson,1997).

Page 7: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

BAB IIIMETODELOGI

3.1. Alat dan Bahan

Alat Bahan- Mikroskop - Es batu

- Stopwatch - Kultur Daphnia sp

- Counter

- Pipet

- Beaker Glass

- Bunsen + kaki tiga + kasa

- Termometer

- Tabung Reaksi

3.2. Prosedur Kerja

Kultur Daphnia sp

Seekor Daphnia sp dari masing-masing suhu tadi

Disiapkan

Diambil dan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 25x, lalu atur posisi daphnia agar terlihat jelas bagian jantungnya dan terlihat jelas denyutnya

Daphnia sp

Diamati dan hitung denyut jantungnya dalam interval 15 detik, penghitungan dilakukan sebanyak 3x pada masing-masing suhu daphnia tersebut.

Diletakan pada tabung reaksi yang berbedabeda suhu (5°, 15°, 25°, 35°, 45°, dan 55°C)

Data Penghitungan

Dibuat garfik dan dihitung Q10 pada setiap pengukuran, dan diharapkan hasilnya sesuai dengan hukum Van’s Hoff

Grafik dan Hasil

Page 8: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil

Suhu (°C)

Jumlah denyut jantung (per 15 detik)

Rata-rata denyut jantung (per menit)

Q10

5 T1 = 13 13+16+19

3× 4=64 Q10={89,2

64 }10

15−5 =1,4T2 = 16

T3 = 19

15 T1 = 2222+22+23

3× 4=89,2 Q10={ 96

89,2 }10

25−15=1,07T2 = 22

T3 = 23

25 T1 = 2626+20+26

3× 4=96 Q10={98,4

96 }10

35−25=1,025T2 = 20

T3 = 26

35 T1 = 2424+25+25

3× 4=98,4 Q10={109,2

98,4 }10

45−35=1,11T2 = 25

T3 = 25

45 T1 = 2727+27+28

3× 4=109,2 Q10={118,7

109,2 }10

55− 45=1,1T2 = 27

T3 = 28

55 T1 = 2727+31+31

3× 4=118,7T2 = 31

T3 = 31

4.2. Data Grafik

Page 9: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

5 15 25 35 45 550

20

40

60

80

100

120

140

64

89.296 98.4

109.2118.7

Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung (Per Menit)

Suhu (°C)

frek

uens

i den

yut j

antu

ng (p

er m

enit)

5°-15° 15°-25° 25°-35° 35°-45° 45°-55°0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.4

1.07 1.0251.11 1.1

Pengaruh Suhu Terhadap Laju Konsumsi O2 (Q10)

Interval Suhu

Q10

4.3. Pembahasan

Page 10: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

Daphnia sp adalah sejenis zooplankton yang hidup di air tawar mendiami kolam-

kolam atau danau-danau. Daphnia sp dapat hidup di air tawar dan hidup didaerah tropis dan

sub tropis kehidupan daphnia dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi perairan antara lain:

suhu dan oksigen. Daphnia hidup pada kisaran ph cukup besar tetapi nilai yang optimal untuk

kehidupannya sukar ditentukan, lingkungan pH yang netral dan relative basah yaitu pada pH

1-8 baik untuk Daphnia sp dapat di klasifikasikan dalam:

Philum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Sub kelas : Branchiopoda

Divisi : Oigobranhiopoda

Ordo : Cladocera

Pamili : Daphnidae

Genus : Daphnia

Spesies : Daphnia magna

1. Morfologi Daphnia sp

Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu, dengan

bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang

jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan

enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat

adalah mata, antenna dan sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapace nya

tembus cahaya dan tampak dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya.

Beberapa Daphnia memakan crustacean dan rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah

filter feeder, memakan algae uniselular dan berbagai macam detritus organik termasuk

protista dan bakteri. Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya di lingkungan

terkontrol seperti laboratorium. Pertumbuhannya dapat dikontrol dengan mudah dengan

pemberian ragi. Partikel makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan

turun melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung

rongga pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membentuk arus kecil

saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap. Organ Daphnia untuk

berenang didukung oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar. Gerakan antenna ini

sangat berpengaruh untuk gerakan melawan arus.

Page 11: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

Gambar.1. Daphnia magna

2. Reproduksi Daphnia magna

Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara Parthenogenesis. Satu atau lebih

individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh induk. Daphnia yang baru menetas

harus melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum tumbuh jadi dewasa sekitar

satu pekan setelah menetas. Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak, remaja dan dewasa.

Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang pengeraman. Daphnia

sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara

parthenogenesis.

Daphnia magna. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari. Adapun

umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia magna. akan

beranak 29 ekor, individu yang baru menetas sudah sama secara anatomi dengan individu

dewasa. Proses reproduksi ini akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung

pertumbuhan. Jika kondisi tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi

reproduksi seksual. Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada

individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari

belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahi sel

telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan yang bernama Ephipium

untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas.

3. Kisaran Toleransi Suhu

Daphnia magna lebih optimal. Daphnia hidup pada selang suhu 18-24°C. Daphnia

membutuhkan pH yang sedikit alkalin, yaitu 6,7-8,2. Selain pH, faktor lain yang berpengaruh

terhadap kehidupan Daphnia magna adalah suhu. Suhu air sangat mempengaruhi seluruh

aktivitas dan proses reproduksi organisme akuatik termasuk daphnia. Konsentrasi oksigen

terlarut optimum bagi kehidupan Daphnia adalah minimal 5 mg/L, dengan adanya lumut

dalam medium dapat menghasilkan oksigen terlarut karena lumut melakukan fotosintesis

untuk mendukung kehidupan hidup Daphnia magna. Pada keadaan lingkungan yang kurang

mendukung seperti adanya pencemaran air dan kurangnya ketersediaan makanan akan

Page 12: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

dihasilkan neonate Daphnia magna yang sedikit jumlahnya. Hal ini karena Daphnia sp.

merupakan hewan akuatik yang sensitif terhadap pencemaran air, tetapi pada perlakuan 1 ini

tidak ada penambahan pakan ragi pada medium, hanya makanan (nutrien) yang mungkin

tersimpan dalam campuran dari ketiga komposisi (air sumur, lumpur dan lumut).

4. Habitat

Daphnia yang dikenal sebagai pakan ikan banyak ditemukan hampir seluruh pelosok

tanah, hidup secara bergerombol di perairan yang banyak mengandung bahan organik, atau

sisa-sisa pembusukan tananam, seperti sawah, rawa, solokan dan perairan yang berair tenang

atau tidak deras. Selain di Indonesia, Daphnia juga ditemukan di negara lain, seperti

Malaysia, Thailand dan Kamboja. Daphnia termasuk hewan air yang tergolong kedalam jenis

udang-udangan tingkat rendah. Adapun hidupnya mengambang di air dan berkelompok

hingga jutaan ekor sehingga permukaan air tampak berwarna kemerahan.

Hukum Van’t Hoff menyatakan : “Dari setiap peningkatan suhu sebesar 10°C akan

meningkatkan laju konsumsi oksigen atau dalam hal ini adalah denyut jantung sebesar 2

sampai 3 kali kenaikan”. Perhitungan Q10= [R2/R1]10/T2-T1 Ketika melakukan praktikum yang

dilakukan pada suhu 35°C sampai 55°C tidak sesuai dengan hokum Van’t Hoff, karena

mungkin dalam melakukan penelitian terjadi kesalahan penghitungan atau daphnia saat itu

dalam keadaan stress. Sesuai dengan pendapat Pearce (1990) dalam bukunya yang

mengatakan bahwa stress merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi termoregulasi.

BAB V

Page 13: Laporan Praktikum Fisiologi Hewan

Rifk

i Muh

amm

ad Iq

bal -

121

1702

067

KESIMPULAN

Termoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya

supaya tetap konstan, paling tidak supaya suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan yang

terlalu besar. Tetapi tidak semua hewan mampu mempertahankan suhu tubuh yang konstan.

Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homoeterm, sedangkan

yang tidak mampu mempertahankan suhu tubuh disebut poikiloterm.

Termoreguasi melibatkan penyesuaian fisiologis dan periaku ektodermik dan

endodermik, laju pertukaran panasnya dengan lingkungan eksternalnya dengan cara

pendinginan melalui araporasi dan melalui respon perilaku burung dan mamalia dapat

mengubah laju produksi panas metaboik insuasi, vasolidatasi dan penukar panas awan arus

mengubah laju pertukaran panas mengeluarkan lidah berkeringat dan mandi berendam

meningkatkan penguapan, sebagian besar hewan serangga dan hewan atau ikan

membangkitkan panas metabolic melalui petukaran panas awan arus, beberapa invertebrate,

amphibia dan reptilia mempertahankan suhu internal yang dapat ditoleris melalui penyesuaian

perilaku.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A, Jane B. Reece, Lawrance G. Mitchell. 2004.  Biology. Erlangga; Jakarta.

Duke, N. H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing; New York.

Guyton, D. C. 1993. Fisiologi Hewan, Edisi 2. EGC; Jakarta.

Martini. 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed.. Prentice  Hall International Inc.; New Jersey.

Pearce ,Evelyn C. 1990. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia; Jakarta.

Swenson, G. M. 1997. Dules Physiology or Domestic Animals. Publishing   Co. Inc.; USA.