laporan praktikum fisiologi hewan
TRANSCRIPT
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
“TERMOREGUASI”
Disusun Oleh:
RIFKI MUHAMMAD IQBAL (1211702067)
BIOLOGI IV B
KELOMPOK IV
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
TERMOREGULASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan
rambut pada burung dan mamalia, otot dan modifikasi sistem sirkulasi dibagian kulit.
Kontraksi pembuluh darah dibagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu
cara untuk menguarangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam
hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada bebrapa
hewan untuk menurunkan suhu tubuh dengan caramandi atau mengipaskan daun telingan ke
tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.
Hewan yang aktif biasanya hidup pada kisaran suhu yang sempit, dimulai beberapa derajat
di bawah titik beku air murni (00C) hingga sekitar 50oC. Perhatian utama kita akan tertuju
pada suhu tubuh makhluk hidup itu sendiri. Misalnya suhu tubuh manusia sekitar 37oC,
meskipun berada di tempat dingin maupun di tempat mandi uap panas.
Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan internal seekor hewan
misalnya laju respirasi seluler meningkat seiring peningkatan suhu sampai titik tertentu dan
kemudian menurun ketika suhu itu sudah cukup tinggi sehingga mulai mendenaturasi enzim
sifat-sifat membran juga berubah dengan perubahan suhu setiap hewan mempunyai kisaran
suhu yang optimum.
1.2. Tujuan
- Pengamatan terhadap perubahan-perubahan aktivitas jantung Daphnia sp. Dalam berbagai
temperatur lingkungan dan mempelajarinya.
- Menentukan koefisien aktifitas ( Q10)
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Suhu berpengaruh kepada tingkat
metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi
karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul
satu dengan molekul lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme
hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini
disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki
suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun
drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya (Campbell, 2004).
Di alam, pengaturan suhu tubuh oleh hewan dan manusia dilakukan untuk mengatur
panas yang diterimanya atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas
tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Konveksi
adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh.
Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek
yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi adalah proses
kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas (Martini,
1998).
Berdasarkan pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu hewan, maka hewan dibagi
menjadi dua golongan, yaitu poikioterm dan homoiterm. Suhu tubuh hewan poikioterm
dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan
suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Di lain pihak hewan
homoiterm disebut hewan berdarah panas. Suhu tubuh hewan homoiterm lebih stabil, hal ini
dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Endotermik
biasanya mempertahankan suhu tubuh mereka di sekitar 35 – 40°C (Duke, 1985).
Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda
akibat kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur
normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang
waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian
panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Proses evaporasi
yang dilakukan berfungsi untuk menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan
berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia (Swenson, 1997).
Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luar
untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem
metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan hewan endoterm, adalah hewan yang suhu
tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari
metabolisme jaringan. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari
dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang
sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas). Hewan ektoterm perlu menghemat energi
dengan cara hibernasi atau estivasi (Guyton,1993).
Hewan ektotermik dan endotermik mempertahankan suhu tubuhya dengan
mengkombinasikan empat kategori umum dari adaptasi, yaitu:
1. Penyesuaian laju pertukaran panas antara hewan dengan sekelilingnya.
Insulasi tubuh seperti, rambut, bulu, lemak yang terletak persis di bawah kulit untuk
mengurangi kehilangan panas. Penyesuaian ini terdiri dari beberapa mekanisme, diantaranya:
a. Hewan endotermik mengubah jumlah darah yang mengalir ke kulitnya berdasarkan suhu
di sekitarnya. Misal pada suhu dingin maka hewan endotermik akan mengecilkan diameter
pembuluh darahnya (vasokontriksi) sehingga terjadi penurunan aliran darah, sedangkan pada
musim panas hewan endotermik akan membesarkan diameter pembuluh darahnya
(vasodilatasi) sehingga terjadi peningkatan aliran darah.
b. Pengaturan arteri dan vena yang disebut penukar panas lawan arus
( countercurrent heat exchanger). Pengaturan lawan arus ini memudahkan pemindahan panas
dari arteri ke vena di sepanjang pembuluh darah tersebut
2. Pendinginan melalui kehilangan panas evaporatif.
Hewan endotermik dan ektotermik terestial kehilangan air melalui pernapasan dan melalui
kulit. Jika kelembapan udara cukup rendah, air akan menguap dan hewan tersebut akan
kehilangan panas dengan cara pendingin melalui evaporasi. Evaporasi dari sistem respirasi
dapat ditingkatkan dengan cara panting (menjulurkan lidah ke luar). Pendinginan melalui
evaporasi pada kulit dapat ditingkatkan dengan cara berendam atau berkeringat
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
3. Respons perilaku.
Banyak hewan dapat meningkatkan atau menurunkan hilangnya panas tubuh dengan cara
berpindah tempat. Mereka akan berjemur dibawah terik matahari atau pada batu panas selama
musim dingin, menemukan tempat sejuk, lembab atau masuk ke dalam lubang di dalam tanah
pada musim panas, dan bahkan bermigrasi ke lingkungan yang lebih sesuai.
4. Pengubahan laju produksi panas metabolik.
Kategori penyesuaian ini hanya berlaku bagi hewan endotermik, khususnya unggas dan
mamalia. Hewan endotermik akan meningkatkan produksi panas metaboliknya sebanyak dua
tau tiga kali lipat ketika terpapar ke keadaan dingin (Campbell, 2004).
Manusia memiliki rentan suhu normal manusia 36,4 dan 36,7 ˚C. Sedangkan suhu
lingkungan normal sekitar 27˚C. Pada hasil pengamatan, suhu lingkungan dapat berada diatas
27˚C dan mengalami perubahan di setiap kegiatan dapat disebabkan karena suhu merupakan
besaran yang sangat bergantung pada keadaan lingkungan sekitar. Masing masing tempat
memilki keadaan yang berbeda beda, seperti ketinggian dari permukaan laut, tekanan dan
kelembapan udara. Jadi tempertur suatu ruang atau daerah dapat berubah ubah menurut fungsi
keadaannya. Setelah praktikum, didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan dan penurunan
suhu tubuh berdasarkan aktivitas. Hal ini terjadi dikarenakan suatu sistem termoregulasi
dalam tubuh, yaitu suatu sistem yang berfungsi mengendalikan naik turunnya suhu tubuh
berdasarkan perubahan suhu luar dan aktivitas yang dilakukan oleh organisme. Masing
masing organisme yang dalam hal ini adalah manusia , memilki respon tubuh terhadap
perubahan suhu yang berbeda. (Pearce, 1990)
Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior. Terdapat tiga
komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor,
hypothalamus, dan saraf eferen. Termoregulasi dapat menjaga suhu tubuh. Dari perubahan
keadaan lingkungan yang terjadi secara tiba tiba ataupun karena jenis akitifitas yang
dilakukan oleh seseorang. Pada suhu tubuh yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan
lingkungan sekitarnya. Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi
dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. Mamalia Memiliki dua jenis sensor
pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan
sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh
(Swenson,1997).
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
Suhu lingkungan memiliki derajat yang tidak jauh berbeda dari suhu tubuh. Hal ini
dapat mengisyaratkan bahwa suhu tubuh dan suhu lingkungan akan saling menyesuaikan.
Penyesuaian ini dilakukan untuk mencegah kerusakan dan gangguan sistem dalam tubuh yang
dapat mengganggu kestabilan sel sel, sehingga sel sel rusak dan tidak mapu bermetabolisme
secara sempurna (Gordon,1992).
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan suhu lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin atau lebih panas. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara
manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui
kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai
langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak
otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30%
total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat
efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan
suhu tubuh (Swenson,1997).
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
BAB IIIMETODELOGI
3.1. Alat dan Bahan
Alat Bahan- Mikroskop - Es batu
- Stopwatch - Kultur Daphnia sp
- Counter
- Pipet
- Beaker Glass
- Bunsen + kaki tiga + kasa
- Termometer
- Tabung Reaksi
3.2. Prosedur Kerja
Kultur Daphnia sp
Seekor Daphnia sp dari masing-masing suhu tadi
Disiapkan
Diambil dan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 25x, lalu atur posisi daphnia agar terlihat jelas bagian jantungnya dan terlihat jelas denyutnya
Daphnia sp
Diamati dan hitung denyut jantungnya dalam interval 15 detik, penghitungan dilakukan sebanyak 3x pada masing-masing suhu daphnia tersebut.
Diletakan pada tabung reaksi yang berbedabeda suhu (5°, 15°, 25°, 35°, 45°, dan 55°C)
Data Penghitungan
Dibuat garfik dan dihitung Q10 pada setiap pengukuran, dan diharapkan hasilnya sesuai dengan hukum Van’s Hoff
Grafik dan Hasil
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil
Suhu (°C)
Jumlah denyut jantung (per 15 detik)
Rata-rata denyut jantung (per menit)
Q10
5 T1 = 13 13+16+19
3× 4=64 Q10={89,2
64 }10
15−5 =1,4T2 = 16
T3 = 19
15 T1 = 2222+22+23
3× 4=89,2 Q10={ 96
89,2 }10
25−15=1,07T2 = 22
T3 = 23
25 T1 = 2626+20+26
3× 4=96 Q10={98,4
96 }10
35−25=1,025T2 = 20
T3 = 26
35 T1 = 2424+25+25
3× 4=98,4 Q10={109,2
98,4 }10
45−35=1,11T2 = 25
T3 = 25
45 T1 = 2727+27+28
3× 4=109,2 Q10={118,7
109,2 }10
55− 45=1,1T2 = 27
T3 = 28
55 T1 = 2727+31+31
3× 4=118,7T2 = 31
T3 = 31
4.2. Data Grafik
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
5 15 25 35 45 550
20
40
60
80
100
120
140
64
89.296 98.4
109.2118.7
Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung (Per Menit)
Suhu (°C)
frek
uens
i den
yut j
antu
ng (p
er m
enit)
5°-15° 15°-25° 25°-35° 35°-45° 45°-55°0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.4
1.07 1.0251.11 1.1
Pengaruh Suhu Terhadap Laju Konsumsi O2 (Q10)
Interval Suhu
Q10
4.3. Pembahasan
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
Daphnia sp adalah sejenis zooplankton yang hidup di air tawar mendiami kolam-
kolam atau danau-danau. Daphnia sp dapat hidup di air tawar dan hidup didaerah tropis dan
sub tropis kehidupan daphnia dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi perairan antara lain:
suhu dan oksigen. Daphnia hidup pada kisaran ph cukup besar tetapi nilai yang optimal untuk
kehidupannya sukar ditentukan, lingkungan pH yang netral dan relative basah yaitu pada pH
1-8 baik untuk Daphnia sp dapat di klasifikasikan dalam:
Philum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Branchiopoda
Divisi : Oigobranhiopoda
Ordo : Cladocera
Pamili : Daphnidae
Genus : Daphnia
Spesies : Daphnia magna
1. Morfologi Daphnia sp
Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu, dengan
bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang
jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan
enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat
adalah mata, antenna dan sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapace nya
tembus cahaya dan tampak dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya.
Beberapa Daphnia memakan crustacean dan rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah
filter feeder, memakan algae uniselular dan berbagai macam detritus organik termasuk
protista dan bakteri. Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya di lingkungan
terkontrol seperti laboratorium. Pertumbuhannya dapat dikontrol dengan mudah dengan
pemberian ragi. Partikel makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan
turun melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung
rongga pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membentuk arus kecil
saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap. Organ Daphnia untuk
berenang didukung oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar. Gerakan antenna ini
sangat berpengaruh untuk gerakan melawan arus.
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
Gambar.1. Daphnia magna
2. Reproduksi Daphnia magna
Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara Parthenogenesis. Satu atau lebih
individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh induk. Daphnia yang baru menetas
harus melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum tumbuh jadi dewasa sekitar
satu pekan setelah menetas. Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak, remaja dan dewasa.
Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang pengeraman. Daphnia
sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara
parthenogenesis.
Daphnia magna. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari. Adapun
umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia magna. akan
beranak 29 ekor, individu yang baru menetas sudah sama secara anatomi dengan individu
dewasa. Proses reproduksi ini akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung
pertumbuhan. Jika kondisi tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi
reproduksi seksual. Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada
individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari
belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahi sel
telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan yang bernama Ephipium
untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas.
3. Kisaran Toleransi Suhu
Daphnia magna lebih optimal. Daphnia hidup pada selang suhu 18-24°C. Daphnia
membutuhkan pH yang sedikit alkalin, yaitu 6,7-8,2. Selain pH, faktor lain yang berpengaruh
terhadap kehidupan Daphnia magna adalah suhu. Suhu air sangat mempengaruhi seluruh
aktivitas dan proses reproduksi organisme akuatik termasuk daphnia. Konsentrasi oksigen
terlarut optimum bagi kehidupan Daphnia adalah minimal 5 mg/L, dengan adanya lumut
dalam medium dapat menghasilkan oksigen terlarut karena lumut melakukan fotosintesis
untuk mendukung kehidupan hidup Daphnia magna. Pada keadaan lingkungan yang kurang
mendukung seperti adanya pencemaran air dan kurangnya ketersediaan makanan akan
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
dihasilkan neonate Daphnia magna yang sedikit jumlahnya. Hal ini karena Daphnia sp.
merupakan hewan akuatik yang sensitif terhadap pencemaran air, tetapi pada perlakuan 1 ini
tidak ada penambahan pakan ragi pada medium, hanya makanan (nutrien) yang mungkin
tersimpan dalam campuran dari ketiga komposisi (air sumur, lumpur dan lumut).
4. Habitat
Daphnia yang dikenal sebagai pakan ikan banyak ditemukan hampir seluruh pelosok
tanah, hidup secara bergerombol di perairan yang banyak mengandung bahan organik, atau
sisa-sisa pembusukan tananam, seperti sawah, rawa, solokan dan perairan yang berair tenang
atau tidak deras. Selain di Indonesia, Daphnia juga ditemukan di negara lain, seperti
Malaysia, Thailand dan Kamboja. Daphnia termasuk hewan air yang tergolong kedalam jenis
udang-udangan tingkat rendah. Adapun hidupnya mengambang di air dan berkelompok
hingga jutaan ekor sehingga permukaan air tampak berwarna kemerahan.
Hukum Van’t Hoff menyatakan : “Dari setiap peningkatan suhu sebesar 10°C akan
meningkatkan laju konsumsi oksigen atau dalam hal ini adalah denyut jantung sebesar 2
sampai 3 kali kenaikan”. Perhitungan Q10= [R2/R1]10/T2-T1 Ketika melakukan praktikum yang
dilakukan pada suhu 35°C sampai 55°C tidak sesuai dengan hokum Van’t Hoff, karena
mungkin dalam melakukan penelitian terjadi kesalahan penghitungan atau daphnia saat itu
dalam keadaan stress. Sesuai dengan pendapat Pearce (1990) dalam bukunya yang
mengatakan bahwa stress merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi termoregulasi.
BAB V
Rifk
i Muh
amm
ad Iq
bal -
121
1702
067
KESIMPULAN
Termoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya
supaya tetap konstan, paling tidak supaya suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan yang
terlalu besar. Tetapi tidak semua hewan mampu mempertahankan suhu tubuh yang konstan.
Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homoeterm, sedangkan
yang tidak mampu mempertahankan suhu tubuh disebut poikiloterm.
Termoreguasi melibatkan penyesuaian fisiologis dan periaku ektodermik dan
endodermik, laju pertukaran panasnya dengan lingkungan eksternalnya dengan cara
pendinginan melalui araporasi dan melalui respon perilaku burung dan mamalia dapat
mengubah laju produksi panas metaboik insuasi, vasolidatasi dan penukar panas awan arus
mengubah laju pertukaran panas mengeluarkan lidah berkeringat dan mandi berendam
meningkatkan penguapan, sebagian besar hewan serangga dan hewan atau ikan
membangkitkan panas metabolic melalui petukaran panas awan arus, beberapa invertebrate,
amphibia dan reptilia mempertahankan suhu internal yang dapat ditoleris melalui penyesuaian
perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A, Jane B. Reece, Lawrance G. Mitchell. 2004. Biology. Erlangga; Jakarta.
Duke, N. H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing; New York.
Guyton, D. C. 1993. Fisiologi Hewan, Edisi 2. EGC; Jakarta.
Martini. 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed.. Prentice Hall International Inc.; New Jersey.
Pearce ,Evelyn C. 1990. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia; Jakarta.
Swenson, G. M. 1997. Dules Physiology or Domestic Animals. Publishing Co. Inc.; USA.