laporan praktikum farmakologi (eksperimen dasar)

18
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ( Eksperimen Dasar ) Dra. Refdanita Wahab M.Si, Apt Kelompok IV (Variasi Kelamin) Irma Abriantika N. 13334602 Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Sains dan Teknologi Nasional

Upload: abriantika

Post on 07-Dec-2015

1.026 views

Category:

Documents


75 download

DESCRIPTION

ISTN Bu Reff

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

( Eksperimen Dasar )

Dra. Refdanita Wahab M.Si, Apt

Kelompok IV

(Variasi Kelamin)

Irma Abriantika N. 13334602

Program Studi Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Sains dan Teknologi Nasional

Jakarta 2015

Page 2: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Farmakologi ini dengan baik.

Praktikum ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh dalam Program Studi Farmasi.

Dengan selesainya Laporan Praktikum Farmakologi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Pembimbing dan para rekan-rekan mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.

Page 3: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

Jakarta, 4 Agustus 2015

Penulis

I. Bab : BAB II { Eksperimen

Dasar }

II. Nomor : II.2.3

III. Judul Praktikum : Beberapa faktor yang

mempengaruhi

dosis obat

Sub Judul : Variasi Kelamin

IV. Tanggal Praktikum : Sabtu Pagi, 25 Juli 2015

V. Tujuan Praktikum :

Mengenal dan mengamati berbagai faktor yang memodifikasi obat.

Mengajukan hal-hal yang melandasi pengaruh faktor-faktor ini.

Dapat merumuskan pendekatan teoritis maupun praktis.

Untuk mengetahui pengaruh variasi jenis kelamin terhadap dosis obat yang diberikan kepada hewan percobaan.

VI. Prinsip Percobaan : Dosis yang diperlukan untuk mencapai kadar terapeutik efektif berbeda-beda pada tiap-tiap individu disebabkan karena adanya variasi biologi dan variasi jenis kelamin yang mempengaruhi respons tubuh terhadap obat.

VII. Dasar Teori :

Page 4: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metabolisme Obat

Metabolisme obat secara normal melibatkan lebih dari satu proses kimiawi dan enzimatik sehingga menghasilkan lebih dari satu metabolit. Jumlah metaboloit ditentukan oleh kadar dan aktivutas enzim yang berperan pada proses metabolisme. Kecepatan metabolisme dapat menentukan intensitas dan memeperpanjang kerja obat. Kecepatan metabolisme ini kemungkinan berbeda-beda pada masing-masing individu. Penurunan kecepatan metabolisme akan meningkatkan intensitas dan memperpanjang masa kerja obat, dan kemungkinan meningkatkan toksisitas obat. Kenaikan kecepatan metabolisme akan menurunkan intensitas dan memperpendek masa kerja obat sehingga obat menjadi tidak efektif pada dosis normal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat antara lain faktor genetik atau keturunan, perbedaan spesies dan galur, pebedaan jenis kelamin, perbedaan umur, penghambatan enzim metabolisme, induksi enzim metabolisme dan faktor-faktor lain.

Perbedaan Jenis Kelamin (yang dipraktikkan)

Pada beberapa spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin terhadap kecepatan metabolisme obat. Banyak obat dimetabolisis dengan kecepatan yang sama baik pada tikus betina maupun tikus jantan. Tikus betina dewasa

Page 5: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

ternyata memetabolisis beberapa obat dengan kecepatan yang lebih rendah dibanding tikus jantan.

VIII. Alat/Bahan/Hewan :

Hewan Percobaan : Tikus Jantan 3 ekor dan Tikus Betina

3 ekor

Obat yang diberikan : Phenobarbital 50 mg/ml (diencerkan menjadi 5mg/ml)

Rute : Intra Muskular

Alat yang digunakan : Disposible Syringe 1 ml, Koran,

Toples Kaca

IX. Prosedur Kerja :

Sebelum dilakukan penyuntikan tikus terlebih dahulu diamati perilaku normalnya, setelah dilakukan penyuntikan tikus diletakkan kembali untuk pengamatan.

X. Data/Perhitungan Dosis

NO TIKUSBERAT ( g )

1 JANTAN 1 210

2 JANTAN 2 140

3 JANTAN 3 310

4 BETINA 1 130

5 BETINA 2 110

6 BETINA 3 310

Page 6: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

Perhitungan Dosis dan Takaran ml

Konversi Dosis Manusia ke Dosis Tikus : 0,018 x 50mg = 0,9mg

Tikus Jantan 1 :

210g200g

×0,9mg=0,945mg; 0,945mg5mg

×1ml=0,189ml 0,2ml

Tikus Jantan 2 :

140g200g

×0,9mg=0,63mg; 0,63mg5mg×1ml=0,126ml 0,1ml

Tikus Jantan 3 :

310g200g

×0,9mg=1,395mg; 1,395mg5mg×1ml=0,279ml 0,3ml

Tikus Betina 1 :

130g200g

×0,9mg=0,585mg; 0,585mg5mg

×1ml=0,117ml 0,1ml

Tikus Betina 2 :

110 g200g

×0,9mg=0,495mg; 0,495mg5mg

×1ml=0,099ml 0,1ml

Tikus Betina 3 :

310g200g

×0,9mg=1,395mg; 1,395mg5mg

×1ml=0,279mg 0,3ml

XI. Hasil Pengamatan :

Page 7: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

Untuk tiap mencit dicatat saat pemberian obat, saat mula muncul berbagai efek, tipe-tipe efek yang muncul, lama berlangsungnya efek.

Buatkan table dari hasil-hasil eksperien, sehingga jelas apa yang dikerjakan dan hasilnya.

Perilaku tikus sebelum penyuntikan

Jantan : Pada awalnya jantan sangat aktif dan lincah, tetapi pada saat penyuntikan akan dimulai, jantan bersikap lebih tenang.

Betina : Pada awalnya betina bersikap normal, kondisi mata terbuka lebar, dapat berjalan dengan baik (tidak cacat). Tetapi pada saat penyuntikan akan dimulai, betina bersikap agresif dibandingkan jantan.

Proses Penyuntikan

Semua proses penyuntikan berjalan dengan lancar kecuali pada :

Jantan 1 : zat yang disuntikkan tidak semua masuk ke dalam otot dikarenakan proses penyuntikan yang masih awal.

Betina 2 : zat yang disuntikkan tidak semua masuk dikarenakan tikus yang akan disuntik terlalu agresif.

Jenis Kelamin

Tikus EfekWaktu Sadar

Page 8: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

Jantan

1

Awal pemberian obat : 10.10 setelah 10 menit tikus mulai

diam dan tenang, 10.23 mulai tertidur.

10.46

2

Awal pemberian obat : 10.16 setelah

5 menit mulai tenang, 10 menit

kemudian matanya sayu.

10.55

3

Awal pemberian obat : 10.23 setelah 5 menit tikus mulai

diam, 5 menit kemudian tertidur

11.05

Betina

1

Awal pemberian obat : 10.28 setelah 10 menit tikus mulai

tertidur

10.58

2

Awal pemberian obat : 10.32 setelah

15 menit tikus masih agresif

10.48

3

Awal pemberian obat : 10.36 setelah 9 menit tenang dan 3 menit kemudian

mulai tertidur

11.15

Waktu timbul efek obat dari awal pemberian obat :

Page 9: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

Tikus Waktu Efek Tenang

Jantan1 10 menit2 5 menit3 5 menit

Betina1 5 menit2 20 menit3 9 menit

Rata-rata waktu pada Tikus Jantan yaitu 6,66 menit sedangkan Tikus Betina yaitu 12,33 menit

Waktu yang diperlukan dari awal pemberian obat hingga tertidur :

Tikus Waktu Efek Tidur

Jantan1 13 menit2 15 menit3 10 menit

Betina1 10 menit2 25 menit3 12 menit

Rata-rata waktu hingga tertidur pada Tikus Jantan yaitu 12,66 menit sedangkan pada Tikus Betina yaitu 15,66 menit

XII. Pembahasan :

Pemberian obat secara Intra Muskular yaitu pemberian cairan obat disuntikkan pada paha posterior. Tikus dipegang dengan cara menyamping. Dimana ibu jari dan telunjuk memegang kepala tikus dengan tangan kiri

Page 10: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

kemudian kelingking dan jari manis memegang paha dan perut bagian kiri mencit. Bersihkan area kulit yang akan disuntik dengan alcohol 70%. Masukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml.

Jenis kelamin dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan yang kuantitatif dalam efek farmakologi obat. Perbedaan-perbedaan yang kadang kala fundamental dalam pola fisiologi dan biokimia antara jenis jantan dan betina menyebabkan hal ini.

XIII. Kesimpulan :Jenis kelamin akan mempengaruhi respon obat

yang diberikan, di mana jantan lebih cepat memberikan respon dari pada betina karena pengaruh hormon androgen.

XIV. Saran : Dalam menghitung dosis hendaknya dihitung

dengan benar karena dapat berpengaruh pada respon mencit.

Agar praktikan diberikan bimbingan tentang cara pelaksanaan percobaan, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam percobaan.

XV. Pertanyaan & Jawaban 1. Jika dalam percobaan ini digunakan Tiopental Na

atau pentotal pada hari ke delapan apakah akan di peroleh waktu induksi dan lama kerja yang berbeda ? kalau memang akan ada perbedaan , jelaskan !

Page 11: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

2. Bahas implikasi klinik dari perbedaan kelamin !

Jawaban :

1. Pastinya akan diperoleh waktu induksi dan lama kerja yang berbeda.hal tersebut dapat dilihat dari sifat obat masing-masing.

Tiopental Na atau pentotal larut dalam air,merupakan kelompok barbital ultra-shortacting,efeknya baik tetapi sangat singkat (t ½ = 5 menit).Mula kerjanya cepat (tanpa taraf eksitasi) tetapi efek analgetis dan relaksasi otot tidak cukup kuat.sedangkan fenobarbital yang digunakan pada percobaan kali ini sangat sukar larut dalam air.

Maka dapat disimpulkan Tiopental Na akan lebih cepat menimbulkan efek jika diberikan pada hewan coba jantan karena komponen jaringan lemak pada hewan jantan lebih sedikit sedangkan pada hewan coba betina efeknya akan lebih lama.Sedangkan fenobarbital akan lebih cepat menimbulkan efek jika diberikan pada hewan coba betina karena komponen lemaknya dalam betina lebih besar dibandingkan jantan.

2. Implikasi klinik dari perbedaan kelamin : bahwa pada jenis kelamin betina komponen jaringan lemak lebih besar dibandingkan jantan oleh karenanya obat yang larut lemak akan lebih cepat menimbulkan efek pada betina dibandingkan jantan.Pada variasi-variasi metabolism obat yang tergantung pada jenis kelamin telah dikenal baik,pada jantan muda dewasa menunjukan

Page 12: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

metabolism obat yang jauh lebih cepat daripada betina muda dewasa atau jantan pubertas.Perbedaan ini disebabkan oleh hormone androgenik.

XVI. Daftar Pustaka :

Departemen Farmakologi dan Terapeutik,Farmakologi dan Terapi,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2007.

Tim Dosen Praktikum Farmakologi,Penuntun Praktikum Farmakologi,Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Isntitut Sains Dan Teknologi Nasional,2008.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Farmakope Indonesia,ed.IV,1995

http://wahyudinstr.blogspot.com/2008/12/kumpulan-jurnal-farmakologi-dasar.html

Page 13: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

Data Kelompok Lain

Kelompok 1 (Cara Pemberian Obat)

Hewan Obat Cara Pemberian

DosisPengamatan (Waktu timbul efek)

Perubahan Aktivitas

RR+ Sedasi Hipnotip Anaestesi N

TIKUS

I

PHENOBARBITAL

Oral

0,02 ml

± 26 menit ±36 menit

55 menit 22 detik

II 0,02 ml

± 14 menit ±20 menit

1 jam 27 menit

ISubkutan

0,02 ml

± 36 menit 15 detik

±57 menit 1 jam 2 menit

II 0,02 ml

± 30 menit 45 menit

58 menit 47 detik

IIntra Vena

0,01 ml

22 detik 10 menit

15 menit 10 setik

II 0,01 ml

25 detik 5 menit

10 menit 20 detik

Page 14: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

Kelompok 2 (Variasi Biologik)

Hewan ObatCara

Pemberian

DosisPengamatan (Waktu timbul efek)

Perubahan Aktivitas

RR+ Sedasi Hipnotip Anaestesi

N

TIKUS

I

PHENOBARBITAL

INTRA MUSCUL

AR

0,03 ±6 MENIT - ±45 MENIT

60 MENIT - -

II 0,02 ±5 MENIT -±50

MENIT1 JAM 15 MENIT - -

IRECTAL

0,02±10

MENIT -±20

MENIT 25 MENIT - -

II 0,03±10

MENIT -±15

MENIT 20 MENIT - -

I

INTRA PERITON

EAL

0,02 ±5 MENIT -±10

MENIT 20 MENIT - -

II 0,02 ±7 MENIT -±15

MENIT 22 MENIT - -

III 0,02 ±5 MENIT -±10

MENIT 20 MENIT - -

Kelompok 3 (Toleransi yang diperoleh)

Page 15: Laporan Praktikum Farmakologi (Eksperimen Dasar)

Hewan ObatCara

Pemberian

Dosis

Pengamatan (waktu timbul efek)

Perubahan

aktivitasRR+ Sedasi Hipnotip

Anestesi N

TIKUS

I PHENOBARBIT

ALINTRA

MUSCULAR0, 02

15 MENIT

- 65MENIT

- - -

II - 55MENIT

- - -

III NACL - - - - -