laporan praktikum biologi.docx

46
I. JUDUL PERCOBAAN : PENGARUH POLUSI UDARA TERHADAP PERKECAMBAHAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1.Mengamatan dampak polusi air terhadap perkecambahan 2.Mengetahui dampak polusi udara terhadap perkecambahan 3.Mengamati pertumbuhan/perrkembangan kecambah dengan adanya polusi 4.Memahami berbagai konaminasi /perkecambahan udara 5.Meneliti bagaimana kecambah/mengamati keadaan kecambah III. TINJAUAN TEORITIS : POLUSI UDARA Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global. 1

Upload: sari-yuliana-sihombing

Post on 29-Dec-2015

120 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

I. JUDUL PERCOBAAN : PENGARUH POLUSI UDARA TERHADAP

PERKECAMBAHAN

II. TUJUAN PERCOBAAN :

1.Mengamatan dampak polusi air terhadap perkecambahan

2.Mengetahui dampak polusi udara terhadap perkecambahan

3.Mengamati pertumbuhan/perrkembangan kecambah dengan adanya polusi

4.Memahami berbagai konaminasi /perkecambahan udara

5.Meneliti bagaimana kecambah/mengamati keadaan kecambah

III. TINJAUAN TEORITIS :

POLUSI UDARA

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau

biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,

hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak

properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun

kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas,

radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara

mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,

regional, maupun global.

Fenomena hujan asam mulai dikenal sejak akhir abad 17, hal ini diketahui dari

buku karya Robert Boyle pada tahun 1960 dengan judul “A General History of the

Air“. Buku tersebut menggambarkan fenomena hujan asam sebagai “nitrous or

salino-sulforus spiris“. Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert

Angus Smith pada tahun 1872 pada saat menguraikan keadaan di Manchester,

sebuah daerah industri di Inggris bagian utara. Smith menjelaskan fenomena

1

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

hujan asam pada bukunya yang berjudul “Air and Rain: The Beginnings of

Chemical Technology“.

Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam daripada hujan biasa. Deposit asam

dari atmosfer dapat bersifat abash (dari hujan, salju, atau hujan es) atau kering

(dari pertukaran turbulen dan pengaruh gravitasi yang tidak berkaitan dengan

hujan). Hujan asam dikenal pertama kali pada tahun 1950, yaitu pada saat hujan

asam tersebut memberikan dampak negative berupa air yang bersifat asam di

danau Skandinavia dan Kanada

(Mukono, 2000 dalam Rahardiman, Arya. 2009).

Istilah keasaman berarti bertambahnya ion hydrogen ke dalam suatu lingkungan.

Suatu lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan ion hydrogen yang bersal

dari asam sulfat (H2SO4) dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam

oksidasi sulfur dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dan hydrogen

peroksida.

Masalah hujan asam dalam skala yang cukup besar pertama terjadi pada tahun

1960-an ketika sebuah danau di Skandinavia meningkat keasamannya hingga

mengakibatkan berkurangnya populasi ikan. Hal tersebut juga terjadi di Amerika

Utara, pada masa itu pula banyak hutan-hutan di bagian Eropa dan Amerika yang

rusak. Sejak saat itulah dimulai berbagai usaha penaggulangannya, baik melalui

bidang ilmu pengetahuan, teknis maupun politik. Hujan yang normal seharusnya

adalah hujan yang tidak membawa zat pencemar dan dengan pH 5,6. Air hujan

memang sedikit asam karena H2O yang ada pada air hujan bereaksi dengan CO2 di

udara. Reaksi tersebut menghasilkan asam lemah H2CO3 dan terlarut di air hujan.

Apabila air hujan tercemar dengan asam-asam kuat, maka pH-nya akan turun

dibawah 5,6 maka akan terjadi hujan asam. (Sumber: Ophardt, C.O., (2010)).

Karena hujan asam terlihat, dan rasanya seperti air bersih, pengukuran pH

diambil untuk menentukan keasaman yang dimilikinya. Menurut US

2

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Environmental Protection Agency, air murni memiliki pH 7,0, dan hujan normal

memiliki pH sekitar 5.6 (Howard, Rhonda, 2010). Nilai 7,0 dianggap netral, Nilai

yang lebih tinggi dari 7,0 semakin alkali atau dasar, Nilai lebih rendah dari 7,0

semakin asam. ilustrasi di atas juga menggambarkan pH dari beberapa zat umum

Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi

kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada

dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara

akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat

terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang

mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber

pencemaran.

Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila

asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari

awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula

terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam

itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out.

Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.

Beberapa penyebab hujan asam diantaranya :

1. Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur

Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan

melalui pembakaran. Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer

diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung berapi

maupun kebakaran hutan secara alami.

Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat

pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi

mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%.

Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida

3

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

(SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam

sulfat.

Oksida nitrogen, atau NOx, dan sulfur dioksida, atau SO2, adalah dua sumber

utama hujan asam. Sulfur dioksida, yang merupakan gas tidak berwarna,

dilepaskan sebagai produk oleh-ketika bahan bakar fosil yang mengandung

belerang yang terbakar.

Gas ini dihasilkan karena berbagai proses industri, seperti pengolahan minyak

mentah, pabrik utilitas, dan besi dan pabrik baja. berarti alam dan bencana juga

dapat mengakibatkan belerang dioksida yang dilepaskan ke atmosfer, seperti

vegetasi membusuk, plankton, semprot laut, dan gunung berapi, yang semuanya

memancarkan sekitar 10% belerang dioksida. Secara keseluruhan, pembakaran

industri bertanggung jawab atas 69,4% emisi sulfur dioksida ke atmosfer, dan

transportasi kendaraan bertanggung jawab atas sekitar 3,7% (Anonim , 2009).

1. NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa

organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas

jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan

juga mengalami kimi-fisik dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena

itu semakin banyak menggunakan pupuk N, makin tinggi pula produksi

oksida tersebut.

2. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur

dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta

mengering bersama debu atau partikel lainnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Atmospheric Deposition

Program di Amerika, menunjukkan bahwa pada Tahun 2004 terjadi hujan asam

yang diperkirakan disebabkan oleh pembangkit listrik di New Jersey atau

Michigan.

4

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida yang

ada do atmosfer baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah, sungai,

danau, hutan, lahan pertanian, atau bangunan melalui tetes hujan, kabut, embun,

salju, atau butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin.

Asam-asam tersebut berasal dari prekursor hujan asam dari kegiatan manusia

(anthropogenic) seperti emisi pembakaran batubara dan minyak bumi, serta

emisi dari kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti letusan gunung berapi juga

dapat menjadi salah satu penyebab deposisi asam. Reaksi pembentukan asam di

atmosfer dari prekursor hujan asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia.

Reaksi-reaksi yang terjadi cukup banyak dan kompleks, namun dapat dituliskan

secara sederhana seperti dibawah ini. 

(Sumber: PhysicalGeography.net dalam Likens, Gene, 2010)

Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan

dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam

disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik,

kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-

gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan kilometer

di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.

Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di

Republik Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya.

Hujan asam dari pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah

merusak hutan-hutan di New York dan New England. Pembangkit tenaga listrik

ini umumnya menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.

Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat

turunnya kadar pH sejak dimulainya revolusi industri dari Ph 6 menjadi 4,5 atau

4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang

menghuni kolam-kolam. Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang

mati akan mengendap dalam lapisan-lapisan sedimen di dasar kolam.

5

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga jumlah diatom

yang ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara

tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut.

Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen

oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar

fosil, terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida

belerang ini. Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4

(tingkat keasaman cuka). Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk

mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena

emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang

memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang

jauh dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh

lebih banyak karena tingginya curah hujan di sini.

6

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

IV. ALAT DAN BAHAN :

A. Alat

NO. Nama Alat Jumlah

1. Gelas piala 600 ml -

2. Mistar 1 buah

3. Timbangan 1 buah

4. Gelas ukur 100 ml 1 buah

5. Tempat kue 2 buah

6. kapas Secukupnya

B. Bahan

NO NAMA BAHAN JUMLAH

1. Kacang hijau 20 butir

2. Larutan asam Secukupnya

3. H2SO4 Secukupnya

4. HNO3 Secukupnya

V. PROSEDUR KERJA

7

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

No Prosedur Kerja

1 Membuat larutan asam (misalnya dari H2SO4 ) dengan

konsentrasi 0,01%, 0,1%, 0,5%, dan air biasa.

2 Menyediakan empat buah cawan petri

3 Menuangkan masing masing larutan ke dalam cawan petri

4 Memasukkan biji kacang hijau ke dalam masing masing

larutan sebanyak Sembilan biji setiap wadah

5 Merendam biji kacang hijau selama kurang lebih 30 menit

6 Menyiapkan dua wadah plastik dan membalut dengan kapas.

7 Membagi wadah masing-masing menjadi dua bagian,

8 Memberi label di kedua tepi wadah, yaitu 0,01 dan 0,5 dan

wadah kedua 0,1% dengan air bersih (kontrol)

9 Memasukkan masing masing sejumlah Sembilan biji kacang

hijau pada dua wadah, yang masing-masing dibagi menjadi

dua

10 Meletakkan wadah pada tempat yang tidak terkena kontak

langsung dengan sinar matahari, dan menyiramnya setiap

hari.

11 Mengamati perkembangan kecambah selama empat hari

berturut-turut dan mengukur panjang akar, panjang batang,

dari tiap kacang hijau tersebut.

12 Mencatat hasil pengamatan dalam tabel dan memfoto

V. Pembahasan :

8

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Polusi atau pencemaran lingkungan menyebabkan berubahnya tatanan

lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas

lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak

dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Zat atau bahan yang dapat

mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Suatu zat dikatakan sebagai polutan

bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup.

Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi

tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak.

Pada dasarnya keadaan yang sangat asam misalnya disebabkan oleh hujan

asam dapat mencuci hara dari tanah yang subur sehingga akan terjadi penurunan

produktivitas. Selain itu keadaan sangat asam dapat melepaskan logam berat

yang dapat meracuni tanaman yang semula terikat dalam garam. Oleh karena itu

meski tanaman toleran pada keadaan asam, ketoleranan ini dalam arti tidak

ekstrem asam sekali atau sangat basa sekali, tapi keadaan yang mendekati ke

asam atau mendekati ke basa. Apabila lingkungan amat sangat asam/basa biji,

akar, tunas dapat busuk dan tidak lagi dapat berkecambah, serta tumbuh, karena

pada dasarnya perkecambahan membutuhkan keadaan yang medium.

GRAFIK HASIL PENGAMATAN

9

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

PERKECAMBAHAN BIJI KACANG HIJAU

10

1 2 3 4 5 6 7 8 90

0.10.20.30.40.50.60.70.80.9

1

Hari ke 1

Kontrol0.05%0.50%0.10%

Biji Kacang Kijau

Panja

ng a

kar

( cm

)

1 2 3 4 5 6 7 8 90

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Hari ke 1

Kontrol0.05%0.50%0.10%

Biji Kacang Hijau

Panja

ng b

ata

ng (

cm

)

1 2 3 4 5 6 7 8 90

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

Hari ke 2

Kontrol0.05%0.50%0.10%

Biji Kacang Hijau

Panja

ng a

kar

( cm

)

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

11

1 2 3 4 5 6 7 8 90

0.5

1

1.5

2

2.5 Hari ke 3

Kontrol0.05%0.50%0.10%

Biji Kacang Hijau

Panja

ng a

kar

( cm

)

1 2 3 4 5 6 7 8 90

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

Hari ke 2

Kontrol0.05%0.50%0.10%

Biji Kacang Hijau

Panja

ng b

ata

ng (

cm

)

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

12

1 2 3 4 5 6 7 8 90

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

Hari ke 3

Kontrol0.05%0.50%0.10%

Biji Kacang Hijau

Panja

ng b

ata

ng (

cm

)

1 2 3 4 5 6 7 8 90

0.5

1

1.5

2

2.5Hari ke 4

Kontrol0.05%0.50%0.10%

Biji Kacang Hijau

panja

ng a

kr

( cm

)

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

HARI I

Pembahasan Pada Variabel Kontrol

Pada hari pertama, biji kacang hijau belum mulai berkecambah

(mengeluarkan akar) belum terlihat( belum dapat diukur ). Namun

panjang pada batangnya sudah dapat diukur.

Pada hari pertama, kacang pertama mulai mengeluarkan batang dari

kacang hijau tersebut sepanjang 0,4 cm dan pada kacang kedua belum

terlihat pertumbuhannya, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,5cm , pada

kacang ke-empat sepanjang 0,2 cm, pada kecambah kacang ke-lima

tumbuh  sepanjang 0,1 cm, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang

0,5 cm, pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,4 cm, pada kacang ke-delapan

sepanjang 0,3 cm, pada kacang ke-sembilan sepanjang 0,1 cm.

13

1 2 3 4 5 6 7 8 90

0.5

1

1.5

2

2.5

Hari ke 4

Kontrol0.05%0.50%0.10%

Biji Kacang Hijau

Panja

ng b

ata

ng (

cm

)

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,05%

Pada hari pertama, biji kacang hijau belum mulai berkecambah

(mengeluarkan akar) belum terlihat( belum dapat diukur ). Namun

panjang pada batangnya sudah dapat diukur.

Pada hari pertama, kacang pertama mulai mengeluarkan batang dari

kacang hijau tersebut sepanjang 0,2 cm dan pada kacang kedua 0,1 cm,

sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,3 cm , pada kacang ke-empat

sepanjang 0,5 cm, pada kecambah kacang ke-lima tumbuh  sepanjang 0,2

cm, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang 0,7 cm, pada kacang

ke-tujuh sepanjang 0,5 cm, pada kacang ke-delapan dan kacang ke-

sembilan belum terlihat pertumbuhannya.

Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,5%

Pada hari pertama, biji kacang hijau belum mulai berkecambah

(mengeluarkan akar) belum terlihat( belum dapat diukur ). Namun

panjang pada batangnya sudah dapat diukur.

Pada hari pertama, kacang pertama belum terlihat pertumbuhannya, dan

pada kacang kedua 0,3 cm, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,7 cm ,

pada kacang ke-empat, kacang ke-lima dan kacang ke-enam belum

terlihat pertumbuhannya, pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,1 cm, pada

kacang ke-delapan belum terlihat pertumbuhannya, dan kacang ke-

sembilan sepanjang 0,3 cm.

. Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,1%

Pada hari pertama, biji kacang hijau belum mulai berkecambah

(mengeluarkan akar) belum terlihat( belum dapat diukur ). Namun

panjang pada batangnya sudah dapat diukur.

Pada hari pertama, kacang pertama mulai mengeluarkan batang

sepanjang 0,6 cm, dan pada kacang kedua 0,2 cm, sedangkan pada ke-tiga

sepanjang 0,1 cm , pada kacang ke-empat belum terlihat

pertumbuhannya, kacang ke-lima sepanjang 0,1 cm, kacang ke-enam

belum terlihat pertumbuhannya, pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,3 cm,

14

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

pada kacang ke-delapan sepanjang 0,3 cm, dan kacang ke-sembilan

sepanjang 0,1 cm.

HARI II

Pembahasan Pada Variabel Kontrol

Pada hari kedua kacang pertama mulai mengeluarkan akar dari kacang

hijau tersebut sepanjang 0,2 cm dan pada kacang kedua belum terlihat

pertumbuhannya, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 1cm , pada kacang

ke-empat sepanjang 0,4 cm, pada kecambah kacang ke-lima belum terlihat

pertumbuhannya, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang 0,2 cm,

pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,2 cm, pada kacang ke-delapan

sepanjang 0,2 cm, pada kacang ke-sembilan sepanjang 0,1 cm.

Pada hari kedua , kacang pertama mulai mengeluarkan batang dari

kacang hijau tersebut sepanjang 0,8 cm dan pada kacang kedua belum

terlihat pertumbuhannya, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,7 cm , pada

kacang ke-empat sepanjang 0,9 cm, pada kecambah kacang ke-lima

tumbuh  sepanjang 0,1 cm, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang

0,9 cm, pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,7 cm, pada kacang ke-delapan

sepanjang 0,7 cm, pada kacang ke-sembilan sepanjang 0,3 cm.

Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,05%

Pada hari kedua kacang pertama mulai mengeluarkan akar dari kacang

hijau tersebut sepanjang 0,3 cm dan pada kacang kedua sepanjang 0,2 cm,

sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,1 cm , pada kacang ke-empat

sepanjang 0,1 cm, pada kecambah kacang ke-lima sepanjang 0,3 cm, pada

kacang ke-enam berkecambah sepanjang 0,2 cm, pada kacang ke-tujuh

sepanjang 0,2 cm, pada kacang ke-delapan dan ke-sembilan belum terlihat

pertumbuhannya.

15

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Pada hari kedua, kacang pertama mulai mengeluarkan batang dari kacang

hijau tersebut sepanjang 0,4 cm dan pada kacang kedua 0,3 cm,

sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,3 cm , pada kacang ke-empat

sepanjang 0,6 cm, pada kecambah kacang ke-lima tumbuh  sepanjang 0,4

cm, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang 0,7 cm, pada kacang

ke-tujuh sepanjang 0,8 cm, pada kacang ke-delapan dan kacang ke-

sembilan belum terlihat pertumbuhannya.

Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,5%

Pada hari kedua kacang pertama belum mulai mengeluarkan akar atau

belum terlihat pertumbuhannya, dan pada kacang kedua sepanjang 0,1

cm, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,2 cm , pada kacang ke-empat,

kacang ke-lima dan ke-enam belum terlihat pertumbuhannya, pada

kacang ke-tujuh sepanjang 0,2 cm, pada kacang ke-delapan belum terlihat

pertumbuhannya, dan pada kacang kesembilan sepanjang 0,3 cm.

Pada hari kedua kacang pertama belum mengeluarkan batang atau belum

terlihat pertumbuhannya, dan pada kacang kedua 0,5 cm, sedangkan

pada ke-tiga sepanjang 0,8 cm , pada kacang ke-empat, kacang ke-lima

dan kacang ke-enam belum terlihat pertumbuhannya, pada kacang ke-

tujuh sepanjang 0,2 cm, pada kacang ke-delapan belum terlihat

pertumbuhannya, dan kacang ke-sembilan sepanjang 0,3 cm.

. Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,1%

Pada hari kedua kacang pertama sudah mulai mengeluarkan akar

sepanjang 0,3 cm, dan pada kacang kedua sepanjang 0,1 cm, sedangkan

pada ke-tiga sepanjang 0,1 cm , pada kacang ke-empat belum terlihat

pertumbuhannya, kacang ke-lima 0,1, pada kacang ke-enam belum

terlihat pertumbuhannya, pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,2 cm, pada

kacang ke-delapan sepanjang 0,3 cm, dan pada kacang kesembilan

sepanjang 0,2 cm.

Pada hari kedua, kacang pertama mulai mengeluarkan batang sepanjang

0,6 cm, dan pada kacang kedua 0,4 cm, sedangkan pada ke-tiga sepanjang

16

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

0,2 cm , pada kacang ke-empat belum terlihat pertumbuhannya, kacang

ke-lima sepanjang 0,3 cm, kacang ke-enam belum terlihat

pertumbuhannya, pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,5 cm, pada kacang

ke-delapan sepanjang 0,4 cm, dan kacang ke-sembilan sepanjang 0,3 cm.

HARI III

Pembahasan Pada Variabel Kontrol

Pada hari ketiga kacang pertama mulai mengeluarkan akar dari kacang

hijau tersebut sepanjang 0,5 cm dan pada kacang kedua belum terlihat

pertumbuhannya, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 1,7 cm , pada kacang

ke-empat sepanjang 0,7 cm, pada kecambah kacang ke-lima belum terlihat

pertumbuhannya, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang 0,5 cm,

pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,4 cm, pada kacang ke-delapan

sepanjang 1,3 cm, pada kacang ke-sembilan sepanjang 1 cm.

Pada hari ketiga , kacang pertama mulai mengeluarkan batang dari

kacang hijau tersebut sepanjang 1,4 cm dan pada kacang kedua belum

terlihat pertumbuhannya, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 1,5 cm ,

pada kacang ke-empat sepanjang 1,5 cm, pada kecambah kacang ke-lima

tumbuh  sepanjang 1,2 cm, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang

1,4 cm, pada kacang ke-tujuh sepanjang 1,5 cm, pada kacang ke-delapan

sepanjang 1,2 cm, pada kacang ke-sembilan sepanjang 0,4 cm.

Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,05%

Pada hari ketiga, kacang pertama mulai mengeluarkan akar dari kacang

hijau tersebut sepanjang 0,8 cm dan pada kacang kedua sepanjang 0,6 cm,

sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,3 cm , pada kacang ke-empat

sepanjang 0,7 cm, pada kecambah kacang ke-lima sepanjang 0,4 cm, pada

kacang ke-enam berkecambah sepanjang 0,7 cm, pada kacang ke-tujuh

sepanjang 0,8 cm, pada kacang ke-delapan dan ke-sembilan belum terlihat

pertumbuhannya.

17

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Pada hari ketiga, kacang pertama mulai mengeluarkan batang dari kacang

hijau tersebut sepanjang 0,7 cm dan pada kacang kedua 0,5 cm,

sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,7 cm , pada kacang ke-empat

sepanjang 1,1 cm, pada kecambah kacang ke-lima tumbuh  sepanjang 0,4

cm, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang 1,5 cm, pada kacang

ke-tujuh sepanjang 0,9 cm, pada kacang ke-delapan dan kacang ke-

sembilan belum terlihat pertumbuhannya.

Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,5%

Pada hari ketiga, kacang pertama belum mulai mengeluarkan akar atau

belum terlihat pertumbuhannya, dan pada kacang kedua sepanjang 0,3

cm, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,3 cm , pada kacang ke-empat,

kacang ke-lima dan ke-enam belum terlihat pertumbuhannya, pada

kacang ke-tujuh sepanjang 0,5 cm, pada kacang ke-delapan belum terlihat

pertumbuhannya, dan pada kacang kesembilan sepanjang 0,7 cm.

Pada hari ketiga, kacang pertama belum mengeluarkan batang atau belum

terlihat pertumbuhannya, dan pada kacang kedua 0,5 cm, sedangkan

pada ke-tiga sepanjang 0,8 cm , pada kacang ke-empat, kacang ke-lima

dan kacang ke-enam belum terlihat pertumbuhannya, pada kacang ke-

tujuh sepanjang 0,5 cm, pada kacang ke-delapan belum terlihat

pertumbuhannya, dan kacang ke-sembilan sepanjang 0,4 cm.

. Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,1%

Pada hari ketiga, kacang pertama sudah mulai mengeluarkan akar

sepanjang 0,7 cm, dan pada kacang kedua sepanjang 0,7 cm, sedangkan

pada ke-tiga sepanjang 0,5 cm , pada kacang ke-empat belum terlihat

pertumbuhannya, kacang ke-lima 0,4, pada kacang ke-enam belum

terlihat pertumbuhannya, pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,7 cm, pada

kacang ke-delapan sepanjang 0,6 cm, dan pada kacang kesembilan

sepanjang 0,6 cm.

18

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Pada hari ketiga, kacang pertama mulai mengeluarkan batang sepanjang

0,8 cm, dan pada kacang kedua 0,6 cm, sedangkan pada ke-tiga sepanjang

0,4 cm , pada kacang ke-empat belum terlihat pertumbuhannya, kacang

ke-lima sepanjang 0,3 cm, kacang ke-enam belum terlihat

pertumbuhannya, pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,6 cm, pada kacang

ke-delapan sepanjang 0,5 cm, dan kacang ke-sembilan sepanjang 0,3 cm.

HARI IV

Pembahasan Pada Variabel Kontrol

Pada hari keempat kacang pertama mulai mengeluarkan akar dari kacang

hijau tersebut sepanjang 1,6 cm dan pada kacang kedua belum terlihat

pertumbuhannya, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 1,9 cm , pada kacang

ke-empat sepanjang 1,1 cm, pada kecambah kacang ke-lima belum terlihat

pertumbuhannya, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang 1 cm,

pada kacang ke-tujuh sepanjang 1,3 cm, pada kacang ke-delapan

sepanjang 1,7 cm, pada kacang ke-sembilan sepanjang 1,8 cm.

Pada hari keempat , kacang pertama mulai mengeluarkan batang dari

kacang hijau tersebut sepanjang 1,9 cm dan pada kacang kedua belum

terlihat pertumbuhannya, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 1,7 cm ,

pada kacang ke-empat sepanjang 1,6 cm, pada kecambah kacang ke-lima

tumbuh  sepanjang 1,3 cm, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang

1,7 cm, pada kacang ke-tujuh sepanjang 1,9 cm, pada kacang ke-delapan

sepanjang 1,7 cm, pada kacang ke-sembilan sepanjang 1,1 cm.

Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,05%

Pada hari keempat, kacang pertama mulai mengeluarkan akar dari kacang

hijau tersebut sepanjang 0,8 cm dan pada kacang kedua sepanjang 0,8 cm,

sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,5 cm , pada kacang ke-empat

sepanjang 1 cm, pada kecambah kacang ke-lima sepanjang 0,5 cm, pada

kacang ke-enam berkecambah sepanjang 0,8 cm, pada kacang ke-tujuh

19

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

sepanjang 0,8 cm, pada kacang ke-delapan dan ke-sembilan belum terlihat

pertumbuhannya.

Pada hari keempat, kacang pertama mulai mengeluarkan batang dari

kacang hijau tersebut sepanjang 0,8 cm dan pada kacang kedua 0,7 cm,

sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,7 cm , pada kacang ke-empat

sepanjang 1,1 cm, pada kecambah kacang ke-lima tumbuh  sepanjang 0,6

cm, pada kacang ke-enam berkecambah sepanjang 1,6 cm, pada kacang

ke-tujuh sepanjang 1,1 cm, pada kacang ke-delapan dan kacang ke-

sembilan belum terlihat pertumbuhannya.

Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,5%

Pada hari keempat, kacang pertama belum mulai mengeluarkan akar atau

belum terlihat pertumbuhannya, dan pada kacang kedua sepanjang 0,3

cm, sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,3 cm , pada kacang ke-empat,

kacang ke-lima dan ke-enam belum terlihat pertumbuhannya, pada

kacang ke-tujuh sepanjang 0,6 cm, pada kacang ke-delapan belum terlihat

pertumbuhannya, dan pada kacang kesembilan sepanjang 0,8 cm.

Pada hari keempat, kacang pertama belum mengeluarkan batang atau

belum terlihat pertumbuhannya, dan pada kacang kedua 0,5 cm,

sedangkan pada ke-tiga sepanjang 0,8 cm , pada kacang ke-empat, kacang

ke-lima dan kacang ke-enam belum terlihat pertumbuhannya, pada

kacang ke-tujuh sepanjang 0,6 cm, pada kacang ke-delapan belum terlihat

pertumbuhannya, dan kacang ke-sembilan sepanjang 0,6 cm.

. Pembahasan Pada Larutan H2SO4 0,1%

Pada hari keempat, kacang pertama sudah mulai mengeluarkan akar

sepanjang 0,8 cm, dan pada kacang kedua sepanjang 1 cm, sedangkan

pada ke-tiga sepanjang 0,7 cm , pada kacang ke-empat belum terlihat

pertumbuhannya, kacang ke-lima 0,5 cm, pada kacang ke-enam belum

20

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

terlihat pertumbuhannya, pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,7 cm, pada

kacang ke-delapan sepanjang 0,6 cm, dan pada kacang kesembilan

sepanjang 0,8 cm.

Pada hari keempat, kacang pertama mulai mengeluarkan batang

sepanjang 1,1 cm, dan pada kacang kedua 0,7 cm, sedangkan pada ke-tiga

sepanjang 0,9 cm , pada kacang ke-empat belum terlihat

pertumbuhannya, kacang ke-lima sepanjang 0,5 cm, kacang ke-enam

belum terlihat pertumbuhannya, pada kacang ke-tujuh sepanjang 0,6 cm,

pada kacang ke-delapan sepanjang 0,5 cm, dan kacang ke-sembilan

sepanjang 0,4 cm.

Daftar Gambar Pengamatan

Hari Ke -1

*H2SO4 0,05 %

*H2SO4 0,1%

21

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

*H2SO4 0,5 %

*Kontrol ( H2O)

Hari Ke -2

*H2SO4 0,05 %

*H2SO4 0,1%

*H2SO4 0,5 %

*Kontrol ( H2O)

22

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Hari Ke -3

*H2SO4 0,05 %

*H2SO4 0,1%

*H2SO4 0,5 %

*Kontrol ( H2O)

Hari Ke -4

*H2SO4 0,05 %

*H2SO4 0,1%

23

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

*H2SO4 0,5 %

*Kontrol ( H2O)

24

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Senyawa Asam Sulfat (H2S O 4)

Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2S O 4, merupakan asam mineral (anorganik)

yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai

banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan utama termasuk

pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.

Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang

kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan. Senantiasa tambah

asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan

isipadu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk

terapung di atas asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium:

H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-.

Bahaya Asam Sulfat

Asam sulfat memang berbahaya bila terkena pada jaringan seperti kulit, efek yang

ditimbulkan akibat sifat asam sulfat sebagai senyawa korosif dan penarik air yang kuat

dapat menyebabkan kulit seperti terkena luka bakar. Luka bakar akibat asam sulfat

berpotensi lebih buruk daripada luka bakar akibat asam kuat lainnya, hal ini dikarenakan

adanya tambahan kerusakan jaringan dikarenakan senyawa H dan O dari jaringan ditarik

sebagai H2O (dehidrasi) dan juga akan terjadi kerusakan termal sekunder akibat pelepasan

panas oleh reaksi asam sulfat dengan air.

Bahaya akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam

sulfat. Namun, bahkan asam sulfat encer (sekitar 1 M, 10%) akan dapat mendehidrasi

kertas apabila tetesan asam sulfat tersebut dibiarkan dalam waktu yang lama. Oleh

karenanya, larutan asam sulfat yang sama atau lebih dari 1,5 M diberi label “CORROSIVE”

(korosif), dan larutan lebih besar dari 0,5 M dan lebih kecil dari 1,5 M diberi label

“IRRITANT” (iritan).

Selain berbahaya untuk kulit atau jaringan, jenis asam sulfat pekat berasap (oleum) dapat

berbahaya untuk saluran pernapasan. Oleum mengeluarkan asap berupa gas SO2 yang

sangat reaktif. Gas ini sangat berpotensi merusak paru-paru bila terhirup.

25

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

HUJAN ASAM

Pengertian Hujan Asam

Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan

secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara

yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan

ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan

oleh tumbuhan dan binatang.

Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan

bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur

dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air

untuk membentuk asam sulfat dan asam nitra yang mudah larut sehingga jatuh bersama

air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air

permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.

Penyebab Hujan Asam

Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2)

dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi

sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari

letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50% lainnya

berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan logam dan

pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan

batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi

belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah

menjadi asam sulfat (Soemarmoto O, 1992)

Proses Pembentukan Hujan Asam

Hujan asam ini dapat terbentuk akibat dari proses reaksi gas yang mengandung

sulfat. Sulfat dioksida (SO2) yang bereaksi dengan Oksigen (O2) dengan bantuan dari sinar

ultraviolet yang berasal dari sinar matahari.

26

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

Proses ini akan menghasilkan sulfat trioksida (SO3) yang menyatu setelah reaksi

tersebut, yakni melalui air laut yang naik ke udara dengan tujuan menghasilkan asam

sulfida (H2SO4), proses ini kemudian menyatu dengan gas yang terdapat di udara seperti

amonia yang menghasilkan susunan partikel baru yaitu asam sulfat amonia.

Partikel yang tersisa dan mengendap di udara akan membentuk tetesan halus yang

dipindahkan oleh angin dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Ketika tempat jatuhnya

air hujan sudah tepat, maka tetesan asam belerang (sulfat) dan butiran-butiran sulfat

amonia akan terurai di air hujan dan jatuh ke permukaan bumi menjadi hujan asam.

Hujan asam tidak baik untuk lingkungan hidup (ekosistem) dan sangat berbahaya

jika digunakan oleh manusia, karena air hujan asam mempunyai rasa yang sangat pahit dan

dapat meningkatkan kadar keasaman air.

Nitrogen Oksida (NO) bersama sulfat oksida (SO) merupakan bagian dalam

pembentukan hujan asam. Nitrogen oksida akan mengubah oksigen dan sinar ultraviolet

menjadi asam nitrogen. Seperti zat yang lainnya, ia akan tersisa di udara bersama

hembusan angin serta mendapatkan tempat yang cocok untuk hujan deras, kemudia

terurai membentuk hujan asam yang terasa pedas dan menyengat.

Dampak Hujan Asam

Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat

global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak

hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :

1. Danau

Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang

bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati

akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih

dari 75 % dari spesies ikan akan hilang. Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan,

yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua

danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis

batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.

27

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

2. Tumbuhan dan Hewan

Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan

tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan

melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi.

Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan

mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit,

kekeringan dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk

menetralisir hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat

keasaman.

Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil

fotosintesis dengan pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai

akibatnya akar kekurangan energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya

tahuk mengakumulasikan zat yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian

pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon

menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan hama.

Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari

tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga

penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara

serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah

tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa

keragaman hayati tamanan juga semakin menurun.

Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada

permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan

kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang

terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan

magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium

disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan

daun meyebabkan pencucian magnesium di daun.

Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan

asam. Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat

karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan

28

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah

produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan

karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan

kepunahan spesies.

3. Kesehatan Manusia

Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada

yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa NO3

dan SO2. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi

kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang

terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih

rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat.

Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga

dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate,

yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan

penyakit pernapasan.

Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa

sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.

4. Korosi

Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material

seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius

juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan

asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan

kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan

merusak batuan.

Upaya Pengendalian Deposisi Asam

Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang

mengandung sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saar

29

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan

energi.

a. Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai saat

ini Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan minyak

bumi merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi.

Penggunaan gas asam akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi

kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan

bahan bakar non-belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi penggantian

jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak akan menimbulkan

masalah yang lain. Misalnya pembakaran metanol menghasilkan dua sampai lima kali

formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini mempunyai sifat karsinogenik (pemicu

kanker).

b. Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran

Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi

tertentu. Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara diasanya dicuci untukk

membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi kadar

belerang yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida( sampai 50-90%

(Soemarmoto, 1992).

c. Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran

telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB).

Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx 50%.

Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu

pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan

belerang dan membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu mengakibatkan

penurunan pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari

nitrogen udara.

Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau

Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam alat ini

kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen

30

Page 31: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

menjadi SO3. Gas buang selanjutnya "didinginkan" dengan air, sehingga SO3 bereaksi

dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya direaksikan

dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum (gypsum). Gas buang

yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur. Hasil samping proses FGD

disebut gipsum sintetis karena memiliki senyawa kimia yang sama dengan gipsum alam.

d. Pengendalian Setelah Pembakaran

Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi

yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD)  Prinsip teknologi ini ialah

untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap dengan absorben, yang disebut

scubbing. Dengan cara ini 70-95% SO2 yang terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini

ialah terbentuknya limbah. Akan tetapi limbah itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang

dapat digunakan dalam berbagai industri. Cara lain ialah dengan menggunakan amonia

sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi

pupuk.

Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang

dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai bahan

bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang umumnya

dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding penyekat atau

pemisah ruangan (partition boards) dan pelapis dinding (wall boards).

d. Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)

Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana

produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah

sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi. Teknologi yang digunakan juga harus

diperhatikan, teknologi yang berpotensi mengeluarkan emisi hendaknya diganti dengan

teknologi yang lebih baik dan bersifat ramah lingkungan. Hal ini juga berkaitan dengan

perubahan gaya hidup, kita sering kali berlomba membeli kendaraan pribadi, padahal

transportasilah yang merupakan penyebab tertinggi pencemaran udara. Oleh karena itu

kita harus memenuhi kadar baku mutu emisi, baik di industri maupun transportasi.

31

Page 32: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

VII. KESIMPULAN

1. Pencemaran udara dapat disebabkan oleh adanya karbodioksida ,karbon

monoksida, sulfur dioksida, hidrokarbon ,oksida nitrogen

2. Hujan asam dapat merusak tanaman, sifat tanah yang semakin masam akan mampu

menghambat perkecambahan dan pertumbuhan tanaman

3. Larutan asam akan membuat kecambah mati

4. Larutan H2SO4 merupakan larutan asam kuat begitu pula dengan HNO3 yang bersifat

merusak

5. Larutan asam akan memperlambat laju pertumbuhan kecambah

6. Larutan HCl mengandung zat berbahaya bagi tanaman

7. Hujan asam merupakan fenomena menjadi masamnya air hujan karena didalamnya

butir-butir hujan ikut jatuh ke bumi, hujan asam akan diserap oleh tanah dan

merusak tanaman

8. Pada praktikum dapat deiketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

perkecambahan yaitu:

*suhu

* air

*kelembapan

* cahaya

9. Konsentasi yang tinggi dapat merusak pertumbuhan pada tanaman kacang hijau.

32

Page 33: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

VIII. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Semakin tinggi kadar H2SO4 maka pertumbuhan kecambahakan semakin lambat.

2.

1 2 3 40

102030405060

Grafik Polusi Udara terhadap Perkecambahan

H2SO4 0,05 % H2SO4 0,1% H2SO4 0,5 % Kontrol ( H2O)

Hari ke-Tin

ggi kecam

bah (

mm

)

3. Fenomena yang terjadi yaitu hujan asam. Sebenarnya turunnya asam dari atmosfir

ke bumi bukan hanya dalam kondisi “basah” tetapi juga “kering”. Hujan asam dapat

terjadi ketika ada reaksi antara air, oksigen dan zat-zat asam( sulfur, Natrium )

lainnya di atmosfer. Sumber dari kandungan sulfur alami diudara sebagian besar

sekitar 25 sampai 30% berasal dari letusan gunung api. Hidrokarbon juga dapat

menyebabkan hujan asam, yaitu asam karboksilik. Selain secara alami gas sulfur

juga berasal dari pembakaran batubara dan berasal dari emisi industri, kendaraan

bermotor dan stasiun pembangkit energy. Senyawa Hujan Asam terbagi 3 jenis,

polutan utama yang menyebabkan terjadinya hujan asam yaitu sulfur

dioksida(SO2),  nitrogen oksida (NOx) dan volatile organic compounds (VOCs) atau

zat-zat organic yang mudah menguap Dan sinar matahari akan mempercepat

terjadinya reaksi antar zat-zat tersebut. Turunnya polutan tersebut dalam bentuk

hujan. Hal ini terjadi apabila asam di dalam udara larut ke dalam butir-butir air di

33

Page 34: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

awan. Jika kemudian turun hujan dari awan itu, maka air hujannya akan bersifat

asam. Dan disebut hujan asam.

4. a. Menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah

b. Desulfurisasi adalah proses penghilangan unsur belerang.

c. Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)

34

Page 35: LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI.docx

IX. DAFTAR PUSTAKA

Andan, Sri. 2009. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gadjah Mada

Estiti, Hidayat. 2010. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung. ITB

Situmorang, Manihar. 2009. Kimia Lingkungan. Medan : FMIPA

Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas

Gadjah Mada

Trisno.2010.HujanAsam.Repository.USU.ac.id/bitstream/123456789/hujan-

asam/html//.com. diakses 07 maret 2014

35