laporan praktikum akhir suspensi

27
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I SUSPENSI TRISUSPEN Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 10 Februari 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti, S.Farm., Apt

Upload: uliel-azmi

Post on 02-Aug-2015

1.516 views

Category:

Documents


44 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA I

SUSPENSI

TRISUSPEN

Disusun oleh :

Nama : Linus Seta Adi Nugraha

No. Mahasiswa : 09.0064

Hari : Jumat

Tanggal Praktikum : 10 Februari 2010

Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti, S.Farm., Apt

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASIAKADEMI FARMASI THERESIANA

SEMARANG2010

Page 2: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SUSPENSI

1. TUJUAN

Mengenal dan memahami cara pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan

suspensi.

2. DASAR TEORI

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia

yang terlarut, misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau

campuran pelarut yang saling bercampur. (Anonim, 2004)

Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia

terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief, M,

2005)

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu

cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut.

Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada

suhu 20o, kecuali dinyatakan lain menunjukan 1 bagian bobot zat padat atau 1

bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan

kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar.

(Anief, M., 2005)

Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka

penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan

keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik, jika larutan diencerkan

atau dicampur. (Anonim, 1995)

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak

larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai

suspensi adalah sediaan seperti tersebut di atas dan tidak termasuk kelompok

suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-

lain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa

sediaan padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang

sesuai segera sebelum digunakan.

Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel yang

terdispersi dalam pembawa cair yang bertujuan untuk penggunaan pada kulit.

Page 3: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai lotio termasuk dalam golongan ini.

(Anonim, 1995)

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam

bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang

trdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojok perlahan-

lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat

tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus

menjamin sediaan mudah digojok dan dituang.

Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (mixtura agitandae). Bila

obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus

dibuat mikstur gojog atau disuspensi. (Anief, 2006)

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :

1. Ukuran partikel

Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya

(dalam volume yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel

daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk

mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan

dengan memperkecil ukuran partikel.

2. Kekentalan (viscositas)

Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel

yang dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan

suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

3. Jumlah partikel (konsentrasi)

Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi

endapan partikel dalam waktu yang singkat.

4. Sifat / muatan partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam

campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada

kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan

yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah

merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.

( Anonim, 2004 )

Page 4: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi

1. Metode pembuatan suspensi

Metode dispersi

Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang

telah terbentuk kmudian baru diencerkan.

Metode praesipitasi

Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang

hrndak dicampur dengan air. Setelah larut diencerkan dengan larutan

pensuspensi dalam air.

2. Sistem pembentukan suspensi

System flokulasi

1. partikel merupakan agregat yang bebas

2. sedimentasi terjadi capat

3. sediment terbentuk cepat

4. sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah

terdispersi kembali seperti semula

5. wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi

cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

System deflokulasi

1. partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain

2. sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap

terpisah dan ukuran partikel adalah minimal

3. sediment terbentuk lambat

4. akhirnya sediment akan membentuk cake yang keras dan sukar

terdispersi lagi. ( Anonim, 2004 )

Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :

a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat

memperlambat terlepasnya obat .

b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.

c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan,

karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.

Page 5: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :

a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.

b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya

pulveres, tablet, dan kapsul.

c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar

kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .

( Anief, M., 1987 )

3. FORMULA

Tiap 5 ml mengandung :

I II

Sulfadiazine

Sulfamerazine

Sulfadimidin

Asam Sitrat

CMC-Na

Metil Paraben

NaOH

Sirupus Simpleks

Etanol

Aqua ad

167 mg

167 mg

167 mg

200 mg

25 mg

5 mg

100 mg

1,5 mg

qs

5 ml

Sulfadiazine

Sulfamerazine

Sulfadimidin

Asam Sitrat

CMC-Na

Metil Paraben

NaOH

Sirupus Simpleks

Etanol

Aqua ad

167 mg

167 mg

167 mg

200 mg

25 mg

5 mg

100 mg

1,5 mg

qs

5 ml

Tiap formula dibuat sebanyak 600 ml

4. PEMERIAN

Sulfadiazinum

Page 6: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

Serbuk, putih sampai agak kuning, tidak berbau atau hampir tidak

berbau, stabil di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahan-

lahan menjadi hitam. Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam

asam mineral encer, dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan

natrium hiroksida dan dalam larutan amonium hidroksida, agak sukar

larut dalam etanol dan dalam aseton, sukar larut dalam serum manusia

pada suhu 37o.

Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan)

(Anonim, 1995)

Sulfamerazine

Serbuk atau hablur putih atau agak putih kekuningan, tidak berbau atau

praktis tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa agak pahit, stabil di

udara, tetapi perlahan-lahan menjadi gelap pada pemaparan terhadap

cahaya. Sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton,

sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam eter dan dalam

kloroform.

Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan)

(Anonim, 1995)

Sulfadimidinum

Serbuk, putih sampai putih kekuningan dapat menjadi gelap pada

pemaparan terhadap cahaya, rasa agak pahit, praktis tidak berbau. Sangat

sukar larut dalam air dan dalam eter, larut dalam aseton, sukar larut

dalam etanol.

Khasiat : Anti mikroba (infeksi saluran pernafasan dan pencernaan)

(Anonim, 1995)

Acidum Citricum

Hablur tak berwarna atau serbuk putih tak berbau, sangat asam agak

higroskopis, merapuh dalam udara kering dan panas. Larut dalam kurang

dari 1 bagian air dan 1,5 bagian etanol 95%P, sukar larut dalam eter P.

Page 7: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

Khasiat : zat tambahan. (Anonim,1979)

Natrium Carboxymetylcelulosum / CMC sodium

Serbuk atau butiran putih higroskopis, mudah mendispersi dalam air,

membentuk suspensi. Praktis tidak larut dalam etanol, dalam eter dan

dalam pelarut organik lain.

Khasiat : Bahan tambahan, suspending agent. (Anonim, 1995)

Methylis Parabenum / Nipagin

Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa

kemudian agak membakar diikuti rasa pedas. Larut dalam 500 bagian air,

dalam 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian eter (95%), dan dalam 3

bagian aseton, larut dalam eter dan larut dalam alkali hidroksida, larut

dalam 60 bagian gliserol.

Khasiat : Bahan pengawet

(Anonim, 1979)

Natrii Hydroksidum

Batang, butiran massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan

menunjukkan susunan hablur, putih mudah meleleh basah, sangat alkalis

an korosif, segra menyerap O2. Sangat mudah larut dalam air dan etanol

95%P.

Khasiat : zat tambahan. (Anonim,1979)

Sirupus Simpleks

Cairan jernih tidak berwarna..

Khasiat : Bahan tambahan, Corringen Saporis

(Anonim, 1979)

Aethanolum

Pemerian : cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan

menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada

suhu rendah dan mendidih pada suhu 78°. mudah terbakar. Bercampur

dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik.

Page 8: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

Khasiat : zat tambahan

(Anonim, 1995)

Aqua destilata

Cairan jernih tak berwarna, tak brbau dan tak mmpunyai rasa.

(Anonim,1979)

5. PERHITUNGAN BAHAN

Formula I :

Sulfadiazine = 600/5 x 167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

Sulfamerazine = 600/5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

Sulfadimidin = 600/5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

Asam Sitrat = 600/5 x 200 mg = 24000 mg = 24 gr

Aqua untuk Asam Sitrat : 24 mL

CMC-Na = 600/5 x 25 mg = 3000 mg = 3 gr

Aqua untuk CMC-Na : 60 mL

Metil Paraben = 600/5 x 5 mg = 600 mg

NaOH = 600/5 x 100 mg = 12000 mg = 12 gr

Aqua untuk NaOH : 10 mL

Sirupus Simpleks = 600/5 x 1,5 mL = 180 mL

Etanol = q.s.

Aqua ad = 600-(20,04+20,04+20,04+24+24+3+60+0,6+12+180+10)

= 226,28 mL

Formula II :

Sulfadiazine = 600/5 x 167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

Sulfamerazine = 600/5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

Sulfadimidin = 600/5 x167 mg = 20040 mg = 20,040 gr

Asam Sitrat = 600/5 x 200 mg = 24000 mg = 24 gr

Page 9: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

Aqua untuk Asam Sitrat : 24 mL

CMC-Na = 600/5 x 50 mg = 6000 mg = 6 gr

Aqua untuk CMC-Na : 120 mL

Metil Paraben = 600/5 x 5 mg = 600 mg

NaOH = 600/5 x 100 mg = 12000 mg = 12 gr

Aqua untuk NaOH : 10 mL

Sirupus Simpleks = 600/5 x 1,5 mL = 180 mL

Etanol = q.s.

Aqua ad = 600 – (20,04+20,04+20,04+24+24+6+120+0,6+180+12+10)

= 163,28 mL

6. CARA KERJA

a. Cara Presipitasi

CMC-Na dikembangkan dalam sebagian air yang tersedia

Metil paraben dilarutkan dalam etanol

Ketiga sulfa dicampurkan

NaOH dilarutkan dalam sebagian air, kemudian ditambahkan pada campuran sulfa

tersebut

Ditmbahkan CMC-Na yang sudah mengembang sambil diaduk, kemudian Metil

paraben yang telah larut, lalu dihomogenkan dengan mixer

Tambahkan sirupus simpleks

Page 10: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

Sambil diaduk ditambahkan larutan asam sitrat ke dalam campuran

Tempatkan suspensi dalam wadah dan tabung untuk pengamatan

b. Cara Dispersi

CMC-Na dilarutkan dalam air panas, dinginkan

Metil paraben dilarutkan dalam etanol

Ketiga sulfa dicampurkan

Ke dalam campuran sulfa, ditambahkan larutan CMC-Na sedikit demi sedikit

sambil diaduk hingga homogen

Ditambahkan juga larutan metil paraben, sirupus simpleks, larutan asam sitrat

dan larutan NaOH sambil dihomogenkan dengan menggunakan mixer.

Tempatkan suspensi dalam wadah dan tabung untuk pengamatan

7. PEMBAHASAN

a. Problema dan pemecahannya

Pada pembuatan suspensi salah satu perhitungan yang dipakai untuk

mengetahui kestabilan suspensi adalah Hukum Stokes.

Hokum Stokes :

Page 11: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

V = d2 (ρ1 – ρ2) g

18 μ

Keterangan :

V = kecepatan jatuhnya suatu partikel bulat

D = diameter partikel

ρ1 = bobot jenis partikel padat

ρ2 = bobot jenis partikel cair

g = gravitasi

μ = viskositas medium dispersi

Dari hokum tersebut diketahui bahwa ada beberapa faktor dari

pembuatan suspensi yang dapat disesuaikan untuk mengubah kestabilan

suspensi menjadi lebih stabil. Faktor tersebut antara lain ;

Semakin kecil ukuran partikel dalam suspensi maka semakin stabil

pula suspensi tersebut karena laju endap dari partikel tersebut dapat

berkurang dan suspensi tidak cepat mengendap.

Jika bobot jenis partikel padat lebih berat dari pada bobot jenis partikel

cairnya maka suspensi tersebut akan cepat mengendap pula.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan

suspensi agar didapat hasil yang baik.

Semakin tinggi suhu suspensi yang dibuat maka viskositasnya akan

lebih rendah sehingga menyebabkan suspensi menjadi lebih cepat

mengendap, sebaliknya jika semakin rendah suhu suspensi yang dibuat

maka viskositasnya akan semakin tinggi sehingga suspensi lebih lama

mengendap.

Pada saat pencampuran bahan, baik menggunakan blender, mixer, atau

alat lain yang memiliki kecepatan putaran tinggi, sebaiknya digunakan

tingkat kecepatan yang tidak terlalu tinggi dan juga jangan dalam

waktu yang terlalu lama. Hal ini dikarenakan akan terbentuk busa pada

suspensi, sehingga dapat menyebabkan hasil yang kurang baik.

Dalam pembuatan suspensi ada bahan yang digunakan untuk menjaga

kestabilan suspensi. Bahan tersebut adalah suspending agent. Ada

beberapa suspending agent yang dapat digunakan, antara lain CMC,

PGS, dan Kollidon. Dari ketiga bahan tersebut, CMC merupakan

Page 12: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

suspending agent yang paling banyak digunakan. Hal ini karena hasil

yang diperoleh jika menggunakan CMC tidak mudah mengendap dan

dapat terdispersi kembali dengan penggojokan ringan. Tetapi perlu

diingat bahwa penambahan suspending agent tidak perlu terlalu

banyak. Karena bila demikian maka suspensi akan menjadi terlalu

kental dan sulit untuk dituang.

Ada dua metode yang digunakan dalam pembuatan suspensi yaitu

metode dispersi dan praesipitasi. Pada metode dispersi, suspensi dibuat

dengan cara serbuk bahan obat ditambahkan dalam mucilage baru

diencerkan dengan air. Sedangkan pada metode praesipitati, serbuk

bahan obat dilarutkan dengan pelarut organik terlebih dahulu.

Ciri-ciri dari kedua system tersebut adalah :

flokulasi deflokulasi

1. Partikel obat terflokulasi merupakan agregat

yang bebas dalam ikatan lemah.

1. Partikel terdeflokulasi mengendap perlahan,

membentuk cake yang keras dan tidak

mudah terdispersi kembali.

2. Sedimentasi terjadi cepat (Partikel

mengendap sebagai flok (kumpulan partikel).

2. Partikel dalam keadaan terpisah, masing -

masing partikel mengendap secara terpisah.

3. Sedimen dalam keadaan terbungkus, dan

bebas.

3. Metode ini lebih disukai karena tidak terjadi

lapisan yang bening dan terbentuk endapan

secara perlahan.

4. Tidak membentuk cake dan mudah terdispersi

kembali ke bentuk semula.

Evaluasi Suspensi

1. Uji sedimentasi

a. Masukkan sediaan yang sudah jadi kedalam beker glass.

b. Biarkan dan amati pemisahannya / pengendapannya dalam waktu

yang telah ditentukan (15 menit, 30 menit, 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7

hari).

c. Kemudian amati sediaan memisah atau tidak, jika tampak memisah

maka bagian yang bening diukur.

Page 13: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

2. Pengamatan viskositas (kekentalan) dengan menggunakan viscometer

Brookfield.

3. Hitung viskositas suspensi menggunakan Hukum Stokes.

4. Ukur diameter Partikel (minimal 20 partikel)

5. Bandingkan hasil yang diperoleh dari kedua metode pembuatan

Cara menghitung BJ

1. Timbang masing - masing sulfa 25 gr

2. Masukkan ke dalam mattglass 100 ml

3. Mampatkan serbuk dengan cara diketuk – ketukan di meja sampai

serbuk tidak bisa turun lagi (mampat)

4. Ukur volumenya

5. Hitung BJ dengan rumus

6. Rata - rata hasil ketiga BJ Sulfa

Cara Menghitung Viskositas dengan menggunakan Viscometer

Brookfield (DV.E viscometer) :

1. Tekan tombol on/of yang terdapat dibagiam belakang hingga

viscometer dalam keadaan on,

2. Tombol pengunci berfungsi agar kotakan tidak dapat turun dan naik

saat kita pakai maka tombol pengunci harus diputar hingga benar –

benar terkunci rapat,

3. Tombol putaran berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan spindle

ke dalam cairan

4. Spindle yang besar digunakan pada larutan yang cair/encer dan

sebaliknya

5. Sebelum spindle di masukkan dalam cairan, maka harus dipasang dulu

dengan memegang bagian atas kemudian dipasangkan pada viscometer

bagian bawah diputar searah jarum jam. (spindle tidak boleh jatuh, cara

memegangnya pada bagian atas karena bagian bawah sangat sensitif)

ρ = mv

Page 14: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

6. Setelah cairan dimasukkan dalam beker, spindle yang sudah terpasang

dicelupkan dalam cairan dengan tombol putaran sampai ujung bagian

bawah tenggelam dan penyangga mencapai dasar beker.

7. Tekan tombol on pada bagian belakang, kemudian nomor spindle yang

digunakan disesuaikan dengan kekentalan cairan serta kecepatannya di

atur sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.

8. Selanjutnya, tekan tombol on pada bagian depan dan baca angka yang

paling lama muncul, catatlah.

9. Jika spindle yang digunakan tidak sesuai dengan kekentalan zat cair

maka data tidak akan dapat terbaca pada layar.

Menghitung diameter partikel menggunakan mikroskop

1. Letakan sedikit cairan sebagai sample diatas objectglass lalu encerkan

dengan air

2. Letakkan objectglass di atas meja benda kemudian jepit dengan

penjepit spesimen

3. Cari bagian dari objectglass dengan sekrup vertical dan horizontal

sampai terlihat gambar yang jelas

4. Catat hasil pengukuran diameter minimal 10 partikel lingkaran dan 10

partikel oval / memanjang yang berbeda – beda lalu hitung rata –

ratanya.

b. Data hasil praktikum

Bobot jenis

Sulfadiazine : 25 gr => 55 mL => 25/55 = 0,45

Sulfadimidin : 50 gr => 72 mL => 50/72 = 0,69

Sulfa merazine : 50 gr => 70 mL => 50/70 = 0,71

Rata-rata Bobot jenis = 0,617

Data viscometer (Viskometer Brookfield tipe DV – E)

Page 15: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

CP : 5690

rpm : 50

Autorange : 47,4%

Spindle : 64

Pengukuran pH

Dengan cara mencelupkan indicator pH ke dalam suspensi, kemudian

bandingakn perubahan warna yang terjadi pada indicator dengan tabel

perubahan warna.

pH suspensi : 4

Pengamatan visual (Uji Sedimentasi)

Tinggi awal sedimentasi = 7 cm

15 menit : –

30 menit : –

1 hari : –

3 hari : 1 cm

7 hari : -

10 hari : 1 mm

12 hari : 1 mm

Pengamatan mikroskop

No. Lingkaran ( O ) Memanjang (

)

1. 2 2,5

2. 3 2,5

3. 2 3

4. 1,5 2

5. 2 2

6. 1 3

7. 1 1.5

8. 1 1,5

9. 1 2

10. 1 2,5

Diameter rata – rata : 1,9 x 10-2 cm

Page 16: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

Menghitung viskositas menggunakan Rumus Hukum Stokes

V = d2 (ρ1 – ρ2) g

18 μ

V = (1,9 x 10-2)2 x (0,617 – 1) x 981

18 (5690)

= 3,61 x 10-4 x 0,383 x 981

102420

= 1,324 x 10-6 cm/s

Data 4 kelompok

Kelompok Formula Diameter partikel Visual Viskositas(Hk.Stoke) Waktu endap

1 1 18,5 x 10-2 cm 0 cm 7,9 x 10-4 cm/s

2 2 2,15 x 10-3 cm 7,3 cm 1,05 x 10-6 cm/s 0,22 th

3 1 2,5 x 10-3 cm 7,0 cm 0,4252 x 10-6 cm/s 0,149 th

4 2 1,9 x 10-3 cm 7,0 cm 1,324 x 10-6 cm/s 0,167 th

Perhitungan dosis

TP 1x = 1 gr 1hr = 2 gr

Pemakaian 7-11 tahun :

1x : 501 mg

1hr : 1503 mg

TP (7 th)

1x : 7/19 x 1 gr = 368,42 mg

1hr : 7/19 x 2 gr = 736,8 mg

TP (8 th)

1x : 8/20 x 1 gr = 400 mg

1hr : 8/20 x 2 gr = 800 mg

TP (9 th)

TP (10 th)

1x : 10/20 x 1 gr = 500 mg

1hr : 10/20 x 2 gr = 1000 mg

TP (11 th)

1x : 11/20 x 1 gr = 550 mg

1hr : 11/20 x 2 gr = 1100 mg

1 sendok teh (5 ml) = 501 mg (3 sulfa)

Page 17: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

1x : 9/20 x 1 gr = 450 mg

1hr : 9/20 x 2 gr = 900 mg

Jadi dosis 7 – 11 th = 3 x sehari 1 – 2 cth

Pemakaian 12-17 tahun :

1x : 501 mg

1hr : 1503 mg

TP (12 th)

1x : 12/20 x 1 gr = 600 mg

1hr : 12/20 x 2 gr = 1200 mg

TP (13 th)

1x : 13/20 x 1 gr = 650 mg

1hr : 13/20 x 2 gr = 1300 mg

TP (14 th)

1x : 14/20 x 1 gr = 700 mg

1hr : 14/20 x 2 gr = 1400 mg

TP (15 th)

1x : 15/20 x 1 gr = 750 mg

1hr : 15/20 x 2 gr = 1500 mg

TP (16 th)

1x : 16/20 x 1 gr = 800 mg

1hr : 16/20 x 2 gr = 1600 mg

TP (17 th)

1x : 17/20 x 1 gr = 850 mg

1hr : 17/20 x 2 gr = 1700

1 sendok teh (5 ml) = 501 mg (3 sulfa)

Jadi dosis 12 – 17 th = 3 x sehari 2 – 3 cth

Pemakaian 18 – 20 tahun

1x : 501 mg

1hr : 1503 mg

TP (18 th)

1x : 18/20 x 1 gr = 900 mg

1hr : 18/20 x 2 gr = 1800 mg

TP (19 th)

1x : 19/20 x 1 gr = 950 mg

1hr : 19/20 x 2 gr = 1900 mg

TP (20 th)

1x : 20/20 x 1 gr = 1000 mg

1hr : 20/20 x 2 gr = 2000 mg

1 sendok teh (5 ml) = 501 mg (3 sulfa)

Jadi dosis 18 – 20 th = 3 x sehari 3 – 4 cth

8. KESIMPULAN

Page 18: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

Obat dibuat suspensi karena obat – obat tertentu tidak stabil secara kimia, bila ada

dalam larutan tapi stabil bila dibuat dalam bentuk suspensi, dan jika ada bahan

obat yang tidak dapat larut.

Faktor yang mempengaruhi kestabilan suspensi :

Pengecilan ukuran partikel dari suatu suspensoid berguna untuk kestabilan

suspensi karena laju endap dari partikel padat berkurang jika ukuran partikel

diperkecil. Selain itu jumlah bahan pensuspensi jangan terlalu sedikit dan jangan

terlalu banyak karena mempengaruhi kestabilan cairan tersebut. Sedikit

banyaknya pergerakan partikel, tolak menolak antar partikel karena adanya

muatan listrik pada partikel, dan konsentrasi suspensoid juga dapat

mempengaruhi.

Suspending agent yang terlalu banyak (CMC) menyebabkan daya alir kurang baik

karena terlalu kental, pada penyimpanan dengan suhu rendah dapat terbentuk

cacking yang keras sehingga sulit dituang.

Formula yang digunakan adalah formula no.II dengan metode pembuatan dispersi.

Semakin kecil partikel,luas permukaannya akan semakin besar dan suspensi akan

lama mengendap atau sebaliknya semakin besar partikel, luas permukaan akan

semakin kecil dan menyebabkan suspensi akan cepat mengendap

Selama 7 hari pengamatan,suspensi mengendap 1,1 cm.

Page 19: Laporan Praktikum Akhir Suspensi

9. DAFTAR PUSTAKA

Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.

Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Semarang, 10 Februari 2010

(Linus Seta Adi Nugraha)