laporan akhir praktikum manajemen hama
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MANAJEMEN HAMA
PENYAKIT TERPADU
Desa Ngijo, Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : 1
1. Adhytya Cahya D. (0910480004)
2. Aulya Retno S. (0910480023)
3. Aviva Aviolita P.P. (0910480024)
4. Dian Wulandari (09104800__)
5. Eko Susanto (09104800__)
6. Eriosthafilla W. (09104800__)
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
Daftar Isi
Daftar Isi ....................................................................................................... i
I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
I.2 Tujuan ................................................................................... 2
I.3 Manfaat ................................................................................. 3
II. Tinjauan Pustaka
II.1Agroekosistem ...................................................................... 4
II.2Metode Sample ..................................................................... 5
II.3Jenis-Jenis Perangkap ........................................................... 6
III. Metode Sample
III.1...............................................................................................Alat dan
Bahan .................................................................................... 7
III.2...............................................................................................Tempat
dan Waktu ............................................................................. 7
III.3...............................................................................................Cara Kerja
................................................................................................ 8
IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1..............................................................................................Klasifikasi
Serangga (hama dan musuh alami) ....................................... 9
IV.2..............................................................................................Klasifikasi
Penyakit ................................................................................. 11
IV.3..............................................................................................Analisis
Data Pengamatan .................................................................. 14
IV.4..............................................................................................Hasil
Wawancara ............................................................................ 16
IV.5..............................................................................................Pengambil
an Keputusan ......................................................................... 18
V. Penutup
V.1Kesimpulan ........................................................................... 19
V.2Saran ..................................................................................... 20
Daftar pustaka ............................................................................................... 21
Lampiran ....................................................................................................... ii
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Agroekosistem
Agroekosistem merupakan tempat hidup berbagai jenis serangga, serangga-
serangga tersebut dapat merugikan bagi tanaman budidaya dan dapat berguna. Salah satu
dari serangga tersebut dapat berperang sebagai hama utama yang merupakan spesies
hama yang pada kurun waktu lama selalu menyerang pada suatu daerah dengan intensitas
serangan yang berat sehingga memerlukan usaha pengendalian yang seringkali dalam
daerah yang luas. Tanpa usaha pengendalian maka hama ini akan mendatangkan kerugian
ekonomik bagi petani. Biasanya pada agroekosistem hanya ada satu atau dua hama
utama, sisanya adalah termasuk kategori hama yang lain (Matnawy, H. 1998.).
Agroekosistem (ekosistem pertanian) ditandai oleh komunitas yang monospesifik
dengan kumpulan beberapa gulma. Ekosistem pertanian sangat peka akan kekeringan,
frost, hama/penyakit sedangkan pada ekosistem alam dengan komunitas yang
kompleks dan banyak spesies mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap
gangguan iklim dan makhluk perusak. Dalam agroekosistem, tanaman dipanen dan
diambil dari lapangan untuk konsumsi manusia/ternak sehingga tanah pertanian selalu
kehilangan garam-garam dan kandungan unsur-unsur antara lain N, P, K, dan lain-
lain. Untuk memelihara agar keadaan produktivitas tetap tinggi kita menambah pupuk
pada tanah pertanian itu. Secara fungsional agroekosistem dicirikan dengan tingginya
lapis transfer enersi dan nutrisi terutama di grazing food chain dengan demikian
hemeostasis kecil.
Kesederhanaan dalam struktur dan fungsi agroekosistem dan pemeliharaannya
untuk mendapatkan hasil yang maksimum, maka menjadikannya mudah goyah dan
peka akan tekanan lingkungan seperti kekeringan, frost, meledaknya hama dan
penyakit dan sebagainya.
Peningkatan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang
semakin meningkat akhir-akhir ini dihasilkan satu tehnologi anta\ra lain : mekanisasi,
varietas baru, cara pengendalian pengganggu, pemupukan, irigasi dan perluasan tanah
dengan membuka hutan dan padang rumput. Semua aktivitas pertanian itu
menyebabkan implikasi ekologi dalam ekosistem dan mempengaruhi struktur dan
fungsi biosfere.
Peningkatan hasil tanaman dimungkinkan melalui cara-cara genetika tanaman
dan pengelolaan lingkungan dengan menyertakan peningkatan masukan materi dan
enersi dalam agroekosistem. Varietas baru suatu tanaman dikembangkan melalui
program persilangan dan saat akan datang dapat diharapkan memperoleh varietas
baru melalui rekayasa genetika yang makin baik. Varietas baru mempunyai syarat-
syarat kebutuhan lingkungan dan ini penting untuk diketahui ekologinya sebelum
disebarkan ke masyarakat dengan skala luas (Anonymous, 2011).
2.2 Metode Sampel
Dalam melakukan suatu pengamatan tidak luput dari sample/contoh,karena
sample ini akan mewakili dari keseluruhan tananaman yang ada di lapang, oleh
karena itu dalam melakukan pengambilan sample ini harus menggunakan cara yang
tepat.Terdapat beberapa teknik dalam pengambilan sample, antara lain:
a) Teknik sampling secara acak
Suatu teknik yang berdasrkan pemikiran bahwa untuk mendapatkan
sampel yang dapat mewakili keseluruhan obyek, pengambilannya dilakukan
secara acak.
b) Teknik sampling terpilih
Pada teknik ini, sampel pengamatan yang diambil haruslah betul-betul
dipilih yang dapat mewakili keadaan secara umum. Hal itu hanya dapat
dilakukan apabila telah diketahui sifat-sifat atau kondisi obyek pengamatan
secara umum. pengambilan sampel ini ditujukan untuk mengetahui lebih
lanjut tentang apa yang terdapat pada kondisi yang terlihat secara umum.
(Djafaruddin, 2001)
2.3 Jenis – Jenis Perangkap
a. Perangkap aroma / bau
Pada umumnya seramgga tertarik pada aroma yang dikeluarkan lawan
jenisnya dengan zat tertentu saat akan melakukan kawin.dengan mengetahui
sifat serangga seperti itu maka telah dikembangkan perangkap aroma dengan
menggunakan antraktan. Antraktan meruapakan bahan pengikat yaitu suatu
bahan kimia yang tergolong pestisida dimana bahan aktifnya bersifat
memikat jasad sasaran yang biasanya khusus untuk serangga tertentu.
b. Perangkap cahaya
Perangkap cahaya ini cocok untuk hama yang aktif pada malam hari
seperti penggerek batang, ganjur, dan walang sangit dan sebagainya. Prinsip
kerja perangkap cahaya ini cukup sederhana yaitu dengan menrik serangga
yang berterbangan menuju ke arah sumber cahaya kemudian saat serangga
tersebut menghubunginya, mereka akan berputar – putar kemudian akan
masuk kedalam perangkap yang telah kita pasang.
c. Perangkap warna
Pada umumnya serangga hama tertentu juga lebih tertarik terhadap warna.
Warna yang disukai serangga biasanya warna – warna kontras seperti kuning
cerah. Keunggulan dari penggunaan perangkap warna ini adalah murah,
efisien juga praktis namun perangkap ini hanya bisa diguanakn pada hama
siang hari saja. Prinsip kerjanya pun dialihkan perhatiannya pada perangkap
warna yang dipasang.
(Anonymous, 2011)
METODOLOGI
3.1 Tempat dan waktu pelaksanaan
Tempat :Ngijo
Waktu :Hari senin tanggal 21 november 2011
Komoditas :Buncis
3.2 Alat dan bahan
Spore trap (pada komoditas buncis)
a) Petri disk digunakan untuk wadah pada waktu pemasangan spore trap.
b) Kaca itfall digunakan untuk tempat perangkap spora.
c) Double tip digunakan untuk menempelkan petri disk pada bagian
tanaman yang telah di tentukan dan menempelkan kaca itfall pada petri
disk.
d) Minyak twin 80 digunakan sebagai pelakat spora yang terperangkap pada
petri disk.
Pit fal (pada komoditas buncis)
a) Aqua gelas digunakan sebagai wadah perangkap serangga dan air sabun.
b) Air sabun dugunakan untuk membuat serangga yang masuk kedalam
gelas aqua tidak dapat keluar lagi dan mematikannya.
c) Pisau atau cetok digunakan untuk membuat lubang sebagai tempat
perangkap serangga.
Yellow trap (pada komoditas buncis)
a) Kayu sepanjang kurang lebih 1 m digunakan untuk pemasangan
perangkap serangga yellow trap
b) Kertas yellow trap digunakan untuk perngkap serangga yang bersayap
atau terbang
c) Tali rapia digunakan untuk mengikat kertas yellow trap pada kayu
3.3 Cara kerja
a. Yellow trap
Siapkan alat dan bahan
buka kertas yellow trap, ikatkan kertas yang telah dibuka pada kayu
sepanjang ±1 m dengan menggunakan tali rapia.
Tancapkan kayu yang telah diikat dengan kertas yellow trap pada
tanah di komoditas buncis
Biarkan perangkap yelloo trap selama ± 1 hari, dan ambil kertas
yellow trap yang telah terdapat serangga
Setelah diambil dilakukan pengamatan atau pengidentifikasian pada
serangga yang telah terjebak pada perangkap tersebut.
Hasil
b. Pit fal
Siapkan alat dan bahan
Buat lubang di komoditas buncis dengan menggunakan pisau atau
cetok,dalam lubang sesuai dengan panjang gelas aqua
Campur sabun dengan air dan memasukkannya ke dalam aqua gelas
sampai penuh, kemudian memasukkan gelas pada lubang yang telah
dibuat
Setelah memasukkan gelas yang telah di isi dengan air sabun
kedalam lubang, selanjutnya amati dengan waktu ± 24 jam setelah
pemasangan
Setelah 24 jam pit fal di ambil dan diambil air sabun yang sudah
tercampur dengan serangga dengan memasukkannya ke dalam
plastik , kemudian mengidentifikasi serangga yang terperangkap
hasil
c. Spore trap
Menyiapkan alat dan bahan
Melumuri kaca preparad dengan menggunakan minyak twin 80, agar
spora yang terperangkap dapat menempel pada kaca preparad
Menempelkan kaca preparad yang telah dilumuri minyak twin 80
dengan menggunakan double tips
Memasang petri dish yang telah ditempeli kaca preparad pada bagian
atas , tengah dan pangkal/bawah tangkai tanaman
Mengamati dengan waktu ± 4 jam
Mengidentifikasi spora dengan menggunakan mikroskop
Hasil
3.4 Fungsi perlakuan
Dari setiap perlakuan yang di terapkan mempunyai fungsi tersendiri
perlakuan yellow trap harus di pasang di atas komoditas karena agar serangga
yang ada di sekitar tanaman tersebut dapat tertangkap dengan menempel pada
sisi depan yellow trap.Untuk pitfal pemasangnya di letakkan sejajar dengan
permukaan tanah agar serangga dapat terperangkap dan masuk ke dalam akua
yang telah di beri sabun deterjen.spore trap di letakkan dengan 3 tempat dalam
satu tiang di pasang demikian karena agar nantinya spora yang tertangkap
mewakili dari masing bagian tanaman(atas, tengah dan bawah).
IV. PEMBAHASAN
4.4 Hasil Wawancara
Pada praktikum Manajemen Hama Penyakit Terpadu kami melakukan
wawancara di Desa Ngijo Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang. Pada
kesempatan ini kami melakukan wawancara kepada petani buncis, yang bernama
Bapak Sukirno. Bapak Sukirno mengelola lahan seluas 150 m2 dengan komoditas
buncis, tomat dan kacang panjang. Komoditas buncis di lahan tersebut tidak
terdapat hama dan penyakit.
Pada lahan ini terdapat pengairan yang cukup dan berasal dari sungai yang
berada disekitar lahan tersebut. Dimana pengairan ini dipungut biaya yang
dikoordinir oleh gabungan kelompok tani di desa tersebut. Pupuk yang digunakan
adalah urea sebnayak 15 kg pada setiap kali tanam. Untuk membasmi hama dan
penyakit, petani menggunakan pestisida dengan merk dagang kalikron dan
sekron.
Daftar Pustaka
Anonymous. 2011. Jenis-Jenis Perangkap. http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=jenisjenis%20perangkap
%20hama&source=web&cd=1&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fomkicau1.files.wordpress.com
%2F2011%2F02%2Fperangkaphama.pdf&ei=f_TvTujCBIHVrQee0b2ECQ
&usg=AFQjCNGbMyl8h0v23_97TF4h1Vlq9gri2Q&cad=rja. Diunduh
pada 19 Spetember 2011.
Anonymous. 2011. Agroekosistem. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/ekotan
%208.htm. Diunduh pada 19 Spetember 2011.
Djafaruddin. 2001. Dasar- dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Matnawy, H. 1998. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.