laporan praktikum air final

57
MODUL IX PERCOBAAN 23 PEMERIKSAAN JUMLAH MIKROORGANISME DALAM AIR I. TUJUAN Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan kali ini adalah sebagai berikut: 1. Mampu melakukan metode total plate count dengan baik 2. Mengetahui jumlah mikroba yang terdapat dalam air II. PRINSIP Pada percobaan ini, pemeriksaan jumlah mikroorganisme dalam air dilakukan dengan menggunakan total plate count dan metode pengenceran yang dilakukan berdasarkan kondisi sampel air. Pengenceran mungkin tidak akan dibutuhkan untuk air yang siap diminum, tetapi dapat dilakukan pengenceran berulang kali untuk jenis air kotor. Untuk pengamatan koloni, jumlah koloni yang valid ada pada interval 30-300 koloni. III. TEORI DASAR Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup karena makhluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler. Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran. (Ramona dkk., 2007) Faktor-faktor biotis (dalam hal ini mikroba) yang terdapat di dalam air, menurut Suriawiria (1985) terdiri dari: 1. Bakteri 2. Fungi (jamur) 3. Mikroalga 4. Protozoa 5. Virus

Upload: evafy

Post on 08-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan praktikum air

TRANSCRIPT

MODUL IX

PERCOBAAN 23

PEMERIKSAAN JUMLAH MIKROORGANISME DALAM AIR

I. TUJUAN

Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Mampu melakukan metode total plate count dengan baik

2. Mengetahui jumlah mikroba yang terdapat dalam air

II. PRINSIP

Pada percobaan ini, pemeriksaan jumlah mikroorganisme dalam air dilakukan dengan

menggunakan total plate count dan metode pengenceran yang dilakukan berdasarkan

kondisi sampel air. Pengenceran mungkin tidak akan dibutuhkan untuk air yang siap

diminum, tetapi dapat dilakukan pengenceran berulang kali untuk jenis air kotor. Untuk

pengamatan koloni, jumlah koloni yang valid ada pada interval 30-300 koloni.

III. TEORI DASAR

Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup karena makhluk hidup

memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air

dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik,

menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler.

Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan

substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang

meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat

dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran. (Ramona dkk., 2007)

Faktor-faktor biotis (dalam hal ini mikroba) yang terdapat di dalam air, menurut

Suriawiria (1985) terdiri dari:

1. Bakteri

2. Fungi (jamur)

3. Mikroalga

4. Protozoa

5. Virus

Menurut Dwidjoseputro (1989), air tanah mangandung zat-zat anorganik maupun zat-

zat organic yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan

mikroorganisme (kehidupan mikroorganisme). Mikroorganisme yang autotrof merupakan

penghuni pertama dalam air yang mangandung zat-zat anorganik. Sel-sel yang mati

merupakan bahan organic yang memungkinkan kehidupan mikroorganisme yang

heterotrof. Temperatur juga ikut menentukan populasi mikroorganisme di dalam air. Pada

temperature sekitar 30oC merupakan temperatur yang baik bagi kehidupan bakteri

pathogen yang berasal dari hewan maupun manusia. Sinar matahari (terutama sinar

ultraviolet) memang dapat mematikan bakteri, akan tetapi daya tembus sinar ultraviolet

ke dalam air tidak maksimal. Air yang berarus deras kurang baik bagi kehidupan bakteri.

Hal ini berkaitan dengan tidak maksimalnya perkembangbiakan bakteri, karena

kebanyakan bakteri memerlukan media/substrat yang tenang untuk perkembangbiakannya

(Dwijoseputro, 1989).

Air sumur pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan, karena air yang

merembes ke dalam tanah itu telah difiltrasi (disaring) oleh lapisan tanah yang

dilewatinya, namun kebersihan air secara kasat mata belum tentu mengindikasikan

terbebasnya air tersebut dari kontaminasi bakteri, kebersihan dan kontaminasi bakteri

pada air sumur sangat berkaitan erat dengan lingkungan sekitar sumur (Nurdin, 2007).

Temperature yang optimum sepanjang tahun di Indonesia ini menyebabkan air di alam

terbuka selalu mengandung mikroorganisme

Kandungan mikroorganisme dalam air alami sangat berbeda tergantung pada lokasi

dan waktu. Apabila air merembes dan meresap mealalui tanah akan membawa sebagaian

mikroorganisme bagian tanah yang lebih dalam. Air tanah pada umumnya paling sedikit

mengandung mikroorganisme dan air tanah yang terdapat pada bagian yang dalam sekali

hampir tidak mengandung mikroorganisme. Sebaliknya air permukaan sering banyak

mengandung mikroorganisme yang berasal dari tanah dan dari organisme yang terdapat di

danau-danau dan sungai-sungai. Kehadiran mikroba di dalam air akan mendatangkan

keuntungan dan kerugian (Dwijoseputro, 1989).

Mikroorganisme Patogen yang dapat Mengkontaminasi Air

Mikroorganisme patogen dalam air dapat masuk ke dalam tubuh dengan perantaraan

air minum atau infeksi pada luka yang terbuka. Mikroorganism ini umumnya tumbuh

dengan baik di dalam saluran pencernaan keluar bersama feses, bakteri ini disebut bakteri

coliform (Tarigan, 1988). Adanya hubungan antara tinja dengan coliform,maka bakteri ini

dijadikan indikator alami kehadiran materi fekal. Artinya, jika pada suatu substrat atau

benda didapatkan bakteri ini maka langsung ataupun tidak langsung substrat atau benda

tersebut sudah dikenal atau dicemari oleh materi fekal. Selain itu dijelaskan pula bahwa

ada kesamaan sifat dan kehidupan antara bakteri coliform dengan bakteri lain penyebab

penyakit perut, tifus, paratifus, disentri dan kolera. Oleh karena itu kehadiran bakteri

coliform dalam jumlah tertentu didalam sutau substrat ataupun benda, misalnya air dan

bahan makanan sudah merupakan indikator kehadiran bakteri penyakit lainnya.

Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan

Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan adanya

bakteri patogen lain, misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber

(Kompas Cyber Media, 2003 dalam Kompas.com).

Menurut Supardi dan Sukamto (1999), bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu.

1. Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran

hewan atau manusia.

2. Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa, biasanya ditemukan pada hewan

atau tanaman yang telah mati.

Bakteri E. coli memiliki kemampuan untuk memfermentasikan kaldu laktosa pada

temperatur 37° Celcius dengan membentuk asam dan dan gas dalam waktu 48 jam. Sejak

diketahui bahwa E. coli tersebar dalam semua individu, analisis bakterialogis terhadap air

minum ditunjukkan dengan kehadiran bakteri tersebut. Walaupun adanya bakteri tersebut

tidak dapat memastikan adanya bakteri patogen secara langsung, namun dari hasil yang

didapat memberikan kesimpulan bahwa E. Coli dalam junlah tertentu dalam air dapat

digunakan sebagai indikator adanya bakteri yang patogen.

Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, memiliki sifat Coli,

dan lebih banyak didapatkan dalam habitat tanah dan air daripada dalam usus, sehingga

disebut “nonfekal” dan umumnya tidak patogen. Pencemaran bakteri fekal tidak

dikehendaki, baik dari segi estetika, sanitasi, maupun kemungkinan terjadinya infeksi

yang berbahaya. Jika dalam 100 ml air minum terdapat 500 bakteri Coli, mungkin terjadi

penyakit gastroenteritis yang segera dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh,

sehingga dapat tinggal dalam blander (cystitis) dan pelvis (pyelitis), ginjal dan hati.

Kualitas Air

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2002, yang dimaksud dengan air

minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Davies dan Mazumder (2003)

mengelompokkan definisi kualitas air menjadi tiga kriteria yang dapat diukur : (1) air

bebas bibit penyakit (organisme patogen), (2) air dengan bahan kimia berbahaya di bawah

ambang persyaratan dan parameter fisik dengan yang akseptabel, dan (3) air dengan

senyawa radioaktif di bawah ambang batas. Syarat kesehatan yang dimaksud adalah

standar baku dimana jika air diminum tidak akan menimbulkan masalah kesehatan.

Menurut WHO aspek yang harus dipenuhi oleh air agar layak diminum meliputi aspek

biologi, aspek kimia, aspek radiologi, dan aspek akseptabilitas atau aspek fisik.

(http://bioologic.blogspot.com/2012/04/air-layak-minum.html)

1. Kualitas Fisik, meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa.

2. Kualitas Kimia, yaitu yang berhubungan dengan adanya ion-ion senyawa ataupun

logam yang membahayakan dan pestisida.

3. Kualitas Biologi yaitu berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab

penyakit), pencemar, dan penghasil toksin.

Kandungan bakteri E. Coli dalam air berdasarkan ketentuan WHO (1968) dalam

Dwijoseputro (1989), dalam hal jumlah maksimum yang diperkenankan per 100 ml

adalah 1000, air untuk kolam renang 200, dan air minum 1. Hal ini menunjukkan bahwa

kualitas air secara biologis ditentukan oleh kehadiran bakteri E. Coli di dalamnya. Sumur

merupakan salah satu penampungan air yang utama bagi penduduk perkampungan.

Dengan demikian air dalam sumur tersebut harus memnuhi syarat air yang baik untuk

dikonsumsi. Agar air dalam sumur tersebut berkualitas baik maka sebaiknya jarak sumur

dan septitank kurang lebih 10 meter. Menurut Setyawati (2007) dalam penelitianya

menjelaskan bahwa kandungan bakteri yang terdapat dalam air sumur dipengaruhi oleh

konstruksi sumur, aktivitas domestik sekitar sumur, cara penggunaan sumur, dan

pemeliharan sumur. Berdasarkan hasil penelitian tersebut konstruksi sumur paling

berpengaruh terhadap kandungan bakteri di dalam air sumur.

Analisis Mikrobiologi Air

Permukaan air yang kelihatannya jernih dan bersih, belum tentu air tersebut bebas

dari kontaminan. Bisa saja air ini terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen yang

dapat membahayakan kesehatan manusia. Mikroorganisme kontaminan tersebut dapat

dideteksi dengan menggunakan metode-metode laboratorium. Pengujian macam-macam

mikroorganisme patogen dalam air minum tidaklah praktis (langsung).

Analisis yang digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi antara lain:

1. Total Count: Total count bakteri, ditentukan berdasarkan penanaman bahan

dalam jumlah dan pengenceran tertentu ke dalam media yang umum untuk

bakteri. Setelah diinkubasikan pada suhu kamar selama waktu maksimal 4 x

24 jam, dilakukan perhitungan koloni. Total count fungi, dilakukan dengan

metode yang sama kecuali suhu inkubasi 28 ± 1oC. Pada permukaan media

pertumbuhan untuk fungi ditambahkan asam laktat 3% sebelum memasukkan

sampel untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

2. Penentuan Nilai IPB (Indeks Pencemar Biologis): Makin tinggi nilai IPB,

maka makin tinggi kemungkinan deteriosasi/korosi materi di dalam sistem

pabrik (logam-logam yagn mengandung Fe dan S) ataupun terhadap

kemungkinan adanya kontaminasi badan air oleh organisme patogen.

Perhitungan Nilai Total Coliform

Coliform total ditentukan dengan teknik MPN (Most Probable Number) atau JPT

(Jumlah Perkiraan Terdekat) dan dengsan metode penyaring membran. MPN merupakan

metode penentuan jumlah bakteri yang tumbuh pada pengenceran beberapa seri tabung

dengan tabel MPN coliform. Metode MPN ini lebih baik bila dibandingkan dengan

metode hitung cawan, karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi coliform dalam jumlah

yang sangat rendah di dalam sampel air (Supardi dan Sukamto, 1999). Uji kualitas

Coliform terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) Uji pendugaan, (2) Uji penegasan, (3) Uji

lengkap. Menurut fardiaz (1993), uji kualitas koliform tidak harus dilakukan swecara

lengkap seperti di atas. Hal ini twergantung dari berbagai faktor, seperti waktu, mutu,

sampel yang diuji, biaya, tujuan analisis, dam faktor-faktor lainnya.

Metode MPN ini menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi, yang

perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah diinkubasi pada

suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan mengamati

timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas pada tabung Durham untuk mikroba

pembentuk gas, seperti E. coli. Metode MPN ini biasanya dilakukan untuk menghitung

jumlah mikroba di dalam sampel cair, dapat pula dilakukan untuk menghitung jumlah

mikroba untuk sampel yang bentuknya padat, dengan terlebih dahulu membuat suspensi

1:10 dari sampel tersebut (Siswandi, 2000).

Perhitungan jumlah bakteri coliform dilakukan dengan rumus:

MPN mikroba = Nilai MPN x 1/pengenceran tabung di tengah

(http://mawarmawar.wordpress.com/2009/03/15/kehidupan-mikroorganisme-dalam-

air/)

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat

Tabung reaksi (2 buah)

Labu Erlenmeyer (4 buah)

Pipey 1 mL (4 buah)

Cawan petri (4 buah)

Pembakar bunsen

Jarum inokulasi

Penangas air

Tabung Erlenmeyer

Bahan

Sampel air (air kotor: intel, kolam KL, selokan; air bersih: SPAH, kran; Air

minum: Aqua, Vit, KBL, Salman)

Medium agar nutrisi (NA) tegak (dalam tabung) (2 buah)

99 mL aquades

V. HASIL PENGAMATAN

Tanggal pengamatan: Kamis, 09 April 2015 dan Jumat, 10 April 2015

Air Kotor

Sampel No Gambar Hasil Pengamatan

Kolam Intel 1

Gambar 1.1. 0.1 mL Air Kolam Intel H+1

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 1 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 10

2

Gambar 1.2. 1 mL Air Kolam Intel H+1

1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 3 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 10

3

Gambar 1.3. 0.1 mL Air Kolam Intel H+2

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 1 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 10

4

Gambar 1.4. 1 mL Air Kolam Intel H+2

1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 9 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 10

Kolam KL

5

Gambar 2. (Kiri-Kanan) 0.1 mL – 1 mL

H+1

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Tidak terdapat koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 10

6

(Tidak diambil foto karena hasil

pengamatan sama dengan

pengamatan di hari Kamis)

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Sumber:

Kelompok 10

Air Selokan

7

Gambar 3.1. 0.1 mL Air Selokan H+1

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Tidak terdapat koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 3

8

Gambar 3.2. 1 mL Air Selokan H+1

1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Tidak terdapat koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 11

9

Gambar 3.3. 0.1 mL Air Selokan H+2

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Tidak terdapat koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 11

Air Selokan 10

Gambar 3.4. 1 mL Air Selokan H+2

1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 3 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 11

Air Bersih

Sampel No Gambar Hasil Pengamatan

SPAH

Himpunan

1

Gambar 4.1. 0.1 mL SPAH Himpunan H+1

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 9 koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 12

2 (Belum mendapatkan hasil foto)

1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 20 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 12

3

Gambar 4.2. 0.1 mL SPAH Himpunan H+2

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 13 koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 4

SPAH

Himpunan 4

Gambar 4.3. 1 mL SPAH Himpunan H+2

1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 120 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 4

Air Kran

5

Gambar 5.1. 0.1 mL SPAH Himpunan H+1

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Tidak terdapat koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 5

6

Gambar 5.2. 1 mL SPAH Himpunan H+1

1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 1 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 5

7

Gambar 5.3. 0.1 mL SPAH Himpunan H+2

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Tidak terdapat koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 5

8

Gambar 5.4. 1 mL SPAH Himpunan H+2

1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 5 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 5

Air Minum

Sampel No Gambar Hasil Pengamatan

Aqua 1

Gambar 6.1. 0.1 mL Aqua H+1

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Tidak terdapat koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 6

2

Gambar 6.2. 1 mL Aqua H+1

1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Tidak terdapat koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 6

3

Gambar 6.3. 0.1 mL Aqua H+2

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Tidak terdapat koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 14

4

Gambar 6.4. 1 mL Aqua H+2

1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Tidak terdapat koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 14

VIT 5

Gambar 7.1. 0.1 mL VIT H+1

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 2 buah koloni yang

tumbuh

Sumber:

Kelompok 15

VIT

6

Gambar 7.2. 1 mL VIT H+1

1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 2 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 15

7

Gambar 7.3. 0.1 mL VIT H+2

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 2 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 7

8

Gambar 7.4. 1 mL VIT H+2

1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 2 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 7

Kantin KBL

9

Gambar 8.1. 0.1 mL Kantin KBL H+1

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 9 buah koloni yang

tumbuh

Sumber:

Kelompok 8

10

Gambar 8.2. 1 mL Kantin KBL H+1

1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 70 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 8

Kantin KBL

11

Gambar 8.3. 0.1 mL Kantin KBL H+2

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 16 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 8

12

Gambar 8.4. 1 mL Kantin KBL H+2

1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 115 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 8

Air Salman 13

Gambar 9.1. 0.1 mL Air Salman H+1

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 9 buah koloni yang

tumbuh

Sumber:

Kelompok 9

14

Gambar 9.2. 1 mL Air Salman H+1

1 mL

Tanggal Pengamatan: Kamis,

09 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 9 buah koloni yang

tumbuh

Sumber:

Kelompok 9

15

Gambar 9.3. 0.1 mL Air Salman H+2

0.1 mL

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 89 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 17

Air Salman 16

Gambar 9.4. 1 mL Air Salman H+2

Tanggal Pengamatan: Jumat,

10 April 2015

Pengamatan:

Terdapat 89 buah koloni yang

tumbuh.

Sumber:

Kelompok 17

VI. ANALISIS

Pada percobaan kali ini, beberapa sampel air akan diuji untuk diperiksa jumlah

mikroorganisme yang tumbuh di dalamnya. Agar sampel air dapat dipakai, pertama-tama

sampel air diencerkan sampai dengan 10000 kali menggunakan labu Erlenmeyer yang

berisi 99 mL air aquades. Penanaman sampel dilakukan secara aseptik dari pengenceran

10-4

pada dua cawan petri. Keadaan saat praktikum harus aseptik demi menghindari

adanya kontaminasi dari kontaminan yang berada di lingkungan dan juga untuk

memastikan bahwa hasil percobaan valid. Cawan petri yang pertama diiisi dengan

mengambil 0.1 mL dari hasil pengenceran 10-4

dan pada cawan petri yang kedua diambil

1 mL dari sampel. Setelah kedua cawan petri terisi oleh suspensi air, masukkan medium

agar nutrisi ke dalam cawan petri. Masing-masing cawan diisi oleh 1 tabung NA tegak.

Kedua cawan petri dikocok secara homogen dengan digoyangkan ke kiri, kanan, dan

muka-belakang sebanyak masing-masing lima (5) kali. Apabila suspense air serta

medium telah tercampur dengan baik dan merata, cawan petri dimasukkan ke dalam

ruang inkubator 37⁰ dan diinkubasi selama 24 – 48 jam. Pengamatan terhadap jumlah

bakteri yang tumbuh pada kedua cawan petri tersebut dilakukan setiap harinya selama 2

hari cawan petri berada di inkubator.

Metode standard plate count dapat diandalkan untuk menghitung jumlah bakteri dan

jamur. Satu set pengenceran serial dibuat dan masing-masing sampel ditempatkan ke

dalam media agar-agar cair dan media dituangkan ke dalam cawan petri. Agar-agar

membeku dengan sel-sel bakteri terkunci di dalam agar-agar. Koloni tumbuh dalam agar,

serta di atas agar dan bawah agar (antara agar dan dasar cawan petri). Prosedur yang

dijelaskan di atas menghasilkan satu set pour plate dari berbagai pengenceran, tetapi

metode spread plate (sampel tersebar di atas agar yang dipadatkan) juga dapat digunakan.

Plate agar memungkinkan penghitungan akurat dari mikroorganisme hasil dari

pemerataan di seluruh plate agar. Hal ini tidak dapat dilakukan dengan media cair karena

1) kemurnian spesimen tidak dapat diidentifikasi, dan 2) tidak ada cara untuk menghitung

sel-sel dalam cairan.

Pengenceran dilakukan agar jumlah koloni mikroorganisme yang tumbuh pada media

tidak terlalu banyak akibat dari banyaknya kehadiran mikroorganisme dalam sampel asli.

Bila koloni yang tumbuh terlalu banyak, akan sulit untuk menghitung jumlah koloni dan

membedakan koloni yang berasal dari spesies yang berbeda. Selain itu, jumlah koloni

dalam satu cawan petri hasil inkubasi yang valid pada umumnya adalah yang memiliki

jumlah 25-250. Untuk bakteri E. coli jumlah koloni yang diijinkan tumbuh dalam cawan

petri agar perhitungan valid adalah 30-300 buah. Pengenceran juga berguna untuk

mendapatkan rata-rata jumlah koloni mikroorganisme yang tumbuh dalam berbagai

pengenceran yang berbeda agar dari variabilitas data pengenceran tersebut didapatkan

data yang representatif.

Untuk melakukan perhitungan jumlah sel bakteri yang tumbuh pada tiap sampel,

mulanya harus dihitung terlebih dahulu banyaknya jumlah cawan petri yang ditumbuhi

oleh 30 – 300 buah koloni. Catat semua data dari jumlah koloni yang terhitung pada

cawan petri untuk masing masing pengenceran untuk menentukan SPC. Data yang valid

adalah cawan petri yang ditumbuhi antara 30-300 koloni. Namun, jika tidak ada cawan

petri yang ditumbuhi oleh koloni sebanyak itu, proses penghitungan yang dilakukan pun

menjadi berbeda. Berdasarkan dari hasil data pengamatan, diperoleh pengolahan data

sebagai berikut:

Hari Pertama

Sampel Pengenceran Jumlah

Koloni

Jumlah Sel (N)

(

⁄ ) Jumlah Sel Rata-Rata

Kolam Intel 10

-5 1 TFTC

= 10

-4 3 TFTC

Kolam KL 10

-5 0 TFTC

70 10-4

0 TFTC

Air Selokan 10

-5 2 TFTC

10-4

0 TFTC

SPAH

Himpunan

10-1

9 TFTC

1

20 TFTC

Air Kran 10

-1 0 TFTC

1

1 TFTC

Aqua 10

-1 0 TFTC

1

0 TFTC

VIT 10

-1 2 TFTC

1

2 TFTC

KBL 10

-1 9 TFTC

1

70 70

Salman 10

-1 9 TFTC

1

9 TFTC *TFTC = Too Few to Count

Hari Kedua

Sampel Pengenceran Jumlah

Koloni

Jumlah Sel (N)

(

⁄ ) Jumlah Sel Rata-Rata

Kolam Intel 10

-5 1 TFTC

=

303,5

10-4

9 TFTC

Kolam KL 10

-5 0 TFTC

10-4

0 TFTC

Air Selokan 10

-5 0 TFTC

10-4

3 TFTC

SPAH

Himpunan

10-1

13 TFTC

1

120 TFTC

Air Kran 10

-1 0 TFTC

1

5 TFTC

Aqua 10

-1 0 TFTC

1

0 TFTC

VIT 10

-1 2 TFTC

1

2 TFTC

KBL 10

-1 16 TFTC

1

115 115

Salman 10

-1 89 890

1

89 89 *TFTC = Too Few to Count

Berdasarkan dari hasil pengolahan data di atas dapat terlihat bahwa:

Air Kotor

Pada sampel air kotor yang diambil di kolam intel, kolam KL, dan air selokan, terlihat

bahwa jumlah koloni yang didapatkan pada tiap hari pengamatan tergolong sedikit. Tentu

saja hal ini berkontradiksi dengan common sense yang ada di mana air kotor pastinya

memiliki jumlah bakteri terbanyak. Dalam kedua hari pengamatan, jumlah koloni yang

didapatkan pada ketiga sampel air kotor tersebut berada di bawah 30, yang berarti data

tidak valid untuk digunakan karena terlalu sedikit. Pada dasarnya, air kolam yang

merupakan habitat yang sangat terpolusi dan tidak mungkin dapat diminum karena tidak

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan karena selain air

kolam mengandung zat-zat radioaktif, air kolam juga mengandung bakteri E-coli,

Salmonella, dan Listeria.

Akan tetapi, seharusnya sampel pada air selokan memiliki jumlah bakteri yang lebih

banyak daripada jumlah koloni bakteri di air kolam karena pada dasarnya air selokan

merupakan muara dari air limbah rumah tangga ataupun tempat berkumpulnya air hujan.

Anomali data yang dihasilkan dari sampel air kotor kemungkinan besar disebabkan oleh

kesalahan saat dilakukannya pengenceran sampel di mana pengenceran tidak dilakukan

dengan tepat dan justru berlebih sehingga mengurangi jumlah bakteri yang ada pada

sampel secara signifikan.

Air Bersih

Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap sampel air kram terlihat bahwa jumlah

koloni bakteri yang tumbuh sangat sedikit dan bahkan hampir tidak ada sama sekali (0

koloni). Hal ini menunjukkan bahwa sampel air bersih memang dari awal memiliki

bakteri yang sedikit dan setelah diencerkan 10000 kali bakteri menjadi berkurang menjadi

hampir tidak ada sama sekali. Air kran yang digunakan dipasok dari PDAM Tirtawening

yang berlokasi di Jalan Badaksinga yang notabene sangat dekat dari lokasi Kampus

Ganesha ITB. Air baku yang digunakan pada PDAM diambil dari air permukaan, yaitu

air Sungai Cikapundung. Air sungai tersebut diolah melalui beberapa proses demi

menghasilkan output air bersih yang nantinya akan didistibusikan ke pelanggan air

PDAM.

Apabila melihat dari hasil percobaan terhadap air bersih yang dilakukan, dapat

diambil kesimpulan bahwa PDAM telah berhasil melakukan pekerjaannya dalam

memasok air bersih. Kemungkinan besar bakteri mengontaminasi air PDAM ketika air

sedang didistribusikan melalui sistem perpipaan. Bakteri yang hadir pada air PDAM

biasanya adalah bakteri biologis sehingga lebih mudah untuk dimusnahkan pada saat

dilakukan pengenceran terhadap air tersebut.

Namun, pada air SPAH himpunan terlihat bahwa jumlah koloni bakteri yang ada

sangat banyak. Hal ini menandakan bahwa proses dari pengolahan air hujan tidak

memberikan hasil yang baik. Ketika turun dari langit air ini berinteraksi dengan udara

sekitar yang mengandung berbagai jenis bakteri, tak hanya bakteri tetapi juga

mikroorganisme lainnya sehingga air SPAH yang tidak dikelola dengan baik saat

prosesnya memiliki kandungan kontaminan yang tinggi sehingga terdapat pertumbuhan

koloni yang sangat banyak.

Air Minum

Melihat dari hasil percobaan yang dilakukan terhadap sampel air minum (Aqua, VIT,

air kantin KBL, dan air Masjid Salman) terlihat dengan jelas perbedaan antara air minum

olahan pabrik serta air minum distilasi. Selama dua hari inkubasi, aqua tidak

menunjukkan adanya pertumbuhan mikroorganisme bakteri sama sekali. Hal ini

menandakan bahwa pengolahan air minum yang dilakukan oleh perusahaan Danone

telah dieksekusikan dengan sangat baik sehingga air minum merk Aqua terjamin

kehigienisan dan kesehatannya.

Sampel air minum olahan pabrik lainnya yang digunakan pada percobaan kali ini

adalah air minum merk VIT. Tidak seperti Aqua yang hampir sempurna dalam

menyediakan air minum yang sehat, pada VIT masih terlihat adanya pertumbuhan koloni

bakteri selama 2 hari inkubasi. Walaupun tidak sebaik aqua, air minum VIT tetap

tergolong sangat baik karena jumlah koloni bakteri yan tumbuh masih jauh dibawah

standar baku dari pemerintah dan tidak masuk ke dalam range 30 – 300 koloni yang

berarti jumlah koloni yang tumbuh terlalu sedikit untuk bisa dianggap valid. Dari hasil

percobaan ini dapat diketahui bahwa ternyata tetap ada perbedaan kualitas dari tiap merk

air minum olahan meskipun masing-masing pabrik menggunakan prosedur pengolahan

yang sama.

Lain hal dengan air minum olahan pabrik, dua sampel lainnya (air kantin KBL dan air

masjid Salman) ditumbuhi koloni bakteri dengan jumlah yang banyak. Air minum yang

disediakan oleh kedua tempat tersebut tidak diketahui asalnya, tetapi kemungkinan besar

air minum tersebut didapat dari proses distilasi (air depot). Memakai asumsi bahwa air

minum di kantin KBL dan Masjid Salman adalah air depot, hasil percobaan yang buruk

menjadi masuk akal. Air depot sudah terkenal tidak baik proses pengolahannya sehingga

memiliki kualitas yang sangat jauh apabila dibandingkan dengan air minum olahan

pabrik. Terdapat beberapa factor yang menyebabkan kualitas air depot buruk, yaitu:

1. Penggunaan sinar ultraviolet yang tidak sesuai antara kapasitas dan kecepatan

air yang melewati penyinaran ultraviolet tersebut. Akibat aliran air yang

terlalu cepat, bakteri E-coli tidak mati. Pada dasarnya, untuk air depot

kapasitas ultraviolet yang minimum adalah Type 5 GPM atau daya lampu 30

Watt dan kecepatan air yang melewati UV tersebut adalah 19 liter (1 Galon)

per 1 menit 15 detik.

2. Kebersihan air depot dan lingkungan sekitanya yang kurang bersih.

3. Keterbatasan modal yang membuat banyak orang membeli paket air depot

yang berharga murah dengan peralatan dibawah Standar Minimum Peralatan

yaitu minimal menggunakan tabung berisi media pasir silika, karbon aktif ,

Ultraviolet minimal Type 5 GPM dan penyaringan Micro filter/filter sedimen

berukuran mulai 10 mikron s/d 01 mikron.

4. Kurangnya kesadaran pemilik air depot untuk memeriksakan air depot 3 bulan

sekali ke Dinas Kesehatan setempat.

VII. KESIMPULAN

Dari percobaan ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Dalam meneliti dan melihat air yang di dalamnya mengandung

mikroorganisme, salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Total

Plate Count dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu untuk sampel air

kotor.

2. Dari percobaan didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri yang hidup pada

sampel air bersih adalah 120 sel/mL pada air SPAH di himpunan dan

364,6667 sel/mL pada air minum (kantin KBL + masjid Salman).

3. Hasil data jumlah bakteri yang didapatkan pada air kotor tidak valid karena

terjadi pengenceran yang berlebihan sehingga terjadi anomali pada adata air

kotor.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Ramona, dkk. 2007. Air dan Bakteri. Jakarta: Erlangga.

Dwijoseputro. 2005. Bakteri dan Lingkungannya. Jakarta: Erlangga.

http://bioologic.blogspot.com/2012/04/air-layak-minum.html diakses pada tanggal 16

April 2015 pukul 16:30.

http://mawarmawar.wordpress.com/2009/03/15/kehidupan-mikroorganisme-dalam-

air/ diakses pada 16 April 2015 pukul 16:32.

MODUL IX - PERCOBAAN 24

ANALISIS KUALITATIF STANDAR AIR

(JUMLAH PERKIRAAN TERDEKAT GOLONGAN COLIFORM)

Bagian A: Uji Pendugaan (Presumtive Test)

I. TUJUAN

1. Menentukan kehadiran bakteri golongan coli dalam sample air

2. Mendapatkan indeks atau jumlah perkiraan terdekat organisme golongan coli

II. PRINSIP PERCOBAAN

Uji ini spesifik untuk mendeteksi bakteri coli dengan kaldu laktosa. Bakteri golongan coli

mampu menggunakan laktosa sebagai sumber karbon (sementara bakteri usus yang lain

tidak). Selain laktosa, medium juga ditambahkan garam bile, sebagai surface-tension

depresant yang berfungsi untuk menekan pertumbuhan organisme selain bakteri golongan

coli. Dikenal seri 3 dan seri 5 tabung untuk tiap konsentrasi bakteri air yang berbeda, untuk

pengujian pendugaan ini. Nilai JPT diestimasi dengan menentukan jumlah tabung yang

menunjukkan hasi positif. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna medium menjadi

kuning dan adanya pembentukan gas pada tabung durham.

III. TEORI DASAR

Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup karena makhluk hidup

memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air

dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan

suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler (Campbell, dkk, 2002).

Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan

substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi

pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai

sebagai pengukuran derajat pencemaran. Kualitas air didasarkan pada pengujian ada tidaknya

coliform dalam air. Keberadaan bakteri coli merupakan parameter yang dapat digunakan

untuk menentukan kualitas air yang aman, dimana kehadirannya dapat dijadikan indikator

pencemaraan air. Ciri-ciri bakteri coliform adalah bersifat gram negatif, bentuk morfologi

batang pendek, dan dapat memfermentasi medium laktosa cair dengan membentuk asam dan

gas ( Pelczar dan Chan, 1988).

Menurut Fardiaz (1989), ada dua uji yang dilakukan pada bakteri koliform yaitu secara

kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu uji

pendugaan (presumptive test), uji penguat (confirmed test) dan uji pelengkap (completed

test). Uji penduga juga merupakan uji kuantitatif koliform dengan menggunakan metode

MPN.

Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya

polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk-produk

susu. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram

negated, tidak membentuk spora, aerobik, dan anaerobik fakultatif yang memfermentasikan

laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 370C. adanya

bakteri koliform di dalam makanan/minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba

yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran

pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik

lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya

pencemaran bakteri patogen. Berdasarkan asal dan sifatnya kelompok ini dibagi menjadi dua

golongan yaitu:

1. Coli fecal, yaitu Escherichia coli yang berasal dari tinja manusia.

2. Coli non-fecal yaitu Aerobacter dan Klebsiella yang bukan berasal dari tinja manusia,

tetapi mungkin berasal dari sumber lain (Suriawaria, 1993).

Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran

dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.

Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi

bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter

aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform,

artinya, kualitas air semakin baik (Friedheim, 2001). Indikator pemeriksaan kualitas

bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan :

a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora

normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja

manusia atau hewan;jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan

yang tinggi

b) E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan

dilakukandengan benar

c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi

penggunaan domestik

d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama

dengan E. coli dalam air tersebut.

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran

bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu

contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia

atau hewan berdarah panas-adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman,

kram perut, dan muntah-muntah. Jenis bakteri coliform tertentu, misalnya E coli, bersifat

patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa

tidak enak badan (Dad,2000). Bakteri coliform ini menghasilkan zat ethionine yang pada

penelitian menyebabkan kanker. Bakteri-bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-

macam racun seperti Indole, skatole yang dapat menimbulkan penyakit bila berlebih didalam

tubuh, Anonim (dalam Gause, G. F. 1946).

Uji pendugaan merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri

koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan oleh fermentasi laktosa oleh

bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas

yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung

dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung

Durham.

Perkiraan jumlah terdekat (JPT) pada perhitungan bakteri didasarkan atas asumsi bahwa

bakteri tersebar normal dalam medium cair, yang berarti bila diamati berulang-ulang sampel

dengan takaran yang sama dari suatu sumber dapat diharapkan mengandung jumlah rata-rata

yang sama, biarpun antara sampel yang satu sedikit lebih atau kurang dari pada yang lain.

Jumlah rata-rata ini adalah jumlah perkiraan terdekat. Jika jumlah organism besar, perbedaan

antara jumlah sampel akan menjadi kecil, hasil hitungan masing-masing sampel akan lebih

mendekati rata-rata. Bila jumlah organism kecil perbedaan akan relatif besar (Usman, 1986).

Bila suatu cairan mengandung 100 organisme per 100 mL, maka sampel 10 mL akan

mengandung rata-rata 10 organisme. Beberapa diantara sampel-sampel itu dapat mengandung

lebih atau kurang, tetapi tidak mungkin ada sampel yang tidak mengandung bakteri sama

sekali. Bila sampel-sampel ini ditanamdalam medium pembiakan, tiap sampel dapat

diharapkan akan memperlihatkan pertumbuhan.

Demikian pula sampel-sampel 1 ml akan mengandung rata-rata masing-masing 1

organisme. Sampel-sampel 0,1 ml dapat diharapkan mengandung hanya satu organisme

diantara sepuluh sampel, dan bila ditanam kebanyakan tidak memperlihatkan pertumbuhan.

Dalam metode MPN/JPT, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran

dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang di

inokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel jasad renik,

beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari satu sel, sedangkan tabung lainnya tidak

mengandung sel. Dengan demikian, setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada

beberapa tabung, yang dinyatakan sebagai tabung positf, sedangkan tabung lainnya negative (

Fardiaz, Srikandi. 1992).

Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik didalam contoh

yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan

terlebih dahulu membuat suspense 1:10 dari contoh tersebut. Grup jasad renik yang dapat

dihitung dengan metode MPN juga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk

pertumbuhan.

Tabel 1. Tabel Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT)

Kontaminasi bahan organik seperti bakteri, dapat terjadi dalam air bersih atau air

minum baik jenis patogen (di antaranya bertahan lama di air) maupun apatogen. Kelompok

bakteri penyebab penyakit perut terkait air minum, antara lain : Salmonella, Shigella,

Leptospira, Escherichia coli (strain patogen), dan Pseudomonas. Bakteri dalam usus

manusia, 90% adalah bakteri coli termasuk E. coli (strain apatogen) (Jawetz, et al., 1986).

Pemeriksaan bakteriologis air minum memerlukan organisme indikator sebagaimana

analisis air mengacu pada kehadiran mikroorganisme dalam air minum membuktikan air

tersebut tercemar bahan tinja dari manusia/hewan berdarah panas atau hasil pembusukan

materi organik. Hal ini berpeluang bagi mikroorganisme patogen, secara berkala terdapat

dalam saluran pencernaan, untuk masuk dalam air minum. Organisme indikator memenuhi

syarat, antara lain (Pelczar,et al., 1988):

1. Terdapat dalam air tercemar dan tidak ada dalam air tidak tercemar,

2. Terdapat dalam air bila ada mikroorganisme patogen,

3. Jumlahnya berkorelasi dengan kadar polusi,

4. Mempunyai kemampuan bertahan hidup lebih besar daripada patogen,

5. Mempunyai sifat yang seragam dan mantap,

6. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan,

7. Jumlahnya lebih banyak daripada organisme patogen (hal ini menyebabkan lebih

mudah terdeteksi), dan

8. Mudah dideteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana.

Beberapa bakteri atau kelompoknya dievaluasi sebagai organisme indikator, di antaranya,

E. coli dan coliform lainnya, memenuhi hampir semua syarat indikator ideal. Bakteri tersebut

dianggap indikator pencemaran bakteriologis air minum.

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat:

- 6 tabung medium kaldu laktosa + BCP + tabung durham

- 3 tabung mediu kaldu laktosa ganda + BCP + tabung durham

- Pipet volume

- Peralatan aseptik

Bahan:

- Sample air pada tabung positif uji pendugaan

- Kaldu laktosa

V. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan dilakukan pada Hari Kamis 9 April 2015

Sample Air Gambar Hasil Pengamatan

Air kotor

intel

Gambar 1.1 Hasil pengamatan air kotor intel

Sumber : Kelompok 1

Media: Laktosa Ganda, Laktosa

Tunggal

Tabung Positif Seri Laktosa Ganda

(10 ml): 3

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 1

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (0.1 ml): 1

Tanggal Pengamatan: 9 April 2015

Air kotor

kolam KL

Gambar 1.2 Hasil pengamatan air kotor intel

Sumber : Kelompok 2

Media: Laktosa Ganda, Laktosa

Tunggal

Tabung Positif Seri Laktosa Ganda

(10 ml): 3

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 3

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (0.1 ml): 3

Tanggal Pengamatan: 9 April 2015

Air kotor

selokan

Gambar 1.3 Hasil pengamatan air kotor intel

Sumber : Kelompok 11

Media: Laktosa Ganda, Laktosa

Tunggal

Tabung Positif Seri Laktosa Ganda

(10 ml): 3

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 3

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (0.1 ml): 3

Tanggal Pengamatan: 9 April 2015

Air bersih

himpunan(

SPAH)

Gambar 1.4 Hasil pengamatan air himpunan

(SPAH)

Sumber : Kelompok 12

Media: Laktosa Ganda, Laktosa

Tunggal

Tabung Positif Seri Laktosa Ganda

(10 ml): 3

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 2

TabungPositif Seri Laktosa

Tunggal (0.1 ml): 0

Tanggal Pengamatan: 9 April 2015

Air bersih

kran

Gambar 1.5 Hasil pengamatan air kran

Sumber : Kelompok 5

Media: Laktosa Ganda, Laktosa

Tunggal

Tabung Positif Seri Laktosa Ganda

(10 ml): 0

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 0

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (0.1 ml): 0

Tanggal Pengamatan: 9 April 2015

Air minum

Aqua

Gambar 1.6 Hasil pengamatan air minum

aqua

Sumber : Kelompok 6

Media: Laktosa Ganda, Laktosa

Tunggal

Tabung Positif Seri Laktosa Ganda

(10 ml): 0

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 0

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (0.1 ml): 0

Tanggal Pengamatan: 9 April 2015

Air minum

vit

Gambar 1.7 Hasil pengamatan air minum vit

Sumber : Kelompok 7

Media: Laktosa Ganda, Laktosa

Tunggal

Tabung Positif Seri Laktosa Ganda

(10 ml): 0

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 0

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (0.1 ml): 0

Tanggal Pengamatan: 9 April 2015

Air minum

KBL

Gambar 1.8 Hasil pengamatan air minum

KBL

Sumber : Kelompok 8

Media: Laktosa Ganda, Laktosa

Tunggal

Tabung Positif Seri Laktosa Ganda

(10 ml): 3

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 1

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (0.1 ml): 0

Tanggal Pengamatan: 9 April 2015

Air minum

salman

Gambar 1.9 Hasil pengamatan air minum

salman

Sumber : Kelompok 17

Media: Laktosa Ganda, Laktosa

Tunggal

Tabung Positif Seri Laktosa Ganda

(10 ml): 3

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 3

Tabung Positif Seri Laktosa

Tunggal (0.1 ml): 0

Tanggal Pengamatan: 9 April 2015

VI. ANALISIS

Hasil uji pendugaan air kotor di intel, kolam KL, dan selokan menunjukkan hasil yang

positif. Sedangkan pada air bersih menunjukkkan hasil positif pada air himpunan (SPAH) dan

negatif pada air kran. Untuk air minum diperoleh hasil negatif pada air aqua dan vit, namun

pada air minum KBL dan salman terdapat hasil positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada

bakteri golongan coli pada sampel air kotor intel,kolam KL, selokan, SPAH, air minum KBL,

dan salman. Sedangkan pada air kran, aqua, dan vit tidak terdapat bakteri golongan coli.

Berdasarkan tabel Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) jumlah tabung positif yang diperoleh

adalah sebagai berikut:

1. Air kotor intel, jumlah tabung positif Seri Laktosa Ganda (10 ml): 3, Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 3, Tabung Positif Seri Laktosa Tunggal (0.1 ml): 0. Sehingga

diperoleh 3 3 0 berarti bahwa pada sampel air kolam tersebut terdapat 240 indeks JPT

per 100 mL.

2. Air himpunan (SPAH), jumlah tabung positif Seri Laktosa Ganda (10 ml): 3, Seri

Laktosa Tunggal (1 ml): 2, Tabung Positif Seri Laktosa Tunggal (0.1 ml): 0. Sehingga

diperoleh 3 2 0 berarti bahwa pada sampel air kolam tersebut terdapat 93 indeks JPT

per 100 mL.

3. Air minum KBL, jumlah tabung positif Seri Laktosa Ganda (10 ml): 3, Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 1, Tabung Positif Seri Laktosa Tunggal (0.1 ml): 0. Sehingga

diperoleh 3 1 0 berarti bahwa pada sampel air kolam tersebut terdapat 43 indeks JPT

per 100 mL

4. Air minum salman, jumlah tabung positif Seri Laktosa Ganda (10 ml): 3, Seri Laktosa

Tunggal (1 ml): 3, Tabung Positif Seri Laktosa Tunggal (0.1 ml): 0. Sehingga

diperoleh 3 3 0 berarti bahwa pada sampel air kolam tersebut terdapat 240 indeks JPT

per 100 mL.

Adanya perubahan warna ini dikarenakan proses metabolisme yang dilakukan oleh

bakteri coli yang mampu menggunakan kaldu laktosa sebagai sumber karbonnya. Medium ini

diberikan garam bile dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan bakteri lain selain bakteri

koliform. Kemampuan bakteri coli dalam melakukan proses metabolisme pada kondisi

anaerob dengan melakukan proses fermentasi menyebabkan terbentuknya gelembung-

gelembung gas yang kemudian dapat tertangkap dan diamati dengan kasat mata pada tabung

durham. Berdasarkan literatur, salah satu sifat bakteri coliform adalah mampu tumbuh dan

menghasilkan asam dan gas (CO2 dan H2) sebagai hasil fermentasi laktosa dalam waktu 48

jam di 44 ± 0,5 º C.

Dari hasil jumlah tabung positif diatas maka jumlah bakteri golongan coli dapat

ditentukan dengan metode MPN. Jika dilihat dari tabel MPN, jumlah bakteri golongan coli

pada air intel adalah 240/100 ml air. Sedangkan pada air himpunan(SPAH) adalah 93/100 ml

air, pada air minum KBL adalah 43/100 ml air, pada air minum salman adalah 240/100 ml

air. Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No 907/Menkes/SK/VII/2002), jumlah bakteri

Escherichia coli yang diperbolehkan dalam air adalah 50/100 ml air. Berdasarkan hasil

penelitian ini, menunjukkan bahwa kandungan coliform dalam air tersebut adalah sangat jauh

melebihi nilai ambang batas normal yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI seperti pada

air intel, SPAH, dan air minum salman. Jumlah bakteri golongan coli yang didapatkan pada

uji pendugaan ini melebihi nilai baku mutu. Hal ini disebabkan karena letak air yang berada

di luar bangunan (outdoor).

Namun, bakteri yang mampu memfermentasi laktosa bukanlah bakteri coliform saja

melainkan terdapat bakteri lain juga seperti Citrobacter, Enterebacter, dan Kliebsiella. Oleh

karena itu diperlukan uji selanjutnya untuk mengisolasi bakteri coliform terdapat dalam

sample air atau tidak.

VII. KESIMPULAN

1. Terdapat bakteri coliform pada sampel air kotor intel,kolam KL, selokan, SPAH,

air minum KBL, dan salman. Sedangkan pada air kran, aqua, dan vit tidak

terdapat bakteri golongan coliform.

2. Berdasarkan tabel Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) jumlah tabung positif yang

diperoleh jumlah bakteri golongan coli pada air intel adalah 240/100 ml air.

Sedangkan pada air himpunan(SPAH) adalah 93/100 ml air, pada air minum KBL

adalah 43/100 ml air, pada air minum salman adalah 240/100 ml air.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Doyle, M.P., Erickson, M.C. 2006. Closing The Door On The Fecal Coliform Assay.

Microbe 1, hal. 162-163.

Hajna, A.A., Perry, C.A. 1943. Comparative Study Of Presumptive And Confirmative

Media For Bacteria Of The Coliform Group And For Fecal Streptococci. Am J Publ Hlth 33,

hal. 550-556.

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/0810211049/bab%201.pdf

(diakses tanggal 16 April 2015)

Bagian B: Uji Ketetapan (confirmed test)

I. TUJUAN

1. Menentukan kehadiran bakteri golongan Coli pada sampel positif pada uji

pendugaan

2. Memastikan kehadiran bakteri golongan Coli dalam sample yang telah memberikan

hasil yang positif pada uji pendugaan.

II. PRINSIP PERCOBAAN

Hasil yang positif pada uji pendugaan menunjukkan bahwa sample air yang

bersangkutan tidak dapat diminum. Konfirmasi terhadap hasil ini penting, karena ada

beberapa jenis organisme yang bukan golongan coli dapat memberikan hasil yang juga

positif.

Pada pengujian ini, digunakan medium selektif dan diferensial Eosin Metilen Biru

(EMB) atau Endo Agar yang digores biakan yang memberikan hasil positif. Dengan kondisi

yang asam, EMB membentuk presipitasi kompleks pada koloni, menghasilkan warna

kehitaman di bagian pusat dan warna hijau kilat metal merupakan karakter dari E. Coli yang

merupakan indikator utama dari polusi coliform fekal. Sementara Endo Agar adalah medium

yang berwarna funcsin akan membentuk kompleks merah muda gelap yang mebedakan E.

Coli dengan medium.

III. TEORI DASAR

Hasil yang positif pada uji pendugaan menunjukkan bahwa sampel air yang

bersangkutan tidak dapat diminum. Konfirmasi terhadap hasil ini penting, karena ada

beberapa jenis organisme yang bukan golongan coli dapat juga memberikan hasil yang

positif.

Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya

pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform

jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh

bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah

indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik

Bakteri coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang,

gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik, dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi

laktose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35° C

(Pelczar,1986). Setelah uji duga, dilakukan uji lanjutan yaitu uji penguat (Confirmed test). Uji

ini untuk melanjutkan tahap pertama yaitu dengan memelihara biakan agar tuang dari piaraan

laktosa cair yang menunjukkan reaksi positif (timbul gas pada tabung durham) pada media

agar selektif dan diferensial yaitu Eosine Methylene Blue Agar (EMBA). Kepada medium ini

kemudian di inokulasikan sejumlah 1 ml air dari biakan laktosa cair yang menunjukkan hasil

positif. Kemudian biakan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC. Bila hasil goresan

berwarna hijau metalik, berinti dan mengkilap seperti logam maka sampel uji positif

mengandung E.coli. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna kehijauan dengan kilat

metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya.

Pada uji penetapan digunakan medium selektif Eosin Metilen Biru. Media ini

mempunyai keistimewaan mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang

memfermentasikan laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang

memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam.

Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan

metilen blue membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini

digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan

Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan. Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk

mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.

Agar EMB (levine) merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan

jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan

eosin dan metilen blue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni

yang meragikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa karena itu

kemempuan bakteri coliform yang lebih cepat meragikan sukrosa daripada laktosa dapat

teramati. Untuk mengetahui jumlah bakteri coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang

lebih dikenal dengan nama MPN (most probable number) atau tabel JPT (jumlah perkiraan

terdekat), tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri coli dalam 100

ml dan 0,1 ml contoh air. (Hadioetomo,1993)

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat:

- Cawan petri kosong 1 buah

- Peralatan aseptik

- Penangas air 1 buah

Bahan:

- Sample air pada tabung positif uji pendugaan

- 1 tabung medium EMB

- Reagen untuk pewarnaan Gram

V. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan dilakukan pada Hari Jumat, 10 April 2015

Sample Air Gambar Hasil Pengamatan

Air kotor intel

Gambar 2.1 hasil uji ketetapan air intel

Sumber : Kelompok 1

Capet dari seri:Laktosa

ganda 10 ml

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit merah muda

lendir dan hijau metalik

pada sampe air yang

diinokulasi pada agar

EMB.

Gambar 2.1 hasil uji ketetapan air intel

Sumber : Kelompok 1

Capet dari seri:Laktosa

tunggal 1 ml

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit merah muda

lendir dan hijau metalik

pada sampe air yang

diinokulasi pada agar

EMB.

Gambar 2.1 hasil uji ketetapan air intel

Sumber : Kelompok 1

Capet dari seri: Laktosa

tunggal 0,1 ml

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit merah muda

lendir dan hijau metalik

pada sampe air yang

diinokulasi pada agar

EMB.

Air kotor kolam

KL

Gambar 2.2 hasil uji ketetapan air kolam KL

Sumber : Kelompok 2

Capet dari seri: laktosa

tunggal 0.1 ml, laktosa

tunggal 1 ml, dan laktosa

ganda 10 ml

Tanggal Pengamatan: 10

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit merah muda

lendir dan hijau metalik

pada sampe air yang

diinokulasi pada agar

EMB.

Air kotor

selokan

Gambar 2.3 hasil uji ketetapan air selokan

Sumber : Kelompok 11

Capet dari seri: Laktosa

ganda 10 ml

Tanggal Pengamatan: 10

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit merah muda

lendir dan hitam pada

sampe air yang diinokulasi

pada agar EMB.

Gambar 2.3 hasil uji ketetapan air selokan

Sumber : Kelompok 11

Capet dari seri: laktosa

tunggal 1 ml

Tanggal Pengamatan: 10

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit hijau kilat

metal

Gambar 2.3 hasil uji ketetapan air selokan

Sumber : Kelompok 11

Capet dari seri: laktosa

tunggal 0.1 ml

Tanggal Pengamatan: 10

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit merah muda

lendir dan hijau metalik

Air bersih

himpunan(SPA

H)

Gambar 2.4 hasil uji ketetapan air himpunan

(SPAH)

Sumber : Kelompok 12

Capet dari seri: Laktosa

ganda 10 ml

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit hijau metalik

yang kehitam-hitaman.

Gambar 2.4 hasil uji ketetapan air himpunan

(SPAH)

Sumber : Kelompok 12

Capet dari seri: laktosa

tunggal 1 ml

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit hijau metalik

yang kehitam-hitaman.

Air minum KBL

Gambar 2.5 hasil uji ketetapan air minum KBL

Sumber : Kelompok 8

Capet dari seri:

Laktosa ganda 10 ml

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit hijau metalik

yang kehitam-hitaman.

Gambar 2.5 hasil uji ketetapan air minum KBL

Sumber : Kelompok 8

Capet dari seri:

Laktosa tunggal 1 ml

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit hijau kilat

metal

Air minum

salman

Gambar 2.6 hasil uji ketetapan air minum

salman

Sumber : Kelompok 17

Capet dari seri:

Laktosa ganda 10 ml

Tanggal Pengamatan: 10

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit hijau metalik

dan merah muda lendir

Gambar 2.6 hasil uji ketetapan air minum

salman

Sumber : Kelompok 17

Capet dari seri: Laktoa

tunggal 0,1 ml

Tanggal Pengamatan: 10

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit hijau metalik

Gambar 2.6 hasil uji ketetapan air minum

salman

Sumber : Kelompok 17

Capet dari seri: Laktoa

tunggal 1 ml

Tanggal Pengamatan: 10

April 2015

Keterangan : diperoleh

warna sedikit hijau metalik

dan merah muda gelap

Pengamatan mikroskop (pewarnaan gram)

Tanggal percobaan : 8 April 2015

Tanggal pengamatan : 10 April 2015

Sampel air Foto mikroskop Hasil Pengamatan

Air kotor intel

Gambar 2.7 hasil pewarnaa gram

air kotor intel

Sumber : Kelompok 1

Tanggal pengamatan: 13 April

2015

Sampel koloni hitam

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang keungu-unguan

yang menunjukkan bakteri gram

negatif

Gambar 2.7 hasil pewarnaa gram

air kotor intel

Sumber : Kelompok 1

Tanggal pengamatan: 13 April

2015

Sampel koloni pink lendir

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang hitam keungu-

unguan yang menunjukkan

bakteri gram negatif

Air kotor kolam

KL

Gambar 2.8 hasil pewarnaa gram

air kotor kolam KL

Sumber : Kelompok 2

Tanggal Pengamatan: 10 April

2015

Koloni hitam

Perbesaran total: 1000x

menggunakan minyak imersi

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah keungu-

unguan yang menunjukkan

bakteri gram negatif

Gambar 2.8 hasil pewarnaa gram

air kotor kolam KL

Sumber : Kelompok 2

Tanggal Pengamatan: 10 April

2015

Koloni pink berlendir

Perbesaran total: 1000x

menggunakan minyak imersi

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang keungu-unguan

yang menunjukkan bakteri gram

negatif

Gambar 2.8 hasil pewarnaa gram

air kotor kolam KL

Sumber : Kelompok 2

Tanggal Pengamatan: 10 April

2015

Koloni hijau metalik

Perbesaran total: 1000x

menggunakan minyak imersi

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah sedikit muda

yang menunjukkan bakteri gram

negatif

Air kotor selokan

Gambar 2.9 hasil pewarnaa gram

air kotor selokan

Sumber : Kelompok 11

Tanggal Pengamatan: 10 April

2015

Koloni hitam

Perbesaran total: 1000x

menggunakan minyak imersi

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah muda yang

menunjukkan bakteri gram

negatif

Gambar 2.9 hasil pewarnaa gram

air kotor selokan

Sumber : Kelompok 11

Tanggal Pengamatan: 10 April

2015Koloni pink berlendir

Perbesaran total: 1000x

menggunakan minyak imersi

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah muda yang

menunjukkan bakteri gram

negatif

Gambar 2.9 hasil pewarnaa gram

air kotor selokan

Sumber : Kelompok 11

Tanggal Pengamatan: 10 April

2015

Koloni hijau metalik

Perbesaran total: 1000x

menggunakan minyak imersi

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah keungu-

unguan yang menunjukkan

bakteri gram negatif

Air bersih

himpunan(SPAH)

Gambar 2.10 hasil pewarnaa gram

air himpunan (SPAH)

Sumber : Kelompok 12

Tanggal Pengamatan: 10 April

2015

Koloni hitam

Perbesaran total: 1000x

menggunakan minyak imersi

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah keungu-

unguan yang menunjukkan

bakteri gram negatif

Gambar 2.10 hasil pewarnaa gram

air himpunan (SPAH)

Sumber : Kelompok 12

Tanggal Pengamatan: 10 April

2015

Koloni pink berlendir

Perbesaran total: 1000x

menggunakan minyak imersi

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah keungu-

unguan yang menunjukkan

bakteri gram negatif

Gambar 2.10 hasil pewarnaa gram

air himpunan (SPAH)

Sumber : Kelompok 12

Tanggal Pengamatan: 10 April

2015

Koloni hijau metalik

Perbesaran total: 1000x

menggunakan minyak imersi

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah keungu-

unguan yang menunjukkan

bakteri gram negatif

Air minum KBL

Gambar 2.11 hasil pewarnaan

gram air minum KBL

Sumber : Kelompok 8

Tanggal Pengamatan: 13 April

2015

Koloni hijau metalik

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah keungu-

unguan yang menunjukkan

bakteri gram negatif

Gambar 2.11 hasil pewarnaan

gram air minum KBL

Sumber : Kelompok 8

Tanggal Pengamatan: 13 April

2015

Koloni ungu

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah keungu-

unguan yang menunjukkan

bakteri gram negatif

Air minum

salman

Gambar 2.12 hasil pewarnaan

gram air minum salman

Sumber : Kelompok 17

Tanggal pengamatan: 10 April

2015

Koloni hitam

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah yang

menunjukkan bakteri gram

negatif

Gambar 2.12 hasil pewarnaan

gram air minum salman

Sumber : Kelompok 17

Tanggal pengamatan: 10 April

2015

Koloni dari merah muda lendir

Keterangan :

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah yang

menunjukkan bakteri gram

negatif

Gambar 2.12 hasil pewarnaan

gram air minum salman

Sumber : Kelompok 17

Tanggal pengamatan: 10 April

2015

Koloni dari hijau metalik

Keterangan : diperoleh warna

koloni yang merah keungu-

unguan yang menunjukkan

bakteri gram negatif

VI. ANALISIS

Berdasarkan hasil pengamatan, cawan petri dengan medium laktosa ganda maupun

laktosa tunggal ditumbuhi bakteri yang berwarna hijau kehitaman dengan kilat metal

berlendir sesuai dengan goresan inokulasi.

Hal ini menunjukkan bahwa di dalam sample air intel, kolam KL, selokan, SPAH, air

minum KBL, dan air minum salman yang berasal dari hasil uji pendugaan memang benar-

benar positif mengandung bakteri golongan coliform. Hal ini disebabkan karena kandungan

dari medium EMB itu sendiri. Dengan kondisi yang asam, EMB membentuk presipitasi

kompleks pada koloni, menghasilkan warna kehitaman di bagian pusat dan warna hijau kilat

metal merupakan karakter dari E. Coli yang merupakan indikator utama dari polusi coliform

fekal.

Dari hasil pewarnaan Gram dan didapatkan bakteri yang berbentuk basil dan memiliki

dnding sel yang berwarna merah. Dinding sel yang berwarna merah ini mengindikasikan

bahwa bakteri yang diuji tersebut merupakan bakteri gram negatif. Hal ini semakin

menguatkan dugaan adanya bakteri coliform fekal pada air kolam. dimana bakteri

menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek.

Eosin Methylene Blue Agar (EMB, juga dikenal sebagai "formulasi Levine") adalah

sedikit selektif noda untuk bakteri Gram-negatif. Maksudnya adalah media EMB merupakan

media selektif yang hanya mampu ditumbuhi oleh bakteri Gram negatif saja. EMB adalah

campuran dari dua noda, eosin dan metilen biru dalam rasio 6:1. Selain media selektif, EMB

juga disebut sebagai media diferensial mikrobiologi, yang berarti bahwa EMB sedikit

menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan memberikan indikator warna

membedakan antara organisme yang fermentasi laktosa (misalnya, E. coli) dan organisme

yang mampu memfermentasi laktosa. Disebut juga Bakteri yang mampu memfermentasi

laktosa "koloni bernukleus" sehingga Koloni ini akan menghasilkan warna dengan pusat

gelap.

Media Eosin Methylene Blue (EMB) Agar ini mempunyai keistimewaan mengandung

laktosa dan berfungsi untuk membedakan mikroba yang memfermentasikan laktosa seperti S.

aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa menghasilkan

koloni dengan inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat

tumbuh koloninya tidak berwarna. Fungsi dari eosin dan metilen blue membantu

mempertajam perbedaan warna. Namun demikian, jika media ini digunakan pada tahap awal,

kuman lain bisa juga tumbuh terutama P. Aerugenosa dan Salmonella sp. Hal ini dapat

menimbulkan keraguan. Bagaimanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa

kontaminan tersebut adalah E.coli.

Agar EMB merupakan media padat yang dapat digunakan untuk menentukan jenis

bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung. EMB yang menggunakan eosin

dan metilin blue sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata antara koloni yang

dapat memfermentasikan laktosa dan yang tidak. Medium tersebut mengandung sukrosa

karena kemampuan bakteri coliform yang lebih cepat memfermentasikan sukrosa daripada

laktosa. Fermentasi laktosa menghasilkan suasana asam yang menurunkan pH lingkungan

sehingga mendorong penyerapan warn aoleg bakteri coliform. Pada EMB, E. coli yang

tumbuh akan memberikan warna logam khas hijau kemilau (karena sifat metachromatic dari

pewarna, gerakan E. coli menggunakan flagela, dan asam yang kuat akhir-produk

fermentasi). Beberapa spesies Citrobacter dan Enterobacter juga akan bereaksi dengan cara

ini untuk EMB.

Indikator adanya bakteri coliform pada badan air juga merupakan indikasi awal

hadirnya bakteri-bakteri patogen yang berbahaya pada badan air tersebut, sehingga dapat

dinyatakan tidak layak apabila digunakan untuk keperluan rumah tangga. Pengambilan

sampel pada badan air yang diindikasikan terkontaminasi tidak dapat dilakukan seenaknya,

harus dilakukan secara aseptis sehingga sampel air yang didapat tidak tercampur dengan

kontaminan dari luar. Sehingga hasil akhir merupakan hasil murni dari sampel air dan tidak

menimbulkan bias.

VII. KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil uji penetapan didapatkan bahwa sample air intel, kolam KL,

selokan, SPAH, air minum KBL, dan air minum salman mengandung bakteri

golongan coliform.

2. Kehadiran bakteri coliform dalam sampel air intel, kolam KL, selokan, SPAH, air

minum KBL, dan air minum salman dapat dilihat dengan adanya warna kehitaman

dan hijau kilap metal pada medium EMB agar yang ditumbuhi bakteri.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

http://eosinmethyleneblueagar.bravesites.com/ [16 April 2015]

http://www.mediaagar.com/blog/emb-agar/ [16 April 2015]

Bagian C: Uji Kelengkapan (Completed Test)

I. TUJUAN

1. Menentukan kehadiran bakteri golongan Coli dalam sampel air pada uji

pendugaan.

2. Memastikan kembali bakteri golongan Coli pada sampel air yang telah

memberikan hasil positif pada uji penetapan..

II. PRINSIP DASAR

Pemeriksaan lengkap bertujuan untuk menguji kembali sampel air yang memberikan

hasil positif pada uji penetapan untuk meningkatkan keyakinan adanya bakteri coliform

dalam sampel air tersebut. Uji ini merupakan analisis terakhir terhadap sampel air, dimana

koloni yang diperiksa dan digunakan adalah yang berasal dari ujji penetapan. Koloni yang

akan dikonfirmasi di inokulasi secara aseptik pada kaldu laktosa juga digores pada agar

nutrisi untuk pewarnaan gram. Nakteri positif bila memperlihatkan perubahan warna (kondisi

asam) dan pembentukan gas pada uji pendugaan juga pewarnaan yang menunujkan gram

negatif.

III. TEORI DASAR

Air yang kita gunakan untuk keperluan sehari-hari mengandung berbagai jenis mikroba

(patogen dan nonpatogen) di dalamnya. Seiring dengan berkembangnya industri, penduduk

dan luasnya areal pemukiman, ketersediaan akan air bersih yang layak diminum semakin

langka. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menilai kelayakan / kualitas air unuk

menjadi air minum adalah jenis bakteri yang terkandung di dalamnya.

Uji pelengkap/kelengkapan (completed test)

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri

Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasi ke dalam medium

kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara

aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1x24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam

dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari

media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli menunjukkan

Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan coli dari

bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo,

di mana satu seri diinkubasi pada suhu 440C (untuk golongan coli fekal). Bakteri golongan

coli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 440C, sedangkan golongan coli fekal dapat

tumbuh dengan baik pada suhu 440C.

Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air

minum. Akan tetapi United States Environmental Protection Agency (USEPA) lebih longgar

persyaratan coliformnya mengingat coliform belum tentu menunjukkan adanya kontaminasi

feses manusia, apalagi adanya patogen. USEPA mensyaratkan presence/absence test untuk

coliform pada air minum, di mana dari 40 sampel air minum yang diambil paling banyak 5%

boleh mengandung coliform. Apabila sampel yang diambil lebih kecil dari 40, maka hanya

satu sampel yang boleh positif mengandung coliform. Meskipun demikian, USEPA

mensyaratkan pengujian indikator sanitasi lain seperti protozoa Giardia lamblia dan bakteri

Legionella.

Pada air bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan coliform dan

Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalnya mensyaratkan

kandungan coliform <2,4x103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih ketat, yaitu

<1x103 dalam 100 ml.

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Jarum inokulasi steril (1 buah)

2. Tabun reaksi (3 buah)

3. Pembakar Bunsen (1 buah)

Bahan :

1. Cawan petri berisikan medium EMB hasil inkubasi 24-48 jam yang telah diinokulasi

sebelumnya dengan sampel air tabung seri pada uji pendugaan, yang menunjukkan hasil

positif pada uji penetapan

2. 9 buah tabung berisikan kaldu laktosa tunggal ditambah BCP dan tabung durham

3. 3 buah tabung berisikan kaldu laktosa ganda ditambah BCP dan tabung durham

4. Reagen pewarnaan gram (Kristal violet, larutan lugol, Alkohol & larutan safranin)

V. HASIL PENGAMATAN

Pengamatan pada tabung reaksi

Deskripsi : Tanggal percobaan : 10 April 2015

Tanggal pengamatan : 13 April 2015

Media : Kaldu laktosa tunggal dan ganda ditambah BCP dan tabung durham

Sample Air Gambar Hasil Pengamatan

Air kotor

intel

Gambar 3.1 hasil uji kelengkapan air kotor intel

Sumber : kelompok 1

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : Pada tabung

terlihat warna kuning

menunjukkan adanya

endapan

Warna kontrol: kuning

bening

Air kotor

kolam KL

Gambar 3.2 hasil uji kelengkapan air kolam KL

Sumber : kelompok 2

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan :

Warna Kontrol : kuning

bening

Tabung 1: laktosa tunggal

0,1 ml; warna kuning muda

sedikit keruh; tidak ada

gelembung; ada endapan

putih

Tabung 2: laktosa tunggal

0,1 ml; warna kuning muda

sangat keruh; ada

gelembung; ada endapan

pink

Tabung 3: laktosa tunggal

0,1 ml; warna kuning mirip

control tetapi lebh tua;

tidak ada gelembung; ada

endapan putih

Tabung 4: laktosa tunggal

1 ml; warna kuning muda

keruh; tidak ada

gelembung; ada endapan

putih

Tabung 5: laktosa tunggal

1 ml; warna kuning muda

keruh ada gelembung; ada

endapan putih

Tabung 6: laktosa tunggal

1 ml; warna kuning pekat

keorangean keruh; ada

gelembung; ada endapan

pink

Tabung 7: laktosa ganda 10

ml; warna kuning muda

keruh; ada gelembung; ada

endapan pink

Tabung 8: laktosa ganda 10

ml; warna kuning muda

keruh; ada gelembung; ada

endapan putih

Tabung 9: laktosa ganda 10

ml; warna kuning muda

keruh; ada gelembung; ada

endapan putih

Air kotor

selokan

Gambar 3.2 hasil uji kelengkapan air kotor selokan

Sumber : kelompok 11

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : Pada tabung

kedua terakhir,

menunjukkan adanya

endapan

Warna kontrol: kuning

bening.

Air bersih

himpunan(S

PAH)

Gambar 3.3 hasil uji kelengkapan air bersih

himpunan(SPAH)

Sumber : kelompok 12

Capet dari seri : 1

(Laktosa ganda 10 mL)

Warna kontrol : kuning

Warna Koloni : kuning

keruh

Tanggal Pengamatan : 14

April 2015

Keterangan : terdapat gas

pada tabung durham

Gambar 3.3 hasil uji kelengkapan air bersih

himpunan(SPAH)

Sumber : kelompok 12

Capet dari seri : 2

(Laktosa tunggal 1 mL)

Warna kontrol : kuning

Warna Koloni : kuning

agak keruh

Tanggal Pengamatan : 14

April 2015

Keterangan : terdapat

sedikit gas pada tabung

durham

Gambar 3.3 hasil uji kelengkapan air bersih

himpunan(SPAH)

Sumber : kelompok 12

Capet dari seri : 3

(Laktosa tunggal 0.1 mL)

Warna kontrol : kuning

Warna Koloni : tetap

Tanggal Pengamatan : 14

April 2015

Keterangan : tidak

terdapat gas pada tabung

durham

Air minum

KBL

Gambar 3.4 hasil uji kelengkapan air minum KBL

Sumber : kelompok 8

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : Hasil di EC

broth menunjukkan positif

semua, ada gelembung di

tabung durham

Warna kontrol: kuning

bening

Air minum

salman

Gambar 3.4 hasil uji kelengkapan air minum salman

Sumber : kelompok 17

Tanggal Pengamatan: 13

April 2015

Keterangan : Hasil di EC

broth 10 ml menunjukkan

positif semua, ada

gelembung di tabung

durham

Warna kontrol: kuning

bening

VI. ANALISIS

Uji kelengkapan merupakan analisis terakhir terhadap pengujian bakteri pada sampel

air. Koloni yang akan dikonfirmasi pada uji kelengkapan ini berasal dari bakteri di medium

agar Eosin Metilen Biru (EMB) pada uji penetapan yang menjadi hasil yang positif

mengandung bakteri golongan coli. Koloni diinokulasi secara aseptik ke dalam kaldu laktosa

tunggal dan ganda yang ditambahkan BCP. kaldu laktosa tunggal dan ganda yang

ditambahkan BCP diinkubasi pada suhu 44oC .

Berdasarkan pengamatan, pada tabung reaksi berisi kaldu laktosa yang dinkubasi di

suhu 44o

C terjadi pembentukan gas, berarti jenis bakteri tersebut merupakan bakteri

golongan coliform fekal.

Dari ketiga uji sampel air yang dilakukan, didapatkan bahwa sample air intel, kolam

KL, selokan, SPAH, air minum KBL, dan air minum salman yang menjadi sampel uji pada

praktikum ini postif mengandung bakteri coliform, yaitu bakteri E. coli. Bakteri ini

merupakan bakteri yang bisa berada pada usus manusia dan keluar melalui feses. Air kolam

yang terkontaminasi oleh bakteri ini dapat disebabkan juga karena pipa saluran pembuangan,

seperti septic tank, yang dekat dengan kolam sehingga bakteri yang terkandung dalam limbah

domestik mungkin merembes ke dalam kolam sehingga kolam tersebut terkontaminasi oleh

bakteri E. coli.

Ada beberapa syarat suatu bakteri untuk bisa menjadi mikroorganisme indikator

kualitas air, yaitu :

1. Mikroba ada di air yang terpapar polutan dan tidak ada di dalam air yang

bersih/steril

2. Jumlah mikroba ini selaras dengan jumlah polutan yang masuk ke dalam air

3. Mikroba ini memiliki kemampuan hidup lebih baik dari pada bakteri patogen

4. Tidak bersifat patogen bagi manusia dalam jumlah yang sedikit

5. Mempunyai sifat yang seragam

6. Mudah dideteksi keberadaannya dengan teknik-teknik laboratorium sederhana

Dan dari semua syarat ini, yang paling memenuhi syarat adalah bakteri E. Coli, oleh

karena itu E. Coli dijadikan sebagai indikator pencemaran air

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan uji sampel air pada uji kelengkapan yang dilakukan pada praktikum ini

dapat disimpulkan bahwa :

Uji kelengkapan menunjukkan terjadinya perubahan warna dari ungu ke kuning pada

tabung reaksi yang berisi kaldu laktosa ganda dan tunggal yang diinkubasi pada suhu 37o

C

dan terbentuk gelembung gas pada tabung durhamnnya.

Berdasarkan hasil pewarnaan gram menunjukkan bakteri gram negatif. Kedua hal

tersebut membuktikan bahwa jenis bakteri coliform yang ada pada sampel air kolam adalah

bakteri E. coli.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.

Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorgnisms. New

Jersey: Pearson Prentice Hall.

Pelczar, Michael J. 1986. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Anonim,2009.

PERCOBAAN 25

ANALISIS AIR KUANTITATIF: METODE MEMBRAN FILTER

I. TUJUAN

1. Menentukan kualitas air dengan menggunakan metode membran filter

2. Mengidentifikasi permasalahan yang ditimbulkan dari metode membrane filter

II. PRINSIP PERCOBAAN

Sampel air dengan volume yang telah diketahui disaring melalui membran filter

dengan diameter pori 0.45µm. Pada umumnya, bakteri coli berukuran lebih besar dari

diameter pori sehingga bakteri tersebut akan tertinggal pada kertas saring. Kemudian bakteri

yang tertinggal di kertas saring tersebut dipindahkan secara aseptik pada kertas absorbent

yang dijenuhkan dengan menggunakan medium kaldu Endo. Setelah diinkubasi, bakteri

golongan coli akan menunjukkan warna kilat metal.

III. TEORI DASAR

Banyak metode yang tersedia untuk menghitung mikroba, salah satu metode yang

praktis adalah teknik filtrasi membran. Teknik filtrasi membran banyak dipakai di berbagai

perusahaan makanan, minuman, farmasi dan kosmetik untuk mengontrol jumlah mikroba

pada produk atau tahap potensial lainnya. Teknik filtrasi membran yang juga dikenal sebagai

molekular filter adalah metode yang mampu memisahkan antara partikel ukuran tertentu

(ukuran sel bakteri) dengan sejumlah besar cairan. Sejarah metode ini dikembangkan oleh

Geotz dan Tsuneishi pada tahun 1951. Filtrasi membran diperkenalkan sebagai metode

alternatif pengganti MPN yang mampu mengisolasi koloni yang berbeda, sedangkan MPN

hanya memperkirakan jumlah yang diindikasikan dengan adanya perubahan pada media.

Gambar 1. Penyaringan air sumur menggunakan filter

(sumber : http://nanosmartfilter.com/tag/membran-ultrafiltrasi/)

Prinsip teknik filtrasi membran ini adalah dengan menyaring cairan sampel melewati

saringan yang sangat tipis dan yang terbuat dari bahan sejenis selulosa. Membran ini

memiliki pori-pori berukuran mikroskopis dengan diameter lebih kecil daripada ukuran sel

mikroba pada umumnya. Jadi selama proses penyaringan berlangsung, sel-sel yang terdapat

pada sampel akan terjebak pada permukaan membran yang relatif luas. Selanjutnya membran

dipindahkan secara aseptis dari peralatan filtrasi ke dalam cawan petri berisi media. Kertas

membran ini bersifat solid sehingga dapat menahan sel yang terjebak tetap pada posisinya

dan kemudian dapat berkembang tanpa bercampur dengan sel lain yang ikut terjebak juga.

Nutrisi yang terdapat pada media akan berdifusi dan terserap kedalam kertas membran

sehingga sel-sel yang tersebar acak dan kasat mata itu dapat tumbuh menjadi koloni yang

dapat dihitung dengan mata telanjang setelah melewati masa waktu inkubasi tertentu. Bentuk,

warna dan sifat lain dari masing-masing koloni tergantung kepada jenis mikroba yang berada

pada kertas membrane (Djoko Hadi, 1989).

Selain digunakan untuk menghitung bakteri, teknik filtrasi membran dalam

mikrobiologi digunakan juga untuk proses sterilisasi secara mekanis (dengan penyaringan).

Prinsipnya sama, yaitu menyaring suatu cairan non steril dengan kertas membran sehingga

cairan yang melewatinya akan terbebas mikroba (steril). Pada umumnya bahan yang

disterilkan melalui cara ini adalah bahan yang mengandung senyawa tidak tahan suhu tinggi

atau tekanan tinggi seperti serum darah, antibiotik, glukosa dll. Perbedaannya adalah terletak

pada kepentingannya. Jika untuk tujuan sterilisasi maka cairan hasil filtrasi harus dijaga

kesterilannya dengan menyediakan tempat dan tutup yang steril dan kertas membran tidak

ditanam ke dalam media melainkan dibuang.

Gambar 2. Teknik Membran Filter

(sumber: Djoko Hadi.1989)

Gambar 3. Mikroba yang Tertinggal

(sumber: Djoko Hadi.1989)

Terdapat beberapa variasi penyiapan media yang digunakan pada teknik ini tetapi pada

prinsipnya sama saja. Perbedaannya yaitu:

a. Media agar yang dituang ke cawan petri kosong dan dibiarkan memadat.

b. Media broth yang dituang ke absorbent pad (semacam kertas isap).

c. Air steril yang ditambahkan ke absorbent pad yang mengandung media yang

dikeringkan (dehydrated) yang produknya disebut Nutrient Pad Set (NPS)

d. Media yang ditambahkan dari atas setelah filtrasi yang disedot dengan pompa vakum

yang disebut dengan metode filtrasi membran monitor. Metode yang terakhir ini lebih

tidak time-consuming karena hanya perlu ditambahkan sampel dan media tanpa

merakit peralatan filtrasi.

Banyak tersedia jenis media pertumbuhan untuk metode filtrasi membran dengan tujuan

menghitung bakteri heterotrof (total count) seperti MTGE, m-HPC Agar, Standard Methods

Agar. Selain itu untuk menghitung bakteri kelompok tertentu atau mikroba jenis tertentu

membutuhkan media pertumbuhan yang spesifik seperti endo, chromocult, untuk coliform.

Kelebihan teknik filtrasi membran dibanding metode lain adalah:

a. Dapat menganalisa sampel dengan volume yang besar dalam waktu yang singkat yang

dibatasi oleh kekentalan dan kekeruhan cairan sampel.

b. Dapat menganalisa sampel dengan jumlah mikroba yang sedikit (peningkatan

keakuratan pendeteksian mikroba).

c. Inhibitor pada sampel yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba seperti

antibiotik, klorin atau zat pengawet dapat terbilas.

d. Pada umumnya cawan yang digunakan berukuran kecil (50mm) sehingga dapat

menghemat penggunaan media dan tempat pada inkubator.

e. Praktis dalam preparasinya, dapat dilakukan berulang kali penyaringan

(melipatgandakan cabang corong) dan reprodusibel.

f. Sangat cocok untuk mikroba aerob (jika dibandingkan dengan pour plate) yang

sebagian besar menjadi faktor pengontaminasi yang penting pada produk industri.

g. Melalui proses pengeringan tertentu, kertas membran yang telah ditumbuhi koloni

dapat dijadikan dokumen atau data permanen demi kepentingan perekaman data.

Sedangkan kekurangan teknik ini adalah:

a. Kurang cocok untuk menghitung sampel dengan jumlah mikroba yang terlalu pekat

walaupun pengenceran dapat dilakukan dengan pengenceran bertingkat.

b. Beberapa jenis mikroba yang berdiameter lebih kecil dari pori seperti Rickettsia dan

Mycoplasma mampu lolos dari pori kertas membran.

c. Kurang praktis untuk menghitung mikroba mikroaerofilik atau anaerob (kecuali

dengan perlakuan tertentu). Sulit untuk menghitung mikroba pada sampel yang

berampas atau memiliki banyak partikel (kekeruhan tinggi) karena partikel tersebut

akan menyumbat pori-pori kertas membran.

d. Sulit untuk menghitung mikroba pada sampel dengan kekentalan yang tinggi karena

membutuhkan waktu penyaringan yang lama. (Wolochow, 1957).

IV. ALAT DAN BAHAN

Tabel 1. Alat dan bahan

Alat Bahan

1. Pompa vacuum

2. Peralatan membrane filter lengkap

3. Erlenmeyer untuk tempat

penampungan air yang disaring

4. Erlenmeyer atau botol untuk tempat

sampel air

5. Cawan petri steril, kepingan

membrane filter, adsorbent, pipet,

penjepit.

1. Sampel air (air kotor: intel, kolam

KL, selokan; air bersih: SPAH,

kran; Air minum: Aqua, Vit,

KBL, Salman)

2. Media kaldu EMB

3. Aquades steril

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 2. Hasil pengamatan kertas filter air kotor

Jenis Air Tanggal

pengamatan Gambar Hasil Pengamatan

Air Intel

9 April 2015

Sumber: Kelompok 1, 10

Tidak terdapat koloni berwarna

hjau metalik, jumlah koloni pink

berlendir sebanyak 2 (koloni coli)

Keterangan: filter berubah

menjadi berwarn ungu dan pink,

media menjadi transparan

10 April 2015

Sumber: Kelompok 1, 10

Jumlah koloni: 2 koloni coliform

merah

Keterangan: filter berubah

menjadi berwarn ungu dan pink,

media menjadi transparan

Kolam

KL 10 April 2015

Sumber: kelompok 2

Jumlah koloni: banyak tidak

terhitung

Keterangan: filter berubah

menjadi berwarn ungu dan pink,

media menjadi transparan

Selokan 9 April 2015

Sumber: kelompok 3,11

Jumlah koloni hijau metalik: 0

Jumlah koloni hitam: 0

Jumlah koloni pink berlendir: 104

Keterangan: filter menajdi

berwarna ungu agar berwarna

pink

Tabel 3. Hasil pengamatan kertas filter air bersih

Jenis Air Tanggal

pengamatan Gambar Hasil Pengamatan

SPAH

Himpunan 9 April 2015

Sumber: Kelompok 4, 12

Jumlah koloni hijau metalik:41

koloni

Jumlah koloni hitam:

Jumlah koloni pink berlendir:

Keterangan:filter berubah warna

menjadi ungu dan pink, media

menjadi transparan

Kran 9 April 2015

Sumber: kelompok 5, 13

Jumlah koloni:

Keterangan: tidak terjadi

perubahan pada medium (tetap

merah)

Tabel 4. Hasil pengamatan kertas filterair minum

Jenis Air Tanggal

pengamatan Gambar Hasil Pengamatan

Aqua 9 April 2015

Sumber: kelompok 6, 14

Tidak ada koloni bakteri yang

tumbuh

Keterangan: filter berubah

berwarna menjadi ungu dan pink,

media menjadi transparan

Vit 9 April 2015

Sumber: kelompok 7, 15

Tidak ada jumlah koloni yang

teramati

Keterangan:

filter berubah berwarna menjadi

ungu dan pink, media menjadi

transparan

Kantin

KBL

9 April 2015

Sumber: kelompok 8, 16

Jumlah koloni pink berlendir: 4

Keterangan:

filter berubah berwarna menjadi

ungu dan pink, media menjadi

transparan

Salman 9 April 2015

Sumber: kelompok 9,17

Jumlah koloni pink berlendir: 4

Keterangan:

filter berubah berwarna menjadi

ungu dan pink, media menjadi

transparan

VI. ANALISIS

Cara kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Ambil sample air (mengambil cuplikan dengan tepat) sesuai dengan tempatnya.

2. Siapin sarung tangan alkohol 70% , disinfektan, tisu basah.

3. Bersihkan bagian luar keran dan ujungnya dengan alkohol agar menjadi steril.

4. Buka keran agak lama agar mengurangi kontaminasi atau bakteri yang terambil benar-

benar bakteri yang terdapat di dalam air, bukan yang terdapat pada ujung keran.

(target: air yang di dalam kran)

5. Masukan sampel air ke dalam tabung steril. Jangan terlalu penuh agar air tidak

tumpah dan bakteri koliform yang bersifat aerob dapat bernapas (tetap hidup).

6. Pastikan botol tertutup dengan rapat agar tidak terjadi kontaminasi oleh bakteri yang

berasal dari luar .

7. Berikan label pada botol agar tidak tertukar kemudian bungkus botol dengan kertas

8. Jika jarak jauh sampel jauh, simpan pada coolerbox.

Kelebihan membran filter

1. Dapat menganalisa sampel dengan volume yang besar dalam waktu yang singkat yang

dibatasi oleh kekentalan dan kekeruhan cairan sampel.

2. Dapat menganalisa sampel dengan jumlah mikroba yang sedikit (peningkatan

keakuratan pendeteksian mikroba).

3. Inhibitor pada sampel yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba seperti

antibiotik, klorin atau zat pengawet dapat terbilas.

4. Pada umumnya cawan yang digunakan berukuran kecil (50mm) sehingga dapat

menghemat penggunaan media dan tempat pada inkubator.

5. Praktis dalam preparasinya, dapat dilakukan berulang kali penyaringan

(melipatgandakan cabang corong) dan reprodusibel.

6. Sangat cocok untuk mikroba aerob (jika dibandingkan dengan pour plate) yang

sebagian besar menjadi faktor pengontaminasi yang penting pada produk industri.

7. Melalui proses pengeringan tertentu, kertas membran yang telah ditumbuhi koloni

dapat dijadikan dokumen atau data permanen demi kepentingan perekaman data.

Fungsi pompa vacum, mendorong ke bawahmempercepat air untuk melewati saringan.

Cawan petri diinkubasi tidak dilakukan secara terbalik karena mencegah kertas filter jatuh

saat dibalik.

VII. KESIMPULAN

VIII. DAFTAR PUSTAKA

http://nanosmartfilter.com/tag/membran-ultrafiltrasi/ (diakses tanggal 156 April 2015

pukul 18.00)

Pelczar, Michael, J. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia :

Jakarta.

Volk, dan Wheeler. 1993. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Erlangga : Jakarta Environmental

Microbiologi.2006.