laporan final air baku 2012

46
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta sebagai kota megapolitan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar 10, 2 juta jiwa. Dalam kondisi tersebut, kebutuhan air bersih penduduk DKI Jakarta juga tinggi, maka dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut diperlukan sistem penyediaan air minum yang memadai kapasitasnya. Dalam segi pemenuhan kebutuhan air bersih, masih terdapat penduduk Provinsi DKI Jakarta yang melakukan ekstraksi dan memanfaatkan sumber air tanah. Hal ini dikarenakan kapasitas pengelolaan air bersih yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi pelayanan air bersih untuk seluruh penduduk DKI Jakarta. Permasalahan yang dihadapi oleh penyelenggara pengelolaan air bersih DKI Jakarta sangatlah kompleks, mulai dari terbatasnya ketersediaan dan suplai air baku, peningkatan kebutuhan ( demand), cakupan layanan yang masih relatif rendah, tingginya angka kehilangan air, masih rendahnya standar pelayanan, dan sampai adanya tuntutan terhadap kebijakan pembatasan ekstraksi air tanah dalam (deep groundwater) mengharapkan solusi yang bisa dengan segera diwujudkan. Inventarisasi terhadap potensi air baku yang tersedia di wilayah DKI Jakarta serta kajian terhadap alternatif teknologi pengolahannya merupakan upaya guna memberi kontribusi dalam peningkatan pelayanan air minum di DKI Jakarta. Dengan mengetahui potensi air baku yang tersedia, maka dapat ditentukan pola pengembangan

Upload: jakarta-water-supply-regulatory-body

Post on 17-Feb-2015

157 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Laporan Kajian Potensi Air Baku di wilayah DKI Jakarta tahun 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Final Air Baku 2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi DKI Jakarta sebagai kota megapolitan dengan jumlah

penduduk pada tahun 2011 sebesar 10, 2 juta jiwa. Dalam kondisi

tersebut, kebutuhan air bersih penduduk DKI Jakarta juga tinggi, maka

dalam upaya pemenuhan kebutuhan air bersih tersebut diperlukan

sistem penyediaan air minum yang memadai kapasitasnya.

Dalam segi pemenuhan kebutuhan air bersih, masih terdapat

penduduk Provinsi DKI Jakarta yang melakukan ekstraksi dan

memanfaatkan sumber air tanah. Hal ini dikarenakan kapasitas

pengelolaan air bersih yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi

pelayanan air bersih untuk seluruh penduduk DKI Jakarta.

Permasalahan yang dihadapi oleh penyelenggara pengelolaan air

bersih DKI Jakarta sangatlah kompleks, mulai dari terbatasnya

ketersediaan dan suplai air baku, peningkatan kebutuhan (demand),

cakupan layanan yang masih relatif rendah, tingginya angka

kehilangan air, masih rendahnya standar pelayanan, dan sampai

adanya tuntutan terhadap kebijakan pembatasan ekstraksi air tanah

dalam (deep groundwater) mengharapkan solusi yang bisa dengan

segera diwujudkan.

Inventarisasi terhadap potensi air baku yang tersedia di wilayah

DKI Jakarta serta kajian terhadap alternatif teknologi pengolahannya

merupakan upaya guna memberi kontribusi dalam peningkatan

pelayanan air minum di DKI Jakarta. Dengan mengetahui potensi air

baku yang tersedia, maka dapat ditentukan pola pengembangan

Page 2: Laporan Final Air Baku 2012

2

pelayanan air minum di DKI Jakarta dan mengurangi ketergantungan

DKI Jakarta terhadap wilayah sekitar dalam hal pemenuhan sumber air

baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Jakarta.

Kondisi wilayah DKI Jakarta yang dilalui oleh 13 sungai dan

memiliki beberapa situ merupakan peluang dan potensi untuk

mengembangkan pelayanan air bersih untuk warga DKI Jakarta.

Namun saat ini kondisi aliran sungai dan situ-situ yang ada masih

harus dikaji dari segi kualitas dan kuantitasnya untuk mengetahui

kelayakan dari sungai-sungai dan situ tersebut jika dijadikan sumber

air baku untuk air bersih warga DKI Jakarta.

Kajian yang akan dilakukan di beberapa sumber air yang ada

wilayah DKI Jakarta yaitu, Kali Cengkareng, Kali Cipinang, Mookervart,

Danau Setia Budi, Kali Jati Kramat, Kali Angke,Kali Krukut, Kali Baru

Timur, Kali Grogol, Kali Sunter, Kali Ciliwung dan Kali Pasanggrahan.

Dengan mendapatkan hasil dari kajian beberapa sumber air tersebut

dapat dijadikan rekomendasi untuk pengelolaan air bersih di DKI

Jakarta seperti apa kedepannya.

1.2 Maksud dan Tujuan a). Maksud

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui potensi sumber

air baku di “boundary” DKI Jakarta, beserta potensi pemanfaatannya

dengan menggunakan teknologi yang tepat.

b). Tujuan

Dengan dilakukannya inventarisasi Potensi Sumber Air Baku di

wilayah DKI Jakarta, dapat mengurangi ketergantungan Provinsi DKI

Jakarta terhadap air baku dari luar DKI Jakarta dan pengembangan

Page 3: Laporan Final Air Baku 2012

3

SPAM dengan memanfaatkan sumber air baku “internal” tersebut

menjadi kemudahan dalam pelaksanaan pelayanan air bersih.

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan ini adalah :

- Menggali informasi mengenai sumber air permukaan di wilayah DKI

Jakarta, dengan melihat kuantitas dan kualitas airnya pada musim

hujan maupun kemarau.

- Studi alternatif teknologi pengolahan air, untuk mengolah air baku

di wilayah DKI Jakarta

- Melakukan survey lapangan dalam rangka inventarisasi

ketersediaan lahan PAM JAYA guna tata letak instalasi pengolahan

air.

- Menyusun laporan akhir kajian yang mencakup: Alternatif

Teknologi, Debit Air Baku, dan pemanfaatan lahan yang tersedia.

Page 4: Laporan Final Air Baku 2012

4

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Kondisi Fisik Wilayah

Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai luas wilayah ± 650

km2. Secara geografis wilayah DKI Jakarta terletak antara 106 22’ 42″

BT sampai 106 58’ 18″ BT dan -5 19’ 12″ LS sampai -6 23’ 54″ LS.

Batas-batas wilayah DKI Jakarta adalah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Berdasarkan Pasal 6 UU No. 5/1974 dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 25 tahun 1978 wilayah DKI Jakarta dibagi

dalam 6 wilayah kota yang setingkat dengan Kota Madya Daerah

Tingkat II dan berada langsung di bawah Derah Khusus Ibukota

Jakarta yang terdiri dari 44 kecamatan dan 267 Kelurahan. Pembagian

wilayah tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini

Tabel 1. Pebagian wilayah Pemerintah Daerah DKI Jakarta

No.

Wilayah Jumlah Kecamatan Jumlah Kelurahan

1

2

3

4

5

6

Jakarta Utara

Jakarta Pusat

Jakarta Timur

Jakarta Selatan

Jakarta Barat

Kepulauan Seribu

5

7

7

6

5

14

29

41

58

61

47

31

Jumlah 44 267

Sumber : BPS 2011

Page 5: Laporan Final Air Baku 2012

5

Dilihat keadaan topografinya wilayah DKI Jakarta dikatagorikan

sebagai daerah datar dan landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai

ke banjir kanal berkisar antara 0 m sampai 10 m di atas permukaan

laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal

sampai batas paling Selatan dari wilayah DKI antara 5 m samapi 50 m

di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau

daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian

Selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian

antara 50 m sampai 75 m. Sungai-sungai yang ada di wilayah DKI

Jakarta antara lain : S. Grogol, S. Krukut, S. Angke, S Pesanggrahan

dan S. Sunter.

Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri dari endapan aluvial

pada jaman Pleistocent setebal ± 50 m. Bagian Selatan terdiri dari

lapisan aluvial yang memanjang dari Timur ke Barat pada Jarak 10 km

sebelah Selatan pantai. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang

lebih tua. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta mengikuti pola yang

sama dengan pencapaian lapiasan keras di wilayah bagian utara pada

kedalaman 10 m – 25 m. Makin ke Selatan permukaan keras semakin

dangkal yaitu antara 8 m – 15 m.

Page 6: Laporan Final Air Baku 2012

6

Gambar 1. Kondisi Geologis Jakarta dan Sekitarnya

Wilayah DKI Jakarta termasuk tipe iklim c dan D menurut klasifikasi

iklim Schmit Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun

2000 mm. Wilayah DKI Jakarta termasuk daerah tropis beriklim panas

dengan suhu rata-rata per tahun 27 C dengan kelembaban antara 80

% sampai 90 % . Temperatur tahunan maksimum 32 C dan minimum

22 C. Kecepatan angin rata-rata 11,2 km/jam.

Page 7: Laporan Final Air Baku 2012

7

Tabel 2. Hasil Pengamatan Cuaca Oleh BMKG

Data Iklim September - Oktober 2011 St. BMKG Prop DKI

No Pos Hujan

Temperatur

Kelembaban Udara (%)

Hujan

Rata2 Maks Min Jumlah (MM)

Hari Hujan (Hari)

1 St. Klimatologi Pondok Betung

28.6 34.4 24.8 73 50 7

2 St. Meteorologi Cengkareng

28 33 24 70 121 10

3 St. Maritim Tanjung Priok

29.2 32.8 26.3 71 58 10

Sumber : BMKG 2012

Secara geografis Jakarta merupakan dataran rendah, karena

40 persen wilayahnya berada di bawah muka air laut pasang. Secara

hidro-geologis Jakarta berada pada cekungan artoris. Terdapat 13

sungai besar dan kecil yang mengaliri Kota Jakarta, berhulu d

kawasan Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat, yaitu: Kali

Mookevart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Krukut,

Kali Baru Barat, Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang,

Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Kramat Jati, dan Kali Cakung.

Ditinjau dari segi geomorfologi, wilayah DKI Jakarta terdiri

atas dua satuan morfologi, yaitu morfologi dataran pantai di

bagian utara dan morfologi kipas gunung api Bogor di bagian

selatan. Daerah selatan mempunyai elevasi yang lebih tinggi,

sehingga pada kondisi alamiah daerah ini berfungsi sebagai

Page 8: Laporan Final Air Baku 2012

8

daerah resapan (recharge) sedangkan daerah utara berfungsi

sebagai daerah luahan (discharge).

Gambar 2. Formasi Aliran Sungai Di DKI Jakarta

Page 9: Laporan Final Air Baku 2012

9

2.2 Kondisi Kependudukan

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rumah Tangga

N

o

Kabupaten/ Kota

Penduduk Rumah

Tangga

Rata

rata

Pendud

uk per

Rumah

tangga

Kepadat

an

Pendud

uk

per km2 Laki-Laki

Perempuan

Jumlah

Sex

Rasio Jumlah %

1 KEPULAUAN SERIBU

10,711 10,371 21,082 103.28

4,870 0.19 4.33 2,423.47

2 JAKARTA SELATAN

1,043,675

1,018,557 2,062,232

102.47

532,887 21.24 3.87 14,554.35

3 JAKARTA TIMUR

1,372,300

1,321,596 2,693,896

103.84

690,608 27.53 3.90 14,304.25

4 JAKARTA PUSAT

453,591 445,924 899,515 101.72

234,980 9.37 3.83 18,688.72

5 JAKARTA BARAT

1,164,446

1,117,499 2,281,945

104.20

608,342 24.25 3.75 17,663.17

6 JAKARTA UTARA

824,480 821,179 1,645,659

100.40

437,182 17.43 3.76 11,963.62

TOTAL PROVINSI DKI JAKARTA

4,869,203

4,735,126 9,604,32

9 102.83

2,508,86

9 100.00

3.83 14,694.55

TOTAL PROVINSI DKI JAKARTA + DIPLOMAT

4,870,938

4,736,849 9,607,78

7 - - - - -

Sumber : BPS 2011

Page 10: Laporan Final Air Baku 2012

10

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi

a). Waktu

Jadwal pelaksanaan kegiatan dilakukan pada pertengahan

September 2012 dan berakhir pada awal Desember 2012. Waktu

kegiatan dilakukan pada saat musim kemarau dan musim

penghujan.Penentuan waktu tersebut sudah dikondisikan dengan

musim, pada waktu tersebut adalah periode dimana musim kemarau

dan penghujan ada atau masa pancaroba.

Kegiatan ditentukan waktunya berdasarkan langkah-langkah yang

dikerjakan, mulai dari studi pustaka untuk mengumpulkan informasi

awal dari data-data sekunder dan melakukan kajian pustaka, survey

lapangan dengan mengumpulkan data lapangan dengan melakukan

pengujian dan pengukuran secara langsung, pengolahan data untuk

menarik informasi dari data yang telah dikumpulkan dan kegiatan

analisis dan sintesis untuk menjelaskan hasil temuan lapangan dan

memberikan rekomendasi-rekomendasi.

Berikut adalah jadwal perencanaan kegiatan selama 3 bulan dan

kegiatan pengambilan sampel di lapangan.

Tabel 4. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bualan/Tahun 2012

Sep Okt Nov Des

1 Study Pustaka

2 Survey Lapangan

3 Pengolahan Data

4 Analisis dan Sintesis

Page 11: Laporan Final Air Baku 2012

11

Tabel 5. Jadwal Pengambilan Sampel di Tiap Titik

Titik ke Waktu /Minggu ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 ☼ ●

2 ☼ ●

3 ☼ ●

4 ☼ ●

5 ☼ ●

6 ☼ ●

7 ☼ ●

8 ☼ ●

9 ☼ ●

10 ☼ ●

11 ☼ ●

12 ☼ ●

Keterangan :

☼ Kemarau

● Penghujan

b). Lokasi

Lokasi kegiatan meliputi beberapa titik yakni, Kali Cengkareng,

Kali Cipinang, Mookervart, Danau Setia Budi, Kali Jati Kramat, Kali

Angke Kali Krukut, Kali Baru Timur, Kali Grogol dan Kali Sunter.

Penentuan titik sampel dilakukan secara acak pada tiap aliran sungai

dengan tujuan untuk mengetahui gambaran secara utuh mengenai

kondisi sumber air baku.

Page 12: Laporan Final Air Baku 2012

12

Gambar 3. Lokasi titik sampel

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai beberapa titik

sumber air baku yang ada di wilayah DKI Jakarta, dilakukan

pengumpulan data dengan berbagai cara. Penentuan titik kajian

didasarkan pada lokasi-lokasi yang memiliki potensi terhadap sumber

air baku, dan lokasi-lokasi yang tepat untuk instalasi pengolahan serta

melakukan peninjauan lokasi dari segi keterjangkauan dan kemudahan

transportasi.

Page 13: Laporan Final Air Baku 2012

13

Beberapa jenis data yang diperlukan antara lain adalah data

kualitas dan kuantitas air dan beberapa jenis data lainnya yang

memiliki relevansi terhadap kajian yang dilakukan.

Berikut adalah beberapa data dan teknik pengambilan serta teknik

mengolah data.

Tabel 6. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data Teknik

Pengambilan

Data

Teknik

Mengolah Data

Kualitas

air

Turbidity/tingkat

kekeruhan

Survey, sampling Uji Laboratorium

Organic Survey, sampling Uji Laboratorium

Kuantitas

air

Debit Survey, sampling Pengukuran

terestrial

Cuaca Curah hujan Sekunder, BMKG Deskriptif

Intensitas hujan Sekunder BMKG Deskriptif

Sosial

dan

pelayanan

Kependudukan Studi pustaka Deskriptif

Pelanggan air

minum potensial

dan eksisting

Studi pustaka Deskriptif

Tingkat konsumsi

air minum

Studi pustaka Deskriptif

Berdasarkan tabel diatas diketahui terdapat dua jenis data utama

dalam kajian ini yakni, kualitas dan kuantitas air, sedangkan data

curah hujan dan intensitas hujan hanya sebagai pelengkap data. Untuk

data kualitas air teknik pengambilan data dilakukan dengan mengambil

sampel-sampel air pada beberapa titik yang sudah ditentukan dan

selanjutnya sampel-sampel tersebut di bawa ke laboratorium untuk

dilakukan pengujian untuk mendapatkan beberapa indikator yang

diperlukan.

Page 14: Laporan Final Air Baku 2012

14

Sedangkan untuk mendapatkan data kuantitas air, yang dilakukan

adalah dengan melakukan pengukuran terestrial atau pengukuran

lapangan. Cara yang digunakan adalah dengan mengukur lebar badan

sungai, kedalaman sungai atau ketinggian permukaan sungai, dan

kecepatan aliran sungai. Dan hasil dari pengukuran tersebut ditujukan

untuk mengetahui berapa debit atau volume air yang ada.

Pengambilan sampel dibagi menjadi dua sesi yaitu, sesi pertama

saat musim kemarau atau saat tidak terjadi hujan dalam jangka waktu

yang lama, dan sesi kedua pada saat musim penghujan.

Kegiatan mengumpulkan data terkait dengan kependudukan

dilakukan dengan cara studi pustaka dari sumber-sumber yang sudah

ada, seperti BPS, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI

Jakarta, PDAM dan sumber-sumber lain yang memiliki kualifikasi

terhadap informasi dan data yang diperlukan

3.3 Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh informasi dan makna dari data yang

dikumpulkan ,maka dilakukan analisis data yang berdasarkan dari

temuan di lapangan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis

deskriptif, dengan menjelaskan data-data hasil olahan untuk diketahui

informasi berdasarkan informasi yang dibutuhkan dalam kajian ini.

1. Cengkareng Drain

Pengukuran debit Sungai Cengkareng Drain dilakukan di pintu air

cengkareng Drain dengan mengetahui kedalaman sungai dan

kecepatan aliran sungai Kecepatan Aliran : 0,2, 0,3,-0,3 m/dt, Lebar

sungai 50 m, merata dialiri air pada bukaan pintu air dengan lebar 6,5

m kedalaman air 2-4 m.

Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada

kedalaman maksimum 4 m dan kecepatan maksimum 0,3 m/dtk

sebesar 60m3/detik.

Page 15: Laporan Final Air Baku 2012

15

Debit minimum dari kali cengkareng Drain terjadi pada saat kondisi

aliran dengan kecepatan 0,2 m/detik dan aliran berada pada

kedalaman 2m, debit yang dihasdilkan sebesar 20 m3/detik.

Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan

sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar 4 m3/detik,

dan pada saat debit maksimum sebesar 12 m3/detik.

2. Sungai Cipinang

Pengukuran debit Sungai Cipinang dilakukan di aliran sungai

Cipinang jalan Basuki Rahmat dengan mengetahui kedalaman sungai

dan kecepatan aliran sungai, Kecepatan aliran : 0,2-0,36 m/dt, Lebar

5 m, Kedalaman : 0,5 – 0,7 m

Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada

kedalaman maksimum 0,7m dan kecepatan maksimum 0,36 m/dtk

sebesar 1,26m3/detik.

Debit minimum dari kali cipinang terjadi pada saat kondisi aliran

dengan kecepatan 0,2 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 0,5

m, debit yang dihasdilkan sebesar 0,5 m3/detik.

Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan

sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar 0,1

m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,252 m3/detik.

3. Sungai Makoovart

Debit Sungai Makoovart dilakukan di aliran sungai Makoovart

dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai,

Kecepatan aliran : Lebar sungai 25 m, teraliri 14 m , kedalaman 1-2 m,

Kecepatan : 0,05-0,1 m/dt.

Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada

kedalaman maksimum 2 m dan kecepatan maksimum 0,1 m/dtk

sebesar 2,8 m3/detik.

Page 16: Laporan Final Air Baku 2012

16

Debit minimum dari kali cipinang terjadi pada saat kondisi aliran

dengan kecepatan 0,05 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 2

m, debit yang dihasilkan sebesar 0,7 m3/detik.

Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan

sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar 0,14

m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,56 m3/detik.

4. Sungai Angke

Pengukuran debit Sungai Angke dilakukan di aliran sungai Angke

dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai,

Kecepatan aliran :0,52-0,7 m/dtk, lebar sungai : 19 m, yang dialiri air 5

m, kedalaman : 0,5-0,9 m.

Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada

kedalaman maksimum 0,9 m dan kecepatan maksimum 0,7 m/dtk

sebesar 3,15 m3/detik.

Debit minimum dari kali cipinang terjadi pada saat kondisi aliran

dengan kecepatan 0,52 m/detik dan aliran berada pada kedalaman

0,5 m, debit yang dihasilkan sebesar 1,3 m3/detik.

Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan

sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar 0,14

m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,56 m3/detik.

5. Sungai Krukut

Pengukuran debit Sungai Krukut dilakukan di aliran sungai Krukut

dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai,

Kecepatan aliran : Lebar Sungai 16 m terukur ada airnya di antara

ambotmen jembatan lebar 7 m, kedalaman 0,5 – 1 m dan antara 2

abotmen jembatan lebar 4 m Kedalaman 1-1,5 m. Kecepatan aliran :

1, 0,36 – 1,7 m/dt.

Page 17: Laporan Final Air Baku 2012

17

Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada

kedalaman maksimum 1,5 m dan kecepatan maksimum 1,7 m/dtk

sebesar 10,2 m3/detik.

Debit minimum dari kali cipinang terjadi pada saat kondisi aliran

dengan kecepatan 0,36 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 1

m, debit yang dihasilkan sebesar 1,44 m3/detik.

Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan

sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar 0,288

m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 2,04 m3/detik.

6. Sungai Kali Baru Timur

Pengukuran debit Sungai Kali Baru Timur dilakukan di aliran sungai

Kali Baru Timur dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan

aliran sungai, Kecepatan aliran Lebar 6 m, kedalaman air 0,8 m

kecepatan 0,72-0,88 m/dt.

Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada

kedalaman maksimum 0,8 m dan kecepatan maksimum 0,88 sebesar

4,22 m3/detik.

Debit minimum dari kali cipinang terjadi pada saat kondisi aliran

dengan kecepatan 0,72 m/detik dan aliran berada pada kedalaman

0,8 m, debit yang dihasilkan sebesar 3,45 m3/detik.

Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan

sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar 0,69

m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,84 m3/detik.

7. Sungai Grogol

Pengukuran debit Sungaigrogol dilakukan di aliran sungai grogol

dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai,

Kecepatan aliran : 0,36 – 0,52 m/dt, Lebar Sungai 5 m, yang ada

penampang basah : 3 m Kedalaman 0,5-0,7 m.

Page 18: Laporan Final Air Baku 2012

18

Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada

kedalaman maksimum 0,7 m dan kecepatan maksimum 0,52 sebesar

1,82 m3/detik.

Debit minimum terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan

0,36 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 0,5 m, debit yang

dihasilkan sebesar 0,54 m3/detik.

Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan

sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar 0,11

m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,364 m3/detik.

8. Sungai Sunter

Pengukuran debit Sungai Sunterl dilakukan di aliran sungaiSunter

dengan mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai,

Lebar sungai 11 m, yang teraliri air 5 m dengan kedalaman : 0,5-0,8 m

dan aliran pada lebar 2 m kedalaman 0,6-0,7 m. Laju aliran 0,3 m/dt –

0,4 m/dt .

Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum terjadi pada

kedalaman maksimum 0,8 m dan kecepatan maksimum 0,4 sebesar

1,63 m3/detik.

Debit minimum terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan

0,3 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 0,6 m, debit yang

dihasilkan sebesar 0,75 m3/detik.

Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan

sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar 0,15

m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 0,326 m3/detik.

Page 19: Laporan Final Air Baku 2012

19

9. Sungai Pesanggrahan

Pengukuran debit Sungai Pesanggrahan dilakukan dengan

mengetahui kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Lebar

sungai 8 m, dengan kecepatan aliran : 0,189-0,597m. Kedalaman

aliran 0,93 m/dt –2,36,4 m/dt .

Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum sebesar 6,142

m3/detik.

Debit minimum terjadi pada saat kondisi aliran dengan kecepatan

0,3 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 0,6 m, debit yang

dihasilkan sebesar 0,75 m3/detik.

Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan

sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar 1,4

m3/detik, dan pada saat debit maksimum sebesar 6,142 m3/detik.

10. Sungai Ciliwung

Pengukuran debit Sungai Ciliwung dilakukan dengan mengetahui

kedalaman sungai dan kecepatan aliran sungai, Lebar sungai 8 m,

dengan kecepatan aliran : 0,000-0,560m. Kedalaman aliran 1,40 m/dt

–3,85 m/dt .

Dari data diatas dapat diketahui debit maksimum sebesar 14,459

m3/detik.

Kecepatan minimum pada kondisi sungai ini tidak mempengaruhi

debit. Debit minimum terjadi pada saat kondisi aliran dengan

kecepatan 0,000 m/detik dan aliran berada pada kedalaman 1,40 m,

debit yang dihasilkan sebesar 0,000 m3/detik.

Dari debit aliran tersebut potensi debit yang dapat dipergunakan

sebagai sumber air baku pada saat debit minimum sebesar m3/detik,

dan pada saat debit maksimum sebesar 14,459 m3/detik.

Page 20: Laporan Final Air Baku 2012

20

BAB IV

HASIL PELAKSANAAN

4.1 Hasil Analisis

a). Kuantitas Sumber Air Baku

Secara kuantitas sumber air baku dari hasil pengamatan di 10 sungai

tersebut memiliki debit secara umum jika dilihat pada musim kemarau

berkisar dibawah 5 m3/dt dan sebagian 50-10 m3/dt (2 buah sungai).

Tabel 7. Hasil Penghitungan Debit Minimum dan Maksimum

NO SUMBER AIR LEBAR DALAM

V, Kecepatan

Q(DEBIT) QPOT. 1/5

MIN MAX MIN MAX MIN MAX MIN MAX MIN MAX

1 Cengkareng Drain

50 50 2 4 0,2 0,3 20 60 4 12

2 Kali Cipinang 5 5 0,5 0,7 0,2 0,36 0,5 1,26 0,1 0,252

3 Mookervart 14 14 1 2 0,05 0,1 0,7 2,8 0,14 0,56

4 Danau Setia Budi

5 Kali Jati Kramat

6 Kali Angke 5 5 0,5 0,9 0,52 0,7 1,3 3,15 0,26 0,63

7 Kali Krukut 4 4 1 1,5 0,36 1,7 1,44 10,2 0,288 2,04

8 Kali Baru Timur 6 6 0,8 0,8 0,72 0,88 3,45 4,224 0,69 0,84

9 Kali Grogol 3 5 0,5 0,7 0,36 0,52 0,54 1,82 0,11 0,364

10 Kali Sunter 2 5 0,5 0,8 0,3 0,4 0,75 1,63 0,15 0,326

11 Kali Ciliwung 13,9 15,5 1,4 3,85 0,19 0,56 12,9 14,5 2,6 2,9

12 Kali Psanggrahan 8 8 1,5 2,36 0,3 0,6 4,11 6,142 0,822 1,23

Sumber : Perhitungan

Menurut tabel tersebut debit maksimal tertinggi berada pada

Cengkareng Drain sedangkan untuk debit maksimal terkecil ada pada

Kali Grogol.

b). Kualitas Sumber Air Baku

Kualitas air yang diamati dapat digolongkan sebagai berikut :

Page 21: Laporan Final Air Baku 2012

21

Klasifikasi Air Baku dengan organic sedang, kekeruhan tinggi dan

TDS yang tinggi

Klasifikasi Air Baku dengan organic sangat tinggi, kekeruhan

sedang- tinggi dan TDS yang rendah

Klasifikasi Air Baku dengan organic sedang-tinggi, kekeruhan

sedang- tinggi dan TDS yang rendah

Klasifikasi Air Baku dengan organic sedang-tinggi, kekeruhan

rendah dan TDS yang rendah

Dengan demikian klasifikasi dari sungai tersebut dapat dilihat lebih

rinci berdasarkan hasil dari kandungan sampel air yang didapat dan

telah dilakukan uji laboratorium pada tabel berikut ini

Tabel 8. Klasifikasi Sungai Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium

Sumber Air Kualitas Air

Kla

sifik

asi

Org

an

ik

Tu

rbid

ity

Am

mon

ia

Iro

n

BO

D

Nitra

t

Nitri

t

TD

S

TS

S

To

tal C

aC

O3

Po

ten

si m

3/d

t

Kali Cengkareng Klasifikasi 1 25.8 H 7.6 0.9

6

25.1 6.4 <0,01 1538 30 315 12

Kali Cipinang Klasifikasi 2 119 217 3.8 2.8 105 16 <0,01 563 220 192 0,252

Mookervat Klasifikasi 3 41.2 69 0.8

5

0.7

3

40.6 13.8 <0,01 484 60 205 0,56

Danau Setia Budi Klasifikasi 3 32.8 120 0.3 0.3

2

25.1 0.16 <0,01 462 88 158

Kali jati Kramat Klasifikasi 3 28.3 307 4.4

5

8.0

8

21.7 0.07 <0,01 384 392 175

Kali Angke Klasifikasi 3 16.4 35 6.8 1.6 13 6.5 <0,01 357 46 128 0,63

Kali krukut Klasifikasi 3 14.3 124 4.3 2.6 23.3 2.9 0.38 208 141 91.9 2,04

Kali Baru Timur Klasifikasi 4 7.7 90 1.4 1.8 6.2 2.2 0.44 182 81 78.9 0,84

Kali Grogol Klasifikasi 4 5.4 15 2.9 0.7

1

11.1 2.6 0.78 234 24 96.9 0,364

Kali Sunter Klasifikasi 4 4.4 17 1.8 1.6 3.6 2 0.95 189 26 77.4 0,326

o Organik rendah <10,sedang 10-20, Tinggi >20

o Kekeruhan rendah <50 NTU sedang 50-200 tinggi >200 NTU

o TDS rendah <300 sedang 300-500 tinggi >500

Page 22: Laporan Final Air Baku 2012

22

c). Permasalahan Sumber Air Bersih dan Potensi Sumber Air

Bersih

Umumnya sumber air yang berpotensi menjadi sumber air baku

untuk air bersih di Jakarta adalah air permukaan dan itu memiliki

permasalahan yang secara umum hampir sama yaitu air permukaan

dijadikan sebagai tempat buangan limbah sehingga berpengaruh

langsung terhadap kualitas air tersebut.

Dari sepuluh sumber air tersebut mempunyai konsentrasi

kandungan yang berbeda-beda sehingga diperlukan beberapa

alternatif instalasi pengolahan yang berbeda yang memungkinkan

untuk mengolah air dari sumber air tersebut.

4.2 Alternatif Pengolahan Air

Dengan melihat hasil klasifikasi sungai tersebut Secara umum

pengolahan air yang direkomendasikan disini sedapat mungkin adalah

pengolahan air dengan teknologi menengah sehingga mudah

dioperasikan dengan luas lahan yang dibutuhkan tidak tinggi.

Pengolahan berupa pengolahan dengan konsumsi energy 0,25

KWh/m3 dan bahan kimia yang sedikit <20 ppm dan untuk kapasitas

<10 lpd dapat dipindah pindah.

Rangkaian pengolahan air yang diusulkan disini adalah

sebagai berikut:

a).Air Baku dengan organik sedang, kekeruhan tinggi dan TDS

yang tinggi

Air baku jenis ini terdapat di Kali Cengkareng dengan kondisi

sedikit tercemar interusi air laut. Kecepatan Aliran : 0,2 - 0,3 m/dt

Pengolahan air yang sesuai untuk jenis air ini adalah pengolahan

lengkap kemudian diikuti Karbon aktif dan Reverse Osmosis.

Page 23: Laporan Final Air Baku 2012

23

Dibawah ini adalah gambaran mengenai kriteria perencanaan untuk

Pengolahan ini adalah sebagai berikut

Tabel 9. Kriteria Perencanaan Operasional

No Unit Operasi Kriteria Keterangan

1 Aerasi Td=30 menit

2 Pengolahan Lengkap

Koagulasi Td<30 det

G=10.000 1/dt

Flokulasi Td +/-20 mnt

G= 20-100 1/dt

Sedimentasi Td +/- 45 menit

Loading 4 m/jam

Filter Rapid Sand Filter

Loading 10 m/jam

Tebal 50 cm

Pasir ES 0,2 UC

1,5

Pressure Filter

Loading 20 m/jam

Tebal 70 cm

Pasir ES 0,2 UC

1,5

Koagulan PAC,

Alum

PAC10-30 ppm Alum25-60 ppm

Pre Klorinasi Kaporit

3 Karbon Aktif Td = 5-10 menit Granular Active carbon, 0.2-5 mm

4 Reverse Osmosis Brackish Water

Membrane

Page 24: Laporan Final Air Baku 2012

24

Adapun diagram dari pengolahan air adalah sebagai berikut :

Diagram 1.

b). Air Baku dengan organik sangat tinggi, kekeruhan sedang-

tinggi dan TDS yang rendah

Air baku jenis ini terdapat di Kali Cipinang dengan kondisi sedikit

tercemar organik dari limbah perumahan. Pengolahan air yang sesuai

untuk jenis air ini adalah: pengolahan aerasi activated sludge

pengolahan lengkap saringan pasir lambat Karbon aktif

Reverse Osmosis.

Kriteria perencanaan untuk Pengolahan ini adalah sebagai berikut :

Page 25: Laporan Final Air Baku 2012

25

Tabel 10. Kriteria Perencanaan Operasional

No Unit Operasi

Kriteria Kterangan

1 Aerasi Td=30 menit

2 Instalasi Pengolahan Air Limbah

Eactivated Sludge

Clarifier tank Td=90 menit

Aeration Tank Td=8 jam Motorized Aerator

3 Pengolahan Lengkap

Koagulasi Td<30 det

G=10.000 1/dt

Flokulasi Td +/-20 mnt G= 20-100 1/dt

Sedimentasi Td +/- 45 menit Loading 4 m/jam

Filter RapidSand Filter Loading10 m/jam Tebal 50 cm Pasir ES 0,2 UC 1,5

Pressure Filter Loading20 m/jam Tebal 70 cm Pasir ES 0,2 UC 1,5

Koagulan PAC, Alum

PAC10-30 ppm Alum25-60 ppm

Pre Klorinasi Kaporit

4 Saringan Pasir Lambat

Loading = 0,3 m/jam

5 Karbon Aktif Td = 5-10 menit Granular Active carbon, 0.2-5 mm

6 Reverse Osmosis Brackish Water Membrane

Page 26: Laporan Final Air Baku 2012

26

Diagram alir pada pengolahan air ini adalah sebagai berikut :

Ø75mmØ75mm

Ps. batu kali ad.1:4Urugan Pasir t=5 cm

6Ø 10 Ø 10 - 206Ø 10Ø 10 - 20

Ps. batu kali ad.1:4Urugan Pasir t=5 cm

6Ø 10 Ø 10 - 20

Urugan Pasir t=5 cm

Pipa underdrain Ø GIP 200 mm

Pipa surfacewash Ø GIP 100 mm Ø12,5mm-20cm

Ø75mmØ75mm

Ø75mmØ75mm Ø75mmØ75mm

ReverseOsmosis

Aerasi

IPAL PengolahanLengkap

SaringanPasir Lambat

KarbonAktif

Diagram 2.

c). Air Baku dengan organik sedang-tinggi, kekeruhan sedang-

tinggi dan TDS yang rendah

Air baku jenis ini terdapat di

Mookervart

Danau Setia Budi

Kali Jati Kramat

Angke

Kali krukut, dengan kondisi sedikit tercemar air limbah.

Pengolahan air yang sesuai untuk jenis air ini adalah aerasi

pengolahan lengkap Saringan Pasir LambatKarbon aktif .

Page 27: Laporan Final Air Baku 2012

27

Kriteria perencanaan untuk Pengolahan ini adalah sebagai berikut :

Tabel 11.Kriteria Perencanaan Operasional

No Unit Operasi Kriteria Kterangan

1 Aerasi Td=30 menit

2 Pengolahan Lengkap

Koagulasi Td<30 det

G=10.000 1/dt

Flokulasi Td +/-20 mnt

G= 20-100 1/dt

Sedimentasi Td +/- 45 menit

Loading 4 m/jam

Filter Rapid Sand Filter

Loading 10 m/jam

Tebal 50 cm

Pasir ES 0,2 UC 1,5

Pressure Filter

Loading 20 m/jam

Tebal 70 cm

Pasir ES 0,2 UC 1,5

Koagulan PAC,

Alum

PAC10-30 ppm

Alum 25-60

ppm

Pre Klorinasi Kaporit

3 Saringan Pasir

Lambat

Loading = 0,3

m/jam

4 Karbon Aktif Td = 5-10 menit

Granular Active

carbon, 0.2-5 mm

Page 28: Laporan Final Air Baku 2012

28

Diagram alir untuk pengolahan air ini adalah sebagai berikut :

Ø75mmØ75mm

Ps. batu kali ad.1:4Urugan Pasir t=5 cm

6Ø 10 Ø 10 - 206Ø 10Ø 10 - 20

Ps. batu kali ad.1:4Urugan Pasir t=5 cm

6Ø 10 Ø 10 - 20

Urugan Pasir t=5 cm

Pipa underdrain Ø GIP 200 mm

Pipa surfacewash Ø GIP 100 mm Ø12,5mm-20cm

Ø75mmØ75mm

Ø75mmØ75mm

Aerasi

PengolahanLengkap

SaringanPasir Lambat

KarbonAktif

Diagram 3.

c). Air Baku dengan organik sedang-tinggi, kekeruhan rendah dan

TDS yang rendah.

Air baku jenis ini terdapat di

Kali Baru Timur

Kali Grogol

Kali Sunter, dengan kondisi tercemar air limbah ringan,

Pengolahan air yang sesuai untuk jenis air ini adalah

aerasipengolahan lengkap Karbon aktif

Page 29: Laporan Final Air Baku 2012

29

Kriteria perencanaan untuk Pengolahan ini adalah sebagai berikut :

Tabel 12. Kriteria Perencanaan Operasional

No Unit Operasi Kriteria Kterangan

1 Aerasi Td=30 menit

2 Pengolahan Lengkap

Koagulasi Td<30 det

G=10.000 1/dt

Flokulasi Td +/-20 mnt

G= 20-100 1/dt

Sedimentasi Td +/- 45 menit

Loading 4 m/jam

Filter Rapid Sand Filter

Loading 10 m/jam

Tebal 50 cm

Pasir ES 0,2 UC

1,5

Pressure Filter

Loading 20 m/jam

Tebal 70 cm

Pasir ES 0,2 UC

1,5

Koagulan PAC,

Alum

PAC10-30

ppm

Alum 25-60

ppm

Pre Klorinasi Kaporit

3 Karbon Aktif Td = 5-10 menit

Granular Active

carbon, 0.2-5 mm

Page 30: Laporan Final Air Baku 2012

30

Diagram alir pada pengolahan ini adalah sebagai berikut :

Ø75mmØ75mm

Diagram 4.

Page 31: Laporan Final Air Baku 2012

31

4.3 Zoning

Gambar. 4. Zoning pengolahan

Page 32: Laporan Final Air Baku 2012

32

4.4 Lokasi Titik Sampel

Gambar Lokasi Sampling Kali Sunter

GPS Garmin ( 06o 19’ 28,4’’ S, 1060 55’ 15, 1’ E).

Lebar sungai 11 m, yang teraliri air 5 m dengan kedalaman : 0,5-0,8 m

dan aliran pada lebar 2 m kedalaman 0,6-0,7 m. Laju aliran 0,3 m/dt –

0,4 m/dt

Sungai Markovet

GPS Garmin ( 06o 09’ 35,4’’ S, 1060 41’ 30, 8’ E).

Lebar sungai 25 m, teraliri 14 m , kedalaman 1-2 m, Kecepatan : 0,05-

0,1 m/dt.

Lokasi Sampling Kali

Sunter

Page 33: Laporan Final Air Baku 2012

33

Kali Baru Timur

Lokasi sampling di Jalan Trikora GPS Garmin ( 06o 18’ 08,4’’ S, 1060

52’ 04, 7’ E).

Lebar 6 m, kedalaman air 0,8 m kecepatan 0,72-0,88 m/dt

Kali Cipinang

Lokasi Sampling

GPS Garmin ( 06o 18’ 27,4’’ S, 1060 52’ 37, 0’ E).

Kecepatan : 0,2-0,36 m/dt.

Lebar 5 m, Kedalaman : 0,5 – 0,7 m.

Titik Sampling

Kali Baru Timur

Page 34: Laporan Final Air Baku 2012

34

Sampling kali Krukut

Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06o 17’ 39,9’’ S, 1060 48’ 20, 0’ E).

Kecepatan aliran : 1 , 0,36 – 1,7 m/dt

Lebar Sungai 16 m terukur ada airnya di antara ambotmen jembatan

lebar 7 m kedalaman 0,5 – 1 m : dan antara 2 abotmen jembatan lebar

4 m Kedalaman 1-1,5 m,

Page 35: Laporan Final Air Baku 2012

35

Lokasi Sampling Kali Grogol

Kali grogol

Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06o 17’ 31,1’’ S, 1060 47’ 0,3, 1’ E).

Kecepatan aliran : 0,36 – 0,52 m/dt

Lebar Sungai 5 m, yang ada penampang basah : 3 m Kedalaman

0,5-0,7 m,

Page 36: Laporan Final Air Baku 2012

36

Gambar Lokasi Sampling Kali Angke

Kali Angke

Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06o 10’ 34,9’’ S, 1060 43’ 41, 3’ E).

Kecepatan Aliran : 0,52-0,7 m/dt

Lebar sungai 19 m, yang dialiri air 5 m kedalaman : 0,5-0,9 m

Page 37: Laporan Final Air Baku 2012

37

Gambar : Cengkareng Drain

Kali Cengkareng Drain

Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06o 09’ 13,4’’ S, 1060 44’ 54, 4’ E) di

pintu air cengkareng Drain Kelurahan Cengkareng.

Kecepatan Aliran : 0,2, 0,3,-0,3 m/dt

Lebar sungai 50 m, merata dialiri air pada bukaan pintu air dengan

lebar 6,5 m kedalaman air 2-4 m.

Page 38: Laporan Final Air Baku 2012

38

Danau Setia Budi

Danau Setia Budi

Lokasi Sampling GPS Garmin ( 06o 12’ 16,56’’ S, 1060 49’ 30, 65’ E) di

inlet Danau Setia Budi

Danau untuk menampung debit banjir di sekitar sudirman

Page 39: Laporan Final Air Baku 2012

39

BAB V

REKOMENDASI

5.1 Biaya Investasi dan Operasional

5.1.1 Umum

Biaya Investasi pengolahan air disesuaikan dengan jenis pengolahan

air yang diperlukan dan bangunan pendukung standard yang

diperlukan Biaya investasi dirinci menurut kategori jenis pengolahan

yang diperlukan. Sedangkan Biaya operasional meliputi biaya tenaga

kerja, listrik, bahan kimia dan biaya pemeliharaan.

5.1.2 Air Baku dengan organik sedang, kekeruhan tinggi dan TDS yang

tinggi (Ketegori I)

Biaya investasi meliputi komponen komponen sebagai berikut:

Rangkaian Unit Aerasi

Rangkaian Unit Pengolahan lengkap+Karbon Aktif

Rangkaian Unit Reverse Osmosi

Reservoir

Bangunan Penunjang

Adapun biaya investasi dan biaya operasional yang dihitung

berdasarkan harga dasar tahun 2012 belum termasuk harga intake,

tanah dan perijinan dan biaya operasional belum termasuk operasional

pada intake seperti pada tabel 13 berikut ini.

Page 40: Laporan Final Air Baku 2012

40

Tabel 13. Biaya Investasi dan Operasional Pemeliharaan Pengolahan Air Baku dengan organic sedang, kekeruhan tinggi dan TDS yang tinggi

No Unit Pengolahan IPA 50 lpd IPA 100 lpd

Rp (juta) Rp (juta)

1 Rangkaian Unit aerasi 600.00 800.00

2 Rangkaian Unit Pengolahan Lengkap 4,500.00 5,500.00

3 Rangkaian Unit Reverse Osmosis 18,000.00 23,000.00

4 Reservoir 500 m3 1,300.00 5 Reservoir 1000 m3

2,100.00

6 Bangunan Penunjang + ME 1,800.00 2,300.00

TOTAL 26,200.00 33,700.00

Biaya inv per Lpd 524.00 337.00

Biaya O & M Biaya Operasional Rp/m3 Rp/m3

1 Pengolahan Aerasi 300.00 300.00

2 Pengolahan Lengkap Bahan Kimia 400.00 400.00

Listrik 450.00 450.00

Personil 500.00 400.00

3 Biaya RO Listrik 4,500.00 4,500.00

4 Penggantian Komponen RO * 3,000.00 3,000.00

5 Perbaikan dan Pemeliharaan ** 1,000.00 1,000.00

Biaya OM per m3 ( Rp/m3 ) 10,150.00 10,050.00

Produksi Pada Operasi 24 jam ( M3) 129.600 259.200

Biaya OM per bulan 1.315.440.000 2.630.880.000

Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan Keterangan :

* Penggantian Membran RO

** Antara lain Pemeliharaan dan Pengecetan IPA dan pompa

5.1.3 Air Baku dengan organic sangat tinggi, kekeruhan sedang- tinggi

dan TDS yang rendah (Kategori II)

Biaya investasi meliputi komponen komponen sebagai berikut:

Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah

Rangkaian Unit Pengolahan lengkap

Rangkaian Unit Saringan Pasir Lambat

Rangkaian Unit Karbon Aktif

Page 41: Laporan Final Air Baku 2012

41

Rangkaian Unit Reverse Osmosi

Reservoir

Bangunan Penunjang

Adapun biaya investasi dan biaya operasional yang dihitung

berdasarkan harga dasar tahun 2012 belum termasuk harga intake,

tanah dan perijinan dan biaya operasional belum termasuk operasional

pada intake seperti pada tabel 14 berikut ini.

Tabel 14. Biaya Investasi dan Operasional Pemeliharaan Pengolahan Air Baku dengan organic sangat tinggi, kekeruhan sedang- tinggi dan TDS yang rendah (Kategori II)

No Unit Pengolahan IPA 50 lpd IPA 100 lpd

Rp (juta) Rp (juta)

1 Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah 7,500.00 13,500.00

2 Rangkaian Unit Pengolahan Lengkap 4,500.00 5,500.00

3 Rangkaian Unit Saringan Pasir Lambat 7,500.00 12,000.00

4 Rangkaian Unit Karbon Aktif 1,200.00 2,200.00

5 Rangkaian Unit Reverse Osmosis 18,000.00 23,000.00

6 Reservoir 500 m3 1,300.00

7 Reservoir 1000 m3 2,100.00

8 Bangunan Penunjang + ME 1,800.00 2,300.00

TOTAL 41,800.00 60,600.00

Biaya inv per m3 836.00 606.00

Biaya O & M

Biaya Operasional Rp/m3 Rp/m3

1 Rangkaian unit Pengolahan air Limbah 1,200.00 1,200.00

2 Pengolahan Lengkap dan SPL

Bahan Kimia 400.00 400.00

Listrik 450.00 450.00

Personil 750.00 600.00

3 Biaya RO

Listrik 4,500.00 4,500.00

4 Penggantian Komponen 3,000.00 3,000.00

5 Perbaikan dan Pemeliharaan 1,000.00 1,000.00

Biaya OM per m3 ( Rp/m3 ) 11,300.00 11,150.00

Produksi Pada Operasi 24 jam ( M3) 129.600

259.200

Biaya OM per bulan 1.464.480.000 2.890.080.000

Keterangan :

* Penggantian komponen Karbon Aktiv +/- 9000 – 18.000 kg Carbon Aktiv

** Antara lain Pemeliharaan dan Pengecetan IPA dan pompa

Page 42: Laporan Final Air Baku 2012

42

5.1.4 Air Baku dengan organic sedang-tinggi, kekeruhan rendah dan TDS

yang rendah

Biaya investasi meliputi komponen komponen sebagai berikut:

Rangkaian Unit Aerasi

Rangkaian Unit Pengolahan lengkap

Rangkaian Unit Pengolahan Saringan Pasir Lambat

Rangkaian Unit Karbon Aktif

Reservoir

Bangunan Penunjang

Adapun biaya investasi dan biaya operasional yang dihitung

berdasarkan harga dasar tahun 2012 belum termasuk harga intake,

tanah dan perijinan dan biaya operasional belum termasuk operasional

pada intake seperti pada tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Biaya Investasi dan Operasional Pemeliharaan Pengolahan Air Baku dengan organic sedang - tinggi, kekeruhan rendah dan TDS yang rendah

No Unit Pengolahan IPA 50 lpd IPA 100 lpd

Rp (juta) Rp (juta)

1 Rangkaian Unit Pengolahan Aerasi 600 800

2 Rangkaian Unit Pengolahan lengkap 4,500 5,500

3 Rangkaian Unit Saringan Pasir Lambat 7,500 12,000

4 Rangkaian Unit Karbon Aktif 1,200 2,200

5 Reservoir 500 m3 1,300 6 Reservoir 1000 m3

2,100

7 Bangunan Penunjang + ME 1,800 2,300

TOTAL 16,900.00 24,900.00

Biaya inv per Lpd 338.00 249.00

Biaya O & M Biaya Operasional Rp/m3 Rp/m3

1 Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah 1,200 1,200

2 Pengolahan Lengkap dan SPL Listrik 400 400

Bahan Kimia 450 450

Personil 750 600

3 Penggantian Komponen 1,500 1,500

Page 43: Laporan Final Air Baku 2012

43

4 Perbaikan dan Pemeliharaan 1,000 1,000

Biaya OM per m3 ( Rp/m3 ) 5,300.00 5,150.00

Produksi Pada Operasi 24 jam ( M3) 129.600 359.200

Biaya OM per bulan 686.880.000 1.849.880.000

Keterangan :

* Penggantian komponen Karbon Aktiv +/- 9000 – 18.000 kg Carbon Aktiv

** Antara lain Pemeliharaan dan Pengecetan IPA dan pompa

5.1.5 Air Baku dengan organic sedang-tinggi, kekeruhan rendah dan TDS

yang rendah (Kategori IV)

Biaya investasi meliputi komponen komponen sebagai berikut:

Rangkaian Unit Aerasi

Rangkaian Unit Pengolahan lengkap

Rangkaian Unit Pengolahan Saringan Pasir Lambat

Rangkaian Unit Karbon Aktif

Reservoir

Bangunan Penunjang

Adapun biaya investasi dan biaya operasional yang dihitung

berdasarkan harga dasar tahun 2012 belum termasuk harga intake,

tanah dan perijinan dan biaya operasional belum termasuk operasional

pada intake seperti pada tabel 16 berikut ini.

Page 44: Laporan Final Air Baku 2012

44

Tabel 16. Biaya Investasi dan Operasional Pemeliharaan Pengolahan

Air Baku dengan organic sedang-tinggi, kekeruhan rendah dan TDS

yang rendah (Kategori IV)

No Unit Pengolahan IPA 50 lpd IPA 100 lpd

Rp (juta) Rp (juta)

1 Rangkaian Unit Pengolahan Aerasi 600 800

2 Rangkaian Unit Pengolahan lengkap 4,500 5,500

3 Rangkaian Unit Karbon Aktif 1,200 2,200

4 Reservoir 500 m3 1,300 5 Reservoir 1000 m3

2,100

6 Bangunan Penunjang + ME 1,800 2,300

TOTAL 9,400.00 12,900.00

Biaya inv per Lpd 188.00 129.00

Biaya O & M Biaya Operasional Rp/m3 Rp/m3

1 Rangkaian Unit Pengolahan Air Limbah 1,200 1,200

2 Pengolahan Lengkap dan SPL Listrik 400 400

Bahan Kimia 450 450

Personil 750 600

3 Penggantian 1,200 1,200

4 Perbaikan 1,000 1,000

Biaya OM per m3 ( Rp/m3 ) 5,000.00 4,850.00

Produksi Pada Operasi 24 jam ( M3) 129.600 259.200

Biaya OM per bulan 648.000.000 1.257.120.000

Page 45: Laporan Final Air Baku 2012

45

BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Umumnya air baku disungai yang mengalir di Jakarta sudah

tercemar oleh air limbah rumah tangga, hal ini mengakibatkan kadar

organic/BOD tinggi dengan kekeruhan yang relative rendah terutama

pada musim kemarau, Pada musim hujan diperkirakan terjadi

pengenceran akibat air hujan dengan akibat kekeruhan meningkat.

6.2 Strategi pengolahan air pada kondisi

Kondisi terburuk I (Kali Cipinang) pengolahan air didahului dengan

aerasi,activated sludgepengolahan lengkapsaringan pasir

lambatkarbon aktifReverse Osmosis.

Kondisi terburuk II (Kali Cengkareng) yang payau pengolahan air

didahului dengan aerasi, pengolahan lengkapkarbon

aktifReverse Osmosis.

Kondisi Sedang III ( Mookervat, Danau Setia Budi, Kali jati Kramat,

Angke, Kali krukut) pengolahan air didahului dengan aerasi,

pengolahan lengkap saringan pasir lambatkarbon aktif.

Kondisi Ringan IV (Kali Baru Timur,Kali Grogol,Kali Sunter)

pengolahan air didahului dengan aerasi, pengolahan lengkap

lambatkarbon aktif.

Page 46: Laporan Final Air Baku 2012

46

Tabel 17. Rincian Hasil Sampel

Sumber Air KUALITAS AIR Rekomendasi Pengolahan

Pretreat Post Treat

Org

an

ik

Tu

rbid

ity

Am

mon

ia

Iro

n

BO

D

Nitra

t

Nitri

t

TD

S

TS

S

To

tal C

aC

O3

Po

ten

si m

3/d

t

IPA

L

Ae

rasi

IPA

Le

ngka

p

SP

L

Ca

rbo

n A

ktif

RO

Kali Cengkareng 25.8 H 7.6 0.96 25.1 6.4 <0,01 1538 30 315 12

Kali Cipinang 119 217 3.8 2.8 105 16 <0,01 563 220 192 0,252

Mookervat 41.2 69 0.85 0.73 40.6 13.8 <0,01 484 60 205 0,56

Danau Setia Budi 32.8 120 0.3 0.32 25.1 0.16 <0,01 462 88 158

Kali jati Kramat 28.3 307 4.45 8.08 21.7 0.07 <0,01 384 392 175

Kali Angke 16.4 35 6.8 1.6 13 6.5 <0,01 357 46 128 0,63

Kali krukut 14.3 124 4.3 2.6 23.3 2.9 0.38 208 141 91.9 2,04

Kali Baru Timur 7.7 90 1.4 1.8 6.2 2.2 0.44 182 81 78.9 0,84

Kali Grogol 5.4 15 2.9 0.71 11.1 2.6 0.78 234 24 96.9 0,364

Kali Sunter 4.4 17 1.8 1.6 3.6 2 0.95 189 26 77.4 0,326

6.3 Pilot Plant

Sebagai dasar perencanaan untuk masing masing jenis sumber air

perlu dilakukan uji coba di pilot plant selama 6 bulan antara musim

kemarau dan hujan.