laporan praktik kegiatan lapangan di · pdf fileterstandar dan fitofarmaka, maka pedoman cpotb...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN
DI B2P2TOOT DAN PT. JAVA PLANT
28 JULI 2015
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah praktik kegiatan lapangan (PKL)
Disusun oleh:
Mudrika Yulianti
E0014015
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES BHAMADA SLAWI
2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktik kegiatan lapangan ini telah disetujui oleh dosen
pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Ketua Prodi S1Farmasi
Endang Istriningsih, S. Farm, Apt
NIPY : 1983.02.09.11.066
Dosen Pembimbing
Dinar Anggia Zen, M.Si, Apt
NIPY : 1990.11.09.14.086
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ Laporan Praktik
Kerja Lapangan di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ”.
Penulis mengucapkan banyakterimakasih kepada :
1. Endang Istriningsih, S. Farm, Apt selaku ketua prodi S1 Farmasi Bhamada.
2. Dinar Anggia Zen, M.Si, Apt selaku dosen pembimbing kegiatan praktik
kerja lapangan ( PKL ).
3. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan moral maupun
material.
4. Seluruh staf dan karyawan B2P2TOOT dan PT. Javapalant
5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
sehingga kunjungan dan laporan ini dapat terlaksana.
Penulis menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik serta saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan
untuk masa yang akan datang.
Slawi, Agustus 2015
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR BAGAN .................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................... 2
D. Manfaat..................................................................................... 3
BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat
Dan Obat Tradisional ( B2P2TOOT ) ...................................... 4
B. PT. JAVAPLANT .................................................................... 17
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 34
B. Saran ......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 36
LAMPIRAN ................................................................................................ 37
v
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Struktur organisai B2P2TOOT ....................................................... 8
Bagan 2. Proses produksi simplisia ................................................................ 12
Bagan 3. Struktur organisasi PT. Javaplant ................................................... 19
Bagan 4. Fase – fase proses pembuatan eksrtak ............................................ 23
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Etalase tanaman obat .............................................................. 38
Lampiran 2. Museum jamu ......................................................................... 39
Lampiran 3. Contoh tanaman dirumah kaca ............................................... 40
Lampiran 4. Laboratorium pasca panen ...................................................... 41
Lampiran 5. Kebun produksi ...................................................................... 42
Lampiran 6. Javaplant ................................................................................ 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kedua terkaya di dunia dalam hal
keanekaragaman hayati. Terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah
diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi
biofarmaka yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi
sebagai obat, makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan
maupun tanaman. Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar
untuk menjadi salah satu negara terbesar dalam industri obat tradisional dan
kosmetika alami berbahan baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya
pun cukup besar. (Anonim, 2010)
Dunia farmasi kini mulai mencoba untuk memanfaatkan obat–obatan
herbal. Salah satu contoh yaitu adanya klinik Hortus Medicus yang melayani
pasien dengan meresepkan obat herbal. Obat herbal tersebut telah mengalami
standardisasi dan uji klinik sehingga dapat dinyatakan aman untuk
dikonsumsi. Oeh karena itu, sebagai mahasiswa farmasi sebaiknya mulai
mengetahui manfaat dari obat herbal tersebut.
B2P2TOOT adalah pusat penelitian obat tradisional dibawah naungan
Badan Litbang Kementrian Kesehatan RI dengan tugas pokok melaksanakan
penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional.
Pengembangan obat tradisional di Indonesia berlangsung pesat. Salah satunya
2
yaitu sediaan obat berupa ekstrak. Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional
yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa
tanaman obat, binatang, maupun mineral. (Depkes RI, 1995).
Proses ekstraksi membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan
berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan
pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Beberapa perusahaan
memproduksi ekstrak dari tanaman obat salah satu contohnya adalah PT.
Javaplant yang merupakan produsen ekstrak bahan aktif berkhasiat dari
tanaman.
Kunjungan ke B2P2TOOT dan PT. Javaplant merupakan salah satu
cara untuk mengembangkan pengetahuan mahasiswa farmasiSTIKes
Bhamada dalam bidang obat tradisional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya B2P2TOOT dan PT. Javaplant ?
2. Bagaimana proses produksi di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ?
3. Apa saja produk yang dihasilkan di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ?
C. Tujuan Praktik Kegiatan Lapangan
Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah :
1. Mengetahui sejarah berdirinya B2P2TOOT dan PT. Javaplant.
2. Mengetahui bagaimana proses produksi obat herbal di B2P2TOOT dan
PT. Javaplant.
3
3. Mengetahui hasil produksi obat herbal di B2P2TOOT dan PT. Javaplant.
D. Manfaat Pratik Kegiatan Lapangan
Dengan dilakukannya praktik kerja lapangan ini maka manfaat yng diperoleh
antara lain :
1. Mahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut tentang tanaman obat yang ada
di B2P2TOOT.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara memperoleh ekstrak tanaman obat di
PT. Javaplant.
3. Memberikaninspirasi kepada institusi tentang budidaya tanaman obat
terutama untuk institusi yang menganut ilmu obat herbal.
4. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat keunggulan
obat herbal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Dan
ObatTradisional (B2P2TOOT)
1. SejarahB2P2TOOT
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT), Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI
pada awalnya tahun 1948 berupa rintisan koleksi tanaman obat Hortus
Medicus Tawangmangu.
Pada tahun 1963-1968 berada dibawah koordinasi Badan
Pelayanan Umum Farmasi dan kemudian pada tahun 1968-1975 dibawah
Direktorat Jenderal Farmasi (Lembaga Farmasi Nasional). Pada tahun
1975-1979 kebijakan Pemerintah menetapkan Hortus Medicus dibawah
pengawasan Direktorat Pengawasan Obat Tradisionil, Ditjen POM,
Depkes RI.
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 149/Menkes/SK/IV/78
pada tanggal 28 April 1978 status kelembagaan berubah menjadi Balai
Penelitian Tanaman Obat (BPTO) yang merupakan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Badan Litbang Kesehatan. Selanjutnya berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 491/Per/Menkes/VII/2006
tertanggal 17 Juli 2006, BPTO meningkat status kelembagaanya
5
menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TOOT).
Era persaingan, globalisasi dan keterbukaan mendorong manusia
dan negara, menggali, memanfaatkan, mengembangkan budaya
kesehatan dan sumber daya lokal untuk membangun kesehatan. Ini
berdampak pada transformasi B2P2TOOT, dengan permenkes no. 003
tahun 2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi jamu
Penelitian Berbasis Pelayanan. Sejak tahun 2010 B2P2TOOT
memprioritaskan pada Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis
Pelayanan Kesehatan untuk menjamin jamu aman, bermutu dan
berkhasiat. Bahan yang digunakan berupa simplisia yang telah terbukti
khasiat dan keamanannya melalui uji praklinik.
Sejak tanggal 30 April 2012 klinik saintifaksi jamu “ Hortus
medicus” menempati gedung baru sebagai rintisan rumah riset jamu
sebagai tempat uji klinik dilengkapi dengan rawat inap. (Anonim, 2012)
2. Profil B2P2TOOT
B2P2TOOT merupakan pusat penelitian obat tradisional dibawah
naungan Badan Litbang Kementrian Kesehatan RI yang resmi menjadi
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depkes RI sejak tahun 1978 dengan tugas
pokok melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan
obat tradisional. B2P2TOOT bermula dari kebun koleksi Tanaman Obat
(TO), dirintis oleh Romo Santoso sejak awal tahun kemerdekaan,
6
menggambarkan semangat dari seorang anak bangsa Nusantara yang
tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang. Beliau
mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948,
secara resmi Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di
bawah lembaga Eijkman dan diberi nama “Hortus Medicus
Tawangmangu”.B2P2TOOT berlokasi di Jl. Raya Lawu No. 11
Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. (Anonim, 2014).
3. Visi Dan Misi
Visi : “Masyarakatsehatdenganjamu yang aman dan berkhasiat”
Misi :
a. Meningkatkan mutu litbang tanaman obat dan obat tradisional
b. Mengembangkan hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional
c. Meningkatkan pemanfaatan hasil litbang tanaman obat dan obat
tradisional.
Motto: Ramah, Informatif dan Terpercaya
B2P2TOOT mempunyai tugas untuk melaksanakan penelitian dan
pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, Balai Besar penelitian dan pengembangan tanaman obat
dan obat tradisional menyelenggarakan fungsi:
a. Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi penelitian dan atau
pengembangan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.
7
b. Pelaksanaan eksplorasi, invertariasi dan identifikasi plasma nutfah
tanaman obat.
c. Pengembangan IPTEK standarisasi TO dan OT
d. Pengembangan jejaring kerjasama dan kemitraan di bidang TO dan
OT
e. Pelaksanaan pelatihan teknis dibidang pembibitan, budidaya, pasca
panen, analisis, koleksi specimen tanaman obat, serta uji keamanan
dan manfaat obat tradisional.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan usaha rumah tangga
4. Struktur Organisasi
SDM di B2P2TOOT Tawangmangu berjumlah 88 orang, meliputi
77 PNS dan 11 CPNS. Bidang ilmu antara lain biologi, agronomi,
agribisnis, teknologi pertanian, biokimia, farmakologi, kedokteran,
kefarmasian, analis kesehatan, kesehatan masyarakat dan komunikasi.
Sesuai dengan Panduan CPOTB yang dikeluarkan oleh BPOM personalia
hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam
jumlah yang cukup. (BPOM, 2012)
8
Berikut adalah struktur organisasi B2P2TOOT.
Bagan 1. Struktur organisasi B2P2TOOT
Kepala
Indah Yuning Prapti, SKM, M.ScPH
Ka. Bagian Tata Usaha
Akhmad Saikhu, SKM, M.ScPH
Ka.Subag. Umum
Ka.Subag. Keuangan
Edwin F. Setyawan,SKM
Ka. Bidang Program, Kerjasama
dan Informasi
Nagiot C. Tambunan, ME
Ka. Sie Kerjasama dan
Informasi
Fanie I. Mustofa, S.Si
Ka. Sie Program dan
Evaluasi
Harto Widodo, M. biotech
Ka. Bidang Pelayanan Penelitian
Drs. Slamet Wahyono, Apt
Ka. Sie Sarana
Penelitian
Nita Supriyati,
M.Biotech,. Apt
Ka. Sie Pelayanan
Penelitian
Awal Prichatin
K.D. M.Si
Instalasi dan
Laboratorium Kelompok Jabatan
Fungsional
9
Keterangan :
a. Bagian Tata Usaha.
Melaksanakan urusan bagian perlengkapan umum serta pengelolaan
keuangan.
b. Bidang Program Kerjasama dan Informasi
Melaksanakan penyusunan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan
evaluasi program dan anggaran, kerjasama dan kemitraan, penyediaan
dan desiminasi informasi serta evaluasi dan pelaporan
c. Bidang Pelayanan Penelitian
Melaksanakan koordinasi pelaksanaan dan evaluasi pelayanan penelitian
d. Instalasi
Merupaka fasilitas penunjang penyelenggaraan litbang dibidang TO dan
OT
e. Kelompok Fungsional Peneliti
Melakukan kegiatan sesuai jabatan fungsional peneliti berdasar peraturan
perundang undangan yang berlaku.
5. Fasilitas dan Sarana
a. Gedung laboratorium terpadu 3 lantai
b. Gedung kantor untuk manajemen litbang 3 lantai
c. Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus yang telah ditetapkan
sebagai Klinik Tipe A
d. Gedung pertemuan berdaya tampung 400 orang
10
e. Perpustakaan dengan 1.238 koleksi pustaka berupa jurnal ilmiah,
majalah ilmiah dan buku – buku terbitan dalam dan luar negeri.
f. Laboratorium pasca panen.
g. Rumah kaca 2 unit untuk adaptasi dan pelestarian.
h. Kebun penelitian, Etalase Tanaman Obat dan Kebun Produksi:
1) Kebun Karangpandan seluas 1,8 Ha pada ketinggian 600m dpl
2) Kebun Kalisoro dengan luas sekitar 2 Ha pada ketinggian 1200 m
dpl
i. Sinema Fitomedika, untuk visualisasi penyebarluasan informasi
j. Museum Mini Obat Tradisional Herbarium kering dan basah
6. Produk B2P2TOOT
a. CPOB dan CPOTB
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk
menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB
mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.(BPOM,
2012)
SedangkanCara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat
tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang
dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah
ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk
11
tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu,
bangunan, peralatan dan personalia yang menangani.
Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar
untuk menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia
internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklahdibangun, dimantapkan
dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang
diinginkan dapat dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB
merupakan nilai tambah bagi produk obat tradisional Indonesia agar
dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar
dalam negeri maupun internasional.
Mengingat pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah
secara terus menerus memfasilitasi industri obat tradisional baik skala
besar maupun kecil untuk dapat menerapkan CPOTB melalui langkah-
langkah dan pentahapan yang terprogram. Dengan adanya
perkembangan jenis produk obat bahan alam tidak hanya dalam
bentuk obat tradisional (jamu), tetapi juga dalam bentuk Obat Herbal
Terstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula
diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka.
b. Proses Produksi
Pembuatan produk di B2P2TOOT membutuhkan bahan baku
yang berupa simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang
dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum mengalami
12
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan
yang dikeringkan. ( BPOM, 2012 )
Bagan 2. Proses pembuatan simplisia.
Adapun tahap – tahap proses produksi simplisia :
1) Pengumpulan bahan baku
Pengadaan bahan baku diperoleh melalui proses penanaman
di B2P2TOOT dilakukan pada lahan seluas 19 hektar yang terdiri
dari 950 spesies tanaman obat. Berbagai jenis spesies tanaman obat
ini berasal dari Indonesia dan juga luar negeri. Lahan tersebut
tersebar di beberapa daerah tergantung dari kebutuhan tiap tanaman
akan suhu yang optimum dan kondisi tanah yang sesuai. Hal ini
mempengaruhi kandungan zat aktif yang terdapat di dalam tanaman
obat tersebut. Penanaman yang dilakukan oleh B2P2TOOT
bekerjasama dengan para petani binaan di daerah sekitar sehingga
dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk penduduk sekitar dan
meningkatkan taraf hidupnya. Penanaman yang dilakukan di
B2P2TOOT dilakukan pada dua area yaitu di rumah kaca dan juga
Pengumpulan bahan
baku Sortasi basah pencucian
perajangan pengeringan
Pengepakan dan
penyimpanan
Sortasi kering
13
di lahan terbuka. Penanaman yang dilakukan di rumah kaca
berujuan untuk adaptasi dan pelestarian tanaman.
2) Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya
pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-
bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar
yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Sortasi
basah dilakukan langsung setelah bahan baku datang dari petani
tanaman obat dilakukan dilaboratorium pasca panen.
3) Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur
atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang
mudah larut didalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan
dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Proses pencucian di B2P2TOOT dilakukan dengan sumber
air mengalir. Kemudian setelah dicuci simplisia ditiriskan lebih
dahulu sebelum dilakukan perajangan.
14
4) Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan.Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Di B2P2TOOTsendiri perajangan dilakukan dengan mesin perajang
khusus. Proses perajangan ini mempengaruhi proses pengeringan.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat
penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan
tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah
menguap.
5) Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang
tidak mudah rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan
reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan
simplisia. Di B2P2TOOT pengeringan dilakukan dengan matahari
tetapi tidak secara langsung yaitu dibagian atapnya ada lapisan
kaca bening, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya face
hardening yaitu simplisia hanya kering sebagian. Pengeringan
dilakukan di dalam oven dengan suhu 300
– 450 C.
15
6) Sortasi kering.
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahapan
akhir dari pembutan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang yang masih ada
dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum
simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan.
7) Pengepakan dan penyimpanan.
Setelah dilakukan sortasi kering simplisia di bungkus dan
disimpan. Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang
sesuai memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena
dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan hewan
serangga atau insekta. Di B2P2TOOT sendiri simpisia disimpsn
dalam wadah plastik tertutup rapat dan diletakan di gudang
penyimpanan. Penyebab utama pada kerusakan simplisia yang
utama adalah air dan kelembaban. Kelemaban udara di ruang
penyimpanan simplisia kering, sebaiknya diusahakan serendah
mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air.
(Bambang, 1997)
16
c. Hasil ProduksiB2T2OOT
Tanaman obat hasil panen yang telah diolah sesuai dengan cara
pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) akan menghasilkan
simplisia yang berkualitas dan terstandar. B2P2TOOT hanya
menerima tanaman obat sebagai bahan baku yang ditanam oleh para
petani binaan dengan lokasi penaman di sekitar wilayah B2P2TOOT.
Tanaman obat tersebut akan di olah segera setelah bahan baku ini
datang. Setelah bahan baku mengalami serangkaian proses produksi
akan menghasilkan simplisia yang sudah kering. Simplisia – simplisia
tersebut akan di simpan dan di distribusikan ke klinik Hortus Medicus.
Diklinik tersebut simplisia akan racik dan diserahkan pada pasien.
Beberapa contoh jamu diklinik hortus medicus antara lain :
a. Jamu Hipertensi
b. Jamu Hiperglikemi
c. Jamu Hiperkolesterolemi
d. Jamu Hiperurisemi
7. Lay Out Bangunan
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TO2T) tawangmangu terletak di wilayah Kalisoro,
kecamatan Tawangmangu,kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
B2P2TO2T terletak pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut
(dpl). Suhu pada pagi hari sekitar 17oC, siang hari 25
oC, dan pada malam
17
hari ialah 22oC. Kelembaban udara sekitar 85 % dan intensitas
penyinaran 18 % serta curah hujan mencapai 3149,9 mm/tahun.
Jenis tanah di B2P2TO2T adalah andosol dengan pH tanah sekitar
5,7. Tanah jenis andosol ini berwarna coklat muda,berstruktur.
Kandungan bahan organik dalam tanah rendah sehingga perlu
penambahan pupuk kandang maupun hijau.
B. PT. JAVAPLANT
1. Sejarah PT. Javaplant.
Tahun 1996 Junius menyelesaikan studi di Universitas Oregon,
Amerika Serikat dan pulang ke Indonesia. Junius pada akhirnya
dipercaya oleh orangtuanya untuk memegang perusahaan teh berlabel
Teh Sepeda Balap pada 1997. Tahun 1998 terjadi krisis moneter yang
menyebabkan hampir semua perusahaan nasional mengalami kesulitan,
hal ini dimanfaatkan Mulyo Rahardjo (kakak Junius) untuk
mengembangkan PT.Deltomed Laboratories melalui hasil produksi
utama yaitu Antangin.
Pesatnya perkembangan PT.Deltomed Laboratories menjadi awal
lahirnya Javaplant.karena kapasitas PT.Deltomed tidak mencukupi
kebutuhan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang besar.
Javaplant didirikan pada tahun 2002 untuk menyuplai bahan herbal yang
dibutuhkan PT. Deltomed. Dan Junius memegang peran sebagai
marketing Java plant.
18
Tahun 2006 Javaplant mulai berkembang pesat ketika konsumen
dari luar negeri tertarik dengan ekstrak Javaplant dan
menjadi supplier ekstrak herbal yang memasok ke berbagai industri
kimia besar di Indonesia dan luar negeri.(Anonim, 2012).
2. Profil PT. Javaplant.
Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari
tanaman asli indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan guna memenuhi
kebutuhan akan bahan utamadan tambahan bagi industri farmasi,
kesehatan dan kosmetik dan ekstrak botani lainnya untuk memenuhi
kebutuhan industri makanan dan minuman. Javaplant menyediakan
ekstak bahan aktif alam ddalam berbagai macam rupa diantaranya vacum
dried extracts, essensial oils oleoresin untuk berbagai aplikasi kedalam
produk jadi.Javaplant menggunakan berbagai spesfikasi, standar dan
metode sesuai keinginan para pelanggan.
Tahun 2000 javaplant menggunakan sistem evaporasi dan
pengeringan secara vakum kedalam proses ekstraksi bahan aktif alam.
Sistim vakum tersebut adalah salah satu yang pertama di perkenalkan
diindustri ekstrak bahan alam menjadi ekstrak konsentrat dan
mengeringkan esktrak konsentarat menjadi ekstrak bubuk kering dengan
temperatur yang relatif rendah sehingga kandungan aktif dalam ekstarak
bahan alam tidak rusak dan tetap terjaga mutunya. Sistem vakum
19
menjadikan javaplant pelopor produsen ekstrak bahan aktif alam
berkhasiat asli indonesiasejak tahun 2000. (Anonim, 2012).
3. Visi dan Misi
Visi : “PT. Tri Rahardja menjadi produsen ekstrak terbaik dan
menguasai pasar dunia”.
Misi : Dengan optimasi management dan pemanfaatan sumber daya
perusahaan yang baik, kita hasilkan produk yang berkualitas
dan aman untuk mewujudkan kepuasan pelanggan, keuntungan
semua pihak dan kesejahteraan karyawan.
4. Struktur Organisasi
Berikut adalah struktur organisasi PT. Javaplant.
Bagan 3. Struktur organisasi Javaplant.
Director R&D Javaplant
Ir. Budi Santoso
Direktur Pengelola Deltomed Laboratories
Mulyo Rahardjo
Chief Operating Officer (CEO)
Junius Rahardjo
20
Berikut adalah penjelasan tentang tugas dari direktur R&D,
direktur pengelola, dan COO Javaplant.Hal-hal yang harus dilakukan
oleh Direktur R&D, yaitu:
a) Mencari tahu berbagai informasi dan trend produk secara intensif
untuk memperkuat pengetahuan yang dapat menyokong
implementasi dari perkembangan proyek dan riset – riset dasar.
b) Mengkoordinir dan memonitor proses perkembangan produk, riset
dasar, dan riset konsumen yang dilakukan oleh unit-unit yang
bersangkutan.
c) Membantu para karyawan pabrik untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan perumusan/ resep, bahan baku, proses secara
teknis, material pengemasan, dan proses sanitasi.
d) Mengecek dokumen dan mengawasi operasi yang berkaitan dengan
SOP, proses produksi, pemanduan analisis, dan kehalalan produk.
e) Memonitor seluruh pengeluaran dan mencocokkannya dengan
budget.
Tugas dan fungsi komisaris ekstrak center Javaplant, Mulyo
Rahardjo adalah mengkoordinir dan memonitor proses pembuatan
ekstrak yang selanjutnya ekstrak tersebut akan di suplai ke PT.
Deltomed.
Tugas dan Fungsi Chief Operating Officer (COO), Junius
Rahardjo Javaplant adalah memimpin Javaplant. Selain itu, mengamati,
mengikuti dan memilih bahan baku, serta memprosesnya menjadi
produk berkualitas, hingga memasarkannya
21
5. Produk
a. CPOB dan CPOTB
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk
menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB
mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. (BPOM,
2012)
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi
seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang
bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal,
proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan
personalia yang menangani.(BPOM, 2012)
Berikut ini asperk – aspek CPOTB meliputi :
1) Personalia
Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman,
ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan
fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka
hendaklah dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang
dibebankan kepadanya.
22
2) Bangunan
Bangunan industri obat tradisional hendaklahmenjamin
aktifitas industri dapat berlangsung dengan aman.Lokasi
yangterhindar dari pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan
serta bangunan industri obat tradisional memenuhi persyaratan
higiene dan sanitasi. (BPOM, 2012).
3) Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk
hendaklahmemiliki rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran
yang memadai serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang
dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam dari bets ke
bets, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.
4) Pengawasan mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara
pembuatan obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan
tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan
adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai dari
bahan awal sampai pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut
bagian pengawasan mutu hendaklah merupakan bagian yang
tersendiri. ( BPOM, 2012 )
23
b. Proses Produksi
Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat
dari tanaman. Proses utama dalam ekstraksi itu terdiri dari tiga fase
dan tahapan. Yaitu, fase ekstraksi, fase evaporasi, dan fase drying.
Dalam hal ini, Javaplant menambahkan proses purifikasi dalam
produksinya. Sebuah proses pemisahan kandungan-kandungan zat
aktif yang terdapat pada sebuah biofarmaka atau satu raw material
yang sedang diolah. Proses ini dilakukan sebelum masuk ke proses
evaporasi. Dengan catatan jika produk yang akan diproduksi hanyalah
salah satu zat aktif yang terkandung dalam sebuah biofarmaka atau
satu raw material yang sedang diolah. Berikut ini merupakan tahapan
dan fase-fase proses produksi ekstrak di Javaplant.
Bagan 4. Fase fase produksi ekstrak di Javaplant
Fase Uji Coba
Semua proses produksi di Javaplant diawali dari laboratorium.
Sebelum di bawa ruang produksi ekstrak. Di ruangan steril yang di isi
oleh 12 orang staff laboratorium, setiap produk akan mengalami
serangkaian uji coba di laboratorium terlebih dahulu, untuk diketahui
kandungan zat dan kadarnya. Tujuannya adalah untuk menghasilkan
ekstraksi berkualitas dan terstandar. Mengidentifikasi senyawa aktif
menggunakan beragam instrumen seperti spektrometer, high
Fase uji coba Fase produksi Fase purifikasi
24
performance liquid chromatography (HPLC), dan ultraperformance
liquid chromatography (UPLC), dan insrtumen lainnya. Javaplant juga
menguji kandungan sisa pelarut, mikroba, dan logam berat pada ekstrak
karena menyangkut keamanan produk. Misalnya seperti Residu alkohol
yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi kehalalan produk, contoh lain
seperti pelarut heksan, timbel (Pb), raksa (Hg), dan arsenik (Ar), yang
membahayakan. Setelah menemukan prosedur ekstraksi yang optimal
dalam skala laboratorium dilakukan uji coba ekstraksi dalam skala lebih
besar yakni skala pilot. Dalam skala pilot metode ekstraksi adalah
perkolasi. Hasil ekstrak kemudian mengalir ke destilator dalam kondisi
vakum untuk menghilangkan pelarut. Selanjutnya yaitu melakukan uji
kandungan senyawa aktif dan bahan berbahaya. Jika hasil ektraksi skala
pilot sesuai, baru proses ekstraksi skala produksi dimulai.
Fase Produksi
Semua raw material dimasukkan dalam mesin ekstraktor dengan
kapasitas 8000 liter. Mesin ini memiliki 4 buah tabung besar dengan
kapasitas masing-masing 2000 liter, yang masing-masing terhubung
oleh pipa-pipa besar dengan posisi tabung menggantung. Hasil ekstrak
yang masih berupa crude extract tersebut dimasukkan dalam sebuah
tangki besar yang kemudian dari tangki tersebut crude extract diproses
lagi melalui pipa-pipa penghubung menuju mesin evaporator yang
memiliki kapasitas 1000 liter/jam. Semua bahan produksi, mulai dari
25
berbentuk raw material yang dimasukkan ke dalam mesin ekstrak,
crude extract, resin, maupun liquid, semuanya terproses secara otomatis
dan mechanical, Sehingga raw material yang telah menjadi resin atau
konsentrat benar – benar higienis, sama sekali tidak tersentuh tangan
maupun terproses di udara terbuka. Terdapat 2 mesin evaporator yang
letaknya bersebelahan dengan mesin ekstrak di ruang produksi pabrik
Javaplant ini. sehingga untuk memproduksi crude extract yang
dialirkan melalui pipa – pipa dari mesin ekstrak yang berkapasitas 8000
liter, dibutuhkan waktu 4 jam. Di mesin evaporator inilah mulai
ditentukan, apakah produk tersebut akan dijadikan resin saja, menjadi
konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau akan dijadikan
produk powder.
Proses Purifikasi
Javaplant memiliki kapabilitas untuk melakukan proses purifikasi.
Mesin yang bernama liquid to liquid extraction ini memiliki sebuah
tabung kaca besar dan panjang dengan posisi horizontal yang berada di
atas rangkaian mesinnya. Pada proses ini javaplant di lebih menunjukan
proses ekstraksi temulawak yang akan diambil kandungan xanthorrizole
nya. Hasil ekstrak temulawak dilarutkan bersama solvent organic
dengan menggunakan proses pelarut separasi kemudian terjadi
pemisahan antara xanthorrizole dengan curcumin serta zat lain yang
terkandung dalam temulawak.
26
Fase Sterilisasi
Dalam proses produksi terdapat proses tambahan sebelum
pengeringan hasil ekstrak, yakni proses sterilisasi. Pada proses itu hasil
ekstrak dialirkan melalui pipa bersuhu 130 derajat celsius selama 2
detik untuk mematikan mikroba, serta menetralisir kandungan –
kandungan berbahaya dari pelarut. Dalam proses produksi pengeringan
menggunakan mesin vacuum belt drying (VBD). Konsentrat yang pekat
dialirkan ke di sabuk berjalan vakum bertekanan udara 13 milibar. Pada
tekanan itu hasil mesin extractor dan mesin evaporator yg dimiliki
Javaplant ekstrak akan kering dalam suhu kurang dari 20 derajat
celcius. Dengan alat ini menjamin senyawa aktif tidak rusak. Dengan
berbagai teknologi yang dimiliki inilah Javaplant menghasilkan ekstrak
herbal terstandar internasional sesuai dengan standarisasi yang
ditetapkan oleh CPOTB BPOM Indonesia dan National Sanitary
Foundation USA, ISO, FDA (Food and Drugs Administration) di
Amerika, serta standart produk Halal dari MUI. Sehingga produk -
produk yang dihasilkan oleh Javaplant dipastikan memiliki kualitas
yang tinggi.
c. Hasil Produksi Javaplat.
Javaplant hanya fokus memproduksi ekstrak bahan alam
berkhasiat asli Indonesia. Diantara begitu banyak bahan alam
berkhasiat asli Indonesia, Javaplant menarget spesialisasi,
27
mengekstrak dan mempromosikan 6 bahan yaitu jahe, temulawak,
kunyit, habbatussauda, purwoceng dan tongkat ali. Produk – produk
hasil ekstraksi Javaplant banyak digunakan sebagai bahan baku dalam
industri kosmetik, suplemen kesehatan, obat tradisional, dan farmasi.
Untuk hasil ekstraksi javaplant berinvestasi dengan fasilitas
dan teknologi untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Khususnya untuk produksi xanthorrhizol, yang dihasilkan dari proses
ekstraksi temulawak (Curcuma xanthorrhiza).Ekstrak xanthorrhizol
yang dibutuhkan biasanya memiliki tingkat kemurnian tinggi. Dengan
peralatan dan metode ekstraksi yang dimiliki, Javaplant mampu
mengekstraksi xanthorrhizol dengan tingkat kemurnian 96%. Selain
temulawak, Javaplant juga dikenal mampu mengekstraksi bahan –
bahan lain seperti kayu manis, buah kopi, dan tongkat ali. Produk –
produk yang dipasarkan tidak selalu dalam bentuk murni, tetapi bisa
juga berbentuk serbuk ekstrak (powder).
Produk terbaru dari Javaplant adalah zirzak 26000 yang
mengandung anti oksidan tinggi dan dapat diaplikasikan dalam produk
farmasi, kosmetik, makanan dan minuman dalam bentuk tablet, kaplet,
kapsul dan cair.
6. Lay Out Bangunan
Bangunan industri obat tradisional hendaklahmenjamin aktifitas
industri dapat berlangsung dengan aman.Lokasi yangterhindar dari
28
pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan serta bangunan industri
obat tradisional memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi. (BPOM,
2012).
Pemilihan lokasi pabrik, diupayakan harus bebas dari polusi, bebas
banjir, penyerapan air tanah baik, jauh dari tempat pembuangan akhir,
jauh dari permukaan penduduk yang kumuh, system pembuangan air
baik, tidak memberi peluang hidup binatang (serangga, hama, mikroba),
jauh dari lingkungan yang kotor.
Lingkungan dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara
sampah buangan pabrik dikumpulkan sementara atau tempat khusus dan
segera dibuang atau didaur ulang sehingga tidak menumpuk atau
meninbulkan hama, tempat pembuangan sampah harus tutup supaya tidak
bau dan tidak menimbulkan pencemaran.
Bangunan danfasilitas pabrik terbuat dari bahan yang mudah
disanitasi, lantai ruangan harus rapat, kedap air, permukaan rata, tidak
berpori dan halus. Lantai ruangan cuci dan pembilasan mempunyai
kemiringan yang cukup kearah pembuangan air dan mempunyai lubang
pembuangan yang dilengkapi dengan penahan bau. Permukaan dinding
disebelah dalam harus rata, halus, tahan lama, tidak mengelupas, tidak
beracun mudah dibersihkan sudut mati tetapi membentuk sudut
lengkung, langit-langit tahan lama, tahan air, tidak mudah bocor dan
mengelupas.
29
Ruang produksi javaplant dibuat L-line. Memiliki 2 pintu yaitu
pintu utama dan pintu kedua yang terhubung dengan ruang purufikasi.
Bahan baku yang sudah diproses menuju ruang purifikasi melalui pintu
kedua, hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang. Desain
pintu dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah terjadinya
kecelakaan (misalnya: kebakaran).
Ruang produksi Javaplant memiliki permukaan dinding yang tidak
bersiku. Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang
lain didesain dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan
pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan.
Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak menempel pada
dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak
cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.
30
BAB III
PEMBAHASAN
Praktik Kerja Lapangan (PKL) kali ini dilakukan di Balai Penelitian Dan
Pengawasan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) dan PT Javaplant
pada tanggal 28 Juli 2015. Kunjungan Pertama yaitu diB2P2TOOT yang
merupakan pusat penelitian obat tradisional dibawah naungan Badan Litbang
Kementrian Kesehatan RI, dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan
pengembangantanaman obat dan obat tradisional.
Kunjungan diawali dengan mahasiswa memasuki ruang “sinema
fitomedika” dimana kami memperoleh perkenalan dan penjelasan mengenai
B2P2TOOT dan perkembangannya, termasuk beragam spesies tanaman obat yang
dikembangkan. Kemudian mahasiswa dibagi dalam 3 kelompok yang masing –
masing kelompok secara bergantian dipandu untuk berkeliling mengunjungi
tempat – tempat di B2P2TOOT. Beberapa tempat yang dikunjungi antaralain
greenhouse, kebun produksi,museum jamu, etalase tanaman obat dan
laboratorium pascapanen.
Greenhouse atau rumah kaca merupakan tempat tumbuh tanaman obat
dengan kategori khusus.B2P2TOOT memiliki 2 unit rumah kaca yaitu untuk
adaptasi dan pelestarian. Rumah kaca adaptasi di gunakan untuk jenis tanaman
seperti hasil eksplorasi, tanaman koleksi baru, tanaman yang belum teridentifikasi,
tanaman yang belum beradaptasi dengan lingkungan tawangmangu. Sedangkan
rumah kaca pelestarian digunakan untuk tanaman obat langka, tanaman obat
31
koleksi yang populasinya sangat sedikit dan tanaman obat yang tidak tahan
dengan perubahan iklim.
Kebun produksi merupakan tempat produksi tanaman obat dalam jumlah
banyak. B2P2TOOT memiliki 2 kebun produksi yaitu karangpandan yang
memiliki luas 1,8 Ha dengan ketinggian 600m dpl dan kalisoro memiliki luas 2
Ha dengan ketinggian 1200m dpl. Kebun tersebut merupakan tempat
dilakukannya pembibitan dan budidaya tanaman obat secara optimal terutama
untuk tanaman yang tumbuh didataran menengah sampai dataran tinggi. Beberapa
contoh tanaman dikebun ini antaralain tempuyung, binahong korea, sambang
colok, purwaceng cemara kipas dll. Dikebun ini juga terdapatarea narkotika
dengan lahan yang sempit yang dikelilingi pagar besi dan dililitkan kawat tajam.
Museum jamu merupakan rintisan istana jamu sebagai sarana
pembelajaran nonformal yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
untuk melestarikan jamu bagi generasi penerus. Didalam museum jamu kita
menemukan banyak menemukan herbarium basah dan kering. Dimuseum ini
terdapat Rumah Riset Jamu (RRJ) dimana terdapat koleksi jamu kuno, koleksi
naskah kuno dan menyimpan ramuan jamu kekayaan leluhur.
Etalase tanaman obat merupakan wahana pembelajaran dan peningkatan
pengetahuan wisata alamiah berupa tanaman obat. Pemandangan dari ratusan
koleksi tanaman obat yang di pamerkan dengan tatanan yang menarik terdiri dari
aromatic garden dan sub tropic garden. Setiap tanaman diberi nama daerah, nama
ilmiah dan khasiatnya. Koleksi tanaman obat disini mayoritas merupakan tanaman
asli indonesia.
32
Laboratorium pasca panen. Gedung ini memiliki 4 lantai. Lantai
1merupakan tempat dilakukannya penimbangan, sortasi basah, pencucian,
penirisan dan pengubahan bentuk. Lantai 2 merupakan ruang formulasi dan ruang
transit simplisia. Lantai 3 merupakan ruang oven, ruang sortasi kering,
penimbangan dan pengemasan serta terdapat gudang induk. Lantai 4 merupakan
area pengeringan dengan sinar matahari, dengan naungan dan bed dryer.
Kunjungan dilanjutkan ke PT. Javapalnt yag berlokasi tidak jauh dari
B2P2TOOT yaitu karanganyar tawangmangu. Javaplant adalah produsen ekstrak
bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman asli indonesia. ekstrak yang di produksi
memiliki 2 tipe yaitu ekstrak kering dan cair. Mahasiswa mengunjugi 3 tempat di
Javaplant antara lain plant 1, plant 2, dan laboratorium Javaplant.
Plant 1 merupakan ruang produksi ekstrak cair. Tanaman yang di buat
ekstrak cair khusus tanaman obat herbal contohnya temulawak, jahe dan kunyit.
Terdapat mesin ekstraktor dengan kapasitas 8000 liter yang memiliki 4 tabung
perkolator yang masing masing berkapasitas 2000 liter. Diruang produksi ini
terdapat 2 mesin evaporator yang letaknya bersebelahan dengan mesin ekstrak.
Mesin evaporator digunakan untuk menentukan apakah produk akan di jadikan
resin, konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau dijadikan produk powder.
Plant 2 merupakan ruang produksi ekstrak kering. Contoh bahan baku
pembuatan ekstrak kering antara lain kopi, teh dan kayu manis. Mesin diruang
produksi ekstrak kering sama dengan mesin diruang produksi ekstrak cair, hanya
saja hasil evaporasi yang dihasilkan berupa ekstrak kering.
33
Tempat terakhir yang dikunjungi yaitu laboratorium. Javaplant
mengoperasikan laboratorium yang menggunakan instrumen serta teknologi yang
canggih untuk menciptakan produk – produk yang berkualitas tertinggi dan
berkhasiat seperti laboratorium fitokimia, mikrobiologi, dan laboratorium
instrumen. Laboratorium fitokimia merupakan tempat dilakukannya uji kadar air,
uji kadar aqua, uji kelarutan dalam alkohol, uji kelarutan dalam air. Sedangkan
laboratorium mikrobiologi merupakan tempat dilakukannya uji untuk mengetahui
berapa banyak bakteri menggunakan ALT dan berapa banyak jamur dan kapang
dalam suatu produk menggunakan alat AKK. Javaplant memiliki laboratorium
instrumen yang didalam nya terdapat beberapa instrumen canggih. Beberapa
contohnya antara lain :
Spektro UV / Vis = untuk menganalisa zat aktif pergolongan
TLC = untuk uji kuantitatif
AAS = untuk analisa logam berat
KCKT = untuk menganalisa kandungan zat aktif.
34
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktik Kunjungan Lapangandi
B2P2TOOT dan PT. Javaplant diantaranya yaitu :
1. B2P2TOOTadalahpusatpenelitianobattradisionaldibawahnaunganBalitban
gkementrianKesehatan RI, dengan tugas pokok melaksanakan penelitian
dan pengembangantanaman obat dan obat tradisional.
2. B2P2TOOT mempunyai tugas untuk melaksanakan penelitian dan
pengembangan tanaman obat dan obat tradisional.
3. Proses prosuksi simplisia meliputi pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan.
4. Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari
tanaman asli indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan guna memenuhi
kebutuhan akan bahan utamadan tambahan bagi industri farmasi,
kesehatan dan kosmetik dan ekstrak botani lainnya untuk memenuhi
kebutuhan industri makanan dan minuman.
5. Proses utama dalam ekstraksi itu terdiri dari tiga fase dan tahapan. Yaitu,
fase ekstraksi, fase evaporasi, dan fase drying.
35
B. SARAN
Saran dari Praktik Kunjungan Lapangan yang dapat saya paparkan
diantaranya adalah :
1. Lebih meningkatan pelayanan dan kinerja.
2. Meningkatkan pemanfaatan lahan yang tersisa.
3. Melestarikan tanaman herbal yang sudah langka.
4. Melestarikan tanaman herbal sehingga ababila ingin dijadikan sebagai
sampel pembuatan simplisia, maka tanaman tersebut tidak akan punah.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Fitofarmaka. http://wikipedia.html/fitofarmaka-obat-herbal.
Diakses pada tanggal 8 agustus 2015
Anonim. 2011. Javaplant carrying indonesia originbotanicals. http://indonesia-
pharmacomunity.com. Diakses pada tanggal 8 agustus 2015.
Anonim. 2012. B2P2TOOT. http://www.b2p2toot.litbang.depkes.go.id/. Diakses
pada tanggal 8 agustus 2015
Anonim. 2014. Javapalant gebrakan diindustri ekstrak herbal.
http://www.javaplant.co.id/. Diakses pada tanggal 8 agustus 2015.
Anonim. 2014. Javaplant raja ekstrak herbal. http://www.javaplant.co.id/. Diakses
pada tanggal 8 agustus 2015.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM]. 2012. Cara pembuatan obat yang
baik.Indonesia. BPPOM RI.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM]. 2012. Cara pembuatan obat
tradisional yang baik. Indonesia, BPPOM RI.
Departemen kesehatan Republik Indonesia,1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta.
Nurul, Indah. 2014. Profil B2P2TOOT. http://www.scribd.com/doc. Diakses pada
tanggal 8 agustus 2015.
Sutrisno, Bambang. 1997. Ikhtisar Farmakognosi Edisi IV. Jakarta.
Pharmascience pasific.
37
LAMPIRAN
38
Lampiran 1. Etalase tanaman obat B2P2TOOT
39
Lampiran 2. Museum jamu
Ruang herbarium basah dan kering
Ruang budaya
40
Lampiran 3. Contoh tanaman dirumah kaca
Contoh tanaman diruang adaptasi
Contoh tanaman diruang pelestarian
41
Lampiran 4. Laboratorium pasca panen.
42
Lampiran 5. Kebun produksi
43
Lampiran 6. Javaplant