laporan praktek lapangan part 2 (repaired)

74
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia diharuskan untuk berinteraksi dengan lingkungannya yang nantinya dapat menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan. Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis serta memecahkan masalah kesehatan yang terjadi dalam masyarakat menggunakan prinsip – prinsip manajemen kesehatan. Mahasiswa melakukan identifikasi pada masalah – masalah yang terjadi pada masyarakat, menganalisa penyebab terjadinya masalah tersebut, lalu memecahkan masalah dengan membuat plan of action disertai dengan rencana untuk mengevaluasi program yang dibuat. Pada praktek lapangan yang telah kami lakukan di Puskesmas I Sokaraja, kami menemukan kasus diare sebagai kasus yang banyak dijumpai di wilayah kerja Puskesmas I Sokaraja. B. Tujuan a. Mampu mengidentifikasi, menganalisis serta dapat memecahkan masalah kesehatan masyarakat dengan menggunakan prinsip – prinsip manajemen kesehatan. b. Mampu melakukan pemecahan masalah di lapangan dengan menentukan prioritas masalah yang ada dan 1

Upload: gilang-ridha-fathurrahman

Post on 21-Jan-2016

124 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia diharuskan untuk

berinteraksi dengan lingkungannya yang nantinya dapat menimbulkan

berbagai macam masalah kesehatan.

Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menganalisis serta memecahkan masalah kesehatan yang terjadi dalam

masyarakat menggunakan prinsip – prinsip manajemen kesehatan. Mahasiswa

melakukan identifikasi pada masalah – masalah yang terjadi pada masyarakat,

menganalisa penyebab terjadinya masalah tersebut, lalu memecahkan masalah

dengan membuat plan of action disertai dengan rencana untuk mengevaluasi

program yang dibuat.

Pada praktek lapangan yang telah kami lakukan di Puskesmas I Sokaraja,

kami menemukan kasus diare sebagai kasus yang banyak dijumpai di wilayah

kerja Puskesmas I Sokaraja.

B. Tujuan

a. Mampu mengidentifikasi, menganalisis serta dapat memecahkan masalah

kesehatan masyarakat dengan menggunakan prinsip – prinsip manajemen

kesehatan.

b. Mampu melakukan pemecahan masalah di lapangan dengan menentukan

prioritas masalah yang ada dan dapat membuat plan of action dari masalah

tersebut.

c.

1

Page 2: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kecamatan Sokaraja

1. Keadaan Geografi

Puskesmas I Sokaraja berada di wilayah Kecamatan Sokaraja.

Wilayah Puskesmas I Sokaraja meliputi 10 desa dari sejumlah 18 desa

yang ada di Kecamatan Sokaraja. Luas wilayah Kecamatan Sokaraja 29,92

km2 dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 140 – 600 M.

Wilayah Kecamatan Sokaraja dibatasi oleh :

Di sebelah Utara : Kecamatan Kembaran

Di sebelah Selatan : Kecamatan Kalibagor

Di sebelah Timur : Kabupaten Purbalingga

Di sebelah Barat : Kecamatan Purwokerto Timur

Penggunaan lahan di Wilayah Kecamatan Sokaraja dapat dirinci sebagai

berikut:

Tanah sawah : 3.129,871 Ha

Tanah pekarangan : 1.317,227 Ha

Tanah perkebunan : 733.752 Ha

Kolam : 28.484 Ha

Lain-lain : 73 Ha

2. Keadaan Demografi

a. Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data dari Kecamatan Sokaraja pada akhir tahun

2011, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja sebanyak

52.174 jiwa yang terdiri dari 26.141 laki-laki (50,1 %) dan 26.033

perempuan (49,9 %) tergabung dalam 14.464 rumah tangga / KK.

Jumlah penduduk tertinggi di desa Sokaraja Kulon sebesar 8.305

jiwa sedangkan terendah di desa Karang Kedawung sebesar 2.716 jiwa.

b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur

2

Page 3: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Jumlah penduduk di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin pada tahun 2011 dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel l. Jumlah Penduduk menurut golongan umur di wilayah

Puskesmas I Sokaraja tahun 2011

No Golongan UmurJumlah Penduduk

JumlahLaki-laki Perempuan

1 0 – 4 1247 1419 2666

2 5 – 9 1929 2052 3981

3 10 – 14 1920 1918 3838

4 15 – 19 2150 2263 4413

5 20 – 24 2255 2385 4640

6 25 – 29 2315 2293 4508

7 30 – 34 2378 2244 4622

8 35 – 39 2123 2133 4256

9 40 – 44 1853 1866 3719

10 45 – 49 1847 1781 3628

11 50 – 54 1378 1383 2761

12 55 – 59 1427 1322 2749

13 60 – 64 1297 1097 2394

14 65 – 69 867 778 1645

15 70 – 74 666 566 1232

16 75+ 489 533 1022

Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur

pada tabel diatas, maka jumlah penduduk dalam kelompok umur 20-24

tahun adalah yang tertinggi yaitu sebesar 4640 jiwa atau sebesar 8.9

%.

c. Kepadatan Penduduk

Penduduk di Wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah bervariasi

kepadatannya. Desa terpadat penduduknya adalah desa Wiradadi

dengan tingkat kepadatan sebesar 6.792 jiwa setiap kilometer persegi,

3

Page 4: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

sedangkan yang tingkat kepadatannya paling rendah adalah desa

Karang Kedawung yaitu sebesar 1.676 jiwa setiap kilometer persegi.

3. Keadaan Sosial Ekonomi

Tingkat Pendidikan

Data pendidikan penduduk di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Data Pendidikan Penduduk Puskesmas I Sokaraja tahun 2011

(10 tahun ke atas )

No Jenis PendidikanDesa

Jumlah01 02 03 04 05 06 07 08 09 10

1 Tidak Sekolah 524 1142 35 40 171 384 310 256 58 187 3107

2 Belum Tamat SD 456 1636 320 262 180 789 984 1155 1135 391 7308

3 Tamat SD/MI 1090 3039 1475 689 1021 264 1210 1076 1317 398 11579

4 Tamat SMP/MTS 513 1224 1408 490 576 183 1034 1152 696 219 7495

5Tamat

SMU/SLTA986 1112 1023 588 581 48 1486 977 640 242 7683

6 Diploma 4 54 152 25 68 35 237 116 104 56 851

7 Universitas 116 216 61 21 117 16 244 107 89 27 1017

Keterangan desa:

01. Karangrau, 02. Karangnanas, 03. Kalikidang, 04. Wiradadi, 05. K arang

kedawung, 06. Sokaraja Tengah, 07. Sokaraja Kulon, 08. Sokaraja Kidul, 09.

Sokaraja Wetan, 10. Pamijen.

Berdasarkan data di atas, pendidikan penduduk yang tertinggi

adalah pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 11.579 sedangkan

pada pendidikan tinggi (diploma dan universitas) sebanyak 1.868 orang.

B. Gambaran Umum Desa Karangnanas

1. Keadaan Geografis

Desa Karangnanas merupakan salah satu desa yang berada di wilayah

kecamatan Sokaraja kabupaten Banyumas – Jawa Tengah. Luas

wilayahnya sekitar 282.584 Ha.Terletak di wilayah kota Purwokerto.

Dengan batas desa sebelah utara berbatasan dengan desa Karangrau

Kecamatan Sokaraja, sebelah selatan dengan desa Wiradadi Kecamatan

Sokaraja, sebelah timur dengan desa Karangkedawung Kecamatan

4

Page 5: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Sokaraja sebelah barat dengan Kelurahan Teluk Kecamatan Purwokerto

Selatan .Keadaan geografis secara umum adalah daerah dataran dengan

penduduknya berkerja sebagai buruh harian lepas. Dan mayoritas tertinggi

adalah pengangguran. Desa Karangnanas dibagi menjadi 8 RW dan 44 RT

dan masing – masing berada dalam tanggung jawab ketua RW dan RT

yang semuanya berpusat pada seorang KADUS (kepala dusun). Data

pendudukan sarana dan prasarananya adalah sebagai beriku:

2. Keadaan Demografi

Penduduk Menurut Jenis Kelamin

a) Laki-laki :4.296 orang

b) Perempuan : 4.130 orang

3. Keadaan Sosial Ekonomi

a) Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

1) Belum sekolah : 1.142 orang

2) Tidak sekolah : 1.142 orang

3) Tamat SD/Sederajat : 1.636 orang

4) Tamat SLTP/Sederajat : 1.224 orang

5) Tamat SLTA/Sederat : 1.112 orang

6) Diploma I/II : 54 orang

7) Diploma III : 80 orang

8) Diploma IV/Strata I : 130 orang

9) Strata II : 8 orang

10) Strata III : 1 orang

b) Penduduk Menurut Pekerjaan

1) Belum/tidak bekerja : 2. 511 orang

2) Mengurus Rumah Tangga : 996 orang

3) Pelajar/ Mahasiswa : 1.529 orang

4) Pensiunan : 66 orang

5) PNS : 116 orang

6) TNI : 5 orang

7) POLRI : 13 orang

8) Perdagangan : 183 orang

5

Page 6: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

9) Petani/Perkebunan : 198 orang

10) Peternak : 4 orang

11) Nelayan/Perikanan : -

12) Industri : 3 orang

13) Kontruksi : 8 orang

14) Transportasi : 9 orang

15) Karyawan Swasta : 290 orang

16) Karyawan BUMN : 6 orang

17) Karyawan BUMD : 1 orang

18) Karyawan honorer : 14 orang

19) Buruh Harian lepas : 1.372 orang

20) Buruh Tani/Perkebunan : 61 orang

21) Buruh Nelayan/ Perikanan : -

22) Buruh peternakan : -

23) Pembantu Rumah Tangga : 21 orang

24) Tukang Cukur : 1 orang

25) Tukang Listrik : -

26) Tukang Batu : 30 orang

27) Tukang kayu : 16 orang

28) Tukang sol sepatu : -

29) Tukang Las : 4 orang

30) Tukang Jahit : 4 orang

31) Tukang Gigi : -

32) Penata Rias : -

33) Penata Busana : -

34) Penata Rambut : -

35) Mekanik : 11 orang

36) Seniman : -

37) Tabib : -

38) Paraji : -

39) Perancang Busana : -

40) Penterjemah : -

6

Page 7: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

41) Imam Masjid : -

42) Pendeta : 3 orang

43) Pastur : -

44) Wartawan : -

45) Ustadz : -

46) Juru Masak : 1 orang

47) Promotor Acara : -

48) Anggota DPR RI : -

49) Anggota DPD : -

50) Anggota BPK : -

51) Presiden : -

52) Wakil Presiden : -

53) Bupati : -

54) Anggota MK : -

55) Anggota Kabinet : -

56) Duta Besar : -

57) Gubernur : -

58) Wakil Gubernur : -

59) Wakil Bupati : -

60) Walikota : -

61) Wakil Walikota : -

62) Anggota DPRD Provinsi : -

63) Anggota DPRD Kabupaten: -

64) Dosen : 3 orang

65) Guru : 59 orang

66) Pilot : -

67) Pengacara : -

68) Notaris : -

69) Arsitek : -

70) Akuntansi : -

71) Konsultan : -

72) Dokter : 1 orang

7

Page 8: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

73) Bidan : -

74) Perawat : 2 orang

75) Apoteker : -

76) Psikiater/ Psikolog : -

77) Penyiar TV : -

78) Penyiar Radio : -

79) Pelaut : -

80) Peneliti : -

81) Sopir : 36 orang

82) Pialang : -

83) Paranormal : -

84) Pedagang : 452 orang

85) Perangkat Desa : 12 orang

86) Kepala Desa : 1 orang

87) Biarawati : -

88) Wiraswasta : 382 orang

Gambar 1. Denah Desa Karangnanas

8

Page 9: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

BAB III

PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

Pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyumas pada umumnya, dan di

wilayah Puskesmas I Sokaraja khususnya diarahkan pada masih rendahnya derajat

kesehatan, status gizi dan kesejahteraan sosial. Maka pembangunan kesehatan

diarahkan dalam upaya perbaikan kesehatan masyarakat melalui perbaikan gizi,

kebersihan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, penyediaan air bersih

serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas I Sokaraja yang telah

dilaksanakan sampai saat sebagian besar dapat dikatakan berhasil yang ditandai

dengan menurunya angka kematian bayi,angka kematian ibu serta makin sadarnya

masyarakat Sokaraja akan arti pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS).

Hasil – hasil yang dicapai pada pembangunan kesehatan di wilayah

Puskesmas I Sokaraja dapat dilihat dari indikator – indikator dibidang derajat

kesehatan, perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan.

A. DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

1. Angka Kesakitan

Penyakit menular yang diamati

1) DBD

Jumlah kasus DBD pada tahun 2011 yang ditemukan di

wilayah Puskesmas I Sokaraja sebanyak 20 kasus (terdidari dari laki –

laki 12 kasus dan perempuan 8 kasus) atau sebesar 38,3 per 100.000

penduduk, sedangkan pada tahun 2010 kasus DBD yang ditemukan di

wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah sebanyak 22 kasus, dengan

demikian maka terjadi penurunan angka kejadian.

a) Penderita DBD yang Ditangani

Jumlah penderita DBD yang ditangani di wilayah

Puskesmas I Sokaraja adalah sebanyak 20 kasus atau sebesar 100

%. Target IS 2010 adalah 100%.

b) Angka Kematian DBD/CFR

9

Page 10: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Kematian karena DBD DI Wilayah Puskesmas I Sokaraja

ada 1 kasus atau 5 %, sedangakan target IS 2010 adalah < l%.

2) Malaria

a) Malaria Positif

Jumlah kasus malaria positif yang ditemukan di wilayah

Puskesmas I Sokaraja tahun 2011 sebanyak 3 kasus, sedangkan

kasus malaria positif tahun 2010 adalah sebanyak 0 kasus, dengan

demikian terjadi peningkatan kasus.

b) Malaria Klinis

Jumlah kasus malaria klinis yang ditemukan di wilayah

Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 1 kasus.

c) Penderita Malaria yang Diobati

Pada tahun 2011 kasus malaria positif yang diobati

sebanyak 3 kasus dan kasus malaria klinis yang diobati sebanyak

1 kasus atau 100%.

3) TB Paru

TB Paru Positif

Jumlah kasus penderita TB Paru Positif (BTA Positif) Baru di

Puskesmas Sokaraja I pada tahun 2011 sebanyak 30 kasus (terdiri

dari 17 kasus pada terjadi pada laki-laki dan 13 kasus pada

perempuan) atau sebesar 57,7 per 100.000 penduduk dan 4 kasus TB

Paru Lama (kambuhan), sedangkan pada tahun 2010 kasus TB Paru

positif adalah 47 kasus.

Adapun target penemuan penderita baru TB Paru dengan BTA

positif adalah 80% dari perkiraan jumlah penderita TB Paru BTA

positif yaitu sebanyak (115/100.000 x 48.594 ) 42 kasus, dengan

demikian bila dibandingkan dengan target IS 2008 maka CDR untuk

Puskesmas Sokaraja I = 57,7% masih belum memenuhi target

penemuan hal ini terjadi karena masih belum maksimalnya

pelaksanaan program P2 TB Paru, khususnya karena belum

dioptimalkannya jejaring P2 TB untuk dapat meningkatkan jangkauan

10

Page 11: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

penemuan penderita baru TB Paru positif khususnya dengan bidan

desa dan yang lain.

Untuk itu dalam waktu dekat perlu segera dioptimalkan jejaring

program P2 TB Paru dengan melibatkan seluruh bidan desa yang ada

dan BP serta dokter praktek swasta dalam wilayah Puskesmas I

Sokaraja.

4) Hepatitis

Kasus hepatitis tidak ditemukan di wilayah Puskesmas I

Sokaraja pada tahun 2011.

2. Angka Kematian

a. Angka kematian Bayi

Jumlah bayi lahir mati di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada

tahun 2011 = 9 terdiri dari 5 bayi laki – laki dan 4 bayi perempuan

(angka lahir mati = 7,3) sedangkan jumlah lahir mati pada tahun 2010

= 1, ini berarti terjadi kenaikan, sedangkan target Indonesia Sehat 2010

sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah bayi lahir hidup pada

tahun 2011 sebanyak 1224 bayi, sedangkan jumlah lahir hidup pada

tahun 2010 sebanyak 951 bayi ini berati terjadi kenaikan angka

kelahiran sebanyak 273 bayi.

b. Angka Kematian Ibu Maternal/Angka Kematian Ibu Melahirkan

Jumlah angka kematian ibu melahirkan maternal di wilayah

Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 0 orang atau sebesar

0 % dan pada tahun 2010 tidak ada kematian ibu melahirkan.

3. Status Gizi Bayi dan Balita

a. Status Gizi Bayi Baru Lahir

Dari jumlah bayi yang lahir hidup pada tahun 2011 sebanyak

1224 dan ditemukan bayi lahir hidup dengan Berat Badan Lahir

Rendah 38 bayi, sedangkan bayi lahir hidup dengan BBLR pada tahun

2010 sebanyak 26 bayi, ini berati ada peningkatan yang cukup

signifkan. Ini disebabkan karena Resti, Gizi Buruk, KEK (Kekurangan

Energi Kronis).

b. Status Gizi Balita

11

Page 12: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Pada tahun 2011 jumlah balita yang ada di wilayah Puskesmas I

Sokaraja sebanyak 3.974 balita dengan perincian sebagai berikut:

1) Balita Datang Ditimbang D/S

Di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 balita

yang datang ditimbang adalah sebanyak 2.434 orang atau sebesar

61,2 %. Adapun target IS 2010 adalah 80 %.

2) Balita yang Naik Berat Badannya atau N/D

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja balita

yang Naik Berat Badannya adalah sebanyak 1.451 orang sebesar

59,6 % dari balita yang ditimbang, sedangkan target IS 2010

adalah 80%.

3) Balita Bawah Garis Merah/BGM

Di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 balita

yang status gizinya dibawah garis merah adalah sebanyak 47 orang

atau sebesar 1,9 %, sedangkan target IS 2010 adalah < 15%.

B. PERILAKU MASYARAKAT

Perilaku masyarakat ditekankan pada peran serta masyarakat dibidang

kesehatan melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik di

masyarakat maupun institusi dalam rangka penurunan angka kematian bayi,

balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi.

1. Desa yang Melaksanakan PHBS

Dari jumlah 14.464 rumah tangga yang ada, rumah tangga yang

dipantau pada tahun 2011 sebanyak 12.347 dan rumah tangga yang ber

PHBS sebanyak 10.716 (86,8%).

2. Posyandu

Di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat 72 buah Posyandu,

adapun menurut tingkat perkembangan Posyandu dapat dirinci sebagai

berikut:

a. Posyandu Pratama

Dari 72 Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja

tedapat 8 Posyandu Pratama atau sebesar 11,11% sedangkan pada

12

Page 13: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

tahun 2010 sebanyak 14 Posyandu, ini berarti terjadi penurunanan

Posyandu Pratama sebanyak 6 Posyandu.

b. Posyandu Madya

Dari 72 Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja

terdapat 11 Posyandu Madya atau 15,28% sedangkan pada tahun 2010

Posyandu Madya sebesar 33 posyandu.

c. Posyandu Purnama

Dari 72 Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja

terdapat 28 Posyandu Purnama atau sebesar 38,89% sedangkan pada

tahun 2010 Posyandu Purnama sebanyak 14 buah, dengan demikian

ada kenaikan sebanyak 14 buah posyandu.

d. Posyandu Mandiri

Dari 72 Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja

terdapat 25 Posyandu Mandiri atau sebesar 34,72% sedangkan pada

tahun 2010 Posyandu Purnama sebanyak 14 buah, dengan demikian

ada kenaikan sebanyak 11 buah posyandu.

C. KESEHATAN LINGKUNGAN

Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat

kesehatan disamping perilaku dari masarakat itu sendiri sebagai upaya untuk

meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat. Beberapa indikator penting

yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:

1) Rumah dan Sarana Pendidikan

a. Rumah Sehat

Dari 14.402 buah rumah, yang diperiksa sebanyak 12.651 buah

rumah (87,8%), ternyata yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak

9.394 buah rumah atau sebesar 74,3% sedangkan target IS 2010

adalah 65 %.

b. Sekolah Sehat

Jumlah sekolah yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja

sebanyak 22 buah Sekolah Dasar. Dari jumlah sekolah tersebut

sebanyak 22 buah sekolah adalah sekolah sehat atau sebesar 100% dan

13

Page 14: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

terdapat 4 buah SLTP serta 5 buah SLTA yang semuanya termasuk

dalam kategori sekolah sehat atau memenuhi syarat kesehatan.

2) Tempat Umum (TUPM) dan Pengelolaan Makanan Sehat

a. Hotel

Jumlah hotel yang ada di wilayah Puskersmas I Sokaraja

sebanyak 2 buah.

b. Restoran/Rumah Makan

Jumlah Restauran atau Rumah Makan yang ada di wilayah

Puskesmas I Sokaraja sebanyak 3 buah, sedangkan yang memenuhi

syarat kesehatan sebanyak 3 buah atau 100%.

c. Pasar

Jumlah pasar yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja

sebanyak 2 buah dan diperiksa 2 buah adapun yang memenuhi sarat

kesehatan sebanyak 2 buah atau 100%.

d. TUPM lainnya

Jumlah TUPM lainnya yang ada di wilayah Puskesmas I

Sokaraja sebanyak 9 buah dan diperiksa 9 buah adapun yang

memenuhi sarat kesehatan sebanyak 9 buah atau sebesar 100%.

3) Keluarga yang Memiliki Akses air Bersih

Pembuangan air limbah dan tinja yang tidak memenuhi sarat

kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan dapat

menimbulkan penyakit di lingkungan masyarakat. Dari 14.402 rumah

tangga yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja dan dari 6.215 buah

rumah yang diperiksa diperoleh jumlah keluarga yang memiliki akses air

bersih sebagai berikut:

a. Ledeng

Dari 6.215 rumah yang diperiksa yang memiliki ledeng

sebanyak 286 rumah atau sebesar 10,5%.

b. SGL

Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa yang memiliki sumur

gali/sgl sebanyak 3.147 atau sebesar 53,4 %.

c. Kemasan.

14

Page 15: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa tidak ditemukan

rumah yang memiliki Air kemasan.

d. Lainnya

Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa akses air bersih

lainnya sebanyak 0.

4) Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

a. Persediaan Air Bersih

Pada Tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah yang

diperiksa sebanyak 5.615 KK dari 14.402 KK yang ada dan yang

mempunyai persediaan air bersih sebanyak 4.152 KK atau sebesar

73,9%.

b. Jamban

Pada Tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK

yang diperiksa sebanyak 5.917 dan yang mempunyai jamban sebanyak

2.832 KK atau sebesar 47,9%.

c. Tempat Sampah

Pada Tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK

yang diperiksa sebanyak 6.067 dan yang memiliki tempat sampah

sebanyak 5.536 KK atau sebesar 91,2%.

d. Pengelolaan Air Limbah

Pada Tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK

yang diperiksa sebanyak 6.117 dan yang memiliki Pengelolaan Air

Limbah sebanyak 2.014 KK atau sebesar 32.9%.

D. PELAYANAN KESEHATAN

1) Pelayanan Persalinan

Jumlah persalinan yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja

sebanyak 1.203 persalinan yang semuanya ditolong oleh tenaga kesehatan

(100 %), sedangkan target IS 2010 adalah 77 %.

2) Bayi yang Telah Diimunisasi

a. BCG

15

Page 16: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani di Posyandu

sebanyak 1.089 bayi yang terdiri 556 bayi laki-laki dan 533 bayi

perempuan.

b. DPT l

Bayi yang diimunisasi DPT 1 pada tahun 2011 sebanyak 1.118

yang terdiri dari 580 bayi laki-laki dan 538 bayi perempuan.

c. DPT 3

Bayi yang diimunisasi DPT 3 sebanyak yang terdiri dari 578

bayi laki-laki dan 551 bayi perempuan.

d. Polio 3

Bayi yang diimunisasi Polio 3 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

pada tahun 2011 sebanyak 1.021 yang terdiri dari 513 bayi laki-laki

dan 508 bayi perempuan.

e. Campak

Bayi yang di imunisasi Campak di wilayah Puskesmas I

Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 1.151 yang terdiri dari 597 bayi

laki-laki dan 554 bayi perempuan.

3) Peserta KB Terhadap PUS

Jumlah PUS berdasarkan data dari BPPKB Kecamatan Sokaraja

untuk wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah sebanyak 9.184 PUS,

sedangkan jumlah peserta KB baru sebanyak 1.594 orang atau 17,4% dari

PUS dan jumlah peserta KB aktif sebanyak 7.074 atau sebesar 77,0% dari

PUS.

4) Cakupan Desa UCI

Pada Tahun 2007 wilayah Puskesmas I Sokaraja pencapaian Desa

UCI adalah 100% secara keseluruhan.

5) Desa Terkena KLB yang Ditangani -24 Jam.

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja tidak terdapat

KLB .

6) Penderita dan Kematian, CFR KLB Menurut Jenis KLB dan Desa

yang Terserang

16

Page 17: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja tidak terdapat

KLB.

7) Ibu Hamil yang Mendapat Pelayanan Fe 1, Fe 3, Imunisasi TT4 dan

TT5 Menurut Desa

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat ibu

hamil sebanyak 2.447 orang dan yang mendapatkan pelayanan Fe 1

sebanyak 1.261 orang atau sebesar 51,53%. Ibu hamil yang mendapat

pelayanan TT 4 sebanyak 181 atau sebesar 14.1%, sSedangkan jumlah ibu

hamil yang mendapatkan pelayanan Fe 3 sebanyak 1186 orang atau

sebesar 48,47%. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan TT 5 sebanyak

946 orang.

8) Bayi yang Diberi ASI Eksklusif

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat bayi

yang lahir sebanyak 380 bayi dan yang mendapat ASI eklusif sebanyak 17

bayi atau sebesar 4,5%.

9) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Pelayanan Dasar Gigi

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah

penderita dengan tumpatan gigi tetap sebanyak 253 orang dan

pencabutan gigi tetap sebanyak 191 dengan demikian rasio

tambal/cabut sebesar 1,3.

b. UKGS (PROM – PREV)

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat

jumlah murid SD yang diperiksa adalah sebanyak 1.095 orang, murid

SD yang perlu perawatan sebanyak 246 orang dan yang mendapat

perawatan sebanyak 241 orang atau 98%.

10) KK Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK

miskin sebanyak 20.002 orang dan keluarga yang mendapat pelayanan

kesehatan sebanyak 14.718 orang.

11) Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

17

Page 18: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Pada tahun 2011 jumlah penduduk yang menjadi peserta Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan berupa ASKES sebanyak 2.191 orang.

12) Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi

a. Jumlah Peserta KB Aktif

1) MKJP

a) IUD

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB IUD sebanyak 964 orang atau sebesar 13,6%.

b) MOP/MOW

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB MOP/MOW sebanyak 370 orang atau sebesar

5,3%.

c) IMPLANT

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

sebanyak 506 orang atau sebesar 7,1%.

2) Non MKJP

a) Suntik

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB Suntik sebanyak 4.271 orang atau sebesar 60,1%.

b) Obat Vagina

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB Obat vagina adalah 0 Orang / Nihil.

c) Pil

Pada Tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB Pil sebanyak 781 orang atau sebesar 11,0 %.

d) Kondom

Pada tahun 2011 peserta KB Kondom di wilayah

Puskesmas I Sokaraja sebanyak 201 orang atau sebesar 2,8%.

e) Lainnya

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB Lainnya adalah Nihil / 0 rang atau sebesar 0%.

b. Jumlah Peserta KB Baru

18

Page 19: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

1) MKJP

a) IUD

Pada tahun 2011 peserta KB Baru dengan kontrasepsi

IUD sebanyak 173 orang atau sebesar 10,9%.

b) MOP/MOW

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru dengan kontrasepsi MOP/MOW sebanyak 25

orang atau 1,5%.

c) Implant

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru dengan kontrasepsi implant sebanyak 142

orang atau sebesar 8,9%.

2) Non MKJP

a) Suntik

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru suntik sebanyak 723 orang atau sebesar

45,4%.

b) Pil

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru Pil sebanyak 340 orang atau sebesar 21,3%.

c) Kondom

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru kondom sebanyak 191 orang atau 12,0% .

d) Obat Vagina

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I sokaraja peserta

KB baru obat vagina sebanyak adalah 0 orang atau 0%.

e) Lainnya

Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru lainnya adalah 0 orang atau 0%.

19

Page 20: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

BAB IV

ANALISIS MASALAH

A. ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN

1. Kesehatan Lingkungan (Kesling)

Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat

kesehatan di samping perilaku dari masarakat itu sendiri sebagai upaya

untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat . Beberapa

indikator penting yang dapat mempengaruhi kesehatan luingkungan adalah

sebagai berikut:

1) Rumah dan Sarana Pendidikan

a. Rumah Sehat

Dari 14.402 buah rumah, yang diperiksa sebanyak 12.651

buah rumah (87,8%), ternyata yang memenuhi syarat kesehatan

sebanyak 9.394 buah rumah atau sebesar 74,3%, sedangkan target

IS 2010 adalah 65 %.

b. Sekolah Sehat

Jumlah sekolah yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja

sebanyak 22 buah Sekolah Dasar. Dari jumlah sekolah tersebut

sebanyak 22 buah sekolah adalah sekolah sehat atau sebesar 100%,

dan terdapat 4 buah SLTP serta 5 buah SLTA yang semuanya

termasuk dalam katagori sekolah sehat atau memenuhi syarat

kesehatan.

2) Tempat Umum (TUPM) dan Pengelolaan Makanan Sehat

a. Hotel

Jumlah hotel yang ada di Wilayah Puskersmas I Sokaraja

sebanyak 2 buah

b. Restoran/Rumah Makan

Jumlah Restauran atau Rumah Makan yang ada di wilayah

Puskesmas I Sokaraja sebanyak 3 buah , sedangkan yang

memenuhi syarat kesehatan sebanyak 3 buah atau 100 %.

20

Page 21: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

c. Pasar

Jumlah pasar yang ada di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

sebanyak 2 buah dan diperiksa 2 buah adapun yang memenuhi

sarat kesehatan sebanyak 2 buah atau 100%.

d. TUPM lainnya.

Jumlah TUPM lainnya yang ada di wilayah Puskesmas I

Sokaraja sebanyak 9 buah dan diperiksa 9 buah adapun yang

memenuhi sarat kesehatan sebanyak 9 buah atau sebesar 100 %.

3) Keluarga yang Memiliki Akses air Bersih

Pembuangan air limbah dan tinja yang tidak memenuhi sarat

kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan dapat

menimbulkan penyakit di lingkungan masyarakat. Dari 14.402 rumah

tangga yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja dan dari 6.215 buah

rumah yang diperiksa diperoleh jumlah keluarga yang memiliki akses

air bersih sebagai berikut:

a. Ledeng

Dari 6.215 rumah yang diperiksa yang memiliki ledeng

sebanyak 286 rumah atau sebesar 10,5 %.

b. SGL

Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa yang memiliki

sumur gali/sgl sebanyak 3.147 atau sebesar 53,4 %.

c. Kemasan.

Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa tidak ditemukan

rumah yang memiliki Air kemasan

d. Lainnya

Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa akses air bersih

lainnya sebanyak 0.

4) Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

a. Persediaan Air Bersih

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah

yang diperiksa sebanyak 5.615 KK dari 14.402 KK yang ada dan

21

Page 22: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

yang mempunyai persediaan air bersih sebanyak 4.152 KK atau

sebesar 73,9 %.

b. Jamban

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah

KK yang diperiksa sebanyak 5.917 dan yang mempunyai jamban

sebanyak 2.832 KK atau sebesar 47,9 %

c. Tempat Sampah

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah

KK yang diperiksa sebanyak 6.067 dan yang memiliki tempat

sampah sebanyak 5.536 KK atau sebesar 91,2 %.

d. Pengelolaan Air Limbah

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah

KK yang diperiksa sebanyak 6.117 dan yang memiliki Pengelolaan

Air Limbah sebanyak 2.014 KK atau sebesar 32.9 %.

2. Pelayanan Kesehatan

1) Pelayanan Persalinan

Jumlah persalinan yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja

sebanyak 1.203 persalinan yang semuanya ditolong oleh tenaga

kesehatan (100 %). Sedangkan target IS 2010 adalah 77 %.

2) Bayi yang Telah Diimunisasi

a. BCG

Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani di Posyandu

sebanyak 1.089 bayi yang terdiri 556 bayi laki-laki dan533 bayi

perempuan.

b. DPT l

Bayi yang di imunisasi DPT 1 pada tahun 2011 sebanyak

1.118 yang terdiri dari 580 bayi laki-laki dan 538 bayi perempuan.

c. DPT 3

Bayi yang di imunisasi DPT 3 sebanyak yang terdiri dari

578 bayi laki-laki dan 551 bayi perempuan.

22

Page 23: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

d. Polio 3

Bayi yang di imunisasi Polio 3 di wilayah Puskesmas

Sokaraja I pada tahun 2011 sebanyak 1.021 yang terdiri dari 513

bayi laki-laki dan 508 bayi perempuan

e. Campak

Bayi yang di imunisasi Campak di wilayah Puskesmas I

Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 1.151 yang terdiri dari 597

bayi laki-laki dan 554 bayi perempuan

3) Peserta KB Terhadap PUS

Jumlah PUS berdasarkan data dari BPPKB Kecamatan

Sokaraja untuk wilayah Puskesmas Sokaraja I adalah sebanyak 9.184

PUS, sedangkan jumlah peserta KB baru sebanyak 1.594 orang atau

17,4 % dari Pus dan jumlah peserta KB aktif sebanyak 7.074 atau

sebesar 77,0 % dari PUS.

4) Cakupan Desa UCI

Pada Tahun 2007 Wilayah Puskesmas I Sokaraja pencapaian

Desa UCI adalah 100% secara keseluruhan.

5) Desa Terkena KLB yang Ditangani -24 Jam.

Pada tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja tidak

terdapat KLB .

6) Penderita dan Kematian, CFR KLB Menurut Jenis KLB dan Desa

yang Terserang

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja tidak

terdapat KLB.

7) Ibu Hamil yang Mendapat Pelayanan Fe 1, Fe 3, Imunisasi TT4 dan

TT5 Menurut Desa

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat

Ibu hamil sebanyak 2.447 orang dan yang mendapatkan pelayanan Fe

1 sebanyak 1.261 orang atau sebesar 51,53%. Ibu hamil yang

mendapat pelayanan TT 4 sebanyak 181 atau sebesar 14.1 %.

Sedangkan jumlah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan Fe3

23

Page 24: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

sebanyak 1186 orang atau sebesar 48,47 % . ibu hamil yang

mendapatkan pelayanan TT 5 sebanyak 946 orang.

8) Bayi yang Diberi ASI Eksklusif

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat

bayi yang lahir sebanyak 380 bayi dan yang mendapat ASI eklusif

sebanyak 17 bayi atau sebesar 4,5 %.

9) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Pelayanan Dasar Gigi

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah

penderita dengan tumpatan gigi tetap sebanyak 253 orang dan

pencabutan gigi tetap sebanyak 191 dengan demikian rasio

tambal /cabut sebesar 1,3.

b. UKGS ( PROM – PREV)

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

terdapat jumlah murid SD yang diperiksa adalah sebanyak 1.095

orang , murid SD yang perlu perawatan sebanyak 246 orang dan

yang mendapat perawatan sebanyak 241 orang atau 98%.

10) KK Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan

Pada tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK

miskin sebanyak 20.002 orang dan keluarga yang mendapat pelayanan

kesehatan sebanyak 14.718 orang .

11) Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pada Tahun 2011 Jumlah penduduk yang menjadi peserta

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan berupa ASKES sebanyak 2.191

orang .

12) Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi

a. Jumlah Peserta KB Aktif

i. MKJP

a) IUD

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB IUD sebanyak 964 orang atau sebesar 13,6 %.

24

Page 25: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

b) MOP/MOW

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB MOP/MOW sebanyak 370 orang atau sebesar

5,3 %.

c) IMPLANT

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

sebanyak 506 orang atau sebesar 7,1 %.

ii. Non MKJP

a) Suntik

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB Suntik sebanyak 4.271 orang atau sebesar 60.1

%.

b) Obat Vagina

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB Obat vagina adalah 0 Orang / Nihil.

c) Pil

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas Sokaraja I

peserta KB Pil sebanyak 781 orang atau sebesar 11,0 %.

d) Kondom

Pada Tahun 2011 peserta KB Kondom di Wilayah

Puskesmas I Sokaraja sebanyak 201 orang atau sebesar 2.8

%.

e) Lainnya

Pada tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB Lainnya adalah Nihil / 0 rang.atau sebesar 0%.

b. Jumlah Peserta KB Baru

i. MKJP

a) IUD

Pada Tahun 2011 peserta KB Baru dengan

kontrasepsi IUD Sebanyak 173 orang atau sebesar 10,9 %

b) MOP/MOW

25

Page 26: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Pada Tahun 2007 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru dengan kontrasepsi MOP/MOW sebanyak

25 orang atau 1,5 % .

c) Implant

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru dengan kontrasepsi implant sebanyak 142

orang atau sebesar 8,9 %

ii. Non MKJP

a) Suntik

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru suntik sebanyak 723 orang atau sebesar

45,4 %.

b) Pil

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru Pil sebanyak 340 orang atau sebesar 21,3

%.

c) Kondom

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru kondom sebanyak 191 orang atau 12,0 % .

d) Obat Vagina

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I sokaraja

peserta KB baru obat vagina sebanyak adalah 0 orang atau

0%.

e) Lainnya

Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja

peserta KB baru lainnya adalah 0 orang atau 0% .

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Diare

Permasalahan yang ada:

a. Masih banyak warga yang belum memiliki rumah sehat.

b. Banyak warga yang belum mempunyai jamban sendiri.

26

Page 27: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

c. Kurangnya kesadaran akan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) pada

masyarakat.

d. Sosialisasi dari pihak puskesmas kurang mengena dan tidak adanya

evaluasi dari pihak puskesmas.

Pemecahan masalah:

a. Mengadakan sosialisasi tentang bagaimana rumah yang sehat dan

PHBS.

b. Pengadaan jamban atau MCK.

c. Lebih memperhatikan lagi keadaan masyarakatnya dengan pembinaan

kader-kader yang baik tentang kesehatan lingkungan dan cara

penyampaiannya pada masyarakat.

d. Evaluasi dari pihak puskesmas maupun instansi kesehatan terkait

tentang jumlah penderita diare di wilayah tersebut.

2. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

Permasalahan yang ada:

a. Masih banyak warga yang belum mempunyai rumah sehat.

b. Masih ada warga yang sering merokok di rumah dan saat berkumpul

dengan keluarga mereka.

c. Masih ada warga yang memasak memakai kayu bakar.

d. Masih banyak warga yang belum melaksanakan PHBS secara

menyeluruh.

Pemecahan masalah:

a. Mengadakan sosialisasi tentang pentingnya rumah sehat dan PHBS

dan manfaatnya.

b. Melakukan sosialisasi tentang perilaku merokok dan akibatnya.

c. Melakukan evaluasi jumlah penderita ISPA untuk mengetahui hasil

dari sosialisasi dari pihak puskesmas maupun instansi kesehatan

terkait.

3. Diabetes Melitus

Permasalahan yang ada:

a. Gaya hidup masyarakat yang kurang sehat.

b. Kurangnya pengetahuan warga tentang Diabetes Melitus.

27

Page 28: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

c. Kurangnya perhatian petugas kesehatan terhadap warga yang terkena

Diabetes Melitus.

Pemecahan masalah:

a. Memberikan penyuluhan tentang gaya hidup sehat.

b. Memberikan sosialisasi tentang Diabetes Melitus, pencegahan dan

pengobatannya.

c. Melakukan evaluasi pada warga yang terkena Diabetes Melitus untuk

mengetahui hasil dari sosialisasi maupun pengobatan yang telah

dilakukan.

4. Hipertensi

Permasalahan yang ada:

a. Gaya hidup yang kurang sehat dan kurangnya kesadaran warga untuk

berolahraga.

b. Masih banyak warga yang merokok dari berbagai golongan dan usia.

c. Kurangnya perhatian petugas kesehatan terhadap perilaku kesehatan

warga.

Pemecahan masalah:

a. Melakukan sosisalisasi tentang olahraga, gaya hidup sehat dan

manfaatnya.

b. Melakukan sosialisasi tentang perilaku merokok dan akibatnya.

c. Mendorong petugas-petugas kesehatan untuk lebih memperhatikan

kesehatan warga.

d. Mengadakan pemeriksaan tensi gratis secara rutin dan dievaluasi

hasilnya agar bisa merencanakan strategi kesehatan berikutnya.

C. PRIORITAS MASALAH

Setelah menentukan masalah – masalah yang ada pada Puskesmas 1

Sokaraja, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah.

Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan

oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu. Metode

tersebut untuk menentukan urutan masalah mulai dari yang prioritas sampai

yang tidak. Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik,

28

Page 29: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

yakni spesifik dan jelas serta ada kesenjangan yang dinyatakan secara

kualitatif dan kuantitatif yang dirumuskan secara sistematis.

Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijakan diperlukan

bersama – sama. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih

bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain. Menentukan prioritas

masalah ada beberapa metode namun metode yang sering dipakai yaitu

dengan menggunakan Metode Hanlon.

Metode Hanlon memiliki tiga tujuan utama, yaitu:

1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor

– faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas

2. Untuk mengorganisasi faktor – faktor ke dalam kelompok yang memiliki

bobot relatif satu sama lain

3. Memungkinkan faktor – faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan

kebutuhan dan dinilai secara individual.

Metode Hanlon memiliki beberapa komponen yang terdiri dari :

a. Komponen A (ukuran/besarnya masalah)

Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka

yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang

secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden,

prevalensi atau angka kematian. Selain itu, ukuran masalah dapat

dipertimbangkan lebih dari satu cara. Baik keseluruhan populasi

penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi

pertimbangan. Selain itu, penyakit – penyakit dengan faktor risiko pada

umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat

dipertimbangkan secara bersama – sama. Nilai maksimal dari komponen

ini adalah 10.

Sistem Scoring Komponen A disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3. Komponen Besarnya Masalah

Besarnya Masalah

(Jumlah Populasi Yg Terkena)Skor

≥ 25 % 10

10 -24,9 % 8

29

Page 30: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

1 – 9,9 % 6

0,1 – 0,9 % 4

< 0,1 % 2

b. Komponen B (tingkat keseriusan masalah)

Kelompok harus mempertimbangkan faktor – faktor yang mungkin

dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Maksimum skor pada

komponen ini adalah 20. Faktor – faktor harus dipertimbangkan

bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor

ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan

ukuran/besarnya masalah.

Faktor yang dapat digunakan adalah :

1) Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat

kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap

masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.

2) Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata – rata usia

kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.

3) Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota/daerah/negara), dan

untuk masing – masing individu.

Sistem Scoring Komponen B disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Komponen Keseriusan Masalah

Urgency Skor Severity Skor Cost Skor

Very urgent 10 Very Severe 10 Very costly 10

Urgent 8 Severe 8 Costly 8

Some urgent 6 Moderate 6 Moderate cost 6

Little urgent 4 Minimal 4 Minimal cast 4

Not urgent 2 None 2 No cost 2

c. Komponen C (efektivitas dari intervensi)

Komponen ini harus dianggap sebagai seberapa efektif berbagai

alternatif penyelesaian yang tersedia mampu mengatasi masalah ini.

Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 – 10. Komponen

30

Page 31: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif.

Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian

yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah

intervensi selama ini. Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan

tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan

persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.

Sistem Scoring Komponen C : Tersedianya solusi yang terbukti

efektif untuk mencegah masalah kesehatan disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 5. Komponen Efektifitas Penyelesaian Masalah

Ketersediaan solusi efektif untuk

pencegahan masalah kesehatanSkor

Sangat efektif (80 -100 %) 10

Efektif (60 – 80 %) 8

Cukup efektif (40 -60 %) 6

Kurang efektif (20-40 %) 4

Tidak efektif (0-20%) 2

d. Komponen D (PEARL)

PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak

secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh

yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.

1) P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada

lingkup keseluruhan misi kita?

2) E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan

menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara

ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut

tidak diatasi ?

3) A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau

target populasi ?

4) R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk

mengatasi masalah ?

31

Page 32: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

5) L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan

masalah untuk diatasi ?

Masing – masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka

untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0

jika jawabannya adalah "tidak". Semua komponen tersebut

diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik yang

memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan

skor tertinggi, yaitu:

PRIORITAS MASALAH METODE HANLON

Komponen A

Berdasarkan dari sistem scoring pada masing-masing komponen sesuai

dengan data puskesmas tentang 10 penyakit terbesar, disajikan dalam tabel

berikut :

Tabel 6. Besar Komponen A menurut penilaian kelompok

Besarnya Masalah

(Jumlah Populasi Yang Terkena)Skor

≥ 25 % 10

10-24,9 % 8

1-9,9 % 6

0,1-0,9 % 4

< 0,1 % 2

No Masalah Jumlah Rata-rata Skor

1 Diabetes Melitus 192 0,367% 4

2 Hipertensi 298 0,57% 4

32

Nilai Pioritas Dasar = (A + B) C

Nilai Prioritas Total = [(A + B) C] x D

Page 33: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

3 ISPA 1364 2,61% 6

4 Diare 129 0,24% 4

Komponen B

Berdasarkan dari sistem scoring pada masing-masing komponen sesuai

dengan diskusi dan kesepakatan kelompok disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 7. Besar Komponen B menurut penilaian kelompok

Urgency Skor Severity Skor Cost Skor

Very urgent 10 Very severe 10 Very costly 10

Urgent 8 Severe 8 Costly 8

Some urgent 6 Moderate 6 Moderate cost 6

Little urgent 4 Minimal 4 Minimal cost 4

Not urgency 2 None 2 No cost 2

No Kasus Urgensi Severity Cost Rata-rata

1 Diabetes Melitus 10 10 10 10

2 Hipertensi 6 6 8 6,7

3 ISPA 4 4 4 4

4 Diare 8 8 4 6,7

Komponen C

Berdasarkan dari sistem scoring pada masing-masing komponen sesuai

dengan diskusi dan kesepakatan kelompok disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 8. Besar Komponen C menurut kesepakatan kelompok

Ketersediaan solusi efektif untuk

pencegahan masalah kesehatanSkor

Sangat efektif (80-100 %) 10

Efektif (60-80%) 8

Cukup efektif (40-60%) 6

Kurang efektif (20-40-%) 4

Tidak efektif (0-20%) 2

No Kasus Skor

33

Page 34: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

1 Diabetes Melitus 6

2 Hipertensi 6

3 ISPA 8

4 Diare 8

Komponen D

Berdasarkan dari sistem scoring pada masing-masing komponen sesuai

dengan diskusi dan kesepakatan kelompok adalah semua diasumsikan 1

semua komponen.

Dengan demikian didapatkan skor gabungan keseluruhan komponen yang

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 9. Skoring akhir penyusunan prioritas masalah menurut kelompok

No Kasus P E A R L

1 Diabetes Melitus 1 1 1 0 1

2 Hipertensi 1 1 1 0 1

3 ISPA 1 1 1 1 1

4 Diare 1 1 1 1 1

No Masalah A B C DNPD

(A+B)C

NPT

{(A+B)C)D}Prioritas

1Diabetes

Melitus4 10 6 0 84 0 -

2 Hipertensi 4 6,7 6 0 64,2 0 -

3 ISPA 6 4 8 1 80 80 II

4 Diare 4 6,7 8 1 85,6 85,6 I

Setelah melalui tahapan tersebut terpilihlah satu masalah yang akan kita

bahas lebih lanjut yaitu diare. Masalah ini dipilih karena mempunyai nilai

NPT yang tertinggi yaitu 85,6.

D. ANALISIS PENYEBAB MASALAH

1. Tinjauan Pustaka

a. Definisi

34

Page 35: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk

cair atau setengah air (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak

dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Buang air besar

encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah.Diare akut

yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan diare

kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari (Sudoyo, 2009).

b. Tanda dan Gejala

1. Berak encer atau cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam

2. Gelisah dan rewel

3. Badan lemas dan lesu

4. Muntah – muntah

5. Rasa haus

6. Menurunnya nafsu makan

(Sudoyo, 2009).

c. Etiologi

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi

(bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obat dan lain-

lain.

1. Bakteri: Shigella sp, E.Coli patogen, Salmonella sp, Vibrio

Cholera, Staphylococcus aureus, Streptococcus, Pseudomonas.

2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, virus HIV, Norwalk virus, Norwalk

like virus, cytomegalovirus, echovirus.

3. Parasit - Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lambia,

Balantidium coli.

4. Cacing : A.lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura,

S.stercoralis, cestodiasis.

5. Fungi : Candida

6. Intoksikasi makanan : makanan beracun atau mengandung logam

berat, makanan mengandung bakteri/toksin.

7. Alergi : susu sapi, makanan tertentu.

Terapi obat : antibiotic, kemoterapi, antacid (Sudoyo, 2009).

d. Faktor-Faktor Risiko

35

Page 36: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya

diare pada balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):

a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada

kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare

lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan

menderita dehidrasi berat lebih besar.

b. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan

pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan.

Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama

berjam – jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering

menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar

oleh kuman – kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang

menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare

c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan

disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar

dan kuman akan berkembang biak.

d. Menggunakan air minum yang tercemar.

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak

f. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa

tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau

bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat

menyebabkan infeksi pada manusia.

2. Hasil dan Pembahasan

a. Karakteristik Responden

36

Page 37: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

22%

78%

Jenis KelaminLaki-laki Perempuan

Gambar 2. Diagram Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan jenis kelamin, responden yang mengisi kuesioner

didominasi oleh wanita sebesar 78% dan pria sebesar 22%.

4%

54%38%

4%

Usia Responden< 20 Tahun 20 - 40 Tahun41 - 60 Tahun > 60 Tahun

Gambar 3. Diagram Usia Responden

Responden yang mengisi kuesioner terdiri dari yang terbesar

adalah responden berusia 20-40 tahun yaitu sebesar 54%, urutan

kedua adalah responden berusia 41-60 tahun sebesar 38%,

sedangkan untuk usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 60 tahun

keduanya sama-sama sebesar 4%.

37

Page 38: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

2% 2% 6%

22%

68%

Pekerjaan Responden PNS BUMN Karyawan SwastaPetani Buruh Lain-lain

Gambar 4. Diagram Pekerjaan Responden

Menurut jenis pekerjaan, responden terbanyak berasal dari jenis

pekerjaan lain seperti ibu rumah tangga, pedagang dan wiraswasta

sebesar 68%. Untuk urutan kedua merupakan responden dengan

pekerjaan sebagai buruh sebesar 22%. Selanjutnya karyawan swasta

sebesar 6% dan untuk PNS dan BUMN sama-sama sebesar 2%,

sedangkan untuk petani 0%.

14%

44%18%

20%

4%

Pendidikan RespondenTidak Sekolah SD SLTPSLTA D3 S1

Gambar 5. Diagram Tingkat Pendidikan Responden

Berdasarkan tingkat pendidikan, prosentase terbesar adalah

responden dengan pendidikan akhir SD yaitu sebesar 44%, urutan

kedua yaitu responden dengan pendidikan terakhir SLTA sebesar

20%, selanjutnya responden dengan pendidikan terakhir SLTP

38

Page 39: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

sebesar 18%. Untuk responden dengan pendidikan akhir D3 sebesar

14% dan S1 sebesar 4%, sedangkan untuk D3 0%.

64%

36%

Penghasilan Responden/bu-lan

< Rp 795.000 >Rp. 795.000

Gambar 6. Diagram Penghasilan Responden

Dilihat dari penghasilan rata-rata per bulan, masyarakat di desa

Karangnanas sebagian besar berpenghasilan kurang dari UMR (Upah

Minimal Rata-rata) Rp.795.000,00 yaitu sebesar 64%, untuk

masyarakat yang berpenghasilan di atas UMR hanya 36%.

20%

76%

4%

Indikator PHBSStrata Pratama Strata MadyaStrata Utama Strata Paripurna

Gambar 7. Diagram Indikator PHBS Responden

Dilihat dari indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),

sebagian besar masyarakat desa Karangnanas sudah termasuk ke

dalam strata utama yaitu sebesar 76%. Untuk urutan kedua yaitu

39

Page 40: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

penduduk dengan strata madya sebesar 20%, selanjutnya strata

pratama sebesar 4% dan 0% untuk strata paripurna.

b. Faktor Resiko Diare

84%

16%

ASI EksklusifYA TIDAK

Gambar 8. Diagram Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner dari total semua 50

responden dapat dihitung bahwa 84% para ibu memberikan ASI

ekslusive namun masih terdapat 16 % yang tidak memberikan ASI

Ekslusive dengan alasan akan tidak tega membiarkan anaknya rewel

kalau diberikan hanya ASI saja. Tidak memberikan ASI secara

penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak

diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang

diberi ASI penuh (Depkes RI, 2007).

Gambar 9. Diagram Pemberian Makanan Seimbang pada Responden

40

50%50%

MAKANAN SEIMBANGYA TIDAK

Page 41: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Terlihat bahwa jumlah responden yang memilki pola makanan

seimbang dan tidak seimbang adalah sama. Makanan yang menjadi

sumber energi setiap hari harus bisa memenuhi kebutuhan tubuh

untuk melakukan aktifitasnya, kalau makanan yang dikonsumsi tidak

seimbang maka bisa menurunkan kualitas imunitas tubuh dalam

menjalankan fungsinya.

2%

96%

2%

SUMBER AIR PDAM AIR SUMUR AIR SUNGAI

Gambar 10. Diagram Sumber Air yang digunakan Responden

Sumber air bersih yang paling banyak dipakai oleh masyarakat

adalah air sumur, yaitu sebanyak 96 % sedangkan untuk sumber air

yang berasal dari PDAM dan air sungai masing-masing hanya 2 %.

4%

86%

10%

AIR MINUMPDAM AIR SUMUR AIR SUNGAI

Gambar 11. Diagram Sumber Air Minum yang digunakan Responden

41

Page 42: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Sumber air untuk minumpun pada masyarakatb juga

menunjukkan bahwa air sumurpun tetap menjadi pilihan 86%

masyarakat, PDAM 4% dan tetap masih ada yang memakai air

sungai sebanyak 10%.

76%

24%

JAMBAN BERSIHYA TIDAK

Gambar 12. Diagram Penggunaan Jamban Bersih oleh Responden

Sebanyak 76 % responden mengaku memilki jamban yang bersih

sedangkan 26 % nya tidak.

34%

42%

24%

JENIS JAMBANLEHER ANGSA CEMPLUNG EMPANG

Gambar 13. Diagram Jenis Jamban yang digunakan Responden

Jenis jamban yang masih banyak digunakan dan dimiliki oleh

warga adalah jamban cemplung sebanyak 42%, sedangkan untuk

jamban leher angsa sebanyak 24% dan jamban empang sebanyak

24%.

42

Page 43: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

42%

58%

KEBERSIHAN JAMBANYA TIDAK

Gambar 14. Diagram Perawatan Kebersihan Jamban Responden

40%

60%

PEMAKAIAN SEPTIC TANKYA TIDAK

Gambar 15. Diagram Pemakaian Septic Tank oleh Responden

Sebanyak 60 % warga tidak memakai septic tank dan hanya 40 %

warga yang memakainya.

50%42%

8%

Jarak Septic Tank10 m 5 m <5 m

Gambar 16. Diagram Jarak Septic Tank dengan Sumber Air

43

Page 44: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Jarak septic tank dengan sumur 10 m sudah dimiliki oleh 50%

warga dan 42% jaraknya 5 m, sedangkan unuk jarak yang < 5 m

hanya 8% saja.

risk factor direct contributing indirect contributing factor

factor

Gambar 17. Diagram root case analisis kejadian diare

44

Diare Perilaku hidup tdk

sehat

Lingkungan tdk bersih

1. Tidak semua mencuci tangan dengan sabun setelah BAB

2. Menu makanan kurang seimbang3. Kurang memperhatikan tanggal

kadaluarsa4. Ekonomi kurang5. Proses pemasakan masakan belum

matang6. Tidak semua menggunakan sumber

air bersih7. Membersihkan jamban tidak rutin

setiap minggu dan tidak menggunakan produk pembersih

1. Lantai rumah tidak kedap air2. Tempat pembuangan sampah3. Sumber air bersih dekat dengan

saptic tank4. Jamban tidak dimiliki setiap

rumah

Pengetahuan ttg diare kurang

Tingkat pendidikan rendah

Kebersihan individu

Page 45: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

E. PEMECAHAN MASALAH

Dari hasil penyusunan root case analysis mengenai tingginya angka

kejadian diare di wilayah Desa Karangnanas, dapat diidentifikasi

permasalahan utamanya yaitu kurangnya pola hidup bersih dan sehat di

masyarakat, kesalahan persepsi mengenai diare itu sendiri seperti anggapan

bahwa terjadinya diare merupakan bagian dari proses pertumbuhan anak dan

tidak akan melanjutkan ASI karena takut anaknya akan lebih diare lagi serta

kurangnya pengetahuan masyarakat dalam penanganan dini untuk diare

seperti cara pembuatan oralit yang benar. Setelah dilakukan identifikasi akar

permasalahan, maka langkah selanjutnya yaitu adalah penyusunan alternatif

pemecahan masalah. Tahap ini disusun berdasarkan hasil analisis penyebab

masalah. Dari masalah utama bisa diberikan beberapa alternatif pemecahan

masalah yang bisa berupa indikator-indikator kegiatan untuk mengatasi

masalah tersebut. Biasanya alternatif pemecahan masalah ini salah satunya

bisa dilakukan dengan metode skoring RINKE yaitu komponen :

Keterangan :

M (Magnitude) = seberapa banyak populasi yang akan terkena efek dari

indikator tersebut

I (Intencity) = keberlangsungan indikator yang berhubungan dengan

frekuensi indikator kegiatan

V (Vunerability) = seberapa indikator bisa mengena untuk masyarakat

C (Cost) = pembiayaan dari indikator

Aplikasi dari metode skoring RINKE yaitu menentukan indikator-

indikator kegiatan apa sajakah yang akan dilakukan untuk menanggulangi

dari akar permasalahan utama yang mengaitkan berbagai hubungan

(Magnitude, Importancy, Vunerability, Cost).

45

RINKE = MIV/C

Page 46: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Tabel 10. Panduan Skoring RINKE

M sko

r

I sko

r

V sko

r

C Sko

r

Very

large

10 Very

sustainabl

e

10 Very

Responsive

10 Very

costly

10

Large 8 Sustainabl

e

8 Responsive 8 Costly 8

Mediu

m

6 Intermedia

t

6 Intermediat

e

6 Moderat

e cost

6

Small 4 Low

sustainabl

e

4 Some

responsive

4 Minimal

cast

4

Very

Small

2 Not

sustainabl

e

2 No

responsive

2 No cost 2

Alternatif Pemecahan Masalah dengan menggunakan metode RINKE

Hasil diskusi Praktik Lapangan kali ini disepakati alternatif pemecahan

masalah diare dengan menggunakan indikator :

a. Penyuluhan secara langsung kepada seluruh masyarakat

b. Penyuluhan secara door to door

c. Penyebaran poster, spanduk dan brosur tentang diare

d. Perbaikan jamban dan penyediaan air bersih

Setelah menentukan indikator-indikator di atas, maka disusun alternatif

pemecahan masalah berdasarkan skoring RINKE dengan rumus :

Dari hasil diskusi dan kesepakatan kelompok maka pengukuran indikator

dengan menggunakan sistem skoring RINKE dapat dilihat dalam tabel

berikut:

46

RINKE = MIV/C

Page 47: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

Tabel 11. Skoring RINKE menurut Diskusi Kelompok

No. Indikator M I V C Jumlah

1. Penyuluhan secara langsung

kepada seluruh masyarakat

8 8 8 6 85,3

2. Penyuluhan secara door to

door

10 4 10 8 66,7

3. Penyebaran poster, spanduk

dan brosur

6 6 6 8 27

4. Pembuatan jamban dan

penyediaan air bersih

4 2 6 10 4,8

Setelah menggunakan sistem skoring RINKE, didapatkan skor tertinggi

pada alternatif rencana penyuluhan secara langsung kepada seluruh

masyarakat. Indikator ini didapatkan berdasarkan persetujuan semua anggota

kelompok dengan mempertimbangkan dengan seluruh aspek serta hasil

permufakatan dengan dosen pembimbing fakultas dan pembimbing lapangan.

47

Page 48: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

BAB V

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (PLAN OF ACTION)

A. Nama kegiatan

Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang berguna

untuk menurunkan tingkat kejadian diare serta tindakan pencegahan

komplikasi diare di Desa Karangnanas.

B. Latar Belakang

Setiap daerah memiliki permasalahan kesehatan yang beraneka

jenisnya. Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan primer yang

bertanggung jawab untuk mencari jalan keluar bagi masalah-masalah tersebut.

Setiap puskesmas mempunyai data tentang daftar masalah kesehatan yang

harus segera selesaikan. Dalam menyelesaikan masalah tersebut di tentukan

prioritas masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Masalah yang

menjadi proritas dan yang akan diselesaikan adalah prevalensi diare.

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di

negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-

nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,

Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan

insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun

2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000

penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa

(KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada

tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang,

kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan

dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),

48

Page 49: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah

penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %) (Soepardi, 2011).

Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah

menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada

2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi

Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa

diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab

utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah

maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu

tata laksana yang cepat dan tepat (Soepardi, 2011).

Faktor resiko yang terjadi di daerah puskesmas sokaraja satu adalah

kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap prilaku bersih dan sehat serta

masih banyaknya opini masyarakat yang berkembang bahwa diare adalah hal

wajar pada anak dan kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan diare

untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

C. Tujuan :

1. Mengadakan promosi kesehatan tentang prilaku hidup bersih dan sehat

yang berguna untuk menurunkan tingkat kejadian diare.

2. Maningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara pembuatan oralit

yang benar yang berguna untuk mencegah terjadinya komplikasi dari

diare.

3. Membuat warga masyarakat Desa Karangnanas menjadi warga masyarakat

yang peduli akan kesehatannya.

D. Sasaran

Kader-kader kesehatan dan seluruh warga Desa Karangnanas.

E. Pelaksanaan

a. Hari, tanggal : minggu, 8 juli 2012

b. Waktu : Pukul 09.00 WIB – selesai

c. Tempat : Desa Karangnanas

F. Pokok Kegiatan

1. Penyuluhan tentang PHBS kepada kader-kader kesehatan dan seluruh

warga Desa Karangnanas

49

Page 50: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai faktor resiko, tanda dan

gejala diare Desa Karangnanas

3. Memberikan penjelasan mengenai langkah pertama penatalaksanaan diare

dan menunjukkan cara pembuatan oralit

G. Rundown Kegiatan

1. 09.00 - 09.15 : Pembukaan kegiatan (kata sambutan oleh Kepala

Puskesmas dan Kepala Desa)

2. 09.15 - 09.30 : Pretest

3. 09.30 - 10.15 : Penyuluhan tentang PHBS (Tyasa Budiman dan Gretta

Ayudha)

4. 10.15 - 10.25 : Coffe break

5. 10.25 – 11.00 : Materi tentang faktor resiko, gejala dan tanda diare

6. 11.00 – 11.30 : Materi tentang tatacara penatalaksanaan diare dan

pembuatan oralit

7. 11.30 – 11.45 : Posttest dan pemberian bingkisan

8. 11.45 – 12.00 : Penutupan dan dokumentasi

H. Alat dan Sarana

1. Perlengkapan audio

2. Laptop dan proyektor

3. Bingkisan

4. Snack dan kopi

I. Rencana Anggaran :

1. Pemasukan

Iuran Kelompok 11orang X Rp 30.000,00 : Rp 330.000,00

2. Pengeluaran

a. Penyewaan peralatan audio : Rp 100.000,00

b. 3 bingkisan : Rp 30.000,00

c. Snack dan kopi : Rp 200.000,00

Jumlah : Rp 330.000,00

50

Page 51: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

BAB VI

MONITORING DAN EVALUASI

A. INDIKATOR KEBERHASILAN

Jangka pendek:

a. Tingkat pengetahuan masyarakat dinilai dari posttest

b. Masyarakat bisa mengetahui tanda dan gejala diare

c. Bisa membuat oralit dengan benar

Jangka panjang:

a. Menurunnya angka kematian karena diare di Desa Karangnanas

b. Menurunnya angka kejadian diare di Desa Karangnanas dalam 6 bulan

setelah penyuluhan

c. Terciptanya masyarakat sehat pada wilayah kerja Puskesmas Sokaraja

B. MONITORING

Memoniror tingkat kehadiran dengan melihat anusiasme masayarakat pada

saat penyuluhan di Desa Karangnanas

C. EVALUASI

a. Angka kejadian diare dibulan berikutnya setelah penyuluhan

b. Evaluasi rutin setiap bulan selama 1 tahun

c. Pelaksanaan pretest dan posttest saat pelaksanaan penyuluhan

51

Page 52: Laporan Praktek Lapangan Part 2 (Repaired)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Dari kuisioner yang kami sebar di Desa Karangnanas Kec. Sokaraja, dapat

disimpulkan bahwa masyarakat di Desa tersebut masih memiliki

pengetahuan yang kurang tentang diare.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan program PHBS.

B. SARAN

1. Penyuluhan tentang PHBS dan diare dapat di lakukan minimal 3 kali

dalam setahun agar pengetahuan masyarakat Karangnanas bisa bertambah.

2. Digalakkannya kegiatan kerja bakti untuk membangun WC umum agar

warga Desa Karangnanas tidak BAB di sungai lagi.

52