laporan praktek lapangan part 2 (repaired)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia diharuskan untuk
berinteraksi dengan lingkungannya yang nantinya dapat menimbulkan
berbagai macam masalah kesehatan.
Dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis serta memecahkan masalah kesehatan yang terjadi dalam
masyarakat menggunakan prinsip – prinsip manajemen kesehatan. Mahasiswa
melakukan identifikasi pada masalah – masalah yang terjadi pada masyarakat,
menganalisa penyebab terjadinya masalah tersebut, lalu memecahkan masalah
dengan membuat plan of action disertai dengan rencana untuk mengevaluasi
program yang dibuat.
Pada praktek lapangan yang telah kami lakukan di Puskesmas I Sokaraja,
kami menemukan kasus diare sebagai kasus yang banyak dijumpai di wilayah
kerja Puskesmas I Sokaraja.
B. Tujuan
a. Mampu mengidentifikasi, menganalisis serta dapat memecahkan masalah
kesehatan masyarakat dengan menggunakan prinsip – prinsip manajemen
kesehatan.
b. Mampu melakukan pemecahan masalah di lapangan dengan menentukan
prioritas masalah yang ada dan dapat membuat plan of action dari masalah
tersebut.
c.
1
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Kecamatan Sokaraja
1. Keadaan Geografi
Puskesmas I Sokaraja berada di wilayah Kecamatan Sokaraja.
Wilayah Puskesmas I Sokaraja meliputi 10 desa dari sejumlah 18 desa
yang ada di Kecamatan Sokaraja. Luas wilayah Kecamatan Sokaraja 29,92
km2 dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 140 – 600 M.
Wilayah Kecamatan Sokaraja dibatasi oleh :
Di sebelah Utara : Kecamatan Kembaran
Di sebelah Selatan : Kecamatan Kalibagor
Di sebelah Timur : Kabupaten Purbalingga
Di sebelah Barat : Kecamatan Purwokerto Timur
Penggunaan lahan di Wilayah Kecamatan Sokaraja dapat dirinci sebagai
berikut:
Tanah sawah : 3.129,871 Ha
Tanah pekarangan : 1.317,227 Ha
Tanah perkebunan : 733.752 Ha
Kolam : 28.484 Ha
Lain-lain : 73 Ha
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari Kecamatan Sokaraja pada akhir tahun
2011, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas I Sokaraja sebanyak
52.174 jiwa yang terdiri dari 26.141 laki-laki (50,1 %) dan 26.033
perempuan (49,9 %) tergabung dalam 14.464 rumah tangga / KK.
Jumlah penduduk tertinggi di desa Sokaraja Kulon sebesar 8.305
jiwa sedangkan terendah di desa Karang Kedawung sebesar 2.716 jiwa.
b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
2
Jumlah penduduk di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin pada tahun 2011 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel l. Jumlah Penduduk menurut golongan umur di wilayah
Puskesmas I Sokaraja tahun 2011
No Golongan UmurJumlah Penduduk
JumlahLaki-laki Perempuan
1 0 – 4 1247 1419 2666
2 5 – 9 1929 2052 3981
3 10 – 14 1920 1918 3838
4 15 – 19 2150 2263 4413
5 20 – 24 2255 2385 4640
6 25 – 29 2315 2293 4508
7 30 – 34 2378 2244 4622
8 35 – 39 2123 2133 4256
9 40 – 44 1853 1866 3719
10 45 – 49 1847 1781 3628
11 50 – 54 1378 1383 2761
12 55 – 59 1427 1322 2749
13 60 – 64 1297 1097 2394
14 65 – 69 867 778 1645
15 70 – 74 666 566 1232
16 75+ 489 533 1022
Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
pada tabel diatas, maka jumlah penduduk dalam kelompok umur 20-24
tahun adalah yang tertinggi yaitu sebesar 4640 jiwa atau sebesar 8.9
%.
c. Kepadatan Penduduk
Penduduk di Wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah bervariasi
kepadatannya. Desa terpadat penduduknya adalah desa Wiradadi
dengan tingkat kepadatan sebesar 6.792 jiwa setiap kilometer persegi,
3
sedangkan yang tingkat kepadatannya paling rendah adalah desa
Karang Kedawung yaitu sebesar 1.676 jiwa setiap kilometer persegi.
3. Keadaan Sosial Ekonomi
Tingkat Pendidikan
Data pendidikan penduduk di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Data Pendidikan Penduduk Puskesmas I Sokaraja tahun 2011
(10 tahun ke atas )
No Jenis PendidikanDesa
Jumlah01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
1 Tidak Sekolah 524 1142 35 40 171 384 310 256 58 187 3107
2 Belum Tamat SD 456 1636 320 262 180 789 984 1155 1135 391 7308
3 Tamat SD/MI 1090 3039 1475 689 1021 264 1210 1076 1317 398 11579
4 Tamat SMP/MTS 513 1224 1408 490 576 183 1034 1152 696 219 7495
5Tamat
SMU/SLTA986 1112 1023 588 581 48 1486 977 640 242 7683
6 Diploma 4 54 152 25 68 35 237 116 104 56 851
7 Universitas 116 216 61 21 117 16 244 107 89 27 1017
Keterangan desa:
01. Karangrau, 02. Karangnanas, 03. Kalikidang, 04. Wiradadi, 05. K arang
kedawung, 06. Sokaraja Tengah, 07. Sokaraja Kulon, 08. Sokaraja Kidul, 09.
Sokaraja Wetan, 10. Pamijen.
Berdasarkan data di atas, pendidikan penduduk yang tertinggi
adalah pendidikan sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 11.579 sedangkan
pada pendidikan tinggi (diploma dan universitas) sebanyak 1.868 orang.
B. Gambaran Umum Desa Karangnanas
1. Keadaan Geografis
Desa Karangnanas merupakan salah satu desa yang berada di wilayah
kecamatan Sokaraja kabupaten Banyumas – Jawa Tengah. Luas
wilayahnya sekitar 282.584 Ha.Terletak di wilayah kota Purwokerto.
Dengan batas desa sebelah utara berbatasan dengan desa Karangrau
Kecamatan Sokaraja, sebelah selatan dengan desa Wiradadi Kecamatan
Sokaraja, sebelah timur dengan desa Karangkedawung Kecamatan
4
Sokaraja sebelah barat dengan Kelurahan Teluk Kecamatan Purwokerto
Selatan .Keadaan geografis secara umum adalah daerah dataran dengan
penduduknya berkerja sebagai buruh harian lepas. Dan mayoritas tertinggi
adalah pengangguran. Desa Karangnanas dibagi menjadi 8 RW dan 44 RT
dan masing – masing berada dalam tanggung jawab ketua RW dan RT
yang semuanya berpusat pada seorang KADUS (kepala dusun). Data
pendudukan sarana dan prasarananya adalah sebagai beriku:
2. Keadaan Demografi
Penduduk Menurut Jenis Kelamin
a) Laki-laki :4.296 orang
b) Perempuan : 4.130 orang
3. Keadaan Sosial Ekonomi
a) Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
1) Belum sekolah : 1.142 orang
2) Tidak sekolah : 1.142 orang
3) Tamat SD/Sederajat : 1.636 orang
4) Tamat SLTP/Sederajat : 1.224 orang
5) Tamat SLTA/Sederat : 1.112 orang
6) Diploma I/II : 54 orang
7) Diploma III : 80 orang
8) Diploma IV/Strata I : 130 orang
9) Strata II : 8 orang
10) Strata III : 1 orang
b) Penduduk Menurut Pekerjaan
1) Belum/tidak bekerja : 2. 511 orang
2) Mengurus Rumah Tangga : 996 orang
3) Pelajar/ Mahasiswa : 1.529 orang
4) Pensiunan : 66 orang
5) PNS : 116 orang
6) TNI : 5 orang
7) POLRI : 13 orang
8) Perdagangan : 183 orang
5
9) Petani/Perkebunan : 198 orang
10) Peternak : 4 orang
11) Nelayan/Perikanan : -
12) Industri : 3 orang
13) Kontruksi : 8 orang
14) Transportasi : 9 orang
15) Karyawan Swasta : 290 orang
16) Karyawan BUMN : 6 orang
17) Karyawan BUMD : 1 orang
18) Karyawan honorer : 14 orang
19) Buruh Harian lepas : 1.372 orang
20) Buruh Tani/Perkebunan : 61 orang
21) Buruh Nelayan/ Perikanan : -
22) Buruh peternakan : -
23) Pembantu Rumah Tangga : 21 orang
24) Tukang Cukur : 1 orang
25) Tukang Listrik : -
26) Tukang Batu : 30 orang
27) Tukang kayu : 16 orang
28) Tukang sol sepatu : -
29) Tukang Las : 4 orang
30) Tukang Jahit : 4 orang
31) Tukang Gigi : -
32) Penata Rias : -
33) Penata Busana : -
34) Penata Rambut : -
35) Mekanik : 11 orang
36) Seniman : -
37) Tabib : -
38) Paraji : -
39) Perancang Busana : -
40) Penterjemah : -
6
41) Imam Masjid : -
42) Pendeta : 3 orang
43) Pastur : -
44) Wartawan : -
45) Ustadz : -
46) Juru Masak : 1 orang
47) Promotor Acara : -
48) Anggota DPR RI : -
49) Anggota DPD : -
50) Anggota BPK : -
51) Presiden : -
52) Wakil Presiden : -
53) Bupati : -
54) Anggota MK : -
55) Anggota Kabinet : -
56) Duta Besar : -
57) Gubernur : -
58) Wakil Gubernur : -
59) Wakil Bupati : -
60) Walikota : -
61) Wakil Walikota : -
62) Anggota DPRD Provinsi : -
63) Anggota DPRD Kabupaten: -
64) Dosen : 3 orang
65) Guru : 59 orang
66) Pilot : -
67) Pengacara : -
68) Notaris : -
69) Arsitek : -
70) Akuntansi : -
71) Konsultan : -
72) Dokter : 1 orang
7
73) Bidan : -
74) Perawat : 2 orang
75) Apoteker : -
76) Psikiater/ Psikolog : -
77) Penyiar TV : -
78) Penyiar Radio : -
79) Pelaut : -
80) Peneliti : -
81) Sopir : 36 orang
82) Pialang : -
83) Paranormal : -
84) Pedagang : 452 orang
85) Perangkat Desa : 12 orang
86) Kepala Desa : 1 orang
87) Biarawati : -
88) Wiraswasta : 382 orang
Gambar 1. Denah Desa Karangnanas
8
BAB III
PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyumas pada umumnya, dan di
wilayah Puskesmas I Sokaraja khususnya diarahkan pada masih rendahnya derajat
kesehatan, status gizi dan kesejahteraan sosial. Maka pembangunan kesehatan
diarahkan dalam upaya perbaikan kesehatan masyarakat melalui perbaikan gizi,
kebersihan lingkungan, pemberantasan penyakit menular, penyediaan air bersih
serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas I Sokaraja yang telah
dilaksanakan sampai saat sebagian besar dapat dikatakan berhasil yang ditandai
dengan menurunya angka kematian bayi,angka kematian ibu serta makin sadarnya
masyarakat Sokaraja akan arti pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
Hasil – hasil yang dicapai pada pembangunan kesehatan di wilayah
Puskesmas I Sokaraja dapat dilihat dari indikator – indikator dibidang derajat
kesehatan, perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan.
A. DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
1. Angka Kesakitan
Penyakit menular yang diamati
1) DBD
Jumlah kasus DBD pada tahun 2011 yang ditemukan di
wilayah Puskesmas I Sokaraja sebanyak 20 kasus (terdidari dari laki –
laki 12 kasus dan perempuan 8 kasus) atau sebesar 38,3 per 100.000
penduduk, sedangkan pada tahun 2010 kasus DBD yang ditemukan di
wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah sebanyak 22 kasus, dengan
demikian maka terjadi penurunan angka kejadian.
a) Penderita DBD yang Ditangani
Jumlah penderita DBD yang ditangani di wilayah
Puskesmas I Sokaraja adalah sebanyak 20 kasus atau sebesar 100
%. Target IS 2010 adalah 100%.
b) Angka Kematian DBD/CFR
9
Kematian karena DBD DI Wilayah Puskesmas I Sokaraja
ada 1 kasus atau 5 %, sedangakan target IS 2010 adalah < l%.
2) Malaria
a) Malaria Positif
Jumlah kasus malaria positif yang ditemukan di wilayah
Puskesmas I Sokaraja tahun 2011 sebanyak 3 kasus, sedangkan
kasus malaria positif tahun 2010 adalah sebanyak 0 kasus, dengan
demikian terjadi peningkatan kasus.
b) Malaria Klinis
Jumlah kasus malaria klinis yang ditemukan di wilayah
Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 1 kasus.
c) Penderita Malaria yang Diobati
Pada tahun 2011 kasus malaria positif yang diobati
sebanyak 3 kasus dan kasus malaria klinis yang diobati sebanyak
1 kasus atau 100%.
3) TB Paru
TB Paru Positif
Jumlah kasus penderita TB Paru Positif (BTA Positif) Baru di
Puskesmas Sokaraja I pada tahun 2011 sebanyak 30 kasus (terdiri
dari 17 kasus pada terjadi pada laki-laki dan 13 kasus pada
perempuan) atau sebesar 57,7 per 100.000 penduduk dan 4 kasus TB
Paru Lama (kambuhan), sedangkan pada tahun 2010 kasus TB Paru
positif adalah 47 kasus.
Adapun target penemuan penderita baru TB Paru dengan BTA
positif adalah 80% dari perkiraan jumlah penderita TB Paru BTA
positif yaitu sebanyak (115/100.000 x 48.594 ) 42 kasus, dengan
demikian bila dibandingkan dengan target IS 2008 maka CDR untuk
Puskesmas Sokaraja I = 57,7% masih belum memenuhi target
penemuan hal ini terjadi karena masih belum maksimalnya
pelaksanaan program P2 TB Paru, khususnya karena belum
dioptimalkannya jejaring P2 TB untuk dapat meningkatkan jangkauan
10
penemuan penderita baru TB Paru positif khususnya dengan bidan
desa dan yang lain.
Untuk itu dalam waktu dekat perlu segera dioptimalkan jejaring
program P2 TB Paru dengan melibatkan seluruh bidan desa yang ada
dan BP serta dokter praktek swasta dalam wilayah Puskesmas I
Sokaraja.
4) Hepatitis
Kasus hepatitis tidak ditemukan di wilayah Puskesmas I
Sokaraja pada tahun 2011.
2. Angka Kematian
a. Angka kematian Bayi
Jumlah bayi lahir mati di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada
tahun 2011 = 9 terdiri dari 5 bayi laki – laki dan 4 bayi perempuan
(angka lahir mati = 7,3) sedangkan jumlah lahir mati pada tahun 2010
= 1, ini berarti terjadi kenaikan, sedangkan target Indonesia Sehat 2010
sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah bayi lahir hidup pada
tahun 2011 sebanyak 1224 bayi, sedangkan jumlah lahir hidup pada
tahun 2010 sebanyak 951 bayi ini berati terjadi kenaikan angka
kelahiran sebanyak 273 bayi.
b. Angka Kematian Ibu Maternal/Angka Kematian Ibu Melahirkan
Jumlah angka kematian ibu melahirkan maternal di wilayah
Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 0 orang atau sebesar
0 % dan pada tahun 2010 tidak ada kematian ibu melahirkan.
3. Status Gizi Bayi dan Balita
a. Status Gizi Bayi Baru Lahir
Dari jumlah bayi yang lahir hidup pada tahun 2011 sebanyak
1224 dan ditemukan bayi lahir hidup dengan Berat Badan Lahir
Rendah 38 bayi, sedangkan bayi lahir hidup dengan BBLR pada tahun
2010 sebanyak 26 bayi, ini berati ada peningkatan yang cukup
signifkan. Ini disebabkan karena Resti, Gizi Buruk, KEK (Kekurangan
Energi Kronis).
b. Status Gizi Balita
11
Pada tahun 2011 jumlah balita yang ada di wilayah Puskesmas I
Sokaraja sebanyak 3.974 balita dengan perincian sebagai berikut:
1) Balita Datang Ditimbang D/S
Di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 balita
yang datang ditimbang adalah sebanyak 2.434 orang atau sebesar
61,2 %. Adapun target IS 2010 adalah 80 %.
2) Balita yang Naik Berat Badannya atau N/D
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja balita
yang Naik Berat Badannya adalah sebanyak 1.451 orang sebesar
59,6 % dari balita yang ditimbang, sedangkan target IS 2010
adalah 80%.
3) Balita Bawah Garis Merah/BGM
Di wilayah Puskesmas I Sokaraja pada tahun 2011 balita
yang status gizinya dibawah garis merah adalah sebanyak 47 orang
atau sebesar 1,9 %, sedangkan target IS 2010 adalah < 15%.
B. PERILAKU MASYARAKAT
Perilaku masyarakat ditekankan pada peran serta masyarakat dibidang
kesehatan melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik di
masyarakat maupun institusi dalam rangka penurunan angka kematian bayi,
balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi.
1. Desa yang Melaksanakan PHBS
Dari jumlah 14.464 rumah tangga yang ada, rumah tangga yang
dipantau pada tahun 2011 sebanyak 12.347 dan rumah tangga yang ber
PHBS sebanyak 10.716 (86,8%).
2. Posyandu
Di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat 72 buah Posyandu,
adapun menurut tingkat perkembangan Posyandu dapat dirinci sebagai
berikut:
a. Posyandu Pratama
Dari 72 Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja
tedapat 8 Posyandu Pratama atau sebesar 11,11% sedangkan pada
12
tahun 2010 sebanyak 14 Posyandu, ini berarti terjadi penurunanan
Posyandu Pratama sebanyak 6 Posyandu.
b. Posyandu Madya
Dari 72 Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja
terdapat 11 Posyandu Madya atau 15,28% sedangkan pada tahun 2010
Posyandu Madya sebesar 33 posyandu.
c. Posyandu Purnama
Dari 72 Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja
terdapat 28 Posyandu Purnama atau sebesar 38,89% sedangkan pada
tahun 2010 Posyandu Purnama sebanyak 14 buah, dengan demikian
ada kenaikan sebanyak 14 buah posyandu.
d. Posyandu Mandiri
Dari 72 Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja
terdapat 25 Posyandu Mandiri atau sebesar 34,72% sedangkan pada
tahun 2010 Posyandu Purnama sebanyak 14 buah, dengan demikian
ada kenaikan sebanyak 11 buah posyandu.
C. KESEHATAN LINGKUNGAN
Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat
kesehatan disamping perilaku dari masarakat itu sendiri sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat. Beberapa indikator penting
yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
1) Rumah dan Sarana Pendidikan
a. Rumah Sehat
Dari 14.402 buah rumah, yang diperiksa sebanyak 12.651 buah
rumah (87,8%), ternyata yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak
9.394 buah rumah atau sebesar 74,3% sedangkan target IS 2010
adalah 65 %.
b. Sekolah Sehat
Jumlah sekolah yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja
sebanyak 22 buah Sekolah Dasar. Dari jumlah sekolah tersebut
sebanyak 22 buah sekolah adalah sekolah sehat atau sebesar 100% dan
13
terdapat 4 buah SLTP serta 5 buah SLTA yang semuanya termasuk
dalam kategori sekolah sehat atau memenuhi syarat kesehatan.
2) Tempat Umum (TUPM) dan Pengelolaan Makanan Sehat
a. Hotel
Jumlah hotel yang ada di wilayah Puskersmas I Sokaraja
sebanyak 2 buah.
b. Restoran/Rumah Makan
Jumlah Restauran atau Rumah Makan yang ada di wilayah
Puskesmas I Sokaraja sebanyak 3 buah, sedangkan yang memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 3 buah atau 100%.
c. Pasar
Jumlah pasar yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja
sebanyak 2 buah dan diperiksa 2 buah adapun yang memenuhi sarat
kesehatan sebanyak 2 buah atau 100%.
d. TUPM lainnya
Jumlah TUPM lainnya yang ada di wilayah Puskesmas I
Sokaraja sebanyak 9 buah dan diperiksa 9 buah adapun yang
memenuhi sarat kesehatan sebanyak 9 buah atau sebesar 100%.
3) Keluarga yang Memiliki Akses air Bersih
Pembuangan air limbah dan tinja yang tidak memenuhi sarat
kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan dapat
menimbulkan penyakit di lingkungan masyarakat. Dari 14.402 rumah
tangga yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja dan dari 6.215 buah
rumah yang diperiksa diperoleh jumlah keluarga yang memiliki akses air
bersih sebagai berikut:
a. Ledeng
Dari 6.215 rumah yang diperiksa yang memiliki ledeng
sebanyak 286 rumah atau sebesar 10,5%.
b. SGL
Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa yang memiliki sumur
gali/sgl sebanyak 3.147 atau sebesar 53,4 %.
c. Kemasan.
14
Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa tidak ditemukan
rumah yang memiliki Air kemasan.
d. Lainnya
Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa akses air bersih
lainnya sebanyak 0.
4) Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
a. Persediaan Air Bersih
Pada Tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah yang
diperiksa sebanyak 5.615 KK dari 14.402 KK yang ada dan yang
mempunyai persediaan air bersih sebanyak 4.152 KK atau sebesar
73,9%.
b. Jamban
Pada Tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK
yang diperiksa sebanyak 5.917 dan yang mempunyai jamban sebanyak
2.832 KK atau sebesar 47,9%.
c. Tempat Sampah
Pada Tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK
yang diperiksa sebanyak 6.067 dan yang memiliki tempat sampah
sebanyak 5.536 KK atau sebesar 91,2%.
d. Pengelolaan Air Limbah
Pada Tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK
yang diperiksa sebanyak 6.117 dan yang memiliki Pengelolaan Air
Limbah sebanyak 2.014 KK atau sebesar 32.9%.
D. PELAYANAN KESEHATAN
1) Pelayanan Persalinan
Jumlah persalinan yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja
sebanyak 1.203 persalinan yang semuanya ditolong oleh tenaga kesehatan
(100 %), sedangkan target IS 2010 adalah 77 %.
2) Bayi yang Telah Diimunisasi
a. BCG
15
Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani di Posyandu
sebanyak 1.089 bayi yang terdiri 556 bayi laki-laki dan 533 bayi
perempuan.
b. DPT l
Bayi yang diimunisasi DPT 1 pada tahun 2011 sebanyak 1.118
yang terdiri dari 580 bayi laki-laki dan 538 bayi perempuan.
c. DPT 3
Bayi yang diimunisasi DPT 3 sebanyak yang terdiri dari 578
bayi laki-laki dan 551 bayi perempuan.
d. Polio 3
Bayi yang diimunisasi Polio 3 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
pada tahun 2011 sebanyak 1.021 yang terdiri dari 513 bayi laki-laki
dan 508 bayi perempuan.
e. Campak
Bayi yang di imunisasi Campak di wilayah Puskesmas I
Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 1.151 yang terdiri dari 597 bayi
laki-laki dan 554 bayi perempuan.
3) Peserta KB Terhadap PUS
Jumlah PUS berdasarkan data dari BPPKB Kecamatan Sokaraja
untuk wilayah Puskesmas I Sokaraja adalah sebanyak 9.184 PUS,
sedangkan jumlah peserta KB baru sebanyak 1.594 orang atau 17,4% dari
PUS dan jumlah peserta KB aktif sebanyak 7.074 atau sebesar 77,0% dari
PUS.
4) Cakupan Desa UCI
Pada Tahun 2007 wilayah Puskesmas I Sokaraja pencapaian Desa
UCI adalah 100% secara keseluruhan.
5) Desa Terkena KLB yang Ditangani -24 Jam.
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja tidak terdapat
KLB .
6) Penderita dan Kematian, CFR KLB Menurut Jenis KLB dan Desa
yang Terserang
16
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja tidak terdapat
KLB.
7) Ibu Hamil yang Mendapat Pelayanan Fe 1, Fe 3, Imunisasi TT4 dan
TT5 Menurut Desa
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat ibu
hamil sebanyak 2.447 orang dan yang mendapatkan pelayanan Fe 1
sebanyak 1.261 orang atau sebesar 51,53%. Ibu hamil yang mendapat
pelayanan TT 4 sebanyak 181 atau sebesar 14.1%, sSedangkan jumlah ibu
hamil yang mendapatkan pelayanan Fe 3 sebanyak 1186 orang atau
sebesar 48,47%. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan TT 5 sebanyak
946 orang.
8) Bayi yang Diberi ASI Eksklusif
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat bayi
yang lahir sebanyak 380 bayi dan yang mendapat ASI eklusif sebanyak 17
bayi atau sebesar 4,5%.
9) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Pelayanan Dasar Gigi
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah
penderita dengan tumpatan gigi tetap sebanyak 253 orang dan
pencabutan gigi tetap sebanyak 191 dengan demikian rasio
tambal/cabut sebesar 1,3.
b. UKGS (PROM – PREV)
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat
jumlah murid SD yang diperiksa adalah sebanyak 1.095 orang, murid
SD yang perlu perawatan sebanyak 246 orang dan yang mendapat
perawatan sebanyak 241 orang atau 98%.
10) KK Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK
miskin sebanyak 20.002 orang dan keluarga yang mendapat pelayanan
kesehatan sebanyak 14.718 orang.
11) Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
17
Pada tahun 2011 jumlah penduduk yang menjadi peserta Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan berupa ASKES sebanyak 2.191 orang.
12) Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
a. Jumlah Peserta KB Aktif
1) MKJP
a) IUD
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB IUD sebanyak 964 orang atau sebesar 13,6%.
b) MOP/MOW
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB MOP/MOW sebanyak 370 orang atau sebesar
5,3%.
c) IMPLANT
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
sebanyak 506 orang atau sebesar 7,1%.
2) Non MKJP
a) Suntik
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB Suntik sebanyak 4.271 orang atau sebesar 60,1%.
b) Obat Vagina
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB Obat vagina adalah 0 Orang / Nihil.
c) Pil
Pada Tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB Pil sebanyak 781 orang atau sebesar 11,0 %.
d) Kondom
Pada tahun 2011 peserta KB Kondom di wilayah
Puskesmas I Sokaraja sebanyak 201 orang atau sebesar 2,8%.
e) Lainnya
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB Lainnya adalah Nihil / 0 rang atau sebesar 0%.
b. Jumlah Peserta KB Baru
18
1) MKJP
a) IUD
Pada tahun 2011 peserta KB Baru dengan kontrasepsi
IUD sebanyak 173 orang atau sebesar 10,9%.
b) MOP/MOW
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru dengan kontrasepsi MOP/MOW sebanyak 25
orang atau 1,5%.
c) Implant
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru dengan kontrasepsi implant sebanyak 142
orang atau sebesar 8,9%.
2) Non MKJP
a) Suntik
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru suntik sebanyak 723 orang atau sebesar
45,4%.
b) Pil
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru Pil sebanyak 340 orang atau sebesar 21,3%.
c) Kondom
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru kondom sebanyak 191 orang atau 12,0% .
d) Obat Vagina
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I sokaraja peserta
KB baru obat vagina sebanyak adalah 0 orang atau 0%.
e) Lainnya
Pada tahun 2011 di wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru lainnya adalah 0 orang atau 0%.
19
BAB IV
ANALISIS MASALAH
A. ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN
1. Kesehatan Lingkungan (Kesling)
Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat
kesehatan di samping perilaku dari masarakat itu sendiri sebagai upaya
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat . Beberapa
indikator penting yang dapat mempengaruhi kesehatan luingkungan adalah
sebagai berikut:
1) Rumah dan Sarana Pendidikan
a. Rumah Sehat
Dari 14.402 buah rumah, yang diperiksa sebanyak 12.651
buah rumah (87,8%), ternyata yang memenuhi syarat kesehatan
sebanyak 9.394 buah rumah atau sebesar 74,3%, sedangkan target
IS 2010 adalah 65 %.
b. Sekolah Sehat
Jumlah sekolah yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja
sebanyak 22 buah Sekolah Dasar. Dari jumlah sekolah tersebut
sebanyak 22 buah sekolah adalah sekolah sehat atau sebesar 100%,
dan terdapat 4 buah SLTP serta 5 buah SLTA yang semuanya
termasuk dalam katagori sekolah sehat atau memenuhi syarat
kesehatan.
2) Tempat Umum (TUPM) dan Pengelolaan Makanan Sehat
a. Hotel
Jumlah hotel yang ada di Wilayah Puskersmas I Sokaraja
sebanyak 2 buah
b. Restoran/Rumah Makan
Jumlah Restauran atau Rumah Makan yang ada di wilayah
Puskesmas I Sokaraja sebanyak 3 buah , sedangkan yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 3 buah atau 100 %.
20
c. Pasar
Jumlah pasar yang ada di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
sebanyak 2 buah dan diperiksa 2 buah adapun yang memenuhi
sarat kesehatan sebanyak 2 buah atau 100%.
d. TUPM lainnya.
Jumlah TUPM lainnya yang ada di wilayah Puskesmas I
Sokaraja sebanyak 9 buah dan diperiksa 9 buah adapun yang
memenuhi sarat kesehatan sebanyak 9 buah atau sebesar 100 %.
3) Keluarga yang Memiliki Akses air Bersih
Pembuangan air limbah dan tinja yang tidak memenuhi sarat
kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan dapat
menimbulkan penyakit di lingkungan masyarakat. Dari 14.402 rumah
tangga yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja dan dari 6.215 buah
rumah yang diperiksa diperoleh jumlah keluarga yang memiliki akses
air bersih sebagai berikut:
a. Ledeng
Dari 6.215 rumah yang diperiksa yang memiliki ledeng
sebanyak 286 rumah atau sebesar 10,5 %.
b. SGL
Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa yang memiliki
sumur gali/sgl sebanyak 3.147 atau sebesar 53,4 %.
c. Kemasan.
Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa tidak ditemukan
rumah yang memiliki Air kemasan
d. Lainnya
Dari jumlah 6.215 rumah yang diperiksa akses air bersih
lainnya sebanyak 0.
4) Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
a. Persediaan Air Bersih
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah
yang diperiksa sebanyak 5.615 KK dari 14.402 KK yang ada dan
21
yang mempunyai persediaan air bersih sebanyak 4.152 KK atau
sebesar 73,9 %.
b. Jamban
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah
KK yang diperiksa sebanyak 5.917 dan yang mempunyai jamban
sebanyak 2.832 KK atau sebesar 47,9 %
c. Tempat Sampah
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah
KK yang diperiksa sebanyak 6.067 dan yang memiliki tempat
sampah sebanyak 5.536 KK atau sebesar 91,2 %.
d. Pengelolaan Air Limbah
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah
KK yang diperiksa sebanyak 6.117 dan yang memiliki Pengelolaan
Air Limbah sebanyak 2.014 KK atau sebesar 32.9 %.
2. Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan Persalinan
Jumlah persalinan yang ada di wilayah Puskesmas I Sokaraja
sebanyak 1.203 persalinan yang semuanya ditolong oleh tenaga
kesehatan (100 %). Sedangkan target IS 2010 adalah 77 %.
2) Bayi yang Telah Diimunisasi
a. BCG
Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani di Posyandu
sebanyak 1.089 bayi yang terdiri 556 bayi laki-laki dan533 bayi
perempuan.
b. DPT l
Bayi yang di imunisasi DPT 1 pada tahun 2011 sebanyak
1.118 yang terdiri dari 580 bayi laki-laki dan 538 bayi perempuan.
c. DPT 3
Bayi yang di imunisasi DPT 3 sebanyak yang terdiri dari
578 bayi laki-laki dan 551 bayi perempuan.
22
d. Polio 3
Bayi yang di imunisasi Polio 3 di wilayah Puskesmas
Sokaraja I pada tahun 2011 sebanyak 1.021 yang terdiri dari 513
bayi laki-laki dan 508 bayi perempuan
e. Campak
Bayi yang di imunisasi Campak di wilayah Puskesmas I
Sokaraja pada tahun 2011 sebanyak 1.151 yang terdiri dari 597
bayi laki-laki dan 554 bayi perempuan
3) Peserta KB Terhadap PUS
Jumlah PUS berdasarkan data dari BPPKB Kecamatan
Sokaraja untuk wilayah Puskesmas Sokaraja I adalah sebanyak 9.184
PUS, sedangkan jumlah peserta KB baru sebanyak 1.594 orang atau
17,4 % dari Pus dan jumlah peserta KB aktif sebanyak 7.074 atau
sebesar 77,0 % dari PUS.
4) Cakupan Desa UCI
Pada Tahun 2007 Wilayah Puskesmas I Sokaraja pencapaian
Desa UCI adalah 100% secara keseluruhan.
5) Desa Terkena KLB yang Ditangani -24 Jam.
Pada tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja tidak
terdapat KLB .
6) Penderita dan Kematian, CFR KLB Menurut Jenis KLB dan Desa
yang Terserang
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja tidak
terdapat KLB.
7) Ibu Hamil yang Mendapat Pelayanan Fe 1, Fe 3, Imunisasi TT4 dan
TT5 Menurut Desa
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat
Ibu hamil sebanyak 2.447 orang dan yang mendapatkan pelayanan Fe
1 sebanyak 1.261 orang atau sebesar 51,53%. Ibu hamil yang
mendapat pelayanan TT 4 sebanyak 181 atau sebesar 14.1 %.
Sedangkan jumlah Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan Fe3
23
sebanyak 1186 orang atau sebesar 48,47 % . ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan TT 5 sebanyak 946 orang.
8) Bayi yang Diberi ASI Eksklusif
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat
bayi yang lahir sebanyak 380 bayi dan yang mendapat ASI eklusif
sebanyak 17 bayi atau sebesar 4,5 %.
9) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Pelayanan Dasar Gigi
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah
penderita dengan tumpatan gigi tetap sebanyak 253 orang dan
pencabutan gigi tetap sebanyak 191 dengan demikian rasio
tambal /cabut sebesar 1,3.
b. UKGS ( PROM – PREV)
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
terdapat jumlah murid SD yang diperiksa adalah sebanyak 1.095
orang , murid SD yang perlu perawatan sebanyak 246 orang dan
yang mendapat perawatan sebanyak 241 orang atau 98%.
10) KK Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan
Pada tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK
miskin sebanyak 20.002 orang dan keluarga yang mendapat pelayanan
kesehatan sebanyak 14.718 orang .
11) Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pada Tahun 2011 Jumlah penduduk yang menjadi peserta
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan berupa ASKES sebanyak 2.191
orang .
12) Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
a. Jumlah Peserta KB Aktif
i. MKJP
a) IUD
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB IUD sebanyak 964 orang atau sebesar 13,6 %.
24
b) MOP/MOW
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB MOP/MOW sebanyak 370 orang atau sebesar
5,3 %.
c) IMPLANT
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
sebanyak 506 orang atau sebesar 7,1 %.
ii. Non MKJP
a) Suntik
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB Suntik sebanyak 4.271 orang atau sebesar 60.1
%.
b) Obat Vagina
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB Obat vagina adalah 0 Orang / Nihil.
c) Pil
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas Sokaraja I
peserta KB Pil sebanyak 781 orang atau sebesar 11,0 %.
d) Kondom
Pada Tahun 2011 peserta KB Kondom di Wilayah
Puskesmas I Sokaraja sebanyak 201 orang atau sebesar 2.8
%.
e) Lainnya
Pada tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB Lainnya adalah Nihil / 0 rang.atau sebesar 0%.
b. Jumlah Peserta KB Baru
i. MKJP
a) IUD
Pada Tahun 2011 peserta KB Baru dengan
kontrasepsi IUD Sebanyak 173 orang atau sebesar 10,9 %
b) MOP/MOW
25
Pada Tahun 2007 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru dengan kontrasepsi MOP/MOW sebanyak
25 orang atau 1,5 % .
c) Implant
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru dengan kontrasepsi implant sebanyak 142
orang atau sebesar 8,9 %
ii. Non MKJP
a) Suntik
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru suntik sebanyak 723 orang atau sebesar
45,4 %.
b) Pil
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru Pil sebanyak 340 orang atau sebesar 21,3
%.
c) Kondom
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru kondom sebanyak 191 orang atau 12,0 % .
d) Obat Vagina
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I sokaraja
peserta KB baru obat vagina sebanyak adalah 0 orang atau
0%.
e) Lainnya
Pada Tahun 2011 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB baru lainnya adalah 0 orang atau 0% .
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Diare
Permasalahan yang ada:
a. Masih banyak warga yang belum memiliki rumah sehat.
b. Banyak warga yang belum mempunyai jamban sendiri.
26
c. Kurangnya kesadaran akan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) pada
masyarakat.
d. Sosialisasi dari pihak puskesmas kurang mengena dan tidak adanya
evaluasi dari pihak puskesmas.
Pemecahan masalah:
a. Mengadakan sosialisasi tentang bagaimana rumah yang sehat dan
PHBS.
b. Pengadaan jamban atau MCK.
c. Lebih memperhatikan lagi keadaan masyarakatnya dengan pembinaan
kader-kader yang baik tentang kesehatan lingkungan dan cara
penyampaiannya pada masyarakat.
d. Evaluasi dari pihak puskesmas maupun instansi kesehatan terkait
tentang jumlah penderita diare di wilayah tersebut.
2. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
Permasalahan yang ada:
a. Masih banyak warga yang belum mempunyai rumah sehat.
b. Masih ada warga yang sering merokok di rumah dan saat berkumpul
dengan keluarga mereka.
c. Masih ada warga yang memasak memakai kayu bakar.
d. Masih banyak warga yang belum melaksanakan PHBS secara
menyeluruh.
Pemecahan masalah:
a. Mengadakan sosialisasi tentang pentingnya rumah sehat dan PHBS
dan manfaatnya.
b. Melakukan sosialisasi tentang perilaku merokok dan akibatnya.
c. Melakukan evaluasi jumlah penderita ISPA untuk mengetahui hasil
dari sosialisasi dari pihak puskesmas maupun instansi kesehatan
terkait.
3. Diabetes Melitus
Permasalahan yang ada:
a. Gaya hidup masyarakat yang kurang sehat.
b. Kurangnya pengetahuan warga tentang Diabetes Melitus.
27
c. Kurangnya perhatian petugas kesehatan terhadap warga yang terkena
Diabetes Melitus.
Pemecahan masalah:
a. Memberikan penyuluhan tentang gaya hidup sehat.
b. Memberikan sosialisasi tentang Diabetes Melitus, pencegahan dan
pengobatannya.
c. Melakukan evaluasi pada warga yang terkena Diabetes Melitus untuk
mengetahui hasil dari sosialisasi maupun pengobatan yang telah
dilakukan.
4. Hipertensi
Permasalahan yang ada:
a. Gaya hidup yang kurang sehat dan kurangnya kesadaran warga untuk
berolahraga.
b. Masih banyak warga yang merokok dari berbagai golongan dan usia.
c. Kurangnya perhatian petugas kesehatan terhadap perilaku kesehatan
warga.
Pemecahan masalah:
a. Melakukan sosisalisasi tentang olahraga, gaya hidup sehat dan
manfaatnya.
b. Melakukan sosialisasi tentang perilaku merokok dan akibatnya.
c. Mendorong petugas-petugas kesehatan untuk lebih memperhatikan
kesehatan warga.
d. Mengadakan pemeriksaan tensi gratis secara rutin dan dievaluasi
hasilnya agar bisa merencanakan strategi kesehatan berikutnya.
C. PRIORITAS MASALAH
Setelah menentukan masalah – masalah yang ada pada Puskesmas 1
Sokaraja, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan
oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu. Metode
tersebut untuk menentukan urutan masalah mulai dari yang prioritas sampai
yang tidak. Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik,
28
yakni spesifik dan jelas serta ada kesenjangan yang dinyatakan secara
kualitatif dan kuantitatif yang dirumuskan secara sistematis.
Dalam penentuan prioritas, aspek penilaian dan kebijakan diperlukan
bersama – sama. Namun, penetapan prioritas mungkin dapat jauh lebih
bermanfaat dibandingkan dengan langkah-langkah lain. Menentukan prioritas
masalah ada beberapa metode namun metode yang sering dipakai yaitu
dengan menggunakan Metode Hanlon.
Metode Hanlon memiliki tiga tujuan utama, yaitu:
1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor
– faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
2. Untuk mengorganisasi faktor – faktor ke dalam kelompok yang memiliki
bobot relatif satu sama lain
3. Memungkinkan faktor – faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan dan dinilai secara individual.
Metode Hanlon memiliki beberapa komponen yang terdiri dari :
a. Komponen A (ukuran/besarnya masalah)
Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka
yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang
secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden,
prevalensi atau angka kematian. Selain itu, ukuran masalah dapat
dipertimbangkan lebih dari satu cara. Baik keseluruhan populasi
penduduk maupun populasi yang berpotensi/berisiko dapat menjadi
pertimbangan. Selain itu, penyakit – penyakit dengan faktor risiko pada
umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat
dipertimbangkan secara bersama – sama. Nilai maksimal dari komponen
ini adalah 10.
Sistem Scoring Komponen A disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Komponen Besarnya Masalah
Besarnya Masalah
(Jumlah Populasi Yg Terkena)Skor
≥ 25 % 10
10 -24,9 % 8
29
1 – 9,9 % 6
0,1 – 0,9 % 4
< 0,1 % 2
b. Komponen B (tingkat keseriusan masalah)
Kelompok harus mempertimbangkan faktor – faktor yang mungkin
dan menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Maksimum skor pada
komponen ini adalah 20. Faktor – faktor harus dipertimbangkan
bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor
ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan
ukuran/besarnya masalah.
Faktor yang dapat digunakan adalah :
1) Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat
kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap
masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.
2) Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata – rata usia
kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.
3) Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota/daerah/negara), dan
untuk masing – masing individu.
Sistem Scoring Komponen B disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4. Komponen Keseriusan Masalah
Urgency Skor Severity Skor Cost Skor
Very urgent 10 Very Severe 10 Very costly 10
Urgent 8 Severe 8 Costly 8
Some urgent 6 Moderate 6 Moderate cost 6
Little urgent 4 Minimal 4 Minimal cast 4
Not urgent 2 None 2 No cost 2
c. Komponen C (efektivitas dari intervensi)
Komponen ini harus dianggap sebagai seberapa efektif berbagai
alternatif penyelesaian yang tersedia mampu mengatasi masalah ini.
Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 – 10. Komponen
30
ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif.
Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian
yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah
intervensi selama ini. Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan
tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan
persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai.
Sistem Scoring Komponen C : Tersedianya solusi yang terbukti
efektif untuk mencegah masalah kesehatan disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 5. Komponen Efektifitas Penyelesaian Masalah
Ketersediaan solusi efektif untuk
pencegahan masalah kesehatanSkor
Sangat efektif (80 -100 %) 10
Efektif (60 – 80 %) 8
Cukup efektif (40 -60 %) 6
Kurang efektif (20-40 %) 4
Tidak efektif (0-20%) 2
d. Komponen D (PEARL)
PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak
secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh
yang tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.
1) P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada
lingkup keseluruhan misi kita?
2) E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan
menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara
ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut
tidak diatasi ?
3) A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau
target populasi ?
4) R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk
mengatasi masalah ?
31
5) L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan
masalah untuk diatasi ?
Masing – masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka
untuk setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0
jika jawabannya adalah "tidak". Semua komponen tersebut
diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik yang
memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan
skor tertinggi, yaitu:
PRIORITAS MASALAH METODE HANLON
Komponen A
Berdasarkan dari sistem scoring pada masing-masing komponen sesuai
dengan data puskesmas tentang 10 penyakit terbesar, disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 6. Besar Komponen A menurut penilaian kelompok
Besarnya Masalah
(Jumlah Populasi Yang Terkena)Skor
≥ 25 % 10
10-24,9 % 8
1-9,9 % 6
0,1-0,9 % 4
< 0,1 % 2
No Masalah Jumlah Rata-rata Skor
1 Diabetes Melitus 192 0,367% 4
2 Hipertensi 298 0,57% 4
32
Nilai Pioritas Dasar = (A + B) C
Nilai Prioritas Total = [(A + B) C] x D
3 ISPA 1364 2,61% 6
4 Diare 129 0,24% 4
Komponen B
Berdasarkan dari sistem scoring pada masing-masing komponen sesuai
dengan diskusi dan kesepakatan kelompok disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 7. Besar Komponen B menurut penilaian kelompok
Urgency Skor Severity Skor Cost Skor
Very urgent 10 Very severe 10 Very costly 10
Urgent 8 Severe 8 Costly 8
Some urgent 6 Moderate 6 Moderate cost 6
Little urgent 4 Minimal 4 Minimal cost 4
Not urgency 2 None 2 No cost 2
No Kasus Urgensi Severity Cost Rata-rata
1 Diabetes Melitus 10 10 10 10
2 Hipertensi 6 6 8 6,7
3 ISPA 4 4 4 4
4 Diare 8 8 4 6,7
Komponen C
Berdasarkan dari sistem scoring pada masing-masing komponen sesuai
dengan diskusi dan kesepakatan kelompok disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 8. Besar Komponen C menurut kesepakatan kelompok
Ketersediaan solusi efektif untuk
pencegahan masalah kesehatanSkor
Sangat efektif (80-100 %) 10
Efektif (60-80%) 8
Cukup efektif (40-60%) 6
Kurang efektif (20-40-%) 4
Tidak efektif (0-20%) 2
No Kasus Skor
33
1 Diabetes Melitus 6
2 Hipertensi 6
3 ISPA 8
4 Diare 8
Komponen D
Berdasarkan dari sistem scoring pada masing-masing komponen sesuai
dengan diskusi dan kesepakatan kelompok adalah semua diasumsikan 1
semua komponen.
Dengan demikian didapatkan skor gabungan keseluruhan komponen yang
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 9. Skoring akhir penyusunan prioritas masalah menurut kelompok
No Kasus P E A R L
1 Diabetes Melitus 1 1 1 0 1
2 Hipertensi 1 1 1 0 1
3 ISPA 1 1 1 1 1
4 Diare 1 1 1 1 1
No Masalah A B C DNPD
(A+B)C
NPT
{(A+B)C)D}Prioritas
1Diabetes
Melitus4 10 6 0 84 0 -
2 Hipertensi 4 6,7 6 0 64,2 0 -
3 ISPA 6 4 8 1 80 80 II
4 Diare 4 6,7 8 1 85,6 85,6 I
Setelah melalui tahapan tersebut terpilihlah satu masalah yang akan kita
bahas lebih lanjut yaitu diare. Masalah ini dipilih karena mempunyai nilai
NPT yang tertinggi yaitu 85,6.
D. ANALISIS PENYEBAB MASALAH
1. Tinjauan Pustaka
a. Definisi
34
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah air (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Buang air besar
encer tersebut dapat atau tanpa disertai lendir dan darah.Diare akut
yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan diare
kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari (Sudoyo, 2009).
b. Tanda dan Gejala
1. Berak encer atau cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam
2. Gelisah dan rewel
3. Badan lemas dan lesu
4. Muntah – muntah
5. Rasa haus
6. Menurunnya nafsu makan
(Sudoyo, 2009).
c. Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi
(bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obat dan lain-
lain.
1. Bakteri: Shigella sp, E.Coli patogen, Salmonella sp, Vibrio
Cholera, Staphylococcus aureus, Streptococcus, Pseudomonas.
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, virus HIV, Norwalk virus, Norwalk
like virus, cytomegalovirus, echovirus.
3. Parasit - Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lambia,
Balantidium coli.
4. Cacing : A.lumbricoides, cacing tambang, Trichuris trichiura,
S.stercoralis, cestodiasis.
5. Fungi : Candida
6. Intoksikasi makanan : makanan beracun atau mengandung logam
berat, makanan mengandung bakteri/toksin.
7. Alergi : susu sapi, makanan tertentu.
Terapi obat : antibiotic, kemoterapi, antacid (Sudoyo, 2009).
d. Faktor-Faktor Risiko
35
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
diare pada balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):
a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada
kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare
lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat lebih besar.
b. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan
pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan.
Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama
berjam – jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering
menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar
oleh kuman – kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan
disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar
dan kuman akan berkembang biak.
d. Menggunakan air minum yang tercemar.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah
membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
f. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa
tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat
menyebabkan infeksi pada manusia.
2. Hasil dan Pembahasan
a. Karakteristik Responden
36
22%
78%
Jenis KelaminLaki-laki Perempuan
Gambar 2. Diagram Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan jenis kelamin, responden yang mengisi kuesioner
didominasi oleh wanita sebesar 78% dan pria sebesar 22%.
4%
54%38%
4%
Usia Responden< 20 Tahun 20 - 40 Tahun41 - 60 Tahun > 60 Tahun
Gambar 3. Diagram Usia Responden
Responden yang mengisi kuesioner terdiri dari yang terbesar
adalah responden berusia 20-40 tahun yaitu sebesar 54%, urutan
kedua adalah responden berusia 41-60 tahun sebesar 38%,
sedangkan untuk usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 60 tahun
keduanya sama-sama sebesar 4%.
37
2% 2% 6%
22%
68%
Pekerjaan Responden PNS BUMN Karyawan SwastaPetani Buruh Lain-lain
Gambar 4. Diagram Pekerjaan Responden
Menurut jenis pekerjaan, responden terbanyak berasal dari jenis
pekerjaan lain seperti ibu rumah tangga, pedagang dan wiraswasta
sebesar 68%. Untuk urutan kedua merupakan responden dengan
pekerjaan sebagai buruh sebesar 22%. Selanjutnya karyawan swasta
sebesar 6% dan untuk PNS dan BUMN sama-sama sebesar 2%,
sedangkan untuk petani 0%.
14%
44%18%
20%
4%
Pendidikan RespondenTidak Sekolah SD SLTPSLTA D3 S1
Gambar 5. Diagram Tingkat Pendidikan Responden
Berdasarkan tingkat pendidikan, prosentase terbesar adalah
responden dengan pendidikan akhir SD yaitu sebesar 44%, urutan
kedua yaitu responden dengan pendidikan terakhir SLTA sebesar
20%, selanjutnya responden dengan pendidikan terakhir SLTP
38
sebesar 18%. Untuk responden dengan pendidikan akhir D3 sebesar
14% dan S1 sebesar 4%, sedangkan untuk D3 0%.
64%
36%
Penghasilan Responden/bu-lan
< Rp 795.000 >Rp. 795.000
Gambar 6. Diagram Penghasilan Responden
Dilihat dari penghasilan rata-rata per bulan, masyarakat di desa
Karangnanas sebagian besar berpenghasilan kurang dari UMR (Upah
Minimal Rata-rata) Rp.795.000,00 yaitu sebesar 64%, untuk
masyarakat yang berpenghasilan di atas UMR hanya 36%.
20%
76%
4%
Indikator PHBSStrata Pratama Strata MadyaStrata Utama Strata Paripurna
Gambar 7. Diagram Indikator PHBS Responden
Dilihat dari indikator PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),
sebagian besar masyarakat desa Karangnanas sudah termasuk ke
dalam strata utama yaitu sebesar 76%. Untuk urutan kedua yaitu
39
penduduk dengan strata madya sebesar 20%, selanjutnya strata
pratama sebesar 4% dan 0% untuk strata paripurna.
b. Faktor Resiko Diare
84%
16%
ASI EksklusifYA TIDAK
Gambar 8. Diagram Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner dari total semua 50
responden dapat dihitung bahwa 84% para ibu memberikan ASI
ekslusive namun masih terdapat 16 % yang tidak memberikan ASI
Ekslusive dengan alasan akan tidak tega membiarkan anaknya rewel
kalau diberikan hanya ASI saja. Tidak memberikan ASI secara
penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak
diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang
diberi ASI penuh (Depkes RI, 2007).
Gambar 9. Diagram Pemberian Makanan Seimbang pada Responden
40
50%50%
MAKANAN SEIMBANGYA TIDAK
Terlihat bahwa jumlah responden yang memilki pola makanan
seimbang dan tidak seimbang adalah sama. Makanan yang menjadi
sumber energi setiap hari harus bisa memenuhi kebutuhan tubuh
untuk melakukan aktifitasnya, kalau makanan yang dikonsumsi tidak
seimbang maka bisa menurunkan kualitas imunitas tubuh dalam
menjalankan fungsinya.
2%
96%
2%
SUMBER AIR PDAM AIR SUMUR AIR SUNGAI
Gambar 10. Diagram Sumber Air yang digunakan Responden
Sumber air bersih yang paling banyak dipakai oleh masyarakat
adalah air sumur, yaitu sebanyak 96 % sedangkan untuk sumber air
yang berasal dari PDAM dan air sungai masing-masing hanya 2 %.
4%
86%
10%
AIR MINUMPDAM AIR SUMUR AIR SUNGAI
Gambar 11. Diagram Sumber Air Minum yang digunakan Responden
41
Sumber air untuk minumpun pada masyarakatb juga
menunjukkan bahwa air sumurpun tetap menjadi pilihan 86%
masyarakat, PDAM 4% dan tetap masih ada yang memakai air
sungai sebanyak 10%.
76%
24%
JAMBAN BERSIHYA TIDAK
Gambar 12. Diagram Penggunaan Jamban Bersih oleh Responden
Sebanyak 76 % responden mengaku memilki jamban yang bersih
sedangkan 26 % nya tidak.
34%
42%
24%
JENIS JAMBANLEHER ANGSA CEMPLUNG EMPANG
Gambar 13. Diagram Jenis Jamban yang digunakan Responden
Jenis jamban yang masih banyak digunakan dan dimiliki oleh
warga adalah jamban cemplung sebanyak 42%, sedangkan untuk
jamban leher angsa sebanyak 24% dan jamban empang sebanyak
24%.
42
42%
58%
KEBERSIHAN JAMBANYA TIDAK
Gambar 14. Diagram Perawatan Kebersihan Jamban Responden
40%
60%
PEMAKAIAN SEPTIC TANKYA TIDAK
Gambar 15. Diagram Pemakaian Septic Tank oleh Responden
Sebanyak 60 % warga tidak memakai septic tank dan hanya 40 %
warga yang memakainya.
50%42%
8%
Jarak Septic Tank10 m 5 m <5 m
Gambar 16. Diagram Jarak Septic Tank dengan Sumber Air
43
Jarak septic tank dengan sumur 10 m sudah dimiliki oleh 50%
warga dan 42% jaraknya 5 m, sedangkan unuk jarak yang < 5 m
hanya 8% saja.
risk factor direct contributing indirect contributing factor
factor
Gambar 17. Diagram root case analisis kejadian diare
44
Diare Perilaku hidup tdk
sehat
Lingkungan tdk bersih
1. Tidak semua mencuci tangan dengan sabun setelah BAB
2. Menu makanan kurang seimbang3. Kurang memperhatikan tanggal
kadaluarsa4. Ekonomi kurang5. Proses pemasakan masakan belum
matang6. Tidak semua menggunakan sumber
air bersih7. Membersihkan jamban tidak rutin
setiap minggu dan tidak menggunakan produk pembersih
1. Lantai rumah tidak kedap air2. Tempat pembuangan sampah3. Sumber air bersih dekat dengan
saptic tank4. Jamban tidak dimiliki setiap
rumah
Pengetahuan ttg diare kurang
Tingkat pendidikan rendah
Kebersihan individu
E. PEMECAHAN MASALAH
Dari hasil penyusunan root case analysis mengenai tingginya angka
kejadian diare di wilayah Desa Karangnanas, dapat diidentifikasi
permasalahan utamanya yaitu kurangnya pola hidup bersih dan sehat di
masyarakat, kesalahan persepsi mengenai diare itu sendiri seperti anggapan
bahwa terjadinya diare merupakan bagian dari proses pertumbuhan anak dan
tidak akan melanjutkan ASI karena takut anaknya akan lebih diare lagi serta
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam penanganan dini untuk diare
seperti cara pembuatan oralit yang benar. Setelah dilakukan identifikasi akar
permasalahan, maka langkah selanjutnya yaitu adalah penyusunan alternatif
pemecahan masalah. Tahap ini disusun berdasarkan hasil analisis penyebab
masalah. Dari masalah utama bisa diberikan beberapa alternatif pemecahan
masalah yang bisa berupa indikator-indikator kegiatan untuk mengatasi
masalah tersebut. Biasanya alternatif pemecahan masalah ini salah satunya
bisa dilakukan dengan metode skoring RINKE yaitu komponen :
Keterangan :
M (Magnitude) = seberapa banyak populasi yang akan terkena efek dari
indikator tersebut
I (Intencity) = keberlangsungan indikator yang berhubungan dengan
frekuensi indikator kegiatan
V (Vunerability) = seberapa indikator bisa mengena untuk masyarakat
C (Cost) = pembiayaan dari indikator
Aplikasi dari metode skoring RINKE yaitu menentukan indikator-
indikator kegiatan apa sajakah yang akan dilakukan untuk menanggulangi
dari akar permasalahan utama yang mengaitkan berbagai hubungan
(Magnitude, Importancy, Vunerability, Cost).
45
RINKE = MIV/C
Tabel 10. Panduan Skoring RINKE
M sko
r
I sko
r
V sko
r
C Sko
r
Very
large
10 Very
sustainabl
e
10 Very
Responsive
10 Very
costly
10
Large 8 Sustainabl
e
8 Responsive 8 Costly 8
Mediu
m
6 Intermedia
t
6 Intermediat
e
6 Moderat
e cost
6
Small 4 Low
sustainabl
e
4 Some
responsive
4 Minimal
cast
4
Very
Small
2 Not
sustainabl
e
2 No
responsive
2 No cost 2
Alternatif Pemecahan Masalah dengan menggunakan metode RINKE
Hasil diskusi Praktik Lapangan kali ini disepakati alternatif pemecahan
masalah diare dengan menggunakan indikator :
a. Penyuluhan secara langsung kepada seluruh masyarakat
b. Penyuluhan secara door to door
c. Penyebaran poster, spanduk dan brosur tentang diare
d. Perbaikan jamban dan penyediaan air bersih
Setelah menentukan indikator-indikator di atas, maka disusun alternatif
pemecahan masalah berdasarkan skoring RINKE dengan rumus :
Dari hasil diskusi dan kesepakatan kelompok maka pengukuran indikator
dengan menggunakan sistem skoring RINKE dapat dilihat dalam tabel
berikut:
46
RINKE = MIV/C
Tabel 11. Skoring RINKE menurut Diskusi Kelompok
No. Indikator M I V C Jumlah
1. Penyuluhan secara langsung
kepada seluruh masyarakat
8 8 8 6 85,3
2. Penyuluhan secara door to
door
10 4 10 8 66,7
3. Penyebaran poster, spanduk
dan brosur
6 6 6 8 27
4. Pembuatan jamban dan
penyediaan air bersih
4 2 6 10 4,8
Setelah menggunakan sistem skoring RINKE, didapatkan skor tertinggi
pada alternatif rencana penyuluhan secara langsung kepada seluruh
masyarakat. Indikator ini didapatkan berdasarkan persetujuan semua anggota
kelompok dengan mempertimbangkan dengan seluruh aspek serta hasil
permufakatan dengan dosen pembimbing fakultas dan pembimbing lapangan.
47
BAB V
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (PLAN OF ACTION)
A. Nama kegiatan
Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang berguna
untuk menurunkan tingkat kejadian diare serta tindakan pencegahan
komplikasi diare di Desa Karangnanas.
B. Latar Belakang
Setiap daerah memiliki permasalahan kesehatan yang beraneka
jenisnya. Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan primer yang
bertanggung jawab untuk mencari jalan keluar bagi masalah-masalah tersebut.
Setiap puskesmas mempunyai data tentang daftar masalah kesehatan yang
harus segera selesaikan. Dalam menyelesaikan masalah tersebut di tentukan
prioritas masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Masalah yang
menjadi proritas dan yang akan diselesaikan adalah prevalensi diare.
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-
nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan
insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun
2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada
tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang,
kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),
48
sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %) (Soepardi, 2011).
Salah satu langkah dalam pencapaian target MDG’s (Goal ke-4) adalah
menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada
2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi
Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa
diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab
utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat (Soepardi, 2011).
Faktor resiko yang terjadi di daerah puskesmas sokaraja satu adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap prilaku bersih dan sehat serta
masih banyaknya opini masyarakat yang berkembang bahwa diare adalah hal
wajar pada anak dan kurangnya pengetahuan tentang penatalaksanaan diare
untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
C. Tujuan :
1. Mengadakan promosi kesehatan tentang prilaku hidup bersih dan sehat
yang berguna untuk menurunkan tingkat kejadian diare.
2. Maningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara pembuatan oralit
yang benar yang berguna untuk mencegah terjadinya komplikasi dari
diare.
3. Membuat warga masyarakat Desa Karangnanas menjadi warga masyarakat
yang peduli akan kesehatannya.
D. Sasaran
Kader-kader kesehatan dan seluruh warga Desa Karangnanas.
E. Pelaksanaan
a. Hari, tanggal : minggu, 8 juli 2012
b. Waktu : Pukul 09.00 WIB – selesai
c. Tempat : Desa Karangnanas
F. Pokok Kegiatan
1. Penyuluhan tentang PHBS kepada kader-kader kesehatan dan seluruh
warga Desa Karangnanas
49
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai faktor resiko, tanda dan
gejala diare Desa Karangnanas
3. Memberikan penjelasan mengenai langkah pertama penatalaksanaan diare
dan menunjukkan cara pembuatan oralit
G. Rundown Kegiatan
1. 09.00 - 09.15 : Pembukaan kegiatan (kata sambutan oleh Kepala
Puskesmas dan Kepala Desa)
2. 09.15 - 09.30 : Pretest
3. 09.30 - 10.15 : Penyuluhan tentang PHBS (Tyasa Budiman dan Gretta
Ayudha)
4. 10.15 - 10.25 : Coffe break
5. 10.25 – 11.00 : Materi tentang faktor resiko, gejala dan tanda diare
6. 11.00 – 11.30 : Materi tentang tatacara penatalaksanaan diare dan
pembuatan oralit
7. 11.30 – 11.45 : Posttest dan pemberian bingkisan
8. 11.45 – 12.00 : Penutupan dan dokumentasi
H. Alat dan Sarana
1. Perlengkapan audio
2. Laptop dan proyektor
3. Bingkisan
4. Snack dan kopi
I. Rencana Anggaran :
1. Pemasukan
Iuran Kelompok 11orang X Rp 30.000,00 : Rp 330.000,00
2. Pengeluaran
a. Penyewaan peralatan audio : Rp 100.000,00
b. 3 bingkisan : Rp 30.000,00
c. Snack dan kopi : Rp 200.000,00
Jumlah : Rp 330.000,00
50
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Jangka pendek:
a. Tingkat pengetahuan masyarakat dinilai dari posttest
b. Masyarakat bisa mengetahui tanda dan gejala diare
c. Bisa membuat oralit dengan benar
Jangka panjang:
a. Menurunnya angka kematian karena diare di Desa Karangnanas
b. Menurunnya angka kejadian diare di Desa Karangnanas dalam 6 bulan
setelah penyuluhan
c. Terciptanya masyarakat sehat pada wilayah kerja Puskesmas Sokaraja
B. MONITORING
Memoniror tingkat kehadiran dengan melihat anusiasme masayarakat pada
saat penyuluhan di Desa Karangnanas
C. EVALUASI
a. Angka kejadian diare dibulan berikutnya setelah penyuluhan
b. Evaluasi rutin setiap bulan selama 1 tahun
c. Pelaksanaan pretest dan posttest saat pelaksanaan penyuluhan
51
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Dari kuisioner yang kami sebar di Desa Karangnanas Kec. Sokaraja, dapat
disimpulkan bahwa masyarakat di Desa tersebut masih memiliki
pengetahuan yang kurang tentang diare.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan program PHBS.
B. SARAN
1. Penyuluhan tentang PHBS dan diare dapat di lakukan minimal 3 kali
dalam setahun agar pengetahuan masyarakat Karangnanas bisa bertambah.
2. Digalakkannya kegiatan kerja bakti untuk membangun WC umum agar
warga Desa Karangnanas tidak BAB di sungai lagi.
52