laporan praktek kerja lapangan · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. kemudian oleh...

28
1 TEKNIK BUDIDAYA CACING SUTRA (Tubifex sp) DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR(BBPBAT) SUKABUMI JAWA BARAT LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ` Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Tahun Pelajaran 2017/2018 DISUSUN OLEH : NAMA : AFIFFAKHRUDDYN RUHIYAT NIS : - PRODI : AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI CIJAMBE BUDIDAYA PERIKANAN 2017/2018 BAB I PEDAHULUAN

Upload: dangngoc

Post on 14-Jun-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

1

TEKNIK BUDIDAYA CACING SUTRA (Tubifex sp)

DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR(BBPBAT) SUKABUMI

JAWA BARAT

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

`

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti

Ujian Akhir Tahun Pelajaran 2017/2018

DISUSUN OLEH :

NAMA : AFIFFAKHRUDDYN RUHIYAT

NIS : -

PRODI : AGRIBISNIS PERIKANAN AIR TAWAR

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI CIJAMBE

BUDIDAYA PERIKANAN

2017/2018

BAB I

PEDAHULUAN

Page 2: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

2

1.1. Latar belakang

Menurut Khairuman dan Amri(2002),pakan merupakan unsur terpenting dalam

menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan.Ikan yang dipelihara

secara tradisional atau yang dipelihara bebas di alam, hanya memanfaatkan pakan yang

tersedia secara alami dan dapat menyebabkan laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan

hidup ikan yang dipelihara jauh lebih tinggi daripada ikan yang dipelihara secara tradisional

atau yang hidup di alam bebas. Salah satu pakan alami yang penting dan cocok untuk

kebutuhan larva ikan maupun ikan hias adalah Cacing sutera atau Tubifex sp.

Tubifex sp atau yang biasa disebut Cacing sutra. Tubifex sp. biasanya hidup di tempat

dengan aliran air yang lancar dan mengandung banyak limbah seperti di got atou pun

selokan. Tubifex sp memiliki manfaat yang besar bagi organisme lain. Sebagai contoh,

cacing ini dijadikan pakan untuk ikan. Protein dan lemak yang cukup akan membuat ikan

peliharaan menjadi sehat dan bernilai jual tinggi (Pennak, 1978).

Keberadaan Tubifex sp. di alam tidak menentu dan sangat tergantung pada musim jika

pada saat musim hujan Tubifex sp akan sulit di jumpai di alam di karnakan terbawa arus air

yang deras oleh sebab itu hal ini bisa menyebabkan kelangkaan pada pakan alami inih,dan

menyebabkan kenaikan harga yang tinggi akan Tubifex sp . Pemasaran Tubifex sp. sangat

terkait dengan kegiatan pembenihan ikan konsumsi dan pembudidayaan ikan hias (Kosiorek,

1974).

Menurut Yurisman dan Sukendi (2004), Tubifex sp. digunakan sebagai pakan alami

untuk benih yang agak besar. Pengkulturan Tubifex dilakukan dengan teknik kloning , yaitu

pertumbuhan cacing dalam klon (bedengan tanah). Siklus hidup yang cepat dan bentuknya

yang kecil, tidak memerlukan banyak tempat untuk pemeliharaan, reproduksi berlangsung

cepat, sehingga keuntungan yang akan diperoleh dari pemeliharaan dan usaha cacing sutera

cukup besar

Pakan alami yang tersedia di alam tidak lah cukup untuk melengkapi kebutuhan para petani

ikan ,oleh karna itu budidaya sangat di perlukan untuk melengkapi kebutuhan para petani

ikan,budidaya Tubifex sp ini juga bisa melengkapi kebutuhan para petani di saat musim hujan

yang sulit untuk mendapat kan cacing di alam,karna banyak ikan yang memijah itu di saat

musim penghujan sehingga kebutuhan pakan alami untuk larva yah harus terpenuhi.

Page 3: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

3

1.2. Tujuan

1.Dapat mengetahui bagai mana cara budidaya Cacing sutra atau Tubifex sp

2.Dapat memenuhi/menghasilkan Cacing sutra sebagai pakan alami buat larva ikan

3.dapat mengetahui semua permasalahan yang di hadapi saat budidaya Tubifex sp dan cara

menanganinya.

4.dapat mengetahui karakter/sifat dari Cacing sutra tersebut.

1.3.Manfaat

Setelah melakukan praktek kerja lapangan adapun manfaat yang bisa saya ambil yaitu:

1.bisa mengetahui cara budidaya Cacing sutra yang bisa kita praktek kan sendiri secara

langsung.

2.menambah kemampuan,wawasan,dan ilmu tentang budidaya Cacing cutra atou Tubifex sp

sebagai pakan alami buat larva ikan.

3.bisa mengembangkan teknik budidaya Cacing sutra.

Page 4: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

4

BAB II

TINJAUWAN PUSTAKA

2.1.Biologi Cacing sutra (Tubifex sp)

Cacing sutra atau cacing rambut termasuk kedalam kelompok cacing–cacingan (Tubifex

sp). Dalam ilmu taksonomi hewan, cacing sutra digolongkan kedalam kelompok Nematoda.

Embel–embel sutra diberikan karena cacing ini memiliki tubuh yang lunak seperti halnya

sutra. Sementara itu julukan cacing rambut diberikan lantaran bentuk tubuhnya yang panjang

dan sangat halus tak bedanya seperti rambut.

Klasifikasi Cacing Sutera menurut Gusrina (2008) adalah:

Phylum : Annelida

Class : Oligochaet

Ordo : Haplotaxida

Famili : Tubificidae

Genus : Tubifex

Spesies : Tubifex sp

Gambar 1. Siklus hidup Cacing Sutra

Page 5: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

5

Cacing Sutra mulai berkembang biak pada usia 7-11 hari (Lukito dan surip 2007).Cacing

Sutra merupakan salah satu jenis benthos yang hidup di dasar perairan tawar daerah tropis

dan subtropis dengan air yang mengalir serta banyak mengandung lumpur dan limbah organic

yang sudah terurai dan mengendap di dasar perairan,cacing sutra merupakan organisme

hermaprodit yaitu memiliki dua kelamin sekaligus dalam

tubuh nyah ,ia berkembang biak dengan cara bertelur dengan membelah diri nyah,induk

yang usia 50-60 hari baru bisa menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur,jumlah telur tiap

satu kokon berkisar 4-5 telur,waktu yang di perlukan saat penetasan telur menjadi embrio

cacing Tubifex yaitu 10-12 hari,sehinga perputar hidup cacing yaitu sekitar 55-60 hari .

Pada dasarnya Cacing sutra (Tubifex sp) tidak mempunyai insang dan bentuk tubuh yang

kecil dan tipis. Karena bentuk tubuhnya kecil dan tipis, pertukaran oksigen dan

karbondioksida sering terjadi pada permukaan tubuhnya yang banyak mengandung pembuluh

darah. Kebanyakan Tubifex membuat tabung pada lumpur di dasar perairan, di mana bagian

akhir posterior tubuhnya menonjol keluar dari tabung bergerak bolak-balik sambil melambai-

lambai secara aktif di dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan cacing akan memperoleh

oksigen melalui permukaan tubuhnya. Getaran pada bagian posterior tubuh dari Tubifex

dapat membantu fungsi pernafasan.

2.2. Ekologi Cacing sutra (Tubifex sp)

menjelaskan bahwa cacing sutra (Tubifex sp) umumnya ditemukan pada daerah air

perbatasan seperti daerah yang terjadi polusi zat organik secara berat, daerah endapan

sedimen dan perairan oligotropis. Ditambahkan bahwa spesies cacing Tubifex sp ini bisa

mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan

bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra (Tubifex sp) ialah endapan

lumpur dan tumpukan bahan organik yang banyak.

Ketinggian air yang baik untuk cacing Tubifex sp berkisar 4-5cm dengan air mengalir

serta terdapat limbah makanan sedangkan jika air terlalu tinggi pertumbuhan cacing kurang

baik dan susah untuk berkembang biaknyah.

Setiap tubuh cacing sutra (Tubifex sp) pada bagian punggung dan perut kekar serta

ujung bercabang dua tanpa rambut. Sementara sifat hidup cacing sutra (Tubifex sp)

menunjukan organisme dasar yang suka membenamkan diri dalam lumpur seperti benang

Page 6: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

6

kusut dan kepala terkubur serta ekornya melambai-lambai dalam air kemudian bergerak

berputar-putar.(Departemen Pertanian 1992).

Vincentius (1992) Menyatakan bahwa ketinggian air pada lingkungan pemeliharaan

Cacing Tubifex sp berpengaruh terhadap ketahanan hidup dan perkembangannyah.

2.3.Penanganan Cacing sutra(Tubifex sp)

Sebagian besar suplai cacing sutera berasal dari tangkapan alam. Cacing hasil

tangkapan ini memerlukan penanganan khusus agar dapat bertahan. Cacing hasil tangkapan

tersebut dikumpulkan, cacing dicuci terlebih dahulu sebelum dimasukan ke tempat

pengumpulan. Kemudian dilakukan pencucian untuk menghilangkan lumpur, lalu

diendapakan dan dicuci kembali. Setelah bersih, cacing ditempatkan dalam tempat

penanpung dan diberi air mengalir selama kurang lebih 20 menit lalu air dimatikan dan

cacing dibiarkan untuk bergerak kepermukaan untuk mengambil oksigen. Air dialirkan setiap

2 jam sekali untuk menjaga suplai air dan aerasi diberikan untuk menjaga suplai oksigen agar

cacing tetap hidup hingga dapat didistribusikan kepada pembeli.

Penanganan tersebut bisa disebut sebagai masa penangkaran. Masa penangkaran ini

dilakukan untuk menjaga stok produksi cacing agar tetap memenuhi kebutuhan. Biasanya

cacing ini akan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama beberapa hari. Cacing ini

mulai berkembang biak setelah 7-11 hari sejak penangkaran. Penting untuk menjaga suplai

air selama masa penangkaran, sebab cacing tidak dapat tumbuh dan berkembangbiak dalam

kondisi yang kekurangan air atau kering. Hasil penangkaran ini lah yang selajutnya

digunakan sebagai bibit pada produksi massal di tempat pemeliharaan yang ukurannya lebih

luas. Tujuan penangkaran ini adalah untuk mendapatkan bibit yang telah terbiasa hidup di

habitat buatan.

Pengembangan cacing sutera juga dapat dilakukan dengan budidaya pada kolam

maupun parit. Parit beton atau kayu dengan ukuran lebar 50 cm, panjang 5-10 m dan

tinggi 20-30 cm biasa digunakan sebagai wadah budidaya. Adapun media yang

digunakan untuk budidaya cacing ini ialah campuran antara pupuk kotoran ayam dan lumpur

kolam 1 : 1. Caranya, media dihamparkan dalam parit dengan ketebalan 5 cm kemudian air

dialirkan 900 ml/menit selanjutnya cacing bibit ditebar. Pemanenan dapat dilakukan dengan

menyerok cacing dengan serokan (Lukito dan Surip 2007).

Page 7: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

7

2.4.Pemasaran

Pemasaran cacing sutera cukup luas terutama terkait dengan kegiatan pembenihan ikan

konsumsi dan budidaya ikan hias, baik daerah perkotaan maupun pedesaan. Pembenihan ikan

menjadi pasar yang besar karena biasanya dilakukan secara massal dan berkesinambungan.

Rentang waktu yang cepat dalam tiap tahap pembenihan menyebabkan pihak pembenih

membutuhkan suplai cacing sutra secara kontinu untuk menunjang keberhasilan produksi

benihnya hingga mencapai ukuran pasar (Khairuman et al. 2008).

Faktor lain yang secara tidak langsung mendongkrak permintaan cacing sutra adalah

pemeliharan ikan hias. Kebutuhan cacing sutra untuk kegiatan pembenihan tidak hanya

datang dari usaha pembenihan perorangan, tetapi permintaan juga datang dari usaha

pembenihan milik pemerintah, seperti Balai Benih Ikan (BBI) yang banyak tersebar di

berbagai daerah di tanah air (Khairuman et al. 2008).

Harga jual cacing sutra juga cukup menggiurkan. Namun, harganya fluktuatif dan tidak

terstandar sehingga berbeda antara daerah. Cacing sutra dalam kondisi hidup dijual dengan

harga lebih tinggi dibandingkan dengan cacing sutera kering atau beku. Harga cacing sutra di

Jakarta mencapai Rp 15.000-Rp 20.000 per liter, sementara itu di kota Sukabumi harganya

Rp 25.000-30.000 per liter (Khairuman et al. 2008).

Page 8: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

8

BAB III

METODOLOGI

3.1.Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 04 Desember 2017-28

Februari 2018 di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar(BBPBAT),Sukabumi Provinsi

Jawa Barat.

3.2.Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang di gunakan selama budidaya cacing sutra (Tubifex sp )

yaitu dalam table 1.

No Alat Bahan

1 Cangkul Dedak

2 Pipa paralon Limbah sayuran

3 scoopnet Ampas tahu

4 Waring kecil Molase

5 Slaber EM4

6 Ember /Baskom Kotoran hewan

7 Tong Cacing sutra

8 Golok Limbah pakan buatan

9 Grobak kecil Tanah yang berlumpur

Tabel 1.alat dan bahan

3.3.Prosedur kerja

3.3.1.Pembuatan wadah kultur

Wadah kolam 1.5 x 10 meter dengan berbentuk persegi panjang dan di kasih atap

dengan paranet agar terlindung dari sinar matahari dan hujan.air di alirkan terus menerus

melalui pipa yang di ambil dari limbah kolam

3.3.2.Pembuatan Media Kultur

Media kultur terbuat dari lupur yang di campurkan dengan hasil fermentasi kotoran

puyuh,dedak,ampas tahu,molase,dan EM4 yang telah di satukan lalu di tebar merata ke kultur

Cacing tersebur dan setelah itu di aliri dengan air di diamkan selama 3-4 hari.

Page 9: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

9

3.3.3. Penebaran Benih Cacing Sutra (Tubifex sp)

Walou pun tanpa di tebar bibit Cacing, Media yang sudah diberi campuran kotoran

hewan dia akan tumbuh sendiri dalam jangka waktu 1-2 bulan dari proses pembutan Media,

untuk lebih cepat nya maka di lakukan penebaran benih Cacing sutra Setelah 3-4 hari dari

proses Penebaran hasil fermentasi media dengan cara di tebar merata ke media Cacing sutra

tersebut,

Sebaik nya sebelum Cacing di tebar kita lakukan penimbangan agar kita bisa

mengetahui laju pertumbuhan Cacing dan berfungsi sebagai bahan penelitian Cacing sutra.

3.3.4.Pemeliharaan Cacing sutra (Tubifex sp)

Selama pemeliharaan,aliran air harus di perhatikan agar air trus mengalir dan oksigen

trus ada karna tanpa oksigen Cacing akan mati,dan setiap 3 hari sekali di kasih lagih

campuran kotoran hewan hasil fermentasi ke Media Cacing tersebut

Media nya juga harus di ratakan menggunakan slaber/sodokan agar menghalau lumut

jadi dan selain di kasih campuran hasil fermentasi di tambahkan juga dengan makanan

makanan busuk seperti pellet pakan buatan yang tidak terpakai dan makanan sisa.

3.3.5.Pemanenan Cacing Sutra (Tubifex sp)

Cacing sutra yang baik buat ukuran larva ikan atou benih ikan yaitu usia 10-15 hari

,biasa nyah panen pertama di lakukan setelah usia cacing 45 -50 hari setelah itu bisa di

lakukan tiap 10-15 hari sekali.

Pemanenan dilakukan pada pagi atou sore hari karna sifat Cacing sutra nih dia tidak

mau kena sinar matahari sehingga pada siang hari Cacing akan sembunyi di dalam

lumpur,pemanenan menggunakan scoopnet yang agak kasar biar pemisahan lumpur dan

Cacing mudah ,setelah Cacing di dapat masukkan kedam ember atou baskom lalu di isi air

sampai rata dan kita pasangkan waring sesuai ukuran baskom yang di ratakan dengan

permukaan nya lalu tutup agar gelap ,setelah 1-2 jam kita buka maka Cacing tersebut telah

naik ke waring yang kita pasang dan terpisah dari lumpur lalu Cacing siap di pasarkan/di

salurkan ke konsumen.

Page 10: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

10

BAB IV

SEJARAH SINGKAT BBPBAT

4.1. Sejarah Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi

Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi berdiri pada saat

berakhirnya masa penjajahan pemerintahan Belanda. Pada tahun 1920 pemerintah Belanda

mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang berlatarkan pertanian Landbow School (Sekolah

Pertanian) di Sukabumi. Pada masa pemerintahan Jepang (1943-1945) lembaga Landbow

School diubah menjadi Noogako yang memliki arti yang sama yaitu sekolah pertanian. Pada

masa kemerdekaan tahun 1943-1945 nama tersebut berubah kembali menjadi Sekolah

Pertanian Menengah yang memliki tugas dan fungsi yang sama.

Pada tahun 1954-1967 namanya diubah menjadi Pusat Pelatihan Perikanan dan

Menjadi “Training Center Perikanan” pada tahun 1968-1975. Pada tahun 1976-1978

namanya kembali diubah menjadi Pangkalan Pengembangan Pola Keterampilan Budidaya

Air Tawar. Tahun 1978-2006 menjadi Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi.

Pada tanggal 12 Januari 2006 sesuai dengan SK Menteri Kelautan dan Perikanan

No.PER.06/MEN/2006, lembaga ini berubah menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya

Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Berdasarkan peraturan menteri tersebut kedudukan

BBPBAT adalah sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengembangan budidaya air tawar

yang berada dibawah tanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,

Kementrian Kelautan dan Perikanan, dan untuk mengoptimalisasi pelaksanaan tugas dan

fungsi perikanan budidaya air tawar, melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

No.6/PERMEN-KP/2014 ditetapkan sebagai Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar

(BBPBAT).

Gamba 2. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi

Page 11: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

11

4.2. Visi dan Misi

4.2.1 Visi

Visi BBPBAT Sukabumi mengacu pada visi yang telah ditetapkan Kementerian

Kelautan dan Perikanan yaitu :

“ Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat dan

berbasis kepentingan nasional “

Selanjutnya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah melakukan penyesuaian

visi yang ditetapkan sebangai berikut :

“ Mewujudkan perikanan budidaya ikan air tawar yang mandiri, berdaya saing dan

berkelanjutan berbasiskan kepentingan nasional “

4.2.2. Misi

1. Mewujudkan kemandirian perikanan pembudidaya melalui pemanfaatan sumber daya

berbasis pemberdayaan masyarakat.

2. Mewujudkan produksi perikanan budidaya berdaya saing melalui peningkatan teknologi

inovatif.

3. Memanfaatkan sumber daya perikanan budidaya secara berkelanjutan.

4.3. Tugas dan Fungsi

Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi adalah Unit

Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, sebagaimana disebutkan

dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 6/PERMEN-KP/2014.

Menurut peraturan menteri tersebut, tugas BBPBAT Sukabumi adalah:

1. Melaksanakan uji terap teknik dan kerjasama.

2. Pengelolaan produksi.

3. Pengujian laboratorium, mutu pakan, residu, kesehatan ikan dan lingkungan.

4. Bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar.

Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi dan penyusunan rencana program teknis dan anggaran, pemantauan dan

evaluasi serta laporan.

2. Pelaksanaan uji terap teknik perikanan budidaya air tawar.

3. Pelaksanaan penyiapan bahan standar disasi perikanan budidaya air tawar.

Page 12: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

12

4. Pelaksanaan sertifikasi system perikanan budidaya air tawar.

5. Pelaksanaan kerja sama teknis perikanan air tawar.

6. Pengelolaan dan pelayanan system informasi, dan publikasi perikanan budidaya air

tawar.

7. Pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis perikanan

budidaya air tawar.

8. Pelaksanaan pengujian mutu pakan, residu, serta kesehatan ikan dan lingkungan

budidaya air tawar.

9. Pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium pengujian.

10. Pengelolaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi perikanan

budidaya air tawar

11. Pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar.

12. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

4.4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi BBPBAT Sukabumi berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan No. 6/PERMEN-KP/2014, terdiri dari Kepala Balai, Bagian Tata Usaha, Bidang

Uji Terap Teknik dan Kerja Sama, Bidang Pengujian dan Dukungan Teknis, serta Kelompok

Jabatan Fungsional.

Kelompok Jabatan Fungsional yang ada di BBPBAT Sukabumi yaitu

Perekayasa/Teknisi Litkayasa, Pengawas Perikanan, Pengendali Hama dan Penyakit Ikan

(PHPI), Pranata Humas dan PranataKomputer. Struktur organisasi BBPBAT Sukabumi

disajikan pada gambar 2.

Page 13: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

13

Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi BBPBAT Sukabumi 2017

Adapun susunan struktur organisasi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi

adalah sebagai Berikut :

a. Kepala Balai Besar

Tugas dari kepala BBPBAT Sukabumi adalah sebagai yang bertanggung jawab

terhadap urusan internal dan eksternal.

b. Bagian Tata Usaha

Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana, program dan

anggaran, pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian dan jabatan fungsional,

persuratan, barang kekayaan milik negara dan rumah tangga serta pelaporan. Bagian tata

usaha menyelenggarakan fungsi :

1) Identifikasi dan penyusunan perencanaan program teknis dan anggaran, keuangan,

pengelolaan kepegawaian, rumah tangga, barang kekayaan milik Negara dan

ketatausahaan.

2) Pelaksanaan program teknis dan anggaran, keuangan pengelolaan kepegawaian, tata

laksana, rumah tangga, barang kekayaan milik Negara dan ketatausahaan.

3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan program teknis dan anggaran, keuangan,

kepegawaian, rumah tangga, barang kekayaan milik Negara dan ketatausahaan.

Page 14: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

14

c. Bidang Uji Terap Teknik dan Kerja Sama

Bidang uji terap teknik dan kerja sama mempunyai tugas melaksanakan uji terap

teknik, penyiapan bahan standardisasi, sertifikasi, kerja sama teknis, serta pengelolaan

dan pelayanan sistem informasi perikanan budidaya air tawar.

Bidang uji terap teknik dan kerja sama menyelenggarakan fungsi :

1) Pelaksanaan uji terap teknik perikanan budidaya air tawar.

2) Pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi perikanan budidaya air tawar.

3) Pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan budidaya air tawar.

4) Pelaksaan kerjasama teknis perikana budidaya air tawar.

5) Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi dan publikasi perikanan budidaya air

tawar.

d. Bidang Pengujian dan Dukungan Teknis

Bidang pengujian dan dukungan teknis mempunyai tugas melaksanakan pelayanan

teknis kegiatan pengujian laboratorium, persyaratan kelayakan teknis, mutu pakan,

residu, dan kesehatan ikan dan lingkungan, produksi induk unggul, benih bermutu dan

sarana produksi, serta bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar dan laboratorium.

Bidang pengujian dan dukungan teknis menyelenggarakan fungsi :

1) Pelaksanaan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis perikanan

budidaya air tawar.

2) Pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium.

3) Pelaksanaan produksi induk unggul dan benih bermutu perikana budidaya air tawar.

4) Pelaksanaan produksi vaksin dan pakan perikanan budidaya air tawar.

5) Pelaksanaan bimbingan teknis perikana bhudidaya air tawar.

e. Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

perekayasaan,pengujian,penerapan dan bimbingan penerapan standar/sertifikasi perbenihan

dan pembudidayaan ikan air tawar, pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan

benih dan budidaya serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing-masing jabatan

fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.5. Sumber daya Manusia

Bulan Mei tahun 2017 jumlah pegawai berjumlah 119 orang, ada dua orang pegawai

di bawah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan dipekerjakan

di BBPBAT Sukabumi sebagai Penyuluh Perikanan, sehingga dalam absensi total pegawai menjadi

Page 15: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

15

121, dan satu orang pegawai atas nama Ir. Maskur, M.Si. di tugaskan di balai sebagai

perekaya sautama, namun untuk administrasi berada dipusat. Selengkapnya dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan dan Profesi pegawai tahun 2018

Sumberdaya manusia yang tersedia mendukung kemampuan BBPBAT untuk

melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam bidang perekayasaan pengembangan

budidaya air tawar serta memberikan bantuan teknis dan pelatihan budidaya air tawar serta

pendampingan teknologi.

4.6. Saranadanprasarana BBPBAT Sukabumi

Sarana dan prasarana yang dimiliki BBPBAT Sukabumi sampai dengan tahun 2017 meliputi :

a. Hatchery

Tempat kegiatan pemijahan dan pemeliharaan larva yang dimiliki oleh BBPBAT

Sukabumi berupa :

1) Hatchery ikan Nila dan Gurame.

2) Hatchery ikan Hias.

3) Hatchery ikan Lele.

4) Hatchery ikan Patin.

5) Hatchery ikan Nilem, Grass Carp dan Silver Carp.

6) Hatchery kodok

7) Kolam Broodstock Center ikan Nila.

PENDIDIKAN Jumlah

S-3 S-2 S-1/D4 D-3 SLTA SLTP SD

STRUKTURAL

Kepala Balai - 1 - - - - - 1

Bagian Tata Usaha - 1 3 4 15 1 - 24

Bidang UjiTerap

dan Dukungan Teknis

- 1 2 1 14 - - 18

FUNGSIONAL

Perekayasa 1 16 7 - - - - 24

Litkayasa - - 5 6 12 - - 23

Pengawas dan PHPI - 1 11 3 4 - - 19

Pustakawan - - - - 1 - - 1

Pranata Humas - - - 1 1 - - 2

Pranata Komputer - - - 1 - - - 1

Penyuluh Perikanan - - 1 - 1 - - 2

JUMLAH TOTAL 1 20 28 15 45 1 - 121

Page 16: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

16

8) Kolam Broodstock Center ikan Mas

b. Perkolaman

Kegiatan produksi benih, pendederan, pembesaran dan pemeliharaan induk serta

penerapan teknik budidaya air tawar dan kerekayasaan dilakukan di 362 kolam (yang

meliputi kolam tanah, kolam/bak beton, bak plastik HDPE yang ada di 5 blok kawasan (blok

A-E) berada di Jl. Selabintana 37 Sukabumi.

c. Stasiun lapangan

BBPBAT Sukabumi memiliki 3 stasiun lapangan yaitu:

1) Kolam air deras di Cisaat, Kab.Sukabumi. Terdiri dari 35 kolam dan bak dengan luas

areal 1.690 m2.

2) Keramba jaring apung di Waduk Cirata Kab.Cianjur. Terdiri dari 48 petak.

3) Sub unit pembenihan udang galah di Cisolok, Pelabuhan Ratu, Kab.Sukabumi dengan

2 unit hatchery. Terdiri dari 11 buah kolam pemijahan dan produksi calon induk, 15

buah bak pemijahan dan penetasan telur, 42 buah bak pemeliharaan larva dan 3 buah

bak reservoir dengan luar total 11.540 m2

d. Laboratorium

Laboratorium untuk kegiatan analisa penyakit dan tindak pengobatannya, kegiatan

analisa parameter kualitas air serta kegiatan kultur pakan alami, pembuatan pakan buatan dan

analisa proximat serta analisa DNA ikan di BBPBAT Sukabumi terdiri dari:

1) Laboratorium Kesehatan Ikan.

2) Laboratorium Kualitas Air.

3) Laboratorium Pakan/Nutrisi.

4) Workshop Pembuatan Pakan Buatan.

5) Laboratorium Karantina Ikan.

6) Laboratorium Chlorella sp./KulturMasalDaphnia sp.

7) Laboratirium Genetika Ikan.

e. Gedung Utama dan Sarana lainnya

Fasilitas gedung yang dimiliki BBPBAT Sukabumi diantaranya gedung utama

sebagai ruang perkantoran (2.467m2), perpustakaan (200m2), aula/ruangpertemuan (1.718m2).

Selain itu juga dilengkapi dengan sarana lainnya berupa rumah jaga sebanyak 45 rumah,

wisma tamu sebanyak 25 kamar, sarana ibadah dan Toko Koperasi Mina Karya.

Page 17: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

17

f. Perpustakaan yang terdiri dari berbagai macam informasi yang dibutuhkan untuk

meningkatkan pengetahuan karyawan, peserta PKL, magang, prakerin, penelitian, dan

umum. Perpustakaan

Informasi yang didapat baik tentang perairan tawar, perairan payau, dan perairan laut.

Litelatur yang ditemukan umumnya berbagai macam bias berupa buku, jurnal, leaflet, skripsi

dan laporan.

g. Gudang pakan

Gudang pakan digunakan untuk menyimpan pakan berupa pellet maupun pakan

crumble di gudang tersebut.

h. Energi listrik

Energy listrik di seluruh kegiatan BBPBAT Sukabumi bersumber dari PLN Distribusi

Jawa Barat Cabang Sukabumi dengan daya sebesar 53 KVA untuk lokasi BBPBAT di Jl.

Selabintana dan sebagai sumber cadangan digunakan generator sebanyak 1 unit dengan daya

80 KVA.

i. Sumber Air

BBPBAT Sukabumi memiliki 6 sumber air yaitu dari sungai Cisarua, sungai Panjalu

dan 4 sumur bor. Air yang berasal dari sumur bor disedot menggunakan pompa yang berdaya

1300 watt dengan debit 0,5 L/detik dan dimanfaatkan untuk kegiatan pembenihan di

hatchery. Sedangkan air dari sungai Panjalu dan sungai Cisarua yang mata airnya terdapat di

kaki Gunung Gede memiliki debit air 89,1 L/detik dan dimanfaatkan untuk mengisi unit-unit

perkolaman yang ada di BBPBAT Sukabumi. Air yang masuk dari sumber air tidak langsung

digunakan untuk budidaya, tetapi di tampung terlebih dahulu di kolam pengendapanatau

kolam reservoir.

Bak tandon/reservoir yang digunakan berbentuk persegi panjang sebanyak 4 buah

sekat yang dimasing-masing sekat memiliki lubang pengeluaran air.Sekat pertama berfungsi

untuk menyaring sampah dan kotoran yang terbawa air sunbai, sekat ke 2-4 berfungsi untuk

mengendapkan kotoran, tanah, dan logam-logam berat air.Bak tanton tersebut masing-masing

berukuran 150 m2. Saluran irigasi ini terbuat dari beton dengan ukuran pematang berkisar

antara 30 – 40 cm dengan kedalaman 30 – 60 cm. Saluran ini berfungsi untuk mengalirkan air

ke kolam – kolam budidaya yang ada di BBPBAT Sukabumi. Di ujung bak tandon tersebut

terdapat saluran pengeluaran air, kemudian air tersebut di distribusikan ke kolam-kolam

pemeliharaan ikan koi.setelah itu baru dialirkan ke kolam-kolam budidaya.

Page 18: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

18

4.7. Kegiatan di Mini Plant PakanMandiri

Mini plant pakan mandiri adalah salah satu fasilitas di Balai Besar Perikanan

Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi yang bertugas untuk membuat dan memproduksi

pakan. Mini plant pakan mandiri terletak dibagian belakang wilayah Balai Besar Perikanan

Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Pakan yang diproduksi di Mini plant pakan

mandiri berupa pelet apung, pelet tenggelam, dan pakan remahan atau crumble untuk benih.

Pakan yang beragam disesuaikan dengan ikan yang akan diberi makan. Pakan atau pelet yang

diproduksi digunakan untuk pengujian. Pengujian-pengujian yang dilakukan bertujuan untuk

mencari formulasi pakan yang berkualitas dan bernilai ekonomis tinggi. Pakan yang

diproduksi selain digunakan oleh balai juga dijual kepada konsumen diluar balai. Penjualan

kepada konsumen diluar balai bertujuan untuk mempromosikan produk yang dibuat oleh

Mini Plant Pakan Mandiri.

Page 19: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

19

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASA

5.1.Teknik Budidaya Cacing(Tubifex sp.)

Kegiatan Budidaya Cacing sutra (Tubifex sp) di lakukan dengan penggunaan kotoran

hewan sebagai media tambahan sekaligus pakan nya,serta kultur tanah yang sudah berlumpur

dan banyak mengandung bahan organic, aliran air mengunakan aliran air kolam lele dan air

kolam selokan warga.tahapan tahapan budidaya Cacing sebagai berikut:

5.1.1. Persiapan wadah/media kultur Cacing(Tubifex sp)

Persipan wadah budidaya yaitu membuat media yang ukuran nyah di sesuaikan dengan

luas tanah yang dipakai,setelah ituh membuat campuran kotoran hewan yang di campur

dengan formulasi untuk 24 m2 kotoran hewan(Kotoran puyuh) 2 karung (60 kg) ,dedak

5kg,ampas tahu 10 kg,molase 3 tutup botol.EM4 8 tutup botol, dan air 10 liter yang setelah

itu di fermentasi selama 7 hari. di tebar merata kekolam dengan terus di aliri air yang banyak

mengandung limbah organik.

Gambar 4. Perbarui pematang dan Pemberian hasil fermentasi

5.1.2.Penebaran Benih

Penebaran Bibit dilakukan agar cacing bisa tumbuh lebih cepat karena jika tidak di tebar

bibit Cacing akan tumbuh sekitar 1-2 bulan dari pembuatan media nya.sehingga untuk

mengurangi waktu yang lama di lakukan penenbaran benih Cacing .Bibit di peroleh dari

Gambar 6. Penebaran Benih Cacing Sutra

alam atou beli ke petani local.

Page 20: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

20

Gambar 5. Pengambilan Bibit Cacing Sutra Serta Penebaran benih.

5.1.3.Pemupukan

Pemupukan menggunakan kotoran hewan hasil fermentasi Selama 1 minggu atou lebih

yang di tebar 3-7 hari sekali,pemupukan berguna sebagai pakan tambahan buat Cacing serta

media Cacing tersebut.

Gambar 6. Proses Pemupukan Dengan Kotoran Puyuh

5.1.4. Perawatan

Perawatan untuk budidaya Cacing sutra adalah aliran air harus di jaga dan pada

saringan inlet nya harus sering di bersihkan agar aliran air nya tidak tersumbat sehingga

oksigen dan makanan nyah trus mengalir.serta tanah harus terus di ratakan dengan cara di

sodok,

Page 21: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

21

Gambar 7. Perawatan Kultur dengan Cara Meratakan Permukaan dan mengecek saluran air

5.1.5.Pemberian pakan

Pemberian pakan bisa menggunakan campuran hasil fermentasi tetapi makanan busuk

juga bisa di masukan seperti sisa makanan rumah makan,sayuran busuk,sisa pellet buatan

,pemberian makanan hasil fermentsasi di lakukan 3 hari sekali untuk menjaga bahan organik

yang terkadung di dalam media.

Gambar 8.Proses Pencampuran Untuk Fermentasi dan Penebaran Hasil Fermentasi

5.1.6.Pemanenan

Pemanenan biasanyah di lakukan setelah 15 hari dari pertama cacing tumbuh atou 1-

2 bulan dari pembuatan kultur atou media Cacing tersebut,pemanenan harus menggunakan

sip atau tahapan pemanenan agar Cacing yang di panen ukuran nyah sama karna kalou terlalu

lama ukuran Cacing akan membesar sehingga tida masuk pada mulut larva.

Cara pemanenan dengan cara mengambil Cacing secara bertahap dengan menggunakan

tangan dan di masukan ke scoopnet setelah itu besih kan Cacing dari lumpur dengan air yang

ada dikolam lalu masukan ke dalam baskom yang di isi air 2-3 cm lalu taruh waring dan

ratakan sesuai permukaan baskom tersebut dan tutup dengan baskom lagih setelah 1-2 jam

buka dan Cacing aka ada di atas waring itu,lalu kita angkat dan masukan kedalam bak

yang air nyah mengalir dan Cacing siap untuk di pasarkan.

Page 22: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

22

Gambar 9.Proses pemanenan Cacing sutra

Page 23: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

23

BAB VI. Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

1.Hal yang terpenting buat cacing adalah ketersidian makanan nyah serta oksigen oleh

sebab itu aliran air harus trus mengalir dan sumber makanan nyah trus ada.

2.kultur cacing terbuat dari lumpur yang kaya limbah organic karna di tambah dengan

campuran kotoran hewan .

3.pemberian pakan cukup dengan hampas tahu,sisa sisa makan ,sayuran busuk,bekas pakan

buatan yang tidak kepakai serta kotoran hewan yang di berikan 3-7 hari sekali.

4.Sifat cacing dia tidak mau terkena sinar matahari karna itu pemanenan di lakukan pada

jam jam teduh matahari yiatu pagi dan sore

6.2.Saran

1.pemberian pakan sayuran kurang optimal karna sayuran masih berbentuk utuh sehingga

kelihatan tidak bagus dan lebih baik di halus kan lagih agar bisa di tebar secara merata juga.

2.Tidak ada tempat khusus penampungan hasil cacing yang sudah di panen,

3.kurang nyah alat alat dalam proses budidaya cacing sutra (Tubifex sp )

Page 24: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

24

DAPTAR PUSTAKA

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pengembangan Sekolah Menengah

Kejuruan.Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.Departemen

Pendidikan Nasional.

Departemen Pertanian.1992.Pedoman Teknis Budidaya. Jakarta.87 Hal

Lukito A dan Surip P. 2007.Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Jakarta:Penebar Swadaya

Vincentius,A. 1992. Peranan tinggi subtrat Terhadap Kualitas Tubifex Pada Ketinggian Air

Budidaya 6 cm.Fakultas Perikanan.Institut Pertanian Bogor.Bogor.96 Hal (tidak

diterbitkan)

Page 25: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

25

Lampiran.1

Lampiran 1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapangan di BBPBAT Sukabumi,

Page 26: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

26

Lampiran 2 Foto Kegiatan

Pengambilan sayuran di pasar Pencampuran formulasi buat fermentasi

Pembersihan penampungan Cacing sutra

Pembuatan tanggul media Pemberian pakan sayuran busuk

Page 27: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

27

Wadah penampungan pemanenan di outlet

Pemanenan di media Cacing sutra

Probiotik Molase

Page 28: LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN · mentolerir perairan dengan salinitas 10 ppt. Kemudian oleh Chumaidi (1986), dikatakan bahwa dua faktor yang mendukung habitat hidup cacing sutra

28