makalah tentang sutra dari kokon

178
OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Upload: junkified-hwang-empresses

Post on 02-Jan-2016

424 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Berisi makalah, analisis biaya tentang pembuatan Benang Sutra dari bahan baku Kokon.

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA

CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

MAULANA YUSUP

H34066080

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 2: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA

CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI

KABUPATEN BOGOR

MAULANA YUSUP

H34066080

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 3: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

RINGKASAN

MAULANA YUSUP. Optimalisasi Produksi Kain Tenun Sutera pada CV

Batu Gede di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di

bawah Bimbingan ANNA FARIYANTI).

Laju pertumbuhan produksi Industri Kecil dan Menengah dari tahun 2006

ke tahun 2007 menunjukkan komoditas sutera alam memiliki nilai yang paling

tinggi dibandingkan komoditas lainnya yaitu sebesar 8,9 persen. Permintaan pasar

akan produk sutera alam, khususnya kain sutera relatif tidak terpengaruh oleh

perubahan situasi ekonomi karena mengandalkan konsumen kelas masyarakat

menengah dan atas. Penggunaan kain sutera tidak terbatas untuk kebutuhan

sandang tetapi telah meluas untuk kebutuhan tekstil non-sandang seperti dekorasi

dan interior hotel-hotel, gedung perkantoran dan lain-lain. Ekspor yang

berkembang positif dan potensi pasar dunia yang cukup besar merupakan peluang

dalam peningkatan produktivitas sutera alam. Salah satu perusahaan yang

bergerak dalam produksi sutera alam adalah CV Batu Gede yang terletak di

Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Produk yang diproduksi dan dijual oleh CV Batu Gede adalah produk kain

sutera jenis dobby (putih polos) dan tenun warna. Adanya peluang pasar yang

potensial, permintaan yang tinggi dan fluktuasi penjualan menyebabkan

perusahaan perlu melakukan produksi yang optimal untuk memaksimalkan

keuntungan. Dalam memproduksi kain sutera yang optimal, perusahaan pun harus

efektif dan efisien pada penggunaan input-input produksi yang dimilikinya yaitu

bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja langsung (TKL) serta Alat Tenun

Bukan Mesin (ATBM). Selain itu, perusahaan dihadapkan pada keadaan

lingkungan yang berubah. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentu saja dapat

mempengaruhi optimalisasi produksi kain sutera di CV Batu Gede. Oleh karena

itu perlu diketahui dan dianalisis sejauh mana perusahaan dapat mencapai

produksi yang optimal sehingga dapat memaksimumkan keuntungan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan:

menganalisis kombinasi produksi kain sutera yang tepat bagi CV Batu Gede agar

mencapai kondisi optimal yang dapat memaksimalkan keuntungan, mengkaji

alokasi sumberdaya yang dimiliki CV Batu Gede sebagai kendala produksi untuk

mencapai kondisi optimal, dan menganalisis solusi terbaik jika terjadi perubahan,

dalam hal ini peningkatan harga benang sutera dan pengurangan jumlah tenaga

kerja langsung dalam perumusan program linier.

Penelitian dilaksanakan di CV Batu Gede yang berlokasi di Batu Gede,

Ciapus, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor pada bulan Agustus – Oktober

2008.Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Jenis data yang

digunakan meliputi data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Metode pengolahan menggunakan software LINDO (Linear

Interactive of Discrete Optimizer) dengan model Linear Programming. Hasil

pengolahan data akan dianalisis dengan menggunakan beberapa metode analisis

yaitu analisis primal, dual, sensitivitas dan post optimal.

Langkah-langkah formulasi model program linier diawali dengan

menentukan variabel keputusan, kemudian menentukan fungsi tujuan dan kendala.

Page 4: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Variabel keputusan menunjukkan jumlah produksi setiap jenis produk yang

dihasilkan (dobby dan warna). Model program linier diperoleh 24 variabel

keputusan periode (12 bulan) produksi yaitu periode September 2007 sampai

dengan Agustus 2008. Variabel keputusan disimbolkan dengan Xij (i

menunjukkan jenis produk dan j menunjukkan periode bulan produksi). Fungsi

tujuan pada penelitian ini adalah maksimisasi keuntungan. Fungsi kendala

ditentukan dari kendala-kendala yang dihadapi CV Batu Gede untuk mencapai

produksi yang optimal antara lain : kendala ketersediaan bahan baku (benang

pakan dan lungsi), ketersediaan bahan pembantu (soda as dan zat pewarna),

ketersediaan jam kerja TKL, ketersediaan jam kerja ATBM dan permintaan pasar.

Berdasarkan hasil analisis primal, secara keseluruhan nilai produksi aktual

perusahaan masih lebih rendah dibandingkan nilai produksi optimalnya. Hasil

optimalisasi menyarankan perusahaan dapat meningkatkan produksi kain tenun

sutera jenis dobby untuk memperoleh keuntungan tambahan. Total keuntungan

aktual yang diperoleh perusahaan dalam memproduksi kain tenun sutera jenis

dobby dan tenun warna selama periode yang dianalisis adalah sebesar Rp

82.862.122,62 sedangkan berdasarkan hasil analisis optimalisasi keuntungan yang

dapat dicapai pada kondisi optimal adalah sebesar Rp 85.057.260,00. Hal ini

berarti perusahaan akan memperoleh keuntungan tambahan sebesar Rp

2.195.137,38 apabila dapat berproduksi pada kondisi optimal. Berdasarkan hasil

analisis dual, penggunaan sumberdaya pada CV Batu Gede belum efisien dilihat

dari adanya perbedaan penggunaan sumberdaya antara kondisi aktual dan optimal.

Sumberdaya yang berstatus berlebih pada perusahaan adalah bahan baku (benang

pakan dan lungsi) dan bahan pembantu (soda as dan zat pewarna. Sedangkan

sumberdaya yang berstatus langka adalah jam kerja TKL dan jam kerja ATBM.

Permintaan pasar pada perusahaan digunakan sebagai pembatas produksi.

Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa secara keseluruhan nilai selang

kepekaan tersempit terdapat pada jenis produk kain tenun sutera warna sehingga

perusahaan dapat lebih fokus melakukan perubahan keuntungan dari produk kain

tenun sutera dobby agar tetap berada dalam kondisi yang optimal. Analisis

sensitivitas nilai sebelah kanan kendala menunjukkan bahwa kendala yang

memiliki nilai batas perubahan kenaikan dan penurunan dalam ketersediaannya

adalah permintaan pasar kain sutera jenis dobby. Sehingga kendala tersebut

berstatus kendala pembatas. Sedangkan kendala bahan baku, bahan pembantu,

jam kerja ATBM dan TKL berstatus kendala bukan pembatas karena pada nilai

batas kenaikan perubahan ketersediaannya mencapai tidak terhingga (infinity)

dimana berapapun jumlah perubahan kenaikan ketersediaannya yang terjadi tidak

akan mempengaruhi solusi optimal.

Berdasarkan perubahan yang dilakukan untuk menguji solusi optimal awal

dengan menggunakan tiga skenario, optimalisasi produksi kain sutera pada CV

Batu Gede lebih peka berubah terhadap perubahan yang terjadi akibat adanya

kenaikan biaya bahan baku benang sutera. Saran yang dapat direkomendasikan

yaitu perusahaan diharapkan lebih fokus produksi kain sutera dobby,

menggunakan kelebihan ketersediaan sumberdaya yang ada dengan cara

melakukan perencanaan produksi berdasarkan hasil optimalisasi yang telah

dilakukan dan penambahan TKL dan ATBM akan lebih memaksimalkan

keuntungan yang dapat diterima perusahaan.

Page 5: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Kain Tenun Sutera pada CV Batu Gede di

Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor

Nama : Maulana Yusup

NIM : H34066080

Disetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si

NIP. 131 918 115

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 131 415 082

Tanggal Lulus :

Page 6: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Optimalisasi

Produksi Kain Tenun Sutera pada CV Batu Gede di Kecamatan Tamansari

Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian

akhir skrispi ini.

Bogor, April 2009

Maulana Yusup

H34066080

Page 7: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada 24 Oktober 1984 sebagai anak pertama

dari dua bersaudara dari keluarga Bapak Sutirta dan Ibu Cici Haerani.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pasireurih 1 Kabupaten

Bogor pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada

tahun 2000 di SLTPN 2 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 5

Bogor diselesaikan pada tahun 2003.

Penulis diterima pada Program Studi D3 Manajemen Bisnis dan Koperasi,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003. Penulis lulus dengan gelar Ahli Madya

(A.Md) pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan

untuk memperoleh gelar sarjana di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus,

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Page 8: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat

dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan

salam selalu tercurah pada teladan hidup Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi strata

satu dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana

Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi dengan judul “Optimalisasi

Produksi Kain Tenun Sutera pada CV Batu Gede di Kecamatan Tamansari

Kabupaten Bogor” ini berisi tentang analisis optimalisasi produksi kain tenun

sutera di CV Batu Gede dengan tujuan menentukan perencanaan produksi dan

alokasi sumberdaya perusahaan yang tepat agar mencapai keuntungan yang

maksimal.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada kekurangan,

maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang relevan serta

membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat berguna dan

bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, April 2009

Maulana Yusup

Page 9: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan dengan terselesaikannya skripsi ini, sebagai bentuk rasa syukur

kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan

kepada :

1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan, nasehat dan saran-saran yang membangun kepada

penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Ir. Harmini, M.Si, atas ketersediaannya menjadi dosen penguji utama dan

Rahmat Yanuar, SP, M.Si atas ketersediaannya menjadi dosen penguji wakil

komisi akademik yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan

saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Para staf sekretariat Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen

Agribisnis, FEM, IPB.

4. Kedua orang tua penulis atas kasih sayang, nasehat dan limpahan doa serta

tidak lupa untuk mengingatkan penulis akan masa depan yang harus dicapai

dengan kerja keras dan penuh perjuangan.

5. Adikku tercinta dan semua kerabat saudara atas dukungan dan semangat yang

diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

6. Pimpinan dan para staf karyawan CV Batu Gede yang telah memberikan

kesempatan, fasilitas, dukungan dan semangat kepada penulis selama

penelitian.

7. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Ekstensi Agribisnis MAMI Angkatan 1

atas kebersamaan dan semua perjuangan yang telah terjadi, semoga menjadi

pengalaman yang tidak terlupakan.

8. Teman-teman, sahabat-sahabat dekat penulis, dan seluruh pihak yang tidak

dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan nasehat, dukungan dan

semangat dalam penyusunan skripsi.

Bogor, April 2009

Maulana Yusup

Page 10: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvii

I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 4

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 8

II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9

2.1. Sutera Alam ............................................................................ 9

2.2. Ulat Sutera ............................................................................... 10

2.3. Pemintalan Benang Sutera ....................................................... 11

2.4. Pertenunan Sutera .................................................................... 12

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................... 13

III KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................ 17

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 17

3.1.1. Teori Produksi ............................................................... 17

3.1.2. Optimalisasi Produksi ................................................... 22

3.1.3. Program Linier ............................................................... 24

3.1.4. Analisis Primal ............................................................. 28

3.1.5. Analisis Dual ................................................................ 29

3.1.6. Analisis Sensitivitas ...................................................... 29

3.1.7. Analisis Post Optimal ................................................... 30

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 31

IV METODE PENELITIAN .............................................................. 34

4.1. Lokasi dan Waktu ................................................................. 34

4.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 34

4.3. Metode Pengolahan Data ....................................................... 35

4.4. Perumusan Model Program Linier ......................................... 36

4.4.1. Menentukan Variabel Keputusan ............................... 36

4.4.2. Menentukan Fungsi Tujuan ........................................ 37

4.4.3. Menentukan Fungsi Kendala ...................................... 38

4.4.4. Kendala Ketersediaan Bahan Baku ............................ 38

4.4.5. Kendala Ketersediaan Bahan Pembantu ...................... 40

4.4.6. Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung ........................ 41

4.4.7. Kendala Jam Kerja ATBM ......................................... 41

4.4.8. Kendala Permintaan .................................................... 42

4.5. Metode Analisis Data ............................................................. 42

4.5.1. Analisis Primal ........................................................... 43

4.5.2. Analisis Dual .............................................................. 43

Page 11: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

4.5.3. Analisis Sensitivitas ................................................. 44

4.5.4. Analisis Post Optimal ............................................... 44

4.6. Definisi Operasional ............................................................ 45

V DESKRIPSI PERUSAHAAN CV BATU GEDE ...................... 47

5.1. Lokasi dan Keragaan Perusahaan ....................................... 47

5.2. Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusahaan ..................... 49

5.3. Kegiatan Produksi Perusahaan ............................................ 50

5.3.1. Penggunaan Bahan Baku ........................................... 51

5.3.2. Penggunaan Bahan Pembantu ................................... 53

5.3.3. Penggunaan Tenaga Kerja Langsung (TKL) ............ 58

5.3.4. Penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)....... 61

5.4. Biaya Produksi ...................................................................... 62

5.5. Penerimaan Penjualan Produksi ........................................... 66

5.6. Kegiatan Pemasaran Perusahaan ......................................... 66

VI HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 68

6.1. Menentukan Fungsi Tujuan ................................................. 68

6.2. Menentukan Fungsi Kendala .............................................. 70

6.2.1. Kendala Ketersediaan Bahan Baku .......................... 71

6.2.2. Kendala Ketersediaan Bahan Pembantu ................... 74

6.2.3. Kendala Ketersediaan Jam Kerja TKL ...................... 77

6.2.4. Kendala Ketersediaan Jam Kerja ATBM .................. 81

6.2.5. Kendala Permintaan Pasar Kain Sutera ..................... 84

6.3. Analisis Primal ..................................................................... 85

6.4. Analisis Dual ........................................................................ 88

6.4.1. Status Penggunaan Bahan Baku ................................ 89

6.4.2. Status Penggunaan Bahan Pembantu ........................ 92

6.4.3. Status Penggunaan Jam Kerja TKL .......................... 94

6.4.4. Status Penggunaan Jam Kerja ATBM ....................... 96

6.4.5. Pengaruh Permintaan Pasar Pada Kondisi Optimal .. 97

6.5. Analisis Sensitivitas .............................................................. 99

6.5.1. Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan. 99

6.5.2. Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan Kendala .. 101

6.6. Analisis Post Optimal ........................................................... 113

6.6.1. Skenario 1 ................................................................. 113

6.6.2. Skenario 2 ................................................................. 116

6.6.3. Skenario 3 ................................................................. 122

6.7. Perbandingan Kondisi Aktual Perusahaan, Hasil Optimal

Awal, Skenario 1, 2 dan 3 ................................................... 124

VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 127

7.1. Kesimpulan .......................................................................... 127

7.2. Saran ................................................................................... 128

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 129

LAMPIRAN .......................................................................................... 131

Page 12: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Kemungkinan Produksi Produk X dan Y ...................... 18

2. Kurva Isoquant dan Garis Isocost ............................................ 20

3. Alur Kerangka Pemikiran Operasional .................................... 33

4. Skema Proses Produksi Kain Tenun Sutera

CV Batu Gede .......................................................................... 58

Page 13: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi CV Batu Gede Bogor ............................... 132

2. Jumlah Produksi dan Permintaan Kain Sutera Jenis

Dobby dan Warna di CV Batu Gede Bogor pada

Periode September 2007 sampai Agustus 2008 ....................... 131

3. Jumlah Penjualan Produksi Kain Sutera Jenis

Dobby dan Warna di CV Batu Gede Bogor pada

Periode September 2007 sampai Agustus 2008 ....................... 132

4. Kebutuhan Bahan Baku untuk Produksi Kain Sutera

pada CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan .......................... 133

5. Kebutuhan Bahan Pembantu untuk Produksi Kain

Sutera pada CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan ............... 134

6. Ketersediaan Jam Kerja Alat Tenun Bukan Mesin

(ATBM) untuk Produksi Kain Sutera pada CV Batu

Gede Bogor Periode 12 Bulan ................................................. 135

7. Ketersediaan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung

untuk Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede

Bogor Periode 12 Bulan ........................................................... 136

8. Biaya Pengeluaran Bahan Pembantu Produksi Kain

Sutera pada CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan ............... 137

9. Biaya Pengeluaran Tenaga Kerja Langsung Produksi

Kain Sutera pada CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan ...... 138

10. Biaya Produksi Tidak Langsung pada CV Batu Gede

Bogor Periode 12 Bulan ........................................................... 140

11. Biaya Total Pengeluaran Produksi Kain Sutera pada

CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan .................................. 141

12. Perolehan Laba Penjualan Kain Sutera pada CV Batu

Gede Bogor Periode 12 Bulan ................................................. 143

13. Nilai Laba Penjualan Kain Sutera per Meter pada CV

Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan ......................................... 144

14. Output LINDO Solusi Optimal Awal Pada CV Batu Gede ..... 145

15. Output LINDO Skenario 1 Pada CV Batu Gede ...................... 150

16. Output LINDO Skenario 2 Pada CV Batu Gede ...................... 155

17. Output LINDO Skenario 3 Pada CV Batu Gede ...................... 160

Page 14: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Jumlah Unit Usaha, Nilai Produksi IKM

untuk Komoditi Prioritas Tahun 2006 – 2007 Di Indonesia .... 1

2. Nilai dan Perkembangan Ekspor Produk Sutera Alam

Indonesia Tahun 2003-2006 ..................................................... 4

3. Jumlah Produksi dan Permintaan Kain Sutera pada

CV Batu Gede Tahun 2003-2007 ............................................. 5

4. Jumlah Produksi dan Permintaan Kain Sutera Jenis Dobby

dan Warna di CV Batu Gede Bogor pada Periode

September 2007 sampai Agustus 2008 .................................... 6

5. Metode-Metode Analisis Optimalisasi pada Penelitian

Terdahulu ................................................................................. 16

6. Matriks Variabel Aktivitas Produksi Kain Sutera pada

CV Batu Gede Bogor Periode Bulan September

Tahun 2007 sampai dengan Bulan Agustus 2008 .................... 37

7. Jumlah Produksi Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna

CV Batu Gede Periode 12 Bulan ............................................. 48

8. Penggunaan dan Nilai Ketersediaan Bahan Baku

Benang Pakan untuk Produksi Kain Sutera pada

CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan ................................. 52

9. Penggunaan dan Nilai Ketersediaan Bahan Baku

Benang Lungsi untuk Produksi Kain Sutera pada

CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan ................................. 53

10. Penggunaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera

Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan ............ 54

11. Penggunaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera

Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan . 55

12. Ketersediaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera

pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan ........................ 56

13. Penggunaan dan Ketersediaan Tenaga Kerja Langsung

untuk Produksi Kain Tenun Dobby pada CV Batu Gede

Selama Periode 12 Bulan ......................................................... 59

14. Penggunaan dan Ketersediaan Tenaga Kerja Langsung

untuk Produksi Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede

Selama Periode 12 Bulan ......................................................... 60

15. Penggunaan dan Ketersediaan Jam Kerja ATBM untuk

Produksi Kain Tenun Dobby pada CV Batu Gede

Selama Periode 12 Bulan ......................................................... 61

Page 15: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

xiii

16. Penggunaan dan Ketersediaan Jam Kerja ATBM untuk

Produksi Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede

Selama Periode 12 Bulan ......................................................... 62

17. Total Biaya untuk Produksi Kain Tenun Dobby pada

CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan ................................. 64

18. Total Biaya untuk Produksi Kain Tenun Warna pada

CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan ................................. 65

19. Penerimaan Penjualan Produksi Kain Sutera pada

CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan ................................. 66

20. Perkembangan Nilai Keuntungan Penjualan Kain Sutera

pada CV Batu Gede Selama Periode Analisis.......................... 69

21. Nilai Koefisien dan Ketersediaan Benang Pakan Untuk

Memproduksi Kain Dobby dan Warna pada

CV Batu Gede .......................................................................... 72

22. Nilai Koefisien dan Ketersediaan Benang Lungsi Untuk

Memproduksi Kain Dobby dan Warna pada

CV Batu Gede .......................................................................... 73

23. Nilai Koefisien dan Ketersediaan Soda As Untuk

Memproduksi Kain Dobby dan Warna pada

CV Batu Gede .......................................................................... 74

24. Nilai Koefisien dan Ketersediaan Zat Pewarna Untuk

Memproduksi Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede........... 76

25. Ketersediaan dan Nilai Koefisien Jam Kerja TKL untuk

Proses Produksi Kain Dobby Pada CV Batu Gede .................. 78

26. Ketersediaan dan Nilai Koefisien Jam Kerja TKL untuk

Proses Produksi Kain Tenun Warna Pada CV Batu Gede ....... 79

27. Jumlah Total Ketersediaan Jam Kerja TKL Produksi

Kain Dobby dan Warna Pada CV Batu Gede Selama

Periode 12 Bulan ...................................................................... 80

28. Ketersediaan dan Nilai Koefisien Jam Kerja ATBM

Untuk Proses Produksi Kain Dobby Pada CV Batu Gede

Selama Periode 12 Bulan ......................................................... 81

29. Ketersediaan dan Nilai Koefisien Jam Kerja ATBM

Untuk Proses Produksi Kain Tenun Warna Pada

CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan ...................................... 82

30. Jumlah Total Ketersediaan Jam Kerja ATBM Untuk

Produksi Kain Dobby dan Warna Pada CV Batu Gede

Selama Periode 12 Bulan ......................................................... 83

Page 16: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

xiv

31. Jumlah Permintaan Kain Sutera Pada CV Batu Gede

Selama 12 Bulan ............................................................................ 84

32. Perbandingan Kondisi Aktual dan Hasil Optimalisasi

Produksi Kain Sutera Dobby Pada CV Batu Gede ........................ 86

33. Perbandingan Kondisi Aktual dan Hasil Optimalisasi

Produksi Kain Sutera Tenun Warna Pada CV Batu Gede ............ 86

34. Hasil Analisis Dual Penggunaan Bahan Baku Benang Pakan

Untuk Produksi Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna Pada

Kondisi Optimal ............................................................................ 90

35. Hasil Analisis Dual Penggunaan Bahan Baku Benang Lungsi

Untuk Produksi Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna Pada

Kondisi Optimal ............................................................................ 91

36. Hasil Analisis Dual Penggunaan Soda As Untuk Produksi

Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna Pada Kondisi Optimal ...... 92

37. Hasil Analisis Dual Penggunaan Zat Pewarna Untuk Produksi

Kain Tenun Sutera Warna Pada Kondisi Optimal......................... 93

38. Hasil Analisis Dual Penggunaan Jam Kerja TKL Untuk

Produksi Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna Pada

Kondisi Optimal ............................................................................ 95

39. Analisis Dual Penggunaan Jam Kerja ATBM Untuk

Produksi Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna Pada

Kondisi Optimal ............................................................................ 96

40. Hasil Olahan Model Linear Programming Terhadap

Pengaruh Permintaan Kain Dobby Pada Keuntungan Optimal ..... 97

41. Hasil Olahan Model Linear Programming Terhadap

Pengaruh Permintaan Kain Warna Pada Keuntungan Optimal ..... 98

42. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan

Produksi Kain Tenun Sutera Dobby dan Tenun Warna

pada CV Batu Gede Selama Periode Analisis ............................... 100

43. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS)

Kendala Ketersediaan Bahan Baku Jenis Benang Pakan

pada CV Batu Gede ....................................................................... 103

44. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS)

Kendala Ketersediaan Bahan Baku Jenis Benang Lungsi

pada CV Batu Gede ....................................................................... 104

45. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS)

Kendala Ketersediaan Bahan Pembantu Jenis Soda As

Page 17: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

xv

pada CV Batu Gede ....................................................................... 105

46. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS)

Kendala Ketersediaan Bahan Pembantu Jenis Zat Pewarna

pada CV Batu Gede .................................................................. 107

47. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS)

Kendala Ketersediaan Jam Kerja TKL Pada

CV Batu Gede ............................................................................... 108

48. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS)

Kendala Ketersediaan Jam Kerja ATBM Pada

CV Batu Gede ............................................................................... 109

49. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS)

Kendala Permintaan Kain Dobby Pada CV Batu Gede ................. 111

50. Hasil Olahan Model Linear Programming Terhadap

Pengaruh Permintaan Kain Warna Pada Keuntungan Optimal ..... 112

51. Nilai Keuntungan Penjualan Kain Sutera setelah Terjadinya

Kenaikan Total Biaya Bahan Baku Benang Sutera

Sebesar 20 Persen Pada CV Batu Gede ........................................ 114

52. Ketersediaan dan Nilai Koefisien Jam Tenaga Kerja Langsung

Produksi Kain Tenun Warna pada Skenario 2 .............................. 117

53. Jumlah Total Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung

Produksi Kain Dobby dan Warna Pada Skenario 2 ....................... 118

54. Perbandingan Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal

Skenario 2 Produksi Kain Sutera Dobby Pada

CV Batu Gede ............................................................................... 119

55. Perbandingan Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal

Skenario 2 Produksi Kain Sutera Tenun Warna

Pada CV Batu Gede ....................................................................... 120

56. Perbandingan Kombinasi Produksi dan Nilai Keuntungan

antara Kondisi Aktual, Optimal Awal, Skenario 1,

Skenario 2 serta Skenario 3 .......................................................... 125

Page 18: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kurva Kemungkinan Produksi Produk X dan Y ...................... 18

2. Kurva Isoquant dan Garis Isocost ............................................ 20

3. Alur Kerangka Pemikiran Operasional .................................... 33

4. Skema Proses Produksi Kain Tenun Sutera

CV Batu Gede .......................................................................... 58

Page 19: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi CV Batu Gede Bogor ............................... 132

2. Rincian Kebutuhan Biaya Bahan Baku untuk Produksi

Kain Sutera pada CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan ...... 133

3. Rincian Kebutuhan Biaya Bahan Pembantu Produksi

Kain Sutera pada CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan ...... 134

4. Rincian Kebutuhan Biaya Tenaga Kerja Langsung (TKL)

Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede Bogor

Selama Periode 12 Bulan ......................................................... 135

5. Rincian Biaya Produksi Tidak Langsung pada CV

Batu Gede Bogor Selama Periode 12 Bulan ............................ 137

6. Perolehan Keuntungan Penjualan Kain Sutera pada

CV Batu Gede Bogor Selama Periode 12 bulan ...................... 138

7. Perhitungan Nilai Keuntungan Penjualan Kain Sutera

per Meter pada CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan ......... 139

8. Output LINDO Solusi Optimal Awal Pada CV Batu Gede ..... 140

9. Output LINDO Skenario 1 Pada CV Batu Gede ...................... 145

10. Output LINDO Skenario 2 Pada CV Batu Gede ...................... 150

11. Output LINDO Skenario 3 Pada CV Batu Gede ...................... 155

Page 20: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri Indonesia tumbuh dengan laju rata-rata diatas 10 persen per

tahun. Hal ini selaras dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

ekonomi yang tumbuh dengan rata-rata tujuh persen per tahun. Peran PDB sektor

industri terhadap PDB Nasional meningkat pada tahun 2005 dari 25,24 persen

menjadi 25,71 persen pada tahun 2006 dan 26,01 persen pada tahun 2007. Salah

satu subsektor industri Indonesia adalah Industri Kecil Menengah (IKM). Peran

PDB IKM terhadap PDB Nasional berkisar antara 38 – 39 persen pada tahun 2006

hingga tahun 2007. Perkembangan jumlah usaha dan nilai produksi IKM tahun

2006 – 2007 dapat dilihat pada Tabel 1. 1)

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Usaha dan Nilai Produksi IKM untuk

Komoditas Prioritas Tahun 2006 – 2007 Di Indonesia

No.

Komoditas

IKM

Unit Usaha

(unit)

Laju

Pertum

buhan

(%)

Nilai Produksi

(Juta Rp)

Laju

Pertum

buhan

(%) 2006 2007*)

2006 2007*)

1. Makanan

Ringan 66.288 68.277 3,00 1.996.201,00 2.154.314,00 7,92

2. Sutera Alam 32.547 33.524 3,00 347.898,00 379.068,00 8,96

3. Penyamakan

Kulit 386 398 3,11 141.367,00 148.638,00 5,14

4. CPO-IKM 11 12 9,10 1.114.807,00 1.212.613,00 8,77

5. Pupuk 412 425 3,15 142.133,00 152.407,00 7,23

6. Garam 2.866 2.952 3,00 156.239,00 167.333,00 7,10

7. Genteng 197.909 203.846 3,00 3.870.177,00 4.095.505,00 5,82

8. Alsintan 404 416 2,97 32.403,00 35.214,00 8,67

9. Motorisasi

Kapal Nelayan 2.516 2.591 2,98 83.604,00 91.003,00 8,85

10. Kapal Kecil 2.010 2.070 2,98 350.150,00 380.214,00 8,59

11. Mesin Alat

Pertanian

Tradisional

24.324 25.054 3,00 467.352,00 496.130,00

6,16

12. Tenun

Tradisional 185.458 191.021 3,00 1.119.154,00 1.218.650,00 8,89

13. Perhiasan 18.955 19.524 3,00 866.379,00 935.801,00 8,01

14. Anyaman 659.967 679.766 3,00 1.567.795,00 1.705.622,00 8,79

*) Angka Estimasi

Sumber : Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah (2008)

1)

Http:// ikm.depperin.go.id. Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah. Diakses

tanggal 20 Januari 2009.

Page 21: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

2

Tabel 1 menunjukkan perkembangan berbagai jenis komoditas prioritas

industri kecil dan menengah pada tahun 2006 – 2007. Dilihat dari segi laju

pertumbuhan produksi dari tahun 2006 ke tahun 2007, komoditas sutera alam

memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi walaupun jumlah unit dan nilai

produksinya bukan yang tertinggi dibandingkan komoditas lainnya. Hal ini

menunjukkan komoditas sutera alam memiliki potensi untuk dikembangkan.

Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan industri penggerak perekonomian

daerah yang memproduksi barang dan jasa dengan menggunakan bahan baku

utamanya berbasis pada pendayagunaan sumber daya alam, bakat dan karya seni

tradisional dari daerah setempat. Lingkup komoditas prioritas pada IKM antara

lain: makanan ringan, sutera alam, penyamakan kulit, minyak sawit (CPO-IKM),

pupuk (alam dan organik), garam, genteng, alsintan, kapal kecil (kurang dari 100

GT), motorisasi kapal nelayan, alat pertanian tradisional, tenun tradisional,

perhiasan dan anyaman2)

.

Sutera alam merupakan salah satu subsektor agro-industri yang memiliki

potensi untuk dikembangkan karena memiliki berbagai keunggulan yaitu seluruh

bahan baku tersedia dan berasal dari sumber daya alam lokal. Berdasarkan sistem

agribisnis, sutera alam merupakan kegiatan dengan rangkaian usaha yang cukup

panjang, menjadi bagian dari pengembangan di bidang pertanian dan kehutanan

yang dikaitkan dengan kegiatan agroindustri. Kegiatan usaha sutera alam terbagi

dalam dua segmen, yaitu produksi bahan mentah dalam hal ini kepompong ulat

sutera (kokon) yang disebut industri hulu dan segmen produksi pengelolaan bahan

mentah menjadi bahan baku industri dalam hal ini benang sutera dan pengelolaan

bahan baku (benang sutera) menjadi hasil jadi kain sutera yang disebut industri

hilir 3)

.

Produk berbasis sutera alam memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hal itu

dikarenakan selain teknologi yang digunakan relatif sederhana, kegiatan sutera

alam bersifat padat karya yaitu hasil dari keterampilan tangan dan dapat menjadi

sumber pendapatan masyarakat, sehingga kegiatan ini merupakan salah satu

alternatif untuk meningkatkan peranan sektor pertanian dan kehutanan dalam

2)

Http:// ikm.depperin.go.id. Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah. Diakses

tanggal 20 Januari 2009. 3)

Http://www.bi.go.id/sipuk. Latar Belakang Budidaya Sutera. Diakses tanggal 28 Agustus

2008.

Page 22: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

3

mendorong perekonomian masyarakat. Produk benang sutera merupakan

komoditas ekspor yang menjadi bahan baku industri lain di dalam maupun luar

negeri, sehingga dapat meningkatkan devisa, menyerap tenaga kerja, dan memiliki

keterkaitan yang erat dengan sektor atau subsektor lain diluar subsektor

agroindustri 4)

.

Permintaan pasar akan produk sutera alam, khususnya kain sutera relatif

tidak terpengaruh oleh perubahan situasi ekonomi karena mengandalkan

konsumen kelas masyarakat menengah dan atas. Selain itu, penggunaan kain

sutera tidak saja terbatas untuk kebutuhan sandang tetapi telah meluas untuk

kebutuhan tekstil non-sandang seperti dekorasi dan interior hotel-hotel, gedung

perkantoran dan lain-lain. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan pasar

terhadap kain sutera 5)

.

Volume impor sutera alam dari berbagai negara produsen sutera seperti

China, India, Jepang, Korea dan Brazil lebih banyak pada hasil budidaya ulat

sutera (produksi kokon) dan benang sutera. Kenyataan ini sangat bertolak

belakang dengan potensi sumber daya alam yang menunjang bagi pengembangan

budidaya murbei dan pemeliharaan kokon di Indonesia. Dengan demikian pasar

bagi pemenuhan kebutuhan kokon dan benang dalam negeri masih terbuka.

Sedangkan untuk volume ekspor banyak pada produksi kain dan barang jadi. Hal

tersebut menunjukkan masih besarnya respon pasar luar negeri untuk produk-

produk hilir persuteraan alam, baik dalam bentuk kain maupun barang jadi seperti

kemeja, dasi, kaos kaki dan lain-lain. Serta besarnya volume ekspor kain dan

barang jadi berbasis sutera menunjukkan perkembangan yang positif 4)

.

Peningkatan permintaan produk sutera alam dunia merupakan peluang

bagi Indonesia untuk memproduksi sutera alam yang lebih optimal. Ekspor sutera

alam Indonesia saat ini telah mencakup berbagai negara, antara lain : Malaysia,

Jepang, Turki, Yunani, Jerman, Amerika dan Spanyol 6)

. Nilai dan perkembangan

ekspor sutera alam di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

4)

Http://www.bi.go.id/sipuk. Latar Belakang Budidaya Sutera. Diakses tanggal 28 Agustus

2008. 5)

Http://pdf.usaid.gov. Pengembangan Komoditi Unggulan LPE Al-Syura. Diakses tanggal 28

Agustus 2008. 6)

Http://www.bi.go.id/sipuk. Aspek Pemasaran Sutera: Prospek Pemasaran. Diakses tanggal 28

Agustus 2008.

Page 23: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

4

Tabel 2. Nilai dan Perkembangan Ekspor Produk Sutera Alam Indonesia

Tahun 2003-2006

Tahun Nilai Ekspor (US $) Perkembangan (%)

2003 275.993 -

2004 365.844 32,56

2005 1.866.493 410,19

2006 1.972.568 5,68

Sumber : Badan Pusat Statistik (2007) 7)

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai ekspor produk sutera alam di Indonesia

dari tahun 2003 sampai tahun 2006 mengalami peningkatan. Nilai ekspor dari

tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 berkembang positif. Persentase

perkembangan nilai ekspor terbesar terjadi pada periode tahun 2005. Hal ini

dikarenakan permintaan untuk ekspor pakaian jadi berbasis sutera pada tahun

tersebut meningkat tajam seiring dengan berkembangnya dunia mode di berbagai

negara. Walaupun demikian, secara keseluruhan nilai ekspor produk sutera alam

di Indonesia meningkat, hal ini berarti peluang bisnis pesuteraan alam di

Indonesia masih menjanjikan.

Ekspor yang berkembang positif karena adanya permintaan produk sutera

yang meningkat dan potensi pasar dunia yang cukup besar merupakan momentum

dan peluang bagi Indonesia untuk memacu peningkatan produktivitas sutera alam.

Oleh karena itu perlu diketahui dan dianalisis sejauh mana produksi sutera alam

khususnya produk kain sutera mencapai produksi yang optimal sehingga dapat

memaksimumkan keuntungan dan meningkatkan pendapatan para pengusaha

sutera. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi sutera alam adalah

CV Batu Gede yang terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

1.2 Perumusan Masalah

Perusahaan CV Batu Gede merupakan bentuk usaha yang bergerak di

bidang agribisnis, agrowisata serta pendidikan dan pelatihan pesuteraan alam.

Perusahaan CV Batu Gede ini sering juga disebut Rumah Sutera. Lokasi Rumah

Sutera ini berada di Ciapus, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi

7)

Http://www.bps.go.id. Data BPS. Diakses tanggal 28 Agustus 2008.

Page 24: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

5

Jawa Barat. Kegiatan CV Batu Gede menghasilkan produk berbasis sutera alam

melalui pengembangan kebun murbei, pemeliharaan ulat kecil, ulat besar, kokon

(kepompong), pemintalan benang sutera dan penenunan kain sutera.

Produk yang diproduksi dan dijual oleh CV Batu Gede adalah produk kain

sutera jenis dobby (putih polos) dan tenun warna. Kain sutera yang dihasilkan CV

Batu Gede ini dapat mencapai kurang lebih 1.200 meter per tahun. Berdasarkan

informasi yang diperoleh dari pimpinan perusahaan, permintaan kain sutera di CV

Batu Gede mencapai kurang lebih 1.300 - 1.400 meter per tahun. CV Batu Gede

memiliki pasar potensial di Bogor, Garut, Tasikmalaya, Bandung, Jakarta,

Lampung, dan kota-kota lainnya. Untuk memanfaatkan peluang tersebut

perusahaan harus merencanakan kegiatan produksinya agar memperoleh

keuntungan yang maksimal. Jumlah produksi dan permintaan kain sutera pada CV

Batu Gede atau Rumah Sutera dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Produksi dan Permintaan Kain Sutera pada CV Batu

Gede Tahun 2003-2007

Tahun Produksi (m) Jumlah

(m)

Permintaan (m) Jumlah

(m) Dobby Warna Dobby Warna

2003 638,4 212,8 851,2 734,2 244,7 978,9

2004 833,0 277,7 1.110,7 957,9 319,3 1.277,2

2005 912,3 304,1 1.216,4 1.049,2 349,7 1.398,9

2006 898,7 299,6 1.198,3 1.033,5 344,5 1.378,0

2007 904,0 301,3 1.205,3 1.039,6 346,5 1.386,1 Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah produksi kain sutera di CV Batu

Gede Bogor masih rendah dibandingkan dengan jumlah permintaan yang ada.

Selisih jumlah produksi dan permintaan yang ada dari tahun ke tahun pada

umumnya adalah sebesar 15 persen. Hal ini berarti 15 persen permintaan belum

terpenuhi dari total produksi CV Batu Gede Bogor. Jumlah permintaan yang

lebih besar daripada jumlah produksi merupakan peluang bagi perusahaan untuk

lebih meningkatkan produksi.

Perkembangan jumlah produksi, permintaan dan penjualan kain sutera

pada CV Batu Gede Bogor selama periode 12 bulan dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 25: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

6

Tabel 4. Jumlah Produksi dan Permintaan Kain Sutera Jenis Dobby dan

Warna di CV Batu Gede Bogor pada Periode September 2007

sampai Agustus 2008

Tahun Bulan Produksi Kain Sutera (m) Permintaan Kain Sutera (m)

Dobby Warna Jumlah Dobby Warna Jumlah

2007 September 81,4 27,1 108,5 93,6 31,2 124,8

Oktober 83,1 27,7 110,8 95,6 31,9 127,4

Nopember 78,9 26,3 105,2 90,7 30,2 121,0

Desember 75,5 25,2 100,7 86,9 29,0 115,8

2008 Januari 82,2 27,4 109,6 94,5 31,5 126,0

Februari 73,7 24,6 98,2 84,7 28,2 112,9

Maret 79,1 26,4 105,5 91,0 30,3 121,3

April 79,4 26,5 105,8 91,3 30,4 121,7

Mei 80,9 27,0 107,9 93,1 31,0 124,1

Juni 82,6 27,5 110,1 95,0 31,7 126,6

Juli 86,6 28,9 115,4 99,5 33,2 132,7

Agustus 83,6 27,9 111,5 96,2 32,1 128,2

Jumlah 966,9 322,3 1289,2 1111,9 370,6 1482,6

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Tabel 4 menunjukkan bahwa baik produksi maupun permintaan yang ada

pada perusahaan cenderung berfluktuatif namun masih menunjukkan

perkembangan yang positif. Hal ini dikarenakan permintaan produk kain sutera

akan meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan dan perkembangan dunia

mode. Permintaan terendah terjadi pada bulan Februari 2008, hal ini terjadi akibat

pada bulan sebelumnya yaitu Januari 2008 terjadi permintaan yang tinggi karena

memasuki periode tahun baru yang menyebabkan berkembangnya mode pakaian

jadi sutera sehingga pada Februari 2008 konsumen melakukan penurunan

permintaan yang dimungkinkan masih tersedianya stok pakaian berbahan baku

kain sutera.

Oleh karena itu, dengan melihat produksi kain sutera perusahaan yang

menunjukkan perkembangan yang positif seiring dengan meningkatnya

permintaan yang ada, perlu diketahui dan dianalisis sejauh mana produksi kain

sutera perusahaan mencapai optimal yang dapat memaksimalkan keuntungan.

Page 26: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

7

Untuk memproduksi kain sutera, perusahaan pun harus merencanakan

penggunaan input produksi yang dimilikinya, sehingga perusahaan dapat

mengetahui sumberdaya yang berlebih dan sumberdaya yang terbatas. Input

produksi yang dijadikan kendala dalam mencapai produksi yang optimal yaitu

bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja langsung dan Alat Tenun Bukan Mesin

(ATBM).

Selain kendala-kendala input produksi, tingginya jumlah permintaan pun

dapat menjadi kendala dalam melakukan optimalisasi produksi. Meskipun

permintaan yang tinggi itu merupakan peluang, namun sekaligus juga menjadi

pembatas produksi agar produksi kain sutera tidak melebihi permintaan yang ada

karena akan dapat mengurangi keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu,

perusahaan memerlukan suatu manajemen pengendalian produksi dengan

memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dan adanya jumlah permintaan yang

tinggi agar produk yang dihasilkan mencapai optimal. Kendala-kendala pada CV

Batu Gede dapat diminimalkan dengan mengadakan perkiraan dan perhitungan

secara kuantitatif yang dapat dilakukan dengan menggunakan analisis optimalisasi

terhadap produksi kain sutera yang dihasilkan perusahaan.

Selain itu, perusahaan dihadapkan pada keadaan lingkungan yang berubah.

Perubahan yang terjadi misalnya peningkatan biaya bahan baku atau penurunan

jumlah tenaga kerja langsung. Peningkatan biaya bahan baku jenis benang sutera

pada CV Batu Gede biasa terjadi 10 hingga 20 persen dari biaya bahan baku awal

dan pengurangan tenaga kerja langsung dimungkinkan terjadi karena sifatnya

borongan atau tidak tetap sehingga sewaktu-waktu tenaga kerja tersebut dapat

beralih ke pekerjaan jenis lain yang sesuai dengan kemampuannya di bidang lain

apabila proses produksi kain sutera perusahaan telah selesai dikerjakannya.

Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentu saja dapat mempengaruhi

optimalisasi produksi kain sutera di CV Batu Gede.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perumusan masalah pada CV Batu

Gede dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Bagaimana kombinasi produksi kain sutera yang tepat bagi CV Batu Gede

agar mencapai kondisi optimal yang dapat memaksimalkan keuntungan ?

2. Bagaimana alokasi sumberdaya yang dimiliki CV Batu Gede sebagai kendala

produksi untuk mencapai kondisi optimal?

Page 27: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

8

3. Bagaimana solusi terbaik jika terjadi perubahan, dalam hal ini peningkatan

harga benang sutera dan pengurangan jumlah tenaga kerja langsung dalam

perumusan program linier?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan, maka tujuan penelitian ini antara lain :

1. Menganalisis kombinasi produksi kain sutera yang tepat bagi CV Batu Gede

agar mencapai kondisi optimal yang dapat memaksimalkan keuntungan.

2. Mengkaji alokasi sumberdaya yang dimiliki CV Batu Gede sebagai kendala

produksi untuk mencapai kondisi optimal.

3. Menganalisis solusi terbaik jika terjadi perubahan, dalam hal ini peningkatan

harga benang sutera dan pengurangan jumlah tenaga kerja langsung dalam

perumusan program linier.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan keputusan tingkat produksi

bagi perusahaan dalam mencapai produksi yang optimal untuk meningkatkan

keuntungan.

2. Sebagai bahan informasi, pustaka dan pengetahuan mengenai optimalisasi

produksi bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian fokus pada kegiatan produksi sutera alam di CV

Batu Gede. Data produksi yang digunakan adalah data produksi selama 12 bulan

yaitu produksi periode September 2007 – Agustus 2008. Data lainnya mengenai

gambaran umum perusahaan digunakan sebagai data pelengkap penelitian.

Produk yang akan diteliti adalah kain tenun sutera putihan / dobby dan

kain tenun sutera warna yang merupakan hasil produksi sektor hilir perusahaan

yang berfluktuatif penjualannya. Keuntungan yang diperhitungkan adalah

keuntungan kotor yang diperoleh dari hasil pengurangan total penerimaan dan

pengeluaran produksi kain sutera. Model analisis yang digunakan adalah model

program linier yang didalamnya terdapat asumsi-asumsi.

Page 28: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kegiatan Persuteraan Alam Di Indonesia

Sutera alam adalah produk olahan dari ulat sutera Bombyx mori linn.

Persuteraan alam merupakan kegiatan agro industri yang meliputi pembibitan ulat

sutera, budidaya tanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, pemintalan,

pertenunan, pembatikan / pencelupan / pencapan / penyempurnaan, garmen dan

pembuatan benang jadi lainnya termasuk pemasarannya (SKB Menteri

Kehutanan, Menteri Petrindustrian dan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah). Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 50/Kpts-

II/1997, tanggal 20 Januari 1997, yang dimaksud dengan persuteraan alam adalah

bagian kegiatan perhutanan sosial dengan hasil kokon atau benang sutera yang

terdiri dari kegiatan moriculture, sericulture, filature dan manufacture 8)

.

Kegiatan moriculture adalah kegiatan budidaya atau memelihara tanaman

murbei untuk menghasilkan daun sebagai pakan ulat sutera. Sedangkan

sericulture adalah kegiatan pemeliharaan ulat sutera sampai menghasilkan kokon

(kepompong) sebagai bahan baku pembuatan benang sutera. Setelah itu adalah

kegiatan filature, yaitu kegiatan mengolah kokon menjadi benang sutera. Kegiatan

akhir pada pesuteraan alam adalah manufacture yaitu pertenunan dan pembuatan

benang sutera menjadi kain sutera dan produk barang jadi lainnya yang berbasis

sutera serta meliputi pemasarannya 8)

.

Persuteraan alam diawali dengan kegiatan pemeliharaan tanaman murbei.

Daun tanaman murbei digunakan sebagai pakan ulat sutera. Untuk menghasilkan

kualitas kain sutera yang baik dibutuhkan kualitas ulat sutera yang baik, maka dari

itu pakan yang diberikan pada ulat sutera harus diperhatikan oleh petani-petani

ulat sutera. Tanaman murbei tahan terhadap perlakuan pemangkasan dan

membutuhkan sinar matahari penuh. Murbei yang dipangkas dan dipelihara

dengan baik akan tumbuh tunas baru yang muda, jumlahnya banyak dan tumbuh

pesat serta dapat menghasilkan daun yang banyak berwarna hijau segar. Daun

inilah yang akan digunakan untuk pakan ulat sutera (Nasaruddin & Nurcahyo

1992) 8)

. Kuantitas dan kandungan gizi yang ada dalam daun murbei sangat

8)

Http://www.dephut.co.id. RLPS – Statistik Kehutanan Indonesia 2002. Diakses tanggal 28

Agustus 2008.

Page 29: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

10

penting untuk pertumbuhan ulat sutera. Hal ini akan mempengaruhi produksi

kokon serta mutu kokon yang dihasilkan oleh ulat sutera, sehingga baik langsung

maupun tidak langsung akan mempengaruhi jumlah dan mutu benang sutera yang

dihasilkan (Santoso 1997) 9)

.

2.2 Ulat Sutera Sebagai Penghasil Benang Sutera

Ulat sutera adalah serangga atau sejenis ngengat penghasil benang sutera.

Ulat sutera mempunyai metamorfosa sempurna dalam siklus hidupnya mulai dari

telur, larva, pupa sampai dengan kupu-kupu. Ulat sutera yang dikembangkan di

Indonesia ialah species Bombyx mori linn. Menurut Atmosoedarjo et al. (2000) 10)

,

klasifikasi ulat sutera adalah sebagai berikut :

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Bombycidae

Genus : Bombyx

Species : Bombyx mori linn

Selain Bombyx mori linn ada pula jenis ulat atau serangga lain yang

mampu menghasilkan sutera, antara lain : Antheraca pernyi yang hidup di China,

dan Antheraca paphia di India. Ketiga jenis serangga tersebut merupakan anggota

keluarga Saturmidae yang juga berasal dari bangsa Lepideptera. Sutera sendiri

sebetulnya berasal dari serat yang dianyam oleh ulat menjadi kepompong (kokon).

Kepompong itu berfungsi sebagai pelindung saat ulat merubah diri menjadi

bentuk pupa. Filamen sutera yang dikeluarkan dari mulut ulat sutera tersebut,

terdiri atas beberapa asam amino seperti alanin, fenil alanin, asam asparat, asam

glutamat, glisin, lisin oksiprolin, prolin ,serin dan kirosin. Sebuah kepompong

yang melingkari tubuh ulat itu bila dipintal menjadi filamen mencapai 900 m

bahkan 1800 m 10)

.

9)

Http://manajerial.blogspot.com. Sistem Persuteraan Alam Jawa Barat. Diakses tanggal 28

Agustus 2008. 10)

Http://www. dishut.jabarprov.go.id. Sutera Alam. Diakses tanggal 28 Agustus 2008.

Page 30: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

11

2.3 Pemintalan Benang Sutera

Pemintalan merupakan proses penyatuan filamen yang berasal dari kokon

untuk dipintal menjadi benang. Industri pemintalan sutera Indonesia tahun 2007

terdapat 4.463 unit usaha dengan daerah penghasil utama terdapat di daerah

Sulawesi Selatan dan Jawa Barat. Tenaga kerja yang terserap sebanyak 7.796

orang dengan nilai produksi sebesar Rp. 19,5 milyar dan benang sutera yang

dihasilkan sekitar 78 ton per tahun. Produksi ini masih di bawah kapasitas

produksi terpasang industri benang samping diekspor ke Jepang, Italia, Perancis

dan Amerika Serikat 11)

.

Satu set mesin pemintal serat sutra terdiri dari oven kokon dengan bahan

bakar minyak tanah, mesin pengupas serabut kolosom serta panci untuk memasak

kokon agar serat benang terurai dan siap untuk dipintal. Selain itu, terdapat bak

pemilah kokon untuk menyeleksi kokon, mesin relling untuk memintal kokon

menjadi benang, mesin re-relling untuk mengeringkan dan menggulung benang,

serta mesin kelos besar untuk persiapan penggabungan benang. Pada proses

pemintalan selanjutnya menggunakan mesin twist gintir untuk memilin dan

merangkapkan benang dari dua benang tunggal menjadi satu benang ganda.

Setelah itu, digulung dengan menggunakan mesin kelos kecil untuk persiapan

proses tenun. (Ujang & Vitex 2005) 12)

.

Menurut Atmosoedarjo et al. (2000) 13)

, mesin utama dalam proses

pengolahan benang sutera, adalah mesin reeling. Spesifikasi terbaik mesin ini

tergantung dari beberapa faktor seperti : kapasitas produksi, kualitas kokon,

sistem penyuapan atau pengambilan ujung, sistem kecepatan pengambilan ujung

dan penggulungan filamen serta keterampilan operator. Mesin reeling yang

digunakan dalam industri pemintalan benang sutera terdiri dari; reeling

tradisional yang dibuat oleh pengrajin setempat dan menghasilkan benang kasar

(nomor besar), reeling mekanis yang dibuat oleh pengusaha industri kecil, dan

reeling otomatis yang dapat diperoleh dari impor yaitu mesin dengan teknologi

maju yang berkecepatan tinggi guna mengolah kokon yang bermutu. Selain itu,

11)

Ir. Billy Hindra, MSc. Direktorat Bina Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan

Http://www.situbondo.go.id. Diakses tanggal 28 Agustus 2008. 12)

Http://www2.kompas.com. Mesin Pemintal Sutera Ala Bandung. Diakses tanggal 28 Agustus

2008. 13)

Http:www. dishut.jabarprov.go.id. Sutera Alam. Diakses tanggal 28 Agustus 2008.

Page 31: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

12

mesin dan perlengkapan lain yang diperlukan dalam pemintalan benang adalah

mesin re-reeling, mesin doubling/twisting, dryer dan sentrifuge/ekstraktor untuk

pengeringan benang, mesin kelos (winding) dan gudang penyimpan kokon dan

benang serta perlengkapan penunjangnya.

2.4 Pertenunan Sutera

Pertenunan merupakan tahap produksi setelah melakukan proses

pemintalan, kegiatan pertenunan ini merupakan proses membuat kain dari bahan

baku benang dengan menggunakan mesin atau alat tenun. Pertenunan sutera di

Indonesia menggunakan dua jenis alat tenun yaitu Alat Tenun Mesin (ATM) dan

Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Produktivitas ATM lebih tinggi dan

kualitasnya pun lebih baik dibandingkan dengan ATBM. Pertenunan yang

menggunakan ATM, kerapatan anyaman pada kain sutera yang dihasilkan akan

merata dan sebaliknya bila menggunakan ATBM (Hafsah 2007).

Keluhan konsumen terhadap produk sutera dalam negeri adalah

kenampakan yang tidak rata, warna yang kurang mengkilau dan warna tidak

tahan luntur. Permasalahan tersebut terutama disebabkan proses pertenunan

dengan ATBM. Untuk itu perlu dilakukan penyempurnaan kualitas sutera alam

dengan proses penenunan sebagai berikut: 14)

a. Proses Degumming

Filamen sutera mentah terdiri dari dua filamen fibroin yang terbungkus

dalam serisin. Komposisi serat sutera tersebut antara lain serisin 22 – 25 persen,

fibroin 62 – 67 persen, air 10 – 11 persen dan garam mineral 1 – 1,5 persen.

Serisin adalah protein albumin yang tidak larut dalam air dingin, tetapi menjadi

lemah didalam air panas, larut didalam alkali lemah dan sabun. Proses

degumming ini dilakukan melalui perebusan atau pemasakan benang sutera yang

sudah dipintal.

b. Proses Penghilangan Kanji

Sebelum proses pertenunan pada umumnya benang lungsi dikanji terlebih

dahulu untuk memperkuat benang supaya tidak mudah putus karena gesekan

selama proses pertenunan. Kanji yang ada pada kain perlu dihilangkan, karena

14)

Http://pdf.usaid.gov. Pengembangan Komoditi Unggulan LPE Al-Syura. Diakses tanggal 28

Agustus 2008.

Page 32: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

13

kanji yang ada akan menghalangi penyerapan zat warna atau zat-zat kimia lain

pada bahan untuk proses selanjutnya.

c. Proses Pengelantangan

Serat sutera mempunyai warna agak kekuning-kuningan atau kecokelat-

cokelatan. Untuk mendapatkan warna yang putih perlu proses pemutihan yang

disebut proses pengelantangan. Proses pengelantangan sutera dapat dilakukan

dengan menggunakan zat pengelantangan jenis Natrium Hidrosulfit atau

oksidator Hidrogen Peroksida pada pH, konsentrasi, suhu dan waktu tertentu.

d. Proses Pengikatan

Tenun sutera tradisional Indonesia umumnya ada dua macam, yaitu tenun

ikat dan jumputan (sasirangan). Tenun ikat yaitu benang sutera setelah melalui

proses degumming dan atau pengelantangan kemudian benang tersebut diikat

sesuai dengan motif yang diinginkan (ikat lungsi, ikat pakan atau keduanya)

kemudian dicelup. Disini bahan yang terikat tidak akan tercelup sehingga pada

waktu bahan tersebut ditenun akan memberikan motif. Jumputan (sasirangan),

bahan-bahan diikat setelah proses degumming,

e. Proses Pencelupan

Proses pencelupan adalah proses pemberian warna pada bahan secara

merata. Di Indonesia pencelupan bahan sutera banyak mempergunakan zat

warna direk, asam, kationik, naftol dan reaktif.

Walaupun Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) memiliki kekurangan

dibandingkan dengan Alat Tenun Mesin (ATM) namun ATBM juga memiliki

beberapa kelebihan. Menurut Muflikh (2003), kelebihan-kelebihan ATBM yaitu

kekuatan kain yang dihasilkan sangat tinggi, harga jual kain lebih tinggi dan kain

tersesan lebih eksklusif karena dikerjakan secara manual. Jenis-jenis kain tenun

yang dihasilkan oleh beberapa daerah di Indonesia melalui ATBM antara lain

sarung mandar, sengkang, samarinda dan songket.

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Muflikh (2003), mengenai nilai tambah pengolahan dan

optimalisasi produksi kain tenun sutera alam menunjukkan bahwa pengolahan

kain tenun sutera alam “Aman Sahuri” telah memberikan nilai tambah yang cukup

besar dengan rata-rata rasio di atas 60 persen dari nilai output. Penggunaan

Page 33: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

14

benang sutera produksi dalam negeri memberikan nilai tambah dan tingkat

keuntungan lebih besar daripada penggunaan benang sutera impor untuk

menghasilkan berbagai jenis kain sutera. Hasil analisis produksinya menunjukkan

perusahaan belum berproduksi secara optimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

peningkatan keuntungan perusahaan setelah memanfaatkan seluruh bahan baku

sutera alam untuk mencapai produksi optimal. Peningkatan keuntungan

perusahaan setelah adanya optimalisasi produksi sebesar Rp 68.169.250,00.

Purwaningsih (2001) melakukan penelitian mengenai optimalisasi

produksi benih hortikultura Sang Hyang Seri Selection di PT Sang Hyang Seri

Regional Manager I UPPB Sukamandi, Jawa Barat. Pada penelitiannya dilakukan

pembagian musim yaitu musim tanam I dan II. Analisis yang dilakukan adalah

analisis optimalisasi produksi dan analisis post optimal yang meliputi tiga

skenario, yaitu : (1) melakukan perubahan koefisien fungsi tujuan kacang panjang

usus hijau musim tanam I; (2) melakukan perubahan pada nilai sisi kanan

anggaran upah tenaga kerja langsung musim tanam II; dan (3) melakukan

penambahan sejumlah kendala permintaan khususnya cabe rawit dan labu kuning

yang juga akan mempengaruhi terhadap perubahan nilai sisi kanan kendala bahan

baku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan belum dapat melakukan

produksi secara optimal. Hal ini dilihat dari nilai fungsi tujuan pada kondisi

optimal lebih besar dari pada keuntungan aktual dengan selisih sebesar Rp

75.535.809,00.

Maryati (2008) melakukan penelitian mengenai optimalisasi produksi bibit

tanaman hias pada PT Inggu Laut Abadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Analisis optimalisasi produksi yang digunakan adalah analisis primal, analisis

dual, analisis sensitivitas dan analisis post optimal. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya di perusahaan belum efisien dilihat

dari adanya perbedaan penggunaan sumberdaya antara kondisi aktual dengan

kondisi optimal. Pada analisis post optimal dilakukan dua skenario yaitu

meningkatkan harga bahan baku dan mengurangi jam tenaga kerja. Nilai

keuntungan yang diperoleh pada skenario pertama lebih besar dari kondisi aktual

sedangkan pada skenario kedua lebih kecil.

Page 34: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

15

Astuti (2007) melakukan penelitian mengenai optimalisasi sayuran

hidroponik pada PT Saung Mirwan, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten

Bogor. Analisis optimalisasi produksi yang digunakan adalah analisis primal-dual

dan analisis post optimal. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan

sumberdaya di perusahaan belum efisien dilihat dari adanya perbedaan

penggunaan sumberdaya antara kondisi aktual dengan kondisi optimal. Melalui

optimalisasi perusahaan masih dapat meningkatkan keuntungan sebesar 7,52

persen dari keuntungan semula. Jenis tanaman yang diproduksi untuk mencapai

kondisi optimal sama dengan jenis tanaman pada kondisi aktual, namun jumlah

tanaman yang akan ditanam berbeda. Hal itu karena pada saat pengolahan dengan

menggunakan LINDO, jumlah tanaman yang berpotensi menghasilkan

keuntungan yang lebih tinggi akan lebih banyak ditanam.

Keseluruhan hasil penelitian terdahulu mengenai optimalisasi produksi

menyatakan bahwa perusahaan-perusahan yang diteliti belum mampu melakukan

produksi secara optimal. Hal ini dilihat dari keadaan aktual perusahaan masih

lebih kecil dibandingkan dengan hasil optimalisasinya. Analisis mengenai

optimalisasi produksi dilakukan dengan membandingkan kondisi aktual

perusahaan baik produksi maupun keuntungannya dengan kondisi optimal hasil

olahan komputer. Dapat diketahui juga bahwa perencanaan linier adalah alat

analisis yang cukup baik untuk menyusun kebijakan keputusan berproduksi secara

optimal. Penelitian-penelitian terdahulu memiliki kesamaan dengan penelitian

yang sedang dilaksanakan ini, yaitu menggunakan analisis optimalisasi untuk

mengetahui pengalokasian sumberdaya terbatas dalam memperoleh tingkat

produksi yang optimal. Perbedaannya terletak pada perusahaan, komoditi, dan

lokasi penelitian serta pada penggunaan skenario analisis post optimal dan analisis

sensitivitas untuk mengetahui dampak dari perubahan-perubahan dalam model

terhadap nilai-nilai peubah pengambilan keputusan.

Secara keseluruhan, perbandingan metode-metode analisis optimalisasi

produksi pada penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 35: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

16

Tabel 5. Metode-Metode Analisis Optimalisasi pada Penelitian Terdahulu

Penulis Tahun Judul Skripsi Metode Analisis

Purwaningsih 2001 Optimalisasi Produksi Benih

Hortikultura Sang Hyang Seri

Selection Di PT Sang Hyang Seri

Regional Manager I UPPB

Sukamandi, Jawa Barat

Analisis primal-

dual dan Analisis

post optimal

Muflikh 2003 Nilai Tambah Pengolahan dan

Optimalisasi Produksi Kain Tenun

Sutera Alam Di Perusahaan “Aman

Sahuri”

Analisis Primal,

Analisis Dual

dan Analisis

Sensitivitas

Astuti 2007 Optimalisasi Sayuran Hidroponik

Pada PT Saung Mirwan, Kecamatan

Mega Mendung, Kabupaten Bogor

Analisis primal-

dual dan Analisis

post optimal

Maryati 2008 Optimalisasi Produksi Bibit

Tanaman Hias Pada PT Inggu Laut

Abadi Di Kabupaten Cianjur, Jawa

Barat

Analisis Primal,

Analisis Dual,

Analisis

Sensitivitas dan

Analisis post

optimal

Page 36: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis diperoleh dari buku-buku yang berkaitan

dengan topik penelitian yang dilaksanakan. Diharapkan dari buku-buku tersebut

dapat diperoleh informasi dan gambaran mengenai produksi, optimalisasi dan

teori-teori yang dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan dalam topik

penelitian ini.

3.1.1 Teori Produksi

Menurut Beattie dan Taylor (1996), produksi adalah proses kombinasi dan

koordinasi material-material serta kekuatan-kekuatan input (faktor, sumberdaya

atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau

produk). Proses produksi dimulai dengan adanya permintaan akan barang dan

jasa, kemudian didukung oleh penyediaan input yang mendukung. Unit terkecil

dari kegiatan produksi adalah operasi, yaitu langkah tertentu dalam keseluruhan

proses menghasilkan produk atau jasa yang membawa kepada keluaran akhir

(Buffa & Sarin 1996).

Metode produksi adalah suatu kombinasi dari faktor-faktor produksi yang

dibutuhkan untuk memproduksikan satu satuan produk (Sudarsono 1984). Untuk

memperoleh keuntungan maksimal dalam menentukan kombinasi produk yang

optimal dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi (KKP) dan garis

isorevenue. Kurva kemungkinan produksi adalah kurva yang menjelaskan

kombinasi produk yang dapat dihasilkan dengan menggunakan sumberdaya dalam

jumlah yang tetap. Garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi

produk yang dapat dijual oleh perusahaan yang akan memberikan penerimaan

tertentu. Menurut Doll dan Orazem (1984), kurva kemungkinan produksi dapat

juga disebut isoresource curve, karena masing-masing titik dalam kurva

menunjukkan kombinasi dari output yang dapat dihasilkan dengan menggunakan

input yang sama.

Kurva kemungkinan produksi / production possibility curve dapat

menunjukkan daerah batas kemungkinan produksi / production possibility

frontier, yaitu semua kemungkinan kombinasi barang-barang yang dapat

Page 37: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

18

diproduksi dengan sejumlah sumberdaya tertentu (Nicholson 2002). Kurva

tersebut menunjukkan berbagai perbedaan kombinasi dari output yang dapat

diproduksi dari sumberdaya tertentu yang jumlahnya terbatas. Kurva

kemungkinan produksi untuk perusahaan yang memproduksi dua jenis barang

dapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan :

X : Produk X

Y : Produk Y

TR1 : Total Penerimaan 1

TR2 : Total Penerimaan 2

R : Kombinasi Produksi Optimum

X2 : Jumlah Produk X yang Diproduksi pada Kondisi Optimum

Y2 : Jumlah Produk Y yang Diproduksi pada Kondisi Optimum

U : Kombinasi Produksi yang Tidak Menghabiskan Sumberdaya yang

Tersedia

P : Kombinasi Produksi X dan Y yang Tidak Optimum

Q : Kombinasi Produksi X dan Y yang Tidak Optimum

ARB : Batas Kemungkinan Produksi yang membatasi kombinasi produksi yang

dapat dicapai dan tidak dapat dicapai oleh perusahaan

OARB : Kurva Kemungkinan Produksi untuk Produk X dan Y

Gambar 1. Kurva Kemungkinan Produksi Produk X dan Y. Sumber : Nicholson (2002)

R

TR2 TR1

P

Q

X2

Y2

A

B O

Y

X

U

Page 38: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

19

Pada Gambar 1 diasumsikan perusahaan memproduksi dua jenis barang

yaitu barang X dan Y dengan menggunakan sumberdaya yang ada pada jumlah

tertentu. Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) untuk barang X dan Y diwakili

oleh titik OARB. Batas kemungkinan produksi yang membatasi antara kombinasi

produksi yang dapat dicapai dan tidak dapat dicapai oleh perusahaan. Titik

kombinasi produk untuk barang X dan Y dengan tidak menghabiskan semua

sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan ditandai dengan huruf U. Wilayah luar

garis ARB merupakan wilayah kombinasi produksi barang X dan Y yang tidak

dapat dicapai oleh perusahaan karena sumberdaya yang dimiliki perusahaan tidak

mencukupi untuk memproduksi kedua barang tersebut.

Kombinasi produk yang belum optimal ditunjukkan oleh perpotongan

antara garis isorevenue (TR1) dengan batas kemungkinan produksi. Barang X dan

Y masing-masing diproduksi pada titik P atau memproduksi barang X dan Y

masing-masing pada titik Q menghasilkan penerimaan yang masih rendah

dibandingkan dengan jika perusahaan melakukan kombinasi produksi saat garis

isorevenue (TR2) bersinggungan dengan batas kemungkinan produksi. Pada titik

persinggungan (titik R), perusahaan memproduksi X dan Y masing-masing

sejumlah X2 dan Y2 dengan penerimaan yang diperoleh TR2 lebih tinggi dari TR1.

kombinasi yang kedua ini sumberdaya yang tersedia bagi perusahaan habis

digunakan untuk memproduksi X dan Y sehingga mampu menekan sumberdaya

yang berlebih.

Pada batas kemungkinan produksi terdapat tiga konsep (Lipsey et al.

1995), antara lain :

1. Kelangkaan (scarcity), yaitu kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi

batas.

2. Pilihan (choice), yaitu berdasarkan kebutuhan memilih dari sejumlah titik-

titik alternatif yang dapat dicapai batas.

3. Biaya peluang (opportunity cost), yaitu nilai yang hilang jika memilih

alternatif produk lain berdasarkan kemiringan batas ke kanan bawah (bentuk

kurva cembung).

Tujuan perusahaan adalah memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk

mencapai tujuan tersebut perusahaan tidak hanya perlu memperhatikan tingkat

Page 39: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

20

keuntungan yang diharapkan tetapi harus memperhatikan juga sumberdaya yang

terbatas. Pada tiga konsep Lipsey et al. (1995), dapat disimpulkan bahwa

sumberdaya yang terbatas dapat mengakibatkan kelangkaan, kondisi ini

menunjukkan tingkat produksi yang diharapkan tidak dapat melebihi keterbatasan

sumberdaya yang ada. Perusahaan yang mengalami kelangkaan akan memilih

beberapa alternatif pilihan yang dapat dicapai sepanjang batas kemungkinan

produksi. Pemilihan yang terjadi ini akan menimbulkan biaya peluang, artinya

seberapa besar biaya yang hilang atas pemilihan salah satu alternatif yang

dibandingkan dengan alternatif lain.

Perusahaan menghasilkan kombinasi output yang memberikan nilai

penerimaan yang maksimum, tentu saja menggunakan kombinasi penggunaan

sumberdaya (input) yang optimal. Penggunaan input yang optimal yaitu

kombinasi dengan biaya paling minimum. Kombinasi penggunaan input optimal

yang menghasilkan biaya minimum dapat dijelaskan dengan kurva isoquant dan

garis isocost. Kurva isoquant adalah kurva yang menunjukkan semua kombinasi

faktor produksi yang secara teknis efisien dalam memproduksi output tertentu.

Sedangkan garis isocost adalah penyajian grafis semua kombinasi berbagai faktor

produksi (input) yang diperoleh perusahaan, jika perusahaan mengeluarkan

sejumlah dana tertentu pada harga tetap faktor produksi tersebut (Lipsey et al.

1995). Kurva isoquant dan garis isocost dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva Isoquant dan Garis Isocost. Sumber : Lipsey et al. (1995)

a

b

c

A

C

D B X1 X2 X3

Y1

Y2

Y3

Input Y

Input X

IQz

Page 40: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

21

Gambar 2 menunjukkan bahwa perusahaan diasumsikan menggunakan

input X1, X2, X3, Y1, Y2 dan Y3 untuk memproduksi output z. Kurva isoquant

produk z ditunjukkan oleh kurva IQz dan garis isocost ditunjukkan oleh garis AB

dan CD. Produk z dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi input di titik

a, b, atau c yang terdapat pada kurva isoquant. Kombinasi input pada masing-

masing titik tersebut akan menghasilkan jumlah output yang sama. Kurva

isoquant mempunyai kemiringan atau slope yang bernilai negative. Slope ini

disebut dengan tingkat subtitusi teknis marjinal atau marginal rate of technical

substitutions (MRTS) yaitu jumlah pengurangan salah satu input ketika satu unit

input lainnya ditambahkan sementara output konstan. Kemiringan kurva isoquant

ditentukan oleh rasio produksi marjinalnya (Lipsey et al. 1995).

Kemiringan atau slope garis isocost ditentukan oleh rasio harga kedua

input produksi (X dan Y). Garis isocost AB dan CD menggambarkan jumlah

biaya produksi yang sama. Titik a dan c memiliki jumlah biaya yang sama karena

berada pada garis isocost yang sama yaitu garis AB. Titik b memiliki jumlah

biaya yang paling minimum jika dibandingkan dengan titik a dan c karena

semakin tinggi biaya maka semakin jauh garis isocost dari titik awal.

Garis isocost AB memotong kurva isoquant IQz di titik a dan c. Jika

perusahaan melakukan produksi dengan menggunakan kombinasi input di kedua

titik tersebut, maka prodses produksi tidak dilaksanakan secara efisien.

Perusahaan harus menemukan kombinasi input yang paling murah agar proses

produksi dapat dilaksanakan dengan secara efisien. Kombinasi input dengan biaya

yang terendah ditunjukkan oleh titik persinggungan antara garis isocost CD

dengan kurva isoquant IQz. Jika perusahaan sampai pada posisi biaya terendah,

maka perusahaan tersebut telah menyamakan rasio harga (yang diketahui dari

harga pasar) dengan rasio produk marjinal yang dapat disesuaikan dengan

mengubah proporsi penggunaan faktor-faktor produksi (Lipsey et al. 1995). Oleh

karena itu, proses produksi output z dengan biaya yang paling minimum adalah

dengan menggunakan kombinasi input X dan Y pada titik b. Titik b merupakan

titik optimal penggunaan penggunaan input X sebesar X2 dan input Y sebesar Y2

dengan nilai total biaya yang tunjukkan oleh garis isocost CD.

Page 41: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

22

3.1.2 Optimalisasi Produksi

Optimalisasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi

penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik

maksimum atau minimum suatu fungsi tujuan (Nasendi & Anwar 1985).

Optimalisasi produksi diperlukan perusahaan dalam rangka mengoptimalkan

sumberdaya yang digunakan agar suatu produksi dapat menghasilkan produk

dalam kuantitas dan kualitas yang diharapkan, sehingga perusahaan dapat

mencapai tujuannya. Menurut Soekartawi (1995), optimalisasi produksi adalah

penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor

produksi tersebut adalah modal, mesin, peralatan, bahan baku, bahan pembantu

dan tenaga kerja.

Mulyono (1991) menyatakan bahwa berdasarkan langkah-langkah

optimalisasi, setelah masalah diidentifikasi dan tujuan ditetapkan maka langkah

selanjutnya adalah memformulasikan model matematik yang meliputi tiga tahap,

yaitu :

1. Menentukan variabel yang tidak diketahui (variabel keputusan) dan nyatakan

dalam simbol matematik,

2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai hubungan linier (bukan

perkalian) dari variabel keputusan,

3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam

persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari

variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah

tersebut.

Setiap perusahaan akan berusaha mencapai keadaan optimal dengan

memaksimalkan keuntungan atau dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan

dalam proses produksi. Perusahaan mengharapkan hasil yang terbaik dengan

keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, namun dalam mengatasi permasalahan

dengan teknik optimalisasi jarang menghasilkan suatu solusi yang terbaik. Hal

tersebut dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi berada diluar jangkauan

perusahaan.

Untuk menggunakan sejumlah input tertentu, perusahaan akan memilih

kombinasi output sedemikian sehingga keuntungan yang dihasilkan akan

Page 42: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

23

maksimal. Analisis kondisi optimal tersebut dapat menggunakan dua analisis dari

sisi input dan output. Analisis tersebut dapat menggunakan kurva isoquant dan

isocost atau kurva isorevenue dan kurva kemungkinan produksi (Nicholson 2002).

Optimalisasi dapat ditempuh dengan dua cara yaitu maksimisasi dan

minimisasi. Maksimisasi adalah optimalisasi produksi dengan menggunakan atau

mengalokasian input yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang

maksimal / constrained output maximization. Sedangkan minimisasi adalah

optimalisasi produksi untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan

menggunakan input atau biaya yang paling minimal / constrained output

minimization.

Menurut Nicholson (1994), persoalan optimalisasi dibagi menjadi dua

jenis yaitu tanpa kendala dan dengan kendala. Pada optimalisasi tanpa kendala,

faktor-faktor yang menjadi kendala atau keterbatasan-keterbatasan yang ada

terhadap fungsi tujuan diabaikan sehingga dalam menentukan nilai maksimum

atau minimum tidak terdapat batasan-batasan terhadap berbagai pilihan alternatif

yang tersedia. Sedangkan pada optimalisasi dengan kendala, faktor-faktor yang

menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diperhatikan dalam menentukan titik

maksimum atau minimum fungsi tujuan.

Menurut Supranto (1988), optimalisasi dengan kendala pada dasarnya

merupakan persoalan dalam menentukan nilai variabel suatu fungsi menjadi

maksimum atau minimum dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang

ada. Keterbatasan-keterbatasan itu meliputi input atau faktor-faktor produksi

seperti modal, bahan baku, tenaga kerja dan mesin. Optimalisasi produksi dengan

kendala perlu memperhatikan faktor-faktor yang menjadi kendala pada fungsi

tujuan karena kendala menentukan nilai maksimum dan minimum. Fungsi tujuan

merupakan suatu pernyataan matematis yang digunakan untuk mempresentasikan

kriteria dalam mengevaluasi solusi suatu masalah. Fungsi tujuan dalam teknik

optimalisasi produksi merupakan unsur yang penting karena akan menentukan

kondisi optimal suatu keadaan.

Fungsi tujuan dan kendala merupakan suatu fungsi garis lurus atau linier.

Salah satu metode untuk memecahkan masalah optimalisasi produksi yang

mencakup fungsi tujuan dan kendala adalah metode pemrograman linier. Metode

Page 43: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

24

ini adalah suatu teknik perencanaan analitis dengan menggunakan model

matematika yang bertujuan untuk menemukan beberapa kombinasi alternatif

solusi.

3.1.3 Program Linier

Menurut Soekartawi (1995), linear programming adalah suatu metode

perhitungan untuk perencanaan terbaik diantara kemungkinan-kemungkinan

tindakan yang dapat dilakukan. Metode program ini variabelnya disusun dengan

persamaan linier. Oleh berbagai analis, linear programming diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia menjadi “programasi linier”, “pemrograman garis lurus”,

“programasi garis lurus”, atau lainnya. Linear programming merupakan salah satu

teknik riset yang penggunaannya sangat meluas dan dapat digunakan untuk

beragam persoalan produksi dan operasi.

Linear programming adalah suatu metode analitik paling terkenal yang

merupakan suatu bagian kelompok teknik-teknik yang disebut programasi

matematik. Metode-metode programasi matematikal pada umumnya dirancang

untuk mengalokasian berbagai sumberdaya yang terbatas diantara berbagai

alternatif penggunaan sumberdaya-sumberdaya tersebut agar tujuan dicapai atau

dioptimalkan (Handoko 1997). Hubungan linear pada faktor-faktor atau fungsi-

fungsi matematik berarti bahwa apabila salah satu faktor berubah maka faktor-

faktor lain akan berubah dengan jumlah yang konstan secara proporsional. Kata

programming secara mendasar digunakan sebagai perencanaan.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, program linier sudah

dibuktikan kemudahan dan keakuratannya dibandingkan metode yang lain dalam

memecahkan masalah optimalisasi produksi. Hal ini dikarenakan beberapa

keuntungan dalam menggunakan metode program linier, yaitu dapat memecahkan

permasalahan ekonomi yang kompleks dan memperoleh solusinya serta dengan

program linier dapat melihat permasalahan biasa dengan sudut pandang yang

berbeda sehingga diperoleh pengetahuan ekonomi yang baru.

Sebagai alat kuantitatif untuk melakukan pemrograman, program linier

mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan (Soekartawi 1995). Kelebihan-

kelebihan program linier yaitu :

1. Mudah digunakan terutama jika menggunakan alat bantu komputer.

Page 44: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

25

2. Dapat menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk

memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimal dapat dicapai.

3. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan / direlax sesuai dengan tujuan penelitian

atau berdasarkan data yang tersedia.

Kekurangan-kekurangan dari program linier yaitu :

1. Apabila alat bantu komputer tidak tersedia, maka program linier dengan

menggunakan banyak variabel akan menyulitkan analisisnya bahkan mungkin

tidak dapat dikerjakan secara manual. Metode ini tidak dapat digunakan

secara bebas dalam setiap kondisi, tetapi dibatasi oleh asumsi-asumsi.

2. Metode ini hanya dapat digunakan untuk satu tujuan misalnya hanya untuk

maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya.

Alternatif pemecahan masalah yang terbaik dalam upaya penyusunan

strategi tentang alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas untuk mencapai tujuan

dan sasaran perusahaan secara optimal dapat dipilih pada program linier / linear

programming. Namun ada beberapa syarat agar dapat menyusun dan merumuskan

masalah ke dalam model program linier (Nasendi & Anwar 1985). Persyaratan

yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :

1. Penentuan Tujuan.

Ada tujuan permasalahan yang ingin dipecahkan disebut sebagai fungsi

tujuan. Menentukan fungsi tujuan harus jelas dan tegas. Fungsi tujuan dapat

berupa dampak positif, manfaat, keuntungan dan kebaikan-kebaikan yang

ingin dimaksimalkan atau dampak negatif, kerugian, risiko, waktu, jarak dan

biaya-biaya yang ingin diminimalkan.

2. Alternatif Perbandingan

Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin diperbandingkan.

Menentukan alternatif yang ingin diperbandingkan misalnya antara kombinasi

waktu tercepat dan biaya tertinggi dengan waktu terlambat dan biaya

terendah, antara padat modal dengan padat karya, antara kebijakan A dengan

B, atau antara proyeksi tinggi dengan rendah.

3. Sumberdaya yang Terbatas

Sumberdaya yang dianalisis harus berada dalam keadaan yang terbatas. Hal

ini disebut juga sebagai kendala. Kendala terbagi dalam tiga tipe dasar, yaitu

Page 45: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

26

kendala maksimum yang menunjukkan penggunaan sumberdaya tidak

melebihi sumberdaya yang tersedia; kendala minimum yang menunjukkan

penggunaan sumberdaya minimal sama dengan yang tersedia; dan kendala

persamaan yang menunjukkan penggunaan sumberdaya sama dengan yang

tersedia.

4. Perumusan Kuantitatif

Fungsi tujuan dan kendala harus dirumuskan secara kuantitatif dalam suatu

model yang disebut dengan model matematik. Model merupakan abstraksi

dan simplifikasi dari keadaan nyata yang menunjukkan berbagai hubungan

fungsional yang langsung maupun tidak langsung, interaksi dan

interdependensi antara satu unsur dengan unsur lainnya yang membentuk

suatu sistem. Model yang baik harus mencakup tiga kriteria yaitu kesesuaian,

kesederhanaan, dan keserasian. Kesesuaian yaitu model harus mampu

merangkum unsur-unsur yang sangat pokok dari persoalan yang dihadapi.

Kesederhanaan yaitu model harus dibuat sesederhana mungkin sesuai dengan

kemampuan yang ada dan urgensi permasalahan. Keserasian yaitu model

harus mampu mengesampingkan hal-hal yang kurang berguna.

5. Keterkaitan Peubah

Peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan kendala harus memiliki

keterkaitan atau hubungan fungsional. Hubungan keterkaitan tersebut dapat

diartikan sebagai hubungan yang saling mempengaruhi, hubungan interaksi,

interdependensi, timbal balik atau saling menunjang.

Program linier mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan untuk mencapai

suatu hasil yang optimal, yaitu hasil yang mencerminkan tercapainya suatu

sasaran tertentu yang paling baik (menurut model matematis) diantara alternatif-

alternatif yang mungkin dengan menggunakan fungsi linier.. Maka dari itu,

menurut Soekartawi (1995), teknik program linier dapat digunakan dalam dua

cara yaitu :

1. Meminimumkan biaya dalam rangka tetap mendapatkan total penerimaan

atau total keuntungan sebesar mungkin (selanjutnya cara seperti ini dikenal

dengan istilah program “minimisasi” atau “meminimumkan” / “minimize”).

Page 46: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

27

2. Memaksimumkan total penerimaan atau total keuntungan pada kendala

sumberdaya yang terbatas (selanjutnya disebut dengan istilah program

“maksimisasi” atau “memaksimalkan” / “maximize”).

Hasil dari kedua cara tersebut relatif sama. Penggunaan salah satu dari dua

cara tersebut dilakukan karena tersedianya data yang berbeda. Data yang

digunakan dalam program linier ini merupakan data primer atau data yang

dikumpulkan sendiri sehingga peneliti dapat menggunakan program linier sesuai

dengan kehendaknya.

Pada program linier terdapat dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan dan

fungsi kendala. Fungsi tujuan menggambarkan sasaran pada permasalahan

program linier dan berkaitan dengan pengaturan sumberdaya untuk mencapai

keuntungan maksimal dan biaya yang minimal. Biasanya fungsi tujuan dinyatakan

atau disimbolkan sebagai Z. Fungsi kendala adalah bentuk matematis dari

kendala-kendala yang akan dialokasikan secara optimal pada berbagai aktivitas.

Menurut Nasendi dan Anwar (1985), model matematis program linier

dalam bentuk standar dirumuskan sebagai berikut :

Maksimisasi atau Minimisasi Z = C1X1 + C2X2 + …. + CnXn

Fungsi tujuan harus memenuhi kendala-kendala atau syarat-syarat ikatan

sebagai berikut :

a11X1 + a12X2 + …. + a1nXn ≤; =; atau ≥ b1

a21X1 + a22X2 + …. + a2nXn ≤; =; atau ≥ b2

. . . . .

. . . . .

am1X1 + am2X2 + …. + amnXn ≤; =; atau ≥ bm

dan X1 ≥ 0, X2 ≥ …., Xn ≥ 0

Keterangan :

Z = Fungsi tujuan

Cn = koefisien peubah pengambilan keputusan ke-n dalam fungsi tujuan

Xn = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan ke-n (tingkat kegiatan)

amn = koefisien teknis dalam kendala ke-m pada aktivitas ke-n

bm = sumberdaya yang terbatas / konstanta dari kendala ke-m

Page 47: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

28

Penggunaan program linier harus memenuhi beberapa asumsi (Nasendi &

Anwar 1995) sebagai berikut :

1. Linearitas

Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu dengan

input yang lainnya atau untuk suatu input dengan output besarnya tetap dan

tidak tergantung pada tingkat produksi.

2. Proporsionalitas

Asumsi ini menyatakan bahwa perubahan (naik turun) nilai fungsi tujuan (Z)

dan penggunaan sumberdaya atau fasilitas yang tersedia akan berubah dalam

proporsi yang sama dalam perubahan tingkat kegiatan. Implikasi asumsi ini

adalah bahwa dalam model program linier yang bersangkutan tidak berlaku

hukum kenaikan yang semakin menurun.

3. Aditivitas

Asumsi ini menyatakan bahwa nilai parameter suatu kriteria optimalisasi

(koefisien peubah pengambil keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan

jumlah dari nilai individu-individu Cj (j = 1,2,3,…..,n).

4. Divisibilitas

Asumsi ini menyatakan bahwa peubah-peubah pengambil keputusan Xn, jika

diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan artinya nilai-nilai Xn

tidak perlu integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat) tetapi dapat pula

berupa non integer (misalnya ½; 0,5; 12,345; dan sebagainya). Demikian pula

dengan nilai Z yang dihasilkan.

5. Deterministik

Asumsi ini menghendaki agar semua koefisien model program linier (nilai

peubah pengambilan keputusan, kendala dalam teknis dan sumberdaya yang

tersedia) tetap atau dapat diperkirakan secara pasti.

3.1.4 Analisis Primal

Analisis primal digunakan untuk mengetahui dan menentukan kombinasi

produksi terbaik yang dapat menghasilkan tujuan dengan keterbatasan

sumberdaya yang ada. Maka dari itu, akan diperoleh diperoleh berapa jumlah

setiap variabel keputusan (Xn) yang akan diproduksi dan dapat memaksimumkan

nilai fungsi tujuan (Z) dengan dihadapkan pada sumberdaya yang ada. Hasil

Page 48: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

29

analisis primal akan dibandingkan dengan tingkat kombinasi produk aktual

perusahaan, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan sudah melakukan

kombinasi produk pada tingkat yang optimal (Taha 1996).

3.1.5 Analisis Dual

Analisis dual dilakukan untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya

dengan melihat kekurangan (slack) atau kelebihan (surplus) dan nilai dualnya.

Slack atau surplus digunakan untuk menandai sisa atau kelebihan kapasitas yang

akan terjadi pada variabel optimal. Variabel slack (≤) akan berkaitan dengan

batasan dan mewakili jumlah kelebihan sisi kanan dari batasan tersebut

dibandingkan sisi kiri. Variable surplus diidentifikasikan dengan batasan (≥) dan

mewakili kelebihan sisi kiri dibandingkan sisi kanan. Nilai dual (dual price)

menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya

berubah sebesar satu satuan. Jika sumberdaya yang digunakan memiliki nilai slack

atau surplus yang sama dengan nol dan nilai dualnya lebih besar dari nol

menunjukkan bahwa seluruh kapasitas pada kendala dipergunakan semua atau

sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya langka atau kendala aktif yang

membatasi nilai tujuan. Sedangkan jika sumberdaya yang digunakan memiliki

nilai slack atau surplus lebih besar nol dan nilai dualnya sama dengan nol, berarti

sumberdaya tersebut merupakan sumberdaya yang lebih. Kendala tersebut

termasuk ke dalam kendala tidak aktif, yaitu kendala yang tidak habis terpakai

dalam proses produksi dan tidak akan mempengaruhi fungsi tujuan jika terjadi

penambahan sebesar satu satuan. Nilai dual juga dapat dilihat berdasarkan harga

bayangan (shadow price) yaitu batas harga tertinggi suatu sumberdaya yang

membuat perusahaan masih dapat melakukan pembelian (Taha 1996).

3.1.6 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana jawaban

optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan parameter yang membangun

model. Perubahan yang dapat terjadi adalah perubahan koefisien fungsi tujuan,

perubahan koefisien fungsi kendala, perubahan nilai sebelah kanan model, dan

adanya tambahan variabel keputusan. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh

Page 49: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

30

informasi mengenai pemecahan optimum baru yang memungkinkan sesuai

dengan parameter perhitungan tambahan yang minimal.

Dengan kata lain, analisis sensitivitas berguna untuk mengetahui seberapa

jauh solusi optimal awal tidak akan berubah jika terjadi perubahan pada harga jual

setiap produk, biaya per satuan produk, dan ketersediaan sumberdaya yang

dimiliki. Apabila perubahan-perubahan yang terjadi masih dalam selang yang

diperbolehkan, maka solusi optimal awal tidak akan berubah. Selang dalam

program linier terdiri atas batas penurunan (allowable decrease) dan batas

peningkatan (allowable increase). Batas penurunan memperlihatkan besarnya

nilai penurunan parameter fungsi tujuan atau nilai penurunan ketersediaan

sumberdaya yang tidak mengubah solusi optimal awal. Batas atas memperlihatkan

nilai peningkatan yang tidak akan mengubah solusi optimal awal. Pada fungsi

kendala, analisis sensitivitas dapat menilai ruas sebelah kanan kendala yang

digunakan untuk menentukan status kendala pembatas dan bukan pembatas pada

optimalisasi produksi. Suatu kendala dikatakan pembatas apabila terdapat nilai

batas penurunan dan peningkatan sebesar nilai tertentu. Sedangkan kendala

dikatakan bukan pembatas apabila tidak terdapat nilai sebesar tertentu pada nilai

batas penurunan dan peningkatan. Biasanya kendala bukan pembatas ditunjukkan

oleh adanya nilai tidak terhingga (infinity) pada nilai batas peningkatan (allowable

increase). Hal ini menunjukkan selang perubahan peningktan mencapai tidak

terhingga. Artinya seberapapun peningkatan nilai sebelah kanan kendala tersebut

tidak akan mempengaruhi solusi optimal. Solusi awal akan berubah apabila

perubahan yang terjadi di luar selang perubahan yang diperbolehkan (Taha 1996).

3.1.7 Analisis Post Optimal

Analisis post optimal digunakan untuk mempelajari nilai-nilai dari

peubah-peubah pengambilan keputusan dalam suatu model jika satu atau beberapa

parameter model tersebut berubah, maka akan mengubah kondisi optimal.

Analisis post optimal disebut juga analisis pasca optimal atau analisis setelah

optimal / analisis kepekaan. Menurut Nasendi dan Anwar (1985), pada persoalan

program linier, analisis post optimal menyangkut analisis terhadap nilai-nilai

perubah pengambilan keputusan sebagai dampak dari beberapa perubahan berikut:

1. Perubahan koefisien tujuan.

Page 50: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

31

2. Perubahan koefisien teknologi input/output.

3. Perubahan ketersediaan sumberdaya atau nilai sebelah kanan model (Right

Hand Sides / RHS fungsi kendala).

4. Adanya tambahan fungsi kendala baru maupun tambahan peubah

pengambilan keputusan.

Tujuan analisis post optimal adalah untuk memperoleh informasi tentang

solusi optimal yang baru dan yang dimungkinkan atau yang sesuai dengan

perubahan dalam parameter model melalui perhitungan tambahan yang minimal.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Pada dasarnya suatu perusahaan memiliki suatu tujuan yang harus dicapai

untuk kelancaran kontinuitas usahanya. Salah satu tujuan CV Batu Gede sebagai

penghasil produk kain sutera alam yaitu memaksimalkan keuntungan yang

diperoleh. Namun dalam upaya pencapaian tujuan tersebut, CV Batu Gede

dihadapkan pada beberapa kendala yang membatasi kegiatan produksinya.

Kendala-kendala tersebut antara lain perusahaan belum memanfaatkan input

produksinya secara optimal. Hal tersebut merupakan kendala untuk mencapai

keuntungan yang maksimal. Beberapa faktor-faktor produksi belum dimanfaatkan

secara optimal oleh CV Batu Gede antara lain faktor bahan baku dan bahan

pembantu, ketersediaan jam kerja Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) serta jam

kerja tenaga kerja langsung. Menghadapi permintaan pasar yang berfluktuatif

menuntut perusahaan dalam menggunakan sumberdaya yang sama untuk

menghasilkan dua jenis kain sutera membutuhkan pengalokasian yang optimal.

Pada umumnya apabila suatu perusahaan yang berproduksi lebih dari satu

jenis produk akan kesulitan dengan ketersediaan sumberdaya yang terbatas,

sehingga menuntut adanya pengalokasian sumberdaya yang cermat dan seefisien

mungkin dalam menghasilkan tingkat produksi tertentu. Untuk itu diperlukan

perencanaan produksi yang tepat agar sumberdaya yang tersedia dapat digunakan

secara optimal sehingga diperoleh tingkat produksi yang optimal. Maka dari itu,

CV Batu Gede membutuhkan suatu perencanaan produksi yang optimal untuk

dijadikan pedoman dalam proses pengambilan keputusan.

Penelitian ini akan membahas persoalan optimalisasi produksi pada CV

Batu Gede dengan menggunakan metode analisis Linear Programming.

Page 51: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

32

Penggunaan alat analisis ini adalah dengan mempertimbangkan bahwa program

linier merupakan suatu teknik yang sudah banyak digunakan dalam kegiatan

produksi diberbagai jenis usaha. Selain itu, program linier juga sudah dibuktikan

kemudahan dan keakuratannya berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu.

Program linier memberikan solusi bagi perencanaan produksi optimal, dengan

mengidentifikasi aktivitas dan kendala pada kegiatan produksi yang dilakukan CV

Batu Gede. Setelah itu dibuat suatu bentuk penyederhanaan yang disebut dengan

model antara lain model fungsi tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan

didasarkan dari nilai keuntungan penjualan kain tenun sutera per meter selama 12

bulan, dari model tersebut dihasilkan empat analisis, yaitu analisis primal, dual,

sensitivitas dan post optimal. Nilai fungsi tujuan didasarkan pada laba atau

keuntungan perusahaan karena tujuan perusahaan adalah memaksimalkan

keuntungan. Sedangkan model fungsi kendala mencakup kendala bahan baku dan

bahan pembantu, ketersediaan jam kerja Tenaga Kerja Langsung (TKL),

ketersediaan jam kerja Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan permintaan pasar.

Analisis primal menunjukkan jumlah produksi optimal dari setiap jenis

produk yang dihasilkan oleh CV Batu Gede Bogor sehingga dapat mencapai laba

kontribusi total maksimal. Selanjutnya pada analisis sumberdaya akan dilakukan

analisis status sumberdaya dengan menggunakan analisis dual untuk mengetahui

sumberdaya yang langka dan tidak. Analisis sensitivitas dilakukan sebagai

penilaian terhadap batas-batas kepekaan, baik terhadap fungsi tujuan atau kendala

yang tidak akan mempengaruhi solusi optimal.

Perusahaan dapat menghadapi suatu ketidakpastian atau perubahan yang

dapat mempengaruhi kondisi perusahaan, misalnya terdapat perubahan biaya

bahan baku yang dapat merubah total biaya produksi sehingga perolehan

keuntungan dapat berubah serta adanya perubahan jumlah tenaga kerja langsung

yang dapat merubah aktivitas produksi perusahaan. Maka dari itu, analisis post

optimal diperlukan untuk mengetahui solusi optimal yang terjadi jika terdapat

perubahan terhadap parameter yang membentuk suatu model.

Hasil dari optimalisasi produksi adalah kombinasi produksi optimal yang

dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan. Evaluasi terhadap hasil olahan

optimalisasi produksi dan perbandingannya dengan kondisi aktual perusahaan

Page 52: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

33

Kebutuhan Perencanaan

Optimalisasi Produksi

Riset Operasi

Model Linear Programming

Adanya perubahan

input produksi

(biaya bahan baku

dan jumlah TKL)

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan untuk kegiatan

produksi selanjutnya. Kerangka pemikiran operasional penelitian pada CV Batu

Gede lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran Operasional.

CV Batu Gede

Produk yang dihasilkan:

Kain tenun sutera dobby dan kain tenun warna

Maksimisasi Keuntungan Kendala :

1. Ketersediaan bahan baku dan bahan pembantu

2. Ketersediaan jam kerja ATBM

3. Ketersediaan jam kerja TK Langsung

4. Permintaan Pasar

Analisis primal

(Kombinasi Produksi Optimal)

Analisis Post Optimal

Evaluasi Hasil

Analisis Dual

(SD langka dan SD berlebih)

Analisis Sensitivitas

(Kendala Pembatas dan Bukan Pembatas)

Kondisis Aktual

Perusahaan

Page 53: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di CV Batu Gede yang berlokasi di Batu Gede,

Ciapus, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. CV Batu

Gede merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang persuteraan alam.

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

bahwa CV Batu Gede merupakan salah satu perusahaan persuteraan alam yang

kegiatan usahanya meliputi sektor hulu sampai ke hilir. Kegiatan persuteraan alam

pada CV Batu Gede dimulai dari budidaya tanaman murbei, pemeliharaan

kepompong ulat sutera (kokon), pemintalan benang sutera sampai pertenunan kain

sutera. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian meliputi data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung (observasi) dan

wawancara dengan pemilik dan para karyawan bagian produksi. Data sekunder

sebagai data pelengkap dan penunjang diperoleh dari dokumen tertulis perusahaan

yang berkaitan dengan penelitian, bahan pustaka, data internet, hasil-hasil

penelitian terdahulu, serta literatur-literatur dari instansi terkait yang relevan

dengan penelitian. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Data keragaan perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, struktur

organisasi perusahaan, aktivitas produksi, pengadaan bahan baku, jenis

produk yang dihasilkan, pemasaran dan keuangan perusahaan.

2. Data historis perusahaan yang meliputi biaya produksi, volume produksi,

harga jual produk dan realisasi penjualan.

3. Data historis produksi yang meliputi biaya bahan baku dan bahan pembantu,

kebutuhan bahan baku dan bahan pembantu untuk masing-masing produk,

penggunaan jam kerja tenaga kerja langsung, penggunaan jam kerja Alat

Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan data permintaan produk.

Page 54: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

35

4.3 Metode Pengolahan Data

Proses pengolahan data penelitian meliputi beberapa tahapan, yaitu :

1. Editing

Tahap ini diawali dengan melakukan rekapitulasi data yang telah

dikumpulkan sehingga diketahui apakah data-data tersebut konsisten dan baik

untuk dianalisis lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan pengolahan data

secara kualtitatif dan kuantitatif. Pada tahap editing, data kualitatif dijabarkan

secara deskriptif mengenai gambaran dan kondisi perusahaan. Sedangkan

data kuantitatif yang digunakan adalah data penerimaan, data biaya dan

keuntungan perusahaan. Data yang digunakan pada analisis optimalisasi

produksi dengan tujuan memaksimalkan keuntungan yaitu data memiliki

trend yang meningkat pada periode tertentu. Pada CV Batu Gede data

keuntungan yang diperoleh selama periode 12 bulan menunjukkan

perkembangan yang positif, maka dari itu optimalisasi produksi pada

penelitian ini dapat dianalisis lebih lanjut pada tahap berikutnya.

2. Coding

Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengklasifikasikan data yang telah

diedit ke dalam bentuk kode menurut jenis ragamnya. Mengkode data ini

diperlukan terutama untuk mempermudah dalam pengolahan data dengan

menggunakan komputer. Pada penelitian ini, data yang diedit diklasifikasikan

ke bentuk symbol dalam perumusan model. Misalnya, maksimisasi tujuan

disimbolkan dengan Z dan koefisien variabel baik dalam fungsi tujuan dan

kendala disimbolkan dengan X.

3. Tabulating

Pada tahap ini, data disusun ke dalam bentuk tabel/diagram/grafik agar lebih

mudah dipahami dan dapat dihitung atau diperinci ke dalam berbagai

kategori. Data-data pada penelitian ini disusun ke dalam bentuk tabel dan

matriks. Setelah data-data disimbolkan maka data-data tersebut dimasukkan

beserta variabel atau parameternya ke dalam bentuk tabel atau matriks. Hal

ini dapat dilihat dalam perumusan model program linier pada sub-bab

berikutnya.

Page 55: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

36

4. Verification

Data yang telah diedit dan ditabulasi kemudian diperiksa kembali sebelum

diolah lebih lanjut agar tidak terjadi kesalahan. Pemeriksaan data pada

penelitian ini dilakukan secara manual apakah terjadi salah pengetikan baik

dalam pengkodean atau perhitungan variabel dan parameternya. Data-data

pada tahap ini disesuaikan dengan perolehan data sebelum diolah.

5. Processing

Tahap ini merupakan tahap mengolah data yang dimulai dengan perhitungan

secara manual kemudian dilanjutkan pengolahan secara komputerisasi dengan

menggunakan software LINDO (Linear Interactive of Discrete Optimizer)

yang hasilnya akan dilakukan analisis. Pada penelitian ini, data-data yang

telah diperiksa dan tidak salah lalu diaplikasikan dan diolah dalam analisis

optimalisasi dengan menggunakan bantuan software LINDO pada komputer.

Hasil program software ini langsung menunjukkan status optimal perusahaan

yang masih dalam bentuk kuantitatif atau angka-angka. Kemudian data-data

tersebut di intepretasikan secara deskriptif pada hasil dan pembahasan

penelitian.

4.4 Perumusan Model Program Linier

Langkah-langkah formulasi model program linier untuk menghasilkan

keuntungan yang maksimal diawali dengan menentukan variabel keputusan,

kemudian dilanjutkan dengan menentukan fungsi tujuan dan kendala.

4.4.1 Menentukan Variabel Keputusan

Penentuan variabel keputusan didasarkan pada produk yang akan

dioptimalkan. Variabel keputusan menunjukkan aktivitas produksi setiap jenis

produk yang dihasilkan perusahaan. CV Batu Gede memproduksi dua jenis

produk, yaitu kain tenun sutera putihan / dobby dan kain tenun warna.

Keuntungan yang diperoleh dari kedua jenis produk tersebut berfluktuatif setiap

bulannya. Maka dari itu, variabel keputusan yang disusun adalah berdasarkan

keuntungan yang diperoleh kedua jenis produk selama aktivitas produksi per

bulan. Jadi pada model program linier yang akan disusun diperoleh 24 variabel

keputusan di CV Batu Gede selama periode (12 bulan) produksi yaitu periode

Page 56: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

37

September 2007 – Agustus 2008. Periode selama 12 bulan ini ditentukan karena

sasaran tujuan yang ingin dicapai adalah maksimisasi keuntungan per satuan dari

masing-masing jenis produk yang dihasilkan. Keuntungan tersebut diperoleh dari

hasil penjualan produk dikurangi dengan biaya pengeluarannya. Perusahaan

berproduksi berdasarkan pesanan atau permintaan, dimana produksi dan

permintaan tersebut berbeda nilainya setiap bulan. Data produksi dan permintaan

perusahaan selama 12 bulan menunjukkan perkembangan yang positif. Maka dari

itu periode keuntungan selama 12 bulan digunakan untuk mengetahui sejauh mana

kondisi perusasaan mencapai optimal. Variabel keputusan disimbolkan dengan Xij

(i menunjukkan jenis produk dan j menunjukkan periode bulan produksi). Matriks

variabel aktivitas produksi kain sutera pada CV Batu Gede selama 12 bulan dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Matriks Variabel Aktivitas Produksi Kain Sutera pada CV Batu

Gede Periode Bulan September Tahun 2007 sampai dengan Bulan

Agustus 2008

Bulan Jenis Kain Sutera

Dobby Warna

September X11 X21

Oktober X12 X22

Nopember X13 X23

Desember X14 X24

Januari X15 X25

Februari X16 X26

Maret X17 X27

April X18 X28

Mei X19 X29

Juni X110 X210

Juli X111 X211

Agustus X112 X212

4.4.2 Menentukan Fungsi Tujuan

Tujuan dari optimalisasi yang dibentuk ke dalam suatu fungsi

menggambarkan sasaran yang ingin dicapai dalam permasalahan program linier

yang berkaitan dengan penggunaan sumberdaya-sumberdaya yang terbatas secara

optimal. Fungsi tujuan yang dirumuskan pada penelitian ini adalah maksimisasi

keuntungan. Keuntungan yang akan dimaksimalkan merupakan selisih antara total

Page 57: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

38

penerimaan dengan total biaya produksi. Koefisien fungsi tujuan pada model

program linier ini adalah keuntungan dari penjualan masing-masing jenis produk

kain sutera per satuan yang dihasilkan CV Batu Gede. Formulasi persamaan

fungsi tujuan yang diperoleh yaitu :

Maks

Keterangan :

Z = Nilai fungsi tujuan / keuntungan yang ingin dimaksimumkan (Rp)

TRij = Kontribusi penerimaan dari produk ke-i pada bulan ke-j (Rp)

TCij = Kontribusi biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk ke-i pada

bulan ke-j (Rp)

Aij = Kontribusi keuntungan per satuan yang dihasilkan dari produk ke-i pada

bulan ke-j (Rp)

Xij = Jumlah aktivitas produksi dari produk ke-i pada bulan ke-j (m)

i = Jenis produk yang dihasilkan (1 = Kain dobby; 2 = Kain warna)

j = Periode produksi selama satu tahun (12 bulan)

4.4.3 Menentukan Fungsi Kendala

Keterbatasan sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki perusahaan dalam

kegiatan produksinya merupakan faktor-faktor kendala yang harus dipecahkan

dalam permasalahan optimalisasi produksi. Kendala-kendala yang dihadapi CV

Batu Gede untuk mencapai produksi yang optimal antara lain kendala

ketersediaan bahan baku, bahan pembantu, jam kerja tenaga kerja langsung

(TKL), jam kerja Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang dimiliki, dan

permintaan pasar yang berfluktuasi.

4.4.4 Kendala Ketersediaan Bahan Baku

Kain tenun dobby dan warna yang dihasilkan CV Batu Gede menggunakan

bahan baku utama yang sama yaitu benang sutera. Keberadaan benang sutera

dijadikan sebagai bahan utama dikarenakan jika benang sutera tidak tersedia maka

perusahaan tidak akan dapat memproduksi kain tenun sutera. Benang sutera yang

dijadikan bahan baku dalam produksi kain tenun dobby dan warna terdiri dari dua

ijij

ijij

i j

ijij

i j

ij

XAXAXAXAZ

XAZ

XTCTRZ

....

)(

131312121111

2

1

12

1

2

1

12

1

Page 58: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

39

jenis, yaitu benang pakan dan benang lungsi. Rasio proporsi penggunaan benang

pakan dan benang lungsi dalam menghasilkan kain sutera adalah tiga berbanding

satu (3:1). Kendala ketersediaan bahan baku mengacu pada jumlah bahan baku

yang dibutuhkan untuk menghasilkan masing-masing jenis produk.

a. Kendala Ketersediaan Benang Pakan

Benang pakan merupakan benang sutera yang dipasang secara horizontal

pada Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) untuk menghasilkan kain tenun sutera,

baik jenis kain dobby maupun warna. Proporsi penggunaan benang pakan lebih

besar dibandingkan dengan bahan baku lain. Nilai koefisien dari pertidaksamaan

fungsi kendala benang pakan menunjukkan banyaknya benang pakan yang

dibutuhkan dalam memproduksi setiap jenis kain tenun sutera. Jumlah

ketersediaan benang pakan untuk memproduksi kain sutera dalam periode yang

dianalisis merupakan nilai sebelah kanan / Right Hand Sides (RHS) kendala.

Kendala ketersediaan benang pakan dirumuskan sebagai berikut :

jij

i j

ij bXB

2

1

12

1

Keterangan :

ijB = Koefisien penggunaan benang pakan untuk aktivitas ke-i pada bulan ke-j

(kg/bulan).

jb = Ketersediaan benang pakan pada bulan ke-j (kg/bulan) selama periode

analisis.

b. Kendala Ketersediaan Benang Lungsi

Benang lungsi adalah benang sutera yang dipasang secara vertikal pada

Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Walaupun proporsi penggunaan benang lungsi

lebih kecil dibandingkan benang pakan untuk menghasilkan kain tenun sutera,

namun benang lungsi sangat penting untuk diperhitungkan dalam perumusan

kendala produksi kain sutera karena ketersediaannya yang terbatas. Nilai koefisien

dari pertidaksamaan fungsi kendala benang lungsi menunjukkan banyaknya

benang lungsi yang dibutuhkan dalam memproduksi setiap jenis kain tenun sutera.

Nilai sebelah kanan kendala menunjukkan jumlah ketersediaan benang lungsi

pada periode yang dianalisis. Kendala ketersediaan benang lungsi dirumuskan

sebagai berikut :

Page 59: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

40

jij

i j

ij cXC

2

1

12

1

Keterangan :

ijC = Koefisien penggunaan benang lungsi untuk aktivitas ke-i pada bulan ke-j

(kg/bulan).

jc = Ketersediaan benang lungsi pada bulan ke-j (kg/bulan) selama periode

analisis.

4.4.5 Kendala Ketersediaan Bahan Pembantu

Pada proses produksi kokon sampai menjadi kain tenun sutera

memerlukan bahan lain sebagai pembantu selain benang sutera sebagai bahan

baku utamanya. Bahan pembantu yang diperlukan dalam produksi sutera alam

kain sutera yaitu soda as, zat pewarna, kazesol, natrium silikat dan hidrogen

peroksida. Namun pada CV Batu Gede yang menjadi kendala dalam

ketersediaannya hanya soda as dan zat pewarna. Hal ini dikarenakan proporsi

penggunaan kedua bahan pembantu ini lebih besar dibandingkan bahan pembantu

lainnya untuk menghasilkan kain tenun sutera disamping ketersediaannya yang

terbatas. Kendala ketersediaan bahan pembantu mengacu pada jumlah bahan

pembantu yang diperlukan untuk menghasilkan kain sutera.

a. Kendala Ketersediaan Soda As

Proses perebusan atau penggodokan benang sutera memerlukan soda as

untuk menghilangkan kotoran pada benang sutera sehingga tekstur benang

menjadi halus. Nilai koefisien dari pertidaksamaan fungsi kendala soda as

menunjukkan banyaknya soda as yang diperlukan. Nilai sebelah kanan / Right

Hand Sides (RHS) kendala menunjukkan jumlah ketersediaan soda as dalam

periode yang dianalisis. Kendala ketersediaan soda as dirumuskan sebagai berikut:

jij

i j

ij dXD

2

1

12

1

Keterangan :

ijD = Koefisien penggunaan soda as untuk aktivitas ke-i pada bulan ke-j

(kg/bulan).

jd = Ketersediaan soda as pada bulan ke-j (kg/bulan) selama periode analisis.

Page 60: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

41

b. Kendala Ketersediaan Zat Pewarna

Zat pewarna pada proses produksi kain sutera digunakan untuk

memberikan warna pada jenis kain tenun sutera warna. Nilai koefisien dari

pertidaksamaan fungsi kendala zat pewarna menunjukkan banyaknya zat pewarna

yang diperlukan untuk menghasilkan kain tenun sutera warna. Nilai sebelah kanan

kendala menunjukkan jumlah ketersediaan zat pewarna selama periode yang

dianalisis. Kendala ketersediaan zat pewarna dirumuskan sebagai berikut :

jij

i j

ij eXE

2

1

12

1

Keterangan :

ijE = Koefisien penggunaan zat pewarna untuk aktivitas ke-i pada bulan ke-j

(kg/bulan).

je = Ketersediaan zat pewarna pada bulan ke-j (kg/bulan) selama periode

analisis.

4.4.6 Kendala Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (TKL)

Tenaga kerja pada CV Batu Gede berhubungan langsung dengan proses

produksi kain sutera. Tenaga kerja yang melakukan kegiatan produksi secara

langsung disebut tenaga kerja langsung (TKL). Nilai koefisien dari

pertidaksamaan fungsi kendala jam kerja tenaga kerja langsung menunjukkan jam

jam kerja tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk menghasilkan kain sutera.

Nilai sebelah kanan kendala menunjukkan jumlah jam kerja tenaga kerja langsung

selama periode yang dianalisis. Kendala ketersediaan jam kerja tenaga kerja

langsung dirumuskan sebagai berikut :

ijij

i j

ij fXF

2

1

12

1

Keterangan :

ijF = Koefisien penggunaan tenaga kerja langsung untuk aktivitas ke-i pada

bulan ke-j (jam/m/bulan).

ijf = Ketersediaan jam kerja tenaga kerja langsung untuk menghasilkan

produk ke-i pada bulan ke-j selama periode analisis (jam).

4.4.7 Kendala Jam Kerja ATBM

Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) merupakan alat tenun tangan yang

digunakan dalam kegiatan penenunan sutera alam untuk menghasilkan kain sutera

Page 61: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

42

baik jenis dobby maupun tenun warna. Nilai koefisien dari pertidaksamaan fungsi

kendala jam kerja ATBM menunjukkan jam kerja ATBM yang diperlukan untuk

menghasilkan kain sutera. Nilai sebelah kanan kendala menunjukkan jumlah jam

kerja ATBM selama periode yang dianalisis. Kendala ketersediaan jam kerja

ATBM dirumuskan sebagai berikut :

ijij

i j

ij gXG

2

1

12

1

Keterangan :

= Koefisien penggunaan jam kerja ATBM untuk aktivitas ke-i pada bulan

ke-j (jam/m/bulan).

ijg = Ketersediaan jam kerja ATBM untuk menghasilkan produk ke-i pada

bulan ke-j selama periode analisis (jam).

4.4.8 Kendala Permintaan

Permintaan yang berfluktuasi dapat mempengaruhi keuntungan dan

produksi yang harus dihasilkan oleh perusahaan. Jumlah produksi aktual masih

lebih kecil dari jumlah permintaan pada perusahaan. Kendala permintaan

digunakan untuk mengetahui batas produksi yang harus dihasilkan oleh

perusahaan untuk memenuhi permintaan yang ada. Kendala permintaan untuk

produk kain sutera dirumuskan sebagai berikut :

ijij HX

Keterangan :

ijX = Jumlah aktivitas produksi dari produk ke-i pada bulan ke-j (m)

ijH = Jumlah permintaan untuk setiap produk ke-I pada bulan ke-j selama

periode analisis (m)

4.5 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data diolah dan diformulasikan ke dalam

model program linier. Secara komputerisasi, data diolah dengan bantuan LINDO

(Linear Interactive of Discrete Optimizer). LINDO merupakan salah satu

perangkat lunak komputer yang dapat membantu memecahkan permasalahan

optimalisasi produksi. Perangkat lunak ini terdiri dari input berupa fungsi tujuan

dan kendala serta output berupa penyelesaian optimal. Hasil pengolahan data akan

ijG

Page 62: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

43

dianalisis dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu analisis primal,

dual, sensitivitas dan post optimal.

4.5.1 Analisis Primal

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kombinasi produk terbaik

yang dapat menghasilkan tujuan yang optimal. Pada penelitian ini, analisis primal

dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan (maksimisasi Z) dengan

menggunakan sumberdaya-sumberdaya terbatas yang dijadikan sebagai kendala

produksi. Analisis ini dapat membandingkan tingkat produksi aktual dengan

tingkat produksi optimal, sehingga hasil dari analisis ini dapat digunakan sebagai

bahan evaluasi perusahaan dan rekomendasi produksi untuk periode yang akan

datang.

4.5.2 Analisis Dual

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui nilai terhadap status atau

penggunaan sumberdaya. Status sumberdaya dapat dilihat dari nilai kekurangan

(slack) atau kelebihan (surplus) dan nilai dual. Nilai dual menunjukkan perubahan

yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu

satuan. Apabila nilai slack atau surplus lebih dari nol dan nilai dualnya sama

dengan nol, maka artinya sumberdaya yang digunakan merupakan sumberdaya

yang berlebih atau tidak menjadi kendala. Sumberdaya yang berlebih termasuk

kedalam sumberdaya tidak aktif / pasif yaitu kendala yang tidak habis terpakai

dalam proses produksi dan tidak mempengaruhi fungsi tujuan apabila terjadi

penambahan sumberdaya sebesar satu satuan. Sumberdaya yang nilai dualnya

lebih dari nol menunjukkan bahwa sumberdaya bersifat langka atau aktif dan

termasuk kendala yang membatasi nilai fungsi tujuan. Apabila nilai slack atau

surplus dan nilai dualnya sama dengan nol maka artinya penambahan atau

pengurangan sumberdaya tidak akan berpengaruh terhadap nilai solusi

optimalnya. Nilai dual dapat dilihat dari nilai harga bayangan (shadow price)

yaitu batas nilai harga tertinggi suatu sumberdaya yang masih dapat dijangkau

oleh perusahaan yang tidak merubah kondisi optimal.

Page 63: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

44

4.5.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana jawaban

optimal masih dapat diterapkan apabila terjadi perubahan parameter yang

membangun model. Perubahan parameter meliputi perubahan pada nilai koefisien

fungsi tujuan dan ketersediaan sumberdaya yang ditunjukkan oleh nilai sebelah

kanan dari fungsi kendala. Analisis ini juga digunakan untuk memberikan selang

perubahan fungsi tujuan tanpa mempengaruhi nilai optimal variabel keputusan.

Pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari

batas minimum (allowable decrease) dan batas maksimum (allowable increase).

Batas minimum merupakan batas penurunan nilai parameter yang diperbolehkan

agar tidak mengubah kondisi optimal. Batas maksimum menunjukkan batas

kenaikan nilai parameter yang diperbolehkan agar kondisi optimal tidak berubah.

Semakin kecil atau sempit selang kepekaan yang terjadi pada suatu parameter

model, maka parameter tersebut akan semakin peka dalam mengubah solusi

optimal yang dihasilkan. Analisis sensitivitas sangat penting untuk dilakukan

karena dalam dunia nyata akan menghadapi ketidakpastian yang menyebabkan

adanya perubahan. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

pemecahan optimalisasi baru yang sesuai dengan perhitungan tambahan yang

minimum.

4.5.4 Analisis Post Optimal

Analisis post optimal dilakukan untuk mempelajari nilai-nilai dari peubah-

peubah pengambilan keputusan dalam suatu model jika terdapat perubahan

terhadap parameter yang membentuk model. Analisis post optimal menyangkut

analisis terhadap koefisien fungsi tujuan, koefisien teknologi, nilai sebelah kanan

model dan adanya tambahan peubah pengambil keputusan baru. Selain itu,

analisis ini berguna untuk mengetahui perubahan solusi optimal sebagai respon

terhadap perubahan-perubahan parameter input.

Pada penelitian ini, analisis post optimal akan digunakan dengan

melakukan perubahan terhadap input produksi yaitu menaikkan total biaya bahan

baku (benang sutera) dan mengurangi jumlah tenaga kerja langsung (TKL).

Kenaikan biaya bahan baku (benang sutera) diasumsikan sebesar 20 persen. Hal

ini didasarkan dari pengalaman perusahaan terhadap perubahan harga benang

Page 64: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

45

sutera. Harga benang sutera pada tahun 2005 yaitu Rp 240.000,00 sedangkan pada

tahun 2006 menjadi Rp 265.000,00 per kg, bahkan pada tahun 2007 harga benang

sutera mencapai Rp 300.000,00 per kg. Hal ini berarti peningkatan harga benang

sutera yang pernah terjadi berkisar antara 10 sampai 15 persen. Maka dari itu,

asumsi kenaikan sebesar 20 persen didasarkan sebagai antisipasi apabila terjadi

kenaikan harga yang lebih besar.

Pengurangan jumlah TKL didasarkan karena tenaga kerja langsung pada

proses produksi kain sutera di CV Batu Gede merupakan tenaga kerja borongan

bukan tenaga kerja tetap, sehingga hal yang dapat terjadi adalah beralihnya tenaga

kerja borongan untuk mencari pekerjaan jenis yang lain. Maka dari itu

ketersediaan jumlah tenaga kerja langsung untuk produksi kain tenun warna

diasumsikan berkurang dari lima orang menjadi tiga orang.

Selain itu, perubahan peningkatan harga benang sutera dan pengurangan

jumlah TKL yang dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan jam kerja

TKL, dimungkinkan dapat terjadi pada kurun waktu yang sama. Maka dari itu,

perlu dianalisis perubahan solusi optimal terhadap perubahan-perubahan input

produksi yang dapat terjadi secara bersamaan.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka analisis post optimal ini akan

dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario, yaitu :

Skenario I : Menaikkan total biaya bahan baku (benang sutera) sebesar 20

persen.

Skenario II : Menurunkan jumlah tenaga kerja langsung untuk produksi kain

tenun warna menjadi tiga orang.

Skenario III : Menaikkan total biaya bahan baku (benang sutera) sebesar 20

persen dan menurunkan jumlah tenaga kerja langsung untuk

produksi kain tenun warna menjadi tiga orang.

4.6 Definisi Operasional

Beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu :

1. ATBM adalah alat tenun bukan mesin yang digunakan untuk menenun

benang sutera menjadi kain sutera, disebut juga sebagai alat tenun tangan.

2. Benang Lungsi adalah benang sutera yang melalui proses pengkajian dan

dipasang secara vertical pada ATBM.

Page 65: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

46

3. Benang Pakan adalah benang sutera yang dipasang secara horizontal pada

ATBM.

4. Input produksi adalah bahan-bahan, mesin dan tenaga kerja yang dibutuhkan

dalam proses produksi secara langsung.

5. Kain Dobby adalah produk yang dihasilkan berupa kain tenun sutera putihan

(berwarna putih polos)

6. Kain warna adalah produk yang dihasilkan berupa kain tenun sutera dengan

berbagai variasi, motif dan corak warna.

7. Kendala adalah factor pembatas dalam pengambilan keputusan yang meliputi

sumberdaya yang tersedia.

8. Keuntungan kotor adalah selisih antara total penerimaan dengan beberapa

bagian biaya (pada penelitian ini hanya total biaya produksi saja)

9. Pemintalan sutera adalah kegiatan mengolah kepompong ulat sutera yang

dipintal menjadi benang sutera.

10. Pertenunan sutera adalah kegiatan menenun benang sutera hingga menjadi

kain sutera.

11. Soda As adalah bahan pembantu sebagai pelarut serisin (getah) yang

digunakan dalam proses perebusan benang sutera.

12. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan proses produksi

secara langsung.

13. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak melakukan proses

produksi kain sutera secara langsung, misalnya petani tanaman murbei,

pemelihara ulat sutera, tenaga kerja bagian pemasaran, keuangan dan lainnya.

14. Zat warna adalah bahan pembantu yang memberikan warna pada kain tenun

sutera. Contoh : direk, asam, kationik, naftol dan reaktif.

Page 66: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

V. DESKRIPSI PERUSAHAAN CV BATU GEDE

5.1 Lokasi dan Keragaan Perusahaan

CV Batu Gede adalah bentuk usaha yang didirikan oleh Bapak Tatang

Gozali Gandasasmita sejak tahun 2003. Perusahaan ini bergerak dibidang

agribisnis, agrowisata serta pendidikan dan pelatihan persuteraan alam. Lokasi CV

Batu Gede berada di Batu Gede, Ciapus, Kecamatan Tamansari, Kabupaten

Bogor, Propinsi Jawa Barat.

CV Batu Gede dibidang agribisnis menghasilkan produk berbasis sutera

alam melalui kegiatan pengembangan kebun murbei, pemeliharaan ulat kecil, ulat

besar dan kepompong / kokon (cocoon), pemintalan benang sutera, serta

penenunan kain sutera. Produk-produk yang dihasilkan oleh CV Batu Gede adalah

benang sutera Raw Silk dan Thrown Silk serta kain tenun sutera jenis tenun putih /

dobby dan tenun warna. Koleksi produk penenunan tersebut dipamerkan di galeri

Rumah Sutera. CV Batu Gede hanya melakukan penjualan untuk produk akhir

berupa kain tenun sutera baik jenis dobby maupun tenun warna, karena benang

sutera yang dihasilkan dijadikan bahan baku untuk memproduksi kedua jenis kain

sutera tersebut.

CV Batu Gede dibidang agrowisata menawarkan wisata pendidikan

berbasis persuteraan alam. Pendidikan tersebut dimulai dari cara berkebun murbei,

penetasan telur ulat sutera, pemeliharaan ulat kecil dan ulat besar, pembentukan

kokon, panen kokon dan pengolahan pasca panen yaitu pemintalan kokon menjadi

benang sutera, twisting, sampai penenunan kain sutera. Kegiatan persuteraan alam

tersebut dapat juga disebut dengan istilah moriculture, sericulture, filature dan

manufacture yang ada pada CV Batu Gede.

Dibidang pendidikan dan pelatihan persuteraan alam, CV Batu Gede

menawarkan pendidikan dan pelatihan persuteraan alam secara mandiri.

Pengalaman pendidikan dan pelatihan persuteraan alam telah dimulai sejak tahun

2003. Fasilitas yang disediakan untuk pendidikan dan pelatihan persuteraan alam

antara lain; ruang kelas pelatihan dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelatihan,

tenaga pengajar profesional yang telah berpengalaman, tempat praktek lapangan,

mulai dari kebun murbei, rumah ulat kecil (RUK), rumah ulat besar (RUB),

Page 67: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

48

tempat pemintalan benang, twisting, dan penenunan dengan Alat Tenun Bukan

Mesin (ATBM).

CV Batu Gede memiliki kebun murbei seluas dua hektar. Di areal ini,

pemilik mengembangkan budidaya ulat sutera mulai dari pemeliharaan tanaman

murbei. Daun murbei digunakan untuk pakan ulat sutera. Tanaman murbei dapat

tumbuh subur di berbagai ketinggian tanah dengan syarat tanahnya cukup subur

dan mendapatkan penyinaran matahari yang cukup. Bibit tanaman murbei

diperoleh dengan cara distek. Pada CV Batu Gede terdapat beberapa jenis

tanaman murbei yaitu chatayana, multicoulis, canva, nigra dan lembang. Daun

murbei dapat dijadikan pakan ulat sutera setelah berusia tiga bulan.

Benang sutera yang dihasilkan dari pemintalan kokon akan ditenun

menjadi kain dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). CV Batu

Gede memiliki dua buah ATBM yang dapat berkapasitas produksi 150 m per

bulan. Satu kg benang sutera dapat menghasilkan 10 m kain sutera. Proses

penenunan dilakukan dengan peralatan sederhana secara manual. Kain sutera yang

telah ditenun kemudian diletakkan di ruangan penyimpanan. Berbagai motif kain

sutera dihasilkan sesuai permintaan pasar. Kain sutera ini dipasarkan ke Jawa

Barat dan Jakarta, serta berbagai kota-kota lain di Indonesia. Jumlah produksi kain

sutera CV Batu Gede selama 12 bulan dapat di lihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Produksi Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna CV Batu

Gede Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Produksi Kain Sutera (m)

Dobby Warna Jumlah

2007

September 81,4 27,1 108,5

Oktober 83,1 27,7 110,8

Nopember 78,9 26,3 105,2

Desember 75,5 25,2 100,7

2008

Januari 82,2 27,4 109,6

Februari 73,7 24,6 98,2

Maret 79,1 26,4 105,5

April 79,4 26,5 105,8

Mei 80,9 27,0 107,9

Juni 82,6 27,5 110,1

Juli 86,6 28,9 115,4

Agustus 83,6 27,9 111,5

Jumlah 966,9 322,3 1289,2

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Page 68: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

49

Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi kain sutera CV Batu Gede terendah

yaitu 98,2 m pada bulan Februari 2008. Sedangkan produksi tertinggi selama 12

bulan berdasarkan data pada tabel yaitu sebesar 115, 4 m pada bulan Juli 2008.

Hal ini dikarenakan menjelang hari raya sehingga banyak pelanggan yang

menambah kuantitas permintaannya. Rata-rata produksi kain tenun sutera pada

CV Batu Gede diperoleh sebesar 107,4 m per bulan. Junlah produksi kain sutera

pada CV Batu Gede menunjukkan jumlah kuantitas penjualannya kepada

konsumen, sehingga tidak ada sisa produksi yang disimpan konsumen. Hal ini

dikarenakan perusahaan melakukan produksi apabila ada pesanan atau order dari

konsumen.

5.2 Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusahaan

CV Batu Gede Bogor merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

agribisnis, agrowisata serta pendidikan dan pelatihan persuteraan alam. Tipe

organisasi bisnis CV Batu Gede Bogor adalah perusahaan perseorangan.

Perusahaan perseorangan dikelola dan dipimpin oleh seseorang yang bertanggung

jawab sepenuhnya terhadap semua risiko dari aktivitas usaha yang dijalankan.

Struktur organisasi CV Batu Gede Bogor adalah struktur organisasi bentuk

lini dan staf. Bentuk ini secara umum digunakan oleh organisasi karena bentuknya

sederhana sehingga cepat dalam pengambilan keputusan. Struktur organisasi

tersebut dapat memperlihatkan hubungan antara tugas dan wewenang atasan

secara horizontal dan vertikal, selain itu melalui hubungan tersebut dapat

memberikan data maupun informasi yang diperlukan oleh pihak yang

bersangkutan.

CV Batu Gede memiliki satu orang tenaga kerja administrasi yang

menangani ketiga bidang tersebut, satu orang supir, lima orang petani sutera

sekaligus sebagai pendidik dan pelatih persuteraan alam, serta sepuluh orang

tenaga kerja langsung untuk produksi kain sutera yang merupakan tenaga kerja

borongan. Semua tenaga kerja pada CV Batu Gede berasal dari lingkungan sekitar

perusahaan yang sudah berpengalaman dan memahami mengenai pesuteraan

alam. Struktur organisasi CV Batu Gede dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hari kerja CV Batu Gede adalah enam hari seminggu dengan jumlah jam

kerja selama tujuh jam kerja dalam sehari, dimulai pukul 08.00 – 16.00 WIB

Page 69: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

50

(istirahat satu jam). Hari dan jam kerja tersebut berlaku untuk tenaga kerja

administrasi dan petani sutera. Sedangkan tenaga kerja borongan untuk produksi

kain sutera, jumlah hari dan jam kerja mereka disesuaikan dengan produksi kain

sutera perusahaan. Hari orang kerja (HOK) per periode (satu bulan) pada CV Batu

Gede adalah 24 – 26 HOK.

CV Batu Gede sebagai salah satu perusahaan yang sedang berkembang,

memiliki visi dan misi untuk membawa persuteraan alam ke dalam era

modernisasi dan globalisasi. Visi CV Batu Gede adalah menjadi salah satu

perusahaan yang kreatif, produktif dan pendorong dalam perkembangan

persuteraan alam sehingga tercipta masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Misi

dari CV Batu Gede antara lain :

1. Memberi kesempatan pelatihan dan magang kepada masyarakat / petani

sutera mengenai pemeliharaan kebun murbei, pemeliharaan ulat dengan

maksud agar masyarakat betul-betul mampu membudidayakan ulat sutera.

2. Membina petani plasma baik dari segi teknis maupun manajemen usaha tani.

3. Menjalin kerjasama dengan mitra tani, pemerintah dan pihak swasta dalam

hal pengelolaan kebun murbei dan pemeliharaan ulat sutera sehingga

produksi kokon tidak langka sebagai bahan baku produk hilir sutera.

5.3 Kegiatan Produksi Perusahaan

Kegiatan produksi CV Batu Gede menghasilkan produk yang berbasis

sutera seperti benang sutera dan kain tenun sutera. Kegiatan produksi diawali

dengan penanaman murbei, budidaya murbei sebagai pakan ulat sutera,

pemeliharaan ulat sutera, pengokonan ulat sutera, pemintalan benang sutera

sampai penenunan kain sutera. Produk yang dijual oleh CV Batu Gede adalah

produk kain sutera dobby dan warna. Untuk memproduksi kain sutera jenis dobby

(putih polos) dan tenun warna (motif, solid, corak atau batik) ada beberapa proses

produksi yang dilakukan perusahaan. Sebelum proses produksi dilakukan,

perusahaan melakukan pengadaan bahan baku sebagai salah satu input produksi

kain sutera tahap awal.

Page 70: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

51

5.3.1 Penggunaan Bahan Baku

Bahan baku untuk memproduksi kain sutera adalah benang sutera. Benang

sutera yang dibutuhkan adalah jenis pakan dan lungsi. Benang pakan merupakan

benang sutera yang dipasang secara horizontal pada Alat Tenun Bukan Mesin

(ATBM), sedangkan benang lungsi adalah benang sutera yang dipasang secara

vertikal pada ATBM. Proporsi penggunaan benang pakan lebih besar untuk

menghasilkan kain tenun sutera. Rasio perbandingan penggunaan benang pakan

dan benang lungsi untuk menghasilkan kain tenun sutera adalah tiga berbanding

satu (3:1). Setiap meter produksi kain sutera membutuhkan 0,075 kg benang

pakan dan 0,025 kg benang lungsi.

Pengadaan bahan baku untuk memproduksi kain sutera terdapat dua

proses. Pertama, bahan baku diperoleh diawali dengan proses budidaya murbei

sebagai pakan ulat sutera dan budidaya ulat sutera sebagai penghasil kokon.

Kegiatan ini dilakukan oleh petani di lahan perusahaan. Kokon yang dihasilkan

akan diolah melalui proses perebusan dan pemintalan sehingga menghasilkan

benang sutera mentah (Raw Silk). Saat ini jumlah produksi kokon CV Batu Gede

adalah rata-rata 25 kg per bulan. Jumlah tersebut masih jauh untuk kebutuhan

kokon sebagai penghasil benang sutera yang merupakan bahan baku kain sutera

pada CV Batu Gede yaitu rata-rata 115 kg per bulan. Sehingga perusahaan

melakukan pengadaan bahan baku pada proses yang kedua, yaitu melakukan

kerjasama melalui pembelian benang sutera pada mitra tani perusahaan yang

berada di wilayah perkebunan murbei Karya Sari, Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Penggunaan dan nilai ketersediaan bahan baku benang pakan untuk

memproduksi kain sutera di CV Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 71: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

52

Tabel 8. Penggunaan dan Nilai Ketersediaan Bahan Baku Benang Pakan

untuk Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede Selama Periode

12 Bulan

Tahun Bulan Penggunaan Benang Pakan (kg)

Ketersediaan (kg) Kain Dobby Kain Warna

2007

September 6,1 2,0 12,50

Oktober 6,2 2,1 12,67

Nopember 5,9 2,0 14,44

Desember 5,7 1,9 14,72

2008

Januari 6,2 2,1 16,33

Februari 5,5 1,8 13,26

Maret 5,9 2,0 14,44

April 6,0 2,0 14,55

Mei 6,1 2,0 17,27

Juni 6,2 2,1 17,34

Juli 6,5 2,2 17,48

Agustus 6,3 2,1 16,54

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Tabel 8 menunjukkan jumlah penggunaan benang pakan lebih banyak

untuk memproduksi kain dobby. Hal ini dikarenakan jumlah produksi kain dobby

pada perusahaan lebih besar dari pada kain tenun warna. Ketersediaan bahan baku

benang pakan merupakan jumlah persediaan yang ada di gudang perusahaan

selama periode produksi.

Untuk bahan baku jenis benang lungsi, penggunaan dan nilai

ketersediaannya dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 72: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

53

Tabel 9. Penggunaan dan Nilai Ketersediaan Bahan Baku Benang Lungsi

untuk Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede Selama Periode

12 Bulan

Tahun Bulan Penggunaan Benang Lungsi (kg)

Ketersediaan (kg) Kain Dobby Kain Warna

2007

September 2,0 0,7 3,50

Oktober 2,1 0,7 3,56

Nopember 2,0 0,7 5,42

Desember 1,9 0,6 7,31

2008

Januari 2,1 0,7 9,53

Februari 1,8 0,6 9,24

Maret 2,0 0,7 9,43

April 2,0 0,7 9,43

Mei 2,0 0,7 9,49

Juni 2,1 0,7 9,54

Juli 2,2 0,7 9,67

Agustus 2,1 0,7 6,79

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Sama halnya dengan penggunaan benang pakan, pada Tabel 9

menunjukkan bahwa benang lungsi digunakan lebih banyak untuk memproduksi

kain dobby. Penggunaan dan ketersediaan bahan baku terbesar terjadi pada bulan

Juli 2008, hal ini dikarenakan tingginya produksi pada bulan tersebut. Lebih

tingginya kebutuhan benang pakan dari pada benang lungsi dikarenakan proporsi

penggunaan benang pakan lebih besar dari pada benang lungsi untuk

menghasilkan kain tenun sutera.

5.3.2 Penggunaan Bahan Pembantu

Bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi kain sutera pada

CV Batu Gede antara lain : soda as, zat pewarna (direk, asam, kationik, naftol dan

reaktif), kazesol, natrium silikat dan hidrogen peroksida. Bahan-bahan pembantu

tersebut diperoleh perusahaan dengan melakukan pembelian pada toko kimia yang

berada di pasar Anyar Bogor. Zat soda as digunakan untuk menghilangkan

kotoran dan serisin pada benang sutera sehingga tekstur benang menjadi halus.

Page 73: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

54

Serisin adalah protein albumin yang terdapat pada benang sutera mentah yang

tidak larut dalam air dingin, tetapi menjadi lemah di dalam air panas dan larut di

dalam alkali lemah seperti zat soda as. Zat pewarna (direk, asam, kationik, naftol

dan reaktif) digunakan untuk memberikan warna pada serat benang sutera

sehingga menghasilkan kain tenun warna. Kazesol digunakan untuk

menghaluskan tekstur benang sutera dengan menghilangkan zat kanji pada

benang sutera yang menyebabkan benang menjadi kaku. Natrium silikat

digunakan untuk memutihkan benang atau kain sutera dan hidrogen peroksia

sebagai zat oksidatornya.

Penggunaan bahan-bahan pembantu untuk produksi kain dobby dan tenun

warna pada CV Batu Gede selama periode 12 bulan masing-masing dapat dilihat

pada Tabel 10 dan 11.

Tabel 10. Penggunaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera

Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Produksi

(m)

Penggunaan Bahan Pembantu (kg)

Soda As Kazesol Natrium Silikat Hid. Peroksida

2007

September 81,4 0,40 0,24 0,20 0,20

Oktober 83,1 0,41 0,25 0,21 0,21

Nopember 78,9 0,40 0,24 0,20 0,20

Desember 75,5 0,37 0,23 0,19 0,19

2008

Januari 82,2 0,41 0,25 0,21 0,21

Februari 73,7 0,37 0,22 0,18 0,18

Maret 79,1 0,40 0,24 0,20 0,20

April 79,4 0,40 0,24 0,20 0,20

Mei 80,9 0,41 0,24 0,20 0,20

Juni 82,6 0,41 0,25 0,21 0,21

Juli 86,6 0,44 0,26 0,22 0,22

Agustus 83,6 0,42 0,25 0,21 0,21

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa bahan pembantu yang digunakan

untuk produksi kain dobby pada CV Batu Gede adalah soda as, kazesol, natrium

silikat dan hidrogen peroksida. Bahan pembantu yang paling banyak digunakan

Page 74: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

55

adalah soda as, hal ini dikarenakan proporsi penggunaannya lebih besar daripada

bahan pembantu lainnya. Setiap meter produksi kain sutera membutuhkan 0,005

kg soda as; 0,003 kg kazesol; 0,0025 kg natrium silikat; dan 0,0025 hidrogen

peroksida.

Tabel 11. Penggunaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera

Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Produksi

(m)

Penggunaan Bahan Pembantu (kg)

Soda

As Kazesol

Natrium

Silikat

Hid.

Peroksida

Zat

Pewarna

2007

September 27,1 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14

Oktober 27,7 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14

Nopember 26,3 0,13 0,08 0,07 0,07 0,13

Desember 25,2 0,13 0,08 0,06 0,06 0,13

2008

Januari 27,4 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14

Februari 24,6 0,12 0,07 0,06 0,06 0,12

Maret 26,4 0,13 0,08 0,07 0,07 0,13

April 26,5 0,13 0,08 0,07 0,07 0,13

Mei 27,0 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14

Juni 27,5 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14

Juli 28,9 0,14 0,09 0,07 0,07 0,14

Agustus 27,9 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Sama halnya dengan produksi kain dobby, pada Tabel 11 menunjukkan

bahwa bahan pembantu yang digunakan untuk produksi kain tenun warna adalah

soda as, kazesol, natrium silikat dan hidrogen peroksida. Komposisi kebutuhan

bahan pembantu untuk produksi kain tenun warna sama dengan komposisi

kebutuhan untuk produksi kain dobby. Namun dalam proses produksi kain tenun

warna ini diperlukan bahan pembantu tambahan seperti zat pewarna untuk

memperoleh jenis warna pada kain sesuai dengan permintaan. Komposisi zat

pewarna yang dibutuhkan dalam produksi kain tenun warna adalah 0,005 kg per

meter. Berdasarkan Tabel 10 dan 11, bahan pembantu yang paling banyak

digunakan dalam produksi kain sutera pada CV Batu Gede adalah soda as dan zat

pewarna.

Page 75: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

56

Ketersediaan bahan-bahan pembantu di gudang untuk produksi kain dobby

dan tenun warna pada CV Batu Gede selama periode 12 bulan dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12. Ketersediaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera pada

CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan

Ketersediaan Bahan Pembantu (kg)

Soda As Kazesol Natrium

Silikat

Hid.

Peroksida

Zat

Pewarna

2007

September 2,25 0,17 0,23 0,23 0,50

Oktober 2,50 0,34 0,45 0,45 0,25

Nopember 2,00 0,53 0,69 0,19 0,50

Desember 1,50 0,72 0,94 0,44 0,25

2008

Januari 2,50 0,40 0,66 0,16 0,40

Februari 1,75 0,10 0,42 0,42 0,25

Maret 2,33 0,28 0,65 0,65 0,33

April 2,00 0,47 0,89 0,89 0,40

Mei 1,67 0,64 1,12 0,62 0,50

Juni 1,50 0,81 1,34 0,84 0,25

Juli 2,25 0,97 1,56 1,06 0,50

Agustus 2,50 0,63 1,28 0,78 0,25

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Pada tahap selanjutnya setelah melakukan pengadaan bahan baku dan

bahan pembantu, perusahaan melakukan kegiatan produksi kain sutera yang

terdiri dari beberapa proses. Proses produksi kain sutera pada CV Batu Gede

yaitu:

1. Pembersihan getah benang (degumming yarn)

Proses ini dilakukan melalui perebusan atau pemasakan benang sutera yang

sudah dipintal dengan menggunakan zat Soda As. Soda As digunakan untuk

menghilangkan getah (serisin) yang terdapat pada benang. Setelah perebusan

atau pemasakan, pada benang lungsi dilakukan pengkanjian atau pemberian zat

kazesol dan hidrogen peroksida agar benang tidak keras dan berbulu.

Pengkanjian ini digunakan agar benang menjadi kuat, putih bersih dan lentur.

2. Pengelosan (twisting lungsi)

Pengelosan atau penggulungan adalah kegiatan menggulung benang lungsi

pada gulungan kelos. Gulungan kelos ini merupakan gulungan benang lungsi

Page 76: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

57

yang berdiameter dua cm. Pengelosan dilakukan secara manual dengan tangan

menggunakan alat kincir yang diputar.

3. Pemaletan (twisting pakan)

Sama halnya dengan pengelosan, pemaletan ini merupakan kegiatan

menggulung benang pakan pada gulungan palet dengan menggunakan alat

kincir secara manual. Gulungan palet adalah gulungan benang pakan yang

berukuran lebih kecil dari gulungan kelos yaitu berdiameter satu cm.

4. Pewarnaan atau pencelupan

Proses ini dilakukan untuk menghasilkan kain tenun warna. Sebelumnya

benang sutera diikat sesuai dengan motif yang diinginkan (ikat lungsi, ikat

pakan atau keduanya) kemudian dicelup. Benang yang terikat tidak akan

tercelup sehingga pada waktu bahan tersebut ditenun akan memberikan motif.

Pencelupan dilakukan untuk memberikan warna secara merata. Disini bahan

yang terikat tidak akan tercelup sehingga pada waktu bahan tersebut ditenun

akan memberikan motif. Bahan sutera mempergunakan zat warna direk, asam,

kationik, naftol dan reaktif.

5. Penghanian

Penghanian merupakan kegiatan memasukkan dan mensejajarkan benang hasil

gulungan pada alat hani.

6. Pencucukan

Setelah benang dihani, maka selanjutnya dilakukan pencucukan yaitu benang

pada alat hani dimasukkan pada alat tenun bukan mesin (ATBM).

7. Penenunan

Penenunan merupakan kegiatan menenun benang sutera secara manual dengan

tangan menggunakan ATBM untuk menghasilkan kain tenun sutera. Proses

penenunan ini, benang pakan dipasang secara horizontal dan benang lungsi

dipasang secara vertikal pada ATBM.

8. Pembersihan kain tenun (degumming cloth)

Proses ini dilakukan melalui perebusan kain tenun sutera dalam larutan soda

as, setelah itu dijemur agar kain tidak kotor dan tidak kaku.

Proses produksi kain tenun sutera pada CV Batu Gede di awali dari tahap

pembersihan getah benang (degumming yarn) sampai dengan pembersihan kain

Page 77: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

58

tenun (degumming cloth), namun untuk produksi kain tenun jenis dobby (putih

polos) tidak dilakukan tahap pewarnaan. Sedangkan untuk memproduksi kain

tenun warna dilakukan proses pewarnaan pada benang setelah melalui tahap

pengelosan dan pemaletan. Secara singkat, proses produksi kain tenun sutera pada

CV Batu Gede dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Skema Proses Produksi Kain Tenun Sutera CV Batu Gede.

5.3.3 Penggunaan Tenaga Kerja Langsung (TKL)

Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya mengenai

organisasi dan ketenagakerjaan perusahaan, CV Batu Gede memiliki tenaga kerja

tidak langsung dan tenaga kerja langsung. Tenaga kerja tidak langsung merupakan

tenaga kerja yang tidak melakukan rangkaian proses produksi kain tenun sutera,

yaitu staf adminsitrasi, supir dan petani sutera. Sedangkan tenaga kerja langsung

(TKL) merupakan tenaga kerja yang melakukan seluruh tahap proses produksi

Kain Dobby

Pewarnaan

Kain Warna

Degumming Yarn

Pengelosan

Pemaletan

Penghanian

Pencucukan

Penenunan

Degumming Cloth

Penghanian

Pencucukan

Penenunan

Degumming Cloth

Page 78: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

59

kain tenun sutera baik dobby ataupun warna. Tenaga kerja langsung pada CV Batu

Gede merupakan tenaga kerja pemborong yang melakukan semua kegiatan

produksi kain tenun sutera. Artinya TKL tersebut bukan tenaga kerja tetap

perusahaan melainkan tenaga kerja yang digunakan perusahaan untuk

memproduksi kain tenun sutera berdasarkan order atau pesanan yang ada

perusahaan. maka dari itu sewaktu-waktu TKL ini dapat beralih ke perusahaan

lain atau mengerjakan jenis pekerjaan lain sesuai dengan keahlian mereka apabila

perusahaan tidak melakukan produksi lagi atau adanya penurunan produksi.

Tenaga kerja langsung perusahaan berjumlah sepuluh orang melakukan

proses produksi kain tenun dobby dan warna masing-masing lima orang. Jumlah

hari dan jam kerja mereka disesuaikan dengan produksi kain sutera perusahaan.

Hari orang kerja (HOK) per periode (satu bulan) pada CV Batu Gede adalah 24 –

26 HOK. Berdasarkan data produksi perusahaan baik untuk produksi kain dobby

maupun kain warna, penggunaan tenaga kerja langsung mengenai jumlah pekerja,

jam kerja, HOK dan ketersediaan jumlah jam kerja selama periode produksi dapat

dilihat pada Tabel 13 dan 14.

Tabel 13. Penggunaan dan Ketersediaan Tenaga Kerja Langsung Produksi

Kain Tenun Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Produksi

(m)

Jumlah TKL

(orang)

Jam Kerja/hari

(jam)

HOK

(hari)

Ketersediaan

(jam)

2007

September 81,4 5 7 25 875

Oktober 83,1 5 7 26 910

Nopember 78,9 5 7 25 875

Desember 75,5 5 7 26 910

2008

Januari 82,2 5 7 26 910

Februari 73,7 5 7 24 840

Maret 79,1 5 7 26 910

April 79,4 5 7 25 875

Mei 80,9 5 7 26 910

Juni 82,6 5 7 25 875

Juli 86,6 5 7 26 910

Agustus 83,6 5 7 26 910

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Page 79: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

60

Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah ketersediaan jam kerja TKL paling

sedikit terdapat pada bulan Februari 2008, hal ini dikarenakan jumlah produksi

pada bulan tersebut paling sedikit daripada bulan lainnya sehingga penggunaan

HOK untuk memproduksi kain tenun dobby pada bulan tersebut paling kecil

dibandingkan bulan lainnya. Jumlah ketersediaan jam kerja TKL diperoleh

dengan cara mengalikan jumlah pekerja, jam kerja per hari dan HOK-nya.

Penggunaan dan ketersediaan TKL untuk produksi kain tenun warna pada CV

Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Penggunaan dan Ketersediaan Tenaga Kerja Langsung Produksi

Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Produksi

(m)

Jumlah TKL

(orang)

Jam Kerja/hari

(jam)

HOK

(hari)

Ketersediaan

(jam)

2007

September 27,1 5 7 25 875

Oktober 27,7 5 7 26 910

Nopember 26,3 5 7 25 875

Desember 25,2 5 7 26 910

2008

Januari 27,4 5 7 26 910

Februari 24,6 5 7 24 840

Maret 26,4 5 7 26 910

April 26,5 5 7 25 875

Mei 27,0 5 7 26 910

Juni 27,5 5 7 25 875

Juli 28,9 5 7 26 910

Agustus 27,9 5 7 26 910

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Sama halnya dengan produksi dobby, Tabel 14 menunjukkan bahwa

jumlah ketersediaan jam kerja TKL untuk memproduksi kain tenun warna paling

sedikit terjadi pada bulan Februari 2008, hal ini dikarenakan jumlah produksi pada

bulan tersebut paling sedikit daripada bulan lainnya sehingga penggunaan HOK

pada bulan tersebut paling kecil dibandingkan bulan lainnya. Sedangkan rata-rata

jumlah HOK per bulan untuk bulan lainnya adalah sama sehingga ketersediaan

jam kerja TKL untuk produksi kain tenun warna rata-rata sama setiap bulannya.

Hal ini dikarenakan produksi kain tenun warna setiap bulannya hanya mengalami

peningkatan yang relatif sedikit.

Page 80: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

61

5.3.4 Penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) digunakan oleh tenaga kerja langsung

perusahaan pada proses penenunan sutera baik untuk produksi kain tenun dobby

maupun warna. CV Batu Gede memiliki dua buah unit ATBM dalam kegiatan

produksinya masing-masing satu unit untuk produksi kain tenun dobby dan warna.

Penggunaan dan ketersediaan jam kerja ATBM untuk memproduksi kain dobby

dan warna dapat dilihat pada Tabel 15 dan 16.

Tabel 15. Penggunaan dan Ketersediaan Jam Kerja ATBM untuk Produksi

Kain Tenun Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Produksi

(m)

Jumlah Mesin

(unit)

Jam Kerja/hari

(jam)

HOK

(hari)

Ketersediaan

(jam)

2007

September 81,4 1 7 25 175

Oktober 83,1 1 7 26 182

Nopember 78,9 1 7 25 175

Desember 75,5 1 7 26 182

2008

Januari 82,2 1 7 26 182

Februari 73,7 1 7 24 168

Maret 79,1 1 7 26 182

April 79,4 1 7 25 175

Mei 80,9 1 7 26 182

Juni 82,6 1 7 25 175

Juli 86,6 1 7 26 182

Agustus 83,6 1 7 26 182

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Pada Tabel 15 menunjukkan bahwa ketersediaan jam kerja ATBM untuk

produksi kain dobby diperoleh dari perhitungan hasil perkalian antara jumlah

mesin yang digunakan, jam kerja per hari dan ketersediaan HOK. Ketersediaan

jam kerja ATBM untuk produksi kain dobby paling sedikit terdapat pada periode

bulan Februari 2008. Hal ini dikarenakan HOK pada bulan tersebut jumlahnya

sedikit dibandingkan bulan-bulan lainnya.

Page 81: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

62

Tabel 16. Penggunaan dan Ketersediaan Jam Kerja ATBM untuk Produksi

Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Produksi

(m)

Jumlah Mesin

(unit)

Jam Kerja/hari

(jam)

HOK

(hari)

Ketersediaan

(jam)

2007

September 27,1 1 7 25 175

Oktober 27,7 1 7 26 182

Nopember 26,3 1 7 25 175

Desember 25,2 1 7 26 182

2008

Januari 27,4 1 7 26 182

Februari 24,6 1 7 24 168

Maret 26,4 1 7 26 182

April 26,5 1 7 25 175

Mei 27,0 1 7 26 182

Juni 27,5 1 7 25 175

Juli 28,9 1 7 26 182

Agustus 27,9 1 7 26 182

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Tabel 15 dan 16 menunjukkan bahwa penggunaan dan ketersediaan jam

kerja ATBM besarnya sama baik untuk memproduksi kain tenun dobby atau tenun

warna. Hal ini dikarenakan penggunaan dan ketersediaan jam kerja ATBM tidak

terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi yang ada. Jam kerja ATBM

tersebut tersedia selama ATBM masih berfungsi untuk melakukan produksi

perusahaan.

5.4 Biaya Produksi

Biaya produksi untuk kegiatan produksi kain tenun sutera pada CV Batu

Gede terdiri dari biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

Biaya produksi langsung merupakan jumlah pengeluaran yang diperhitungkan

dalam kegiatan proses produksi kain tenun sutera (input produksi) seperti biaya

bahan baku, biaya bahan pembantu dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya

produksi langsung dihitung berdasarkan kebutuhan input produksi yang

digunakan per jenis kain tenun sutera dikalikan dengan nilai harga input produksi.

Sedangkan biaya produksi tidak langsung merupakan jumlah pengeluaran yang

Page 82: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

63

diperhitungkan diluar kegiatan proses produksi kain tenun sutera seperti biaya

tenaga kerja tidak langsung (staf administrasi dan supir), biaya listrik dan biaya

telepon. Biaya produksi tidak langsung tidak dihitung berdasarkan penggunaan

dan harga input produksi melainkan dihitung berdasarkan pengeluaran perusahaan

dalam menggaji tenaga kerja tidak langsung, biaya listrik dan biaya telepon

selama periode yang dianalisis. Perhitungan biaya tidak langsung (staf

adiministrasi, supir, listrik dan biaya telepon) untuk kedua jenis kain sutera

merupakan masing-masing dari biaya tidak langsung tersebut yang telah

dikeluarkan perusahaan yang telah dibagi dua. Rincian biaya produksi kain tenun

sutera pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Lampiran 2 s/d 5.

Total biaya untuk setiap jenis kain sutera merupakan penjumlahan

keseluruhan biaya input produksi masing-masing jenis kain sutera dan biaya

produksi tidak langsung yang dibagi dua untuk setiap jenis kain sutera. Nilai total

biaya produksi yang dikeluarkan baik untuk jenis kain tenun dobby maupun kain

tenun warna pada CV Batu Gede ditunjukkan oleh Tabel 17 dan 18.

Page 83: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Tabel 17. Total Biaya untuk Produksi Kain Tenun Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Biaya Produksi Langsung (Rp) Biaya Produksi Tidak Langsung (Rp)

Jumlah (Rp) Bahan Baku Bahan Pembantu TK Langsung TK Tidak Langsung Listrik Telepon

2007

September 2.441.250,00 40.687,50 1.057.875,00 1.000.000,00 132.525,25 160.287,50 4.832.625,25

Oktober 2.493.000,00 41.550,00 1.080.300,00 1.000.000,00 133.187,88 161.088,94 4.909.126,81

Nopember 2.367.000,00 39.450,00 1.025.700,00 1.000.000,00 133.853,82 161.894,38 4.727.898,20

Desember 2.265.750,00 37.762,50 981.825,00 1.000.000,00 134.523,08 162.703,85 4.582.564,44

2008

Januari 2.466.000,00 41.100,00 1.068.600,00 1.000.000,00 135.195,70 163.517,37 4.874.413,07

Februari 2.209.500,00 36.825,00 957.450,00 1.000.000,00 135.871,68 164.334,96 4.503.981,64

Maret 2.373.750,00 39.562,50 1.028.625,00 1.000.000,00 136.551,04 165.156,64 4.743.645,17

April 2.380.500,00 39.675,00 1.031.550,00 1.000.000,00 137.233,79 165.982,42 4.754.941,21

Mei 2.427.750,00 40.462,50 1.052.025,00 1.000.000,00 137.919,96 166.812,33 4.824.969,79

Juni 2.477.250,00 41.287,50 1.073.475,00 1.000.000,00 138.609,56 167.646,39 4.898.268,45

Juli 2.596.500,00 43.275,00 1.125.150,00 1.000.000,00 139.302,61 168.484,62 5.072.712,23

Agustus 2.508.750,00 41.812,50 1.087.125,00 1.000.000,00 139.999,12 169.327,05 4.947.013,67

Total (Rp) 57.672.159,94

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Page 84: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Tabel 18. Total Biaya untuk Produksi Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Biaya Produksi Langsung (Rp) Biaya Produksi Tidak Langsung (Rp)

Jumlah (Rp)

Bahan Baku Bahan Pembantu TK Langsung TK Tidak Langsung Listrik Telepon

2007

September 813.750,00 14.240,63 406.875,00 1.000.000,00 132.525,25 160.287,50 2.527.678,38

Oktober 831.000,00 14.542,50 415.500,00 1.000.000,00 133.187,88 161.088,94 2.555.319,31

Nopember 789.000,00 13.807,50 394.500,00 1.000.000,00 133.853,82 161.894,38 2.493.055,70

Desember 755.250,00 13.216,88 377.625,00 1.000.000,00 134.523,08 162.703,85 2.443.318,81

2008

Januari 822.000,00 14.385,00 411.000,00 1.000.000,00 135.195,70 163.517,37 2.546.098,07

Februari 736.500,00 12.888,75 368.250,00 1.000.000,00 135.871,68 164.334,96 2.417.845,39

Maret 791.250,00 13.846,88 395.625,00 1.000.000,00 136.551,04 165.156,64 2.502.429,55

April 793.500,00 13.886,25 396.750,00 1.000.000,00 137.233,79 165.982,42 2.507.352,46

Mei 809.250,00 14.161,88 404.625,00 1.000.000,00 137.919,96 166.812,33 2.532.769,17

Juni 825.750,00 14.450,63 412.875,00 1.000.000,00 138.609,56 167.646,39 2.559.331,58

Juli 865.500,00 15.146,25 432.750,00 1.000.000,00 139.302,61 168.484,62 2.621.183,48

Agustus 836.250,00 14.634,38 418.125,00 1.000.000,00 139.999,12 169.327,05 2.578.335,54

Total (Rp) 30.284.717,44

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Page 85: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

66

5.5 Penerimaan Penjualan Produksi

Penerimaan perusahaan diperoleh dari penjualan produksi kain sutera yang

telah dilakukan perusahaan. Penerimaan penjualan produksi kain sutera dihitung

berdasarkan jumlah produk yang diproduksi dan dijual dikalikan dengan nilai

harga jualnya baik untuk jenis kain tenun dobby maupun kain tenun warna. Harga

jual yang diperhitungkan berdasarkan nilai harga yang paling banyak terjual dari

masing-masing jenis kain sutera yaitu Rp 110.000,- untuk jenis kain tenun dobby

dan Rp 200.000,- untuk jenis kain tenun warna. Penerimaan penjualan produksi

kain sutera CV Batu Gede selama periode 12 bulan dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Penerimaan Penjualan Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede

Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Penerimaan Penjualan Produksi (Rp)

Dobby Warna Jumlah

2007

September 8.951.250,00 5.425.000,00 14.376.250,00

Oktober 9.141.000,00 5.540.000,00 14.681.000,00

Nopember 8.679.000,00 5.260.000,00 13.939.000,00

Desember 8.307.750,00 5.035.000,00 13.342.750,00

2008

Januari 9.042.000,00 5.480.000,00 14.522.000,00

Februari 8.101.500,00 4.910.000,00 13.011.500,00

Maret 8.703.750,00 5.275.000,00 13.978.750,00

April 8.728.500,00 5.290.000,00 14.018.500,00

Mei 8.901.750,00 5.395.000,00 14.296.750,00

Juni 9.083.250,00 5.505.000,00 14.588.250,00

Juli 9.520.500,00 5.770.000,00 15.290.500,00

Agustus 9.198.750,00 5.575.000,00 14.773.750,00

Total 106.359.000,00 64.460.000,00 170.819.000,00

Sumber : Data Penjualan CV Batu Gede Bogor (2008)

5.6 Kegiatan Pemasaran Perusahaan

Kegiatan pemasaran kain sutera pada CV Batu Gede meliputi kegiatan

penjualan, distribusi, transaksi pembayaran dan promosi. Produk kain sutera yang

dijual perusahaan adalah kain tenun sutera putih polos (dobby) dan kain tenun

sutera warna. Harga kedua jenis kain sutera tersebut bervariatif, namun rata-rata

Page 86: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

67

harga produk yang paling banyak dipesan oleh konsumen untuk kain dobby adalah

Rp 110.000,00 per meter dan kain tenun warna adalah Rp 200.000,00 per meter.

Kegiatan penjualan kain sutera pada CV Batu Gede meliputi kegiatan

penerimaan pesanan dan penawaran melalui telepon atau negosiasi langsung dari

konsumen. Konsumen yang menjadi pelanggan perusahaan terdiri dari para

pedagang kain, tailors, toko pakaian dan butik yang berada di Bogor, Jakarta dan

kota-kota lainnya di wilayah Jawa Barat. Konsumen baru yang akan menjadi

calon pelanggan dilakukan negosiasi dan supervisi terlebih dahulu oleh pemilik

perusahaan dan bagian administrasi perusahaan, yaitu dengan memberikan dafar

kain sutera yang dijual beserta daftar harganya. Kesepakatan akan ditentukan pada

saat melakukan kerjasama, seperti menentukan jenis kain sutera, waktu

pengiriman atau pengambilan, waktu dan bentuk pembayarannya. Sebagian besar

konsumen biasanya mengambil pesanan kain sutera secara datang langsung ke

perusahaan sebelumnya pihak perusahaan memberitahukan selesainya pesanan via

telepon.

Kegiatan distribusi dilakukan apabila konsumen menginginkan perusahaan

mengantarkan pesanannya ke lokasi konsumen. Kegiatan ini dilakukan oleh supir

dan bagian administrasi perusahaan. Saluran distribusi perusahaan merupakan

saluran distribusi tidak langsung karena produk kain sutera yang dijual perusahaan

tidak berhubungan langsung dengan konsumen akhir melainkan melalui perantara

(distributor) terlebih dahulu seperti pemborong (jobber), pedagang, toko-toko

atau butik. Lamanya proses pemesanan tergantung pada jenis dan jumlah produk

yang dipesan. Biaya pengiriman produk ditanggung oleh konsumen atau

perusahaan berdasarkan dengan permintaan konsumen. Kegiatan pembayaran dari

konsumen ditangani langsung oleh pemilik perusahaan. Sistem pembayaran dapat

dilakukan secara tunai atau tidak tunai dengan pemberian uang muka sebesar 30

persen dari total pembelian dan pelunasannya dilakukan apabila semua pesanan

produk telah diterima konsumen. Kegiatan promosi dilakukan untuk

menyampaikan informasi mengenai profil, kegiatan dan produk perusahaan

kepada konsumen yaitu melalui katalog dan website. Website perusahaan yang

dapat dikunjungi konsumen adalah www.rumahsuteraalam.com.

Page 87: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis optimalisasi produksi kain tenun sutera pada penelitian ini

dilakukan dengan tujuan untuk memaksimumkan keuntungan perusahaan. Produk

hasil perusahaan yang akan dioptimalkan adalah kain tenun sutera jenis putihan

(dobby) dan warna. Produksi kain sutera merupakan hasil proses penenunan dari

kombinasi benang sutera jenis pakan dan lungsi.

Optimalisasi produksi didasarkan pada metode penelitian yang didahului

dengan menentukan variabel keputusan, kemudian dilanjutkan dengan

menentukan fungsi tujuan dan kendala. Keputusan yang terbentuk pada model

persamaan linier terdiri dari 24 variabel. Jumlah variabel keputusan tersebut

didasarkan pada dua jenis produk yang akan dioptimalkan yaitu dobby dan warna

selama periode analisis yaitu 12 bulan.

Aktivitas yang dimasukkan ke dalam rumusan model persamaan linier

terdiri dari aktivitas keuntungan yang diperoleh dari pengurangan nilai penjualan

dan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi dua jenis produk (kain tenun

dobby dan warna) setiap bulan. Aktivitas-aktivitas tersebut ditetapkan sebagai

variabel pengambil keputusan pada fungsi tujuan, yaitu pembentuk keuntungan

yang akan dimaksimumkan.

6.1 Menentukan Fungsi Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk menentukan

kombinasi produksi yang optimal pada CV Batu Gede sehingga dapat

memperoleh keuntungan yang maksimal. Koefisien fungsi tujuan menunjukkan

keuntungan yang diperoleh perusahaan per bulan dari dua jenis produk (kain

tenun dobby dan warna) selama periode analisis (12 bulan). Nilai keuntungan di

hitung per meter berdasarkan selisih antara nilai penjualan dengan biaya produksi.

Nilai keuntungan per meter untuk masing-masing jenis kain sutera setiap periode

diperoleh dari total penerimaan masing-masing jenis kain sutera dikurangi total

biaya masing-masing jenis kain sutera dibagi dengan jumlah produksi yang dijual

setiap periode.

Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, nilai penjualan produksi

perusahaan cenderung berfluktuasi setiap bulannya. Maka dari itu terdapat selisih

Page 88: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

69

nilai keuntungan per bulan. Rincian perhitungan nilai keuntungan penjualan

produksi kain sutera pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7.

Perkembangan keuntungan penjualan kain sutera pada CV Batu Gede selama

periode analisis dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Perkembangan Nilai Keuntungan Penjualan Kain Sutera pada

CV Batu Gede Selama Periode Analisis

Tahun Bulan Nilai Keuntungan per meter (Rp)

Kain Dobby (X1) Kain Tenun Warna (X2)

2007

September 50.612,90 106.813,70

Oktober 50.925,07 107.750,21

Nopember 50.077,34 105.207,01

Desember 49.323,87 102.946,62

2008

Januari 50.700,57 107.076,71

Februari 48.846,14 101.513,43

Maret 50.048,72 105.121,15

April 50.076,36 105.204,07

Mei 50.377,27 106.106,80

Juni 50.680,98 107.017,93

Juli 51.389,81 109.144,42

Agustus 50.842,89 107.503,66

Sumber : CV Batu Gede Bogor (2008, diolah)

Pada Tabel 20 menunjukkan adanya selisih keuntungan dari penjualan

kain sutera jenis dobby dan warna yang diperoleh setiap bulannya selama periode

analisis yang dilakukan. Nilai keuntungan per meter dari kedua jenis tersebut

berbeda. Hal ini dikarenakan harga jual untuk kedua jenis kain tenun sutera

berbeda. Harga produk yang diperhitungkan diperoleh dari harga yang paling

banyak dipesan oleh konsumen yaitu kain dobby sebesar Rp 110.000,00 per meter

dan kain tenun warna sebesar Rp 200.000,00 per meter. Biaya yang dikeluarkan

untuk memproduksi kedua jenis kain sutera berbeda, perbedaannya hanya terdapat

tambahan biaya pewarnaan untuk jenis kain tenun sutera warna. Selain itu,

penjualan produksi dari masing-masing jenis kain sutera berfluktuasi selama

periode 12 bulan. Oleh karena itu, terdapat perbedaan nilai keuntungan dai hasil

Page 89: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

70

penjualan masing-masing jenis kain sutera. Nilai-nilai keuntungan tersebut

merupakan koefisien dari variabel keputusan kombinasi produksi kain dobby yang

disimbolkan dengan X1 dan kain tenun warna yang disimbolkan dengan X2 yang

ingin dioptimalkan, sehingga dapat membentuk fungsi tujuan untuk

memaksimalkan keuntungan.

Formulasi persamaan fungsi tujuan yang diperoleh berdasarkan metode

penelitian yaitu :

Maks

Keterangan :

Z = Nilai fungsi tujuan / keuntungan yang ingin dimaksimumkan (Rp)

TRij = Kontribusi penerimaan dari produk ke-i pada bulan ke-j (Rp)

TCij = Kontribusi biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk ke-i pada

bulan ke-j (Rp)

Aij = Kontribusi keuntungan per satuan yang dihasilkan dari produk ke-i pada

bulan ke-j (Rp)

Xij = Jumlah aktivitas produksi dari produk ke-i pada bulan ke-j (m)

i = Jenis produk yang dihasilkan (1 = Kain dobby; 2 = Kain warna)

j = Periode produksi selama satu tahun (12 bulan)

Maka dari itu, berdasarkan Tabel 7 dan formulasi persamaan fungsi tujuan

pada metode penelitian dapat diperoleh model fungsi tujuan persamaan linier

sebagai berikut :

Maks Z =

6.2 Menentukan Fungsi Kendala

Kendala merupakan faktor pembatas dalam pengambilan keputusan yang

meliputi sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Dalam upaya pencapaian tujuan,

ijij

ijij

i j

ijij

i j

ij

XAXAXAXAZ

XAZ

XTCTRZ

....

)(

131312121111

2

1

12

1

2

1

12

1

21221121029

28272625

24232221

11211111019

18171615

14131211

107.503,66109.144,42107.017,93106.106,80

105.204,07105.121,15101.513,43107.076,71

102.946,62105.207,01107.750,21106.813,70

50.842,8951.389,8150.680,9850.377,27

50.076,3650.048,7248.846,1450.700,57

49.323,8750.077,3450.925,0750.612,90

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

Page 90: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

71

CV Batu Gede Bogor dihadapkan pada beberapa kendala yang membatasi

kegiatan produksinya sehingga perusahaan belum dapat memanfaatkan input

produksinya secara optimal. Kendala-kendala yang dihadapi CV Batu Gede Bogor

dalam mencapai produksi yang optimal antara lain kendala ketersediaan bahan

baku, bahan pembantu, jumlah tenaga kerja langsung (TKL), jam kerja Alat

Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang dimiliki, dan permintaan pasar yang

berfluktuasi.

6.2.1 Kendala Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku utama sebagai input produksi kain sutera adalah benang sutera

jenis benang pakan dan benang lungsi. Ketersediaan benang sutera dibagi menjadi

dua yaitu ketersediaan benang pakan dan ketersediaan benang lungsi. Pengadaan

bahan baku sebagian besar diperoleh dari mitra tani yaitu sebesar 78 persen dari

keseluruhan kebutuhan bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi. Hal

tersebut dikarenakan keterbatasan produksi benang sutera yang dihasilkan oleh

petani perusahaan.

Rasio proporsi penggunaan benang pakan dan benang lungsi dalam

menghasilkan satu meter kain sutera adalah tiga berbanding satu (3:1). Artinya,

setiap meter produksi kain sutera membutuhkan 0,075 kg benang pakan dan 0,025

kg benang lungsi. Sehingga nilai koefisien yang diperoleh untuk benang pakan

adalah 0,075 dan benang lungsi adalah 0,025. Nilai kebutuhan benang pakan

untuk masing-masing jenis kain sutera diperoleh dari hasil perkalian antara nilai

koefisien dengan produksi masing-masing jenis kain sutera. Sedangkan jumlah

ketersediaan benang pakan dan benang lungsi untuk memproduksi kain dobby dan

warna merupakan ketersediaan yang terdapat di gudang perusahaan. Untuk lebih

jelas, nilai koefisien dan ketersediaan benang pakan dan benang lungsi dapat

dilihat pada Tabel 21 dan Tabel 22.

Page 91: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

72

Tabel 21. Nilai Koefisien dan Ketersediaan Benang Pakan Untuk

Memproduksi Kain Dobby dan Warna pada CV Batu Gede

Tahun Bulan Produksi (m)

Kebutuhan

Benang Pakan

(kg) Koefisien

(kg/m)

Keterse

diaan

(kg) Dobby Warna Dobby Warna

2007

September 81,4 27,1 6,1 2,0 0,075 12,50

Oktober 83,1 27,7 6,2 2,1 0,075 12,67

Nopember 78,9 26,3 5,9 2,0 0,075 14,44

Desember 75,5 25,2 5,7 1,9 0,075 14,72

2008

Januari 82,2 27,4 6,2 2,1 0,075 16,33

Februari 73,7 24,6 5,5 1,8 0,075 13,26

Maret 79,1 26,4 5,9 2,0 0,075 14,44

April 79,4 26,5 6,0 2,0 0,075 14,55

Mei 80,9 27,0 6,1 2,0 0,075 17,27

Juni 82,6 27,5 6,2 2,1 0,075 17,34

Juli 86,6 28,9 6,5 2,2 0,075 17,48

Agustus 83,6 27,9 6,3 2,1 0,075 16,54

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Berdasarkan Tabel 21, maka dapat disusun model pertidaksamaan sebagai

fungsi kendala ketersediaan benang pakan berikut:

16,54075,0075,0

17,48075,0075,0

17,34075,0075,0

17,27075,0075,0

14,55075,0075,0

14,44075,0075,0

13,26075,0075,0

16,33075,0075,0

14,72075,0075,0

14,44075,0075,0

67,21075,0075,0

12,50075,0075,0

212112

211111

210110

2919

2818

2717

2616

2515

2414

2313

2212

2111

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

Page 92: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

73

Untuk koefisien dan ketersediaan bahan baku jenis benang lungsi dapat

dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Nilai Koefisien dan Ketersediaan Benang Lungsi Untuk

Memproduksi Kain Dobby dan Warna pada CV Batu Gede

Tahun Bulan Produksi (m)

Kebutuhan

Benang Lungsi

(kg) Koefisien

(kg/m)

Keterse

diaan

(kg) Dobby Warna Dobby Warna

2007

September 81,4 27,1 2,0 0,7 0,025 3,50

Oktober 83,1 27,7 2,1 0,7 0,025 3,56

Nopember 78,9 26,3 2,0 0,7 0,025 5,42

Desember 75,5 25,2 1,9 0,6 0,025 7,31

2008

Januari 82,2 27,4 2,1 0,7 0,025 9,53

Februari 73,7 24,6 1,8 0,6 0,025 9,24

Maret 79,1 26,4 2,0 0,7 0,025 9,43

April 79,4 26,5 2,0 0,7 0,025 9,43

Mei 80,9 27,0 2,0 0,7 0,025 9,49

Juni 82,6 27,5 2,1 0,7 0,025 9,54

Juli 86,6 28,9 2,2 0,7 0,025 9,67

Agustus 83,6 27,9 2,1 0,7 0,025 6,79

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Berdasarkan Tabel 22, model pertidaksamaan untuk fungsi kendala

ketersediaan benang pakan dapat disusun sebagai berikut:

79,6025,0025,0

67,9025,0025,0

54,9025,0025,0

49,9025,0025,0

43,9025,0025,0

43,9025,0025,0

24,9025,0025,0

53,9025,0025,0

31,7025,0025,0

42,5025,0025,0

3,56025,0025,0

3,50025,0025,0

212112

211111

210110

2919

2818

2717

2616

2515

2414

2313

2212

2111

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

Page 93: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

74

Nilai koefisien pada fungsi kendala ketersediaan benang lungsi diperoleh

dengan cara membandingkan penggunaan benang lungsi dengan setiap meter kain

sutera (dobby dan warna) yang dihasilkan, yaitu 0,025 kg per meter kain sutera.

Nilai sebelah kanan / Right Hand Sides (RHS) kendala diperoleh dari jumlah

ketersediaan bahan baku benang lungsi yang terdapat di gudang perusahaan

selama periode yang dianalisis.

6.2.2 Kendala Ketersediaan Bahan Pembantu

a. Kendala Ketersediaan Soda As

Kendala ketersediaan soda as mengacu pada jumlah soda as yang

diperlukan untuk menghasilkan kain sutera dobby dan tenun warna. Penggunaan

soda as dalam proses perebusan atau penggodokan benang sutera pada CV Batu

Gede adalah sebesar 0,005 kg untuk setiap kg benang sutera yang digunakan baik

untuk produksi kain sutera dobby maupun tenun warna. Sehingga koefisien soda

as memiliki nilai yang sama yaitu 0,005. Nilai koefisien dan ketersediaan soda as

dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Nilai Koefisien dan Ketersediaan Soda As Untuk Memproduksi

Kain Dobby dan Warna Pada CV Batu Gede

Tahun Bulan Produksi

(m)

Kebutuhan

Soda As (kg)

Koefisien

(kg/m)

Ketersediaan

(kg)

2007

September 108,5 0,54 0,005 1,25

Oktober 110,8 0,55 0,005 1,26

Nopember 105,2 0,53 0,005 1,23

Desember 100,7 0,50 0,005 2,21

2008

Januari 109,6 0,55 0,005 2,26

Februari 98,2 0,49 0,005 2,20

Maret 105,5 0,53 0,005 2,24

April 105,8 0,53 0,005 2,24

Mei 107,9 0,54 0,005 3,25

Juni 110,1 0,55 0,005 3,26

Juli 115,4 0,58 0,005 3,28

Agustus 111,5 0,56 0,005 2,71

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Page 94: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

75

Berdasarkan Tabel 23, model pertidaksamaan untuk fungsi kendala

ketersediaan soda as dapat disusun sebagai berikut:

Nilai koefisien pada fungsi kendala ketersediaan soda as diperoleh dari

komposisi soda as yang digunakan dalam proses pemasakan benang sutera pakan

dan lungsi yaitu 0,005 kg per kg benang sutera. Nilai sebelah kanan / Right Hand

Sides (RHS) kendala diperoleh dari jumlah ketersediaan soda as yang terdapat di

gudang perusahaan selama periode yang dianalisis.

b. Kendala Ketersediaan Zat Pewarna

Kendala ketersediaan zat pewarna mengacu pada banyaknya zat pewarna

yang diperlukan untuk menghasilkan kain tenun warna. Penggunaan zat pewarna

dalam proses pewarnaan pada CV Batu Gede adalah sebesar 0,005 kg untuk setiap

kg benang sutera yang digunakan untuk produksi kain sutera tenun warna. Nilai

koefisien dan ketersediaan zat pewarna dapat dilihat pada Tabel 24.

2,71005,0005,0

3,28005,0005,0

3,26005,0005,0

3,25005,0005,0

2,24005,0005,0

2,24005,0005,0

2,20005,0005,0

2,26005,0005,0

2,21005,0005,0

23,1005,0005,0

1,26005,0005,0

1,25005,0005,0

212112

211111

210110

2919

2818

2717

2616

2515

2414

2313

2212

2111

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

Page 95: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

76

Tabel 24. Nilai Koefisien dan Ketersediaan Zat Pewarna Untuk

Memproduksi Kain Tenun Warna Pada CV Batu Gede

Tahun Bulan Produksi

(m)

Kebutuhan Zat

Pewarna (Kg)

Koefisien

(kg/m)

Ketersediaan

(kg)

2007

September 27,1 0,14 0,005 0,50

Oktober 27,7 0,14 0,005 0,50

Nopember 26,3 0,13 0,005 0,50

Desember 25,2 0,13 0,005 0,49

2008

Januari 27,4 0,14 0,005 0,50

Februari 24,6 0,12 0,005 0,49

Maret 26,4 0,13 0,005 0,50

April 26,5 0,13 0,005 0,50

Mei 27,0 0,13 0,005 0,50

Juni 27,5 0,14 0,005 0,50

Juli 28,9 0,14 0,005 0,51

Agustus 27,9 0,14 0,005 0,50

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Berdasarkan Tabel 24, model pertidaksamaan untuk fungsi kendala

ketersediaan zat pewarna dapat disusun sebagai berikut:

0,50005,0

0,51005,0

0,50005,0

0,50005,0

0,50005,0

0,50005,0

0,49005,0

0,50005,0

0,49005,0

0,50005,0

0,50005,0

0,50005,0

212

211

210

29

28

27

26

25

24

23

22

21

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Page 96: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

77

Nilai koefisien pada fungsi kendala ketersediaan zat pewarna diperoleh

dari komposisi zat pewarna yang digunakan dalam proses pewarnaan benang

sutera yaitu 0,005 kg per kg benang sutera untuk memproduksi kain tenun warna.

Nilai sebelah kanan / Right Hand Sides (RHS) kendala diperoleh dari jumlah

ketersediaan zat pewarna yang terdapat di gudang perusahaan selama periode

yang dianalisis.

6.2.3 Kendala Ketersediaan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (TKL)

Tenaga kerja langsung (TKL) pada CV Batu Gede Bogor adalah tenaga

kerja berhubungan langsung dengan proses produksi kain sutera. Sifat TKL pada

CV Batu Gede adalah borongan bukan tenaga kerja tetap, mereka dapat bekerja di

tempat lain atau melakukan pekerjaan jenis yan lain sesuai dengan keahlian yang

mereka miliki. Jumlah TKL pada CV Batu Gede Bogor adalah sepuluh orang

diantaranya lima orang melakukan proses produksi kain dobby dan lima orang

melakukan proses produksi kain tenun warna. Lamanya jam kerja TKL adalah

tujuh jam sehari. Jumlah hari orang kerja (HOK) per periode (satu bulan) pada CV

Batu Gede adalah 24 – 26 HOK.

Ketersediaan jam tenaga kerja langsung yang digunakan untuk

memproduksi setiap meter kain sutera dijadikan dasar perhitungan kendala jam

tenaga kerja langsung. Hal tersebut karena adanya hubungan jam kerja dengan

tenaga kerja yang berkaitan langsung dengan produksi kain sutera. Ketersediaan

dan nilai koefisien jam tenaga kerja langsung untuk proses produksi kain dobby

dapat dilihat pada Tabel 25.

Page 97: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

78

Tabel 25. Ketersediaan dan Nilai Koefisien Jam Kerja TKL untuk Proses

Produksi Kain Dobby Pada CV Batu Gede

Tahun Bulan

Jumlah

TKL

(orang)

Jam

Kerja/hari

(jam)

HOK

(hari)

Ketersediaan

(jam)

Produksi

(m)

Koefisien

(jam/m)

2007

September 5 7 25 875 81,4 10,75

Oktober 5 7 26 910 83,1 10,95

Nopember 5 7 25 875 78,9 11,09

Desember 5 7 26 910 75,5 12,05

2008

Januari 5 7 26 910 82,2 11,07

Februari 5 7 24 840 73,7 11,40

Maret 5 7 26 910 79,1 11,50

April 5 7 25 875 79,4 11,02

Mei 5 7 26 910 80,9 11,25

Juni 5 7 25 875 82,6 10,59

Juli 5 7 26 910 86,6 10,51

Agustus 5 7 26 910 83,6 10,89

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Pada Tabel 25 menunjukkan nilai koefisien setiap bulan terdapat

perbedaan, hal ini dikarenakan ketersediaan jam kerja dan jumlah produksi

berfluktuatif. Nilai koefisien jam tenaga kerja langsung diperoleh dari hasil

pembagian antara jumlah ketersediaan jam kerja dengan jumlah produksi kain

dobby per bulannya. Semakin kecil jumlah produksi maka nilai koefisien semakin

besar, apabila jumlah ketersediaan jam kerja tetap, begitu juga sebaliknya.

Semakin besar jumlah ketersediaan jam kerja maka nilai koefisien pun akan

semakin besar apabila jumlah produksi tetap, begitu juga sebaliknya. Nilai

koefisien terbesar terdapat pada bulan Desember 2007 yaitu sebesar 12,05. Hal itu

dikarenakan jumlah ketersediaan jam kerja pada bulan Desember 2007 cukup

besar sedangkan jumlah produksi kain dobby pada bulan tersebut relatif sedikit.

Ketersediaan dan nilai koefisien jam tenaga kerja langsung untuk proses

produksi kain tenun warna pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 26.

Page 98: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

79

Tabel 26. Ketersediaan dan Nilai Koefisien Jam Kerja TKL Untuk Proses

Produksi Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede

Tahun Bulan

Jumlah

TKL

(orang)

Jam

Kerja/hari

(jam)

HOK

(hari)

Ketersediaan

(jam)

Produksi

(m)

Koefisien

(jam/m)

2007

September 5 7 25 875 27,1 32,29

Oktober 5 7 26 910 27,7 32,85

Nopember 5 7 25 875 26,3 33,27

Desember 5 7 26 910 25,2 36,11

2008

Januari 5 7 26 910 27,4 33,21

Februari 5 7 24 840 24,6 34,15

Maret 5 7 26 910 26,4 34,47

April 5 7 25 875 26,5 33,02

Mei 5 7 26 910 27,0 33,70

Juni 5 7 25 875 27,5 31,82

Juli 5 7 26 910 28,9 31,49

Agustus 5 7 26 910 27,9 32,62

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Pada Tabel 26 menunjukkan nilai koefisien terkecil terdapat pada bulan

Juli 2008 yaitu sebesar 31,49. Hal itu dikarenakan jumlah ketersediaan jam kerja

pada bulan Juli 2008 dan jumlah produksi kain tenun warna pada bulan tersebut

relatif besar. Sama halnya dengan nilai koefisien untuk produksi kain dobby, nilai

koefisien jam tenaga kerja langsung untuk kain tenun warna diperoleh dari hasil

pembagian antara jumlah ketersediaan jam kerja dengan jumlah produksi kain

tenun warna per bulannya. Jumlah keseluruhan ketersediaan jam kerja TKL untuk

memproduksi kain dobby dan kain tenun warna pada CV Batu Gede dapat di lihat

pada Tabel 27.

Page 99: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

80

Tabel 27. Jumlah Total Ketersediaan Jam Kerja TKL Produksi Kain Sutera

Pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Ketersediaan Jam Kerja TKL (jam)

Kain Dobby Kain Warna Total

2007

September 875 875 1750

Oktober 910 910 1820

Nopember 875 875 1750

Desember 910 910 1820

2008

Januari 910 910 1820

Februari 840 840 1680

Maret 910 910 1820

April 875 875 1750

Mei 910 910 1820

Juni 875 875 1750

Juli 910 910 1820

Agustus 910 910 1820

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Pada Tabel 27, nilai total ketersediaan jam kerja TKL merupakan faktor

pembatas dalam merumuskan fungsi kendala jam tenaga kerja langsung pada

model program linier, sehingga dapat dijadikan nilai sebelah kanan / Right Hand

Sides (RHS) pada fungsi kendala. Berdasarkan nilai koefisien dan nilai total

ketersediaan jam kerja TKL yang telah diperoleh serta dijelaskan sebelumnya,

maka fungsi kendala jam tenaga kerja langsung dapat disusun sebagai berikut:

182032,6210,89

182031,4910,51

175031,8210,59

182033,7011,25

175033,0211,02

182034,4750,11

168034,1511,40

182033,2111,07

182036,1112,05

175033,2711,09

182032,8510,95

175032,2910,75

212112

211111

210110

2919

2818

2717

2616

2515

2414

2313

2212

2111

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

Page 100: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

81

6.2.4 Kendala Ketersediaan Jam Kerja Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

CV Batu Gede memiliki dua unit Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang

digunakan dalam kegiatan penenunan sutera alam untuk menghasilkan kain sutera

baik jenis dobby maupun tenun warna. Masing-masing unit ATBM dapat

digunakan untuk memproduksi kain dobby atau tenun warna. Ketersediaan jam

kerja ATBM merupakan jumlah jam kerja satu unit ATBM dikalikan dengan

jumlah jam kerja per hari dan jumlah hari kerja per periode pada perusahaan.

Sedangkan koefisien kendala ketersediaan jam kerja ATBM diperoleh dari

ketersediaan jam kerja ATBM dibagi dengan jumlah produksi. Ketersediaan dan

nilai koefisien jam kerja ATBM untuk proses produksi kain dobby pada CV Batu

Gede dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Ketersediaan dan Nilai Koefisien Jam Kerja ATBM Untuk Proses

Produksi Kain Dobby Pada CV Batu Gede Selama Periode 12

Bulan

Tah

un

Bulan

Jumlah

Mesin

(unit)

Jam

Kerja/hari

(jam)

HOK

(hari)

Ketersediaan

(jam)

Produksi

(m)

Koefisien

(jam/m)

2007

September 1 7 25 175 81,4 2,15

Oktober 1 7 26 182 83,1 2,19

Nopember 1 7 25 175 78,9 2,22

Desember 1 7 26 182 75,5 2,41

20

08

Januari 1 7 26 182 82,2 2,21

Februari 1 7 24 168 73,7 2,28

Maret 1 7 26 182 79,1 2,30

April 1 7 25 175 79,4 2,20

Mei 1 7 26 182 80,9 2,25

Juni 1 7 25 175 82,6 2,12

Juli 1 7 26 182 86,6 2,10

Agustus 1 7 26 182 83,6 2,18

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Pada Tabel 28 menunjukkan bahwa nilai koefisien berbeda setiap

bulannya, hal ini dikarenakan ketersediaan jam kerja dan jumlah produksi

Page 101: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

82

berfluktuatif. Nilai koefisien jam kerja ATBM diperoleh dari hasil pembagian

antara jumlah ketersediaan jam kerja ATBM dengan jumlah produksi kain dobby

per bulannya. Semakin kecil jumlah produksi maka nilai koefisien semakin besar,

apabila jumlah ketersediaan jam kerja tetap, begitu juga sebaliknya. Semakin

besar jumlah ketersediaan jam kerja maka nilai koefisien pun akan semakin besar

apabila jumlah produksi tetap, begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien terkecil

terdapat pada bulan Juli 2008 yaitu sebesar 2,10. Hal itu dikarenakan jumlah

jumlah produksi kain dobby terbesar terdapat pada bulan Juli 2008. Artinya, pada

bulan tersebut CV Batu Gede dapat menenun satu meter kain sutera dobby dengan

waktu 2,1 jam menggunakan satu unit ATBM.

Ketersediaan dan nilai koefisien jam kerja ATBM untuk proses produksi

kain tenun warna pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Ketersediaan dan Nilai Koefisien Jam Kerja ATBM Untuk Proses

Produksi Kain Tenun Warna Pada CV Batu Gede Selama Periode

12 Bulan

Tah

un

Bulan

Jumlah

Mesin

(unit)

Jam

Kerja/hari

(jam)

HOK

(hari)

Ketersediaan

(jam)

Produksi

(m)

Koefisien

(jam/m)

2007

September 1 7 25 175 27,1 6,46

Oktober 1 7 26 182 27,7 6,57

Nopember 1 7 25 175 26,3 6,65

Desember 1 7 26 182 25,2 7,22

20

08

Januari 1 7 26 182 27,4 6,64

Februari 1 7 24 168 24,6 6,83

Maret 1 7 26 182 26,4 6,89

April 1 7 25 175 26,5 6,60

Mei 1 7 26 182 27,0 6,74

Juni 1 7 25 175 27,5 6,36

Juli 1 7 26 182 28,9 6,30

Agustus 1 7 26 182 27,9 6,52

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Pada Tabel 29 menunjukkan nilai koefisien terkecil terdapat pada bulan

Juli 2008 yaitu sebesar 6,30. Hal itu dikarenakan jumlah ketersediaan jam kerja

Page 102: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

83

ATBM pada bulan Juli 2008 dan jumlah produksi kain tenun warna pada bulan

tersebut relatif besar. Sama halnya dengan nilai koefisien untuk produksi kain

dobby, nilai koefisien jam kerja ATBM untuk kain tenun warna diperoleh dari

hasil pembagian antara jumlah ketersediaan jam kerja ATBM dengan jumlah

produksi kain tenun warna per bulannya. Jumlah keseluruhan ketersediaan jam

kerja ATBM untuk memproduksi kain dobby dan kain tenun warna pada CV Batu

Gede dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Jumlah Total Ketersediaan Jam Kerja ATBM Untuk Produksi

Kain Dobby dan Warna Pada CV Batu Gede Selama Periode 12

Bulan

Tahun Bulan Ketersediaan Jam Kerja ATBM (jam)

Kain Dobby Kain Warna Total

2007

September 175 175 350

Oktober 182 182 364

Nopember 175 175 350

Desember 182 182 364

2008

Januari 182 182 364

Februari 168 168 336

Maret 182 182 364

April 175 175 350

Mei 182 182 364

Juni 175 175 350

Juli 182 182 364

Agustus 182 182 364

Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor (2008)

Berdasarkan Tabel 30, nilai total ketersediaan jam kerja ATBM dapat

dijadikan nilai sebelah kanan / Right Hand Sides (RHS) sebagai faktor pembatas

dalam merumuskan fungsi kendala jam kerja ATBM pada model program linier.

Berdasarkan nilai koefisien dan nilai total ketersediaan jam kerja ATBM yang

telah diperoleh serta dijelaskan sebelumnya, maka fungsi kendala jam kerja

ATBM dapat disusun sebagai berikut:

Page 103: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

84

6.2.5 Kendala Permintaan Pasar Kain Sutera

Kendala permintaan digunakan untuk mengetahui batas produksi yang

harus dihasilkan oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan yang ada. Hal ini

bertujuan agar kontinuitas produk kepada konsumen tetap terjaga. Jumlah aktual

produksi kain sutera pada CV Batu Gede masih lebih kecil dibandingkan dengan

jumlah permintaan pasar yang diterima CV Batu Gede. Jumlah permintaan kain

sutera pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Permintaan Kain Sutera Pada CV Batu Gede Selama 12 Bulan

Tahun Bulan Permintaan Kain Sutera (m)

Dobby Warna

2007

September 93,6 31,2

Oktober 95,6 31,9

Nopember 90,7 30,2

Desember 86,9 29,0

2008

Januari 94,5 31,5

Februari 84,7 28,2

Maret 91,0 30,3

April 91,3 30,4

Mei 93,1 31,0

Juni 95,0 31,7

Juli 99,5 33,2

Agustus 96,2 32,1

Sumber : Data Penjualan CV Batu Gede Bogor (2008, diolah)

3646,522,18

3646,302,10

3506,362,12

3646,742,25

3506,602,20

3646,892,30

3366,832,28

3646,642,21

3647,222,41

3506,652,22

3646,572,19

3506,462,15

212112

211111

210110

2919

2818

2717

2616

2515

2414

2313

2212

2111

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

Page 104: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

85

Pada Tabel 31 menunjukkan bahwa jumlah permintaan kain sutera terbesar

terjadi pada bulan Juli 2008 yaitu 99,5 meter untuk jenis dobby dan 33,2 meter

untuk jenis warna. Tingginya permintaan tersebut dikarenakan menjelangnya

momen bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri sehingga banyak konsumen

terutama tailor dan butik-butik pakaian jadi yang memesan bahan kain sutera

kepada CV Batu Gede. Jumlah permintaan pasar menunjukkan nilai sebelah kanan

/ Right Hand Sides (RHS) sebagai faktor pembatas dalam fungsi kendala

permintaan pasar kain sutera pada model program linier.

Berdasarkan uraian tersebut, maka fungsi kendala permintaan pasar kain

sutera dapat disusun sebagai berikut:

a. Permintaan Kain Dobby : b. Permintaan Kain Tenun Warna :

6.3 Analisis Primal

Berdasarkan hasil analisis primal dengan menggunakan model Linear

Programming (LP) diperoleh hasil optimal yang dapat dicapai perusahaan.

Keputusan yang dibentuk pada model Linear Programming terdiri dari 24

variabel dan dibatasi oleh tujuh macam kendala. Jumlah variabel keputusan

tersebut didasarkan pada dua jenis produk yang akan dioptimalkan yaitu kain

sutera dobby dan tenun warna selama periode analisis yaitu 12 bulan. Output

olahan LINDO untuk analisis optimalisasi produksi CV Batu Gede dapat dilihat

pada Lampiran 8.

96,2

99,5

95,0

93,1

91,3

91,0

84,7

,549

,968

,709

,659

,639

112

111

110

19

18

17

16

15

14

13

12

11

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

32,1

33,2

31,7

31,0

30,4

30,3

28,2

31,5

29,0

30,2

31,9

31,2

212

211

210

29

28

27

26

25

24

23

22

21

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Page 105: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

86

Jumlah produksi aktual dan optimal untuk kain dobby berdasarkan hasil

olahan LINDO dapat dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32. Perbandingan Kondisi Aktual dan Hasil Optimalisasi Produksi

Kain Sutera Dobby Pada CV Batu Gede

Produksi Dobby

Variabel Aktual

(m)

Optimal

(m)

Perbedaan

Tahun Bulan Selisih

(m)

Persentase

(%)

2007

September X11 81,4 93,6 -12,2 -15,0

Oktober X12 83,1 95,6 -12,5 -15,0

Nopember X13 78,9 90,7 -11,8 -15,0

Desember X14 75,5 86,9 -11,4 -15,1

2008

Januari X15 82,2 94,5 -12,3 -15,0

Februari X16 73,7 84,7 -11,0 -14,9

Maret X17 79,1 91,0 -11,9 -15,0

April X18 79,4 91,3 -11,9 -15,0

Mei X19 80,9 93,1 -12,2 -15,0

Juni X110 82,6 95,0 -12,4 -15,0

Juli X111 86,6 99,5 -12,9 -14,9

Agustus X112 83,6 96,2 -12,6 -15,0

Pada Tabel 32, diketahui bahwa kondisi optimal untuk produksi kain tenun

dobby masih lebih besar dibandingkan kondisi aktual produksi kain tenun dobby

perusahaan. Selisih nilai aktual dengan optimal untuk produksi kain dobby selama

periode 12 bulan bertanda negatif. Hal ini berarti produksi kain tenun dobby

perusahaan belum mencapai nilai yang optimal. Selisih negatif terbesar terjadi

pada bulan Juli 2008 yaitu sebesar 12,9. Hal ini dikarenakan hasil analisis primal

menunjukkan bahwa produksi yang dapat dicapai pada bulan Juli 2008 untuk

kondisi optimal dapat lebih besar lagi dari produksi optimal pada bulan-bulan

sebelumnya (September 2007 sampai dengan Juni 2008). Artinya pada bulan Juli

2008 perlu dilakukan peningkatan produksi kain dobby sebesar 12,9 meter untuk

mencapai keuntungan yang maksimal pada kondisi optimal. Pada bulan tersebut

kondisi produksi aktual untuk kain dobby adalah sebesar 86,6 meter sedangkan

kondisi optimalnya perusahaan dapat mencapai produksi kain dobby sebesar 99,5

Page 106: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

87

meter, hal ini menunjukkan perusahaan harus meningkatkan produksi sebesar 14,9

persen dari produksi aktualnya untuk mencapai kondisi optimal.

Jumlah produksi aktual dan optimal untuk kain tenun warna berdasarkan

hasil olahan LINDO dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Perbandingan Kondisi Aktual dan Hasil Optimalisasi Produksi

Kain Sutera Tenun Warna Pada CV Batu Gede

Produksi Tenun Warna

Variabel Aktual

(m)

Optimal

(m)

Perubahan

Tahun Bulan Selisih

(m)

Persentase

(%)

2007

September X21 27,1 23,0 4,1 15,0

Oktober X22 27,7 23,5 4,2 15,0

Nopember X23 26,3 22,4 3,9 15,0

Desember X24 25,2 21,4 3,8 15,0

2008

Januari X25 27,4 23,3 4,1 14,9

Februari X26 24,6 20,9 3,7 14,9

Maret X27 26,4 22,4 4,0 15,0

April X28 26,5 22,5 4,0 14,9

Mei X29 27,0 22,9 4,1 15,0

Juni X210 27,5 23,4 4,1 15,0

Juli X211 28,9 24,6 4,3 14,9

Agustus X212 27,9 23,7 4,2 15,1

Pada Tabel 33, dapat diketahui bahwa kondisi aktual untuk produksi kain

tenun warna pada CV Batu Gede lebih besar dibandingkan hasil optimalisasi yang

telah dilakukan. Hal itu juga ditunjukkan oleh selisih antara produksi aktual

dengan produksi optimal untuk kain tenun warna selama periode 12 bulan bernilai

positif setiap bulannya. Selisih yang bernilai positif tersebut menunjukkan bahwa

produksi perusahaan untuk menghasilkan kain tenun warna berada pada kondisi

berlebih atau di atas kondisi optimal. Selisih positif terbesar terjadi pada bulan

Juli 2008 yaitu bernilai 4,3 yang artinya pada bulan Juli 2008 sebaiknya

perusahaan mengurangi produksi kain tenun warna sebesar 4,3 meter dan

dialihkan untuk memproduksi kain dobby agar mencapai kondisi yang optimal.

Pada bulan tersebut kondisi produksi aktual untuk kain tenun warna adalah

Page 107: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

88

sebesar 28,9 meter sedangkan perusahaan sudah mencapai kondisi optimal apabila

perusahaan memproduksi kain tenun warna sebanyak 24,6 meter. Hal ini

menunjukkan perusahaan dapat menurunkan produksi kain tenun warna sebesar

14,9 persen dari produksi aktualnya.

Berdasarkan hasil analisis primal yang ditunjukkan oleh Tabel 32 dan 33

serta keterangan yang sudah diuraikan, secara keseluruhan nilai produksi aktual

kain dobby masih lebih rendah dibandingkan nilai produksi optimalnya sedangkan

nilai produksi aktual kain warna lebih besar dibandingkan nilai produksi

optimalnya. Maka dari itu, perusahaan perlu lebih meningkatkan produksi kain

dobby dan mengurangi produksi kain tenun warna untuk mencapai kondisi

optimal. Perusahaan sebaiknya lebih fokus dalam memproduksi kain tenun sutera

jenis dobby. Walaupun kontribusi keuntungan per meter kain dobby bukan yang

tertinggi, maka berdasarkan hasil optimalisasi Linear Programming (LP),

perusahaan disarankan dapat meningkatkan produksi kain tenun sutera jenis dobby

untuk memperoleh keuntungan tambahan.

Total keuntungan aktual yang diperoleh perusahaan dalam memproduksi

kain tenun sutera jenis dobby dan tenun warna selama periode yang dianalisis

adalah sebesar Rp 82.862.122,62 sedangkan berdasarkan hasil analisis

optimalisasi keuntungan yang dapat dicapai pada kondisi optimal adalah sebesar

Rp 85.057.260,00. Hal ini berarti perusahaan akan memperoleh keuntungan

tambahan sebesar Rp 2.195.137,38 apabila dapat berproduksi pada kondisi

optimal.

6.4 Analisis Nilai Dual

Tingkat produksi kain tenun sutera dobby dan warna dipengaruhi oleh

ketersediaan sumberdaya setiap bulannya. Ketersediaan sumberdaya dapat

dikatakan terbatas atau tidak terbatas berdasarkan nilai dari hasil analisis dual.

Analisis dual memberikan penilaian terhadap sumberdaya dengan melihat nilai

slack atau surplus dan nilai dual. Nilai sumberdaya yang terbatas dinyatakan

dengan nilai slack atau nilai sama dengan nol. Nilai slack menunjukkan

sumberdaya yang langka atau terbatas sehingga disebut dengan kendala aktif.

Artinya bahwa sumberdaya tersebut akan sangat mempengaruhi nilai keuntungan

optimal perusahaan. Sebaliknnya nilai sumberdaya yang berlebih dinyatakan

Page 108: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

89

dengan nilai surplus atau nilai lebih besar daripada nol. Nilai surplus

menunjukkan sumberdaya berlebih atau disebut kendala tidak aktif (pasif).

Artinya bahwa sumberdaya tersebut tidak akan mempengaruhi nilai keuntungan

optimal perusahaan.

Nilai dual merupakan nilai harga sumberdaya yang menunjukkan besarnya

pengaruh terhadap nilai fungsi tujuan karena penambahan atau pengurangan pada

nilai sebelah kanan kendala. Nilai dual positif pada sumberdaya terbatas

menunjukkan bahwa setiap penambahan sumberdaya sebesar satu satuan akan

meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar nilai dual nya. Nilai dual negatif pada

sumberdaya terbatas menunjukkan bahwa setiap penambahan sumberdaya sebesar

satu satuan akan menurunkan nilai fungsi tujuan sebesar nilai dual tersebut. Nilai

dual sama dengan nol menunjukkan bahwa sumberdaya dinyatakan berlebih dan

berstatus kendala tidak aktif (pasif), nilai dual tersebut juga menunjukkan

penambahan atau pengurangan pada sumberdaya tidak akan mempengaruhi nilai

fungsi tujuan.

6.4.1 Status Penggunaan Bahan Baku

a. Status Penggunaan Benang Sutera Jenis Pakan

Bahan baku benang sutera jenis pakan pada kondisi optimal untuk

produksi kain tenun sutera dobby dan warna selama periode 12 bulan lebih sedikit

penggunaannya daripada ketersediaannya setiap bulan, sehingga terdapat

persediaan yang berlebih. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nilai surplus setiap

bulan selama periode yang dianalisis pada hasil pengolahan Linear Programming

(LP). Secara rinci hasil analisis dual penggunaan bahan baku benang pakan untuk

produksi kain sutera dobby dan warna dapat dilihat pada Tabel 34.

Page 109: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

90

Tabel 34. Hasil Analisis Dual Penggunaan Bahan Baku Benang Pakan

Untuk Produksi Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna Pada

Kondisi Optimal

Tahun Bulan Slack or Surplus Dual Prices

2007

September 3,752910 0,00000

Oktober 3,734749 0,00000

Nopember 5,961041 0,00000

Desember 6,597290 0,00000

2008

Januari 7,494792 0,00000

Februari 5,338495 0,00000

Maret 5,932014 0,00000

April 6,012901 0,00000

Mei 8,568007 0,00000

Juni 8,462641 0,00000

Juli 8,173450 0,00000

Agustus 7,550261 0,00000

Pada Tabel 34, menunjukkan adanya nilai lebih dari nol pada kolom Slack

or Surplus setiap bulannya. Hal ini berarti status penggunaan bahan baku benang

pakan dalam kondisi berlebih (surplus) dan nilai dualnya sama dengan nol setiap

bulan, artinya penggunaan bahan baku benang pakan setiap bulan termasuk

kendala tidak aktif yang tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan apabila

terjadi penambahan atau pengurangan pada bahan baku benang pakan. Nilai

surplus terbesar ditunjukkan pada bulan Mei 2008, hal ini dikarenakan perusahaan

melakukan pengadaan bahan baku benang pakan kembali pada bulan Mei 2008

untuk mengantisipasi tingginya permintaan menjelang hari raya sedangkan tingkat

produksi dan penjualan pada bulan-bulan sebelumnya lebih rendah, sehingga

terdapat sisa persediaan benang pakan yang berlebih pada bulan tersebut. Selama

ini belum ada kebijakan dari perusahaan dalam memanfaatkan sumberdaya yang

berlebih, sehingga kelebihan atau penumpukan persediaan di gudang sering

terjadi.

Page 110: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

91

b. Status Penggunaan Benang Sutera Jenis Lungsi

Berdasarkan hasil analisis dual, penggunaan benang lungsi sebagai bahan

baku selain benang pakan untuk memproduksi kain sutera dobby dan tenun warna

sebagai salah satu fungsi kendala pada model program linier termasuk kendala

tidak aktif setiap bulannya selama periode analisis. Sama halnya dengan

penggunaan benang pakan, penggunaan benang lungsi pun lebih sedikit daripada

ketersediaan setiap bulannya. Hasil analisis dual penggunaan bahan baku benang

lungsi untuk produksi kain sutera dobby dan warna dapat dilihat lebih jelas pada

Tabel 35.

Tabel 35. Hasil Analisis Dual Penggunaan Bahan Baku Benang Lungsi

Untuk Produksi Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna Pada

Kondisi Optimal

Tahun Bulan Slack or Surplus Dual Prices

2007

September 0,584303 0,00000

Oktober 0,581583 0,00000

Nopember 2,593680 0,00000

Desember 4,602430 0,00000

2008

Januari 6,584931 0,00000

Februari 6,599498 0,00000

Maret 6,594005 0,00000

April 6,584301 0,00000

Mei 6,589336 0,00000

Juni 6,580881 0,00000

Juli 6,567817 0,00000

Agustus 3,793420 0,00000

Pada Tabel 35, menunjukkan bahwa status penggunaan bahan baku

benang lungsi dalam kondisi berlebih (surplus), artinya penggunaan bahan baku

lungsi setiap bulan sebagai salah satu fungsi kendala dalam model Linear

Programming termasuk kategori kendala tidak aktif (pasif). Nilai surplus terbesar

ditunjukkan pada bulan Februari 2008, hal ini dikarenakan tingkat produksi dan

penjualan pada bulan Februari 2008 paling rendah dibandingkan bulan-bulan yang

lain selama periode analisis, sehingga masih banyak ketersediaan benang lungsi

Page 111: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

92

yang disimpan di gudang. Dual prices yang menunjukkan nilai sama dengan nol

setiap bulan mengartikan bahwa penambahan atau pengurangan pada bahan baku

benang lungsi tidak akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan.

6.4.2 Status Penggunaan Bahan Pembantu

a. Status Penggunaan Soda As

Salah satu bahan pembantu untuk memproduksi kain sutera dobby dan

tenun warna yang dijadikan kendala dalam model Linear Programming adalah

soda as. Hal ini dikarenakan penggunaan soda as belum dimanfaatkan seluruhnya

setiap bulan. Hasil analisis dual membuktikan adanya nilai surplus pada

penggunaan soda as, sehingga ketersediaan masih terdapat sisa setiap bulannya.

Untuk lebih jelasnya, hasil analisis dual penggunaan soda as untuk produksi kain

sutera dobby dan warna dapat dilihat pada Tabel 36.

Tabel 36. Hasil Analisis Dual Penggunaan Soda As Untuk Produksi Kain

Tenun Sutera Dobby dan Warna Pada Kondisi Optimal

Tahun Bulan Slack or Surplus Dual Prices

2007

September 0,666861 0,000000

Oktober 0,664317 0,000000

Nopember 0,664736 0,000000

Desember 1,668486 0,000000

2008

Januari 1,670986 0,000000

Februari 1,671900 0,000000

Maret 1,672801 0,000000

April 1,670860 0,000000

Mei 2,669867 0,000000

Juni 2,668176 0,000000

Juli 2,659563 0,000000

Agustus 2,110684 0,000000

Pada Tabel 36, menunjukkan bahwa soda as merupakan kendala tidak

aktif, hal ini ditunjukkan adanya nilai lebih dari nol pada kolom Slack or Surplus

setiap bulannya. Status penggunaan soda as berada dalam kondisi yang berlebih

(surplus) dan nilai dualnya sama dengan nol setiap bulan, artinya penggunaan

Page 112: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

93

soda as setiap bulan masih sedikit daripada ketersediaannya. Nilai surplus terbesar

ditunjukkan pada bulan Mei 2008. Hal ini dikarenakan perusahaan melakukan

pembelian soda as untuk mengantisipasi adanya permintaan kain sutera yang

tinggi menjelang hari raya sedangkan tingkat produksi dan penjualan pada bulan-

bulan sebelumnya lebih rendah sehingga persediaan soda as menumpuk.

b. Status Penggunaan Zat Pewarna

Zat pewarna digunakan sebagai bahan pembantu untuk memproduksi kain

tenun warna. Penggunaan zat pewarna pada CV Batu Gede masih sedikit

dibandingkan dengan persediaannya digudang. Sama halnya dengan bahan

pembantu soda as, zat pewarna ini merupakan sumberdaya yang tidak habis

terpakai dalam proses produksi kain tenun warna, sehingga zat pewarna ini

dijadikan salah satu fungsi kendala dalam optimalisasi produksi pada model

Linear Programming. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hasil analisis dual

penggunaan zat pewarna untuk produksi kain tenun warna dapat dilihat pada

Tabel 37.

Tabel 37. Hasil Analisis Dual Penggunaan Zat Pewarna Untuk Produksi

Kain Tenun Sutera Warna Pada Kondisi Optimal

Tahun Bulan Slack or Surplus Dual Prices

2007

September 0,384861 0,000000

Oktober 0,382317 0,000000

Nopember 0,388236 0,000000

Desember 0,382986 0,000000

2008

Januari 0,383486 0,000000

Februari 0,385400 0,000000

Maret 0,387801 0,000000

April 0,387360 0,000000

Mei 0,385367 0,000000

Juni 0,383176 0,000000

Juli 0,387063 0,000000

Agustus 0,381684 0,000000

Page 113: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

94

Pada Tabel 37, menunjukkan bahwa pada penggunaan zat pewarna untuk

memproduksi kain tenun warna selama periode analisis terdapat nilai surplus dan

nilai dualnya nol setiap bulan. Hal ini menyatakan status penggunaan zat pewarna

sebagai salah satu sumberdaya yang digunakan CV Batu Gede untuk

memproduksi kain tenun warna termasuk dalam kendala tidak aktif atau

sumberdaya yang berlebih. Artinya, selama proses produksi setiap bulan masih

terdapat sisa persediaan zat pewarna di gudang yang dibuktikan dengan adanya

nilai surplus pada hasil analisis dualnya. Hampir setiap bulan selama periode

analisis, penggunaan zat pewarna memiliki nilai surplus yang sama yaitu sebesar

0,38. Hal ini dikarenakan jumlah sisa persediaan zat pewarna di gudang relatif

sama setiap bulannya.

6.4.3 Status Penggunaan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung (TKL)

Tenaga kerja langsung (TKL) pada CV Batu Gede merupakan tenaga kerja

borongan (bukan tenaga kerja tetap) yang melakukan langsung setiap langkah

proses produksi kain tenun sutera baik untuk jenis dobby atau tenun warna.

Tenaga kerja langsung dapat melakukan kegiatannya apabila masih ada proses

produksi pada perusahaan, setelah proses produksi telah selesai maka mereka

dapat mengerjakan pekerjaan jenis lain dibidang lain atau di perusahaan lain

sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Maka dari itu, penggunaan jumlah

jam kerja tenaga kerja langsung harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin

agar proses produksi mencapai optimal. Secara rinci, hasil analisis dual

penggunaan jam tenaga kerja langsung terhadap produksi kain tenun sutera dobby

dan warna pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 38.

Page 114: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

95

Tabel 38. Hasil Analisis Dual Penggunaan Jam Kerja TKL Untuk Produksi

Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna Pada Kondisi Optimal

Tahun Bulan Slack or Surplus Dual Prices

2007

September 0,230279 0,000000

Oktober 0,000000 0,000000

Nopember 0,459944 0,000000

Desember 0,000000 2.850,917236

2008

Januari 0,000000 3.224,230957

Februari 0,000000 2.972,574707

Maret 0,000000 3.049,641602

April 0,000000 3.186,071289

Mei 0,000000 0,000000

Juni 0,482704 0,000000

Juli 0,000000 3.466,002441

Agustus 0,488736 0,000000

Pada Tabel 38, menunjukkan bahwa bulan September 2007 dan Nopember

2007 pada kolom Slack or Surplus terdapat nilai lebih dari nol dan nilai dualnya

nol. Hal ini berarti penggunaan jam kerja tenaga kerja langsung pada bulan

September 2007 dan Nopember 2007 masih dalam keadaan berlebih atau berstatus

kendala tidak aktif. Hal yang sama terjadi pada bulan Juni dan Agustus 2008.

Namun, secara keseluruhan penggunaan jam kerja tenaga kerja langsung CV Batu

Gede pada bulan-bulan lainnya selama periode analisis berstatus kendala aktif.

Hal ini dibuktikan dengan adanya nilai Slack or Surplus sama dengan nol dan

nilai dual lebih dari nol secara keseluruhan. Nilai dual terbesar terdapat pada

bulan Juli 2008 yaitu sebesar 3.466,002441. Artinya, apabila perusahaan dapat

menambahkan jam kerja tenaga kerja langsung sebesar satu satuan maka akan

meningkatkan keuntungan sebesar Rp 3.466,00. Hal ini dikarenakan tingkat

produksi dan penjualan serta peluang permintaan kain sutera yang tinggi pada

bulan Juli 2008.

Page 115: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

96

6.4.4 Status Penggunaan Jam Kerja Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

Ketersediaan jam kerja ATBM untuk memproduksi kain tenun sutera

dobby dan warna dijadikan salah satu fungsi kendala pada model Linear

Programming. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunananya sudah

semaksimal mungkin dalam mencapai produksi yang optimal. Untuk mengetahui

status penggunaan jam kerja ATBM pada CV Batu Gede berdasarkan hasil

analisis dual yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 39.

Tabel 39. Hasil Analisis Dual Penggunaan Jam Kerja ATBM Untuk

Produksi Kain Tenun Sutera Dobby dan Warna Pada Kondisi

Optimal

Tahun Bulan Slack or Surplus Dual Prices

2007

September 0,000000 16.534,628906

Oktober 0,000000 16.400,335938

Nopember 0,000000 15.820,602539

Desember 0,042806 0,000000

2008

Januari 0,424606 0,000000

Februari 0,000000 0,000000

Maret 0,089759 0,000000

April 0,455312 0,000000

Mei 0,000000 15.742,848633

Juni 0,000000 16.826,718750

Juli 0,149825 0,000000

Agustus 0,000000 16.488,291016

Pada Tabel 39, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan penggunaan jam

kerja ATBM memiliki nilai dual. Sama halnya dengan penggunaan jam kerja

TKL, status penggunaan jam kerja ATBM pada CV termasuk kendala aktif,

artinya perusahaan dapat meningkatkan keuntungan sebesar nilai dualnya apabila

melakukan penambahan jam kerja ATBM sebesar satu satuan. Hal ini dikarenakan

jam kerja ATBM sudah digunakan secara maksimal untuk melakukan produksi

kain sutera. Nilai dual terbesar terdapat pada bulan Juni 2008 yaitu sebesar

16.826,718750. Artinya, apabila perusahaan dapat menambahkan jam kerja

Page 116: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

97

ATBM sebesar satu satuan maka akan meningkatkan keuntungan sebesar Rp

16.826,72.

6.4.5 Pengaruh Permintaan Pasar Pada Kondisi Optimal

Permintaan pasar bukan merupakan suatu sumberdaya yang dimiliki

perusahaan melainkan merupakan peluang yang dapat digunakan untuk

meningkatkan keuntungan perusahaan. Permintaan pasar dijadikan batas produksi

yang dilakukan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang optimal. Permintaan

pasar kain sutera pada CV Batu Gede merupakan target penjualan yang ditetapkan

berdasarkan hasil analisis rata-rata permintaan dan ramalan yang dilakukan

pimpinan perusahaan. Hasil olahan model linear programming terhadap pengaruh

permintaan kain tenun dobby pada keuntungan optimal pada CV Batu Gede dapat

dilihat pada Tabel 40.

Tabel 40. Hasil Olahan Model Linear Programming Terhadap Pengaruh

Permintaan Kain Tenun Dobby Pada Keuntungan Optimal

Tahun Bulan Slack or Surplus Dual Prices

2007

September 0,000000 15.063,449219

Oktober 0,000000 15.008,333008

Nopember 0,000000 14.955,601562

Desember 0,000000 14.970,317383

2008

Januari 0,000000 15.008,333008

Februari 0,000000 14.958,787109

Maret 0,000000 14.977,839844

April 0,000000 14.965,855469

Mei 0,000000 14.955,860352

Juni 0,000000 15.008,336914

Juli 0,000000 14.962,123047

Agustus 0,000000 14.898,415039

Berdasarkan Tabel 40, dapat diketahui bahwa permintaan kain dobby

setiap bulan selama periode analisis memiliki nilai Slack or Surplus sama dengan

nol dan nilai dual lebih dari nol (positif). Hal ini menunjukkan bahwa apabila

terjadi peningkatan permintaan untuk kain dobby maka dapat menambah jumlah

Page 117: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

98

keuntungan kotor yang diterima perusahaan. Nilai dual terkecil terdapat pada

bulan Agustus 2008 yaitu sebesar 14.898,415039. Artinya, masih menguntungkan

bagi CV Batu Gede untuk meningkatkan jumlah produksi kain jenis dobby jika

terjadi kenaikan jumlah permintaan kain dobby, karena setiap satu meter kain

dobby yang dijual oleh perusahaan akan meningkatkan keuntungan kotor sebesar

Rp 14.898,41 pada bulan tersebut. Hasil olahan linear programming terhadap

pengaruh permintaan kain tenun warna pada keuntungan optimal dapat dilihat

pada Tabel 41.

Tabel 41. Hasil Olahan Model Linear Programming Terhadap Pengaruh

Permintaan Kain Tenun Warna Pada Keuntungan Optimal

Tahun Bulan Slack or Surplus Dual Prices

2007

September 8,172136 0,000000

Oktober 8,363318 0,000000

Nopember 7,847218 0,000000

Desember 7,597203 0,000000

2008

Januari 8,197229 0,000000

Februari 7,279942 0,000000

Maret 7,860197 0,000000

April 7,872017 0,000000

Mei 8,073442 0,000000

Juni 8,335220 0,000000

Juli 8,612671 0,000000

Agustus 8,436810 0,000000

Berbeda dengan kain tenun dobby, pada Tabel 41 dapat dilihat secara

keseluruhan hasil olahan linear programming terhadap pengaruh permintaan kain

tenun warna pada keuntungan optimal terdapat nilai slack or surplus lebih dari nol

sedangkan nilai dualnya sama dengan nol. Hal ini berarti secara keseluruhan

produksi kain tenun warna belum memenuhi permintaannya. Untuk memenuhi

permintaan tersebut, perusahaan harus memanfaatkan semua sumberdaya yang

dimiliki terutama sumberdaya yang ketersediaannya berlebih seperti bahan baku

dan bahan pembantu.

Page 118: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

99

6.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan model,

seberapa jauh hasil optimal dapat diterapkan apabila terjadi perubahan pada

model. Hal ini dilakukan karena lingkungan bisnis bersifat dinamis atau dapat

berubah setiap saat sehingga hasil olahan optimalisasi produksi tidak selalu dapat

diterapkan. Maka dari itu perlu dilakukan analisis sensitivitas setelah solusi

optimal tercapai. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan yang

terdiri dari batas kenaikan yang diperbolehkan (allowable increase) dan

penurunan yang diperbolehkan (allowable decrease). Jika parameter model

optimalisasi produksi masih berada pada selang tersebut maka tidak akan terjadi

perubahan pada kombinasi produksi optimal. Semakin sempit nilai selang

kepekaan maka akan semakin peka terjadi perubahan solusi optimal. Berikut ini

akan dijelaskan analisis sensitivitas yang terbagi atas dua bagian yaitu analisis

sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan dan analisis sensitivitas nilai sebelah

kanan kendala / Right Hand Side (RHS).

6.5.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan

Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan diperlukan untuk

mengetahui selang perubahan keuntungan kotor per satuan yang masih

diperbolehkan yang tidak merubah kombinasi produksi optimal. Analisis

sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan pada CV Batu Gede digunakan untuk

mengetahui batas kenaikan dan penurunan keuntungan yang masih diperbolehkan

agar kondisi optimal tetap bertahan. Hasil analisis sensitivitas nilai koefisien

fungsi tujuan model Linear Programming pada kondisi optimal selama periode

yang dianalisis untuk produksi kain tenun sutera dobby dan warna di CV Batu

Gede dapat dilihat pada Tabel 42.

Page 119: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

100

Tabel 42. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Produksi

Kain Tenun Sutera Dobby dan Tenun Warna pada CV Batu Gede

Selama Periode Analisis

Tahun Bulan Produk

Current Coef Allowable Allowable

(Variabel) Increase Decrease

2007

September Dobby (X11) 50.612,90 INFINITY 15.063,449219

Oktober Dobby (X12) 50.925,07 INFINITY 15.008,333008

Nopember Dobby (X13) 50.077,34 INFINITY 14.955,601562

Desember Dobby (X14) 49.323,87 INFINITY 14.970,317383

2008

Januari Dobby (X15) 50.700,57 INFINITY 15.008,333008

Februari Dobby (X16) 48.846,14 INFINITY 14.958,787109

Maret Dobby (X17) 50.048,72 INFINITY 14.977,839844

April Dobby (X18) 50.076,36 INFINITY 14.965,855469

Mei Dobby (X19) 50.377,27 INFINITY 14.955,860352

Juni Dobby (X110) 50.680,98 INFINITY 15.008,336914

Juli Dobby (X111) 51.389,81 INFINITY 14.962,123047

Agustus Dobby (X112) 50.842,89 INFINITY 14.898,415039

2007

September Warna (X21) 106.813,70 107.347,771641 45.260,410156

Oktober Warna (X22) 107.750,21 108.288,954141 45.024,996094

Nopember Warna (X23) 105.207,01 105.733,050703 44.799,437500

Desember Warna (X24) 102.946,62 103.461,350274 44.861,257812

2008

Januari Warna (X25) 107.076,71 107.612,094493 45.024,996094

Februari Warna (X26) 101.513,43 102.020,988984 44.810,750000

Maret Warna (X27) 105.121,15 105.646,754180 44.894,445312

April Warna (X28) 105.204,07 105.730,090664 44.843,242188

Mei Warna (X29) 106.106,80 106.637,330859 44.801,113281

Juni Warna (X210) 107.017,93 107.553,019336 45.025,007812

Juli Warna (X211) 109.144,42 109.690,136132 44.829,425781

Agustus Warna (X212) 107.503,66 108.041,174531 44.558,562500

Berdasarkan Tabel 42, dapat diketahui kain tenun sutera dobby secara

keseluruhan memiliki batas kenaikan keuntungan kotor yang tidak terhingga

(infinity) dan batas penurunan keuntungan kotor yang diperbolehkan sebesar nilai

tertentu, hal ini menunjukkan seberapapun kenaikan keuntungan kotor yang

Page 120: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

101

terjadi dari produk jenis kain dobby tidak akan mempengaruhi solusi optimal dan

batas penurunannya yang diperbolehkan yaitu sebesar nilai yang ditunjukkan oleh

kolom allowable decrease. Sedangkan pada kain tenun warna, secara keseluruhan

kenaikan dan penurunan keuntungan kotornya masing-masing memiliki batas nilai

tertentu agar tetap berada pada kondisi yang optimal. Hal ini ditunjukkan oleh

adanya nilai pada kolom allowable increase dan allowable decrease. Sebagai

contoh pada periode Agustus 2008, untuk produk kain dobby per meter batas

kenaikan keuntungannya adalah tidak terhingga dan batas penurunan

keuntungannya adalah maksimal mencapai nilai Rp 14.898,41 dari keuntungan

awal agar tetap mempertahankan kondisi optimal. Sedangkan untuk kain tenun

warna, kondisi optimal akan berubah apabila kenaikan keuntungan kotornya

melebihi nilai Rp 108.041,17 dan penurunannya melebihi nilai Rp 44.558,56 dari

nilai keuntungan awal.

Maka dari itu, hasil analisis sensitivitas fungsi tujuan menunjukkan bahwa

keuntungan kotor dari kain tenun dobby tidak memiliki nilai selang kepekaan

sebesar tertentu yang dapat mempengaruhi solusi optimal, karena batas kenaikan

keuntungan yang diperbolehkan secara keseluruhan mencapai tidak terhingga

(infinity). Sedangkan untuk keuntungan kotor yang diperoleh dari kain tenun

warna memiliki nilai selang kepekaan sebesar tertentu dengan nilai batas

kenaikannya yang ditunjukkan oleh nilai allowable increase dan nilai batas

penurunannya yang ditunjukkan oleh nilai allowable decrease. Hal ini

menunjukkan selang kepekaan yang tersempit dari hasil analisis sensitivitas antara

kedua produk yang dihasilkan CV Batu Gede terdapat pada jenis produk kain

tenun sutera warna. Artinya, kondisi keuntungan optimal perusahaan akan lebih

peka berubah apabila terjadi perubahan pada nilai keuntungan dari kain tenun

sutera warna per meternya, sehingga perusahaan dapat lebih fokus melakukan

perubahan keuntungan dari produk kain tenun sutera dobby agar tetap berada

dalam kondisi yang optimal.

6.5.2 Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan Kendala

Analisis sensitivitas nilai sebelah kanan kendala menunjukkan selang

perubahan pada nilai ketersediaan sumberdaya atau nilai sebelah kanan / Right

Hand Side (RHS), yang tetap mempertahankan kondisi optimal dan tidak

Page 121: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

102

mengubah nilai dual sumberdaya atau kendala yang bersangkutan. Nilai selang

perubahan ditunjukkan oleh nilai batas kenaikan yang diperbolehkan dan

penurunan yang diperbolehkan. Selama perubahan pada kapasitas kendala masih

berada dalam jangkauan nilai selang maka nilai dual kendala tersebut tidak akan

berubah, sebaliknya apabila perubahan tersebut berada diluar jangkauan nilai

selang maka nilai dual kendala akan berubah. Semakin sempit nilai selang

perubahan pada suatu sumberdaya atau kendala maka semakin peka sumberdaya

tersebut terhadap perubahan ketersediaanya. Hal ini berarti perubahan

ketersediaan sumberdaya atau kendala akan sangat mempengaruhi solusi optimal.

Maka dari itu diperlukan analisis sensitivitas untuk mengetahui batas-batas

perubahan yang dapat merubah kondisi optimal.

Analisis sensitivitas nilai sebelah kanan kendala berkaitan dengan status

sumberdaya. Suatu kendala berstatus pembatas apabila terdapat nilai batas

penurunan dan peningkatan sebesar nilai tertentu. Sedangkan kendala dikatakan

bukan pembatas apabila tidak terdapat nilai sebesar tertentu pada nilai batas

penurunan dan peningkatan. Kendala bukan pembatas ditunjukkan oleh adanya

nilai tidak terhingga (infinity) pada nilai batas peningkatan (allowable increase).

Hal ini menunjukkan selang perubahan peningkatan mencapai tidak terhingga.

Artinya seberapapun peningkatan nilai sebelah kanan kendala tersebut tidak akan

mempengaruhi solusi optimal. Optimalisasi produksi kain sutera dobby dan warna

dengan menggunakan analisis sensitivitas nilai sebelah kanan kendala (Right

Hand Side Ranges) berdasarkan hasil olahan Linear Programming LINDO pada

CV Batu Gede dijelaskan sebagai berikut.

a. Kepekaan Ketersediaan Bahan Baku Jenis Benang Sutera Pakan

Analisis senstivitas nilai RHS kendala benang sutera pakan digunakan

untuk mengetahui sejauh mana perubahan nilai ketersediaan kendala tersebut

dapat merubah kondisi optimal. Berdasarkan hasil analisis dual, kondisi optimal

produksi untuk kain sutera dobby dan warna dengan menggunakan fungsi kendala

benang pakan menunjukkan bahwa kendala tersebut berstatus berlebih atau

penggunaannya lebih sedikit dibandingkan dengan ketersediaannya sehingga

terdapat persediaan sisa. Untuk mengetahui perubahan ketersediaan benang pakan

Page 122: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

103

yang dapat merubah kondisi optimal, dapat dilihat pada hasil analisis sensitivitas

Tabel 43.

Tabel 43. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS) Kendala

Ketersediaan Bahan Baku Jenis Benang Pakan Pada CV Batu

Gede

Tahun Bulan Current RHS Allowable Allowable

Increase Decrease

2007

September 12,50 INFINITY 3,752910

Oktober 12,67 INFINITY 3,734749

Nopember 14,44 INFINITY 5,961041

Desember 14,72 INFINITY 6,597290

2008

Januari 16,33 INFINITY 7,494792

Februari 13,26 INFINITY 5,338495

Maret 14,44 INFINITY 5,932014

April 14,55 INFINITY 6,012901

Mei 17,27 INFINITY 8,568007

Juni 17,34 INFINITY 8,462641

Juli 17,48 INFINITY 8,173450

Agustus 16,54 INFINITY 7,550261

Pada Tabel 43, dapat diketahui bahwa kolom Current RHS menunjukkan

nilai koefisien sebelah kanan kendala atau nilai ketersediaan aktual benang pakan

perusahaan, kolom allowable increase menunjukkan nilai batas kenaikan

perubahan ketersediaan benang pakan dan kolom allowable decrease

menunjukkan nilai batas penurunan perubahan ketersediaan benang pakan yang

dapat mempertahankan solusi tujuan yang optimal. Berdasarkan hasil analisis

sensitivitas, secara keseluruhan kendala benang pakan untuk produksi kain sutera

dobby dan warna pada CV Batu Gede termasuk kendala bukan pembatas. Hal ini

ditunjukkan oleh adanya nilai tidak terhingga (infinity) pada batas kenaikan

perubahan ketersediaannya dan adanya nilai pada batas penurunannya sebesar

nilai slack or surplusnya di setiap bulan selama periode yang dianalisis. Artinya

kendala ketersediaan benang pakan bukan termasuk kendala aktif untuk mencapai

optimalisasi produksi kain tenun sutera dobby dan warna pada CV Batu Gede.

Page 123: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

104

Nilai terbesar yang ditunjukkan oleh kolom allowable decrease terdapat

pada bulan Mei 2008 yaitu sebesar 8,568007. Artinya batas penurunan

ketersediaan benang pakan yang diperbolehkan agar produksi tetap optimal adalah

sebesar 8,57 kg dari ketersediaan yang ada di gudang (17,27 kg). Hal ini

menunjukkan ketersediaan benang pakan tidak boleh kurang dari 8,70 kg agar

solusi optimal tidak berubah. Nilai tersebut diperoleh dari nilai ketersediaan yang

ada dikurangi dengan nilai batas penurunannya. Untuk batas kenaikan

ketersediaan benang pakan menunjukkan nilai tidak terhingga (infinity) yang

ditunjukkan oleh kolom allowable increase. Hal ini berarti berapapun nilai

kenaikan ketersediaan benang pakan tidak akan merubah nilai keuntungan yang

akan diterima perusahaan.

b. Kepekaan Ketersediaan Bahan Baku Jenis Benang Sutera Lungsi

Hasil analisis sensitivitas nilai RHS kendala ketersediaan benang lungsi

dapat dilihat pada Tabel 44.

Tabel 44. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS) Kendala

Ketersediaan Bahan Baku Jenis Benang Lungsi Pada CV Batu

Gede

Tahun Bulan Current RHS Allowable Allowable

Increase Decrease

2007

September 3,50 INFINITY 0,584303

Oktober 3,56 INFINITY 0,581583

Nopember 5,42 INFINITY 2,593680

Desember 7,31 INFINITY 4,602430

2008

Januari 9,53 INFINITY 6,584931

Februari 9,24 INFINITY 6,599498

Maret 9,43 INFINITY 6,594005

April 9,43 INFINITY 6,584301

Mei 9,49 INFINITY 6,589336

Juni 9,54 INFINITY 6,580881

Juli 9,67 INFINITY 6,567817

Agustus 6,79 INFINITY 3,793420

Page 124: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

105

Pada Tabel 44 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan ketersediaan benang

lungsi merupakan kendala bukan pembatas. Sama halnya dengan kendala

ketersediaan benang pakan, nilai pada kolom allowable increase menunjukkan

nilai yang tidak terhingga (infinity) dan adanya nilai sebesar tertentu pada kolom

allowable decrease. Nilai terbesar yang ditunjukkan oleh kolom allowable

decrease terdapat pada bulan Februari 2008 yaitu sebesar 6,599498. Artinya batas

penurunan ketersediaan benang lungsi yang diperbolehkan agar produksi tetap

optimal adalah sebesar 6,60 kg dari ketersediaan yang ada di gudang pada bulan

Februari 2008 (9,24 kg). Hal ini menunjukkan ketersediaan benang lungsi tidak

boleh kurang dari 2,64 kg agar solusi optimal tidak berubah. Sedangkan batas

kenaikan ketersediaan benang lungsi menunjukkan nilai tidak terhingga (infinity)

yang ditunjukkan oleh kolom allowable increase. Artinya, berapapun nilai

kenaikan ketersediaan benang lungsi tidak akan merubah nilai keuntungan yang

akan diterima perusahaan. Hal ini menunjukkan ketersediaan benang lungsi

merupakan kendala yang tidak aktif atau berlebih.

c. Kepekaan Ketersediaan Bahan Pembantu Jenis Soda As

Hasil analisis sensitivitas nilai RHS kendala ketersediaan soda as dapat

dilihat pada Tabel 45.

Tabel 45. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS) Kendala

Ketersediaan Bahan Pembantu Jenis Soda As Pada CV Batu

Gede

Tahun Bulan Current RHS Allowable Allowable

Increase Decrease

2007

September 1,25 INFINITY 0,666861

Oktober 1,26 INFINITY 0,664317

Nopember 1,23 INFINITY 0,664736

Desember 2,21 INFINITY 1,668486

2008

Januari 2,26 INFINITY 1,670986

Februari 2,20 INFINITY 1,671900

Maret 2,24 INFINITY 1,672801

April 2,24 INFINITY 1,670860

Mei 3,25 INFINITY 2,669867

Juni 3,26 INFINITY 2,668176

Juli 3,28 INFINITY 2,659563

Agustus 2,71 INFINITY 2,110684

Page 125: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

106

Berdasarkan Tabel 45, perolehan hasil analisis sensitivitas pada nilai

ketersediaan soda as sama seperti bahan baku jenis benang pakan dan lungsi, yaitu

nilai pada kolom allowable increase menunjukkan nilai yang tidak terhingga

(infinity) dan adanya nilai sebesar tertentu pada kolom allowable decrease. Hal ini

menyatakan bahwa ketersediaan soda as bukan termasuk kendala pembatas Nilai

terbesar yang ditunjukkan oleh kolom allowable decrease terdapat pada bulan

Mei 2008 yaitu sebesar 2,669867. Artinya batas penurunan ketersediaan soda as

yang diperbolehkan agar produksi tetap optimal adalah sebesar 2,67 kg dari

ketersediaan yang ada di gudang pada bulan tersebut (3,25 kg). Hal ini

menunjukkan ketersediaan soda as tidak boleh kurang dari 0,58 kg agar solusi

optimal tidak berubah. Sedangkan batas kenaikan ketersediaan soda as

menunjukkan nilai tidak terhingga (infinity) yang ditunjukkan oleh kolom

allowable increase. Artinya, berapapun nilai kenaikan ketersediaan soda as tidak

akan merubah nilai keuntungan yang akan diterima perusahaan. Hal ini

menunjukkan ketersediaan soda as merupakan kendala yang tidak aktif atau

berlebih terhadap produksi kain sutera tenun dobby dan warna.

d. Kepekaan Ketersediaan Bahan Pembantu Jenis Zat Pewarna

Besarnya perubahan nilai ketersediaan zat pewarna atau nilai sebelah

kanan / Right Hand Side (RHS) kendala ketersediaan zat pewarna sangat penting

diketahui agar produksi kain tenun warna tetap berada pada kondisi optimal. Hasil

analisis sensitivitas nilai RHS kendala ketersediaan zat pewarna untuk produksi

kain tenun warna dapat dilihat pada Tabel 46.

Page 126: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

107

Tabel 46. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS) Kendala

Ketersediaan Bahan Pembantu Jenis Zat Pewarna Pada CV Batu

Gede

Tahun Bulan Current RHS Allowable Allowable

Increase Decrease

2007

September 0,50 INFINITY 0,384861

Oktober 0,50 INFINITY 0,382317

Nopember 0,50 INFINITY 0,388236

Desember 0,49 INFINITY 0,382986

2008

Januari 0,50 INFINITY 0,383486

Februari 0,49 INFINITY 0,385400

Maret 0,50 INFINITY 0,387801

April 0,50 INFINITY 0,387360

Mei 0,50 INFINITY 0,385367

Juni 0,50 INFINITY 0,383176

Juli 0,51 INFINITY 0,387063

Agustus 0,50 INFINITY 0,381684

Sama halnya dengan bahan pembantu jenis soda as, pada Tabel 46 dapat

diketahui bahwa secara keseluruhan terdapat nilai yang tidak terhingga (infinity)

pada kolom allowable increase dan adanya nilai sebesar tertentu pada kolom

allowable decrease. Hal ini menyatakan bahwa ketersediaan zat pewarna bukan

termasuk kendala pembatas. Nilai terbesar yang ditunjukkan oleh kolom

allowable decrease terdapat pada bulan Nopember 2007 yaitu sebesar 0,388236.

Artinya batas penurunan ketersediaan zat pewarna yang diperbolehkan adalah

sebesar 0,39 kg dari ketersediaan yang ada di gudang pada bulan tersebut (0,50

kg). Hal ini menunjukkan ketersediaan zat pewarna tidak boleh kurang dari 0,11

kg agar solusi optimal tidak berubah. Batas kenaikan ketersediaan zat pewarna

menunjukkan nilai tidak terhingga (infinity) yang ditunjukkan oleh kolom

allowable increase. Artinya, berapapun nilai kenaikan ketersediaan soda as tidak

akan merubah nilai keuntungan yang akan diterima perusahaan. Hal ini

menunjukkan ketersediaan zat pewarna bukan merupakan kendala yang aktif

terhadap produksi kain sutera tenun warna.

Page 127: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

108

e. Kepekaan Ketersediaan Jam Kerja Tenaga Kerja Langsung

Hasil analisis sensitivitas nilai RHS kendala ketersediaan jam kerja tenaga

kerja langsung (TKL) pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 47.

Tabel 47. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS) Kendala

Ketersediaan Jam Kerja TKL Pada CV Batu Gede

Tahun Bulan Current RHS Allowable Allowable

Increase Decrease

2007

September 1.750 INFINITY 0,230279

Oktober 1.820 INFINITY 0,000000

Nopember 1.750 INFINITY 0,459944

Desember 1.820 0,214087 772,855042

2008

Januari 1.820 2,123667 773,885010

Februari 1.680 0,000000 714,419983

Maret 1.820 0,449057 773,500000

April 1.750 2,277939 743,873962

Mei 1.820 INFINITY 0,000000

Juni 1.750 INFINITY 0,482704

Juli 1.820 0,748889 774,255005

Agustus 1.820 INFINITY 0,488736

Berdasarkan Tabel 47, hasil analisis sensitivitas ketersediaan jam kerja

tenaga kerja langsung (TKL) pada kolom allowable increase dan allowable

decrease secara keseluruhan menunjukkan adanya nilai-nilai sebesar tertentu. Hal

ini menyatakan bahwa ketersediaan jam kerja TKL termasuk kendala pembatas

selama periode yang dianalisis kecuali untuk bulan September – Nopember 2007

dan Mei – Juni 2008 serta Agustus 2008 dimana pada bulan-bulan tersebut

terdapat nilai tidak terhingga pada batas kenaikannya (allowable increase). Untuk

bulan-bulan lainnya terdapat nilai batas kenaikan dan penurunan pada perubahan

ketersediaan jam kerja TKL.

Nilai selang kepekaan tersempit terdapat pada bulan April 2008, sehingga

perubahan ketersediaan jam kerja TKL pada bulan tersebut lebih peka terhadap

perubahan kondisi optimal perusahaan dibandingkan dengan bulan yang lainnya

selama priode analisis. Nilai batas kenaikan perubahan ketersediaan jam kerja

TKL pada bulan tersebut sebesar 2,277939. Sedangkan nilai batas penurunan

perubahannya sebesar 743,873962, sehingga nilai selang perubahannya adalah

Page 128: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

109

sebesar 741,596023. Artinya apabila perubahan yang terjadi masih di antara nilai

kedua batas tersebut atau nilai selang, maka kondisi optimal masih dapat bertahan,

namun apabila perubahan melebihi nilai selangnya maka kondisi optimal akan

berubah. Nilai selang tersebut diperoleh dengan cara nilai batas penurunan

dikurangi dengan nilai batas kenaikkannya atau sebaliknya (absolute).

Peningkatan ketersediaan jam kerja TKL pada bulan April 2008 tidak boleh

melebihi 2,277939 atau 2 jam dan penurunannya tidak boleh lebih dari

743,873962 atau 744 jam dari ketersediaan yang ada yaitu selama 1750 jam.

Dengan kata lain, selisih nilai batas perubahan peningkatan dan penurunan

ketersediaan jam kerja TKL yang terjadi tidak boleh lebih dari 741,596023 atau

742 jam agar kondisi keuntungan perusahaan tetap optimal. Hal ini menunjukkan

secara keseluruhan ketersediaan jam kerja TKL merupakan kendala yang aktif

atau kurang ketersediaannya terhadap produksi kain sutera tenun dobby dan warna

pada CV Batu Gede.

f. Kepekaan Ketersediaan Jam Kerja Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

Hasil analisis sensitivitas nilai RHS kendala ketersediaan jam kerja Alat

Tenun Bukan Mesin (ATBM) pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 48.

Tabel 48. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS) Kendala

Ketersediaan Jam Kerja ATBM Pada CV Batu Gede

Tahun Bulan Current RHS Allowable Allowable

Increase Decrease

2007

September 350 0,046070 148,760010

Oktober 364 0,000000 154,636002

Nopember 350 0,091934 148,645996

Desember 364 INFINITY 0,042806

2008

Januari 364 INFINITY 0,424606

Februari 336 INFINITY 0,000000

Maret 364 INFINITY 0,089759

April 350 INFINITY 0,455312

Mei 364 0,000000 154,524994

Juni 350 0,096480 148,600006

Juli 364 INFINITY 0,149825

Agustus 364 0,097687 154,283997

Page 129: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

110

Pada Tabel 48, menunjukkan bahwa ketersediaan jam kerja ATBM pada

bulan September – Nopember 2007 dan Mei – Juni 2008 serta Agustus 2008

merupakan kendala yang aktif atau kendala pembatas. Ketersediaan jam kerja

ATBM pada kedua bulan tersebut memiliki nilai batas pada perubahan kenaikan

dan penurunannya. Nilai selang tersempit terdapat pada bulan Juni 2008 yaitu

sebesar 148,503526 dimana nilai batas kenaikan perubahannya sebesar 0,096480

dan penurunannya sebesar 148,600006. Artinya, perubahan ketersediaan jam kerja

ATBM yang terjadi pada bulan September 2007 lebih peka terhadap berubahnya

kondisi optimal dibandingkan bulan-bulan lainnya selama periode analisis,

dimana batas kenaikan perubahannya tidak boleh lebih dari 0,096480 atau 0,1 jam

atau enam menit dan penurunannya tidak boleh lebih dari 148,60000698 atau 149

jam dari ketersediaan yang ada yaitu selama 350 jam agar kondisi keuntungan

tetap optimal. Secara keseluruhan selama periode yang dianalisis, ketersediaan

jam kerja ATBM merupakan kendala aktif atau kendala pembatas. Hal ini

ditunjukkan oleh adanya nilai batas pada perubahan kenaikan dan penurunannya.

g. Kepekaan Pengaruh Permintaan Terhadap Kondisi Optimal

Perubahan naik atau turunnya tingkat permintaan pasar kain sutera dapat

mempengaruhi kondisi produksi optimal kain sutera dobby dan warna pada CV

Batu Gede. Untuk mengetahui tingkat kepekaan perubahan permintaan kain sutera

dobby terhadap kondisi optimal perusahaan dapat dilihat dari hasil analisis

sensitivitas nilai RHS kendala permintaan pasar pada Tabel 49.

Page 130: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

111

Tabel 49. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS) Kendala

Permintaan Kain Sutera Jenis Dobby Pada CV Batu Gede

Tahun Bulan Current RHS Allowable Allowable

Increase Decrease

2007

September 93,6 35,031090 24,554419

Oktober 95,6 34,894974 25,089954

Nopember 90,7 66,957657 23,506306

Desember 86,9 64,137344 22,766390

2008

Januari 94,5 69,908310 24,591688

Februari 84,7 62,668423 21,807894

Maret 91,0 67,260872 23,560087

April 91,3 67,502174 23,587477

Mei 93,1 68,677780 24,184446

Juni 95,0 70,094337 25,005661

Juli 99,5 73,668411 25,805235

Agustus 96,2 70,772476 25,233027

Pada tabel 49, menunjukan bahwa permintaan kain dobby di setiap bulan

selama periode analisis memiliki batas nilai tertentu untuk tingkat perubahan

kenaikan dan penurunnya. Hal ini menunjukkan secara keseluruhan permintaan

pasar merupakan kendala pembatas untuk mencapai kondisi optimal tanpa

merubah nilai dualnya. Berdasarkan hasil analisis, nilai selang kepekaan

perubahan tersempit terdapat pada bulan Oktober 2007 yaitu sebesar 9,805020

dengan nilai batas kenaikan sebesar 34,894974 dan batas penurunannya sebesar

25,089954. Artinya, perubahan permintaan pasar pada bulan Oktober 2007 lebih

peka dibandingkan bulan-bulan lain selama periode analisis terhadap kondisi

optimal perusahaan.

Nilai batas kenaikan permintaan pasar kain tenun sutera pada bulan

Oktober 2007 adalah sebesar 34,894974 atau 34,9 meter dan batas penurunannya

adalah sebesar 25,089954 atau 25,0 meter. Informasi ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan jumlah produksi apabila terjadi

perubahan permintaan pasar. Apabila total kuantitas permintaan pasar kain tenun

sutera naik hingga batas maksimum sebesar 34,9 meter dari permintaan yang ada

sebesar 95,6 meter atau meningkat menjadi sebesar 130,5 meter pada bulan

Page 131: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

112

Oktober 2007, maka masih menguntungkan bagi perusahaan untuk meningkatkan

produksinya karena penambahan total produksi kain sutera pada bulan tersebut

akan meningkatkan keuntungan sebesar nilai dualnya yaitu sebesar Rp 15.008,33

per meter.

Tingkat kepekaan perubahan permintaan kain sutera tenun warna terhadap

kondisi optimal perusahaan dapat dilihat dari hasil analisis sensitivitas nilai RHS

kendala permintaan pasar pada Tabel 50.

Tabel 50. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Sebelah Kanan (RHS) Kendala

Permintaan Kain Sutera Jenis Warna Pada CV Batu Gede

Tahun Bulan Current RHS Allowable Allowable

Increase Decrease

2007

September 31,2 INFINITY 8,172136

Oktober 31,9 INFINITY 8,363318

Nopember 30,2 INFINITY 7,847218

Desember 29,0 INFINITY 7,597203

2008

Januari 31,5 INFINITY 8,197229

Februari 28,2 INFINITY 7,279942

Maret 30,3 INFINITY 7,860197

April 30,4 INFINITY 7,872017

Mei 31,0 INFINITY 8,073442

Juni 31,7 INFINITY 8,335220

Juli 33,2 INFINITY 8,612671

Agustus 32,1 INFINITY 8,436810

Berdasarkan Tabel 50 secara keseluruhan hasil analisis sensitivitas

terhadap pengaruh permintaan kain tenun warna pada keuntungan optimal

terdapat nilai yang tak terhingga pada batas nilai kenaikannya. Hal ini

menunjukkan pada kondisi optimal, produksi kain tenun warna masih belum

memenuhi permintaannya. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan tersebut,

perusahaan harus memanfaatkan semua sumberdaya yang dimiliki terutama

sumberdaya yang ketersediaannya berlebih.

Page 132: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

113

6.6 Analisis Post Optimal

Analisis post optimal dilakukan untuk mencari kemungkinan-

kemungkinan dan besarnya perubahan pada solusi optimal atau nilai dual apabila

terjadi perubahan pada koefisien nilai fungsi tujuan dan nilai sebelah kanan

kendala. Pada penelitian yang dilakukan, analisis post optimal akan digunakan

dengan melakukan perubahan terhadap input produksi yaitu menaikkan total biaya

bahan baku (benang sutera) dan mengurangi jumlah tenaga kerja langsung.

Analisis post optimal pada penelitian ini terfokus pada beberapa skenario yaitu:

1. Menaikkan total biaya bahan baku (benang sutera) sebesar 20 persen. Hal ini

didasarkan dari pengalaman perusahaan terhadap perubahan harga benang

sutera. Harga benang sutera pada tahun 2005 yaitu Rp 240.000,00 sedangkan

pada tahun 2006 menjadi Rp 265.000,00 per kg, bahkan pada tahun 2007

harga benang sutera mencapai Rp 300.000,00 per kg. Hal ini berarti

peningkatan harga benang sutera yang pernah terjadi berkisar antara 10

sampai 15 persen. Maka dari itu, asumsi kenaikan sebesar 20 persen

didasarkan sebagai antisipasi apabila terjadi kenaikan harga yang lebih besar.

2. Menurunkan jumlah tenaga kerja langsung untuk produksi kain tenun warna

menjadi tiga orang. Hal ini didasarkan karena tenaga kerja langsung pada

proses produksi kain sutera di CV Batu Gede Bogor merupakan tenaga kerja

borongan bukan tenaga kerja tetap, sehingga hal yang mungkin terjadi adalah

beralihnya tenaga kerja borongan untuk mencari pekerjaan jenis yang lain.

3. Menaikkan total biaya bahan baku (benang sutera) sebesar 20 persen dan

menurunkan jumlah tenaga kerja langsung untuk produksi kain tenun warna

menjadi tiga orang. Hal ini didasarkan dari asumsi skenario 1 dan 2 terjadi

pada kurun waktu yang sama.

6.6.1 Skenario 1

Kenaikan biaya bahan baku akan berdampak pada menurunnya

keuntungan per unit dari setiap produk yang dihasilkan. Pengujian model terhadap

kenaikan biaya bahan baku dilakukan untuk mengetahui kenaikan biaya produksi

terhadap keputusan produksi, alokasi sumberdaya dan keuntungan optimal

perusahaan. Kenaikan biaya bahan baku benang sutera dapat mengubah koefisien

fungsi tujuan pada model optimalisasi yang telah dilakukan. Pada skenario 1, nilai

Page 133: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

114

keuntungan penjualan kain sutera setelah terjadinya kenaikan total biaya bahan

baku benang sutera sebesar 20 persen dapat dilihat pada Tabel 51.

Tabel 51. Nilai Keuntungan Penjualan Kain Sutera setelah Terjadinya

Kenaikan Total Biaya Bahan Baku Benang Sutera Sebesar 20

Persen Pada CV Batu Gede

Tahun Bulan Nilai Laba/Keuntungan per meter (Rp)

Kain Dobby (X1) Kain Tenun Warna (X2)

2007

September 44.612,90 100.813,70

Oktober 44.925,07 101.750,21

Nopember 44.077,34 99.207,01

Desember 43.323,87 96.946,62

2008

Januari 44.700,57 101.076,71

Februari 42.846,14 95.513,43

Maret 44.048,72 99.121,15

April 44.076,36 99.204,07

Mei 44.377,27 100.106,80

Juni 44.680,98 101.017,93

Juli 45.389,81 103.144,42

Agustus 44.842,89 101.503,66

Berdasarkan Tabel 51 maka diperoleh model fungsi tujuan persamaan

linier sebagai berikut :

Maks Z =

Pada analisis post optimal skenario 1 menunjukkan bahwa nilai fungsi

tujuan pada model mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi didasarkan

adanya penurunan keuntungan setelah terjadi kenaikan biaya bahan baku sebesar

20 persen. Sedangkan kombinasi jumlah produk optimal tidak berubah atau sama

dengan hasil optimalisasi yang sudah dilakukan (solusi optimal awal). Untuk lebih

21221121029

28272625

24232221

11211111019

18171615

14131211

101.503,66103.144,42101.017,93100.106,80

99.204,0799.121,1595.513,43101.076,71

96.946,6299.207,01101.750,21100.813,70

44.842,8945.389,8144.680,9844.377,27

44.076,3644.048,7242.846,1444.700,57

43.323,8744.077,3444.925,0744.612,90

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

XXXX

Page 134: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

115

jelasnya, output LINDO hasil analisis post optimal skenario 1 pada CV Batu Gede

dapat dilihat pada Lampiran 9.

Kentungan optimal pada hasil analisis post optimal skenario 1 adalah

sebesar Rp 76.740.350,00. Dibandingkan dengan keuntungan kondisi optimal

awal yaitu sebesar Rp 85.057.260,00, maka nilai keuntungan pada analisis post

optimal skenario 1 lebih rendah. Hal ini berarti perusahaan sudah mencapai

optimal dengan keuntungan sebesar Rp 76.740.350,00 pada kondisi skenario 1.

Hasil analisis post optimal skenario 1 menunjukkan adanya penurunan

nilai dual pada ketersediaan sumberdaya dari kondisi optimal awal. Hal ini

menyebabkan menurunnya nilai keuntungan optimal awal. Penurunan nilai dual

terdapat pada kendala permintaan pasar yang menjadi pembatas produksi pada

skenario 1. Hal ini berarti masih menguntungkan bagi CV Batu Gede untuk

meningkatkan jumlah produksi kain sutera jika terjadi kenaikan jumlah

permintaan, karena setiap satu meter kain sutera baik jenis kain dobby atau tenun

warna yang dihasilkan oleh perusahaan akan meningkatkan keuntungan kotor

sebesar nilai dualnya.

Status penggunaan sumberdaya pada hasil analisis post optimal skenario 1

secara keseluruhan tidak berbeda dengan kondisi optimal awal. Sumberdaya yang

berstatus berlebih atau kendala tidak aktif yaitu bahan baku jenis benang pakan,

benang lungsi, bahan pembantu soda as, dan zat pewarna. Sedangkan sumberdaya

yang berstatus langka atau kendala aktif adalah ketersediaan jam kerja ATBM

dan tenaga kerja langsung. Sehingga penambahan jam kerja ATBM dan tenaga

kerja langsung perusahaan diperlukan untuk mencapai keuntungan maksimal.

Batas kenaikan dan penurunan nilai koefisien fungsi tujuan pada hasil

analisis post optimal skenario 1 mengalami beberapa perubahan. Nilai batas

kenaikan (allowable increase) koefisien tujuan untuk produk kain sutera dobby

tidak mengalami perubahan sedangkan nilai batas penurunannya (allowable

decrease) mengalami penurunan dari kondisi optimal awal. Sebaliknya, nilai batas

kenaikan koefisien tujuan untuk produk kain sutera tenun warna mengalami

penurunan sedangkan nilai batas penurunannya tidak mengalami perubahan dari

kondisi optimal awal. Hal ini menunjukkan selang kepekaan nilai koefisien tujuan

pada skenario 1 lebih sempit dibandingkan pada kondisi optimal awal. Artinya,

Page 135: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

116

nilai koefisien fungsi tujuan semakin peka berubah terhadap menurunnya nilai

keuntungan kain sutera dobby dan meningkatnya nilai keuntungan kain sutera

tenun warna.

Nilai selang kepekaan terhadap sumberdaya pada skenario 1 secara

keseluruhan tidak berubah dari kondisi optimal. Hal ini menunjukkan perubahan

pada skenario 1 tidak mempengaruhi nilai sebelah kanan fungsi kendala pada

model optimalisasi tetapi hanya mempengaruhi nilai koefisien fungsi tujuan. Oleh

karena itu, setelah dilakukan pengujian model melalui analisis post optimal

skenario 1 yaitu dengan menaikkan total biaya bahan baku (benang sutera) sebesar

20 persen perusahaan diharapkan meningkatkan nilai jual kain sutera dobby dan

kain sutera tenun warna paling tidak sebesar kenaikan biaya bahan baku yang

terjadi agar perusahaan dapat mempertahankan penjualan dan keuntungan

optimalnya.

6.6.2 Skenario 2

Pada analisis post optimal skenario 2, model di uji dengan melakukan

perubahan pada koefisien fungsi kendala yaitu menurunkan jumlah tenaga kerja

langsung (TKL) untuk produksi kain tenun warna dari lima orang menjadi tiga

orang. Dasar asumsi tersebut yaitu TKL pada proses produksi kain sutera di CV

Batu Gede Bogor merupakan tenaga kerja borongan bukan tenaga kerja tetap,

sehingga hal yang dapat terjadi adalah menurunnya jumlah TKL akibat mereka

beralih untuk mencari pekerjaan jenis yang lain. Nilai koefisien kendala

ketersediaan jam kerja TKL pada skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 52.

Page 136: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

117

Tabel 52. Ketersediaan dan Nilai Koefisien Jam Tenaga Kerja Langsung

Produksi Kain Tenun Warna pada Skenario 2

Tahun Bulan

Jumlah

TKL

(orang)

Jam

Kerja/hari

(jam)

HOK

(hari)

Ketersediaan

(jam)

Produksi

(m)

Koefisien

(jam/m)

2007

September 3 7 25 525 27,1 19,37

Oktober 3 7 26 546 27,7 19,71

Nopember 3 7 25 525 26,3 19,96

Desember 3 7 26 546 25,2 21,67

2008

Januari 3 7 26 546 27,4 19,93

Februari 3 7 24 504 24,6 20,49

Maret 3 7 26 546 26,4 20,68

April 3 7 25 525 26,5 19,81

Mei 3 7 26 546 27,0 20,22

Juni 3 7 25 525 27,5 19,09

Juli 3 7 26 546 28,9 18,89

Agustus 3 7 26 546 27,9 19,57

Pada Tabel 52, dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja langsung untuk

produksi kain tenun warna pada skenario 2 adalah tiga orang, hal ini terjadi

pengurangan dua orang dari lima orang tenga kerja langsung yang ada untuk

produksi kain tenun warna. Akibat dari pengurangan tersebut jumlah ketersediaan

jam kerja dan nilai koefisien tenaga kerja langsung untuk produksi kain tenun

warna menjadi lebih kecil dari kondisi sebelum terjadi pengurangan. Hal ini dapat

dibandingkan dengan Tabel 26 pada pembahasan sebelumnya. Oleh karena itu

jumlah total ketersediaan jam kerja tenaga kerja langsung pada skenario 2 yang

dijadikan sebagai nilai sebelah kanan kendala ketersediaan jam tenaga kerja

langsung dapat dilihat pada Tabel 53.

Page 137: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

118

Tabel 53. Jumlah Total Ketersediaan Jam Tenaga Kerja Langsung

Produksi Kain Dobby dan Warna Pada Skenario 2

Tahun Bulan Ketersediaan Jam Kerja TKL (jam)

Kain Dobby Kain Warna Total

2007

September 875 525 1.400

Oktober 910 546 1.456

Nopember 875 525 1.400

Desember 910 546 1.456

2008

Januari 910 546 1.456

Februari 840 504 1.344

Maret 910 546 1.456

April 875 525 1.400

Mei 910 546 1.456

Juni 875 525 1.400

Juli 910 546 1.456

Agustus 910 546 1.456

Berdasarkan Tabel 53 dapat diketahui jumlah total ketersediaan jam kerja

tenaga kerja langsung (TKL) mengalami perubahan dari kondisi sebelum adanya

pengurangan TKL produksi kain tenun warna yang dapat dilihat pada Tabel 27.

Jumlah total ketersediaan jam kerja TKL menurun dari kondisi sebelumnya

sehingga nilai sebelah kanan kendala ketersediaan jam kerja TKL mengalami

perubahan. Berdasarkan nilai koefisien dan nilai total ketersediaan jam kerja TKL

yang telah diperoleh, maka fungsi kendala jam TKL pada skenario 2 dapat

disusun sebagai berikut:

145619,5710,89

145618,8910,51

140019,0910,59

145620,2211,25

140019,8111,02

145620,6811,50

134420,4911,40

145619,9311,07

145621,6712,05

140019,9611,09

145619,7110,95

140019,3710,75

212112

211111

210110

2919

2818

2717

2616

2515

2414

2313

2212

2111

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

XX

Page 138: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

119

Output LINDO hasil analisis post optimal skenario 2 pada CV Batu Gede

dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil analisis post optimal skenario 2

menunjukkan nilai fungsi tujuan tidak mengalami perubahan, variabel yang

mengalami perubahan adalah variabel nilai fungsi kendala jam kerja tenaga kerja

langsung. Pengurangan jumlah TKL mengakibatkan berkurangnya jumlah jam

TKL untuk memproduksi kain tenun sutera, sehingga hal ini menyebabkan

menurunnya jumlah produksi optimal dibandingkan dengan produksi pada kondisi

optimal awal. Perbandingan tingkat produksi kain sutera dobby antara kondisi

aktual dan kondisi optimal pada skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 54.

Tabel 54. Perbandingan Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal Skenario 2

Produksi Kain Sutera Dobby Pada CV Batu Gede

Produksi Dobby Variabel

Aktual

(m)

Optimal

(m)

Perubahan

Tahun Bulan Selisih (m) Persentase (%)

2007

September X11 81,4 81,4 0,0 0,00

Oktober X12 83,1 83,1 0,0 0,00

Nopember X13 78,9 78,9 0,0 0,00

Desember X14 75,5 75,5 0,0 0,00

2008

Januari X15 82,2 81,9 0,3 0,36

Februari X16 73,7 73.,7 0,0 0,00

Maret X17 79,1 79,1 0,0 0,00

April X18 79,4 79,1 0,3 0,38

Mei X19 80,9 80,9 0,0 0,00

Juni X110 82,6 82,7 -0,1 -0,12

Juli X111 86,6 86,5 0,1 0,12

Agustus X112 83,6 83,6 0,0 0,00

Pada Tabel 54, menunjukkan bahwa secara keseluruhan produksi aktual

kain sutera dobby perusahaan hampir sama dengan produksi optimal pada

skenario 2. Hal ini dikarenakan pengurangan jam kerja tenaga kerja langsung

hanya terjadi pada produksi kain tenun warna, sehingga produksi kain sutera

dobby perusahaan sudah dapat dikatakan mencapai optimal pada analisis post

optimal skenario 2. Walaupun demikian, kondisi optimal produksi kain sutera

dobby pada skenario 2 masih lebih rendah dibandingkan dengan kondisi optimal

Page 139: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

120

awal. Oleh karena itu, perusahaan diharapkan tetap meningkatkan produksi kain

sutera dobby sebesar selisih negatifnya dan mengurangi produksinya sebesar

selisih positifnya untuk mencapai keuntungan yang maksimal.

Perbandingan tingkat produksi kain sutera tenun warna antara kondisi

aktual dan kondisi optimal pada skenario 2 dapat dilihat pada Tabel 55.

Tabel 55. Perbandingan Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal Skenario 2

Produksi Kain Sutera Tenun Warna Pada CV Batu Gede

Produksi Tenun Warna Variabel

Aktual

(m)

Optimal

(m)

Perubahan

Tahun Bulan Selisih (m) Persentase (m)

2007

September X21 27,1 27,1 0,0 0,00

Oktober X22 27,7 27,7 0,0 0,00

Nopember X23 26,3 26,3 0,0 0,00

Desember X24 25,2 25,2 0,0 0,00

2008

Januari X25 27,4 27,4 0,0 0,00

Februari X26 24,6 24,6 0,0 0,00

Maret X27 26,4 26,4 0,0 0,00

April X28 26,5 26,7 -0,2 -0,75

Mei X29 27,0 27,0 0,0 0,00

Juni X210 27,5 27,5 0,0 0,00

Juli X211 28,9 28,9 0,0 0,00

Agustus X212 27,9 27,9 0,0 0,00

Sama halnya dengan produksi kain sutera dobby, pada Tabel 55

menunjukkan bahwa produksi aktual kain tenun warna perusahaan secara

keseluruhan hampir sama dengan kondisi optimal pada skenario 2. Hal ini berarti

pengurangan tenaga kerja langsung tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi

aktual perusahaan. Tetapi, kondisi optimal produksi kain sutera tenun warna pada

skenario 2 lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Hal ini

menunjukkan perusahaan harus lebih fokus terhadap produksi kain sutera dobby

untuk mencapai keuntungan yang maksimal.

Pengurangan jam kerja tenaga kerja langsung pada skenario 2

mengakibatkan berkurangnya keuntungan optimal. Keuntungan kondisi optimal

awal yaitu sebesar Rp 86.826.900,00 sedangkan keuntungan optimal pada

Page 140: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

121

skenario 2 adalah Rp 82.893.570,00. Namun jika dibandingkan dengan kondisi

optimal skenario 1 dan kondisi aktual perusahaan, nilai keuntungan optimal pada

skenario 2 lebih tinggi.

Status penggunaan sumberdaya pada hasil analisis post optimal skenario 2

tidak terdapat perubahan dari kondisi optimal awal. Sumberdaya yang berstatus

berlebih atau kendala tidak aktif yaitu bahan baku jenis benang pakan, benang

lungsi, bahan pembantu soda as, dan zat pewarna. Sedangkan sumberdaya yang

berstatus langka atau kendala aktif adalah ketersediaan jam kerja tenaga kerja

langsung dan jam kerja ATBM. Namun status untuk kendala permintaan pasar

kain dobby berubah dari status kendala pembatas menjadi bukan pembatas. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya nilai slack or surplus yang positif dan nilai dualnya

nol. Artinya tingkat permintaan pasar untuk kain jenis dobby tidak mempengaruhi

keuntungan atau fungsi tujuan perusahaan pada saat kondisi skenario 2.

Batas kenaikan dan penurunan nilai koefisien fungsi tujuan pada hasil

analisis post optimal skenario 2 mengalami beberapa perubahan dari kondisi

optimal awal. Nilai batas kenaikan (allowable increase) koefisien tujuan untuk

produk kain sutera dobby secara keseluruhan berubah dari tak terhingga (infinity)

menjadi sebesar nilai-nilai tertentu sedangkan nilai batas penurunannya

(allowable decrease) mengalami peningkatan. Sebaliknya, nilai batas kenaikan

koefisien tujuan untuk produk kain sutera tenun warna secara keseluruhan

mengalami peningkatan sedangkan nilai batas penurunannya mengalami

penurunan dari kondisi optimal awal. Artinya, nilai koefisien fungsi tujuan

semakin peka berubah terhadap meningkatnya nilai keuntungan kain sutera dobby

dan menurunnya nilai keuntungan kain sutera tenun warna.

Nilai selang kepekaan terhadap sumberdaya pada skenario 2 yang berubah

secara signifikan dari kondisi optimal awal yaitu ketersediaan jam kerja tenaga

kerja langsung, ketersediaan jam kerja ATBM dan permintaan pasar. Nilai selang

kepekaan ketersediaan jam kerja tenaga kerja langsung dan jam kerja ATBM

semakin sempit dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Hal ini menunjukkan

pada scenario 2, apabila ketersediaan jam kerja TKL dan ATBM berubah maka

akan semakin peka merubah kondisi optimal. Pada permintaan pasar, perubahan

terjadi pada permintaan untuk kain jenis dobby. Permintaaan dobby pada kondisi

Page 141: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

122

skenario 2 menunjukkan nilai batas kenaikan yang tidak terhingga (infinity)

dimana pada kondisi optimal awal permintaan pasar terdapat nilai tertentu pada

batas kenaikannya. Hal ini menunjukkan status permintaan kain dobby berubah

dari kendala pembatas menjadi bukan pembatas.

Secara keseluruhan, perubahan pada skenario 2 yang mempengaruhi nilai

sebelah kanan fungsi kendala dan jumlah produksi optimal awal perusahaan hanya

pada kendala permintaan dobby. Hal ini memberikan informasi kepada

perusahaan bahwa dengan adanya pengurangan tenaga kerja langsung untuk

produksi kain tenun warna perusahaan harus dapat mengendalikan produksinya

dan memanfaatkan seluruh ketersediaan sumberdaya yang dimilikinya untuk

mencapai keuntungan yang maksimal.

6.6.3 Skenario 3

Pada analisis post optimal skenario 3, model solusi optimal di uji dengan

menggabungkan asumsi skenario 1 dan 2, yaitu menaikkan total biaya bahan baku

(benang sutera) sebesar 20 persen dan menurunkan jumlah tenaga kerja langsung

untuk produksi kain tenun warna menjadi tiga orang. Pada skenario 3 ini, fungsi

tujuan pada model menggunakan asumsi perubahan pada skenario 1 sedangkan

fungsi kendala menggunakan asumsi pada skenario 2. Nilai-nilai koefisien fungsi

tujuan yang diperoleh sama dengan skenario 1 dan nilai-nilai koefisien fungsi

kendala sama dengan skenario 2. Output LINDO hasil analisis post optimal

skenario 3 pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Lampiran 11.

Hasil analisis post optimal skenario 3 menunjukkan perbandingan nilai

produksi aktual dan optimal untuk kain sutera dobby dan tenun warna sama

dengan yang ditunjukkan oleh masing-masing Tabel 54 dan 55 pada hasil analisis

post optimal skenario 2. Namun keuntungan optimal yang diperoleh pada skenario

3 ini berbeda dengan keuntungan optimal pada skenario 1 dan 2. Nilai keuntungan

optimal pada skenario 3 adalah sebesar Rp 75.157.860,00. Nilai ini jauh lebih

rendah dibandingkan nilai keuntungan optimal yang diperoleh dari skenario 1 dan

2 yaitu masing-masing Rp 76.740.350,00 dan Rp 82.893.570,00. Hal ini

dikarenakan model solusi awal pada skenario 3 di uji dengan menggunakan dua

asumsi sekaligus.

Page 142: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

123

Pada hasil nilai slack or surplus dan nilai dual fungsi-fungsi kendala yang

diperoleh dari analisis post optimal skenario 3 menunjukkan status yang tidak

jauh berbeda dengan hasil analisis post optimal skenario 2. Perubahan yang terjadi

hanya pada nilai dual fungsi kendala ketersediaan jam kerja TKL dan jam kerja

ATBM. Pada skenario 3 ini, nilai dual fungsi kendala ketersediaan jam kerja

tenaga kerja langsung mengalami penurunan dan nilai dual fungsi kendala

ketersediaan jam kerja ATBM mengalami kenaikan dari hasil yang ditunjukkan

oleh skenario 2. Hal ini menunjukkan apabila perusahaan menambah jam kerja

TKL sebanyak satu satuan perusahaan masih dapat memperoleh keuntungan

sebesar nilai dualnya walaupun tidak sebesar nilai dual pada skenario 2 dan

apabila perusahaan menambah jam kerja ATBM sebesar satu satuan maka

perusahaan dapat menambahkan keuntungannya sebesar nilai dualnya yang lebih

besar dari hasil skenario 3. Hal ini diduga kenaikan biaya total bahan baku sebesar

20 persen dan pengurangan tenaga kerja langsung produksi kain tenun warna

mengakibatkan perusahaan harus lebih memfokuskan produksi dan

mengefisienkan penggunaan ATBM yang dimilikinya untuk memproduksi kain

sutera tenun dobby agar mencapai keuntungan yang optimal.

Sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan pada model optimalisasi skenario

3 memiliki nilai-nilai batas kenaikan dan penurunan. Walaupun nilai koefisien

fungsi tujuan pada model ini sama dengan nilai fungsi tujuan pada skenario 1,

namun hasil analisis post optimal skenario 3 ini menunjukkan adanya perbedaan

baik pada nilai batas kenaikan atau pada nilai batas penurunannya. Secara

keseluruhan selama periode analisis, nilai batas kenaikan koefisien tujuan

produksi kain sutera dobby pada skenario 3 memiliki nilai sebesar tertentu

dibandingkan dengan hasil skenario 1 yang mencapai tidak terhingga (infinity)

dan untuk produksi kain tenun warna nilai batas penurunannya yang lebih rendah.

Hal ini menunjukkan selang kepekaan nilai koefisien fungsi tujuan pada skenario

3 lebih sempit dibandingkan pada skenario 1. Artinya nilai koefisien fungsi tujuan

produksi kain sutera dobby dan kain tenun warna lebih peka berubah terhadap

kenaikan total biaya bahan baku dan pengurangan tenaga kerja langsung apabila

kedua perubahan tersebut terjadi dalam kurun waktu yang sama.

Page 143: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

124

Untuk nilai sensitivitas sebelah kanan kendala pada skenario 3, secara

keseluruhan sama dengan hasil nilai skenario 2. Hal ini dikarenakan fungsi

kendala model di uji dengan menggunakan asumsi yang sama dengan skenario 2

yaitu mengurangi jumlah TKL, sehingga koefisien fungsi sebelah kanan kendala

berubah dari kondisi optimal awal. Kendala yang menjadi pembatas adalah

kendala ketersediaan jam kerja TKL dan jam kerja ATBM, artinya kedua kendala

memiliki nilai batas kenaikan atau penurunan sebesar tertentu. Secara

keseluruhan, hasil analisis post optimal skenario 3 menunjukkan informasi kepada

perusahaan untuk lebih mengendalikan produksinya dengan mengefisienkan

sumberdaya yang dimilikinya terutama bahan baku, TKL dan ATBM.

6.7 Perbandingan Kondisi Aktual Perusahaan, Optimal Awal, Post Optimal

Skenario 1, 2 dan 3

Berdasarkan analisis optimalisasi produksi yang dilakukan, maka hasil

kombinasi output produksi kain sutera pada CV Batu Gede dengan menggunakan

kombinasi input yang dimiliki perusahaan pada solusi optimal awal dan dengan

melakukan perubahan pada kombinasi input termasuk biaya total bahan baku serta

jam kerja tenaga kerja langsung terdapat perbedaan. Perbedaan atau perbandingan

hasil kombinasi output antara kondisi aktual, solusi optimal dan skenario post

optimal dapat dilihat pada Tabel 56.

Pada Tabel 56 menunjukkan bahwa jumlah kombinasi produksi optimal

berbeda dengan kondisi aktual. Jumlah produksi kain sutera jenis dobby pada

solusi optimal lebih besar dibandingkan dengan jumlah produksi aktualnya.

Sedangkan jumlah produksi kain sutera jenis tenun warna pada solusi optimal

menunjukkan jumlah yang lebih kecil dari jumlah produksi aktualnya.

Kombinasi jumlah produksi pada kondisi skenario 1 tidak berbeda dengan

kondisi solusi awal. Artinya, perubahan kenaikan biaya total bahan baku benang

sutera pada skenario 1 masih berada pada selang kepekaan solusi awal. Selain itu,

presentase biaya bahan baku masih kecil terhadap biaya total produksi sehingga

tidak terlalu berpengaruh terhadap solusi optimal awal. Sedangkan kombinasi

jumlah produksi pada kondisi skenario 2 dan 3 hampir sama dengan kondisi

aktual perusahaan. Hal ini menunjukkan perusahaan tetap harus fokus pada

produksi kain sutera jenis dobby untuk mencapai kondisi optimal.

Page 144: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Tabel 56. Perbandingan Kombinasi Produksi dan Nilai Keuntungan antara Kondisi Aktual, Optimal Awal, Skenario 1, Skenario 2

serta Skenario 3

Tahun Bulan

Aktual Optimal Awal Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3

Dobby

(m)

Warna

(m)

Dobby

(m)

Warna

(m)

Dobby

(m)

Warna

(m)

Dobby

(m)

Warna

(m)

Dobby

(m)

Warna

(m)

2007

September 81,4 27,1 93,6 23,0 93,6 23,0 81,4 27,1 81,5 27,1

Oktober 83,1 27,7 95,6 23,5 95,6 23,5 83,1 27,7 83,1 27,7

Nopember 78,9 26,3 90,7 22,4 90,7 22,3 78,9 26,3 78,9 26,3

Desember 75,5 25,2 86,9 21,4 86,9 21,4 75,5 25,2 75,5 25,2

2008

Januari 82,2 27,4 94,5 23,3 94,5 23,3 81,9 27,4 81,9 27,5

Februari 73,7 24,6 84,7 20,9 84,7 20,9 73.,7 24,6 73,7 24,6

Maret 79,1 26,4 91,0 22,4 91,0 22,4 79,1 26,4 79,1 26,4

April 79,4 26,5 91,3 22,5 91,3 22,5 79,1 26,7 79,1 26,6

Mei 80,9 27,0 93,1 22,9 93,1 22,9 80,9 27,0 80,9 27,0

Juni 82,6 27,5 95,0 23,4 95,0 23,4 82,7 27,5 82,7 27,5

Juli 86,6 28,9 99,5 24,6 99,5 24,6 86,5 28,9 86,5 28,9

Agustus 83,6 27,9 96,2 23,7 96,2 23,7 83,6 27,9 83,6 27,9

Keuntungan Rp 82.862.122,62 Rp 85.057.260,00 Rp 76.740.350,00 Rp 82.893.570,00 Rp 75.157.860,00

Page 145: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

71

Secara keseluruhan, perbandingan nilai keuntungan pada Tabel 56

menunjukkan nilai terendah pada hasil post optimal skenario 3. Hal ini

dikarenakan kenaikan biaya bahan baku benang sutera dan pengurangan jam kerja

tenaga kerja langsung yang terjadi secara bersamaan menyebabkan keuntungan

optimal semakin menurun. Namun dari dua perubahan yang terjadi, nilai

keuntungan yang paling rendah terjadi ketika adanya kenaikan total biaya bahan

baku benang sutera sebesar 20 persen (skenario 1). Pada skenario 1 tersebut dapat

juga dilihat perubahan kombinasi jumlah produksi yang signifikan terhadap

kondisi aktual perusahaan dan hampir sama dengan kombinasi produksi pada

solusi optimal awal. Maka dari itu, hasil analisis post optimal menunjukkan

bahwa model optimalisasi produksi kain sutera pada CV Batu Gede lebih peka

berubah terhadap perubahan yang terjadi akibat adanya kenaikan biaya bahan

baku benang sutera.

Page 146: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian optimalisasi produksi kain sutera yang

dilakukan pada CV Batu Gede Bogor serta tujuan dari penelitian, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kombinasi atau jenis kain sutera yang diproduksi CV Batu Gede untuk

mencapai kondisi optimal sama dengan jenis kain sutera yang diproduksi

pada kondisi aktual yaitu jenis kain sutera dobby dan tenun warna. Sedangkan

jumlah atau kuantitas produk optimal berbeda dengan kondisi awal karena

pada saat pengolahan model optimalisasi dengan LINDO, jumlah produk

yang memiliki potensi keuntungan lebih tinggi akan lebih banyak. Dalam hal

ini, produk yang lebih berpotensi mencapai keuntungan optimal adalah kain

sutera jenis dobby.

2. Penggunaan sumberdaya pada CV Batu Gede belum efisien dilihat dari

adanya perbedaan penggunaan sumberdaya antara kondisi aktual dan optimal.

Sumberdaya yang berstatus berlebih pada perusahaan adalah bahan baku

(benang pakan dan lungsi), dan bahan pembantu (soda as dan zat pewarna).

Sedangkan sumberdaya yang berstatus aktif atau langka adalah jam kerja

tenaga kerja langsung (TKL) produksi dan jam kerja Alat Tenun Bukan

Mesin (ATBM). Permintaan kain sutera dobby pada perusahaan digunakan

sebagai pembatas produksi untuk memenuhi permintaan kain sutera tenun

warna yang belum terpenuhi.

3. Keuntungan aktual perusahaan selama periode analisis (12 bulan) adalah

sebesar Rp 82.862.122,62. Sedangkan keuntungan yang masih dapat dicapai

perusahaan pada kondisi optimal adalah sebesar Rp 85.057.260,00. Artinya,

perusahaan akan memperoleh keuntungan tambahan sebesar Rp 2.195.137,38

selama periode 12 bulan.

4. Berdasarkan perubahan yang dilakukan untuk menguji solusi optimal awal

dengan menggunakan tiga skenario, yaitu peningkatan biaya bahan baku

(benang sutera) sebesar 20 persen, pengurangan TKL produksi kain tenun

warna menjadi tiga orang, dan penggabungan keduanya. Maka keuntungan

optimal yang diperoleh berubah terhadap kondisi optimal awal, namun

Page 147: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

128

keuntungan optimal dari ketiga skenario tersebut masih lebih kecil

dibandingkan dengan keuntungan solusi optimal awal. Hal ini menunjukkan

perubahan yang terjadi masih berada pada nilai selang kepekaan solusi

optimal awal.

5. Nilai keuntungan optimal pada skenario 1 adalah sebesar Rp 76.740.350,00.

Keuntungan optimal tersebut masih lebih rendah dari keuntungan kondisi

aktual dan optimal awal, sehingga tidak merubah solusi optimal awal. Nilai

keuntungan optimal pada skenario 2 yaitu Rp 82.893.570,00. Jumlah

keuntungan pada skenario 2 tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan

kondisi aktual perusahaan, maka dari itu solusi optimal pun berubah dari

solusi optimal awal.

6. Nilai keuntungan optimal terendah terjadi pada skenario 3 yaitu sebesar

Rp75.157.860,00. Hal ini dikarenakan kenaikan biaya bahan baku benang

sutera dan pengurangan jam kerja tenaga kerja langsung yang terjadi secara

bersamaan pada skenario 3 menyebabkan keuntungan optimal semakin

menurun. Oleh karena itu, optimalisasi produksi kain sutera pada CV Batu

Gede lebih peka berubah terhadap perubahan yang terjadi akibat adanya

kenaikan biaya bahan baku benang sutera.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat dipertimbangkan

perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan diharapkan lebih fokus pada produksi kain sutera jenis dobby

karena kontribusi penerimaan keuntungan lebih maksimal diperoleh dari

produk jenis dobby dengan melihat dari segi kapasitas produksi perusahaan

dan permintaan pasar yang ada.

2. Perusahaan sebaiknya dapat menggunakan kelebihan ketersediaan

sumberdaya yang dimiliki yaitu bahan baku (benang pakan dan lungsi), bahan

pembantu (soda as dan zat pewarna) sehingga pemanfaatanya akan lebih

efisien dengan cara melakukan perencanaan produksi berdasarkan hasil

optimalisasi yang telah dilakukan.

3. Penambahan jam kerja tenaga kerja langsung (TKL) dan Alat Tenun Bukan

Mesin (ATBM) yang merupakan sumberdaya langka akan lebih

memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Page 148: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, M.D. 2007. Optimalisasi Produksi Sayuran Hidroponik PT Saung Mirwan di

Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung Bogor. Skripsi. Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Balai Persuteraan Alam. 1997. Laporan Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan.

Gowa.Http://www.dishut.sulselprov.go.id/balai-persuteraan-alam-sulsel.htm

[28 Agustus 2008]

Beattie, B.R. dan C.R Taylor. 1996. Ekonomi Produksi. Terjemahan. Gajah Mada

University Press, Yogyakarta.

Buffa, E.S. dan R.K. Sarin. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern.

Terjemahan. Edisi Kedelapan. Jilid I. Binarupa Aksara, Jakarta.

Direktorat Bina Perhutanan Sosial. 2008. Pembinaan dan Pengembangan

Persuteraan Alam Nasional dengan Pendekatan Klaster. Jakarta.

Hafsah, N.I. 2007. Optimalisasi Produksi Kain Sutera Alam pada Koperasi Warga

Sejahtera Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis. Skripsi. Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Handoko, T.H. 1997. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama.

Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Hikmah, L.N. 2007. Optimalisasi Produksi Sepatu di Perusahaan Defanada,

Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Joesron, T.S. dan M. Fathorozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro : Dilengkapi Beberapa

Bentuk Fungsi Produksi. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta.

Lipsey, R.G., P.N. Courant, D.D. Purvis dan P.O. Steiner. 1995. Pengantar Mikro

Ekonomi. Terjemahan. Edisi Kesepuluh. Jilid I. Binarupa Aksara, Jakarta.

Maryati, S. 2008. Optimalisasi Produksi Bibit tanaman Hias PT Inggu Laut Abadi

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor, Bogor

Muflikh, M. 2003. Nilai Tambah Pengolahan dan Optimalisasi Produksi Kain

Tenun Sutera Alam Di Perusahaan “Aman Sahuri”. Skripsi. Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mulyono, S. 1991. Operation Research. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta.

Nasendi, B.D. dan A. Anwar. 1985. Program Linier dan Variasinya. PT Gramedia,

Jakarta.

Nicholson, W. 1991. Teori Mikro Ekonomi. Edisi Kesepuluh. Jilid I. Binarupa

Aksara, Jakarta.

Page 149: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

130

Nicholson, W. 1994. Teori Mikro Ekonomi Prinsip Dasar dan Pengembangan.

Cetakan Ketiga. Terjemahan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi

Kedelapan. Erlangga, Jakarta.

Purwaningsih, D.A. 2001. Optimalisasi Benih Hortikultura Sang Hyang Seri

Selection di PT Sang Hyang Seri Regional Manager I UPPB Sukamandi,

Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sastrawan, U. 2006. Optimalisasi Produksi Obat Tradisional pada KTO Enggal

Damang Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat.

Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soekartawi. 1995. Linear Programming : Teori dan Aplikasinya Khususnya dalam

Bidang Pertanian. Rajawali Press, Jakarta.

Sudarsono. 1984. Pengantar Ekonomi Mikro. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan

Penerangan Ekonomi Sosial, Jakarta.

Supranto, J. 1988. Riset Operasi : Untuk Pengambilan Keputusan. Penerbit

Universitas Indonesia, Jakarta.

Suntana, A. 2008. Mulberry and Silkworm. Http://feeds.feddburner.com/%7Er

/MulberrySilkworm/%7E6/2. [28 Agustus 2008].

Taha. 1996. Riset Operasi, Suatu Pengantar. Bina Binarupa Aksara, Jakarta.

Page 150: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

LAMPIRAN

Page 151: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Lampiran 1. Struktur Organisasi CV Batu Gede

Keterangan :

= Garis Wewenang dan Tanggung Jawab

CV Batu Gede Bogor

Pemilik / Pimpinan

Administrasi

Unit

Agribisnis

Unit

Agrowisata

Unit

Diklat

Budidaya

Murbei

Produksi

Kain Sutera

Petani Sutera TK Langsung

Page 152: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Lampiran 2. Rincian Kebutuhan Biaya Bahan Baku untuk Produksi Kain

Sutera pada CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Kebutuhan Bahan Baku untuk Dobby (Kg)

Biaya (Rp) Benang Pakan Benang Lungsi Jumlah

2007

September 6,1 2,0 8,1 2.441.250,00

Oktober 6,2 2,1 8,3 2.493.000,00

Nopember 5,9 2,0 7,9 2.367.000,00

Desember 5,7 1,9 7,6 2.265.750,00

2008

Januari 6,2 2,1 8,3 2.466.000,00

Februari 5,5 1,8 7,3 2.209.500,00

Maret 5,9 2,0 7,9 2.373.750,00

April 6,0 2,0 7,9 2.380.500,00

Mei 6,1 2,0 8,1 2.427.750,00

Juni 6,2 2,1 8,3 2.477.250,00

Juli 6,5 2,2 8,7 2.596.500,00

Agustus 6,3 2,1 8,4 2.508.750,00

Jumlah 29.007.000,00

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Tahun Bulan Kebutuhan Bahan Baku untuk Kain Warna (Kg)

Biaya (Rp) Benang Pakan Benang Lungsi Jumlah

2007

September 2,0 0,7 2,7 813.750,00

Oktober 2,1 0,7 2,8 831.000,00

Nopember 2,0 0,7 2,7 789.000,00

Desember 1,9 0,6 2,5 755.250,00

2008

Januari 2,1 0,7 2,8 822.000,00

Februari 1,8 0,6 2,4 736.500,00

Maret 2,0 0,7 2,7 791.250,00

April 2,0 0,7 2,7 793.500,00

Mei 2,0 0,7 2,7 809.250,00

Juni 2,1 0,7 2,8 825.750,00

Juli 2,2 0,7 2,9 865.500,00

Agustus 2,1 0,7 2,8 836.250,00

Jumlah 9.669.000,00

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Page 153: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Lampiran 3. Rincian Kebutuhan Biaya Bahan Pembantu Produksi Kain

Sutera pada CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan

Biaya Bahan Pembantu Produksi Kain Dobby Periode 12 Bulan (Rp)

Tahun Bulan Soda As Kazesol Natrium

silikat

Hidrogen

peroksida Total

2007

September 35.805,00 3.661,88 1.017,19 203,44 40.687,50

Oktober 36.564,00 3.739,50 1.038,75 207,75 41.550,00

Nopember 34.716,00 3.550,50 986,25 197,25 39.450,00

Desember 33.231,00 3.398,63 944,06 188,81 37.762,50

2008

Januari 36.168,00 3.699,00 1.027,50 205,50 41.100,00

Februari 32.406,00 3.314,25 920,63 184,13 36.825,00

Maret 34.815,00 3.560,63 989,06 197,81 39.562,50

April 34.914,00 3.570,75 991,88 198,38 39.675,00

Mei 35.607,00 3.641,63 1.011,56 202,31 40.462,50

Juni 36.333,00 3.715,88 1.032,19 206,44 41.287,50

Juli 38.082,00 3.894,75 1.081,88 216,38 43.275,00

Agustus 36.795,00 3.763,13 1.045,31 209,06 41.812,50

Jumlah 483.450,00

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Biaya Bahan Pembantu Produksi Kain Tenun Warna Periode 12 Bulan (Rp)

Tahun Bulan Soda As Kazesol Natrium

silikat

Hidrogen

peroksida

Zat

Warna Total

2007

September 11.935,00 1.220,63 339,06 67,81 678,13 14.240,63

Oktober 12.188,00 1.246,50 346,25 69,25 692,50 14.542,50

Nopember 11.572,00 1.183,50 328,75 65,75 657,50 13.807,50

Desember 11.077,00 1.132,88 314,69 62,94 629,38 13.216,88

2008

Januari 12.056,00 1.233,00 342,50 68,50 685,00 14.385,00

Februari 10.802,00 1.104,75 306,88 61,38 613,75 12.888,75

Maret 11.605,00 1.186,88 329,69 65,94 659,38 13.846,88

April 11.638,00 1.190,25 330,63 66,13 661,25 13.886,25

Mei 11.869,00 1.213,88 337,19 67,44 674,38 14.161,88

Juni 12.111,00 1.238,63 344,06 68,81 688,13 14.450,63

Juli 12.694,00 1.298,25 360,63 72,13 721,25 15.146,25

Agustus 12.265,00 1.254,38 348,44 69,69 696,88 14.634,38

Jumlah 169.207,50

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Page 154: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Lampiran 4. Rincian Kebutuhan Biaya Tenaga Kerja Langsung Produksi (TKL) Kain Sutera pada CV Batu Gede Bogor Selama

Periode 12 Bulan

Biaya Tenaga Kerja Langsung Produksi Kain Dobby (Rp)

Tahun Bulan Degumming Benang Pengelosan Pemaletan Penghanian Pencucukan Penenunan Degumming Kain Total

2007

September 40.687,50 40.687,50 40.687,50 40.687,50 40.687,50 813.750,00 40.687,50 1.057.875,00

Oktober 41.550,00 41.550,00 41.550,00 41.550,00 41.550,00 831.000,00 41.550,00 1.080.300,00

Nopember 39.450,00 39.450,00 39.450,00 39.450,00 39.450,00 789.000,00 39.450,00 1.025.700,00

Desember 37.762,50 37.762,50 37.762,50 37.762,50 37.762,50 755.250,00 37.762,50 981.825,00

2008

Januari 41.100,00 41.100,00 41.100,00 41.100,00 41.100,00 822.000,00 41.100,00 1.068.600,00

Februari 36.825,00 36.825,00 36.825,00 36.825,00 36.825,00 736.500,00 36.825,00 957.450,00

Maret 39.562,50 39.562,50 39.562,50 39.562,50 39.562,50 791.250,00 39.562,50 1.028.625,00

April 39.675,00 39.675,00 39.675,00 39.675,00 39.675,00 793.500,00 39.675,00 1.031.550,00

Mei 40.462,50 40.462,50 40.462,50 40.462,50 40.462,50 809.250,00 40.462,50 1.052.025,00

Juni 41.287,50 41.287,50 41.287,50 41.287,50 41.287,50 825.750,00 41.287,50 1.073.475,00

Juli 43.275,00 43.275,00 43.275,00 43.275,00 43.275,00 865.500,00 43.275,00 1.125.150,00

Agustus 41.812,50 41.812,50 41.812,50 41.812,50 41.812,50 836.250,00 41.812,50 1.087.125,00

Jumlah 12.569.700,00

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Page 155: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Biaya Tenaga Kerja Langsung Produksi Kain Tenun Warna (Rp)

Tahun Bulan Degumming Benang Pengelosan Pemaletan Penghanian Pencucukan Penenunan Pewarnaan Degumming Kain Total

2007

September 13.562,50 13.562,50 13.562,50 13.562,50 13.562,50 271.250,00 54.250,00 13.562,50 406.875,00

Oktober 13.850,00 13.850,00 13.850,00 13.850,00 13.850,00 277.000,00 55.400,00 13.850,00 415.500,00

Nopember 13.150,00 13.150,00 13.150,00 13.150,00 13.150,00 263.000,00 52.600,00 13.150,00 394.500,00

Desember 12.587,50 12.587,50 12.587,50 12.587,50 12.587,50 251.750,00 50.350,00 12.587,50 377.625,00

2008

Januari 13.700,00 13.700,00 13.700,00 13.700,00 13.700,00 274.000,00 54.800,00 13.700,00 411.000,00

Februari 12.275,00 12.275,00 12.275,00 12.275,00 12.275,00 245.500,00 49.100,00 12.275,00 368.250,00

Maret 13.187,50 13.187,50 13.187,50 13.187,50 13.187,50 263.750,00 52.750,00 13.187,50 395.625,00

April 13.225,00 13.225,00 13.225,00 13.225,00 13.225,00 264.500,00 52.900,00 13.225,00 396.750,00

Mei 13.487,50 13.487,50 13.487,50 13.487,50 13.487,50 269.750,00 53.950,00 13.487,50 404.625,00

Juni 13.762,50 13.762,50 13.762,50 13.762,50 13.762,50 275.250,00 55.050,00 13.762,50 412.875,00

Juli 14.425,00 14.425,00 14.425,00 14.425,00 14.425,00 288.500,00 57.700,00 14.425,00 432.750,00

Agustus 13.937,50 13.937,50 13.937,50 13.937,50 13.937,50 278.750,00 55.750,00 13.937,50 418.125,00

Jumlah 4.834.500,00

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Page 156: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Lampiran 5. Rincian Biaya Produksi Tidak Langsung pada CV Batu Gede

Bogor Selama Periode 12 Bulan

Tahun Bulan Tenaga Kerja (Rp)

Listrik (Rp) Telepon (Rp) Administrasi Supir

2007

September 1.100.000,00 900.000,00 265.050,50 320.575,00

Oktober 1.100.000,00 900.000,00 266.375,75 322.177,88

Nopember 1.100.000,00 900.000,00 267.707,63 323.788,76

Desember 1.100.000,00 900.000,00 269.046,17 325.407,71

2008

Januari 1.100.000,00 900.000,00 270.391,40 327.034,75

Februari 1.100.000,00 900.000,00 271.743,36 328.669,92

Maret 1.100.000,00 900.000,00 273.102,07 330.313,27

April 1.100.000,00 900.000,00 274.467,58 331.964,84

Mei 1.100.000,00 900.000,00 275.839,92 333.624,66

Juni 1.100.000,00 900.000,00 277.219,12 335.292,78

Juli 1.100.000,00 900.000,00 278.605,22 336.969,25

Agustus 1.100.000,00 900.000,00 279.998,24 338.654,09

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Page 157: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Lampiran 6. Perolehan Keuntungan Penjualan Kain Sutera pada CV Batu

Gede Bogor Selama Periode 12 bulan

Keuntungan Penjualan Kain Dobby

Tahun Bulan Penerimaan (Rp) Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp)

2007

September 8.951.250,00 4.832.625,25 4.118.624,75

Oktober 9.141.000,00 4.909.126,81 4.231.873,19

Nopember 8.679.000,00 4.727.898,20 3.951.101,80

Desember 8.307.750,00 4.582.564,44 3.725.185,56

2008

Januari 9.042.000,00 4.874.413,07 4.167.586,93

Februari 8.101.500,00 4.503.981,64 3.597.518,36

Maret 8.703.750,00 4.743.645,17 3.960.104,83

April 8.728.500,00 4.754.941,21 3.973.558,79

Mei 8.901.750,00 4.824.969,79 4.076.780,21

Juni 9.083.250,00 4.898.268,45 4.184.981,55

Juli 9.520.500,00 5.072.712,23 4.447.787,77

Agustus 9.198.750,00 4.947.013,67 4.251.736,33

Jumlah 48.686.840,06

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Keuntungan Penjualan Kain Tenun Warna

Tahun Bulan Penerimaan (Rp) Pengeluaran (Rp) Keuntungan (Rp)

2007

September 5.425.000,00 2.527.678,38 2.897.321,63

Oktober 5.540.000,00 2.555.319,31 2.984.680,69

Nopember 5.260.000,00 2.493.055,70 2.766.944,30

Desember 5.035.000,00 2.443.318,81 2.591.681,19

2008

Januari 5.480.000,00 2.546.098,07 2.933.901,93

Februari 4.910.000,00 2.417.845,39 2.492.154,61

Maret 5.275.000,00 2.502.429,55 2.772.570,45

April 5.290.000,00 2.507.352,46 2.782.647,54

Mei 5.395.000,00 2.532.769,17 2.862.230,83

Juni 5.505.000,00 2.559.331,58 2.945.668,42

Juli 5.770.000,00 2.621.183,48 3.148.816,52

Agustus 5.575.000,00 2.578.335,54 2.996.664,46

Jumlah 34.175.282,56

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Page 158: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

Lampiran 7. Perhitungan Nilai Keuntungan Penjualan Kain Sutera per

Meter pada CV Batu Gede Bogor Periode 12 Bulan

Tahun Bulan

Kain Dobby

A. Penjualan

Produksi (m)

B. Keuntungan

Penjualan (Rp)

C. Keuntungan per

meter (B/A) (Rp)

2007

September 81,4 4.118.624,75 50.612,90

Oktober 83,1 4.231.873,19 50.925,07

Nopember 78,9 3.951.101,80 50.077,34

Desember 75,5 3.725.185,56 49.323,87

2008

Januari 82,2 4.167.586,93 50.700,57

Februari 73,7 3.597.518,36 48.846,14

Maret 79,1 3.960.104,83 50.048,72

April 79,4 3.973.558,79 50.076,36

Mei 80,9 4.076.780,21 50.377,27

Juni 82,6 4.184.981,55 50.680,98

Juli 86,6 4.447.787,77 51.389,81

Agustus 83,6 4.251.736,33 50.842,89

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Tahun Bulan

Kain Tenun Warna

A. Penjualan

Produksi (m)

B. Keuntungan

Penjualan (Rp)

C. Keuntungan per

meter (B/A) (Rp)

2007

September 27,1 2.897.321,63 106.813,70

Oktober 27,7 2.984.680,69 107.750,21

Nopember 26,3 2.766.944,30 105.207,01

Desember 25,2 2.591.681,19 102.946,62

2008

Januari 27,4 2.933.901,93 107.076,71

Februari 24,6 2.492.154,61 101.513,43

Maret 26,4 2.772.570,45 105.121,15

April 26,5 2.782.647,54 105.204,07

Mei 27,0 2.862.230,83 106.106,80

Juni 27,5 2.945.668,42 107.017,93

Juli 28,9 3.148.816,52 109.144,42

Agustus 27,9 2.996.664,46 107.503,66

Sumber : CV Batu Gede Bogor, 2008 (diolah)

Page 159: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

140

Lampiran 8. Output LINDO Solusi Optimal Awal Pada CV Batu Gede

MAX

1) 50612.90X11 + 50925.07X12 + 50077.34X13 + 49323.87X14 + 50700.57X15 + 48846.14X16 +

50048.72X17 + 50076.36X18 + 50377.27X19 + 50680.98X110 + 51389.81X111 + 50842.89X112 +

106813.70X21 + 107750.21X22 + 105207.01X23 + 102946.62X24 + 107076.71X25 +

101513.43X26 + 105121.15X27 + 105204.07X28 + 106106.80X29 + 107017.93X210 +

109144.42X211+ 107503.66X212

SUBJECT TO

2) 0.075X11+0.075X21<=12.50

3) 0.075X12+0.075X22<=12.67

4) 0.075X13+0.075X23<=14.44

5) 0.075X14+0.075X24<=14.72

6) 0.075X15+0.075X25<=16.33

7) 0.075X16+0.075X26<=13.26

8) 0.075X17+0.075X27<=14.44

9) 0.075X18+0.075X28<=14.55

10) 0.075X19+0.075X29<=17.27

11) 0.075X110+0.075X210<=17.34

12) 0.075X111+0.075X211<=17.48

13) 0.075X112+0.075X212<=16.54

14) 0.025X11+0.025X21<=3.50

15) 0.025X12+0.025X22<=3.56

16) 0.025X13+0.025X23<=5.42

17) 0.025X14+0.025X24<=7.31

18) 0.025X15+0.025X25<=9.53

19) 0.025X16+0.025X26<=9.24

20) 0.025X17+0.025X27<=9.43

21) 0.025X18+0.025X28<=9.43

22) 0.025X19+0.025X29<=9.49

23) 0.025X110+0.025X210<=9.54

24) 0.025X111+0.025X211<=9.67

25) 0.025X112+0.025X212<=6.79

26) 0.005X11+0.005X21<=1.25

27) 0.005X12+0.005X22<=1.26

28) 0.005X13+0.005X23<=1.23

29) 0.005X14+0.005X24<=2.21

30) 0.005X15+0.005X25<=2.26

31) 0.005X16+0.005X26<=2.20

32) 0.005X17+0.005X27<=2.24

33) 0.005X18+0.005X28<=2.24

34) 0.005X19+0.005X29<=3.25

35) 0.005X110+0.005X210<=3.26

36) 0.005X111+0.005X211<=3.28

37) 0.005X112+0.005X212<=2.71

38) 0.005X21<=0.50

39) 0.005X22<=0.50

40) 0.005X23<=0.50

41) 0.005X24<=0.49

42) 0.005X25<=0.50

43) 0.005X26<=0.49

44) 0.005X27<=0.50

45) 0.005X28<=0.50

46) 0.005X29<=0.50

47) 0.005X210<=0.50

48) 0.005X211<=0.51

49) 0.005X212<=0.50

50) 10.75X11+32.29X21<=1750

Page 160: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

141

51) 10.95X12+32.85X22<=1820

52) 11.09X13+33.27X23<1750

53) 12.05X14+36.11X24<=1820

54) 11.07X15+33.21X25<=1820

55) 11.40X16+34.15X26<=1680

56) 11.50X17+34.47X27<=1820

57) 11.02X18+33.02X28<=1750

58) 11.25X19+33.70X29<=1820

59) 10.59X110+31.82X210<=1750

60) 10.51X111+31.49X211<=1820

61) 10.89X112+32.62X212<=1820

62) 2.15X11+6.46X21<=350

63) 2.19X12+6.57X22<=364

64) 2.22X13+6.65X23<=350

65) 2.41X14+7.22X24<=364

66) 2.21X15+6.64X25<=364

67) 2.28X16+6.83X26<=336

68) 2.30X17+6.89X27<=364

69) 2.20X18+6.60X28<=350

70) 2.25X19+6.74X29<=364

71) 2.12X110+6.36X210<=350

72) 2.10X111+6.30X211<=364

73) 2.18X112+6.52X212<=364

74) X11<=93.6

75) X12<=95.6

76) X13<=90.7

77) X14<=86.9

78) X15<=94.5

79) X16<=84.7

80) X17<=91.0

81) X18<=91.3

82) X19<=93.1

83) X110<=95.0

84) X111<=99.5

85) X112<=96.2

86) X21<=31.2

87) X22<=31.9

88) X23<=30.2

89) X24<=29.0

90) X25<=31.5

91) X26<=28.2

92) X27<=30.3

93) X28<=30.4

94) X29<=31.0

95) X210<=31.7

96) X211<=33.2

97) X212<=32.1

END

Page 161: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

142

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 24

OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 0.8505726E+08

VARIABLE VALUE REDUCED COST

X11 93.599998 0.000000

X12 95.599998 0.000000

X13 90.699997 0.000000

X14 86.900002 0.000000

X15 94.500000 0.000000

X16 84.699997 0.000000

X17 91.000000 0.000000

X18 91.300003 0.000000

X19 93.099998 0.000000

X110 95.000000 0.000000

X111 99.500000 0.000000

X112 96.199997 0.000000

X21 23.027864 0.000000

X22 23.536682 0.000000

X23 22.352781 0.000000

X24 21.402798 0.000000

X25 23.302771 0.000000

X26 20.920059 0.000000

X27 22.439802 0.000000

X28 22.527983 0.000000

X29 22.926558 0.000000

X210 23.364780 0.000000

X211 24.587330 0.000000

X212 23.663191 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

2) 3.752910 0.000000

3) 3.734749 0.000000

4) 5.961041 0.000000

5) 6.597290 0.000000

6) 7.494792 0.000000

7) 5.338495 0.000000

8) 5.932014 0.000000

9) 6.012901 0.000000

10) 8.568007 0.000000

11) 8.462641 0.000000

12) 8.173450 0.000000

13) 7.550261 0.000000

14) 0.584303 0.000000

15) 0.581583 0.000000

16) 2.593680 0.000000

17) 4.602430 0.000000

18) 6.584931 0.000000

19) 6.599498 0.000000

20) 6.594005 0.000000

21) 6.584301 0.000000

22) 6.589336 0.000000

23) 6.580881 0.000000

24) 6.567817 0.000000

25) 3.793420 0.000000

26) 0.666861 0.000000

27) 0.664317 0.000000

28) 0.664736 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

29) 1.668486 0.000000

30) 1.670986 0.000000

31) 1.671900 0.000000

32) 1.672801 0.000000

33) 1.670860 0.000000

34) 2.669867 0.000000

35) 2.668176 0.000000

36) 2.659563 0.000000

37) 2.110684 0.000000

38) 0.384861 0.000000

39) 0.382317 0.000000

40) 0.388236 0.000000

41) 0.382986 0.000000

42) 0.383486 0.000000

43) 0.385400 0.000000

44) 0.387801 0.000000

45) 0.387360 0.000000

46) 0.385367 0.000000

47) 0.383176 0.000000

48) 0.387063 0.000000

49) 0.381684 0.000000

50) 0.230279 0.000000

51) 0.000000 0.000000

52) 0.459944 0.000000

53) 0.000000 2850.917236

54) 0.000000 3224.230957

55) 0.000000 2972.574707

Page 162: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

143

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

56) 0.000000 3049.641602

57) 0.000000 3186.071289

58) 0.000000 0.000000

59) 0.482704 0.000000

60) 0.000000 3466.002441

61) 0.488736 0.000000

62) 0.000000 16534.628906

63) 0.000000 16400.335938

64) 0.000000 15820.602539

65) 0.042806 0.000000

66) 0.424606 0.000000

67) 0.000000 0.000000

68) 0.089759 0.000000

69) 0.455312 0.000000

70) 0.000000 15742.848633

71) 0.000000 16826.718750

72) 0.149825 0.000000

73) 0.000000 16488.291016

74) 0.000000 15063.449219

75) 0.000000 15008.333008

76) 0.000000 14955.601562

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

COEF INCREASE DECREASE

X11 50612.898438 INFINITY 15063.449219

X12 50925.070312 INFINITY 15008.333008

X13 50077.339844 INFINITY 14955.601562

X14 49323.871094 INFINITY 14970.317383

X15 50700.570312 INFINITY 15008.333008

X16 48846.140625 INFINITY 14958.787109

X17 50048.718750 INFINITY 14977.839844

X18 50076.359375 INFINITY 14965.855469

X19 50377.269531 INFINITY 14955.860352

X110 50680.980469 INFINITY 15008.336914

X111 51389.808594 INFINITY 14962.123047

X112 50842.890625 INFINITY 14898.415039

X21 106813.703125 107.347,771641 45260.410156

X22 107750.210938 108.288,961993 45024.996094

X23 105207.007812 105.733,042851 44799.437500

X24 102946.617188 103.461,350274 44861.257812

X25 107076.710938 107.612,094493 45024.996094

X26 101513.429688 102.020,996836 44810.750000

X27 105121.148438 105.646,754180 44894.445312

X28 105204.070312 105.730,090664 44843.242188

X29 106106.796875 106.637,330859 44801.113281

X210 107017.929688 107.553,019336 45025.007812

X211 109144.421875 109.690,143984 44829.425781

X212 107503.656250 108.041,174531 44558.562500

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

77) 0.000000 14970.317383

78) 0.000000 15008.333008

79) 0.000000 14958.787109

80) 0.000000 14977.839844

81) 0.000000 14965.855469

82) 0.000000 14955.860352

83) 0.000000 15008.336914

84) 0.000000 14962.123047

85) 0.000000 14898.415039

86) 8.172136 0.000000

87) 8.363318 0.000000

88) 7.847218 0.000000

89) 7.597203 0.000000

90) 8.197229 0.000000

91) 7.279942 0.000000

92) 7.860197 0.000000

93) 7.872017 0.000000

94) 8.073442 0.000000

95) 8.335220 0.000000

96) 8.612671 0.000000

97) 8.436810 0.000000

NO. ITERATIONS= 24

Page 163: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

144

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

2 12.500000 INFINITY 3.752910

3 12.670000 INFINITY 3.734749

4 14.440000 INFINITY 5.961041

5 14.720000 INFINITY 6.597290

6 16.330000 INFINITY 7.494792

7 13.260000 INFINITY 5.338495

8 14.440000 INFINITY 5.932014

9 14.550000 INFINITY 6.012901

10 17.270000 INFINITY 8.568007

11 17.340000 INFINITY 8.462641

12 17.480000 INFINITY 8.173450

13 16.540001 INFINITY 7.550261

14 3.500000 INFINITY 0.584303

15 3.560000 INFINITY 0.581583

16 5.420000 INFINITY 2.593680

17 7.310000 INFINITY 4.602430

18 9.530000 INFINITY 6.584931

19 9.240000 INFINITY 6.599498

20 9.430000 INFINITY 6.594005

21 9.430000 INFINITY 6.584301

22 9.490000 INFINITY 6.589336

23 9.540000 INFINITY 6.580881

24 9.670000 INFINITY 6.567817

25 6.790000 INFINITY 3.793420

26 1.250000 INFINITY 0.666861

27 1.260000 INFINITY 0.664317

28 1.230000 INFINITY 0.664736

29 2.210000 INFINITY 1.668486

30 2.260000 INFINITY 1.670986

31 2.200000 INFINITY 1.671900

32 2.240000 INFINITY 1.672801

33 2.240000 INFINITY 1.670860

34 3.250000 INFINITY 2.669867

35 3.260000 INFINITY 2.668176

36 3.280000 INFINITY 2.659563

37 2.710000 INFINITY 2.110684

38 0.500000 INFINITY 0.384861

39 0.500000 INFINITY 0.382317

40 0.500000 INFINITY 0.388236

41 0.490000 INFINITY 0.382986

42 0.500000 INFINITY 0.383486

43 0.490000 INFINITY 0.385400

44 0.500000 INFINITY 0.387801

45 0.500000 INFINITY 0.387360

46 0.500000 INFINITY 0.385367

47 0.500000 INFINITY 0.383176

48 0.510000 INFINITY 0.387063

49 0.500000 INFINITY 0.381684

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

50 1750.000000 INFINITY 0.230279

51 1820.000000 INFINITY 0.000000

52 1750.000000 INFINITY 0.459944

53 1820.000000 0.214087 772.855042

54 1820.000000 2.123667 773.885010

55 1680.000000 0.000000 714.419983

56 1820.000000 0.449057 773.500000

57 1750.000000 2.277939 743.873962

58 1820.000000 INFINITY 0.000000

59 1750.000000 INFINITY 0.482704

60 1820.000000 0.748889 774.255005

61 1820.000000 INFINITY 0.488736

62 350.000000 0.046070 148.760010

63 364.000000 0.000000 154.636002

64 350.000000 0.091934 148.645996

65 364.000000 INFINITY 0.042806

66 364.000000 INFINITY 0.424606

67 336.000000 INFINITY 0.000000

68 364.000000 INFINITY 0.089759

69 350.000000 INFINITY 0.455312

70 364.000000 0.000000 154.524994

71 350.000000 0.096480 148.600006

72 364.000000 INFINITY 0.149825

73 364.000000 0.097687 154.283997

74 93.599998 35.031090 24.554419

75 95.599998 34.894974 25.089954

76 90.699997 66.957657 23.506306

77 86.900002 64.137344 22.766390

78 94.500000 69.908310 24.591688

79 84.699997 62.668423 21.807894

80 91.000000 67.260872 23.560087

81 91.300003 67.502174 23.587477

82 93.099998 68.677780 24.184446

83 95.000000 70.094337 25.005661

84 99.500000 73.668411 25.805235

85 96.199997 70.772476 25.233027

86 31.200001 INFINITY 8.172136

87 31.900000 INFINITY 8.363318

88 30.200001 INFINITY 7.847218

89 29.000000 INFINITY 7.597203

90 31.500000 INFINITY 8.197229

91 28.200001 INFINITY 7.279942

92 30.299999 INFINITY 7.860197

93 30.400000 INFINITY 7.872017

94 31.000000 INFINITY 8.073442

95 31.700001 INFINITY 8.335220

96 33.200001 INFINITY 8.612671

97 32.099998 INFINITY 8.436810

Page 164: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

145

Lampiran 9. Output LINDO Skenario 1 Pada CV Batu Gede

MAX

1) 44612.90X11 + 44925.07X12 + 44077.34X13 + 43323.87X14 + 44700.57X15 + 42846.14X16 +

44048.72X17 + 44076.36X18 + 44377.27X19 + 44680.98X110 + 45389.81X111 + 44842.89X112 +

100813.70X21 + 101750.21X22 + 99207.01X23 + 96946.62X24 + 101076.71X25 + 95513.43X26 +

99121.15X27 + 99204.07X28 + 100106.80X29 + 101017.93X210 + 103144.42X211 +

101503.66X212

SUBJECT TO

2) 0.075X11+0.075X21<=12.50

3) 0.075X12+0.075X22<=12.67

4) 0.075X13+0.075X23<=14.44

5) 0.075X14+0.075X24<=14.72

6) 0.075X15+0.075X25<=16.33

7) 0.075X16+0.075X26<=13.26

8) 0.075X17+0.075X27<=14.44

9) 0.075X18+0.075X28<=14.55

10) 0.075X19+0.075X29<=17.27

11) 0.075X110+0.075X210<=17.34

12) 0.075X111+0.075X211<=17.48

13) 0.075X112+0.075X212<=16.54

14) 0.025X11+0.025X21<=3.50

15) 0.025X12+0.025X22<=3.56

16) 0.025X13+0.025X23<=5.42

17) 0.025X14+0.025X24<=7.31

18) 0.025X15+0.025X25<=9.53

19) 0.025X16+0.025X26<=9.24

20) 0.025X17+0.025X27<=9.43

21) 0.025X18+0.025X28<=9.43

22) 0.025X19+0.025X29<=9.49

23) 0.025X110+0.025X210<=9.54

24) 0.025X111+0.025X211<=9.67

25) 0.025X112+0.025X212<=6.79

26) 0.005X11+0.005X21<=1.25

27) 0.005X12+0.005X22<=1.26

28) 0.005X13+0.005X23<=1.23

29) 0.005X14+0.005X24<=2.21

30) 0.005X15+0.005X25<=2.26

31) 0.005X16+0.005X26<=2.20

32) 0.005X17+0.005X27<=2.24

33) 0.005X18+0.005X28<=2.24

34) 0.005X19+0.005X29<=3.25

35) 0.005X110+0.005X210<=3.26

36) 0.005X111+0.005X211<=3.28

37) 0.005X112+0.005X212<=2.71

38) 0.005X21<=0.50

39) 0.005X22<=0.50

40) 0.005X23<=0.50

41) 0.005X24<=0.49

42) 0.005X25<=0.50

43) 0.005X26<=0.49

44) 0.005X27<=0.50

45) 0.005X28<=0.50

46) 0.005X29<=0.50

47) 0.005X210<=0.50

48) 0.005X211<=0.51

49) 0.005X212<=0.50

Page 165: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

146

50) 10.75X11+32.29X21<=1750

51) 10.95X12+32.85X22<=1820

52) 11.09X13+33.27X23<1750

53) 12.05X14+36.11X24<=1820

54) 11.07X15+33.21X25<=1820

55) 11.40X16+34.15X26<=1680

56) 11.50X17+34.47X27<=1820

57) 11.02X18+33.02X28<=1750

58) 11.25X19+33.70X29<=1820

59) 10.59X110+31.82X210<=1750

60) 10.51X111+31.49X211<=1820

61) 10.89X112+32.62X212<=1820

62) 2.15X11+6.46X21<=350

63) 2.19X12+6.57X22<=364

64) 2.22X13+6.65X23<=350

65) 2.41X14+7.22X24<=364

66) 2.21X15+6.64X25<=364

67) 2.28X16+6.83X26<=336

68) 2.30X17+6.89X27<=364

69) 2.20X18+6.60X28<=350

70) 2.25X19+6.74X29<=364

71) 2.12X110+6.36X210<=350

72) 2.10X111+6.30X211<=364

73) 2.18X112+6.52X212<=364

74) X11<=93.6

75) X12<=95.6

76) X13<=90.7

77) X14<=86.9

78) X15<=94.5

79) X16<=84.7

80) X17<=91.0

81) X18<=91.3

82) X19<=93.1

83) X110<=95.0

84) X111<=99.5

85) X112<=96.2

86) X21<=31.2

87) X22<=31.9

88) X23<=30.2

89) X24<=29.0

90) X25<=31.5

91) X26<=28.2

92) X27<=30.3

93) X28<=30.4

94) X29<=31.0

95) X210<=31.7

96) X211<=33.2

97) X212<=32.1

END

Page 166: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

147

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 24

OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 0.7674035E+08

VARIABLE VALUE REDUCED COST

X11 93.599998 0.000000

X12 95.599998 0.000000

X13 90.699997 0.000000

X14 86.900002 0.000000

X15 94.500000 0.000000

X16 84.699997 0.000000

X17 91.000000 0.000000

X18 91.300003 0.000000

X19 93.099998 0.000000

X110 95.000000 0.000000

X111 99.500000 0.000000

X112 96.199997 0.000000

X21 23.027864 0.000000

X22 23.536682 0.000000

X23 22.352781 0.000000

X24 21.402798 0.000000

X25 23.302771 0.000000

X26 20.920059 0.000000

X27 22.439802 0.000000

X28 22.527983 0.000000

X29 22.926558 0.000000

X210 23.364780 0.000000

X211 24.587330 0.000000

X212 23.663191 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

2) 3.752910 0.000000

3) 3.734749 0.000000

4) 5.961041 0.000000

5) 6.597290 0.000000

6) 7.494792 0.000000

7) 5.338495 0.000000

8) 5.932014 0.000000

9) 6.012901 0.000000

10) 8.568007 0.000000

11) 8.462641 0.000000

12) 8.173450 0.000000

13) 7.550261 0.000000

14) 0.584303 0.000000

15) 0.581583 0.000000

16) 2.593680 0.000000

17) 4.602430 0.000000

18) 6.584931 0.000000

19) 6.599498 0.000000

20) 6.594005 0.000000

21) 6.584301 0.000000

22) 6.589336 0.000000

23) 6.580881 0.000000

24) 6.567817 0.000000

25) 3.793420 0.000000

26) 0.666861 0.000000

27) 0.664317 0.000000

28) 0.664736 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

29) 1.668486 0.000000

30) 1.670986 0.000000

31) 1.671900 0.000000

32) 1.672801 0.000000

33) 1.670860 0.000000

34) 2.669867 0.000000

35) 2.668176 0.000000

36) 2.659563 0.000000

37) 2.110684 0.000000

38) 0.384861 0.000000

39) 0.382317 0.000000

40) 0.388236 0.000000

41) 0.382986 0.000000

42) 0.383486 0.000000

43) 0.385400 0.000000

44) 0.387801 0.000000

45) 0.387360 0.000000

46) 0.385367 0.000000

47) 0.383176 0.000000

48) 0.387063 0.000000

49) 0.381684 0.000000

50) 0.230279 0.000000

51) 0.000000 0.000000

52) 0.459944 0.000000

53) 0.000000 2684.758301

54) 0.000000 3043.562500

55) 0.000000 2796.879395

Page 167: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

148

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

56) 0.000000 2875.577393

57) 0.000000 3004.363037

58) 0.000000 0.000000

59) 0.482704 0.000000

60) 0.000000 3275.465820

61) 0.488736 0.000000

62) 0.000000 15605.835938

63) 0.000000 15487.094727

64) 0.000000 14918.347656

65) 0.042806 0.000000

66) 0.424606 0.000000

67) 0.000000 0.000000

68) 0.089759 0.000000

69) 0.455312 0.000000

70) 0.000000 14852.640625

71) 0.000000 15883.322266

72) 0.149825 0.000000

73) 0.000000 15568.045898

74) 0.000000 11060.352539

75) 0.000000 11008.333008

76) 0.000000 10958.608398

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

COEF INCREASE DECREASE

X11 44612.898438 INFINITY 11060.352539

X12 44925.070312 INFINITY 11008.333008

X13 44077.339844 INFINITY 10958.608398

X14 43323.871094 INFINITY 10972.533203

X15 44700.570312 INFINITY 11008.333008

X16 42846.140625 INFINITY 10961.715820

X17 44048.718750 INFINITY 10979.581055

X18 44076.359375 INFINITY 10968.278320

X19 44377.269531 INFINITY 10958.828125

X110 44680.980469 INFINITY 11008.336914

X111 45389.808594 INFINITY 10964.664062

X112 44842.890625 INFINITY 10904.549805

X21 100813.703125 101116.144234 33232.500000

X22 101750.210938 102055.461571 33024.996094

X23 99207.007812 99504.628835 32826.460938

X24 96946.617188 97237.457040 32881.175781

X25 101076.710938 101379.941071 33024.996094

X26 95513.429688 95799.969977 32837.070312

X27 99121.148438 99418.511883 32910.101562

X28 99204.070312 99501.682523 32865.023438

X29 100106.796875 100407.117266 32827.781250

X210 101017.929688 101320.983477 33025.007812

X211 103144.421875 101808.167219 32852.261719

X212 101503.656250 103453.855141 32613.607422

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

77) 0.000000 10972.533203

78) 0.000000 11008.333008

79) 0.000000 10961.715820

80) 0.000000 10979.581055

81) 0.000000 10968.278320

82) 0.000000 10958.828125

83) 0.000000 11008.336914

84) 0.000000 10964.664062

85) 0.000000 10904.549805

86) 8.172136 0.000000

87) 8.363318 0.000000

88) 7.847218 0.000000

89) 7.597203 0.000000

90) 8.197229 0.000000

91) 7.279942 0.000000

92) 7.860197 0.000000

93) 7.872017 0.000000

94) 8.073442 0.000000

95) 8.335220 0.000000

96) 8.612671 0.000000

97) 8.436810 0.000000

NO. ITERATIONS= 24

Page 168: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

149

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

2 12.500000 INFINITY 3.752910

3 12.670000 INFINITY 3.734749

4 14.440000 INFINITY 5.961041

5 14.720000 INFINITY 6.597290

6 16.330000 INFINITY 7.494792

7 13.260000 INFINITY 5.338495

8 14.440000 INFINITY 5.932014

9 14.550000 INFINITY 6.012901

10 17.270000 INFINITY 8.568007

11 17.340000 INFINITY 8.462641

12 17.480000 INFINITY 8.173450

13 16.540001 INFINITY 7.550261

14 3.500000 INFINITY 0.584303

15 3.560000 INFINITY 0.581583

16 5.420000 INFINITY 2.593680

17 7.310000 INFINITY 4.602430

18 9.530000 INFINITY 6.584931

19 9.240000 INFINITY 6.599498

20 9.430000 INFINITY 6.594005

21 9.430000 INFINITY 6.584301

22 9.490000 INFINITY 6.589336

23 9.540000 INFINITY 6.580881

24 9.670000 INFINITY 6.567817

25 6.790000 INFINITY 3.793420

26 1.250000 INFINITY 0.666861

27 1.260000 INFINITY 0.664317

28 1.230000 INFINITY 0.664736

29 2.210000 INFINITY 1.668486

30 2.260000 INFINITY 1.670986

31 2.200000 INFINITY 1.671900

32 2.240000 INFINITY 1.672801

33 2.240000 INFINITY 1.670860

34 3.250000 INFINITY 2.669867

35 3.260000 INFINITY 2.668176

36 3.280000 INFINITY 2.659563

37 2.710000 INFINITY 2.110684

38 0.500000 INFINITY 0.384861

39 0.500000 INFINITY 0.382317

40 0.500000 INFINITY 0.388236

41 0.490000 INFINITY 0.382986

42 0.500000 INFINITY 0.383486

43 0.490000 INFINITY 0.385400

44 0.500000 INFINITY 0.387801

45 0.500000 INFINITY 0.387360

46 0.500000 INFINITY 0.385367

47 0.500000 INFINITY 0.383176

48 0.510000 INFINITY 0.387063

49 0.500000 INFINITY 0.381684

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

50 1750.000000 INFINITY 0.230279

51 1820.000000 INFINITY 0.000000

52 1750.000000 INFINITY 0.459944

53 1820.000000 0.214087 772.855042

54 1820.000000 2.123667 773.885010

55 1680.000000 0.000000 714.419983

56 1820.000000 0.449057 773.500000

57 1750.000000 2.277939 743.873962

58 1820.000000 INFINITY 0.000000

59 1750.000000 INFINITY 0.482704

60 1820.000000 0.748889 774.255005

61 1820.000000 INFINITY 0.488736

62 350.000000 0.046070 148.760010

63 364.000000 0.000000 154.636002

64 350.000000 0.091934 148.645996

65 364.000000 INFINITY 0.042806

66 364.000000 INFINITY 0.424606

67 336.000000 INFINITY 0.000000

68 364.000000 INFINITY 0.089759

69 350.000000 INFINITY 0.455312

70 364.000000 0.000000 154.524994

71 350.000000 0.096480 148.600006

72 364.000000 INFINITY 0.149825

73 364.000000 0.097687 154.283997

74 93.599998 35.031090 24.554419

75 95.599998 34.894974 25.089954

76 90.699997 66.957657 23.506306

77 86.900002 64.137344 22.766390

78 94.500000 69.908310 24.591688

79 84.699997 62.668423 21.807894

80 91.000000 67.260872 23.560087

81 91.300003 67.502174 23.587477

82 93.099998 68.677780 24.184446

83 95.000000 70.094337 25.005661

84 99.500000 73.668411 25.805235

85 96.199997 70.772476 25.233027

86 31.200001 INFINITY 8.172136

87 31.900000 INFINITY 8.363318

88 30.200001 INFINITY 7.847218

89 29.000000 INFINITY 7.597203

90 31.500000 INFINITY 8.197229

91 28.200001 INFINITY 7.279942

92 30.299999 INFINITY 7.860197

93 30.400000 INFINITY 7.872017

94 31.000000 INFINITY 8.073442

95 31.700001 INFINITY 8.335220

96 33.200001 INFINITY 8.612671

97 32.099998 INFINITY 8.436810

Page 169: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

150

Lampiran 10. Output LINDO Skenario 2 Pada CV Batu Gede

MAX

1) 50612.90X11 + 50925.07X12 + 50077.34X13 + 49323.87X14 + 50700.57X15 +48846.14X16+

50048.72X17+ 50076.36X18 + 50377.27X19 + 50680.98X110 + 51389.81X111 + 50842.89X112 +

106813.70X21 + 107750.21X22 + 105207.01X23 + 102946.62X24 + 107076.71X25 +

101513.43X26+ 105121.15X27 + 105204.07X28 + 106106.80X29 + 107017.93X210 +

109144.42X211+ 107503.66X212

SUBJECT TO

2) 0.075X11+0.075X21<=12.50

3) 0.075X12+0.075X22<=12.67

4) 0.075X13+0.075X23<=14.44

5) 0.075X14+0.075X24<=14.72

6) 0.075X15+0.075X25<=16.33

7) 0.075X16+0.075X26<=13.26

8) 0.075X17+0.075X27<=14.44

9) 0.075X18+0.075X28<=14.55

10) 0.075X19+0.075X29<=17.27

11) 0.075X110+0.075X210<=17.34

12) 0.075X111+0.075X211<=17.48

13) 0.075X112+0.075X212<=16.54

14) 0.025X11+0.025X21<=3.50

15) 0.025X12+0.025X22<=3.56

16) 0.025X13+0.025X23<=5.42

17) 0.025X14+0.025X24<=7.31

18) 0.025X15+0.025X25<=9.53

19) 0.025X16+0.025X26<=9.24

20) 0.025X17+0.025X27<=9.43

21) 0.025X18+0.025X28<=9.43

22) 0.025X19+0.025X29<=9.49

23) 0.025X110+0.025X210<=9.54

24) 0.025X111+0.025X211<=9.67

25) 0.025X112+0.025X212<=6.79

26) 0.005X11+0.005X21<=1.25

27) 0.005X12+0.005X22<=1.26

28) 0.005X13+0.005X23<=1.23

29) 0.005X14+0.005X24<=2.21

30) 0.005X15+0.005X25<=2.26

31) 0.005X16+0.005X26<=2.20

32) 0.005X17+0.005X27<=2.24

33) 0.005X18+0.005X28<=2.24

34) 0.005X19+0.005X29<=3.25

35) 0.005X110+0.005X210<=3.26

36) 0.005X111+0.005X211<=3.28

37) 0.005X112+0.005X212<=2.71

38) 0.005X21<=0.50

39) 0.005X22<=0.50

40) 0.005X23<=0.50

41) 0.005X24<=0.49

42) 0.005X25<=0.50

43) 0.005X26<=0.49

44) 0.005X27<=0.50

45) 0.005X28<=0.50

46) 0.005X29<=0.50

47) 0.005X210<=0.50

48) 0.005X211<=0.51

49) 0.005X212<=0.50

50) 10.75X11+19.37X21<=1400

Page 170: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

151

51) 10.95X12+19.71X22<=1456

52) 11.09X13+19.96X23<1400

53) 12.05X14+21.67X24<=1456

54) 11.07X15+19.93X25<=1456

55) 11.40X16+20.49X26<=1344

56) 11.50X17+20.68X27<=1456

57) 11.02X18+19.81X28<=1400

58) 11.25X19+20.22X29<=1456

59) 10.59X110+19.09X210<=1400

60) 10.51X111+18.89X211<=1456

61) 10.89X112+19.57X212<=1456

62) 2.15X11+6.46X21<=350

63) 2.19X12+6.57X22<=364

64) 2.22X13+6.65X23<=350

65) 2.41X14+7.22X24<=364

66) 2.21X15+6.64X25<=364

67) 2.28X16+6.83X26<=336

68) 2.30X17+6.89X27<=364

69) 2.20X18+6.60X28<=350

70) 2.25X19+6.74X29<=364

71) 2.12X110+6.36X210<=350

72) 2.10X111+6.30X211<=364

73) 2.18X112+6.52X212<=364

74) X11<=93.6

75) X12<=95.6

76) X13<=90.7

77) X14<=86.9

78) X15<=94.5

79) X16<=84.7

80) X17<=91.0

81) X18<=91.3

82) X19<=93.1

83) X110<=95.0

84) X111<=99.5

85) X112<=96.2

86) X21<=31.2

87) X22<=31.9

88) X23<=30.2

89) X24<=29.0

90) X25<=31.5

91) X26<=28.2

92) X27<=30.3

93) X28<=30.4

94) X29<=31.0

95) X210<=31.7

96) X211<=33.2

97) X212<=32.1

END

Page 171: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

152

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 36

OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 0.8289357E+08

VARIABLE VALUE REDUCED COST

X11 81.458298 0.000000

X12 83.105026 0.000000

X13 78.947456 0.000000

X14 75.466339 0.000000

X15 81.919922 0.000000

X16 73.684212 0.000000

X17 79.072968 0.000000

X18 79.125214 0.000000

X19 80.888885 0.000000

X110 82.677368 0.000000

X111 86.529533 0.000000

X112 83.614090 0.000000

X21 27.068832 0.000000

X22 27.701674 0.000000

X23 26.276188 0.000000

X24 25.225225 0.000000

X25 27.553761 0.000000

X26 24.597364 0.000000

X27 26.434277 0.000000

X28 26.655231 0.000000

X29 27.002968 0.000000

X210 27.472322 0.000000

X211 28.934599 0.000000

X212 27.871363 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

2) 4.360465 0.000000

3) 4.359498 0.000000

4) 6.548226 0.000000

5) 7.168132 0.000000

6) 8.119473 0.000000

7) 5.888882 0.000000

8) 6.526956 0.000000

9) 6.616466 0.000000

10) 9.178110 0.000000

11) 9.078773 0.000000

12) 8.820189 0.000000

13) 8.178591 0.000000

14) 0.786822 0.000000

15) 0.789833 0.000000

16) 2.789409 0.000000

17) 4.792711 0.000000

18) 6.793158 0.000000

19) 6.782960 0.000000

20) 6.792319 0.000000

21) 6.785489 0.000000

22) 6.792704 0.000000

23) 6.786258 0.000000

24) 6.783397 0.000000

25) 4.002864 0.000000

26) 0.707364 0.000000

27) 0.705967 0.000000

28) 0.703882 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

29) 1.706542 0.000000

30) 1.712632 0.000000

31) 1.708592 0.000000

32) 1.712464 0.000000

33) 1.711098 0.000000

34) 2.710541 0.000000

35) 2.709252 0.000000

36) 2.702679 0.000000

37) 2.152573 0.000000

38) 0.364656 0.000000

39) 0.361492 0.000000

40) 0.368619 0.000000

41) 0.363874 0.000000

42) 0.362231 0.000000

43) 0.367013 0.000000

44) 0.367829 0.000000

45) 0.366724 0.000000

46) 0.364985 0.000000

47) 0.362638 0.000000

48) 0.365327 0.000000

49) 0.360643 0.000000

50) 0.000000 3500.418213

51) 0.000000 3426.560059

52) 0.000000 3378.528320

53) 0.000000 3106.051758

54) 0.000000 3394.906738

55) 0.000000 3280.435791

Page 172: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

153

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

56) 0.000000 3253.987549

57) 0.000000 3398.114014

58) 0.000000 3323.524658

59) 0.000000 3550.868408

60) 0.000000 3562.105225

61) 0.000000 3427.557373

62) 0.000000 6038.791992

63) 0.000000 6120.656250

64) 0.000000 5679.937988

65) 0.000000 4936.077148

66) 0.000000 5936.177246

67) 0.000000 5021.566895

68) 0.000000 5490.375977

69) 0.000000 5740.520020

70) 0.000000 5772.274902

71) 0.000000 6168.530762

72) 0.000000 6643.849609

73) 0.000000 6200.361816

74) 12.141701 0.000000

75) 12.494977 0.000000

76) 11.752542 0.000000

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

COEF INCREASE DECREASE

X11 50612.898438 8666.773438 15063.448242

X12 50925.070312 8936.158203 15008.333008

X13 50077.339844 8376.855469 14955.601562

X14 49323.871094 7921.481445 14960.801758

X15 50700.570312 8774.551758 15062.085938

X16 48846.140625 7632.781738 14958.787109

X17 50048.718750 8408.399414 14957.480469

X18 50076.359375 8447.055664 15008.336914

X19 50377.269531 8658.412109 14955.861328

X110 50680.980469 8686.221680 15008.337891

X111 51389.808594 9335.857422 15008.335938

X112 50842.890625 8979.023438 14898.414062

X21 106813.703125 107080.737383 45260.406250

X22 107750.210938 108019.586465 45025.000000

X23 105207.007812 105470.025332 44799.437500

X24 102946.617188 103203.983731 44820.324219

X25 107076.710938 107344.402715 45254.417969

X26 101513.429688 101767.213262 44810.753906

X27 105121.148438 105383.951309 44807.406250

X28 105204.070312 105467.080488 45025.011719

X29 106106.796875 106372.063867 44801.109375

X210 107017.929688 107285.474512 45025.011719

X211 109144.421875 109417.282930 45025.011719

X212 107503.656250 107772.415391 44558.558594

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

77) 11.433662 0.000000

78) 12.580076 0.000000

79) 11.015789 0.000000

80) 11.927031 0.000000

81) 12.174786 0.000000

82) 12.211111 0.000000

83) 12.322630 0.000000

84) 12.970464 0.000000

85) 12.585911 0.000000

86) 4.131168 0.000000

87) 4.198326 0.000000

88) 3.923813 0.000000

89) 3.774775 0.000000

90) 3.946240 0.000000

91) 3.602635 0.000000

92) 3.865723 0.000000

93) 3.744768 0.000000

94) 3.997033 0.000000

95) 4.227677 0.000000

96) 4.265401 0.000000

97) 4.228637 0.000000

NO. ITERATIONS= 36

Page 173: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

154

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

2 12.500000 INFINITY 4.360465

3 12.670000 INFINITY 4.359498

4 14.440000 INFINITY 6.548226

5 14.720000 INFINITY 7.168132

6 16.330000 INFINITY 8.119473

7 13.260000 INFINITY 5.888882

8 14.440000 INFINITY 6.526956

9 14.550000 INFINITY 6.616466

10 17.270000 INFINITY 9.178110

11 17.340000 INFINITY 9.078773

12 17.480000 INFINITY 8.820189

13 16.540001 INFINITY 8.178591

14 3.500000 INFINITY 0.786822

15 3.560000 INFINITY 0.789833

16 5.420000 INFINITY 2.789409

17 7.310000 INFINITY 4.792711

18 9.530000 INFINITY 6.793158

19 9.240000 INFINITY 6.782960

20 9.430000 INFINITY 6.792319

21 9.430000 INFINITY 6.785489

22 9.490000 INFINITY 6.792704

23 9.540000 INFINITY 6.786258

24 9.670000 INFINITY 6.783397

25 6.790000 INFINITY 4.002864

26 1.250000 INFINITY 0.707364

27 1.260000 INFINITY 0.705967

28 1.230000 INFINITY 0.703882

29 2.210000 INFINITY 1.706542

30 2.260000 INFINITY 1.712632

31 2.200000 INFINITY 1.708592

32 2.240000 INFINITY 1.712464

33 2.240000 INFINITY 1.711098

34 3.250000 INFINITY 2.710541

35 3.260000 INFINITY 2.709252

36 3.280000 INFINITY 2.702679

37 2.710000 INFINITY 2.152573

38 0.500000 INFINITY 0.364656

39 0.500000 INFINITY 0.361492

40 0.500000 INFINITY 0.368619

41 0.490000 INFINITY 0.363874

42 0.500000 INFINITY 0.362231

43 0.490000 INFINITY 0.367013

44 0.500000 INFINITY 0.367829

45 0.500000 INFINITY 0.366724

46 0.500000 INFINITY 0.364985

47 0.500000 INFINITY 0.362638

48 0.510000 INFINITY 0.365327

49 0.500000 INFINITY 0.360643

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

50 1400.000000 52.249725 53.416000

51 1456.000000 54.728001 55.166000

52 1400.000000 52.024529 52.029938

53 1456.000000 55.072090 54.470001

54 1456.000000 55.813667 52.603733

55 1344.000000 50.231998 49.212002

56 1456.000000 54.824528 53.230999

57 1400.000000 53.771969 49.618179

58 1456.000000 54.950001 53.879997

59 1400.000000 52.083652 53.606945

60 1456.000000 54.648888 53.914669

61 1456.000000 54.706631 54.972672

62 350.000000 10.683201 17.425566

63 364.000000 11.033199 18.242666

64 350.000000 10.415371 17.332823

65 364.000000 10.894000 18.348892

66 364.000000 10.501739 18.595221

67 336.000000 9.842400 16.743999

68 364.000000 10.646200 18.266005

69 350.000000 9.905625 17.914942

70 364.000000 10.776000 18.316666

71 350.000000 10.731512 17.352121

72 364.000000 10.772674 18.225939

73 364.000000 11.004630 18.226225

74 93.599998 INFINITY 12.141701

75 95.599998 INFINITY 12.494977

76 90.699997 INFINITY 11.752542

77 86.900002 INFINITY 11.433662

78 94.500000 INFINITY 12.580076

79 84.699997 INFINITY 11.015789

80 91.000000 INFINITY 11.927031

81 91.300003 INFINITY 12.174786

82 93.099998 INFINITY 12.211111

83 95.000000 INFINITY 12.322630

84 99.500000 INFINITY 12.970464

85 96.199997 INFINITY 12.585911

86 31.200001 INFINITY 4.131168

87 31.900000 INFINITY 4.198326

88 30.200001 INFINITY 3.923813

89 29.000000 INFINITY 3.774775

90 31.500000 INFINITY 3.946240

91 28.200001 INFINITY 3.602635

92 30.299999 INFINITY 3.865723

93 30.400000 INFINITY 3.744768

94 31.000000 INFINITY 3.997033

95 31.700001 INFINITY 4.227677

96 33.200001 INFINITY 4.265401

97 32.099998 INFINITY 4.228637

Page 174: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

155

Lampiran 11. Output LINDO Skenario 3 Pada CV Batu Gede

MAX

1) 44612.90X11 + 44925.07X12 + 44077.34X13 + 43323.87X14 + 44700.57X15 + 42846.14X16 +

44048.72X17 + 44076.36X18 + 44377.27X19 + 44680.98X110 + 45389.81X111 + 44842.89X112 +

100813.70X21 + 101750.21X22 + 99207.01X23 + 96946.62X24 + 101076.71X25 + 95513.43X26 +

99121.15X27 + 99204.07X28 + 100106.80X29 + 101017.93X210 + 103144.42X211 +

101503.66X212

SUBJECT TO

2) 0.075X11+0.075X21<=12.50

3) 0.075X12+0.075X22<=12.67

4) 0.075X13+0.075X23<=14.44

5) 0.075X14+0.075X24<=14.72

6) 0.075X15+0.075X25<=16.33

7) 0.075X16+0.075X26<=13.26

8) 0.075X17+0.075X27<=14.44

9) 0.075X18+0.075X28<=14.55

10) 0.075X19+0.075X29<=17.27

11) 0.075X110+0.075X210<=17.34

12) 0.075X111+0.075X211<=17.48

13) 0.075X112+0.075X212<=16.54

14) 0.025X11+0.025X21<=3.50

15) 0.025X12+0.025X22<=3.56

16) 0.025X13+0.025X23<=5.42

17) 0.025X14+0.025X24<=7.31

18) 0.025X15+0.025X25<=9.53

19) 0.025X16+0.025X26<=9.24

20) 0.025X17+0.025X27<=9.43

21) 0.025X18+0.025X28<=9.43

22) 0.025X19+0.025X29<=9.49

23) 0.025X110+0.025X210<=9.54

24) 0.025X111+0.025X211<=9.67

25) 0.025X112+0.025X212<=6.79

26) 0.005X11+0.005X21<=1.25

27) 0.005X12+0.005X22<=1.26

28) 0.005X13+0.005X23<=1.23

29) 0.005X14+0.005X24<=2.21

30) 0.005X15+0.005X25<=2.26

31) 0.005X16+0.005X26<=2.20

32) 0.005X17+0.005X27<=2.24

33) 0.005X18+0.005X28<=2.24

34) 0.005X19+0.005X29<=3.25

35) 0.005X110+0.005X210<=3.26

36) 0.005X111+0.005X211<=3.28

37) 0.005X112+0.005X212<=2.71

38) 0.005X21<=0.50

39) 0.005X22<=0.50

40) 0.005X23<=0.50

41) 0.005X24<=0.49

42) 0.005X25<=0.50

43) 0.005X26<=0.49

44) 0.005X27<=0.50

45) 0.005X28<=0.50

46) 0.005X29<=0.50

47) 0.005X210<=0.50

48) 0.005X211<=0.51

49) 0.005X212<=0.50

50) 10.75X11+19.37X21<=1400

Page 175: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

156

51) 10.95X12+19.71X22<=1456

52) 11.09X13+19.96X23<1400

53) 12.05X14+21.67X24<=1456

54) 11.07X15+19.93X25<=1456

55) 11.40X16+20.49X26<=1344

56) 11.50X17+20.68X27<=1456

57) 11.02X18+19.81X28<=1400

58) 11.25X19+20.22X29<=1456

59) 10.59X110+19.09X210<=1400

60) 10.51X111+18.89X211<=1456

61) 10.89X112+19.57X212<=1456

62) 2.15X11+6.46X21<=350

63) 2.19X12+6.57X22<=364

64) 2.22X13+6.65X23<=350

65) 2.41X14+7.22X24<=364

66) 2.21X15+6.64X25<=364

67) 2.28X16+6.83X26<=336

68) 2.30X17+6.89X27<=364

69) 2.20X18+6.60X28<=350

70) 2.25X19+6.74X29<=364

71) 2.12X110+6.36X210<=350

72) 2.10X111+6.30X211<=364

73) 2.18X112+6.52X212<=364

74) X11<=93.6

75) X12<=95.6

76) X13<=90.7

77) X14<=86.9

78) X15<=94.5

79) X16<=84.7

80) X17<=91.0

81) X18<=91.3

82) X19<=93.1

83) X110<=95.0

84) X111<=99.5

85) X112<=96.2

86) X21<=31.2

87) X22<=31.9

88) X23<=30.2

89) X24<=29.0

90) X25<=31.5

91) X26<=28.2

92) X27<=30.3

93) X28<=30.4

94) X29<=31.0

95) X210<=31.7

96) X211<=33.2

97) X212<=32.1

END

Page 176: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

157

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 36

OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 0.7515786E+08

VARIABLE VALUE REDUCED COST

X11 81.458298 0.000000

X12 83.105026 0.000000

X13 78.947456 0.000000

X14 75.466339 0.000000

X15 81.919922 0.000000

X16 73.684212 0.000000

X17 79.072968 0.000000

X18 79.125214 0.000000

X19 80.888885 0.000000

X110 82.677368 0.000000

X111 86.529533 0.000000

X112 83.614090 0.000000

X21 27.068832 0.000000

X22 27.701674 0.000000

X23 26.276188 0.000000

X24 25.225225 0.000000

X25 27.553761 0.000000

X26 24.597364 0.000000

X27 26.434277 0.000000

X28 26.655231 0.000000

X29 27.002968 0.000000

X210 27.472322 0.000000

X211 28.934599 0.000000

X212 27.871363 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

2) 4.360465 0.000000

3) 4.359498 0.000000

4) 6.548226 0.000000

5) 7.168132 0.000000

6) 8.119473 0.000000

7) 5.888882 0.000000

8) 6.526956 0.000000

9) 6.616466 0.000000

10) 9.178110 0.000000

11) 9.078773 0.000000

12) 8.820189 0.000000

13) 8.178591 0.000000

14) 0.786822 0.000000

15) 0.789833 0.000000

16) 2.789409 0.000000

17) 4.792711 0.000000

18) 6.793158 0.000000

19) 6.782960 0.000000

20) 6.792319 0.000000

21) 6.785489 0.000000

22) 6.792704 0.000000

23) 6.786258 0.000000

24) 6.783397 0.000000

25) 4.002864 0.000000

26) 0.707364 0.000000

27) 0.705967 0.000000

28) 0.703882 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

29) 1.706542 0.000000

30) 1.712632 0.000000

31) 1.708592 0.000000

32) 1.712464 0.000000

33) 1.711098 0.000000

34) 2.710541 0.000000

35) 2.709252 0.000000

36) 2.702679 0.000000

37) 2.152573 0.000000

38) 0.364656 0.000000

39) 0.361492 0.000000

40) 0.368619 0.000000

41) 0.363874 0.000000

42) 0.362231 0.000000

43) 0.367013 0.000000

44) 0.367829 0.000000

45) 0.366724 0.000000

46) 0.364985 0.000000

47) 0.362638 0.000000

48) 0.365327 0.000000

49) 0.360643 0.000000

50) 0.000000 2570.185791

51) 0.000000 2513.318115

52) 0.000000 2475.592041

53) 0.000000 2276.176270

54) 0.000000 2492.651123

55) 0.000000 2403.885010

Page 177: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

158

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

56) 0.000000 2384.422119

57) 0.000000 2492.453613

58) 0.000000 2435.295166

59) 0.000000 2604.496094

60) 0.000000 2612.738037

61) 0.000000 2508.721436

62) 0.000000 7899.257324

63) 0.000000 7947.140137

64) 0.000000 7487.848145

65) 0.000000 6595.828613

66) 0.000000 7740.688965

67) 0.000000 6772.742188

68) 0.000000 7229.506348

69) 0.000000 7549.782715

70) 0.000000 7546.755859

71) 0.000000 8065.739258

72) 0.000000 8538.062500

73) 0.000000 8038.034180

74) 12.141701 0.000000

75) 12.494977 0.000000

76) 11.752542 0.000000

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

COEF INCREASE DECREASE

X11 44612.898438 11336.881836 11060.353516

X12 44925.070312 11602.824219 11008.333984

X13 44077.339844 11043.188477 10958.608398

X14 43323.871094 10585.072266 10963.572266

X15 44700.570312 11441.887695 11059.074219

X16 42846.140625 10294.568359 10961.715820

X17 44048.718750 11071.841797 10960.381836

X18 44076.359375 11109.347656 11008.336914

X19 44377.269531 11320.133789 10958.828125

X110 44680.980469 11357.777344 11008.336914

X111 45389.808594 11997.582031 11008.335938

X112 44842.890625 11640.240234 10904.549805

X21 100813.703125 101116,144234 33232.500000

X22 101750.210938 102055,461571 33025.000000

X23 99207.007812 99504,628835 32826.460938

X24 96946.617188 97237,457040 32845.222656

X25 101076.710938 101379,941071 33227.265625

X26 95513.429688 95799,969977 32837.070312

X27 99121.148438 99418,511883 32833.492188

X28 99204.070312 99501,682523 33025.011719

X29 100106.796875 100407,117266 32827.777344

X210 101017.929688 101320,983477 33025.011719

X211 103144.421875 103453,855141 33025.007812

X212 101503.656250 101808,167219 32613.607422

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

77) 11.433662 0.000000

78) 12.580076 0.000000

79) 11.015789 0.000000

80) 11.927031 0.000000

81) 12.174786 0.000000

82) 12.211111 0.000000

83) 12.322630 0.000000

84) 12.970464 0.000000

85) 12.585911 0.000000

86) 4.131168 0.000000

87) 4.198326 0.000000

88) 3.923813 0.000000

89) 3.774775 0.000000

90) 3.946240 0.000000

91) 3.602635 0.000000

92) 3.865723 0.000000

93) 3.744768 0.000000

94) 3.997033 0.000000

95) 4.227677 0.000000

96) 4.265401 0.000000

97) 4.228637 0.000000

NO. ITERATIONS= 36

Page 178: Makalah Tentang Sutra Dari Kokon

159

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

2 12.500000 INFINITY 4.360465

3 12.670000 INFINITY 4.359498

4 14.440000 INFINITY 6.548226

5 14.720000 INFINITY 7.168132

6 16.330000 INFINITY 8.119473

7 13.260000 INFINITY 5.888882

8 14.440000 INFINITY 6.526956

9 14.550000 INFINITY 6.616466

10 17.270000 INFINITY 9.178110

11 17.340000 INFINITY 9.078773

12 17.480000 INFINITY 8.820189

13 16.540001 INFINITY 8.178591

14 3.500000 INFINITY 0.786822

15 3.560000 INFINITY 0.789833

16 5.420000 INFINITY 2.789409

17 7.310000 INFINITY 4.792711

18 9.530000 INFINITY 6.793158

19 9.240000 INFINITY 6.782960

20 9.430000 INFINITY 6.792319

21 9.430000 INFINITY 6.785489

22 9.490000 INFINITY 6.792704

23 9.540000 INFINITY 6.786258

24 9.670000 INFINITY 6.783397

25 6.790000 INFINITY 4.002864

26 1.250000 INFINITY 0.707364

27 1.260000 INFINITY 0.705967

28 1.230000 INFINITY 0.703882

29 2.210000 INFINITY 1.706542

30 2.260000 INFINITY 1.712632

31 2.200000 INFINITY 1.708592

32 2.240000 INFINITY 1.712464

33 2.240000 INFINITY 1.711098

34 3.250000 INFINITY 2.710541

35 3.260000 INFINITY 2.709252

36 3.280000 INFINITY 2.702679

37 2.710000 INFINITY 2.152573

38 0.500000 INFINITY 0.364656

39 0.500000 INFINITY 0.361492

40 0.500000 INFINITY 0.368619

41 0.490000 INFINITY 0.363874

42 0.500000 INFINITY 0.362231

43 0.490000 INFINITY 0.367013

44 0.500000 INFINITY 0.367829

45 0.500000 INFINITY 0.366724

46 0.500000 INFINITY 0.364985

47 0.500000 INFINITY 0.362638

48 0.510000 INFINITY 0.365327

49 0.500000 INFINITY 0.360643

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

50 1400.000000 52.249725 53.416000

51 1456.000000 54.728001 55.166000

52 1400.000000 52.024529 52.029938

53 1456.000000 55.072090 54.470001

54 1456.000000 55.813667 52.603733

55 1344.000000 50.231998 49.212002

56 1456.000000 54.824528 53.230999

57 1400.000000 53.771969 49.618179

58 1456.000000 54.950001 53.879997

59 1400.000000 52.083652 53.606945

60 1456.000000 54.648888 53.914669

61 1456.000000 54.706631 54.972672

62 350.000000 10.683201 17.425566

63 364.000000 11.033199 18.242666

64 350.000000 10.415371 17.332823

65 364.000000 10.894000 18.348892

66 364.000000 10.501739 18.595221

67 336.000000 9.842400 16.743999

68 364.000000 10.646200 18.266005

69 350.000000 9.905625 17.914942

70 364.000000 10.776000 18.316666

71 350.000000 10.731512 17.352121

72 364.000000 10.772674 18.225939

73 364.000000 11.004630 18.226225

74 93.599998 INFINITY 12.141701

75 95.599998 INFINITY 12.494977

76 90.699997 INFINITY 11.752542

77 86.900002 INFINITY 11.433662

78 94.500000 INFINITY 12.580076

79 84.699997 INFINITY 11.015789

80 91.000000 INFINITY 11.927031

81 91.300003 INFINITY 12.174786

82 93.099998 INFINITY 12.211111

83 95.000000 INFINITY 12.322630

84 99.500000 INFINITY 12.970464

85 96.199997 INFINITY 12.585911

86 31.200001 INFINITY 4.131168

87 31.900000 INFINITY 4.198326

88 30.200001 INFINITY 3.923813

89 29.000000 INFINITY 3.774775

90 31.500000 INFINITY 3.946240

91 28.200001 INFINITY 3.602635

92 30.299999 INFINITY 3.865723

93 30.400000 INFINITY 3.744768

94 31.000000 INFINITY 3.997033

95 31.700001 INFINITY 4.227677

96 33.200001 INFINITY 4.265401

97 32.099998 INFINITY 4.228637