vimalakirti nirdesa sutra versi indonesia

Upload: emi-sastra

Post on 29-Oct-2015

811 views

Category:

Documents


123 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

  • 1

    VIMALAKIRTI NIRDESA SUTRA

    ( WEI MO CING )

    Sutra yang Dibabarkan oleh Vimalakirti

    Pintu Dharma Menuju Pembebasan yang Tak Terbayangkan

    Diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dari Bahasa Mandarin

    oleh Upasaka Lu Kuan Yu

    Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Team Penerjemah

    Penerbit Pustaka Suci Mahayana, Jakarta

  • 2

    DAFTAR ISI

    Bab I : Tanah Buddha

    Bab II : Metode Mengajar Bijaksana ( Upaya )

    Bab III : Para Siswa

    Bab IV : Para Bodhisattva

    Bab V : Manjusri Mengunjungi Vimalakirti

    Bab VI : Pembebasan Tak Terbayangkan

    Bab VII : Memandang Makhluk HIdup

    Bab VIII : Jalan Buddha

    Bab IX : Inisiasi Ke Dalam Kesunyataan Dharma

    Bab X : Buddha Sugandhakuta

    Bab XI : Perilaku Bodhisattva

    Bab XII : Melihat Buddha Aksobhya

    Bab XIII : Persembahan Dharma

    Bab XIV : Pesan untuk Menyebarkan Sutra Ini

    Daftar Kepustakaan

  • 3

    PRAKATA

    Kami berlindung pada Hyang Buddha

    Kami berlindung pada Dharma

    Kami berlindung pada Sangha

    Judul Sansekerta dari Vimalakirti Nirdesa Sutra berarti Sutra yang

    Dibabarkan oleh Vimalakirti, juga disebut Suatu Pintu Dharma ke Pembebasan

    Tak Terbayangkan. Judul pertama menunjukkan pembicara yang mencetuskan

    Sutra ini, dan yang kedua mengungkapkan metode praktek menuju pembebasan

    abadi sampai tercapainya nIrvana yang merupakan tujuan dari semua umat

    Buddha.

    Terjemahan ini berdasarkan penjelasan dan catatan dari penerjemah

    waskita bangsa India, Kumarajiva, dan murid merangkap pembantu bangsa

    China-nya yang juga waskita, Sheng Chao, penulis risalah Chao Lun yang terkenal

    dan berdasarkan komentar guru Chan, Po Nan, dari dinasti Ming pada tahun

    1630.

    Menurut Kumarajiva, Vimalakirti datang dari tanah Abhirati ( Kebahagiaan

    Berlimpah )-nya Buddha Aksobhya untuk melakukan tugas penyelamatan di bumi

    ini. Dia mencetuskan Sutra ini dengan mengirim pengikutnya sejumlah 500 putra

    sesepuh dari Vaisali kepada Hyang Buddha untuk menerima instruksi-Nya,

    sedangkan dia sendiri terbaring sakit di rumah sambil menunggu kesempatan

    untuk menerangi para Bodhisattva, Siswa Utama ( Hyang Buddha ), dewa, dan

    manusia.

    Sutra ini terbagi dalam 14 bab.

    Bab I, memuji para Bodhisattva yang hadir, di mana perbuatan-perbuatan

    bajik mereka telah mengubah dunia mereka menjadi tanah suci, dan kemampuan

    mereka mengubah ( convert ) dan membebaskan makhluk hidup. Yang hadir

    dalam persamuwan itu termasuk dewa, ke-8 kelompok makhluk spiritual, bhiksu,

    bhiksuni, upasaka, dan upasika.

  • 4

    Vimalakirti mengirim seorang sesepuh bernama Ratna-rasi bersama 500

    putra para sesepuh di Vaisali, masing-masing membawa canopy1 untuk

    dipersembahkan kepada Buddha sebagai tanda penghormatan. Sang Junjungan

    kemudian menggunakan kekuatan transenden-Nya untuk mengubah semua

    canopy itu dan menjadikannya sebuah canopy raksasa, yang menutupi semua

    dunia berikut para Buddha yang sedang membabarkan Dharma di 10 penjuru. Ini

    menunjukkan keadaan tanah Buddha yang tak terbayangkan untuk mendorong

    kaum Hinayana mengembangkan pikiran Mahayana yang tak terbatas guna

    memenangkan ( mencapai ) tanah suci.

    Setelah itu Ratna-rasi memuji Hyang Buddha dalam sebuah gatha yang

    panjang sambil menambahkan bahwa ke-500 putera sesepuh telah memutuskan

    untuk mencapai penerangan sempurna dan memohon agar Hyang Buddha

    mengajarkan bagaimana mencapai tanah suci-Nya, langkah pertama ke arah

    pencapaian tingkat penerangan mutlak.

    Kemudian Hyang Buddha mengajarkan bahwa tanah suci merupakan hasil

    dari perbuatan mereka mengubah dan membimbing makhluk hidup menuju

    kesempurnaan, karena tanah suci ini berasal dari pikiran yang lurus, pikiran yang

    luhur ( luas ), pikiran Mahayana, pelaksanaan 6 paramita, 4 pikiran tak terhingga,

    dari 4 tindakan Maha-Bodhisattva dalam mendekati dan membebaskan makhluk

    hidup, serta dari cara bijaksana ( upaya-kausalya ), pelaksanaan 37 tahap

    pembantu ke arah penerangan ( Bodhi-paksika-dharma ), pelimpahan semua

    pahala yang diperoleh dalam perbuatan 8 Jalan Utama untuk pencerahan diri dan

    pencerahan yang lainnya, kotbah tentang cara menghilangkan 8 rintangan /

    keadaan menyedihkan sehingga Dharma ini bisa terjangkau dan dilaksanakan oleh

    setiap orang, kepatuhan pada sila dan tidak melakukan 10 kejahatan.

    Pada saat itu ajaran Hyang Buddha telah menimbulkan keraguan yang kuat

    dalam pikiran Sariputra tentang ketidakbersihan tanah suci Buddha ini. Hyang

    Buddha yang mengetahui pikirannya menekankan jempol kaki-Nya ke tanah,

    sehingga dunia ini seketika berubah menjadi bersih dan murni dalam segala

    keindahannya. Kemudian Beliau berkata kepada siswa-Nya, Tanah Buddha-Ku ini

    1 Canopy: semacam payung besar dari kain untuk menutupi panas / hujan dan sebagai hiasan.

  • 5

    selamanya murni dan bersih tetapi kelihatan kotor agar Aku bisa membimbing

    manusia dengan kesadaran spiritual rendah menuju pembebasan.

    Pada kejadian ini Ratna-rasi dan ke-500 pengikutnya mencapai anutpattika-

    dharma-ksanti, sedangkan sebagian besar hadirin memperoleh mata-Dharma

    maupun mengakhiri arus tumimbal lahir.

    Demikianlah Sang Junjungan menunjukkan tanah Buddha yang murni dan

    bersih dalam segala keagungannya di mana realisasinya merupakan tujuan dari

    semua Bodhisattva sebagaimana telah diuraikan di atas.

    Bab II, mengungkapkan perbuatan mulia yang dijalankan oleh Vimalakirti,

    pencetus Sutra Mahayana penting ini, dimana Dia mewujudkan diri sebagai

    seorang upasaka tua ( senior ) yang memberikan contoh pelaksanaan 6

    penyempurnaan ( sad-paramita ) melalui beramal ( dana ), disiplin ( sila ),

    kesabaran ( ksanti ), ketekunan ( virya ), meditasi ( dhyana ), dan kebijaksanaan (

    prajna ), dan perilaku Bodhisattva lainnya. Dan pada kesempatan ini dengan

    menggunakan upaya atau cara bijaksana Dia kelihatan sakit agar bisa menerima

    dan menganjurkan ribuan penjenguknya untuk mencari penerangan sempurna.

    Bab III, menceritakan para Siswa Utama yang diperintahkan Hyang Buddha

    untuk mewakili-Nya menjenguk Vimalakirti dan mereka semua menceritakan

    pertemuan sebelumnya dengan Sang Upasaka, yang menunjukkan mereka tidak

    pantas bertemu dengan-Nya lagi. Bab yang sangat menarik ini seharusnya dibaca

    oleh semua siswa yang telah mempraktekkan Hinayana dalam usaha mereka

    mencapai Nirvana relatif, agar melangkah lebih lanjut ke jalan Mahayana guna

    mencapai Nirvana mutlak. Karena tujuan ajaran Vimalakirti dalam bab ini adalah

    untuk mendorong para siswa ( Hyang Buddha ) dari tahap Sravaka agar

    mengembangkan pikiran Mahayana guna mencapai penerangan sempurna.

    Bab IV, menceritakan mengapa para Bodhisattva yang belum mencapai

    tingkat penerangan tertinggi juga menolak mewakili Sang Buddha menjenguk

    Vimalakirti karena mereka merasa tidak pantas mengunjungi-Nya, setelah

    pengalaman pertemuan sebelumnya dengan Sang Upasaka.

  • 6

    Bab ini juga sangat penting bagi mereka yang belajar di jalan Bodhisattva,

    karena mengajarkan apa yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh mereka.

    Bab V, mengungkapkan pertemuan yang menarik antara Manjusri dan

    Vimalakirti karena kemampuan pembahasan Dharma-Nya yang setara.

    Ini merupakan bab yang paling menarik dimana Vimalakirti berdiam diri

    ketika ditanya oleh Manjusri tentang kesunyataan Dharma, yaitu keadaan

    absolute dari ;yang demikian ( thusness ), yang berada di luar jangkauan kata

    dan ungkapan. Hal tersebut telah mengundang berbagai komentar dan menjadi

    bahan pembicaraan di semua vihara besar di Cina sejak Kumarajiva

    menerjemahkan Sutra ini ke dalam bahasa Cina.

    Bab VI, menerangkan pencapaian pembebasan tak terbayangkan melalui

    pelaksanaan kebajikan tertinggi yang meliputi singgasana Buddha, yang juga

    merupakan dasar dari penerangan. Untuk menunjukkan fungsi pembebasan tak

    terbayangkan yang luar biasa, Vimalakirti menggunakan kekuatan batin-Nya

    untuk meminta Buddha Merukalpa mengirimkan 32.000 singgasana ( tahta singa

    )-Nya yang tinggi besar, indah, dan tak bercacat, dan semua tahta itu termuat

    dalam kamar-Nya tanpa mengganggu apapun yang ada di kota Vaisali, dunia ini

    dan ke-4 surga, di mana semuanya tidak berubah seperti sebelumnya.

    Manjusri dan Bodhisattva yang telah mencapai pembebasan tak

    terbayangkan dengan mudah bisa menduduki tahta yang tinggi itu, sedangkan

    mereka yang masih berada pada tingkatan Sravaka harus memberi hormat

    kepada Buddha Merukalpa dan mengembangkan pikiran Mahayana lebih dahulu

    sebelum bisa mendudukinya.

    Vimalakirti menganjurkan pembebasan tak terbayangkan ini, yang tidak

    terikat oleh ruang dan waktu untuk menunjukkan keadaan yang tak terungkapkan

    dan tak terlukiskan dari kesunyataan mutlak.

    Tujuan bab ini adalah untuk mengungkapkan keajaiban dari pembebasan

    tak terbayangkan kepada mereka yang berada di tingkat Sravaka dan mendorong

    mereka untuk mencari penerangan sempurna.

  • 7

    Bab VII mengajarkan praktek Mahayana untuk mencapai pembebasan tak

    terbayangkan. Isinya adalah dialog yang sangat menarik antara dua Bodhisattva

    agung, Vimalakirti dan Manjusri, di mana diajarkan cara yang tepat untuk

    memandang makhluk hidup, yang secara fundamental itu khayal dan tidak ada (

    anatman ), bagaimana menyesuaikan keadaan tidak ada itu dengan perilaku

    Bodhisattva seperti penerapan 4 pikiran tak terhingga ( brahma-vihara: yakni

    cinta kasih, belas kasihan, kegembiraan, dan keseimbangan batin ) tanpa

    mengharapkan imbalan, penaklukan kelahiran dan kematian, memperoleh

    dukungan dari kebajikan moril Tathagata dengan membebaskan semua makhluk

    hidup dari kesusahan dan penyebabnya, dengan mempertahankan kesadaran

    yang benar, dengan memperkenalkan yang tak-terlahirkan dan tak meninggal,

    dengan cara pengendalian kejahatan agar tidak timbul dan memelihara kebajikan

    agar tak berakhir, yang berasal dari tubuh yang tercipta karena keinginan, yang

    disebabkan oleh diskriminasi yang timbul dari pikiran menyimpang, yang tadinya

    berasal dari keadaan tanpa inti ( anatman ).

    Guna membuktikan kebenaran ajaran tersebut, seorang maha dewi muncul

    untuk menaburkan bunga yang langsung terjatuh ke tanah saat menyentuh tubuh

    para Bodhisattva, tetapi tetap menempel pada tubuh para siswa ( dari tingkatan

    Sravaka ) yang tidak dapat menjatuhkannya karena mereka membedakan antara

    bunga ( yaitu wujud ) dan kemutlakan ( tidak berwujud ) yang mereka cari. Sang

    dewi mengajari para siswa untuk menghentikan semua pembedaan agar mereka

    bisa menyisihkan waktu dan ruang demi keselarasan dengan penerangan

    sempurna.

    Bab VIII, mengajarkan cara memasuki Jalan Ke-Buddha-an yang menuju

    penerangan sempurna dan yang hanya bisa dicapai oleh pikiran yang murni dan

    bersih ( tidak melekat ).

    Jadi bab ini menerangkan bahwa untuk memasuki Jalan Buddha seorang

    Bodhisattva harus melakukan tugas penyelamatan tanpa dinodai ketidaktahuan,

    keangkuhan, dan kebanggaan di dalam dunia binatang, tanpa kejengkelan dan

    amarah sewaktu muncul di dalam neraka, dan sebagainya. Dengan perkataan

  • 8

    lain, dia harus bebas dari semua diskriminasi sebagaimana dijelaskan didalam

    text agar bisa memperoleh pikiran yang murni dan bersih.

    Bab yang berisi dialog yang sangat menarik antara Vimalakirti dan Manjusri

    ini, juga eksposisi terdahulu tentang kebebasan dari diskriminasi dalam gatha

    yang panjang adalah terlalu panjang dan rumit untuk diringkas ke dalam prakata

    yang singkat ini. Oleh karena itu pembaca dihimbau untuk mempelajarinya

    dengan seksama untuk membebaskan diri dari noda akibat diskriminasi agar

    dapat menempuh jalan penerangan dari semua Buddha. Akan tetapi

    penghilangan diskriminasi hanya dimungkinkan melalui inisiasi kedalam

    kesunyataan Dharma yang diterangkan sepenuhnya dalam bab berikutnya.

    Di dalam Bab IX, Vimalakirti mengundang semua Bodhisattva yang hadir

    untuk mengungkapkan pengertian Mereka tentang kesunyataan Dharma, yakni

    pencapaian mereka atas keadaan mutlak di luar semua dualitas, relativitas, dan

    pertentangan, penyebab utama terciptanya segala makhluk hidup beserta

    dunianya. Sesudah Bodhisattva Manjusri menyimpulkan dengan mengatakan

    bahwa keadaan itu tercapai bilamana hal itu tidak dapat diungkapkan lagi melalui

    media kata, bahasa, indikasi, dan intelek, Dia meminta pendapat Vimalakirti yang

    bijjaksana atas hal tersebut. Vimalakirti berdiam diri tanpa mengucapkan sepatah

    kata pun untuk menunjukkan inisiasi nyata kearah kesunyataan yang tak

    terungkapkan dan tak terlukiskan.

    Kesunyataan Dharma yang dicapai oleh Vimalakirti akan tidak sempurna

    jika tidak dapat berfungsi sebagaimana halnya yang sering disebut kekuatan batin.

    Oleh sebab itu, di dalam Bab X, Vimalakirti menggunakannya untuk menunjukkan

    kepada persamuwan tanah Sarvagandhasugandha ( Segala Keharuman ) beserta

    Buddha dan Bodhisattvanya, menciptakan dan mengirim seorang utusan khayal

    untuk meminta nasi wangi dari Buddha tersebut guna merubah para Sravaka di

    Vaisali ke jalan Mahayana. Vimalakirti juga menggunakan kesempatan ini untuk

    mengajari para Bodhisattva tamu dari tanah Sarvagandhasugandha dengan

    memuji dan mengungkapkan kepada mereka Dharma yang diajarkan oleh Buddha

    Sakyamuni di dunia ini.

  • 9

    Bab XI, menceritakan Vimalakirti dan Manjusri bersama para siswa dan

    Bodhisattva berangkat menuju taman Amravana untuk mengunjungi Hyang

    Buddha yang sedang membabarkan Dharma di sana.

    Hyang Buddha menyambut mereka dan mengajarkan pada Ananda bahwa

    semua Buddha dan Bodhisattva melakukan tugas penyelamatan dengan berbagai

    cara dan melalui berbagai hal / benda membuka pintu Dharma kearah

    penerangan. Beliau juga menganjurkan untuk tidak melakukan diskriminasi dalam

    menghadapi berbagai keadaan.

    Hyang Buddha juga mengajarkan para Bodhisattva tamu dari

    Sarvagandhasugandha, Dharma yang terhabiskan ( exhaustible ) dan yang tak

    terhabiskan ( in-exhaustible ) agar diingat selalu.

    Didalam Bab XII Hyang Buddha meminta kepada Vimalakirti untuk

    mengungkapkan bagaimana Dia memandang-Nya secara seimbang ( utuh )2

    Jawaban Vimalakirti yang panjang sangat menarik karena berkenaan dengan cara

    yang tepat untuk memandang Buddha.

    Hyang Buddha kemudian mengungkapkan bahwa Vimalakirti datang dari

    alam Abhirati ( Kebahagiaan Berlimpah )-nya Buddha Aksobhya dan meminta

    Vimalakirti untuk menunjukkan alam itu kepada persamuwan, hal mana

    dilakukannya seperti diceritakan dalam text3.

    Dengan demikian tanah Buddha dapat dicapai oleh siapapun yang memiliki

    pikiran murni dan bersih, yang ditujukan untuk mencari penerangan sempurna

    dan menjalankan Mahayana sebagaimana diajarkan dalam Sutra penting ini.

    Bab XIII menceritakan pujian Dewa Sakra ( penguasa Surga ke-33 ) terhadap

    pembebasan tak terbayangkan yang diajarkan dalam Sutra ini dan ikrarnya untuk

    melindungi semua orang yang percaya dan mempraktekkan Dharma ini, Hyang

    2 Sebagaimana Vimalakirti mengajak Manjusri untuk mengunjungi dan melihat Sang Tathagata, Sang Buddha

    sekarang mendesak Dia untuk mengajari para hadirin bagaimana cara memandang-Nya. Bab VII mengajarkan cara

    yang tepat untuk memandang makhluk hidup dan Bab XII ini mengajarkan cara memandang Tathagata. 3 Vimalakirti memberikan manfaat yang besar dengan memperlihatkan alam Abhirati darimana Dia berasal kepada

    hadirin, untuk menstimulir usaha mereka agar mencari penerangan sempurna.

  • 10

    Buddha memuji penghargaan Sakra yang tinggi terhadap Sutra ini, dari mana

    penerangan semua Buddha bersumber.

    Hyang Buddha kemudian mengungkapkan kisah-Nya sendiri dimana pada

    suatu kehidupan yang lalu beliau merupakan putera seorang sesepuh dengan

    nama Candracchatara ( Canopy Bulan ) dan dianjurkan oleh Tathagata Bhaisajya

    untuk memberikan persembahan ( atau mengajari orang lain ) Dharma tak

    terbayangkan ini, yang melampaui semua bentuk persembahan lainnya. Ini

    berarti bahwa semua bentuk persembahan tentang ajaran-ajaran penerangan

    sempurna adalah yang terbaik. Sebagai akibat dari perbuatan ini, beliau

    mencapai anutpattika-dharma-ksanti dan menerima ramalan dari Tathagata

    Bhaisajya bahwa beliau akan mencapai penerangan di kemudian hari.

    Ayah beliau, Ratnacchatara ( Canopy Mulia ), kemudian menjadi Buddha

    yang disebut Ratnarcis ( Nyala Mulia ) dan ke-1.000 anak-Nya menjadi ke-1.000

    Buddha dari Bhadrakalpa ( Kalpa Kebajikan ) dimana Chandracchattara menjadi

    Buddha Sakyamuni.

    Bab XIV, menceritakan pesan Hyang Buddha kepada Maitreya, Buddha

    berikutnya di dunia untuk menyebarluaskan Sutra ini.

    Hyang Buddha mencela mereka yang lebih suka kata-kata muluk dan gaya

    menyolok, dengan demikian meramalkan kebanyakan kaum terpelajar modern

    dimana-mana yang tidak mau bersusah payah untuk menggali arti yang dalam

    dari Sutra, melainkan hanya tertarik pada diskusi panjang lebar dan pembahasan

    tak berguna ( steril ) yang hanya mempertajam diskriminasi serta menjauhkan

    mereka dari penerangan sempurna.

    Para pembaca yang sudah mempelajari Sutra Intan, Sutra Hati, Sutra

    tentang Penerangan Sempurna dan Surangama Sutra yang kami sajikan,

    dianjurkan untuk membaca Sutra yang merupakan pelengkap dan membantu

    pembaca untuk lebih mengerti Dharma Mahayana.

    Hongkong 1970 Upasaka Lu Kuan Yu

  • 11

    BAB I

    TANAH BUDDHA

    Demikianlah telah kudengar, pada suatu waktu Hyang Buddha sedang

    berdiam di taman Amra di Vaisali bersama sejumlah 8.000 bhiksu agung.

    Bersama mereka terdapat 32.000 Bodhisattva yang terkenal yang telah mencapai

    semua kesempurnaan4, yang memberikan kebijaksanaan yang tinggi

    5. Mereka

    telah menerima ajaran dari berbagai Buddha dan membentuk suatu benteng

    pelindung Dharma. Dengan mempertahankan kemurnian Dharma, mereka

    mampu mengeluarkan raungan singa ( untuk mengajar orang lain ), sehingga

    nama mereka terdengar di 10 penjuru. Mereka tidak diundang tetapi datang ke

    persamuwan untuk menyebarluaskan ajaran tentang Triratna dan meneruskannya

    selama-lamanya. Mereka telah menaklukkan semua iblis dan mengalahkan aliran

    sesat serta perbuatan, kata-kata dan pikiran mereka sudah murni dan bersih,

    bebas dari ( 5 ) rintangan6 dan ( 10 ) ikatan

    7. Mereka telah mencapai ketenangan

    batin8 dan memperoleh pembebasan tak terintangi. Mereka telah mencapai

    konsentrasi yang benar dan keseimbangan mental, dengan demikian memperoleh

    kemampuan berbicara tak terintangi. Mereka telah menyempurnakan semua ( 6 )

    paramita; beramal ( dana ), disiplin ( sila ), kesabaran ( ksanti ), ketekunan ( virya ),

    meditasi ( dhyana ), dan kebijaksanaan ( prajna ) berikut metode bijaksana dalam

    mengajar ( upaya ). Sekalipun begitu realisasi ini bagi mereka tidak berarti ada

    pencapaian apapun sehingga mereka selalu selaras dengan sifat dari anutpattika-

    dharma-ksanti. Mereka mampu memutar Roda Dharma tanpa mundur lagi.

    Mampu menginterpretasi ( sifat hakiki dari ) semua fenomena, mereka

    mengetahui dengan baik akar pembawaan ( kecenderungan ) semua makhluk

    hidup, melampaui mereka semua dan mencapai ketidak-gentaran. Mereka telah

    4 Yaitu ke-6 paramita ( beramal, disiplin, kesabaran, ketekunan, ketenangan, dan kebijaksanaan ) dan ke-6

    kekuatan transenden ( penglihatan dewa, pendengaran dewa, mengetahui pikiran semua makhluk hidup,

    mengetahui semua bentuk kehidupan lalu diri sendiri dan makhluk lainnya, kemampuan untuk muncul dimanapun

    sesukanya, memiliki kebebasan mutlak dan pengetahuan untuk mengakhiri arus tumimbal lahir ). 5 Yaitu kebijaksanaan Buddha.

    6 Ke-5 rintangan batin adalah: nafsu, amarah, rasa kantuk, ketegangan / kegelisahan, dan keraguan.

    7 Ke-10 ikatan adalah: tidak tahu malu, tidak ada rasa sungkan, iri / mengagumi, kekejian, rasa menyesal, lamban /

    tumpul, tidak stabil, kemurungan, amarah, dan menyimpan dosa. 8 Yaitu tahap ke-7 dari tidak mengalami kemunduran dalam perkembangan Bodhisattva ke arah Ke-Buddha-an.

  • 12

    mengembangkan pikirannya melalui kebajikan dan kebijaksanaan yang

    dipergunakan untuk menghiasi raut fisik-Nya yang tak tertandingi sehingga

    dengan demikian melampaui semua perhiasan duniawi. Reputasi mereka

    melebihi tingginya Gunung Sumeru. Keyakinan mereka yang mendalam ( pada

    yang tak terciptakan ) tidak terhancurkan bagaikan intan. Kekayaan Dharma

    mereka menerangi semua daratan dan menghujaninya dengan minuman dewa.

    Ucapan mereka sangat luhur dan tak tertandingi. Mereka menerjunkan diri ke

    dalam semua perbuatan duniawi tetapi memutuskan semua pandangan keliru

    karena sudah terbebas dari semua dualisme dan telah menghilangkan

    kemelekatan ( lama ). Mereka dengan tak gentar memberikan auman singa untuk

    membabarkan Dharma, suaranya bagaikan guntur. Mereka tidak dapat dinilai

    karena sudah di luar semua ukuran duniawi. Mereka telah mengumpulkan semua

    kekayaan Dharma dan bertindak sebagai jurumudi ( yang ahli ). Mereka sangat

    menguasai arti yang dalam dari semua Dharma. Mereka mengetahui dengan baik

    keadaan mental dari semua makhluk hidup, tercipta dan musnahnya makhluk

    hidup tersebut ( di dalam siklus kehidupan ). Mereka telah mencapai tahap

    mendekati kebijaksanaan tertinggi yang tak terlampaui dari semua Buddha,

    memperoleh 10 kekuatan tak-gentar ( dasa bala ) yang memberikan pengertian

    sempurna9 dan ke-18 ciri yang berlainan dari seorang Buddha dibanding

    Bodhisattva ( Avenika Dharma ).10

    Sekalipun sudah terbebas dari ( kelahiran ) di

    alam sengsara, mereka muncul di 5 alam fana sebagai tabib mulia untuk

    menyembuhkan semua penyakit, memberikan semua pengobatan yang tepat di

    dalam kasus masing-masing individu, dengan demikian memperoleh pahala

    berlimpah untuk menghiasi tanah Buddha yang tak terhitung banyaknya. Setiap

    9 Dasabala atau 10 kekuatan tak gentar yang memberikan pengetahuan lengkap tentang: 1, apa yang benar atau

    tidak benar dalam berbagai keadaan; 2, karma dari setiap makhluk pada masa lalu, sekarang, dan yang akan

    datang; 3, semua tahap pembebasan melalui dhyana dan Samadhi; 4, pembawaan baik dan jahat dari semua

    makhluk; 5, pengetahuan dan pengertian dari setiap makhluk; 6, keadaan nyata dari setiap individu; 7, arah dan

    konsekuensi dari segala hukum; 8, semua penyebab kematian dan tentang kebaikan dan kejahatan dalam

    kenyataannya; 9, kehidupan sebelumnya dari semua makhluk dan tingkatan nirvana; dan 10, penghancuran segala

    jenis ilusi. 10

    Avenika Dharma atau 18 ciri-ciri tak tertandingi dari seorang Buddha: kesempurnaan atas tubuh ( perbuatan ),

    mulut ( bicara ), dan batin ( pikiran ), seimbang terhadap semuanya, ketenangan, pengorbanan diri, keinginan

    untuk menyelamatkan yang tak berhenti, usaha yang tidak mengendur, pikiran yang tak menyerah termasuk

    kebijaksanaan di dalamnya, kekuatan untuk menyelamatkan, prinsip dari itu, mengungkapkan kebijaksanaan

    sempurna dalam perbuatan, ucapan, dan pikiran, pengetahuan sempurna tentang masa lalu, sekarang, dan yang

    akan datang.

  • 13

    makhluk hidup memperoleh manfaat yang besar dari bertemu dan mendengarkan

    mereka, karena perbuatan mereka itu tidak pernah sia-sia. Demikianlah mereka

    telah memperoleh semua kebajikan unggul.

    Mereka adalah Bodhisattva; Samadarsana, Asamadarsana,

    Asamasamadarsana, Samadivikurvitaraja, Dharmesvara, Dharmaketu,

    Prabhaketu, Prabhavyuha, Mahavyuha, Ratnakuta, Pratibhanakuta, Ratnapani,

    Ratnamudrarahasta, Nityokksiptahasta, Nityapralambahasta, Nityodgriva,

    Nityapramuditendriya, Nityapramuditaraja, Akutilapratisamvid, Gaganaganya,

    Ratnolkaparigrhita, Ratnasri, Ratnadatta, Indrajala, Janniprabha,

    Anavaranadhyana, Prajnakuta, Devaraja, Marapramardaka, Vidyuddeva,

    Vikurvanaraja, Kutanimmitasamalamkara, Simhanadanadin, Meghasvara,

    Griyagrapramardiraja, Gandhahastin, Mahagandhahastin, Nityodyukta,

    Aniksiptadhura, Pramati, Sujata, Padmasrigarbha, Samadhiraja, Padmavyuha,

    Avalokitesvara, Mahasthamaprapta, Brahmajala, Ratnadandin, Ajita, Maravijrta,

    Ksetraamalamkara, Suvarnacuda, Maniratnacchattra, Manicuda, Maitreya,

    Manjusri, dan Bodhisattva lainnya yang semuanya berjumlah 32.000 orang.

    Di sana juga terdapat 10.000 dewa Brahma termasuk Mahadewa Sikkhin

    yang datang dari 4 penjuru untuk mendengarkan Dharma.

    Juga terdapat 12.000 penguasa surga yang datang dari 4 penjuru dan

    mengambil tempat duduk dalam persamuwan.

    Juga terdapat dewa-dewa lain dengan keagungan yang mempesona, naga,

    roh, yaksa, gandharva,asura, garuda, kinnara, mahoraga yang datang dan

    mengambil tempat duduk dalam persamuwan itu.11

    Juga terdapat banyak bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika yang datang ke

    persamuwan.12

    11

    Ke 8 kelompok makhluk spiritual yang selalu datang untuk menengarkan ceramah Buddha adalah: 1, naga; 2, roh

    surgawi; 3, yaksha atau jin, yang tinggal di bumi, di udara, dan di surga yang lebih rendah; 4, gandharva, roh dari

    gunung harum, disebut demikian karena mereka tidak minum arak atau makan daging, tetapi hidup dari dupa dan

    mengeluarkan bau wangi; 5, asura atau titan; 6, garuda, atau burung mistik, ratu dari ras burung, musuh dari ras

    ular dan kendaraan dari Wisnu; 7, kinnara, musisi dari Kuvera ( dewa kayangan ) dengan badan manusia dan

    berkepala kuda; dan 8, mahoraga, setan yang berbentuk seperti Boa.

  • 14

    Demikianlah dengan dikelilingi oleh manusia tak terhitung jumlahnya yang

    datang memberi hormat Hyang Buddha bersiap membabarkan Dharma. Bagaikan

    Gunung Semeru yang menjulang dari lautan, Beliau duduk dengan tentram di atas

    singgasana yang menghadap ke arah persamuwan ( yang berbentuk cembung ).

    Seorang putra sesepuh ( grhapati )13

    bernama Ratna-rasi maju bersama 500

    putra sesepuh dengan membawa canopy yang dihiasi 7 macam permata untuk

    memberi hormat dan persembahan kepada Beliau. Dengan menggunakan

    kekuatan transenden-Nya Hyang Buddha mengubah semua canopy itu menjadi

    satu canopy yang menutupi chiliocosmos besar14

    berikut Gunung Semeru dan

    semua pegunungan yang mengelilinginya, lautan, sungai, kali, matahari, bulan,

    planet, dan bintang, istana dewa, naga, dan roh suci muncul di dalam canopy

    mulia yang juga menutupi para Buddha yang sedang mengajarkan Dharma di 10

    penjuru.

    Semua hadirin yang menyaksikan kekuatan transenden Hyang Buddha

    memuji kejadian langka yang belum pernah terlihat sebelumnya, merangkapkan

    tangan dan menatap Beliau tanpa berhenti.

    Kemudian Ratna-rasi menyanyikan gatha pujian berikut;

    Aku memberi hormat kepada-Nya

    Yang mempunyai mata besar bagaikan teratai hijau

    Yang mempunyai pikiran tak berubah dan tenang

    Yang telah mengumpulkan perbuatan suci tak terhitung

    Yang membimbing semua makhluk bebas dari tumimbal lahir

    Aku telah melihat Sang Bhagava menggunakan kekuatan transenden-Nya

    Untuk menciptakan dunia tak terhitung di 10 penjuru

    Semua ini telah dilihat dan didengar oleh para hadirin

    12

    Pendeta laki-laki dan perempuan, umat laki-laki dan perempuan. 13

    Grhapati: seorang sesepuh yang adil, tegas, dan jujur. 14

    Suatu chiliocosmos besar ( tri-sahasra-maha-sahasra-loka dhatu ): Gunung Sumeru dan ke-7 benua, 8 lautan dan

    jajaran pegunungan yang mengelilinginya membentuk 1 dunia kecil; 1.000 dunia kecil ini membentuk 1

    chiliocosmos kecil; 1.000 chiliocosmos kecil ini membentuk 1 chiliocosmos medium; 1.000 chiliocosmos medium ini

    membentuk 1 chiliocosmos besar, yang terdiri dari 1.000.000 dunia kecil.

  • 15

    Kakuatan Dharma-Mu melampaui semua makhluk dan

    Menganugerahi mereka dengan kesunyataan hukum

    Dengan ketrampilan yang tinggi Engkau membedakan semuanya

    Sambil tidak bergerak didalam Realitas

    Engkau yang telah terbebaskan dari semua fenomena

    Demikianlah kepada Sang Raja Dharma aku menyembah

    Engkau tidak mengajar apa yang ada dan tidak ada

    Arena semua hal / benda tercipta dari sebab dan akibat

    Tanpa diri, yang melakukan, atau perbuatan

    Tetapi, karma baik atau buruk itu tak dapat diingkari

    Di bawah pohon Bodhi, Engkau menaklukkan Mara

    Memperoleh Ambrosia, mencapai Nirvana, dan memenangkan Bodhi

    Engkau telah terbebas dari pikiran, pemikiran, dan perasaan

    Dengan demikian menaklukkan aliran sesat

    Memutar tiga kali di dalam chiliocosmos ini

    Roda hukum yang murni dan bersih di dalam hati

    Untuk ini dewa dan manusia yang telah diselamatkan membuktikan

    Demikianlah Tri Ratna muncul didalam dunia Saha ini

    Untuk menyelamatkan makhluk hidup dengan Dharma yang luhur ini

    Yang jika diterapkan selalu membimbing ke Nirvana

    Engkau adalah Raja Tabib yang menghancurkan usia tua,

    Penyakit dan kematian. Maka kepada Dharma-Mu yang tak terbatas

    Dengan pahalanya yang tak terhitung, aku memberi hormat

    Sedang Engkau bagaikan Gunung Semeru

    Yang tidak bergeming oleh pujian maupun celaan

    Belas kasihan-Mu menjangkau orang baik maupun jahat

  • 16

    Bagaikan angkasa pikiran-Mu tetap seimbang

    Apakah ada yang tidak menghormat Buddha manusia ini

    Sesudah mendengar tentang-Nya ?

    Aku telah mempersembahkan kepada-Nya satu canopy kecil

    Yang menutupi satu chiliocosmos besar berikut istana dewa

    Naga dan roh, Gandharva, yaksha dan lainnya

    Maupun semua raja di dunia ini

    Dengan welas asih Dia mengunakan 10 kekuatan-Nya

    Untuk mengubah ini. Para saksi memuja Hyang Buddha

    Aku menyembah kepada Yang Paling Dijunjungi di 3 dunia

    Seluruh hadirin ( kini ) berlindung kepada Raja Dharma

    Mereka yang menatap-Nya diliputi kegembiraan

    Msing-masing melihat Sang Bhagava di depannya; ini adalah salah satu dari

    18 ciri khusus-Nya

    Bila Dia membabarkan Dharma dengan suara yang sama, semua makhluk

    memahaminya sesuai dengan kondisi mereka masing-masing

    Dengan mengatakan Sang Bhagava berbicara dalam bahasa mereka

    Ini merupakan salah satu dari 18 ciri khusus-Nya

    Bila Dia membabarkan Dharma dengan satu suara

    Mereka memperoleh pengertian sesuai versi masing-masing

    Memperoleh manfaat besar dari apa yang mereka kumpulkan

    Bila Dia membabarkan Dharma dengan satu suara

    Ada yang diliputi ketakutan, ada yang diliputi kegembiraan

    Ada yang membenci-Nya sedangkan yang lain terbebas dari keraguan

    Ini merupakan salah satu dari 18 ciri khusus-Nya

    Aku menyembah pada Pemilik 10 Kekuatan

    Aku menyembah pada-Nya yang telah mencapai ketidak-gentaran

  • 17

    Memperoleh kesemua 18 ciri khusus

    Aku menyembah kepada-Nya

    Yang Membimbing makhluk lain bagai jurumudi

    Aku menyembah pada-Nya yang telah membebaskan semua ikatan

    Aku menyembah pada-Nya yang telah mencapai pantai seberang

    Aku menyembah pada-Nya yang mampu menyelamatkan semua dunia

    Aku menyembah pada-Nya yang telah terbebas dari kelahiran dan

    kematian, yang mengetahui datang dan perginya makhluk hidup

    Dan menembus semua hal untuk mencapai pembebasan-Nya

    Yang sangat trampil dalam perbuatan-perbuatan Nirvana

    Tidak tercemar bagai teratai

    Yang menembus kedalam segalanya tanpa rintangan

    Aku menyembah kepada-Nya yang bagaikan angkasa

    Tanpa bergantung pada apapun

    Sesudah menyanyikan gatha itu, Ratna-rasi berkata pada Hyang Buddha,

    Yang Dijunjungi, ke-500 putera sesepuh ini telah memutuskan untuk mencari

    penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ), mereka semua ingin

    mengetahui bagaimana mendapatkan tanah Buddha yang murni dan bersih.

    Maukah Hyang Junjungan mengajarkan kami perilaku / perbuatan-perbuatan

    Bodhisattva yang menghasilkan pencapaian tanah suci ?

    Hyang Buddha bersabda, Bagus, Ratna-rasi, bagus sekali engkau bisa

    mewakili para Bodhisattva menanyakan perilaku yang menghasilkan pencapaian

    tanah suci Buddha. Dengarkan baik-baik dan renungkan apa yang akan

    Kuberitahukan.

    Kemudian Ratna-rasi dan ke-500 putera sesepuh mendengarkan instruksi-

    Nya dengan penuh perhatian.

    Hyang Buddha bersabda, Ratna-rasi, segala jenis makhluk hidup

    merupakan tanah Buddha yang dicari oleh semua Bodhisattva. Mengapa begitu ?

  • 18

    Karena seorang Bodhisattva memperoleh tanah Buddha sesuai dengan makhluk

    hidup yang diubahnya ( ke dalam Dharma ), sesuai dengan makhluk hidup yang

    dijinakkan olehnya, sesuai dengan negeri ( dimana mereka akan menitis ) untuk

    mencapai kebijaksanaan Buddha, dan dimana mereka akan menanam akar Bodhi

    Mengapa begitu ? Karena seorang Bodhisattva memperoleh tanah suci hanya

    semata-mata untuk kepentingan semua makhluk hidup. Sebagai contoh seorang

    bisa membangun istana dan rumah di atas tanah kosong tanpa kesukaran, tapi dia

    akan gagal bila mencoba membangunnya di angkasa ( tanpa media / fondasi ).

    Demikian pula seorang Bodhisattva, demi untuk menyempurnakan makhluk

    hidup, mencari tanah Buddha yang tak bisa diketemukan di dalam angkasa (

    kosong ).

    Ratna-rasi, perlu engkau ketahui bahwa pikiran yang lurus adalah tanah

    sucinya Bodhisattva, karena bila ia mencapai ke-Buddha-an, makhluk yang tidak

    munafik dan menipu akan terlahir di alam-Nya.

    Pikiran yang luhur adalah tanah sucinya Bodhisattva , karena bila ia

    mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang telah mengumpulkan segala pahala

    akan terlahir di alam-Nya.

    Pikiran Mahayana adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia telah

    mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang mencari Mahayana akan terlahir di

    alam-Nya.

    Beramal ( dana ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila ia

    mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang bisa memberikan ( untuk amal )

    akan terlahir di alam-Nya.

    Disiplin ( sila ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia mencapai

    ke-Buddha-an, makhluk hidup yang telah memegang 10 larangan akan terlahir di

    alam-Nya.

    Kesabaran ( ksanti ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia

    mencapai ke-Buddha-an, makhluk hidup yang dikaruniai dengan 32 ciri fisik

    unggul akan terlahir di alam-Nya.

  • 19

    Ketekunan ( virya ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia

    mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang rajin dalam melaksanakan

    perbuatan baik akan terlahir di alam-Nya.

    Ketenangan / meditasi ( dhyana ) adalah tanah sucinya Bodhisattva,

    karena bila dia mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang pikirannya terkendali

    dan tenang akan terlahir di alam-Nya.

    Kebijaksanaan ( prajna ) adalah tanah sucinya Bodhisattva, karena bila dia

    mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang mencapai prajna akan terlahir di

    alam-Nya.

    Ke-4 pikiran tak terhingga ( catvari apramanani )15

    adalah tanah suci

    Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang telah

    mempraktekkan dan menyempurnakan ke-4 tak terbatas: cinta kasih, belas

    kasihan, kegembiraan, dan keseimbangan, akan terlahir di alam-Nya.

    Ke-4 tindakan persuasif ( catur samgraha vastu )16

    adalah tanah suci

    Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an makhluk hidup yang

    memperoleh manfaat dari bimbingan-Nya yang bermanfaat akan terlahir di alam-

    Nya.

    Metode bijaksana ( upaya kausalya )17

    untuk mengajarkan kebenaran

    mutlak adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an,

    makhluk hidup yang mahir dengan upaya akan terlahir di alam-Nya.

    15

    Catvari apramanani, ke-4 pikiran tak terukur atau tak terhingga dari Buddha: cinta kasih tak terbatas ( matre )

    yang memberikan kegembiraan dan kebahagiaan; belas kasihan tak terbatas ( karuna ) untuk menyelamatkan dari

    penderitaan; kegembiraan tak terbatas ( mudita ) karena melihat yang lainnya terbebaskan dari penderitaan; dan

    keseimbangan tak terbatas ( upeksa ) yaitu mengangkat diri di atas emosi-emosi ini, atau melepaskan semua hal

    seperti pembedaan antara teman dan musuh, dan sebagainya, dengan demikian menghapuskan semua

    diskriminasi. 16

    Catur-samgraha-vastu, 4 tindakan simpatik Bodhisattva: a) dana, memberikan apa yang diinginkan orang lain

    untuk membimbing mereka agar mencintai dan menerima kebenaran; b) priyavacana, kata-kata manis, dengan

    tujuan yang sama; c) arthakrtya, perbuatan bermanfaat bagi orang lain, dengan tujuan yang sama; dan d)

    samanarthata, bekerja sama dan menyesuaikan diri dengan orang lain untuk membimbing mereka ke arah

    kebenaran. 17

    Upaya kausalya: metode bijaksana trampil untuk membabarkan keadaan absolut dari penerangan yang tak

    terungkapkan dan tak terlukiskan.

  • 20

    Ke-37 tahap pembantu ke arah perkembangan ( bodhi-paksika-dharma )18

    adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an, makhluk

    hidup yang telah mempraktekkan ke-4 tahap kesadaran dengan baik (

    smrtyupasthana ),19

    dan ke-4 usaha yang benar ( samyak prahana ),20

    ke-4 langkah

    ke arah kekuatan batin ( rddhipada ),21

    ke-5 faktor kemampuan spirituil (

    pancaindriani ),22

    ke-5 kekuatan transenden ( panca balani ),23

    ke-7 tingkatan

    penerangan ( sapta bodhyanga ),24

    dan 8 jalan mulia ( asta marga )25

    akan terlahir

    di alam-Nya.

    Pelimpahan ( dari pahala seorang untuk menyelamatkan orang lain )

    adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an tanahnya

    akan dihiasi semua jenis pahala kebajikan.

    Mengajarkan pemusnahan 8 keadaan menyedihkan26

    adalah tanah suci

    Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-Buddha-an tanahnya akan bebas dari

    keadaan tidak menyenangkan tersebut.

    18

    Ke-37 tahap pembantu ke arah penerangan ( bodhi-paksika-dharma ): ke-4 tahap kesadaran, ke-4 jenis

    pengerahan usaha yang benar, ke-4 tahap ke arah kekuatan ajaib, ke-5 kemampuan spirituil, ke-5 kekuatan

    transenden, ke-7 tingkatan penerangan, dan ke-8 jalan mulia. 19

    Smrtyupasthana; ke-4 rangkap tahap kesadaran untuk melaksanakan prosedur 5 rangkap Hinayana guna

    memenangkan pikiran yang terdiri dari perenungan: a) bahwa badan itu tidak bersih; b) perasaan selalu

    menyebabkan penderitaan; c) pikiran itu tidak permanen; dan d) hal / benda itu tidak bebas dan tidak mempunyai

    sifatnya sendiri. Prosedur 5 rangkap Hinayana untuk menghilangkan nafsu, kebencian, kepalsuan, egois, dan

    kekacauan dari pikiran terdiri dari: meditasi atas: ketidakmurnian ( impurities ); welas asih; sebab-akibat; tidak

    memihak / seimbang; dan menghitung pernafasan. 20

    Samyak prahana, 4 usaha yang benar: menghentikan kejahatan yang ada, mencegah timbulnya kejahatan,

    membangkitkan kebaikan, dan mengembangkan kebaikan yang sudah ada. 21

    Rddhipada, 4 langkah ke arah rddhi atau kekuatan supernatural: konsentrasi intensif, usaha intensif,

    mempertahankan posisi yang telah dicapai secara intensif, dan meditasi intensif pada prinsip-prinsip hakiki. 22

    Panca indriani, ke-5 kemampuan spirituil: keyakinan, ketekunan, pikiran yang benar, konsentrasi, dan

    kebijaksanaan. 23

    Panca balani, ke-5 kekuatan dari: keyakinan, menghancurkan keragu-raguan; ketekunan, menghancurkan

    kemalasan; pikiran yang benar menghancurkan kepalsuan; konsentrasi menghancurkan pikiran yang kacau dan

    mengembara; dan kebijaksanaan menghancurkan kebodohan. 24

    Sapta-bodhyanga, ke-7 tingkatan penerangan: membedakan yang benar dan salah; semangat; kegembiraan;

    keentengan; kesadaran yang benar; ketenangan dan keseimbangan terhadap semua keadaan. 25

    Asta marga, 8 jalan mulia: pandangan yang benar; pikiran yang benar; perkataan yang benar; perbuatan yang

    benar; penghidupan yang benar; usaha yang benar; kesadaraan yang benar; dan meditasi yang benar. 26

    Ke-8 keadaan menyedihkan dimana sangat sulit untuk bertemu seorang Buddha atau mendengar Dharma-Nya

    adalah: didalam neraka sebagai setan kelaparan; sebagai binatang; di Uttarakuru, kontinen di sebelah Utara

    dimana kehidupan itu agak nyaman dan orang-orangnya tidak mempunyai kesempatan untuk mendengarkan

    Dharma; di surga kehidupan yang panjang, dimana kehidupan sangat panjang dan nyaman dan penghuninya tidak

  • 21

    Memegang sila sambil menahan diri untuk mengeritik orang lain yang

    tidak melakukannya adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia mencapai ke-

    Buddha-an negerinya akan terbebas dari orang-orang yang melanggar larangan.

    Ke-10 perbuatan baik27

    adalah tanah suci Bodhisattva, karena bila dia

    mencapai ke-Buddha-an dia akan berusia panjang,28

    dia akan kaya,29

    dia akan

    hidup suci,30

    kata-katanya selalu benar,31

    ucapannya halus,32

    pengikutnya tidak

    akan meninggalkannya karena suka mendamaikan / menengahi,33

    bicaranya

    selalu bermanfaat bagi lainnya,34

    dan makhluk hidup yang terbebas dari rasa iri,

    marah, dan pandangan yang tidak benar, akan terlahir di alam-Nya.

    Jadi, Ratna-rasi, karena pikirannya yang lurus, seorang Bodhisattva bisa

    bertindak dengan jujur; karena perbuatan yang jujur dia memperoleh pikiran

    yang luhur; karena pikirannya yang luhur, hatinya selalu terkendali; karena

    hatinya yang terkendali, perbuatannya selaras dengan Dharma ( yang

    didengarnya ); karena perbuatannya selaras dengan Dharma, dia bisa

    melimpahkan pahalanya untuk kepentingan orang lain; karena pelimpahan ini, dia

    bisa menggunakan metode bijaksana ( upaya ); karena metode bijaksananya, dia

    bisa membimbing makhluk hidup menuju kesempunaan; karena dia bisa

    membimbing mereka menuju kesempurnaan, tanah Buddhanya menjadi murni;

    karena tanah Buddhanya yang murni, ajaran Dharmanya menjadi murni; karena

    ajaran Dharmanya yang murni, kebijaksanaannya menjadi murni; karena

    kebijaksanaannya yang murni pikirannya menjadi murni; dan karena pikirannya

    yang murni semua kebajikannya menjadi murni.

    pernah memikirkan Dharma; sebagai orang tuli, buta, dan bisu; sebagai filsuf duniawi yang meremehkan Dharma;

    dan didalam masa antara 2 Buddha. 27

    Yaitu tidak melakukan 10 kejahatan: membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, membicarakan orang lain,

    bicara kasar, omong kosong, nafsu, amarah, dan pandangan sesat. 28

    Karena ia tidak membunuh. 29

    Karena ia tidak mencuri. 30

    Karena ia tidak berzinah. 31

    Karena ia tidak berbohong. 32

    Karena ia tidak berbicara kasar. 33

    Karena ia tidak membicarakan orang lain / memecah belah. 34

    Karena ia tidak beromong kosong.

  • 22

    Oleh karena itu, Ratna-rasi, jika seorang Bodhisattva ingin memperoleh

    tanah suci, dia harus membersihkan pikirannya dan karena pikirannya yang murni,

    tanah Buddhanya menjadi murni.

    Sewaktu Sariputra sedang terpukau oleh keagungan menakjubkan dari

    Hyang Buddha, Dia merenung, Jika tanah suci Buddha ini menjadi murni oleh

    pikiran Bodhisattva yang murni, apakah ini disebabkan oleh pikiran Yang

    Dijunjungi tidak murni sewaktu Beliau masih di tahap Bodhisattva, sehingga tanah

    Buddha ini ( yakni dunia ini ) begitu tidak bersih ( sebagaimana yang terlihat oleh

    kita sekarang )?

    Hyang Buddha mengetahui pikiran-Nya ini dan berkata pada Sariputra,

    Apakah matahari dan bulan tidak bersih kalau seorang buta tidak melihat

    kebersihannya ? Sariputra menjawab, Yang Dijunjungi, ini merupakan

    kesalahan dari orang buta itu sendiri dan bukan pada matahari dan bulan. Hyang

    Buddha berkata, Sariputra, disebabkan oleh kebutaan ( spirituil ) mereka,

    makhluk hidup tidak melihat keindahan yang menakjubkan dari tanah suci

    Tathagata, ini bukanlah kesalahan dari Tathagata. Sariputra, tanah Buddha-Ku ini

    selalu murni, tetapi engkau tidak melihat kemurniannya.

    Pada saat itu dewa Brahman dengan seikat rambut di kepalanya (

    menyerupai kepang ) berkata kepada Sariputra, Jangan berpikir bahwa tanah

    Buddha ini tidak murni. Mengapa ? Karena aku melihat tanah Buddha Sakyamuni

    itu murni dan bersih bagaikan istana surgawi. Sariputra berkata, Aku melihat

    dunia ini penuh dengan bukit, gunung, lubang, duri, batu, dan tanah, yang

    semuanya tidak bersih. Brahman berkata, Disebabkan pikiranmu yang naik

    turun dan tidak selaras dengan kebijaksanaan Buddha maka engkau melihat tanah

    ini tidak bersih. Sariputra, karena seorang Bodhisattva bersikap seimbang

    terhadap semua makhluk dan pikiran luhurnya yang murni dan bersih selaras

    dengan Buddhadharma, maka dia dapat melihat bahwa tanah Buddha ini ( juga )

    murni dan bersih.

    Pada saat itu Hyang Buddha menekankan jempol kaki kanan-Nya ke tanah

    dan dunia ini mendadak dihiasi dengan ratusan dan ribuan permata langka dan

    berharga dari chiliocosmos raya, seperti halnya tanah suci Buddha Ratnavyuha

  • 23

    yang dihiasi dengan pahala mulia tak terhitung, dimana para hadirin memuji

    karena belum pernah terlihat sebelumnya; disamping itu setiap orang yang hadir

    mendapatkan dirinya sedang menduduki satu teratai mulia.

    Hyang Buddha berkata kepada Sariputra, Lihatlah kemurnian yang mulia

    dari tanah Buddha-Ku. Sariputra berkata, Yang Dijunjungi, aku belum pernah

    melihat dan mendengar tanah Buddha dalam kemurniannya yang seindah ini.

    Sang Buddha menjawab, Tanah Buddha-Ku ini selamanya murni, tetapi kelihatan

    kotor agar Aku bisa membimbing dan menyelamatkan orang-orang dengan

    kesadaran spiritual yang rendah. Ini bagaikan para dewa di surga Trayastrimsa

    yang mengambil makanan dari wadah yang sama, akan tetapi cita rasanya

    berlainan sesuai dengan pahala masing-masing yang mencicipinya. Demikianlah,

    Sariputra, orang yang murni pikirannya melihat dunia ini dalam kemurniannya

    yang indah.

    Sewaktu tanah Buddha ( yaitu dunia ) ini muncul dalam kemurniannya yang

    indah, ke-500 putera sesepuh yang datang bersama Ratnarasi mencapai

    anutpattika-dharma-ksanti, dan 84.000 manusia mengembangkan pikirannya ke

    arah penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ).

    Hyang Buddha kemudian berhenti menekankan jempol kaki-Nya ke tanah

    dan dunia ini berubah kembali kedalam keadaannya semula ( yang kotor ). 32.000

    dewa dan manusia yang mendambakan tahapan Sravaka mengerti ketidakkekalan

    semua fenomena, menjauhi diri dari kekotoran duniawi dan memperoleh mata-

    Dharma ( yang bisa melihat kesunyataan dari 4 Kebenaran Mulia ),35

    8.000 bhiksu

    menjauhkan diri dari fenomena dan berhasil mengakhiri arus tumimbal lahir (

    dengan demikian mencapai ke-Arahat-an ).

    35

    Ke-4 Kebenaran Mulia ( catvariarya-satyani ) adalah: pendritaan ( dukkha ), penyebabnya ( samudaya ),

    pemusnahannya ( nirodha ), dan caranya ( marga ). Hal ini diajarkan oleh Sang Buddha kepada ke-5 orang teman

    pertapa-Nya dan mereka yang menerimanya berada di tingkatan Sravaka.

  • 24

    BAB II

    METODE MENGAJAR DENGAN BIJAKSANA ( UPAYA )

    Di kota besar Vaisali hidup seorang sesepuh bernama Vimalakirti yang telah

    memberi persembahan kepada Buddha yang tak terhitung banyaknya dan telah

    menanam segala akar kebajikan, sehingga dengan demikian mencapai

    anutpattika-dharma-ksanti. Kemampuan berbicara-Nya yang tak terintangi

    memungkinkan-Nya untuk mengembara kemana-mana dengan kekuatan batin

    guna mengajari orang lain. Dia telah dapat mengendalikan secara mutlak

    pengaruh kebaikan dan kejahatan ( Dharani ) sehingga dengan demikian

    memperoleh ketidak-gentaran. Demikianlah ia menaklukkan semua nafsu dan

    iblis, memasuki semua pintu Dharma yang dalam kearah penerangan, unggul

    didalam penyempurnaan kebijaksanaan ( prajna-paramita ) dan sangat mahir

    dengan segala metode mengajar bijaksana ( upaya ), sehingga dengan begitu

    memenuhi semua ikrar agung36

    Bodhisattva. Dia mengetahui dengan baik semua

    kecenderungan mental makhluk hidup dan bisa membedakan berbagai akar (

    spirituil ) mereka. Dia telah menempuh Jalan Buddha cukup lama dan pikirannya

    tak bernoda. Karena dia mengerti Mahayana, semua perbuatannya didasari oleh

    pikiran yang benar. Sambil berdiam di dalam keagungan Buddha yang

    menakjubkan, pikiran-Nya lapang bagai samudera. Dia dipuji oleh semua Buddha

    dan dihormati oleh dewa Indra dan dewa Brahma. Karena telah bertekad untuk

    menyelamatkan manusia, maka dengan cara bijaksana Dia menetap di Vaisali

    untuk tujuan ini.

    Dia menggunakan kekayaan-Nya yang tak terbatas untuk membantu orang

    miskin;37

    Dia memegang semua aturan moralitas dan disiplin untuk memperbaiki

    mereka yang melanggar sila;38

    Dia menggunakan kesabaran-Nya yang tinggi untuk

    mengajari mereka yang mengobarkan kemarahan dan kebencian;39

    Dia

    mengajarkan semangat dan ketekunan kepada mereka yang malas / lengah;40

    Dia

    36

    Contohnya ke-48 ikrar agung Buddha Amitabha. 37

    Dia mempraktekkan dana paramita atau penyempurnaan beramal. 38

    Dia mempraktekkan sila paramita atau penyempurnaan disiplin. 39

    Dia mempraktekkan ksanti paramita atau penyempurnaan kesabaran 40

    Dia mempraktekkan virya paramita atau penyempurnaan ketekunan.

  • 25

    menggunakan ketenangan untuk menghentikan pikiran yang bergolak;41

    dan

    menggunakan kebijaksanaan yang tegas untuk menaklukkan kebodohan.42

    Sekalipun mengenakan jubah putih ( dari orang awam ) Dia mematuhi semua

    peraturan Sangha. Sekalipun sebagai seorang perumah-tangga, Dia bebas dari

    segala keterikatan didalam ke-3 alam; nafsu, wujud, dan tanpa wujud. Sekalipun

    Dia menikah dan mempunyai anak, Dia sangat rajin mempraktekkan kehidupan

    murni. Sekalipun sebagai perumah-tangga, Dia selalu menjaga diri dari urusan-

    urusan keluarga ( menyepi ). Sekalipun mengenakan permata dan perhiasan, Dia

    menghiasi tubuh-Nya dengan ciri-ciri spirituil43

    yang agung. Sekalipun Dia makan

    dan minum ( seperti orang lain ), Dia senang memasuki lautan meditasi.44

    Sewaktu memasuki tempat perjudian Dia selalu mencoba menyadarkan dan

    menyelamatkan orang-orang di situ. Dia menerima orang-orang dari aliran sesat

    tetapi tidak pernah menyimpang dari keyakinan yang benar. Sekalipun

    menguasai pengetahuan klasik ( duniawi ), Dia selalu berbahagia di dalam Buddha

    Dharma. Dia dihormati oleh semua yang berjumpa dengan-Nya. Dia

    mempertahankan kemurnian Dharma dan mengajarinya kepada orang tua

    maupun muda.

    Sekalipun kadang-kadang Dia memperoleh keuntungan dalam kegiatan

    duniawi, Dia tidak bergembira atau terikat oleh perolehan ini. Bila berjalan di luar

    Dia tidak pernah lalai untuk mengubah orang lain ( ke dalam ajaran Dharma ). Bila

    memasuki gedung pemerintahan Dia selalu melindungi orang lain ( dari

    ketidakadilan ). Bila mengikuti simposium Dia membimbing orang lain ke

    Mahayana. Bila mengunjungi sekolah Dia mendidik para siswa. Bila memasuki

    rumah bordil Dia mengungkapkan dosa dari bersetubuh. Bila memasuki rumah

    minum Dia menyadarkan para peminum. Bila berada di antara para sesepuh Dia

    termasuk yang paling disegani karena mengajari mereka Dharma yang mulia. Bila

    berada di antara para upasaka Dia termasuk yang paling dihormati karena

    mengajari mereka bagaimana menghilangkan segala nafsu dan keterikatan. Bila

    berada di antara kasta yang memerintah Dia termasuk yang paling disegani

    41

    Dia mempraktekkan dhyana paramita atau penyempurnaan meditasi. 42

    Dia mempraktekkan prajna paramita atau penyempurnaan kebijaksanaan. 43

    Ciri spirituil sebagaimana diungkapkan oleh praktek Dharma-Nya yang benar. 44

    Yaitu rasa atau sensasi misterius yang dialami oleh seseorang yang mencapai ketenangan atau dhyana.

  • 26

    karena mengajari mereka bagaimana menahan diri. Bila berada di antara kaum

    Brahmana Dia termasuk yang paling disegani karena mengajari mereka

    bagaimana menaklukkan kebanggaan ( diri ) dan prasangka. Bila berada di antara

    para pembesar / pejabat negara Dia termasuk yang paling disegani karena

    mengajari mereka hukum yang benar. Bila berada di antara pangeran Dia

    termasuk yang paling disegani karena mengajari mereka kesetiaan dan berbakti.

    Bila berada di lingkungan dalam istana Dia termasuk yang paling disegani karena

    mengubah semua abdi / dayang kehormatan di situ. Bila berada di antara orang

    awam Dia termasuk yang paling disegani karena Dia mendorong mereka untuk

    mengembangkan segala sifat bajik. Bila berada di antara Dewa Brahma Dia

    termasuk yang paling disegani karena Dia mendorong para dewa untuk mencapai

    kebijaksanaan Buddha. Bila berada di antara dewa Sakra dan dewa Indra, Dia

    termasuk yang paling disegani karena Dia mengungkapkan kepada mereka

    ketidakkekalan ( dari segalanya ). Bila berada di antara Lokapala45

    Dia termasuk

    yang paling disegani karena Dia melindungi semua makhluk hidup.

    Demikianlah Vimalakirti menggunakan metode bijaksana ( upaya ) yang tak

    terhitung untuk mengajar dan membantu makhluk hidup. Sekarang dengan

    menggunakan upaya Dia tampil dalam keadaan sakit, dan untuk menanyakan

    kesehatannya para raja, menteri, sesepuh, upasaka, brahmana, dan sebagainya,

    maupun pangeran dan pembesar lainnya yang berjumlah beberapa ribu orang

    datang menjenguk-Nya. Demikianlah dengan menggunakan badan-Nya yang

    sakit, Vimalakirti menerima dan menerangkan Dharma kepada mereka sambil

    berkata, Orang bajik, tubuh manusia ini tidak kekal, tidak kuat, dan tidak tahan

    lama, tubuh ini akan lapuk sehingga tidak dapat diandalkan. Tubuh ini

    menyebabkan kekuatiran dan penderitaan, menjadi korban berbagai jenis

    penyakit. Orang bajik, semua orang bijaksana tidak pernah mengandalkan tubuh

    ini yang bagaikan segumpal busa, yang tidak berbentuk. Tubuh ini bagaikan

    gelembung dan tidak tahan lama. Tubuh ini bagaikan nyala api dan dihasilkan dari

    kehausan nafsu. Tubuh ini bagaikan pohon nenas yang kosong di tengahnya.

    Tubuh ini bagaikan ilusi yang diciptakan oleh pikiran yang menyimpang. Tubuh ini

    bagaikan mimpi yang dibentuk oleh pandangan khayal. Tubuh ini bagaikan

    45

    Penjaga / pelindung dunia dan Dharma.

  • 27

    bayangan yang disebabkan oleh karma. Tubuh ini bagaikan pantulan suara karena

    dibentuk oleh sebab dan kondisi. Tubuh ini bagaikan awan mengambang yang

    berpencar setiap saat. Tubuh ini bagaikan kilat karena tidak bertahan sekejab-

    pikiran-pun. Tubuh ini tidak berpemilik karena bagaikan bumi. Tubuh ini tidak

    ber-ego karena menyerupai api ( yang membunuh dirinya sendiri ). Tubuh ini

    tidak kekal bagaikan angin. Tubuh ini tidak manusiawi karena bagaikan air.

    Tubuh ini tidak nyata dan keberadaannya tergantung pada ke-4 elemen. Tubuh

    ini kosong karena bukan ego maupun obyeknya. Tubuh ini tak berpengetahuan

    bagaikan rumput, pohon, dan tempayan. Tubuh ini bukan penggerak utama,

    tetapi digerakkan oleh angin ( nafsu ). Tubuh ini tidak murni dan penuh

    kekotoran. Tubuh ini palsu dan walaupun dicuci, dimandikan, diberi baju dan

    makan akan menjadi lapuk dan mati pada akhirnya. Tubuh ini merupakan petaka

    yang terikat oleh berbagai jenis penyakit dan penderitaan. Tubuh ini bagaikan

    sumur tua karena diikuti oleh kematian. Tubuh ini tidak tetap dan akan

    meningga. Tubuh ini bagaikan ular berbisa, musuh yang mematikan,

    perkumpulan sementara ( tanpa realita dasar ), dibentuk oleh 5 skandha, 12 pintu

    masuk ( ke-6 organ dan obyeknya ), dan 18 alam sensasi ( ke-6 organ, obyeknya,

    dan persepsinya ).

    Orang bijaksana, karena tubuh ( manusia ) begitu menjijikkan, kalian harus

    mencari Tubuh Buddha. Mengapa ? Karena Tubuh Buddha disebut Dharmakaya46

    yang dihasilkan oleh pahala dan kebijaksanaan yang tak terbatas; hasil dari

    disiplin, meditasi, 32 prajna, pembebasan dan pengetahuan sempurna tentang

    pembebasan; hasil cinta kasih, welas asih, kegembiraan, dan keseimbangan ( dari

    emosi ); konsekuensi dari ( ke-6 penyempurnaan ) beramal, disiplin, kesabaran,

    ketekunan, meditasi, dan kebijaksanaan; dan kelanjutan dari pengajaran bijaksana

    ( upaya ); ke-6 kekuatan batin;47

    ke-3 waskita;48

    ke-37 tahap pembantu ke arah

    46

    Yaitu: esensi tubuh spirituil Buddha, bebas dari kelahiran dan kematian, tidak berwujud dan berada di luar ke-3

    alam nafsu, wujud, dan tanpa wujud. 47

    Ke-6 kekuatan batin ( sadabhijna ): 1, mata dewa; 2, telinga dewa; 3, mengetahui segala pikiran makhluk hidup;

    4, mengetahui semua bentuk kehidupan lampau sendiri dan makhluk lainnya; 5, kemampuan untuk muncul

    dimanapun semaunya dan kebebasan mutlak; dan 6, pengetahuan atas penghentian arus kelahiran dan kematian. 48

    Ke-3 waskita ( pandangan terang ) ke arah kondisi kematian diri dan makhluk lain di masa lalu, masa yang akan

    datang, dan penderitaan kehidupan sekarang, agar bisa menaklukkan semua nafsu dan godaan.

  • 28

    penerangan; ketenangan, dan pengertian;49

    ke-10 kekuatan Buddha ( dasa bala );

    ke-4 jenis ketidak-gentaran ( fearlessness );50

    ke-18 ciri Hyang Buddha yang tak

    tertandingi; penghapusan semua kejahatan dan pelaksanaan semua perbuatan

    baik; kejujuran dan kebebasan dari keteledoran dan kehilangan kendali.

    Jadi Tubuh Tathagata dihasilkan oleh kemurnian dan kebersihan yang tak

    terhitung jenisnya. Orang bajik, jika engkau ingin memperoleh Tubuh Buddha

    agar terhindar dari semua penyakit makhluk hidup, engkau harus memutuskan

    untuk mencari penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ).

    Demikianlah sang sesepuh Vimalakirti membabarkan Dharma kepada

    semua yang datang menjenguk-Nya, sambil mendorong tamu yang tak terhitung

    banyaknya untuk mencari penerangan sempurna.

    49

    Yaitu samatha-vipasyana. 50

    Ke-4 jenis ketidak-gentaran Buddha timbul dari maha tahu-Nya; kesempurnaan karakter; menaklukkan oposisi;

    dan mengakhiri penderitaan.

  • 29

    BAB III

    PARA SISWA

    Vimalakirti bertanya dalam hati, mengapa Hyang Buddha yang sangat

    welas asih tidak bersimpatik kepada-Nya yang sedang terbaring sakit di tempat

    tidur. Hyang Buddha mengetahui pikiran-Nya dan berkata pada Sariputra,

    Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti.

    Sariputra berkata, Yang Dijunjungi, aku tak pantas mengunjungi dan

    menjenguk-Nya. Alasannya adalah; pernah sekali pada saat aku sedang duduk

    bermeditasi di bawah pohon di suatu hutan kecil, Vimalakirti datang dan berkata,

    Sariputra, meditasi itu tidak perlu duduk saja. Karena meditasi berarti tidak

    munculnya perbuatan, tubuh, dan pikiran didalam ke-3 dunia nafsu, wujud, dan

    tanpa wujud; tidak memikirkan kediaman ( inactivities ) sewaktu didalam Nirvana

    sambil muncul ( di dunia ) dengan sikap tubuh yang menimbulkan respek;51

    tidak

    menyimpang dari Kebenaran dalam / sewaktu menangani urusan duniawi; pikiran

    yang tidak berdiam didalam maupun diluar, tidak terpengaruh oleh pandangan

    yang salah sewaktu mempraktekkan ke-37 tahap pembantu ke arah penerangan;

    dan tidak menghapus rintangan ( klesa ) sewaktu memasuki keadaan Nirvana.

    Jika engkau bisa duduk bermeditasi dengan demikian engkau akan mendapat

    pengesahan Buddha ( abhiseka-daki-Buddha ).

    Yang Dijunjungi, sewaktu mendengar ucapan-Nya, aku tercengang dan

    tidak dapat menjawab. Oleh sebab itu aku tidak pantas mengunjungi dan

    menjenguk-Nya.

    Hyang Buddha kemudian berkata kepada Maudgalaputra, Pergilah

    mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti.

    Maudgalaputra berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi

    dan menjenguk-Nya. Alasannya ialah; pada suatu hari sewaktu aku mengunjungi

    Vaisali untuk mengajarkan Dharma kepada umat awam ( upasaka ) di jalanan,

    51

    Sifat pasif sempurna di dalam Nirvana adalah tidak berguna jika seorang Bodhisattva melalaikan tugas

    penyelamatan.

  • 30

    Vimalakirti muncul dan berkata, Hai Maudgalaputra, bila engkau mengajarkan

    Dharma kepada upasaka ini, janganlah mengajar dengan begini, karena apa yang

    engkau ajarkan haruslah sesuai dengan Dharma mutlak yang bebas dari ( ilusi atas

    ) makhluk hidup; bebas dari kedirian karena hal itu berada di luar ego; bebas dari

    kehidupan karena hal itu berada di luar kelahiran dan kematian; dan bebas dari

    konsep bahwa manusia itu tidak berkesinambungan ( walaupun terlihat

    berkesinambungan, seperti obor yang meliuk-liuk );52

    selalu dalam keadaan diam

    karena berada di luar fenomena ( yang berubah-ubah ); berada di atas wujud

    karena tak berpenyebab; tak terungkapkan karena berada di luar kata dan

    ucapan; tak dapat diterangkan karena berada di luar jangkauan intelek; tak

    berwujud bagaikan ruang hampa; berada di luar sophistry53

    karena immaterial;

    tak ber-ego karena berada di luar ( dualitas ) dari subyek dan obyek; bebas dari

    diskriminasi karena di luar kesadaran; tanpa bandingan karena berada di luar

    semua relativitas; berada di luar penyebab karena tak berpenyebab; identik

    dengan Dharmata ( atau sifat- Dharma, sifat hakiki dari semua hal / benda );

    selaras dengan kemutlakan karena independen; berdiam di alam realitas mutlak,

    yang berada di atas dan di luar semua dualitas; tidak tergerak karena tidak

    terpengaruh oleh ke-6 obyek indera / sensasi; tidak datang maupun pergi karena

    tidak berdiam di manapun; selaras dengan keadaan hampa, tanpa wujud dan

    tanpa aktivitas,54

    berada di luar keindahan dan kejelekan; tidak bertambah

    maupun berkurang; berada di luar ciptaan dan kehancuran; tidak kembali ke

    manapun; berada di atas ke-6 indera dari mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan

    pikiran; tidak naik maupun turun, kekal dan tidak berubah, dan berada di luar

    perenungan dan praktek.

    Maudgalaputra, karena ciri atau sifat Dharma yang begitu, bagaimana itu

    dapat diungkapkan ? Karena pengungkapannya berada di luar kata dan indikasi,

    52

    Vimalakirti mengetahui bahwa para pendengar memiliki kesadaran spirituil yang tinggi dan harus diajari realitas

    mutlak. Akan tetapi Maudgalaputra mengikuti cara Hinayana mengajari mereka larangan ( sila ) agar terlahir di

    surge dan dengan demikian menumbuhkan ide dewa atau makhluk hidup yang menikmati berkah di situ, diikuti

    pandangan diskriminasi yang akan merintangi realisasi mereka atas Bodhi mutlak. Vimalakirti me-refer pada ke-4

    ilusi dari ego, manusia, makhluk hidup, dan kehidupan sebagaimana dibabarkan oleh Sang Buddha di dalam Sutra

    Intan. 53

    Sophistry: cara berpikir yang menyesatkan / tidak masuk akal. 54

    Ke-3 gerbang ke arah Nirvana.

  • 31

    dan mendengarkannya berada di atas pendengaran dan pencerapan. Ini bagaikan

    tukang sulap membabarkan Dharma kepada orang ilusi, dan engkau harus selalu

    mengingat semua ini sewaktu membabarkan Dharma. Engkau harus tahu jelas

    tentang akar atau pembawaan ( cerdas dan bodoh ) dari pendengarmu dan

    memiliki pengetahuan ini agar terhindar dari berbagai rintangan. Sebelum

    membabarkan Dharma, engkau harus menggunakan welas asihmu yang dalam (

    terhadap semua makhluk hidup ) untuk memperkenalkan Mahayana kepada

    mereka, dan berpikiran untuk membalas hutang budi ( mu ) kepada Hyang

    Buddha dengan berusaha mempertahankan Tri Ratna ( Buddha, Dharma, dan

    Sangha ) selama-lamanya.

    Sewaktu Vimalakirti berbicara, 800 upasaka memutuskan untuk mencari

    penerangan sempurna ( anuttara-samyak-sambodhi ). Aku tidak mempunyai

    kemampuan berbicara ( kefasihan ) seperti itu dan dengan demikian tak pantas

    untuk menjenguk-Nya.

    Hyang Buddha kemudian berkata kepada Mahakasyapa, Pergilah mewakili

    diri-Ku menjenguk Vimalakirti.

    Mahakasyapa berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan

    menjenguk-Nya. Alasannya adalah; pernah sekali sewaktu aku pergi meminta

    makanan ( pindapata ) di suatu jalan yang didiami orang miskin, Vimalakirti

    muncul dan berkata; Hai Mahakasyapa, Engkau telah lalai untuk

    mengembangkan pikiran cinta kasih dan welas asih yang tidak membedakan

    dengan meminta dari orang miskin dan menjauhi orang kaya.

    Mahakasyapa, di dalam mempraktekkan keseimbangan, engkau harus

    mengunjungi pendermamu berurutan ( tanpa memandang apakah mereka miskin

    atau kaya ). Engkau harus meminta makanan tanpa pikiran ( terselubung ) untuk

    memakannya. Untuk menghapus konsep menggenggam ( makanan ke dalam

    gumpalan di tangan ).55

    Engkau harus memegangnya dengan tangan ( yaitu tanpa

    pikiran bagaimana engkau memegangnya ). Engkau harus menerima makanan

    yang diberikan tanpa pikiran menerima apapun. Sewaktu memasuki suatu desa

    55

    Yang diartikan di dalam text adalah makan haruslah bebas dari semua keterikatan pada makanan agar selaras

    dengan realitas mutlak.

  • 32

    engkau harus menganggapnya hampa bagaikan ruang kosong. Sewaktu melihat

    suatu wujud, engkau harus mengabaikannya. Sewaktu mendengar suara, engkau

    harus menganggapnya ( tak berarti seperti ) gema. Sewaktu engkau mencium

    bau, anggaplah itu sebagai angin ( yang tidak berbau ). Sewaktu engkau makan,

    hindarilah dari membedakan rasa. Anggaplah semua sentuhan bagaikan engkau

    sedang mencapai kebijaksanaan ( yang bebas dari perasaan dan emosi ). Engkau

    harus tahu bahwa semua hal / benda adalah ilusi, tanpa sifatnya sendiri maupun

    dari benda / hal lainnya, dan karena secara fundamental tidak berdiri sendiri,

    dengan demikian bukan merupakan subyek penghancuran.

    Mahakasyapa, jika engkau bisa mencapai keseluruh 8 bentuk

    pembebasan56

    tanpa menjauhi ke-8 cara ( hidup ) aliran sesat57

    yaitu dengan

    mengenali yang menyimpang ( heterodoxy ) terhadap yang benar / asli (

    orthodoxy ) ( kedua-duanya berasal dari sumber yang sama ), dan jika engkau

    dapat mempersembahkan makananmu ( sendiri ) kepada semua makhluk hidup

    maupun kepada semua Buddha dan anggota Sangha, maka engkau boleh

    memakannya. Dia yang makan dengan demikian ini tidaklah tercemar maupun

    tak tercemar, tidaklah dalam terkonsentrasi maupun tak-terkonsentrasi, dan

    berada di luar baik kediaman duniawi maupun Nirvana, sedangkan pendermamu

    mendapatkan pahala yang tidak besar maupun kecil, apa yang mereka berikan

    tidaklah menguntungkan atau merugikan. Inilah cara yang tepat untuk memasuki

    Jalan Buddha tanpa mengandalkan Jalan Kecil dari Sravaka. Mahakasyapa, jika

    engkau dapat memakan makanan yang dipersembahkan dengan cara ini, maka

    makanmu tidaklah percuma.

    56

    Pembebasan di dalam 8 bentuk ( asta-vimoksa ): 1, pembebasan, sewaktu timbul nafsu subyektif dengan

    memeriksa obyeknya ataupun atas semua hal / benda dan menyadari kekotorannya; 2, pembebasan, sewaktu

    tidak ada nafsu subyektif melalui meditasi diam seperti di atas; 3, pembebasan dengan berkonsentrasi pada

    kemurnian sampai mencapai suatu keadaan pembebasan permanen daripada semua nafsu; 4, pembebasan

    dengan menyadari ketidak-terbatasnya ruang atau immaterialitas; 5, pembebasan dengan menyadari pengetahuan

    tidak terbatas; 6, pembebasan dengan menyadari kekosongan; 7, pembebasan melalui keadaan berpikir dimana

    disitu tidak terdapat pikiran maupun kekosongan pikiran; 8, pembebasan melalui keadaan berpikir dimana disitu

    ada pemadaman akhir dari sensasi ( vedana ) dan konsepsi ( sanjna ). 1 dan 2 adalah pembebasan dengan

    meenungkan ketidakmurnian dan 3 pada kemurnian. 57

    Kebalikan dari 8 jalan mulia: 1, pandangan salah; 2, pikiran salah; 3, pembicaraan iseng / tidak benar; 4,

    perbuatan menyimpang; 5, kehidupan / mata pencaharian menyimpang; 6, semangat palsu; 7, kesadaran salah;

    dan 8, meditasi yang menyimpang.

  • 33

    Yang Dijunjungi, sewaktu aku mendengar kata-kata-Nya yang belum

    pernah kudengar sebelumnya, dalam pikiranku timbullah rasa hormat-Ku yang

    dalam kepada semua Bodhisattva dan merenung, Dengan kebijaksanaan dan

    kemampuan bicara-Nya yang demikian, siapakah yang tidak akan

    mengembangkan pikiran untuk mencari penerangan sempurna ? Sejak itu aku

    telah menahan diri untuk mendorong orang mengikuti cara Sravaka dan Pacceka

    Buddha. Dengan demikian aku tidak pantas untuk menjenguk-Nya.

    Sang Buddha kemudian berkata kepada Subhuti, Pergilah mewakili diri-Ku

    menjenguk Vimalakirti.

    Subhuti berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan

    menjenguk-Nya. Alasannya adalah; pernah sekali aku pergi ke rumah-Nya

    meminta makan. Dia mengambil mangkukku dan mengisinya dengan nasi sambil

    berkata, Subhuti, jika pikiranmu yang ditujukan untuk makan adalah sama

    keadaannya seperti dalam menghadapi semua hal ( lain ), dan keseragaman ini

    sehubungan dengan semua benda / hal berlaku sama pada ( tindakan ) makan,

    engkau boleh meminta makanan dan memakannya. Subhuti, jika tanpa

    menghilangkan nafsu, marah, dan kebodohan, engkau bisa menghindari ke-3

    kejahatan ini58

    , jika engkau tidak menunggu kematian tubuhmu untuk mencapai

    keesaan semua hal / benda, jika engkau tidak menghilangkan kebodohan dan

    cinta didalam mencari penerangan dan pembebasan;59

    jika engkau bisa

    memahami ( sifat hakiki dari ) ke-5 dosa berat60

    untuk mencapai pembebasan,

    tanpa pikiran tentang ikatan maupun kebebasan pada saat yang sama; jika

    engkau tidak memikirkan Kebenaran Mulia maupun kebalikannya; jika engkau

    tidak berpegang pada konsep mendapatkan atau tidak mendapatkan pahala suci;

    jika engkau tidak menganggap diri sendiri sebagai orang duniawi ataupun tidak

    58

    Manusia duniawi membangkitkan nafsu, kebencian, dan kebodohan didalam mencari kesenangan duniawi dan

    para Sravaka memutuskan ke-3 kejahatan ini dalam mencari nirvana relatif, tetapi para Bodhisattva tidak

    memutuskannya, melainkan hanya menahan diri agar tidak ternodai, untuk terbebas dari dualitas, relativitas, dan

    pertentangan di dalam mencari Bodhi absolut. 59

    Sravaka menghapuskan kebodohan yang menyelubungi kebijaksanaannya untuk mencapai pencerahan dan

    memutuskan cinta yang mengikatnya untuk mencapai pembebasan, tetapi Bodhisattva memahami sifat hakiki dari

    kebodohan dan cinta untuk menghilangkan semua dualitas, relativitas, dan pertentangan guna mencapai keadaan

    mutlak penerangan dan pembebasan sejati. 60

    Membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh Arahat, melukai Buddha, dan menghancurkan keharmonisan

    Sangha.

  • 34

    duniawi, sebagai seorang suci atau bukan; jika engkau menyempurnakan semua

    Dharma tanpa memikirkan konsep tentang Dharma; maka engkau boleh

    menerima makanan itu dan memakannya. Subhuti, jika tanpa bertemu dengan

    Hyang Buddha dan mendengar Dharma, ke-6 guru aliran sesat Purana-kasyapa,

    Maskarigosaliputra, Sanjayavairatiputra, Ajita-kesakambala, Kakudakatyayana,

    dan Nirgrantha-jnatiputra,61

    dipandang dengan seimbang sebagai gurumu sendiri,

    dan sewaktu mereka menganjurkan orang yang meninggalkan rumah kedalam

    ajaran sesat, engkau juga mengikutinya, maka engkau boleh membawa pergi

    makanan ini dan memakannya. Jika engkau ( tidak berprasangka terhadap )

    terjatuh kedalam ajaran sesat dan menganggap dirimu tidak mencapai pantai

    seberang ( dari penerangan ), jika engkau ( tidak berprasangka terhadap ) ke-8

    keadaan menyedihkan dan menganggap dirimu belum terbebas darinya, jika

    engkau ( tidak berprasangka terhadap ) kekotoran dan meninggalkan konsep

    kehidupan suci; jika sewaktu engkau mencapai Samadhi didalam mana tidak

    terdapat debat atau perselisihan, semua makhluk juga mencapainya; jika

    penderma makananmu tidak dianggap ( dengan sepihak ) sebagai (

    mengembangkan ) tempat menanam pahala, jika mereka yang memberikan

    persembahan kepadamu ( juga dipandang dengan tidak memihak sebagai )

    terjatuh ke dalam alam kehidupan sengsara; jika engkau ( dengan tidak memihak )

    menganggap setan sebagai temanmu tanpa membedakan mereka maupun

    bentuk-bentuk kekotoran lainnya; jika engkau merasa tidak puas dengan semua

    makhluk hidup, menjelek-jelekkan Hyang Buddha, melanggar Hukum ( Dharma ),

    tidak mencapai tingkatan suci, dan gagal mencapai pembebasan, maka engkau

    boleh membawa pergi makanan ini dan memakannya.62

    Yang Dijunjungi, aku tercengang sewaktu mendengar kata-kata-Nya yang

    di luar jangkauanku dan tidak bisa menjawabnya. Kemudian aku melepaskan

    mangkok nasi dan bermaksud meninggalkan rumah-Nya, tetapi Vimalakirti

    berkata, Hai, Subhuti, terimalah mangkok nasi ini tanpa takut. Apakah engkau

    ketakutan bila Hyang Tathagata menciptakan manusia ilusi untuk menanyaimu ?

    61

    Ke-6 tirthyas atau guru heterodox yang bertentangan dengan Sang Buddha. 62

    Vimalakirti mengajari Subhuti untuk menghentikan pembedaandan mengabaikan dualitas, relatifitas, dan

    pertentangan, untuk memahami sifat hakiki dari semua fenomena guna mengembangkan pikiran yang utuh dan

    selaras dengan keesaan dari realitas mutlak.

  • 35

    Aku menjawab, Tidak. Kemudian Dia melanjutkan, Semua hal / benda bersifat

    ilusi dan engkau tidak usah takut terhadap apapun. Mengapa ? Karena kata-kata

    dan ucapan adalah ilusi. Demikianlah semua orang bijak tidak melekat pada kata-

    kata dan ucapan, itulah sebabnya mereka tidak takut terhadap apapun. Mengapa

    ? Karena kata-kata dan ucapan dari sifatnya tidak berdiri sendiri, dan bila engkau

    bisa menghilangkannya, engkau terbebas. Pembebasan ini akan melepaskan

    engkau dari semua ikatan.

    Sewaktu Vimalakirti membabarkan Dharma, 200 putra dewa memperoleh

    mata Dharma.63

    Dengan demikian aku tidak pantas untuk menjenguk-Nya.

    Hyang Buddha kemudian berkata pada Purnamaitryayaniputra, Pergilah

    mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti.

    Purnamaitryayaniputra berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas

    mengunjungi dan menjenguk-Nya. Ini karena, pernah sekali di hutan sewaktu aku

    mengajarkan Dharma di bawah pohon pada serombongan bhiksu yang baru

    diinisiasikan, Vimalakirti muncul dan berkata, Hai, Purnamaitryayaniputra,

    seharusnya engkau memasuki keadaan samadhi lebih dahulu untuk memeriksa

    batin pendengarmu sebelum mengajarkan Dharma kepada mereka. Jangan

    menaruh makanan basi di dalam mangkok mulia. Engkau harus mengetahui batin

    mereka dan jangan menganggap kristal ( mulia ) mereka sebagai gelas biasa. Jika

    engkau tidak mengetahui kecenderungan mereka, jangan mengajari mereka

    Hinayana. Mereka tidak mempunyai borok, jadi janganlah melukainya. Kepada

    mereka yang ingin melangkah di jalan besar ( Mahayana ), jangan menunjukkan

    jalan kecil. Jangan menempatkan lautan ke dalam jejak kaki keledai. Jangan

    menyamakan sinar matahari dengan cahaya redup dari kunang-kunang.

    Purnamaitryayaniputra, bhiksu-bhiksu ini telah mengembangkan pikiran

    Mahayana di masa lampau yang lama sekali, tetapi sekarang mereka telah

    melupakannya sama sekali. Bagaimana bisa kamu ajari Hinayana kepada mereka

    ? Kebijaksanaan sebagaimana yang diajarkan oleh Hinayana adalah dangkal,

    63

    Mata Dharma mampu menembus semua hal / benda untuk melihat kebenaran yang membebaskan makhluk

    hidup dari tumimbal lahir.

  • 36

    bagaikan orang buta yang tidak bisa membedakan tajam dan tumpulnya akar

    pembawaan makhluk hidup.

    Setelah itu Vimalakirti memasuki keadaan samadhi dan membuat para

    bhiksu mengingat kembali kehidupan mereka yang lampau, di mana mereka telah

    bertemu dengan 500 Buddha dan telah menanam bibit kebajikan unggul yang

    mereka persembahkan untuk mencari penerangan sempurna; seketika itu mereka

    menyadari masa lalu mereka dan mendapatkan kembali pikiran fundamentalnya.

    Mereka segera bersujud di kaki Vimalakirti yang kemudian membabarkan Dharma

    kepada mereka, dan meneruskan kembali pencarian penerangan sempurna tanpa

    mundur.

    Menurut pendapatku Sravaka yang tidak tahu caranya memeriksa akar

    pembawaan dari pendengarnya tidak boleh mengajarkan Dharma. Dengan

    demikian aku tidak pantas untuk menjenguk-Nya.

    Hyang Buddha kemudian berkata kepada Mahakatyayana, Pergilah

    mewakili diri-Ku menjenguk Vimalakirti.

    Mahakatyayana berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi

    dan menjenguk-Nya. Karena pernah sekali, sesudah Hyang Buddha

    membabarkan intisari Dharma kepada sekelompok bhiksu, aku mengikuti Beliau

    untuk menerangkan kepada mereka arti dari ketidakkekalan, penderitaan,

    kehampaan, keadaan tidak ber-ego dan Nirvana. Vimalakirti muncul dan berkata,

    Hai, Mahakatyayana,jangan menggunakan pikiran-tidak-kekal-mu ( mortal )

    untuk mengkotbahkan realitas kekal ( immortal ). Mahakatyayana, semua hal /

    benda secara fundamental tidak pernah tercipta dan terhancurkan, inilah yang

    dimaksud dengan ketidakkekalan. Ke-5 skandha dicerap sebagai hampa dan tidak

    timbul; inilah yang dimaksud dengan penderitaan. Segala hal / benda secara basic

    tidak ada, inilah yang dimaksud dengan kehampaan. Ego dan ketiadaannya

    bukanlah suatu dualitas, inilah yang dimaksud keadaan tidak ber-ego. Semua hal

  • 37

    / benda secara basic bukanlah seperti yang terlihat, dan dengan begitu tidak bisa

    merupakan subyek dari pemadaman, inilah yang dimaksud dengan Nirvana.64

    Sesudah Vimalakirti membabarkan Dharma, bhiksu yang hadir ( berhasil )

    membebaskan pikiran mereka. Dengan demikian aku tidak pantas mengunjungi

    dan menjengukNya.

    Hyang Buddha kemudian berkata kepada Aniruddha,65

    Pergilah mewakili

    diri-Ku menjenguk Vimalakirti.

    Aniruddha berkata, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan

    menjenguk-Nya, karena pernah sekali, sewaktu aku sedang berjalan kian kemari (

    sambil bermeditasi untuk mencegah rasa kantuk ), seorang dewa Brahma yang

    disebut Subhavyuha bersama pengikut sebanyak 10.000 dewa memancarkan

    seberkas cahaya, muncul di tempatku, bersujud sebagai tanda penghormatan,

    dan bertanya, Berapa jauhkah mata dewamu dapat melihat ? Aku menjawab,

    Orang bajik, aku dapat melihat tanah Buddha Sakyamuni dalam chiliocosmos

    besar bagaikan melihat biji amala yang tergenggam di tanganku. Vimalakirti

    muncul ( mendadak ) dan berkata, Hai, Aniruddha, sewaktu mata dewamu

    melihat, apakah yang terlihat itu wujud atau tiada wujud ? Jika mata itu melihat

    wujud, engkau tidak lebih baik daripada para penganut aliran sesat yang

    memperoleh ke-5 kekuatan batin. Jika engkau melihat tiada wujud, mata

    dewamu itu tidak aktif dan seharusnya tidak melihat,

    Yang Dijunjungi, aku berdiam diri dan para dewa memuji Vimalakirti atas

    apa yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kemudian mereka

    64

    Hyang Buddha mengajarkan siswa-Nya untuk tidak menciptakan dualitas, relativitas, dan pertentangan yang

    palsu semuanya untuk mencapai realitas mutlak. Karena manusia duniawi berpegang pada kekekalan,

    kesenangan, realitas, ego, dan kehidupan. Hyang Buddha membicarakan kebalikannya untuk menunjukkan saling

    ketergantungan dari ke-2 kutub yang tidak mempunyai sifat independen, tetapi Beliau tidak mengajari mereka

    untuk berpegang pada ketidak-kekalan, penderitaan, kehampaan, egolessness, dan nirvana. Mahakatyayana tidak

    mengerti kedalaman ajaran Buddha dan di dalam pembicaraannya dengan para bhiksu dia berpegangan pada

    nama-rupa seperti ketidak-kekalan, penderitaan, kehampaan, keadaan tak ber-ego, dan nirvana; demikianlah

    kekeliruannya seperti yang ditunjukkan oleh Vimalakirti untuk diperbaiki. Pembaca dipersilahkan me-refer ke

    instruksi terakhir Patriarch ke-6 ( lihat Chan and Zen Teaching, third series, hal 91 ) dimana Hui Neng mengajari

    siswanya untuk menghapuskan saling bergantungannya ke-2 kutub semua dualitas guna memahami pentingnya

    arti, yang merupakan tujuan Mahayana. 65

    Aniruddha adalah salah seorang siswa utama Hyang Buddha yang terkenal paling unggul dalam mata dewa.

  • 38

    memberikan penghormatan dan bertanya kepada-Nya, Adakah di dunia ini orang

    yang memperoleh mata dewa sejati ?66

    Vimalakirti menjawab, Hyang Buddha

    telah memperoleh mata dewa sejati; Beliau selalu berada dalam keadaan samadhi

    dan melihat semua tanah Buddha tanpa ( menciptakan ) dualitas ( dari mata

    subyektif dan wujud obyektif ).

    Pada saat itu dewa Brahma dan ke-500 pengikutnya mengembangkan

    pikiran anuttara-samyak-sambodhi, mereka bersujud pada Vimalakirti dan

    menghilang seketika. Itulah sebabnya aku tidak pantas menjenguk-Nya.

    Hyang Buddha berkata kepada Upali, Pergilah mewakili diri-Ku menjenguk

    Vimalakirti.

    Upali menjawab, Yang Dijunjungi, aku tidak pantas mengunjungi dan

    menjenguk Vimalakirti. Pernah sekali ada 2 orang bhiksu melanggar larangan dan

    karena malu atas dosanya mereka tidak berani bertemu dengan Hyang Buddha.

    Mereka datang dan bertanya kepadaku, Upali, kami telah melanggar larangan

    dan merasa malu akan dosa kami, jadi kami tidak berani bertanya kepada Hyang

    Buddha dan datang kepadamu. Ajarilah kami cara bertobat agar kami bisa

    menghapus dosa ini. Kemudian aku mengajari mereka aturan bertobat.

    Pada saat itu Vimalakirti muncul dan berkata, Hai Upali, janganlah

    memberatkan dosa mereka yang harus engkau hapuskan segera tanpa

    mengganggu pikiran mereka. Mengapa ? Karena sifatnya, dosa adalah tidak di

    dalam dan di luar; tidak pula di antaranya.67

    Sebagaimana telah dikatakan oleh

    Hyang Buddha, makhluk hidup menjadi tidak murni karena pikiran mereka yang

    tidak murni; jika pikiran mereka murni, mereka semuanya murni. Dan pikiran juga

    tidak di dalam dan di luar, tidak pula di antaranya.68

    Demikian pikirannya,

    demikian pula dosanya. Demikian juga semua hal / benda tidak keluar dari

    kehakikiannya. Upali, bila pikiranmu sudah terbebaskan, apakah masih ada 66

    Aniruddha belum mencapai mata dewa sejati yang tidak terselubung oleh ilusi wujud. 67

    Karena dosa tidak mempunyai sifat independennya sendiri, dengan demikian tidak ada. Karena dosa timbul dari

    perbuatan, apabila sudah tidak berbuat lagi, darimana timbulnya dosa ? Tentu yang sudah dilakukan akan

    berakibat karma buruk, jika ingin dihapuskan atau dikurangi harus melakukan 7 persyaratan pengampunan dosa

    dan banyak melakukan kebajikan. 68

    Pikiran itu sebenarnya juga tidak ada dan siapa yang memahaminya mencerap sifat Buddhanya dan mencapai

    ke-Buddha-an, sebagaimana diajarkan oleh Bodhidharma kepada bangsa Cina setibanya di situ.

  • 39

    tersisa ketidakmurnian ? Aku menjawab, Tidak ada lagi. Dia berkata, Demikian

    juga pikiran dari semua makhluk hidup itu bebas dari ketidakmurnian. Upali,

    pikiran khayal adalah tidak murni dan tidak adanya pikiran khayal adalah

    kemurnian. Pikiran menyimpang adalah tidak murni dan tidak adanya pikiran

    menyimpang adalah kemurnian. Kemelekatan pada ego adalah ketidakmurnian

    dan tidak melekat pada ego adalah kemurnian. Upali, semua fenomena timbul

    dan tenggelam tanpa bertahan ( sekejap ) bagaikan ilusi dan kilat. Semua

    fenomena tidak menunggu satu sama lain dan tidak bertahan sekejap pikiran.

    Semua fenomena itu berasal dari pandangan palsu dan bagaikan mimpi atau

    nyala api, bulan di atas air, dan gambar di dalam cermin, karena terlahir dari cara

    berpikir yang salah. Dia yang mengerti ini disebut pemegang disiplin sejati dan

    dia yang mengetahuinya disebut interpreter mahir ( tentang sila ).

    Pada saat itu kedua bhiksu menimpali, Sungguh suatu kebijaksanaan

    unggul yang berada di luar jangkauan Upali, karena dia tidak dapat membabarkan

    prinsip tertinggi dari disiplin dan moralitas ! Aku berkata, Sejak meninggalkan

    Hyang Buddha aku belum pernah bertemu dengan seorang Sravaka maupun

    Bodhisattva yang bisa melampaui kemampuan bicara-Nya, karena kebijaksanaan

    yang dalam dan penerangan sempurna-Nya tela