laporan pkl bpom fixed

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi membuat perubahan di berbagai bidang termasuk di bidang teknologi pembuatan obat dan teknologi pengolahan pangan. Hal ini menjadi menyebabkan industri pengolahan pangan dapat memproduksi produk dalam skala besar dengan ragam jenis yang yang sangat luas. Kemajuan teknologi termasuk dalam bidang transportasi menyebabkan distribusi berbagai jenis produk-produk tersebut berlangsung sangat singkat, baik di dalam negeri maupun secara internasional. Konsumsi masyarakat khususnya pada produk pangan cenderung terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar, dan aman. Adanya iklan dan promosi yang secara gencar dilakukan menyebabkan konsumen juga terdorong untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional. Perubahan yang banyak terjadi baik di dalam teknologi produksi, sistem perdagangan, dan gaya hidup konsumen, pada akhirnya meningkatkan resiko yang luas 1

Upload: wirda01121993

Post on 02-Sep-2015

1.338 views

Category:

Documents


272 download

DESCRIPTION

afsfa

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi membuat perubahan di berbagai bidang termasuk di bidang teknologi pembuatan obat dan teknologi pengolahan pangan. Hal ini menjadi menyebabkan industri pengolahan pangan dapat memproduksi produk dalam skala besar dengan ragam jenis yang yang sangat luas.Kemajuan teknologi termasuk dalam bidang transportasi menyebabkan distribusi berbagai jenis produk-produk tersebut berlangsung sangat singkat, baik di dalam negeri maupun secara internasional. Konsumsi masyarakat khususnya pada produk pangan cenderung terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar, dan aman. Adanya iklan dan promosi yang secara gencar dilakukan menyebabkan konsumen juga terdorong untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional. Perubahan yang banyak terjadi baik di dalam teknologi produksi, sistem perdagangan, dan gaya hidup konsumen, pada akhirnya meningkatkan resiko yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terdapat produk yang sudah mengalami kerusakan atau kontaminasi oleh bahan berbahaya maka resiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara cepat. Salah satu kontaminan yang terdapat di dalam makanan yang banyak ditemukan saat ini adalah boraks. Boraks merupakan bahan yang sebenarnya digunakan untuk bahan pembersih dan pengawet kayu. Namun sekarang ini banyak yang menyalahgunakan boraks sebagai pengawet untuk makanan. Penggunaan boraks dapat meningkatkan tekstur dari makanan menjadi lebih kenyal, membuat tampilan menjadi lebih segar, dan menjadikan makanan lebih awet. Metode spektrofotometri UV-Vis merupakan metode yang umumnya digunakan untuk analisis kadar dari boraks. Sejumlah radiasi cahaya tampak yang ditembakkan dan dilewatkan pada larutan dengan panjang gelombang tertentu kemudian diserap atau ditransmitasikan yang merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat Dengan adanya masalah mengenai pangan seperti yang disebutkan di atas, maka sebuah sistem pengawasan obat dan makanan yang efektif dan efisien harus dimiliki oleh Indonesia untuk melindungi keamanan, keselamatan, dan kesehatan konsumen. Untuk itu dibentuk Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang memiliki kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi. Upaya dalam menguji dan mengawasi berbagai macam makanan yang beredar, maka di dalam Badan POM diperlukan tenaga ahli yang mengerti bidang pangan. Oleh karena itu, Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Badan BPOM sebagai salah satu lembaga pemerintahan sangat diperlukan bagi mahasiswa Teknologi Pangan untuk memberikan gambaran yang lebih luas mengenai pengawasan di bidang pangan.Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu kewajiban wajib dalam kurikulum pendidikan prodi Teknologi Pangan dimana mahasiswa melakukan kerja praktek untuk mendapatkan pengalaman kerja sesuai dengan kompentensi yang diharapkan dari seorang ahli Teknologi Pangan.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Permasalahan yang ditemukan adalah:1. Bagaimana cara menentukan sebuah bahan pangan mengandung boraks?2. Apa metode yang digunakan dalam penetapan kadar boraks pada produk pangan?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan UmumSetelah menyelesaikan PKL di Badan POM dengan baik, peserta Praktek Kerja Lapangan (PKL) diharapkan dapat:1. Meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi, dan tanggung jawab Badan POM RI2. Memahami dan menjelaskan tugas dan tanggung jawab seorang ahli teknologi pangan dari seluruh kegiatan yang dilakukan di Badan POM 3. Membekali diri dengan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman kerja ketika bekerja di Badan POM Padang.1.3.2 Tujuan KhususTujuan khusus dilakukannya PKL di Balai Besar POM Padang adalah:1. Mengetahui jenis-jenis pengawet yang banyak terdapat pada makanan.2. Mengetahui cara-cara persiapan pengujian boraks 3. Mengetahui cara identifikasi boraks pada beberapa bahan pangan 4. Mengetahui prinsip dan cara kerja instrumen Spektrofotometri UV-Vis

1.4 Maksud Praktek Kerja LapangMaksud dari praktek kerja lapang di Balai Besar POM Padang yaitu memberikan pengalaman dan pengetahuan baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik tentang kegiatan yang dilakukan di Balai sebagai Badan Pengawasan terhadap pangan.

1.5 Waktu dan Tempat Praktek Kerja LapangKegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilakukan selama 25 hari kerja, dimulai pada tanggal 1 Juli 2015 sampai 11 Agustus 2015. Pelaksanaan praktek kerja lapang bertempat di Badan POM Padang beralamat di Jln. Gadjah Mada, PO BOX. 172 Padang Sumbar (25137), Sumatera Barat.

1.6 Metode PelaksanaanMetode yang digunakan dalam kegiatan PKL ini meliputi : 1. Mengikuti kegiatan proses pengujian dan pengamatan makanan mencakup nilai gizi dan cemaran bahan berbahaya yang terdapat didalamnya.2. Wawancara dengan beberapa pihak-pihak terkait, yaitu para staff dari lembaga yang bersangkutan dengan ketua bidang, penyelia dan staf penguji yang terdapat pada bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya ini.3. Melakukan studi pustaka untuk memperoleh data di website BPOM, perpusatakaan FTIP UNPAD dan internet.

BAB IIPROFIL BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) RI

2.1 SEJARAH UMUM BADAN POMBadan Pengawas Obat dan Makanan ( Badan POM) pada awalnya bernaung di bawah Departemen Kesehatan RI sebagai Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan, dengan tugas pokok melaksanakan pengaturan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika, dan alat kesehatan, obat tradisional, narkotika serta bahan berbahaya. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 166 tahun 2000 yang kemudian diubah dengan Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunn Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan POM ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen(LPND)LPND kemudian diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. BPOM berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepaa Presiden melalui Menteri Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI No : HK.00.05.21.3529 tahun 2007 menetapkan bahwa dalam melaksanakan tugas teknisnya, BPOM dibantu oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terdiri dari Balai Besar POM dan Balai POM (BPOM, 2007). Bidang kerja yang dilakukan oleh BBPOM atau sebagai UPT BPOM meliputi pengujian produk terapeutik, narkotik, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen pangan dan bahan berbahaya serta mikrobiologi, pemeriksaan dan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum dibidang pengadaan serta distribusi obat dan makanan serta sertifikasi dan layanan informasi konsumen.Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan kantor pusat pengawasan obat dan makanan yang terdapat di Ibukota Negara, yaitu di Jakarta. Disamping itu terdapat 19 (Sembilan belas) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dan 11 (sebelas) Balai Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia.

2.2 Dasar HukumKeputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND).1. Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND).2. Keputusan Presiden No. 3 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND).3. Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden.4. LPND berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.5. LPND mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.6. Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) adalah salah satu LPND yang dibentuk pemerintah.7. Dalam melaksanakan tugasnya BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan.

2.3 Visi dan Misi Badan POMSebagai arah dalam melaksanakan kegiatannya Balai Besar POM Padangmempunyai Visi dan Misi sebagai berikut:a. VisiMenjai institusi pengawas obat dan makanan yang inovatif, kredibel, dan diakui secara Internasional untuk melindungi masyarakatb. Misi1. Melakukan pengawasan pre-Market dan post-Market berstandard Internasional2. Menerapkan sistem manajeen mutu secara konsisten3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini4. Memberdayakan masyarakat agar mampu meindungi diri dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan5. Membangun organisasi pembelajar (Learning Organization)

2.4 Target Kinerja Badan POMAdapun target dari kinerja Badan POM : 1. Terkendalinya penyaluran produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif.2. Terkendalinya mutu, khasiat dan keamanan produk obat dan makanan termasuk klaim pada label dan iklan di peredaran.3. Tercegahnya resiko penggunaan bahan kimia berbahaya sebagai akibat pengelolaan yang tidak memenuhi syarat.4. Penurunan kasus pencemaran pangan.5. Peningkatan kapasitas organisasi yang didukung dengan kompetensi dan keterampilan personel yang memadai.6. Terwujudnya komunikasi yang efektif dan saling menghargai antar sesama dan pihak terkait.

2.5 Budaya OrganisasiUntuk membangun organisasi yang efektif dan efisien, budaya organisasiBadan POM dikembangkan dengan nilai-nilai dasar sebagai berikut:a. Cepat Tanggap Antisipatif dan Responsif dalam mengatasi masalahb. Profesionalisme Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektifitas, ketekunan dan komitmen yang tinggic. Credibility Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasionald. Teamwork Mengutamakan kerja sama time. Inovativ Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan an teknologi terkinif. Integritas Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan

2.6 Balai Besar POM Padang2.6.1 Gambaran Umum BBPOM PadangBalai Besar POM di Padang adalah Unit Pelaksana Teknis Badan POM sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. 05018/SK/KBPOM tahun 2001 yang telah dirobah dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM N0. HK.00.05.21.4232 tahun 2004 tanggal 27 September 2004.Balai Besar POM di Padang mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya

2.6.2 Tugas Pokok dan Fungsi BBPOM PadangSebagai Unit Pelaksana Tekhnis Pusat, Balai Besar POM di Padang mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahayaDalam melaksanakan tugas sebagai mana tersebut di atas Balai Besar POM Padang menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makananb. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen, pangan dan BB.c. Pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutuproduk secara mikrobiologid. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusie. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukumf. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumeng. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian Teranokoko. Pangan dan Bahan Berbahayah. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumah tanggaani. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan, sesuai dengan bidang tugasnya

2.6.4 Struktur Organisasi BBPOM PadangBerdasarkan keputusan Kepala Badan POM Nomor HK 00.05.21.4232 tahun 2004 tanggal 27 September 2004 tentang organisasi dan tata kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Balai Besar POM memiliki struktur organisasi sebagai berikut:

GMBAR

Susunan organisasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Padang terdiri dari Kepala dan 4 (empat) Bidang, 6 (enam) Seksi serta 1(satu) Sub Bagian Tata Usaha yaitu:a. Kepala Balai Besar POMb. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan, dengan 2 (dua) seksi yaitu seksi pemeriksaan dan seksi penyidikanc. Bidang Sertifikasi dan Layanan Infomasi Konsumen, dengan 2 seksi yaitu Seksi Sertifikasi dan Seksi Layanan Informasi Konsumend. Bidang Pengujian Terapetik dan NAPZA,e. Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi dengan 2 seksi yaitu seksi Lab pangan, Bahan Berbahaya dan seksi Lab Mikrobiologif. Sub Bagian Tata Usaha, dang. Kelompok Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan

Masing-masing Bidang, Seksi dan Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok danfungsi sebagai berikut :1. Bidang Pengujian Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional dan KosmetikMempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang produk terapetik, narkotika, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

2. Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan MikrobiologiMempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya serta pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan pengendalian mutu di bidang mikrobiologi.Bidang Pengujian Pangan, Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi terdiri daria. Seksi Lab Pangan dan BB, Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana & program, evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian pangan dan berbahayab. Seksi Laboratorium Mikrobiologi, Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pengelolaan laboratorium dan pengendalian mutu hasil pengujian mikrobiologi.

3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan pelayanan kesehatan serta penyidikan kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, OT, kosmetik, prod komplemen, pangan dan Bahan Berbahaya.Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan Terdiri Dari :a. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya. b. Seksi Penyidikan mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

4. Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi KonsumenMempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu, serta layanan informasi konsumen.Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Terdiri dari :a. Seksi sertifikasi mempunyai tugas melakukan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu.b. Seksi layanan informasi konsumen mempunyai tugas melakukan layanan informasi untuk konsumen.

5. Sub Bagian Tata UsahaMempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di lingkungan Balai Besar POM di Padang. Pada konsepnya Pengawas Obat dan Makanan di pelabuhan dan perbatasan dilakukan oleh satuan kerja Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan yang bertanggung jawab kepada Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, namun pada realitasnya di wilayah Kerja Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Padang satuan tugas tersebut belum dibentuk.

2.6.5 Lokasi Balai Besar POM di PadangBalai Besar POM di Padang terletak di Jalan Gajah Mada, Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat.

2.6.6 Ketenagakerjaan Balai Besar POM di PadangBalai Besar POM di Padang memiliki banyak sumber daya manusia yang dibagi ke dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan bidang ilmunya. Pada bidang tata usaha, sumber daya manusia merupakan lulusan dari bidang ilmu administrasi. Pada bidang pengujian, pekerja berasal dari bidang farmasi, apoteker, analis kimia, dan asisten apoteker. Sementara itu pada bidang sertifikasi dan layannan konsumen serta pemeriksaan dan penyidikan memiliki tenaga kerja yang berasal dari lulusan apoteker dan hukum. Sumber daya manusia yang berasal dari lulusan bidang ekonomi ditempatkan pada bagian keuangan.

2.6.7 Bangunan dan Infrastruktur LainnyaBalai besar POM di Padang terdiri atas 1 gedung dimana terdapat 3 lantai utama. Lantai dasar merupakan ruangan kerja yang ditempati oleh bidang Pemeriksaan dan Penyidikan, Bidang Sertifikasi dan Layanan Konsumen, dan Sub Bagian Tata Usaha. Lantai II terdiri atas beberapa laboratorium, ruangan penyimpanan sampel uji, ruangan kepala bidang pengujian, ruangan Kepala Balai Besar POM dan ruangan staff penguji. Laboraorium tersebut dibagi atas 2 bagian yaitu laboratorium untuk pengujian pangan dan bahan berbahaya serta laboratorium pengujian terapetik, NAPZA, Kosmetik, Obat Tradisional dan produk komplemen.Sementara itu, lantai III terdiri atas laboratorium pengujian mikrobiologi dan ruangan aula. Ruangan aula biasanya digunakan untuk pertemuan dan sosialiasi. Selain gedung utama, Balai Besar POM di Padang juga dilengkapi dengan mushalla dan tempat parkir untuk kendaraan.

BAB IIIIDENTIFIKASI KADAR BORAKS DALAM RUMPUT LAUT DAN CINCAU DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

3.1 Tinjauan Pustaka

3.1.1 Bahan Tambahan Pangan(BTM)Pengertian atau definisi bahan tambahan pangan (BTP) cukup bervariasi. Namun secara umum yang dimaksud dengan bahan tambahan makanan adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam makanan selama produksi, pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan untuk tujuan tertentu.Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan.Pemberian bahan tambahan pada makanan dan minuman sudah menjadi hal biasa dilakukan oleh masyarakat. BTP berarti bahan apapun yang biasanya tidak dimakan sendiri sebagai suatu makanan dan biasanya tidak digunakan sebagai bahan-bahan khas untuk makanan, baik mempunyai nilai gizi atau tidak, yang bila ditambahan dengan sengaja pada makanan akan mempengaruhi ciri-ciri dari makanan itu. (Depkes, 1999)Penambahan BTP pada dasarnya ditambahkan ke dalam makanan untuk meperbaiki penampilan, cita rasa, tekstur, atau sifat-sifat penyimpanannya serta untuk mempengaruhi kualitas yang dikehendaki. BTP digunakan di industri makanan untuk meningkatkan mutu pangan olahan. Bahan tambahan pangan tersebut hanya dibenarkan jika ditujukan untuk keperluan berikut:1. Mempertahankan nilai gizi makananSebagai contoh, penambahan bahan antioksidan seperti BHA dalam pengolahan vitamin A akan mempertahankan potensi vitamin tersebut bila ditambahkan pada makanan2. Sebagai konsumsi segolongan orang tertentu yang memerlukan dietMisalnya penambahan bahan pemanis buatan seperti sakarin ke dalam makanan atau minuman, sehingga tidak menambahkan kalori ke dalam makanan tersebut.3. Mempertahankan mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat organoleptik sehingga tidak menyimpang dari sifat alamiahnya, dan dapat membantu mengurangi makanan yang dibuang. 4. Membuat makanan menjadi lebih menarik karena penggunaan bahan tambahan makanan, seperti pewarna dan bahan pemantap tekstur, sehingga nantinya produk akhir mempunyai penampakan rasa, serta penampilan yang selalu sama setiap waktu.5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan (Winarno, 1998)

Di Indonesia telah disusun peraturan tentang Bahan Tambahan Pangan yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (disebut Bahan Tambahan Kimia) oleh Depertemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/MenKes/Per/X/1999.3.1.2 Bahan Pengawet Bahan pengawet umumya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi, pengemasan, atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba. Namun, tidak jarang produsen yang menggunakan zat tersebut pada pangan dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur. Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk mengawetkan berbagai bahan pangan adalah benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan dan minuman, seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, selai, jeli, manisan, kecap, dan lain-lain (Cahyadi, 2008).Pengawet dalam bahan pangan harus diberikan dengan tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan pangan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan pangan lainnya karena setiap bahan pangan mempunyai sifat yang berbeda-beda, sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya pun juga berbeda. Saat ini masih banyak ditemukan penggunaan bahan pengawet yang dilarang untuk digunakan dalam bahan pangan dan berbahaya bagi kesehatan, seperti boraks dan formalin.Pemakain bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba baik yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan kesehatan lainnya maupun dari mikroba yang menyebabkan pembusukan. Namun disisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama pangan yang dikonsumsi. Apabila pemakaiannya tidak diawasi, maka akan menimbulkan kerugian bagi yang mengonsumsinya. Kerugian tersebut dapat bersifat langsung seperti keracunan, dan bersifat tidak langsung atau kumulatif misalnya bila bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik. Pengertian bahan pengawet sangat bervariasi tergantung dari negara yang membuat batasan pengertian menganai bahan pengawet. Namun demikian penggunaan pengawet memiliki tujuan yang sama yaitu mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan bahan pangan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/1988, bahan tambahan pangan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, atau peruraian lain terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik dalam bentuk asam dan garamnya. Setiap jenis bahan pengawet memiliki aktfitas yang berbeda.Secara ideal bahan pengawet akan menghambat atau membunuh mikroba yang penting dan kemudian memecah senyawa berbahaya menjadi tidak berbahaya dan tidak toksik. Bahan pengawet akan mempengaruhi dan menyeleksi jenis mikroba yang dapat hidup pada kondisi tersebut. Secara umum, penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut:a. menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat patogen maupun yang tidak patogenb. memperpanjang umur simpan panganc. tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang diawetkand. tidak digunakan untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendahe. tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak memenuhi persyaratan

3.1.3 Rumput Laut Rumput laut tergolong tanaman tingkat rendah, tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus, tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu dan benda keras lainnya. Secara taksonomi dikelompokkan ke dalam divisio Thallophyta (Anggadiredja dkk, 2010). Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira-kira tahun 2700 SM. Dimasa itu, rumput laut digunakan untuk sayuran dan obat-obatan (Aslan, 1999). Secara kimia rumput laut terdiri dari protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). Selain itu juga mengandung asam amino, vitamin, dan mineral seperti natrium, kalium, kalsium, iodium, zat besi dan magnesium. Kandungan asam amino, vitamin dan mineral mencapai 10-20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat (Murti, 2011).Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokan ke dalam empat kelas, yaitu: 1) Rhodophyceae (ganggang merah) 2) Phaeophyceae (ganggang coklat) 3) Chlorophyceae (ganggang hijau) 4) Cyanophyceae (ganggang biru) Jenis rumput laut yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah dari kelas Rhodophyceae yang mengandung agar-agar dan karaginan. Alga yang termasuk ke dalam kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan adalah Eucheuma dengan nama lokal agar-agar. Sebagian besar rumput laut yang diperjualbelikan yaitu jenis Eucheuma spinosum, hal ini disebabkan karena spesies Eucheuma spinosum banyak terdapat di Indonesia dan dibutuhkan oleh banyak industri farmasi: kosmetik, makanan dan minuman seperti saus, keju, biskuit, es krim dan sirup (Winarno, 1990).Taksonomi Eucheuma spinosum: Divisio : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Bangsa : Gigartinales Suku : Solieriaceae Marga : Eucheuma Spesies : Eucheuma spinosum (Anggadiredja dkk, 2010).

Rumput laut (Eucheuma spinosum) dicuci dengan air laut sebelum diangkat ke darat, rumput laut yang telah bersih dikeringkan di atas para-para bambu atau di atas plastik atau terpal sehingga tidak terkontaminasi oleh tanaman atau pasir. Pada kondisi panas matahari, rumput laut akan kering dalam waktu 2-3 hari. Kadar air rumput laut Eucheuma spinosum yang dicapai dalam pengeringan berkisar 31-35%. Pada saat pengeringan akan terjadi penguapan air laut dari rumput laut kemudian membentuk butiran garam yang melekat di permukaan thalusnya. Butiran garam tersebut perlu dibuang dengan cara mengayak rumput laut kering sehingga butiran garam turun. Apabila masih banyak butiran garam yang melekat, maka garam tersebut akan kembali menghisap uap air di udara sehingga rumput laut menjadi lembab kembali, akibatnya dapat menurunkan kualitas rumput laut itu sendiri. Rumput laut dikatakan berkualitas baik apabila total garam dan kotoran yang melekat tidak lebih dari 3-5% (Anggadiredja dkk, 2010). Rumput laut yang diperjualbelikan untuk tujuan sebagai bahan makanan, setelah proses pengeringan dilanjutkan dengan proses pemucatan caranya: rumput laut dicuci dengan air tawar sampai bersih, kemudian direndam dengan air sebanyak 20 kali berat rumput laut selama tiga hari. Pemucatan dilakukan dengan cara merendam rumput laut dengan larutan kapor tohor (CaO) 5% sambil diaduk selama 4-6 jam, setelah itu dicuci, kemudian dikeringkan selama dua hari. Setelah kering dikemas dan siap untuk dipasarkan (Indriani dan Sumiarsih, 1999).

3.1.4 CincauCincau hitam adalah sejenis gel berwarna hitam kecoklat-coklatan yang digunakan dalam pembuatan makanan pencuci mulut (dessert gel). Sebagai makanan pencuci mulut, cincau hitam yang dipotong-potong berbentuk kubus disajikan di dalam sirup encer dingin, kadang-kadang dicampur dengan potongan buah dan serutan kelapa muda. Produk cincau hitam sudah diterima secara umum oleh masyarakat, bahkan sudah masuk ke restoran-restoran dan hotel. Secara tradisional, cincau hitam dikenal memiliki berbagai khasiat sebagai obat batuk, diare, murus darah, menurunkan tekanan darah, dan lain-lain.Bahan baku cincau hitam adalah ekstrak tanaman jenggelan (Mesona palutris BL) yang telah dikeringkan. Berikut adalah klasifikasi dari tanaman janggelan:Kingdom: Plantae (Tumbuhan\Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Supe Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: AsteridaeOrdo: LamialesFamili:LamiaceaeGenus:MesonaSpesies:Mesona palustrisBl

Tanaman janggelan merupakan tanaman perdu, tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 150-1800 meter dari permukaan laut. Pohon janggelan yang telah dipanen selanjutnya dikeringkan dengan cara menghamparkannya di atas permukaan tanah, hingga warnanya berubah dari hijau menjadi cokelat tua. Tanaman cincau yang telah kering inilah yang merupakan bahan baku utama pembuatan cincau hitam (Sunanto, 1995).Cincau hitam mengandung sejumlah mineral dan karbohidrat dalam jumlah lumayan, vitamin A, B1, C, kandungan kalori rendah dan memiliki khasiat menurunkan panas badan, panas dalam, mencegah gangguan pencernaan, menurunkan tekanan darah tinggi dan menurunkan berat badan. Di dalam tubuh, serat larut air dapat mengikat kadar gula dan lemak sehingga bermanfaat untuk mencegah penyakit diabetes mellitus, jantung, serta stroke. Ekstrak cincau hitam memiliki aktivitas antioksidan yang jauh lebih kuat dari vitamin E (Indosiar,2007).Selain itu kandungan serat di dalam cincau juga tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan terhadap cincau mengungkapkan terdapat 6,23 gram per 100 gram kandungan serat kasar dalam gel cincau. Ini berarti bila cincau dikonsumsi bersama dengan buah dan sayur-mayur sehari-hari bias memadai untuk memenuhi kebutuhan serat harian sebesar 30 gram sehingga bias membantu memerangi penyakit degeneratif seperti jantung koroner. Kalori yang terkandung di dalamnya adalah 122 kalori dan protein sebesar 6 gram. Karena kandungan seratnya yang tinggi dan kalorinya yang rendah sehingga baik dikonsumsi sehari-hari (Pitojo,008). Cincau merupakan bahan makanan tradisional yang telah lama dikenal masyarakat dan digunakan sebagai isi minuman segar. Cincau disenangi karena berasa khas, segar dan dingin serta harganya murah. Tanaman janggelan yang sudah dikeringkan kemudian dilakukan proses ekstraksi yang dilakukan dengan cara merebus tanaman janggelan kering selama beberapa jam hingga diperoleh cairan yang berwarna coklat kehitaman. Setelah didinginkan, ekstrak disaring dengan menggunakan kain saring dan filtrat yang diperoleh dicampur dengan abu Qi/NaOH dengan perbandingan tertentu. Abu Qi/NaOH ini digunakan untuk membantu menggeluaran zat pati. Kemudian ekstrak tersebut dipanaskan kembali dengan ditambahkan sejumlah tertentu larutan pati hingga membentuk gel. Gel yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan dibiarkan hingga dingin dan mengeras. Cincau hitam dibuat dari seluruh bagian tanaman janggelan dengan bantuan proses pemanasan dan penambahan pati serta NaOH. Tanaman janggelan dapat diekstrak menghasilkan komponen pembentuk gel berupa hidrokoloid. Gel ini bersama-sama dengan sejumlah pati dan NaOH mampu membentuk gel yang kokoh dan kuat. Gel yang terbentuk inilah dikenal dengan istilah cincau hitam. Tingkat kekerasan gel cincau hitam pada umumnya lebih baik. Dengan demikian cincau hitam lebih tahan terhadap proses sineresis yaitu keluarnya cairan dari gel, sehingga gel menjadi mudah hancur dan kehilangan sifat kenyalnya. Itulah sebabnya cincau hitam banyak diperjual belikan diberbagai tempat (Astawan, 2009a).

3.1.5 Boraks

1. PengertianBoraks atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama bleng (bahasa jawa) yaitu serbuk kristal lunak yang mengandung boron(B), berwarna putih atau transparan tidak berbau dan larut dalam air. Boraks dengan dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai natrium tetraborate decahydrate. Boraks mempunyai nama lain natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat yang seharusnya hanya digunakan dalam industry non pangan.Pada awalnya boraks digunakan sebagai bahan pembersih, pengawet kayu, dan herbisida. Namun saat ini boraks tidak digunakan sebagai pembersih, tetapi sebagai pengenyal atau pengawet makanan. Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso dan lontong akan membuat bakso/lontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di Laboratorium (Depkes RI, 2002).

2. Sifat Kimia

Rumus Molekul: Na2B4O7.10H2ONama Kimia: Natrium tertaboratBerat Moleku: 381,37Berat Jenis: 1,68- ,72Titik Leleh : 175oC

Gambar 1. Struktur Molekul Boraks

Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7.10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005). Larutannya bersifat basa terhadap fenoftalen. Pada udara kering dia merapuh. Boraks larut dalam 20 bagian air, 0,6 bagian air mendidih dan 1 bagian gliserol, dan tidak larut dalam etanol. Boraks mempunyai rumus kimia Na2B4O2(H20)10 dengan berat molekul 381,43 dan mempunyai kandungan boron sebesar 11,34%. Boraks bersifat basa lemah dengan pH (9,15 9,20). Boraks umumnya larut dalam air, kelarutan boraks berkisar 62,5 g/L pada suhu 25C dan kelarutan boraks dalam air akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu air dan boraks tidak larut dalam senyawa alcohol.

3. Fungsi BoraksBoraks atau biasa disebut asam borate, memiliki nama lain, sodium tetraborate biasa digunakan untuk antiseptik dan zat pembersih selain itu digunakan juga sebagai bahan baku pembuatan detergen, pengawet kayu, antiseptik kayu, pengontrol kecoak (hama), pembasmi semut dan lainnya. Efek jangka panjang dari penggunaan boraks dapat menyebabkan merah pada kulit, gagal ginjal, iritasi pada mata, iritasi pada saluran respirasi, mengganggu kesuburan kandungan dan janin.

4. Penyalahgunaan BoraksBerdasarkan dari hasil investigasi dan pengujian laboratorium yang dilakukan Badan Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Jakarta, ditemukan sejumlah produk pangan seperti bakso, tahu, mie basah, cincau, dan siomay yang memakai bahan tambahan pangan boraks dan dijual bebas di pasar dan supermarket. Adapun peraturan pemerintah yang melarang tentang penggunaan boraks yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1168/MENKES/PER/X/1999, yang berisi bahwa boraks termasuk dari salah satu bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan. Banyak masyarakat yang belum mengetahui efek negatif dari penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan. Oleh karena itu para pedagang makanan biasanya mencampurkan boraks pada makanan yang akan dijual agar makanan tersebut menjadi lebih kenyal dan terlihat lebih menarik.

3.5.5 Metabolisme BoraksBoraks tidak dimetabolisme di dalam tubuh, hal ini disebabkan oleh karena diperlukan energi yang besar (523kJ/Mol) untuk memecah ikatan antaraoksigen dengan boron.Boraks secara cepat diabsorpsi oleh saluran cerna, kulit yang terbakar, dan pada kulit yang terluka. Namun boraks tidak diabsorpsi secara baik pada kulit yan utuh. Ia didistribusikan ke seluruh tubuh dan memiliki afinitas yang besar terhadap hati, otak, dan giinjal sehingga dapat terakumulasi pada organ tersebut. (Goodman, 1975; Winarno, 1994). Ekskresi boraks dari tubuh dilewatkan melalui ginjal. Lebih dari 50% dosis oral diekskreskan tanpa perubahan melalui ginjal selama 24 jam dan 90% setelah 96 jam. Sebagian kecil dikeluarkan melalui kelenjar keringat. Waktu paruh dilaporkan bervariasi antara 5-21 jam (Haddad et al,. 1990) Keracunan boraks terjadi jika absorpsi berlangsung dngan segera dari saluran pencernaan makanan, kulit yang terluka, lecet, atau terbakar. Jika ekskresi boraks juga berlangsung lambat, maka akan memperbesar akumulasi akibat penggunaan berulang. Pada bayi dan anak anak keracunan lebih mudah terjadi dibandingkan pada orang dewasa. Dosis yang dapat menyebabkan kematian atau biasa disebut dengan dosis letal pada orang dewasa adalah sebanyak 10-25 gram, sedangkan pada anak-anak adalah sebanyak 5-6 gram. Keracunan yang bersifat akut maupun kronis dengan manifestasi yang utama adalah kulit mengelupas, demam, dan anuria. Gejala keracunan boraks akut meliputi rasa mual, mutah-muntah, diare, kejang perut, bercak pada kulit, kerusakan ginjal,dan lemah akibat kolap pernaasan. Sedangkan pada keracunan kronik dapat menyebabkan demam, anoreksia, kerusakan ginjal, depresi, dan bingung. ( Haddad et al., 1990)

3.5.6 Pengaruh Pemberian Boraks terhadap Kerusakan Hati Boraks yang dimasukkan ke dalam makanan, walaupun jumlahnya sedikit namun boraks memiliki efek akumulasi yang berbahaya. Seringnya mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks, salah satunya akan menyebabkan gangguan hati. Masuknya boraks yang terus menerus, akan menyebabkan rusaknya membran sel hepar, kemudian diikuti kerusakan pada sel parenkim hepar. Hal ini terjadi karena gugus aktif boraks B-O-B (B=O) akan mengikat protein dan lipid tak jenuh sehingga menyebabkan peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid dapat merusak permeabilitas sel karena membran sel kaya akan lipid, sebagai akibatnya semua zat dapat keluar masuk ke dalam sel.203.6 Spektroskopi UV-Vis

3.6.1 Pengertian Spektroskopi adalah suatu studi mengenai aksi antara energi radiasi (cahaya) dengan materi (senyawa = organik dan anorganik). Adapun istilah spektrofotometri dalam Harjadi (1884) adalah suatu pengukuran seberapa banyak energi radiasi diserap (diadsorpsi) atau dipancarkan (diemisi) oleh suatu materi sebagai suatu fungsi panjang gelombang dari radiasi tersebut.Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet dekat (190-380) dan sinar tampak (380-780) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995:26). Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif. Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara langsung mempengaruhiwarna bahan kimiayang terlibat.Di wilayah ini dari spektrum elektromagnetik,molekul mengalamitransisi elektronik.Teknik ini melengkapifluoresensi spektroskopi,di fluoresensi berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited state.Penyerapan sinar uv dan sinar tampakolehmolekul, melalui 3 proses yaitu: a. Penyerapanolehtransisi electron ikatan dan electron anti ikatan.b. Penyerapanolehtransisi electron d dan f dari molekul kompleksc. Penyerapanolehperpindahan muatan.Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :E =hvDimana , E = energy (joule/second)h = tetapan plankv = frekuensi foton

Penyerapan sinar uv-vis dibatasi padasejumlahgugus fungsional/gugus kromofor(gugus dengan ikatan tidak jenuh) yang mengandung electron valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah. Dengan melibatkan 3 jenis electron yaitu : sigma, phi dan non bonding electron. Kromofor-kromofor organic seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang maksimalnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokromadalah gugus fungsional yang mempunyai elekron bebas, seperti hidroksil, metoksi dan amina. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar (bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas (hyperkromik).Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditranmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990: 216). Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan pelarut yang dipakai antara lain:1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.3. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis. (Mulja dan Suharman, 1995: 28).

3.7.2 InstrumenInstrumen pada spektrofotometri UV-Vis terdiri dari 6 komponen pokok, yaitu :

Gambar 1. Instrumen pada spektrofotometri UV-Vis1. Sumber Radiasi Lampu deuterium (= 190nm-380nm, umur pemakaian 500 jam) Lampu tungsten, merupakan campuran dari flamen tungsten da gas iodine. Pengukurannya pada daerah visible 380-900nm. Lampu merkuri, untuk mengecek atau kalibrasi panjang gelombang pada spectra UV-VIS pada 365 nm.

2. MonokromatorMonokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis. Alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang gelombang.Monokromator untuk UV-VIS dan IR serupa, yaitu mempunyai celah, lensa, cermin dan prisma atau grating.

Gambar 2. Medium pendispersi

3.Wadah sampel(sel atau kuvet)Wadah sampel umumnya disebut kuvet.Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.

4.DetektorDetektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik.Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang akan mengubahnya menjadi besaran terukur. Berikut jenis-jenis detektor dalam sperktrofotometer UV-VIS.(a) Barrier layer cell (photo cell atau photo voltaic cell)(b) Photo tube, lebih sensitif daripada photo cell, memerlukan power suplai yang stabil dan amplifier(c) Photo multipliers, Sangat sensitif, respons cepat digunakan pada instrumen double beam penguatan internalDetektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor : Kepekaan yang tinggi Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi Respon konstan pada berbagai panjang gelombang. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.Macam-macam detektor :Detektor foto (Photo detector)Photocell, misalnya CdS.PhototubeHantaran fotoDioda fotoDetektor panas

5.RecorderRadiasi yang ditangkap detektor kemudian diubah menjadi arus listrik oleh recorder dan terbaca dalam bentuk transmitansi. Di dalam rekorder signal tersebut direkam sebagaispektrum yang berbentuk puncak-puncak. Spektrum absorpsi merupakan plotantara absorbans sebagai ordinat dan panjang gelombang sebagai absis

3.7.3 Prinsip Kerja

Prinsip kerja alat spektrofotometer uv-vis adalah sumber radiasi yang berupa cahaya polikromatik UV akan melewati monokromator yaitu suatu alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang gelombang (monokromator).Monokromator radiasi UV, sinar tampak dan infra merah adalah serupa yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan perisai atau grating.Wadah sampel umumnya disebut sel/kuvet.Kuvet yang terbuat dari kuarsa baik untuk spektrosokopi UV dan juga untuk spektroskopi sinar tampak.Kuvet plastik dapat digunakan untuk spektroskopi sinar tampak.Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu dan telah melewati monokromator kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkanCahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi:jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan.Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang berguna untuk mendeteksi cahaya yang melewati sampel tersebut. Cahaya yang melewati detektor diubah menjadi arus listrik yang dapat dibaca melalui recorder dalam bentuk transmitansi absorbansi atau konsentrasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada spektrofotometri UV-vis1. Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan yang tidak berwarna harus terlebih dahulu diubah menjadi larutan berwarna kecuali diukur dengan menggunakan lampu UV.2. Panjang gelombang maksimum Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali.3. Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.

3.2 Metodologi Penelitian

3.2.1 Waktu Dan Tempat PengujianPengujian dilakukan pada Selasa, tanggal 8 Juli 2014 di Laboratorium Instrumen Balai Besar POM Padang.

3.2.2 Alat1. Spektrofotometri UV-vis2. Tanur3. Krus porselen4. Labu tentukur5. Beaker glass6. Gelas ukur7. Batang pengaduk8. Pipet volume

3.2.3 Bahan Bahan yang digunakan pada pengujian kali ini terdiri atas sampel dan larutan yang ditambahkan sebagai pelarut dan pereaksinya. Sampel terdiri dari rumput laut dan cincau1. Natrium Karbonat 1% b/v2. Asam Klorida 1:43. Larutan Kurkumin 0,125%4. Larutan Asam sulfat (p) : asam asetat glasial =(1:1)5. Larutan Amonium Asetat (62,95 gr amonium asetat tambah 75 ml asam asetat glasial tambah air hingga 250 ml

3.2.4 Prosedur Pengujian1. Preparasi Sampel (Larutan A)a. Timbang 0,5-1 gram cuplikanb. Masukkan ke dalam krus porselen dan tambahkan larutan Na2CO3 1% b/v campur hingga homogenc. Uapkan campuran di atas tangki penangas, keringkan di dalam oven 100oC, arangkan dengan api bunsen sampai tidak berasap lagi, pijarkan dalam tanur 500oC selama 3 jamd. Dinginan dan tambahkan pada abu asam klorida panaskan diatas tangas aire. Bilas dengan air panas bila perlu disaring massukkan ke dalam labu ukur 50ml setelah dingin tambahkan air sampai tanda

2. Larutan Baku (Larutan B)a. Pipet sejumlah larutan dari larutan 100 mikrogram.ml asam boratb. Masukkan masing massing ke dalam kurs porselen c. Tambahkan larutan Na2CO3 1% b/v campur hingga homogen dan perlakukan sama seperti larutan uji

3. Identifikasi Boraksa. Pipet 0,5 ml masing masing larutan A dan b1, b2, b3,ke dalam labu porselen yang berbeda, tambahkan 3,0 ml larutan kurkumin 0.125% b/v dalam asam assetat glasial , campur hingga homogenb. Tambahkan 3 ml campuran asam asetat: h2so4 (1:1) campur hingga homogen dan diamkan selama 4 jamc. Larutan yang berwarna merah jingga positif mengandung boraks. d. Ukur larutan berwarna merah jingga dalam kuvet kwarsa 1 cm pada panjang gelombang maksimum lebih kurang 540 nm e. Lakukan blanko menggunakan air dengan cara yang sama dengan larutan uji

3.3 Hasil Pengujian Dan Pembahasan

3.3.1 Preparasi Larutan Uji Dan Larutan BakuTelah dilakukan identifiksi boraks secara duplo pada 2 sampel rumput laut dan 1 sampel cincau yang diambil dari pasar pabukoan di daerah Payakumbuh. Metode pengambilan sampel yaitu secara acak dengan cara mengamati bahan pangan yang diduga mengandung boraks. Kriteria sampel pangan yang diduga mengandung boraks memiliki tekstur yang kenyal dan penampilan yang lebih segar. Sampel yang diduga mengandung boraks tersebut kemudian dibawa ke laboraturium untuk diuji lebih lanjut menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 540 nm. Prosedur yang digunakan untuk identifikasi boraks ini adalah dengan menggunakan prosedur MA PPOMN th 2000 No. 7/MM/00. Pertama sampel ditimbang di dalam krus porselen dan kemudian ditambahkan Na2CO3 1% sambil dipanaskan. Penambahan Na2CO3 1% ini bertujuan untuk memutus ikatan-ikatan yang kompleks di dalam sampel sehingga didapatkan boron dalam bentuk garam. Sampel selanjutnya diarangkan menggunakan tanur selama 3 jam pada suhu 500oC. Tujuan sampel yang diarangkan ini adalah untuk menguapkan atau menghilangkan senyawa-senyawa organik yang terdapat di dalam sampel sehingga diharapkan yang tersisa adalah boraks. Selanjutnya sampel yang sudah didinginnkan ditambah asam klorida dan dipanaskan kembali. Asam klorida yang ditambahkan dapat membantu meningkatkan kelarutan boraks dan mempermudah identifikasi, sehingga apabila pada sampel mengandung boraks maka akan lebih larut. Selain itu boraks juga akan lebih mudah diubah menjadi asam boraks (H3BO3). Tahap selanjutnya adalah memindahkan sampel ke dalam labu ukur 50 ml, dan setelah dingin ditambahkan air steril sampai tanda untuk meningkatkan kelarutan.Setelah melakukan preparasi sampel yang akan diuji atau larutan uji, selanjutnya dibuat larutan baku. Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui yang digunakan sebagai pembanding untuk mengidentifikasi dan mengetahui konsentrasi dari zat yang akan diuji. Jika zat yang diuji keluar pada panjang gelombang yang sama dengan larutan baku, maka zat yang diuji sama dengan baku pembanding. Larutan baku dibuat dengan cara memipet sejumlah larutan dari 100 mikrogram ml asam borat dan dimasukkan ke dalam kuvet. Kemudian ditambahkan Na2CO3 1% hingga homogen. Perlakuan selanjutnya sama dengan perlakukan pada pembuatan larutan uji.

3.3.2 Analisis Kualitatif dengan Spektroskopi UV-VisUntuk menentukan apakah sampel positif atau negatif mengandung boraks, maka dilakukan identifikasi menggunakan spektrofotometer UV-vis pada panjang gelombang 540 nm dengan melakukan reaksi warna dengan pereaksi kurkumin terlebih dahulu. Metode Spektroskopi cahaya tampak atau visible adalah penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan yang berwarna. Oleh karena itu metode ini sering dikenal sebagaimetode kalorimetriLarutan baku dan larutan uji yang sudah disiapkan kemudian diambil masing-masing 0,5 ml dan ditambahkan pereaksi kurkumin 0,125% dalam asam asetat glasial yang kemudian juga ditambah dengan H2SO4. Pewarna kurkumin ditambahkan untuk memberikan warna pada sampel agar dapat terdeteksi oleh spektrofotometri visible, karena spektrofotometri visible hanya bekerja jika ada warna.Kurkumin (C21H20O6) merupakan zat warna alam selain digunakan untuk pewarna makanan dan kosmetik, juga dapat digunakan sebagai penunjuk adanya boraks pada makanan. Preparasi larutan boraks yang direaksikan dengan kurkumin karena larutan boraks merupakan larutan yang tidak berwarna dan tidak memiliki gugus kromofor (gugus yang memiliki ikatan tidak jenuh). Oleh asam kuat, boraks terurai dari ikatan-ikatannya menjadi assam borat dan diikat oleh kurkumin membentuk kompleks warna rosa yang sering disebut kelat rosasianin sehingga kompleks warna tersebutlah yang dimanfaatkan untuk mengatur kadar boraks menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis..Reaksi yang terjadi pada percobaan identifikasi boraks pada makanan adalah:Boraks + Kurkumin RosocyanineNa2B4O7+ C21H20O6B[C21H19O6]2Cl

Konsentrasi kurkumin yang digunakan adalah 0,125% berdasarkan penelitian terdahulu, bahwa pada kisaran 0,1%-0,15% kurkumin dapat larut sempurna dalam asam asetat tanpa proses penyaringan. Dari pengujian yang dilakukan tentang identifikasi boraks dalam makanan, diperoleh perubahan warna pada larutan uji dan larutan baku. Larutan baku berubah menjadi warna jingga. Larutan uji dengan sampel rumput laut memiliki warna yang lebih pekat dari larutan baku, sementara pada larutan uji dengan sampel cincau warnanya lebih muda dibandingkan dengan larutan baku. Asam boraks yang terkandung dalam rumput laut setelah direaksikan dengan kurkumin menghasilkan warna merah kecoklatan. Warna tersebut menunjukkan adanya kandungan senyawa Rosocyanine. Sementara pada sampel cincau tidak terdapat perubahan warna menjadi merah kecokelatan. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terbentuk senyawa rosocyanine setelah ditambahkan kurkumin.Larutan baku kemudian dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis, disusul dengan larutan blanko dan larutan uji. Penentuan nilai serapan suatu sampel harus berada pada panjang gelombang maksimum sehingga didapatkan nilai yang maksimal. Pada pengujian ini sudah ditetapkan atau sudah ada acuan mengenai panjang gelombang maksimum boraks yaitu 540 nm. Larutan uji yang sudah dimasukkan ke dalam spektrofotometer UV-Vis sudah dapat ditentukan atau diidentifikasi apakah mengandung boraks atau tidak. Hal ini didasarkan pada penyerapan atau absorbansi larutan baku pada panjang gelombang tertentu. Jika terdapat absorbansi pada panjang gelombang yang sama dengan larutan baku boraks, maka larutan uji sama dengan larutan baku atau positif mengandung boraks. Mekanisme sinar yang datang dari monokromator secara harfiah tidak diabsorpsi atau diserap oleh sample, namun sebenarnya adalah terpakai untuk eksitasi elektron. Cahaya adalah energi yang berbentuk foton.Sinar yang berupa energi itu masuk ke kuvet yang berisi sampel dan terdapat elektron yang tidak terikat kuat (berasal dari kromofor atau ausokrom) maka cahaya (energi) tersebut akan digunakan untuk mengeksitasi elektron tersebut, atau secara sederhana bisa dikatakan energi tersebut dipakai untuk mendorong elektron ke atas.Jumlah cahaya yang dipakai untuk mengeksitasi tentunya tergantung dari kekuatan ikatan elektron yang bisa dieksitasi terhadap intinya, makin kuat ikatan elektron tersebut dibutuhkan energi yang banyak. Perlu dicatatat, tidak semua elektron dapat dieksitasi dengan sinar uv atau visible. Elektron yang dapat dieksitasi adalah elektron yang terikat dengan lemah, sebagian besar berasal dari gugus kromofor dan ausokrom. Kekuatan ikatan elektron berhubungan dengan jumlah elektron tersebut dalam molekul, makin sedikit elektron ikatannya lebih kuat dan sebaliknya makin banyak elektron maka ikatannya makin lemah, jadi semakin banyak ikatan rangkap terkonjugasi (kromofor) atau semakin banyak ausokrom maka ikatan elektron makin lemah dan membutuhkan energi yang lebih kecil untuk mengeksitasinya.(Catatan Kimia, 2014)Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa pada kedua sampel rumput laut memiliki absorbansi pada panjang gelombang yang sama seperti larutan bakunya. Hal ini menunjukkan bahwa rumput laut yang diuji positif mengandung boraks. Namun hasil spektrofotometri pada sampel cincau justru memberikan hasil sebaliknya. Pada larutan uji sampel cincau tidak ditemukan adanya absorbansi pada panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang larutan baku boraks. Hal ini mengindikasikan bahwa sampel cincau negatif terhadap kandungan boraks.Pengujian larutan uji rumput laut dan cincau terhadap kandungan boraks tidak dilanjutkan dengan metode linearitas atau analisis yang memberikan respon secara langsung dengan bantuan transformmasi matematika yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Hal ini disebabkan syarat keberadaan boraks di dalam bahan pangan harus negatif, yang artinya tidak boleh ada boraks sedikitpun di dalam bahan pangan ini sehingga tidak dibutuhkan proses perhitungan kadar boraks dalam sampel yang sudah terbukti positif mengandung boraks. Jadi, pengujian boraks disini hanya berlangsung sampai identifikasi boraks dengan spektrofotometri UV-vis.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KesimpulanDari pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:1. Produk pangan yang beredar dipasaran, umumnya menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) tertentu untuk menjaga kualiatas produknya dan meningkatkan nilai ekonomis2. BTP yang sering digunakan terutama yaitu jenis pengawet 3. Boraks adalah salah satu bahan pengawet berbahaya yang sering ditambahkan pada makanan4. Identifikasi boraks dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis5. Sampel yang diuji pada pengujian yaitu rumput laut dan cincau6. Berdasarkan hasil pengujian pada sampel rumput laut dan cincau yang diambil dari sebuah pasar pabukoan di pasar Payakumbuah, 2 sampel rumput laut yang diuji positif mengandung boraks sementara pada cincau tidak mengandung boraks

4.2 SaranBerdasarkan hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut:1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kadar boraks yang ada pada rumput laut2. Masyarakat seharusnya berhati-hati dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi3. Masyarakat seharusnya bisa mengenal penampakan luar dari bahan pangan yang mengandung boraks.ss

36