kategori pangan bpom

12
Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN RI POM InfoPOM ISSN 1829-9334 Pembaca yang terhormat, Karena penggunaan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari telah memasyarakat dan meluas di seluruh wilayah nusantara, sebagaimana seharusnya, maka pemberian informasi baik lisan ataupun tertulis dalam bahasa Indonesia menjadi sangat penting, termasuk dalam memberikan informasi tentang produk pangan olahan yang beredar di pasaran. Saat ini, begitu banyak jumlah produk pangan beredar di pasaran, dengan tren yang menunjukkan bahwa terus meningkatnya jumlah produk pangan olahan impor. Disisi lain, informasi produk yang terdapat pada label di kemasan pangan olahan sangatlah penting untuk diketahui dan dipahami oleh konsumen. Oleh karena itu penggunaan bahasa Indonesia dalam label pangan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, karena selain agar informasi dapat diterima dan dipahami dengan mudah dan tepat, juga akan memudahkan pemerintah dalam melakukan pengawasan produk pangan yang beredar. Ulasan mengenai hal ini dapat disimak pada artikel Pentingnya Label Pangan Berbahasa Indonesia. Masih tentang produk pangan, untuk melengkapi artikel diatas, kami sajikan juga tulisan pendek tentang sistem pengelompokan pangan, agar pembaca mengetahui bahwa setiap jenis produk pangan dalam suatu kelompok memiliki definisi dan karakteristik dasar, yang masing-masing berbeda dengan yang lain. Sistem pengelompokan ini disebut kategori pangan dan telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor. HK.00.05.52.4040 tentang Kategori Pangan. Dengan adanya pengkategorian pangan, maka diharapkan produk pangan yang beredar di Indonesia sesuai dengan definisi dan karakteristiknya tersebut. Sebagai contoh yang dikemukakan adalah satu jenis kategori pangan yaitu susu dan produk susu. Selain kedua artikel tersebut di atas, kami juga hadirkan siaran pers tentang Operasi Pangea IV Berantas Obat Ilegal Online dan siaran pers tentang Hasil Pengawasan Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat.Seperti biasa, pada halaman terakhir dimuat forum PIO Nas dan SIKer Nas yang berisi tanya jawab seputar informasi obat dan informasi keracunan dan penting diketahui oleh pembaca. Demikian, semoga infoPOM edisi ini dapat memberikan manfaat. Selamat membaca. E T I DI OR AL 1 PENTINGNYA LABEL PANGAN BERBAHASA INDONESIA MENGULAS SUSU DAN PRODUK SUSU Susu adalah cairan berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia dan mengandung banyak vitamin serta protein. Susu memiliki banyak manfaat, diantaranya untuk membantu proses pertumbuhan dan mencegah pengeroposan tulang. Sumber susu tidak hanya dari sapi, tetapi juga dari beberapa hewan mamalia lainnya seperti domba, kambing, kuda dan unta. Tidak semua orang bisa meminum susu segar, karena tidak terbiasa dengan aromanya. Namun dengan perkembangan teknologi, susu dapat diolah menjadi bentuk lain seperti yoghurt, keju dan es krim, sehingga produk tersebut dapat menjadi alternatif pilihan bagi konsumen untuk tetap dapat mengkonsumsi susu. Prinsip dasar pengolahan susu adalah dengan pasteurisasi dan sterilisasi, yang bila tidak dilakukan dengan baik dikhawatirkan dapat terkontaminasi bakteri. Kontaminasi dapat terjadi karena pemerahan yang tidak higienis, penyimpanan, pengolahan dan transportasi yang tidak memenuhi ketentuan yang seharusnya. SIARAN PERS HASIL PENGAWASAN OBAT TRADISIONAL MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT SIARAN PERS OPERASI PANGEA IV BERANTAS OBAT ILEGAL ONLINE InfoPOM

Upload: jian-septian

Post on 12-Aug-2015

418 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kategori pangan

TRANSCRIPT

Page 1: Kategori Pangan BPOM

Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN RI POM

InfoPOMISSN 1829-9334

Pembaca yang terhormat,

Karena penggunaan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari telah memasyarakat dan meluas di seluruh wilayah nusantara, sebagaimana

seharusnya, maka pemberian informasi baik lisan ataupun tertulis dalam bahasa Indonesia menjadi sangat penting, termasuk dalam memberikan

informasi tentang produk pangan olahan yang beredar di pasaran. Saat ini, begitu banyak jumlah produk pangan beredar di pasaran, dengan tren

yang menunjukkan bahwa terus meningkatnya jumlah produk pangan olahan impor. Disisi lain, informasi produk yang terdapat pada label di

kemasan pangan olahan sangatlah penting untuk diketahui dan dipahami oleh konsumen. Oleh karena itu penggunaan bahasa Indonesia dalam

label pangan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, karena selain agar informasi dapat diterima dan dipahami dengan mudah dan tepat, juga

akan memudahkan pemerintah dalam melakukan pengawasan produk pangan yang beredar. Ulasan mengenai hal ini dapat disimak pada artikel

Pentingnya Label Pangan Berbahasa Indonesia.

Masih tentang produk pangan, untuk melengkapi artikel diatas, kami sajikan juga tulisan pendek tentang sistem pengelompokan pangan, agar

pembaca mengetahui bahwa setiap jenis produk pangan dalam suatu kelompok memiliki definisi dan karakteristik dasar, yang masing-masing

berbeda dengan yang lain. Sistem pengelompokan ini disebut kategori pangan dan telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI

Nomor. HK.00.05.52.4040 tentang Kategori Pangan. Dengan adanya pengkategorian pangan, maka diharapkan produk pangan yang beredar di

Indonesia sesuai dengan definisi dan karakteristiknya tersebut. Sebagai contoh yang dikemukakan adalah satu jenis kategori pangan yaitu susu dan

produk susu.

Selain kedua artikel tersebut di atas, kami juga hadirkan siaran pers tentang Operasi Pangea IV Berantas Obat Ilegal Online dan siaran pers tentang

Hasil Pengawasan Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat.Seperti biasa, pada halaman terakhir dimuat forum PIO Nas dan SIKer Nas

yang berisi tanya jawab seputar informasi obat dan informasi keracunan dan penting diketahui oleh pembaca.

Demikian, semoga infoPOM edisi ini dapat memberikan manfaat. Selamat membaca.

E T IDI OR AL

1

PENTINGNYA LABEL PANGAN

BERBAHASA INDONESIA

MENGULAS SUSU DAN PRODUK SUSU

Susu adalah cairan berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu

mamalia dan mengandung banyak vitamin serta protein. Susu memiliki

banyak manfaat, diantaranya untuk membantu proses pertumbuhan

dan mencegah pengeroposan tulang. Sumber susu tidak hanya dari

sapi, tetapi juga dari beberapa hewan mamalia lainnya seperti

domba, kambing, kuda dan unta.

Tidak semua orang bisa meminum susu segar, karena tidak

terbiasa dengan aromanya. Namun dengan perkembangan

teknologi, susu dapat diolah menjadi bentuk lain seperti

yoghurt, keju dan es krim, sehingga produk tersebut dapat

menjadi alternatif pilihan bagi konsumen untuk tetap dapat

mengkonsumsi susu. Prinsip dasar pengolahan susu adalah

dengan pasteurisasi dan sterilisasi, yang bila tidak dilakukan

dengan baik dikhawatirkan dapat terkontaminasi bakteri.

Kontaminasi dapat terjadi karena pemerahan yang tidak higienis,

penyimpanan, pengolahan dan transportasi yang tidak memenuhi

ketentuan yang seharusnya.

SIARAN PERS

HASIL PENGAWASAN OBAT

TRADISIONAL MENGANDUNG

BAHAN KIMIA OBAT

SIARAN PERS

OPERASI PANGEA IV

BERANTAS OBAT ILEGAL

ONLINE

InfoPOM

Page 2: Kategori Pangan BPOM

SajianUtama

Susu dalam Kategori Pangan

Dalam rangka melakukan

pengawasan produk pangan yang

beredar, Badan Pengawas Obat

dan Makanan (Badan POM)

mengembangkan sistem

pengelompokan pangan dimana

setiap jenis produk pangan dalam

suatu kelompok memiliki definisi

dan karakteristik dasar yang sama

Sistem pengelompokan ini disebut

kategori pangan dan telah

ditetapkan oleh Surat Keputusan

Kepala Badan POM RI Nomor.

HK.00.05.52.4040 tentang

Kategori Pangan. Dengan adanya

pengkategorian pangan, maka

diharapkan produk pangan yang

beredar di Indonesia sesuai

dengan definisi dan

karakteristiknya.

Kategori Pangan disusun dengan

mengacu pada ketetapan dari

Codex Alimentarius Commision

(CAC) dan Standar Nasional

Indonesia (SNI). CAC adalah

komisi bersama yang dibentuk

oleh organisasi pangan dan

pertanian dunia (Food

and Agricultural

Organization,

FAO) dan

organisasi

kesehatan dunia

(World Health

Organization,

WHO) untuk

menyusun

standar

keamanan, mutu,

dan gizi pangan

yang

berlaku

secara

internasi

onal.

Ada 16

kategori

pangan dimana

setiap kategori

terdiri dari

beberapa sub

kategori. Susu merupakan

kategori pangan nomor 01.0.

Produk – produk susu dan terdiri

dari 8 sub kategori sebagai

berikut:

01.1 Susu dan minuman berbasis

susu

Contoh produk yang termasuk

dalam sub kategori ini diantaranya

susu segar, UHT, susu

pasteurisasi, susu skim, susu

lemak nabati, buttermilk, minuman

susu berperisa.

01.2 Susu fermentasi dan produk

susu hasil hidroliza enzim renin

(tawar)

Termasuk dalam sub kategori ini

diantaranya susu yang

difermentasikan, susu yang

diasamkan, yoghurt, dan susu

yang digumpalkan dengan enzim

renin.

01.3 Susu kental dan tiruannya

Termasuk diantaranya produk

susu kental manis, susu

evaporasi, susu skim kental

manis, krim kental manis, krimer

kental manis.

01.4 Krim (tawar) dan sejenisnya

Krim diperoleh dengan proses

pemisahan antara lemak susu dan

komponen lainnya. Contoh produk

dalam sub kategori ini adalah krim

pasteurisasi, whipped cream, krim

rendah lemak, krim asam.

2Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011 InfoPOM

Page 3: Kategori Pangan BPOM

3

01.5 Susu bubuk dan krim bubuk

dan bubuk tiruan (tawar)

Sub Kategori ini diperoleh dengan

penghilangan air dari susu dan

krim sehingga berbentuk bubuk.

Contoh produk dalam kategori ini

diantaranya susu bubuk fullcream,

susu bubuk berlemak instant, krim

bubuk, campuran susu dan krim

bubuk, bubuk buttermilk.

01.6 Keju dan keju tiruan (analog)

Termasuk dalam sub kategori ini

adalah keju dan produk keju serta

keju analog. Contoh

produk dalam sub

kategori ini

diantaranya

keju, keju

krim, keju

mozarela,

keju

peram,

bubuk keju,

keju olahan,

keju olahan

berperisa.

01.7 Makanan pencuci mulut

berbahan dasar susu (contoh:

puding, yoghurt berperisa atau

yoghurt dengan buah)

Termasuk dalam sub kategori ini

adalah es krim, es susu, yoghurt

berperisa, dan permen susu.

01.8 Whey dan produk whey,

selain keju whey

Whey merupakan cairan yang

dipisahkan dari susu setelah

penggumpalan susu dalam

pembuatan keju dan produk

sejenis lainnya. Produk whey

dapat berbentuk cair

maupun bubuk.

Susu formula bayi dan

lanjutan tidak masuk

dalam kategori ini tetapi

masuk dalam kategori

pangan 13.0. Produk

Pangan untuk

Keperluan Gizi Khusus,

karena susu formula

bayi merupakan formula

pengganti ASI untuk

bayi yang secara

khusus diformulasikan untuk

menjadi salah satu sumber gizi

pada bulan – bulan awal sampai

nanti diperkenalkan dengan

makanan pendamping.

Kategori pangan di atas bersifat

dinamis, yang dapat berkembang

seiring dengan berkembangnya

teknologi.

(Direktorat Standardisasi Produk

Pangan)

Pustaka:

1. Surat Keputusan Kepala

Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI No.

HK.00.05.52.4040 tentang

Kategori Pangan, 2006

2. Eniza Saleh. Dasar

Pengolahan Susu dan Hasil

Ikutan Ternak. Program Studi

Produksi Ternak Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera

Utara

Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011 InfoPOM

SajianUtama

Page 4: Kategori Pangan BPOM

InfoPOM4Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011

Artikel

Pendahuluan

Penggunaan bahasa Indonesia

dalam komunikasi sehari-hari

telah memasyarakat dan meluas

di seluruh wilayah nusantara.

Tentu saja hal ini melalui

beberapa tahap penyebaran

penggunaan, dimulai dengan

dinyatakannya bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan pada

Sumpah Pemuda tanggal 28

Oktober 1928 sampai dengan

didorongnya penggunaan bahasa

Indonesia pada berbagai media

informasi yang dibutuhkan oleh

masyarakat melalui ketentuan

pemerintah, peraturan dan

perundang-undangan. Lalu

bagaimanakah penggunaan

bahasa Indonesia dalam rangka

menyampaikan informasi kepada

konsumen melalui label yang ada

pada produk pangan?

Artikel ini memberikan gambaran

mengenai betapa pentingnya

informasi yang ada pada label

untuk dapat diterima dan diketahui

oleh pembacanya secara mudah

dan tepat. Untuk itulah sangat

penting menyampaikan informasi

ini dalam bahasa Indonesia.

Produk Pangan di Indonesia

Pangan olahan yang beredar di

masyarakat merupakan produksi

dalam negeri dan produksi luar

negeri. Tren jumlah pangan

olahan yang terdaftar pada Badan

Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) sejak tahun 2006 sampai

dengan tahun 2010 menunjukkan

terjadi peningkatan yang lebih

besar pada pangan impor (65%)

dibandingkan dengan pangan 1)produk dalam negeri (15%). Data

ini menunjukkan betapa besarnya

jumlah produk impor yang beredar

di Indonesia dan ketatnya

persaingan yang dihadapi oleh

produk dalam negeri untuk

memenangkan minat konsumen.

Label Produk Pangan

Sebagaimana diatur pada

Undang-Undang Perlindungan

Konsumen bahwa pelaku usaha

wajib mencantumkan informasi

dan/atau petunjuk penggunaan

Page 5: Kategori Pangan BPOM

5Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011

barang dalam bahasa Indonesia

sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang 2)berlaku. Oleh karena itu sudah

selayaknya produk pangan yang

beredar di wilayah Indonesia

diwajibkan memiliki label yang

berbahasa Indonesia, seperti

yang juga diamanatkan pada

Undang-Undang Pangan.

Ketentuan pada Undang –

Undang pangan ini menyatakan

bahwa keterangan pada label

yang beredar di Indonesia wajib

ditulis atau dicetak dengan

menggunakan bahasa Indonesia,

angka Arab dan huruf latin.

Penggunaan istilah asing, selain

yang dimaksud diatas dapat

dilakukan sepanjang tidak ada

padanannya, tidak dapat

diciptakan padanannya atau

digunakan untuk perdagangan ke 3)luar negeri.

Melihat semakin pentingnya

penggunaan bahasa Indonesia

pada label, maka melalui Surat

Edaran tentang Penerapan

Ketentuan Label Pangan yang

diterbitkan oleh Kepala BPOM

pada tanggal 1 September 2010

secara jelas dinyatakan kembali

bahwa dengan masih

ditemukannya label yang tidak

memenuhi ketentuan peraturan

perundang undangan maka

diingatkan dan ditegaskan kepada

seluruh produsen, importir dan

distributor pangan untuk

mencantumkan label pangan

dengan menggunakan bahasa 4)Indonesia.

Tidak hanya sekedar harus

berbahasa Indonesia, masyarakat

berhak memperoleh informasi

mengenai produk pangan yang

benar dan tidak menyesatkan.

Dengan demikian, akan

memudahkan konsumen untuk

memahami semua informasi yang

diperlukan sehingga membantu

konsumen untuk memilih dan

memutuskan produk pangan yang

sesuai dengan kebutuhan dan

menghindari pangan tertentu.

Informasi yang perlu diketahui

oleh konsumen melalui label

antara lain adalah nama produk,

daftar bahan dan keterangan

tentang kadaluwarsa

(kedaluwarsa).

Nama Produk Pangan

Nama produk pangan merupakan

identitas, pemberian nama produk

atau disebut sebagai nama jenis

adalah berdasarkan Standar

Nasional Indonesia dan atau

berdasarkan Surat Keputusan

Kepala BPOM tentang Kategori 5)Pangan. Ada beberapa jenis

produk pangan yang kalau dilihat

secara fisik memiliki bentuk dan

warna yang sama tetapi

merupakan jenis yang berbeda.

Hal ini dapat disebabkan adanya

perbedaan komponen atau bahan

yang digunakan. Misalnya produk

“Minuman Sari Buah” dan

“Minuman Rasa Buah”,

merupakan 2 jenis yang berbeda,

dimana “Minuman Sari Buah”

terbuat dari 35% sari buah,

sedangkan “Minuman Rasa Buah”

hanya menggunakan 10% sari 6)buah. Dengan mencantumkan

nama produk dalam bahasa

Indonesia maka konsumen dapat

lebih mudah melihat perbedaan

dari dua jenis minuman tersebut,

dan bisa menentukan pilihan yang

tepat sesuai kebutuhan.

InfoPOM

Artikel

Page 6: Kategori Pangan BPOM

6

Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011

Bahan yang Digunakan

Informasi mengenai bahan yang

digunakan tentu saja sangat

penting. Beberapa zat atau jenis

pangan tertentu dapat

menimbulkan alergi, misalnya

udang untuk orang yang intoleran

terhadap protein yang terdapat di

dalam udang. Jika pada daftar

bahan tidak dicantumkan

informasi dalam bahasa Indonesia

maka bisa jadi konsumen tidak

mengetahui dengan jelas bahan

yang digunakan didalam produk

pangan tersebut. Dan jika

konsumen mengkonsumsi produk

pangan yang mengandung zat

yang tidak boleh di konsumsi,

maka akan mengalami efek

negatif yang mungkin

menimbulkan bahaya kesehatan

yang pada kasus tertentu bisa

berujung pada kematian.

Keterangan tentang Kadaluwarsa

Keterangan yang memberikan

informasi mengenai batas waktu

masih layaknya produk pangan

dikonsumsi disebut sebagai

kadaluwarsa. Begitu pentingnya

informasi ini untuk konsumen

sehingga pada Undang-Undang

Pangan dinyatakan bahwa setiap

orang dilarang mengganti,

melabel kembali, atau menukar

tanggal, bulan dan tahun

kadaluwarsa pangan yang 7)diedarkan. Kemudian pada

Peraturan Pemerintah tentang

Label dan Iklan Pangan

ditegaskan kembali bahwa setiap

orang dilarang menukar tanggal, 8)bulan dan tahun kadaluwarsa.

Jadi sangat penting menuliskan

keterangan tentang kadaluwarsa

dalam bahasa Indonesia, angka

Arab dan huruf latin, karena

apabila tidak, maka informasi

mengenai tanggal, bulan dan

tahun kadaluwarsa pun tidak

dapat diketahui / dipahami oleh

konsumen.

Penutup

Penggunaan bahasa Indonesia

pada label tidak hanya

bermanfaat bagi konsumen

sehingga informasi dapat diterima

dengan mudah dan tepat,

melainkan juga akan

memudahkan pengawasan

produk pangan yang beredar.

Pengawasan produk pangan

merupakan tanggung jawab

semua pihak, yaitu pemerintah,

industri pangan, akademisi dan

konsumen itu sendiri.

Pengawasan oleh semua pihak

pada produk pangan yang

beredar melalui label akan

menjadi seleksi secara tidak

InfoPOM

Artikel

Page 7: Kategori Pangan BPOM

langsung terhadap kualitas produk

pangan. Produk pangan yang

labelnya tidak memberikan

informasi yang jelas sebaiknya

tidak menjadi pilihan konsumen,

selain akan menimbulkan

kerugian karena produk pangan

yang dikonsumsi tidak sesuai

dengan yang diinginkan,

ketidakjelasan informasi pada

label juga dapat juga berisiko

karena produk pangan mungkin

mengandung bahan yang

berbahaya bagi kesehatan pada

orang-orang tertentu.

(Direktorat Standardisasi Produk

Pangan)

7Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011 InfoPOM

Pustaka

1) Sumber: Direktorat Penilaian

Keamanan Pangan – BPOM (2011)

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Pasal 8.

3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1996 tentang Pangan. Pasal 31 ayat (2)

dan (3).

4) Surat Edaran Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor

HK.05.01.1.52.09.10.8502 Tahun 2010

tentang Penerapan Ketentuan Label

Pangan.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 69

Tahun 1999 tentang Label dan Iklan

Pangan. Pasal 18 ayat (1) dan (2).

6) Surat Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia Nomor HK.00.05.52.4040

Tahun 2006 tentang Kategori Pangan.

Lampiran XIV Kategori Pangan 14.1.4.2

Minuman Berbasis Air Berperisa Tidak

Berkarbonat, Termasuk Punches dan

Ades.

7) Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1996 tentang Pangan. Pasal 32.

8) Peraturan Pemerintah Nomor 69

Tahun 1999 tentang Label dan Iklan

Pangan. Pasal 29 huruf b.

ULPK adalah unit layanan yang dibentuk untuk menampung pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan mutu, keamanan dan aspek legalitas produk :

ObatMakanan dan minuman

Kosmetika dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)Obat tradisional

Narkoba

Melalui telepon di nomor 021-4263333 , 32199000Melalui faksimili di nomor 021-4263333 , 4209221

Melalui Email [email protected],

Datang langsung ke:

Unit Layanan Pengaduan KonsumenBadan Pengawas Obat dan Makanan

Jln. Percetakan Negara No. 23 Jakarta 10560

Bagaimana cara menyampaikan pengaduan ke ULPK?

[email protected]

Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK)

Artikel

Page 8: Kategori Pangan BPOM

8

Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011

Siaran Pers

SIARAN PERS

OPERASI PANGEA IV BERANTAS OBAT ILEGAL ONLINE

Untuk melindungi kesehatan masyarakat dan menerapkan tindakan kehati-hatian terhadap kemungkinan

peredaran obat ilegal termasuk palsu, Badan POM secara terus menerus dan berkesinambungan telah

melakukan pengawasan baik pre-market maupun post-market, termasuk pengawasan promosi. Dari

hasil pantauan beberapa tahun terakhir marak ditemukan penjualan obat ilegal termasuk palsu melalui

media internet.

Penertiban obat ilegal termasuk palsu yang dipromosikan melalui internet telah dikoordinasikan oleh

International Criminal Police Organization (ICPO)-Interpol yang diberi sandi OPERASI PANGEA yaitu

suatu aksi internasional yang dilakukan dalam satu minggu dengan sasaran penjualan produk obat ilegal

termasuk palsu secara online. Operasi Pangea baru pertama kali diikuti oleh Indonesia. Pada tahun 2008

Operasi Pangea I diikuti oleh 8 negara, Operasi Pangea II tahun 2009 diikuti oleh 25 negara, Operasi

Pangea III tahun 2010 diikuti oleh 44 negara dan Operasi Pangea IV tahun 2011 diikuti oleh 81 negara

termasuk Indonesia yang difasilitasi oleh National Central Bureau (NCB)-Interpol dengan tujuan

meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap risiko kesehatan terkait obat, suplemen makanan ilegal

serta produk palsu dan mengungkap semua pelaku sindikat jaringan yang terlibat termasuk melakukan

penyitaan, penangkapan dan penahanan termasuk menutup situs yang mempromosikan produk ilegal

termasuk produk palsu.

Pelaksanaan Operasi Pangea IV di Indonesia dilakukan oleh Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan

Makanan Ilegal yang terdiri dari Badan POM, Kepolisian RI, Direktorat Jenderal Bea Cukai pada tanggal

20 – 27 September 2011 dan bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.

Dari Operasi Pangea IV berhasil diidentifikasi sebanyak 30 situs website yang mempromosikan obat

ilegal termasuk palsu. Serta dilakukan penyitaan terhadap produk obat, obat tradisional, dan suplemen

makanan ilegal. Dari hasil operasi tersebut dilakukan pemeriksaan 4 (empat) sarana, dimana berhasil

ditangkap dan ditahan 2 (dua) orang pelaku yang mempromosikan dan mengedarkan produk ilegal

termasuk palsu serta 2 (dua) orang diperiksa guna pengembangan untuk memperoleh informasi sumber

perolehan produk ilegal.

InfoPOM

BADAN RI POM

Page 9: Kategori Pangan BPOM

9Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011

Jumlah produk yang disita sebanyak 57 item umumnya obat ilegal sebanyak 43 item (75,4%) terdiri dari

kategori disfungsi ereksi sebanyak 26 item (45,6%), perangsang wanita/female libido drugs sebanyak 10 item

(17,5%), anestesi lokal sebanyak 7 item (12,3%), dan obat tradisional ilegal sebanyak 12 item (21,1%) terdiri

dari kategori penurun berat badan sebanyak 5 item (8,8%) dan minyak gosok 7 item (12,3%) serta suplemen

makanan ilegal sebanyak 2 item (3,5%), dengan jumlah sebanyak 1.225 kotak, 115 botol, 24 tube, 13 sachet,

240 tablet, dengan nilai sekitar Rp. 82.000.000 (delapan puluh dua juta rupiah). Tren temuan Operasi Pangea

IV di Indonesia ini hampir sama dengan tren temuan Operasi Pangea III yang dilakukan secara internasional

tahun 2010 yaitu obat disfungsi ereksi dan perangsang wanita/ female libido drugs. Kedua obat ini adalah

jenis obat yang paling banyak ditemukan, diikuti jenis anestesi lokal dan obat penurun berat badan.

Untuk situs website yang telah teridentifikasi mempromosikan dan menawarkan produk ilegal termasuk palsu

tersebut, Kepala Badan POM selaku Ketua Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal telah

mengajukan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika RI untuk melakukan upaya pemblokiran

website.

Sebagai informasi, keberadaan Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal telah dicanangkan oleh

Wakil Presiden RI pada tanggal 31 Januari 2011 di Jakarta.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, apabila masyarakat menemukan hal-hal yang dicurigai terkait

peredaran produk obat, obat tradisional, dan suplemen makanan ilegal termasuk produk palsu yang

diedarkan melalui internet, dapat melaporkan kepada Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan

POM dengan nomor telepon 021-4263333 dan 021-32199000 atau email

[email protected] atau Layanan Informasi Konsumen di Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.

Jakarta, 5 Oktober 2011

Biro Hukum dan Humas Badan POM RI

InfoPOM

Siaran Pers

Page 10: Kategori Pangan BPOM

10Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011

SIARAN PERS

HASIL PENGAWASAN OBAT TRADISIONAL MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT

Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan Obat Tradisional (OT) yang tidak memenuhi persyaratan

keamanan, manfaat dan mutu, Badan POM RI secara rutin dan berkesinambungan melakukan pengawasan

peredaran obat tradisional, termasuk kemungkinan dicampurnya Obat Tradisional dengan Bahan Kimia Obat

(OT-BKO).

Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM di seluruh Indonesia sampai dengan bulan Juli tahun 2011

ditemukan 21 OT-BKO, 20 diantaranya merupakan OT tidak terdaftar (ilegal), dan oleh sebab itu Badan

POM mengeluarkan peringatan/public warning sebagaimana terlampir I, dengan tujuan agar masyarakat

tidak mengkonsumsi OT-BKO karena dapat membahayakan kesehatan.

Analisis temuan OT-BKO selama 5 tahun terakhir, terjadi penurunan temuan OT mengandung BKO dari

1,65% menjadi 0,72% dari seluruh OT yang disampling dengan rincian, pada tahun 2007 (1,65%); tahun

2008 (1,27%); tahun 2009 (1,06%) tahun 2010 (0,84%); dan tahun 2011 sejumlah 0,72% Obat Tradisional

mengandung Bahan Kimia Obat.

Bahan Kimia Obat (BKO) yang diidentifikasi terkandung dalam OT tersebut menunjukkan tren yang berbeda

dari tahun-tahun sebelumnya. Pada kurun waktu 2001-2007 temuan OT-BKO menunjukkan tren ke arah obat

rematik dan penghilang rasa sakit antara lain obat tradisional mengandung bahan obat Fenilbutason,

Metampiron, Parasetamol, dan Asam Mefenamat. Sedangkan pada periode 2008 - pertengahan 2011

temuan OT-BKO menunjukkan perubahan tren ke arah obat pelangsing dan obat penambah

stamina/aprodisiaka antara lain mengandung bahan obat Sibutramin, Sildenafil, dan Tadalafil.

Sebagai tindak lanjut terhadap temuan OT-BKO tersebut diatas, dilakukan penarikan produk dari peredaran

dan pemusnahan. Untuk OT yang telah terdaftar dan ditemukan mengandung BKO maka nomor registrasi

dicabut. Selanjutnya kepada siapapun diperingatkan untuk tidak melakukan produksi dan/atau mengedarkan

OT-BKO karena hal tersebut melanggar hukum.

Karena temuan ini merupakan tindak pidana, maka kasusnya dibawa ke pengadilan bekerja sama dengan

aparat penegak hukum lainnya. Selama lima tahun terakhir sejumlah 114 kasus diajukan ke pengadilan

dengan sanksi putusan pengadilan paling tinggi hukuman kurungan 6 (enam) bulan dengan masa percobaan

InfoPOM

Siaran Pers

BADAN RI POM

Page 11: Kategori Pangan BPOM

11Vol. 12 No. 5 September - Oktober 2011

8 (delapan) bulan dan denda berkisar antara Rp 500.000 – Rp. 1.500.000,-. Putusan pengadilan ini belum

menimbulkan efek jera bagi pelaku tindak pidana di bidang obat dan makanan.

Badan POM terus melakukan koordinasi lintas sektor antara lain dengan Pemda Kab/Kota (Dinas

Kesehatan/Dinas Perindustrian/Dinas Perdagangan) serta Asosiasi dalam melaksanakan pengawasan OT.

Kepada UMKM produsen jamu juga dilakukan pembinaan/advokasi agar dapat memenuhi persyaratan OT

yang ditetapkan.

Kepada masyarakat:

1. Ditegaskan untuk tidak mengkonsumsi OT-BKO sebagaimana tercantum dalam lampiran

peringatan/public warning ini termasuk peringatan/public warning yang sudah diumumkan

sebelumnya, karena dapat menyebabkan risiko bagi kesehatan bahkan dapat berakibat fatal.

2. Diharapkan melaporkan kepada Badan POM atau Pemda setempat apabila diduga adanya produksi dan

peredaran OT secara ilegal kepada Unit Layanan Pengaduan Konsumen Badan POM RI di Jakarta, nomor

telepon: 021-4263333 dan 021-32199000 atau email [email protected] atau melalui

Layanan Informasi Konsumen di Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.

Demikian peringatan ini disampaikan untuk diketahui dan disebarluaskan.

Jakarta, 5 Oktober 2011

Biro Hukum dan Humas Badan POM RI

InfoPOM

Siaran Pers

Page 12: Kategori Pangan BPOM

Pertanyaan

Pada wajah saya terdapat banyak bekas jerawat. Obat apa yang cocok saya gunakan agar flek-flek hitam di wajah dapat hilang?

(Debora T., Asisten Apoteker)

Jawaban

Jerawat merupakan gangguan pada kelenjar lemak (kelenjar sebasea) yang ditandai dengan pembentukan sebum (zat berminyak yang dihasilkan oleh kelenjar lemak) yang berlebihan sehingga tertimbun di folikel (kantong rambut) dan menyebabkan folikel membengkak.

Jerawat terbagi menjadi dua jenis, yaitu tidak meradang dan meradang. Jerawat yang tidak meradang terdiri dari komedo tertutup (whitehead) dan komedo terbuka (blackhead). Sedangkan pada jerawat yang meradang, folikel tidak hanya tersumbat oleh sebum tetapi juga oleh bakteri, kemudian folikel pecah dan sebum serta bakteri keluar ke dermis (lapisan kulit dalam) dan menyebabkan peradangan di kulit. Akibat peradangan tersebut, timbul luka yang akhirnya menimbulkan bekas luka jerawat.

Bekas luka jerawat, seperti halnya bekas luka lain, terjadi akibat proses penyembuhan luka dimana timbul jaringan parut dari pembentukan kolagen (protein yang merupakan komponen utama pembentuk kulit) secara terus-menerus. Perbedaan bekas luka jerawat dengan bekas luka lainnya adalah, luka yang disebabkan oleh jerawat terdapat di dalam kulit bukan di permukaan kulit, sedangkan bekas luka lainnya umumnya di permukaan kulit. Hal itu menyebabkan bekas luka jerawat sulit hilang. Bekas luka jerawat juga dipengaruhi oleh lama dan keparahan peradangan; makin lama dan makin parah peradangan, maka makin parah bekas luka yang timbul.

Pada proses peradangan, selain menimbulkan kemerahan pada daerah yang meradang, kemungkinan juga memicu melanogenesis (pembentukan melanin, zat yang memberikan warna/pigmen hitam di kulit) yang akhirnya menimbulkan hiperpigmentasi atau flek-flek hitam di kulit. Karenanya lebih utama untuk mengobati jerawat dengan mengurangi peradangan agar tidak meninggalkan bekas luka jerawat.

Bekas luka jerawat berupa flek hitam dapat dihilangkan dengan menggunakan obat-obat topikal yang dioleskan di kulit. Namun karena tergolong sebagai obat keras, penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter. Obat-obat tersebut biasanya mengandung hidrokinon, tretinoin, dan asam azeleat, yang bekerja dengan cara menghambat melanogenesis serta memicu pengelupasan kulit. Selain terapi dengan obat, terapi lain untuk menghilangkan bekas jerawat adalah terapi peeling atau laser. Kedua terapi tersebut juga harus dilakukan di bawah pengawasan dokter, oleh karena itu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kulit terlebih dahulu.

Pertanyaan

Apakah styrofoam aman digunakan sebagai kemasan pangan? Jika tidak

aman, apa bahayanya bagi kesehatan?

(Heri, karyawan)

Jawaban

Polistirene foam atau yang lebih dikenal sebagai Styrofoam terbuat dari

monomer yang bersifat relatif stabil dan tidak aktif yang terbentuk melalui

proses pembentukan polimer (polimerisasi) dari monomer stiren. Bentuk fisik

styrofoam terlihat seperti busa biasanya berwarna putih, lunak, getas dan

berinteraksi dengan lemak serta pelarut tertentu.

Styrofoam dapat digunakan untuk mengemas pangan,

namun perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya

migrasi monomer stiren ke dalam pangan tersebut.

Migrasi dipengaruhi oleh tipe pangan, suhu, dan lama

kontak, seperti contohnya kontak langsung dengan

makanan berlemak, makanan dalam keadaan panas dan

kontak makanan dengan kemasan dalam waktu cukup

lama.

Dalam tubuh monomer stiren akan berakumulasi dalam

jaringan lemak sehingga dampaknya baru akan

dirasakan setelah terpapar dalam jangka panjang. Efek

yang ditimbulkan seperti gangguan pada system saraf

pusat, dengan gejala sakit kepala, letih, depresi,

disfungsi sistem saraf, hilang pendengaran, dan

neuropati periferal. Beberapa penelitian epidemiologi

menduga stiren dapat meningkatkan risiko penyakit

leukemia dan limfoma serta endocrine disrupter (EDC).

EDC adalah suatu penyakit yang terjadi akibat adanya

gangguan pada system endokrin dan reproduksi

manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam

makanan.

Tips penggunaan Styrofoam untuk kemasan pangan:

1. Hindari menggunakan microwave untuk memanaskan makanan yang

dikemas dengan Styrofoam

2. Hindari menggunakan kemasan Styrofoam yang rusak atau sudah

berubah bentuk untuk wadah makanan yang berminyak dan atau panas.

3. Perlu diperhatikan bahwa Styrofoam hanya dapat digunakan 1 kali

FORUM SIKerNasFORUM SIKerNasFORUM PIONasFORUM PIONasIO Nas adalah Pusat Informasi Obat Nasional yang menyediakan akses informasi terstandar (Approved Label) dari semua obat yang beredar di Indonesia yang telah P

disetujui oleh Badan POM sebagai NRA (National Regulatory Authority). PIONas melayani permintaan informasi dan konsultasi terkait dengan penggunaan Obat. Permintaan informasi ke PIONas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke PIONas (Ged. A, lt.1, BPOM, Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117/021-4259945, HP nomor 08121899530, email : [email protected]

IKerNas adalah Sentra Informasi Keracunan Nasional yang secara aktif mencari dan mengumpulkan data/informasi Skeracunan dan menyiapkannya sebagai informasi yang teliti,

benar dan mutakhir serta siap pakai untuk diberikan/diinformasikan kepada masyarakat luas, profesional kesehatan, serta instansi pemerintah/swasta yang membutuhkannya dalam rangka mencegah dan mengobati keracunan. Permintaan informasi ke SIKerNas dapat disampaikan secara langsung dengan datang ke SIKerNas (Ged. A, lt.1, BPOM, Jl. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat) atau melalui telepon di nomor 021-42889117/021-4259945, HP nomor 081310826879, email : [email protected]

Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis.

Redaksi menerima sumbangan artikel yang berisi informasi terkait dengan obat, makanan, kosmetika, obat tradisional, komplemen makanan, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan tulisan melalui alamat redaksi dengan melampirkan identitas diri penulis.

PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Tlp. 021-4259945; Fax. 021-42889117 e-mai [email protected]

Penasehat Pengarah PenanggungjawabRedaktur Editor

Kontributor

Sekretariat

Desain grafis Fotografer

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Sekretaris Utama Badan POM Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan Kepala Bidang Informasi Obat Dra. Tri Asti I, Apt, Mpharm; Dra. Murti Hadiyani; Sandhyani ED, S.Si, Apt DR. Tepy Usia, Apt, M.Phil, Ph.D; Dra. Deksa Presiana, Apt, M.Kes; Dra. Dyah Nugraheni, Apt; Dra. Lucky Hayati, Apt; Dra. Sutanti Siti Namtini Ph.D; Dra. Sri Mulyani, Apt; Drh. Rachmi Setyorini, MKM; Yustina Muliani, S.Si, Apt; Judhi Saraswati, SP. MKM; Ellen Simanjuntak, SE; drg. Indah Ratnasari; Galih Prima Arumsari, S.Farm, Apt; Dewi Sofiah Yulinar, SKM, Msi; Arief Dwi Putranto, S.Si, Apt; Denik Prasetiawati, S.Farm, Apt; Tanti Kuspriyanto, S.Si, M.Si; Arlinda Wibiayu, S.Si, Apt; Netty Sirait, Surtiningsih Indah Widyaningrum, S.Si, Apt; Eriana Kartika, S.Si, Apt Ridwan Sudiro, S.Sos