laporan perpetaan

19
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Poligon adalah serangkaian garis saling berurutan yang panjang arahnya telah ditentukan di lapangan. Ada dua cara pengukuran poligon, yaitu Poligon Tertutup dan Poligon Terbuka. Poligon tertutup adalah garis-garis yang dibentuk kembali ke titik awal, sehingga membentuk segi banyak ( tertutup secara matematis dan grafis). Setelah pengukuran dilakukan dan didapatkan hasilnya, untuk menggambarkan detail dan garis kontur daerah tersebut, maka dapat diwujudkan atau dibuat dalam peta. Peta tersebut dinamakan peta situasi atau peta teknis dan biasanya dalam skala 1: 500 dan 1:1000, yang merupakan penggambaran dari dalam satu poligon ataulebih. Informasi yang dapat diperoleh dari suatu peta dapat dibedakan atas : " Informasi Kuantitatif adalah informasi yang berkaitan dengan besaran-besaran angka seperti : azimut, jarak, koordinat, sudut, tinggi titik dan lain-lain. " Informasi Kualitatif adalah informasi yang berhubungan dengan gambar-gambar detail peta. Detail peta ini dibedakan atas : 1

Upload: rahmad-fajari

Post on 03-Oct-2015

250 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fakultas teknik pertambangan

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangPoligon adalah serangkaian garis saling berurutan yang panjang arahnya telah ditentukan di lapangan. Ada dua cara pengukuran poligon, yaitu Poligon Tertutup dan Poligon Terbuka. Poligon tertutup adalah garis-garis yang dibentuk kembali ke titik awal, sehingga membentuk segi banyak ( tertutup secara matematis dan grafis).

Setelah pengukuran dilakukan dan didapatkan hasilnya, untuk menggambarkan detail dan garis kontur daerah tersebut, maka dapat diwujudkan atau dibuat dalam peta. Peta tersebut dinamakan peta situasi atau peta teknis dan biasanya dalam skala 1: 500 dan 1:1000, yang merupakan penggambaran dari dalam satu poligon ataulebih.

Informasi yang dapat diperoleh dari suatu peta dapat dibedakan atas :" Informasi Kuantitatif adalah informasi yang berkaitan dengan besaran-besaran angka seperti : azimut, jarak, koordinat, sudut, tinggi titik dan lain-lain. " Informasi Kualitatif adalah informasi yang berhubungan dengan gambar-gambar detail peta. Detail peta ini dibedakan atas : a. detail alamiah, antara lain : rawa, laut, sungai, hutan, dan lain-lain. b. Detail buatan manusia, antara lain : jalan, jembatan, saluran, bangunan, dan lain-lain.

Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama adalah garis kontur. Garis kontut tersebut adalah garis khayal dengan harga ketinggian bulat, dan interval kontur yang berdekatan. Keguanan peta situasi, antara lain :1. Sebagai peta dasar untuk perancanaan-perencanaan proyek sipil, antara lain : saluran irigasi, jalan raya, tata ruang pemukiman dan lain-lain.2. Untuk mengetahui daerah genangan air, contohnya dalam proyek bendungan dan lain-lain.

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam pekerjaan pengukuran progress mining atau survey perlu digunakan alat-alat untuk mempermudah penyelesaian pengambilan data-data. Jenis alat yang digunakanpun sangat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam peker jaan tersebut. Alat yang umum digunakan dalam pengukuran ini adalah theodolite.

II.1. Peralatan PengukuranII.1.1 Theodolite

Secara garis besar theodolit terbagi 2

( Theodolit bagian atas, terdiri dari :

1. Plat atas yang langsung dipasang pada sumbu vertical

2. Sumbu HOR

3. Nivo tabung

4. Telescop (teropong)

Pada teropong ini terdapat dua lensa, depan yang disebut lensa objektif dan belakang yang disebut lensa okuler, dimana kedua lensa diletakkan sedemikian rupa sehingga sumbu optisnya berimpit. Agar teropong bisa digunakan sebagai alat bidik pada bagian belakang dilengkapi dengan dua garis salib sumbu yang terbuat dari benang laba- laba atau dengan cara digoreskan pada kaca. Garis salib sumbu biasanya berupa garis tegak dan tiga garis mendatar yang biasanya digunakan untuk pembacaan.

( Theodolit bagian bawah, terdiri dari

1. Plat bawah

2. Lingkaran horizontal

3. Tabung sumbu luar dari sumbu vertical

4. Sekrup pengikat datar ( penyetel nivo)

5. Statip atau tripot atau kaki tiga yang berguna untuk menyangga theodolit

6. Centring.

II.1.1.1. Bagian bagian dari theodolit dan kegunnannya Tombol Focus yang berguna untuk memper jelas objek yang dituju

Nivo

Pada alat theodolit biasanya terdapat dua buah nivo yaitu nivo kotak yang terletak dibawah dan nivo tabung yang terletak diatas dimana nivo sendiri berfungsi untuk mengetahui kedudukan theodolit dalam keadaan waterpas dari kedua arah.

Teropong kecil untuk melihat bacaan horizontal dan vertical

Biasanya terletak disebelah kanan dari teropong besar yang berguna untuk membaca sudut horizontal dan vertical.

Mikrometer

Alat ini terletak pada bagian kanan atas dari theodolit yang berguna untuk mempaskan bacaan sudut horizontal dan vertical dengan cara diputar kedepan atau kebelakang agar sudut horizontal dan vertical pas pada pembacaan sudut.

Centring

Berguna untuk melihat posisi alat apakah sudah tepat berada diatas patok. Pada alat model lama tidak ada centringnya masih menggunakan untingunting yang dihubungkan dengan benang dan digantung di bawah alat ukur.

Statip

Berfungsi menopang alat ukur theodolit agar ketinggiannnya sesuai dengan ketinggian pembacanya dimana kaki statip bisa digerakkan naik tunin.

Bak atau Rambu

Berupa garis garis yang tebalnya 1 cm yang berguna untuk menghitung jarak yang diukur yaitu jarak antara alat berdiri dengan bak yang menghasilkan jarak miring.

Gambar 2.1. Bak Rambu Ukur

II.1.1.2 Pemasangan theodolit dan Pembacaan Alat Ukurnya :

Sebelum theodolit digunakan harus distel terlebih dahulu agar posisi theodolit bisa waterpas atau level kesegala arah dan cara penggunaannya sebagai berikut :

Sebelum alat dikeluarkan dari tempatnya maka harus diperhatikan terlebih dahulu posisi alat tersebut pada tempatnya, karena dikhawatirkan apabila tidak diperhatiakan posisinya, setelah dipakai dan akan disimpan kembali akan mengalami kesulitan . Untuk mempermudah pada setiap alat pasti ada tandanya berupa titik merah atau hitam dan biasanya kedua titik tersebut dalam keadaan sejajar bila akan dimasukkan pada tempatnya. Setelah posisi tandanya sudah kita perhatikan lalu letakkan pesawat diatas statip atau kaki tiga lalu diikat dengan baut yang ada pada statip. Setelah pesawat tereikat dengan sempurna pada statip baru pesawat yang sudah terikat pada statip diangkat dan diletakkan diatas patok yang sudah ada pakunya.

Pertama tancapkan salah satu kaki di tripod sambil tangan dua memegang kedua kaki di tripod lihat paku dibawah dengan bantuan centring, setelah paku terlihat baru kedua kaki yang kita pegang ditaruh pada tanah (kalau sudah mahir tanpa melihat centring sudah bisa menentukan posisi alat sudah tepat diatas patok atau palu (walaupun tidak pas). Setelah statip ditaruh semua dan patok serta pakunya sudah kelihatan (walau tidak tepat) baru diinjak ketiga kaki di statip agar posisinya kuat menancap ditanah dan alat tidak mudah digoyang . Setelah posisi statip kuat dan tidak goyang barulah dilihat paku lowat centring, apabila paku tidak tepat maka kejar pakunya dengan menggunakan sekrup penyetel sambil melihat centring, karena dengan memutar sekrup penyetel. lingkaran petunjuk yang ada pada centring akan berubah dan arahkan lingkaran tersebut pada paku yang ada dipatok.

Setelah itu barulah dilihat nivo kotak(bagian bawah). Apabila nivo mata sapinya tidak ada ditengah maka posisi alat dalam keadaan miring. Untuk melihat dimana posisi alat yang lebih tinggi maka lihat gelembung yang ada pada nivo kotak apabila nivo mata sapinya ada di Timur maka posisi alat tersebut lebih tinggi disebelah Timur (kaki sebelah Timur dipendekkan atau yang sebelah Barat dinaikkan ). Setelah posisi gelembung pads nivo kotak ada ditengah maka alat sudah dalam keadaan waterpas (walau masih dalam keadaan kasar), untuk menghaluskan agar posisinya lebih level maka gunakan nivo tabung caranya : karena dibawah alat theodolit terdapat tiga sekrup penyetel maka sebut saja sekrup A, B, C. Pertama sejajarkan nivo tabung dengan kedua sekrup penyetel (bebas dan tidak terikat harus sekrup yang mana). Misalnya saja A dan B, setelah itu baru dilihat posisi gelembungaya. Apabila tidak ditengah maka posisi alat tersebut belum level maka harus ditengahkan dengan menggunakan sekrup A dan B (kalau belum mahir disarankan untuk menggunakan satu sekrup saja A atau B karena dikhawatirkan sekrup yang A akan menarik nivo kekiri dan sekrup yang B akan menarik nivo tabung kekanan ). Setelah nivo tabung ada ditengah baru diputar 90 atau 270 dan nivo tabung ditengahkan dengan menggunakan sekrup yang C, setelah ditengah berarti posisi nivo tabung dan kotak sudah sempurna dan keduanya ada ditengah. Setelah itu baru dilihat centring apabila paku sudah tepat pada lingkaran kecil berarti alat tersebut sudah tepat diatas patok apabila belum tepat maka alat harus digeser dengan cara mengendorkan baut pengikat yang berada dibawah alat ukur. Setelah kendor geser alat tersebut agar tepat di atas paku. Perlu diingat untuk merubah posisi alat agar tepat diatas paku harus digeser sekali lagi digeser dan jangan diputar, sebab kalau diputar posisi nivo pasti akan berubah banyak. Setelah posisi alas tepat diatas patok maka pengaturan nivo tabung diulangi seperti semula sehinga posisinya ditengah lagi, seperti pada waktu penyetelan pertama. Setelah itu baru angka bacaan pada Skala horizontal disetel dan diatur pada angka 000'0" dan selanjutnya sejajarkan arah teropong, dan arah Utara dengan menggunakan kompas arah, setelah itu di ukur tingginya alat dan alat siap digunakan.II.1.1.3 Pembacaan Mistar

Dalam pengukuran dengan menggunakan theodolit data yang diperleh salah satunya adalah jarak. Jarak ini didapat dengan pembacaan Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB).

Contoh : BA = 1750

BT = 1500

BB = 1250

Untuk mengetahui bacaan rambu salah atau benar dapat dicek dengan menggunakan rumus :

BA +BB = BT

2

BB + BA = 2BT

BB = 2BT BA

BA = 2BT BB

Contoh :

Diketahui, benang atas 1750 mm, benang bawah 1250

Jadi benang tengah = 1750 + 1250 = 1500

2

Dalam hal ini Benang Tengah diusahakan menggunakan bilangan bulat. Contoh 1500, 1450, 1520, 1480 karena dengan dibulatkan akan memudahkan dalam perhitungan selanjutnya. Hasil dari (BA BB) x 100 merupakan Jarak Miring.

II.1.1.4 Koreksi Sudut Horizontal dan Vertical ( biasa dan luar biasa)

Dalam pembacaan sudut baik yang horizontal maupun vertiakal ada koreksinya- Cara pengkoreksiannya adalah dengan pembacaan luar biasa. Setelah theodolit tepat pada posisi yang dituju maka dibaca sudut horizontal maupun yang vertical.Contoh :

Sudut Horizontal 17937'28" (biasa)

Sudut vertikal 93028 48 " (biasa)

Maka untuk mendapatkan pembacaan luar biasa alai theodolit kita putar 1800secara horizontal dan teropong diputar 1800 secara vertical maka akan didapat bacaan sebagai berikut :

Sudut Horizontal 359037'10"( luar biasa) 266031'03"( luar biasa) Hasilnya359037'10"9328'48"

179037'28" -266031'03" +

179059'42"359059'51 "

Kalau hasilnyu baik untuk pembacaan sudut horizontal luar biasa- sudut biasa = 1800. Sedang untuk koreksi pembacaan sudut vertikal biasa dan luar biasa maka sudut biasa + luar biasa = 360. Koreksi yang diijinkan adalah 200 dan apabila koreksinya > 20 maka alat survey tersebut harus dikalibrasi. Setelah itu baru angka bacaan pada skala, horizontal distel dan ddiatur pada angka 000'0" dan selanjutnya sejajarkan arah teropong dan arah Utara dengan menggunakan kompas arah Setelah itu diukur tingginya alat dan alat siap kerja.

II.2. Arah

Dalam pekeerjaan survey, baik untuk survey geologi, pemetaan topografi. situasi maupun untuk survey progress, arah atau azimuth merupakan hal yang harus dicari dilapangan. Ada dua cara untuk mencari arah :

1. Dengan cara setiap alat berdiri, arah Utara disejajarkan dengan 00 pada piringan skala HOR. Kelebihan dari cara ini tidak perlu menghitung besarnya sudut dari titik-titik yang ditembak karena begitu ditembak skala horizontal sudah menunjukan arah sebenarnya. Sedangkan k-ekurangannya adalah pada setiap berdiri alat harus mensejajarkan arah Utara dengan arah 00 pada alat. Dengan demikian setiap berdiri alat harus memasang kompas arah, dan mensejajarkan arah Utara dengan 00 pada piringan skala horizontal. Seperti diketahui magnet pada kompas arah peka sekali terhadap bahan logam atau besi, sedangkan disekitar alat banyak perangkat survey terbuat dari besi misalnya parang, tongkat payung dan lain- lain. Jadi dengan demikian benda-benda tersebut mempengaruhi jarum kompas, arah Utara pada kompas, sehingga berpotensi menimbulkan kesalahan arah.

Gambar 2.14. Pengukuran dengan menggunakan arah utara sebagai acuan2. Setiap berdiri alat arah 0 pads Skala horizontal diarahkan ketitik sebetumnya. Keuntungan dari cara ini adalah penggunaan kompas arah hanya pada waktu pemassangan alat untuk penembakkan pertama kali atau pada awal pekerjaan. Kerugian dari cara ini terlalu banyak menghitung sudut- sudut yang menggunakan bilangan derajat (0), menit () dan detik (") sedangkan bilangan derajat, menit dan detik merupakan bilangan yang sulit untuk dihitung kecuali bagi yang sudah terbiasa menggunakannya.

Gamar 2.15. Pengukuran dengan patok sebelumya sebagai acuan

Arah jurusan A B dinyatakan dengan sudut yang dimulai dati arah utara, berputar searah dengan jarum jam dan di akhiri pada jurusan titik yang bersangkutan. Karena sudut ini menyatakan sudut jurusan, maka sudut ini dinamakan sudut jurusan.

II.3. Skala

Skala dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara suatu jarak di atas peta dan jarak yang sama di atas permukaan bumi.

Misalkan suatu jarak antara dua titik di atas peta ada 1 cm dan jarak sebenarnya di atas permukaan bumi antara 2 titik itu ada 1 km, maka sakala peta ada 1 cm : 1 km = 1 cm : 100.000 cm = 1 : 100.000.

Bila sebaliknya diketahui skala peta dan jarak yang diukur di atas peta diketahui dengan pengukuran, maka dapatlah ditentukan jarak yang sebenarnya di atas permukaan bumi. Misalkan di atas peta jarak itu diukur ada 8,3 cm dan skala peta ada 1 : 25.000; maka jarak itu di atas permukaan bumi adalah 25.000 x 8,3 cm = 2,075 km.

II.4. Jarak miring atau jarak opticDalam pekejaan pengukuran yang menggunakan alat ukur iheodolit, yang tidakkalah pentingnya selain arah dan azimuth adalah jarak. Jarak yang dimaksud adalah jarak optis. Jarak optis didapat dari pembacaan mistar, bak atau rambu.

Jarak miring atau optis dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:BA =BenangAtas

BB = Benang Bawah

100 adalah bilangan konstanta pengali teropong.

Contoh : BA = 1750 mm

BT =1500 mm

BB = 1250 mm

Jarak Miring= (1750 mm- t250 mm ) x 100

= 50.000 mm

= 59 m

II.5. Jarak Datar

Untuk mencari jarak datar dapat dihitug dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini.

Cara 1:

Jarak Datar = Cos 2 x Jarak miring

Contoh :

Diketahui :BA = 1750 Pembacaan vertikal 95 23' 48

BB = 1250

JM= 50 m

Maka slope atau sudut kemiringannya = 95 0 23'48"

9000000 -

502348

Jarak Datarnya Cos 5 023'48" = 0,9955674382

= 0,991154523 x Jarak Miring

= 0,991154523 x 50 m

= 49,557726 m

Cara 2:

Apabila yang digunakan untuk menghitung bukan sudut kemiringan tapi pembacaan sudut vertikal dan yang terbaca adalah 95023'48" maka rumus yang digunakan adalah :

Diketahui : BA = 1750 Pembacaan vertikal 95 023' 48

BB = 1250 JM = 50 m

Jarak- Datarnya Sin 2 95 023 48" = 0,995567438`

= 0,991154523 x Jarak Miring = 0,991154523 x 50 m

= 49,557726 m

II.6. Beda TinggiBeda tinggi merupakan hal yang juga sangat penting apalagi dalam pekeerjaan bangunan gedung dan irigasi, kalau tidak teliti akan mengakibatkan kemiringan pada gedung atau aliran air yang tidak sesuai dengan perencanaan. Pada pekerjaan pengukuran beda tinggi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Cara 1 :

BT=1/2Sin 2 x Jarak Miring

Contoh.

Diketahui BA = 1750 mm BB = 1250

pembacaan sudut vertikal 9523'48" JM= 50 m.

Makasudut kemiringannya adalah :95023'48"

90000'00" -

05023'48"

Beda tinggi = 523'48" x 2

= 1047'36" Sin

= 0,1 872670 1 9 x V2

=0,093633509 x JM

= 0,093633509 x 50m

= 4,681675 m

= - 4,681675 m

Karena pembacaan sudut vertikal lebih dari 90 maka beda tingginya diberi tanda minus.

Cara 2

Apabila yang digunakan untuk menghitung bukan sudut kemiringan tapi pembacaan sudut vertikal dan yang terbaca adalah 95023'48 maka minus yang digunakan adalah :

SHAPE \* MERGEFORMAT

Diketahui BA = 1750 mm BB = 1250pembacaan sudut vertikal 95023'48" JM = 50 m

Beda tinggi =1/2 (95"23'48" x 2) x 50m

= 1/2 Sin 190'47' 361 ~ x 50m

=1/2(- 0,187267019) x 50m

= -0,093633509 x 50m = 4,681675 m

JM=(BA-BB)xIOO

JD = Sin 2 pembacaan sudut vertikal Vertikal x Jarak Miring

BT = % Sint pembacaan Sudut vertikal Vertikal x Jurak Miring

1