laporan penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya...

36
i Laporan Penelitian POTENSI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) DAN KULIT BUAH JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN ULAT BULU TANAMAN HIAS Oleh I Ketut Muksin PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2017

Upload: others

Post on 06-Sep-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

i

Laporan Penelitian

POTENSI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) DAN KULIT

BUAH JERUK PURUT (Citrus hystrix D.C) SEBAGAI INSEKTISIDA

NABATI UNTUK MENGENDALIKAN ULAT BULU TANAMAN HIAS

Oleh

I Ketut Muksin

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

Page 2: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas asung

wara nugraha-Nya, sehingga penyusunan laporan penelitian dengan judul "POTENSI

EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) DAN KULIT BUAH JERUK PURUT (Citrus

hystrix D.C) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN ULAT BULU

TANAMAN HIAS" dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Keberhasilan penyusunan laporan penelitian ini karena adanya keterlibatan berbagai pihak

yang telah rela meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya, oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana

2. Ketua Program Studi Biologi F MIPA Universitas Udayana

3. Sang Ketut Sudirga dan teman sejawat

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan penelitian ini

masih banyak terdapat kekurangan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan khususnya kepada mahasiswa dalam pengembangan ilmu pengetahuan.`

Bukit Jimbaran, Mei 2017

Penulis,

Page 3: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

iii

DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN …………...………..……………………… 1

1.1 Latar Belakang ……………......……………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah …………...……………………………... 3

1.3 Tujuan Penelitian ……………...…………………………… 3

1.4 Manfaat Penelitian …………...…………………………….. 3

1.5 Batasan Penelitian ………...………………………………... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………. 5

2.1 Pestisida Nabati …………..………………………………... 5

2.1.1 Keunggulan dan kelemahan pestisida nabati …………….. 5

2.1.2 Prospek pengembangan pestisida nabati …………...…….. 7

2.2 Deskripsi Tanaman Pepaya ………………………………… 8

2.3 Deskripsi Tanaman Jeruk Purut ……………………..……... 9

2.4 Ulat Bulu ………………………..…………………………. 11

2.4.1 Siklus hidup ulat bulu ……………...…………………….. 12

2.4.2 Pengendalian ulat bulu …………..……………………….. 13

BAB III METODA PENELITIAN …………………………………… 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………… 16

3.2 Jenis Penelitian …………………………………………….. 16

3.3 Metoda Pengumpulan Data ………………………………… 16

3.4 Cara/Prosedur Melakukan Penelitian ………………………. 17

3.4.1 Pengumpulan bahan dan alat …………………………….. 17

3.4.2 Pembuatan ekstrak pestisida nabati …………...…………. 18

3.5 Uji Mortalitas Ekstrak Daun Pepaya dan ………………….. 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 21

4.1 Hasil ………………………………………………………... 21

4.2 Pembahasan ………………………………………………... 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….. 27

5.1 Kesimpulan ………………………………………………… 27

5.2 Saran ………………………………………………………. 27

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 28

LAMPIRAN …………………………………………..…………………… 29

Page 4: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Uji daya mortalitas (%) ekstrak segar daun pepeya, ekstrak

kulit buah jeruk purut dan ekstrak campuran daun papaya

dengan kulit buah jeruk purut terhadap ulat bulu tanaman

hias ………………………………………………………….

22

Tabel 4.2 Daya mortalitas ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk

purut terhadap ulat bulu tanaman hias yang disimpan selama

30 hari .……………………………………………………….

23

Page 5: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman papaya (Carica papaya L.) …………………… 8

Gambar 2.2 Tanaman jeruk purut (Citrus hystrix D.C) ………………. 10

Gambar 2.3 Beberapa contoh ulat bulu yang sudah diidentifikasi

jenisnya …………………………………………………….

11

Gambar 2.4 Siklus hidup ulat bulu …………………………………... 13

Gambar 4.1 Ulat bulu tanaman hias setelah perlakuan ekstrak daun

pepaya + kulit buah jeruk purut dibandingkan dengan

kontrol ……………………………………………………..

22

Gambar 4.2 Grafik daya mortalitas ekstrak daun pepaya dan kulit buah

jeruk purut terhadap ulat bulu tanaman hias selama 15 hari

……………………………………………………………..

24

Page 6: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

vi

ABSTRAK

Berkembangnya penggunaan insektisida sintetis yang dinilai praktis oleh petani untuk

mengendalikan hama dan penyakit, ternyata dapat menimbulkan dampak negatif bagi

lingkungan sekitar. Perlindungan tanaman terhadap gangguan hama dan penyakit dengan

menggunakan insektisida nabati telah dimulai sejak zaman dahulu. Dibandingkan dengan

insektisida sintetis, upaya pengendalian ulat bulu dengan menggunakan insektisida nabati yang

berasal dari bahan organik jauh lebih aman untuk lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui potensi ekstrak daun papaya, ekstrak kulit buah jeruk purut dan ekstrak campuran

antara daun papaya dengan kulit buah jeruk purut dalam mengendalikan ulat bulu tanaman hias,

mengetahui ekstrak yang paling efektif dan untuk mengetahui berapa lama ekstrak tersebut dapat

disimpan dan masih efektif untuk mengendalikan ulat bulu tanaman hias. Penelitian ini

merupakan penelitian eksperimental dengan cara mengekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk

purut, kemudian ekstrak tersebut dicampur dan diuji kemampuannya untuk membunuh ulut bulu

dengan cara menyemprotkan dengan menggunakan hand sprayer. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ketiga ekstrak berpotensi diguanakan sebagai insektisida nabati, tetapi ekstrak campuran

antara daun papaya dengan kulit buah jeruk purut paling efektif digunakan untuk mengendalikan

ulat bulu dan ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut yang dimanfaatkan sebagai

pestisida nabati untuk mengendalikan ulut bulu tanaman hias dapat disimpan kurang lebih

selama 14 hari dengan daya mortalitas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya

dan kulit buah jeruk purut dapat digunakan untuk mengendalikan hama ulat bulu pada tanaman

hias. Sehingga ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut dapat dimanfaatkan sebagai

insektisda nabati untuk mengendalikan hama ulat bulu tanaman hias.

Kata kunci : insektisida sintetis, insektisida nabati, ulat bulu, tanaman hias.

Page 7: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya penggunaan pestisida sintetis yang dinilai praktis oleh petani

untuk mengendalikan hama dan penyakit ternyata dapat menimbulkan dampak

negatif bagi lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri. WHO

(Organisasi Kesehatan Dunia) mencatat bahwa di seluruh dunia setiap tahunnya

terjadi keracunan pestisida sintetis antara 44.000 – 2.000.000 orang dan dari

angka tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang (Rukmana, 2002).

Penggunaan pestisida sintetis untuk mengendalikan hama dan penyakit pada

tanaman telah diaplikasikan secara berlebihan oleh para petani. Penggunaan

pestisida secara berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif seperti meracuni

manusia dan hewan, meracuni musuh alami hama, menimbulkan resistensi pada

hama, menimbulakan terjadinya ledakan hama sekunder dan hama potensial serta

menimbulakan pencemaran tanah dan air di sekitar lingkungan pertanian

(Rukmana, 2002).

Perlindungan tanaman terhadap gangguan hama dan penyakit dengan

menggunakan pestisida nabati telah dimulai sejak zaman dahulu. Banyak jenis

tanaman atau bagian tanaman diketahui dapat menghasilkan racun serangga hama

(Rukmana, 2002). Dibandingkan dengan pestisida sintetis, upaya pengendalian

ulat bulu dengan menggunakan pestisida nabati yang berasal dari bahan organik

jauh lebih aman untuk lingkungan. Bahan yang digunakan mudah didapat, karena

sudah banyak tumbuh disekitar kita, serta konsentrasi yang digunakan tidak

terlalu beresiko jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida sintetis (Asthuthi

dkk., 2012).

Indonesia cukup kaya akan potensi tanaman penghasil pestisida nabati untuk

memberantas organisme pengganggu tanaman atau yang berfungsi sebagai

pestisida nabati yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama ulat bulu.

Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa yang bersifat racun bagi hama dan

penyakit seperti minyak atsiri, enzim, senyawa alkaloid, terpenoid, fenol dan

flavonoid. Senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai senyawa pertahanan pada

tanaman dari serangan hama dan penyakit . Beberapa jenis tanaman yang dapat

Page 8: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

2

menghasilkan minyak atsiri seperti tanaman cengkeh, pala, jahe; penghasil enzim

seperti pepaya, nenas; penghasil alkaloid seperti tembakau, kecubung; penghasil

fenol seperti sirih, kunyit, lengkuas; dan penghasil senyawa flavonoid seperti

juwet, ketela ungu, manggis dan sebagainya (Suprapta, 2014).

Ulat bulu umumnya memakan dedaunan dari berbagai jenis tanaman dan

dalam beberapa kasus menyerang tanaman sehingga ulat bulu menjadi hama

tanaman. Karena ulat bulu ini belum diidentifikasi dan kebanyakan menyerang

tanaman hias seperti bunga soka (Ixora sp.) dan bunga mawar (Rosa sp.), maka

ulat bulu yang diteliti dalam penelitian ini dinamakan ulat bulu tanaman hias. Ulat

bulu rambut-rambutnya mudah rontok dan menimbulkan reaksi gatal apabila

tersentuh oleh kulit manusia. Ulat bulu memiliki kenampakan khusus berupa

bulu-bulu tegak yang berselang-seling, berwarna-warni, tebal dan menonjol. Ulat

bulu memiliki rambut-rambut halus yang sering tersembunyi diantara rambut-

rambut yang lebih panjang. Rambut-rambut inilah yang dapat mengakibatkan

reaksi gatal jika tersentuh kulit (Anonim, 2011).

Serangan ulat bulu menyebar kemana-mana sampai ke pemukiman penduduk,

apabila tanaman inangnya habis dan serangga predator ulat bulu populasinya

menurun (Anonim, 2011). Hal ini sangat meresahkan penduduk karena ulut bulu

dapat menyebabkan reaksi gatal, untuk itu perlu dilakukan pengendalian populasi

ulat bulu. Pengendalian ulat bulu dengan menggunakan insektisida sintetis dapat

menimbulkan dampak samping yang merugikan lingkungan dan manusia,

sehingga perlu dilakukan pengendalian alternatif dengan menggunakan insektisida

nabati (biopestisida) yang terbukti lebih aman bagi lingkungan maupun manusia.

Telah dilakukan penelitian untuk menghasilkan suatu komponen teknologi

pengendalian ulat bulu yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan ekstrak

daun pepaya dan kulit buah jeruk purut. Penelitian ini didasari oleh timbulnya

dampak negatif bila menggunakan insektisida sintetis untuk mengendalikan hama

dan penyakit tanaman. Disamping itu banyaknya tumbuhan yang memiliki

kemampuan sebagai insektisida alami sebagai alternatif untuk mengendalikan

hama dan penyakit tanaman termasuk untuk mengendalikan populasi hama ulat

bulu.

Page 9: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

3

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ekstrak daun papaya, ekstrak kulit buah jeruk purut dan ekstrak

campuran antara daun papaya dan kulit buah jeruk purut berpotensi

dimanfaatkan untuk mengendalikan ulat bulu pada tanaman hias?.

2. Diantara ketiga ekstrak tersebut ekstrak yang mana paling efektif untuk

mengendalikan ulat bulu pada tanaman hias?.

3. Apakah ketiga ekstrak yang digunakan sebagai insektisida nabati untuk

mengendalikan ulat bulu pada tanaman hias tersebut harus dalam ekstrak

segar ?.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui potensi ekstrak daun papaya, ekstrak kulit buah jeruk

purut dan ekstrak campuran antara daun papaya dengan kulit buah jeruk

purut dalam mengendalikan ulat bulu tanaman hias.

2. Untuk mengetahui ekstrak yang paling efektif dalam mengendalikan ulat

bulu tanaman hias dari tiga ekstrak yang diujikan.

3. Untuk mengetahui berapa lama ekstrak yang diujikan dapat disimpan dan

masih efektif untuk mengendalikan ulat bulu tanaman hias.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat bagi siswa adalah untuk menambah wawasan dan kreativitas

inovasi dengan memanfaatkan beberapa tumbuhan yang berpotensi

sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama dan penyakit

tanaman yang ramah lingkungan.

2. Manfaat bagi masyarakat adalah untuk memberikan informasi bahwa

ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut dapat digunakan sebagai

salah satu insektisida nabati alternatif untuk mengendalikan ulat bulu

tanaman hias.

Page 10: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

4

1.5 Batasan Penelitian

Sebagai batasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini hanya

mengamati kematian pada ulat bulu setelah disemprot dengan ekstrak daun

pepaya dan kulit buah jeruk purut dibandingkan dengan ulat bulu tanaman

hias yang disemprot dengan air suling (sebagai kontrol). Pada penelitian ini

belum diukur konsentrasi ekstrak yang digunakan serta belum dilakukan

dianalisis senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak daun pepaya dan

kulit buah jeruk purut.

Page 11: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida Nabati

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berupa tumbuhan.

Penggunaan pestisida nabati telah berlangsung dari sejak tahun 1690 oleh para

petani di Perancis dengan menggunakan perasan daun tembakau untuk

mengendalikan hama kepik pada tanaman buah persik. Penggunaan pestisida

nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan harganya relatif lebih

murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia (Sudarmo, 2005).

Menurut Kardinan (2002), pestisida nabati mudah terurai di alam karena

terbuat dari bahan alami. Pada saat diaplikasikan pestisida nabati akan dapat

mengendalikan hama dan penyakit secara spesifik dan kemudian dengan cepat

akan terurai oleh lingkungan sehingga tidak ada residu pada tanaman dan tanaman

aman untuk dikonsumsi. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :

merusak perkembangan telur, larva dan pupa, menghambat pergantian kulit

serangga, menyebabkan serangga menolak makan, menghambat reproduksi

serangga betina, mengurangi nafsu makan pada serangga, mengusir serangga dan

menghambat perkembangan patogen.

Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak senyawa kimia yang

merupakan hasil dari metabolit sekunder yang dimanfaatkan oleh tumbuhan

sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Metabolit sekunder yang dihasilkan dan digunakan oleh tumbuhan sebagai

senyawa pertahanan tersebut terdiri atas senyawa golongan terpenoid, alkaloid

dan fenol. Senyawa-senyawa tersebut berpotensi digunakan sebagai pestisida

nabati untuk mengendalikan OPT, sehingga akan dapat membantu masyarakat

petani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman secara ramah

lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya (Kardinan,

2002).

2.1.1 Keunggulan dan kelemahan pestisida nabati

Upaya untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia sintetik akhir-akhir ini

banyak mendapat perhatian dunia dan sering kali dibicarakan di dalam seminar

dan ditulis dalam naskah jurnal, khususnya yang berkaitan dengan penyakit

Page 12: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

6

tanaman. Adanya kekhawatiran masyarakat dengan penggunaan pestisida kimia

sintetis, dan didukung oleh permintaan produk pertanian yang sehat dan aman

bagi konsumen, maka diperlukan cara untuk mengendalikan penyakit tanaman

yang lebih aman (Soesanto, 2008).

Menurut Sudarmo (2005), keunggulan pestisida nabati adalah murah dan

mudah dibuat oleh petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan

resistensi hama, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, tidak meninggalkan

residu pada tanaman. Sedangkan beberapa kelemahannya adalah daya kerja relatif

lambat, tidak membunuh organisme target secara langsung, tidak tahan terhadap

sinar matahari, tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Penggunaan pestisida nabati mengalami beberapa kendala diantaranya adalah

penggunaan pestisida sintetis (kimia) tetap lebih disukai dengan beberapa alasan

mudah didapat, praktis dalam aplikasinya, hasilnya relatif lebih cepat terlihat,

tersedia dalam jumlah banyak. Disamping itu tidak tersedianya bahan tanaman

secara berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan dan

sulitnya registrasi pestisida nabati di komisi pestisida karena bahan aktif tidak

mudah untuk dideteksi. Tetapi dengan dikembangkannya sistem pertanian organik

maka penggunaan pestisida nabati lebih meningkat dan semakin berpotensi untuk

dikembangkan (Kardinan, 2002).

Menurut Suprapta (2014) pestisida nabati memiliki beberapa kelebihan dan

kekurangan, kelebihan pestisida nabati diantaranya pestisida nabati mengandung

senyawa fenol, alkaloid, saponin, quinon, xanthone yang mudah terurai di alam

sehingga tidak mengandung bahaya residu yang besar baik hasil pertanian

maupun pada lingkungan; pestisida nabati tidak berbahaya bagi organisme bukan

target karena pestisida nabati bersifat spesifik terhadap hama dan patogen tertentu;

persistensi pestisida nabati relatif singkat sehingga dapat digunakan beberapa saat

menjelang panen; pestisida nabati mengandung senyawa aktif dan senyawa

kurang aktif sering keberadaannya bersifat sinergis dan patogen tidak mudah

menjadi resisten terhadap pestisida nabati karena pestisida nabati bersifat

komplek. Sedangkan beberapa kekurangan pestisida nabati diantaranya persistensi

pestisida nabati umumnya sangat singkat sehingga harus diaplikasikan secara

berulang-ulang; biaya produksi yang tinggi sehingga tidak dapat bersaing dengan

pestisida sintetis dan kosistensi pestisida nabati umumnya kurang dibandingkan

Page 13: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

7

dengan pestisida sintetis karena bahan aktif pestisida nabati dari ekstrak tumbuhan

sangat bervariasi menurut musim dan tempat tumbuh.

Pestisida nabati tidak dapat berlaku secara umum dan bersifat spesifik, karena

satu jenis tanaman yang ditanaman pada tempat dengan lingkungan yang berbeda

kemungkinan besar akan mengandung bahan aktif yang berbeda pula, akibatnya

dosis dan konsentrasi dan efektifitas pestisida nabati akan berbeda bergantung

pada lokasi setempat. Disamping itu aplikasi pestisida nabati sangat dipengaruhi

oleh lingkungan setempat, pestisida nabati yang digunakan pada daerah tertentu

belum tentu cocok untuk daerah yang lain walaupun digunakan untuk

mengendalikan penyakit yang sama pada tanaman yang sama. Hal ini dapat

disebabkan oleh kondisi lingkungan pada masing-masing tempat atau daerah

berbeda seperti kondisi pH, kelembaban, suhu, dan musim pada masing-masing

tempat atau daerah belum tentu sama (Kardinan, 2002).

2.1.2 Prospek pengembangan pestisida nabati

Terjadinya keracunan pada hewan dan manusia, pencemaran air, tanah, udara,

terjadinya ristensi hama, terjadinya resurgensi merupakan beberapa kelemahan

dari penggunaan pestisida sintetis, sehingga peluang untuk mengembangkan

pestisida nabati semakin meningkat. Peluang pengembangan pestisida nabati

semakin meningkat dengan meningkatnya pendidikan masyarakat disertai dengan

kebutuhan hidup sehat. Dalam lingkungan yang sehat menyebabkan peranan

pestisida nabati dalam pertanian semakin meningkat, karena tidak mungkin

pertanian bisa berlangsung dan berproduksi dengan baik tanpa pestisida

(Suprapta, 2014).

Berkembangnya sistem pertanian organik akan dapat meningkatkan kebutuhan

terhadap pestisida alami termasuk pestisida nabati karena sistem pertanian

organik, masalah hama dan penyakit selalu muncul dan menjadi kendala produksi

utama terutama pada tahap awal pengembangan sistem pertanian organik. Karena

sistem pertanian organik hanya menggunakan bahan organik alam untuk proses

produksi, dan tidak menggunakan senyawa kimia sintetis seperti pupuk kimia

sintetis dan pestisida kimia sintetis. Menurut Suprapta ( 2014) saat ini sharing

pasar pestisida alam masih sangat kecil yaitu kurang dari 2%, sedangkan

pertumbuhan pasar pestisida alam meningkat cukup besar yaitu sekitar 10-15%

setiap tahun. Sehingga pertumbuhan permintaan yang cukup besar merupakan

Page 14: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

8

peluang yang cukup besar dalam pengembangan pestisida nabati untuk masa yang

akan datang.

2.2 Deskripsi Tanaman Pepaya (Carica pepaya L.)

Pepaya (Carica pepaya L.) merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan

basah, bunganya berwarna putih, dan buahnya yang masak berwana kuning

kemerahan. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 6-8 meter dengan akar tunggang

yang kuat, helaian daunnya menjari menyerupai telapak tangan manusia dan

tanaman ini telah dibudidayakan di kebun-kebun yang luas karena buahnya

tersebar dimana-mana dan bahkan telah menjadi tanaman pekarangan, dan sentra

tanaman pepaya di Indonesia terdapat di daerah Sukabumi, Malang, Sleman,

Lampung, Toraja dan Manado (Rahayu, 2012). Gambar lengkap tanaman pepaya

disajikan seperti Gambar 2.1di bawah ini :

Gambar 2.1 Tanamanpepaya (Carica pepaya L.)

Menurut sejarahnya tanaman pepaya berasal dari Mexico bagian selatan dan

orang Spanyol pada abad ke-18 menyebarkan tanaman pepaya sampai ke

Indonesia. Kebanyakan orang Indonesia menanam pepaya untuk diambil buahnya

karena memiliki nilai ekonomi, segar, lezat dan bergizi. Lain halnya dengan orang

Australia menanam pepaya untuk diambil papainenya yang digunakan untuk

industri penghasil wool dan buah pepaya sebagai hasil sampingan. Papaine yang

dihasilkan tanaman pepaya sangat berguna untuk penyamakan kulit dan juga

sebagai obat-obatan pembersih wool yang terkena getah, sehingga harga papine

tanaman pepaya lebih mahal dari buah pepaya.

Page 15: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

9

Batang dan daun tanaman pepaya banyak mengandung getah putih seperti

susu, menurut hasil penelitian beberapa peneliti menyatakan bahwa getah tanaman

pepaya berpotensi digunakan sebagai obat antikanker. Getah pepaya mengandung

senyawa karpain berupa senyawa golongan alkaloid yang mengandung cicin

laktonat dengan tujuh kelompok rantai metilen. Dengan konfigurasi atom

penyusun seperti itu getah pepaya berpotensi menyembuhkan penyakit tumor dan

dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang menggangu fungsi

pencernaan.

Daun pepaya juga mengandung berbagai macam zat seperti vitamin A, B1,

kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi dan air. Selain itu lebih

dari 50 asam amino terkandung dalam getah pepaya antara lain asam aspartat,

treonin, serin, asam glutamate, prolin, glisisn, alanin, valin, isoleusin, leusin,

tirosin, fenilalanin, histidin, lisin, arginin, triftopan dan sistein. Daun pepaya dapat

dimanfaatkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur penyebab

beberapa penyakit seperti penyakit keputihan, demam, melancarkan air susu ibu,

mengobati jerawat, mengobati demam berdarah dan menambah nafsu makan.

Daun pepaya mengandung berbagai macam zat, antara lain : vitamin A,

Vitamin B, Vitamin C, kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi,

air, papayotin, kautsyuk, karpain, karposit. Daun pepaya mengandung bahan aktif

“papain” sehingga efektif untuk mengndalikan ulat dan hama pengisap dan

kandungan carposide pada daun pepaya berkhasiat sebagai obat cacing. Papain

adalah enzim hidrolase sistein protease yang ada pada getah pepaya baik di daun,

batang maupun buahnya. Getah pepaya mengandung sedikitnya tiga jenis enzim

yaitu papain (10%), khimopapain (45%), dan lisozim (20%). Komponen paling

aktif dari getah pepaya adalah khimopapain yaitu enzim yang mampu menggum-

palkan susu dan mengempukkan daging (Suhartono, 1992).

2.3 Deskripsi Tanaman Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C)

Salah satu jenis jeruk yang ada di Indonesia adalah jeruk purut (Citrus

hystrix). Dibandingkan dengan jeruk lainnya jeruk purut memiliki ciri khas yang

mudah dikenali yaitu permukaan kulit buah jeruk purut tidak mulus atau rata

tetapi bergolombang dan ukuran buah jeruk purut tidak terlalu besar. Jeruk purut

dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian 600-1.000 di atas

Page 16: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

10

permukaan laut. Jeruk purut banyak dibudidayakan karena memiliki beberapa

manfaat seperti daun jeruk purut umumnya digunakan sebagai campuran bumbu

untuk masakan, buahnya digunakan untuk menghilangkan bau amis pada ikan dan

untuk perawatan tubuh sedangkan kulit buahnya banyak digunakan untuk

pestisida dan bahan dasar shampoo untuk mencuci rambut (Rahmi, 2013).

Tanaman jeruk purut berupa pohon berkayu dengan tinggi tanaman sekitar 3-5

meter, daunnya daun tunggal beradapan, ukuran buah sebesar telur ayam, buah

muda warnanya hijau tua dan buah yang sudah masak berwarna kuning. Bunga

ukuran kecil berwarna putih, batangnya berkayu pada ranting tanaman biasanya

terdapat duri, perakaran tunggang yang kuat sehingga tanaman jeruk purut banyak

digunakan sebagai tanaman bawah atau sebagai tanaman untuk ditempel dengan

mata tunas jeruk lain seperti jeruk siam, keprok dan sebagainya. Gambar lengkap

tanaman jeruk purut disajikan seperti Gambar 2.2 di bawah ini :

Gambar 2.2 Tanaman jeruk purut (Citrus hystrix D.C)

Jeruk purut banyak mengandung senyawa kimia alami seperti flavonoid,

karotenoi, limonoid dan mineral. Senyawa flavonoid utama dalam jeruk adalah

naringin, narirutin dan hesperidin yang terdapat pada kulit buah jeruk. Flavonoid

berfungsi sebagai bahan antioksidan yang dapat menetralisir oksigen reaktif

(radikal bebas) dan berfungsi untuk mencegah penyakit kronis seperti kanker

(Devy, dkk. 2010).

Page 17: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

11

2.4 Ulat Bulu

Ulat bulu tergolong kelas Insekta, ordo Lepidoptera, dan famili Lymantriidae.

Famili Lymantriidae sebanyak lebih-kurang 350 genus dan lebih dari 2.500

spesies. Daerah sebarannya sangat luas, meliputi lima benua, sebagian besar

berada di Afrika Utara, India, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan (Wikipedia,

2011). Ada beragam species ulat bulu di Indonesia, dilihat dari morfologi ulat

dan tumbuhan yang diserangnya. Nama spesies ulat bulu tersebut sedang

diidentifikasi di berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Beberapa pakar

menduga bahwa minimal ada empat spesies ulat bulu yang terdapat di

I n d o n e s i a , a n t a r a l a i n : Arctornis submarginata, Dasychira inclusa, Euproctis

flexuosa, d a n Lymantria marginalis. Beberapa ulat bulu yang telah diidentifikasi di Indonesia tersaji

dalam Gambar 2.3 dibawah ini :

Arctornis submarginataDasychira inclusa

Euproctis flexuosaLymantria marginalis

Gambar 2.3 Beberapa contoh ulat bulu yang sudah diidentifikasi jenisnya

Ulat bulu, sesuai dengan namanya, memiliki ciri fisik yang khas, yakni

rambut-rambut pada bagian dorsal (punggung) di sepanjang tubuhnya. Rambut-

rambut tersebut sering menyatu membentuk berkas di beberapa bagian tubuh.

Umumnya, pada bagian dorsal, ada 4 buah berkas rambut sekunder berwarna

Page 18: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

12

terang yang tebal dan dua kelenjar berwarna pada abdomen (perut) ruas ke-6 dan

7.Pada banyak spesies, rambut-rambut mudah rontok dan menimbulkan reaksi

gatal apabila tersentuh kulit manusia. Ulat bulu memiliki kenampakan khusus

berupa bulu-bulu tegak yang berselang-seling, lebih tebal, dan menonjol. Ulat

bulu memiliki rambut-rambut halus yang sering tersembunyi di antara rambut-

rambut yang lebih panjang. Rambut-rambut inilah yang dapat mengakibatkan

reaksi gatal jika tersentuh kulit (Wikipedia, 2011).

Beberapa jenis ulat bulu memiliki mekanisme penyamaran dan

perlindungan diri yang efektif terhadap gangguan lingkungan. Sebagai

contoh, saat ulat bulu siap berkepompong, ulat menutupi dirinya dengan

rambut-rambut yang ada pada tubuhnya untuk membuat kokon kemudian ulat

bermetamorfose menjadi kepompong di dalam kokon. Selain itu, saat ngengat

bertelur, ngengat menyelimuti telur-telur yang baru diletakkan dengan buih yang

segera mengeras dan menempelkan rambut-rambut yang dikoleksi dan dikirimkan

melalui ujung perut untuk menyamarkan telur-telurnya (Schaefer, 1989).

2.4.1 Siklus hidup ulat bulu

Siklus hidup ulat bulu berlangsung 4-7 minggu, berawal dari telur

kemudian bermetamorfosis menjadi ulat, kepompong, dan ngengat. Stadium ulat

menjadi kepompong berlangsung 9 hari. Namun, karena perubahan cuaca yang

ekstrem, terutama pada peralihan menuju musim hujan, daur hidup ulat bulu

dapat dipercepat, kurang dari 4 minggu dan stadium ulat dapat dipercepat,

kurang dari 9 hari.Ulat yang merupakan hasil dari telur-telur ngengat yang menetas

ini hanya memakan daun tanaman inang seperti mangga, tanaman hiasdan

sebagainya. Apabila daun tanaman inang yang disukai tidak tersedia secara

cukup, ulat akan menyerang inang alternatif lainnya.

Faktor penyebab eksplosi ulat bulu, yakni faktor abiotis dan faktor biotis.

Kedua faktor tersebut berkaitan satu sama lain, sehingga tidak dapat berdiri sendiri.

Faktor abiotis, antara lain terjadinya anomali cuaca, terutama peralihan musim

hujan ke musim kemarau yang sangat mendukung bagi ulat untuk berkembang

biak. Faktor biotis utama yang berpengaruh terhadap keberadaan ulat bulu adalah

musuh alami. Apabila musuh alami ini musnah, antara lain akibat dari penggunaan

pestisida yang berlebihan dan musim hujan yang berkepanjangan, akan memicu

Page 19: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

13

terjadinya eksplosi ulat bulu. Musuh alami ulat bulu terdiri atas predator,

parasitoid, dan beberapa patogen serangga kelompok bakteri, virus, dan jamur.

Burung pemakan ulat juga termasuk predator. Apabila kondisi cuaca tidak

menguntungkan atau kehilangan pohon pelindung akibat ditebangi, burung

akan bermigrasi ke daerah lain. Burung pemakan ulat juga sering ditangkap

oleh pemburu liar untuk diperjual-belikan, demikian juga semut rangrang dicari

untuk diambil telurnya untuk pakan burung, sehingga populasinya turun

drastis.Siklus hidup ulat bulu tersaji dalam Gambar 2.4 di bawah ini :

Gambar 2.4 Siklus hidup ulat bulu

Musnahnya musuh alami mengakibatkan terganggunya rantai makanan

sehingga memberikan peluang bagi ulat bulu untuk berkembang biak dan

menyebabkan kerusakan ekonomis bagi tanaman inangnya, apalagi didukung

oleh kondisi cuaca yang menguntungkannya. Dengan pulihnya kondisi cuaca dan

digunakannya pestisida secara bijaksana, diharapkan, musuh alami setempat

dapat menyesuaikan diri, mengatur populasi ulat bulu pada taraf yang tidak

merugikan tanaman secara ekonomis. Selain itu, musuh alami dan berbagai

jenis burung, terutama yang berperanan sebagai predator serangga hama harus

dilakukan upaya konservasi.

2.4.2 Pengendalian ulat bulu

Pengendalian ulat bulu umumnya dilakukan dengan insektisida kimia. Cara

ini dipilih karena mudah dilakukan dan hasilnya cepat diketahui. Penggunaan

insektisida berpotensi menimbulkan dampak merugikan, baik secara

Page 20: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

14

ekonomis maupun ekologis, apabila diaplikasikan secara tidak bijaksana.

Oleh karena itu, aplikasi insektisida haruslah tepat jenis, tepat dosis, tepat

sasaran, tepat waktu, dan tepat cara, serta dilakukan bilamana diperlukan. Di

samping itu, aplikasi insektisida harus mempertimbangkan stadia/instar yang

rentan terhadap insektisida, dan tingkat ketahanannya di lapangan.

Pengalaman pada beberapa tahun yang lalu menunjukkan bahwa

pengendalian hama, terutama wereng batang coklat pada tanaman padi dan

beberapa jenis hama pada tanaman sayuran dengan mengandalkan insektisida

semata secara berlebihan dapat menimbulkan gejala resistensi dan musnahnya

serangga berguna, khususnya parasitoid dan predator. Salah satu faktor utama

penyebab eksplosi hama ulat bulu akhir-akhir ini, antara lain karena musnahnya

musuh alami yang berperan sebagai pengatur populasi hama akibat penggunaan

insektisida yang berlebihan, dan berubahnya status ulat bulu dari hama potensial

menjadi hama utama karena meningkatnya resistensi terhadap insektisida.

Agar pengalaman tersebut tidak terulang, sebaiknya pengendalian ulat bulu

dengan insektisida dilakukan secara bijaksana dan sedapat mungkin

menggunakan cara-cara yang lebih alami. Selain pengendalian dengan

insektisida kimia secara bijaksana tersebut, ulat bulu juga dapat dikendalikan

dengan insektisida nabati dari beberapa jenis tumbuhan, antara lain mimba.

Senyawa aktif yang terkandung dalam dapat mematikan ulat bulu. Untuk

membuat insektisida nabati tersebut sangat mudah. Daun mimba digerus

setelah itu disaring, dicampur air kemudian disemprotkan ke ulat bulu.

Upaya pemanfaatan musuh alami ulat bulu dapat dilakukan melalui

pelestarian musuh alami dengan cara membatasi penggunaan insektisida,

sehingga parasitoid dan predator mampu bertahan hidup dan berkembang biak.

Upaya ini mudah diterapkan pada tanaman perkebunan karena ekosistemnya lebih

stabil bila dibandingkan dengan tanaman semusim. Menurut Baliadi dan Bedjo

(2011), lebih-kurang 65% ulat bulu di Probolinggo terserang virus dan jamur

patogen serangga, sehingga tidak diperlukan aplikasi insektisida. Upaya lain

dilakukan dengan cara membiakkan secara masal dan melepaskan musuh alami.

Berbagai jenis musuh alami, khususnya kelompok patogen serangga telah

berhasil diperbanyak di balai penelitian komoditas lingkup Badan Litbang Pertanian

dan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) di setiap provinsi.

Page 21: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

15

Ulat bulu juga dapat dikendalikan secara fisik/mekanis, misalnya

mengumpulkan dan membakar kelompok telur, ulat, dan kepompong yang

berada di batang dan ranting, melakukan sanitasi terhadap semak-semak di sekitar

pohon/tanaman inang ulat bulu, serta menggunakan lampu perangkap ngengat

yang biasanya untuk memonitor penerbangan ngengat. Di bawah lampu

dipasang ember berisi air sabun atau minyak. Ngengat yang tertarik pada lampu

akan masuk ke dalam ember, dan langsung mati.

Page 22: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

16

BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 30 hari (1 bulan) dari tanggal 01 Maret

sampai tanggal 01 Mei 2017. Penelitian dilakukan di Jalan Ahmad Yani Gang

Kokokan No. 11 Denpasar.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimental yaitu

dengan cara mengekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut, kemudian

ekstrak tersebut diuji kemampuannya untuk membunuh ulut bulu dengan cara

menyemprotkan dengan menggunakan hand sprayer.

3.3 Metode Pengumpulan Data/Disains Rancangan

Data diperoleh dan dikumpulkan melalui percobaan/eksperimen dengan

membandingkan kemampuan membunuh atau daya mortalitas serta daya simpan

antara kontrol dengan ekstrak daun papaya, ekstrak kulit buah jeruk purut dan

campuran ekstrak daun papaya dengan kulit buah jeruk purut terhadap ulut bulu

tanaman hias.

Keterangan :

a. Kontrol digunakan air suling c. Ekstrak daun pepaya

b. Ekstrak kulit buah jeruk purut d. Ekstrak campuran b & c

A B C D

Page 23: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

17

Masing-masing ekstrak yaitu ekstrak daun pepaya, ekstrak kulit buah jeruk

purut dan ekstrak campuran daun pepaya dan kulit buah jeruk purut diuji

kemampuan daya bunuhnya (daya mortalitasnya) terhadap ulat bulu tanaman hias

dengan cara disemprotkan pada masing-masing 10 ekor ulut bulu dengan

menggunakan hand sprayer. Setelah ulat bulu disemprot dengan masing-masing

ekstrak, kemudian hasilnya dibandingkan dengan kontrol (air suling). Kemudian

diamati apakah ada ulat bulu yang mati pada setiap perlakuan dan kalau ada,

berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyebabkan kematian pada ulut bulu

setelah disemprot dengan perlakuan dibandingkan dengan kontrol.

3.4 Cara/Prosedur Melakukan Penelitian

3.4.1 Pengumpulan bahan dan alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti daun pepaya dan

buah jeruk purut diperoleh di Banjar Belok, Desa Belok Sidan, Kecamatan

Petang, Kabupaten Badung. Sedangkan ulat bulu diperoleh dari beberapa tanaman

hias (bunga mawar dan bunga soka) yang ada disekitar lingkungan rumah dan

Taman Kota Denpasar. Ulat bulu yang digunakan diambil dari tanaman hias

(bunga soka dan mawar) dikumpulkan dengan cara mengambil ulat bulu dari

tanaman hias dengan menggunakan pinset kemudian dimasukkan ke dalam toples

pelastik yang sudah dilubangi. Peralatan yang diperlukan seperti blender, pisau

dapur, piring, sendok, kertas label, dan hands sprayer disediakan oleh peneliti.

Sedangkan peralatan seperti gelas Erlenmeyer 500 ml memimjam di

Laboratorium Biopestisida, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Beberapa

bahan yang digunakan dalam penelitian seperti tersaji dalam gambar di bawah ini

a b c

Keterangan :

a. Buah jeruk purut b.Daun pepaya c. Ulat bulu tanaman hias

Page 24: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

18

3.4.2 Pembuatan ekstrak (pembuatan pestisida nabati)

Setelah bahan dan alat yang digunakan terkumpul, maka dilakukan ekstraksi

daun pepaya dan kulit buah jeruk purut. Cara ekstraksi daun pepaya dan kulit

buah jeruk purut seperti bagan dibawah ini:

ekstrak pestisida nabati

DAUN PEPAYA

BUAH JERUK PURUT

Page 25: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

19

Ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut dibuat dengan cara : mula-

mula daun pepaya dan buah jeruk purut dipetik dari pohonnya, kemudian dicuci

bersih pada air mengalir. Daun pepaya diiris kecil-kecil dan buah jeruk purut

dikuliti dan kulitnya diiris kecil-kecil, kemudian daun pepaya dan kulit buah jeruk

purut ditimbang sebanyak 100 gram, sedangkan ekstrak campuran daun papaya

dan kulit buah jeruk purut masing-masing ditimbang sebanyak 50 gram, kemudian

masing-masing diblender dan pada saat diblender disi air suling sebanyak 100

mL. Setelah diblender kemudian disaring dengan kain kasa, kemudian

dimasukkan ke dalam botol hand sprayer dan siap digunakan/disemprotkan pada

ulat bulu untuk mengetahui kemampuannya dalam mengendalikan ulat bulu

tanaman hias.

3.5 Uji Mortalitas Ekstrak Daun Pepaya dan Kulit Buah Jeruk Perut

Terhadap Ulat Bulu Tanaman Hias

Sebanyak 10 ekor ulat bulu tanaman hias ditaruh diatas wadah/piring pada

setiap perlakuan, kemudian disemprot dengan ekstrak daun papaya, ekstrak kulit

buah jeruk purut dan ekstrak campuran dari daun papaya dengan kulit buah jeruk

purut. Perlakuan diulang sebanyak 6 kali dan hasilnya dibandingkan dengan ulut

bulu tanaman hias yang disemprot dengan air suling sebagai control. Kemudian

diamati banyaknya ulat bulu yang mati dan lamanya waktu yang dibutuhkan

untuk terjadinya kematian pada ulat bulu. Pada penelitian ini ekstrak disimpan

selama 15 hari dan setiap minggu diuji daya mortalitasnya terhadap ulat bulu

tanaman hias untuk melihat berapa lama daya simpan dan daya mortalitas ekstrak

daun pepaya dan kulit buah jeruk purut terhadap ulat bulu tanaman hias.

Persentase kematian (daya mortalitas) dihitung dengan menghitung banyak

ulat bulu tanaman hias yang mati dengan rumus :

b - c

A = x 100%

b

Keterangan : A = Daya mortalitas (%)

b = jumlah seluruh ulat bulu yang digunakan

c = jumlah ulat bulu yang mati

Page 26: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

20

Ulat bulu pada tanaman hias (bunga mawar + soka)

kontrol (air steril) perlakuan ekstrak

Page 27: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengethui potensi ekstrak

daun papaya dan kulit buah jeruk purut sebagai insektisida nabati untuk

mengendalikan ulat bulu tanaman hias, diperoleh hasil bahwa ulat bulu tanaman

hias akan mati setelah disemprot dengan ekstrak daun papaya, ekstrak kulit buah

jeruk purut dan ekstrak campuran antara daun papaya dengan kulit buah jeruk

purut dengan menggunakan hand sprayer. Ulat bulu akan mati setelah 1 sampai 5

menit disemprot dengan ekstrak. Ekstrak campuran antara daun papaya dan kulit

jeruk purut paling efektif membunuh ulut bulu tanaman hias (daya mortalitas

paling tinggi. Sedangkan ulat bulu yang disemprot dengan air suling (kontrol)

tidak mengalami kematian. Hasil penelitian seperti tersaji dalam Gambar

4.1sebagai berikut :

ulat bulu disemprot dengan air suling

ulat bulu bunga soka

(masih hidup)

ulat bulu bunga mawar

(masih hidup)

Page 28: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

22

Gambar 4.1 Ulat bulu tanaman hias setelah perlakuan ekstrak daun pepaya +

kulit buah jeruk purut dibandingkan dengan kontrol

Tabel 4.1

Uji daya mortalitas (%) ekstrak segar daun papaya, ekstrak kulit buah jeruk

dan ekstrak campuran daun papaya dengan kulit buah jeruk terhadap

ulat bulu tanaman hias

Perlakuan

Ulangan

Rata-rata

I II III IV V VI

P0 0 0 0 0 0 0 0 ± 0a

P1 70 80 80 70 80 80 76,67 ± 5,16b

P2 90 80 100 90 90 90 90,00 ± 6,32c

P3 100 100 100 100 100 100 100 ±0 d

Keterangan : P0 = kontrol

P1 = ekstrak kulit buah jeruk purut

P2 = ekstrak daun pepaya

P3 = ekstrak campuran daun papaya dengan kulit buah jeruk purut

ulat bulu disemprot dengan ekstrak

daun pepaya + kulit buah jeruk purut

ulat bulu bunga soka

(mati)

ulat bulu bunga mawar

(mati)

Page 29: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

23

Ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut yang digunakan sebagai

insektisida nabati (biopestisida) terhadap ulat bulu tanaman hias disimpan selama

30 hari dan selama disimpan setiap minggunya dicoba daya mortalitasnya

terhadap ulat bulu tanaman hias. Daya mortalitas ekstrak daun pepaya dan kulit

buah jeruk purut terhadap ulat bulu tanaman hias yang disimpan selama 30 hari

tersaji dalam Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 di bawah ini :

Tabel 4.2

Daya mortalitas ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut terhadap ulat bulu

tanaman hias yang disimpan selama 30 hari.

No.

WAKTU SIMPAN/

PERLAKUAN

DAYA

MORTALITAS

Rata-rata (%)

WAKTU

MATI

(Menit)

NOTASI

1

Ekstrak segar

P0 0 ± 0 - a

P1 76,67 ± 5,16 3 d

P2 90 ± 6,32 1 f

P3 100 ± 0 1 f

2

7 hari

P0 0 ± 0 - a

P1 50 ± 3,12 3 c

P2 90 ± 6,16 1 f

P3 100 ± 0 1 f

3

14 hari

P0 0 ± 0 - a

P1 50 ± 5,00 3 c

P2 90 ± 632 2 f

P3 100 ± 0 1 f

4

21 hari

P0 0 ± 0 - a

P1 50 ± 5,00 4 c

P2 80 ± 1,12 2 e

P3 90 ± 0 2 f

5

30 hari

P0 0 ± 0 - a

P1 20 ± 3,24 5 b

P2 70 ± 4,32 3 e

P3 70 ± 1,32 3 e

Keterangan : P0 = kontrol

P1 = ekstrak kulit buah jeruk purut

P2 = ekstrak daun pepaya

P3 = ekstrak campuran daun papaya dengan kulit buah jeruk purut

Page 30: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

24

Gambar 4.3 Grafik daya mortalitas ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk

purut terhadap ulat bulu tanaman hias selama 30 hari

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam Gambar 4.1 menunjuk-

kan bahwa ekstrak daun papaya, ekstrak kulit jeruk buah jeruk purut dan ekstrak

campuran daun papaya dengan kulit jeruk purut yang disemprotkan pada ulat bulu

tanaman hias (bunga mawar dan bunga soka) dapat meyebabkan kematian pada

ulat bulu. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk

purut yang digunakan menyemprot ulat bulu tanaman hias mengandung senyawa

yang bersifat racun terhadap ulat bulu. Senyawa-senyawa yang bersifat racun

terhadap ulat bulu tersebut kemungkinan berasal dari daun pepaya atau kulit buah

jeruk purut yang terekstrak, sehingga ekstrak daun pepaya dan kulit jeruk purut

dapat digunakan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan ulat bulu pada

tanaman hias (bunga mawar dan soka). Sedangkan ulat bulu tanaman hias yang

disemprot dengan air suling masih hidup, hal ini menunjukkan bahwa di dalam air

suling tidak terdapat senyawa yang bersifat racun yang dapat membunuh ulat

bulu.

Ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk dapat menyebabkan kematian

pada ulat bulu tanaman hias (bunga mawar dan bunga soka) kemungkinan karena

pada daun pepaya dan kulit jeruk purut mengandung senyawa yang bersifat

pestisida terhadap ulat bulu tanaman hias. Menurut Suhartono (1992) daun pepaya

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

pe

rse

nta

se

ke

ma

tia

n u

lat

bu

lu (

%)

ekstrak

segar

14 hari

lama penyimpanan (hari)

daya mortalitas ekstrak selama masa simpan 30 hari

Page 31: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

25

mengandung sejumlah senyawa kimia seperti bahan aktif “papain” sehingga

efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap dan kandungan carposide

pada daun pepaya berkhasiat sebagai obat cacing. Papain adalah enzim hidrolase

sistein protease yang ada pada getah pepaya baik di daun, batang maupun

buahnya yang mampu menggumpalkan susu dan mengempukkan daging.

Sedangkan kulit buah jeruk mengandung minyak atsirikimia alami seperti

flavonoid, karotenoi, limonoid dan mineral. Senyawa flavonoid utama dalam

jeruk adalah naringin, narirutin dan hesperidin yang terdapat pada kulit buah jeruk

yang dapat digunakan sebagai senyawa antiseptik dan senyawa antifeedan pada

serangga.

Berdasarkan hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 4.1 ; 4.2 dan Gambar

4.2 menunjukkan bahwa ekstrak campuran antara daun pepaya dan kulit buah

jeruk purut yang digunakan memiliki kemampuan untuk menyebabkan kematian

pada ulat bulu paling tinggi dan waktu yang dibutuhkan semakin singkat. Ekstrak

campuran antara daun pepaya dan kulit buah jeruk purut yang paling efektif

karena memiliki daya bunuh paling tinggi. Ekstrak daun pepaya dan kulit buah

jeruk dapat disimpan dalam 14 hari dengan daya mortalitasnya sama dengan

ekstrak segar. Apabila ekstrak disimpan pada suhu kamar (280C) lebih dari 14 hari

maka daya dan lama mortalitas ekstrak akan menurun, hal ini mungkin

disebabkan oleh senyawa kimia yang ada dalam ekstrak sudah rusak sehingga

lama mortalitasnya menurun. Disamping itu semakin lama ekstrak disimpan maka

ekstrak akan menimbulkan bau yang tidak enak, hal ini disebabkan terjadinya

perubahan senyawa kimia atau rusaknya senyawa-senyawa yang ada di dalam

ekstrak. Adanya perubahan senyawa kimia dalam ekstrak kemungkinan

disebabkan oleh reaksi oksidasi atau adanya mikroorganisme yang dapat

menguraikan komposisi ekstrak sehingga ekstrak menjadi bau. Adanya perubahan

senyawa-senyawa kimia dalam ekstrak dapat mempengaruhi daya mortalitas dari

ekstrak sehingga semakin lama ekstrak disimpan kemampuan untuk membunuh

ulat bulu tanaman hias semakin menurun.

Ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut dapat menyebabkan

kematian pada ulat bulu tanaman hias (bunga mawar dan bunga soka) hal ini

dapat menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut

berpotensi untuk digunakan mengendalikan hama ulat bulu pada tanaman hias.

Page 32: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

26

Sehingga ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut dapat dimanfaatkan

sebagai insektisida nabati atau biopestisida untuk mengendalikan hama ulat bulu

tanaman hias. Dengan memanfaatkan insektisida ekstrak daun pepaya dan kulit

buah jeruk purut untuk mengendalikan hama ulat bulu pada tanaman hias dapat

menekan penggunaan insektisida sintetis. Dengan menggunakan insektisida nabati

lebih ramah lingkungan diantaranya tidak mencemari lingkungan, tidak

membunuh predator alami dan tidak menimbulkan resisten pada hama target.

Page 33: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang diuraikan maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak daun papaya, ekstrak kulit buah jeruk purut dan ekstrak

campuran antara daun papaya dengan kulit buah jeruk purut berpotensi

digunakan sebagai insektisda nabati untuk mengendalikan ulat bulu

tanaman hias.

2. Ekstrak campuran antara daun pepaya dengan kulit buah jeruk purut

paling efektif digunakan untuk mengendalikan ulat bulu tanaman hias.

3. Ekstrak daun pepaya dan kulit buah jeruk purut yang dimanfaatkan

sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan ulut bulu tanaman hias

dapat disimpan kurang lebih selama14 hari dengan daya mortalitas 100%.

1.2 Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan untuk dilakukan penelitian dengan

menggunakan ekstrak yang sama dan diujikan terhadap hama ulat bulu yang

terdapat pada tanaman lain, seperti ulat bulu yang terdapat pada tanaman buah-

buahan dan sayur-sayuran yang sering dibudidayakan oleh petani. Dengan

demikian dapat diketahui manfaat yang lebih luas dari insektisida nabati yang

dibuat, sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk

kesejahteran masyarakat, khususnya petani dan untuk kelestarian lingkungan.

Page 34: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Lymantriidae. Diakses dari http://wikipedia./lymantriidae, tanggal

15 Pebruari 2016.

Asthuthi, M.M.M; Sumiartha, K; Susila, W.I; Wirya, S.A.N.G dan Sudiarta, P.I.

2012. Efikasi minyak atsiri tanaman cengkeh, pala dan jahe terhadap

mortalitas ulat bulu gempinis dari familia Lymantriidae.

Baliadi, Y. dan Bedjo. 2011. Serangan ulat bulu di Probolinggo. Seminar Badan

Litbang Pertanian. Jakarta, 18 April 2011.

Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Rahayu, E.D. 2012. Pemanfaatan ekstrak daun pepaya sebagai pestisida alami

yang ramah lingkungan.

Rukmana, R. dan Oesman, Y.Y. 2002. Nimba Penghasil Pestisida Alami.

Kaninus. Yogyakarta.

Soesanto, L. 2008. Pengantar pengendalian hayati penyakit tanaman. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Suhartono. M. 1992. Identifikasi prilaku dan siklus hidup ulat bulu pelompat

Acrtonis sp.

Suprapta, D.N. 2014. Pestisida Nabati Potensi dan Prospek Pengembangan. Edisi

Pertama. Pelawa Sari. Denpasar.

Wikipedia. 2011. Lymantriidae. http://en.wikipedia.org/wiki/Lymantriidae [15

Pebruari 2016].

Page 35: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

29

LAMPIRAN

Page 36: Laporan Penelitian2020. 7. 21. · laporan penelitian potensi ekstrak daun pepaya ( carica papaya l.) dan kulit buah jeruk purut ( citrus hystrix d.c) sebagai insektisida nabati untuk

30