laporan penelitian tindakan kepengawasanlaporan penelitian tindakan kepengawasan me ningkat k an...

41
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN KELENGKAPAN MENGAJAR MELALUI IN-HOUSE TRAINING PADA MI RAUDLATUL ATHFAL ASTANA Disusun Oleh: Nama : KHOLID, S.Pd.I, M.Pd NIP : 197802182005011005 Pangkat/ Gol : Penata Tk.I/ III.d Jabatan : Pengawas Sekolah Muda KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN TAHUN 2020

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN

    PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM

    MENYUSUN KELENGKAPAN MENGAJAR

    MELALUI IN-HOUSE TRAINING PADA MI RAUDLATUL ATHFAL ASTANA

    Disusun Oleh:

    Nama : KHOLID, S.Pd.I, M.Pd

    NIP : 197802182005011005

    Pangkat/ Gol : Penata Tk.I/ III.d

    Jabatan : Pengawas Sekolah Muda

    KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN SERANG

    PROVINSI BANTEN

    TAHUN 2020

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan telah memberikan persetujuan dan pengesahan kebenaran karya ilmiah sebagai berikut:

    PENELITIAN TINDAKAN KEPENGAWASAN (PTKp)

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN KELENGKAPAN MENGAJAR MELALUI IN-HOUSE TRAINING PADA MI RAUDLATUL ATHFAL ASTANA

    Disusun Oleh:

    Nama : KHOLID, S.Pd.I, M.Pd NIP : 197802182005011005 Pangkat/ Gol : Penata Tk.I/ III.d Jabatan : Pengawas Sekolah Muda

    Penyusun,

    KHOLID, S.Pd.I, M.Pd NIP 197802182005011005

    Mengetahui,

    Ketua Pokjawas Kantor Kemenag Kab. Serang

    RAHMAT, S.Pd., MM.Pd NIP 197904132005011004

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

    penyusunan Laporan Kegiatan Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp) ini dapat

    tersusun sampai dengan selesai. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan

    kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya

    semoga di hari akhir mendapatkan syafa’at dari Rosulullah SAW.

    Laporan ini merupakan base practice dari masalah yang dihadapi oleh

    penulis, selaku pengawas dalam menjalankan tugas kepengawasannya di madrasah

    binaan, serta upaya untuk mengatasi masalah tersebut melalui tindakan tertentu.

    Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah

    berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya, terutama

    kepada Kepala MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang Kabupaten Serang

    beserta seluruh dewan guru dan staf tata usaha yang telah memfasilitasi tempat

    penelitian tindakan kepengawasan ini.

    Penulis sangat berharap semoga laporan hasil penelitian tindakan

    kepengawasan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca serta

    memberikan kontribusi dan referensi bagi pelaksanaan tugas kepengawasan sehari-

    hari.

    Serang, Oktober 2019

    Penulis,

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii ABSTRAK ......................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 2 C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 3 D. Perumusan Masalah .................................................................................... 3 E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3 F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................................... 4 A. Teori Mengajar ........................................................................................... 4 B. Kelengkapan Mengajar ................................................................................. 5 1. Pengertian RPP .......................................................................................... 6 2. Tujuan penyusunan RPP adalah: .................................................................... 6 3. Manfaat .................................................................................................... 7 4. Prinsip Pengembangan RPP .......................................................................... 7 C. In-House Training ........................................................................................ 8

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................................ 9 A. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 9 B. Personalia ................................................................................................. 9 C. Rencana Tindakan..................................................................................... 10

    BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................................. 15 A. Hasil Angket Sebelum In-House Training Dilakukan ........................................... 15 B. Hasil yang diperoleh pada Siklus 1 ................................................................ 18 C. Hasil yang diperoleh pada Siklus 2. ................................................................ 20

    BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 22 A. KESIMPULAN .......................................................................................... 22 B. Saran ..................................................................................................... 22

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 24

  • iii

    ABSTRAK

    KHOLID, S.Pd.I, M.Pd. 2020 “Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar Melalui In-House Training pada MI Raudlatul Athfal Astana”.

    Sebagai sekolah baru banyak kendala yang dihadapi MI Raudlatul Athfal Astana seperti sulitnya memperoleh tenaga pengajar sesuai bidangnya, terbatasnya guru tetap, kurangnya pengalaman mengajar bagi Guru karena banyak Guru kontrak yang baru diangkat, terbatasnya sarana prasarana sekolah, sementara itu ketuntasan belajar sesuai KKM juga rendah berkisar antara 40-60%. Oleh karena itu perlu peningkatan diberbagai bidang khususnya peningkatan kualitas Guru. Peningkatan kualitas yang mendesak dilakukan adalah kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajar agar pembelajaran lebih terarah sehingga diharapkan mampu meningkatkan prosentase ketuntasan belajar siswa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan kegiatan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar sebagai Penelitian Tindakan Kepengawasan.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan Guru MI Raudlatul Athfal Astana dalam menyusun kelengkapan mengajar dan menentukan langkah yang tepat untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar. Dengan In-House Training diharapkan semua Guru memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang memadai khususnya dalam penyusunan kelengkapan mengajar yang meliputi Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selain kelengkapan penunjang lainnya seperti silabus, kalender pendidikan, jadwal mengajar dan daftar nilai siswa.

    Penelitian dilakukan di MI Raudlatul Athfal Astana selama kurang lebih satu bulan dimulai tanggal 22 Januari sampai dengan tanggal 4 Februari 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui angket, observasi dan dokumentasi. Dari angket diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan Guru MI Raudlatul Athfal Astana menyatakan penting untuk memiliki kelengkapan mengajar. Sebagian besar Guru MI Raudlatul Athfal Astana merasa bahwa pengalaman mengajarnya masih minim pada mata pelajaran yang diajarkan, latar belakang pendidikan tidak begitu sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan pengetahuan tentang penyusunan kelengkapan mengajar masih kurang. Seluruh Guru MI Raudlatul Athfal Astana menghendaki adanya In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar dan 100% Guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti In-House Training dan memiliki keinginan yang kuat untuk membuat kelengkapan mengajar dan akan menggunakan kelengkapan mengajar tersebut sebagai penunjang proses pembelajaran.

    Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Pada siklus 1 diperoleh 58,23% Guru berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar dan pada Siklus 2 terdapat 91,66% Guru berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar. Jadi ada peningkatan kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajar setelah dilakukan In-House Training tahap 1 yaitu sebesar 33,43% dan masing-masing Guru menunjukkan peningkatan yang signifikan.

    In-House Training adalah salah satu pola yang sangat efektip untuk meningkatkan kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajar.

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Salah satu masalah pokok yang dihadapi MI Raudlatul Athfal Astana adalah hasil belajar yang

    cenderung masih rendah. Hal ini diindikasikan dari rendahnya nilai ujian nasional pada tahun

    pelajaran 2019-2020. Untuk meningkatkan prestasi belajar sekolah telah berupaya melalui

    proses pembelajaran dengan system ganda sesuai Kurikulum 2013 Revisi yaitu proses penilaian

    secara berkelanjutan oleh pendidik dalam hal ini Guru. Namun demikian tetap saja prestasi

    belajar peserta didik saat dievaluasi baik ulangan harian, ulangan tengah semester maupun

    ulangan akhir semester menurut data yang diinventarisir oleh bagian kurikulum masih cenderung

    rendah dan belum memuaskan. Rata-rata siswa yang dapat tuntas sesuai KKM berkisar antara

    40 - 60%, sedangkan sisanya untuk menuntaskan harus menempuh remedial.

    Keberhasilan sebuah pembelajaran setidaknya dipengaruhi oleh 5 komponen kunci, yaitu: (1)

    Guru, (2) Sumber dan Media Belajar, (3) Lingkungan, (4) Siswa dan (5) proses pembelajaran.

    Guru dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat strategis karena akan berkaitan dengan

    pengelolaan 4 komponen kunci lainnya. Bahkan dalam konsep tentang sumber belajar yang

    ditulis oleh Sudjarwo dikutip oleh (Rahmat Saripudin,2008) guru dapat dikategorikan sebagai

    sumber belajar.

    Atas dasar hal tersebut dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran, MI Raudlatul Athfal

    Astanaberkomitmen untuk: meningkatkan mutu Guru karena Guru merupakan salah satu kunci

    keberhasilan proses pendidikan. Ditangan Guru-lah cita-cita pembangunan, pendidikan

    nasional, kurikulum nasional, visi-misi lembaga penyelenggara pendidikan hingga visi-misi

    sekolah dapat terwujud. Guru yang baik akan mampu mengoptimalkan seluruh potensi sumber

    dan media belajar yang ada di lingkungannya untuk pembelajaran yang optimal. Dengan

    mengacu kepada strategisnya peran guru pada sebuah lembaga pendidikan maka MI Raudlatul

    Athfal Astanamemberikan perhatian yang besar bagi terwujudnya Guru professional.

  • 2

    Untuk mewujudkan guru yang profesional sehingga mampu meningkatkan kompetensi dan mutu

    Guru yang bersangkutan, maka MI Raudlatul Athfal Astanamerancang program- program dan

    kegiatan yang mengarah pada peningkatan mutu Guru misalnya dengan mengikutsertakan Guru

    dalam pelatihan-pelatihan dan salah satunya melalui In-House Training penyusunan

    kelengkapan mengajar. Hal ini mendesak dilakukan karena dari angket yang diberikan kepada

    guru untuk mengetahui respon Guru terhadap pentingnya memiliki kelengkapan mengajar 57,4%

    menyatakan sangat setuju dan 42,6% setuju artinya seluruh Guru menyatakan setuju/sepakat

    untuk memiliki kelengkapan mengajar.

    Selanjutnya dari angket juga terungkap bahwa pengalaman mengajar, ketidaksesuaian latar

    belakang pendidikan dan kurangnya pengetahuan tentang penyusunan kelengkapan mengajar

    menyatakan bahwa 48% sangat setuju, 33% setuju 66% cukup setuju itu artinya bahwa sebagian

    besar Guru merasa bahwa pengalaman mengajarnya masih minim pada mata pelajaran yang

    diajarkan, latar belakang pendidikan tidak begitu sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan

    dan pengetahuan tentang penyusunan kelengkapan mengajar masih kurang.

    Lebih lanjut dari angket juga terungkap tentang perlunya diadakan In-House Training dengan

    data hanya 18% tidak setuju yang mengindikasikan bahwa hampir seluruh Guru menghendaki

    adanya In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar.

    Selain itu angket juga mengungkap bahwa Guru memiliki kemauan yang kuat untuk memiliki

    kelengkapan mengajar dengan data 33% menjawab sangat setuju dan 66% menjawab setuju

    yang artinya seluruh Guru menyatakan jika diadakan In-House Training maka mereka akan

    mengikuti dengan sungguh-sungguh dan akan mengaplikasikannya dalam kegiatan

    pembelajaran.

    Atas dasar hal tersebut di atas maka MI Raudlatul Athfal Astanamenyatakan sangat perlu

    mengadakan In-House Training. Dengan adanya kegiatan In-House Training penyusunan

    kelengkapan mengajar diharapkan semua guru memiliki kelengkapan mengajar yang lengkap

    dan mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran yang

    dilakukan akan lebih terarah karena tujuan pembelajaran, materi yang akan diajarkan, metode

    dan penilaian yang akan digunakan telah direncanakan dengan berbagai pertimbangan.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang timbul dapat diidentifikasi

    sebagai berikut:

    - Rendahnya prestasi belajar peserta didik, ketuntasan mengajar berkisar antara 40% s/d 60%

  • 3

    - Rendahnya kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar

    - Pengalaman mengajar masih minim dan latar belakang pendidikan sebagian besar tidak

    sesuai dengan bidangnya

    C. Pembatasan Masalah

    Dari masalah-masalah yang diuraikan di atas, pada penelitian ini dibatasi pada masalah

    rendahnya kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah seperti yang diuraikan di atas, maka

    masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Apakah in-house training dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun

    kelengkapan mengajar?

    E. Tujuan Penelitian

    Penelitian Tindakan Kepengawasan ini bertujuan untuk:

    - Meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun kelengkapan mengajar

    - Menentukan langkah yang tepat untuk meningkatkan kemampuan guru dalam

    menyusun kelengkapan mengajar

    F. Manfaat Penelitian

    Penelitian Tindakan Kepengawasan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepala

    sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun

    kelengkapan mengajar sehingga lebih professional, dengan demikian padaakhirnya diharapkan

    dapat meningkatkan mutu pengajaran dan berdampak pada peningkatan mutu sekolah.

    Disamping itu dengan menemukan langkah yang tepat dalam meningkatkan kemampuan guru

    dalam menyusun kelengkapan mengajar dapat menjadi referensi untuk kasus yang sama bagi

    peneliti lain.

  • 4

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Teori Mengajar

    Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat.

    Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam

    melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74) yang dikutip oleh Rastodio (2018) mengatakan “guru

    adalah kreator proses belajar mengajar”. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana

    bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan

    kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Dengan

    demikian dapat dikemukakan bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar

    diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa dalam belajar.

    Gambaran aktivitas itu tercermin dari adanya usaha yang dilakukan guru dalam kegiatan

    proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar. Oleh karena itu mengajar tidak

    hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan menuntut jawaban verbal

    melainkan suatu upaya integratif ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks ini guru

    tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga bertindak sebagai director and facilitator of

    learning.

    Lebih lanjut Usman (1994:3) yang dikutip oleh Rastodio (2018) mengemukakan mengajar pada

    prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar atau mengandung

    pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam

    hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses

    belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai

    organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik ada

    di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar mengajar.

    Berdasarkan definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

    mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan

    kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas kompleks yang

    dimaksud antara lain adalah (1) mengatur kegiatan belajar siswa, (2) memanfaatkan lingkungan, baik

  • 5

    ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, dan (3) memberikan stimulus, bimbingan pengarahan,

    dan dorongan kepada siswa.

    B. Kelengkapan Mengajar

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan, mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang

    pendidikan dasar dan menengah, mengacu kepada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan,

    serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

    Komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari

    1) Tujuan pendidikan sekolah, 2) Struktur dan muatan kurikulum, 3) Kalender pendidikan dan 4)

    Silabus dan RPP. Silabus dan RPP merupakan perencanaan proses pembelajaran yang memuat

    sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan

    penilaian hasil belajar (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan Pasal 20). Berdasarkan hal tersebut diharapkan setiap pendidik pada Madrasah Ibtidaiyah

    (MI) dapat menyusun kurikulum yang akan diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.

    Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

    mengarahakn, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

    pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14 tahun 2005 : 2) Dengan

    demikian, dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban :

    1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai

    dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

    2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan

    sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

    3) bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku,

    ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta

    didik dalam pembelajaran;

    4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hokum, dan kode etik guru, serta nilai- nilai

    agama dan etika; dan

    5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

    Berdasarkan penjelasan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut di

  • 6

    atas bahwa setiap pendidik dalam hal ini Guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran wajib

    memiliki kelengkapan mengajar yang umumnya disusun diawal semester atau diawal tahun

    pelajaran. Kelengkapan mengajar tersebut mulai dari kalender pendidikan, silabus, program

    pengajaran tahunan (prota), program pengajaran semester (promes), dan rencana pelaksanaan

    pembelajaran (RPP) yang mengacu pada BSNP.

    Hal tersebut dipertegas bahwa setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban

    menyusun RPP secara lengkap dan sistematis serta menerapkannya pada kegiatan pembelajaran.

    Kegiatan pembelajaran yang dirancang pada RPP diharapkan dapat mewujudkan pembelajaran

    yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

    aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

    bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal

    19)

    1. Pengertian RPP

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan

    pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

    Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat

    sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber

    belajar, dan penilaian hasil belajar (PP No. 19 Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan

    Pasal 20). Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang

    terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Untuk mata

    pelajaran Kelompok Program Produktif, RPP dapat mencakup lebih dari satu kompetensi dasar. RPP

    dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai

    Kompetensi Dasar (KD).

    2. Tujuan penyusunan RPP adalah:

    1).Memberi kesempatan kepada pendidik untuk merencanakan pembelajaran yang interaktif dan

    dapat digunakan untuk mengeksplorasi semua potensi kecakapan majemuk (multiple intellegencis)

    yang dimiliki setiap peserta didik.

    2).Memberi kesempatan bagi pendidik untuk merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan

    peserta didik, kemampuan pendidik, dan fasilitas yang dimiliki sekolah.

    3). Mempermudah pelaksanaan proses pembelajaran.

    4).Mempermudah pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran, sebagai input guna perbaikan pada

  • 7

    penyusunan RPP selanjutnya (improvement proses).

    3. Manfaat

    1).Meningkatkan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran sebagai bagian dari kompetensi

    paedagogik yang harus dimiliki guru.

    2).Proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih terarah karena tujuan pembelajaran, materi yang

    akan diajarkan, metode dan penilaian yang akan digunakan telah direncanakan dengan berbagai

    pertimbangan.

    3).Meningkatkan rasa percaya diri pendidik pada saat pembelajaran, karena seluruh proses sudah

    direncanakan dengan baik.

    4. Prinsip Pengembangan RPP

    RPP disusun berdasarkan rancangan yang terdapat pada silabus atau dengan kata lain RPP

    merupakan uraian lebih lanjut dari silabus. Oleh karena itu prinsip pengembangan silabus juga

    merupakan prinsip pengembangan RPP yaitu:

    1).Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam RPP harus benar dan dapat

    dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

    2).Relevan, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam RPP sesuai

    dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.

    3).Sistematis, komponen-komponen RPP saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai

    kompetensi.

    4).Konsisten, adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,

    materi pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem

    penilaian.

    5).Memadai, cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem

    penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

    6).Aktual dan kontekstual, cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,

    dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam

    kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

    7).Fleksibel, keseluruhan komponen RPP dapat mengakomodasi variasi peserta didik serta dinamika

    perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

    8).Menyeluruh, materi RPP mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan

    psikomotor) yang akan dicapai untuk mendukung ketercapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi

  • 8

    Dasar.

    C. In-House Training

    Pelatihan dibagi dalam dua pengertian; IT (In-House Training) dan PT (Public Training). In- House

    Training adalah pelatihan yang terjadi atas permintaan suatu komunitas tertentu apakah itu lembaga

    profit ataupun nonprofit. Istilah In-House Training sama pengertiannya dengan in-servis training

    menurut Hadari Nawawi (1983:113) yang dikutip oleh Dadang Dahlan menyatakan in-servis training

    sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam bidang tertentu sesuai

    dengan tugasnya agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam bidang tersebut. Lebih

    lanjut dikemukakan bahwa program in-servis training ini diperlukan karena banyak guru-guru muda

    yang belum mendapat pengalaman dan bekal yang cukup dalam menghadapi pekerjaannya.

    Agar program in-servis training ini efektif memerlukan manajemen pelatihan seperti dikemukakan

    Gaffar (1993) yang dikutip oleh Dadang Dahlan pengembangan mutu sumber daya manusia

    memerlukan manajemen yang secara logis perlu mengikuti tahapan need assesment, merumuskan

    tujuan dan sasaran, mengembangkan program, menyusun action plan, melaksanakan program,

    monitoring dan supervise serta evaluasi program.

    Secara umum, tujuan In-House Training yaitu untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia

    yang didayagunakan instansi terkait, sehingga pada akhirnya dapat lebih mendukung dalam upaya

    pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Selain hal tersebut di atas, sasaran pelatihan internal ini

    antara lain : menciptakan interaksi antara peserta dilingkungan instansi yang terkait serta mempererat

    rasa kekeluargaan/kebersamaan, meningkatkan motivasi baik bagi peserta maupun bagi narasumber

    untuk membiasakan ˜budaya pembelajaran yang berkesinambungan, untuk mengeksplorasi

    permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan dengan peningkatan

    efektifitas kerja, sehingga dapat diformulasikan solusi pemecahannya secara bersama-sama.

    Merujuk pada pendapat tersebut, pada dasarnya In-House Training adalah Program pelatihan yang

    diselenggarakan di tempat peserta pelatihan. Menggunakan peralatan kerja peserta pelatihan dengan

    materi yang relevan dan merupakan permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan program ini

    peserta akan lebih mudah menyerap dan mengaplikasikan materi pelatihan untuk menyelesaikan dan

    mengatasi permasahan kerja yang sering dialami dan mampu secara langsung meningkatkan kualitas

    dan kinerja dari sumber daya manusia dilingkungan instansi peserta pelatihan.

  • 9

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian

    1. Waktu

    Penelitian Tindakan Kepengawasan ini dilakukan selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 3

    Januari sampai dengan tanggal 4 Februari tahun 2020. Selama 4 (empat) minggu sehingga

    penulis berusaha menggunakan waktu seepektif mungkin dengan melakukan dua siklus

    tindakan. Pada siklus 1 terbagi menjadi empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan

    tindakan (Inhouse-training Tahap 1), tahap pengumpulan data tahap analisis data (refleksi).

    Sedangkan pada siklus 2 terbagi menjadi empat tahap pula yaitu tahap perencanaan tindakan ,

    pelaksanaan tindakan (Inhouse-Training Tahap 2), pengumpulan data, analsis data dan diakhiri

    dengan penyusunan laporan.

    2. Tempat

    Penelitian dilakukan di MI Raudlatul Athfal Astana Bidang Studi Keahlian Teknologi Informasi dan

    Komunikasi Program Studi Keahlian Teknik Komputer dan Informatika yang beralamat di Jl.

    Jenderal Sudirman KM. 2,7 Sampit Kelurahan Mentawa Baru Hulu Ketapang Kecamatan

    Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur.

    B. Personalia

    Penelitian Tindakan Kepengawasan ini dilakukan oleh peneliti sendiri selaku Pengawas

    Madrasah yang salah satu binaannya adalah MI Raudlatul Athfal Astana bersama-sama dengan

    kolaborator yaitu Kepala dan dewan guru MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang

    Kabupaten Serang.

  • 10

    C. Rencana Tindakan

    SIKLUS LANGKAH RENCANA KEGIATAN HASIL

    Siklus 1 Perencanaan - Identifikasi masalah dan penetapan tindakan

    - Perumusan scenario tindakan - Persiapan tindakan ( Instrumen, jadwal ) - Penentuan data dan cara

    memperolehnya - Identifikasi guru-guru yang akan di IHT

    Masalah kemampuan

    guru menyusun

    kelengkapan mengajar

    Tindakan : In House Training Apakah pelaksanaan In-House Training dapat meningkatkan kemampuan guru menyusun kelengkapan mengajar

    Rencana Tindakan: Memeriksa hasil kelengkapan mengajar guru setelah mengikuti In House Training 1

    Melakukan In-House Training 2 bagi guru yang belum mampu menguasai penyusunan kelengkapan mengajar.

    Memeriksa kelengkapan mengajar guru

    Pelaksanaan Tindakan dilakukan sesuai rencana

    selama 2 minggu

    Tindakan dilakukan melibatkan

    semua guru yang ikut In-House

    Training

    Tindakan dapat

    dilaksanakan sesuai

    scenario

    Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan instrument

    Seluruh kejadian dalam proses

    tindakan dicatat dalam lembar

    Data kualitatif dengan

    catatan peristiwa

    selama proses tindakan

  • 11

    observasi

    Refleksi Evaluasi tindakan dan data-data yang

    diperoleh

    Pertemuan membahas hasil evaluasi Merencanakan langkah-langkah

    siklus 2

    Masalah yang dialami Peristiwa yang terjadi di

    luar scenario

    Rencana langkah-

    langkah siklus 2

    Siklus 2 Perencanaan Pelaksanaan In-House Training

    Tahap 2

    Rencana langkah tindakan sesuai hasil

    refleksi 1

    Pelaksanaan Pelaksanaan sesuai scenario siklus 2

    Pengamatan Sesuai rencana siklus 2

    Refleksi Evaluasi sesuai siklus 2

    Kesimpulan, Saran dan Rekomendasi

    D. Pelaksanaan Tindakan

    Seperti telah dijelaskan pada perencanaan tindakan di atas maka penelitian tidakan sekolah ini

    dilakukan dalam 2 siklus. Berikut ini adalah penjelasan tentang masing-masing siklus yang telah

    penulis lakukan

    1. Siklus 1

    a. Perencanaan

    1) Identifikasi Masalah dan Penetapan Tindakan

    Pada siklus ini diawali dengan mengidentifikasi masalah yaitu melihat data pada dokumen

    evaluasi diri sekolah, program tahunan sekolah, visi dan misi sekolah dan berdasarkan

    pengamatan selama ini kemudian mendata masalah-masalah yang mendesak untuk

    diatasi. Ada beberapa masalah yang teridentifikasi diantaranya:

    - Kedisiplinan siswa masih perlu ditingkatkan

    - Prestasi belajar siswa perlu ditingkatkan

    - Motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan

  • 12

    - Inovasi pembelajaran perlu ditingkatkan

    - Pembelajaran berbasis TIK perlu ditingkatkan

    - Kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajar perlu ditingkatkan

    - Supervisi akademik perlu ditingkatkan

    - Sarana dan prasarana pembelajaran perlu ditingkatkan

    - Pencitraan lingkungan sekolah perlu ditingkatkan

    - Praktik kewirausahaan perlu ditingkatkan

    Dari masalah-masalah tersebut yang paling mendesak untuk segera diatasi menurut

    penulis adalah masalah yang ada pada Guru terutama kemampuan Guru dalam

    menyusun kelengkapan mengajar.

    Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengadakan kegiatan

    In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar kepada seluruh Guru MI Raudlatul

    Athfal Astana. Diharapkan setelah dilakukan kegiatan In-House Training kemampaun Guru

    dalam menyusun kelengkapan mengajar akan meningkat.

    2) Perumusan Skenario Tindakan

    Sebelum kegiatan In-House Training dilakukan terlebih dahulu penulis menetapkan

    scenario tindakan sebagai berikut:

    o Menyebarkan angket kepada seluruh Guru untuk mengetahui respon Guru terhadap

    pentingnya memiliki kelengkapan mengajar, latar belakang pendidikan dengan mata

    pelajaran yang diajarkan, pengalaman mengajar, perlu atau tidak In-House Training

    dilakukan, dan untuk mengetahui motivasi Guru dalam menyusun kelengkapan

    mengajar.

    o Mendata Guru yang akan mengikuti kegiatan In-House Training berdasarkan data hasil

    pemeriksaan kelengkapan mengajar pada masing-masing Guru dari hasil pemeriksaan

    tersebut penulis memutuskan seluruh Guru perlu mengikuti kegiatan In-House Training

    yang terdiri dari 5 orang Guru Kelas dan 2 orang Guru Mata Pelajaran.

    o Melaksanakan kegiatan In-House Training

    o Tugas individu penyusunan kelengkapan mengajar

    o Melakukan refleksi kelengkapan mengajar yang telah disusun oleh Guru

    o Menentukan program tindak lanjut

  • 13

    Lebih jelasnya seperti pada bagan berikut:

    3) Persiapan Tindakan

    Setelah menetapkan scenario tindakan penulis melakukan persiapan untuk melaksanakan

    kegiatan In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar yang meliputi:

    - Menentukan fasilitator penyusunan kelengkapan mengajar yang menguasai teknik

    penyusunan Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes) dan Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam hal ini penulis menunjuk satu orang Kepala

    Madrasah dan satu orang Koordinator Kurikulum dan Humas.

    - Menyiapkan kalender pendidikan, menyiapkan format Prota, Promes dan RPP

    - Membuat surat undangan perihal mengikuti kegiatan In-House Training penyusunan

    kelengkapan mengajar beserta jadwal pelaksanaan

    - Mempersiapkan lembar observasi

    4) Pelaksanaan Tindakan

    Setelah semua persiapan dilakukan dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan In-House

    Training penyusunan kelengkapan mengajar. Pada siklus 1 ini kegiatan In-House Training

    dilaksanakan selama dua hari yaitu pada tanggal 3 s.d 4 Januari 2020 dengan waktu 17 jam

    yang materinya meliputi:

    o Teknik penghitungan pekan efektif, Teknik penyusunan Program Tahunan (Prota),

    Teknik penyusunan Program Semester (Promes), Teknik penyusunan Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

    o Penyampaian materi berakhir dilanjutkan dengan tugas individu penyusunan

    kelengkapan mengajar

    o Setelah In-House Training berakhir, penulis meminta seluruh peserta mengumpulkan

    kelengkapan mengajar dalam bentuk file yang terdiri dari Program Tahunan (Prota), Program

    Semester (Promes) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

    o Kegiatan berikutnya penulis melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan mengajar

    yang telah disusun oleh Guru dalam bentuk file tersebut kemudian menganalisis data

    sesuai dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

    Tugas Individu Mendata Peserta Pelaksanaan IHT

    Tindak Lanjut Refleksi

  • 14

    o Dari hasil analisis tersebut kemudian penulis melakukan refleksi untuk menentukan

    program tindak lanjut

    2. Siklus 2

    Setelah siklus 1 berakhir dan telah melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh pada siklus

    1 tersebut, pada siklus 2 ini penulis melakukan kegiatan In-House Training Tahap 2 karena:

    a. Prosentase Guru yang menyelesaikan kelengkapan mengajar belum mencapai 100%

    b. Kelengkapan mengajar yang telah disusun oleh Guru ternyata masih belum sepenuhnya

    sesuai dengan yang diharapkan yaitu masih perlu penyempurnaan. Hal tersebut disebabkan

    karena setelah penyusunan kelengkapan mengajar dilakukan ternyata mengalami

    permasalahan-permasalahan teknis sehingga perlu penyamaan persepsi.

    In-House Training Tahap 2 dilakukan selama satu hari yaitu pada tanggal 22 Januari 2020

    dilanjutkan dengan tugas individu untuk menyelesaikan tugas tersebut bagi beberapa peserta

    yang belum selesai dan menyempurnakan bagi beberapa peserta yang sudah selesai namun

    masih ada kesalahan-kesalahan kecil. Lama waktu penyelesaian tugas individu tersebut penulis

    tetapkan selama 5 hari terhitung mulai tanggal 22 Januari 2020. Hasil tugas individu tersebut

    dikumpul dalam bentuk print out kepada Kepala Madrasah pada tanggal 27 Januari 2020.

  • 15

    BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Adapun hasil yang diperoleh dari Penelitian Tindakan Kepengawasan yang berjudul Peningkatan

    Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar Melalui In-House Training pada MI

    Raudlatul Athfal Astana, dapat penulis jelaskan sebagai berikut:

    A. Hasil Angket Sebelum In-House Training Dilakukan

    Tabel 1: Pentingnya memiliki kelengkapan mengajar Guru MI Raudlatul Athfal Astana

    No Alternatif Jawaban %

    1 Sangat Setuju 57.4

    2 Setuju 42.6

    3 Cukup Setuju 0.00

    4 Tidak Setuju 0.00

    5 Sangat Tidak Setuju 0.00

    100

    Dari table di atas menyatakan bahwa 57.4% Guru menyadari bahwa sebagai seorang Guru sangat

    penting memiliki kelengkapan mengajar sebelum melaksanakan proses pembelajaran dan 42.6%

    menyatakan penting memiliki kelengkapan mengajar. Hal tersebut berarti secara keseluruhan Guru

    MI Raudlatul Athfal Astana menyatakan penting untuk memiliki kelengkapan mengajar.

    Hal ini sanghatlah beralasan karena dengan memiliki kelengkapan mengajar yang baik sangat

    membantu kelancaran dalam proses pembelajaran. Selain itu dengan kelengkapan mengajar akan

    memberi kesempatan bagi Guru sebagai pendidik untuk merancang pembelajaran sesuai dengan

    kebutuhan peserta didik, kemampuan peserta didik dan fasilitas yang dimilki sekolah. Demikian

    pula dengan memiliki kelengkapan mengajar proses pembelajaran yang dilakukan akan lebih

    terarah, karena tujuan pembelajaran, materi yang akan diajarkan, metode dan penilaian yang

    digunakan telah dirancang dengan berbagai pertimbangan.

  • 16

    Tabel 2: Ketidaksesuaian mata pelajaran yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan Guru

    MI Raudlatul Athfal Astana

    No Alternatif Jawaban %

    1 Sangat Setuju 11.2

    2 Setuju 33.4

    3 Cukup Setuju 44.2

    4 Tidak Setuju 11.2

    5 Sangat Tidak Setuju 0.00

    100

    Tabel diatas menyatakan bahwa hanya 11.2% guru yang merasa mata pelajaran yang diajarkan

    sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 44.2% menyatakan cukup setuju atau ragu-ragu hal

    ini mungkin Guru merasa mata pelajaran yang diajarkan memang tidak sesuai dengan latar

    belakang pendidikannya namun mereka merasa mampu mengajarkan mata pelajaran yang

    diajarkan mungkin karena mata pelajaran yang diajarkan tersebut masih satu rumpun dengan latar

    belakang pendidikannya. Selebihnya menjawab setuju yang berarti sekitar 44.6% merasa mengajar

    tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Hal ini terjadi karena MI Raudlatul Athfal

    Astanapada awal berdirinya sangat kesulitan mencari tenaga pengajar sehingga pada waktu itu

    berlaku pepatah tidak ada rotan akarpun jadi.

    Tabel 3: Kurangnya Pengalaman Mengajar Guru MI Raudlatul Athfal Astana

    No Alternatif Jawaban %

    1 Sangat Setuju 0.00

    2 Setuju 33.3

    3 Cukup Setuju 22.3

    4 Tidak Setuju 44.4

    5 Sangat Tidak Setuju 0.00

    100

    Dari table tersebut diatas dapat diartikan bahwa 44.4% menyatakan tidak setuju kalau pengalaman

    mengajarnya dikatakan kurang, dengan kata lain 44.4% tersebut Guru merasa sudah

    berpengalaman dalam mengajar sedangkan sisanya 55.6% Guru merasa dirinya belum

    berpengalaman mengajar. Hal ini dikarenakan mungkin mereka belum lama diangkat sebagai Guru

    dan mungkin juga beberapa diantaranya bukan berlatar belakang dari kependidikan.

  • 17

    Tabel 4: Perlunya In-House Training Penyusunan Kelengkapan Mengajar Pada MI

    Raudlatul Athfal Astana

    No Alternatif jawaban %

    1 Sangat Setuju 22.7

    2 Setuju 47.7

    3 Cukup Setuju 11.6

    4 Tidak Setuju 18.0

    5 Sangat Tidak Setuju 0.00

    100

    Tabel diatas mengindikasikan bahwa hanya 18.0% saja Guru merasa tidak perlu In-House Trainiing

    Penyusunan kelengkapan mengajar hal ini terjadi mungkin karena mereka sudah cukup

    berpengalaman dalam mengajar sehingga tanpa In-House Training mereka merasa sudah bisa

    menyusun kelengkapan mengajar. 11.6% menjawab cukup setuju/ragu-ragu mungkin mereka

    belum mengetahui dengan jelas tentang materi yang akan disampaikan dalam In-House Training

    sehingga mereka merasa tidak yakin apakah sudah bisa atau belum bisa materi tersebut.

    Sedangkan sisanya 70.0% menyatakan perlu diadakan In-House Training penyusunan

    kelengkapan mengajar, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar Guru MI

    Raudlatul Athfal Astana mengharapkan adanya In-House Training penyusunan kelengkapan

    mengajar. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar Guru menyadari bahwa dirinya belum

    memiliki kelengkapan mengajar dan merasa pengalaman mengajarnya masih kurang serta mata

    pelajaran yang diajarkan kurang sesuai dengan latar belakang pendidikannya sehingga masih

    kesulitan dalam menyusun kelengkapan mengajar.

    Tabel 5: Motivasi Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar Pada

    MI Raudlatul Athfal Astana

    No Alternatif Jawaban %

    1 Sangat Setuju 33.3

    2 Setuju 66.7

    3 Cukup Setuju 0.00

    4 Tidak Setuju 0.00

    5 Sangat Tidak Setuju 0.00

    100

    Dari table tersebut diatas 100% Guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti In- House

    Training dan memiliki keinginan yang kuat untuk membuat kelengkapan mengajar bahkan akan

    menggunakan kelengkapan mengajar tersebut sebagai penunjang proses pembelajaran. Hal ini

    berarti seluruh Guru MI Raudlatul Athfal Astana menyadari pentingnya memiliki kelengkapan

    mengajar. Dengan demikian In-House Training penyusunan kelengkapan mengajar memang perlu

  • 18

    dilakukan dan mendapat dukungan yang kuat dari para Guru. Dengan demikian diharapkan setelah

    In-House Training dilakukan kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajar akan

    meningkat.

    B. Hasil yang diperoleh pada Siklus 1

    Tabel 6: Hasil In-House Training Tahap 1

    NO. NAMA GURU

    GURU KELAS 4 GURU PJOK (RUMPUN

    MAPEL UMUM) GURU SKI

    (RUMPUN PAI)

    % Pro

    Ta

    Pro

    Mes

    Pro

    Pem RPP

    Pro

    Ta

    Pro

    Mes

    Pro

    Pem RPP

    Pro

    Ta

    Pro

    Mes

    Pro

    Pem RPP

    1 Abu Syafiq, S.Pd v v v v 75,0 Guru Kelas

    2 Tarbiyah, SPd.I v v v v 75,0 Guru Kelas

    3

    Salimah, S.Pd.I v v v v 41,0 Guru Kelas

    4 ZAINI, S.PdI v v v 75,0 Guru PJOK

    5

    MALIKHATUN, S.Pd.I v v v 41.6 Guru Kelas

    6 RUKHIYAH, S.Pd.I v v v v 83.3 Guru Kelas

    7 FAUZI, S.Ag, M.Pd v v 66.6 Guru SKI

    Jumlah 8 8 5 7 4 5 1 8 3 4 1 7

    Prosentase (%) 88,89 88,89 55,56 77,78 44,44 55,56 11,11 88,89 33,33 44,44 11,11 77,78 58,23

    Pada siklus 1 berdasarkan data dari table diatas dapat dijelaskan bahwa seluruh Guru sudah mulai

    menyusun kelengkapan mengajar walaupun belum ada seorangpun Guru yang berhasil

    menyelesaikan kelengkapan mengajar dengan lengkap namun demikian sudah ada satu orang

  • 19

    Guru menyelesaikan 83%, tiga orang Guru menyelesaikan 75% dan yang lainnya masih dibawah

    70% dan yang paling rendah (paling sedikit) berhasil menyusun kelengkapan mengajar adalah

    sebesar 16,6%.

    Kelengkapan mengajar yang paling banyak terselesaikan pada siklus 1 adalah Prota (Program

    Tahunan) dan Promes (Program Semester) kelas 6 yaitu sebesar 88,89%. Ini berarti ada

    kecenderungan Guru memulai menyusun kelengkapan mengajar dari siswa yang terbaru yaitu

    siswa kelas 6 kemungkinan Guru memprioritaskan siswa baru karena dianggap lebih perlu

    diperhatikan terutama dalam proses belajar mengajar dibanding kelas diatasnya karena masih

    dalam tahap penyesuaian sehingga perlu dirancang terlebih dahulu. Kemungkinan lain ada

    kecenderungan terbiasa memulai sesuatu dari yang terendah kemudian meningkat ke yang lebih

    tinggi seperti halnya berhitung selalu mulai dari satu.

    Selain data seperti telah dijelaskan diatas, terdapat satu data yang menggambarkan bahwa ada

    seorang Guru yang baru menyelesaikan kelengkapan mengajar hanya 16,6%. Hal ini kemungkinan

    disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, mungkin yang bersangkutan belum lancar

    menggunakan computer karena dalam mengerjakan tugas tersebut tugas (kelengkapan mengajar)

    dikumpul dalam bentuk file. Kemungkinan lain yang bersangkutan masih belum begitu paham cara

    menyusun kelengkapan mengajar tersebut sehingga menjadi lambat dalam mengerjakannya. Atau

    mungkin juga karena yang bersangkutan tidak meluangkan waktu untuk focus pada penyelesaian

    tugas tersebut.

    Selanjutnya dari table terlihat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) kelas 6I juga 88,9%

    tersusun oleh Guru. Bahkan ada Guru yang belum menyusun Prota (Program Tahunan) dan

    Promes (Program Semester) untuk kelas 6I namun sudah menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran) untuk siswa kelas 6I. Hal ini kemungkinan disebabkan karena Guru tersebut

    menganggap bahwa Prota dan Promes untuk kelas 6 sama saja dengan Prota dan Promes kelas

    6I sehingga bisa saja disusun belakangan yang penting sudah ada RPPnya

    Secara umum, pada siklus 1 sudah seluruh Guru mulai menyusun kelengkapan mengajar (58,23%

    ) namun demikian masih perlu dilakukan tindak lanjut terhadap kegiatan In-House Training tersebut

    karena indicator keberhasilan In-House Training ini adalah 100% Guru berhasil menyelesaikan

    penyusunan kelengkapan mengajar.

  • 20

    Setelah dilakukan refleksi terhadap siklus 1 ternyata ada dua hal yang perlu mendapat perhatian

    sebagai tindak lanjut yaitu:

    1. Prosentase Guru yang menyelesaikan kelengkapan mengajar belum mencapai 100%

    2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun oleh Guru ternyata masih belum sepenuhnya

    sesuai dengan panduan/pedoman sehingga masih perlu penyempurnaan seperti termuat pada

    lampiran (table refleksi siklus 1)

    C. Hasil yang diperoleh pada Siklus 2.

    Pada siklus 2, In-House Training dilakukan untuk menyempurnakan hasil yang diperoleh pada siklus

    1 karena setelah dilakukan refleksi ternyata ada dua hal yang perlu ditingkatkan yaitu:

    1. Prosentase Guru yang menyelesaikan kelengkapan mengajar belum mencapai 100%

    2. Kelengkapan mengajar yang telah disusun oleh Guru ternyata masih belum sepenuhnya sesuai

    dengan yang diharapkan yaitu masih perlu penyempurnaan.

    Setelah melalui In-House Training tahap 2 yang dilakukan pada tanggal 22 Januari 2020 dan diberi

    waktu tambahan selama 5 hari untuk menyelesaikan tugas penyusunan kelengkapan mengajar yang

    terdiri dari Prota (Program Tahunan) Promes (Program Semester), Propem (Program Pembelajaran)

    dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), maka hasil dari kegiatan tersebut adalah seperti

    table berikut:

    Tabel 7: Hasil In-House Training Tahap 2

    NO. NAMA GURU/

    GURU KELAS 4 GURU PJOK (RUMPUN

    MAPEL UMUM) GURU SKI

    (RUMPUN PAI)

    %

    MATA PELAJARAN Pro

    Ta

    Pro

    Mes

    Pro

    Pem RPP

    Pro

    Ta

    Pro

    Mes

    Pro

    Pem RPP

    Pro

    Ta

    Pro

    Mes

    Pro

    Pem RPP

    1 Abu Syafiq, S.Pd v v v v 100,0

    Guru Kelas

    2 Tarbiyah, SPd.I v v v v 100,0

    Guru Kelas

    3

    Salimah, S.Pd.I v v v v 100,0

    Guru Kelas

    4 ZAINI, S.PdI V v v v 100,0

    Guru PJOK

    5

    MALIKHATUN, S.Pd.I v v v v 100,0

    Guru Kelas

    6 RUKHIYAH, S.Pd.I v v v v 100,0

    Guru Kelas

    7 FAUZI, S.Ag, M.Pd v v v 83,0

    Guru SKI

    Prosentase (%) 100 100 87,5 100 77,7 100 88,8 88,8 88,8 87,5 75 87,5

  • 21

    Dari table 7 di atas terlihat bahwa telah terjadi peningkatan prosentase Guru yang berhasil

    menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar yaitu 58,23% menjadi 91,6%. Dari table juga

    terlihat bahwa seluruh Guru telah meningkat kemampuannya dalam menyusun kelengkapan

    mengajar hal tersebut dapat dilihat dari prosentase kelengkapan mengajar yang diselesaikan pada

    siklus 1 dan dibandingkan dengan prosentase kelengkapan mengajar yang diselesaikan pada

    siklus 2.

    Agar lebih jelas, peningkatan prosentase tersebut seperti pada table berikut:

    Tabel 8: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar

    NO. NAMA GURU PROSENTASE

    PADA SIKLUS 1 PROSENTASE

    PADA SIKLUS 2 PENINGKATAN

    1 ABU SYAFIQ, S.Pd 75,0% 100% 25,0%

    2 TARBIYAH, S.Pd.I 75,0% 100% 25,0%

    3 SALIMAH, S.Pd.I

    41,0% 100% 59,0%

    4 ZAINI, S.Pd.I 75,0% 100% 25,0%

    5 MALIKHATUN, S.Pd.I 41,6% 100% 58,4%

    6 RUKHIYAH, S.Pd.I

    83,3% 100% 16,7%

    7 FAUZI, S.Ag, M.Pd

    66,6% 83,0% 16,4%

    Secara umum seluruh Guru telah terjadi peningkatan kemampuan dalam penyusunan kelengkapan

    mengajar. Namun seperti data yang terlihat pada table 8 di atas masih ada dua orang Guru belum

    berhasil menyelesaikan keseluruhan kelengkapan mengajar yang ditargetkan. Menurut

    pengamatan penulis, salah satu dari dua orang Guru tersebut dikarenakan belum menguasai

    keterampilan komputer sehingga dalam mengerjakan tugas tersebut sangat terhambat. Sedangkan

    seorang lagi, menurut pengamatan penulis sebenarnya cukup menguasai keterampilan komputer

    namun yang bersangkutan kebetulan pada saat tugas diberikan ada masalah keluarga sehingga

    belum sempat menyelesaikan tugas yang diberikan.

    Tindak lanjut dari siklus 2 adalah:

    1. Peserta (Guru) yang belum menguasai keterampilan komputer tersebut dilakukan mentoring

    dan diberi tambahan waktu untuk menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar.

    2. Peserta yang ada masalah keluarga tersebut diberi kebijakan berupa tambahan waktu untuk

    menyelesaikan penyusunan kelengkapan mengajar tersebut.

  • 22

    BAB V PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan data yang dihimpun serta diinterpretasikan oleh penulis, maka

    dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Secara keseluruhan Guru MI Raudlatul Athfal Astana menyatakan penting untuk memiliki

    kelengkapan mengajar.

    2. Sebagian besar Guru MI Raudlatul Athfal Astana merasa bahwa pengalaman mengajarnya

    masih minim pada mata pelajaran yang diajarkan, latar belakang pendidikan tidak begitu

    sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan pengetahuan tentang penyusunan

    kelengkapan mengajar masih kurang.

    3. Seluruh Guru MI Raudlatul Athfal Astana menghendaki adanya In-House Training

    penyusunan kelengkapan mengajar.

    4. 100% Guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti In-House Training dan memiliki

    keinginan yang kuat untuk membuat kelengkapan mengajar dan akan menggunakan

    kelengkapan mengajar tersebut sebagai penunjang proses pembelajaran.

    5. Pada Siklus 1 terdapat 58,23% Guru berhasil menyelesaikan penyusunan kelengkapan

    mengajar dan pada Siklus 2 terdapat 91,66% Guru berhasil menyelesaikan penyusunan

    kelengkapan mengajar. Jadi ada peningkatan kemampuan Guru dalam menyusun

    kelengkapan mengajar sebesar 33,43%

    6. Untuk meningkatkan kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajat pada MI

    Raudlatul Athfal Astana dapat dilakukan melalui kegiatan In-House Training.

    B. Saran

    Sebagai bagian akhir dari penulisan ini, ada beberapa saran yang perlu penulis kemukakan

    berkaitan dengan “peningkatan kemampuan Guru dalam menyusun kelengkapan mengajar

    melalui In-House Training pada MI Raudlatul Athfal Astana” yaitu:

    1. Bagi kepala sekolah hendaknya secara berkala melakukan pemeriksaan terhadap

    kelengkapan mengajar Guru, agar para Guru senantiasa melaksanakan proses

    pembelajaran secara terencana.

  • 23

    2. Kepala sekolah perlu melakukan bimbingan kepada para Guru khususnya dalam

    penyusunan kelengkapan mengajar terutama kepada Guru yang masih pemula atau Guru

    yang mengajar bukan pada bidangnya karena ada kecenderungan mengalami kesulitan dalam

    menyusun kelengkapan mengajar.

    3. Kepala sekolah perlu melakukan kegiatan penyegaran kepada para Guru agar dapat

    mengikuti perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam penyusunan

    kelengkapan mengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan In-House Training

    4. Bagi Guru hendaknya setiap awal tahun pelajaran menyusun kelengkapan mengajar sesuai

    dengan standarisasi yang berlaku. Selanjutnya, kelengkapan mengajar yang telah disusun

    hendaknya digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

    5. Guru yang pengetahuan dan pengalamannya masih kurang agar dapat meminta bimbingan

    atau berkoordinasi dengan teman sejawat yang lebih berpengalaman atau meminta

    bimbingan kepada kepala sekolah atau yang ditunjuk.

  • 24

    DAFTAR PUSTAKA

    Rahmat Saripudin, Tuesday, 28 October 2008 14:51, Peningkatan Mutu Pembelajaran. Media Kita. Nurulfikri.sch.id/inde6.php

    http://rastodio.com/pendidikan/pengertian-mengajar.html (diakses tanggal 2 Januari

    2020) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

    Nasional Pendidikan

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

    BSNP.2007.Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum

    Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.Depdiknas.

    Dadang Dahlan, In-house Training sebagai Sarana Peningkatan Kualitas Guru

    Tsanawiyah, file.upi.edu/al.php

    Dhony Firmansyah,S.Si.2008.Karya Tulis disampaikan dalam Pelatihan “Sukses

    Membuat Proposal Penelitian yang Bermutu” Kumiko Education Centre.

  • BERITA ACARA SEMINAR

    Pada hari Senin tanggal 20 Januari 2020 Bertempat di MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang Kabupaten Serang telah dilaksanakan kegiatan Seminar Pendidikan. Pada kegiatan tersebut dipaparkan hasil penelitian di bidang pendidikan dengan judul , “Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-1 Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar

    melalui In House Training di MI Raudlatul Athfal Astana “. Yang disajikan oleh : H. KHOLID, M.Pd. Hadir pada kegiatan ini 8 orang peserta. Ketua Panitia Notulis

    FAUZI, S.Ag, M.Pd ABU SYAFIQ, S.Pd NIP. -

  • NOTULA SEMINAR Tangal : 20 Januari 2020 Tempat : MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang Kabupaten Serang Acara : Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-1 Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar melalui In House Training di MI Raudlatul Athfal Astana Notulis : ABU SYAFIQ, S.Pd 1) Resume Pemaparan Narasumber

    Kegiatan Penelitian Tindakan Kepengawasan ini merupakan salah satu bagian dari tugas kepengawasan dalam rangka memecahkan segala persoalan yang dihadapi, baik oleh guru, kepala madrasah mengelolan lembaga pendidikan. Bagi pengawas, kegiatan ini dilakukan dalam rangka membuat peta dan identifikasi permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.

    Kegiatan PTKp ini bertujuan untuk menganalisis segala permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing madrasah binaan untuk kemudian secara bersama-sama mencari jalan penyelesaian dan mencari solusi melalui tindakan-tindakan tertentu yang relevan dengan permasalahan yang ada.

    Masalah yang dihadapi di MI Raudlatul Athfal Astana ini adalah kelengkapan administrasi mengajar guru yang masih belum atau bahkan jauh dari kata memenuhi standar administrasi yang seharusnya dimiliki oleh guru. Oleh karenanya, penting bagi pengawas pembina dengan dibantu oleh kepala Madrasah dan seluruh dewan guru MI Raudlatul Athfal untuk bersama-sama menyelesaikan yang dihadapi sehingga bisa terpenuhinya standar administrasi yang sesuai ketentuan.

    2) Tanya Jawab:

    1. Tarbiyah Apa saja standar minimal administrasi atau kelengkapan mengajar yang harus dimiliki oleh guru tersebut? Jawaban Narasumber: Standar minimal administrasi yang harus dimiliki oleh guru tersebut adalah analisis kalender pendidikan, program tahunan, program semester, silabus, RPP, kisi-kisi soal

    2. Salimah Kegiatan yang akan dilakukan sebagai bentuk tindakan untuk mengatasi masalah ini dengan cara apa??

  • Jawaban Narasumber : In House Training atau pelatihan yang dilakukan di madrasah ini sesuai dengan dimana masalah itu ada

  • Hal : Undangan

    Serang, 20 Januari 2020

    Kepada: Yth Bapak/Ibu……………………………….. di-

    t e m p a t

    Dengan hormat Salam sejahtera semoga kita semua senantiasa dalam lindungan

    Allah SWT, dan senantiasa diberikan kekuatan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.

    Dalam rangka melaksanakan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan serta meningkatkan kompetensi pengawas, terutama di bidang penelitian dan pengembangan bidang pendidikan, maka bersama ini kami mengharapkan kehadiran Bapak/ Ibu pada: Hari : Senin Tanggal : 20 Januari 2020 Pukul : 08.00 WIB s.d. Selesai Tempat : MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang Kabupaten Serang Acara : Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-1 Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar melalui In House Training di MI Raudlatul Athfal Astana Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terimakasih.

    Wassalam, Ketua Panitia,

    FAUZI, S.Ag, M.Pd NIP. -

  • BERITA ACARA SEMINAR

    Pada hari Sabtu tanggal 25 Januari 2020 Bertempat di MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang Kabupaten Serang telah dilaksanakan kegiatan Seminar Pendidikan. Pada kegiatan tersebut dipaparkan hasil penelitian di bidang pendidikan dengan judul , “Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-2 Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar

    melalui In House Training di MI Raudlatul Athfal Astana “. Yang disajikan oleh : H. KHOLID, M.Pd. Hadir pada kegiatan ini 8 orang peserta. Ketua Panitia Notulis

    FAUZI, S.Ag, M.Pd ABU SYAFIQ, S.Pd NIP. -

  • NOTULA SEMINAR Tangal : 25 Januari 2020 Tempat : MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang Kabupaten Serang Acara : Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-2 Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar melalui In House Training di MI Raudlatul Athfal Astana Notulis : ABU SYAFIQ, S.Pd 1) Resume Pemaparan Narasumber

    Segala masalah yang dianggap masih belum terselesaikan dan output kegiatan yang masih belum menunjukan hasil yang memuaskan, sudah dilakukan peninjauan untuk kemudian dilakukan review dan revisi sebagai dasar untuk melakukan tindakan pada siklus yang ke-2.

    Berdasarkan pengamatan dan penilaian dari tindakan yang telah dilakukan pada siklus yang ke-2, sebagian besar guru atau bahkan hampir 100% telah menyusun administrasi guru sesuai dengan standar minimal administrasi yang seharusnya dimiliki oleh guru.

    2) Tanya Jawab:

    1. Zulfah Kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan oleh guru apa?? Jawaban Narasumber: Selanjutnya, guru harus terus aware atau perduli terhadap pentingnya adminisrasi persiapan dan kelengkapan pelaksanaan tugasnya, terutama bagi guru2 yang PNS dan yang sudah tersertifikasi.

    2. Tarbiyah Permohonan agar pengawas terus senantiasa melakukan pemeriksaan pada setiap semester untuk memastikan bahwa guru memiliki administrasi mengajar.? Jawaban Narasumber : Pengawasan dan Supervisi sudah merupakan tugas dari pengawas. Oleh karenanya, hal itu pasti akan trus dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas dan memastikan bahwa penyelenggaraan pendidikan sudah sesuai ketentuan.

  • Hal : Undangan

    Serang, 25 Januari 2020

    Kepada: Yth Bapak/Ibu……………………………….. di-

    t e m p a t

    Dengan hormat Salam sejahtera semoga kita semua senantiasa dalam lindungan

    Allah SWT, dan senantiasa diberikan kekuatan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.

    Dalam rangka melaksanakan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan serta meningkatkan kompetensi pengawas, terutama di bidang penelitian dan pengembangan bidang pendidikan, maka bersama ini kami mengharapkan kehadiran Bapak/ Ibu pada: Hari : Sabtu Tanggal : 25 Januari 2020 Pukul : 08.00 WIB s.d. Selesai Tempat : MI Raudlatul Athfal Astana Kecamatan Carenang Kabupaten Serang Acara : Refleksi Hasil Kegiatan Pengamatan Siklus Ke-2 Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp): Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun Kelengkapan Mengajar melalui In House Training di MI Raudlatul Athfal Astana Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terimakasih.

    Wassalam, Ketua Panitia,

    FAUZI, S.Ag, M.Pd NIP. -

  • DOKUMENTASI KEGIATAN

    1. Pra PTKp (identifikasi masalah melalui supervisi administrasi guru)

    2. Pelaksanaan In House Training (IHT)

  • 3. Domumentasi Seminar 1 (Refleksi Siklus 1)