laporan pendahuluan pre matur

33
1. DEFINISI Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta dilatasi dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge, 2008). Persalinan spontan (eustosia) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang sudah cukup bulan, melalui jalan lahir (pervaginam), dengan kekuatan ibu sendiri atau tanpa bantuan (Manuaba,2007) Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007). Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003, hlm. 31). Bayi premature adalah bayi dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, atau disebut neonates kurang bulan. 2. KLASIFIKASI Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa, yaitu:

Upload: shinta-nyil-unyil

Post on 20-Feb-2016

23 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Individu Prematur Untuk Memenuhi Tugas Blok Maternitas. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

TRANSCRIPT

1. DEFINISIPersalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua

unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

meningkat, serta dilatasi dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz &

Schorge, 2008).

Persalinan spontan (eustosia) adalah suatu proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin dan plasenta) yang sudah cukup bulan, melalui jalan lahir

(pervaginam), dengan kekuatan ibu sendiri atau tanpa bantuan

(Manuaba,2007)

Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang

dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500

gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu

(Wiknjosastro, 2007).

Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup

sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid

terakhir). Bayi prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur

kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar

bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi,

Handayani & Kusuma, 2003, hlm. 31).

Bayi premature adalah bayi dengan umur kehamilan kurang dari 37

minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa

kehamilan, atau disebut neonates kurang bulan.

2. KLASIFIKASI Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi

beberapa, yaitu:

a. Usia kehamilan 32–36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)

b. Usia kehamilan 28–32 minggu disebut persalinan sangat prematur

(very preterm)

c. Usia kehamilan 20-27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur

(extremely preterm)

Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:

a. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR)

b. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan

Lahir Sangat Rendah (BBLSR)

c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir

Ekstrim Rendah (BBLER) (Krisnadi, 2009)

Menurut WHO, prematuritas ini juga dibedakan dalam dua kelompok:

a. Prematuritas murni. Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan

sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari

37 minggu dengan berat badan 1800-2000 gram.

b. Bayi dismatur/ small for gestational age. Merupakan bayi dengan

berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi

lahir setelah sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500

gram.

Menurut kejadiannya persalinan premarure di golongkan menjadi 2,

yaitu:

a. Persalinan idiopatik/ spontan:

Yang termasuk persalinan jenis ini adalah persalinan akibat kehamilan

kembar, polihidroamnion, atau persalinan premature yang di dasari

psikososial dan gaya hidup. Persalinan ini merupakan persalinan tanpa

menggunakan peralatan kedokteran dala pelaksanaannya, berjalan

sesuai seperti persalinan pada kehamilan usia kandungan normal.

b. Persalinan latrogenik/elektif

Persalinan yang harus segera di lakukan saat kehamilan di duga dapat

membahayakan janindan ibunya. Janin harus di pindahkan di lingkungan

luar yang jauh lebih baik dari rahim ibunya. Kondisi ini dapat

menyebabkan persalinan premature buatan/ latrogenic yang di buat

elective preterm.

Beberapa keadaan ibu yang menyebabkan persalinan elektif antara lain :

1. Preeklamsia/eklamsia

2. Perdarahan antepartum (plasenta pervia dan solusio plasenta)

3. Korioamnionitis

4. Penyakit janin atau ginjal berat

Beberapa keadaan janin yang sering membahayakan persalinan antara

lain

1. Gawat janin (anemia, hipoksia, asidosis, atau gangguan jantung janin)

2. Infeksi intrauterine

3. Pertumbuhan janin terhambat

4. Isoimunisasi rhesus

3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKOPenyebab terjadinya kelahiran prematur biasanya tidak

diketrahui.15% dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda.

Persalinan prematur berdasarkan pengolangan faktor penyebab

(I.B.G. Manuaba dkk., 2007)

Pengolonga

n

Kriteria Keterangan

Golongan I Dapat terjadi prematur teratur tidak

menimbulkan proses  “rekuren”

solusio plasenta

plasenta previa

hidramnion /oligohidromnion

kehamilan ganda

kejadian persalinan prematur sangat

jarang berulang dengan sebab yang

sama

Golongan II resiko kejadian persalinan

prematur tidak dapat dikontrol

oleh penderita sendiri

hamil usia muda ,tua (umur

kurang 18 tahun atau diatas

40tahun )

terdapat anomali alat

reproduksi

-    sebagian masih dapat diupayakan

untuk dikendalikan

-     anomali alat reproduksi sebagian sulit

dikendalikan sekalipun dengan

tindakan operasi

Golongan III faktor yang menimbulkan pesalinan

prematur dapat dikendalikan

sehinga kejadian prematur dapat

diturunkan :

-  KEBIASAAN :

Merokok ketagin obat

Kebiasaan kerja keras ,kurang

tdur dan istirahat

Keadaan sosial ekonomi  yang

menyebabkan konsumsi gizi

nutrisi rendah

Kenali berat badan ibu hamil

yang kurang

Anomali serviks, serviks

inkompeten

Permasalahan yang dihadapi

golongan 111,sebagian besar

beraspek sosial sehingah peran nya

sebagai faktor pemicu persalinan

prematur dapat dikendalikan:

Kemampuan pengendalian faktor

sosial yang berada ditengah

masyarakat ,merupakan program

obstetr sosial

Keberhasilan nya akan dapat

dirasakan masyarakan dan

mempunyai nilai untuk

meningkatkan kemampuan

memberikan pelayanan bermutu

dan menyeluruh , sebagai stategi

sosial.

Faktor resiko bayi lahir prematur adalah sebagai berikut :

a. Faktor Iatrogenik (Indikasi Medis pada Ibu/ Janin)

Pengakhiran kehamilan yang terlalu dini dengan seksio sesarea

karena alasan bahwa bayi lebih baik dirawat di bangsal anak daripada

dibiarkan dalam rahim. Hal ini dilakukan dengan alasan ibu atau janin

dalam keadaan seperti diabetes maternal, penyakit hipertensi dalam

kehamilan dan terjadi gangguan pertumbuhan intrauterin (Oxorn, 2003).

b. Faktor Maternal

1) Umur ibu

Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35

tahun. Pada kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan

psikis masih kurang, misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan

kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia

lebih dari 35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan

daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa

diusia ini (Widyastuti, dkk, 2009).

Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi

mengalami penyulit obstetri serta morbiditas dan mortalitas perinatal.

Wanita berusia lebih dari 35 tahun memperlihatkan peningkatan

dalam masalah hipertensi, diabetes, solusio plasenta, persalinan

prematur, lahir mati dan plasenta previa (Cunningham, 2006).

2) Paritas ibu

Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang

dapat hidup (Saifuddin, 2007). Paritas adalah jumlah janin dengan

berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup

maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur

kehamilan lebih dari 24 minggu (Sumarah, 2008).

Macam paritas menurut Varney (2008) dibagi menjadi:

a) Nullipara

Golongan ibu dengan paritas 0 (belum pernah melahirkan)

b) Primiparitas

Seorang wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati untuk

pertama kali.

c) Multiparitas

Wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati 2-5 kali

d) Grande Multipara

Golongan ibu yang pernah melahirkan > 5 kali.

Berdasarkan hasil penelitian, ibu golongan multipara

mempunyai resiko 4 kali lebih besar dan ibu grande multipara

mempuyai resiko 5 kali lebih besar terhadap terjadinya kelahiran bayi

premature bila dibandingkan golongan nullipara dan primipara.

3) Trauma

Terjatuh, setelah berhubungan badan, terpukul pada perut

atau mempunyai luka bekas operasi/ pembedahan seperti bekas luka

SC merupakan trauma fisik pada ibu yang dapat mempengaruhi

kehamilan. Sedangkan trauma psikis yang dapat mempengaruhi

kehamilan ibu adalah stres atau terlalu banyak pikiran sehingga

kehamilan ibu terganggu. Ibu yang mengalami jatuh, terpukul pada

perut atau riwayat pembedahan seperti riwayat SC sebelumnya

(Oxorn, 2003).

Melakukan hubungan seksual dapat terjadi trauma kerena

menimbulkan rangsangan pada uterus sehingga terjadi kontraksi

uterus (Bobak, 2004). Sperma yang mengandung hormon

prostaglandin merupakan hormon yang dapat merangsang kontraksi

uterus.

4) Riwayat prematur sebelumnya

Persalinan prematur dapat terjadi pada ibu dengan riwayat

prematur sebelumnya (Rayburn, 2001). Menurut Oxorn (2003) risiko

persalinan prematur berulang bagi wanita yang persalinan

pertamanya preterm, dapat meningkat tiga kali lipat dibanding

dengan wanita yang persalinan pertamanya mencapai aterm.

Riwayat prematur sebelumnya merupakan ibu yang pernah

mengalami persalinan prematur sebelumnya pada kehamilan yang

terdahulu (Hacker, 2001) . Ibu yang tidak dapat melahirkan bayi

sampai usia aterm dapat disebabkan karena kandungan/ rahim ibu

yang lemah atau faktor lain yang belum diketahui jelas penyebabnya.

Wanita yang telah mengalami kelahiran prematur pada

kehamilan terdahulu memiliki risiko 20 % sampai 40 % untuk terulang

kembali (Varney, 2007). Persalinan prematur dapat terulang kembali

pada ibu yang persalinan pertamanya terjadi persalinan prematur dan

risikonya meningkat pada ibu yang kehamilan pertama dan kedua

juga mengalami persalinan prematur.

Pemeriksaan dan perawatan antenatal yang ketat pada ibu

hamil yang pernah mengalami prematur sebelumnya merupakan cara

untuk meminimalkan risiko terjadinya persalinan prematur kembali.

Selain itu kesehatan ibu dan janin dapat dijaga semaksimal mungkin

untuk menghindari besarnya persalinan prematur dapat terulang dan

membahayakan kelangsungan bayi yang dilahirkan.

5) Plasenta previa

Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen

bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga

perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks

(Varney, 2007). Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat menutupi

seluruh osteum uteri internum, sebagian atau tepi plasenta berada

sekitar pinggir osteum uteri internum (Wiknjosastro, 2007, p.365).

6) Inkompetensi serviks

Inkompetensi serviks merupakan kondisi ketidakmampuan

serviks untuk mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran

tiba karena efek fungsional serviks. Inkompetensi serviks ditandai

dengan terjadinya pembukaan serviks tanpa nyeri dan berakhir

dengan ketuban pecah dini saat preterm, sehingga terjadi kelahiran

preterm, bahkan lahirnya bayi sebelum mampu bertahan hidup di luar

rahim. Gejala yang terjadi dapat berupa pengeluaran cairan vagina

yang encer, tekanan pada panggul, perdarahan per vaginam, dan

ketuban pecah dini preterm, namun pada sebagian besar wanita tidak

terjadi gejala apapun (Norwitz & Schorge, 2008).

7) Infeksi intra-amnion

Infeksi intra-amnion merupakan infeksi yang terjadi akibat

ketuban pecah lebih dari 18 jam. Agar tidak terjadi infeksi ini harus

menghindari ketuban pecah lebih dari 18 jam dalam persalinan

(Norwitz & Schorge, 2008).

8) Hidramnion

Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban

lebih dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang

persalinan sebalum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat

menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) pada bayi (Cunningham, 2006).

9) Hipertensi

Hipertensi yang menyertai kehamilan merupakan penyebab

terjadinya kematian ibu dan janin. Hipertensi yang disertai dengan

protein urin yang meningkat dapat menyebabkan preeklampsia/

eklampsia. Preeklampsia-eklampsia dapat mengakibatkan ibu

mengalami komplikasi yang lebih parah, seperti solusio plasenta,

perdarahan otak, dan gagal otak akut. Janin dari ibu yang mengalami

preeklampsia-eklampsia meningkatkan risiko terjadinya kelahiran

prematur, terhambatnya pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR), dan

hipoksia (Bobak, 2004).

10) Malnutrisi

Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap

janin seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran

mati maupun kematian neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang

baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan

kenaikan berat badan selama hamil (Varney, 2007).

c. Faktor Janin

1) Gemelli

Proses persalinan pada kehamilan ganda bukan multiplikasi

proses kelahiran bayi, melainkan multiplikasi dari risiko kehamilan

dan persalinan (Saifuddin, 2009). Persalinan pada kehamilan kembar

besar kemungkinan terjadi masalah seperti resusitasi neonatus,

prematuritas, perdarahan postpartum, malpresentasi kembar kedua,

atau perlunya seksio sesaria (Varney, 2007).

Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama,

dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah

pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan kembar

distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas

toleransi dan sering terjadi persalinan prematur. Kematian bayi pada

anak kembar lebih tinggi dari pada anak kehamilan tunggal dan

prematuritas meupakan penyebab utama (Wiknjosastro, 2007).

Persalinan pada kehamilan kembar meningkat sesuai dengan

bertambahnya jumlah janin, yaitu lama kehamilan rata-rata adalah 40

minggu pada kehamilan tunggal, 37 minggu pada kehamilan kembar

dua, 33 minggu pada kehamilan kembar tiga, dan 29 minggu pada

kehamilan kembar empat (Norwitz & Schorge, 2008).

2) Janin Mati Dalam Rahim (IUFD)

Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin

dalam uterus yang beratnya 500 gram atau lebih dan usia kehamilan

telah mencapai 20 minggu atau lebih (Saifuddin, 2006).

3) Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelainan

dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil

konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital,

umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil. BBLR

dengan kelainan kongenital diperkirakan 20% meninggal dalam

minggu pertama kehidupannya (Saifuddin, 2009).

d. Faktor Perilaku

1) Merokok

Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang setiap hari dapat

mengganggu pertumbuhan janin dan risiko terjadinya prematuritas

sangat tinggi (Sujiyatini, 2009).

2) Minum alkohol

Alkohol dapat mengganggu kehamilan, pertumbuhan janin tidak

baik sehingga kejadian persalinan prematur sangat tinggi pada ibu

yang mengkonsumsi minuman beralkohol (Sujiyatini, 2009).

e. Faktor demografi

Faktor demografi meliputi usia ibu, status mental, kondisi social

ekonomi, ras dan etnic.

Peran faktor ras dihubungkan dengan stress pola hidup atau adat

istiadat, persalinan prematur pada kulit hitam di amerika serikat jauh lebih

atau dibandingkan kulit putih.

Umur reproduksi yang sehat dan aman untuk hamil adalah 20 – 35

tahun. Pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis

masih kurang ,sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan

dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh, vitalitas serta

berbagai penyakit sering dapat menimpa.

4. PATOFISIOLOGITerlampir

5. MANIFESTASI KLINIS

Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervarasi,

bergantung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makinpremature/makin

kecil umur kehamilan saat dilahirkan makin besar pula perbedaannya

dengan bayi yang cukup bulan. Tanda dan gejala bayi premature yaitu :

a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram

c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cn

d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan rambut

kepala tidak jelas

e. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm

f. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

g. Rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau

kurang, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,

sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

h. Tumit mengilap, telapak kaki halus

i. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugue pada skrotum.

Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup

oleh labia mayora

j. Tonus otos lemah, sehingga bayi kurang aktif dan batuk masih lemah

atau tidak efektif, dan tangisnya lemah

k. Jaringan kelenjer mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan

jaringan lemak masih kurang

l. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit

(Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003 hlm. 33).

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Pemeriksaan glukosa darah terhadap terjadinya hipoglikemia

Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl

2. Pemantauan gas darah arteri (GDA)

Nilai normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 nya 50 -70

mmHg dan kadar PaCO2 nya 35 – 45 mmHg dan saturasi O2 harus 92 –

94 %.

3. Pemeriksaan kimia darah sesuai kebutuhan

- Hb (Hemoglobin) : Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 –

22,5 gr/dl

- Ht (Heatokrit) : Ht normal berkisar 45 -53 %

- LED (Laju Endap Darah) untuk anak – anak : Normalnya 0 – 13 mm/

jam

- Leukosit : Normalnya 10.000/ mm3

- Trombosit : Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000 / mm3

- Kadar serum/ plasma pada bayi premature (1 minggu) : Nilai

normalnya 14 – 27 mEq/L

- Jumlah eritrosit darah lengkap bayi (1-3 hari) : 4,0 – 6,6 juta/ mm3

- PH darah lengkap : nilai normalnya 7,35 – 7,5

4. Pemerikasaan bilirubin serum

Nilai normal n=bilirubin 6 ml/dl pada hari pertamakehidupan, 8 mg/dl pada

1 -2 hari dan 12 mg/dl pada 3- 5 hari. Jika nilai lebih dari menunjukkan

adanya gangguan hepar.

5. Pemeriksaan radologi

- Pemeriksaan USG : untuk mengevaluasi anatomi cabang

kantong empedu pada bay premature

7. PENATALAKSANAAN1. Perawatan di Rumah Sakit

Perawatan di rumah sakit di tekankan pada pengaturan suhu ingkungan

pemberian nutrisi dan O2 bila perlu karena belum sepurnanya alat – alat

organ bayi dan perlu penyesuaian lingkungan, selain itu juga perlu

adaanya pencegahan terhadap infeksi serta mencegah defisiensi vitamin

dan zat besi.

a. Pengaturan suhu

Incubator

Incubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil ,akibat

sistem pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum

sempurna maka suhunya bisa naik atau turun secara dratis.

Fungsi inkubaotr secara garis besar :

- Oksgenasi

Melalui oksigen suplemen dengan tudung kepala/ kanula

hidung/ ventilasi mekanik

- Observasi

Perawatan intensif modern yang canggih meliputi pengukuran

suhu,

respirasi, fungsi jantung, oksignasi dan aktivasi otak

- Perlindungan dari suhu dingin, infeksi, kebisingan, menjaga

tetap hangat dan membatasi eksposure kuman.

- Penyediaan gizi melalui sebuah saluran intravena kateter atau

nasogastrik tube

- Memudahkan administrasi obat

- Mempertahankan kesimbangan cairan dengan menyediakan

cairan dan enjaga kelembaban udara, baik kelembabannya

yang tinggi dari kult dan penguapan dari pernafasan bayi

Cara pengaturan suhu incubator.

1) Berat badan bayi kurang dari 2 kg suhu incubator di atur 350 C

2) Berat badan bayi 2- 2,5 kg suhu incubator di atur 340 C

3) Kelembaban : 50% - 60% terutama untuk bayi yang di indikasi

punya gangguan pernafasan

4) Suhu incubator dapat di turunkan 10 C setiap minggunya untuk

bayi dengan berat badan 2 kg dan berangsur angsur bisa

diletakkan di suhu ruangan (27 - 29) 0 C

Berat

Badan

Bayi

Suhu Inkubator Sesuai Usia

350 C 340 C 330 C 320 C

< 1,5 kgUsia 1 –

10 hari

Usia 11

hari – 3

minggu

Usia 3 – 5

minggu

Usia > 3

minggu

1,5 kg– 2,0

kg

Usia 1- 20

hari

Usia 11

hari – 4

Usia > 4

minggu

minggu

2,1 kg –

2,5 kg

Usia 1 – 2

bulan

Usia 3 hari

– 3 minggu

Usia > 3

minggu

> 2,5 kgUsia 1 -2

hari

Usia > 2

hari

Bila tidak ada incubator , bedong / tutup badan bayi lebih tebal dan

letakkan botol-botol berisi air panas di sekitarnya atau dengan

lampu petromaks dekat tempat tidur bayi.

Perspexheat shield di tempatkan pada kulit bayi dalam incubator.

Ini merupakan sebuah alat detector suhu yang bisa

mempertahankan suhu paten yang sudah di tentukan pada bayi

Bayi daam incubator hanya di pakaikan popok agar memudahkan

pengawasan keadaan umu, perubahan tingkah laku, warna kulit,

pernafasan , kejang dan lain-lain. Sehingga keluhan dapat di

tentukan dan di atasi secepatnya.

b. Pemberian ASI

Porsi yang di berikan pada bayi premature:

1) Bayi premature beratnya > 1.800 gram, usia gestasi >34 minggu

dapat langsung di susukan pada ibunya. Bila ASI belum

mencukupi bisa di berikan ASI donor dengan sendok atau cangkir

8 – 10 x/hari.

2) Bayi premature beratnya 1.500 – 1.800 gram, usia gestasi 32 – 34

minggu, refleks hisap belum baik, tapi menelan sudah baik,

berikan ASI pecah dengan 10 – 12 kali / hari

3) Bayi premature beratnya 1.250 – 1.500 gram, gestasi 30 – 31

minggu refleks hisap dan menelan belum ada, perlu ASI pecah

melalui pipa orogastrik / NGT 12x/ hari

c. Makanan atau nutrisi

- Bayi preature umumnya refleks hisap dan menelannya belum

sempurna, jadi perlu nutrisi yang di masukkan langsung

melalui oro gastric tube. Selain itu lambung (kapasitas) masih

kecil, tapi kebutuhan protein dan kalori lebih tinggi daripada

bayi normal. Protein 3 – 5 gram / hari, kalori 110 kal/ kg

BB/hari.

- Pemberian nutrisi dilakukan pada usia bayi 3 jam, agar tidak

terjadi hioglikemia dan hiperbilirubinemia.

- Sebelum pemberian makanan lakukan hisap cairan lambung

untuk mendeteksi atresia esophagus dan mencegah muntah.

- Jumlah cairan yang diberikan pertama kali 1- 5 ml/ jam dan

jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit tiap 12 jam.

Banyaknya cairan yang di berikan adalah 200 mg/kg/hari pada

akhir minggu kedua.

d. Mencegah infeksi

- Pisahkan bayi yang terinfeksi sejak lahir dengan yang tidak

- Galakkan teknik aseptic dan anti septic sebleum memegang

dan bersentuhan dengan bayi

- Bersihkan tempat tidur seminggu sekali dan segra setelah bayi

di pindah.

- Bersihkan pada waktu tertentu

- Gunakan 1 alat hanya pada satu bayi

- Petugas di bangsal neonatal harus memakai baju khusus

- Kulit dan tali pusat harus di bersihkan sebaik mungkin

- Pembatan pengunjung sangat perlu untuk di lakukan

e. Memberikan Sentuhan

Sentua dari ibu membantu mempercepat proses kenaikan BB dan

perbaikan kondisi bayi.

f. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan merawat

tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah

terjadinya infeksi. Pilihan perawatan tali pusat meliputi triple dye,

alcohol isopropyl, larutan povidon iodine, salep anti mikrobal atau

tanpa intervensi apapun..

Tali pusat merupakan sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dalam

rahim. Menjelang kesembuhannya tali pusat berubah warna menjadi

hitam. Dengan ini akan lepas dengan sendirinya antara 1 – 4 minggu.

Untuk mepercepat penyembuhan dan mnegindari infeksi, jagalah tali

pusat tetap kering dan terkena udara. Berikut beberaa hal penting

dalam perawatan tali pusat:

1) Sebelum tali pusat terlepas jangan memandikan bayi dengan

merendamnya dan jangan membasuh tali pusat sekalipun

dengan lap basah

2) Cuci tangan bersih bersih saatakan melakukan tindakan

3) Ambil kapas bulat yang telah di beri alcohol 70 %, bersihkan

sisa tali pusat terutama pangkalnya (yang menempel pada

perut bayi) dan lakukan dengan hati – hati terutama jik tali

pusat masih berwarna merah

4) Rendam perban atau kassa steri dalam alcohol 70 % lalu

bungkus sisa tali pusat, seluruh permukaan hingga pangkal

harus tertutup perban

5) Lilitan perban jangan terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan

6) Kenakan gurita bayi untuk menahan agar bungkus perban

tetap pada tempatnya

7) Jika pada area tersebut berwarna merah segera hubungi

dokter.

2. Perawatan di Rumah

a. Asupan Gizi

Bayi membutuhkan susu dengan protein tinggi, yaitu ASI. Pada bayi

premature organ hisapnya yang masih immature maka kurang

mampu untuk menyusu pada ibunya langsung, jadi ASI di berikan

dengan cara diperas dan diminumkan dengan sendokk atau pipet

perlahan cairan yang di berikan sekitar 50 – 60 cc/kg/BB/ hari dan

harus di naikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg/BB/ hari atau

sesuai dengan kemampuan bayi.

b. Jaga suhu tubuhnya

Bayi premature suhu tubuhnya tidak stabil, jadi orangrua harus

mengushakan suhu lingkungan atau ruangan agar tidak memicu

perubahan suhu bayi.

c. Jaga kebersihan lingkungan

d. Kangoro Mother Care (KMC)

KMC adalah kontak kulit di antara ibu dan bayi secara dini, terus

menerus dan di kombinasi dengan pemberian ASI eksklusif.

Tujuannya agar bayi tetap hangat. KMC dapat di mulai segera setelah

bayi lahir atau bayi sudah stabil dan dapat di lakukan di rumah sakit

maupun saat pulang. Metode ini merupakan salah satu metode

perawatan bayi lahir dengan berat bdan lahir rendah untuk mencegah

hipotermia.

Cara perawatannya dalam kedaan telanjang dada, bayi hanya

memakai popok dan topi danbayi di letakkan secara vertical / tegak di

dada diantara kedua payudara iu dimana ibu dalam keadaan

telanjang dada kemudian di selitmuti. Juga di sertai dengan

pemberian ASI ekskluif.

Keuntungan yang didapat dari metode kanguru bagi perawatan

bayi :

1. Meningkatkan hubungan emosional ibu dan anak

2. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernafasan bayi

3. Meningkatkan pertumbuhna dan berat badan bayi dengan lebih

baik

4. Mengurangi stress pada ibu dan bayi

5. Memperbaiki keadan emosi ibu dan bayi

6. Menngkatkan produksi ASI

7. Menurunkan resiko terinfeksi Selma perawatan di rumah

8. Mempersingkat massa rawat di rumah sakit.

Cara melakukan metode kanguru antara lain:

1. Berikan bayi pakian, topi, popok dan kaos kaki yang telah di

hangatkan lebih dahulu

2. Lettakan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung kekulit ibu

dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu.

Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada

bayi terletak di dada ibu dan kepala agak sedikit mendongak

3. Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari bdan ibu

dan bayi diletakkan diantara payudara ibu baju ditangkupkan

kemudian ibu emakai selndang yang dililitkan di perut ibu agar

bayi tidak terjatuh.

4. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi dapat digunakan handuk

atau kain lebar yang elastic atau kantung yang dibuat sedemikian

untuk menjaga tubuh bayi

5. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau

berdiri, duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur,

poisis ibu setengah duduk atau dengan jalan meletakkan

beberapa bantal di belakang punggung ibu

6. Bila ibu perlu istirahat dapat digantikan oleh ayah (KFC)

7. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, posisi

bayi, pemantauan bayi, cara pemberian ASI dan kebersihan ibu

dan bayi.

e. Kangoro Father Care (KFC)

Metode yang sama dengan KMC, akan tetapi pada KFC yang

melakukan adalah ayah.

8. KOMPLIKASIa. Sindrom distress pernafasan (RDS), karena pada stadium akhir akan

terbentuk membran hialin yang melapisi paru

b. Aspirasi pneumonia, karena refleks menelan dan batuk pada bayi

premature belum sempurna

c. Pendarahan intraventrikuler, pendarahan spontan pada ventrikel otak

lateral.

d. Fibroplasia retrolental, gangguan pada mata akibat oksigen yang

berlebihan

e. Hiperbilirubinemia, karena hepar pada bayi premature belum matang

f. Hipoglikemia, merupakan penyebab utama kerusakan otak pada periode

perinatal kadar glukosa darah kurang dari 20 mg/100 cc pada bayi kurang

bulan atau bayi prematur dianggap menderita hipoglikemia.

Komplikasi prematuritas pada neonates menurut K.J. Leveno dkk. (2009),

yaitu:

- Retinopati pada prematuritas (ROP) karena hiperoksigenasi

9. ASUHAN KEPERAWATANa. Pengkajian

1) Data identitas klien : nama, jenis kelamin, usia, riwayat kehamilan

(usia kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu), komplikasi

kehamilan dan persalinan, jenis persalinan

2) Keluhan utama : PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipoksia

ringan (340C), sedabg (30-340C), dan berat (<300C)

3) Riwayat kesehatan :

a) Riwayat prenatal : kunjungan kehamilan, kenaikan BB, komplikasi

kehamilan, konsumsi obat, perdarahan, penyakit ibu.

b) Intranatal : lama persalinan, komplikasi persalinan, terapi yang

diberikan, cara melahirkan (normal/SC), tempat melahirkan.

c) Post Natal : apsgar score, usaha nafas, kebutuhan resusitasi, obat

yag digunakan, trauma lahir, keluaran urin, interaksi ke orang tua.

4) Pemeriksaan fisik : berat badan sama dengan atau kurang dari 2500

gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 45 cm, lingkar

kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama

dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,

a) Kepala : caput succedanum (pembengkakan), cefalohematoma

(trauma kepala), keadaan rambut tipis, halus,

b) Mata : ikterik, anemis, bernanah

c) Telinga : Peningkatan kartilago lengkung daun telinga luar (usia

kehamilan 32 minggu), daun telinga kaku melengkung baik (usia

kehamilan 36 minggu-matur)

5) Sistem kardiovaskular : frekeuensi dan irama jantung rata-rata 120-

160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis

atau pucat, pengisian CRT (kurang dari 2 detik)

6) Sistem pernapasan : bentuk dada barel atau cembung, penggunaan

otot aksesoris, cuping hidung, interkostal, frekuensi dan keteraturan

pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah

stridor, wheezing, atau ronchi

7) Sistem gastrointestinal : distensi abdomen (lingkar perut bertambah,

kulit mengkilap), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi

bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi bau), refleks

menelan dan mengisap yang lemah

8) Sistem genitouria : abnormalitas genitalia pada wanita klitoris

menonjol, sedangkan laki-laki skrotum belum berkembang, tidak

menggantung dan testis belum turun, hipospadia, urin (jumlah,

warna, berat jenis)

9) Sistem neurologis dan musculoskeletal : gerakan bayi, refleks moro,

menghisap, menggenggam plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,

ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,

tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut, dan

lunak.

10) Sistem thermoregulasi (suhu) : suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan

11) Sistem integument : keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,

lesi, pemasangan infuse), tekstur dan turgor kulit kering halus, dan

terkelupas

b. Analisa Data

No. Data Etiologi Problem

1. DS : - DO :- Suhu tubuh dibawah

Etiologi dan faktor resiko

(persalinan prematur)

Hipotermia

normal

- Kulit dingin

- Dasar kuku sianotik

- Pengisian CRT

lambat

- Takikardia

- Pucat

BBLR/BLSR

Permukaan tubuh relatif lebih

luas dan jaringan lemak

subkutan yang tipis cenderung

Pemaparan dengan suhu luar

Kehilangan panas

Hipotermia

2. DS : - DO :- Adanya peningkatan

suhu tubuh

- Jumlah sel darah

putih lebih dari batas

normal

- Tanda- tanda infeksi

Etiologi dan faktor resiko

(persalinan prematur)

BBLR/BLSR

Terjadi prematuritas sistem

tubuh

Penurunan daya tahan tubuh

(sistem imun)

Resiko Infeksi

Resiko infeksi

3 DS : -DO :- Kulit kering

- Penurunan turgor

kulit

- Kelemahan

- Haus

- Refleks menghisap

dan menelan

- Pengeluaran feces

dan urin

Etiologi dan faktor resiko

(persalinan prematur)

BBLR/BLSR

Terjadi prematuritas sistem

tubuh

Imaturitas sentrum vital

Refleks menelan belum

sempurna

Resiko gangguan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

c. Prioritas Diagnosa Keperawatan1) Hipotermia b.d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu

lingkungan

2) Kekurangan volume cairan b.d ketidakmampuan keseimbangan cairan

dan elektrolit

3) Resiko infeksi b.d imaturitas fungsi imunologik

4) Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d refleks

menelan belum sempurna

d. Intervensi Keperawatan 1) Hipotermia b.d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu

lingkungan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

suhu tubuh kembali

Kriteria hasil:

Suhu tubuh kembali normal 36,5-37,5C

Kulit hangat

Sianosis (-)

Ekstremitas hangat

INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi tanda-tanda vital suhu

badan

2. Tempatkan bayi pada penghangat

incubator dan di bawah lampu pijar

3. Ganti pakaian atau alat tenun tempat

tidur bila basah

4. Perhatikan adanya takipnea atau

apnea dan sianosis

5. Pantau suhu bayi bila keluar dari

lingkungan hangat

1. Hipotermia membuat bayi cenderung

pada stress dingin

2. Mempertahankan lingkungan

termonetral

3. Menurunkan kehilangan suhu melalui

evaporasi

4. Tanda- tanda ini menandakan stress

dingin, yang meningkatkan konsumsi

oksigen dan kalori serta membuat

bayi cenderung asidosis

5. Kontak di luar tempat tidur khususnya

dengan orang tua, mungkin singkat

saja bila dimungkinkan untuk

Kolaborasi :

6. Berikan obat-obatan sesuai dengan

indikasi

mencegah stress dingin

6. Membantu mencegah kejang

berkenaan dengan perubahan fungsi

SSP yang disebabkan hipertemia

2) Kekurangan volume cairan b.d ketidakmampuan keseimbangan cairan

dan elektrolit

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

hidrasi klien mulai membaik

Kriteria hasil:

Turgor kulit elastis

Tidak ada edema

Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam

Elektrolit darah dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL

1. Timbang berat badan setiap hari

2. Bandingkan masukan dan keluaran

cairan setiap shift dan

keseimbangan kumulatif setiap

periode 24 jam

3. Evaluasi turgor kulit, membran

mukosa, dan fontanel anterior

4. Berikan ASI tiap 2 jam sebanyak 30

cc lewat sonde

Kolaborasi :

5. Pantau pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi seperti Ht

1. Berat badan adalah indikator sensitif

dari keseimbangan cairan

2. Keluaran harus 1-3 ml/ kgbb,

sementara kebutuhan terapi cairan

kira-kira 80-100 ml/kgbb/hari

3. Cadangan cairan dibatasi pada bayi

dengan BBLR

4. Pemberian ASI tiap 2 jam dapat

memenuhi kebutuhan cairan dalam

tubuh bayi

5. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht

diatas nilai normal (45-53%)

3) Resiko infeksi b.d imaturitas fungsi imunologik

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

resiko infeksi dapat dicegah

Kriteria hasil:

Suhu : 36-370C

Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

Leukosit : 5.000-10.000

INTERVENSI RASIONAL

1. Tingkatkan cara mencuci tangan 6

langkah pada staf, pekerja lain, dan

orangtua

2. Gunakan antiseptik sebelum

membantu prosedur

3. Observasi bayi terhadap tanda-

tanda infeksi seperti ketidakstabilan

suhu, takipnea

4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai

dengan prosedur

5. Lakukan teknik aseptic selama

penghisapan/suction, pemasangan

NGT, atau tindakan lainnya

Kolaborasi :

6. Pantau pemeriksaan laboratorium

sesuai dengan indikasi : jumlah

trombosit

1. Tingkatkan cara mencuci tangan 6

langkah pada staf, pekerja lain, dan

orangtua

2. Gunakan antiseptik sebelum

membantu prosedur

3. Observasi bayi terhadap tanda-tanda

infeksi seperti ketidakstabilan suhu,

takipnea

4. Lakukan perawatan tali pusat sesuai

dengan prosedur

5. Lakukan teknik aseptic selama

penghisapan/suction, pemasangan

NGT, atau tindakan lainnya

6. Kolaborasi :

7. Pantau pemeriksaan laboratorium

sesuai dengan indikasi : jumlah

trombosit

4) Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d refleks

menelan belum sempurna

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

bayi dapat mempertahankan status gizi

Kriteria hasil:

Refleks menelan dan menghisap adekuat

Turgor kulit membaik, kulit lembut dan tidak lembab

Mata tidak cekung

BAB dan BAK lancar

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji maturitas refleks berkenaan

dengan pemberian makan (misalnya

menghisap, menelan, batuk)

2. Auskultasi bising usus, kaji status fisik

dan status pernapasan

1. Menentukan metode pemberian

makan yang tepat pada bayi

2. Pemberian makan bayi stabil memiliki

peristaltik dapat dimulai 6-12 jam

setelah kelahiran. Jika distres

pernapasan ada cairan parenteral

3. Kaji berat badan dengan menimbang

berta badan setiap hari, kemudian

dokumentasikan pada grafik

pertumbuhan bayi

4. Pantau masukan dan pengeluaran.

Hitung konsumsi kalori dan elektrolit

setiap hari

5. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan

fontanel, turgor kulit, berat jenis urine,

kondisi membran mukosa, fluktuasi

berat badan

6. Kaji tanda-tanda hipoglikemia :

takipnea, pernapasan tidak teratur,

apnea, letargi, fluktuasi suhu, dan

diaphoresis. Pemberian makan buruk,

gugup, menangis, nada tinggi,

gemetar, mata terbalik, dan aktifitas

kejang.

Kolaborasi

7. Pantau pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi

diindikasikan dan cairan peroral harus

ditunda

3. Mengidentifikasikan adanya resiko

derajat dan resiko terhadap pola

pertumbuhan. Bayi SGA dengan

kelebihan cairan ekstrasel

kemungkinan kehilangan 15% BB

lahir. Bayi SGA mungkin telah

mengalami penurunan berat badan

dalam uterus atau mengalami

penurunan simpanan lemak/glikogen.

4. Memberikan informasi tentang

masukan aktual dalam hubungannya

dengan perkiraan kebutuhan untuk

digunakan dalam penyesuaian diet.

5. Peningkatan kebutuhan metabolik dari

bayi SGA dapat meningkatkan

kebutuhan cairan. Pemberian cairan

intravena mungkin diperlukan untuk

memenuhi peningkatan kebutuhan

6. Karena glukosa adalah sumber utama

dari bahan bakar untuk otak,

kekurangan dapat menyebabkan

kerusakan SSP permanen.

Hipoglikemia secara bermakna

meningkatkan mobilitas mortalitas

serta efek berat yang lama

bergantung pada durasi masing-

masing episode.

Kolaborasi :

7. Hipoglikemia dapat terjadi pada awal

3 jam lahir bayi SGA saat cadangan

glikogen dengan cepat berkurang dan

glukoneogenesis tidak adekuat karena

penurunan simpanan protein obat dan

lemak.

DAFTAR PUSTAKA

Nanda Internasional. 2010. Diagnosa Keperawatan : definisi dan Klasifikasi

2009 -2011. Jakarta: EGC.

Doengoes. 2010. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and

Documenting Patients Care. Alih bahasa: Karisa. Jakarta:EGC.

Mansojoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Medica

Aesculpalus.

Manuaba, Dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Surasmi, arining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L. 1990. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Forth Edition

Most by Year Book Inc, St Louis Missouri 2000. Diklat Kuliah PSIK

FK UNAIR; Surabaya.