presus katarak matur
DESCRIPTION
anastasia-UPHTRANSCRIPT
Disusun Oleh :
Anastasia Kumala
07120070071
Pembimbing :
dr. Naila Kaina , SpMKEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 7 JANUARI 2013-9 FEBUARI 2013
JAKARTA
2012
Presentasi kasus
Katarak Matur
BAB I
STATUS PASIEN ILMU PENYAKIT MATA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 73 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Kodam Bintaro
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 10 Januari 2013
Keluhan utama : Pasien datang untuk kontrol 2 minggu post operasi pada mata
kanan, mata kanan terlihat bintik-bintik berwarna hitam
Keluhan tambahan : mata kiri buram seperti ada awan tebal dan silau ketika
terkena cahaya.
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien datang untuk kontrol kedua matanya terutama mata kanannya. Sebelumnya,
pasien mengaku mata kanannya sudah tidak dapat melihat sejak lama sekitar +/- 4 tahun
lalu. Pasien mengatakan mata kanannya seperti ada kabut yang semakin lama semakin
tebal sampai mata kanannya tidak dapat melihat lagi. Pada mata kiri pun mengalami hal
yang sama, melihat seperti ada kabut. Namun menurut pasien, dengan mata kirinya pasien
masih dapat melihat. Pasien sudah memakai kacamata sebelumnya, namun kacamata
tersebut tidak banyak membantu akan penglihatannya.
Pasien kemudian datang ke poliklinik mata RSPAD dan dinyatakan katarak. Mata
kanan pasien pun akhirnya dilakukan operasi pengangkatan lensa dan dilakukan
penanaman lensa pada tanggal 17 Desember 2012.
Pada saat datang, kontrol 2 minggu post operasi, pasien mengeluhkan mata kanan
terlihat banyak bintik-bintik berwarna hitam letaknya menetap dan pasien belum dapat
melihat tulisan dengan jelas. Mata kiri tetap melihat buram seperti melihat kabut dan
2
sekarang semakin parah hingga pasien hampir tidak dapat melihat. Mata kiri terasa masih
silau jika melihat cahaya. Tidak ada keluhan mata merah, berair, nyeri, mual, pusing,
gatal.
Selain itu pasien tidak pernah mengalami trauma atau benturan maupun terkena bahan-
bahan kimia pada matanya pasien juga menyangkal melihat pelangi atau lingkaran
disekitar sumber cahaya. Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah menggunakan
kacamata tetapi tidak tahu berapa ukurannya.
Riwayat Penyakit dahulu :
Tidak ada riwayat diabetes mellitus
Riwayat hipertensi sejak 2 tahun lalu dalam pengobatan noperten 1x1, herbeser 1x1,
faborbid 3x1 minum obat teratur dan tekanan darah terkontrol.
Riwayat penyakit jantung
Trauma pada kepala atau mata disangkal
Riwayat alergi tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien dan tidak ada
keluarga yang menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan lain-lain.
Riwayat Operasi
ECCE OD dengan pemasangan IOL OD tanggal 17 Desember 2012 dengan anestesi lokal.
III.Pemeriksaan Fisis
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 86 x/menit
- Suhu : Afebris
- Pernafasan : 20x/menit
Kepala : Normocephal
3
THT & Leher : Tidak diperiksa
Jantung/Paru-paru : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak diperiksa
B. Status Oftalmologi
1. Visus
Keterangan OD OS
Tajam Penglihatan 6/60 1/300
Koreksi C = -6,00 X 85 ° 0,5 ,
pinhole (-)
Tidak dapat dikoreksi,
pinhole (-)
Addisi S +3.00 J 3 S +3.00 J
Distantia Pupil 64/62 64/62
Kacamata Tidak tahu ukuran, ps
lupa
Tidak tahu ukuran, ps
lupa
2. Kedudukan Bola Mata
Keterangan OD OS
Eksoftalmos Tidak ada Tidak ada
Endoftalmos Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah
3. Supra Silia
Keterangan OD OS
Warna Hitam Hitam
Letak Simetris Simetris
4. Palpebra Superior dan Inferior
Keterangan OD OS
Edema Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
4
Trikiasis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Fissura Palpebra 9 mm 9 mm
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada
5. Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior
Keterangan OD OS
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Anemia Tidak ada Tidak ada
Kemosis Tidak ada Tidak ada
6. Konjungtiva Bulbi
Keterangan OD OS
Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
Perdarahan
Subkonjungtiva
Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada
7. Sistem Lakrimalis
Keterangan OD OS
Punctum Lakrimalis Terbuka Terbuka
Tes Anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5
8. Sklera
Keterangan OD OS
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak ada Tidak ada
9. Kornea
Keterangan OD OS
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran 10 mm 10 mm
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arcus Senilis Ada Ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Placido Konsentris Konsentris
10. Bilik Mata Depan
Keterangan OD OS
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndal Negatif Negatif
11. Iris
Keterangan OD OS
Warna Coklat Coklat
Kriptae Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
6
12. Pupil
Keterangan OD OS
Letak Di tengah Di tengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Refleks cahaya langsung Positif Positif
Refleks cahaya tdk lgs Positif Positif
13. Lensa
Keterangan OD OS
Kejernihan jernih Keruh menyeluruh
Letak Tidak ada Di tengah
Shadow test Negatif Negatif
14. Badan Kaca
Keterangan OD OS
Kejernihan Jernih Tidak tembus
15. Fundus Okuli
Keterangan OD OS
a. Papil
Bentuk Bulat Tidak tembus
Batas Tegas Tidak tembus
Warna Kuning kemerahan Tidak tembus
b. Makula lutea
Refleks Positif Tidak tembus
Edema Tidak ada Tidak tembus
c. Retina
Perdarahan Tidak ada Tidak tembus
C/D Ratio 0.4 Tidak tembus
Rasio A/V 2 : 3 Tidak tembus
Sikatriks Tidak ada Tidak tembus
16. Palpasi
7
Keterangan OD OS
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi okuli Normal Normal
Tonometri schiotz 8,5/7,5 =
14,3mmHg
7/7,5 = 18,5 mmHg
17. Kampus Visi
Keterangan OD OS
Tes Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
IV. RESUME
Pasien laki-laki, 73 tahun datang untuk kontrol kedua matanya terutama mata
kanannya. Sebelumnya, pasien mengaku mata kanannya sudah tidak dapat melihat sejak
lama sekitar +/- 4 tahun lalu. Pasien mengatakan mata kanannya seperti ada kabut yang
semakin lama semakin tebal sampai mata kanannya tidak dapat melihat lagi. Pada mata
kiri pun mengalami hal yang sama. Pasien pun akhirnya dilakukan operasi pengangkatan
lensa dan dilakukan penanaman lensa pada tanggal 17 Desember 2012.
Pada saat datang, terlihat banyak bintik-bintik berwarna hitam dan pasien belum dapat
melihat tulisan dengan jelas. Mata kiri tetap melihat buram seperti melihat kabut dan
sekarang semakin parah hingga pasien hampir tidak dapat melihat dan merasa silau.
Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 2 tahun lalu dalam pengobatan noperten 1x1,
herbeser 1x1, faborbid 3x1 minum obat teratur dan tekanan darah terkontrol.
Pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal
Status oftalmologi
1. Visus
Keterangan OD OS
Tajam Penglihatan 6/60 1/300
Koreksi C = -6,00 X 85 ° 0,5 ,
pinhole (-)
Tidak dapat dikoreksi,
pinhole (-)
Addisi S +3.00 J 3 S +3.00 J
Distantia Pupil 64/62 64/62
8
Kacamata Tidak tahu ukuran, ps
lupa
Tidak tahu ukuran, ps
lupa
2. Lensa
Keterangan OD OS
Kejernihan jernih Keruh menyeluruh
Letak Tidak ada Di tengah
Shadow test Negatif Negatif
V. DIAGNOSIS KERJA
Katarak senilis matur OS
Pseudofakia OD
Astigmatismus miopikus simpleks OD
Presbiopi ODS
VI. DIAGNOSIS BANDING
Tidak ada
VII.PEMERIKSAAN ANJURAN
Darah rutin : Hb, Ht, eritrosit, leukosit, GDS, Pemeriksaan EKG , Biometri
VIII. PENATALAKSANAAN
Pemakaian kacamata OD , tetes mata cendocitrol 4x1, vit c 1x1
Operasi katarak OS dengan teknik ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) dan
pemasangan IOL OS
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad Vitam : ad bonam ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam ad bonam
Ad Sanactionam : ad bonam ad bonam
9
BAB II
ANALISIS KASUS
Identitas
Umur pasien 73 tahun, lebih mengarah ke katarak senilis yaitu semua kekeruhan lensa
pada usia lanjut diatas 50 tahun, biasanya dimulai pada usia 50 tahun.
Anamnesis
penglihatan mata kiri turun perlahan-lahan dan berkabut tanpa disertai mata merah
Pandangan menjadi seperti merasa silau jika melihat cahaya
Hal ini sesuai dengan keluhan subyektif pada pasien katarak.
- Pemeriksaan Fisik (Status Oftalmologi)
Visus okuli sinitra 1/300, tidak dapat dikoreksi karena adanya kekeruhan pada media
refraksi yaitu lensa berupa katarak.
Pada okuli dextra dengan diagnosis pre-operatif katarak senilis stadium matur
dilakukan tindakan ECCE dan pemangsangan IOL, pasien mengeluhkan bintik-bintik
hitam dan timbulnya astigmat yang dikarenakan penyulit paska operasi
Shadow test OD: - OS : -
Lensa okuli sinistra keruh menyeluruh
Kesimpulan :
o Okuli Sinistra : Katarak senilis stadium matur
Pemeriksaan Anjuran
Pemeriksaan Darah Rutin Pre Operasi : Hb, Ht, Eritrosit, leukosit, Gula Darah
Sewaktu.
Pemeriksaan Elektrokardiogram, untuk mengetahui keadaan jantung pasien
karena pasien sudah berusia lanjut.
Biometri, untuk mengetahui kekuatan lensa sehingga didapatkan ukuran lensa
pengganti
10
Penatalaksanaan
Dilakukan ekstraksi katarak ekstra kapsular, tindakan ini dipilih dengan
pertimbangan agar mengurangi penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca, ablasi retina, cystoid makular edema, distrofi korena
dan kapsul lensa pecah
Selain itu ekstraksi katarak ekstra kapsular dilakukan pada pasien dengan
perencanaan implantasi lensa intra ocular.
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi dan Fisiologi lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak bewarna, dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa
tergantung pada zonula di belakang iris; zonula menghubungkannya dengan korpus
siliaris. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor; di sebelah posteriornya
terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang akan
memperbolehkan air dan elektrolit masuk. 1
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Substansi lensa terdiri
dari nukleus dan korteks. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring
dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi sehingga
lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteksnya
terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan yang
terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan
slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di anterior dan terbalik di posterior.
Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada
pemeriksan mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di dekat ekuator dan
berbatasan dengan lapisan epitel subkapsular.1
Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal
sebagai zonula Zinii, yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari
permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari atas air, sekitar tiga puluh lima
persennya protein. Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada di
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di
lensa.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung
12
Jernih atau tranparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
Terletak di tempatnya
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :
Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia
Keruh atau katarak
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
Lensa pada orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan bertambah besar dan
berat. 1
Gambar 1. Anatomi Mata
13
h
G
bbhj
14
Gambar 2. Anatomi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal
ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang
datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal
ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.2
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai
ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil sehingga
berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya
biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.3
Pada foetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa
lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian
sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-
lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi
lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar,
lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai grey
reflex atau senile reflex, yang sering disangka katarak, padahal salah. Karena
proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun
berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur
40 tahun.2
2. Definisi
15
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, Latin Cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Jadi katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,atau
denaturasi protein lensa. 4
Gambar 3. Katarak
Secara umum katarak adalah perubahan lensa mata yang seharusnya jernih dan
tembus pandang menjadi keruh, cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan
menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan, sehingga penglihatan terganggu
secara beragam sesuai tingkat kekeruhan lensa. Katarak senilis adalah semua
kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, biasanya diatas 50 tahun. 4
3. Epidemiologi
Katarak senilis sampai sejauh ini merupakan bentuk katarak yang paling sering
didapatkan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak
merupakan kelainan mata yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan
16
yang paling sering ditemukan seperti tercantum pada gambar berikut2 :
Gambar 4. Epidemiologi penyebab kebutaan
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar
10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang
berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia
lebih dari 75 tahun.
Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita
dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan
wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun
dan menjalani operasi katarak. 5
Diketahui bahwa pada survei kesehatan pada tahun 1993 – 1996, prevalensi kebutaan
di Indonesia berkisar 1,5% dari jumlah penduduk di Indonesia. Dari angka tersebut
prosentase penyebab kebutaan adalah : katarak 0,78%, penyakit glaukoma 0,20%,
Kelainan refraksi 0,14% dan penyakit karena faktor usia 0,38%.6
4. Etiologi
Penyebab katarak senilis bisa menjadi salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor
berikut:
Paparan radiasi dari luar angkasa (terutama dalam kasus pilot komersial)
Kontak jangka panjang dengan lampu UV
Paparan radiasi gelombang mikro
Kekurangan yodium
Keturunan
Cedera mata dan trauma fisik
Alergi mata
penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan obat-obatan yang mengandung
bahan kimia Quetiapine
17
Hipertensi
Diabetes
Merokok
Obesitas4
5. Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan
bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya akomodasinya
akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan
mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu
terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi
protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan
penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan
pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubahan lain
pada katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium
serta meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.7
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa. Sel
epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga densitasnya akan berkurang
dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang
hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan
transparasi lensa.
18
Gambar 5. Penglihatan pada orang normal dan dengan katarak
Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas
lensa terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan
antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan penurunan
antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses
pembentukan katarak.7
Perubahan lensa pada usia lanjut :
Kapsul
Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk
lamel kapsul berkurang atau kabur,dan terlihat bahan granular
Epitel – makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat , bengkak dan
vakuolisasi mitokondria yang nyata
Serat lensa
Lebih irregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown sclerotic
nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin,
triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa
nukleus mengandung histidin dan triptofan disbanding normal. Korteks tidak
berwarna karena:
Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
19
20
6. Klasifikasi Katarak
21
7. Stadium Katarak Senile
Klasifikasi katarak senilis berdasarkan : 4
1. Perubahan Morfologi.
2. Maturitas
Klasifikasi berdasarkan morfologi dikenal 3 bentuk katarak senile, yaitu :
Ket :
- NC : Katarak Nuklear
- ACC : Katarak Kortikal Anterior
- PCC : Katarak Kortikal Posterior
Gambar 6. Morfologi Katarak
a. Katarak Nuklear5
Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama
kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi
coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman . Keadaan ini disebut katarak
BRUNESEN atau NIGRA.
Gambar 7. Katarak Nuklear
22
Jenis katarak nigra ( Brunesen ) ini terjadi pada pasien diabet dan miopia tinggi .
dimana tajam pengelihatan lebih baik dari sebelumnya , dan biasanya pada usia lebih
dari 65 tahun
b. Katarak Kortikal5
Terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat
perubahan indeks refraksi lensa . Dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir
pada malam hari.
c. Katarak Kupuliform5
Mulai dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear. Kekeruhan
terletak dilapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.
23
Tabel 2. Perubahan Morfologi Katarak Senilis
Klasifikasi berdasarkan maturitas katarak senil dibagi menjadi :8
- Katarak insipient :8
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:
- Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal).
- Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
- Celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degenerative (benda morgagni) pada katarak insipient.
- Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.
- Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
- Katarak Imatur :8
- Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih
terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.
- Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa
menjadi bertambah cembung.
24
- Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks refraksi
dimana mata akan menjadi mioptik.
- Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.
Gambar 8. Katarak imatur. Shadow test positif.
Katarak Matur:8
- Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul.
- Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal.
- Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali.
- Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih
akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ).
25
- Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
Gambar 9. Katarak Matur
Katarak Hipermatur :
- Katarak yang terjadi akibat korteks yang mencair sehingga
masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul.
- Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah
bawah (jam 6)(katarak morgagni).
- Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar
kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik
26
27
Gambar 10. Katarak hipermatur
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Komplit Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air
masuk)
Normal Berkurang (air+masa
lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata
Depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik
Mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Visus (+) < << <<<
28
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma
Tabel 3. Perbedaan Stadium Katarak4
8. Gejala Klinis
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat kemunduran
secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung
pada jenis dari katarak ketika pasien datang.
- Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien
dengan katarak senilis.
- Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas kontras
terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga silau ketika
mendekat ke lampu pada malam hari.
- Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan dioptrik
lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat. Sebagai akibatnya,
pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang
membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara
khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada katarak subkortikal
posterior atau anterior. 5
- Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi pada
bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian tengah dari
lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan
retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan
diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau
lensa kontak.
- Noda, berkabut pada lapangan pandang.
- Ukuran kaca mata sering berubah 4,6
9. Diagnosis
Diagnosa dari katarak senilis dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya kelainan-kelainan harus dilakukan untuk
menyingkirkan penyakit sistemik yang berefek terhadap mata dan perkembangan katarak.
29
a. Pemeriksaan mata yang lengkap harus dilakukan yang dimulai dengan ketajaman
penglihatan untuk gangguan penglihatan jauh dan dekat. Ketika pasien mengeluh
silau, harus diperiksa dikamar dengan cahaya terang.
b. Pemeriksaan adneksa okular dan struktur intraokular dapat memberikan petunjuk
terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang sangat
penting yaitu tes pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil Marcus Gunn dan
defek pupil aferent relatif yang mengindikasikan lesi saraf optik atau keterlibatan
difus macula
c. Shadow test untuk membedakan stadium katarak senilis
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa
dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak
bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, shadow test positif. Bila shadow
test negative maka katarak matur, tidak terlihat lagi bayangan iris lensa putih
seluruhnya. 4
d. Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa. Tapi
dapat juga struktur okular lain( konjungtiva, kornea, iris, bilik mata depan).
Ketebalan kornea dan opasitas kornea seperti kornea gutata harus diperiksa
hati-hati
Gambaran lensa harus dicatat secara teliti sebelum dan sesudah pemberian
dilator pupil
Posisi lensa dan integritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab
subluxasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya,
kelainan metabolik, atau katarak hipermatur
e. Kepentingan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas bagian
belakang harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan
penglihatan. 4,6
10. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan.
Medika mentosa hanya diberikan dengan tujuan untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan
oleh penyulit :
o Jika silau pasien dapat memakai kaca mata
o Unutuk mengurangi inflamasi dapat diberikan steroid ringan
30
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan
Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.
-dapat dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A, C,
dan E, serta selenium dan anti oksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat
membantu memperlambat progresifitas katarak9
Indikasi operasi :
Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan
dalam melakukan rutinitas pekerjaan
Indikasi medis:
Kondisi katarak di bawah ini harus segera dioperasi walaupun
prognosis penglihatannya tidak menjanjikan atau pasien tidak berminat
pada perbaikan penglihatannya :
- Katarak hipermatur
- Lens induced glaucoma
- Lens induced uveitis
- Dislokasi / subluksasi lensa
- Korpus alienum intralentikular
- Retinopati diabetik yang diterapi dengan fotokoagulasi laser
- Ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya dimana
diagnosis atau tata laksananya akan terganggu dengan adanya
opasitas lensa
Indikasi optik, jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari
jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/609
Persiapan bedah katarak:
Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:
- Gula darah
- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan
- Tekanan darah
- Elektrokardiografi
- Riwayat alergi obat
- Tekanan bola mata
31
- Sebelum dilakukan operasi harus diketahui fungsi retina,
khususnya makula, diperiksa dengan alat retinometri
- Jika akan melakukan penanaman lensa maka lensa diukur
kekuatannya ( dioptri ) dengan alat biometri
- Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama
ultrasonografi dapat menentukan kekuatan lensa yang akan
ditanam. 4,9
3 Jenis Pembedahan katarak :
- Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan
dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya
dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak
akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan. 9,10
- Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,
implantasi lensa intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa
intra ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami
prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid
macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. 9, 10
- Phakoemulsifikasi
32
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan memecah dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil
(sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako akan menyedot massa katarak
yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat
dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya sehingga
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-
hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat. 10
Gambar Phacoemulsion. 10
ECCE ICCE
Pengeluaran lensaNukleus dikeluarkan dari
kapsul, korteks disuction
Lensa dikeluarkan secara in
toto
Kapsula posterior & zonula
ziniiIntak dikeluarkan
Incisi Lebih kecil (8 mm) Lebih besar (10 mm)
Iridektomi perifer Tidak dilakukan Dilakukan untuk menghindari
glaukoma karena blokade
33
pupil
Instrumen (rumit) Diperlukan Tidak diperlukan
Waktu Lebih lama Lebih singkat
Implantasi IOL Posterior chamberAnterior chamber (Pseudo-
phakic Bullous Keratopathy)
Teknik Lebih sulit Lebih mudah
Biaya Lebih banyak Lebih sedikit
Komplikasi yang meningkat After-Cataract
1. Prolaps & degenerasi
vitreus
2. Edema makula
3. Endophthalmitis
4. Aphakic Glaucoma
5. Fibrous & Endothelial
ingrowth
6. Neovascular
Glaucoma in
Proliferative Diabetic
Retinopathy
Komplikasi yang berkurangSeluruh komplikasi yang
disebutkan pada ICCEAfter-Cataract
Indikasi Prosedur rutin untuk semua
jenis katarak (kecuali bila
merupakan komplikasi)
1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa (>1/3
bagian zonula rusak)
3. Chronic Lens Induced
Uveitis
4. Katarak hipermatur
dengan kapsula
anterior yang tebal
5. korpus alienum intra-
34
lentikular saat ada
gangguan integritas
kapsula posterior
lensa.
Kontraindikasi
1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa
(>1/3 bagian zonula
rusak)
Pasien berusia < 35 tahun
dimana terjadi perlengketan
erat antara lensa dan vitreus
(Ligament of Weigert)
Tabel 4 . Perbandingan ECCE dan ICCE10
Sesudah ekstraksi katarak, mata tidak mempunyai lensa lagi, yang disebut afakia,
dengan tanda-tanda coa dalam, iris tremulans, pupil hitam. Keadaan ini harus dikoreksi
dengan lensa sferis (+) 10 dioptri, supaya dapat melihat jauh. Koreksi ini harus diberikan 3
bulan setelah operasi, sebab sebelum 3 bulan keadaan refraksinya masih berubah-rubah.
Untuk penglihatan dekatnya harus ditambah lagi dengan S+3D.
Penanaman lensa buatan intraokuler ( pseudofakia ) yang dilakukan segera setelah
lensa yang keruh dikeluarkan, sebelum luka kornea ditutup. Dengan cara yang baru ini, maka
penderita segera dapat melihat jauh dengan baik, stelah dioperasi. Untuk penglihatan dekat
masih harus duberikan kacamata S+3 dioptri. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik
yang disebut lensa intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam kapsul lensa
di dalam mata.
35
11. Komplikasi
- Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam
luka serta retinal light toxicity. 10
- Komplikasi dini pasca operatif
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan
yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar,
edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea
perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
Astigmatisnne pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan kornea
untuk mengurangi astigmatisme kornea. Ini dilakukan sebelum melakukan
pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh dan tetes mata
steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih dapat terjadi pada
garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan jahitan biasanya
menyelesaikan masalah ini dan bisa dilakukan dengan mudah di klinik dengan
anestesi lokal, dengan pasien duduk di depan slit lamp. Jahitan yang longgar
harus diangkat untuk mencegah infeksi namun rnungkin diperlukan penjahitan
kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak sempurna. Fakoemulsifikasi
tanpa jahitan melalui insisi yang kecil rnenghindarkan komplikasi ini. Selain
itu, penempatan luka memungkinkan koreksi astigmatisme yang telah ada
sebelurnnya.
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang
tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi7,10
- Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan virulensi rendah
yang terperangkap dalam kantong kapsuler
36
Posterior kapsular opacity atau katarak sekunder pada kapsul posterior lensa
yang tidak diambil. 7,10
12. Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil
dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2
garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.7
13. Pencegahan
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah.
Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Pada saat ini
dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:
Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal
bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
Lindungi mata dari sinar matahari9
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Paul Riordan-Eva, John P. Whitcher. Lensa. Vaughan & Asbury Oftalmologi
Umum. Edisi 17. EGC. 2007 : 11 – 12.
2. Dr. Nana Wijaya S.D. Lensa. Cetakan 6. Jakarta : Abadi Tegal. 1993 : 192.
3. Anonim. Katarak. Juni 2005. Terdapat pada : http://opjs.blogspot.com/. Diakses
pada 9 November 2011
4. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Perdami – Katarak : http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2
6. Diagnosa dan Penatalaksanaan Katarak : http://repository.unand.ac.id/278/
7. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a0199
8. Ilyas, S. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Edisi
ke-2. Cetakan ke-2. 2003. Halaman 207-218
9. Wijana, N. Katarak dalam Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-3.1983. Halaman 192-
210.
10. Kanski jj. Clinical Ophtalmology. 4th ed. Oxford: Butterworth-Heinemann; 1999.
Halaman 657-9.
38