laporan pendahuluan konversi

29
Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital Dalam beberapa tahun sebelumnya pembuatan produk Atlas di Bakosurtanal leb banyak difokuskan dalam bentuk Atlas cetak. Produk ini bersifat ready-user bagi tanpa harus menggunakan bantuan teknologi misalnya komputer, laptop, atau peran keras lainnya, produk cetak seperti itulah yang sering dijual di toko-toko buku produk cetak adalah pengguna dapat membawa dan menggunakan sewaktu-waktu tanpa harus terikat dengan peralatan untuk membantu menggunakannya.Pengguna dapat membuka Atlas untuk mencari informasi yang dibutuhkan dan memanfaatkan untuk keperluannya. Misalnya pada Atlas Jalan pengguna dapat segera me mencari informasi arah dan jalur perjalanan menuju suatu lokasi yang akan dituj Sejalandengan makin luasnya kebutuhan pengguna dan didukung dengan perkembangan teknologi dalam bidang perangkat lunak maupun keras, bentuk produk perlu disesuaikan dan dikembangkan sesuai dengan keperluan pengguna. Atlas dalam bentuk digital merupakan bentuk lain yang dapat memenuhi kebu yang lebih beragam bagi pengguna yang memiliki kebutuhan lebih sekedar informasi (viewing ). Atlas digital memiliki kelebihan dalam hal kebutuhan untuk pe datanya (updating ), penyajian dan penggunannya yang tidak sekedar untuk melihat at mencari informasi. Berdasarkan fakta tersebut, Pusat Atlas dan Tata Ruang Bakosurtanal menyus kegiatan Konversi Data Digital Atlas Cetak pada tahun 2012. Kegiatan kegiatan untuk melakukan alih format data digital yang semula dalam format Free dalam format shp. Atlas digital dengan kemampuan penyediaan informasi dapat dip dengan cepat, bersifat interaktif dan dapat digunakan untuk analisis. Kegiatan akan dilaksanakan untuk produk yang sudah ada dengan prioritas yang mendesak un dikonversi. Konversi tersebut akan menghasilkan data digital dalam format shp y basis data sehingga tahapan proses lain yang dibutuhkan untuk pengguna dapat di Basis data geospasial adalah multiuser geodatabase yang dikembangkan oleh Bakosurtanal untuk mendukung pembangunan nasional, sebagai penyimpanan, penggun dan pengolahan data untuk skala nasional. Basis data geospasial diupay memberi kontribusi kepada seluruh instansi pemerintah, baik pemerintahan pemerintahan daerah untuk menunjang pengembangan di setiap sektor. Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL 1

Upload: prijantoxo

Post on 21-Jul-2015

299 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

BAB 11.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Dalam beberapa tahun sebelumnya pembuatan produk Atlas di Bakosurtanal lebih

banyak difokuskan dalam bentuk Atlas cetak. Produk ini bersifat ready-user bagi pengguna tanpa harus menggunakan bantuan teknologi misalnya komputer, laptop, atau perangkat keras lainnya, produk cetak seperti itulah yang sering dijual di toko-toko buku. Kelebihan produk cetak adalah pengguna dapat membawa dan menggunakan sewaktu-waktu tanpa harus terikat dengan peralatan untuk membantu menggunakannya. Pengguna dapat membuka Atlas untuk mencari informasi yang dibutuhkan dan memanfaatkan informasi untuk keperluannya. Misalnya pada Atlas Jalan pengguna dapat segera membuka dan mencari informasi arah dan jalur perjalanan menuju suatu lokasi yang akan dituju. Sejalan dengan makin luasnya kebutuhan pengguna dan didukung dengan perkembangan teknologi dalam bidang perangkat lunak maupun keras, bentuk produk Atlas perlu disesuaikan dan dikembangkan sesuai dengan keperluan pengguna. Atlas dalam bentuk digital merupakan bentuk lain yang dapat memenuhi kebutuhan yang lebih beragam bagi pengguna yang memiliki kebutuhan lebih sekedar mencari informasi (viewing). Atlas digital memiliki kelebihan dalam hal kebutuhan untuk pembaruan datanya (updating), penyajian dan penggunannya yang tidak sekedar untuk melihat atau mencari informasi. Berdasarkan fakta tersebut, Pusat Atlas dan Tata Ruang Bakosurtanal menyusun kegiatan Konversi Data Digital Atlas Cetak pada tahun 2012. Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk melakukan alih format data digital yang semula dalam format Free Hand ke dalam format shp. Atlas digital dengan kemampuan penyediaan informasi dapat diperbarui dengan cepat, bersifat interaktif dan dapat digunakan untuk analisis. Kegiatan konversi data akan dilaksanakan untuk produk yang sudah ada dengan prioritas yang mendesak untuk dikonversi. Konversi tersebut akan menghasilkan data digital dalam format shp yang memiliki basis data sehingga tahapan proses lain yang dibutuhkan untuk pengguna dapat dilakukan. Basis data geospasial adalah multiuser geodatabase yang dikembangkan oleh Bakosurtanal untuk mendukung pembangunan nasional, sebagai penyimpanan, penggunaan, dan pengolahan data untuk skala nasional. Basis data geospasial diupayakan mampu memberi kontribusi kepada seluruh instansi pemerintah, baik pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah untuk menunjang pengembangan di setiap sektor.

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

1

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital Basis data geospasial Pusat Atlas dan Tata Ruang diupayakan mampu menyediakan kebutuhan data spasial yang digunakan untuk kepentingan Pusat Atlas dan tata Ruang. Hal ini juga untuk mendukung Infrastruktur Data Spasial Nasional (IDSN) dan Jaringan Data Spasial Nasional (JDSN) agar pemanfaatannya lebih maksimal, untuk mendukung pemanfaatan informasi geospasial yang dikembangkan oleh BAKOSURTANAL.

1.2.

Maksud dan Tujuan Maksud kegiatan ini adalah melakukan konversi (alih format) data digital format

Free Hand ke dalam format shp agar diperoleh format data yang dapat digunakan untuk kepentingan lebih luas dan menyusun basis datanya sehingga pengelolaan dan manajemen data yang tersedia sistematis yang memudahkan pengguna untuk memanfaatkan data. Tujuan kegiatan adalah menyiapkan infrastruktur berupa data dalam format shp untuk kepentingan pembuatan atlas yang dapat disajikan dalam berbagai tampilan, diperbarui relatif cepat, interaktif, dan dapat digunakan untuk keperluan analisis dan menyusun basis data produk Atlas tersebut.

1.3.

Sasaran Kegiatan Tersedianya spesifikasi teknis untuk konversi data digital, data digital hasil konversi

Atlas Nasional Indonesia dibuat oleh Pusat Atlas dan Tata Ruang Bakosurtanal dan tersedianya basis data spasial hasil konversi Produk Atlas Nasional Indonesia. Produk Atlas Nasional Indonesia terdiri atas 3 edisi yaitu : 1. Atlas Nasional Indonesia I tema Fisik Lingkungan Alam; 2. Atlas Nasional Indonesia II tema Potensi dan Sumberdaya; 3. Atlas Nasional Indonesia III tema Sejarah, Penduduk, Wilayah, dan Budaya.

1.4.

Ruang Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup kegiatan Konversi Data Digital Atlas Cetak Meliputi: 1. Inventarisasi Data dan Produk Atlas Nasional Indonesia 2. Input data (Pendijitasian data dan pengumpulan data sektoral) 3. Editing peta hasil input data 4. Uji kualitas data hasil konversi 5. Editing hasil uji kualitas data

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

2

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital 6. Pembuatan basis data 1.5. Volume dan Lokasi Pekerjaan Wilayah Konversi data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital tahun 2012 adalah di wilayah Indonesia Adapun volume pekerjaan ini adalah Produk Atlas Nasional Indonesia terdiri atas 3 edisi yaitu : 1. Atlas Nasional Indonesia I tema Fisik Lingkungan Alam; 2. Atlas Nasional Indonesia II tema Potensi dan Sumberdaya; 3. Atlas Nasional Indonesia III tema Sejarah, Penduduk, Wilayah, dan Budaya.

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

3

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

BAB 22.1.

METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Bahan dan Peralatan Dalam pelaksanaan pekerjaan, bahan-bahan sebagai penunjang pelaksanaan pekerjaan yang harus disediakan oleh pelaksana pekerjaan antara lain: a. Peta dasar digital b. Peta Atlas format Freehand c. Alat tulis kantor d. Bahan pra-cetak (sebagai bahan chek plot) e. Bahan pencetakan (untuk peta final) Adapun peralatan yang diperlukan untuk menunjang pemrosesan data adalah sebagai berikut:

2.2.

Komputer beserta softwarenya (AutoCAD, ArcGIS 9.3, Global Mapper, Adobe Illustrator, Freehand dll), Plotter, Printer, Scanner

Tahapan Pekerjaan Secara garis besar tahapan pekerjaan yang dilakukan mencakup kegiatan sebagai berikut:

2.2.1. Persiapan dan Perencanaan Beberapa komponen yang perlu dipersiapkan dalam tahapan ini antara lain: Peralatan Perangkat keras antara lain berupa komputer, printer, scanner, plotter, sedangkan perangkat lunak berupa aplikasi yang dapat memroses data grafis (AutoCAD, ArcGIS 9.3, Global Mapper, Adobe Illustrator, Freehand dll). Tim pelaksana Untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan diperlukan suatu tim pelaksana yang saling mengetahui kewajiban dan wewenangnya. Tim pelaksana dipersiapkan agar terjalin kerjasama tim yang baik. 2.2.2. Inventarisasi dan Pengumpulan Data Inventarisasi data dimaksudkan untuk membuat daftar data dan sumbernya terkait dengan data produk Atlas Nasional dan Atlas Tematik Pusat Atlas dan Tata Ruang.

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

4

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital Pengecekan produk meliputi kelengkapan, tahun dan riwayat data. Tahapan ini diperlukan agar diperoleh kepastian keberadaan data, sumber dan tahun data yang digunakan dan proses pengolahan dan penyajian data ke dalam atlas meliputi kelengkapan, tahun dan riwayat data 2.2.3. Pemasukan Data / Input Data Diagram Alir dari Pekerjaan ini adalah sebagai berikut :Mulai Klasifikasi Data dan Inventarisasi Data

Peta Analog Format Freehand

PENENTUAN TITIK KOORDINAT

PROSES DIGITASI (INPUT DATA) T QUALITY CONTROL Y BASIS DATA SPASIAL (SHP) BASIS DATA SPASIAL (GDB)

EDITING

GEOMETRY

ATRIBUT

EDGE MATCHING

TOPOLOGY

QUALITY CONTROL

BASIS DATA

LAPORAN

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

BASIS DATA DALAM EXTERNAL HARDISK/CD

5

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

PraDigitasi Ketelitian hasil digitasi ditentukan oleh sumber data yang ada. Sedapat mungkin, gunakan peta yang paling baik dan paling mutakhir. Peta harus selalu dalam keadaan bersih, dapat terbaca dan dalam kondisi baik, pastikan bahwa lokasi yang ada dapat didigitasi seteliti mungkin. Kondisi peta mudah berubah oleh keadaan cuaca, sehingga dapat terjadi distorsi. guna meminimalkan distorsi, sebaiknya peta digandakan kedalam suatu material yang stabil, tetapkan suatu urut-urutan prosedur standar untuk memastikan tata cara pemasukan data yang konsisten. Misalnya, anda akan melakukan digitasi fitur jalan. Pastikan sebelumnya apakah digitasi akan dilakukan pada tengah-tengah garis atau pada salah satu tepi garis tersebut. Apapun pilihan anda, selama digitasi pilihan ini harus dilakukan secara konsisten dan sebaiknya buatlah catatan mengenai hal ini. Peta analog yang akan di digitasi kemudian di scan dengan variasi ukuran A4 sampai A0. Bila kita menggunakan scanner ukuran A0 maka peta yang ukurannya besar cukup satu kali scan. Tetapi bila scanner yang digunakan ukurannya kecil seperti ukuran A4 atau A3, maka peta harus di scan beberapa kali. Pada saat men scan/mindai peta tersebut dibuat over

lapping agar peta nantinya dapat disambung kembali. Format yang dipakai untukgambar/image adalah jpg atau bmp. Digitalisasi peta Proses digitalisasi peta secara keseluruhan merupakan proses perubahan format hardcopy atau media kertas menjadi softcopy format vector. Termasuk didalamnya tahapan mulai dari proses scanning, registrasi dan transformasi koordinat/proyeksi peta, digitasi, mosaiking, serta kontrol kualitas. Proses digitasi dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu: a. Digitasi di atas meja Digitasi di atas monitor (on screen)

b.

Metode ini paling umum digunakan pada era sekarang karena relatif mudah untuk para pemula. Digitasi on screen dilakukan dengan cara memindai (scan) peta manuskrip yang sudah jadi untuk mengubah data analog menjadi bentuk gambar digital (image digital). Gambar tersebut kemudian dikoreksi dari koordinat scan ke sistem koordinat semula. Gambar yang telah dikoreksi siap didigit dengan perangkat lunak tertentu.Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL 6

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Scanning peta hardcopy Scanning peta yaitu proses untuk merekam peta kertas (hardcopy) menjadi file image (raster digital). Tujuannya untuk memakai image peta sebagai latar pada proses digitasi on-screen. Ketika proses scanning dilakukan, perlu menentukan tingkat kedalaman image, diukur dengan nilai dpi (dot per inch). Semakin besar nilai dpi maka semakin jelas image yang dihasilkan. Hal ini berguna untuk menjaga image agar tidak pecah saat perbesaran, objek yang kecil nampak jelas dan digitasi tidak keluar dari batas objek (lebih teliti)

Contoh file raster format JPEG dengan perbesaran peta masih terlihat tajamRegistrasi peta Georeferencing (registrasi peta) adalah proses pengikatan image hasil scanning ke dalam system koordinat tertentu dengan mengikatkan titik-titik control sesuai nilai x,y dari bacaan peta hardcopy-nya. Karena sifat dari koordinat software adalah planar (tidak melengkung) maka diusahakan registrasi memakai koordinat sisten proyeksinya/tidak menggunakan koordinat geografis (Latitude-Longitude). Metode registrasi diantaranya dengan metoda orthogonal,affine atau proyektif. Perbedaannya terletak dari jumlah titik control yang digunakan

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

7

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Registrasi Peta menggunakan titik kontrolDigitasi On Screen Digitasi on screen merupakan suatu tehnik digitasi atau proses konversi dari data format raster ke dalam format vektor. Pada tehnik ini, peta yang akan digitasi terlebih dahulu harus dibawa ke dalam format raster baik itu melalui proses scanning dengan alat scanner atau dengan pemotretan. Jika peta tersebut merupakan citra hasil foto udara ataupun satelit maka, maka dimasukkan ke dalam ArcMap (program di ArcGis). Membuat tema / peta baru kita terlebih dahulu harus mengaktifkan tool untuk Editing . Klik kiri pada icon di samping, maka akan muncul menu bar tambahan untuk editing.

Digitasi Point Caranya membuat, terlebih dahulu shapefile point kemudian aktifkan Editor>Start Editing . Gunakan untuk membuat titik, pastikan target berada pada layer yang benar. Isikan data yang berkaitan, misal field titik ketinggian, nama kota dan lain sebagainya. Simpan melalui Editor> save edits

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

8

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Digitasi Line Untuk mendigit misalnya jalan, tukar target editing menjadi layer garis. Ikuti gambar pada peta dan gunakan crete new feature modify. untuk menggambar dan gunakan edit untuk

Digitasi Polygon Langkahnya sama dengan digitasi point dan line, ganti target menjadi polygon misalnya pemukiman dan mulai digit kembali.

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

9

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Memasukkan data atribut Pada perangkat lunak/software ArcGis carannya adalah : a. Klik Kanan pada layer Lokasi, pilih Open Attribute Table

b. Menambahkan Field baru dengan klik tombol Options, akan muncul tombol AddField, pada kotak Name isikan bangunan, pada Type pilih Text, lalu klik OK.

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

10

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

c. Mulai Start Editing, lalu kemudian pilih feature yang akan diberi attributmenggunakan tombol edit tools, Klik pada tiap titik di map display, sehingga tersorot warna biru pada display dan tabel. d. Ketik nama bangunan yang tertera pada gambar di field Bangunan

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

11

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

e. Lakukan hal yang sama pada tiap feature titik di map display f. Data Attribut telah di isi

2.2.4. Editing Hasil Input dataEditing bertujuan untuk memperbaiki tampilan grafis peta. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses editing antara lain: Editing data vektor dilakukan untuk masing-masing obyek spasial (titik, garis, dan poligon/area). Obyek grafis harus berisi komponen node/vertex. Pada suatu tema unsur yang sama, obyek grafis garis dan atau poligon yang saling bersilangan, harus saling berpotongan pada satu vertex.

Tidak ada dangling lines (undershoot/overshoot): tidak ada cacat dalam pertemuan atau perpotongan pada masing-masing obyek grafis. Harus ada features connectivity: pertemuan masing-masing obyek grafis pada satu posisi vertex (tidak terjadi offset). Harus ada features matching consistency (smoothness & conciseness): posisi obyek grafis baik terhadap tema yang sama atau pun berbeda harus kontinu, kesempurnaan bentuk lengkung atau lurus.

Ketepatan segmentation: suatu garis pada identifikas tema yang sama tidak boleh terpisah.

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

12

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Kelengkapan text labeling & annotation: setiap poligon harus memiliki satu label teks (tidak boleh ganda). Untuk unsur-unsur tertentu harus ada artificial polygon

United polygon: poligon yang ada dalam suatu kesatuan dan memilikiatribut/label yang sama, namun terbelah oleh suatu garis (sleever) dari poligon lain, harus disatukan menjadi poligon utuh.

2.2.5. Edgematching Proses edgematching dilakukan antar lembar peta yang bersinambungan dan dilakukan dalam setiap zone yang selanjutnya dilakukan penggabungan antar zone dengan menggunakan koordinat geografi.

Edgematching dilakukan dengan memperhatikan geometri dan atribut obyekgeo-spasial.

Edgematching antar sheet pada obyek yang sama harus memperhatikan jarakgeometri antar node yang akan disambung.

Gambar 4.28. Sistimatika dalam proses Edgematching

Terjaganya horizontal concistency, suatu kondisi dimana meskipun obyek didigitasi dari sumber data atau lembar peta yang berbeda, namun pada tema dan obyek grafis yang sama harus terjadi kesinambungan.

Setelah

edgematching pada zone yang sama, kemudian seluruh data

dikonversikan ke koordinat geografi (,,h). Dilakukan edgematching kembali untuk beda zone.

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

13

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial DigitalGambar 4.29. Edgematching untuk NLP beda Zone

2.2.6. Kontrol Kualitas (QC) Pengawasan/kendali mutu (QC) perlu dilaksanakan untuk memenuhi kriteria pembuatan basis data yang baik. Proses pengawasan dilakukan oleh supervisor yang mempunyai kualifikasi dan menguasai secara baik standar mutu dari setiap proses terutama pada saat : Proses kompilasi data Proses digitasi data, Proses editing, Proses data entry, Pembangunan basis data menuntut tingkat kehandalan yang tinggi dari segi ketelitian, kelengkapan, dan kemutakhiran data yang dimasukkan kedalam basis data. Aspek-aspek kontrol kualitas antara lain sebagai berikut : Kesesuaian antara hasil dengan sumber data. Proses QC akan memastikan bahwa produk kompilasi maupun otomasi data fit dengan sumber data baik dari segi bentuk feature, posisi featur, ukuran feature dll. Kelengkapan data baik peta/grafis maupun atribut. Kebenaran / logika data. Konsistensi dengan spesifikasi basis data. Tahapan ini dapat dikatakan tahapan akhir dari keseluruhan rangkaian otomasi, yang bertujuan untuk mengantisipasi berbagai kesalahan dalam seluruh rangkaian kegiatan otomasi sehingga produk akhir basisdata digital sesuai dengan desain yang telah ditentukan sebelumnya. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam QC ini : Membuat dan menentukan prosedur kendali mutu Membuat Forms pemeriksaaan data Membuat dokumentasi dan deskripsi dari tiap-tiap kesalahan yang

ditemukan selama proses QC berlangsung Penentuan kualitas basisdata digital secara garis besar dapat dikelompokan menjadi 4 bagian utama penting :

Kelengkapan Features, ditentukan dari kesesuaian data digital dengan

data source yang dilakukan melalui proses check plotDeputi Bidang IDS BAKOSURTANAL 14

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Akurasi Features, ditentukan dari kesesuaian data digital dengan data Akurasi Entri database, ditentukan dari kesesuaian antar data digital

source yang dilakukan melalui proses check plot

dengan list database data source

Akurasi atribut, ditentukan kesesuaian atribut tiap-tiap layer dengan desaindatabase (PAT, AAT atau point attribute table)

Proses kendali mutu dikelompokkan menjadi dua tahapan : Sebelum Otomasi (Pra-Automation), pemeriksaan yang sifatnya mendasar

seperti kondisi peralatan (hardware, software) dan manuskrip Sesudah Otomasi (Post-Automation), pemeriksaaan yang sifatnya

menyeluruh mulai dari tahap awal sampai akhir.

2.2.7. Pembuatan Basis DataSistem Basis data merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan dan sekumpulan program (DBMS) yang memungkinkan beberapa pemakai atau program lain untuk mengakses dan memanipulasi file (tabel) tersebut. Desain Database Model basisdata GIS secara tipikal terdiri dari 2 tipe, yaitu :

Tipe file base , untk pengunaan bersifat stand alone (PC Desktop).

Contoh format data file base yaitu *.shp, coverge, *.dwg,*.dxf, *Tab dan lainlain.

Tipe RDBMS (Relational Database Management Sistem), untuk penggunaan

yang bersifat multiuser dengan flatform jaringan (client server) maupun berbasis Dekstop (enterprise geodatabase). RDBMS terdiri dari 2 tipe, yaitu personal geodatabase dan enterprise geodatabase. Contoh personal geodatabase, yaitu MsAccess sedangkan enterprise geodatabase adalah SQLServer, Oracle, MySQL, dll. Mengingat kondisi data yang semakin besar dan kompleks, serta terkait dengan integritas data dan menghindari berikut : duplikasi, maka modelbase RDBMS paling direkomendasikan dalam pekerjaan ini, dengan beberapa pertimbangan sebagai

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

15

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital Teknologi bersifat powerfull yang dapat mensupport obyek data yang kompleks, query yang besar dan transaksional data yang dinamis. Memudahkan dilakukan manajemen pengelolaan data secara bersama-sama (concurrency management) dalam lingkungan multiuser (LAN). Mempunyai standar backup, recovery dan replika data, Mempunyai unjuk kerja yang tinggi untuk user dalam jumlah banyak, Pemeliharaan data dapat dilakukan dalam jangka waktu yang panjang, tidak dipengaruhi perubahan personal dan hardware.

Arsitektur sistem merupakan arsitektur client server. Gambar Metoda Konversi dan Integrasi serta Migrasi Data/ DekstopGI S

Pradesain dan Konsultasi PradesainDesain basis data (physical database deSign) merupakan penjabaran terstruktur bagaimana coverage/ layer disimpan. Desain ini akan digunakan sebagai referensi pada proses otomasi data khususnya pada tagging data atribut. Spesifikasi desain detail layer disusun berdasarkan kondisi existing sumber data, perangkat lunak yang digunakan serta sasaran dari aplikasi yang akan dikembangkan. Penyusunan spesifikasi desain akan mempertimbangkan desain basis data yang sudah dikembangkan. Beberapa hal berikut ini merupakan faktor yang akan diidentifikasi selama penyusunan desain detail basis data :

1. Definisi file tabel atribut dan layer, yang menyangkut definisi layer dan spesifikasiitem pada atribut (nama item, tipe item, input width, output width, decimal). Definisi item pada tabel atribut merupakan format file data atribut (record) yang akan disimpan dalam perangkat lunak database. Setiap item didefinisikan

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

16

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital berdasarkan nama, tipe data, jumlah karakter (byte) yang digunakan untuk menyimpan record, angka dan jumlah desimal yang ingin ditampilkan.

2. Kode feature dan klasifikasi atribut. Deskripsi suatu atribut dapat berupanomor/angka, karakter alfanumerik, atau text/ keterangan, waktu/ tanggal dll. Untuk menghubungkan antara data atribut dan data spasial pada digunakan identifier (ID). coverage

3. Pengorganisasian layer. Pengorganisasian layer dilakukan berdasarkan kelompoktema feature (sungai, jaringan jalan, land use, batas administrasi dan sebagainya) mengingat hal ini lebih memudahkan dalam proses editing dan updating layer. Kumpulan layer-layer ini juga dengan mudah dapat digabungkan untuk menghasilkan kombinasi informasi yang diinginkan Tujuan perancangan basis data GIS, yaitu : Memenuhi semua requirements yang berkaitan dengan isi atau content Memberikan representasi struktur data yang efektif, efisien dan mudah Menghindari duplikasi data (redundancy) dan ketidakkonsistenan data dan informasi yang diperlukan oleh pengguna. dimengerti oleh pengguna. (inkonsistensi) data.

Mendukung setiap requirements yang erat kaitannya dengan pemrosesan

data dan kecepatan kinerja sistem. Kecepatan kinerja sistem terkait dengan kecepatan waktu respons, waktu pemrosesan, ruang penyimpanan dan lainlain. 2.2.8. Basis Data Spasial Peta Atlas Data yang telah melalui proses digitasi dan editing dimasukkan (upload) ke dalam geodatabase menggunakan ArcCatalog (bagian dari software ArcGIS). Kelebihan dari geodatabase adalah kemampuannya untuk menyimpan beragam data (vector, raster, survey data, table) dan menyimpan hubungan spasial (topologi, network) serta pengelolaan atribut (domain, joining ID, null value)

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

17

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Topologi Di dunia teknologi SIG, topologi merupakan model yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana perilaku geometri setiap objek. Contohnya dalam basis data administrasi dan garis pantai, disebutkan rule / aturan bahwa polygon batas administrasi tidak boleh saling overlap dan garis pantai harus tepat berbatasan dengan batas administrasi. Geodatabase topology merupakan topologi yang disimpan dalam bentuk feature class di dalam database. Hal tersebut membedakan dengan topologi yang dibuat diluar database, dimana topologi yang dibangun tidak dapat disimpan dan panggil kembali (dalam pekerjaan ini digunakan software ArcGIS). Topologi di dalam geodatabase memiliki ciri-ciri berikut : a. Property topologi Sebagai feature class Dapat ditentukan sejauh mana nilai toleransi validasi (cluster Pengukuran prioritas dalam validasi topologi (Ranks) Memiliki aturan topologi yang merepresentasikan hubungan objek di tolerance)

dunia nyata (topology rules) b. Menyimpan data error, eksepsi, dan dirty area sebagai geometri titik, garis atau polygon c. Otomatisasi pembuatan topologi (snap feature) ketika di-validasi

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

18

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Cluster tolerance dimaksudkan untuk : a. Menjadi pembatas jarak minimum antara satu objek dengan objek lainnya, dimana vertex akan dianggap menempel atau identik b. Nilainya berdasarkan batasan ketelitian peta (1/10 ketelitian peta atau lebih kecil lagi) c. Tidak dimaksudkan untuk editing data (bukan penghilang undershoot atau lainnya)

d. Berguna untuk memastikan integritas data, di mana : Garis saling memotong di vertek Garis bersebelahan menggunakan segmen yang sama Tidak ada vertek yang lebih dekat dari toleransi

Topologi rules merupakan sebuah set aturan yang menentukan jenis hubungan antar objek dan diimplementasikan di dalam geodatabase. Editing topologi Proses editing topologi akan melalui tahapan berikut : 1. Pembuatan feature class topology di ArcCatalog 2. Setting cluster tolerance, ranks, rules 3. Validasi topologi 4. Setelah proses validasi, geodatabase akan memberikan dirty area yang merupakan wilayah yang didalamnya terjadi kesalahan/error 5. Perbaiki error menggunakan ArcMap dan topologi edit tool 6. Untuk kasus tertentu, kesalahan/error dapat diterima/diloloskan sebagai exception

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

19

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Create Topology

Dirty Areas

Validate Topology

Edit Features

Ckuster Tolerance

Rules

Errors

Make exception

Ranks

Fix Errors

Exceptions

Gambar : Proses editing topology

Adapun aturan topologi / rule yang digunakan antara lain adalah: Topological RulesMust Must Must Must Must Must not overlap not have dangles not self intersect not self overlap not have gaps be single part

Point

Line

Polygon

Must be large than cluster tolerance Must not intersect (Kontur dan sungai)

Berikut aturan proses topologi untuk fitur garis (line) menggunakan software ArcGis antara lain : a) Must not overlap

Gambar Contoh proses topologi fitur line (must not overlap)Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL 20

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital b) Must Not Intersect

Gambar Contoh proses topologi fitur line (must not intersect)

c) Must Not Have Dangles

Gambar Contoh proses topologi fitur line (must not have dangles)

d) Must Not self Overlap

Gambar Contoh proses topologi fitur line (must not self overlap)

e) Must Not self Intersect

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

21

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Gambar Contoh proses topologi fitur line (must not self Intersect)

f) Must be single part

Gambar Contoh proses topologi fitur line (must be singgle part)

Berikut aturan proses topologi untuk fitur Area (Polygon) menggunakan software ArcGis antara lain : a) Must not Overlap

Gambar Contoh proses topologi fitur area (must not overlap)

b) Must not have gaps

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

22

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Gambar Contoh proses topologi fitur area (must not have gaps)

2.3.

Hasil Pekerjaan Hasil yang harus diserahkan dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut : 1. Laporan; Laporan Kemajuan Pekerjaan, yang terdiri dari : Laporan Pendahuluan (Inception Report); Laporan Tengah (Mid Term Report); Draft laporan akhir; Laporan Akhir.

2. Data digital Produk Atlas Nasional Indonesia I, II, dan III; 3. Basis Data Geospasial (Geodatabase).

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

23

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

BAB 33.1.

RENCANA PENGELOLAAN PEKERJAANSusunan Tim

Pekerjaan Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital melibatkan beberapa tenaga ahli dari berbagai ilmu terutama yang terkait dengan ilmu kebumian dan wilayah, serta didukung oleh beberapa tenaga penunjang yang menguasai proses pengolahan data grafis (peta). Susunan tim yang dilibatkan dalam pekerjaan ini tertera seperti pada tabel di bawah.Tabel 3.1 : Susunan Personil Tenaga Ahli Tenaga Ahli / Profesi Ketua Tim Pelaksana Ahli Database Persyaratan Pendd. S1 S1 Pengalaman (tahun) 5 5 Jumlah (Orang) 1 1 Waktu Penugasan (Bulan) 5 5

No. 1. 2.

Tenaga Pendukung

No.

Tenaga Pendukung

Jumlah (Orang)

Waktu Penugasan (Bulan) 4 2

1. 2.

Operator Pelaksana GIS Tenaga Administrasi

4 1

3.2.

Organisasi Pelaksana

Organisasi pelaksanaan pekerjaan disusun dengan tujuan: a. Terciptanya sistem koordinasi yang baik antara pelaksana pekerjaan dengan pemberi pekerjaan serta unit-unit terkait, b. Terciptanya koordinasi internal perusahaan sehingga terjadi sinergi yang optimal untuk setiap anggota tim, Dengan tercapainya faktor-faktor tersebut berarti kelancaran jalannya pekerjaan secara keseluruhan diharapkan dapat lebih optimal dan memenuhi jadual yang ditetapkan. Adapun struktur organisasi pekerjaan dapat dilihat pada gambar di bawah.Gambar 3.1 Struktur organisasi pelaksanaDeputi Bidang IDS BAKOSURTANAL 24

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Pusat Atlas BAKOSURTANAL

Tim Supervisi

Ketua Tim

Ahli Database

Operator GIS

Operator GIS

Operator GIS

Operator GIS

Keterangan:

Garis komando Garis koordinasi

3.3.

Deskripsi Tugas dan Tanggungjawab Personil setiap

Dalam pelaksanaan Pekerjaan Pemutakhiran Peta Kawasan Kecamatan

personil mempunyai tugas dan tanggungjawab sehingga masing-masing anggota tim bekerja sesuai dengan porsinya. Adapun deskripsi tugas dan kewenangan setiap personel diuraikan seperti pada tabel di bawah.Tabel 3.2 : Deskripsi Tugas dan Tanggungjawab Personil No. 1 Jabatan dalam Tim Ketua Tim Deskripsi Tugas Mengawasi dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan konsultan Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli yang terlibat. Bertanggung jawab atas masalah teknis selama pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja. Menyiapkan semua laporan untuk setiap tahapan kegiatan. Melakukan koordinasi teknis. Melakukan pengelolaan data. Membantu ketua tim pelaksana dalam pembuatan laporan teknis. Membangun database spasial. Bertanggungjawab dalam produksi peta digital Bertanggangjawab dalam pencetakan peta Operator digitasi dibawah koordinasi tenaga database dan Team Leader Mengarsip seluruh dokumen yang terkait dengan kegiatan proyek Menyiapkan seluruh dokumen (surat, laporan) yang diperlukan untuk kebutuhan administrasi25

2 Ahli Database

3

Operator GIS

4 Tenaga Administrasi

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

BAB 4

JADWAL PEKERJAAN

4.1.

Rencana Jadwal Pekerjaan Jadwal pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan waktu pelaksanaan pekerjaan yaitu selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK). Waktu kerja ini ekivalen dengan tiga bulan hari kalender. Untuk optimalisasi pemanfaatan waktu yang tersedia maka perlu disusun jadwal pelaksanaan pekerjaan. Jadwal pelaksanaan pekerjaan disajikan pada tabel di bawah.

4.2.

Rencana Penugasan Personil Untuk merealisasikan jadwal kerja seperti yang digambarkan pada tabel di atas, maka harus didukung penugasan personil yang tepat. Penugasan personil disusun berdasarkan pertimbangan volume pekerjaan, personil yang dibutuhkan dan waktu yang dialokasikan. Jadual penugasan personil dapat dilihat pada tabel di bawah.

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

26

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

Tabel: Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

BULAN KE No. 1 2 3 4 POSISI Team Leader / Ahli GIS Ahli Database Operator GIS Tenaga Administrasi I II III IV V

4.3.

Tahapan Laporan informasi dalam bentuk laporan sangat diperlukan sebagai

Penyampaian

pertanggungjawaban kepada pemberi pekerjaan, serta untuk pemantauan, pengendalian, manajemen dan teknis pelaksanaan kegiatan, mulai dari tahap persiapan, perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan, serta langkah-langkah yang telah diambil. Pelaporan terdiri dari :1. Laporan

Pendahuluan, Laporan ini memuat Persiapan, Metodologi Pekerjaan,

Rencana Pengelolaan Pekerjaan, jadwal dan organisasi pelaksanaan, sebanyak 5 (lima) buku.2. Laporan Tengah, memuat laporan kemajuan pekerjaan dan permasalahan yang

mungkin timbul serta solusi pemecahannya, dilampiri dengan progres kemajuan kegiatan, diserahkan sebanyak 5 (lima) buku.3. Draft Laporan Akhir, merupakan laporan yang memuat draft akhir proses pekerjaan

lengkap seluruh pelaksanaan pekerjaan termasuk hasil pemrosesan dan penyajian data, diserahkan sebanyak 5 (lima) buku.4. Laporan Akhir, Laporan akhir merupakan laporan seluruh pelaksanaan pekerjaan

termasuk hasil pemrosesan dan penyajian data, direkam dalam format digital dalam media DVD-ROM sebanyak 2 (dua) set dan buku laporan akhir sebanyak 5 (lima)

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

27

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

4.4.

Kurva S

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

28

Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial Digital

BAB 5

PENUTUP

Laporan Pendahuluan ini merupakan laporan awal yang berisi rencana kerja serta metodologi yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, sehingga laporan ini menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data

Spasial Digital oleh pelaksana kegiatan dari PT. Citra Rupabumi Konsultan maupun pihakpenyedia jasa konsultansi yaitu tim teknis dari Pusat Atlas BAKOSURTANAL. Kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini, akan tergantung dari dukungan secara penuh penyedia jasa konsultansi terhadap pelaksanaan kegiatan, karena dukungan tersebut tidak hanya untuk menghindari terganggunya kegiatan tim konsultan, tetapi juga dalam rangka memberikan jaminan standar kualitas kerja yang tinggi terhadap pemberi kerja secara teknis maupun non teknis. Terima kasih kami sampaikan atas kepercayaan yang diberikan pihak BAKOSURTANAL kepada kami selaku pelaksana kegiatan Konversi Data Atlas Hardcopy menjadi Data Spasial

Digital, kami masih memerlukan masukan-masukan agar peleaksanaan pekerjaan ini dapatberjalan dengan baik dan lancar.

Deputi Bidang IDS BAKOSURTANAL

29