laporan pendahuluan dhf kahar

25
LAPORAN PENDAHULUAN DHF LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER 1. DEFINISI a. DHF menurut Ngastiyah (1997, hal : 341) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh argo virus (arthropodgorn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes algopictus dan aedes aegepty). b. Menurut Behrman ( 2000 ) Dengue Hemorrhagic Fever adalah sindrom klinik lunak yang disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa arthropoda, ditandai dengan deman bifasik, mialgia atau artralgia, ruam, leukopenia, dan limfadenopati. c. Pendapat dari ahli lain tentang Dengue Hemorrhagic Fever adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ( arbovirus ) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Suriadi, 2001, hal : 157). Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa Dengue Hemorrhagic Fever adalah suatu penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue tipe I, II, III, IV yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes, ditandai dengan demam bifasik, mialgia atau atralgia, ruam, leukopenia dan limfadenopati. 2. ETIOLOGI

Upload: cudengimoet

Post on 27-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

LAPORAN PENDAHULUAN DHF

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

1.    DEFINISI

       a.      DHF menurut Ngastiyah (1997, hal : 341) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh argo virus

(arthropodgorn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes algopictus dan aedes

aegepty).

       b.      Menurut Behrman ( 2000 ) Dengue Hemorrhagic Fever adalah sindrom klinik lunak yang

disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa arthropoda, ditandai dengan deman bifasik, mialgia

atau artralgia, ruam, leukopenia, dan limfadenopati.

        c.      Pendapat dari ahli lain tentang Dengue Hemorrhagic Fever adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue ( arbovirus ) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegypti (Suriadi, 2001, hal : 157).

Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa Dengue Hemorrhagic Fever adalah

suatu penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue tipe I, II, III, IV yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk aedes, ditandai dengan demam bifasik, mialgia atau atralgia, ruam,

leukopenia dan limfadenopati.

2.    ETIOLOGI

Penyakit DBD disebabkan oleh :

1.    Virus dengue dengan tipe DEN 1

2.    Virus dengue dengan tipe DEN 2

3.    Virus dengue dengan tipe DEN 3

4.    Virus dengue dengan tipe DEN 4

Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Virus yang

banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.

( www. litbang.depkes.go.id, 2005 )

Page 2: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

3.    KLASIFIKASI

        a.     Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif,

Trombositopeni dan hemokonsentrasi

        b.     Derajat II Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain

         c.     Derajat III Kegagalan Sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin, lembab, gelisah

        d.     Derajat IV Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.

          ( Suriadi, 2001, hal : 59 )

4.    PATOFISIOLOGI

        a.     Virus Dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan

kemudian akan bereaksi dengan antibody dan membentuk kompleks virus-antibody, dalam

sirkulasi akan mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan

C5a, dua peptida yang berdaya untuk melapaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai

factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui

endotel dinding itu.

        b.     Terjadi trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

(promtrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya

perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

         c.     Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pemduluh

darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis

hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.

        d.     Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma, klien mengalami

hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan

kematian.

(Suriadi, 2001, hal : 5758)

 

 

PATOFLOW

     Infeksi virus dengue

     melalui gigitan nyamuk aedes aegypti

           ↓

Page 3: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

Membentuk virus antibody

           ↓

   Aktivasi

komplemen

Trombosit kehilangan                    Menstimulasi SSP                          Merangsang sel-sel

Fungsi agregasi dan                     meningkatkan sistem                       monosit, eosinofil,

Mengalami metamorfosis            imun tubuh melawan                     neotropil dan makrofag

    ↓                                               infeksi                                               ↓

Dimusnahkan oleh                                      ↓                                        Mengeluarkan zat

Retikuloendoteal                     Peningkatan metabolisme                     pirogen endogen

    ↓                                                tubuh                                               ↓

Trombositopenia                                         ↓                                  Menstimulasi hipotalamus

   ↓                                       Peningkatan kerja                                       ↓

Peningkatan permeabilitas              sistem pencenaan                     Peningkatan suhu tubuh

  Kapiler                                             ↓                                                    ↓

   ↓                                     Peningkatan produksi                    Metabolisme meningkat

     Kebocoran plasma                       asam lambung                                          ↓

ke daerah Ekstravaskuler                            ↓                                    Katabolisme penggunaan

   ↓                                                                Mual                                       dan

pembakaran

       Perdarahan                                           ↓                                           energi meningkat

    ↓                                            Anoreksia                                             ↓

Resiko kekurangan cairan                       ↓                                            Kelemahan fisik

                                              Intake nutrisi                                          ↓

                                             tidak adekuat                              Intoleransi aktifitas

                                                                                                                               

Page 4: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

5.      MANIFESTASI KLINIS

Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :

a.      Deman tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38° C – 40° C ).

b.      Manifestasi perdarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva,

epitaksis, melena dan sebagainya

c.       Hepatomegali ( pembesaran hati )

d.      Syok, TD menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih

rendah

e.       Trombositopeni, pada hari 3 – 7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000/mm3

f.       Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit

g.      Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai : anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut,

diare, kejang dan sakit kepala

h.      Pendarahan pada hidung dan gusi

i.        Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya

pembuluh darah.

( www. litbang.depkes.go.id, 2005 dan Ngastiyah, 1997, hal :342-342)

6.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

            a.      Pemeriksaan Trombositopenia (100.000 atau kurang).

            b.      Pemeriksaan Hematokrit konsentrasi.

Hematokrit yang meningkat 20% atau lebih dari hematokrit sebelumnya.

(Mediacentre/factsheets/fs117/en,2004).

             c.      Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)

            d.      Lg. D. dengue positif.

             e.      Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia dan

hiponatremia.

             f.      Urium dan pH darah mungkin meningkat.

            g.      Asidosis metabolic : pCO2 < 35 – 40 mmHg dan GCO3 rendah.

            h.      SGOT / SGPT mungkin meningkat.

 (Nursalam, M. Nurs, Rekawati Susilaningrum. SST, Sri Utami, 2005, hal : 165)

Page 5: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

7.      KOMPLIKASI

a.      Syok

Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan

banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan intravaskuler.

b.      Ikterus pada kulit dan mata

Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana hemoglobin akan dipecah

menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya deposit bilirubin.

c.       Kematian

Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari Dengue Hemorrhagic Fever apabila terjadi

Dengue Shock Syndrom ( DSS ) yang akan berakibat kepada kematian.

( www. pdpersi.co.id, 2003 )

8.      PENATALAKSANAAN

A. Medis

                     1.      Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus. Pasien

diberi banyak minum yaitu 1 ½  - 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan

obat antipiretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal

diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg im; anak > 1 tahun 75 mg. jika 15 menit

kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/ kg BB. Infus diberikan pada

pasien DHF tanpa renjatan apabila : pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum

sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat.

                     2.      Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang akibat kebocoran

plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL. Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon

diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan

renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba,

amplitude nadi sudah cukup besar, tekanan sistolik 80 mmHg dan kecapatan tetesan dikurangi

menjadi 10 mL/ kg BB/ jam. Pada pasien dengan syok berat atau syok berulang perlu dipasang

CVV untuk mengukur tekanan vena sebtral melalui vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat

di ICU.

Page 6: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

(Ngastiyah, 1997, hal : 344-345).

                     3.      Cairan (rekomendasi WHO)

a.      Kristaloid

1.      Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer laktat (D5/RL).

2.      Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat (D5/RA).

3.      Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan faali (D5/GF).

b.      Koloid

1.      Dextran 40

2.      Plasma

(Arif Mansjoer, 2001, hal : 422)

B.  Keperawatan

               1.      Derajat I

Pasien istirahat, obsevasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam

sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan kompres dingin.

               2.      Derajat II

Segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2 tempat karena

dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus atau tetesan cairan tetap tidak lancer

maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan

plasma darah dan yang lain cairan biasa.

               3.      Derajat III dan IV (DSS)

a.   Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan cara diguyur

kecepatan 20 mL/ kg BB/ jam.

b.   Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.

c.    Pengawasan tanda-tanda vital dilakukan setiap 15 menit.

d.   Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.

e.    Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya baik obat-obatan

maupun darah yang diperlukan.

f.    Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan gastrointestinal biasanya

dipasang nasogastrik tube (NGT) untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT perlu

dibilas dengan Nacl karena sering terdapat bekuan darah dari tube. Tube dicabut bila perdarahan

Page 7: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair walaupun

feses mengndung darah hitam kemudian lunak biasa.

(Ngastiyah, 1997, hal : 345-346)

9.      NURSING CARE PLAN

NO. DX TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

1. Resiko kekurangan

volume cairan b.d

perdarahan

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam, maka

diharapkan volume

cairan tubuh

adekuat dengan

kriteria hasil :

1.      Mempertahankan

output urin > 1300

ml/ hr

2.      Mempertahankan

TD, nadi, suhu

dalam rentang

normal

3.      Mempertahankan

elastisitas, turgor

kulit, membran

mukosa tetap

lembab, serta

orientasi terhadap

orang, tempat,

waktu secara baik

1.     Kaji keadaan

umum klien dan

TTV.

2.     Observasi adanya

tanda syok.

3.     Berikan cairan

intravena sesuai

program dokter.

4.     Anjurkan klien

untuk banyak

minum

1.    Untuk mengetahui

dengan cepat

penyimpangan dari

keadaan normalnya.

2.    Agar dapat segera

dilakukan tindakan

untuk menangani syok

yang dialami klien.

3.    Pemberian cairan

intravena sangat

penting bagi klien

yang mengalami

defisit volume cairan.

4.    Asupan cairan sangat

diperlukan untuk

menambah volume

cairan tubuh.

2. Hipertermi b.d

proses penyakit

Setelah dilakukan

tindakan

1.    Mengkaji saat

timbulnya demam

1.   Untuk

mengidentifikasi pola

Page 8: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

keperawatan selama

3x24 jam, maka

diharapkan : Suhu

tubuh kembali

normal dengan

kriteria hasil :

1.      Suhu tubuh normal

(36-37ºC)

2.      Pasien bebas dari

demam

2.    Mengobservasi

TTV : suhu, nadi,

TD, RR setiap 3

jam atau lebih

sering

3.    Memberikan

penjelasan tentang

penyebab demam

atau peningkatan

suhu tubuh

4.    Memberikan

penjelasan pada

pasien/keluarga

tentang hal-hal

yang dapat

dilakukan untuk

mengatasi demam

dan menganjurkan

pasien/keluarga

untuk kooperatif.

5.    Menjelaskan

pentingnya tirah

baring bagi pasien

dan akibatnya juka

hal tersebut tidak

dilakukan.

demam pasien

2.   TTV merupakan

acuan untuk

mengetahui keadaan

umum pasien.

3.   Penjelasan tentang

kondisi yang dialami

pasien dapat

membantu pasien/

keluarga mengurangi

kesemasan yang

timbul.

4.   Keterlibatan keluarga

sangat berarti dalam

proses penyembuhan

pasien di rumah sakit

5.   Penjelasan yang

diberikan pada

pasien/keluarga akan

memotivasi pasien

untuk kooperatif.

3. Nyeri b.d proses

patologis penyakit

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

1.   Mengkaji tingkat

nyeri yang dialami

klien.

1.   Untuk mengetahui

berapa berat nyeri

yang dialami klien.

Page 9: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

3x24 jam, maka

diharapkan tidak

terjadi nyeri dengan

kriteria hasil :

1.      Menggunakan

rentang skala nyeri

untuk

mengidentifikasi

tingkat nyeri dan

menentukan rasa

nyaman

2.      Mengungkapkan

bagaimana

mengelola nyeri

3.      Mengungkapkan

kemampuan untuk

beristirahat dan

tidur

4.      Mengungkapkan

cara pengelolaan

nyeri tanpa efek

farmakologi

2.   Mengkaji faktor-

faktor yang

mempengaruhi

reaksi klien

terhadap nyeri.

3.   Memberikan posisi

yang nyaman,

usahakan situasi

ruangan yang

tenang.

4.   Memberikan

suasana gembira

bagi klien, alihkan

perhatian klien dari

rasa nyeri.

5.   Memberikan obat

analgetik

(kolaborasi dokter).

2.   Reaksi klien terhadap

nyeri dapat

dipengaruhi oleh

berbagai faktor.

3.   Untuk mengurangi

rasa nyeri.

4.   Dengan melakukan

aktivitas lain klien

dapat sedikit

melupakan

perhatiannya terhadap

nyeri yang dirasakan.

5.   Untuk menekan dan

mengurangi nyeri

klien.

4. Ketidakseimbangan

nutrisi; kurang dari

kebutuhan tubuh

b.d

ketidakmampuan

pemasukan,

mencerna makanan

atau mengabsorbsi

zat-zat gizi.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam, maka

diharapkan Nutrisi

tubuh adekuat

dengan kriteria hasil

:

1.      Memiliki keinginan

1.    Mengkaji keluhan

mual, sakit menelan

dan muntah yang

dialami oleh pasien.

2.    Mengkaji cara

bagaimana

makanan

dihidangkan.

1.      Untuk menetapkan

cara mengatasinya.

2.      Cara menghidangkan

makanan dapat

mempengaruhi nafsu

makan pasien.

3.      Membantu

Page 10: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

untuk meningkatkan

berat badan secara

progresif

2.      Berat badan dalam

batas normal sesuai

rentang tinggi badan

dan usia

3.      Mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

4.      Tidak memiliki

tanda-tanda

malnutrisi

3.    Memberikan

makanan yang

mudah ditelan

seperti : bubur, tim

dan hidangan saat

masih hangat.

4.    Memberikan

makanan dalam

porsi kecil dan

frekuensi sering.

5.    Menjelaskan

manfaat

makanan/nutrisi

bagi pasien

terutama pada saat

pasien sakit.

6.    Memberikan

umpan balik positif

saat pasien mau

berusaha

menghabiskan

makanannya.

7.    Mencatat

jumlah/porsi

makanan yang

dihabiskan oleh

pasien setiap hari.

8.      Memberikan nutrisi

parenteral

(kolaborasi dengan

mengurangi kelelahan

pasien dan

meningkatkan asupan

makanan karena

mudah ditelan.

4.      Untuk menghindari

mual dan mentah.

5.      Meningkatkan

pengetahuan pasien

tentang nutrisi

sehingga motovasi

untuk makan

meningkat.

6.      Memotivasi dan

meningkatkan

semangat pasien.

7.      Untuk mengetahui

pemenuhan nutrisi

pasien.

8.      Nutrisi parenteral

sangat

bermanfaat/dibutuhka

n pasien terutam jika

intake per oral sangat

kurang.  Jenis dan

jumlah pemberian

Page 11: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

dokter). nutrisi parenteral

merupakan wewenang

dokter.

5.        Resiko infeksi b.d

prosedur invasif.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam, maka

diharapkan Tidak

terjadi infeksi

dengan kriteria hasil

:

1.  Menunjukkan

tanda-tanda bebas

dari infeksi

2.  Mengetahui tanda-

tanda infeksi

3.  Mempertahankan

jumlah sel darah

putih dalam batas

normal

4.  Mendemonstrasikan

secara tepat

perawatan infeksi

1.   Lakukan teknik

aseptik saat

melakukan tindakan

pemasangan infus.

2.   Mengobservasi

daerah pemasangan

infus setiap hari.

3.   Observasi TTV

1.    Teknik aseptik

merupakan tindakan

preventif terhadap

kemungkinan terjadi

infeksi.

2.    Untuk mengetahui

tanda infeksi secara

dini.

3.    Infeksi dapat

diketahui dari

penyimpangan nilai

TTV

6. Intoleransi aktivitas

b.d kelemahan

menyeluruh.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam, maka

diharapkan

Aktivitas klien

kembali normal

dengan kriteria hasil

1.   Kaji hal-hal yang

mampu atau tidak

mampu dilakukan

oleh klien

sehubungan dengan

kelemahan fisiknya.

2.   Bantu klien

memenuhi

1.   Untuk mengetahui

tingkat

ketergantungan klien

dalam memenuhi

kebutuhannya.

2.   Klien membutuhkan

Page 12: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

:

1.      Berpartisipasi

dalam aktivitas fisik

yang telah

ditentukan dengan

peningkatan yang

tepat pada denyut

jantung, tekanan

darah dan

pernapasan

2.      Memelihara warna

kulit normal dan

kulit tetap hangat

serta kering dengan

adanya aktivitas

3.      Mengungkapkan

pemahaman pada

kebutuhan untuk

peningkatan

aktivitas secara

bertahap

4.      Meningkatkan

toleransi aktivitas

kebutuhan

aktivitasnya sesuai

dengan tingkat

keterbatasan.

3.   Bantu klien untuk

mandiri sesuai

dengan

perkembangan

kemajuan fisiknya.

4.   Jelaskan tentang

hal-hal yang dapat

membantu dan

meningkatkan

kekuatan fisik

klien.

bantuan dalam

aktivitas karena

kelemahan.

3.   Dengan melatih

kemandirian klien,

maka klien tidak

mengalami

ketergantungan.

4.   Dengan penjelasan

yang diberikan maka

klien termotivasi

untuk meningkatkan

kekuatan fisiknya.

7. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan kurangnya

informasi.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan selama

3x24 jam, maka

diharapkan

Pengetahuan klien

meningkat dengan

kriteria hasil :

1.   Mengkaji tingkat

pengetahuan

pasien/keluarga

tentang penyakit

Dengue

Hemorrhagic Fever.

1.      Untuk memberikan

informasi pada

pasien/keluarga,

perawat perlu

mengetahui sejauh

mana informasi atau

pengetahuan tentang

penyakit yang

Page 13: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

1.     Mengungkapkan

tentang penyakit,

mengenal

kebutuhan

pengobatan,

memahami

pengobatan

2.     Mengungkapkan

kemampuan untuk

bekerjasama dalam

mengontrol status

kesehatan

3.     Mengungkapkan

sumber-sumber

yang dapat

digunakan sebagai

sumber informasi

atau aspek

pendukung

2.   Mengkaji latar

belakang

pendidikan

pasien/keluarga

3.   Menjelaskan

tentang proses

penyakit, diet,

perawatan dan obat-

obatan pada pasien

dengan bahasa dan

kata-kata yang

mudah dimengerti.

4.   Menjelaskan semua

prosedur yang akan

dilakukan dan

manfaatnya bagi

pasien.

5.   Memberikan

kesempatan pada

pasien/keluarga

untuk menanyakan

hal-hal yang ingin

diketahui

diketahui pasien serta

kebenaran informasi

yang telah didapatkan

sebelumnya.

2.      Agar perawat dapat

memberikan

penjelasan sesuai

dengan tingkat

pendidikan mereka

sehingga penjelasan

dapat dipahami dan

tujuan direncanakan

tercapai.

3.      Agar informasi dapat

diterima dengan

mudah dan tepat

sehingga tidak

menimbulkan

kesalahpahaman.

4.      Dengan mengetahui

prosedur atau tindakan

yang dialami pasien

akan kooperatif dan

kecemasannya

menurun.

5.      mengurangi

kecemasan dan

memotovasi pasien

untuk kooperatif

Page 14: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

sehubungan dengan

penyakit yang

dialami pasien.

6.   Menggunakan

leaflet atau gambar-

gambar dalam

memberikan

penjelasan ( jika

ada/memungkinkan

).

selama masa

perawatan atau

penyembuhan.

6.      Gambar-gambar atau

media cetak seperti

leaflet dapat

membantu mengingat

penjelasan yang telah

diberikan karena dapat

dilihat atau dibaca

berulang kali.

REFERENSI

Bherman, 2000, Nelson-Ilmu Kesehatan Anak, vol. 3, EGC, Jakarta

Black, M, Joyce, et. al, 1997, Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of

Care, 5th edition, Vol. 1, W.B. Saunders Company, Philadelphia, New York

Boyles, Bonita, E, RN, BSN, 1999, Ashwill and Doske. Clinical Companion for Nursing Care of

Children Principles and Practice, W.B. Sounders Company, Philadelphia

Doenges, Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien ed. 3, EGC, Jakarta

Engel, Joyce, 1999, Pengkajian Pediatrik, eds. 2, EGC, Jakarta

Gaffar, La Ode Jumadi, 1997, Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta

Page 15: Laporan Pendahuluan Dhf Kahar

Google, 2005. Demam Berdarah Dengue, http://www.google.com

Hudak & Gallo, 1997, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, eds. 5, vol. 2, EGC, Jakarta

Medicastore, 2004, Demam Berdarah, http : // www.medicastore. Com

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC Jakarta.

Nurachmah, Elly, 2001, Nutrisi Dalam Keperawatan, CV. Sagung Seto, Jakarta

Nursalam, 2000, Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, Yayasan IAPK

Pajajaran, Bandung

Potter, Patricia A, 1997, Fundamental of Nursing, Consept, Process and Practice, 4th, Mosby-

Year Book, inc, St. Louise-Missouri

Price, Sylvia Anderson, 2005, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 4, jilid

2, Jakarta : EGC

Robert Priharjo, 1997, Pengkajian Fisik Keperawatan, EGC, Jakarta

Sloane, Ethel, 2004, Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C, 1995, Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, EGC, Jakarta

Suryadi, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, PT Fajar Inter Pratama, Jakarta

Who, 2005, Dengue and Dengue Haemorragic Fever, http:/who.int.com

Wong, Donna L, 2002, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, eds. 4, EGC Jakarta

Wong, Donna L, 2002, Whaley & Wong’s. Nursing Care of Infant and Children, 57h, vol. 1,

Mosby-Year Book, inc, St. Louise, Missouri

http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd.html

http://klikharry.wordpress.com/2007/02/08/ppencapaian-pprogram-pemberantasan-penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd-di-puskesmas-sukarami-palembang-tahun-2004-2005-2006/