laporan pendahuluan dhf

29
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI PAGA KASUS DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI RUANG PAVILLIUN IV RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM I. KONSEP DASAR TEORI A. Definisi Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341). Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan 5 – 7 hari disertai gejala perdarahan dan jika timbul tengatan angka kematiannya cukup tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201) Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).

Upload: febriana-dwi-lestari

Post on 02-Jan-2016

1.508 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Haematologi

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

HEMATOLOGI PAGA KASUS DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

DI RUANG PAVILLIUN IV RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM

I. KONSEP DASAR TEORI

A. Definisi

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang

disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi

mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer

&Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Aegypti dan Aedes Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan

5 – 7 hari disertai gejala perdarahan dan jika timbul  tengatan angka

kematiannya cukup tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat

pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya

memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987; 16).

B. Etiologi

1. Virus dengue

Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada

berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia,

maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto,

1990; 36).

2. Vektor : nyamuk aedes aegypti

yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne

siensis, infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan

terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;

420).

3. Host : pembawa.

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia

akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga

ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun

virus dengue tipe lainnya.

C. Klasifikasi

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi

menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :

1. Derajat I :

Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif

2. Derajat II :

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan

spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis,

melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

3. Derajat III :

Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi

lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan

darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80

mmHg.

4. Derajat IV

Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140

mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4

derajat :

1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet

(+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.

3. Derajat III

4. Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah

rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.

5. Derajat IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat

diukur.

Dengue Shock Syndrome ( DSS )

Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindroma syok yang terjadi

pada penderita Dengue  Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau demam berdarah

dengue.

Dengue syok sindrom bukan saja merupakan suatu permasalahan

kesehatan masyarakat yang menyebar dengan luas atau tiba – tiba, tetapi

juga merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30 – 50 % penderita

demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan

demam suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan

adekuat.

D. Manifestasi Klinis

1. Demam :Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2 – 7

hari

2. Setiap manifestasi perdarahan berikut : petekia, purpura, ekimosis,

epistaksis, gusi berdarah, dan hematemesis dan / atau melena.

3. Uji torniquet positif : Uji torniquet dilakukan dengan memompa manset

tekanan darah sampai suatu titik tengah antara tekanan sistolik dan diastolik

selama 5 menit. Hasil uji di nyatakan positif jika tampak 10 atau lebih

petekia per 2,5 cm2. Pada kasus DHF, uji tersebut biasanya memberikan

hasil yang pasti positif bila tampak 20 petekia atau lebih. Hasil uji mungkin

negatif atau agak positif selama fase syok yang dalam. Hasil tersebut

kemudian akan menjadi positif, bahkan terkadang sangat positif, jika

dilakukan setelah pulih dari syok.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

4. Pembesaran hati (hepatomegali) : Tampak pada beberapa tahap penyakit

yaitu sekitar 90 – 98 % pada anak anak di thailand, tetapi di negara lain

frekuensinya mungkin bervariasi.

5. Syok : Di tandai dengan denyut yang cepat dan lemah di sertai tekanan

denyut yang menurun ( 20 mmHg atau kurang ), atau hipotensi, juga

dengan kulit yang lembab, dingin, dan gelisah.

6. Temuan laboratorium

a. Trombositipenia ( 100.000 / mm3 atau kurang )

b. Hemokonsentrasi, peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau

lebih

Dua kriteria klinis pertama, di tambah dengan trombositopenia dan

hemokonsentrasi atau peningkatan jumlah hematokrit, sudah cukup untuk

menetapkan diagnosis klinis DHF. Efusi pleura ( tampak melalui rontgen dada )

dan / atau hipoalbuminemia menjadi bukti penunjang adanya kebocoran

plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada pasien yang anemia dan / atau

mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi

dan trombositipenia memperkuat diagnosis terjadinya DHF / DSS. ( WHO,

2005 : 19 )

E. Siklus Demam DHF

Demam Pelana Kuda

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

Ciri-ciri Demam DBD atau Demam Pelana Kuda

1. Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi

Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang

mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak

merah di kulit.

2. Hari 4 – 5 Fase KRITIS

Fase demam turun drastic dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.

Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock

Syndrome”

3. Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan

Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.

F. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan

virtemia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi

komplek imun Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan

melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan

merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu

hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi

hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas

dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya

komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga

terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal

tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock

dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi

Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran

plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi

jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat

hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia

terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada

daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan

peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari

ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila

kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai

akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan

(3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi

faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas

kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati;

trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419)

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

G. Komplikasi

1. Syok

Pada Dengue Hemorrhagic Fever derajat IV akan terjadi syok yang

disebabkan kehilangan banyak cairan melalui pendarahan yang diakibatkan

oleh ekstravasasi cairan intravaskuler.

2. Ikterus pada kulit dan mata

Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana

hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh

adanya deposit bilirubin.

3. Kematian

Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari Dengue Hemorrhagic

Fever apabila terjadi Dengue Shock Syndrom ( DSS ) yang akan berakibat

kepada kematian.

( www. pdpersi.co.id, 2003 )

H. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Darah Lengkap

a. Trombosit menurun.

b. HB meningkat lebih 20 %

c. HT meningkat lebih 20 %

d. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

e. Protein darah rendah

f. Ureum PH bisa meningkat

g. NA dan CL rendah

h. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

2. Rontgen thorax : Efusi pleura.

3. Uji test tourniket (+)

I. PENATALAKSANAAN

1. Medis

a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien

dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1 ½  - 2 liter

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik

dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan.

Luminal diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg im;

anak > 1 tahun 75 mg. jika 15 menit kejang belum berhenti luminal

diberikan lagi dengan dosis 3 mg/ kg BB. Infus diberikan pada pasien

DHF tanpa renjatan apabila : pasien terus menerus muntah, tidak dapat

diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan

hematokrit yang cenderung meningkat.

b. Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai pengganti cairan

hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL.

Jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau

plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan

renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah

teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar,

tekanan sistolik 80 mmHg dan kecapatan tetesan dikurangi menjadi 10

mL/ kg BB/ jam. Pada pasien dengan syok berat atau syok berulang

perlu dipasang CVV untuk mengukur tekanan vena sebtral melalui

vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU. (Ngastiyah, 1997,

hal : 344-345).

c. Cairan (rekomendasi WHO)

Kristaloid

a) Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan

Ringer laktat (D5/RL).

b) Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan

Ringer Asetat (D5/RA).

c) Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam

larutan faali (D5/GF).

Koloid

a) Dextran 40

b) Plasma

(Arif Mansjoer, 2001, hal : 422)

2. Keperawatan

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

a. Derajat I

Pasien istirahat, obsevasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb

dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24

jam dan kompres dingin.

b. Derajat II

Segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah sering

dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem

dibuka tetesan infus atau tetesan cairan tetap tidak lancer maka jika 2

tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk

memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.

c. Derajat III dan IV (DSS)

a. Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit

(RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 mL/ kg BB/ jam.

b. Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.

c. Pengawasan tanda-tanda vital dilakukan setiap 15 menit.

d. Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.

e. Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan

secepatnya baik obat-obatan maupun darah yang diperlukan.

f. Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan

gastrointestinal biasanya dipasang nasogastrik tube (NGT) untuk

membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT perlu dibilas

dengan Nacl karena sering terdapat bekuan darah dari tube. Tube

dicabut bila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah

membaik sudah boleh diberikan makanan cair walaupun feses

mengndung darah hitam kemudian lunak biasa.

(Ngastiyah, 1997, hal : 345-346)

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas

DBD dapat mengenai pada semua umur yang tinggal di daerah tropis.

2. Keadaan Umum

Terjadinya peningkatan suhu tubuh / demam dan disertai ruam macula

popular.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Umumnya klien dengan DHF datang ke Rumah Sakit dengan keluhan

demam akut 2 – 7 hari, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, malaise,

mual, muntah, sakit kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati,

pendarahan spontan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Diantara penyakit yang pernah diderita yang dahulu dengan penyakit DHF

yang dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF penyakit

itu berulang.

5. Riwayat Penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain, yang tinggal

didalam satu rumah / beda rumah dengan jarak yang berdekatan sangat

menentukan karena ditularkan melalui gigitan nyamuk.

6. Riwayat Penyakit Lingkungan

DHF ditularkan oleh 2 nyamuk yaitu: Aedes aeyipry dan Aedes albopiehis,

hidup dan berkembang biak didalam rumah yaitu pada tempat

penampungan air bersih seperti kaleng bekas, bak mandi yang jarang

dibersihkan.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem pernafasan : Tidak ada gangguan dalam pernafasan.

b. Sistem persyarafan : Gangguan dalam sistem persyarafan adalah

terdapat respon nyeri.

c. Sistem cardiofaskuler : Terjadi pendarahan dan kegagalan sirkulasi.

d. Sistem pencernaan : Terjadi anorexia, mual dan muntah.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

e. Sistem otot dan integument : Ditemukan peteckie, pegal-pegal pada

seluruh tubuh.

f. Sistem eliminasi : Terjadi gangguan pada sistem eliminasi alvi yaitu

terjadi konstipasi.

8. Pengelompokan Data

a. Data  Subyektif

Panas

Lemah

Nyeri ulu hati

Mual dan tidak nafsu makan

Sakit menelan

Pegal seluruh tubuh

Nyeri otot, persendian, punggung dan kepala

Haus

b. Data Obyektif

Suhu tinggi selama 2 - 7 hari

Kulit terasa panas

Wajah tampak  merah , dapat disertai tanda kesakitan

Nadi cepat

Selaput mukosa mulut kering

Ruam dikulit lengan dan kaki

Epistaksis

Nyeri tekan pada epigastrik

Hematomesis

Melena

Gusi berdarah

Hipotensi

9. Data Penunjang

a. Hematokrit meningkat

b. Trombositopenia

c. Masa perdarahan memanjang

B. Diagnosa Keperawatan

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan  mual, muntah, anoreksia.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas  dinding plasma.

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah

baring.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya

volume cairan tubuh.

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien

dapat berkurang dengan kriteria hasil:

Pasien mengatakan kondisi tubuhnya nyaman.

Suhu 36,80C-37,50C

Tekanan darah 120/80 mmHg

Respirasi 16-24 x/mnt

Nadi 60-100 x/mnt

b. Intervensi:

Kaji saat timbulnya demam.

R/ : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.

Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam

R/ : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

pasien.

Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam)

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

R/ : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang

banyak.

Berikan kompres hangat

R/ : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang

mempercepat penurunan suhu tubuh.

Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

R/ : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh

Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program

dokter

2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan nyeri pasien dapat

berkurang dan menghilang dengan kriteria hasil:

Pasien mengatakan nyerinya hilang

Nyeri berada pada skala 0-3

Tekanan darah 120/80 mmHg

Suhu 36,8C-37,5C

Respirasi 16-20 x/mnt

Nadi 60-100 x/mnt

b. Intervensi:

Observasi tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi, durasi)

R/ : Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan/resolusi komplikasi.

Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dan tindakan

kenyamanan

R/ : Lingkungan yang nyaman akan membantu proses relaksasi

Berikan aktifitas hiburan yang tepat

R/ : Memfokuskan kembali perhatian; meningkatkan kemampuan

untuk menanggulangi nyeri.

Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

R/ : Keluarga akan membantu proses penyembuhan dengan melatih

pasien relaksasi.

Ajarkan pasien teknik relaksasi

R/ : Relaksasi akan memindahkan rasa nyeri ke hal lain.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik

R/ : Memberikan penurunan nyeri.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan  mual, muntah, anoreksia

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam

diharapkan perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat

teratasi dengan kriteria:

Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat

Menunjukkan tingkat energi biasanya

Berat badan stabil atau bertambah

b. Intervensi:

Observasi keadaan umam pasien dan keluhan pasien.

R/ : Mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.

Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan

dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien

R/ : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari

kebutuhan terapeutik

Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi

R/ : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk

absorbsi dan utilisasinya)

Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki yang sesuai

dengan program diit.

R/ : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam

pencernaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang

Ajarkan pasien dan Libatkan keluarga pasien pada perencanaan

makan sesuai indikasi.

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

R/ : Meningkatkan rasa keterlibatannya; Memberikan informasi

kepada keluarga untuk memahami nutrisi pasien

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas  dinding plasma

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama … x 24 jam diharapkan kebutuhan

cairan terpenuhi dengan kriteria hasil:

TD 120/80 mmHg

RR 16-24 x/mnt

Nadi 60-100 x/mnt

Turgor kulit baik

Haluaran urin tepat secara individu

Kadar elektrolit dalam batas normal.

b. Intervensi:

Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tanda vital.

R/ : hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan 

takikardi

Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

Kaji suhu warna kulit dan kelembabannya

R/ : pernapasan yang berbau aseton berhubungan dengan

pemecahan asam aseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis

harus terkoreksi

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran

mukosa

R/ : demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan

dehidrasi.

Pantau masukan dan pengeluaran cairan

R/ : merupakan indicator dari dehidrasi.

memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan

program pengobatan.

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari

dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.

R/ : mempertahankan volume sirkulasi.

Catat hal-hal  seperti mual, muntah dan distensi lambung.

R/ : kekurangan cairan dan elektrolit menimbulkan muntah

sehingga kekurangan cairan dan elektrolit.

Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan

BB, nadi tidak teratur

R/ : pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi

menimbulkan kelebihan beban cairan

Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa,

pantau pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K)

R/ : mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi

kebutuhan cairan

5. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri, terapi tirah

baring

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan selama … x 24 jam diharapkan pasien

dapat mencapai kemampuan aktivitas yang optimal, dengan kriteria

hasil:

Pergerakan pasien bertambah luas

Pasien dpt melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan

(duduk, berdiri, berjalan)

Rasa nyeri berkurang

Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai

dengan kemampuan

b. Intervensi:

Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

R/ : mengetahui derajat  kekuatan otot-otot  kaki pasien.

Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas.

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

R/ : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif

dalam tindakan keperawatan

Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas

bawah sesui kemampuan.

Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya

R/ : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter (pemberian

analgesik)melatih otot – otot kaki sehingga berfungsi dengan baik

R/ : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya

volume cairan tubuh

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi syok

hipovolemik dengan kriteria hasil:

TD 120/80 mmHg

RR 16-24 x/mnt

Nadi 60-100 x/mnt

Turgor kulit baik

Haluaran urin tepat secara individu

Kadar elektrolit dalam batas normal.

b. Intervensi:

Monitor keadaan umum pasien

R/ : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama

pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok

dan dapat segera ditangani.

Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam.

R/ : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.

Monitor tanda perdarahan

R/ : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien

tidak sampai syok hipovolemik

Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

R/ : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang

dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

Berikan transfusi sesuai program dokter

R/ : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang

hilang.

Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik.

R/ : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin

7. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia

a. Tujuan dan kriteria hasil:

Setelah dilakukan perawatan .. x 24 jam diharapkan tidak terjadi

perdarahan dengan kriteria hasil:

Tekanan darah 120/80 mmHg

Trombosit 150.000-400.000

b. Intervensi:

Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis

R/ : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh

darah.

Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

R/ : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

perdarahan

Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan

lebih lanjut

R/ : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya

R/ : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang

diberikan.

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan

dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)

yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam

pelaksanaan rencana tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan, yaitu

tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi (Hidayat, 2008)

E. Evaluasi Keperawatan

1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,5C

2. Nyeri hilang atau berkurang

3. Gangguan pemenuhuan kebutuhan nutrisi tubuh tercukupi

4. Keseimbangan volume cairan

5. Aktivitas dan kebuthan sehari-hari terpenuhi

6. Syok hipovolemik tidak terjadi

7. Tidak terjadi perdarahan luas

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN DHF

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan. EGC ; Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Edisi Ketiga. Jakarta : Media

Aesculapius.

Anonym. 2011. Siklus Demam DBD : "Pelana Kuda". http://andrikarim. blogspot.

com/2011/06/siklus-demam-dbd-pelana-kuda.html.

Anonym. 2011. Laporan pendahuluan DHF. http://bayuardinugroho.blogspot.

com/2011/04/laporan-pendahuluan-d-h-f.html.

Anonym. 2012. Laporan Pendahuluan DHF pada Anak dan Dewasa . http://

immanueldwinugroho.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-

none-x.html

Anonym. 2012. Laporan Pendahuluan DHF (Dengue Haemoragic Fever). http:

//bagibagiwak.blogspot.com/2012/12/laporan-pendahuluan-dhf-dengue.html

Anonym. 2013. Laporan Pendahuluan DHF (Dengue Haemoragic Fever).

http://efrialfred.blogspot.com/2013/02/laporan-pendahuluan-dhf-dengue.html

Anonym. 2011. Laporan Pendahuluan DHF . http://rereners.blogspot.

com/2011/02/laporan-pendahuluan-dhf.html