laporan pembuatan uji pati

17
PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID PEMBUATAN DAN UJI AMYLUM MANIHOT Kelompok 3: Hera Cahyawati Indri Ita Amalia Mawaddah Jessica Windi Pratiwi Kiki Anggrani Larasati Wiranti Febrina Yessi Dwisanti Dosen: Husnani, M.Sc., Apt. AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK TAHUN AJARAN 2014/2015

Upload: yessidwisanti

Post on 16-Dec-2015

352 views

Category:

Documents


48 download

DESCRIPTION

tek.sed.solid

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDPEMBUATAN DAN UJI AMYLUM MANIHOT

Kelompok 3:Hera CahyawatiIndriIta Amalia MawaddahJessica Windi PratiwiKiki AnggraniLarasatiWiranti FebrinaYessi Dwisanti

Dosen:Husnani, M.Sc., Apt.

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK TAHUN AJARAN 2014/2015

Tanggal praktek: Kamis, 21 Mei 2015PEMBUATAN DAN UJI AMYLUM MANIHOTTujuan-Mengetahui cara pembuatan pati dengan bahan dasar singkong-Mengetahui pengujian yang dilakukan untuk identifikasi pati singkong sesuai dengan teoriDasar TeoriAmilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Poedjiadi, A. 2009).Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Gunawan,2004).Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asama mineral menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif (Gunawan, 2004).Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi adalah jagung (Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang (Solanum tuberosum), ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot utilissima) (Gunawan, 2004)Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal, membulat atau sferoidal dam mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum dan kentang mempunyai komposisi yang kurang seragam, masing-masing mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan, 2004).Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria (Gunawan, 2004).Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah (Anwar, 2004).Amilum hidroksi-etil adalah bahan yang semisintetik yang digunakan sebagai pengencer plasma (dalam larutan 6%). Ini merupakan pengibatan tasmbahan untuk kejutan yang disebabkan oleh pendarahan, luka terbakar, pembedahan, sepsis, dan trauma lain. Sediaan amilum yang terdapat dalam pasaran adalah Volex (Gunawan, 2004).Fungsi amilum dalam dunia faramasi digunakan sebagai bahan penghancur atau pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan (Syamsuni H,A. 2007).- Pati SingkongEksipien merupakan bahan tambahan dalam sediaan farmasi yang tidak memiliki efek farmakologis. Amilum merupakan eksipien yang sering digunakan dalam pembuatan tablet kempa langsung. Amilum pada sediaan tablet berfungsi sebagai pengisi, pengikat dan penghancur (Rowe, et al., 2009).Disamping itu, amilum bersifat inert dan ekonomis (Plackett, 2011). Namun, amilum memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang rendah (Qiu, et al., 2009). Sifat alir yang rendah dapat mempengaruhi keseragaman bobot tablet yang nantinya juga mempengaruhi homogenitas kandungan zat aktif di dalam sediaan. Eksipien dengan kompresibilitas yang rendah akan menghasilkan tablet yang rapuh sedangkan kompresibilitas yang tinggi akan menghasilkan tablet dengan waktu hancur yang lama (Qiu et al., 2009). Oleh sebab itu, perlu dilakukan modifikasi fisik terhadap amilum.Pada penelitian Yamini, et al., (2011), amilum singkong memiliki kemampuan sebagai pengikat yang lebih baik dibandingkan dengan amilum jagung dan amilum kentang. Amilum singkong memiliki amilopektin lebih tinggi yaitu 83% dibandingkan amilum jagung dengan amilopektin 72% dan amilum kentang dengan amilopektin 79%. Amilopektin dalam air dapat membentuk larutan koloidal. Bila larutan koloidal dipanaskan maka akan terbentuk massa yang lengket, sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai bahan pengikat yang dapat meningkatkan sifat alir amilum- Pembuatan Pati SingkongUmbi singkong dikupas, dicuci dengan air sampai bersih. Singkong yang telah bersih dipotong kecil-kecil, kemudian dihancurkan menggunakan blender dengan bantuan akuades dimana perbandingan singkong: akuades (2 : 1)b/v. Selanjutnya diperas dan disaring menggunakan kain flannel. Air hasil saringan tersebut didiamkan selama 24 jam hingga terbentuk endapan. Kemudian endapan dicuci dengan akuades sampai diperoleh endapan amilum yang lebih jernih sedangkan cairan supernatan dibuang. Endapan yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 50C selama 24 jam, lalu digerus dan diayak dengan ayakan nomor 80 (Soebagio, 2009).- Pengujian Pati Singkong1) Uji IdentifikasiDibuat suspensi 1 gram amilum singkong dalam 50 mL akuades, dipanaskan sampai mendidih selama 1 menit, hingga terbentuk larutan yang encer. Campur 1 mL suspensi dengan 0,05 mL iodium 0,005M. Hasil positif menunjukkan terbentuknya warna biru tua (Depkes RI, 1995).2) Uji organoleptisDiamati penampilan fisik amilum singkong yang meliputi warna, bau, dan rasa amilum (Depkes RI, 1995).3) Uji pHDicampurkan 1 gram amilum dengan 10 mL air bebas CO2 selama 1 menit. Pengujian pH amilum menggunakan pH meter (Oakton pH 510 series). Amilum singkong memiliki pH sekitar 4,5-7,0 (Rowe et al., 2009).4) Uji Susut PengeringanDisiapkan botol timbang, kemudian dipanaskan pada suhu 105C selama 30 menit, lalu timbang. Dilakukan pekerjaan tersebut sampai memperoleh bobot botol timbang yang konstan atau perbedaan hasil antara 2 penimbangan tidak melebihi 0,005 gram. Ditimbang 1 gram amilum masukan ke dalam botol timbang dan diratakan dengan menggoyangkan botol, hingga berupa lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, lalu dimasukkan ke dalam oven, buka tutupnya, dikeringkan pada suhu 105C hingga bobot konstan. Nilai susut pengeringan yang baik adalah kurang dari 15% (Depkes RI, 1995).5) Uji MikroskopikAmilum singkong secukupnya diletakkan pada gelas objek. Ditambahkan 2 tetes akuades, diamati susunan amilum, bentuk hilus dan lamela dari amilum singkong di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali (Depkes RI, 1995). Amilum singkong memiliki susunan amilum tunggal, letak hilusnya di tengah, bentuk hilusnya berupa titik atau bercabang tiga dan lamela tidak jelas.6) Uji MakroskopikDitimbang amilum sebanyak 100 gram, selanjutnya dilakukan pengayakan bertingkat dengan ayakan nomor 20, 40, 60 dan 80. Derajat kehalusan amilum dapat ditentukan melalui nomor ayakan dari ayakan bertingkat tersebut (Depkes RI, 1995).7) Uji Distribusi Ukuran PartikelDitimbang 100 gram amilum. Dilakukan pengayakan secara bertingkat mulai dari mesh 20, 40, 60, 80, dan 100 selama 15 menit. Hasil pengayakan dari masing-masing mesh ditimbang. Persentase fines yang dikehendaki adalah 10%-20% (Ansel, 2005).8) Uji KelembabanDitimbang 5 gram amilum yang telah dikeringkan dan kemudian dikeringkan kembali di dalam oven pada suhu 1050C selama 15 menit (Ansel, 2005)9) Uji Sifat AlirDitimbang 100 gram amilum, kemudian dimasukkan ke dalam corong alir. Amilum dituang melalui tepi corong secara perlahanlahan ke dalam corong yang bagian bawahnya tertutup. Tutup corong bagian bawah dibuka secara perlahan-lahan dan amilum dibiarkan mengalir keluar hingga membentuk kerucut.Dicatat waktu yang diperlukan (detik) dengan menggunakan stopwatch sampai semua amilum melewati corong (Voigt, 1995). Dan diukur tinggi amilum yang berbentuk kerucut tersebut dan jari-jari amilum (Voigt, 1995).10) Uji Kompresibilitasa. Bobot jenis nyataDitimbang serbuk zat uji yang telah dikeringkan sebanyak 50 gram. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL dan dicatat volumenya (Voigt, 1995)..b. Bobot jenis mampatDitimbang serbuk zat uji yang telah dikeringkan sebanyak 50 gram. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL dan dicatat volumenya. Setelah itu dilakukan pengetukan hingga volumenya konstan (Voigt, 1995).c. KompresibilitasPersen kompresibilitas dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran bobot jenis nyata dan bobot jenis mampat. Amilum dengan nilai kompresibilitas 12-18% akan memiliki sifat alir yang baik (Voigt, 1995).Alat dan BahanAlat

- Pisau- Baskom- Penyaring- Kain- Parutan- Gelas beaker

Bahan

- Pati singkong- Aquadest- Iod

Cara Kerja

singkong1.Pembuatan Pati Singkong

- Dikupas- Dicuci dengan air mengalir

Bubur singkong- Diparut hingga halus

- Diperas sambil disaring

AmpasAir pati

- Dibiarkan mengendap selama 1x24 jam- Dibilas dengan air hingga endapan jernih- Dibuang air yang tersisa

Pati singkong murni

- Dikeringkan didalam lemari lampu seri- Digerus- Diayak

Pati Singkong

1 gram Amilum2.Identifikasi Pati

- Dibuat suspensi dalam 50 ml aquadest- Dipanaskan sampai mendidih selama 1 menit, sampai terbentuk larutan encer

Warna biru tua- Dicampur 1 ml suspensi dengan 0,05 ml iod 0,005 M

3.Uji organoleptisDiamati penampilan fisik amilum singkong yang meliputi, warna, bau dan rasa amilum.4.Mikroskopis

Amilum singkong qs

- Diletakkan pada gelas objek- Ditambahkan 2 tetes aquadest

Tampak amilum secara mikroskopik - Diamati susunan amilum, bentuk hilus dan lamela dari amilum singkong dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400X

Hasil dan PembahasanPada praktikum kali ini telah dilakukan pembuatan pati singkong serta pengujian terhadap pati singkong yang kami buat. Proses pembuatan pati singkong diawali dengan pemilihan bahan yang baik, yaitu singkong besar, empuk dan tidak cacat atau rusak karena busuk atau dimakan hewan lain. Kami menggunakan sebanyak 6 kg singkong mentah. Kemudian singkong dikupas dan dibersihkan dengan air mengalir. Hal ini bertujuan agar kotoran yang melekat pada bahan tidak naik lagi dan mengalir bersama air.Selanjutnya singkong diparut agar menjadi bubur singkong yang kemudian akan diambil air hasil perasannya. Bubur singkong diberi air sekucupnya agar tekstur bubur tidak terlalu kental. Kemudian bubur singkong diperas dengan menggunakan kain yang berpori kecil. Hal ini bertujuan agar air yang mengandung pati hasil perasan turun tanpa diikuti oleh ampas. Setelah itu, air hasil perasan ditampung dalam wadah untuk di endapkan selama 24 jam lamanya. Pati yang mengendap dibuang airnya yang berada di bagian atas. Kemudian, dibilas agar pengotor pati terangkat dan dibuang bersama air. Hal ini dilakukan hingga air yang berada diatas pati berwarna jernih yang menunjukkan bahwa tidak adanya lagi pengotor yang terkandung. Pati yang mengendap dikeruk dan dipindahkan di dalam loyang untuk selanjutnya dilakukan pengeringan. Pengeringan ini dilakukan dengan media lampu seri. Dimasukkan ke dalam lemari yang dipasang lampu seri didalamnya kurang lebih selama sehari semalam sambil terus dilihat agar pati tidak gosong. Pati yang telah kering diangkat untuk kemudian dilakukan penggerusan. Penggerusan dilakukan agar pati tidak menggumpal dan kemudian di ayak agak mendapatkan tekstur yang lebih halus. Jumlah pati yang didapatkan adalah sebesar 424,92 g.Setelah serangkaian proses pembuatan pati dilakukan, kemudian memasuki tahap pengujian pati. Hal ini dilakukan agar mengetahui apakah pati yang dibuat sudah baik dan benar bahwa itu adalah pati.Kali ini kami melakukan 3 pengujian terhadap pati singkong yang dibuat. Yaitu uji identifikasi pati, organoleptis dan mikroskopis. Uji identifikasi dilakukan dengan mengambil 1 g pati singkong kemudian dibuat suspensi dalam 50 ml aquadest. Kemudian dipanaskan selama 1 menit sampai terbentuk larutan encer. 1 ml suspensi yang terlah terbentuk kemudian ditambahkan dengan 0,05 ml iod 0,005 M. Apabila sampel benar pati, maka hasil positifnya adalah akan terbentuk warna biru tua. Hasil praktikum menunjukkan bahwa yang diidentifikasi adalah pati, karena terbentuk warna biru tua.Selanjutnya dilakukan uji organoleptis. Uji organoleptis dilakukan dengan pengamatan terhadap pati singkong meliputi bau, warna dan rasa. Berdasarkan pendapat para anggota kelompok, disimpulkan bahwa untuk pati singkong yang kami buat ini tidak memiliki bau, berwarna putih bersih dan tidak memiliki rasa. Uji organoleptis pati ini sudah sesuai dengan pemerian pati singkong di dalam Farmakope Indonesia ed.III bahwa pati singkong tidak memiliki bau, tidak berasa dan berwarna putih.Pengujian terakhir adalah uji mikroskopis. Yaitu uji yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop untuk mengamati hilus pati singkong. Amilum singkong memiliki susunan amilum yangn tunggal, letak hilus di tengah dan bentuk hilusnya bercabang tiga dan lamela tidak terlihat. Dari hasil pengujian sesuai dengan pustaka yaitu letak hilus amilum singkong yaitu berada di tengah yang dapat berupa titik, garis lurus atau bercabang tiga dan lamela tidak jelas.

Kesimpulan1.Tahap pembuatan pati singkong adalah: pengupasa, pemarutan, pemerasan dan pengeringan.2.Uji yang dilakukan sudah sesuai dengan teori, yakni; pati dibuat tidak memiliki bau, tidak berasa dan berwarna putih; memiliki hilus dan lamela yang tidak jelas.

Daftar PustakaAnsel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi 4th Edition. Penerjemah: Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press.Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Gunawan, D. dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya.Rowe, R.C., Paul, J.S., Marian, E. Q. 209. Handbook of Pharmaceutical Excipients Six Edition. USA: Pharmaceutical Press.Soebagio, B., N. Wathoni., dan R.K. Meko. 2009. Profil Aliran Dispersi Pati Ubi Jalar. Farm. Volume 7.Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: UGM-Press.Wicaksono, Y. dan Syifa, N. 2008. Pengembangan pati singkong-avicel PH 101 menjadi bahan pengisi co-process tablet cetak langsung. Majalah Farmasi Indonesia, 19.