laporan mitigasi bencana pesisir dan laut selesai
DESCRIPTION
reportTRANSCRIPT
MITIGASI BENCANA PESISIR DAN LAUT
JEPARA
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lokasi penelitian secara administratif merupakan kawasan pesisir
(coastal zone). Pesisir Kabupaten Jepara yang berhadapan langsung dengan
Laut Jawa, menjadikan pesisir Kabupaten Jepara sangat rentan dengan
perubahan garis pantai yang disebabkan oleh erosi maupun sedimentasi, hal ini
diperparah dengan belum optimalnya perlindungan pesisir Kabupaten Jepara.
Untk itulah dilakukan suatu tinjauan berdasarkan metode deskriptif
berdasarkan interpretasi penginderaan jauh dan SIG serta observasi dari
informasi yang berkaitan dengan daerah yang ditinjau untuk melihat seberapa
besar akibat dan pengaruh yang ditimbulkan dari erosi/abrasi maupun
sedimentasi pada daerah ini dan mitigasi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi dampak dan resiko bencana.
B. TUJUAN
Tujuannya adalah untuk mengetahui dampak erosi di pesisir Kabupaten
Jepara, mengetahui bentuk mitigasi yang telah dilakukan oleh masyarakat dan
pemerintah baik secara struktural maupun non-struktural, serta mengetahui
bentuk strategi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat di pesisir Kabupaten
Jepara.
C. LOKASI DAN WAKTU
Hari dan Tanggal : Selasa, 5 Juni 2012
Waktu : 15.00 WIB
Tempat : Kabupaten Jepara, Semarang Jawa Tengah
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kondisi Umum Daerah Penelitian
Sebagai salah satu Kabupaten di propinsi Jawa Tengah, Kabupaten
Jepara secara geografis berada pada 3° 23’ 20” sampai 4° 9’ 35” Bujur Timur
dan 5° 43’ 30” sampai 6° 47’ 44” Lintang Barat. Batas-batas administrasi
Kabupaten Jepara adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Demak. Sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Kudus dan Pati. Sebelah barat berbatasan dengan Laut
Jawa.
Pasang surut bersifat campuran dan dalam sehari semalam akan terjadi
satu kali pasang dan satu kali surut. Gelombang laut relatif tenang kurang dari 1
meter, namun terdapat juga arus-arus kuat. Tinggi gelombang pada kawasan ini
mencapai 50 cm pada siang hingga sore hari, hal ini diperkirakan ditimbulkan
oleh angin yang berhembus.
Gelombang yang terjadi dari arah utara biasanya lemah dan terkait
dengan angina yang berhembus pada musim peralihan, yaitu pada bulan Maret-
Mei serta antara bulan September sampai November. Angin timur dapat
menimbulkan gelombang yang cukup besar berlangsung selama musim timur,
yaitu bulan Juni-Agustus dengan tinggi gelombang mencapai 1,5 m. Kondisi
gelombang ini relatif kecil dibanding angin barat yang mempunyai potensi
gelombang lebih besar.
Arus di suatu perairan terutama disesbabkan oleh angin dan pasang
surut. Besarnya kontribusi masing-masing factor terhadap kekuatan dan arah
arus yang ditimbulkannya tergantung pada tipe perairan (pantai atau laut lepas)
dan keadaan geografisnya. Ditinjau dari kondisi geografisnya, arus di perairan
dipengaruhi oleh pasang surut dan angina. Akan tetapi dekat pantai dan muara
sungai arus pasang surut mendominasi.
B. Sejarah Bencana
Masyarakat sejumlah desa di lereng Pegunungan Muria di wilayah
Kabupaten Kudus, Pati, dan Jepara, Jawa Tengah, kerap disalahkan setiap kali
terjadi banjir di hilir. Seperti pada Februari 2008 yang merupakan sejarah
bencana banjir terburuk di Kabupaten Kudus dan PatI.
Banjir merendam jalan pantai utara atau pantura di Kecamatan Juwana,
Kabupaten Pati, setinggi 30-75 sentimeter sehingga arus lalu lintas macet dan
baru pulih dua minggu kemudian. Banjir pada tahun itu menyebabkan pula ribuan
rumah, ratusan hektar (ha) tambak bandeng dan udang, serta ribuan hektar
sawah di Pati dan Kudus tergenang.
Di Pati, banjir disebabkan luapan Sungai Juwana dan anak-anak
sungainya. Adapun di Kudus, banjir diakibatkan jebolnya tanggul Sungai Wulan
di delapan titik. Kedua sungai besar itu berhulu di Pegunungan Muria dan
Pegunungan Kendeng Utara.
Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Muria mencatat, lahan kritis di
Pegunungan Muria di Kudus, Pati, dan Jepara seluas 26.433 ha. Di Kudus
seluas 5.358 ha, Pati 6.075 ha, dan Jepara 15.000 ha. Sebagian besar lahan
kritis tersebut berupa lahan pertanian terbuka yang hanya ditanami tanaman
semusim.
Awal tahun 2011 di Kabupaten Jepara banyak terjadi bencana, seperti
puting beliung, tanah longsor, dan banjir. Puting beliung telah terjadi di beberapa
wilayah, sedangkan banjir berpotensi terjadi di Kecamatan Welahan,
Kalinyamatan, Mayong. Sedangkan k tanah longsor terjadi Kecamatan Pakisaji,
Keling, dan Donorojo.
C. Pengertian Mitigasi Bencana Pesisir dan Laut
Berdasarkan peraturan perundang – undangan mengenai Bencana,
maka yang dimaksud dengan:
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran
dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
III. Materi dan Metode
A. Alat dan Bahan
Satelit sebagai Data Primer
Peta ( Peta Jepara dan Peta Rawan Bencana )
DEM ( Digital Elevation Model )
Data Statistik
B. Metode
Metode Deskriptif
Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif berdasarkan
interpretasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sakarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat dekripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki.
Metode deskriptif dengan interpretasi Penginderaan Jauh dan SIG adalah
dengan mendeskripsikan daerah Rawan Bencana dengan menggunakan
Penginderaan Jauh dan SIG.
Metode Pendownloadan Citra
Download citra satelit daerah jepara melalui situs
http://earthexplore.usgs.gov
Citra daerah jepara yang sudah didownload kemudian digabungkan
menggunakan software ERMapper
Citra yang sudah digabung menjadi satu kemudian dikoreksi untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
Hasil gabungan dan koreksi diolah menggunakan software ArcGis untuk
membuat peta rawan bencana daerah Jepara
IV. Hasil Dan Pembahasan
A. Peta Rawan Bencana
Wilayah Kabupaten Jepara termasuk zona merah rawan bencana.
selain itu wilayah jepara juga masuk daerah yang curah hujannya tinggi akibat
pengaruh La Nina. Petir dan angin kencang juga diperkirakan masih
berlangsung hingga Maret mendatang. Data tersebut diperoleh berdasarkan
surat dan peta wilayah rawan bencana yang di terbitkan oleh BMKG Propinsi
Jawa Tengah.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jepara
Totok Setyanto mengatakan, pihaknya menerima pemetaan daerah rawan
bencana tersebut dua hari yang lalu dan langsung disosialisikan melalui SMS
Center Bupati dan ke beberapa instansi serta Kecamatan.
Akibatnya pengaruh la nina itu, maka cuaca ekstrim dan keadaan cuaca
dapat berubah sewaktu – waktu. Selain itu potensi untuk terjadi bencana angin
puting beliung sangat besar. Dengan kondisi tersebut, maka masyarakat harus
tetap waspada dengan cuaca saat ini. Terlebih untuk nelayan yang akan pergi
melaut, sebab kecepatan angin yang tinggi akan memicu naiknya gelombang
laut. Dampak tersebut sudah dirasakan masyarakat jepara sejak minggu malam
lalu, hujan disertai dengan angin kencang cukup terasa diwilayah Jepara.
Warna pada peta diatas menunjukkan adanya perbedaan warna yaitu
Merah, Kuning dan Putih. Yang mana yang Merah menunjukkan kondisi rawan
bencana yang sangat parah dan dapat berakibat buruk bagi masyarakat
sekitarnya.
B. Mitigasi
Mitigasi terhadap suatu bencana dilakukan jika ada potensi dari suatu
bencana tersebut.
Pra Bencana
Merupakan suatu keadaan jika tidak terjadi bencana dan potensi terjadi
bencana. Dilihat dari keadaan wilayah Jepara maka potensi bencana yang terjadi
dapat berupa banjir, abrasi dan sedimentasi.
Kerusakan pantai utara (pantura) akibat abrasi di Kabupaten Jepara,
Jawa Tengah, kian parah dan hingga kini mencapai 610.527 meter persegi
daratan hilang. Bahkan, kini air laut Jawa telah menggerus Pulau Panjang,
Jepara. Jika tak segera ditangani dalam beberapa tahun lagi, pulau ini akan
hilang. Kerusakan pantai akibat abrasi di Jepara tersebar pada lima kecamatan
yakni Kedung 97.179 meter persegi, Jepara Kota 73.742 meter persegi, Mlonggo
55.175meter persegi, Kembang 5.589 meter persegi, dan Keling 378.842 meter
persegi. Ini merusakkan garis pantai sepanjang 15,3 kilometer. Hal ini disebakan
Rusaknya terumbu karang dan hutan mangrove mengakibatkan tak ada
penangkal gelombang pasang, sehingga gelombang langsung menerjang pantai
hingga mengakibatkan kelongsoran.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terjadinya abrasi di suatu
lokasi akan memberikan dampak terjadinya sedimentasi di lokasi lain. Luasan
dan panjang abrasi di sepanjang Kabupaten Jepara terlihat lebih besar
dibandingkan dengan sedimentasi. Hasil interpretasi Citra Aster tahun 2006,
serta overlay Peta LPI 1999 dengan hasil tracking diperoleh, abrasi terjadi hampir
di seluruh garis pantai kecamatan pesisir di Kabupaten Jepara.
Pola abrasi yang terjadi menunjukan, abrasi paling besar terjadi di
Kecamatan Keling yaitu di Desa Ujung Watu. Sedimentasi yang terjadi tingkatnya
lebih rendah dibanding abrasi. Lokasi sedimentasi dengan tingkat paling tinggi
terjadi di Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung. Perubahan ini tidak lain
karena banyaknya bangunan yang menjorok ke pantai.
Perubahan garis pantai yang terjadi berupa abrasi dan sedimentasi
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor aktif berupa parameter
oseanografi (gelombang, arus,dan pasut) serta faktor pasif berupa morfologi
pantai dan litologi penyusun pantai itu sendiri. Studi menunjukan, dalam waktu 10
tahun ke depan perubahan garis pantai Jepara terjadi di lokasi sebagian besar
area yang mengalami abrasi adalah garis pantai yang menghadap ke arah barat
daya hingga barat laut atau garis pantai yang berupa tanjung (menonjol ke arah
laut-Red).
Total laju rata-rata abrasi di sepanjang garis pantai Kabupaten Jepara
adalah 219.605.01 meter kubik per tahun dengan laju rata-rata sedimentasi
sebesar 106.528.63 meter kubik per tahun.
Lokasi rawan bencana di Kabupaten Jepara meliputi beberapa wilayah
kecamatan yaitu Kec. Jepara, Kec. Mlonggo, Kec. Welahan, Kec. Kalinyamat,
Kec. Pecangan, Kec. Nalumsari, Kec. Mayong, Kec Kedung, Kec. Kembang,
Kec. Keling dan Kec. Batealit. Kejadian bencana di Kabupaten Jepara dominan
banjir dengan sekali kejadian tanah longsor di Kec. Singorojo pada tahun 2001.
Bencana banjir dengan korban cukup besar terjadi pada Kec. Nalumsari dan
Kec. Kalinyamat berupa tergenangnya pemukiman, areal persawahan serta
kerusakan fasilitas umum lainnya.
Dari kondisi biofisik lokasi bencana untuk Kec. Nalumsari bentuk lahan
berupa kipas dan lahan serta dataran alluvial, jenis tanah alluvial dan latosol,
penggunaan lahan dominan pemukiman, sawah dan tegalan, dengan tingkat
kelerengan landai (0 – 8%) dan curah hujan 2000 – 4000 mm/th. Untuk Kec.
Kalinyamat bentuk lahan berupa kipas lahar, dataran dan dataran alluvial,
penggunaan lahan berupa pemukiman, sawah dan tegalan, jenis tanah alluvial,
dengan tingkat kelerengan landai (0 – 8%) dan curah hujan 2000 – 3500 mm/th.
Dari kondisi biofisik dapat dianalisis daerah kejadian bencana banjir dengan
kelerengan landai yang mana dapat mengindikasikan adanya flood plain atau
dataran banjir, ditambah faktor pemanfaatan lahan berupa pemukiman tanpa
tutupan vegetasi permanen yang bagus. Jenis tanah alluvial menunjukkan
adanya endapan tanah akibat banjir. Jenis tanah latosol menunjukkan adanya
lapisan lempung. Pada peta daerah rawan banjir dapat dilihat persebaran lokasi
yang dilewati sungai, baik sungai utama maupun anak sungai.
Tanggap Darurat
Tanggap darurat dilakukan seharusnya lebih cepat terhadap lokasi yang
mengalami kerusakan agar dapat mengurangi resiko bencana yang akan datang.
Hal ini terdiri dari pemberian penyuluhan kepada masyarakat sekitar pesisir untuk
melestarikan lingkungan pesisir dan menghimbau untuk melakukan penanaman
kembali mangrove sebagai penahan gelombang dan sarana maupun prasarana
yang dapat mengurangi resiko bencana.
Pasca Bencana
Hal yang dilakukan pasca bencana meliputi Rehabilitasi dan
rekonstruksi. Maka upaya yang dilakukan dapat berupa revitalisasi berupa
pembuatan bangunan pemecah gelombang di daerah pantai untuk mengurangi
tingkat abrasi. Selain itu dilakukannya perluasan mangrove untuk wilayah yang
memungkinkan untuk dikembangkan, merehabilitasi pemecah gelombang lain
yang rusak beserta tanggulnya, pembangunan pemecah gelombang dan tanggul
baru, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pesisir dalam hal
tidak menebang kayu dari hutan bakau secara sembarangan, membuang
sampah untuk mencegah banjir.
Sedangkan untuk mitigasi terhadap sedimentasi adalah dengan
penataan kawasan hulu (upland management) yang berfungsi sebagai penadah
air dan penahan sedimentasi dari bukit gundul ke muara – muara sungai.
Perlunya penghijauan di sekitar lokasi tambak yang berguna menahan erosi dan
sedimentasi.
V. KESIMPULAN
Dampak yang ditimbulkan dari bencana ini adalah terjadinya abrasi/erosi, banjir,
sedimentasi maupun pendangkalan. Maka dalam hal ini dilakukan upaya mitigasi
berupa revitalisasi terhadap bangunan pemecah gelombang, perluasan
mangrove, rehabilitasi pemecah gelombang yang rusak serta tanggulnya,
pembangunan pemecah gelombang dan tanggul baru, peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pelestarian lingkungan berupa pembuangan sampah pada
tempatnya dan penataan kawasan hulu (upland management) sebagai penadah
air dan penahan sedimentasi dari bukit yang gundul ke muara – muara sungai
serta penghijauan disekitar lokasi tambak sebagai penahan erosi dan
sedimentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda-kabupaten-jepara//2012/diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//
Pengembangan Metode Analisis Dampak Kenaikan Muka Air Laut, Litbang-LAPAN, 2011/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//
http://jepara.antarkota.com/2011/11/17/sulitnya-penanganan-banjir/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//
http://www.jatengprov.go.id/?amp;mid=wartadaera&mid=wartadaera&listStyle=gallery&page=23&sort_index=readed_count&order_type=asc&document_srl=18761/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//
www.Suara Merdeka .com//banyak bangunan menjorok ke pantai/2012/ diakses pada tanggal 12-06-2012, pukul 20.00 wib//
LAMPIRAN
Peta Semarang
Peta Rawan Bencana
Citra Pengindraan Jauh yang digunakan yaitu Citra Landsat :
Jepara
Data Pelengkap
MITIGASI BENCANA PESISIR DAN LAUT
JEPARA
Disusun Oleh:
Christiani Silalahi
K2E009015
JURUSAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012