laporan lipid fix
DESCRIPTION
lipidaTRANSCRIPT
1
I. JUDUL PERCOBAAN : UJI KUANTITATIF LIPIDA
II. TANGGAL PERCOBAAN : Kamis, 20 November 2014
III. SELESAI PERCOBAAN : Kamis, 20 November 2014
IV. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan angka peroksida dan asam lemak
bebas
V. DASAR TEORI
Lipid merupakan senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut
dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti
kloroform, benzol atau eter. Lipid disimpan didalam tubuh dalam bentuk trigliserida.
Struktur molekulnya kaya akan rantai unsur karbon (-CH2-CH2-CH2-) sehingga
lemak mempunyai sifat hidrofob. Fungsi lipid :
Penyimpan energi
Transportasi metabolik sumber energi
Sumber zat untuk sintese bagi hormon, kelenjar empedu serta menunjang proses
pemberian signal signal transducing
Struktur dasar atau komponen utama membran semua jenis sel.
Pelindung organ tubuh dan Alat angkut vitamin larut lemak
Pembentukan sel dan Sumber asam lemak esensial
Berdasarkan ada atau tidaknya ikatan ganda dalam struktur molekulnya,
minyak dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni:
(1) Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids)
Asam lemak jenuh antara lain terdapat pada air susu ibu (asam laurat)
dan minyak kelapa. Sifatnya stabil dan tidak mudah bereaksi/berubah menjadi
asam lemak jenis lain.
(2) Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty
acids) maupun majemuk (poly-unsaturated fatty acids).
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan atom karbon rangkap yang mudah
terurai dan bereaksi dengan senyawa lain, sampai mendapatkan komposisi yang
stabil berupa asam lemak jenuh. Semakin banyak jumlah ikatan rangkap itu
(poly-unsaturated), semakin mudah bereaksi/berubah minyak tersebut.
(3) Minyak dengan asam lemak trans (trans fatty acid)
Asam lemak trans banyak terdapat pada lemak hewan, margarin,
mentega, minyak terhidrogenasi, dan terbentuk dari proses penggorengan.
2
Lemak trans bersifat karsinogenik. Selain itu lemak trans juga meningkatkan
kadar kolesterol jahat, menurunkan kadar kolesterol baik, dan menyebabkan
bayi-bayi lahir prematur.
Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan
minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping adalah
bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Bungkil inti kelapa sawit
adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan,
sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil-kecil berbentuk bulat
panjang dengan diameter lebih kurang 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat
digunakan sebagai makanan ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
minyak sawit adalah air dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan
daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida padat,
refining loss, plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat
dan bilangan penyabunan. Semua faktor ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu
minyak inti kelapa sawit.
Rumus kimia dari asam palmitat atau minyak sawit :
Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas.
Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak,
kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan
kejernihan serta kemurnian produk.
Asam lemak bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak
terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan
oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak
sawit adalah gliserol dan FFA (Free Fatty Acid). Reaksi ini akan dipercepat dengan
adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi
ini berlangsung, maka semakin banyak kadar FFA yang terbentuk.
Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak
(FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2% pada saat pengapalan. Kualitas standar
minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5% FFA. FFA atau asam lemak
3
bebas ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang terdapat paling banyak dalam
minyak tertentu.
Rumus untuk mencari persen FFA :
( )
Reaksi yang terlibat dalam FFA adalah :
Asam palmitat + NaOH natrium hexadecan – 1 – olate + H2O
Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit
Karakteristik Minyak Sawit Inti Sawit Minyak Inti Sawit Keterangan
Asam lemak bebas
Kadar kotoran
Kadar zat menguap
Bilangan peroksida
Bilangan Iodine
Kadar logam (Fe, Cu)
Lovibond
Kadar minyak
Kontaminasi
Kadar pecah
5%
0,5%
0,5%
6 meq
44-58 mg/gr
10 ppm
3-4 R
-
-
-
3,5%
0,02%
7,5%
-
-
-
-
47%
6%
15%
3,5%
0,02%
0,2%
2,2 meq
10,5-18,5 mg/gr
-
-
-
-
-
Maksimal
Maksimal
Maksimal
Maksimal
-
-
-
Minimal
Maksimal
Maksimal
Bilangan Peroksida
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi
dan hidrolitik, baik ensimatik maupun non-ensimatik. Di antara kerusakan minyak
yang mungkin terjadi ternyata kerusakan karena autooksidasi yang paling besar
pengaruhnya terhadap cita rasa. Hasil yang diakibatkan oksidasi lemak antara lain
peroksida, asam lemak, aldehid dan keton. Bau tengik atau ransid terutama
disebabkan oleh aldehid dan keton. Untuk mengetahui tingkat kerusakan minyak
dapat dinyatakan sebagai angka peroksida atau angka asam thiobarbiturat (TBA).
4
Bilangan peroksida didefiniskan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap
1000 g (1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak
atau minyak yang telah mengalami oksidasi. Angka peroksida sangat penting untuk
identifikasi tingkat oksidasi minyak. Minyak yang mengandung asam- asam lemak
tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen yang menghasilkan suatu senyawa
peroksida. Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah
dengan metoda titrasi iodometri. Salah satu parameter penurunan mutu minyak goreng
adalah bilangan peroksida. Bilangan peroksida ini menunjukan tingkat kerusakan
lemak atau minyak. Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau
minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada angka yang lebih rendah bukan
selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini. Angka peroksida
rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan
dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat
mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain. Oksidasi lemak oleh oksigen
terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara,
sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan
kondisi penyimpanan. Minyak curah terdistribusi tanpa kemasan, paparan oksigen
dan cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan minyak kemasan.
Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan memacu
terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah dengan
kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah. Peroksida terbentuk pada tahap
inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen diambil dari senyawa oleofin menghasikan
radikal bebas. Keberadaan cahaya dan logam berperan dalam proses pengambilan
hidrogen tersebut. Radikal bebas yang terbentuk bereaksi dengan oksigen
membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil hidrogen dari molekul tak
jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang baru. Penentuan bilangan
peroksida didasarkan pada pengukuran sejumlah iod yang disebaskan dari kalium
iodide melalui reaksi oksidasi oleh peroksida pada suhu ruang di dalam medium
asam asetat atau kloroform.
Rumus untuk mencari bilangan peroksida :
( )
5
Reaksi pada bilangan peroksida :
Asam Palmitat + KI kalium hexadecane – 1 – olate + I2
I2 dititrasi dengan Na2S2O3
2e + I2 à 2I-
S2O32-
à S4O62-
+ 2e
I2 + 2S2O32-
à 2I- + S4O6
2-
Penentuan peroksida kurang baik dengan cara iodometri biasa meskipun
peroksida bereaksi sempurna dengan alkali iod. Hal ini disebabkan karena peroksida
jenis lainnya hanya bereaksi sebagian. Di samping itu dapat terjadi kesalahan yang
disebabkan oleh reaksi antara alkali iodida dengan oksigen dari udara.
Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif
akan mengakibatkan ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin gelap).
Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu minyak sawit menjadi menurun.
Bila suatu lemak dipanaskan, pada suhu tertentu timbul asap tipis kebiruan.
Titik ini disebut titik asap (smoke point). Bila pemanasan diteruskan akan tercapai
flash point, yaitu minyak mulai terbakar (terlihat nyala). Jika minyak sudah terbakar
secara tetap disebut fire point. Suhu terjadinya smoke point ini bervariasi dan
dipengaruhi oleh jumlah asam lemak bebas. Jika asam lemak bebas banyak, ketiga
suhu tersebut akan turun. Demikian juga bila berat molekul rendah, ketiga suhu itu
lebih rendah. Ketiga sifat ini penting dalam penentuan mutu lemak yang digunakan
sebagai minyak goreng.
Hidrolisa
Dalam reaks ihidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan
minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak
tersebut.
6
VI. ALAT DAN BAHAN
ALAT:
Gelas kimia 1 buah
Pipet ukur secukupnya
Buret 1 buah
Erlenmeyer 4 buah
Statif 1 buah
Klem 1 buah
VII. ALUR KERJA
Penentuan Angka Peroksida
BAHAN:
Minyak jelantah
Larutan Asam asetat-kloroform (2:3)
Larutan KI jenuh
Na2S2O3 0,05 N
Larutan pati 1%
Larutan NaOH 0,05 N
Larutan baku oksalat 0,1 N
Indikator Phenolptalin 1 %
Etanol 96 %
3 gram sampel minyak jelantah
- Ditimbang
- Ditambah 30 ml larutan asam asetat
kloroform
- Digoyang-goyang erlenmeyernya sampai
bahan larut sempurna
- Ditambah 0,5 ml larutan KI jenuh
- Didiamkan selama 20 menit dengan sesekali
digoyang
- Ditambah 30 ml aquades
- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,05 N
sampai dengan warna kuning hampir hilang
- Ditambah 0,5 ml larutan pati 1%
- Dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3
0,05 N sampai dengan tidak berwarna
- Dihitung angka peroksidanya dalam
miliekivalen peroksida dalam 1000 mg
sampel
- Warna larutan tidak berwarna dan didapat
angka peroksida sampel dan blanko
7
Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA)
Warna larutan tidak berwarna dan didapat
angka peroksida sampel dan blanko
3 gram sampel aquades
- Ditimbang
- Ditambah 30 ml larutan asam asetat
kloroform
- Digoyang-goyang erlenmeyernya sampai
bahan larut sempurna
- Ditambah 0,5 ml larutan KI jenuh
- Didiamkan selama 20 menit dengan sesekali
digoyang
- Ditambah 30 ml aquades
- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,05 N
sampai dengan warna kuning hampir hilang
- Ditambah 0,5 ml larutan pati 1%
- Dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3
0,05 N sampai dengan tidak berwarna
- Dihitung angka peroksidanya dalam
miliekivalen peroksida dalam 1000 mg
sampel
-
- Diaduk rata dalam keadaan cair
- Ditambah 10 ml alkohol 96%
- Ditambah 5 tetes indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 0,05 N sampai
warna merah jambu
- Dihitung % lemak bebasnya
6 gram minyak jelantah
Warna larutan merah jambu dan didapat % FFA
8
- Diaduk rata dalam keadaan cair
- Ditambah 10 ml alkohol 96%
- Ditambah 5 tetes indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 0,05 N sampai
warna merah jambu
- Dihitung % lemak bebasnya
6 gram aquades
Warna larutan merah jambu dan didapat % FFA
9
VIII. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1.
Penentuan Angka Peroksida
- Sampel minyak
jelantah: berwarna
cokelat kehitaman (++)
- Larutan asam asetat
kloroform: tidak
berwarna
- Larutan KI: tidak
berwarna
- Larutan Na2S2O3: tidak
berwarna
- Larutan pati: tidak
berwarna
- Sampel + asam asetat
kloroform: larutan
coklat kekuningan
- Sampel + asam asetat
kloroform + KI: larutan
coklat kekuningan (+)
- Setelah 20 menit :
larutan sampel : coklat
kekuningan (++)
- Larutan sampel +
aquades : terdapat 2
lapisan, atas aquades;
bawah minyak
- Larutan sampel setelah
titrasi pertama : warna
lapisan atas memudar
- Minyak jelantah
berwarna coklat
kehitaman
CH3(CH2)14COOH(aq) +
KI(aq) I2 (aq) +
2CH3(CH2)14COH(aq) +
2KOH(aq)
- Angka peroksida
menunjukkan kualitas
dari minyak. Bila angka
peroksida yang
dihasilkan > 6 meg/kg
maka semakin jelek
kualitas dari minyak
tersebut
Angka peroksida yang
dihasilkan :
Sampel A : 69,56
Sampel B : 64,66
Sampel C : 69,60
Angka peroksida rata-rata:
67,94
Warna larutan tidak berwarna dan didapat
angka peroksida sampel
3 gram sampel minyak jelantah
- Ditimbang
- Ditambah 30 ml larutan asam asetat
kloroform
- Digoyang-goyang erlenmeyernya sampai
bahan larut sempurna
- Ditambah 0,5 ml larutan KI jenuh
- Didiamkan selama 20 menit dengan sesekali
digoyang
- Ditambah 30 ml aquades
- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai
dengan warna kuning hamper hilang
- Ditambah 0,5 ml larutan pati 1%
- Dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3
0,05 N sampai dengan tidak berwarna
- Dengan cara yang sama dibuat penetapan
untuk blanko dan dicatat volume yang
dibutuhkan
- Dihitung angka peroksidanya dalam
miliekivalen peroksida dalam 1000 mg
sampel
10
- Larutan sampel setelah
ditambah larutan pati
dan dititrasi : lapisan
atas tidak berwarna
- Volume Na2S2O3 hasil
titrasi 1 :
I : 3,3 mL
II : 3,2 mL
III : 3,2 mL
- Volume Na2S2O3
setelah titrasi 2 :
I : 1,7 mL
II : 1,5 mL
III : 1,8 mL
- Aquades + asam asetat
kloroform + KI :
kuning
- Larutan aquades :
coklat kekuningan (+)
- Larutan aquades +
aquades : terdapat 2
lapisan, atas adalah air,
bawah adalah minyak
(merah muda)
- Aquades : 0,4 mL
- Larutan aquades +
larutan pati dan
dititrasi: tidak berwarna
- Aquades : 0,4 mL
- 3 gram aquades
- Ditimbang
- Ditambah 30 ml larutan asam asetat
kloroform
- Digoyang-goyang erlenmeyernya sampai
bahan larut sempurna
- Ditambah 0,5 ml larutan KI jenuh
- Didiamkan selama 20 menit dengan sesekali
digoyang
- Ditambah 30 ml aquades
- Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,05 N
sampai dengan warna kuning hampir hilang
11
2.
Penentuan asam lemak bebas (FFA)
- Minyak: berwarna
coklat kehitaman (++)
- Ditambah 10 ml etanol
96%: terdapat dua
lapisan, atas berwarna
kuning dan bawah
berwarna coklat
kekuningan (+)
- Setelah dititrasi dan
ditambah indikator PP :
larutan berwarna merah
muda
- Volume NaOH setelah
titrasi :
I : 0,9 mL
Semakin besar nilai dari
FFA maka semakin jelek
kualitas dari minyak
tersebut
% FFA yang dihasilkan :
Sampel A : 0,192%
Sampel B : 0,168%
Sampel C : 0,191% - Diaduk rata dalam keadaan cair
- Ditambah 10 ml alkohol 96%
- Ditambah 5 tetes indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 0,05 N sampai
warna merah jambu
- Dihitung % lemak bebasnya
6 gram minyak jelantah
Warna larutan tidak berwarna dan didapat
angka peroksida sampel dan blanko
- Ditambah 0,5 ml larutan pati 1%
- Dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O3
0,05 N sampai dengan tidak berwarna
- Dengan cara yang sama dibuat penetapan
untuk blanko dan dicatat volume yang
dibutuhkan
- Dihitung angka peroksidanya dalam
miliekivalen peroksida dalam 1000 mg
sampel
Warna larutan merah jambu dan didapat % FFA
12
II : 0,8 mL
III : 0,9 mL
- Aquades: tidak
berwarna
- Ditambah alkohol 96%:
tidak berwarna
- Ditambah indikator PP:
tidak berwarna
- Dititrasi dengan NaOH:
berwarna merah muda
- Volume NaOH: 0,1 mL
- Diaduk rata dalam keadaan cair
- Ditambah 10 ml alkohol 96%
- Ditambah 5 tetes indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH 0,05 N sampai
warna merah jambu
- Dihitung % lemak bebasnya
6 gram minyak jelantah
Warna larutan merah jambu dan didapat % FFA
13
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Penentuan bilangan peroksida
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui bilangan peroksida pada
minyak. Bilangan peroksida dipengaruhi oleh terbentuknya senyawa peroksida yang
dihasilkan karena adanya reaksi minyak dengan O2 di udara sehingga minyak
mengalami oksidasi.
Larutan Blanko
Langkah awal yang harus dilakukan dalam penentuan bilangan
peroksida larutan blanko adalah menimbang 3 gram aquades yang tidak
berwarna kemudian dimasukkan ke dalam erlenmayer. Lalu ditambahkan 30
mL larutan asam asetat-kloroform menghasilkan larutan yang tidak berwarna
dan terdapat dua lapisan. Pada fasa atas merupakan air aquades yang
bercampur dengan asam asetat sedangkan pada fasa bawah merupakan
kloroform yang tidak dapat bercampur dengan air aquades. Penambahan asam
asetat-kloroform digunakan sebagai pelarut, larutan asam asetat merupakan
pelarut polar sedangkan larutan kloroform merupakan pelarut non polar.
Kemudian ditambah 0,5 mL larutan KI jenuh yang tidak berwarna, larutan
menjadi berwarna kuning. Kemudian didiamkan selama 20 menit sambil
sesekali digoyang. Selanjutnya ditambah 30 mL aquades dan terbentuk larutan
yang memiliki dua lapisan. Dimana lapisan atas berwarna kuning dan lapisan
bawah berwarna merah muda. Setelah itu ditambah 0,5 mL larutan pati 1%
namun tidak ada perubahan pada campuran. Selanjutnya dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,05 N yang tidak berwarna sampai larutan pada erlenmayer
pada fasa atas dan bawah menjadi jernih namun masih terlihat adanya dua
lapisan. Dari percobaan ini diperoleh volume titrasi untuk larutan blanko
sebesar 0,8 mL.
Sampel minyak jelantah (minyak kelapa sawit)
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 3 erlenmayer
dan menimbang 3 gram minyak jelantah yang berwarna coklat kehitaman
dalam 3 erlenmayer. Kemudian ditambahkan 30 mL larutan asam asetat-
kloroform. Asam asetat merupakan pelarut bersifat polar sehingga akan
melarutkan komponen dalam minyak yang bersifat polar, sedangkan
kloroform merupakan pelarut yang bersifat nonpolar sehingga akan
14
melarutkan komponen dalam minyak yang bersifat nonpolar. Selain itu
larutan asam asetat-kloroform juga berfungsi memberikan suasana asam pada
campuran. Setelah ditambahkan larutan asam asetat-kloroform, selanjutnya
erlenmayer digoyangkan sehingga terbentuk 2 fasa. Fasa bawah berwarna
coklat kekuningan merupakan asam lemak yang larut pada kloroform,
sedangkan fasa atas berwarna kuning jernih merupakan gliserol yang larut
dalam asam asetat. Kloroform berada di lapisan bawah karena memiliki berat
jenis yang lebih besar dibandingkan asam asetat.
Setelah itu campuran tadi ditambahkan 0,5 mL larutan KI yang jernih
dan tidak berwarna, hasilnya campuran tetap terdapat 2 fasa dimana warna
lapisan yang coklat kekuningan menjadi coklat kekuningan (+). Kemudian
didiamkan selama 20 menit sambil sesekali digoyang. Penambahan KI
bertujuan untuk menentukan bilangan peroksida, karena KI akan dioksidasi
oleh peroksida menjadi I2. Setelah 20 menit, campuran ditambah 30 mL
aquades menghasilkan campuran dengan 2 fasa dimana fasa atas berwarna
kuning keruh sedangkan lapisan bawah berwarna kuning (+). Reaksinya
sebagai berikut :
CH3(CH2)14COOH + 2 KI + H2O I2 + 2 KOH + CH3(CH2)14COH
Setelah itu dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna kuning
pada fasa atas hampir hilang. Kemudian ditambahkan larutan pati 1 % tidak
ada perubahan yang terjadi. Setelah itu dititrasi kembali dengan larutan
Na2S2O3 sampai fasa atas lebih jernih daripada sebelumnya. Reaksi yang
terlibat sebagai berikut :
O22-
+ 2e- 2O
2-
Ion peroksida O2-
terikat dalam gugus OH-
2I- I2 + 2e
-
Reaksi I2 dengan natrium tiosulfat sebagai berikut :
I2 + 2S2O32-
2I- + S4O6
2-
Larutan pati berfungsi sebagai indikator adanya I2 yang dioksidasi
dari KI oleh senyawa peroksida. Dari percobaan ini diperoleh volume
Na2S2O3 yang dibutuhkan untuk titrasi berturut-turut 5 mL ; 4,7 mL ; dan 5
mL. Dari volume yang didapat dapat dihitung bilangan peroksida. Bilangan
peroksida ditentukan berdasarkan jumlah I2 yang dibebaskan dari KI melalui
15
reaksi oksidasi oleh senyawa peroksida yang terdapat dalam minyak pada
suhu ruang dalam medium asam asetat-kloroform. Tinggi rendahnya bilangan
peroksida dapat menentukan kualitas minyak. semakin tinggi bilangan
peroksida maka minyak tersebut semakin jelek atau rusak. Kerusakan ini
diakibatkan oleh reaksi oksidasi yang menghasilkan peroksida. Berikut
adalah hasil bilangan peroksida di masing-masing erlenmeyer:
Larutan Angka peroksida
I 69, 56 meq
II 64,66 meq
III 69,60 meq
Berdasarkan perhitungan bilangan peroksida rata-rata untuk minyak
jelantah yang digunakan adalah 67,94 meq. Bilangan peroksida yang
dihasilkan berbeda jauh dari teori yaitu 6 meq. Hal ini menunjukkan bahwa
minyak tersebut tidak baik digunakan karena dapat berbahaya bagi kesehatan.
Tingginya angka peroksida disebabkan karena minyak yang digunakan telah
mengalami pemanasan berkali-kali sehingga minyak tersebut telah
mengalami oksidasi.
2. Penentuan Asam Lemak Bebas FFA
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan asam lemak bebas (FFA) dalam
sampel. Sampel yang digunakan adalah minyak kelapa sawit yang berwarna
coklat kehitaman karena sering digunakan untuk memasak dan dilakukan
pemanasan. Di dalam minyak terdapat gliserol dan asam lemak, Minyak kelapa
sawit mengandung asam lemak yaitu asam palmitat.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan blanko
dengan cara menimbang 6 gram aquades yang tidak berwarna kedalam erlenmayer
kemudian ditambah 10 mL larutan alkohol 96% yang tidak berwarna, hasilnya
larutan tetap jernih tidak berwarna. Larutan alkohol berfungsi sebagai pelarut
organik. Kemudian ditambah 5 tetes indikator PP yang tidak berwarna sehingga
menghasilkan larutan yang jernih dan tidak berwarna. Selanjutnya larutan tersebut
dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N, titrasi dihentikan setelah terjadi perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda yang menunjukkan bahwa titik
16
akhir titrasi telah tercapai. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi blanko
adalah 0,1 mL. Pembuatan larutan blanko digunakan untuk membandingkan dengan
larutan sampel.
Setelah itu menentukan asam lemak bebas pada sampel minyak, langkah
yang dilakukan sama seperti pada pembuatan larutan blanko namun mengganti
aquades dengan minyak. 6 gram minyak yang telah ditimbang dalam erlenmayer
kemudian ditambahkan alkohol 96% sebanyak 10 mL, hasilnya terbentuk 2 fasa
dimana fasa atas berwarna kuning dan fasa bawah berwarna coklat kekuningan.
Alkohol merupakan pelarut yang bersifat polar yang berfungsi untuk melarutkan
komponen dalam minyak yang bersifat polar yaitu gliserol sehingga yang tersisa
adalah komponen yang bersifat nonpolar yaitu asam lemak.
Kemudian sampel ditambahkan indikator PP sebanyak 5 tetes dan
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang jernih dan tidak berwarna . Titrasi
dihentikan setelah terjadi perubahan warna menjadi merah bata yang menunjukkan
bahwa titik akhir titrasi telah tercapai. Titrasi diulang sebanyak 3 kali, Volume
NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi berturut-turut adalah 0,9 mL; 0,8 mL; dan 0,9
mL. Dari data volume titrasi, dapat dihitung kadar asam lemak bebas dalam sampel
minyak. Kadar asam lemak yang diperoleh dari percobaan adalah:
Larutan Kadar Asam Lemak
I 0,192 %
II 0,168 %
III 0,191 %
Batas asam lemak yang baik untuk minyak adalah 2%. Pada percobaan
ini kadar asam lemak bebas pada sampel minyak adalah 0,183%. Hal ini
menunjukkan bahwa minyak masih dalam keadaan yang baik.
X. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bilangan peroksida untuk sampel minyak jelantah yang dipakai adalah 67,94
meq. Jumlah bilangan peroksida ini melebihi ambang batas, hal ini dikarenakan
minyak telah dipanaskan berkali-kali sehingga mengalami oksidasi.
17
2. Bilangan peroksida menunjukkan kualitas minyak, apabila angka peroksida
melebihi ambang batas maka kualitas minyak semakin buruk.
3. Kadar asam lemak bebas pada sampel minyak jelantah adalah 0,183 %. Kadar
asam lemak pada minyak jelantah masih kurang dari ambang batas, hal ini
menunjukkan minyak masih dalam keadaan baik.
XI. JAWABAN PERTANYAAN
1. Tuliskan semua reaksi yang menyertai uji asam lemak pada percobaan ini.
Jawab:
Penentuan Bilangan Peroksida
I2 + 2S2O3- -> 2I2 + S4 O6
2-
2. Sebutkan yang termasuk asam lemak essensial bagi tubuh. Mengapa asam
arakidonat bukan merupakan asam lemak essensial ?
Jawab:
Bagi manusia, asam lemak esensial mencakup golongan asam lemak tak jenuh
jamak (polyunsaturated fatty acids, PUFA) tipe cis, khususnya dari kelompok
asam lemak Omega-3, seperti misalnya asam α-linolenat (ALA), Asam
eikosapentaenoat (EPA), dan asam dokosaheksaenoat (DHA), dan asam lemak
Omega-6, seperti misalnya asam linoleat. Tubuh manusia tidak mampu
menghasilkan enzim desaturase tetapi mampu memanjangkan dan merombak
PUFA.
3. Apa perbedaan asam lemak jenuh dan tak jenuh pada proses oksidasi?
Jawab:
Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon
penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu
ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya. Adanya pemanasan
(oksidasi) akan menyebabkan asam lemak jenuh berubah menjadi asam lemak
jenuh.
4. Apa perbedan antara minyak dan lemak ditinjau dari struktur molekulnya?
Jawab:
18
Pada struktur minyak memiliki struktur ikatan rangkap pada rantai karbon C,
dengan adanya proses pemanasan minyak dapat merubah menjadi lemak yang
strukturnya tidak memiliki ikatan rangkap pada rantai karbon C. Seperti contoh
reaksi hidrogenasi :
XII. DAFTAR PUSTAKA
Devita. 2011. Uji Kuantitatif Lipida. (online).
http://devitaayuutomoputri.blogspot.com/2011/11/uji-kuantitatif-lipida.html,
(diakses tanggal 26 November 2014).
Hadiyanti, Meilina Rizky. 2011. Uji Kuantitatif Lipida. (online). http://mel-
rizky.blogspot.com/2011/11/uji-kuantitatif-lipida.html, (diakses 25 November
2014).
Larasati, Anindia. 2013. Uji Kuantitatif Lipida. (online).
https://www.academia.edu/8548714/Laporan_Pratikum_Uji_Kuantitatif_Lipid
a_, (diakses tanggal 25 November 2014)
Lehninger, A. L. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I. Terjemah Maggy
Thenawijaya. Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen Biokimia. 2014. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
19
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Penentuan angka peroksida
( )
1. Angka peroksida pada replikasi 1
( )
2. Angka peroksida pada replikasi 2
( )
3. Angka peroksida pada replikasi 3
( )
Angka peroksida rata-rata :
= 67,94
Penentuan asam lemak bebas (FFA)
( )
1. % FFA pada replikasi 1
( )
2. % FFA pada replikasi 2
20
( )
3. % FFA pada replikasi 3
( )
% FFA rata-rata :
21
LAMPIRAN
Percobaan 1. Penentuan Angka Peroksida
Sampel minyak
jelantah
Penimbangan sampel minyak
jelantah sebesar 3 gram sebanyak 3
kali
Penimbangan
aquades sebesar 3
gram
Penambahan 30 ml larutan
asam asetat kloroform
22
Setelah penambahan 0,5 ml
larutan KI jenuh
Setelah ditambah
dengan 30 ml
aquades pada
Erlenmeyer 1
Setelah ditambah
dengan 30 ml
aquades pada
Erlenmeyer 2
Setelah ditambah
dengan 30 ml
aquades pada
Erlenmeyer 3
Setelah ditambah
dengan 30 ml
aquades pada
Erlenmeyer berisi
aquades
Proses titrasi
dengan Na2S2O3
23
Percobaan 2. Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA)
Sebanyak 3 gram sampel
minyak jelantah setelah
ditimbang
Setelah ditambah
dengan 10 ml alkohol
96%
Hasil setelah
dititrasi pada
erlenmeyer 2,3
Hasil setelah
dititrasi pada
erlenmeyer 1
Hasil setelah
dititrasi pada
erlenmeyer 2
Hasil setelah
dititrasi pada
Erlenmeyer
aquades
24
Pada erlenmeyer 1
dan 3 setelah
dititrasi dengan
NaOH 0,05 N
Pada erlenmeyer
yang berisi aquades
setelah dititrasi
dengan NaOH 0,05
N
Pada erlenmeyer 1,2,3,
dan aquades setelah
dititrasi dengan NaOH
0,05 N
Setelah ditambah
dengan 10 ml alkohol
96%, terdapat dua
lapisan yang berbeda
Dititrasi
dengan NaOH
0,05 N
Pada erlenmeyer 1
dan 2 setelah
dititrasi dengan
NaOH 0,05 N