laporan kunjungan industri pt madukismo

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang diadakanya kunjungan industri ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Industri, dimana mahasiswa diberikan tugas untuk menganalisis permasalahan yang ada di industri dan mencoba mencari alternatif solusinya dengan mengaplikasikan teori-teori manajemen yang sudah dipelajari di pertemuan kuliah. Dengan melakukan kunjungan industri ini diharapkan mahasiswa dapat mengambil beberapa manfaat dan belajar secara langsung sistem manajemen dengan melihat proses kerja yang ada di industri tersebut. Industri yang saya ambil adalah sebuah industri proses yaitu PT. Madubaru, atau lebih dikenal oleh masyarakat sekitar dengan nama PG-PS Madukismo, satu-satunya industri di DIY yang menangani pembuatan gula pasir dan alkohol/spritus. B. Tujuan Ada beberapa tujuan diadakannya kunjungan industri bagi siswa/siswi sebagai berikut: a. Memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan. b. Memperluas pengatahuan mahasiswa tentang manajeman di industri. 1

Upload: akuzxc

Post on 26-Dec-2015

1.185 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang diadakanya kunjungan industri ini adalah untuk memenuhi

tugas mata kuliah Manajemen Industri, dimana mahasiswa diberikan tugas untuk

menganalisis permasalahan yang ada di industri dan mencoba mencari alternatif

solusinya dengan mengaplikasikan teori-teori manajemen yang sudah dipelajari di

pertemuan kuliah.

Dengan melakukan kunjungan industri ini diharapkan mahasiswa dapat

mengambil beberapa manfaat dan belajar secara langsung sistem manajemen

dengan melihat proses kerja yang ada di industri tersebut. Industri yang saya ambil

adalah sebuah industri proses yaitu PT. Madubaru, atau lebih dikenal oleh

masyarakat sekitar dengan nama PG-PS Madukismo, satu-satunya industri di DIY

yang menangani pembuatan gula pasir dan alkohol/spritus.

B. Tujuan

Ada beberapa tujuan diadakannya kunjungan industri bagi siswa/siswi sebagai

berikut:

a. Memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan.

b. Memperluas pengatahuan mahasiswa tentang manajeman di industri.

c. Mengetahui pembuatan gula pasir dan alkohol/spritus di PT. Madubaru.

d. Menganalisis permasalahan industri di PT. Madubaru dan mencoba mencari

alternatif penyelesaiannya

C. Manfaat

Kunjungan ke pabrik ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa

yang terkait dengan sistem manajemen pabrik, proses dan mesin pengolahan gula

atau alkohol skala industri, menemukan permasalahan yang terkait dengan hal

tersebut, kemudian berusaha memberikan alternatif solusi penyelesaiannya.

1

Page 2: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

BAB II

PROFIL UNIT USAHA

A. Visi Misi Perusahaan

1. Visi

Menjadikan PT.Madubaru ( PG-PS Madukismo ) perusahaan Agro Industri yang

unggul di Indonesia dengan menjadikan Petani sebagai mitra sejati 

2. Misi

a. Menghasilkan Gula dan Ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan

masyarakat dan industri di Indonesia

b. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan tekhnologi maju yang ramah

lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan yang

prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani.

c. Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti.

d. Menempatkan karyawan dan stake hoders lainnya sebagai bagian terpenting dalam

proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian share holder values.

B. Sejarah Singkat

PT. Madubaru berlokasi di desa Padokan, Kelurahan Tamantirto,

Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

PT. Madubaru adalah satu-satunya Pabrik Gula dan Pabrik Alkohol/Spritus di

provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini. Padahal dulu ketika zaman

pemerintahan Belanda ada sekitar 17 pabrik gula di Yogyakarta, akan tetapi ke-17

pabrik gula tersebut di bumi hanguskan oleh pemerintah Jepang karena dijadikan

markas angkatan bersenjata oleh Belanda untuk melawan Jepang.

PT. Madubaru dibangun pada tahun 1955 atas prakarsa Sri Sultan

Hamengku Buwono IX untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat pada waktu

itu. PT. Madubaru diresmikan pada tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden RI yang

pertama, yaitu Ir. Soekarno, dan memulai produksi gula di tahun yang sama.

Ketika itu kapasitas giling hanya sekitar 1500 ton/hari, dan sekarang telah

meningkat menjadi 3500 ton tebu/hari. Kemudian pada tahun 1959, PT.

2

Page 3: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

Madubaru mulai memanfaatkan limbah cair hasil pengolahan gula menjadi

alohol/spritus.

Pada awal berdiri, pemegang 75% pemegang saham di PT. Madubaru

adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan 25% pemerintah RI (Departemen

Pertanian RI). Saat ini telah diubah menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengku

Buwono IX, dan 35% milik pemerintah RI yang dikuasakan kepada PT. Rajawali

Nusantara Indonesia.

C. Sumber Daya Manusia

1. Ketenagakerjaan

PT. Madubaru tidak beroperasi 1 tahun penuh, tetapi hanya ketika musim

panen tebu saja, lamanya sekitar 6 bulan yang berlangsung anara bulan Mei-

Oktober. Ketika musim produksi tiba, PT. Madubaru memiliki tenaga kerja

sebanyak 4500 orang yang dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a) Karyawan tetap

Karyawan tetap hanya berjumlah sekitar 400 orang dan bekerja penuh

selama satu tahun. Karyawan golongan ini diberi fasilitas kesehatan baik

untuk dirinya maupun keluarganya, juga dibeeri tunjangan gaji.

b) Karyawan kontrak waktu tertentu

Karyawan golongan ini ada sekitar 1000 orang, dan hanya bekerja ketika

musim produksi. Karyawan ini juga mendapat fasilitas kesehatan, tetapi

hanya untuk dirinya sendiri, tidak untuk keluarganya.

c) Karyawan borongan

Karyawan borongan adalah karyawan dengan jumlah terbanyak, yaitu

sekitar 3000 orang atau bahkan lebih. Karyawan golongan ini hanya bekerja

selama masa produksi, dan akan diberhentikan ketika musim produksi usai.

2. Pengaturan Jam Tenaga Kerja

Pengaturan shift kerja di PT. Madubaru adalah sebagai berikut:

a) Jam kerja kantor

Senin-Kamis : jam 06.30-15.00 WIB

Jumat-Sabtu : jam 06.30-11.30

3

Page 4: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

Istirahat : jam 11.30-12.30

b) Jam kerja produksi (masa giling)

Shift Pagi : jam 06.00-14.00 WIB

Shift Siang : jam 14.00-22.00 WIB

Shift Malam : Jam 22.00-06.00 WIB

D. Bahan Baku (Material)

Bahan baku utama dalam pembuatan gula di PT. Madubaru adalah tebu.

Untuk mendapatkan bahan baku ini, PT. Madubaru bekerjasama dengan para

petani lokal yang ada disekitarnya. Luas lahan yang digunakan untuk penanaman

tebu ini sekitar 5000-6000 hektar. Usia tebu yang digunakan untuk membuat gula

di PT. Madubaru ini berkisar antara 8-12 bulan. Jenis varietas tebu yang dipilih

sebagai bahan baku pembuatan gula adalah varietas tebu yang memiliki sifat-sifat

sebagai berikut:

a. Pertumbuhan cepat

b. Tahan terhadap hama penyakit

c. Umur masak pendek, hasil panen per hektar tinggi

d. Rendemen tinggi

E. Peralatan Utama

Ketika awal berdiri, PT. Madubaru menggunakan peralatan/mesin yang di

impor dari Jerman Timur, yaitu Machine Fabriek Sangerhausen. Saat ini

peralatan/mesin yang digunakan adalah mesin-mesin lokal yang diproduksi di

Surabaya.

4

Page 5: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

BAB III

PROSES PRODUKSI

A. Gambaran Umum Proses Produksi

1. Proses Produksi Gula

Gula pasir yang diproduksi oleh PY. Madubaru memiliki kualitas SHS IA

(Super Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi dipantau oleh

P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula ndonesia). Dari sekitar bahan

baku tebu 400.000-500.000 ton per tahun, dapat menghasilkan gula SHS sekitar

35.000 ton per tahun.

Pembuatan gula putih di pabrik gula mengalami beberapa tahapan

pengolahan, yaitu pemerahan nira, pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan

kristal, dan pengeringan.

a. Pemerahan Nira (Ekstrasi)

Setelah tebu ditebang, dikirim ke stasiun pengilingan untuk dipisahkan

antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira

mentah). Alat penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu

rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras)

yang dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan

terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong

dan pencacah tebu. Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan pemerahan

nira untuk memerah nira digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3

rol dengan ukuran 36” x 64”.

b.  Pemurnian Nira

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara

defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia

memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya  produksi, bahkan

pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS

(Superieure Hoofd Sumber).

5

Page 6: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan

Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit

dari hasil pembakaran.

Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu

kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi,  dipanaskan

dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira kotor yang diendapkan kemudian

disaring menggunakan  Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan nira

jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan kemudian

dikirim kestasiun penguapan.

c. Penguapan Nira (Evaporasi)

Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar

air dilakukan penguapan (evaporasi).

Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa

evaporator dengan sistem multiple effect yang disusun secara interchangeable

agar dapat dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang

bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas

bidang pemanas 5990m2 VO.

Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas

uap bekas secara tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan

nira yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap

bekas yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. Dalam bejana nomor 2,

nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana

penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan

Michaelispot. Di dalam bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2

diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian

seterusnya, sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna

gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai

belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke

kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.

d.  Kristalisasi

6

Page 7: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan

vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus-

menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.

Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan

gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak

kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan

vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa)

tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran

kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu

didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).

e. Pemisahan Kristal Gula

Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja

dengan gaya memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula agar

menjadi butiran-butiran kecil.

Dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada

tingkat B. Pada tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya

menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah

selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse

(tetes gula).

f. Pengeringan  Kristal Gula

Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kira-

kira 20%. Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula

kering, untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus

dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau

dengan memakai udara panas kira-kira 80oC. pengeringan gula secara alami 

dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang. Dengan

melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses pengeringan

dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan cara

pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan. Cara

ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.

7

Page 8: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

2. Proses Produksi Alkohol/Spritus

Hasil produksi alkohol dibedakan menjadi 2 jenis atas dasar kualitas:

Alkohol Teknis, yang masih mengandung aldehid, kadar ± 94% digunakan

untuk membuat spritus bakar.

Alkohol murni, kadar minimal 95% bisa dipakai pada industri farmasi,

kosmetik,dll.

Produksi rata-rata alkohol ±25.000 liter alkohol/24 jam, yang terdiri dari

90% alkohol murni, dan 10% alkohol teknis.

Berikut ini adalah proses pembuatan alkohol di PT. Madubaru:

a. Pengenceran

Tetes tebu yang diperoleh dari sentrifuge diencer di Tangki Pengencer Brix

14’ tetes tebu. Sebelumnya tetes tebu diukur di tangki ukur.

b. Penyaringan (Filtrasi)

Pada proses penyaringan, tetes tebu diatur pHnya sekitar 4,8 dengan diberi

H2SO4 agar tetes tebu tidak tekontaminasi dengan bakteri lain. Hal ini dilakukan

agar tetes tebu tidak gagaldalm proses peragian. Karena dalam proses peragian

tetes tebu akan diberi bakteri khusus yangdapat menjadikan tetes tebu menjadi

atau memiliki kandungan alkohol.

c. Peragian

Proses ini dilaksanakan secara bertahap mulai volume 3000, 18.000, dan

75.000 liter menggunakan bakteri Sacharomyces Cerevisiae. Waktu peragian

utama berkisar 50-60 jam dan kadar alkohol yang dicapai antara 9-10%.

d. Destilasi (Penyulingan)

Tetes tebu yang telah diberi ragi akan masuk ke proses destilasi. Destilasi

atau penyulingan bertujuan untuk memisahkan alkohol dengan air sehingga kadar

alkohol lebih tinggi. Di PT. Madubaru destilasi dilakukan secara bertingkat atau

disebut destilasi bertingkat. Dari hasil distilasi ini akan diperoleh alkohol dengan

kadar kemurnian 95%.

B. Permasalahan Produksi

Tidak banyak masalah produksi yang sering di alami saat proses

pengolahan gula pasir di PT. Madubaru, karena semua proses mulai dari

8

Page 9: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

pemerahan nira (ekstraksi) sampai proses pengeringan kristal gula, berlangsung

secara otomatis menggunakan mesin. Begitu pula proses produksi alkohol. Hal

yang menjadi sering permasalahan bukanlah proses produksi, melainkan terletak

pada perolehan bahan bakunya, yaitu tebu. Hal ini dikarenakan, tebu merupakan

bakan baku utama dan merupakan satu-satunya bahan yang digunakan dalam

proses produksi, jadi ketika tidak ada tebu akibat adanya gagal panen secara

otomatis PT. Madubaru tidak akan aktif memproduksi gula pasir.

C. Alternatif Pemecahan Masalah

Beberapa alternatif pemecahan agar tidak terjadi gagal panen dan bahan

baku dapat terjamin kualitas dan keberadaannya adalah sebagai berikut:

1. Mengaplikasikan Teknologi Sapta Usaha Intensifikasi Tebu

a. Pemakaian varietas unggul dan bibit bermutu

- Tingkat produktivitas tinggi dengantitik berat bobot tebu

- Mampu dikepras dengan tingkat produksi yang mantap

- Bibit berasal dari KBD

b. Penggarapan tanah dan penanaman

- Tanah diolah dengan baik sebelum penanaman, menggunakan peralatan

yang modern untuk mempercepat efisiensi waktu.

c. Pemupukan

- Dapat menggunakan pupuk kimia (ZA, TSP, dan KCL) maupun pupuk

organik (kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,dll)

- Memberikan dosis pemupukan yangtepat, tidak kurang tidak berlebihan.

- Memberi pupuk pada waktu yang tepat.

d. Pemanfaatan air (hujan) sesuai kebutuhan tanaman.

- Memanfaatkan air hujan dengan mengatur saat tanam yang tepat.

- Membuat sistem irigasi dari sumber air menggunakan pompa air atau

semacamnya

- Mengatur sistem irigasi/drainase agar jumlah air yang ada sesuai dengan

kebutuhan tanaman.

e. Pemeliharaan dan perlindungan tanaman

9

Page 10: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

- Tanaman selalu dirawat dan dijaga dengan baik, serta selalu di cek

keadaannya secara rutin dalam periode/waktu tertentu.

f. Tebang dan angkut

- Tanaman ditebang saat berada pada tngkat kemasakan optimal.

- Kadar kotoran tebu maksimal 5%

- Jangka waktu tebang sampai giling ±36 jam

g. Pengolahan hasil yang efisien

- Mengolah tebu dengan baik dan se-efisien mungkin untuk memperoleh gula

yang terkandung dalam batang tebu dengan menekan serendah mungkin

kehilangan gula dalam proses pengolahan.

2. Memperluas lahan tanam

Karena dibutuhkan banyak bahan baku untuk melakukan proses produksi,

tentunya untuk mendapatkan bahan baku tersebut diperlukan usaha yang cukup

sulit, apalagi tebu merupakan tanaman semusim. Maka agar stabilitas produksi

dapat terus terjaga perlu memikirkan cara agar tebu dapat tetap tersedia ketika

produksi sedang berjalan. Salah satu jalan/cara memperoleh tebu ini adalah dengan

memperluas lahan tanam, sehingga hasil panen tebu juga akan naik.

3. Bekerjasama dengan industri lain

Salah satu cara memperoleh bahan baku dan menjage stabilitas ketersediaan

bahan baku (tebu) adalah bekerjasama dengan industri perkebunan atau industri

serupa yang bergerak dalam produksi gula. Dengan kerjasama ini akan menjaga

stabilitas produksi dan akan ada hubungan timbal balik antara kedua industri

tersebut. Misal ketika sebuah industri kekurangan bahan baku untuk produksi,

industri tersebut bisa meminta partner kerjasamanya untuk mengirimkan bahan

baku tersebut. Begitu pula ketika industri tersebut sedang surplus bahan baku,

maka kelebihan bahan baku tersebut dapat dikirimkan ke tempat lain.

10

Page 11: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Penerapan Manajemen di Industri

Berdasarkan beberapa penjelasan tentang proses produksi yang telah

disampaikan sebelumnya, PT. Madubaru sudah menerapkan sistem manajemen

dalam melaksanakan proses produksinya, diantaranya:

1. PT. Madubaru hanya menggunakan tenaga kerja seperlunya

Sebelumnya telah disampaikan bahwa tenaga kerja yang bekerja di PT.

Madubaru digolongan menjadi tiga, karyawan tetap, karyawan kerja waktu

tertentu, dan karyawan borongan. Dengan sistem penggolongan karyawan ini jelas

menambah efektifitas produksi dan menekan pengeluaran, karena kebanyakan

karyawan di PT. Madubaru hanya bekerja ketika musim produksi. Tentunya hal ini

sangat membantu mengurangi pengeluaran uang untuk gaji karyawan ketika sedang

tidak dalam masa produksi.

2. Lahan yang digunakan menanam tebu berada tidak jauh dari pabrik

PT. Madubaru bekerjasama dengan petani lokal yang berada disekitarnya

untuk menanam tebu. Hal ini selain sangat membantu mengurangi pengangguran

disekitarnya (lahan tanam seluas 6000 hektar) juga sangat membantu efisiensi

pengangkutan/transportasi ketika musim panen tiba. Karena letak lahan pertanian

tebu tidak jauh dari pabrik, hal ini sangat membantu meminimalkan pengeluaran.

3. Sudah memanfaatkan limbah produksi dengan sangat baik

Limbah produksi dari hasil pengolahan tebu menjadi gula cukup banyak,

akan tetapi PT. Madubaru sudah dapat memanfaatkannya dengan baik, yaitu:

Ampas tebu

Ampas sisa penggilingan tebu tidak dibuang begitu saja oleh PT. Madubaru,

akan tetapi digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan arus listrik.

Caranya ampas tebu bakar untuk mendidihkan air dalam tangki yang sangat besar.

Kemudian setelah air mendidih, uap air tersebut di salurkan kedalam turbin yang

terhubung dengan generator. Tenaga uap air tersebut akan memutar turbin, dan

11

Page 12: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

listrik pun akan dihasilkan oleh generator. Arus listrik yang dihasilkan dari proses

ini digunakan oleh PT. Madubaru untuk menghidupkan mesin-mesin yang

digunakan untuk produksi gula. Jadi tenaga listrik yang digunakan untuk produksi

gula bukan berasal dari PLN, akan tetapi dari hasil pembakaran ampas tebu. Hal ini

tentunya sangat membantu menekan biaya pengeluaran produksi.

Abu sisa pembakaran

Abu sisa pembakaran ampas tebu juga tidak dibuang begitu saja, akan tetapi

dimanfaatkan untuk membuat batu bata.

Endapan sisa nira tebu (blothong)

Endapan sisa nira tebu yang terjadi di stasiun pemurnian nira dipisahkan

dengan alat Rotary Vacum Filter dimanfaatkan untuk membuat pupuk. Pupuk

yang dihasilkan digunakan oleh PT. Madubaru untuk memupuk tanaman tebu di

lahan yang mereka tanami, dan juga sebagian di jual.

Limbah tetes tebu (molasses)

Limbah tetes tebu yang merupakan hasil samping pengolahan tebu menjadi

gula ini di manfaatkan PT. Madubaru untuk membuat ethanol/alkohol dan spritus

dengan memberi ragi (Sacharomyces Cereviceae).

4. Menggunakan mesin yang bekerja otomatis

Seluruh proses produksi pengolahan batang tebu menjadi gula pasir putih di

PT. Madubaru berlangsung secara otomatis mulai dari proses ekstraksi sampai

pengeringan kristal gula. Hanya di bagian pengemasan (packing) saja yang masih

melibatkan tenaga manusia. Dengan penggunaan otomasi tersebut, tentunya

efektifitas produksi menjadi lebih baik.

12

Page 13: Laporan Kunjungan Industri PT Madukismo

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PT. Madubaru adalah sebuah industri proses yang bergerak di bidang produksi

gula dan alkohol.

2. Produk yang dihasilkan PT. Madubaru adalah gula pasir kualitas SHS IA, dan

hasil produksi sampingan alkohol 95%, pupuk organik, dan batu bata.

3. Proses pengolahan tebu menjadi gula terdiri dari beberapa tahap, yaitu

ekstraksi, pemurnian, penguapan, kristalisasi, pemutaran, dan pengemasan.

4. Proses pengolahan tetes tebu menjadi alkohol melalui beberapa sebagai berikut:

pengenceran, penyaringan, pemasakan, peragian, dan penyulingan (distilasi).

5. Sampai saat ini pemasaran gula pasir yang diprodusi oleh PT. Madubaru hanya

berada di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa tengah karena hasil

produksi gula pasir tersebut masih tergolong rendah dan belum mencukipi

kebutuhan gula masyarakat.

6. PT. Madubaru dalam melaksanakan proses produksi sudah menggunakan

sistem manajemen yang baik, misalnya efisiensi tenaga kerja, efisiensi lahan,

pemanfaatan limbah hasil produksi,dan menggunakan mesin otomasi.

B. Saran

Saran bagi PT. Madubaru agar kedepannya mampu terus eksis, semakin

maju dan berkembang dalam melaksanakan produksi serta memasarkan produknya

1. Terus berupaya membangun mitra dengan para petani lokal di sekitar pabrik

2. Memperluas lahan pertanian untuk menambah pasokan bahan baku

3. Bekerjasama dengan industri lain

4. Memperluas pemasaran produk

5. Terus berupaya menjaga kualitas produk dan meningkatkannya dari waktu ke

waktu

13