laporan korupsi di indonesia
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi merupakan salah satu masalah yang besar di Indonesia. Survey yang
dilakukan terhadap 177 negara di dunia, Indonesia dilaporkan menduduki nilai 32
dari skala 100 dimana angka 100 merupakan negara yang terbersih dan bebas dari
korupsi (Transparency International). Buruknya peringkat korupsi di Indonesia
tidak terlepas dari maraknya kasus korupsi yang tidak kunjung tuntas. Banyaknya
kasus korupsi yang belum terselesaikan seakan menujukkan bahwa korupsi sudah
menjadi budaya di Indonesia. Korupsi seakan-akan dianggap sebagai tindakan
yang wajar untuk dilakukan.
Korupsi adalah suatu tindak pidana yang berhubungan dengan penyuapan,
manipulasi dan perbuatan-perbuatan lainnya sebagai perbuatan melawan hukum
yang merugikan keuangan atau perekonomian negara, merugikan kesejahteraan
atau kepentingan rakyat/umum. Indonesia memiliki banyak lembaga hukum.
Lembaga hukum yang menangani kasus korupsi di Indonesia adalah Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK didirikan berdasarkan kepada Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi
Pemberantasan Tindakan Pidana Korupsi. KPK dibentuk pada tahun 2003 untuk
1
mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. KPK dibentuk
bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari lembaga–lembaga
yang ada sebelumnya. Penjelasan undang–undang menyebutkan peran KPK
sebagai trigger mechanism yang berarti mendorong atau sebagai stimulus agar
upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga–lembaga yang telah ada sebelumnya
menjadi lebih efektif dan efisien.
KPK merupakan lembaga independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan
manapun yang dibentuk oleh presiden. KPK menganut asas kepastian hukum,
keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum dan professional. KPK
bertanggungjawab kepada publik dan menyampaikan laporannya kepada
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). KPK dalam menjalankan tugasnya berkoordinasi dengan instansi-instansi
lain, diantaranya Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo),
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan Komisi Yudisial (KY).
Banyak kasus korupsi yang telah diselesaikan KPK dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data kinerja KPK selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2003-
2013, KPK telah mengungkap 267 kasus korupsi. Kasus yang berhasil diungkap
oleh KPK melibatkan pejabat dan petinggi-petinggi negara namun telah
melibatkan pengusaha-pengusaha kelas atas. Data Kemendagri menyebutkan
sampai akhir tahun Juni 2013, terdapat 21 Gubernur, 7 Wagub, 156 Bupati, 46
Wabup, 41 Walkot, 20 Wawalkot yang tersangkut kasus hokum dan sebagian
2
besar kasus perkara korupsi. Kasus yang menyeret sederet pejabat tinggi salah
satunya adalah kasus Hambalang. Kasus Hambalang ini lebih lanjut dijelaskan
pada Bab 2 mengenai fenomena keberhasilan KPK menangkap para pejabat
publik.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan untuk mengetahui fenomena keberhasilan KPK menangkap
para pejabat publik sebagai salah satu pelaku tindakan korupsi.
3
BAB II
ANALISIS
A. Kasus Hambalang
Kasus Hambalang berawal dari robohnya gedung Pusat Pendidikan Pelatihan
dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) di Hambalang,Sentul, Bogor, Jawa
barat. Dengan adanya kejadian tersebut mulai menimbulkan kecurigaan adanya
permainan dalam pembangunan proyek gedung yang akan difungsikan sebagai
Pusat Pendidikan Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat Nasional.
Seperti yang dilansir dalam laporan audit BPK proyek tersebut bernilai Rp 1,2
triliun. Hal tersebut. Diketahui, tender proyek tersebut dipegang oleh kontraktur
dimana mereka merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), kontraktur
tersebut, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga melimpahkan
sebagian proyek kepada PT Citralaras senilai 300M. Dengan adanya beberapa
penyimpangan yang terjadi pada proyek tersebut mengusik Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk turun tangan dalam penyelidikan kasus
hambalang.
KPK menyatakan, dalam penyelidikan Hambalang ada dua hal yang menjadi
konsentrasi dari pihak KPK. Yakni, terkait dengan pengadaan pembangunan
gedung dan terkait dengan kepengurusan sertifikat tanah Hambalang. Kasus
4
Hambalang ini pertama kali di ungkapkan oleh terdakwa suap proyek
pembangunan wisma atlet, M. Nazaruddin. Menurut Mantan Bendahara Umum
Partai Demokrat itu, Anas turut terlibat dalam proyek dengan melakukan
serangkain pertemuan yang dihadiri Kepala badan Pertanahan Nasional (BPN)
Joyo Winoto terkait sertifikat tanah Hambalang. Bukan hanya itu, Nazaruddin
juga menuding bahwa Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng
turut terlibat dalam proyek ini.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menyatakan bahwa penyelidikan
proyek pembangunan sarana olaraga di Hambalang, Bogor mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut dikarenakan banyaknya informasi mengenai
kasus itu yang masuk ke KPK yang datang dari sejumlah orang yang pernah
dimintai keterangan oleh lembaga anti korupsi tersebut mengenai proses sertifikat
tanah Hambalang. Hingga kini pihak KPK masih mengumpulkan alat bukti atas
indikasi tindak pidana dalam proyek yang dikerjakan oleh PT Adhi Karya Tbk
dan PT Wijaya Karya Tbk tersebut. Terkait proyek senilai Rp 1,1 triliun. Andi
pernah memberikan keterangannya saat bersaksi untuk terdakwa M. Nazaruddin
dalam dugaan suap pembangunan wisma atlet. Menurut Andi proyek Hambalang
tak kunjung selesai sejak tahun 2003 lantaran terkendala masalah sertifikat tanah
seluas 5.000 hektar yang belum ada. Namun Andi membantah melibatkan
Nazaruddin terkait pembuatan sertifikat tanah tersebut. terkait hal ini, Nazaruddin
menuding ada uang dari proyek Hambalang yang mengalir ke kantong pribadi
5
Andi Mallarangeng. Nazaruddin menuding Andi turut menerima jatah sebesar Rp
20 Miliar. Menurutnya, uang tersebut diterima andi melalui adiknya yang
bernama Choel Mallarangeng.
Nazaruddin mengatakan uang tersebut diberikan oleh Adhi Karya selaku
pelaksana pembangunan yang bekerjasama dengan Wijaya Karya. Ia juga
menjelaskan bahwa Mahfud Soeroso selaku pemilik PT Dutasari Citralaras yang
menjadi subkontrakkan pernah menerima uang sebesar Rp 100 miliar yang Rp 20
miliar di antaranya diperintahkan PT Adhi Karya untuk diberikan ke Andi melalui
Choel. Sejumlah petinggi dari partai democrat lain dituding Nazaruddin turut
menikmati uang tersebut. salah satu LSM yang berfokus pada bidang anggaran
menilai bahwa jika pembangunan Hambalang diteruskan Negara ditaksir akan
merugi Rp 735 miliar. Berdasarkan audit Badan pemeriksa Keuangan (BPK) pada
200, pembangunan seharusnya dilakukan di wilayah Sentul, bukan di Hambalang.
Dia mengutarakan bahwa tanah hambalang labil dan tak akan terpakai lagi jika
sudah ambles. Adanya pula teka-teki mengenai pembengkakan anggaran proyek
Hambalang dari Rp 125 miliar menjadi Rp 175 triliun. yang hingga kini masih
dalam penyelidikan. Tender proyek Hambalang dimenangi PT Adhi Karya dan
PT Wijaya Karya dengan sistem kerja sama operasi. Mereka lantas menunjuk 17
perusahaan lain sebagai subkontraktor proyek, salah satunya Dutasari yang
kebagian pekerjaan bidang mekanikal, elektrikal, dan plumbing. Namun sumber
Tempo mengungkapkan, Dutasari tak sepenuhnya menggarap pekerjaan tersebut.
6
Dutasari, kata dia, hanya memasang rangkaian pipa baja untuk rangkaian elektrik.
Penelusuran Tempo di Hambalang juga menemukan Dutasari ternyata menggarap
rekrutmen personel satuan keamanan proyek. Pekerjaan Dutasari pun ada yang
disubkontrakkan lagi ke perusahaan lain, antara lain PT Kurnia Mutu yang
menyuplai pipa tembaga untuk penyejuk udara dan PT Bestindo Aquatek
Sejahtera yang menyediakan sistem pengolahan limbah domestik.
B. Laporan Investigasi
Proses audit investigatif mencakup sejumlah tahapan yang secara umum dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Penelaahan Informasi Awal
2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pelaporan
5. Tindak Lanjut
Berikut ini adalah paparan mengenai proses audit investigasi:
a. Penelaahan Informasi Awal
1) Sumber Informasi
7
Informasi awal sebagai dasar penugasan audit investigatif biasanya
berasal dari salah satu atau gabungan dari sumber – sumber informasi
berikut ini:
a) Pengaduan masyarakat, LSM, atau fokus grup.
b) Media massa, cetak, visual, dan terbitan berkala lainnya.
c) Pihak lembaga pengatur (regulator) seperti Bapepam – LK
(sekarang OJK), Bank Indonesia, Departemen Teknis, dll.
d) Pihak aparat penegak hukum, Kejaksaan, Kepolisian, KPK,
pengadilan, dan sebagainya.
e) Hasil audit regular, seperti audit operasional, audit kepatuhan,
audit kinerja atau jenis audit lainnya yang temuannya perlu
dikembangkan lebih lanjut karena mengandung unsur – unsur
melawan hukum dan merugikan keuangan negara.
2) Mengembangkan Hipotesis Awal
Hipotesis awal disusun untuk menggambarkan perkiraan suatu tindak
kecurangan itu terjadi.
3) Menyusun Hasil Telaahan Informasi Awal
Hasil penelaahan informasi awal dituangkan dalam bentuk “Resume
Penelaahan Informasi Awal” sehingga tergambar secara ringkas
mengenai:
a) Gambaran umum organisasi
b) Indikasi bentuk – bentuk penyimpangan
8
c) Besarnya estimasi potensi nilai kerugian negara yang
terindikasi
d) Hipotesis
e) Pihak – pihak yang diduga terkait
f) Rekomendasi penanganan
4) Keputusan Pelaksanaan Audit Investigasi
Keputusan untuk menentukan cukup/ tidaknya alasan melakukan audit
fraud tergantung dari apa yang diinformasikan, dan tidak
mempermasalahkan siapa yang menginformasikan. Walaupun surat
pengaduan tersebut tanpa institusi (surat kaleng) dapat dijadikan dasar
untuk melakukan audit.
b. Perencanaan Audit Investigasi
1) Penetapan Sasaran, Ruang Lingkup, dan Susunan Tim
Sasaran dan ruang lingkup audit investigative ditentukan berdasarkan
hasil penelaahan informasi awal.
2) Penyusunan Program Kerja
Program kerja audit disusun dengan memperhatikan hasil penelaahan
informasi awal yang ditujukan untuk dapat mengungkapkan hal – hal
berikut:
a) Unsur melawan hukum/ melanggar hukum.
b) Unsur memperkaya diri atau orang lain atau suatu
korporasi.
9
c) Unsur merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
d) Unsur menyalahgunakan wewenang.
e) Alat bukti/ barang bukti yang cukup untuk
membuktikan unsur – unsur di atas.
f) Kasus posisi dan modus operandi.
g) Pihak – pihak yang diduga terlibat/ bertanggungjawab.
3) Jangka Waktu dan Anggaran Biaya
Jangka waktu audit hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
dicantumkan dalam Surat Tugas Audit. Anggaran biaya direncanakan
seefisien mungkin tanpa mengurangi pencapaian tujuan audit.
4) Perencanaan Audit Investigatif dengan Metode SMEAC
Terdapat beragam jenis model perencanaan yang dapat dipergunakan
dalam menyusun rencana investigasi. Yang perlu diingat adalah bahwa
model yang paling baik bisa dijalankan sesuai dengan kondisi dan
sumber daya yang dimiliki. Metode SMEAC terdiri atas situation,
mission, execution, administration & logistics, dan communication.
c. Pelaksanaan Audit
1) Pembicaraan Pendahuluan
Pelaksanaan audit investigative didahului dengan menghubungi
pimpinan auditan untuk mengadakan pembicaraan pendahuluan.
2) Pelaksanaan Program Kerja
10
Berdasarkan pengalaman, pelaksanaan audit investigative atas dugaan
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara agak sulit
untuk dipolakan secara tugas.
3) Penerapan Teknik Audit Investigatif
Untuk mencapai tujuan audit investigative, auditor menggunakan
berbagai teknik audit serta mengumpulkan berbagai jenis bukti audit
dan bukti yang secara legal dapat digunakan di dalam sidang
pengadilan
4) Melakukan Observasi dan Pengujian Fisik
Teknik – teknik audit investigatif pada dasarnya sama dengan teknik –
teknik audit yang biasa dipergunakan pada audit keuangan, audit
operasional, maupun audit kinerja.
5) Mendokumentasikan Hasil Observasi dan Pengujian Fisik
Hasil – hasil observasi dan pengujian fisik harus didokumentasikan
dengan baik.
6) Melakukan wawancara
Wawancara adalah suatu sesi tanya jawab yang dirancang untuk
memperoleh informasi. Tidak seperti pembicaraan biasa, wawancara
memiliki bentuk tersendiri, terstruktur, dan memiliki tujuan tertentu.
7) Penandatanganan Berita Acara
Dari hasil wawancara, auditor meminta pihak yang diwawancarai
menandatangani Berita Acara Permintaan Keterangan untuk
11
menegaskan ketepatan kesaksiannya. Meskipun pernyataan ini
mungkin tidak digunakan selama persidangan, kemungkinan dapat
digunakan oleh Kepolisian, Kejaksaan, atau KPK untuk menilai
apakah terdapat cukup bukti untuk mengangkat kasus ini ke
pengadilan.
8) Pendokumentasian dan Evaluasi Kecukupan Bukti
Pelaksanaan prosedur audit, dengan menggunakan teknik – teknik
audit, akan menghasilkan berbagai macam bukti. Setelah bukti – bukti
diperoleh, pendokumentasian bukti merupakan hal yang penting dan
harus mendapatkan perhatian auditor investigatif. Karena sifat bukti
audit investigatif yang krusial untuk roses penuntutan kecurangan,
bukti audit tersebut harus didokumentasikan dan diadministrasikan
secara cermat dan hati – hati.
d. Menetapkan Jenis Penyimpangan dan Kerugian Negara
Setelah melalui tahap pelaksanaan audit, identifikasi penyimpangan harus
dipertegas apakah telah memenuhi unsur tindak pidana korupsi atau hanya
terjadi pelanggaran bersifat administrati, atau bahkan tidak ada penyimpangan
sama sekali. Demikian pula dengan besaran kerugian negara yang sudah
dihitung sebelumnya, perlu ditetapkan kembali nilai yang dianggap definitif
berdasarkan bukti – bukti yang tersedia.
12
e. Konsultasikan dengan Penegak Hukum
Sebelum laporan final audit investigatif disusun, materi hasil audit investigasi
tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu dengan aparat penegak hukum untuk
mendapatkan pendapat hukum, apakah langkah dan prosuder audit, predikasi,
bukti audit yang telah dikumpulkan sesuai peraturan hukum yang berlaku.
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pejabat publik yang tersandung masalah korupsi bukan merupakan hal yang
biasa. KPK bukan dituntut untuk mengawasi mereka. Data Kemendagri
menyebutkan sampai akhir tahun Juni 2013, terdapat 21 Gubernur, 7 Wagub, 156
Bupati, 46 Wabup, 41 Walkot, 20 Wawalkot yang tersangkut kasus hokum dan
sebagian besar kasus perkara korupsi. Salah satu kasus yang terkait dengan
korupsi adalah kasus Hambalang. Kasus ini menyeret beberapa pejabat public.
Seperti pejabat PT Adhi Karya Tbk dan PT Wijaya Karya Tbk, M. Nazaruddin,
Anas Urbaningrum, dan Andi Malarangeng.
B. Saran
KPK harus berani dalam bertindak. KPK harus bebas dari intervensi politik.
Selama ini KPK tidak dapat bekerja maksimal karena adanya intervensi dari
berbagai pihak. Pemimpin KPK harus berpikiran out of the box dan berani
mengambil tindakan untuk tidak tergantung kepada pihak manapun. Pada sisi lain
KPK harus memiliki sumberdaya manusia yang mencukupi dan didukung dengan
peralatan yang memadai dalam menghadapi kasus.
14