laporan kinerja tahun 2015 - bpkp.go.id revisi... · republik indonesia nomor 9 tahun 2015 tentang...
TRANSCRIPT
ss
LAPORAN KINERJATAHUN 2015
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
Nomor: LAP-10/D6/2016Tanggal: 9 September 2016
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015
i
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
perkenanNya Deputi Bidang Investigasi dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015. Penyusunan Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 berpedoman pada Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Pusat. Laporan Kinerja ini
merupakan media pertanggungjawaban Deputi Bidang Investigasi dalam mewujudkan visi
dan misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis.
Laporan Kinerja Tahun 2015 memberikan gambaran mengenai pertanggungjawaban atas
pemanfaatan sumber daya yang dikelola Deputi Bidang Investigasi beserta seluruh
jajarannya dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Pada tahun 2015 kegiatan dalam rangka mencapai sasaran program terealisasi melebihi
target yang telah ditetapkan. Namun demikian, masih terdapat beberapa permintaan
penugasan yang belum dapat dipenuhi. Dengan penuh kesadaran hal tersebut akan menjadi
perhatian bagi seluruh jajaran di lingkungan Deputi Bidang Investigasi untuk meningkatkan
kinerja dengan lebih baik dan profesional pada tahun-tahun mendatang.
Jakarta, 2 September 2016
Deputi Kepala BPKPBidang Investigasi
Iswan ElmiNIP 19600127 198102 1 001
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015
ii
BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada
Presiden diharapkan mampu meningkatkan efektivitas sistem pengawasan nasional dalam
memberantas KKN dan mendorong terwujudnya good governance baik dalam sektor
pemerintahan maupun sektor publik. Deputi Bidang Investigasi sebagai bagian integral dari
BPKP, harus ikut mereposisi dan meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP demi
terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta tercapainya kelancaran
pembangunan yang berkesinambungan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,
Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi
di masa mendatang. Visi tersebut adalah sebagai berikut:
“Pusat Keunggulan Solusi Kecurangan”
Berdasarkan visi tersebut telah dirumuskan 4 (empat) misi, yaitu:
1. Mendukung peran Aparat Penegak Hukum (APH) dalam pemberantasan korupsi
2. Memberikan solusi atas permasalahan yang menghambat kelancaran pembangunan
3. Memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi manajemen untuk mewujudkan
tata kelola pemerintahan dan korporasi yang baik
4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern melalui upaya
pencegahan korupsi dengan melaksanakan Fraud Control Plan (FCP)
Penjabaran atau implementasi dari misi yang akan dicapai dituangkan dalam tujuan dan
sasaran strategis. Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan
memperhatikan sumber daya organisasi dan kondisi lingkungan, Deputi Bidang Investigasi
menetapkan program dan kegiatan dalam Renstra yang dinyatakan dalam suatu indikator
kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Keberhasilan
program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan keberhasilan kegiatan diukur
dengan menggunakan indikator keluaran (output).
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015
iii
Pada tahun 2015, rata-rata capaian kinerja outcome adalah sebesar 101,98% yang dihitung
berdasarkan indikator :
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan sebesar
65,16% atau mencapai 108,60% dari target sebesar 60%.
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH,
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi sebesar 23,70% atau
mencapai 118,50% dari target sebesar 20%.
3. Jumlah hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh penanggung jawab
kegiatan atau pengguna barang/jasa sebanyak 60 laporan atau mencapai 120% dari
target sebanyak 40 laporan.
4. Jumlah hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah, dan Korporasi sebanyak 11 laporan atau mencapai 73,33% dari target sebanyak
15 laporan.
5. Jumlah penyelesaian kasus hambatan kelancaran pembangunan sebanyak 25 laporan
atau mencapai 71,43% dari target sebanyak 35 laporan.
6. Persentase Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi yang
mengimplementasikan FCP sebesar 15,79% atau mencapai 120% dari target sebesar
10%.
Pencapaian sasaran outcome tersebut didukung dengan peningkatan kapasitas SDM, sarana
prasarana pelaksanaan tugas, dan tersedianya anggaran pelaksanaan kegiatan.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015
iv
Halaman
Kata Pengantar i
Ringkasan Pimpinan ii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi 1
B. Aspek Strategis Organisasi 2
C. Kegiatan dan Layanan Produk Organisasi 3
D. Struktur Organisasi 4
E. Sistematika Penyajian 8
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Rencana Strategis 2015-2019
1. Pernyataan Visi
2. Pernyataan Misi
3. Tujuan Strategis
4. Sasaran Strategis
5. Sasaran Program
6. Indikator Kinerja Utama
7. Program dan Kegiatan
10
11
12
15
16
19
20
25
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 25
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja 29
B. Analisis Capaian Kinerja 33
DAFTAR ISI
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015
v
C. Realisasi Keuangan 53
D. Lain-lain 54
BAB IV PENUTUP 65
Lampiran
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 1
A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Presien Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Deputi Bidang Investigasi melaksanakan tugas membantu
Kepala di bidang pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan termasuk
program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian harga, audit klaim,
audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan
keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan negara dan pemberian
keterangan ahli. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Investigasi
menyelenggarakan fungsi:
1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis di bidang investigasi;
2. penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi;
3. penyusunan pedoman dan pemberian bimbingan teknis investigasi dan
pencegahan kolusi, korupsi dan nepotisme;
4. pengoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan
termasuk program lintas sektoral;
5. pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim dan audit investigatif
terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan
negara, audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian
keterangan ahli pada instansi pusat dan daerah, dan/atau kegiatan lain yang
seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara dan/atau
subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat
BAB IPENDAHULUAN
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 2
kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah, serta upaya pencegahan korupsi;
6. pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti korupsi kepada
masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintahan dan badan-badan lainnya;
7. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan bidang
penugasan investigasi; dan
8. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan pemerintah di
bidang keinvestigasian sesuai peraturan perundang-undangan.
B. Aspek Strategis Organisasi
1. Adanya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP, BPKP memiliki mandat sebagai
pengawas intern akuntabilitas keuangan negara dan pembina penyelenggaraan
SPIP. Dengan terbitnya PP ini, cakupan penugasan BPKP yang semakin luas, dan
terjadi perubahan paradigma yang lebih mengedepankan pencegahan dengan
pembangunan suatu sistem yang mampu mencegah kecurangan/
penyimpangan atau memudahkan pendeteksian adanya kecurangan/
penyimpangan.
2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 menjelaskan bahwa BPKP memiliki
mandat untuk melakukan lingkup penugasan yang bersifat makro dan strategis,
pembinaan penyelenggaraan SPIP, penyedia laporan pengawasan yang
berskala nasional ke Presiden, dan pembinaan penyelenggaraan JFA. BPKP
diharapkan berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah dan
pembangunan yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan
memberikan rekomendasi untuk peningkatan kinerja program pembangunan
pusat, daerah, dan korporasi. Deputi Bidang Investigasi berkontribusi
memberikan rekomendasi keinvestigasian dengan melaksanakan audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan
keuangan negara/daerah.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 3
3. Perhatian pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden
Jusuf Kalla, terhadap peran pengawasan membuka peluang yang cukup
terbuka untuk secara efektif menyelenggarakan pembangunan pengawasan
nasional dan pengawasan pembangunan nasional terkait dengan terwujudnya
pemerintah yang transparan, efektif dan efisien. Perhatian pemerintah
tersebut adalah gambaran utama peluang besar bagi BPKP untuk
menyelenggarakan fungsinya. BPKP dalam memberikan assurance tentang
pencapaian keberhasilan pemerintah dalam memberikan rekomendasi
perbaikan untuk memitigasi risiko, dan memastikan tujuan program
pemerintah, dalam hal ini sasaran pembangunan nasional, dapat tercapai.
BPKP juga berfungsi sebagai mitra strategis K/L/P/K dalam hal pemberian jasa
consultancy.
4. Dalam kondisi masih banyaknya kasus korupsi, masih besar pula harapan
Aparat Penegak Hukum (APH) meminta BPKP untuk melakukan audit atas kasus
TPK.
5. Adanya produk-produk unggulan yang dibutuhkan oleh stakeholders (Fraud
Control Plan/FCP dan forensik komputer) yang memungkinkan BPKP
melakukan penugasan sesuai dengan kebutuhan stakeholders.
C. Kegiatan dan Produk Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Peraturan Kepala BPKP
Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan
Bidang Investigasi (PPBI), Deputi Bidang Investigasi melaksanakan kegiatan/penugasan
bidang investigasi untuk memenuhi akuntabilitas yang menjadi perhatian para
stakeholder. Kegiatan/penugasan tersebut meliputi:
1. Pengawasan dalam rangka mendukung Program Prioritas Presiden
(Pengawalan Pembangunan Nasional).
2. Penanganan pangaduan/temuan-temuan audit agar penyelesaian proyek tidak
terhambat sesuai dengan kebijakan pengutamaan upaya pencegahan korupsi.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 4
3. Penanganan kasus Aparat Penegak Hukum (Audit Investigatif, Audit dalam
rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, Pemberian Keterangan Ahli,
dan Forensik Komputer).
4. Penanganan kasus K/L/P/K (Audit Investigatif, Forensik Komputer).
5. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan.
6. Audit Penyesuaian Harga.
7. Audit Klaim.
8. Fraud Control Plan (FCP).
9. Sosialisasi Program Anti Korupsi.
10. Kajian Hasil Pengawasan.
11. Penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan upaya pencegahan
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Penugasan bidang investigasi harus didasarkan pada alasan yang cukup, yaitu:
1. Adanya indikasi penyimpangan yang menimbulkan kerugian keuangan negara
dari pengembangan hasil audit operasional.
2. Pengembangan informasi laporan/pengaduan masyarakat yang layak untuk
ditindaklanjuti.
3. Permintaan instansi penyidik atau penetapan pengadilan.
4. Permintaan dari pimpinan/atasan pimpinan Objek Penugasan.
D. Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001 tanggal 20
Pebruari 2001, struktur organisasi Deputi Bidang Investigasi terdiri dari 3 (tiga)
Direktorat. Masing-masing Direktorat mempunyai Sub Direktorat dan Kelompok Pejabat
Fungsional. Untuk urusan Tata Usaha, Deputi Bidang Investigasi memperoleh staf
perbantuan dari Sekretariat Utama.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 5
BAGAN 1.1STRUKTUR ORGANISASI
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
Deputi Bidang InvestigasiIswan Elmi
Direktur Investigasi InstansiPemerintah
Samono
Kasubdit InvestigasiInstansi Pemerintah
Pusat IIrham
Kasubdit InvestigasiInstansi Pemerintah
Pusat IISugiharto
Kasubdit InvestigasiInstansi Pemerintah
DaerahPiping Effrianto
Kelompok JabatanFungsional
Direktur Investigasi BUMNdan BUMD
Alexander Rubi Satyoadi
Kasubdit InvestigasiBUMN
Nasrul Wathon
Kasubdit InvestigasiBUMD
Gumbira Budi Purnama
Kelompok JabatanFungsional
Direktur InvestigasiHambatan Kelancaran
PembangunanJuliver Sinaga
Kasubdit Investigasi HKPInstansi Pemerintah
Hieronymus Saktyo P
Kasubdit Investigasi HKPBUMN dan BUMD
Buntoro
Kelompok JabatanFungsional
Kasubbag Tata UsahaSutisna
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 6
1. Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah
Tugas pokok dan fungsi:
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan
pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan
koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan
investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan
kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi pada
instansi pemerintah pusat dan daerah.
2. Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah
Tugas pokok dan fungsi:
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan
pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan
koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan
investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan
kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap
kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara pada Badan
Usaha Milik Negara, badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan
pemerintah, dan Badan Usaha Milik Daerah.
3. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan
Tugas pokok dan fungsi:
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan
pedoman, pemberian bimbingan teknis investigasi, penyiapan bahan
koordinasi, penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan pemberian bantuan
investigasi, pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan laporan
kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan laporan hasil investigasi terhadap
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 7
hambatan kelancaran pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan
daerah, Badan Usaha Milik Negara, badan-badan lain yang di dalamnya
terdapat kepentingan pemerintah, dan Badan Usaha Milik Daerah.
4. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan VI
Tugas pokok dan fungsi:
Melakukan urusan tata usaha pengawasan, kepegawaian, keuangan,
perlengkapan dan administrasi Jabatan Fungsional di Deputi Bidang Investigasi.
Jumlah pegawai Deputi Bidang Investigasi per 1 Januari 2015 sebanyak 107 orang. Jika
dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2015 sebanyak 106 orang, maka secara
total terjadi pengurangan jumlah pegawai sebanyak 1 orang. Jumlah pegawai tersebut
dapat klasifikasi sebagai berikut :
TABEL 1.1JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI TAHUN 2015
BERDASARKAN GOLONGAN
GOLONGANRUANG
TOTALa b c d e
IV 8 10 9 - 1 28
III 24 10 7 27 - 68
II - - 4 6 - 10
I - - - - - -
TOTAL 32 20 20 33 1 106
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 8
TABEL 1.2JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI TAHUN 2015
BERDASARKAN JABATAN
Uraian Posisi
01-01-2015
Mutasi Posisi
31-12-2015Tambah Kurang
Struktural
a. Eselon I 1 - - 1
b. Eselon II 3 - - 3
c. Eselon III 7 2 2 7
d. Eselon IV - - - -
Fungsional Auditor
a. Auditor Madya 17 4 3 18
b. Auditor Muda 24 - 3 21
c. Auditor Pratama - 24 - 24
d. Auditor Penyelia 7 - 3 4
e. Auditor PelaksanaLanjutan
- - - -
f. Auditor Pelaksana 5 - - 5
g. Calon Auditor Pratama 20 - 20 -
Fungsional Lainnya 23 - - 23
Jumlah 107 30 31 106
E. Sistematika Penyajian
Laporan Kinerja menginformasikan pencapaian kinerja Deputi Bidang Investigasi selama
Tahun 2015 dibandingkan dengan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 yang merupakan
komitmen Deputi Bidang Investigasi untuk mencapai kinerja sebaik-baiknya sebagai
upaya memenuhi misi organisasi. Melalui pembandingan tersebut akan diperoleh celah
kinerja (Performance Gap) untuk disempurnakan kembali dalam rencana kinerja
berikutnya.
Sistematika penyajian Laporan Kinerja Tahun 2015, adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 9
BAB I PENDAHULUAN
Berisi uraian umum mengenai tugas, fungsi dan wewenang Deputi
Bidang Investigasi, aspek strategis, kegiatan dan produk, struktur
organisasi serta sistematika penyajian.
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Berisi uraian singkat mengenai Rencana Strategis (Renstra) 2015–
2019 yang menggambarkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis,
sasaran program, Indikator Kinerja Utama (IKU), serta program dan
kegiatan Deputi Bidang Investigasi. Bab ini juga menguraikan
mengenai Perjanjian Kinerja (PK) yang menggambarkan target
program dan kegiatan serta indikator keberhasilannya pada tahun
2015.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Berisi uraian mengenai capaian dan analisis masing-masing indikator
kinerja utama dan penjelasan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
dalam mendukung capaian IKU, serta realisasi keuangan tahun 2015.
BAB IV PENUTUP
Berisi uraian singkat mengenai keberhasilan dan kegagalan,
permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja
kedeputian, serta langkah-langkah perbaikan kinerja yang akan
dilaksanakan pada tahun mendatang.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 10
A. Rencana Strategis 2015-2019
Rencana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen perencanaan yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan dalam rangka
melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang
Investigasi. Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015-2019 tidak terlepas dari
Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang disusun dengan
memperhatikan:
a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
b. Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tanggal 16 Agustus 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tanggal 21 November 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
c. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tanggal 27 Desember 2001 tentang KPK
d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tanggal 18 April 2006 tentang Pengesahan
United Nations Convention Against Corruption 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Anti Korupsi 2003).
e. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28 Agustus 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sesuai dengan peraturan ini,
mandat yang diemban BPKP adalah sebagai auditor Presiden yang memiliki tugas
melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara dan
sebagai pembina SPIP untuk seluruh Instansi Pemerintah. Pengawasan intern
terhadap akuntabilitas keuangan negara dilaksanakan atas kegiatan tertentu
BAB IIPERENCANAAN DANPERJANJIAN KINERJA
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 11
meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum
negara, Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Pemerintahan yang Baik dan Bersih,
dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden. BPKP khususnya Deputi
Bidang Investigasi melakukan pengawasan intern melalui audit dengan tujuan
tertentu.
f. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang
BPKP. Sesuai dengan peraturan ini Deputi Bidang Investigasi melaksanakan tugas
membantu Kepala di bidang pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan
termasuk program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas penyesuaian
harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang
berindikasi merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian keuangan
negara, dan pemberian keterangan ahli.
g. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang
Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan
Fungsi Pengawasan Intern dalam rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
h. Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-06.00.00-080/K/2001 tanggal 20
Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP.
i. Peraturan Kepala BPKP Nomor: PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16 Oktober 2012
tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi.
1. Pernyataan Visi
BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung jawab langsung
kepada Presiden diharapkan mampu meningkatkan efektivitas sistem pengawasan
nasional dalam memberantas KKN dan mendorong terwujudnya good governance
baik dalam sektor pemerintahan maupun sektor publik. Deputi Bidang Investigasi
sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut mereposisi dan meredefinisi perannya
untuk mendukung visi BPKP demi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan
bebas dari KKN serta tercapainya kelancaran pembangunan yang
berkesinambungan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 12
Investigasi telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi di
masa mendatang. Visi tersebut adalah sebagai berikut:
BAGAN 2.1VISI DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
2. Pernyataan Misi
Visi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus dilaksanakan oleh
seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk mencapai visi tersebut Deputi
Bidang Investigasi menetapkan misi sebagai berikut:
Misi ini dilatarbelakangi permasalahan korupsi yang sangat kompleks dengan
operandi yang semakin canggih dan beragam, sudah mewabah ke semua lapisan
penyelenggara negara seperti eksekutif, legislatif, yudikatif, dan birokrasi. Korupsi
bukan hanya sekadar merugikan keuangan negara namun juga telah merusak
sistem hukum serta melemahkan mental manusia Indonesia dan sendi-sendi sosial
budaya masyarakat, karena itu korupsi merupakan persoalan mendesak yang harus
diatasi. Banyaknya pemberantasan korupsi ternyata juga tidak menjadikan
masyarakat semakin takut melakukan tindakan korupsi. Korupsi mungkin tidak
dapat diberantas secara menyeluruh, namun setidaknya korupsi itu bisa ditekan
agar di masa mendatang tidak semakin membudaya dan semakin merusak moral
para pejabat negara.
VISI DEPUTIBIDANG
INVESTIGASI
PUSAT KEUNGGULANSOLUSI KECURANGAN
1. Mendukung peran Aparat Penegak Hukum (APH) dalampemberantasan korupsi
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 13
BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi membantu upaya pemerintah dalam
mengungkap kejadian korupsi karena itu terus melakukan upaya pemberantasan
korupsi secara efisien dan efektif. Efisien karena jumlah anggaran yang terbatas.
Sedangkan ukuran efektif dari pemberantasan korupsi adalah jumlah kasus
yang sudah disidangkan semakin meningkat dan diprioritaskan pada kualitas
penanganan perkara. Pengawasan yang dilakukan Deputi Bidang Investigasi
diharapkan dapat mengurangi perilaku koruptif para penyelenggara negara.
Misi ini dilatarbelakangi pelaksanaan pembangunan sering terkendala dan tidak
mencapai hasil dan manfaat seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi karena
kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dan korporasi yang mengakibatkan
adanya hambatan pelaksanaan pembangunan yang berdampak pada lambatnya
pencapaian tujuan nasional. Sejalan dengan fungsi BPKP melakukan
pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan termasuk
program lintas sektoral, maka BPKP melakukan mediasi dan memberikan solusi
kepada instansi pemerintah dan korporasi untuk menyelesaikan permasalahan
yang menghambat pembangunan, sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
berjalan dengan lancar.
Selain itu, dalam rangka membantu memperlancar pelaksanaan pengadaan barang
dan jasa, BPKP melakukan audit penyesuaian harga dan audit klaim. Proses
pengajuan penyesuaian harga dan klaim yang dilakukan oleh kontraktor dan
satuan kerja, sering dilakukan dengan tidak cermat sehingga dapat mengakibatkan
pemborosan keuangan negara. Hal ini terjadai karena belum jelasnya aturan yang
berkaitan dengan penyesuaian harga dan klaim. Oleh karena itu dalam rangka
menentukan penyesuaian harga dan klaim yang wajar, BPKP melalukan audit
penyesuaian harga dan klaim.
2. Memberikan solusi atas permasalahan yang menghambatkelancaran pembangunan
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 14
Misi ini dilatarbelakangi bahwa masyarakat menginginkan pemerintahan yang
bersih, bebas KKN, dan berjalan dengan baik tanpa menimbulkan dampak negatif
pada masyarakat. Implementasi tata kepemerintahan yang baik merupakan salah
satu upaya menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN sebagai upaya
pencegahan KKN. Deputi Bidang Investigasi melaksanakan pengawasan yang
diminta oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan dan korporasi baik dan bebas KKN.
Misi ini dilatarbelakangi adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan
pencegahan korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu mencegah
atau memudahkan pendeteksian adanya kecurangan/penyimpangan, mendorong
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi Bidang
Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas pencegahan korupsi.
Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama adalah penciptaan
dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan yang kedua adalah pengkajian
risiko korupsi serta membangun sikap yang konkrit guna meminimalkan risiko serta
menghilangkan kesempatan terjadinya korupsi. Organisasi dapat menghilangkan
atau mengurangi kesempatan terjadinya korupsi melalui langkah berikut:
a. Mengidentifikasi sumber serta mengukur risiko korupsi.
b. Mengimplementasikan pengendalian pencegahan dan pendeteksian.
3. Memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapimanajemen untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan
dan korporasi yang baik
4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan sistem pengendalianintern melalui upaya pencegahan korupsi dengan
melaksanakan Fraud Control Plan (FCP)
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 15
c. Menciptakan pemantauan secara luas melalui peran serta pegawai, pelanggan
dan masyarakat.
d. Memfungsikan pengecekan independen, termasuk fungsi audit dan standar
investigasi.
Hal-hal yang diperlukan untuk mencegah korupsi seperti tersebut di atas dikenal
dengan Program Anti Korupsi atau Fraud Control Plan (FCP). Pengendalian tersebut
dirancang secara spesifik, teratur, dan terukur oleh suatu organisasi, untuk
mencegah, menangkal, dan memudahkan pendeteksian, jumlah, serta frekuensi
kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan
implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi
secara keseluruhan.
3. Tujuan Strategis
Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai dalam jangka
waktu satu sampai lima tahun dituangkan dalam tujuan strategis Deputi Bidang
Investigasi. Tujuan akan menjadi arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi dan
perbaikan-perbaikan yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang
Investigasi.
Dalam rangka mencapai misi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang Investigasi telah
menetapkan tujuan sebagai berikut:
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 16
BAGAN 2.2TUJUAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
4. Sasaran Strategis
Sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan yang mencerminkan
berfungsinya hasil (outcome) dari semua program yang telah ditetapkan, serta
menjadi indikator untuk menilai keberhasilan suatu pencapaian tujuan. Terkait
dengan tujuan tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran strategis:
a. Meningkatnya efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian
Sasaran pengawasan adalah mewujudkan dan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Hasil pengawasan keinvestigasian diharapkan dapat membantu Aparat
Penegak Hukum (APH) dalam mengungkap dan menindak kejadian korupsi.
Hasil pengawasan keinvestigasian juga harus dapat dijadikan masukan oleh
pimpinan dalam pengambilan keputusan, antara lain untuk menghentikan atau
1. Peningkatan efektifitashasil pengawasankeinvestigasian
2. Peningkatan efektifitashasil pengawasan dalammengatasi hambatankelancaran pembangunan
3. Peningkatan kualitastata kelolapemerintahan dankorporasi dalam upayapencegahan korupsi
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 17
meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan, dan ketidaktertiban; mencegah terulangnya kembali kesalahan,
penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidaktertiban
tersebut; mencari cara yang lebih baik atau membina yang telah baik untuk
mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi. Pengawasan akan
bermakna manakala diikuti langkah-langkah tindak lanjut yang nyata dan tepat.
b. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan pembangunan nasional
Pengawasan bertujuan mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan, karena itu hasil pengawasan harus dapat
digunakan oleh Pimpinan Obyek Penugasan sebagai salah satu bahan dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut pengamanan dan pencegahan
terhadap kebocoran pembayaran yang menjadi beban keuangan negara.
c. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan korporasi dalam upaya
pencegahan korupsi
Masalah pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dilaksanakan dengan
pendekatan bersifat represif, tetapi juga bersifat preventif dan rehabilitatif.
Tanpa langkah preventif pemberantasan korupsi hanya akan berhasil
mengatasi gejalanya saja dan bukan menghancurkan akar penyebab dan
sumber penyakit korupsi. Salah satu upaya pencegahan korupsi adalah dengan
menciptakan tata kelola pemerintah dan korporasi yang baik, karena itu hasil
pengawasan Deputi Bidang Investigasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas
tata kelola pemerintah dan korporasi.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 18
Target Sasaran Strategis adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1Target Kinerja Sasaran Strategis
No. Sasaran StrategisIndikator Kinerja
Uraian Target2015
Target2019
1. Meningkatnyaefektifitas hasilpengawasankeinvestigasian
Persentase hasil pengawasankeinvestigasian yangdimanfaatkan di persidangan
60% 75%
Persentase hasil pengawasankeinvestigasian yangdimanfaatkan oleh APH,
Kementerian/Lembaga,Pemerintah Daerah, danKorporasi
20% 30%
Jumlah hasil auditpenyesuaian harga yangdimanfaatkan oleh
penanggung jawab kegiatanatau pengguna barang/jasa
40laporan
41laporan
Jumlah hasil audit klaim yangdimanfaatkan olehKementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah, danKorporasi
15laporan
15laporan
2. Meningkatnya
penyelesaianhambatan kelancaranpembangunan
nasional
Jumlah penyelesaian kasus
hambatan kelancaranpembangunan
35
laporan
36
laporan
3. Meningkatnya
kualitas tata kelolapemerintahan dankorporasi
Persentase Kementerian/
Lembaga, Pemerintah Daerah,dan Korporasi yangmengimplementasikan FCP
10% 15%
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 19
5. Sasaran Program
Arah kebijakan pengawasan Deputi Bidang Investigasi akan dilaksanakan melalui
Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembangunan
Nasional serta Pembinaan SPIP. Sasaran yang akan dicapai dari program tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2Target Kinerja Sasaran Program (Outcome)
Program SasaranProgram
Indikator Kinerja
Uraian Target2015
Target2019
Programpengawasaninternakuntabilitaskeuangan negaradanpembangunannasional sertapembinaanpenyelenggaraansistempengendalianinternpemerintah
Meningkatnyaefektifitas hasilpengawasankeinvestigasian
Persentase hasilpengawasankeinvestigasian yang
dimanfaatkan dipersidangan
60% 75%
Persentase hasil
pengawasankeinvestigasian yangdimanfaatkan oleh
APH,Kementerian/Lembaga,Pemerintah Daerah,
dan Korporasi
20% 30%
Jumlah hasil auditpenyesuaian harga
yang dimanfaatkanoleh penanggungjawab kegiatan atau
penggunabarang/jasa
40 41
Jumlah hasil auditklaim yangdimanfaatkan oleh
Kementerian/
15 15
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 20
Program SasaranProgram
Indikator Kinerja
Uraian Target2015
Target2019
Lembaga,Pemerintah Daerah,dan Korporasi
Meningkatnyapenyelesaian
hambatankelancaranpembangunan
nasional
Jumlah penyelesaiankasus hambatan
kelancaranpembangunan
35 36
Meningkatnya
kualitas tatakelolapemerintahan
dan korporasi
Persentase
Kementerian/Lembaga, PemerintahDaerah, dan Korporasi
yangmengimplementasikanFCP
10% 15%
6. Indikator Kinerja Utama
Pengawasan program strategis/program prioritas nasional dan pengelolaan
keuangan negara/daerah dimaksudkan untuk meningkatkan akuntabilitas
pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional. Akuntabilitas meliputi
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
dengan aspek pada fungsi penerimaan, program prioritas nasional, dan kebijakan
fiskal. Akuntabilitas merupakan kondisi yang akan dicapai yang mencerminkan
pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan oleh BPKP. Untuk mewujudkan akuntabilitas, hasil dari
pengawasan intern diharapkan dapat memberikan perbaikan dalam pengelolaan
keuangan dan pembangunan, pengelolaan risiko serta dapat meningkatkan kualitas
penyelenggaraan sistem pengendalian intern.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 21
Untuk menilai hasil ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel 2.3Target Indikator Kinerja Program (Outcome)
Program Indikator KinerjaProgram
SatuanTarget
2015 2016 2017 2018 2019
ProgramPengawasan InternAkuntabilitasPengelolaan KeuanganNegara dan PembinaanPenyelenggaraan SPIPpada Deputi BidangInvestigasi
Sasaran Program
Meningkatnyaefektifitas hasil
pengawasankeinvestigasian
Persentase hasilpengawasan
keinvestigasianyangdimanfaatkan
di persidangan
% 60 60 65 70 75
Persentase hasilpengawasan
keinvestigasianyangdimanfaatkan
oleh APH,Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah, danKorporasi
% 20 20 25 25 30
Jumlah hasilauditpenyesuaian
harga yang
laporan 40 40 38 39 41
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 22
Program Indikator KinerjaProgram
SatuanTarget
2015 2016 2017 2018 2019
dimanfaatkanoleh
penanggungjawab kegiatanatau pengguna
barang/jasa
Jumlah hasilaudit klaim
yangdimanfaatkanoleh
Kementerian/Lembaga,Pemerintah
Daerah, danKorporasi
laporan 15 15 12 13 15
Sasaran Program
Meningkatnya
penyelesaianhambatan kelancaranpembangunan
nasional
Jumlahpenyelesaian
kasushambatankelancaran
pembangunan
laporan 35 35 35 36 36
Sasaran Program
Meningkatnyakualitas tata kelolapemerintahan dan
korporasi
Persentase
Kementerian/Lembaga,Pemerintah
Daerah, danKorporasi yangmengimplementas
ikan FCP
% 10 12 13 14 15
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 23
Indikator kinerja outcome tersebut di atas akan dicapai melalui kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP. Indikator
kinerja kegiatan (output) Deputi Bidang Investigasi sebagai berikut:
Tabel 2.4Target Indikator Kinerja Kegiatan (Output)
No Sasaran Kegiatan Indikator KinerjaKegiatan
Satuan Target
2015 2016 2017 2018 2019
1. Laporan HasilPengawasan terkaitInvestigasi padaDirektoratInvestigasi InstansiPemerintah
Jumlah laporanhasil audit dalamrangkapenghitungankerugiankeuangan negara
Laporan 10 8 8 8 8
Jumlah laporanPengumpulandan EvaluasiBukti DokumenElektronik(PEBDE)
Laporan 8 8 5 6 6
Jumlah laporanpemberianketerangan ahli
Laporan 24 24 28 24 26
Jumlah laporanhasil auditinvestigatif
Laporan 2 2 1 2 2
Jumlah laporanFCP
Laporan 2 2 2 2 2
Jumlah laporanpemantauan/monitoring/QA
Laporan 113 104 83 111 109
Jumlah laporanpengawasandalam rangkapemberianrekomendasi
Laporan - 1 1 1 1
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 24
No Sasaran Kegiatan Indikator KinerjaKegiatan
Satuan Target
2015 2016 2017 2018 2019
strategis
2. Laporan HasilPengawasan padaDirektoratInvestigasi BUMNdan BUMD
Jumlah laporanhasil audit dalamrangkapenghitungankerugiankeuangan negara
Laporan 8 6 5 5 5
Jumlah laporanpemberianketerangan ahli
Laporan 24 20 17 18 20
Jumlah laporanhasil auditinvestigatif
Laporan 4 4 3 4 4
Jumlah laporanFCP
Laporan 2 2 1 2 2
Jumlah laporanpemantauan/monitoring/QA
Laporan 45 50 21 54 54
Jumlah laporanpengawasan
dalam rangkapemberianrekomendasi
strategis
Laporan - 1 1 1 1
3. Laporan HasilPengawasan padaDirektoratHambatanKelancaranPembangunan
Jumlah laporanhasil auditpenyesuaianharga
Laporan 4 4 3 4 4
Jumlah laporanhasil audit klaim
Laporan 3 3 2 3 3
Jumlah laporanevaluasihambatankelancaranpembangunan
Laporan 5 5 4 4 4
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 25
No Sasaran Kegiatan Indikator KinerjaKegiatan
Satuan Target
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah laporankajianpengawasan
Laporan 1 1 1 1 1
Jumlah laporanpemantauan/monitoring/QA
Laporan 65 47 38 51 51
Jumlah laporanpengawasandalam rangkapemberianrekomendasistrategis
Laporan - 1 1 1 1
7. Program dan Kegiatan
Program Deputi Bidang Investigasi adalah Program pengawasan intern akuntabilitas
keuangan negara dan pembangunan nasional serta pembinaan penyelenggaraan
sistem pengendalian intern pemerintah. Pencapaian program ini dilakukan melalui
kegiatan berikut:
a. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada Kementrian/ Lembaga.
b. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada BUMN/BUMD.
c. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan.
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2015
Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen yang berisi penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Dokumen ini
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 26
berisi sasaran strategis, sasaran program, sasaran kegiatan, indikator kinerja, dan target
kinerja yang diperjanjikan dalam satu tahun serta memuat rencana anggaran untuk
program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran strategis.
Target dari indikator kinerja sasaran program dan sasaran kegiatan ditetapkan dalam
bentuk satuan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik indikator yang
digunakan. Satuan ditetapkan dalam bentuk kuantitatif yang dapat dihitung dan diukur,
sehingga dapat dinilai untuk menentukan tingkat keberhasilan dari masing-masing
program. Program yang disertai dengan indikator hasil program dan indikator hasil
kegiatan dituangkan dalam satu dokumen Perjanjian Kinerja (PK).
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 2.5Perjanjian Kinerja Tahun 2015
No. SasaranStrategis/Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target
Sasaran Program
1. Meningkatnya efektifitashasil pengawasankeinvestigasian
Persentase hasilpengawasankeinvestigasian yang
dimanfaatkan dipersidangan
60%
Persentase hasilpengawasankeinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH,Kementerian/Lembaga,Pemerintah Daerah, dan
Korporasi
20%
Jumlah hasil audit
penyesuaian hargayang dimanfaatkanoleh penanggung
40
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 27
No. SasaranStrategis/Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target
jawab kegiatan ataupengguna barang/jasa
Jumlah hasil auditklaim yang
dimanfaatkan olehKementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah, dan Korporasi
15
2. Meningkatnya penyelesaian
hambatan kelancaranpembangunan nasional
Jumlah penyelesaian
kasus hambatankelancaranpembangunan
35
3. Meningkatnya kualitas tatakelola pemerintahan dankorporasi
Persentase Kementerian/Lembaga, PemerintahDaerah, dan Korporasi
yangmengimplementasikan
FCP
10%
Sasaran Kegiatan
1. Laporan Hasil Pengawasanterkait Investigasi padaDirektorat Investigasi
Instansi Pemerintah
Jumlah laporan hasilaudit dalam rangkapenghitungan kerugian
keuangan negara
10
Jumlah laporanPengumpulan dan
Evaluasi BuktiDokumen Elektronik(PEBDE)
8
Jumlah laporanpemberian keterangan
ahli
24
Jumlah laporan hasil
audit investigatif
2
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 28
No. SasaranStrategis/Program/Kegiatan
Indikator Kinerja Target
Jumlah laporan FCP 2
Jumlah laporanpemantauan/monitoring/QA
114
2. Laporan Hasil Pengawasanpada Direktorat Investigasi
BUMN dan BUMD
Jumlah laporan hasilaudit dalam rangka
penghitungan kerugiankeuangan negara
8
Jumlah laporan
pemberian keteranganahli
24
Jumlah laporan hasilaudit investigatif
4
Jumlah laporan FCP 2
Jumlah laporanpemantauan/
monitoring/QA
46
3. Laporan Hasil Pengawasan
pada Direktorat HambatanKelancaran Pembangunan
Jumlah laporan hasil
audit penyesuaianharga
4
Jumlah laporan hasil
audit klaim
3
Jumlah laporan
evaluasi hambatankelancaranpembangunan
5
Jumlah laporan kajianpengawasan
1
Jumlah laporanpemantauan/monitoring/QA
66
Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan KeuanganNegara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Rp7.166.138.000,00
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 29
Akuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja Deputi Bidang
Investigasi dalam tahun 2015 yang ditujukan untuk memenuhi target rencana kinerja yang
telah ditetapkan. Dalam uraian berikut disajikan akuntabilitas Deputi Bidang Investigasi dari
aspek keuangan, Sumber Daya Manusia dan sarana prasarana sebagai unsur penunjang
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran
kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja
untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran dalam rangka mewujudkan
misi yang telah ditetapkan.
A. Capaian Kinerja
Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) dan
Rencana Kerja Tahunan (RKT). Pengukuran kinerja mencakup penilaian indikator kinerja
sasaran yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja (PK). Pengukuran kinerja dilakukan
dengan cara membandingkan antara target dan dengan realisasinya. Persentase
pencapaian rencana tingkat capaian, dihitung dengan rumus bahwa semakin tinggi
realisasi menggambarkan pencapaian rencana tingkat capaian yang semakin baik.
Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2015, capaian indikator outcome tahun 2015
adalah sebagai berikut:
BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 30
Tabel 3.1Capain Kinerja Outcome Tahun 2015
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian(%)
1. Meningkatnyaefektifitas hasilpengawasankeinvestigasian
Persentase hasilpengawasankeinvestigasian yangdimanfaatkan oleh APH
% 60 65,16 108,60
Persentase hasilpengawasankeinvestigasian yangdimanfaatkan olehKementerian/Lembaga,Pemerintah Daerah,dan Korporasi
% 20 23,70 118,50
Jumlah hasil auditpenyesuaian hargayang dimanfaatkan
Laporan 40 60 120
Jumlah hasil auditklaim yangdimanfaatkan
Laporan 15 11 73,33
2. Meningkatnyapenyelesaianhambatankelancaranpembangunannasional
Jumlah kasushambatankelancaranpembangunan yangdapat diselesaikan
Laporan 35 25 71,43
3. Meningkatnyakualitas tatakelolapemerintahandan korporasi
PersentaseKementerian/lembaga,Pemerintah Daerah, danKorporasi yangmengimplementasikanFCP
% 10 12,63 120
Rata-Rata 101,98
Indikator kinerja outcome tahun 2015 tersebut di atas dicapai melalui kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 31
Capaian indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2Capaian Kinerja Output Tahun 2015
No. SasaranKegiatan
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian(%)
1. Laporan HasilPengawasanterkaitInvestigasipadaDirektoratInvestigasiInstansiPemerintah
Jumlah laporanhasil audit dalamrangkapenghitungankerugiankeuangan negara
Laporan 10 26 260,00
Jumlah laporanPengumpulan danEvaluasi BuktiDokumenElektronik (PEBDE)
Laporan 8 7 87,50
Jumlah laporanpemberianketerangan ahli
Laporan 24 82 341,67
Jumlah laporanhasil auditinvestigatif
Laporan 2 1 50,00
Jumlah laporanFCP
Laporan 2 2 100,00
Jumlah laporanpemantauan/monitoring/QA
Laporan 114 168 147,37
2. Laporan HasilPengawasanpadaDirektoratInvestigasiBUMN danBUMD
Jumlah laporanhasil audit dalamrangkapenghitungankerugiankeuangan negara
Laporan 8 5 62,50
Jumlah laporan
pemberianketerangan ahli
Laporan 24 24 100,00
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 32
No. SasaranKegiatan
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian(%)
Jumlah laporanhasil audit
investigatif
Laporan 4 6 150,00
Jumlah laporanFCP
Laporan 2 1 50,00
Jumlah laporanpemantauan/
monitoring/QA
Laporan 46 50 108,70
3. Laporan HasilPengawasan
pada DirektoratHambatan
KelancaranPembangunan
Jumlah laporanhasil audit
penyesuaianharga
Laporan 4 7 175,00
Jumlah laporanhasil audit klaim
Laporan 3 3 100,00
Jumlah laporanevaluasihambatan
kelancaranpembangunan
Laporan 5 6 120,00
Jumlah laporan
kajianpengawasan
Laporan 1 2 200,00
Jumlah laporanpemantauan/monitoring/QA
Laporan 66 87 131,82
Jumlah 323 477 147,68
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 33
B. Analisis Capaian Kinerja
v Tujuan Strategis
Peningkatan efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian
v Sasaran Strategis
Meningkatnya efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian
v Sasaran Program
Meningkatnya efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian
v Indikator Kinerja
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH,
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi
3. Jumlah hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh penanggung
jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa
4. Jumlah hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah, dan Korporasi
Uraian indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkandipersidangan
Permasalahan korupsi yang sangat kompleks dengan operandi yang semakin canggih
dan beragam, sudah mewabah ke semua lapisan penyelenggara negara seperti
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan birokrasi. Korupsi bukan hanya sekadar merugikan
keuangan negara namun juga telah merusak sistem hukum serta melemahkan mental
manusia Indonesia dan sendi-sendi sosial budaya masyarakat, karena itu korupsi
merupakan persoalan mendesak yang harus diatasi. Banyaknya pemberantasan korupsi
ternyata juga tidak menjadikan masyarakat semakin takut melakukan tindakan korupsi.
Korupsi mungkin tidak dapat diberantas secara menyeluruh, namun setidaknya korupsi
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 34
itu bisa ditekan agar di masa mendatang tidak semakin membudaya dan semakin
merusak moral para pejabat negara.
BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi membantu upaya pemerintah dalam
mengungkap kejadian korupsi karena itu terus melakukan upaya pemberantasan
korupsi secara efisien dan efektif. Efisien karena jumlah anggaran yang terbatas.
Sedangkan ukuran efektif dari pemberantasan korupsi adalah jumlah kasus yang sudah
disidangkan semakin meningkat dan diprioritaskan pada kualitas penanganan perkara.
Hasil pengawasan keinvestigasian berupa laporan hasil audit dalam rangka
penghitungan kerugian keuangan negara diharapkan dimanfaatkan oleh APH pada
sidang di pengadilan. Untuk mengukur efektifitas hasil pengawasan keinvestigasian ini,
Deputi Bidang Investigasi menetapkan indikator “Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan”.
Realisasi indikator “Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
di persidangan” diukur dari jumlah Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan
Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan Laporan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti
Dokumen Elektronik (LPEBDE) yang dimanfaatkan dalam sidang di pengadilan
dibandingkan dengan jumlah LHPKKN dan LPEBDE yang diserahkan ke APH. Pada tahun
2015, jumlah LHPKKN dan LPEBDE yang dimanfaatkan dalam sidang di pengadilan
sebanyak 881 laporan. Laporan dimanfaatkan dalam sidang tersebut merupakan
LHPKKN dan LPEBDE yang diserahkan ke APH pada tahun 2014 sampai dengan 2015
yang seluruhnya berjumlah 1.352 laporan. Dengan demikian realisasi outcome adalah
sebesar 65,16% atau mencapai 108,60% dari target sebesar 60%.
Capaian outcome sebesar 108,60% didukung SDM sebanyak 5.010 OH atau 93,98% dari
rencana 5.331 OH dan menggunakan dana Rp1.244.088.753,00 atau 89,99% dari
Rp1.382.473.000,00. Dari sisi penggunaan SDM dan dana, IKU “Persentase hasil
pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan” dicapai secara
efisien. Kondisi ini terlihat dari capaian IKU sebesar 108,60% lebih tinggi dibandingkan
dengan capaian OH sebesar 93,98% dan capaian dana sebesar 89,99%. Output
pendukung capaian IKU berupa LHPKKN dan LPEBDE yang dimanfaatkan di sidang
pengadilan dengan rincian disajikan pada tabel 3.3
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 35
Tabel 3.3
LHPKKN yang dimanfaatkan di sidang Pengadilan
No. Uraian Jumlah laporan terbit Dimanfaatkan disidang pada tahun
2015
1 LHPKKN tahun 2014 726 881
2 LHPKKN tahun 2015 611
3 LPEBDE tahun 2014 8
4 LPEBDE tahun 2015 7
Jumlah 1.352
Faktor yang mendukung tercapainya IKU “Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan” adalah:
a. Deputi Bidang Investigasi melakukan Quality Assurance terhadap kegiatan audit di
BPKP Perwakilan melalui reviu berjenjang, review meeting, dan pembahasan intern
guna menjamin kualitas audit,
b. selalu meningkatkan meningkatkan kompetensi dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia (SDM) melalui sertifikasi, workshop, seminar, lokakarya, dan
penyelenggaraan diklat keinvestigasian agar laporan hasil pengawasan yang
dihasilkan berkualitas.
LHPKKN yang dimanfaatkan dalam sidang di pengadilan diantaranya adalah:
a. LHPKKN atas kasus Pelaksanaan Program Kredit Usaha Pembibitan/Peternakan
Sapi (KUPS) tahun 2010 untuk Koperasi Tani Bidara Tani Kabupaten Jombang yang
dananya berasal dari PT Bank Jatim Cabang Jombang.
b. LHPKKN atas kasus Pekerjaan Proyek Pematangan dan Pembersihan Lahan
Persiapan Pembuatan Paralel Runway TA 2009 dan Peningkatan Landasan Pacu
Tahap I TA 2010 di Bandar Udara Kelas Juwata di Kota Tarakan Kaltim.
c. LHPKKN atas perkara dugaan TPK Kegiatan Pengadaan Alat Kedokteran, Kesehatan
dan KB Program Upaya Kesehatan Perorangan di RSUD Sultan Thaha Saifuddin
Kebupaten Tebo TA 2010.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 36
d. LHPKKN atas kasus Penyalahgunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Rehabilitasi
Verat/Sedang Ruang Belajar 17 SMP di Kec. Pemangkat, Jawai, Jawai Selatan,
Tebas, Selakau. Semparuk, dan Salatiga pada Dinas Pendidikan Kab. Sambas TA
2012.
e. LHPKKN atas perkara Dugaan TPK Pengadaan Pakaian Dinas beserta Kelengkapnnya
Belanja Bahan PDH Disdik Kabupaten Bangka Tengah dengan bersumber dana
APBD Kabupaten Bangka Tengah TA 2012.
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan olehAPH, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi
Dalam rangka membantu APH melakukan pengawasan untuk mengungkap dan
menindak kejadian korupsi serta membantu Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah, dan Korporasi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan mewujudkan
tata kelola pemerintahan dan korporasi baik dan bebas KKN, Deputi Bidang Investigasi
melakukan pengawasan atas permintaan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah,
dan Korporasi. Hasil pengawasan disampaikan kepada Instansi atau korporasi yang
meminta dan rekomendasi yang disampaikan diharapkan untuk ditindaklanjuti.
Sehubungan dengan hal tersebut Deputi Bidang Investigasi menetapkan indikator
“Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH,
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi” untuk mengukur manfaat
hasil pengawasan oleh Instansi/Korporasi yang meminta audit.
Capaian IKU “Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh
APH, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi” diukur dari jumlah
laporan hasil audit investigatif yang ditindaklanjuti dibandingkan dengan jumlah laporan
yang diserahkan ke auditan. Realisasi tahun 2015 sebesar 23,70% atau mencapai
118,50% dari target sebesar 20%. Faktor yang mendukung tercapainya IKU tersebut
adalah peran aktif auditan untuk menindaklanjuti hasil pengawasan BPKP.
Rincian perhitungan realisasi dan capaian IKU pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel
3.4.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 37
Tabel 3.4Perhitungan IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkanoleh APH, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi Tahun 2015
No. Uraian kegiatan Jumlah
1 Saldo temuan belum ditindaklanjuti s.d. 31-12-2014 317
2 Temuan tahun 2015 143
3 Jumlah temuan yang belum ditindaklanjuti tahun 2015 460
4 Tindak Lanjut Tahun 2015 109
5 Sisa Temuan yang belum ditindak lanjuti per 31-12-2015 351
6 Target IKU 20%
7 Realisasi IKU (109/460 x 100%) 23,70%
8 Capaian Kinerja IKU (23,70/20 X 100%) 118,50%
Realisasi IKU didukung dengan dana sebesar Rp304.431.338,00 atau 89,12% dari
anggaran sebesar Rp341.596.000,00 dan SDM sebanyak 948 OH atau 67,96% dari
rencana 1.395 OH.
Dari sisi penggunaan dana, IKU “Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH, Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi”
dicapai secara efisien. Hal ini terlihat dari capaian penggunaan OH dan dana lebih kecil
dibandingkan dengan capaian IKU sebesar 118,50%.
Laporan hasil pengawasan yang dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah, dan Korporasi antara lain:
a. Audit Investigatif atas Kegiatan Pembangunan Gedung Kantor PD Irian Bhakti Tahun
2012, dengan nilai temuan Rp476,71 juta.
b. Audit Investigatif atas Penyalahgunaan Dana Tambahan PPL pada Bawaslu Provinsi
Kalimantan Timur, dengan nilai temuan sebesar Rp2,28 milyar.
c. Audit Investigatif atas Pelaksanaan Kegiatan Cetak Sawah oleh PT Sang Hyang Seri
(Persero) di Kabupatenupaten Ketapang Kalimantan Barat Tahun 2012, dengan nilai
temuan sebesar Rp21,93 milyar.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 38
3. Jumlah hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan olehpenanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa
Terjadinya perubahan kondisi perekonomian akan berdampak pada perubahan harga
pengadaan barang/jasa pemerintah. Perubahan ini dapat mengakibatkan harga satuan
kontrak tidak sesuai lagi dengan harga pada saat pelaksanaan pekerjaan. Untuk
menyesuaikan kondisi tersebut, perlu dilakukan penetapan besarnya penyesuaian
harga. Sesuai dengan Surat Edaran Bersama antara Bappenas dan Menteri Keuangan
No. : SE-100/A/21/0689 2916/D.VI/06/1998 tanggal 11 Juni 1998 perihal Penyesuaian
Harga Satuan Dan Nilai Kontrak Proyek Pembangunan, penyesuaian harga satuan dan
nilai kontrak akan diaudit oleh BPKP. Sehubungan dengan hal tersebut, Deputi Bidang
Investigasi menetapkan IKU “Jumlah hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan
oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa”.
Capaian IKU diukur dari jumlah hasil audit penyesuaian harga yang ditindaklanjuti
dengan pengajuan pembayaran ke kantor kas negara. Pada tahun 2015, jumlah laporan
hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh penaggungjawab kegiatan atau
pengguna barang/jasa dalam pengambilan keputusan penyesuaian harga sebanyak 60
laporan atau mencapai 120% dari target sebesar 40 laporan. Faktor yang mendukung
tercapainya IKU tersebut adalah peran aktif auditan dalam menyelesaikan tindak lanjut
hasil audit BPKP atas penyesuaian harga.
Realisasi IKU didukung dengan dana sebesar Rp208.527.588,00 atau 63,94% dari
anggaran sebesar Rp326.152.000,00 dan SDM sebanyak 839 OH atau 90,51% dari
rencana 927 OH.
Dari sisi penggunaan dana dan SDM, IKU “Jumlah hasil audit penyesuaian harga yang
dimanfaatkan oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa” dicapai
secara efisien. Kondisi ini terlihat dari capaian IKU sebesar 120% lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian penggunaan dana sebesar 63,94% dan penggunaan SDM
sebesar 90,51%.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 39
Laporan hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh penanggung jawab
kegiatan atau pengguna barang/jasa dalam pengambilan keputusan penyesuaian harga,
diantaranya:
a. Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga atas Pekerjaan Pembangunan Waduk
Jatigede pada SNVT Pembangunan Waduk Jatigede Periode Januari 2013 sampai
dengan Desember 2014 dengan nilai koreksi audit sebesar Rp76.283.136.162,42
dan USD6,471,650.75.
b. Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga atas Pekerjaan Wonokromo River
Improvement Surabaya (Wonokromo River) Sub Project (Package 3) pada Balai
Besar Wilayah Sungai Brantas SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Brantas
dengan nilai koreksi audit sebesar Rp3.815.655.999,00 (tidak termasuk PPN).
c. Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga atas Paket Pekerjaan Pembangunan Waduk
Bajulmati di Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo Tahap II (Lanjutan) TA 2012-
2014 pada SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Brantas dengan nilai koreksi
audit sebesar Rp10.618.870.000,00.
4. Jumlah hasil audit klaim yang dimanfaatkan olehKementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi
Suatu perjanjian perikatan (kontrak) antara instansi pemerintah atau BUMN/BUMD
dengan pihak ketiga, mengakibatkan adanya hak dan kewajiban diantara masing-masing
pihak. Klaim terjadi karena adanya perbedaan kondisi riil dengan kontrak atau adanya
perintah/permintaan dari pengguna barang/jasa atau karena terjadi sesuatu hal yang
tidak diperkirakan sebelumnya yang mengakibatkan timbulnya kewajiban bagi
pengguna barang/jasa kepada penyedia barang/jasa. BPKP dapat melakukan audit atas
pengajuan klaim yang akan digunakan oleh auditan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk penyelesaian klaim. Sehubungan
dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan indikator “Jumlah hasil
audit klaim yang dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan
Korporasi”.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 40
Capaian IKU diukur dari jumlah hasil audit yang ditindaklanjuti oleh Pimpinan
Unit/Satuan Kerja/BUMN/BUMD sesuai dengan saran yang dituangkan dalam laporan
hasil audit klaim. Pada tahun 2015, berdasarkan hasil pemantauan tindak lanjut,
diketahui jumlah laporan hasil audit klaim yang ditindaklanjuti sebanyak 11 laporan
atau 73,33% dari target sebanyak 15 laporan. Faktor yang menghambat tidak
tercapainya IKU adalah dokumentasi pendukung kegiatan dan bukti lain belum
seluruhnya diperoleh sehingga nilai hasil audit klaim belum dapat ditentukan.
Realisasi IKU didukung dengan dana sebesar Rp289.483.165,00 atau 59,22% dari
anggaran sebesar Rp488.857.000,00 dan SDM sebanyak 409 OH atau 90,89% dari
rencana 450 OH.
Dari sisi penggunaan dana, IKU “Jumlah hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi” dicapai secara efisien.
Kondisi ini terlihat dari capaian IKU sebesar 73,33% lebih tinggi dibandingkan dengan
capaian penggunaan dana sebesar 59,22%. Dari sisi penggunaan SDM terlihat belum
efisien, kondisi ini terlihat dari capaian IKU sebesar 73,33% lebih rendah dari
penggunaan SDM sebesar 90,89%. Penggunaan HP tinggi karena pengumpulan
dokumentasi pendukung kegiatan dan bukti lain memerlukan waktu yang cukup
banyak.
Laporan hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh auditan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan untuk penyelesaian klaim, diantaranya:
a. Laporan Hasil Audit Klaim atas Kontrak Pembangunan PLTG Kaltim (Peaking) 2x(50-
60) MW (Netto), Nomor: 01.PJ.122/UIPKITRINGKAL/2012, tanggal 27 Februari 2012
dengan nilai koreksi audit sebesar Rp47.468.781.451,00 (tidak termasuk PPN).
b. Laporan Hasil Audit Klaim atas Pekerjaan Pembangunan Jalur Ganda antara Niru-
Tanjung Enim Baru pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divre III Sumatera
Selatan dengan nilai koreksi audit sebesar Rp35.108.248.370,65 (tidak termasuk
PPN).
c. Laporan Hasil Audit Klaim atas Pekerjaan Tambahan dalam Pembangunan Terminal
Petikemas Kalibaru Utara Tahap I Pelabuhan Tanjung Priok sesuai perjanjian nomor
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 41
HK.566/17/2/PI.II-12 tanggal 11 September 2012 dengan nilai koreksi audit sebesar
Rp20.348.289.381,96.
v Tujuan Strategis
Peningkatan efektifitas hasil pengawasan dalam mengatasi hambatan kelancaran
pembangunan
v Sasaran Strategis
Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan pembangunan nasional
v Sasaran Program
Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan pembangunan nasional
v Indikator Kinerja
Jumlah penyelesaian kasus hambatan kelancaran pembangunan
Jumlah penyelesaian kasus hambatan kelancaran pembangunan
Pelaksanaan pembangunan sering terkendala dan tidak mencapai hasil dan manfaat
seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antar instansi
pemerintah dan korporasi yang mengakibatkan adanya hambatan pelaksanaan
pembangunan yang berdampak pada lambatnya pencapaian tujuan nasional. Sejalan
dengan fungsi BPKP melakukan pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern
terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran
pembangunan termasuk program lintas sektoral, maka BPKP melakukan evaluasi
terhadap hambatan kelancaran pembangunan untuk mendapatkan alternatif
penyelesaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui proses mediasi. Hasil
evaluasi ini diharapkan dapat digunakan oleh unit penanggung jawab atau pelaksana
program/kegiatan atau pihak terkait lainnya, untuk menyelesaikan masalah yang
menghambat kelancaran program/kegiatan pembangunan. Untuk mengukur
keberhasilan Deputi Bidang Investigasi dalam menyelesaikan kasus hambatan
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 42
kelancaran pembangunan, ditetapkan indikator “Jumlah penyelesaian kasus hambatan
kelancaran pembangunan”.
Capaian IKU diukur dari jumlah laporan hasil evaluasi hambatan kelancaran
pembangunan yang ditindaklanjuti/dinafaatkan untuk menyelesaikan kasus hambatan
kelancaran pembangunan. Realisasi IKU tahun 2015 sebesar 25 laporan atau mencapai
71,43% dari target sebesar 35 laporan. Faktor yang menghambat tidak tercapainya IKU
adalah:
1. Sulit mempertemukan para pihak terkait untuk menjelaskan hasil identifikasi
masalah, penyebab, akibat, dan pilihan penyelesaian masalah yang sesuai dengan
ketentuan, serta meminta kesediaan masing-masing pihak untuk mangambil
langkah penyelesaian masalah.
2. Tidak tercapai kesepakatan diantara para pihak.
Realisasi IKU didukung dengan dana sebesar Rp169.674.390,00 atau 70,16% dari
anggaran sebesar Rp241.826.000,00 dan SDM sebanyak 665 OH atau 76,00% dari
rencana 875 OH.
Dari sisi penggunaan dana, IKU “Jumlah penyelesaian kasus hambatan kelancaran
pembangunan” dicapai secara efisien. Kondisi ini terlihat dari capaian IKU sebesar
71,43% lebih tinggi dibandingkan dengan capaian penggunaan dana sebesar 70,16%.
Dari sisi penggunaan SDM terlihat belum efisien, kondisi ini terlihat dari capaian IKU
sebesar 71,43% lebih rendah dari penggunaan SDM sebesar 76,00%. Penggunaan HP
tinggi karena memerlukan waktu yang cukup banyak dalam mengidentifikasi penyebab
terjadinya permasalahan, mengidentifikasi akibat atau potensi akibat yang akan timbul,
serta sulit mempertemukan para pihak terkait.
Laporan hasil evaluasi hambatan kelancaran pembangunan yang dimanfaatkan untuk
menyelesaikan kasus hambatan kelancaran pembangunan diantaranya:
a. Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Penyelesaian
Permasalahan Terminasi Kontrak Pembangunan PLTU Gorontalo (2X25 MW)
Kontrak Nomor 244.PJ/041/DIR/2007 tanggal 30 Oktober 2007.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 43
b. Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas Pelaksanaan
Pengadaan Gas Industri untuk Memenuhi Kebutuhan Pabrik Blast Furnace PT
Krakatau Steel (Persero) Tbk.
c. Laporan Hasil Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan dalam rangka
Percepatan Penyelesaian Pekerjaan Pembangunan Jalur Ganda antara Niru-Tanjung
Enim Baru pada PT KAI (Persero) Divre III Sumatera Selatan.
v Tujuan Strategis
Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi dalam upaya pencegahan
korupsi
v Sasaran Strategis
Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi dalam upaya
pencegahan korupsi
v Sasaran Program
Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi dalam upaya
pencegahan korupsi
v Indikator Kinerja
Persentase Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Korporasi yang
mengimplementasikan Fraud Control Plan (FCP)
Adanya perubahan paradigma yang lebih mengedepankan pencegahan korupsi dengan
membangun suatu sistem yang mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian
adanya kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) khususnya Deputi Bidang Investigasi untuk terus meningkatkan
efektifitas pencegahan korupsi. Deputi Bidang Investigasi berperan aktif membantu dan
bekerja sama dengan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Korporasi untuk
meningkatkan peran dan tugasnya dalam memberikan nilai tambah kualitas tata kelola
dan mendorong upaya pencegahan korupsi.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 44
Dalam rangka peningkatan tata kelola pemerintah dan korporasi, Deputi Bidang
Investigasi melaksanakan penugasan dalam rangka perbaikan pencegahan korupsi
berupa Fraud Control Plan (FCP). FCP merupakan suatu pengendalian yang dirancang
secara spesifik, teratur dan terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal
dan memudahkan pendeteksian, jumlah serta frekuensi kemungkinan terjadinya
korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa
atribut dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan.
Terkait dengan FCP, BPKP melaksanakan penugasan:
1. Sosialisasi FCP, adalah kegiatan penyebaran informasi FCP oleh tim kerja FCP
kepada organisasi atau pihak lain yang berkepentingan.
2. Diagnostic Assesment (DA) FCP, dilaksanakan setelah dilakukan sosialisasi yang
bertujuan untuk menentukan eksistensi dan implementasi FCP yang dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam mencegah dan
mendeteksi fraud.
3. Bimbingan teknis FCP, meliputi transfer pengetahuan mengenai FCP dan
membantu penyusunan pedoman praktis FCP.
4. Evaluasi atas Implementasi FCP, bertujuan untuk menilai sejauh mana organisasi
telah mengembangkan dan mengimplementasikan FCP dan apa hambatannya.
5. Monitoring dan Tindak Lanjut FCP, dilakukan terhadap setiap tahapan FCP yang
telah dilaksanakan oleh organisasi. Tujuannya adalah untuk mengkaji apakah
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, mengidentifikasi masalah yang
muncul agar dapat diatasi, mengetahui kaitan antara kegiatan implementasi FCP
dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan.
Untuk mengukur keberhasilan Deputi Bidang Investigasi dalam meningkatnya kualitas
tata kelola pemerintahan dan korporasi melalui upaya pencegahan korupsi, ditetapkan
indikator “Persentase Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Korporasi yang
mengimplementasikan Fraud Control Plan (FCP)”. IKU ini diukur dari jumlah
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Korporasi yang mengimplementasikan FCP
dibandingkan dengan jumlah penugasan FCP.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 45
Pada tahun 2015 jumlah realisasi penugasan FCP sebanyak 95 laporan, dari jumlah
tersebut instansi/korporasi yang mengimplementasikan FCP sebanyak 12
instansi/korporasi, dengan demikian realisasi IKU adalah sebesar 12,63% atau mencapai
120%. Faktor pendukung tercapainya indikator tersebut adalah Deputi Bidang
Investigasi melakukan pendekatan secara intensif dengan meyakinkan Instansi
Pemerintah maupun BUMN/BUMD tentang manfaat impelmentasi FCP.
Kegiatan FCP menggunakan SDM sebenyak 705 OH atau 84,54% dari rencana 596 OH.
Realisasi penggunaan dana sebesar Rp159.332.140,00 atau 50,74% dari anggaran
sebesar Rp313.995.000,00. Dari sisi penggunaan dana dan HP, IKU “Persentase
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Korporasi yang mengimplementasikan
Fraud Control Plan (FCP)” dicapai secara efisien. Kondisi ini terlihat dari capaian IKU
sebesar 120% lebih tinggi dibandingkan dengan capaian penggunaan dana sebesar
50,74% dan penggunaan SDM sebesar 84,54%.
Instansi/Korporasi yang menerapkan FCP adalah:
1. RSUD Dr. Soeradji Tirtonegoro Kabupaten Klaten
2. PT Askrindo (Persero)
3. Kantor Pertanahan Kota Balikpapan
4. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Ambon
5. RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti Kabupaten Kutai Kartanegara
6. Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia
7. BPAD D. I. Yogyakarta
8. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMP2T) Kabupaten
Siak
9. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau
10. RSD Mardi Waluyo Kota Blitar
11. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga kabupaten Minahasa Utara
12. RSU Kota Jantho Kab. Aceh Besar
Sebagai upaya pencegahan korupsi, Deputi Bidang Investigasi juga memberikan pemahaman
dan pengetahuan atas fraud melalui pelaksanaan Sosialisasi Program Anti Korupsi (SosPAK)
dan Kajian Pengawasan.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 46
1. SosPAK
SosPAK bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan pemahaman dan kepedulian
masyarakat terhadap permasalahan korupsi. Pada tahun 2015 SosPAK dilaksanakan
sebanyak 61 kali dengan kelompok sasaran (Focus Group) Pelajar, Mahasiswa dan
Pengelola Pengadaan Barang dan Jasa. Realisasi focus group yang mengikuti SosPAK
tahun 2015 adalah sebagai berikut :
TABEL 3.5REALISASI FOCUS GROUP
No Focus Group JumlahKegiatan
JumlahPeserta(orang)
1. Pelajar 23 3.595
2. Mahasiswa 28 19.121
3. PengelolaPengadaan Barangdan Jasa
11 649
Jumlah 61 23.365
Selain ketiga focus group yang sudah ditetapkan tersebut, terdapat Perwakilan BPKP
yang melaksanakan sosialisai atas permintaan masyarakat dengan focus group yang
berbeda, yaitu focus group Dosen/Guru, Aparatur Desa dan Kelompok Dharma Wanita,
dengan rincian sebagai berikut:
TABEL 3.6REALISASI FOCUS GROUP TAMBAHAN
No Focus Group Jumlah Kegitan Jumlah Peserta(orang)
1. Dosen atau Guru 3 116
2. Aparatur Desa 3 370
3. Kelompok DharmaWanita
1 120
4. CPNS 1 79
Jumlah 8 685
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 47
Tingkat pemahaman dan kepedulian peserta sospak tahun 2015 terhadap
pemberantasan korupsi pada seluruh provinsi adalah sangat baik. Hal ini ditunjukkan
oleh rata-rata skor pemahaman sebesar 5,07 dan rata-rata skor kepedulian sebesar 5,14
dari skala 6. Jika capaian tersebut dibandingkan dengan rentang penilaian tertinggi,
maka capaian rata-rata tingkat pemahaman peserta SosPAK seluruh wilayah adalah
84,50% sedangkan capaian tingkat kepedulian adalah 85,60%
Pemahaman didefinisikan sebagai tingkat kemampuan peserta dalam menyerap materi
sosialisasi yang diberikan oleh Perwakilan BPKP. Kepedulian merupakan suatu sikap
yang menunjukkan keprihatinan atau perhatian terus-menerus (concern) terhadap
suatu hal yang terlihat dalam sikap maupun tindakan kongkrit untuk memberikan
peranan atas objek yang menjadi keprihatinan tersebut. Terkait dengan SosPAK ini,
kepedulian didefinisikan sebagai bentuk pernyataan sikap atau komitmen peserta
sosialisasi untuk berperan serta dalam memerangi dan mencegah korupsi akibat proses
sosialisasi perwakilan BPKP.
Alat/tools yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman dan kepedulian adalah
kuesioner. Jumlah kuesioner yang telah diisi oleh peserta sospak tahun 2015 adalah
sebanyak 7.095 kuesioner. Analisis atas capaian kinerja diuraikan berdasarkan wilayah
atau Perwakilan BPKP yang melaksanakan SosPAK dan berdasarkan focus group dengan
uraian sebagai berikut:
a. Berdasarkan Wilayah
Secara umum, pemahaman dan kepedulian peserta sospak tahun 2015 terhadap
pemberantasan korupsi pada seluruh provinsi adalah sangat baik. Capaian rata-rata
tingkat pemahaman peserta sospak untuk seluruh wilayah adalah sebesar 84,50%
sedangkan capaian tingkat kepedulian adalah 85,60%.
b. Berdasarkan Focus Group
Capaian tingkat pemahaman berada pada kisaran 3,27 hingga 5,19 dengan capaian
rata-rata keseluruhan adalah 5,07 (sangat baik). Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman masing-masing focus group setelah diadakannya sosialisasi tergolong
baik. Sementara itu, capaian indikator kepedulian berada pada kisaran 4,71 hingga
5,48, dengan capaian rata-rata keseluruhan adalah 5,14 (sangat baik). Hal ini
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 48
menunjukkan bahwa, secara umum diperoleh gambaran bahwa tingkat
pemahaman mempunyai korelasi positif dengan tingkat kepedulian yaitu semakin
seorang memahami mengenai anti korupsi, maka semakin peduli terhadap upaya
pemberantasan korupsi.
Kegiatan SosPAK tingkat kedeputian menggunakan SDM sebenyak 90 OH atau 73,17%
dari rencana 123 OH. Realisasi penggunaan dana sebesar Rp45.764.350,00 atau 37,29%
dari anggaran sebesar Rp122.730.000,00.
2. Kajian Pengawasan
Kegiatan kajian pengawasan bertujuan untuk:
a. Mengurangi kesempatan kejadian korupsi dengan cara membuat masukan/usulan
penyempurnaan terhadap peraturan perundangan-undangan yang berpotensi
menjadi penyebab terjadinya KKN
b. Memberikan masukan/usulan perbaikan program atau kegiatan dengan melakukan
kajian hasil pengawasan dan kajian atas kasus/kejadian korupsi.
Pada tahun 2015 target kajian pengawasan ditetapkan sebanyak 37 penugasan,
terealisasi sebanyak 26 penugasan. Realisasi penugasan kajian pengawasan
diantaranya:
a. Kajian atas Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BLUD RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau.
b. Kajian Hasil Pengawasan/Pemetaan Korupsi selama tahun 2014 oleh Perwakilan
BPKP Provinsi Kalimantan Selatan.
c. Kajian atas Kenaikan Nilai Tukar Dollar (USD) terhadap Rupiah pada Pekerjaan
Perluasan Gedung Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno – Hatta.
d. Kajian atas Penyelesaian Pembangunan 11 Pilar di Jampea-Jalan Sulawesi Pada
Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Tanjung Priok.
Kegiatan kajian pengawasan menggunakan SDM sebenyak 135 OH atau 69,23% dari
rencana 195 OH. Realisasi penggunaan dana sebesar Rp6.810.000,00 atau 34,41% dari
anggaran sebesar Rp19.790.000,00.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 49
Pengendalian Terhadap Penugasan Keinvestigasian
Deputi Bidang Investigasi melakukan pengendalian yang memadai terhadap setiap
penugasan bidang investigasi. Pengendalian dimaksudkan agar laporan hasil penugasan
bidang investigasi dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan
(stakeholdrers). Pengendalian tersebut dilakukan melalui kegiatan penyamaan persepsi,
koordinasi pengawasan, quality assurance, peer reviu atas laporan penugasan bidang
investigasi, dan pemantauan tindak lanjut. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menjamin
kualitas audit, mempercepat proses penugasan, dan mencari jalan keluar atas
permasalahan-permasalahan yang timbul selama penugasan.
Target dan realisasi penugasan tersebut pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
TABEL 3.7Target Dan Realisasi Dalam Rangka Pengendalian Terhadap Penugasan
Keinvestigasian
No. Uraian Penugasan
Target Realisasi
1 Penyamaan Persepsi 95 155
2 Koordinasi Pengawasan 137 134
3 Quality Assurance 89 107
4 Peer reviu atas laporanpenugasan investigasi
22 20
5 Pemantauan TindakLanjut
- 3
Jumlah 343 419
Rencana dan realisasi penggunaan SDM serta anggaran dan realisasi untuk kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 50
TABEL 3.8Target Dan Realisasi Penggunaan Sdm Serta Anggaran Dan Realisasi Penggunaan
DanaDalam Rangka Pengendalian Terhadap Penugasan Keinvestigasian
No. Uraian SDM (OH) Dana
Rencana Realisasi % Anggaran Realisasi %
1 PenyamaanPersepsi/KoordinasiPengawasan
2.104 1.563 74,29 801.531.000 499.378.356 62,26
2 Quality Assurance 2.194 1.853 84,46 1.265.088.000 1.064.976.042 84,18
3 Peer reviu ataslaporan penugasaninvestigasi
2.469 4.969 201,26 247.896.000 193.980.396 78,25
4 Pemantauan TindakLanjut
31 20 64,52 - - -
Jumlah 6.798 8.405 123,64 2.314.515.000 1.758.334.794 75,97
Kajian Pengawasan Penyaluran Bantuan Sosial
Adanya ekspektasi dari stakeholders agar BPKP mendorong pengelolaan pemerintah
yang baik dan bersih (good and clean governance) dan meningkatkan upaya
pemberantasan korupsi, Deputi Bidang Investigasi terus melakukan upaya
pemberantasan korupsi secara efisien dan efektif. Efisien karena dengan jumlah
anggaran yang terbatas mampu melaksanakan fungsi pengawasan sesuai target yang
ditetapkan. Sedangkan ukuran efektif dari meningkatnya jumlah dan kualitas kasus
korupsi yang berhasil diungkap. Pengawasan yang dilakukan diharapkan dapat
mengurangi perilaku koruptif para penyelenggara negara.
Sebagai upaya pemberantasan korupsi dan dalam rangka mendukung agenda prioritas
Presiden dalam membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, Deputi Bidang Investigasi melakukan
kajian hasil pengawasan penyaluran Bantuan Sosial (Bansos). Bansos dimaksudkan
untuk membantu pihak-pihak yang layak memperolehnya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku agar memperoleh kehidupan yang layak.
Tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pelaporan serta evaluasi
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 51
program/ kegiatan Bansos sudah diatur dalam Permendagri Nomor 32 tahun 2011 dan
Permendagri Nomor 39 tahun 2012.
Pada kenyataannya masih dijumpai permasalahan kegiatan Bansos bahkan terjadi
tindak pidana korupsi atas kegiatan tersebut. Sehubungan dengan banyaknya
permasalahan pada penyaluran Bansos, Deputi Bidang Investigasi memberikan
rekomendasi agar penyimpangan pada penyaluran Bansos tidak terulang atau
berkurang.
Berdasarkan data hasil pengawasan tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, jumlah
kejadian penyimpangan Bansos dan nilai kerugian keuangan negaranya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.9Nilai Kerugian Keuangan Negara Atas Penyimpangan Bansos
No Uraian Kejadian NIlai (Rp)
1 Bantuan Penghitungan Kerugian NegaraKejaksaan
35 94.402.359.486,76
2 Bantuan Penghitungan Kerugian NegaraKepolisian
46 42.819.833.224,19
3 Bantuan Penghitungan Kerugian Negara KPK 1 2.175.000.000,00
4 Bantuan Penghitungan Kerugian NegaraKemenerian/ Lain-lain
3 53.918.556.151,00
5 TPK Kejaksaan (Audit Investigatif) 15 22.901.139.075,92
6 TPK Kepolisian (Audit Investigatif) 10 41.667.366.119,00
Jumlah 110 257.884.254.056,87
Dari hasil kajian pengawasan ditemukan bahwa pelaksanaan kegiatan bansos telah
membuka celah adanya kolusi yang berujung korupsi. Hal ini disebabkan kurang adanya
transparansi, partisipasi, akuntabitas dalam tahapan kegiatan bansos.
1. Tahap Perencanaan
Tidak adanya informasi kepada publik tentang penetapan para pihak baik orang dan
lembaga yang ditetapkan sebagai penerima dana bansos. Selain itu proposal tidak
melalui dinas terkait dengan penerima dana bansos, maksudnya jika penerima dana
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 52
bansos adalah lembaga agama, maka seharusnya ada rekomendasi atau verifikasi
terlebih dahulu oleh pejabat yang berwenang.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada pencairan uang banyak kelemahan karena sistem pengendalian internal tidak
berfungsi atau berjalan sebagaimana seharusnya. Pencaiaran uang secara
langsung/ uang tunai, bukan melalui rekening bank penerima.
3. Pemanfaatan Dana Bansos
Tidak ada cek dan recek atas penggunaan dana bansos oleh satuan pengawas
internal.
Pengawalan kegiatan tidak berjalan sebagaimana seharusnya, yaitu dengan modus:
a. Penerima fiktif
b. Pemotongan dana bantuan
c. Tidak ada pertanggungjawaban pencairan uang
4. Tahap Pelaporan
Pelaporan penggunaan dana bansos oleh pihak penerima tidak dianggap penting
sehingga tidak diketahui outputnya apalagi outcomenya. Hal ini karena anggaran
berbasis kinerja belum dipahami sebagai sesuatu yang penting.
5. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi pada setiap kegiatan oleh para pejabat tidak berjalan baik. Kembali
pada ketiadaan SOP dan pengarahan pada setiap kegiatan dan program dalam hal
ini bansos tidak dilakukan dengan niatan yang baik.
Berdasarkan hasil analisis atas penyebab terjadinya penyimpangan kegiatan/ program
Bansos maka rekomendasi guna perbaikan adalah:
1. Perlunya penerapan asas transparansi, partisipasi dan akuntabitas secara sungguh-
sungguh oleh para pihak yang terkait bansos.
2. Perlunya sosialisasi SOP/ketentuan peraturan perundang-undangan terkait Bansos
sehingga semua pihak paham dalam melaksanakan kegiatan sesuai tupoksinya.
3. Peningkatan fungsi aparat pengawas internal pemerintah dalam hal ini Inspektorat
Kota/ Kabupaten.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 53
4. Perlunya evaluasi secara terus menerus atas tahapan-tahapan kegiatan dan
pertanggungjawaban keuangan harus didukung dengan laporan kegiatan.
Rekomendasi tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
kegiatan/program Bansos. Kegiatan ini menggunakan SDM sebanyak 45 OH dan tidak
ada penggunaan dana.
Realisasi Keuangan
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatannya pada tahun 2015, Deputi Bidang
Investigasi memperoleh pendanaan dari DIPA sebesar Rp7.166.138.000,00 dan terealisir
sebesar Rp5.628.070.449,00 atau 78,54% dengan rincian sebagai berikut:
TABEL 3.10Realisasi Keuangan Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015
No. Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)
3670 Pembinaan Administrasi danPengelolaan Perlengkapan sertaPembayaran Gaji/Tunjangan
1.250.000.000 1.202.261.228
3679 Pengendalian/Pelaksanaan PengawasanIntern Akuntabilitas Keuangan Negaradan Pembinaan Penyelenggaraan SPIPterkait Investigasi pada BUMN danBUMD
1.894.078.000 1.400.502.674
3680 Pengendalian/Pelaksanaan PengawasanIntern Akuntabilitas Keuangan Negaradan Pembinaan Penyelenggaraan SPIPterkait HKP
1.862.652.000 1.327.801.388
3681 Pengendalian/Pelaksanaan PengawasanIntern Akuntabilitas Keuangan Negaradan Pembinaan Penyelenggaraan SPIPterkait Investigasi padaKementerian/Lembaga
2.159.408.000 1.697.505.159
Jumlah 7.166.138.000 5.628.070.449
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 54
Lain-Lain
Selain melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja yang telah
ditetapkan, Deputi Bidang Investigasi juga melaksanakan kegiatan berikut:
1. Penandatanganan Pakta Integritas
Pada tanggal 20 Januari 2015, seluruh pegawai di lingkungan Deputi Bidang
Investigasi menandatangani Pakta Integritas.
Pada acara tersebut, Deputi Bidang Investigasi, Iswan Elmi menegaskan bahwa
Penandatanganan Pakta Integritas ini bukanlah formalitas belaka, namun bentuk
janji dan komitmen bersama untuk menjunjung tinggi integritas dan jiwa anti
korupsi.
GAMBAR 3.1PENANDATANGANAN PAKTA INTEGRITAS
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 55
2. Rapat Kerja
Rapat Kerja Deputi Bidang Investigasi dilaksanakan pada tanggal 21-22 Mei 2015 di
Aula Timur BPKP Pusat dengan mengambil tema “Peningkatan Kapabilitas SDM
Bidang Investigasi dalam Rangka Menyongsong BPKP Baru”. Rapat Kerja dibuka
oleh Kepala BPKP dan diikuti oleh Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi, para
Direktur dan Kepala Sub Direktorat di lingkungan Deputi Bidang Investigasi, para
Pejabat Fungsional Auditor, serta para Pejabat Fungsional Umum di lingkungan
Deputi Bidang Investigasi.
Materi yang disampaikan adalah Bisnis Proses Penugasan Bidang Keinvestigasian,
draft Struktur Organisasi dan Tata Kerja Deputi (SOTK) Deputi Investigasi yang baru,
Aplikasi Current Issue (ACI), draft Revisi Pedoman Pelaksanaan Audit dalam rangka
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN), Bisnis Proses Penugasan Bidang
Keinvestigasian II (Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan, Audit
Penyesuaian Harga, dan Audit Klaim), Standar Kompetensi Auditor Investigasi,
Rencana Strategis 2015-2019 dan Rencana Kerja 2016.
GAMBAR 3.2RAPAT KERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 56
3. Forum Investigasi
Forum Investigasi dengan tema ”Peningkatan Sinergitas dan Kapabilitas Auditor
Investigatif BPKP dalam Rangka Implementasi Kebijakan Percepatan Proyek Strategi
Nasional” dilaksanakan selama tiga hari tanggal 21 September 2015 s.d 23
September 2015 bertempat di Aula Perwakilan BPKP DIY. Peserta terdiri dari 15
Kepala Perwakilan BPKP, Kabid/ Korwas Bidang Investigasi didampingi pengendali
teknis dari seluruh perwakilan dengan total peserta 121 orang. Acara dibuka oleh
Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi, Iswan Elmi. Hadir pula dalam acara
pembukaan Kepala Biro Hukum dan Humas, dan para Direktur di lingkungan Deputi
Bidang Investigasi.
Maksud dan tujuan penyelenggaraan Forum Keinvestigasian Tahun 2015, adalah
sebagai berikut:
a. Penyamaan persepsi atas arah dan kebijakan BPKP dengan terbitnya Peraturan
Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP dan penugasan pemerintah.
b. Penyampaian Draf Penyempurnaan Pedoman Penugasan Bidang Investigasi
dikaitkan dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014.
c. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
di bidang keinvestigasian, sebagaimana telah diatur dalam Pedoman
Penugasan Bidang Investigasi dan Petunjuk Teknis, sehingga dapat mengurangi
risiko yang mungkin timbul dari penugasan keinvestigasian.
d. Untuk memantapan strategis penugasan bidang keinvestigasian dalam rangka
proposionalitas beban kerja antar Direktorat dilngkungan deputi bidang
investigasi dan efisiensi serta intensitas pengembangan kompetensi SDM
auditor bidang investigasi.
e. Terbitnya atau tersusunnya draft Memorandum of Understanding (MoU)
antara BPKP, APIP lainnya dan Aparat Penegak Hukum dalam rangka
implementasi kebijakan percepatan proyek strategis nasional termasuk
prosedur pelaksanaannya.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 57
Materi yang dibahas meliputi:
a. Evaluasi atas Kinerja Bidang Investigasi, Target Penugasan Bidang Investigasi
dan Refocusing.
b. Usulan Struktur Organisasi Deputi Bidang Investigasi.
c. Standar Kompetensi Deputi Bidang Investigasi.
d. Masukan Biro Hukum dalam rangka Penyempurnaan PPBI.
e. Bisnis Proses Deputi Investigasi, Audit Investigasi – PKKN.
f. Pola Sinergitas BPKP, APIP Lainnya dan Aparat Penegak Hukum (APH).
g. Audit Penyesuaian Harga, Audit Klaim dan Evaluasi Hambatan Kelancaran
Pembangunan.
GAMBAR 3.3ARAHAN DARI DEPUTI KEPALA BPKP BIDANG INVESTIGASI DALAM FORUM INVESTIGASI
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 58
GAMBAR 3.4PESERTA FORUM INVESTIGASI
4. Workshop
Dalam rangka meningkatkan kompetansi auditor investigasi, pada tahun 2015
Deputi Bidang Investigasi melaksanakan workshop berikut:
a. Workshop Matrikulasi Hukum
Workshop Matrikulasi Hukum diselenggarakan untuk memberikan pemahaman
tentang hukum yang tidak dapat dipisahkan dari penugasan bidang investigasi.
Setelah mengikuti workshop, peserta diharapkan dapat mengidentifikasikan
unsur-unsur penyimpangan yang terkait pidana dan TPK, perdata dan
penyimpangan lain dalam kasus-kasus yang dihadapi dalam penugasan di
bidang investigasi.
Workshop Matrikulasi Hukum dilaksanakan 4 (empat) tahap sebagai berikut:
1) Tahap I diselenggarakan tanggal 26 s.d. 30 Oktober 2015 diikuti oleh 37
peserta yang terdiri dari pejabat struktural eselon III dan PFA di lingkungan
Deputi Bidang Investigasi.
2) Tahap II diselenggarakan tanggal 2 s.d. 6 November 2015, diikuti oleh 38
peserta yang terdiri dari pejabat struktural eselon III dan PFA di lingkungan
Deputi Bidang Investigasi.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 59
3) Tahap III dan IV dilaksanakan secara simultan, diikuti oleh 66 orang peserta
yang terdiri dari PFA dan pejabat struktural eselon III dari seluruh
perwakilan BPKP serta PFA dan pejabat struktural eselon III di lingkungan
Deputi Bidang Investigasi.
Materi yang disampaikan dalam Workshop Matrikulasi Hukum meliputi:
1) Pengantar Hukum.
2) Pengantar Hukum Administrasi Negara.
3) Hukum Administrasi Negara.
4) Hukum Perdata.
5) Pengantar Hukum Pidana.
6) Hukum Pidana.
7) Pengantar Tindak Pidana Korupsi.
8) Tindak Pidana Korupsi.
9) Peraturan Perundang-undangan.
10) Hukum Pembuktian Pidana.
GAMBAR 3.5 ARAHAN DEPUTI KEPALA BPKP DALAM PEMBUKAAN WORKSHOP
MATRIKULASI HUKUM
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 60
b. Workshop Komputer Forensik
Workshop Komputer Forensik dilaksanakan di Perwakilan BPKP Provinsi Jambi
tanggal 8 s.d 9 April 2015, Perwakilan BPKP Provinsi Bali tanggal 19 s.d 20
Oktober 2015. Pengetahuan tentang komputer forensik dan audit e-
Procurement diharapkan dapat diimplementasikan dalam melaksanakan tugas-
tugas pengawasan.
Materi yang disampaikan pada workshop komputer forensik meliputi:
1) Latar belakang forensik komputer dan penjelasan tentang Petunjuk Teknis
Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik.
2) Pengenalan forensik komputer.
3) Audit atas pengadaan barang/jasa secara elektronik.
4) Persiapan praktek forensik komputer (instalasi program).
5) Praktek forensik komputer.
GAMBAR 3.6WORKSHOP KOMPUTER FORENSIK
c. Workshop Keinvestigasian
Workshop keinvestigasian dilaksanakan di Perwakilan BPKP Provinsi Lampung
tanggal 14 s.d 16 April 2015, Perwakilan BPKP Sumatera Barat tanggal 10 s.d 14
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 61
Agustus 2015, Perwakilan BPKP Sulawesi Tengah tanggal 4 s.d 7 Agustus 2015,
dan Perwakilan BPKP Provinsi Aceh tanggal 12 s.d 13 Oktober 2015.
Materi yang disampaikan pada workshop keinvestigasian meliputi Pencegahan
serta Penanganan Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara, Audit Investigatif,
Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, Pemberian Keterangan Ahli
dan E-Procurement.
GAMBAR 3.7WORKSHOP KEINVESTIGASIAN
d. Workshop on the Interpretation of Contract Provision for Price Adjustment
EINRIP
Workshop ini diselenggarakan pada tanggal 28 April 2015. Peserta workshop
berasal dari Deputi Bidang Investigasi, 9 Perwakilan BPKP, dan Direkorat
Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Tujuan diselenggarakannya workshop ini adalah:
1) Memberikan gambaran tentang The Eastern Indonesia National Road
Improvement Project (EINRIP).
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 62
2) Memahami tentang ketentuan Fédération Internationale Des Ingénieurs-
Conseils (FIDIC).
3) Memberikan penyamaan interpretasi ketentuan tentang Penyesuaian
Harga dalam FIDIC.
Materi Workshop meliputi:
1) Pengantar Umum Tentang EINRIP.
2) Administrasi kontrak FIDIC.
3) Klausul kontrak pasal 13.8 tentang Penyesuaian Harga.
GAMBAR 3.8WORKSHOP ON THE INTERPRETATION OF CONTRACT PROVISION FOR PRICE
ADJUSTMENT EINRIP
5. Kegiatan Deputi Bidang Investigasi
a. Pelatihan Bersama Peningkatan Kapasitas Penegak Hukum dalam Penanganan
Tindak Pidana Korupsi
Pelatihan dilaksanakan tanggal 19 s.d 23 Oktober 2015 bertempat di Aula Hotel
Sanur Paradise Plaza. Pelatihan diikuti oleh 180 orang diantaranya: 46 orang
dari Kejaksaan Bali, 34 orang Jaksa dari NTB, 42 orang Penyidik dari Kepolisian
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 63
Bali, 38 orang Penyidik dari Kepolisian NTB, 5 orang Auditor dari Perwakilan
BPK-RI Provinsi Bali, 5 orang Auditor dari Perwakilan BPK-RI Provinsi Nusa
Tenggara Barat, 5 orang Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Bali dan 5 orang
Auditor dari Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat.
b. National Anti Fraud Conference 2015 di Hotel Discovery Kuta Bali
Konferensi dilaksanakan tanggal 21 s.d 22 Oktober 2015 diselenggarakan oleh
ACFE bekerjasama dengan berbagai BUMN dan BPKP.
Peserta terdiri dari berbagai instansi, kementerian, BPK, BPKP, Inspektorat dan
BUMN dengan jumlah peserta sebanyak 200 orang lebih.
GAMBAR 3.9NATIONAL ANTI FRAUD CONFERENCE 2015
c. Pembinaan ke Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 17
Februari 2015.
d. Narasumber Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Strategi Komunikasi
Publik BPKP Tahun 2015" pada hari Jumat tanggal 20 Februari 2015.
e. Menghadiri Gerakan Nasional Penyelamatan SDA Sektor Kelautan di Medan
tanggal 24 Maret 2015.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 64
f. Tanggal 10 Juni 2015 memberikan arahan terkait dengan keluarnya Perpres
192 Tahun 2014 di Perwakilan BPKP Provinsi Riau.
g. Pada tanggal 2 November 2015 menyelenggarakan Bimbingan Teknis
Keinvestigasian Bagi Auditor APIP di Bandung.
Laporan Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015 65
Laporan Kinerja merupakan media pertanggungjawaban Deputi Bidang Investigasi
dalam melaksanakan program dan kegiatan yang telah dilakukan. Berdasarkan visi, misi,
tujuan, sasaran yang telah dirumuskan dan strategi atau cara-cara untuk pencapaiannya
serta penetapan indikator kinerja sebagai media pengukuran kinerja yang jelas dan
tepat, maka dapat ditetapkan tingkat pencapaian kinerja untuk suatu periode tertentu.
Pada tahun 2015 rata-rata capaian outcome mencapai 101,97%. Realisasi output
sebesar 477 laporan atau mencapai 147,68% dari target 323 laporan. Dana yang
digunakan oleh Deputi Bidang Investigasi melaksanakan seluruh kegiatannya adalah
sebesar Rp5.628.070.449,00 atau 78.54% dari anggaran sebesar Rp7.166.138.000,00.
SDM yang digunakan sebanyak 21.512 OH atau mencapai 108,29% dari target sebanyak
19.865 OH
Target kinerja outcome maupun output yang telah ditetapkan pada Perjanjian Kinerja
Tahun 2015 secara keseluruhan dapat disimpulkan tercapai. Pembinaan dan
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai aset utama dalam mencapai
keberhasilan untuk mewujudkan visi, dan misi terus ditingkatkan baik intensitas
maupun kualitasnya. Diharapkan dalam masa yang akan datang ada perbaikan dan
penambahan sarana pendukung kerja mengingat sarana yang dimiliki saat ini belum
cukup memadai dalam jumlahnya.
Akhirnya, tanpa mengabaikan berbagai kendala dan keterbatasan yang ada, Deputi
Bidang Investigasi bertekad untuk terus meningkatkan kinerja sebagai perwujudan dari
pertanggungjawaban amanah yang diemban.
BAB IVPENUTUP
Lampiran 1
Pagu Realisasi % Target Realisasi %
2 3 4 5 6=5/4 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10
Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh
APH
% 60 65,16 108,60 1.704.977.000 1.481.420.613 86,89 5.499 5.735 104,29
Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh
Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah, dan Korporasi
% 20 23,7 118,50 341.596.000 304.431.338 89,12 1.395 948 67,96
Jumlah hasil audit penyesuaian harga
yang dimanfaatkan
Laporan 40 60 120 326.152.000 208.527.588 63,94 927 839 90,51
Jumlah hasil audit klaim yang
dimanfaatkan
Laporan 15 11 73,33 488.857.000 289.483.165 59,22 450 409 90,89
2 Meningkatnya penyelesaian
hambatan kelancaran
pembangunan nasional
Jumlah kasus hambatan kelancaran
pembangunan yang dapat diselesaikan
Laporan 35 25 71,43 241.826.000 169.674.390 70,16 875 665 76,00
3 Meningkatnya kualitas tata
kelola pemerintahan dan
korporasi
Persentase Kementerian/lembaga,
Pemerintah Daerah, dan Korporasi yang
mengimplementasikan FCP
% 10 12,63 120 313.995.000 159.332.140 50,74 596 705 118,29
Meningkatnya efektifitas
hasil pengawasan
keinvestigasian
1
1
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
Indikator Kinerja Utama Satuan Target
TAHUN 2015
SDM (OH)Dana (Rp)Realisasi
Capaian Kinerja
(%)
Sasaran Program
Lampiran 2
Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi
Realisasi
dibanding
Target
Program
2 3 4 5 6=5/4 7
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH
% 60 65,16 108,60
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh Kementerian/Lembaga,
Pemerintah Daerah, dan Korporasi
% 20 23,7 118,50
Jumlah hasil audit penyesuaian harga yang
dimanfaatkan
Laporan 40 60 120,00
Jumlah hasil audit klaim yang dimanfaatkan Laporan 15 11 73,33
2 Meningkatnya penyelesaian
hambatan kelancaran
pembangunan nasional
Jumlah kasus hambatan kelancaran
pembangunan yang dapat diselesaikan
Laporan 35 25 71,43
3 Meningkatnya kualitas tata
kelola pemerintahan dan
korporasi
Persentase Kementerian/lembaga, Pemerintah
Daerah, dan Korporasi yang
mengimplementasikan FCP
% 10 12,63 120,00
1 Meningkatnya efektifitas
hasil pengawasan
keinvestigasian
Program pengawasan
intern akuntabilitas
keuangan negara dan
pembangunan
nasional serta
pembinaan
penyelenggaraan
sistem pengendalian
intern pemerintah
Sasaran Strategis/ Program
TARGET DAN REALISASI IKU
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2015
1
Lampiran 3
Pagu Realisasi % Target Realisasi %
3 3 5 6=5/3 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10 13
Sasaran Kegiatan
1 Jumlah laporan hasil audit dalam
rangka penghitungan kerugian
keuangan negara
Laporan 10 26 260,00 707.515.000 687.340.340 97,15 1.865 3.337 178,93
2 Jumlah laporan Pengumpulan dan
Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik
(PEBDE)
Laporan 8 7 87,50 322.504.000 237.331.860 73,59 168 725 431,55
3 Jumlah laporan pemberian
keterangan ahli
Laporan 24 82 341,67 192.280.000 176.939.736 92,02 816 262 32,11
4 Jumlah laporan hasil audit
investigatif
Laporan 2 1 50,00 73.134.000 71.432.500 97,67 245 100 40,82
5 Jumlah laporan FCP Laporan 2 2 100,00 108.530.000 28.735.000 26,48 76 65 85,53
6 Jumlah laporan
pemantauan/monitoring/ QA
Laporan 114 168 147,37 755.445.000 495.725.723 65,62 4.432 6.283 141,76
1 Jumlah laporan hasil audit dalam
rangka penghitungan kerugian
keuangan negara
Laporan 8 5 62,50 325.694.000 259.264.727 79,60 2.170 1.260 58,06
2 Jumlah laporan pemberian
keterangan ahli
Laporan 24 24 100,00 156.984.000 120.543.950 76,79 480 151 31,46
3 Jumlah laporan hasil audit
investigatif
Laporan 4 6 150,00 268.462.000 232.998.838 86,79 1.150 848 73,74
4 Jumlah laporan FCP Laporan 2 1 50,00 205.465.000 130.597.140 63,56 520 640 123,08
5 Jumlah laporan pemantauan/QA Laporan 46 50 108,70 937.473.000 657.098.019 70,09 1.170 612 52,31
1 Jumlah laporan hasil audit
penyesuaian harga
Laporan 4 7 175 326.152.000 208.527.588 63,94 927 839 90,51
2 Jumlah laporan hasil audit klaim Laporan 3 3 100 488.857.000 289.483.165 59,22 450 409 90,89
3 Jumlah laporan evaluasi hambatan
kelancaran pembangunan
Laporan 5 6 120 241.826.000 169.674.390 70,16 875 665 76,00
4 Jumlah laporan kajian pengawasan Laporan 1 2 200 19.790.000 6.810.000 34,41 195 135 69,23
5 Jumlah laporan pemantauan/QA Laporan 66 87 131,82 786.027.000 653.306.245 83,11 1.695 1.831 108,02
JUMLAH 323 477 147,68 5.916.138.000 4.425.809.221 74,81 17.234 18.162 105,38
CAPAIAN KINERJA OUTPUT
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2015
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Output Satuan Target Realisasi %Dana (Rp)
Tersedianya informasi hasil
pengawasan dalam
mencapai perbaikan tata
kelola, perbaikan sistem
pengendalian intern
pengelolaan keuangan
negara dan peningkatan
kapabilitas APIP pada
Direktorat Investigasi HKP
SDM (OH)Program
1 2Pengawasan
Intern
Akuntabilitas
Keuangan
Negara dan
Pembinaan
Penyelenggaraa
n Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah
1 Tersedianya informasi hasil
pengawasan dalam
mencapai perbaikan tata
kelola, perbaikan sistem
pengendalian intern
pengelolaan keuangan
negara dan peningkatan
kapabilitas APIP pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
2 Tersedianya informasi hasil
pengawasan dalam
mencapai perbaikan tata
kelola, perbaikan sistem
pengendalian intern
pengelolaan keuangan
negara dan peningkatan
kapabilitas APIP pada
Direktorat Investigasi
BUMN dan BUMD3