laporan kinerja (lkj) tahun 2014 - badan ketahanan pangan...
TRANSCRIPT
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 1
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
BADAN KETAHANAN PANGAN
TAHUN 2015
(LKj)
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 2
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun
sebagai salah satu wujud pertanggungjawaban tugas pokok dan fungsi serta
kewenangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran
2014, yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi serta cara pencapaian
tujuan dan sasaran yang mengacu pada Renstra Tahun 2009 – 2014.
Penilaian pencapaian kinerja pada laporan ini menitikberatkan pada
capaian kinerja pembangunan ketahanan pangan yang tentunya disesuaikan
dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur.
Akhirnya, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 ini dapat memberikan gambaran secara
kongkrit mengenai kinerja pembangunan ketahanan pangan di Jawa Timur.
Surabaya, Februari 2015
Plt. Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Ir. LENA WAHYU MARWATI, MMA. PembinaTk. I
NIP. 19610214 198603 2 006
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 3
1.1. Latar Belakang
Upaya mewujudkan pemantapan ketahanan pangan merupakan
tanggungjawab pemerintah dengan masyarakat sesuai amanat UU No. 18
tahun 2012 yang menyatakan bahwa Pangan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak
asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Negara berkewajiban mewujudkan
ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan yang
cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional
maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan
memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Pemerintah
berkewajiban menyelenggarakanpengaturan, pembinaan, pengendalian dan
pengamanan ketersediaan pangan yang cukup dalam hal : jumlah dan
mutunya, aman, beragam, bergizi, aman, merata dan terjangkau oleh daya
beli masyarakat. Sedangkan masyarakat mempunyai peran serta dalam
penyelenggaraan produksi, perdagangan, distribusi dan cadangan pangan
masyarakat, serta pencegahan maupun penanggulangan masalah pangan.
Pemenuhan hak atas pangan dicerminkan pada definisi ketahanan
pangan yaitu : “kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan”. Definisi ketahanan pangan ini secara luas, diartikan
bahwa : (1) terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup,
yang diartikan dengan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup
pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi
I PENDAHULUAN
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 4
kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta
turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia, (2)
terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari
cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari
kaidah agama, (3) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, yang
diartikan bahwa pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh
tanah air, (4) terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, yang
diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang
terjangkau.
Pembangunan ketahanan pangan di wilayah Jawa Timur harus
dipandang sebagai bagian tidak terlepaskan dari wawasan ketahanan
pangan nasional. Jawa Timur sebagai wilayah yang surplus pangan telah
menjadi tolok ukur keberhasilan ketahanan Pangan nasional. Oleh karena
itu pemerintah Jawa Timur harus terus berupaya memacu pembangunan
ketahanan pangan melalui program–program yang benar-benar mampu
memperkokoh ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pembangunan ketahanan pangan yang berdimensi pembangunan
Jawa Timur secara menyeluruh akan dapat terlaksana dengan efektif
manakala memiliki arah yang jelas dan terukur kinerjanya. Program-
program dalam rangka pembangunan ketahanan pangan harus terpadu
(integrated), terukur keberhasilannya (measureable) dan berkesinambungan
(sustainability). Dengan demikian setiap pelaksanaan program-program
pembangunan dalam rangka ketahanan pangan dapat diarahkan dengan
benar, dapat dipantau perkembangannya dan selanjutnya dapat dievaluasi
keberhasilannya.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2009 – 2014 dengan agenda revitalisasi
pertanian yang dijabarkan melalui program prioritas Peningkatan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 5
Ketahanan Pangan bertujuan memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan
ketahanan pangan sampai ke tingkat rumah tangga.
1.2. Landasan hukum
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur merupakan unsur
pelaksana otonomi daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah di bidang Ketahanan Pangan,
sesuai Perda nomor 10 Tahun 2008 tanggal 20 Agustus 2008, yang
dituangkan dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor: 107 Tahun 2008
tanggal 25 Agustus 2008 tentang Uraian Tugas Sekretariat, Bidang, Sub
Bagian, Sub Bidang Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) didasarkan pada :
- Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara;
- Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
- Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
- Undang-undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.
- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
- Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
- Surat Keputusan MENPAN Nomor: KEP-135/M.PAN/2004 tentang
Pedoman Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
- Peraturan MENPAN Nomor 9 Tahun 2007 tentang Indikator Kinerja
Utama;
- Peraturan MENPAN Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Indikator Kinerja Utama;
- Peraturan MENPAN Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Evaluasi
Kinerja Organisasi;
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 6
- Peraturan MENPAN Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja;
- Peraturan MENPAN Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman
Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja.
- Permentan No. 65/OT.140/12/2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
1.3. Tujuan
Tujuan disusunnya laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
tahun 2013 adalah sebagai berikut.
- Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja program/kegiatan
dan sasaran;
- Melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah;
- Menilai keberhasilan organisasi;
- Sebagai pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai
tujuan/sasaran strategis instansi.
1.4. Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan
Tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur merupakan unsur
pelaksana otonomi daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah di bidang Ketahanan Pangan,
Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 tahun 2008
pasal 20 tentang organisasi dan tata kerja inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan lembaga teknis daerah provinsi Jawa Timur,
Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
bidang peningkatan ketahanan pangan serta melaksanakan ketatausahaan
Badan Ketahanan Pangan propinsi Jawa Timur.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 7
Sedangkan fungsi Badan Ketahanan Pangan propinsi Jawa Timur
mempunyai fungsi koordinasi dan sinkronisasi dalam hal :
1. Penyusunan dan perumusan program serta rencana kegiatan
kebijaksanaan teknis dalam bidang ketahanan pangan.
2. Pengidentifikasian ketersediaan dan konsumsi pangan serta
pemantauan pengelolaan cadangan pangan.
3. Pemantauan, evaluasi dan pengelolaan distribusi pangan, terutama
komoditas pangan strategis, serta merumuskan kebijakan lintas
kabupaten/kota.
4. Pengendalian dan perumusan kebijakan harga komoditas pangan
strategis.
5. Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan.
6. Pelaksanaan penyuluhan gerakan peningkatan mutu konsumsi pangan
dan penganekaragaman pangan.
7. Pengawasan dan pengendalian sistem kewaspadaan pangan gizi serta
norma dan standar harga pangan.
8. Pelaksanaan tugas-tugas ketata usahaan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, menurut
Peraturan Gubernur No. 107 tahun 2008 diuraikan dalam 4 bidang, yakni :
1. Sekretariat, mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan,
mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum,
kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program dan keuangan
2. Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan, mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi
kegiatan ketersediaan dan cadangan pangan, dan mempunyai fungsi
pelaksanaan : (a) penyusunan rencana teknis dibidang ketersediaan
dan cadangan pangan, (b) identifikasi ketersediaan dan keragaman
produk pangan, (c) koordinasi pencegahaan dan pengendalian masalah
pangan sebagai akibat menurunnya ketersediaan pangan karena
berbagai sebab, (d) koordinasi, pengembangan dan pengaturan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 8
cadangan pangan pemerintah dan masyarakat, (e) koordinasi,
pembinaan dan pengendalian cadangan pangan masyarakat.
3. Bidang Distribusi dan Akses Pangan, mempunyai tugas
merencanakan melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi
kegiatan pengembangan akses pangan dan pengendalian harga
pangan, mempunyai fungsi pelaksanaan : (a) penyusunan rencana
teknis dibidang distribusi pangan, (b) identifikasi infrastruktur
distribusi pangan provinsi, (c) koordinasi pengembangan infrastruktur
distribusi pangan provinsi, (d) koordinasi pemantauan dan kerjasama
dengan instansi terkait alam distribusi pangan, (e) koordinasi
pencegahan penurunan dan peningkatan akses pangan masyarakat, (f)
koordinasi pengembangan informasi dan pengendalian harga pangan,
(g) fasilitasi pengembangan jaringan pasar bahan pangan wilayah.
4. Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, mempunyai tugas
merencanakan, melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi
kegiatan penganekaragaman dan konsumsi pangan, mempunyai fungsi
pelaksanaan : (a) penyusunan rencana teknis dibidang
penganekaragaman dan konsumsi pangan, (b) koordinasi untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam penganekaragaman dan
konsumsi pangan, (c) penyusunan rencana pengembangan jenis
pangan alternatif dan pangan lokal berdasarkan potensi wilayah, (d)
pembinaan peningkatan mutu konsumsi masyarakat menuju gizi
seimbang berbasis bahan baku lokal, (e) fasilitasi terhadap
pengembangan usaha kelembagaan penganekaragaman pangan.
5. Bidang Kewaspadaan Pangan, mempunyai tugas merencanakan
melaksanakan dan menyiapkan bahan koordinasi pengendalian
penanggulangan kerawanan dan keamanan pangan, mempunyai fungsi
pelaksanaan : (a) penyusunan rencana teknis dibidang kewaspadaan
pangan, (b) koordinasi pencegahan dan penanggulangan kerawanan
pangan provinsi, (c) perumusan rencana pengkajian dan analisis,
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 9
pengembangan, pemantauan dan pemantapan keamanan pangan, (d)
koordinasi pengembangan, pemantauan dan pengendalian keamanan
pangan, (e) fsilitasi terhadap pengembangan usaha kelembagaan
pangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur mempunyai Struktur Organisasi sebagai berikut :
1. Kepala Badan Ketahanan Pangan.
2. Sekretariat, membawahi :
a. Sub Bagian Tata Usaha
b. Sub Bagian Penyusunan Progam
c. Sub Bagian Keuangan.
3. Bidang Ketersediaan dan Cadangan Pangan, membawahi ;
a. Sub Bidang Ketersediaan Pangan
b. Sub Bidang Cadangan Pangan.
4. Bidang Distribusi Pangan, membawahi :
a. Sub Bidang Akses Pangan
b. Sub Bidang Pengendalian Harga.
5. Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan, membawahi :
a. Sub Bidang Penganekaragaman Pangan
b. Sub Bidang Konsumsi Pangan
6. Bidang Kewaspadaan Pangan, membawahi :
a. Sub Bidang Kerawanan Pangan
b. Sub Bidang Keamanan Pangan
7. UPT Badan
Kelompok Jabatan Fungsional.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor : 10
Tahun 2008 jumlah aparat yang menduduki jabatan pada Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebanyak 17 orang pejabat
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 10
struktural dan 4 orang pejabat fungsional dengan struktur organisasi
sebagaiberikut :
Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur
KEPALA BADAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN PENYUSUNAN
PROGRAM
SEKRETARIAT
SUB BAGIAN TATA USAHA
SUB BIDANG CADANGAN PANGAN
SUB BIDANG KETERSEDIAANPANG
AN
BIDANG DISTRIBUSI
PANGAN
BIDANG KETERSEDIAAN DAN CADANGAN PANGAN
BIDANG KEWASPADAAN
PANGAN
BIDANG PENGANEKARAGAMAN& KONSUMSI PANGAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SUB BIDANG AKSES PANGAN
SUB BIDANG PENGENDALIAN
HARGA
SUB BIDANG
KONSUMSI PANGAN
SUB BIDANG PENGANEKARAGAMAN
PANGAN
SUB BIDANG KEAMANANPANGAN
SUB BIDANG KERAWANAN
PANGAN
U P T B
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 11
c.Kekuatan sumberdaya.
Kondisi Sumberdaya Manusia BKP Provinsi Jawa Timur.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur memiliki
pegawai/personil PNS sebanyak 124 orang, terdiri dari :
Pegawai yang bertugas di Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Jawa Timur sebanyak 108 orang.
• Petugas Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Kehutanan
sebanyak 16 orang.
Selain pegawai/personil PNS tersebut di atas juga dibantu oleh Pegawai
Tidak Tetap sebanyak 12 orang
Berdasarkan Golongan/Pangkat,pegawai Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur terdiri dari:
- Pegawai golongan IV sebanyak 32 orang atau 26,3% dari jumlah
keseluruhan pegawai;
- Pegawai dengan golongan III sebanyak 65 orang atau 53,3% dari
jumlah pegawai;
- Pegawai golongan II sebanyak 23 orang (18,8%);
- Pegawai golongan I sebanyak 2 orang (1,6%).
Tabel 1. Pegawai BKP Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Golongan/Pangkat
Golongan/Pangkat A B C D Jumlah
IV 21 9 1 1 32
III 14 11 9 33 67
II 7 11 - 5 23
I 1 - - 1 2
Jumlah 124
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 12
Berdasarkan Tingkat Pendidikan terakhir yang berhasil diselesaikan,
pegawai Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur lebih
didominasi (40,98%) oleh pegawai dengan tingkat pendidikan S-1
(Sarjana), kemudian S-2 (27,87%), SLTA (27,05%), D-3 (1,64%) danSD
(0,82%).
Dari komposisi ini dapat dilihat bahwa pegawai Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur yang berpendidikan S-1 cukup banyak,
hal ini dimungkinkan karena banyak pegawai yang berpendidikan D-3
dan SLTA yang telah meneruskan pendidikannya ke jenjang perguruan
tinggi.
- Institusi Ketahanan Pangan di 38 Kabupaten/Kota dengan rincian :
Badan 14 Institusi, Kantor 19 Institusi, lain-lain (subdin, bidang) 5
institusi.
- Dewan Ketahanan Pangan sebagai penyusun kebijakan ketahanan
pangan di Jawa Timur.
- Kelompok lumbung yang diberdayakan sebanyak 1.133 Lumbung.
- Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) 1.413desa.
- Lembaga pembeli gabah/pangan lain424 lembaga, Lembaga
Distribusi Pangan Masyarakat yang diberdayakan sebanyak 152
Gapoktan.
- Percepatan Penganekaragaman konsumsi pangan di 38 kab./kota.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 13
1.5. Sistematika Laporan.
Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah
(LAKIP)Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 adalah
sebagai berikut :
a. Ikhtisar Eksekutif.
Bagian ini menguraikan secara singkat tentang tujuan dan sasaran yang
akan dicapai beserta hasil capaian, kendala-kendala yang dihadapi dalam
mencapai tujuan dan sasaran, langkah-langkah yang diambil, serta
langkah antisipatifnya.
b. Bab I. Pendahuluan
Bagian ini menguraikan latar belakang, landasan hukum, tujuan, peran
strategis, kekuatan sumber daya, tugas, fungsi dan struktur organisasi,
peran strategis, kekuatan sumber daya serta sistematika laporan.
c. Bab II. Rencana Strategis.
Bagian ini menguraikan tentang Rencana Strategis dan
Penetapan/Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2014.
d. Bab III. Akuntabilitas Kinerja
Bagian ini menguraikan tentang visi-misi, pengukuran, sasaran dan
akuntabilitas pencapaian sasaran strategis, Indikator Kinerja Utama dan
Realisasi Kinerja Keuangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2014.
e. Bab IV. Penutup
Bagian ini menguraikan tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan, permasalahan dan kendala, serta strategi
pemecahannya untuk tahun mendatang.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 14
II PERENCANAAN KINERJA
Dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan tahun 2014,
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur mengacu pada Rencana Strategis
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur tahun 2009-2014, dimana
didalamnya terdapat visi, misi, moto, tujuan, sasaran dan strategi kebijakan yang
dilaksanakan 5 tahun yang dijabarkan dalam program dan kegiatan.
2.1. V I S I
”Menuju masyarakat Jawa Timur Tahan Pangan”.
Pengertian yang terkandung dalam Visi ini adalah : Sasaran pembangunan
ketahanan pangan adalah masyarakat Jawa Timur, sehingga masyarakat
jawa timur tahan pangan artinya mampu mengakses pangan setiap saat
dalam jumlah yang cukup, beragam, bergizi seimbang dan aman.
2.2. M I S I
Dalam rangka untuk mencapai visi tersebut ditetapkan misi Badan
Ketahanan Pangan yaitu : “Memantapkan dan mengembangkan
ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya
lokal, serta mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan”.
2.3. M O T T O
“Panganku Beragam, Bergizi Seimbang, Aman dan Bekualitas”.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 15
2.4. T U J U A N
Sebagai implementasi atau penjabaran dari misi Badan Ketahanan
Pangan ditetapkan tujuan yang ingin dicapai atau dihasilkan dalam kurun
waktu tertentu dalam pembangunan ketahanan pangan serta
menggambarkan arah strategi organisasi, perbaikan-perbaikan yang akan
dicapai dalam tugas dan fungsi, serta meletakkan kerangka prioritas untuk
lebih fokus pada program dan kegiatan yang dilaksanakan. Sesuai
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :
PER/9/M.PAN/5/2007 tentang pedoman umum penetapan Indikator
Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, maka Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur menetapkan Tujuan, Sasaran dan Indikator
Kinerja Utama yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun adalah
sebagai berikut :
Tujuan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur adalah sebagai
berikut :
1) Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan, Distribusi dan
Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal dan;
2) Mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut diatas sesuai dengan
Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan maka disusun sasaran
strategis sebagai berikut :
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 16
TUJUAN 1 : Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan,
Distribusi dan Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal. dengan
sasaran yang ingin dicapai antara lain adalah :
a) Meningkatnya ketersediaan pangan berbasis kemandirian untuk
mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.400 kilo
kalori/hari, dan penyediaan protein per-kapita minimal 63 gram/hari
dengan Indikator Kinerja Utama yaitu :(a) % Peningkatan ketersediaan
pangan (beras) dengan target 7.650.394 ton, (b) Jumlah Cadangan
Pangan Pemerintah (Beras) 200 Ton.
b) Stabilisasi harga komoditas pangan pokok pada saat panen raya
minimal sama/diatas Harga Pembelian Pemerintah (HPP), dengan
Coefisien Variasi (CV) ≤ 10% dari HPP, dengan Indikator Kinerja Utama
sebagai berikut :
1. Ratio Harga Pembelian Gabah Kering Panen (GKP) terhadap HPP.
2. Ratio Harga Pembelian Gabah Kering Giling (GKG) terhadap HPP.
c) Meningkatnya kualitas konsumsi dan keamanan pangan masyarakat
yang diindikasikan dengan peningkatan skor Pola Pangan Harapan
(PPH) mencapai kondisi ideal sebesar 95 pada tahun 2015. Dengan
Indikator Kinerja Utama sebagai berikut :
1. Peningkatan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Hasil Susenas.
2. % Sample pangan yang aman dikonsumsi.
TUJUAN 2 :Mengantisipasi dan Penangan daerah rawan pangan.
dengan sasaran yang ingin dicapai antara lain adalah :
a). Terimplementasikannya Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
untuk mengantipasi kerawanan pangan, dan
b). Turunnya jumlah penduduk rawan pangan menimal 1% pertahun
khususnya prevalensi penduduk sangat rawan pangan.
Dalam mencapai sasaran tersebut, melalui strategi pengembangan Informasi
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Meningkatkan skses
ekonomi masyarakat terhadap pangan melalui peningkatan daya beli
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 17
masyarakat, dengan Indikator Kinerja Utama : % Penurunan penduduk
rawan pangan.
2.5. PROGRAM/KEGIATAN
Dalam rangka pencapaian sasaran tersebut maka pada tahun 2014, Badan
Ketahanan Pangan didukung melalui Anggaran Pembangunan dan Belanja
Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur dilaksanakan program/kegiatan
prioritas sebagai berikut :
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur.
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur.
5. Program Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan.
6. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah.
7. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.
8. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan).
9. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan.
10. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan.
11. Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
12. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan/Peternakan.
2.6. PENETAPAN KINERJA/PERJANJIAN KINERJA
Penetapan/Perjanjian Kinerja merupakan pelaksanaan Instruksi Presiden
Nomor 5 Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan korupsi, dan
sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010, dokumen Penetapan
Kinerja/Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 18
untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya
yang dimiliki oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur.
Untuk menjamin tercapaianya sasaran dan target secara optimal dan tepat
waktu, visi dan misi Badan Ketahanan Pangan harus menjadi acuan
sekaligus landasan penyusunan strategi. Dari visi dan misi tersebut
kemudian dirumuskan sasaran strategis.Sasaran Strategis Badan
Ketahanan Pangan Tahun 2014 telah ditetapkan dan dikelompokkan
sebagaimana tertuang dalam Matriks Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun
2009-2014.
Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur memuat 6
(enam) Sasaran strategis sebagai berikut :
1. Meningkatnya produksi pangan berbasis kemandirian untuk
mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.400
Kilokalori/hari, dan penyediaan protein perkapita minimal 63 gram/hari
(WNPG ke X Tahun 2012).
2. Tersedianya cadangan pangan pemerintah untuk kondisi darurat
karena bencana alam dengan cadangan minimal 3 bulan dan
berkembangnya cadangan pangan masyarakat.
3. Stabilnya harga komoditas pangan strategis yang ditandai perbedaan
harga maksimum 10 persen antara musim panen dan non panen.
4. Meningkatnya konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi kebutuhan
gizi seimbang dengan kecukupan energi minimal 2.200 kkal/hari dan
protein sebesar 57 gram/hari dan cukup zat gizi mikro, serta
meningkatkan keragaman konsumsi pangan.
5. Terimplementasikannya dengan baik Sistem Kewaspadaan Pangan dan
Gizi pada setiap kabupaten/kota pada tahun untuk mengantisipasi
kerawanan pangan dan keamanan pangan.
6. Turunnya jumlah penduduk rawan pangan minimal 1,5 persen per
tahun khususnya prevalensi penduduk sangat rawan pangan.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 19
Penetapan Kinerja merupakan dokumen untuk mewujudkan Target Kinerja
pelaksanaan kegiatan yang berdasarkan sumberdaya yang ada pada Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sebagaimana pada tabel dibawah
ini.
Tabel 2. Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014.
VISI Menuju masyarakat Jawa Timur Tahan Pangan.
MISI Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, serta
mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan.
TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA
TARGET
1. Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi berbasis sumberdayalokal
1. Meningkatnya Ketersediaan Pangan.
- % Peningkatan Ketersediaan Pangan Pokok.
- Jumlah Ketersediaan Pangan.
- Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi
3 %
7.650.394 Ton
120 Ton
2. Stabilisasi Harga Pangan Pokok.
Ratio Harga Pembelian GKP & GKG terhadap HPP - Harga GKP - Harga GKG
≥ Rp. 3.300/Kg ≥ Rp. 4.150/Kg
3. Peningkatan Kualitas Konsumsi & Keamanan Pangan
- Meningkatnya kualitas konsumsi pangan berbasis Pola Pangan Harapan (PPH)
- % Sample Pangan yang aman dikonsumsi
- Skor PPH 82,2
- 75 %
2. Mengantisipasi dan
penanganan daerah rawan pangan
Penanganan Daerah
Rawan Pangan
% Penurunan
penduduk rawan pangan
1,50%
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 20
3.1. PENGUKURAN KINERJA
Berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Timur sesuai dengan RPJMD 2009-2014, Pengukuran kinerja
adalah dasar yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah
yaitu : (1). Meningkatnya ketersediaan pangan berbasis kemandirian untuk
mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.400 kilo
kalori/hari, dan penyediaan protein per kapita minimal 63 gram/hari, (2).
Stabilnya harga komoditas pangan pokok berkisar antara 10%–25% dari
harga normal, (3). Peningkatan kualitas konsumsi dan keamanan pangan
masyarakat per-kapita yang ditunjukkan dengan skor Pola Pangan Harapan
(PPH) mencapai kondisi ideal sebesar 95 pada Tahun 2015 dan
Meningkatnya kualitas keamanan pangan segar, (4). Penanganan daerah
rawan pangan.
Capaian kinerja masing-masing sasaran dan indikator dapat
diilustrasikan sebagaimana ditampilkan pada tabel pengukuran kinerja
strategis Badan Ketahanan Pangan tahun 2014 dibawah ini :
III AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 21
Tabel 3. Pengukuran Kinerja Strategis Badan Ketahanan Pangan
Tahun 2014
VISI Menuju masyarakat Jawa Timur Tahan Pangan.
MISI Memantapkan dan mengembangkan ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, serta mengantisipasi dan penanganan daerah rawan pangan.
TUJUAN SASARAN INDIKATOR
KINERJA
SATUAN TARGET REALS CAPIAN
%
1.Memantapkan
dan
Mengembangkan
Ketersediaan,
Distribusi dan
Konsumsi
berbasis sumberdaya
lokal
1.Meningkatnya
Ketersediaan
Pangan.
% Peningkatan
Ketersediaan
Pangan Pokok.
% 3 % 2.15% 71,67
Jumlah
Ketersediaan
Pangan
Ton 7.650.39
4
7.354.5
46
96,13
Jumlah Cadangan Pangan
Pemerintah
Provinsi
Ton 120 186,93 155,78
2. Stabilisasi
Harga Pangan
Pokok.
Stabilisasi Harga
Pangan Pokok
Pada saat Panen terhadap HPP
- % Harga GKP
- % Harga GKG
%
%
≥ Rp.
3.300/Kg
≥ Rp.
4.150/Kg
Rp.
3.736
Rp.
4.525
113,22
109,04
3. Meningkatnya
Kualitas
Konsumsi &
Keamanan
Pangan
- Meningkatnya
kualitas
konsumsi
pangan berbasis
Pola Pangan Harapan (PPH)
- % Sample
pangan yang
dikonsumsi
Skor
%
82,0
75
81,6
87,13
99,51
116,17
2. Mengantisipasi
dan
penanganan
daerah rawan
pangan
Penanganan
Daerah Rawan
Pangan
% Penurunan
Penduduk rawan
pangan
% 1,50
1,62 108,00
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 22
3.2. EVALUASI KINERJA
Evaluasi kinerja dilakukan terhadap pencapaian setiap indikator
kinerja kegiatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal-hal
yang mendukung keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan suatu
program atau kegiatan dengan membandingkan prosentase capaian
Indikator Kinerja Utama pada tahun 2014 dengan tahun sebelumnya.
Evaluasi bertujuan agar diketahui pencapaian realisasi, kemajuan dan
kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi, agar dapat dinilai
dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program atau kegiatan di masa
yang akan datang.
Adapun hasil evaluasi kinerja dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut :
TUJUAN 1 Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Distribusi, Konsumsi Pangan
berbasis sumberdaya lokal.
SASARAN 1 Meningkatnya Ketersediaan Pangan
INDIKATOR
KINERJA
Target Capaian/Realisasi Capaia
n
% 2014 2010 2011 2012 2013 2014
% Peningkatan
Ketersediaan
Pangan Pokok
3,00 % 3,42 (6,12) 15,44 7,4 2,15 71,67
Jumlah
Ketersediaan
Pangan
7.650.394
Ton
6.957.323 6.315.925 7.291.033 7.199.536 7.354.546)* 96,13
Jumlah Cadangan
Pangan
Pemerintah
120 Ton - - - - 186,38 155.78
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 23
3.2.1. KETERSEDIAAN PANGAN
Catatan : )* = Angka Ramalan II
Keberhasilan sasaran strategis ketersediaan pangan ini diukur
melalui indikator kinerja yaitu jumlah ketersediaan pangan (Beras) ARAM II
sebesar 7.354.546 Ton dari sasaran/target 7.650.394 Ton dan Cadangan
Pangan Pemerintah Provinsi sebesar 186,38 Ton dari target 120 Ton di mana
dalam upaya pencapaiannya didukung oleh 1 (satu) program yaitu Program
Peningkatan Ketahanan Pangan.
Ketersedian pangan pokok Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.Kondisi Ketersediaan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014.
No. Komoditas/Pangan 2010 2011 2012 2013 2014*)
- Ketersediaan
6.957.323 6.315.925 7.291.033 7.199.536 7.354.546
1. Beras - Konsumsi 3.421.560 3.339.123 3.339.123 3.424.550 3.450.594
- Surplus 3.535.764 2.976.801 3.951.910 3.774.986 3.903.952
- Ketersediaan
4.937.497 4.811.184 5.568.307 5.096.065 5.121.143
2. Jagung - Konsumsi 86.195 139.444 139.444 138.108 138.997
- Surplus 4.851.302 4.671.739 5.428.863 4.957.958 4.82.146
- Ketersediaan
263.210 296.291 296.163 301.558 305.003
3. Kedelai - Konsumsi 367.265 467.327 467.327 402.730 405.793
- Surplus (104.055) (171.036) (171.163) (101.172) (100.790)
- Ketersediaan
190.416 194.164 196.514 191.495 185.186
4. Kacang Tanah
- Konsumsi 22.486 15.075 15.075 50.964 51.352
- Surplus 167.931 179.089 181.439 140.531 133.834
- Ketersediaan
72.590 72.990 60.701 52.427 50.661
5. Kacang Hijau
- Konsumsi 11.243 7.538 7.538 7.664 7.722
- Surplus 61.347 65.453 53.163 44.763 42.939
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 24
No. Komoditas/Pangan 2010 2011 2012 2013 2014*)
- Ketersediaan
3.515.609 3.865.556 4.070.625 3.452.350 3.178.266
6. Ubi Kayu - Konsumsi 989.367 550.239 550.239 417.675 420.851
- Surplus 2.526.242 3.315.317 3.520.386 3.304.675 2.757.415
- Ketersediaan
124.171 191.440 362.367 346.015 299.313
7. Ubi Jalar - Konsumsi 44.971 71.606 71.606 45.983 46.332
- Surplus 79.199 119.833 290.761 300.033 252.980
- Ketersediaan
206.565 210.771 351.433 333.082 234.015
8. Daging - Konsumsi 142.409 237.432 226.873 245.240 185.329
- Surplus 64.156 (26.661) 124.560 87.842 48.686
- Ketersediaan
242.968 269.969 301.785 323.221 275.683
9. Telur - Konsumsi 228.604 271.351 271.351 229.913 173.746
- Surplus 14.364 (1.382) 30.435 93.308 101.937
- Ketersediaan
445.188 477.190 479.224 396.995 593.250
10. Susu - Konsumsi 63.709 71.606 71.843 72.806 55.020
- Surplus 381.479 405.584 407.381 324.190 538.230
- Ketersediaan
1.079.992 1.190.742 1.257.824 1.321.928 1.386.776
11. Ikan - Konsumsi 502.179 629.383 631.464 674.411 679.540
- Surplus 577.813 561.359 626.360 647.517 707.237
- Ketersediaan
1.014.273 1.047.776 1.252.788 1.232.090 1.227.898
12. Gula - Konsumsi 335.429 384.414 385.684 392.384 395.368
- Surplus 678.844 663.362 867.104 839.706 832.529
Jumlah Penduduk 37.476.011 37.687.622 37.812.200 38.363.200 38.610.200
*) Angka Ramalan II Sumber : Data diolah BKP Jatim
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 25
Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk dari segi kuantitas dan kualitas
keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari 3
sumber yaitu : 1) produksi dalam negeri; 2) pemasokan pangan; 3)
pengelolaan cadangan pangan. Ketersediaan pangan dapat diamati pada
berbagai tingkatan mencakup rumah tangga, regional (kab/kota, provinsi)
dan nasional. Namun demikian, penyediaan yang sesuai dengan kebutuhan
gizi penduduk baik jumlah maupun mutunya merupakan masalah terbesar
sepanjang sejarah kehidupan.
Situasi ketersediaan pangan wilayah antara lain tercermin dari
jumlah ketersediaan pangan, yang digambarkan dari ketersediaan pangan
maupun mutu keanekaragaman ketersediaan pangan yang digambarkan
oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH). Situasi ketersediaan pangan tersebut
dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam perencanaan kebijakan
penyediaan kebutuhan pangan dan gizi penduduk menuju kemandirian dan
kestabilan pangan.
Berdasarkan angka sasaran data produksi pangan Jawa Timur Tahun
2014 (Aram II), kita telah mengalami surplus beras sebesar4.403.553ton;
jagung surplus 6.095.325 ton; daging surplus 146.448 ton; telur surplus
29.147 ton.
Situasi ketersediaan total energi untuk dikonsumsi penduduk Jawa
Timur pada tahun 2014 sebesar 3.589 kkal/kap/hr atau 149,54% dari
Angka Kecukupan Energi (AKE) 2400 kkal/kap/hr (Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi 2012). Ketersediaan energi tahun 2014 didominasi oleh
pangan nabati 96,91% sedangkan pangan hewani 3,09%. Apabila
dibandingkan dengan AKE tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 967
kkal/kap/hr (21,22%).
Ketersediaan energi penduduk Jawa Timur tahun 2011–2014 dapat
digambarkan sbb :
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 26
Tabel 5. Ketersediaan Energi Penduduk Jawa Timur Tahun 2011 – 2014.
No. Uraian 2011 2012 2013 2014
Kkal/kap/hr % Kkal/kap/hr % Kkal/kap/hr % Kkal/kap/hr %
1 Proporsi Nabati
4.426,85 97,06 4,397,98 96,54 3.478,00 96,91 3.478,00 96,91
2 Proporsi Hewani
134,14 2,94 3,46 3,46 111,00 3,09 111,00 3,09
Total 4.560,98 100 4.555,75 100 3.589,00 100 3.589,00 100
Demikian juga total ketersediaan protein untuk di konsumsi
penduduk Jawa Timur sebesar 99,40 gram/kap/hari atau 157,78% dari
Angka Kecukupan Protein (AKP) 63 gram/kap/hr (Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi 2012). Ketersediaan protein tahun 2013 masih didominasi
oleh pangan nabati 89,34% sedangkan pangan hewani 10,62%. Apabila
dibandingkan dengan AKP tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 14,23
gr/kap/hr (12,52%).
Ketersediaan protein penduduk Jawa Timur tahun 2011-2014 dapat
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 6. Ketersediaan Protein Penduduk Jawa Timur Tahun 2011-2014.
No. Uraian 2011 2012 2013 2014
Gr/kap/hr % Gr/kap/hr % Gr/kap/hr % Gr/kap/hr %
1 Proporsi Nabati
118,84 88,75 113,63 86,73 88,84 89,34 88,38 88,91
2 Proporsi Hewani
15,06 11.25 17,39 13,27 10,56 10,62 10,56 10,62
Total 133,9 100 131,02 100 99,46 100 99,40 100
Dalam rangka untuk mendukung peningkatan ketersediaan pangan dan
untuk mengantisipasi kondisi terjadinya daerah rawan pangan juga perlu
adanya cadangan pangan disamping juga untuk memperkuat stabilisasi
harga pangan pokok khususnya komoditi beras dan jagung.
Dalam upaya untuk mendukung keberhasilan sasaran strategis ketersediaan
pangan dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 27
1. Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah.
Cadangan pangan terdiri dari cadangan pangan pemerintah dan
masyarakat. Cadangan pangan pemerintah terdiri dari pemerintah pusat,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang mencakup
pangang tertentu yang bersifat pangan pokok. Cadangan pangan pemerintah
khususnya beras dikelola oleh perum Bulog. Untuk cadangan pangan
pemerintah daerah, termasuk cadangan pemerintah desa, diatur pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2008 tentang Cadangan
Pangan Pemerintah Desa. Untuk cadangan pangan masyarakat meliputi
rumah tangga, pedagang, dan industri pengolahan.
Penyelenggaraan penguatan cadangan pangan pemerintah dapat dilakukan
melalui pengembangan lumbung pangan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat. Dengan kegiatan tersebut diharapkan masyarakat mampu
memberdayakan lumbung pangan yang mandiri.
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal ketersediaan dan cadangan pangan
dioperasionalkan melalui indikator penguatan cadangan pangan.
Sesuai dengan pasal 4 Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 13
tahun 2014 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Timur bahwa Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi sebanyak 200 ton beras
dari alokasi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi Jawa Timur pada Badan Ketahanan Pangan.
Tujuan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi :
a. Meningkatkan penyediaan pangan bagi masyarakat miskin dan atau rawan
pangan yang terkena rawan pangan transien serta untuk menjamin
pasokan pangan yang stabil antar waktu dan antar daerah;
b. Memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga miskin dan atau rawan
pangan yang mengalami keadaan darurat dan kerawanan pangan pasca
bencana;
c. Meningkatkan akses pangan rumah tangga miskin dan atau rawan pangan
akibat gejolak harga.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 28
Sedangkan sasarannya adalah :
Rumah tangga miskin dan atau rawan pangan yang mengalami :
a. Kerawanan pangan pasca bencana alam dan atau keadaan darurat;
b. Gejolak harga bahan pangan pokok (beras);
c. Rawan pangan transien, khususnya pada daerah terisolir dan atau dalam
kondisi darurat karena bencana;
d. Rawan pangan kronis karena kemiskinan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 65 Tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan, Target Cadangan
Pangan Pemerintah Provinsi Tahun 2015 sebesar 120 Ton. Tahun 2014
Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Beras) sebesar ± 186,375
Ton dari Target 120 ton yang dibiayai dari APBD Provinsi Jawa Timur melalui
Badan Ketahanan Pangan bekerjasama dengan Bulog Divre V Jawa Timur.
Disamping itu Stok Beras per Nopember 2014 pada BULOG DIVRE JATIM
sebesar 465.064 Ton, sementara kebutuhan konsusmi beras perbulan
sebesar ± 280.536 Ton sehingga cukup untuk kosumsi selama 2 bulan
kedepan.
Memahami pentingnya cadangan pangan, pemerintah mengatur hal
tersebut di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan,
pengembangan cadangan pangan pemerintah di daerah mengacu kepada
Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa cadangan pemerintah daerah
terdiri dari cadangan pangan pemerintah desa, cadangan pangan pemerintah
kabupaten/kota dan cadangan pangan pemerintah provinsi. Sedangkan Pasal
30 ayat (1) menyatakan bahwa penyaluran cadangan pemerintah dilakukan
untuk menanggulangi kekurangan pangan, gejolak harga pangan, bencana
alam, bencana sosial dan atau menghadapi keadaan darurat.
Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi juga
didasarkan kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi
dan Kabupaten/ Kota. Standar Pelayanan Minimal tersebut mengamanatkan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 29
bahwa pemerintah provinsi harus memiliki cadangan pangan di tingkat
provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras.
Penyediaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur
bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Jawa Timur pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
sebesar Rp. 1.500.000.000,-
Harga beras untuk Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur adalah Rp. 8.047,69 per kg af gudang Bulog (Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia nomor : 94/PMK-02/2014 tentang Tata Cara
Penyediaan, Perhitungan, Pencairan, dan Pertanggungjawaban Subsidi Beras
bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah), sehingga realisasi sebesar 186.375
kg x Rp. 8.047,69 = Rp. 1.499.888.224,-
2. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-undang nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan, adalah merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang
dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas.
Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan masyarakat perlu
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui pengelolaan cadangan
pangan masyarakat. Cadangan pangan masyarakat ditujukan untuk
meningkatkan akses pangan masyarakat baik di daerah rawan pangan
maupun di daerah sentra produksi pangan. Pola pengembangannya
diarahkan pada pengembangan kelembagaan yang tumbuh dimasyarakat
seperti lumbung pangan.
Pada saat ini kegiatan lumbung pangan masih terbatas pada
pembelian dan simpan pinjam gabah dan berfungsi sosial, sehingga masih
belum berorientasi ekonomi.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 30
Dengan demikian lembaga lumbung pangan diharapkan dapat
mendukung pengembangan cadangan pangan masyarakat yang mampu
mengelola cadangan pangan untuk menghadapi kemungkinan kesulitan
pangan selain itu diharapkan pula dapat meningkatkan pendapatan
kelompok lumbung pangan.
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan
menjelaskan, bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya
dalam mewujudkan ketahanan pangan, dimana peran masyarakat dapat
berupa: (i) melaksanakan produksi, perdagangan, distribusi dan konsumsi
pangan; (ii) menyelenggarakan cadangan pangan masyarakat; dan (iii)
melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah pangan. Selain itu
masyarakat mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya
mewujudkan cadangan pangan masyarakat yang dilakukan secara mandiri
serta sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Oleh karena itu keberadaan cadangan pangan masyarakat di tingkat
kelompok sangat diperlukan. Pengembangan lumbung pangan masyarakat
diharapkan mampu : (i) mendekatkan akses anggotanya terutama
mengantisipasi kekurangan bahan pangan disaat menghadapi musim
paceklik, dan (ii) mengantisipasi ancaman gagal panen akibat bencana alam
seperti serangan hama dan penyakit, banjir, dan lain-lain.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 31
Tujuan Pengembangan Lumbung Pangan Desa adalah :
1. Untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
Cadangan Pangan Masyarakat dan pengembangan kelembagaan
lumbung pangan secara berkelanjutan.
2. Memfasilitasi masyarakat dalam pengembangan cadangan pangan
masyarakat.
3. Meningkatkan volume stock cadangan pangan masyarakat di kelompok
lumbung pangan untuk menjamin akses dan kecukupan pangan bagi
anggotanya terutama yang mengalami rawan pangan.
4. Meningkatkan sumber pendapatan bagi keluarga petani melalui usaha
cadangan pangan yang berbasis lumbung pangan.
5. Meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota kelompok dalam
pengelolaan cadangan pangan masyarakat.
6. Meningkatkan fungsi kelembagaan cadangan pangan masyarakat dalam
penyediaan pangan secara optimal dan berkelanjutan.
Sasaran pengembangan lumbung pangan desa adalah : kelompok Lumbung
Pangan pada Tahap Pengembangan sebanyak 100 kelompok di 28 Kabupaten
dan 1 Kota, yaitu kelompok yang telah mendapatkan bantuan hibah
pembangunan fisik lumbung pangan pada tahun 2013.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan Lumbung Pangan Desa pada
tahun 2014 melalui dana APBD Provinsi bantuan modal untuk pengisian
lumbung pangan Rp. 20.000.000,- sebanyak 100 lumbung yang tersebar di
28 Kab dan 1 Kota, dengan alokasi dana sebesar Rp. 2.000.000.000,-.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 32
Sedangkan dari dana APBN sebanyak 5 kelompok Tahap
Pengembangan dan 60 kelompok Tahap Kemandirian berupa bantuan modal
untuk pengisian lumbung pangan Rp. 20.000.000,- dengan alokasi anggaran
sebesar Rp. 1.300.000.000,-
Lumbung pangan masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat desa/kota yang bertujuan untuk mengantisipasi masalah pangan
pada musim paceklik, gagal panen, bencana alam skala lokal dan antisipasi
keterlambatan pasokan pangan dari luar.
Di Jawa Timur selama tahun 2010-2014 telah dikembangkan sebanyak
705 lumbung pangan baik dari APBD Provinsi maupun APBN. Kegiatan
pengembangan lumbung pangan meliputi pembangunan fisik lumbung,
pengisian (penyimpanan), pendistribusian serta perdagangan bahan pangan
pokok yang dikelola oleh kelompok lumbung.
Tabel 7. Penerima Bantuan Hibah Pembangunan Fisik Lumbung Pangan Tahun 2011 – 2014.
No Kab./Nama Kelompok
Jumlah unit
lumbung
2011 2012 2013 2014
Fisik lumbung
Pengisian Fisik lumbung
1. Kab. Jombang
5 250.000.000 100.000.000 -
2. Kab. Madiun 9 250.000.000 100.000.000 100.000.000 40.000.000 3. Kab. Ngawi 9 250.000.000 100.000.000 100.000.000 40.000.000
4. Kab. Ponorogo
9 250.000.000 100.000.000 100.000.000 40.000.000
5. Kab. Tulungagung
9 250.000.000 100.000.000 100.000.000 40.000.000
6. Kab. Blitar 9 250.000.000 100.000.000 100.000.000 40.000.000 7. Kab.
Lamongan 9
250.000.000 100.000.000 100.000.000 40.000.000
8. Kab. Bojonegoro
15 250.000.000 100.000.000 250.000.000 100.000.000
9. Kab. Pasuruan
7 250.000.000 100.000.000 50.000.000 20.000.000
10.
Kab. Lumajang
9 250.000.000 100.000.000 100.000.000 40.000.000
11.
Kab. Bondowoso
11 250.000.000 100.000.000 150.000.000 60.000.000
12.
Kab. Situbondo
9 250.000.000 100.000.000 100.000.000 40.000.000
13.
Kab. Sidoarjo
6 - - 150.000.000 60.000.000
14.
Kab. Gresik 10 - - 250.000.000 100.000.000
15 Kab. 8 - - 200.000.000 80.000.000
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 33
No Kab./Nama Kelompok
Jumlah unit
lumbung
2011 2012 2013 2014
Fisik lumbung
Pengisian Fisik lumbung
. Mojokerto
16
. Kab. Tuban 10 - -
250.000.000 100.000.000
17.
Kab. Nganjuk
10 - - 250.000.000 100.000.000
18.
Kab. Kediri 8 - - 200.000.000 80.000.000
19.
Kab. Trenggalek
10 - - 250.000.000 100.000.000
20.
Kab. Magetan
10 - - 250.000.000 100.000.000
21
. Kab. Pacitan 8 - -
200.000.000 80.000.000
22.
Kab. Malang 10 - - 250.000.000 100.000.000
23.
Kab. Probolinggo
10 - - 250.000.000 80.000.000
24.
Kab. Banyuwangi
8 - - 200.000.000 80.000.000
25.
Kab. Jember 8 - - 200.000.000 80.000.000
26.
Kab. Bangkalan
8 - - 200.000.000 80.000.000
27
.
Kab.
Sampang 8 - -
200.000.000 80.000.000
28.
Kab. Pamekasan
8 - - 200.000.000 80.000.000
29.
Kab. Sumenep
8 - - 200.000.000 80.000.000
30.
Kota Batu 2 - - 50.000.000 20.000.000
J u m l a h 262
3.000.000.000
1.200.000.000
5.000.000.000
2.000.000.000
Tabel 8. Penerima Bantuan Lumbung Pangan dari APBN
No. Jml unit lumbung
Jml. Bantuan Pengisian Ket.
2010 2011 2012 2013
1 Th. 2009 : 17 unit 340.000.000 340.000.000 Diisi 2 kali
2 Th. 2010 : 50 unit Diisi 2 kali 24 unit 480.000.000 480.000.000
14 unit 280.000.000 280.000.000 Diisi 1 kali
12 unit Belum diisi
3 118 unit th. 2011
48 unit 960.000.000 960.000.000 Diisi 1 kali
70 unit 1.300.000.000
Belum diisi
Total : 185 unit 340.000.000 820.000.000 1.720.000.000
2.540.000.000
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 34
Tabel 9. Rekapitulasi Jumlah Lumbung Pangan
Provinsi Jawa Timur.
NO KABUPATEN/KOTA
JUMLAH LUMBUNG PANGAN
TOTAL TAHUN 2009 )*
TAHUN 2010
TAHUN
2011
TAHUN 2012
TAHUN 2013
TAHUN 2014
1 Bangkalan
2 1
- - 4 4
11
2 Banyuwangi
- -
- - 4 4
8
3 Batu Kota
- -
- - 1 1
2
4 Blitar
6 5
5 5 2 2
25
5 Bojonegoro 13 1
5 5 5 5
34
6 Bondowoso 16 -
5 5 3 3
32
7 Gresik
1 2
- - 5 5
13
8 Jember
9 4
- - 4 4
21
9 Jombang
3 3
5 5 - -
16
10 Kediri
7 -
- - 4 4
15
11 Lamongan
9 -
5 5 2 2
23
12 Lumajang
5 -
5 5 2 2
19
13 Madiun
5 3
5 5 2 2
22
14 Magetan
4 -
- - 5 5
14
15 Malang
9 3
- - 5 5
22
16 Mojokerto
7 -
- - 4 4
15
17 Nganjuk
2 -
- - 5 5
12
18 Ngawi
6 -
5 5 2 2 20
19 Pacitan
6 2
- - 4 4 16
20 Pamekasan
- -
- - 4 4
8
21 Pasuruan
8 3
5 5 1 1
23
22 Ponorogo
7 -
5 5 2 2
21
23 Probolinggo
4 -
- - 5 5
14
24 Sampang
2 2
- - 4 4
12
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 35
25 Sidoarjo
3 -
- - 3 3
9
26 Situbondo
7 -
5 5 2 2
21
27 Sumenep
4 -
- - 4 4
12
28 Trenggalek
4 3
- - 5 5
17
29 Tuban
- -
- - 5 5
10
30 Tulunganggung
7 5
5 5 2 2
26
Jumlah
156 37
60 60 100 100
513
Keterangan : )* = Jumlah Lumbung dari Tahun 2001-2009
Disamping pengembangan lumbung pangan dliaksanakan juga
Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat yang bertujuan untuk
memperkuat usaha pada unit distribusi/ pemasaran/pengolahan dan unit
pengelolaan cadangan pangan khususnya dalam melakukan kegiatan
pembelian-penjualan gabah/ beras/jagung dan/atau penyediaan cadangan
pangan bagi anggota gapoktan disaat menghadapi paceklik yang
dilaksanakan oleh gabungan kelompok tani (gapoktan).
Selama tahun 2009 – 2013 telah dibangun 148 unit gudang dan
dialokasikan dana untuk cadangan pangan sebesar Rp. 3.463.478.600,- Pada
akhir Desember 2013, jumlah cadangan pangan yang berada di kelompok
lumbung pangan dan Gapoktan pelaksana LDPM binaan Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur ±sebesar 3.085,80 ton GKG.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 36
Tabel 10. Jumlah gapoktan penerima bantuan th. 2009 - 2014
NO KABUPATEN 2009 2010 2011 2012 2013 2014 JUMLAH
1 Malang
3 3 1 1
1 - 9
2 Situbondo
2
- 1 1
1 - 5
3 Mojokerto
2 2
-
1 - -
5
4 Trenggalek
2
- 1 1
1 - 5
5 Ngawi
3 3 1 1
- - 8
6 Banyuwangi
4
- 2 2
- - 8
7 Lamongan
4 3 1 1
- - 9
8 Ponorogo 3 3 2 2 - 1 11
9 Tulungagung
3 3 1 1
- - 8
10 Lumajang
3 3 1 1
- 1 9
11 Blitar
2
- 1 1
1 - 5
12 Bondowoso
2 2 1 1
1 1 8
13 Jombang
3 2 2 2
- - 9
14 Pasuruan
3 3 2 1
- - 9
15 Magetan
3 1 1 1
- - 6
16 Gresik
2 1 1 1
- 1 6
17 Bangkalan
2 1 1 2
- - 6
18 Madiun
3 2 1 1
- 1 8
19 Sidoarjo
2
-
- 2
- - 4
20 Nganjuk
3 2 1 1
1 1 9
21 Bojonegoro
-
- 2 1
- - 3
22 Kediri - - - 2 1 - 3
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 37
0
20
40
60
80
100
120
140
2010 2011 2012 2013 2014
37
60 60
100 100
3
29
92
127
97
APBD
APBN
NO KABUPATEN 2009 2010 2011 2012 2013 2014 JUMLAH
23 Probolinggo
-
-
- 1
- - 1
Jumlah
54 34
24
29
7 6 154
Grafik 1. Perkembangan Jumlah Lumbung Pangan Desa Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
3. Pemantapan Ketersediaan Pangan di tingkat Rumah Tangga
Permasalahan pangan mengalami perkembangan yang sangat
cepat dan kompleks, perkembangan lingkungan yang global, seperti global
climate change, meningkatnya harga minyak dunia, telah mendorong
kompetisi penggunaan hasil petanian untuk pangan (food), bahan energy
(fuel) dan pakan ternak (feed) yang semakin tajam, disamping itu terjadi
pengabaian terhadap good agricultural practices dan sumber pangan local
(biodiversitif) dikhawatirkan akan mengancam ketahanan pangan regional
maupun nasoinal.
Salah satu upaya mengurangi ketergantungan terhadap pangan
impor dapat dilakukan dengan pengembangan sumber karbohidrat non
beras dan non terigu. Sumber karbohidrat non beras dan non terigu ini
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 38
mempunyai potensi dikembangkan, untuk mengurangi ketergantungan
terhadap import dengan memanfaatkan umbi-umbian.
Pengembangan umbi-umbian diyakini dapat memberikan
kontribusi dalam mengatasi beberapa masalah pokok seperti :
a. Potensi sumberdya lahan produktif dan sumberdaya air semakin
menurun
b. Konsumsi beras terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk
c. Import gandum terus meningkat, yang tentunya juga akan menguras
devisa Negara.
Untuk mengatasi hal tersebut tentunya kita harus
mengembangkan kembali bahan pangan sumber karbohidrat yang sudah
lama dikenal oleh masyarakat kita utamanya umbi-umbian. Umbi-umbian
merupakan bahan pangan sumber karbihidrat (energi) sudah lama dikenal
dan merupakan bahan pangan potensial disamping biji-bijian dan kacang-
kacangan sebagai sumber protein. Umbi-umbian sebagai makanan pokok
lambat laun terus ditinggalkan oleh masyarakat dan bergeser menjadi
makanan kudapan. Pergeseran ini disebabkan umbi-umbian dianggap
sebagai makanan kelas II dan keberadaannya dirasa sulit ditemukan.
Umbi-umbian yang keberadaannya masih mudah didapatkan di pasar
adalah ubi kayu (ketela pohon) dan ubi jalar (ketela rambat). Kedua jenis
umbi-umbian ini telah banyak dibudidayakan secara intensf dengan
berbagai varietas. Bahkan varietas ubi kayu yang dikenal relatif tinggi HCN
nya seperti ubi kayu mukibat/karet/gajah dan sekarang dibudidayakan
lagi dikarenakan produktivitasnya tinggi, namun demikian sangat
disayangkan ubi kayu yang dihasilkan tidak dimanfaatkan sebagai bahan
pangan namun dimanfaatkan sebagai bahan baku industri untuk
pembuatan bioetanol.
Untuk mengurangi ketergantungan konsumsi bahan pangan pada
beras dan untuk meningkatkan ketersediaan umbi-umbian sebagai
substitusi sumber karbohidrat yang berasal dari beras, maka Badan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 39
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014, melakukan
terobosan melalui “Pengembangan Ketersediaan Pangan Berbasis Umbi-
umbian Menuju Rumah Tangga Mandiri”.
Pengembangan ketersediaan pangan berbasis umbi-umbian ini
akan dikembangkan pada lahan-lahan tidak termanfaatkan disekitar
rumah, pekarangan, dibawah tegakan pohon, lahan-lahan kritis maupun
lahan-lahan milik desa.
Apabila potensi sumberdaya lahan yang ada dikelola dengan baik
dan optimal akan memberikan kontribusi yang positif terhadap
penyediaan pangan sumber karbohidrat di setiap rumah tangga yang pada
akhirnya akan memperbaiki gizi keluarga.
Tujuan utama pengembangan ketersediaan pangan berbasis umbi-
umbian adalah :
a. Mengurangi ketergantungan konsumsi sumber karbohidrat pada satu
jenis komoditas khususnya beras.
b. Meningkatkan keberagaman bahan pangan sumber karbohidrat
c. Meningkatkan kualitas gizi keluarga.
d. Mengembangkan usaha perdagangan dan ekonomi kreatif desa.
Tahun 2014 dilaksanakan pengembangan pemantapan ketersediaan
pangan berbasis umbi-umbian di 87 desa yang tersebar pada 38
kabupaten/kota. Adapun pokok kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :
Penyaluran Bantuan Hibah Saprodi (Bibit dan Pupuk) sebanyak 87 paket.
Sosialisasi Pengembangan KRPL 296 orang.
Pelatihan Manajemen 129 Orang.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 40
Tabel 11. Penerima Bantuan Hibah Tahun 2014 Pengembangan Ketersediaan Pangan Berbasis Umbi-umbian
No. Kabupaten Kecamatan Desa
1 Pacitan Tulakan 1. Ngumbul
2. Wonosidi
3. Bungur
2 Ponorogo Sooko 1. Ngadirojo
2. Sooko
3. Jurug
3 Magetan Poncol 1. Plangkrongan
2. Cileng
3. Sombo
4 Ngawi Jogorogo 1. Jogorogo
2. Brubuh
3. Jaten
5 Trenggalek Suruh 1. Suruh
2. Puru
3. Wonokerto
6 Tulungagung Kalidawir 1. Kalidawir
2. Sukorejo
3. Karangtalun
7 Blitar Wlingi 1. Tembalang
2. Ngadirenggo
3. Tegalsari
8 Madiun Pilangkenceng 1. Kenongrejo
2. Kedungmaron
3. Kedungrejo
9 Kediri Mojo 1. Jugo
2. Tambibendo
3. Pamongan
10 Nganjuk Sawahan 1. Margopatut
2. Sidorejo
3. Bareng
11 Jombang Kudu 1. Tapen
2. Sidokaton
3. Kudubanjar
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 41
12 Bojonegoro Trucuk 1. Pagerwesi
2. Sumbangtimun
3. Kanten
13 Tuban Plumpang 1. Kedungsuko
2. Plandirejo
3. Sembungrejo
14 Lamongan Ngimbang 1. Girik
2. Munungrejo
3. Purwokerto
15 Gresik Kebomas 1. Kembangan
2. Kedayang
3. Daharejo
16 Bangkalan Bangkalan 1. Kramat
2. Ujung Piring
3. Sembilangan
17 Sampang Torjun 1. Torjun
2. Dulang
3. Pangogseyan
18 Pamekasan Palengaan 1. Poto'an Laok
2. Palengaan Laok
3. Kacok
19 Sumenep Batuan 1. Batuan
2. Gelugur
3. Torbang
20 Sidoarjo Krian 1. Sidomulyo
2. Tempel
3. Watugolong
4. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari adalah kawasan
pengembangan aneka komoditas tanaman pekarangan, ternak (kecil dan
unggas), dan ikan secara terpadu sebagai cadangan pangan hidup keluarga.
Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan ibu-ibu Tim Penggerak PKK mulai
tingkat provinsi sampai dengan Dasa Wisma.Instansi pemerintah lebih
diarahkan pada tindakan motivasi, fasilitasi, stimulasi dan stabilisasi gerakan
tersebut. Kawasan Rumah Pangan Lestari (Rumah Hijau Plus-Plus)akan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 42
memanfaatkan lahan pekarangan, lahan-lahan milik desa, kanan kiri jalan
desa dan fasilitas penunjang dengan pengembangan tanaman sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan tanaman cash crop (tanaman penghasil
uang seperti: pisang, pepaya, belimbing, rosella, tanaman hias), ternak dan
ikan yang hasilnya dapat dikonsumsi untuk menambah gizi keluarga dan
menambah pendapatan keluarga.
Tahun 2014 dilaksanakan pengembangan kawasan rumah pangan
lestari di 122 desa yang tersebar pada 35 kabupaten/kota. Adapun pokok
kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :
Bantuan Hibah Pengembangan KRPL sebanyak 122Desa.
Pelatihan Pendamping sebanyak 210 orang.
Pelatihan Manajemen Pengembangan KRPL 606 Orang.
Sosialisasi Pengembangan KRPL 606 orang.
Tabel 12. Perkembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
No. KABUPATEN
JUMLAH DESA Jumlah
2012 2013 2014
1 KOTA SURABAYA 3
3
-
6
2 GRESIK 3
3
3
9
3 SIDOARJO 3
3
3
9
4 MOJOKERTO 3
3
3
9
5 KOTA MOJOKERTO 3
3
-
6
6 JOMBANG 3
3
3
9
7 LAMONGAN 3
3
3
9
8 TUBAN 3
3
3
9
9 KEDIRI 3
3
6
12
10 KOTA KEDIRI
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 43
3 3 3 9
11 NGANJUK 3
3
3
9
12 BLITAR 3
3
3
9
13 KOTA BLITAR 3
3
3
9
14 TULUNGAGUNG 3
3
3
9
15 TRENGGALEK 3
3
3
9
16 MALANG 3
3
6
12
17 KOTA MALANG 3
3
3
9
18 KOTA BATU 3
3
3
9
19 BOJONEGORO 3
3
3
9
20 MADIUN 3
3
7
13
21 KOTA MADIUN 3
3
-
6
22 MAGETAN 3
3
3
9
23 NGAWI 3
3
3
9
24 PONOROGO 3
3
3
9
No. KABUPATEN JUMLAH DESA
Jumlah 2012 2013 2014
25 PACITAN 3
3
4
10
26 PASURUAN 3
3
3
9
27 KOTA PASURUAN 3
3
3
9
28 PROBOLINGGO 3
3
3
9
29 KOTA PROBOLINGGO
3
3
3
9
30 LUMAJANG 3
3
6
12
31 BONDOWOSO 3
3
3
9
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 44
32 SITUBONDO 3
3
3
9
33 JEMBER 3
3
6
12
34 BANYUWANGI 3
3
3
9
35 BANGKALAN 3
3
3
9
36 SAMPANG 3
3
3
9
37 PAMEKASAN 3
3
3
9
38 SUMENEP
3
3
3
9
Jumlah 114 114 122 350
5. Pengembangan Desa Pariwisata, Mandiri Pangan dan Bio Energi
Kegiatan Pengembangan Desa Pariwisata, Madiri Pangan dan Bio
Energi dilaksanakan dalam rangka mendorong penguatan ekonomi ditingkat
pedesaan sehingga masyarakat mampu meningkatkan kemandirian pangan.
Kegiatan ini difokuskan pengembangan ketersediaan pangan berbasis kacang-
kacangan (non kedele) yang berlokasi diKab. Sumenep, Pamekasan, Kediri,
Trenggalek, Probolinggo, Pacitan, Ponorogo, Tuban, Lamongan, Jombang,
Bondowoso, Magetan.
Kacang-kacangan merupakan bahan sumber protein yang utama,
namun demikian dari sekian banyak jenis kacang-kacangan yang ada di bumi
Nusantara ini hanya beberapa jenis kacang-kacangan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat diantaranya kacang kedelai, kacang hijau dan
kacang tanah.
Kedelai merupakan bahan pangan yang kaya akan protein, lemak serta
beberapa bahan gizi penting lainnya. Olahan biji kedelai ini dapat dibuat
menjadi, tahu, tempe, susu kedelai, tepung kedelai, makanan ringan dan
macam-macam saos penyedap (kecap, taoco, terasi dll). Di Jawa Timur
konsumsi kedelai cukup besar dibandingkan dengan produksi yang ada,
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 45
sehingga untuk memenuhi kebutuhan kosumsi kedelai tersebut Jawa Timur
harus mengimpor kedelai dalam jumlah yang cukup besar.
Kedelai akhir-akhir ini menjadi perbincangan seru dimana-mana, baik
kalangan bawah hingga para pejabat pemerintah, hal ini dipicu oleh
meningkatnya harga kedelai yang significant yang menyebabkan menurunnya
ketersediaan tempe dan tahu yang drastis di pasaran. Hal ini tentunya
berdampak pada sebagian besar masyarakat baik produsen, distributor
maupun konsumen tahu dan tempe yang tersebar sekian luasnya di Jawa
Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Pada umumnya sebagian besar kebutuhan akan protein masih
dipenuhi dari protein nabati pada tempe dan tahu. Tempe dan tahu
merupakan makanan tradisional yang telah mendunia dan nyaris tidak
pernah absen dari pasaran, karena telah menjadi konsumsi sebagian besar
masyarakat Jawa Timur karena rasanya enak, penuh gizi, serta harganya
yang relatif murah dan terjangkau.
Untuk memenuhi kebutuhan kedelai sebagai bahan baku tempe dan
tahu tersebut, selama ini sangat tergantung terhadap kedelai import, hal ini
karena kedelai lokal dinilai masih kurang baik yang juga berpegaruh pada
hasil akhir dari tempe dan itu sendiri.
Lantas bagaimana caranya mengurangi ketergantungan terhadap
kedele import disaat kedelai lokal masih dalam proses berproduksi?
Jawabannya adalah “tempe dan tahu non kedelai”. Oleh karena itu Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur melakukan terobosan melalui
“Pengembangan Kemandirian Pangan Berbasis Kacang-kacangan (non
kedelai)”.
Pengembangan Pengembangan Kemandirian Pangan Berbasis Kacang-
kacangan (non kedelai) ini akan dikembangkan pada lahan-lahan tidak
termanfaatkan disekitar rumah, lahan pekarangan, dibawah tegakan pohon,
lahan-lahan kritis maupun lahan-lahan milik desa.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 46
Dalam rangka peningkatan ketersediaan pangan difasilitasi hibah
saprodi berupa benih kacang gude/tunggak/kapri, pupuk, obat-obatan, dan
dilaksanakan sosialisasi, pelatihan pendamping, dan pelatihan manajemen.
Kegiatan yang dilakukan pada Pengembangan Ketersediaan Kacang-
kacangan (non kedelai) sebagai bahan tempe adalah :
1. Pemberdayaan masyarakat melalui ibu-ibu Tim Peggerak PKK mulai
tingkat Provinsi, Kabupaten, Kecamatan sampai dengan Desa, untuk
menggalakkan penanaman kacang-kacangan non kedelai.
2. Pemberian bantuan benih kacang-kacangan, sarana produksi (benih,
pupuk dan obat-obatan).
3. Pelatihan budidaya tanaman kacang-kacangan non kedelai dan
pengolahan hasil kacang-kacangan.
4. Pendampingan yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian.
Tujuan utama pengembangan kemandirian pangan berbasis kacang-
kacangan (non kedelai) adalah :
a. Menurangi ketergantungan impor kedelaisebagai sumber protein nabati.
b. Meningkatkan keberagaman bahan pangan sumber protein nabati
c. Meningkatkan kualitas gizi keluarga
d. Mengembangkan usaha perdagangan dan ekonomi kreatif desa.
Tahun 2014 dilaksanakan pengembangan ketersediaan pangan
berbasis kacang-kacangan di 13 desa. Adapun pokok kegiatan yang
dilaksanakan sebagai berikut :
Penyaluran Bantuan Hibah Saprodi sebanyak 13 Paket.
Sosialisasi Pengembangan ketersediaan pangan berbasis kacang-kacangan.
Pelatihan Manajemen.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 47
3.2.2. DISTRIBUSI PANGAN
TUJUAN 1 Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Distribusi,
Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal.
SASARAN 2 Stabilisasi Harga Pangan Pokok
INDIKATOR
KINERJA
Target Capaian (%) Reals Capaian
% 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Ratio Harga
Pembelian Pangan
Pokok Thd HPP
- GKP Terhadap
HPP
≥ Rp.
3.350,-
119,2
1
115,28 102,76 111,2
5
3.736 113,22
- GKG Terhadap
HPP
≥ Rp.
4.150,-
118,7
0
121,00 102,99 109,1
8
4.525 109,04
Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 2 (dua) indikator
kinerja yaitu Ratio harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah
Kering Giling (GKG) terhadap Harga Pembelian Pemerintah, di mana dalam
upaya pencapaiannya didukung oleh 2(dua) program yaitu Program
Peningkatan Ketahanan Pangan dan Progrm Peningkatan Pemasaran Hasil
Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan.
Distribusi pangan merupakan salah satu pilar terwujudnya ketahanan
pangan. Harga pangan merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk mengevaluasi kondisi pasokan, distribusi, dan keterjangkauan/akses
pangan oleh masyarakat. Harga pangan yang stabil disepanjang waktu,
terjangkau dan merata diseluruh wilayah, mengindikasikan kondisi pasokan
pangan cukup aman dan distribusi lancar.
Hasil pemantauan harga gabah ditingkat petani dan harga beras
ditingkat penggilingan padi selama tahun 2014 sebagaimana dijelaskan pada
tabel dan grafik di bawah ini.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 48
Tabel 13. Harga Pangan Tingkat Produsen Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
No.
Komoditas Sat
Harga Tingkat Produsen (Rp.)
JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
1 GKP Tk. Petani Rp/kg 4.060 4.015 3.775 3.575 3.580 3.645 3.625 3.745 3.975 4.120 4.310 4.458
2 GKG Rp/kg 4.705 4.730 4.570 4.395 4.405 4.460 4.490 4.475 4.515 4.675 4.885 5.134
3 Beras Medium Rp/kg 7.720 7.580 7.545 7.320 7.170 7.300 7.340 7.385 7.395 7.505 7.730 8.097
4 Beras Premium Rp/kg 8.415 8.395 8.315 8.200 8.135 8.125 8.025 8.145 8.195 8.315 8.545 8.815
5 Jagung Tk. Petani
Rp/kg 3.045 2.915 3.050 3.090 3.210 3.315 3.280 3.150 3.070 3.010 3.065 3.095
6 Kedele Tk. Petani
Rp/kg 8.345 8.315 8.190 8.180 8.130 8.020 8.190 8.150 7.940 7.475 7.505 7.688
7 Bawang Merah Rp/kg 15.86
5 13.75
0 13.02
0 13.58
0 14.11
5 15.40
0 18.23
0 10.67
5 8.780 9.865
13.055
10.360
8 Cabe Merah Rp/kg 19.82
5 20.99
0 20.35
5 13.89
5 10.09
0 9.575 9.340 8.625
11.215
18.340
36.835
50.344
Sumber: Laporan SMS Panel Harga Pangan
Grafik 2. Perkembangan Rata-rata Harga Gabah ditingkat Produsen
Tahun 2014
Perkembangan harga rata-rata GKP selama panen raya bulan Februari-
Mei 2014 relatif stabil, harga rata-rata Rp. 3.736,-/kg. Kenaikan harga terjadi
dibulan-bulan pacekilk dan harga tertinggi terjadi pada Desember mencapai
Rp. 4.458,- per kg GKP. Sedangkan harga terendah terjadi pada bulan April
mencapai Rp. 3.575,- per kg GKP. Begitu pula dengan harga GKG, harga rata-
rata pada saat panen raya bulan Februari-Mei berkisar Rp. 4.525,-/kg,
kenaikan harga terjadi pada saat paceklik dan harga turun terjadi dibulan-
bulan panen raya. Harga GKG tertinggi terjadi pada bulan Desember
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 49
mencapai Rp. 5.134,- per kg GKG dan terendah pada bulan April mencapai
Rp. 4.395,- per kg GKG.
Gabah Kering Panen (GKP)
Tren harga GKP selama tahun 2014 hampir sama seperti tahun-tahun
sebelumnya dimana harga gabah mengalami penurunan pada saat musim
panen raya padi
(Maret – Mei) dan
secara berlahan
akan bergerak naik
hingga akhir tahun.
Perkembangan
harga rata-rata GKP
tingkat petani di
Jawa Timur selama
tahun 2014 dapat ditunjukkan sebagaimana pada grafik berikut.
Harga GKP tingkat petani di Provinsi Jawa Timur sepanjang tahun
2014 cenderung cukup stabil dengan nilai koefisien variasi (CV) sebesar
kurang dari 10% yaitu sebesar 7,56%. Sebagaimana pada Gambar 4, bahwa
harga GKP tingkat petani Provinsi Jawa Timur menunjukkan tren menurun
sejak awal tahun 2014 dari bulan Januari hingga mencapai harga terendah
yang terjadi pada bulan April 2014 sebesar Rp. 3.575,-/kg. Namun demikian
harga terendah pada bulan April tersebut masih berada di atas Harga
Pembelian Pemerintah HPP. Menjelang berakhirnya panen raya padi (bulan
Mei 2014), harga rata-rata GKP di tingkat petani terlihat mulai sedikit
mengalami kenaikan.Memasuki bulan Juni 2014, harga rata-rata GKP di
tingkat petani Provinsi Jawa Timurterus bergerak naik secara signifikan
setiap bulannya hingga mencapai harga rata-rata tertinggi untuk GKP
sebesarRp 4.459,-/kg pada bulan Desember 2014, yang semakin jauh dari
HPP GKP sebesar Rp 3.300,-/kg (Inpres nomor 3 tahun 2012).
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 50
Harga GKP tingkat petani di Jawa Timur selama tahun 2014
berfluktuatif dan cukup stabil dengan selisih harga tertinggi dan harga
terendah mencapai Rp. 884,-/kg. Perkembangan harga GKP di tingkat petani
sepanjang tahun 2014 mencapai rata-rata sebesar Rp. 3.907,-/kg, naik
sedikit dari rata-rata harga GKP di tahun 2013 yang sebesar Rp. 3.710,-/kg.
Akan tetapi, harga tersebut tentunya masih lebih tinggi bila dibandingkan
dengan HPP GKP yang ditetapkan yaitu Rp. 3.300,-/kg (Inpres 3 Th. 2012).
Gabah Kering Giling (GKG)
Tidak banyak berbeda, tren harga GKG tingkat penggilingan Provinsi
Jawa Timur juga memperlihatkan kondisi yang hampir sama dengan tren
harga GKP. Sebagai
gambaran jelasnya,
perkembangan harga
rata-rata GKG tingkat
penggilingan di Jawa
Timur sepanjang tahun
2014 dapat ditunjukkan
seperti grafik pada
berikut.
Grafik diatas menunjukkan bahwa di awal tahun 2014, harga rata-rata
GKG mengalami penurunan hingga mencapai harga terendah pada bulan
April 2014 (sebesar Rp. 4.395,-/kg) dikarenakan adanya panen raya padi di
daerah-daerah sentra produksi padi di Provinsi Jawa Timur. Selanjutnya
harga GKG terus bergerak naik hingga saat Hari Raya Idul Fitri 1434 Hijriyah
di bulan Agustus 2014 yang mencapai Rp. 4.475,-/kg. Tren kenaikan harga
GKG ini masih terus berlangsung dan mencapai puncaknya pada bulan
Desember 2014 sebesar Rp. 5.135,-.
Perkembangan harga GKG tingkat penggilingan di Jawa Timur tahun
2013 cukup berfluktuatif dan relatif cukup stabil (CV = 4,76%) dengan selisih
harga tertinggi dan terendah sebesar Rp. 740,-. Harga rata-rata GKG tingkat
penggilingan dalam periode bulan Januari sampai dengan Desember 2014
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 51
selalu berada di atas HPP yang ditetapkan sebesarRp. 4.150,-/kg (Inpres 3
Th. 2012) di penggilingan, bahkan untuk harga rata-rata terendah di bulan
April 2014 masih sedikit berada diatas HPP. Untuk rata-rata harga GKG di
penggilingan pada tahun 2014 mencapai Rp. 4.620,- atau mengalami
kenaikan sebesar 2,23% dari rata-rata harga GKG di tahun 2013 sebesar Rp.
4.517,-.
Harga Beras
Perkembangan harga beras tingkat penggilingan di Provinsi Jawa
Timur sepanjang tahun
2014 relatif stabil
meskipun ada perubahan
harga setiap bulannya
seperti ditunjukkan pada
grafik berikut.
Sebagaimana
terlihat pada grafik diatas,
harga rata-rata beras di tingkat penggilingan pada tahun 2014 cukup stabii
akan tetapi relatif lebih stabil (CV = 3,36% untuk beras medium dan CV =
2,64% untuk beras premium) bila dibandingkan dengan harga rata-rata
gabah. Sepanjang tahun 2014, harga rata-rata beras baik kualitas medium
maupun premium selalu berada di atas HPP. Hal tersebut dapat diartikan
harga yang ditawarkan pemerintah melalui Perum Bulog belum mampu
menarik minat pengusaha perberasan/ penggilingan untuk menjual hasilnya
ke Bulog dan lebih memilih pasar umum yang memberikan harga lebih tinggi.
Memasuki puncak panen raya padi (bulan Mei - Juni 2014) harga rata-
rata beras tingkat penggilingan turun drastis seiring dengan harga gabah
hingga mencapai kondisi harga terendah sepanjang tahun 2014, dimana
harga rata-rata beras medium Rp. 7.170,-/kg dan harga rata-rata beras
premium Rp. 8.025,-/kg. Hal ini dapat disebabkan karena saat puncak panen
raya, stok gabah melimpah di gudang-gudang penggilingan padi sehingga
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 52
penggilingan mulai memproses gabahnya menjadi beras dan pasokan beras di
pasaran umum sangat berlebih sehingga harga turun.
Selepas panen raya padi (bulan Juli 2014), harga rata-rata beras di
penggilingan mulai beranjak naik dan terus berlangsung hingga bulan
Desember 2014 yang mencapai harga rata-rata tertinggi di sepanjang tahun
2014, yaitu sebesar Rp. 8.099,-/kg untuk beras medium dan Rp. 8.818,-/kg
untuk beras premium. Kenaikan harga rata-rata beras di penggilingan setelah
panen raya tidak terlepas dari kenaikan harga gabah di tingkat petani,
disamping faktor menjelang hari raya Idul Fitri 1434 H. Hal seperti sudah
menjadi hal yang umum ketika menjelang hari besar keagaamaan nasional,
komoditas pangan mengalami peningkatan permintaan sehingga harga-harga
beranjak naik. Harga beras di tingkat penggilingan dalam periode bulan
Januari sampai dengan Desember 2013 mencapai rata-rata Rp. 7.507,-/kg
untuk beras medium dan Rp. 8.302,-/kg untuk beras premium.
Berikut disajikan tabel harga pangan strategis ditingkat produsen.
No. Komoditas CV Rerata MAX MIN Selisih MAX-MIN
1 GKP Tk. Petani 7,56 3.907 4.459 3.575 884
2 GKG 4,76 4.620 5.135 4.395 740
3 Beras Medium 3,36 7.507 8.099 7.170 929
4 Beras Premium 2,64 8.302 8.818 8.025 793
5 Jagung Tk. Petani 3,66 3.108 3.315 2.915 400
6 Kedele Tk. Petani ,73 8.011 8.345 7.475 870
7 Bawang Merah 1,09 3.058 18.230 8.780 9.450
8 Cabe Merah 66,22 19.119 50.345 8.625 41.720
Sumber: Laporan SMS Panel Harga Pangan ( diolah BKP Jatim)
Berdasarkan data di atas, perkembangan harga komoditas pangan pada
tingkat produsen selama tahun 2014 untuk komoditas (GKP, GKG, beras,
jagung, dan kedele) terjadi kenaikan dan penurunan harga relatif kecil CV <
10%. Sedangkan pada 2 komoditas, yaitu cabe merah dan bawang merah.
mengalami gejolak harga yang ditandai dengan CV > 10%, hal ini disebabkan
pada beberapa daerah di Jawa Timur sentra produksi cabai dan bawang
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 53
merah kurang stabil, sedangkan permintaan cabai dan bawang merah cukup
tinggi.
Dalam rangka stabilisasi harga pangan Tahun 2014 dilaksanakan
kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
3.2.2.1. Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya.
a. Dana bergulir
Fluktuasi harga antar musim dalam sistem agribisnis
pangan seringkali tidak menguntungkan bagi petani selaku
produsen. Petani tidak dapat menikmati harga yang layak pada
saat panen raya, karena harga jualnya turun akibat melimpahnya
barang dipasaran. Sedangkan pada musim paceklik, petani ikut
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya karena
kepemilikan lahan pertanian yang kecil (rata-rata kurang dari 0,25
Ha) serta terbatasnya kemampuan petani untuk melakukan
penyimpanan hasil produksinya.
Melaluikegiatan Dagulir Pembelian Gabah/Bahan Pangan
Lainnya ini, LPG diwajibkan melakukan pembelian gabah secara
langsung dari petani/kelompok tani (Poktan)/gabungan kelompok
tani (Gapoktan) dengan mengacu HPP sesuai Inpres nomor 3
Tahun 2012. Sedangkan diluar panen raya padi, LPG dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk membeli bahan pangan lain
(jagung dan kedele) dengan harga yang layak bagi petani sehingga
petani (produsen) dapat memperoleh pendapatan usaha taninya
lebih banyak.
Alokasi Kredit Dagulir
Dagulir Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya
merupakan salah satu kegiatan Provinsi Jawa Timur yang bersifat
komplementer (saling melengkapi) dengan kegiatan lainnya, seperti
Dagulir : Sistem Tunda Jual, Lumbung Pangan, Raskin dan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 54
50.931.0
13.9 3.7 0.4
Prosentase Pembelian LPG Tahun 2012 (%)
GKP GKG Beras
Pemupukan Cadangan Pangan Daerah yang dilaksanakan sejak
tahun 2001. Pada awal pelaksanaan kegiatan ini hanya untuk
pembelian komoditas gabah/beras, maka sejak tahun 2002
komoditasnya diperluas meliputigabah/beras, jagung dan kedele.
Alokasi Dagulir Pembelian Gabah/Pangan lainnya pada
tahun 2013 – 2014 sebesar Rp. 26,55 Milyar yang digulirkan kepada
98 LPG tersebar di 16 Kabupaten sentra produksi (Tulungagung,
Lamongan, Ngawi, Jombang, Bangkalan, Lumajang, Ponorogo,
Madiun, Magetan, Pasuruan, Ponorogo, Probolinggo, Situbondo,
Bondowoso, Malang, Sidoarjo)
Kinerja LPG Penyaluran Dagulir Tahun 2013
Pembelian
Pada tahun 2013 telah digulirkan dana untuk kegiatan
pembelian gabah/bahan pangan lainnya sebesar Rp. 13,25 Milyar
yang dialokasikan kepada 49 LPG di 7 kabupaten (Tulungagung,
Lamongan, Ngawi, Jombang, Bangkalan, Lumajang, Bojonegoro).
Secara umum realisasi
pembelian gabah/beras/
jagung/kedele oleh LPG tahun
2013 posisi sampai dengan
bulan Desember 2014 dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Dari total nilai pembelian
ditahun 2013, dapat dirinci
pembelian oleh LPGberupa:
25.842 ton GKP; 15.740 ton
GKG; 7.067 ton beras; 1.867 ton jagung dan 205 ton kedele.
2. Dilihat dari kualitas gabah yang dibeli oleh LPG, menunjukkan
bahwa pembelian didominasi dalam bentuk gabah kering panen
(GKP) dan gabah kering giling (GKG). Kondisi ini memberikan
indikasi bahwa pada dasarnya kegiatan ini sudah bersentuhan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 55
langsung dengan petani/ Poktan/Gapoktan, yang biasanya
menjual produksi usaha taninya dalam bentuk gabah, baik GKP
ataupun GKG.
Kinerja LPG Penyaluran Dagulir Tahun 2014
Pembelian
Pada tahun 2014 telah digulirkan dana sebesar Rp. 13,3
Milyar yang dialokasikan kepada 49 LPG di 11 kabupaten
(Bangkalan, Lumajang, Madiun, Magetan, Pasuruan, Ponorogo,
Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Malang, Sidoarjo). Penerima
Dagulir Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lain tahun 2014
melakukan pembelian lebih kecil dibandingkan LPG penerima
Dagulir tahun 2013. Pada tahun pertama pemanfaatan Dagulir telah
melakukan pembelian sebesar Rp. 73.488.150.000,- (tujuh puluh tiga
milyar empat ratus delapan puluh delapan juta seratus lima puluh ribu
rupiah)atau berputar 5,53 kali.
Secara umum realisasi pembelian gabah/beras/
jagung/kedele oleh LPG tahun 2014 posisi sampai dengan bulan
Desember 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Dari nilai pembelianoleh LPG dapat dirinci sebagai berikut:
8.168 ton GKP; 2.727 ton GKG, 779 ton beras, 178,4 ton jagung
dan 155 ton kedelai.
2. Pembelian terbesar yang
dilakukan LPG masih
dalam bentuk gabah baik
GKP (49%) maupun GKG
(44%), Beras (5%), Jagung
dan Kedelai masing-
masing 1%. Hal ini
menunjukkan semakin
banyak gabah petani yang terserap oleh LPG melalui kegiatan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 56
ini, sehingga petani tidak merasa kesulitan dalam memasarkan
hasil usaha taninya.
b. Hibah/bansos pada masyarakat
Untuk mendukung pelaksanaan gapoktan dalam melakukan
usahanya pada tahun 2014 telah direalisasikan bantuan penguatan
modal berupa gabah/beras sebanyak 16 paket yang disalurkan
kepada 16 gapoktan yang tersebar di 13 Kabupaten sentra produksi.
No. Kabupaten/
Gapoktan
Alamat Jml
Paket Desa Kecamatan
1 Ngawi
Ngudi Rahayu Kwadungan lor Padas 1
2 Nganjuk
Sidoayem Kerep Loceret 1
3 Magetan
Sumber Mulyo Sumbersawit Sidorejo 1
4 Trenggalek
Agri Raya Sawahan Watulimo 1
5 Jombang
Plandi Plandi Jombang 1
Ploso genuk Ploso genuk Perak 1
6 Lumajang
Bejo Makmur Denok Lumajang 1
Yoso Adil Yosowilangun Lor
Yosowilangun 1
7 Tulungagung
Guyub rukun Penggirsari Ngantru 1
8 Blitar
Marsudi Tani Bajang Talun 1
9 Malang
Margo Rukun Karang duren Pakisaji 1
10 Bondowoso
Darussolah Jambesari Jambesari 1
11 Pasuruan
Sumber rejeki Siyar Rembang 1
12 Lamongan
Pangestu Kedungkumpul Sarirejo 1
13 Ponorogo
Bekare Makmur Bekare Bungkal 1
Sri Sedono Ngadi Mojo 1
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 57
Selain itu, telah direalisasikan bantuan hibah alat berupa
timbangan duduk dan mesin jahit karung sebanyak 31 paket yang
disalurkan kepada 31 gapoktan yang tersebar di 23 Kabupaten
sentra produksi.
No. Kabupaten/ Gapoktan
Alamat Jml Paket Desa Kecamatan
1 Bangkalan
Al Wahidin Manonggal Klampis 1
Rukun Maju Pacentan Tanah Merah 1
2 Banyuwangi
Tri Sakti Suko Maju Srono 1
Tri Tunggal Tambakrejo Muncar 1
3 Blitar
Mekarsari Gadungan Gandusari 1
4 Bojonegoro
Tani Rahayu Kepoh Kepoh baru 1
5 Bondowoso
Al-Barokah Jebung lor Tlogosari 1
6 Gresik
Dapet Dapet Balongpanggang
1
7 Jombang
Daditunggal Daditunggal Ploso 1
Pojok kulon Pojok kulon Kesamben 1
8 Kediri
Manunggal Abadi
Tanon Papar 1
Tawang Jaya Ketawang Pumrwosari 1
9 Lamongan
Mitra Tani II Kedungwaras Modo 1
10 Lumajang
Mitra Bakti Kloposawit Candipuro 1
11 Madiun
Mojopurno Mojopurno Wungu 1
12 Magetan
Sumberurip Sugihrejo Kawedanan 1
13 Malang
Alamsari Pamotan Dampit 1
14 Mojokerto
Tani Makmur Kuripansari Pacet 1
Tani Mulyo Beloh Trowulan 1
15 Nganjuk
Ibu Bumi Candirejo Loceret 1
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 58
No. Kabupaten/ Gapoktan
Alamat Jml Paket Desa Kecamatan
16 Ngawi
Baroto Kuniran Sine 1
17 Pasuruan
Sinar Tani Kebonwaris Pandaan 1
18 Ponorogo
Manunggal Karanggebang Jetis 1
Ngudi Makmur Duri Slahung 1
19 Probolinggo
Sidorukun Alas tengah Paiton 1
20 Sidoarjo
Sejahtera Gedungrowo Prambon 1
Sidomakmur Pilang Wonoayu 1
21 Situbondo
Sumbermakmur Langkap Besuki 1
22 Trenggalek
Jaya Mulya Suruh Suruh 1
Sido Mekar Jati Karangan 1
23 Tulungagung
Dadi Mulyo Sumberdadi Sumbergempol 1
3.2.2.2. Pengembangan Sistim Tunda Jual
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kelompok tani dalam mengembangkan sistem tunda jual sesuai
dengan kondisi wilayahnya, meningkatkan posisi tawar dan nilai
jual hasil pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani.
a. Dana Bergulir
Penyempurnaan Dana Bergulir terus dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mulai Peraturan Gubernur nomor
21 Tahun 2006 yang diganti menjadi Peraturan Gubernur nomor
52 tahun 2009 tanggal 12 Agustus 2009 kemudian mengalami
revisi menjadi Peraturan Gubernur nomor 66 Tahun 2009 pada
tanggal 4 Nopember 2009. Perubahan tersebut bertujuan untuk
penyempurnaan Manajemen Keuangan Pengelolaan Dana Bergulir
Provinsi Jawa Timur sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 59
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri nomor 59 Tahun 2007. Pada Tahun 2012
mengalami revisi menjadi Peraturan Gubernur nomor 21 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bergulir Provinsi
Jawa Timur.
Penyaluran Dana
Bantuan dana bergulir pengembangan kelompok tunda
jual dilaksanakan mulai tahun 2004 – 2014.
Dana penguatan modal kelembagaan kelompok sistem
tunda jual pada tahun 2004 sampai dengan 2005 merupakan dana
pinjaman lunak tanpa adanya jaminan yang pengelolaannya dibuat
secara bergulir di kelompok, perguliran dana dikelola oleh Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sehingga dalam waktu 1
(satu) tahun kelompok yang mendapatkan dana penguatan modal
wajib mengembalikan dana tersebut ke rekening Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur.
Sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 sesuai
dengan penerapan Peraturan Gubernur nomor 21 tahun 2006
tentang pengelolaan dana bergulir maka pelaksanaan kegiatan
pengembangan kelembagaan kelompok sistem tunda jual melalui
penguatan modal ini harus mengacu pada perda tersebut dan
dikategorikan dalam kegiatan sosial dengan penyaluran dana
secara channeling. PT.Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
adalah bank pelaksana yang ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur
sebagai penyalur (channeling) dan penerima pengembalian
pinjaman dana bergulir peserta kegiatan penguatan modal
kelembagaan sistem tunda jual. Dalam pelaksanaan kegiatan
penguatan modal kelembagaan kelompok tunda jual mulai tahun
2006 telah dikenakan jasa/bunga selama 1 (satu) tahun sebesar
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 60
29%
9%41%
8%13%
Prosentase Pembelian (%)
GKP GKS GKG
8%
11%
39%
30%
12%
Prosentase Penjualan (%)
GKP GKS GKG
3% dan disetor secara bruto ke Kasda sebagai Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Alokasi dana tahun 2013
Pada tahun 2013, alokasi dana yang digulirkan ke
kelompok pengembangan system tunda jual sebesar Rp. 3,75
Milyar yang dialokasikan kepada
75 kelompok di 13 kabupaten
sentra produksi (Bangkalan,
Blitar, Bojonegoro, Jombang,
Kediri, Lamongan, Lumajang,
Malang, Madiun, Magetan,
Nganjuk, Ngawi, Ponorogo).
Pembelian.
Berdasarkan laporan yang masuk realisasi pembelian
gabah/beras/ jagung/kedele oleh kelompok tunda jual sampai
dengan Desember 2014 sebesar Rp. 4.013.107.550,- dapat
digambarkan sebagai berikut : 78,1 ton GKP; 399,7 ton GKG dan
76,9 ton beras dan 126,6 ton jagung .
Penjualan
Total penjualan gabah/
beras/jagung yang dilaksanakan
oleh 75 kelompok tunda jual
penerima dagulir tahun 2014
senilai Rp. 3.839.785.400,-
dengan rincian penjualan : 63,3
ton GKP, 87,1 ton GKS, 303,6
ton GKG, 228,1 ton Beras dan
88 ton Jagung.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 61
Penjualan terbesar yang dilaksanakan oleh kelompok dalam bentuk
GKG sebesar 39%, ini menunjukkan bahwa kelompok tersebut
hanya melakukan proses pengeringan dan penyimpanan belum
melakukan proses selanjutnya yaitu mengolah dalam bentuk beras
dan melakukan pengepakan. Hal ini karena terbatasnya sarana
dan prasarana yang di miliki kelompok.
b. Bantuan hibah/bansos kepada masyarakat.
Untuk mendukung pelaksanaan gapoktan dalam melakukan
usahanya pada tahun 2014 telah direalisasikan bantuan hibah
berupa gabah/beras kepada gapoktan 4 paket yang disalurkan
kepada 4 gapoktan yaitu :
- Gapoktan Sri Rejeki, Ds. Sidorejo, Kec. Purwoharjo, Kab.
Banyuwangi.
- Gapoktan Wringin Tani, Ds. Wringin Anom, Kec. Asembagus,
Kab. Situbondo.
- Gapoktan Karya Tani, Ds. Jolotundo, Kec. Jetis, Kab.
Mojokerto.Gapoktan Wahas, Ds. Wahas, Kec. Balongpanggang, Kab.
Gresik.
3.2.2.3. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan.
Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani,
kelompok tani dan atau gabungan kelompok tani terhadap jatuhnya
harga gabah/beras dan jagung pada saat panen raya dan
aksesibilitas pangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui dana
APBN telah melaksanakan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi
Pangan Masyarakat (LDPM). Melalui fasilitas penguatan modal
usaha, diharapkan gapoktan bersama-sama dengan anggotanya
mampu secara swadaya melakukan aktivitas berupa : membangun
sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha dibidang
pemasaran pangan dan menyediakan pangan minimal bagi
kebutuhan anggotanya.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 62
Tujuan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat :
a. Memberdayakan gapoktan agar mampu mengembangkan unit
usaha distribusi/pemasaran atau pengolahan hasil dan unit
pengelola cadangan pangan antara lain dalam hal : a)
mengembangkan sarana penyimpanan (gudang) sendiri; b)
menyediakan cadangan pangan pokok minimal bagi anggotanya
pada saat musim paceklik; c) menjaga stabilisasi harga jual
gabah/beras dan jagung pada saat panen raya melalui kegiatan
pembelian dan penjualan.
b. Mengembangkan usaha ekonomi diwilayah melalui peningkatan
usaha pembelian gabah/beras dan jagung.
c. Meningkatkan nilai tambah produk melalui kegiatan
penyimpanan, pengolahan, dan pengemasan.
d. Memperluas jejaring kerjasama distribusi/pemasaran yang saling
menguntungkan dengan mitra usaha baik di dalam maupun di
luar wilayahnya.
Sasaran Penguatan LDPM tahun 2014 adalah Gapoktan yang
sudah ada atau eksis, bukan bentukan baru dan memenuhi
kriterian sebagai berikut :
a. Berlokasi di daerah sentra produksi padi bagi gapoktan tahap
penumbuhan 2014, sementara itu bagi gapoktan tahap
pengembangan masih dimungkinkan daerah sentra produksi
jagung.
b. Memiliki unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan
hasil dan unit pengelola cadangan pangan dan
c. Memiliki lahan sendiri untuk dapat dibangun sarana
penyimpanan (gudang).
Alokasi dana
Pada tahun 2014, Provinsi Jawa Timur mendapat tambahan
alokasi dana senilai Rp. 3,6 Milyar untuk 42 Gapoktan dengan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 63
rincian : 29 Gapoktan tahap pengembangan tahun 2012, 7
Gapoktan tahap pengembangan tahun 2013 dan 6 Gapoktan tahap
penumbuhan. Realisasi sampai dengan Desember 2014 hanya
mencapai Rp. 3 Milyar, hal ini disebabkan 8 gapoktan tahap
pengembangan tahun 2012 tidak terealisasi karena 1 gapoktan
tidak memenuhi persyaratan administrasi sedangkan 7 gapoktan
tidak diusulkan oleh kabupaten.
Alokasi Dana dan Bansos Penguatan-LDPM di Unit Usaha
Gapoktan Tahun 2012 - 2014 sebesar Rp. 8,4 Milyar dengan rincian
:
- Tahap pengembangan tahun 2012 untuk 29 gapoktan
sebesarRp. 5.925.000.000,- (dana th. 2012 Rp. 4.350.000.000,-
tambahan th. 2014 Rp. 1.575.000.000).
- Tahap pengembangan tahun 2013 untuk 7 gapoktan sebesarRp.
1.575.000.000,- (dana th. 2013 Rp. 1.050.000.000,- tambahan
tahun 2014 Rp. 525.000.000,-).
No Kabupaten Gapoktan Jumlah bansos
Jumlah Penumbuhan Pengembangan
2012 2014
1 Banyuwangi Tri Sakti 150.000 - 150.000
Tri Tunggal 150.000 75.000 225.000
2 Jombang Daditunggal 150.000 - 150.000
Pojokkulon 150.000 75.000 225.000
3 Tulungagung Dadi Mulyo 150.000 75.000 225.000
4 Malang Alam Sari 150.000 75.000 225.000
5 Situbondo Sumber Makmur
150.000 75.000 225.000
6 Mojokerto Tani Mulyo 150.000 - 150.000
7 Trenggalek Sido Mekar 150.000 75.000 225.000
8 Lamongan Mitra Tani 2 150.000 75.000 225.000
9 Ponorogo Manunggal 150.000 - 150.000
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 64
Ngudi Makmur
150.000 75.000 225.000
10 Lumajang Mitra Bhakti 150.000 75.000 225.000
11 Blitar Mekarsari 150.000 75.000 225.000
12 Bondowoso Al Barokah 150.000 75.000 225.000
13 Magetan Sumber Urip 150.000 75.000 225.000
14 Gresik Dapet 150.000 - 150.000
15 Bangkalan Rukun Maju 150.000 - 150.000
Al-Wahidin 150.000 75.000 225.000
16 Madiun Mojopurno 150.000 - 150.000
17 Sidoarjo Sido
Makmur 150.000 75.000 225.000
Sejahtera 150.000 - 150.000
18 Ngawi Baroto 150.000 75.000 225.000
19 Pasuruan Sinar Tani 150.000 75.000 225.000
20 Nganjuk Ibu Bumi 150.000 75.000 225.000
21 Bojonegoro Tani Rahayu 150.000 75.000 225.000
22 Kediri Manunggal Abadi
150.000 75.000 225.000
Tawang Jaya 150.000 75.000 225.000
23 Probolinggo Sido Rukun 150.000 75.000 225.000
Jumlah 4.350.000 1.575.000 5.925.000
2013 2014
1 Bondowoso Mitra Tani 150.000 75.000 225.000
2 Kediri Gemat 150.000 75.000 225.000
3 Nganjuk Karya
Makmur 150.000 75.000 225.000
4 Situbondo Pecinan
Jaya 150.000 75.000 225.000
5 Blitar Mawar
Bersemi 150.000 75.000 225.000
6 Malang
Karya
Mandiri Sejahtera
150.000 75.000 225.000
7 Trenggalek Tani
Makmur 150.000 75.000 225.000
Jumlah 1.050.000 525.000 1.575.000
2014
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 65
- Tahap penumbuhan tahun 2014 untuk 6 gapoktan sebesarRp.
900.000.000,-.
a. Perkembangan pelaksanaan penguatanLDPM Tahun 2012.
1. Pencairan dan penggunaan dana Bansos.
Berdasarkan SK Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Jawa Timur nomor : 36/209.03/2012, tanggal 26 Maret 2012
menetapkan 29 Gapoktan Tahap Penumbuhan tahun 2012 sebagai
penerima Bansos Penguatan-LDPM senilai Rp. 4.350.000.000,-.
Tahun 2013 merupakan tahun kedua bagi Gapoktan Penguatan-
LDPM tahun penumbuhan 2012, yang berarti akan memasuki
Tahap Pengembangan dan mendapatkan tambahan dana Bansos
sebesar Rp. 75 juta. Akan tetapi, karena adanya kebijakan
penghematan anggaran dari Badan Ketahanan Pangan Kementerian
PertanianRI maka dana tambahan Bansos tersebut ditunda
penyalurannya. Dana tambahan Bansos ke rekening Gapoktan
Tahap Pengembangan baru disalurkan di tahun 2014 yang
rencananya dialokasikan anggaran sebesar Rp. 2.175.000.000,-,
sehingga total dana yang disalurkan ke Gapoktan tahap
penumbuhan tahun 2012 menjadi Rp. 6.525.000.000,-.
Sampai dengan bulan Desember 2014 dari 29 Gapoktan terealisasi
21 Gapoktan, sedangkan sisanya 8 gapoktan tidak direalisasikan
1 Gresik Kertosono 150.000 - 150.000
2 Nganjuk Tani Subur Makmur
150.000 - 150.000
3 Lumajang Gonorejo 150.000 - 150.000
4 Bondowoso Tani
Makmur 150.000 -
150.000
5 Ponorogo Mulya Tani 150.000 - 150.000
6 Madiun Kali Gunting 150.000 - 150.000
Jumlah 900.000 900.000
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 66
karena 1 gapoktan tidak memenuhi syarat administrasi dan 7
gapoktan tidak diusulkan oleh kabupaten.
Alokasi dana Bansos Penguatan-LDPM Tahap
Pengembangan tahun 2012 sebesar Rp. 4.300.000.000,- sesuai
Rencana Usaha Gapoktan (RUG) penggunaanya dapat dirinci sebagai
berikut :
No Kabupaten Gapoktan Rencana Usaha Gapoktan
Pengembangan Gudang Distribusi Cadangan
2012 2014
1 Banyuwangi Tri Sakti 33.652 100.000 16.348 -
Tri Tunggal 33.652 100.000 16.348 75.000
2 Jombang Daditunggal 40.000 90.000 20.000 -
Pojokkulon 40.000 90.000 20.000 75.000
3 Tulungagung Dadi Mulyo 40.000 95.000 15.000 75.000
4 Malang Alam Sari 35.000 95.000 20.000 75.000
5 Situbondo Sumber Makmur 40.000 100.000 10.000 75.000
6 Mojokerto Tani Mulyo 35.000 95.000 20.000 -
7 Trenggalek Sido Mekar 40.000 89.475 20.525 75.000
8 Lamongan Mitra Tani 2 40.000 100.000 10.000 75.000
9 Ponorogo Manunggal 40.000 100.000 10.000 -
Ngudi Makmur 40.000 100.000 10.000 75.000
10 Lumajang Mitra Bhakti 30.000 100.000 20.000 75.000
11 Blitar Mekarsari 39.928 100.000 10.072 75.000
12 Bondowoso Al Barokah 40.000 90.000 20.000 75.000
13 Magetan Sumber Urip 40.000 100.000 10.000 75.000
14 Gresik Dapet 50.000 80.000 20.000 -
15 Bangkalan Rukun Maju 40.000 70.000 40.000 -
Al-Wahidin 40.000 70.000 40.000 75.000
16 Madiun Mojopurno 40.000 100.000 10.000 -
17 Sidoarjo Sido Makmur 30.000 100.000 20.000 75.000
Sejahtera 30.000 95.000 25.000 -
18 Ngawi Baroto 40.000 100.950 9.050 75.000
19 Pasuruan Sinar Tani 40.000 100.000 10.000 75.000
20 Nganjuk Ibu Bumi 40.000 95.000 15.000 75.000
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 67
Sebesar Rp. 1.117.232.000,- atau 25,98% dari alokasi dana
Bansos digunakan untuk pembangunan/renovasi 29 gudang
sarana penyimpanan (gudang) Gapoktan;
Sebesar Rp. 2.741.425.000,- atau 63,75% untuk distribusi/
pengolahan;
Sebesar Rp. 491.343.000,- atau 11,43% untuk unit usaha
cadangan pangan.
Untuk pencairan tahap pengembangan tahun 2014 sebesar
Rp. 75.000.000,- kepada 21 gapoktan senilai Rp. 1.575.000.000,-,
digunakan usaha distribusi/pengolahan pangan.
Tabel 4 : Rencana Usaha Gapoktan (RUG) dan tambahan modal Gapoktan Tahun 2012
2. Akumulasi pembelian hingga posisi bulan Desember 2014.
Pembelian gabah/beras/jagung yang sudah dilakukan oleh
unit usaha distribusi/pengolahan pangan Gapoktan Tahap
Pengembangan sampai dengan bulan September 2014 sekitar 4,64
putaran dari modal awal di unit ini. Nilai total pembelian yang sudah
dilakukan mencapai Rp. 12.725.414.000,- dimana sejumlah nilai
tersebut digunakan untuk melakukan pembelian dengan rincian
sebagai berikut:
GKP : 2.514,6 ton senilai Rp. 10.150.398.000,-
GKG : 151,4 ton senilai Rp. 659.662.000,-
Beras : 107,0 ton senilai Rp. 778.129.000,-
Jagung : 380,8 ton senilai Rp. 1.137.255.000,-
Jumlah Rp.12.725.414.000,-
21 Bojonegoro Tani Rahayu 40.000 100.000 10.000 75.000
22 Kediri Manunggal Abadi 40.000 96.000 14.000 75.000
Tawang Jaya 40.000 95.000 15.000 75.000
23 Probolinggo Sido Rukun 40.000 95.000 15.000 75.000
Jumlah 1.117.232 2.741.425 491.343 1.575.000
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 68
JUMLAH PEMBELIAN OLEH GAPOKTAN TAHAP
PENGEMBANGAN TH. 2012
80%
5%3%
12%
GKP
GKG
Beras
Jagung
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar disamping, prosentase
pembelian terbesar Gapoktan
Tahap Pengembangan tahun
2012 ini didominasi dalam
bentuk GKP sebesar 80% dari
total pembelian yang
dilakukan oleh Gapoktan.
Pembelian dalam bentuk GKP
yang cukup besar ini
menunjukkan bahwa Gapoktan Tahap Pengembangan dalam
melakukan pembelian banyak menyerap gabah milik anggota, yang
biasanya dijual dalam bentuk kering panen. Pembelian dalam
bentuk kering giling dan beras dilakukan pada saat gabah kering
panen sudah habis. Sementara itu, pembelian dalam bentuk GKG
oleh Gapoktan Tahap Pengembangan hanya sebesar 5%, beras 3%,
dan jagung sebesar 13% dari total pembelian oleh di unit usaha
distribusi/pengolahan pangan.
3. Akumulasi dan pemanfaatan cadangan pangan.
Pengadaan yang sudah dilakukan oleh unit usaha cadangan
pangan Gapoktan Tahap Pengembangan sampai dengan bulan
Desember 2014 terbilang sangat kecil, karena ada beberapa
Gapoktan yang masih belum memanfaatkan dana di unit usaha
cadangan pangan untuk pengadaan cadangan pangan. Jumlah
pembelian dalam pengembangan cadangan pangan adalah :
- Gabah sebesar 129,15 ton senilai Rp. 533.781.000,-
- Beras sebesar 4,43 ton senilai Rp. 31.218.000,-
- Jumlah Rp. 564.999.000,-
Dari total pembelian tersebut disalurkan kembali kepada
anggota kelompok dan dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi
dalam menghadapi musim paceklik, total penyaluran pada tahun
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 69
2014 berupa gabah sebesar 35,01 ton dan beras sebesar 2,64 ton.
Apabila dilihat dari pembelian, total penyaluran gabah/beras sangat
kecil hanya 27,82% hal ini menunjukkan bahwa anggota gapoktan
kurang memanfaatkan cadangan pangan dalam menghadapi
musim paceklik.
Penyaluran pada tahun 2014 berupa gabah sebesar 35,01 ton
dan beras sebesar 2,64 ton telah dikembalikan lagi oleh
masyarakat/kelompok, jumlah pengembalian berupa gabah sebesar
19,63 ton dan beras 2,20 ton yang akan digunakan sebagai
cadangan pangan. Sedangkan sisa stok yang tersisa pada gudang
cadangan pangan Penguatan – LDPM berupa gabah sebesar 87,26 ton
dan beras 2,75 ton. Sisa stok yang dimiliki unit usaha cadangan
pangan tersebut disimpan sebagai upaya untuk mengantisipasi apabila
ditemui indikasi kekurangan pangan di wilayahnya.
4. Perkembangan Modal Usaha
Sampai dengan bulan Desember 2014 perkembangan modal usaha
gapoktan mencapai sebesar Rp. 3.628.379.000,- atau mengalami
peningkatan sebesar Rp. 295.611.000,- (12,24%) dari modal awal
sebesar Rp. 3.232.768.000,-, melihat perkembangan modal kinerja
Penguatan – LDPM maka perlu lebih ditingkatkan sarana dan
prasarana gapoktan sehingga mencapai hasil yang lebih baik dalam
melakukan usaha taninya pada saat penanganan pasca panen.
Sedangkan tambahan modal sebesar Rp. 1.575.000.000,- untuk 21
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Gapoktan Manunggal di Desa Karang Gebang, Kec. Jetis, Kab. Ponorogo
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 70
gapoktan tahap pengembangan tahun 2012 belum diketahui
perkembangannya karena pencairan dana dilaksanakan pada bulan
September – November 2014, dimana pada bulan tersebut bukan
merupakan musim panen padi sehingga tidak ada aktivitas yang
dilakukan oleh gapoktan terhadap tambahan dana tersebut.
b. Perkembangan pelaksanaan Penguatan LDPM Tahun 2013.
a. Pencairan dan penggunaan dana Bansos.
Alokasi dana Bansos Penguatan-LDPM Tahap Pengembangan
tahun 2013 sebesar Rp. 1.050.000.000,- sesuai Rencana Usaha
Gapoktan (RUG) penggunaanya dapat dirinci sebagai berikut :
Sebesar Rp. 275.000.000,- atau 26,19% dari alokasi dana Bansos
digunakan untuk pembangunan/renovasi gudang sarana
penyimpanan Gapoktan;
Sebesar Rp. 666.130.000,- atau 63,44% dari alokasi dana Bansos
digunakan untuk distribusi/pengolahan pangan;
Unit usaha cadangan pangan mendapat alokasi sebesar Rp.
108.870.000,- atau 10,37% dari alokasi dana Bansos.
Untuk pencairan tahap pengembangan tahun 2014 sebesar
Rp. 75.000.000,- kepada 7 gapoktan senilai Rp. 525.000.000,-,
digunakan usaha distribusi/pengolahan pangan.
Tabel 5 : Rencana Usaha Gapoktan (RUG) dan tambahan modal Gapoktan Tahun 2013
No Kabupaten Gapoktan Rencana Usaha Gapoktan Tambahan
modal Gudang Distribusi Cadangan
2013 2014
1 Bondowoso Mitra Tani 40.000 90.000 20.000 75.000
2 Kediri Gemat 40.000 95.000 15.000 75.000
3 Nganjuk Karya
Makmur 40.000 95.000 15.000
75.000
4 Situbondo Pecinan Jaya 40.000 92.500 17.500 75.000
5 Blitar Mawar
Bersemi 40.000 100.000 10.000
75.000
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 71
JUMLAH PEMBELIAN OLEH GAPOKTAN TAHAP
PENGEMBANGAN TH. 2013
96%
0%0% 4%
GKP
GKG
Beras
Jagung
No Kabupaten Gapoktan Rencana Usaha Gapoktan Tambahan
modal Gudang Distribusi Cadangan
6 Malang Karya Mandiri Sejahtera
35.000 95.000 20.000 75.000
7 Trenggalek Tani Makmur 40.000 98.630 11.370 75.000
Jumlah 275.000 666.130 108.870 525.000
b. Akumulasi pembelian gabah/beras/jagung hingga posisi Desember 2014.
Pembelian gabah/beras/jagung yang sudah dilakukan oleh unit
usaha distribusi/pengolahan pangan Gapoktan Tahap Pengembangan
sampai dengan bulan Desember 2014 sekitar 5,74 kali putaran dari
modal awal di unit ini. Nilai total pembelian yang sudah dilakukan
mencapai Rp. 3.850.750.000,- dimana sejumlah nilai tersebut
digunakan untuk melakukan pembelian dengan rincian sebagai
berikut:
GKP : 914,29 ton senilai Rp. 3.667.363.000,-
Beras : 3,35 ton senilai Rp. 27.637.000,-
Jagung : 41,45 ton senilai Rp. 125.770.000,-
Jumlah Rp. 3.850.750.000,-
Sebagaimana ditunjukkan pada grafik, prosentase pembelian terbesar
Gapoktan Tahap Pengembangan tahun 2013 ini didominasi dalam
bentuk GKP sebesar 96% dari total
pembelian Gapoktan. Pembelian
dalam bentuk GKP yang cukup besar
ini menunjukkan bahwa Gapoktan
Tahap Pengembangan dalam
melakukan pembelian banyak
menyerap gabah milik anggota, yang
biasanya dijual dalam bentuk kering
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 72
panen. Pembelian dalam bentuk beras dilakukan secara pada saat
gabah kering panen sudah habis. Sementara itu, tidak ada pembelian
dalam bentuk GKG dan pembelian jagung oleh hanya sebesar 4% dari
total pembelian oleh di unit usaha distribusi/pengolahan pangan.
c. Akumulasi dan pemanfaatan cadangan pangan.
Pengadaan yang sudah dilakukan oleh unit usaha cadangan
pangan Gapoktan Tahap Pengembangan sampai dengan bulan
Desember 2014 terbilang sangat kecil, karena ada beberapa Gapoktan
yang masih belum memanfaatkan dana di unit usaha cadangan
pangan untuk pengadaan cadangan pangan. Jumlah pembelian gabah
dalam pengembangan cadangan pangan adalah sebesar 20,64 ton
senilai Rp. 91.546.000,-
Dari total pembelian tersebut disalurkan kembali kepada
anggota kelompok dan dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi
dalam menghadapi musim paceklik, total penyaluran pada tahun 2014
berupa gabah sebesar 2,82 ton. Apabila dilihat dari pembelian, total
penyaluran gabah/beras sangat kecil hanya 13,66% hal ini
menunjukkan bahwa anggota gapoktan kurang memanfaatkan
cadangan pangan dalam menghadapi musim paceklik.
Sedangkan sisa stok yang tersisa pada gudang cadangan pangan
Penguatan – LDPM berupa gabah sebesar 17,82 ton. Sisa stok yang
dimiliki unit usaha cadangan pangan tersebut disimpan sebagai upaya
untuk mengantisipasi apabila ditemui indikasi kekurangan pangan di
wilayahnya.
d. Perkembangan modal usaha
Sampai dengan bulan Desember 2014 perkembangan modal usaha
gapoktan mencapai sebesar Rp. 822.244.000,- atau mengalami
peningkatan sebesar Rp. 47.244.000,- (6,12%) dari modal awal sebesar
Rp. 775.000.000,-, melihat perkembangan modal kinerja Penguatan –
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 73
LDPM maka perlu lebih ditingkatkan sarana dan prasarana gapoktan
sehingga mencapai hasil yang lebih baik dalam melakukan usaha
taninya pada saat penanganan pasca panen. Sedangkan tambahan
modal sebesar Rp. 525.000.000,- untuk 7 gapoktan tahap
pengembangan tahun 2013 belum diketahui perkembangannya karena
pencairan dana dilaksanakan pada bulan September – November 2014,
dimana pada bulan tersebut bukan merupakan musim panen padi
sehingga tidak ada aktivitas yang dilakukan oleh gapoktan terhadap
tambahan dana tersebut.
c. Perkembangan pelaksanaan Penguatan LDPM Tahun 2014.
a. Pencairan dan penggunaan dana bansos.
Alokasi dana Bansos Penguatan-LDPM Tahap Penumbuhan
tahun 2014 sebesar Rp. 900.000.000,- sesuai Rencana Usaha
Gapoktan (RUG) penggunaanya dapat dirinci sebagai berikut :
Sebesar Rp. 235.000.000,- atau 26,11% dari alokasi dana Bansos
digunakan untuk pembangunan/renovasi sarana penyimpanan
(gudang) Gapoktan;
Sebesar Rp. 570.000.000,- atau 63,33% dari alokasi dana Bansos
digunakan untuk distribusi/pengolahan pangan;
Unit usaha cadangan pangan mendapat alokasi Rp. 95.000.000,-
atau 10,56% dari alokasi dana Bansos.
Tabel 6 : Rencana Usaha Gapoktan (RUG) Tahun 2013
No Kabupaten Gapoktan Rencana Usaha Gapoktan
Gudang Distribusi Cadangan
2014
1 Gresik Kertosono 40.000 90.000 20.000
2 Nganjuk Tani Subur Makmur
40.000 95.000 15.000
3 Lumajang Gonorejo 35.000 100.000 15.000
4 Bondowoso Tani Makmur 40.000 90.000 20.000
5 Ponorogo Mulya Tani 40.000 95.000 15.000
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 74
No Kabupaten Gapoktan Rencana Usaha Gapoktan
Gudang Distribusi Cadangan
6 Madiun Kali Gunting 40.000 100.000 10.000
Jumlah 235.000 570.000 95.000
b. Akumulasi dana bansos pada kegiatan unit usaha distribusi dan unit cadangan pangan hingga posisi bulan Desember 2014.
Pencairan tahap I bulan Agustus 2014 digunakan untuk pembangunan
gudang cadangan pangan sedangkan pencairan tahap II pada bulan
September digunakan untuk distribusi/pemasaran dan cadangan
pangan setelah tersedianya gudang cadangan pangan.
Sampai dengan bulan Desember 2014 gapoktan belum memanfaatkan
dananya untuk pembelian maupun penjualan karena pencairan dana
bansos dilakukan pada bulan September 2014 dimana pada bulan
tersebut masa panen raya sudah berakhir.
3.2.2.4. Peningkatan Akses Pangan Masyarakat
Kemampuan masyarakat mengakses pangan yang cukup
adalah salah satu prasyarat mutlak bagi terwujudnya ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga. Salah satu tanggung jawab setiap
otoritas pemerintahan, baik nasional, provinsi, kabupaten/kota,
hingga ke tingkat desa adalah memfasilitasi setiap orang dan rumah
tangga di wilayahnya dapat mengakses pangan yang cukup setiap
hari, dan menghindarkannya dari masalah kerawanan pangan.
Akses pangan didefinisikan sebagai kemampuan seseorang
dalam rumah tangga secara periodik dapat memenuhi kebutuhan
pangan yang cukup melalui kombinasi cadangan pangan mereka
dan hasil dari rumah/pekarangan sendiri, pembelian, barter,
pemberian, pinjaman dan bantuan pangan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi akses pangan masyarakat adalah kemampuan
memproduksi pangan masyarakat setempat atau keswasembadaan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 75
pangan, kondisi infrastruktur dasar seperti jalan, pasar, sarana dan
prasarana transportasi darat maupun air yang dikaitkan dengan
kebutuhan untuk berproduksi maupun untuk meningkatkan
kualitas hidup.
Selain itu, akses pangan masyarakat dipengaruhi pula oleh
aspek ekonomi maupun aspek sosial yang dapat dirinci menjadi 7
(tujuh) indikator yang menggambarkan kemampuan akses
masyarakat terhadap pangan, yaitu : (1) Konsumsi normatif
terhadap ketersediaan bersih pangan pokok; (2) Persentase desa
yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda 4; (3) Persentase desa
yang tidak memiliki pasar dan jarak terdekat ke pasar > 3 km; (4)
Persentase penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan; (5)
Persentase penduduk yang bekerja < 36 jam per minggu; (6) Product
Domestic Regional Bruto (PDRB) ekonomi kerakyatan per kapita;
dan (7) Persentase penduduk yang tidak tamat SD.
Salah satu upaya untuk mengatasi akses pangan melalui
pengembangan akses pangan tingkat rumah tangga, mengingat
bahwa permasalahan utama akses pangan adalah aspek ekonomi
dimana daya beli masyarakat terhadap pangan masih rendah.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur melaksanakan kegiatan Pengembangan
Akses Pangan di Tingkat Rumah Tangga untuk menangani akses
pangan yang rendah dengan melibatkan masyarakat secara aktif.
Disamping itu diperlukan upaya terpadu instansi terkait
berupa penguatan modal usaha secara berkelompok, dukungan
infrastruktur ekonomi yang tangguh dan memihak kepada
kepentingan masyarakat, serta pendampingan dan bimbingan guna
mendorong usaha perbaikan kedepan.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 76
Dari hasil analisis dan pemetaan akses pangan di Jawa
Timur, terdapat 3 kabupaten yang dikatagorikan Prioritas 1 yaitu
Kabupaten Sampang, Prioritas 2 Kabupaten Bangkalan dan Prioritas
3 Kabupaten Pamekasan, Proboliggo, Bondowoso, Sumenep dan
Lamongan.
Dalam rangka peningkatan akses pangan masyarakat Tahun
2014 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, dilaksanakan
melalui kegiatan Peningkatan Akses Pangan Masyarakat di 17 Desa
dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Penyaluran hibah barang komoditas pangan 17 Paket.
2. Temu teknis kelompok akses pangan
3. Workshop dan Pelatihanan Peningkatan akses pangan
masyarakat.
3.2.3. KONSUMSI PANGAN
TUJUAN 1 Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan,
Distribusi, Konsumsi Pangan berbasis sumberdaya lokal.
SASARAN 3 Meningkatkan Kualitas Konsumsi & Keamanan Pangan
INDIKATOR
KINERJA
Target Realisasi Capaia
n
%
2014 2010 2011 2012 2013 2014
Skor Pola
Pangan
Harapan
(PPH)
82,0 76,80 79,30 80,00 80,50 81,60 99,51
% Jumlah
Sample yang
aman
dikonsumsi
75 % 87,30 97,50 82,60 82,61 83,21 110,95
Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 1 (satu) indikator
kinerja yaitu kualitas dan kuantitas konsumsi pangan semakin beragam,
bergizi seimbang dan amanyang ditunjukkan dengan peningkatan SKOR PPH.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 77
FAO-RAPA mendefinisikan PPH sebagai komposisi kelompok pangan utama
yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.
Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan
atas proporsi keseimbangangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk
memenuhi gizi baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan
segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama.Upaya
pencapaian Skor PPH didukung oleh 6 (enam) program yaitu : Program
Peningkatan Kesejahteraan Petani; Program Peningkatan Ketahanan Pangan;
Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan
Peternakan; Program Pengembangan Kawasan Agropolitan; Program
Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan/Peternakan.
Tingkat konsumsi dan kualitas pangan tahun 2014 ditunjukkan oleh
keragaman konsumsi pangan penduduk yang dianalisis melalui pendekatan
perhitungan Pola Pangan Harapan (Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman),
yang dicerminkan dengan nilai skor PPH. Skor PPH ideal adalah 100 yang
diproyeksikan akan tercapai pada Tahun 2025.
Skor PPH Jawa Timur Tahun 2013 mencapai 80,5 atau 99,2% dari
target yang telah ditetapkan pada Tahun 2013 sebesar 81,1 dan mengalami
peningkatan dibandingkan Tahun 2012 sebesar 80. Namun demikian apabila
perhitungan dilakukan secara perwilayahan maka untuk Skor PPH wilayah
perkotaan Tahun 2013 sebesar 84,6 atau mencapai 104,3% sedangkan untuk
wilayah perdesaan skor PPH adalah 76,3 atau 94% dari target yang telah
ditetapkan pada tahun 2013 sebesar 81,1.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat diperkotaan telah semakin
memahami dan mempunyai kesadaran akan pentingnya kualitas konsumsi
pangan untuk hidup sehat sedangkan masyarakat perdesaan masih harus
didorong melalui sosialisasi, promosi dan kegiatan lainnya yang dapat
memberi wawasan dan pengetahuan untuk mengkonsumsi pangan sesuai
anjuran untuk hidup sehat sesuai slogan Panganku Beragam, Bergizi
Seimbang dan Aman (B2SA). Disamping itu kondisi ekonomi masyarakat
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 78
perkotaan dan perdesaan juga mempengaruhi dalam menentukan konsumsi
pangan yang B2SA.
Tabel ..... Skor PPH Jawa Timur Tahun 2013.
No. Uraian Tahun 2013
Skor PPH % tase dr Target
1. Perkotaan 84,6 104,3% 2. Pedesaan 76,3 94% 3. Jawa Timur 80,5 99,2%
Sumber: Susenas 2012Jawa Timur, diolah BKP Prov.Jatim, 2014. Ket : Target Skor PPH Thn 2013 = 81,1 Tabel 5. Standar Ideal PPH Nasional
No Kelompok Pangan
PPH Nas.
Konsumsi Energi KKal
Konsumsi gr/kap/hr
Bobot Skor PPH
1. Padi-padian 50.0 1000 275 0.5 25.0 2. Umbi-umbian 6.0 120 100 0.5 2.5 3. Pangan Hewani 12.0 240 150 2.0 24.0 4. Lemak &
Minyak 10.0 200 20 0.5 5.0
5. Buah/Biji Brminyak
3.0 60 10 0.5 1.0
6. Kacang2an 5.0 100 35 2.0 10.0 7. Gula 5.0 100 30 0.5 2.0 8. Sayur dan Buah 6.0 120 250 5.0 30.0 9. Lainnya 3.0 60 - 0.0 0.0
Jumlah 100 2000 100
Sumber : Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan BKP Deptan, 2005
Tabel 6a. Rata-rata Konsumsi Pangan Tingkat Rumah Tangga Penduduk Jawa Timur Tahun 2012 dan 2013 (perkapita perhari).
No Kelompok Pangan
Tahun 2012 Tahun 2013
Gr/kap/hr
Energi (KKal)
% AKE
Gr/kap/hr
Energi (KKal)
% AKE
1. Padi-padian 280,0 1121 56,1 283,6 1115,6 55,8 2. Umbi-umbian 41,0 45 2,2 38,9 42,7 2,1 3. Pangan Hwni 80,3 133 6,7 85,0 149,3 7,5 4. Lemak& Miny 23,8 213 10,7 23,7 213,2 10,7 5. Buah/biji miny 6,9 38 1,9 8,0 44,2 2,2 6. Kacang2an 24,9 68 3,4 32,4 82,7 4,1 7. Gula 22,2 80 4,0 27,2 99,1 5,0
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 79
8. Sayur & Buah 266,4 103 5,2 228,2 91,0 4,6 9. Lainnya 104,4 45 2,3 57,8 38,1 1,9
Jumlah - 1847 92,4 - 1876 93,8
Tabel 6b. Rata-rata Konsumsi Pangan Tingkat Rumah Tangga Penduduk
Jawa Timur Tahun 2013 (perkapita perhari).
No Kelompok Pangan
Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan
Gr/kap/hr
Energi (KKal)
% AKE
Gr/kap/hr
Energi (KKal)
% AKE
1. Padi-padian 269.4 1070,4 53.5 296.5 1156,6 57.8 2. Umbi-umbian 29.1 31,6 1.6 37.5 41,3 2,1 3. Pangan Hwni 95,6 177,0 8.9 74,7 123,1 6.2
4. Lemak& Miny 24.3 218,2 10,9 23.2 208,6 10.4 5. Buah/biji miny 6.9 38,3 1,9 9.0 49,6 2.5 6. Kacang2an 33.2 84,1 4.2 31.6 81,4 4.1 7. Gula 27.4 100,0 5.0 27.0 98,5 4,9 8. Sayur & Buah 241.5 97,0 4,8 216.1 85,6 4.3 9. Lainnya 63.7 38,4 1.9 52.4 37,9 1.9
Jumlah - 1854,8 92,7 - 1882,5 94,1
Sumber : Susenas 2013 Jawa Timur, diolah BKP Prop.Jatim, 2014. Ket : Angka Kecukupan Energi (AKE) =2000 KKal/Kap/Hari
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan
penduduk di wilayah perkotaan dan perdesaan terdapat perbedaan pada
beberapa kelompok pangan terutama : padi-padian, umbi-umbian, pangan
hewani serta sayur dan buah. Apabila ditelaah lebih lanjut, maka dari segi
komposisi (keragaman) tampak untuk perkotaan, rata-rata konsumsi
kelompok padi-padian sebesar 269,4 gram/kap/hrberarti lebih rendah dari
standar ideal PPH sebesar 275 gram/kap/hr atau mencapai 97,96%
sedangkan diperdesaan sebesar 296,5 gram/kap/hr atau 107,8% dari
konsumsi standar PPH ideal sebesar 275 gram/kap/hari.
Rata-rata konsumsi kelompok umbi-umbian diwilayah perkotaan
sebesar 29,1 gram/kap/hr atau 29,1%, sedangkan diperdesaan sebesar 37,5
gram/kap/hr atau 37,5% dari konsumsi ideal yang dianjurkan sesuai
komposisi PPH yaitu sebesar 100 gram/kap/hr. Hal ini mengindikasikan
bahwa umbi-umbian masih dianggap sebagai komoditas inferior baik
diperkotaan maupun diperdesaan, sehingga sangat diperlukan upaya-upaya
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 80
meningkatkan keberadaan umbi-umbian mulai dari budidaya sampai dengan
teknologi pengolahannya agar persediaannya cukup dan tampilannya
menarik sehingga diminati dan disukai sebagai alternatif konsumsi pangan
yang mempunyai nilai sejajar dengan komoditas padi-padian.
Rata-rata konsumsi kelompok pangan hewani diwilayah perkotaan
sebesar 95,6 gram/kap/hr atau 63,7%, sedangkan diperdesaan sebesar 74,7
gram/kap/hr atau 49,8% dari konsumsi ideal yang dianjurkan untuk
kelompok pangan hewani sebesar 150 gram/kap/hari. Hal ini
mencerminkan bahwa konsumsi pangan penduduk baik diperkotaan maupun
diperdesaan masih berada jauh dibawah konsumsi ideal yang dianjurkan
sehingga perlu untuk ditingkatkan.
Rata-rata konsumsi kelompok pangan minyak dan lemak diwilayah
perkotaan sebesar 24,3 gram/kap/hr atau 121,5% sedangkan diperdesaan
sebesar 23,2 gram/kap/hr atau 116% dari anjuran PPH ideal sebesar 20
gram/kap/hr.
Rata-rata konsumsi kelompok pangan buah/biji berminyak diwilayah
perkotaan sebesar 6,9 gram/kap/hr atau 69%, sedangkan diperdesaan
sebesar 9,0 gram/kap/hr atau 90% dari standar konsumsi ideal yang
dianjurkan untuk kelompok buah/biji berminyak sebesar 10 gram/kap/hr.
Rata-rata konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan diwilayah
perkotaan sebesar 33,2 gram/kap/hr atau 94,86% sedangkan diperdesaan
sebesar 31,6 gram/kap/hr atau 90,29% dari konsumsi ideal yang dianjurkan
untuk kelompok kacang-kacangan sebesar 35 gram/kap/hr.
Rata-rata konsumsi kelompok pangan gula diwilayah perkotaan
sebesar 27,4 gram/kap/hr atau 91,33%, sedangkan diperdesaan sebesar 27,0
gram/kap/hr atau 90% dari konsumsi ideal yang dianjurkan untuk
kelompok gula sebesar 30 gram/kap/hr.
Rata-rata konsumsi kelompok pangan sayur dan buah diwilayah
perkotaan sebesar 241,5 gram/kap/hr atau 96,6%, sedangkan diperdesaan
sebesar 216,1 gram/kap/hr atau 86,44% dari konsumsi ideal yang
dianjurkan untuk kelompok sayur dan buah sebesar 250 gram/kap/hr.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 81
Rata-rata jumlah konsumsi jenis bahan pangan per kapita per tahun
yang diuraikan dari kelompok bahan pangan dengan pendekatan PPH untuk
Tahun 2013 adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Uraian Rata-Rata Jenis Konsumsi Pangan Penduduk Jawa Timur Tahun 2013 berdasarkan pendekatan PPH
No. Kelompok Pangan Konsumsi (Kg/Kap/Tahun) 2013
1. Padi-padian 103,52 a. Beras 89,38 b. Jagung 4,24
c. Terigu 9,89 2. Umbi-umbian 14,19 a. Ubi kayu 9,25 b. Ubi Jalar
c. Sagu 3,04 0,98
d. Kentang 0,80 e. Umbi lainnya 0,12 3. Pangan Hewani 31,02 a. Daging ruminantia 1,88 b. Daging unggas 4,72 c. Telur 8,33 d. Susu 1,88 e. Ikan 14,21 4. Minyak & Lemak
a. Minyak kelapa b. Minyak Lainnya c. Margarine
8,65 0,74 7,79 0,12
5. Buah/Biji minyak a. Kelapa b. Kemiri
2,94 2,49 0,45
6. Kacang-kacangan 11,83 a. Kedele 11,20 b. Kacang tanah 0,38 c. Kacang hijau 0,19 d. kacang lainnya 0,06
7. Gula 9,93
a. Gula pasir 9,79 b. Gula merah 0,14 8. Sayur dan Buah 83,29 a. sayur 58,21 b. Buah 25,08
Sumber :Susenas 2013 Jawa Timur, diolah BKP Prov.Jatim, 2014.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 82
a. Kelompok padi-padian
terdiri dari : beras, jagung dan terigu dengan jumlah konsumsi untuk
kelompok padi-padian adalah sebesar 103,51 Kg/Kap/Tahun.Secara
terinci urutan yang dikonsumsi penduduk adalah : beras (beras lokal,
pangan olahan tepung beras, dll)sebesar 89,38 Kg/Kap/Tahun, disusul
tepung terigu sebesar 9,89 Kg/Kap/Tahun dan jagung sebesar 4,24
Kg/Kap/Tahun. Konsumsi Kelompok Padi-padian masih didominasi oleh
beras sehingga untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu bahan
pangan pokok maka Jawa Timur mempunyai target penurunan konsumsi
beras sebesar 1,5% per tahun dengan mendorong peningkatan
penganekaragaman konsumsi pangan lokal sumber karbohidrat lainnya
seperti jagung dan umbi-umbian.
b. Kelompok umbi-umbian terdiri dari : ubi kayu, ubi jalar, sagu, kentang
dan umbi lainnya dengan jumlah konsumsi kelompok umbi-umbian adalah
sebesar 14,19 Kg/Kap/Tahun. Pada kelompok ini jenis umbi-umbian ubi
kayu/singkong menempati urutan teratas yang dikonsumsi yaitu sebesar
9,15 Kg/Kap/Tahun, disusul ubi jalar, sagu, umbi lainnya dan kentang.
Secara umum konsumsi umbi-umbian masih sangat rendah yaitu baru
sebesar 38,9% dari standar PPH ideal yang diharapkan. Oleh karena itu
umbi-umbian sangat penting untuk dibudidayakan secara berkelanjutan
dan dimasyarakatkan, mengingat umbi-umbian adalah pangan lokal yang
mempunyai potensi cukup besar sebagai substitusi bahan pangan pokok
sumber karbohidrat selain beras.
c. Kelompok Pangan Hewaniterdiri dari : daging ruminantia, daging unggas,
telur, susu dan ikan dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok
pangan hewani adalah sebesar 31,02 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan
yang dikonsumsi masyarakat adalah : telur sebesar 8,33 Kg/Kap/Tahun,
daging unggas sebesar 4,72 Kg/Kap/Tahun, ikan sebesar 14,21
Kg/Kap/Tahun dan daging ruminantia sebesar 1,88 Kg/Kap/Tahun.
Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok pangan hewani masih
sebesar 56,6% dari standar PPH ideal.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 83
d. Kelompok Minyak dan lemak terdiri dari : minyak kelapa, minyak
lainnya dan margarin dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok
minyak dan lemak adalah sebesar 8,65 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci
urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : minyak lainnya sebesar 7,79
Kg/Kap/Tahun, minyak kelapa sebesar 0,74 Kg/Kap/Tahun dan margarin
sebesar 0,12 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi
kelompok minyak dan lemak mencapai 118,5% atau melebihi standar PPH
ideal.
e. Kelompok Buah/Biji Berminyak terdiri dari : kelapa dan kemiri dengan
total jumlah konsumsi untuk kelompok buah/biji berminyak adalah
sebesar 2,94 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi
masyarakat adalah : kelapa sebesar 2,49 Kg/Kap/Tahun dan kemiri
sebesar 0,45 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi
kelompok buah/biji berminyak sebesar 80% dari standar PPH ideal.
f. Kelompok Kacang-kacangan terdiri dari : kedele, kacang tanah, kacang
hijau dan kacang lainnya dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok
kacang-kacangan adalah sebesar 11,83Kg/Kap/Tahun.Secara terinci
urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah : kedele sebesar 11,20
Kg/Kap/Tahun, kacang tanah sebesar 0,38 Kg/Kap/Tahun, kacang hijau
sebesar 0,19 Kg/Kap/Tahun dan kacang lainnya sebesar 0,06
Kg/Kap/Tahun.. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok
kacang-kacangan mencapai 92,57% atau hampir mendekati standar PPH
ideal.
g. Kelompok Gula terdiri dari : gula pasir dan gula merah dengan total
jumlah konsumsi untuk kelompok gula adalah sebesar 9,93
Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi masyarakat adalah
: gula pasir sebesar 9,79 Kg/Kap/Tahun dan gula merah sebesar 0,14
Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata konsumsi kelompok gula
mencapai 90,66% dari standar PPH ideal.
h. Kelompok Sayur dan Buah terdiri dari : sayuran dan buah-buahan
dengan total jumlah konsumsi untuk kelompok sayur dan buah adalah
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 84
sebesar 83,29 Kg/Kap/Tahun.Secara terinci urutan yang dikonsumsi
masyarakat adalah : sayuran sebesar 58,21 Kg/Kap/Tahun dan buah-
buahan sebesar 25,08 Kg/Kap/Tahun. Secara umum untuk rata-rata
konsumsi kelompok sayur dan buah sebesar 91,28% dari standar PPH
ideal.
Kualitas Konsumsi Pangan berbasis Pola Pangan Harapan (PPH)
TUJUAN SASARAN INDIKATOR
KINERJA
SATUAN
TARGET
REALS
CAPIAN %
1. Memantapkan dan Mengembangkan Ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi berbasis sumberdayalokal
3. Meningkatkan Kualitas Konsumsi & Keamanan Pangan
- Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Skor
82,0
81.6
99,51
Capaian skor PPH Tahun 2014 sebesar 81,6 terjadi peningkatan
dibanding tahun sebelumnya namun masih dibawah target yang ditetapkan.
Hal ini disebabkan penurunan konsumsi padi-padian tidak diimbangi dengan
adanya kenaikan konsumsi dari kelompok pangan hewani, kacang-kacangan,
sayur dan buah-buahan.
Tabel 5. Skor PPH Nasional dan Provinsi Jawa Timur Th. 2014.
No Kelompok
Pangan
Skor PPH Nasional Skor PPH Prov. Jatim
Kalori
% Skor PPH
Kalori
% AKE
Skor AKE
Skor Max
Skor PPH
1 Padi-padian 1.167
58,4
25 1.107
55,3
28 25,0 25,0
2 Umbi-umbian 40 2 1 47 2,4 1,2 2,5 1,2
3 Pangan Hewani 165 8,2 16,5 157 7,8 15,7 24,0 15,7
4 Minyak dan lemak 212 10,
6 5 213
10,7
5,3 5,0 5,0
5 Buah/biji 30 1,5 0,7 44 2,2 1,1 1,0 1,0
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 85
berminyak
6 Kacang-kacangan 54 2,7 5,4 83 4,2 8,3 10,0 8,3
7 Gula 70 3,5 1,8 99 5,0 2,5 2,5 2,5
8 Sayur dan buah 80 4 20 92 4,6 22,9 30,0 22,9
9 Lain-lain 35 1,7 0 38 1,9 0 0,0 0,0
1.85
3 92,
6 75,4
1.881
94,1
84,7 100,
0 81,6
Dalam rangka Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan telah ada
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Berbasis Sumberdaya Lokal. Langkah operasional perlu dilakukan terus
menerus dan berkelanjutan melalui proses internalisasi dan pengembangan
industri pangan lokal meliputi kegiatan Advokasi, Kampanye, Promosi,
Pendidikan non Formal, Penyuluhan, Pemanfaatan Pekarangan, Fasilitasi,
Penerapan standart Mutu dengan sasaran anak-anak usia sekolah, TP-PKK,
Pengusaha pangan, Kelompoktani, Kelompok Wanita, Guru dan Masyarakat
luas.
Tabel 6 :Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Tahun 2009-2014.
No. Kelompok Konsumsi Energi (Kkal/Kap/Hr)
Bahan Pangan 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Padian-padian 1.159,3 1.141,0 1.103,7 1.121,4 1.115,6 1.106,8
2. Umbi-Umbian 45,1 42,6 87,0 44,9 42,7 47,3
3. Pangan Hewani 119,3 124,7 155,4 133,2 149,3 156,9
4. Minyak dan Lemak
185,2 195,5 197,6 213,1 213,2 213,4
5. Buah/Biji Berminyak
42,9 40,9 39,2 37,5 44,2 44,2
6. Kacang -Kacangan
85,4 84,0 81,1 67,8 82,7 83,2
7. Gula 93,8 90,5 89,6 80,1 99,1 99,2
8. Sayuran dan Buah
84,9 83,0 82,5 103,4 91,0 91,8
9. Lain-Lain 40,9 42,0 42,0 45,4 38,1 38,2
Total 1.856,7 1.844,1 1.878,4 1.846,9 1.875,9 1.881,1
Skor PPH 75,7 76,9 79,6 80,0 80,5 81,60
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 86
Dalam rangka mendukung pencapaian skor Pola Pangan Harapan tersebut
dilaksanakan program/kegiatan meliputi :
1. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).
Mengingat tingginya laju pertumbuhan penduduk Jawa Timur
(0,76%), menyebabkan kompleksnya permasalahan dalam pemenuhan
kebutuhan pangan. Sementara kapasitas produksi pangan
pertumbuhannya masih lambat dan stagnan yang disebabkan adanya
kompetisi dalam pemanfaatan sumber daya lahan dan air serta
stagnannya pertumbuhan produktifitas lahan dan tenaga kerja pertanian.
Program Percepatan Penganekaragaman Pangan kegiatan
Pengembangan pangan lokal dan tradisional merupakan salah satu
intervensi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan alternatif
masyarakat Jawa Timur, mengingat konsumsi pangan penduduk Jawa
Timur masih didominasi oleh kelompok pangan serealia terutama beras
yang diharapkan dapat menurunkan konsumsi beras masyarakat Jawa
Timur dan beralih ke umbi-umbian, mengingat potensi umbi-umbian di
Jawa Timur cukup banyak dan tersebar di berbagai kabupaten/kota.
Sedangkan konsumsi jagung, ubi kayu, ubi jalar dan umbi lainnya
cenderung mengalami fluktuasi. Upaya untuk meningkatkan konsumsi
umbi-umbian dengan penggunaan teknologi tepat guna dan
mensosialisasikan program diversifikasi pangan dan gizi guna masyarakat
tidak bergantung pada beras dan terigu, serta untuk meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap produk pangan olahanguna
menumbuhkan minat dan kecintaan untuk mengkosumsi pangan lokal.
Senyampang dengan kondisi diatas, maka dalam rangka untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan ketrampilan
masyarakat dalam pengembangan pola konsumsi pangan yang beragam,
bergizi, berimbang dan aman ( B2SA) yang berbasis sumberdaya lokal,
serta menurunkan tingkat konsumsi beras penduduk dengan sasaran
seluruh masyarakat Jawa Timur,maka telah dilaksanakan beberapa
kegiatan sebagai berikut :
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 87
a. Sosialisasi Kantin Sekolah Sehat berbasis pangan lokal se Jawa
Timur, Guna meningkatkan pemahaman pentingnya berbagai jenis
makanan jajanan yang terbuat dari bahan pangan lokal dan
tradisional yang bebas dari bahan tambahan pangan yang
membahayakan jika dikonsumsi, disamping menambah
pengetahuan/wawasan dan memberikan pembekalan peserta dalam
mengelola bantuan hibah yang berupa peralatan dan bahan pangan
untuk kantin sekolah. Adapun sasarannnya adalah Kepala Sekolah,
Guru , Pengelola kantin sekolah dan petugas Institusi Ketahanan
Pangan di 15 Kabupaten sebanyak 78 orang. Realisasi fisik tercapai
100%.
b. Sosialisasi konsumsi pangan B2SA bagi Guru se Jawa Timur.
Untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan konsumsi pangan
yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis sumber
daya lokal, kepada para pelaku pendidikan/perguruan dan petugas
Ketahanan Pangan Kabupaten/kota di 38 kabupten/Kota se Jawa
Timur sebanyak 131 orang. Realisasi pelaksanaan sosialisasi
tercapai 100%.
c. Pemasyarakatan Teknologi MP-ASI, BUMIL dan BUSUI .
Penyebarluasan penganekaragaman konsumsi pangan pada
masyarakat, yang Beragam Bergizi Seimbang Dan Aman (B2SA)
berbasis pangan lokal dan mempersiapkan peserta sebagai calon
penerima stimulan berupa Bantuan Hibah Peralatan dan Bahan
Pangan Lokal bagi MP-ASI, BUMIL dan BUSUI.Keluarannya adalah
tersalurnya bantuan hibah peralatan bagi Taman Posyandu sesuai
dengan sasaran, sebanyak 75 orang terdiri dari Ketua/Kader
Posyandu sebanyak 60 orang dan petugas Ketahanan Pangan
Kab/Kota 15 orang. Realisasi fisik mencapai 100%.
d. Pertemuan Apresiasi Pengembangan Karangkitri dalam rangka
penyamaan persepsi tentang kegiatan Karangkitri pada 20
kabupaten/kota di Jawa Timur , sebanyak 50 orang, yang
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 88
dilaksanakan tanggal 20 s/d 21 Oktober 2014 bertempat di Hotel
Royal Tretes View - Prigen kabupaten Pasuruan. Keluaran yang
diharapkan dari pelaksanaan Pertemuan Apresiasi Pengembangan
Karangkitri Tahun 2014 adalah kesamaan persepsi mengenai
pelaksanaan kegiatan Pengembangan karangkitri tahun 2014 di
kabupaten dan kota. Realisasi fisik mencapai 100%.
e. Pelaksanaan Pekan Sarapan Nasional untuk memasyarakatkan B2SA
serta konsumsi pangan yang memenuhi standart mutu dan
keamanan pangan.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal14-20 Pebruari sebagai
Pekan Sarapan Nasional (PESAN) dengan tujuan mulia untuk
selalu mengingatkan dan mendorong masyarakat agar melakukan
kebiasaan sarapan sehat setiap hari sebagai bagian dari upaya
mewujudkan gizi seimbang. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur melalui Bidang
Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan dengan dana APBD Tahun
2014 telah menyelenggarakan kegiatan Pekan Sarapan Naional pada
Sekolah Dasar di Kabupaten Sidoarjo dan Kota Surabaya. Dengan
Sasaran siswa siswi SDN sebanyak 550 anak, dan terealisasi 100%.
f. Pengembangan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dan Pemberian
Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) berbasis sumberdaya
lokal untuk Balita gizi kurang. Terealisasi 100%.
g. Pemberian Hibah kepada Taman Posyandu @ Rp. 40 Juta/Kab di 38
Kabupaten/Kota sebesar Rp. 1.520.000.000,-, hibah berupa Bantuan
Peralatan berupa Statur Meter, Alat Peraga, Kompor gas, Regulator
Tabung, Blender dan mangkok dan Bahan Pangan berupa Gula
pasir,Kacang Hijau, Susu Kental Manis, Tepung Beras Merah,
Mentega, Tepung Maizena dan Agar-Agar bagi Taman Posyandu
sebanyak 190 kelompok, terealisasi 187 kelompok, dan 3 kelompok
mengundurkan diri yaitu 2 kelompok Taman Posyandu Jember dan 1
kelompok Taman Posyandu Kota Surabaya.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 89
h. Pemberian Hibah kepada Kantin Sekolah Sehat, kegiatan hibah
berupa bantuan peralatan dan bahan pangan bagi Kantin Sekolah
sehat berbasis pangan lokal di 15 Kabupaten, yaitu : Tulungagung,
Sidoarjo, Ngawi, Magetan, Sampang, Kediri, Situbondo, Probolinggo,
Ponorogo, Madiun, Nganjuk, Tuban, Gresik, Pamekasan dan
Lumajang, di 15 Kantin sebesar Rp. 825.000.000,- masing-masing 1
kantin mendapatkan bantuan sebesar Rp. 45.000.000,- s/d Rp.
60.000.000,-. Bantuan Hibah peralatan berbentuk Lemari es, kompor
gas, regulator, tabung, etalase, blender, macig com, mangkok, sendok,
sedangkan bahan pangan berupa Beras Cerdas, gatot instant, tiwul
instant, tepung maizena, tepung mocav, agar-agar, kacang hijau,
kedele, tepung tapioka. Realisasi fisik 100%.
i. Pemberian Hibah dalam rangka Pengembangan Karangkitri, dengan
nilai bantuan sebesar Rp. 4.150.000.000,- @ 50 Juta Rupiah yang
diarahkan ke 83 dasawisma Desa di 20 Kab/Kota, berbentuk Saprodi
berupa : Kebun Bibit Desa/Green house, pompa air dan
kelengkapannya, pupuk kandang, pupuk organik, pupuk NPK,
polybag, pipa paralon dan selang air. Bantuan hibah berbentuk
benih/bibit sayuran dan buah, dan tanaman toga berupa binahong
hijau, brotowali, daun, encok, daun dewa, , dll
2. Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional.
Dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor: 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekargaman
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, Peraturan Menteri Pertanian No :
43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, yang
selanjutnya ditindaklanjuti dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur
Nomeor : 71 tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Percepatan
Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, maka kita
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 90
harus melaksanakan percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP) di Jawa Timur, maka melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi
dan berbagai Instansi terkait, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Timur mengembangkan bahan pangan pokok non beras sumber
Karbohidrat yang di sandingkan dengan nasi dan berbahan baku lokal,
dan juga perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui
penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok
selain beras yang diimbangi dengan konsumsi pangan hewani serta sayur
dan buah. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi setiap saat. Oleh karena itu, Program Ketahanan Pangan
merupakan suatu sasaran prioritas utama nasional dibidang pertanian
dan pangan. Penyediaan pangan yang cukup dengan kualitas gizi yang
baik dan seimbang akan meningkatkan kualitas fisik dan kualitas fikir
atau kecerdasan yang merupakan unsur kualitas manusia yang tangguh.
Hasil pertanian termasuk bahan pangan lokal seperti jagung, ubi
kayu, ubi jalar, suweg, bentul, ganyong dan sebagainya mempunyai sifat
cepat membusuk. Untuk menjaga agar pada musim panen raya hasil
panen tidak cepat membusuk dan harga tetap setabil, maka perlu
dilakukan penanganan pasca panen yang tepat, dengan teknik
pengolahan pangan yang sangat beragam misalnya perebusan,
pengukusan, pemanasan, fermentasi, pembuatan tepung, dan sebagainya
tergantung dari tujuan akhir yang diinginkan sehingga dapat dibuat
berbagai macam penganekaragaman pangan.
Penganekaragaman pangan adalah usaha untuk menyediakan
berbagai ragam produk pangan baik dalam jenis maupun bentuk. Dilain
sisi, makanan tradisional yang menjadi ciri khas suatu daerah harus
diperhatikan dan ditingkatkan mutunya dengan peningkatan pengemasan
dan penyajiannya agar dapat bersaing dengan makan impor. Maka dari
itu, pada Tahun 2014 Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 91
melaksanakan kegiatan Workshop Pengembangan Jaringan Usaha
Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal.
Tujuan
Meperluas jaringan para pengusaha pangan olahan berbahan baku lokal
sehingga dapat memperlancar usaha mulai dari Penyedian bahan baku,
proses produksi, kerja sama antar produsen sampai dengan jaringan
pemasaran.
Sasaran
Pengusahapangan olahan berbahan baku lokal yang ada di 19
Kabupaten/Kota, di Jawa Timur.
Keluaran
1. Berkembangnya jaringan usaha pada 73 kelompok usaha pangan
olahan di Jawa Timur.
2. Meningkatnya kelancaran proses produksi dan pemasaran produk
pangan olahan.
Pagu anggaran Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan
Tradisionalsebesar Rp. 1.500.000.000,- dan terealisasi sebesar Rp.
1.447.568.225,- atau 96,50%.
Penurunan konsumsi beras merupakan salah satu prioritas dalam
pembangunan ketahanan pangan. Dengan adanya Program Percepatan
Penganekaragaman Pangan, kita dapat menurunkan konsumsi beras
masyarakat Jawa Timur dan beralih ke umbi-umbian. Mengingat potensi
umbi-umbian di Jawa Timur cukup banyak dan tersebar di berbagai
kabupaten/kota.
Pada tahun 2014 konsumsi beras mengalami penurunan 1,5 kg/kap/th
atau sebesar 89,0 kg/kap/th dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar
89,38 kg/kap/th, dan dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 90,5
kg/kap/th sedangkan konsumsi jagung, ubi kayu, ubi jalar dan umbi
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 92
lainnya cenderung mengalami peningkatan (Data diolah oleh BKP Jatim),
seperti pada tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1 : Perubahan konsumsi kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian di Jawa Timur tahun 2011-2014.
P
e
nyebab menurunnya konsumsi beras disebabkan adanya upaya-upaya
untuk meningkatkan konsumsi umbi-umbian dengan penggunaan
teknologi tepat guna dan mensosialisasikan program diversifikasi pangan
dan gizi sehingga masyarakat tidak bergantung pada jenis pangan pokok
beras dan terigu. Dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat
terutama untuk pengusaha pangan olahan (UMKM) pangan lokal, guna
menumbuhkan minat dan kecintaan masyarakat untuk mengkosumsi
pangan lokal dilakukan berbagai kegiatan yaitu :
Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional telah
disalurkan bantuan Hibah alat pengolahan pangan olahan sebanyak 60
paket dengan nilai per paket sebesar Rp. 6.000.000,-, dengan total Rp.
360.000.000,- setelah PAK ada perubahan 33 paket dengan nilai Rp.
10.000.000,-/paket, menjadi Rp. 330.000.000.- secara keseluruhan
anggaran menjadi Rp. 690.000.000,- untuk sasaran 93 Kelompok.
Realisasi pelaksanaan bantuan hibah berupa mesin penepung, perajang
ubi, mesin pemarut dan continuous sealer, telah di salurkan ke 33
Kelompok Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan tradisional, di 11
Kabupaten yaitu Kabupaten Probolinggo, Lamongan, Sumenep,
Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Ngawi, Jombang, Tuban, Bojonegoro
dan Pasuruan masing-masing kelompok mendapatkan 1 paket, senilai
No. Kelompok/Komoditas 2012 2013 2014
1 Padi-padian
- Beras 90,5 89,38 89,0
- Jagung 3,6 4,22 4,24
2 Umbi-umbian
- Ubi kayu 8,32 8,42 10,89
- Ubi Jalar 1,2 1,54 1,89
- Sagu 0,0 0,98 1,27
- Kentang 0,03 0,03 0,04
- Umbi lainnya 0,10 0,12 0,16
Sumber : Data Olahan BKP Jawa Timur.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 93
Rp. 9.900.000,-, total bantuan hibah sebesar Rp. 326.700.000,- atau
terealisasi 99 %. Dan fisik 100%, sebagaimana tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Daftar penerima bantuan hibah alat Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional Badan Ketahanan Pangan Tahun 2014.
NO NAMA KELOMPOK
KETUA KELOMPOK ALAMAT
NAMA ALAT JUMLAH NILAI/Rp.
1 2 3 4 5 6 7
PENGEMBANGAN USAHA PANGAN LOKAL DANTRADISIONAL
1 KT. SUMBER MAKMUR I
SYAFI'I
Ds. Wedusan, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo
Mesin Penepung
1 paket
9.900.000
2. KT. SEJAHTERA I JARWONO
Ds. Pesawahan, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo
Mesin Penepung
1 paket
9.900.000
3. KT. SUKA MAJU SUJONO ARDI
Ds. Andungsari, Kec. Tiris, Kab. Probolinggo
Mesin Penepung
1 paket
9.900.000
4. KELOMPOK SUBUR ALAMI
MUASEH
Ds. Klagen Srampat, Kec. Maduran, Kabupaten Lamongan
Mesin Penepung
1 paket
9.900.000
5. KELOMPOK MADU ASRI
UMIYATI
Ds. Maduran, Kec. Maduran, Kab. Lamongan
Mesin Penepung
1 paket
9.900.000
6. KEL. SUMBER MANDIRI
SENIOK ISWATI
Ds. Sukomalo, Kec. Kedungpring, Kabupaten Lamongan
Mesin Penepung
1 paket
9.900.000
7. KWT. IDAMAN HATI
SITI AMSARIYAH
Ds. Kalimo'ok, Kec. Kalianget, Kab. Sumenep
Perajang Ubi
1 paket
9.900.000
8. KEL. PASCA KARYA I
RISNO HAJAR
Ds. Lanjuk, Kec. Manding, Kab. Sumenep
Perajang Ubi
1 paket
9.900.000
9. KT. TUNAS MUDA SUPARMIN
Ds. Gedungan, Kec. Batuan, Kab. Sumenep
Perajang Ubi
1 paket
9.900.000
10. KOP. SELERA RASA
HANAWI
Ds. Palengaan Laok, Kec. Palengaan, Kab.
Perajang Ubi
1 paket
9.900.000
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 94
Pamekasan
11. KELOMPOK HAL HAF
ALI RIDO
Desa Bendungan, Kec. Pakong, Kab.Pamekasan
Contonuous Sealer
1 paket
9.900.000
12. KEL. TERANG BULANG
NASRIFAH
Ds. Waru Barat, Kec. Waru, Kab. Pamekasan
Contonuous Sealer
1 paket
9.900.000
13. KT. KARYA BAKTI ARISTIKA
JULI ASTUTI
Ds. Dumplengan, Kecamatan
Pitu, Kab. Ngawi
Mesin
Penepung 1 paket
9.900.000
14. KT. NGUDI RAHAYU II
SUPARNA
Ds. Kandangan, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi
Mesin Penepung
1 paket
9.900.000
15. KWT. SRI REJEKI SUN JUNIATUN
Ds. Jururejo, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi
Mesin Penepung
1 paket
9.900.000
16. KTW. RUMPUT LAUT
Hj. RAHMAH
DS. Sepulu, Kec. Sepulu, Kab. Bangkalan
Perajang Ubi
1 paket
9.900.000
17. KU. POTRE TANE SULEHA
Ds. Langkap, Kec. Burneh, Kab. Bangkalan
Contonuous Sealer
1 paket
9.900.000
18. KWT. KENANGA MESNA
Ds. Keleyan, Kec. Socah, Kab. Bangkalan
Perajang Ubi
1 paket
9.900.000
19. KEL. MEKAR SARI WAHYU SULISTINI
Ds. Sengon, Kec.Ngambon, Kab. Bojonegoro
Mesin Pemarut
1 paket
9.900.000
20. KUOM. BANGKIT BERSAMA
SISWANTO
Ds. Kanten, Kec. Trucuk, Kab. Bojonegoro
Perajang Ubi
1 Paket
9.900.000
21. KT. AMONG TANI I SUKARYANT
O
Ds. Sumbang Timun, Kec.
Trucuk, Kab. Bojonegoro
Perajang
Ubi 1 Paket
9.900.000
22. KWT. SEKAR GAYAM
ERNA YULIA
Ds. Prambon tergayang, Kec. Soko, Kab. Tuban
Perajang Ubi
1 paket
9.900.000
23. KWT. MAWAR TUNIK Ds. Pakel, Kec. Montong, Kab. Tuban
Contonuous Sealer
1 paket
9.900.000
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 95
24. KWT. MAWAR PUTIH
DWI ROHJAYANTI
Ds. Simo, Kec. Soko, Kab. Tuban
Mesin Penepung
1 paket
9.900.000
25. KWT. ANGGREK DAYATIN
Ds. Sumberrejo,
Kec. Purwosari, Kab. Pasuruan
Perajang Ubi
1 paket
9.900.000
26. KWT. JAYA MAKMUR
IKA PURWATININGSIH
Ds. Karang sentul, Kec. Gondang Wetan, Kab. Pasuruan
Perajang Ubi
1 paket 9.900.000
27. KWT. CEMPAKA SARIATI Ds. gunting, kec. Sukorejo,
Kab. Pasuruan
Mesin Pemarut
1 paket 9.900.000
28. KW. SUMBER MUTIARA
Hj. SITI FATIMAH
Kel. Banyuanyar, Kec. Sampang, kab. Sampang
Perajang Ubi
1 paket 9.900.000
29. KW. BUNGA MUTIARA
Hj. SAHRIYA Kel. Banyuanyar, Kec. Sampang, kab. Sampang
Continuous Sealer
1 paket 9.900.000
30. KW. MELATI NIYAH Kel. Rong Tengah, Kec. Sampang, kab. Sampang
Continuous Sealer
1 paket 9.900.000
31. KWT. SRIKANDI UMROTUL AMAROH
Ds. Tugu Sumberejo, Kec. Peterongan, Kab. Jombang
Mesin Penepung
1 paket 9.900.000
32. KWT. KUSUMA ANIS FAHRUNNISA,S.P.si.
Ds. Jombok, Kec. Ngoro, Kab. Jombang
Mesin Penepung
1 paket 9.900.000
33. KWT. BOUGENVIL HALIMATUS SA'DIYAH,S.Pdi
Desa Janti, Kec. Jogoroto, Kab. Jombang
Perajang Ubi
1 paket 9.900.000
Jumlah 326.700.000
Sebagai penunjang kegiatan Hibah tersebut diatas, dilaksanakan pula
Pelatihan Peningkatan Produk Pangan Olahan berbahan baku lokal dan
Workshop pengembangan jaringan usaha pangan olahan berbahan baku
lokal untuk meningkatkan kemampuan pengusaha pangan olahan dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk olahannya serta
memperluas jaringan usaha demi kelancaran usahanya.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 96
Permasalahan dan upaya pemecahan masalah.
1. Produk-produk pangan olahan berbahan baku lokal kurang diminati
masyarakat karena belum sepenuhnya tersentuh oleh teknologi
modern seperti (pengemasan, pengolahan, standarisasi produk) serta
sarana promosi.
2. Lambatnya perkembangan, penyebaran dan penyerapan teknologi
pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan dalam
pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, sosial, citra dan daya terima.
3. Belum optimalnya pemberian insentif bagi dunia usaha dan
masyarakat yang mengembangkan aneka produk olahan pangan
lokal.
4. Semakin gencarnya promosi produk pangan siap saji yang sebagian
besar berbahan baku tepung terigu di berbagai media baik televisi,
radio, koran dll yang dapat mempengaruhi gaya hidup terutama
anak-anak sekolah, sehingga pangan lokal kurang dikenal dan
kurang diminati anak-anak.
Solusi terhadap permasalahan :
1. Pengembangan inovasi teknologi pengolahan pangan lokal yang
mempunyai nilai gizi, ekonomi, sosial, citra dan daya terima sehingga
dapat menarik minat masyarakat terhadap pangan lokal.
2. Pemberian bantuan modal kerja atau kredit lunak bagi dunia usaha
pengembangan aneka produk olahan pangan lokal.
3. Sosialisasi pangan lokal kepada Siswa dan Guru SD/MI secara
berjenjang dan berkesinambungan, bahwa masih banyak makanan
pokok berasal dari bahan baku lokal selain beras.
4. Berbagai gerakan kegiatan yang perlu ditingkatkan/digalakkan di
masyarakat antara lain : Gerakan Kampanye, Sosialisasi dam
kegiatan Terpadu (dari hulu sampai dengan Hilir), meliputi budidaya
pangan lokal, penanganan pasca panen, pengolahan pangan lokal dan
lainnya yang dapat menunjang pengembangan produksi pangan lokal.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 97
3. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Agropolitan.
Agropolitan merupakan konsep pembangunan wilayah berbasis
pertanian yang mampu memfasilitasi perkembangan kawasan perdesaan
dalam suatu hubungan desa – kota yang saling memperkuat.Kawasan
Agropolitan terdiri dari Kota Pertanian dan desa-desa sentra produksi
pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan
oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih ditentukan dengan
memperhatikan skala ekonomi yang ada.
Di Jawa Timur, sejak 2003 hingga tahun 2014, melalui surat
dukungan Gubernur telah ditetapkan lokasi pengembangan kawasan
agropolitan di61 Kecamatan dari 24 Kabupaten dan 1 kota, antara lain :
Kota Batu, Kab. Mojokerto, Kab. Ngawi, Kab. Banyuwangi, kab.
Lumajang, Kab. Tulungagung, Kab. Bangkalan, Kab. Trenggalek, Kab.
Pasuruan, kab. Pamekasan, Kab. Madiun, Kab. Ponorogo, Kab. Blitar,
Kab. Pacitan, Kab Nganjuk, Kab. Probolinggo, kab. Malang, Kab.
Lamongan, Kab. Tuban, Kab. Bondowoso, Kab. Bojonegoro, Kab.
Jombang, Kab. Sumenep.Kab.Sampang, dan Kab.Sidoarjo.
Program Pengembangan Kawasan Agropolitan (PKA) diarahkan
untuk Pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis,
yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai
potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh
Pemerintah.
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2010
turut berperan aktif membangun kawasan agropolitan. Sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya, maka yang ditangani adalah urusan
ketahanan pangan dengan kegiatan utama yaitu melakukan pelatihan
kepada pengusaha pangan olahan dan memberikan bantuan alat
pengolahan pangan kepada pengusaha/UMKM yang dianggap berhak
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 98
melalui proses identifikasi dan verifikasi. Kedua kegiatan ini diadakan
selain untuk mendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan (PKA), juga
dapat menunjang penganekaragaman pangan di Jawa Timur.
Pelatihan kepada pengusaha pangan olahan bertajuk
“Pengembangan Usaha Pangan Olahan di Kawasan Agropolitan” yang
diadakan pada tahun 2014 ini dilaksanakan di 25 (dua puluh lima)
kab/kota yang masuk dalam kawasan agropolitan dan 4 (empat)
kabupaten yang pada saat ini sedang mempersiapkan diri untuk menjadi
bagian dari kawasan agropolitan. Untuk pelaksanaan di lapangan,
kegiatan ini dibagi menjadi 4 (empat) tahap. Dengan demikian, akan lebih
banyak kelompok usaha pengolahan pangan di tiap kabupaten yang
berkesempatan memperoleh ilmu dan pengetahuan untuk meningkatkan
usahanya sekaligus berpartisipasi dalam pengembangan agroindustri di
kawasannya. Berikut kami sampaikan hasil kegiatan “Pelatihan
Pengembangan Usaha Pangan Olahan di Kawasan Agropolitan Tahun
2014” Tahap I.
Pagu anggaran Program sebesar Rp. 1.550.000.000,- dan terealisasi
sebesar Rp.1.480.015.100 atau 95,48%. Program ini dimaksudkan untuk
memfasilitasi pengembangan dan pemantapan kawasan agropolitan
berbasis komoditas unggulan lokal yang dikembangkan melalui mata
rantai agrobisnis hulu, on farm (budidaya), hilir (agroindustri) dan usaha
jasa pendukungnya yang kuat dan terpadu. Untuk mendukung program
telah dilaksanakan Kegiatan fasilitasi Pengembangan Kawasan
Agropolitan telah disalurkan alat pengolahan pangan terdiri dari ; alat
penepung, s[inner, continues sealer, oven, dan perajang ubi senilai @ Rp.
7.000.000,- kepada 45 kelompok usaha pangan olahan berbahan baku
lokal di kawasan Agropolitan. Jenis alat yang dihibahkan kepada
kelompok tidak hanya sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan tetapi
juga sesuai dengan kebutuhan kelompok. Dengan demikian adanya
bantuan hibah alat pengolahan pangan dapat memberkan dampak
posistif pada pengemnbangan kualitas dan kuantitas produkpangan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 99
olahan yang dihasilkan. Selanjutnya sebagai penunjang kegiatan,
dilaksanakan pula pelatihan dan worskhop.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kelompok usaha
maupun petugas kabupaten dalam menjalankan perannya. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Bentuk konkrit Kawasan Agropolitan yang berhasil
Di dalam suatu kawasan agropolitan idealnya memiliki usaha berbasis
agro yang bergerak dari hulu hingga hilir, artinya ada proses tanam yang
dilanjut dengan proses pengolahan hingga pemasaran. Sehingga di
dalamnya memuat peningkatan nilai tambah pada produk hasil
pertanian. Beberapa kawasan yang memiliki nilai cukup baik dalam
pengembangan kawasan agropolitan antara lain : Kab. Lumajang, Kab.
Sidoarjo, Kab. Pasuruan, dan Kab.Jombang.Keberhasilan kawasan
agropolitan tidak dipengaruhi lamanya tergabung dalam kawasan
agropolitan tetapi komitmen dalam PKA itu sendiri, termasuk dalam
pelaporan kegiatan.
b) Pentingnya Uji konsumen pada usaha mikro kecil.
Uji konsumen sangat diperlukan untuk mengetahui keinginan pasar
terhadap produk yang baru dikembangkan.Ada kalanya selera kita
berbeda dengan selera pasar.Karena sejatinya tujuan kita memproduksi
produk pangan olahan adalah untuk dipasarkan.Oleh karena itu
diupayakan produk tidak hanya menarik tetapi harus bisa diterima oleh
pasar. Uji konsumen dapat dilakukan dengan cara sederhana, lebih
mudahnya menggunakan rata-rata scoring penerimaan konsumen
terhadap cita rasa, penampakan, tekstur. Panelis yang digunakan pun
tidak perlu panelis terlatih, kecuali produk yang kita olah benar-benar
mengunggulkan cita rasa tinggi seperti produk kopi.
c) Penggunaan bleng untuk membuat kerupuk puli
Penggunaan bleng saat ini tidak dapat ditoleransi lagi. Bleng tidak lain
adalah termasuk boraks dimanaapabila dikonsumsi secara terus menerus
akan menumpuk dalam tubuh, terlebih dengan dosis berlebihan akan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 100
menyebabkan demam, kerusakan ginjal, hingga kematian. Sebagai
pengganti fungsi bleng dalam pembuatan kerupuk puli tersedia
STPP.Adapun penggunaannya juga dibatasi.
Permasalahan dan upaya pemecahan masalah.
- Masih Rendahnya kualitas dan kuantitas produk pangan olahan
kawasan agropolitan.
- Kurangnya informasi pasar bagi kelompok usaha pangan lokal
kawasan agropolitan .
- Rendahnya modal usaha kelompok usaha pangan lokal kawasan
agropolitan .
Upaya Pemecahan Masalah
- Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan kelompok usaha pangan
olahan mulai dari ragam bahan baku dan cara penangannya, teknik
pengolahan yang mengacu pada Good Manufacturing Practice.
- Fasilitasi pemasaran hasil produk pangan olahan kawasan agropolitan
.
- Mendekatkan kelompok usaha pangan olahan kawasan agropolitan
dengan perbankan.
Tujuan
Meningkatkan pengetahuan pengusaha pangan olahan dalam rangka
pengembangan kawasan agropolitan sekaligus menunjang percepatan
penganekaragaman pangan.
Meningkatkan kualitas produk pangan olahan
Meningkatkan pemasaran produk pangan olahan
Sasaran
90 orang pengusaha pangan olahan di6 Kabupatendan 1 kota yang
masuk dalam kawasan agropolitan yaitu Kab. Ngawi, Kab. Pamekasan,
Kab. Probolinggo, Kab. Ponorogo, Kab. Pacitan, Kab. Trenggalek, dan kota
Batu.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 101
Keluaran
Berkembangnya usaha pengolahan pangan olahan baik dari segi
kualitas dan kuantitas produk maupun dari segi pemasarannya.
4. Pengembangan Teknologi Pangan Olahan.
Pangan lokal adalah pangan baik sumber karbohidrat, protein,
vitamin dan mineral yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai
dengan potensi dan kearifan lokal.Hasil pertanian termasuk bahan
pangan lokal seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, suweg, bentul, ganyong
dan sebagainya mempunyai sifat cepat membusuk. Untuk menjaga agar
pada musim panen raya hasil panen tidak cepat membusuk dan harga
tetap stabil, maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang tepat,
dengan teknik pengolahan pangan yang sangat beragam misalnya
perebusan, pengukusan, pemanasan, fermentasi, pembuatan tepung, dan
sebagainya tergantung dari tujuan akhir yang diinginkan sehingga dapat
dibuat berbagai macam diversifikasi produk pangan yang pada akhirnya
menunjang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan.
Melalui proses pengolahan, bahan pangan ini tidak hanya memiliki umur
yang lebih panjang, tetapi juga memiliki nilai tambah. Dengan demikian
akan memberikan keuntungan lebih bagi pengusaha pengolah pangan
dengan proses pengolahan yang tepat/sesuai dan menguasai pasar.
Dalam upaya pengembangan usaha pangan lokal dan tradisional,
Badan Ketahanan Pangan secara rutin dan berkelanjutan melaksanakan
perannya dalam upaya melalui kegiatan – kegiatan yang mengarah pada
peningkatan kualitas, kuantitas dan pemasaran produk pangan olahan
Jawa Timur. Kegiatan yang dimaksud diantaranya meliputi pelatihan,
workshop, pembinaan dan pendampingan, serta bantuan alat
pengolahan.
Pengusaha pangan olahan sebagai ujung tombak pengembangan
produk olahan berbahan lokal di Jawa Timur diharapkan partisipasinya
dalam mengembangkan penganekaragaman pangan di Jawa Timur. Oleh
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 102
karena itu, kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur terfokus pada pengusaha pangan
olahan sebagai sasarannya.
Tujuan
Mengembangkan pengetahuan pengusaha pangan olahan dalam
rangka meningkatkan produksi pangan olahan baik secara kualitas
dan kuantitasnya
Mendorong pengembangan usaha pangan lokal dan tradisional di
Jawa Timur
Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah para Petugas Ketahan Pangan dan
Pengusaha Pangan Olahan Berbahan Baku Lokal di Kab. Kediri, Kab.
Magetan, Kab. Situbondo, Kab. Gresik, Kab. Jember, Kota Probolinggo,
kota Kediri. Kota Pasuruan, Kota malang, Kota Blitar, Kota Madiun, Kota
Mojokerto, dan Kota Surabaya.
Keluaran
Keluaran yang diharapkan yaitu meningkatnya kualitas produk olahan
dan berkembangnya usaha pengolahan pangan lokal pada kelompok
usaha yang berujung pada peningkatat pendapatan dan kesejahteraan
kelompok usaha.
Beberapa permasalahan yang dihadapi para pengusaha ini diantaranya :
1. Pemilihan proses pra-pengolahan yang tepat untuk menangani bahan
baku.Detoksifikasi bahan pangan satu dengan yang lain tidaklah
sama hal ini dipengaruhi oleh jenis senyawa toksik yang dikandung
oleh bahan pangan. Begitu pula dengan mengatasi/mencegah reaksi
browning pada bahan pangan. Seperti pada pembuatan keripik apel,
penggunaan Na bisulfit akan lebih tepat. Sedangkan blansing tidaklah
tepat karena akan mempengaruhi tekstur bahan baku. Berbeda
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 103
dengan pembuatan jus buah/ sari buah, proses blansing dapat
dipergunakan sebagai tahap pra-pengolahan.
2. Penggunaan Bahan Tambahan Makanan(BTM) yang kurang tepat. BTM
yang ditambahkan dengan maksud untuk memperlama waktu
simpan harus memperhatikan karakteristik produk pangan dan
penyebab kerusakan produk pangan. Misal : Penggunaan Natrium
benzoat sesuai untuk produk seperti sari buah, saus tomat yang
kerusakannya diakibatkan oleh aktivitas bakteri, sebaliknya
penggunaan natrium benzoat tidak sesuai untuk produk seperti roti
yang pada umumnya kerusakan terjadi karena jamur. Penggunaan
bleng untuk membuat kerupuk puli adalah dilarang, sebagai
penggantinya tersedia STPP.Adapun penggunaannya juga dibatasi
3. Pemilihan kemasan untuk produk pangan olahan. Selain karakteristik
produk, dalam mengemas produk pangan olahan, alat pengemas yang
dimiliki juga perlu diperhatikan, begitu pula dengan ketahanan
produk yang diinginkan. Plastik PP super misalnya, baik digunakan
untuk mengemas produk seperti keripik yang membutuhkan bahan
kemasan dengan kerapatan partikel yang tinggi agar terjaga
kerenyahannya. Untuk melakukan sealing plastik PP tersebut tidak
cukup dengan menggunakan hand sealer, paling tidak menggunakan
jenis pedal sealer yang memiliki ketebalan sealing yang lebih tinggi. Di
lain sisi, kemasan juga ditentukan oleh permintaan pasar/konsumen.
7. Pemberdayaan Pemuda Bidang Ketahanan Pangan.
Dalam upaya peningkatan pengentasan kemiskinan, maka pemerintah
secara bertahap selalu memperbaharui program dan kegiatan yang
dilaksanakan antara lain melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat,
melalui program/ kegiatan Pemberdayaan Pemuda di Bidang Ketahanan
Pangan . Salah satu keberhasilan pemerintah propinsi Jawa Timur telah
berhasil mengurangi angka kemiskinan. Jumlah penduduk miskin Jatim
pada September 2013 tercatat 4.865 juta orang. Pada periode yang sama,
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 104
di tahun 2012, tercatat 4.961.000 atau 13,08 persen dari total penduduk
Jawa Timur. Dengan demikian, hingga September 2013, jumlah
penduduk miskin turun 0,35 persen dibandingkan periode yang sama
tahun lalu.
Dari Target kinerja 600 orang Realisasi tahun pada tahun 2014
mencapai 500 orang (83,33%), sedangkan tahun 2013 mencapai 250
orang atau 50%. Kedepan diharapkan Intensitas pemuda ketahanan
pangan dapat lebih jauh mengenal dan mengoptimalkan pemanfaatan
pekarangan yang mengarah ke Kawasan Rumah Pangan Lestari, dengan
kegiatan antara lain Dem farm dan Demplot dll.
Realisasi pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Pemuda di Bidang
Ketahanan Pangan terserap sebesar Rp. 880.276.700,- atau 80,03 % dari
pagu sebesar Rp. 1.100.000,- dan realisasi fisik mencapai 100%.
Gambar : Program internalisasi P2KP berbahan baku lokal melalui kegiatan sosialisasi dan pendidikan konsumsi pangan 3B-A, promosi, serta kampanye.
Penanganan Keamanan Pangan
Keberhasilan sasaran strategis ini diukur melalui 1 (satu) indikator
kinerja yaitu prosentase jumlah sample pangan yang aman dikonsumsi
ditingkat pedagang pengumpul dibanding jumlah total sample pangan yang
diambil dipedagang pengumpul, di mana dalam upaya pencapaiannya
didukung oleh 1 (satu) program yaitu ProgramPeningkatan Ketahanan
Pangan. Indikator kinerja, target dan realisasinya disajikan sebagai berikut
:
Sosialisasi P2KP bagi kelompok
wanita dan SD/MI
Sosialisasi P2KP dalam rangka pemantapan konsumsi pangan
masyarakat
Sosialisasi Pangan Lokal
Bagi Siswa SD/MI
Sosialisasi menu makanan
tradisional
Peningkatan pengetahuan dan
kesadaran konsumsi pangan 3B-A berbahan
lokal
Promosi audio visual
Promosi melalui pameran
Kampanye penganekaragaman
pangan
SOSIALISASI
PROMOSI
KAMPANYE
Demo masak
PENDIDIKAN KONSUMSI
PANGAN 3B-A
Pelatihan Teknologi MP-ASI
Sosialisasi menu 3B-A
Bansos untuk optimalisasi
pekarangan serta pengadaan KIT dan
kebun sekolah
Lomba Cipta Menu
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 2
TUJUAN SASARAN INDIKATO
R KINERJA
SATU
AN
TARGE
T
REALS CAPA
IAN
%
1. Memantapkan
dan Mengmbangka
n Ketersediaan,
Distribusi dan
Konsumsi
berbasis
sumberdayalokal
3. Peningkat
an Kualitas
Konsumsi
&
Keamana
n Pangan
- % Jumlah
Sample Pangan
yang
aman
dikonsum
si
%
75
87,13
116,17
Tahun 2013 jumlah pengambilan sample pangan segar sebanyak 46
sample terdiri dari 35 sample sayuran dan 11 sample buah-buahan, dari
sample yang diambil 38 sample (82,61) dinyatakan aman.
Tahun 2014 pengambilan sample sebanyak 280 Sample terdiri dari
samplepangan olahan sebanyak 227 sample dan sample pangan segar
sebanyak 53 sample.Dari 227 sample pangan olahan,196sample (86,34%)
dinyatakan aman untuk dikonsumsi karena tidak mengandung bahan
aktiv/residu yang berbahaya.Sedangkan sample pangan segar87,92%
dinyatakan aman untuk dikonsumsi dari 53 sample yang diambil terdiri
dari 48 Sample sayuran dan 5 sample buah-buahan.
Sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 dan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan serta Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan, telah diamanatkan bahwa masalah Keamanan Pangan salah
satunya menjadi tanggung jawab Pemerintah, hal ini dibuktikan dengan
adanya berbagai regulasi yang dibuat/dikeluarkan oleh Pemerintah,
namun disisi lain permasalahan keamanan pangan selalu ada & muncul di
Masyarakat.
Pembangunan Keamanan Pangan merupakan bagian integral
Pembangunan Ketahanan Pangan yang tidak dapat terpisahkan dan
penting untuk dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan. Hal
ini karena keamanan pangan sangat dapat berpengaruh baik positif
maupun negatif terhadap kesehatan tubuh manusia.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Dewasa ini masih banyak ditengarahi makanan jajanan/kudapan
maupun olahan yang beredar/diperdagangkan di masyarakat yang kurang
aman/ mengandung bahan kimia berbahaya dan bahan tambahan pangan
(BTP) melebihi dosis takaran, di lapangan kondisinya sangat
memprihatinkan.
Pada tahun 2011-2014, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi
Jawa Timur bekerjasama dengan PT. Angler Biochemlab Surabaya menguji
kandungan residu pestisida, logam berat, dan mikrobia pada produk
pangan segar (buah dan sayuran). Berdasarkan hasil pengujian tahun
2011 terhadap 40 sampel Pangan Segar (khususnya buah dan sayuran),
terdapat 1 sampel yang dinyatakan tidak aman dari residu pestisida,
sehingga pada tahun 2011, persentase pangan aman untuk produk pangan
segar adalah 97,5%. Sedangkan tahun 2012, persentase produk pangan
segar sebanyak 75%, menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Uji laboratorium terhadap produk pangan olahan secara sampling,
sebanyak 3 dari 33 sampel atau persentase aman produk pangan olahan
sebanyak 90,9%. Produk pangan olahan yang tidak aman dikarenakan
mengandung bahan kimia berbahaya (formalin dan rhodamin) dan bahan
tambahan pangan yang melebihi dosis (Sakarin). Pada tahun 2013,
persentase pangan segar yang aman meningkat lagi dari tahun sebelumnya
(2012) sebanyak 82,6%. Pada Tahun 2014 prosentase sample pangan segar
yang aman dikonsumsi 80% sedangkan dari sample pangan olahan 72,69%
yang aman dikonsumsi. Dalam rangka peningkatan mutu dan pengawasan
keamanan pangan Tahun 2014 didukung oleh anggaran sebesar Rp.
3.100.000.000,- terealisasi sebessar Rp. 2.945.574.666,- (95,02%).
Oleh karena pentingnya keamanan pangan, perlu adanya jaminan
mutu dan keamanan pangan. Jaminan mutu dan keamanan pangan
merupakan program yang harus diwujudkan, mulai dari penyediaan bahan
baku, proses pengolahan, pengemasan, pendistribusian, sampai dengan
penyajian memenuhi memenuhi standard keamanan pangan suatu produk
dan diharapkan dengan adanya jaminan tersebut, masyarakat
berkeyakinan bahwa produk yang dikonsumsi, bermutu dan aman bagi
kesehatan.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 4
Metode yang digunakan meliputi hal sebagai berikut :
a. Penyampaian materi keamanan pangan.
b. Diskusi/pembahasan dan perumusan
c. Uji Laboratorium
d. Pembinaan/Pemantauan dan Pengawasan.
e. Menampung saran dan masukan dari Wilayah Kabupaten/ Kota.
Mutu dan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia dan benda lain yang mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia. Dalam rangka peningkatan mutu dan keamanan telah
dilaksanakan berbagai upaya yaitu :
- Uji Laboratorium Terhadap Pangan Segar
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan
yang dapat dikonsumsi langsung dan atau dapat manjadi bahan baku
pengolahan pangan.
Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap 53 sampel
komoditas pangan segar terdiri dari 48 sample sayuran dan 5 sample
buah-buahan. Dari 53 sample pangan segar yang dilakukan uji
laboratorium 74,38% diayatakan aman untuk dikonsumsi.
- Uji Laboratorium terhadap Tangan Olahan
Sedangkan Pangan Olahan adalah pangan yang sudah
mengalami pengolahan dan biasanya pada prosesnya dicampur dengan
Bahan Tambahan Pangan (BPT). Bahan Tambahan Pangan adalah
bahan yang ditambahkan dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pewarna pangan (pewarna, pemanis, penyedap rasa dan
pengawet).
Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap 227 sampel pangan
olahan (mie basah, getuk pisang, tahu pong, pentol bakso dll.) 165
sample (72,69%) dinyatakan aman untuk dikonsumsi, sedangkan 47
sample (27,31%) pangan olahan terdapat kandungan bahan tambahan
makanan yang berbahaya seperti Rodhamin B, Boraks, Formalin dll.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Tabel 7.Kegiatan Keamanan Pangan yang dilakukan tahun 2014 :
1. Hibah Alat Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan 15 Paket
2. Sosialisasi Mutu dan Keamanan Pangan 1.450 orang
3. Hibah Alat/Bahan Peningkatan Gizi, Mutu dan Keamanan Pangan
untuk PAUD 40 Paket.
4. Uji Laboratorium Pangan Segar 5 Paket.
5. Uji Lab. Pangan Olahan/Makanan Jajanan anak sekolah 5 Paket.
6. Rapat Koordinasi Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan.
7. Workshop Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan Tingkat Provinsi.
8. Workshop Mitra Praja Utama (MPU) dalam rangka keamanan
pangan.
9. Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan melalui kegiatan
pembuatan Tahun Nigarin.
10. Workshop Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan melalui Pangan
Olahan/Jajanan Makanan anak sekolah.
3.2.4. PENANGANAN RAWAN PANGAN
TUJUAN 2 Mengantisipasi dan Penanganan Daerah Rawan Pangan
SASARAN Penanganan Daerah Rawan Pangan
INDIKATOR
KINERJA
Target Realisasi Capaian
% 2014 2010 2011 2012 2013 2014
% Penurunan
Penduduk Rawan
Pangan
1,50
1,50
1,50
1,50
1,53
1,62
108
Keberhasilan sasaran penanganan daerah rawan pangan ini diukur
melalui 1 (satu) indikator kinerja yaitu prosentase penurunan jumlah
penduduk rawan pangan, di mana dalam upaya pencapaiannya didukung
oleh 1 (satu) program yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan.
Pada tahun 2014 berdasarkan angka jumlah penduduk rawan
pangan menurut keluarga prasejahtera dan sejahtera I sejumlah 4.869.376
orang, dan penanganan jumlah penduduk rawan pangan mencapai 78.940
orang atau 1,62%. Capaian penurunan jumlah penduduk rawan pangan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 6
1. Bantuan melalui Desa Mandiri Pangan di 34 Kab/Kota sejumlah 972
kelompok di 260 desa dengan jumlah 28.740 orang.
2. Bantuan melalui Pemberdayaan Lahan Kering di 6 Kabupaten dengan
jumlah 1.014 kelompok di 99 desa dengan jumlah 30.300 orang.
3. Bantuan melalui Penangan Daerah Rawan Pangan (PDRP) melalui
kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), Bulan Bhakti
Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) dan Kegiatan Hari Pangan
Sedunia (HPS) pada 70 kelompok dengan jumlah 19.900 orang.
4. Dari kegiatan tersebut diatas sehingga dapat ditangani jumlah
penduduk rawan pangan sebesar 78.940 orang, berdasarkan angka
penduduk Jawa Timur jumlah rawan pangan/pra-sejahtera dan
sejahtera I Tahun 2013 sebesar 4.869.376 orang.
PENANGANAN DAERAH RAWAN PANGAN
Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) merupakan upaya untuk
menangani suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami oleh
daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk
memenuhi standard kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan
masyarakat. Komponen penanganan daerah rawan pangan meliputi antara
lain : 1). Kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang
menghasilkan analisis/peta situasi pangan dan gizi digunakan untuk
rekomendasi bagi pengambilan keputusan dalam penanganan daerah rawan
pangan. 2). Investigasi yang merupakan kegiatan peninjauan ketempat
kejadian rawan pangan untuk melihat langsung dan melakukan Cross
Check terhadap kejadian rawan pangan dan gizi, sekaligus mengumpulkan
data dan informasi guna mengidentifikasi permasalahan, sasaran penerima
manfaat. 3). Intervensi yang dilakukan adalah pemerintah bersama-sama
masyarakat dalam menanggulangi kejadian rawan pangan transien maupun
kronis. Indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
Penanganan Daerah Rawan Pangan antara lain:
- Indikator Output : tersalurkannya dana Bansos untuk bencana
- Indikator Outcome : terlaksananya intervensi pencegahan dan
penanggulangan rawan pangan.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
- Indikator Impact : teratasinya kerawanan pangan.
Penanganan Daerah Rawan Pangan secara umum dapat dilakukan melalui
survey/kajian per3 tahun sekali yang dinamakan FSVA (Food Security and
Vuluerability Atlas) atau Peta Kerentanan dan Kerawanan Pangan, ada 17
indikator peta ketahanan dan kerentanan pangan antara lain :
No. Dimensi Kelompok Indikator
Indikator
a. Ketersediaan Pangan 1. Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar.
b. Akses Pangan dan Mata pencaharian
1. Prosentase penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan.
2. Prosentase desa yang tidak bisa dilalui roda 4.
3. Prosentase rumah tangga tanpa akses listrik.
4. Dependency ratio 5. Rata-rata ukuran rumah tangga.
c. Pemanfaatan Pangan 6. Angka harapan hidup pada saat lahir.
7. Berat badan balita dibawah standard.
8. Angka kematian bayi 9. layanan posyandu 10. Perempuan buta huruf 11. Prosentase penduduk tanpa
akses ke air bersih 12. Prosentase penduduk yang
tinggal > 5 km dari Puskesmas
d. Kerentanan trhdp Kerawanan Pangan Transien
14.Bencana alam 15.Penyimpangan curah hujan 16.Prosentase daerah puso 17.Deforestasi hutan
Keterangan : Indikator FSVA yang digunakan Nasional
Sedangkan untuk tahun 2013 kegiatan yang mendukung program
Penanganan Daerah rawan Pangan (PDRP) adalah :
1. Penyaluran Bansos (pemberian beras) pada daerah rawan pangan di 16
Kabupaten.
2. Penyaluran Bansos (pemberian beras) pada daerah rawan pangan
transien dan kronis 12paket.
3. Pelatihan/Workshop untuk mendukung program tersebut :
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 8
a. Peningkatan Kapasitas LKD dan TPD Desa Mandiri Pangan
b. Workshop Pengembangan Usaha Kelompok Afinitas Desa mandiri
Pangan
c. Rapat Koordinasi bagi Kelompok Usaha Non Pangan Olahan Desa
Mandiri Pangan
d. Workshop Penanganan Daerah Rawan pangan
e. Rapat Koordinasi bagi Kelompok Usaha Pangan Olahan Desa
Mandiri Pangan
f. Pertemuan Evaluasi Kegiatan Desa Mandiri Pangan
SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI (SKPG)
Salah satu Kegiatan Penanganan Daerah Rawan Pangan adalah
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi, yang sampai dengan saat ini masih
dirasakan sangat penting sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan
Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dimana sebagian aspek-aspek Penanganan Kerawanan
Pangan merupakan unsur daerah.
Tugas dari Pemerintah Provinsi adalah :
1. Pencegahan dan pengendalian masalah pangan akibat menurunnya
ketersediaan pangan di daerah karena berbagai sebab.
2. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan sebagai akibat
menurunnya mutu, gizi dan keamanan pangan.
3. Peningkatan dan pencegahan penurunan akses pangan masyarakat.
4. Penanganan dan pengendalian kerawanan pangan di Provinsi.
Tugas dari Pemerintah Kabupaten/Kota adalah :
1. Melakukan identifikasi kelompok rawan pangan di kabupaten/kota.
2. Melakukan penanganan penyaluran untuk kelompok rawan pangan
tingkat kabupaten/kota.
3. Melakukan pencegahan dan pengendalian serta penanggulangan
masalah pangan akibat penurunan akses pangan, mutu, gizi,
ketersediaan dan keamanan pangan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
4. Melakukan pengumpulan dan analisis informasi Ketahanan Pangan
kabupaten/kota untuk penyusunan kebijakan Ketahanan pangan
Provinsi dan nasional
Dari program Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG ) ini keluaran
yang diharapkan adalah :
- Tersedianya informasi situasi pangan dan gizi bulanan dan tahunan.
- Tersedianya informasi hasil investigasi daerah/desa yang diindikasikan
rawan pangan.
- Tersusunnya rekomendasi kebijakan dan pelaksanaan intervensi bagi
penanganan kerawanan pangan dan gizi.
- Tersedianya laporan dan rekomendasi kebijakan serta perencanaan
program yang berkaitan dengan pangan dan gizi.
Data bulanan terkait kegiatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) :
Kelompok Data Keterangan
A. Ketersediaan Pangan a. Luas Tanam b. Luas Puso c. Luas Panen d. Cadangan Pangan
Padi, Palawija Diperta, Bulog
B. Akses terhadap
pangan
Harga komoditas pangan (beras,
jagung, gula, minyak goreng, daging ayam, telur )
Disperindag/BKP
C. Pemanfaatan Pangan a. Angka Balita ditimbang b. Angka Balita Naik Berat Badan c. Balita yang tidak naik Berat
Badannya dalam 2 kali penimbangan berturut-turut ( 2T )
d. Angka Balita dengan Berat Badan dibawah garis merah ( BGM )
e. Kasus Gizi Buruk yang ditemukan
Dinas Kesehatan
D. Spesifik Lokal - Jumlah Tindak Kejahatan
- Jumlah KK yang menjadi TKI
Kepolisian Disnaker
Program Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi ( SKPG ) didukung kegiatan
sebagai berikut :
1. Bantuan Sosial :
a. Bantuan Sosial bahan pangan untuk masyarakat Miskin dalam
rangka Bulan Bhakti Gotong Royong.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 10
b. Bantuan Sosial bahan pangan untuk masyarakat Miskin dalam
rangka mendukung kegiatan Hari Pangan Sedunia.
2. Bantuan Alat :
a. Alat Olahan Pangan :
1) Bantuan Hibah Alat Olahan Pangan untuk Tahap Pengembangan
Desa Mandiri Pangan 80 Paket.
b. Alat Non Olahan Pangan :
1) Bantuan Hibah Alat Non Olahan Pangan untuk Tahap
Kemandirian Desa Mandiri Pangan 24 paket
3. Pelatihan / Workshop :
a. Pertemuan penguatan kapasitas aparat kab dalam analisis SKPG
(APBN )
b. Pelatihan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas).
c. Rapat Koordinasi Investigasi SKPG
Pengembangan Usaha pada Lahan Kering
Kegiatan Lahan Kering diarahkan pada penguatan dan
pengembangan usaha ekonomi masyarakat melalui kelembagaan yang
telah dibutuhkan, dengan komponen pengembangan taraf hidup secara
berkelanjutan, yang terdiri dari pengembangan kelembagaan masyarakat
dan gender, pengembangan usaha mikro dan pengelolaan sumber daya
alam berbasis masyarakat; utamanya difokuskan pada masyarakat
miskin untuk meningkatkan taraf hidup di lahan kering serta
mewujudkan lingkungan yang kondusif.
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat adalah :
1. Meningkatkan kemampuan mereka melalui pengembangan lembaga-
lembaga masyarakat berdasarkan afinitas yang merupakan wadah
untuk pengembangan modal dan keuangan.
2. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk meningkatkan
asset dan pendapatan secara berkelanjutan.
3. Mengoptimalkan kesempatan-kesempatan dalam bidang social,
ekonomi, hokum dan lingkungan melalui kegiatan pengembangan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
usaha mikro, pengembangan Infrastruktur, pengelolaan sumberdaya
alam berbasis masyarakat, serta melalui peningkatan kapasitas
manajemen dan ketrampilan individu maupun kelompok. Kegiatan
tersebut dimulai tahun 2006 dengan pemberian bantuan peralatan
olahan pangan dan pelatihan serta workshop terkait peningkatan
pengetahuan Sumberdaya Manusia (SDM) kelompok usaha pada
lahan kering.
Sedangkan untuk mendukung kegiatan lahan kering pada tahun 2014
adalah:
1. Pemberdayaan Kelompok usaha pangan olahan didaerah lahan
kering di 24 Kelompok.
2. Bantuan Alat Pengolahan Pangan Kelompok Usaha Pangan Lahan
Kering24 Paket.
3. Pelatihan Manajemen dan Ketrampilan Kelompok Usaha Pangan
Lahan Kering.
4. Temu Usaha Pangan di Wilayah Lahan Kering.
5. Pertemuan Evaluasi Kelompok Usaha Pangan Lahan Kering.
3.4. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Realisasi belanja pembangunan bersumber Anggaran
Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur Tahun
Anggaran 2014 sebesar Rp. 79.961.449.755,00 (94,09%) realisasi fisik
sebesar 95,00% dari pagu sebesar Rp. 84.983.300.000,-, sedangkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terealisasi Rp. 899.386.970,16. terdiri dari
Hasil Pengelolaan Dana Bergulir sebesar Rp. 884.286.970,16. dan
Pendapatan dari pengembalian kelebihan pembayaran gaji dan Tunjangan
sebesar Rp. 15.100.000,- secara rinci realisasi program/kegiatan dapat
diuraikan sebagai berikut :
NO Uraian Pagu Anggaran Setelah P.APBD
REALISASI
KEUANGAN
Rp. %
PENDAPATAN DAERAH 1.171.200.000,00 899.386.970,16 76,87
I PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.171.200.000,00 899.386.970,16 76,87
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 12
NO Uraian Pagu Anggaran Setelah P.APBD
REALISASI
KEUANGAN
Rp. %
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
1.171.200.000,00 899.386.970,16 76,87
Pendapatan dari pengembalian -
15.100.000,00
003 Pendapatan dari pengembalian pembayaran gaji & Tunj.
-
15.100.000,00
Hasil Pengelolaan Dana Bergulir 1.170.000.000,00 884.286.970,16 75,58
001 Hasil Pengelolaan Dana Bergulir 1.170.000.000,00 884.286.970,16 75,58
BELANJA DAERAH 84.983.300.000,00 79.961.449.755,00 94,09
BELANJA TIDAK LANGSUNG 8.951.600.000,00 8.463.477.377,00
94,55
BELANJA PEGAWAI (Gaji dan Tunjangan Pegawai)
8.951.600.000,00 8.463.477.377,00
94,55
III BELANJA LANGSUNG 76.031.700.000,00 71.497.972.378,00
94,04
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
3.100.100.000,00 2.709.032.843,00 87,39
Rapat rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
812.000.000,00 726.444.200,00 89,46
Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran
2.288.100.000,00 2.135.881.793,00
93,35
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
1.102.760.000,00 1.057.538.650,00 95,90
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
1.102.760.000,00 1.057.538.650,00 95,90
Program Peningkatan Disiplin Aparatur 259.500.000,00 252.342.400,00 97,24
Peningkatan Disiplin Aparatur 259.500.000,00 252.342.400,00 97,24
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
469.980.000,00 441.852.650,00 94,02
Sosialisasi peraturan perundang – undangan
200.000.000,00 197.421.750,00 98,71
Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
260.980.000,00 244.430.900,00 97,49
Program Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
785.000.000,00 781.934.775,00 99,61
Peningkatan Pembangunan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
785.000.000,00 781.934.775,00 99,61
Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah
349.360.000,00 348.849.000,00 99,85
Penyusunan Database SKPD sebagai Penunjang Pusat Data Provinsi Jawa Timur
349.360.000,00 348.849.000,00 99,85
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
1.500.000.000,00 1.447.568.225,00 96,50
Pengembangan Usaha Pangan Lokal dan Tradisional
1.500.000.000,00 1.447.568.225,00 96,50
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
NO Uraian Pagu Anggaran Setelah P.APBD
REALISASI
KEUANGAN
Rp. %
Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
47.800.000.000,00 45.164.191.490,00 94,49
Penanganan daerah rawan pangan 5.600.000.000,00 4.872.149.160,00 87,00
Pengembangan Desa Pariwisata, Mandiri Pangan dan Bio Energi
1.100.000.000,00
1.083.859.685,00
98,53
Pengembangan lumbung pangan desa 3.000.000.000,00 2.873.451.824,00
95,78
Pengembangan Sistem Tunda Jual 1.750.000.000,00
1.626.895.500,00 92,97
Pembelian Gabah/Bahan Pangan Lainnya 3.000.000.000,00
2.429.106.325,00 80,97
Koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan ketahanan pangan
1.850.000.000,00
1.751.969.750,00
94,70
Pemberdayaan Pemuda di Bidang Ketahanan Pangan
1.100.000.000,00 880.276.700,00 80,03
Pemantapan Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga
4.200.000.000,00 4.177.774.685,00
99,47
Pemberdayaan Kelompok Usaha Pangan Lahan Kering
1.000.000.000,00 851.445.900,00 85,14
Pendidikan Kemasyarakatan Produktif Dalam Rangka Peningkatan Pengelolaan Pasca-Panen dan Pengolahan Hasil
900.000.000,00 806.144.350,00
89,57
Peningkatan Akses Pangan Masyarakat 1.450.000.000,00
1.448.570.500,00
99,90
Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan
3.100.000.000,00 2.945.574.666,00
95,02
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
9.750.000.000,00 9.457.973.300,00
97,00
Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari
10.000.000.000,00
9.958.999.145,00
99,59
Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan
13.500.000.000,00 12.418.353.770,00 91,99
Revitalisasi Penyuluhan Ketahanan Pangan
13.500.000.000,00 12.418.353.770,00 91,99
Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian, Perkebunan dan Peternakan
4.865.000.000,00 4.665.196.600,00 95,89
Promosi dan Pengembangan Pemasaran Produk Pangan
3.165.000.000,00 2.966.756.400,00 95,89
Peningkatan Distribusi Pangan 1.700.000.000,00 1.698.440.200,00 99,91
Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
1.550.000.000,00 1.480.015.100,00 95,48
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Agropolitan
1.550.000.000,00 1.480.015.100,00 95,48
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan/Peternakan
750.000.000,00 731.096.875,00 97,48
Pengembangan Teknologi Pangan Olahan 750.000.000,00 731.096.875,00 97,48
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 14
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara th. 2012 kepadaGubernur Jawa Timur Soekarwo di Istana Negara Desember 2012.
3.5. PENGHARGAAN KETAHANAN PANGAN
Tingkat Nasional
Pelaksanaan pem-
bangunan ketahanan
pangan di Jawa Timur
tahun 2012, 2013 dan
2014 mendapat apresiasi
dari pemerintah pusat
dengan diterimanya
penghargaan Adhi Karya
Pangan Nusantara yang
diperoleh dari berbagai macam kategori, sebagaimana tabel berikut :
Penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) sesuai dengan Keputusan menteri Pertanian No. 5993/Kpts/KP.450/11/2012.
I. KATEGORI PEMBINA KETAHANAN PANGAN
NO NAMA PENERIMA
1 Dr. H. Soekarwo Gubernur Jawa Timur
2 H. Muhtarom, S.Sos. Bupati Madiun, Provinsi Jawa Timur
3 Eko Budi Santoso
Kepala Desa Randugading, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Prov. Jatim
II. KATEGORI PELOPOR KETAHANAN PANGAN (PENYULUH/PENDAMPING)
NO NAMA KETERANGAN
1 Jumari
III. KATEGORI PELAYANAN KETAHANAN PANGAN
NAMA/KELOMPOK KETERANGAN
1 Pi'i, S.P. Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur
2 Gapoktan Sri Makmur Desa Sumberwindhu, Kecamatan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Berbek, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur
3 Kelompok Itik Sumber Rejeki, Ketua Hj. Musyarofah
Desa Tawangrejo, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Prov. Jatim
4 Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Subur Makmur *)
Desa Klotok, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur
5 UD Riang Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur
Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2012Berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian No. : 5992/Kpts/KP.450/11/2012
Kategori Petani, Kelompok Tani, Penyuluh, Aparat Menurut Eselon I, Lingkup Kementerian Pertanian
NAMA/KELOMPOK KETERANGAN
1 KELOMPOK TANAMAN HORTIKULTURA
Kategori Perorangan : Endro Puji Astoko, Champion
Jl. Kelud No. 84, Desa Ngancar, Kecamatan Ngancar. Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur
2 KELOMPOK PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
Kategori Perorangan : Mahfudon, Inseminator
Desa Mojojejer, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur
Agus Sholehul Huda, S.Pt., Sarjana Membangun Desa (SMD)
Desa Purwosari, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur
Kategori Kelompok : Kelompok Anggrek Jingga (Ayam Lokal)
Desa Gadu Barat, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur
3 KELOMPOK PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN
GP3A Delta Sapta Tirta Desa Singogalih, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
UPJA Serasi Jaya Tani Desa Kendit, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 16
Penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) Tahun 2013 Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. : 4908/Kpts/KP.450/11/2013.
No Nama/Kelompok Jabatan/Alamat Katagori
1
Dr. H. Soekarwo
Gubernur Jawa Timur
Pembina Ketahanan Pangan
2
H. Fadeli, SH. MM.
Bupati Lamongan Prov. Jawa Timur
Pembina Ketahanan Pangan
3 Titik Sriyani, SP. Penyuluh Pertanian, Kec. Sumber Gempol Tulungagung
Pelayan Ketahanan Pangan
- Penyuluh Pendamping
4 Supriyatno, SP. M.MA.
Mantri Tani Kabupaten Kediri
Pelayan Ketahanan Pangan
- Penyuluh Pendamping
5 Dr. M. Muchlish Adie
Peneliti Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Malang
Pelayan Ketahanan Pangan
- Peneliti
6 Rohmad Ketua Kelompok Tani “Budi Margo Mulyo II”, Kec. Ambulu Jember
Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pengembangan Produksi
7 H. Maniran Ketua Kelompok Tani “Taman Makmur”
Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pengembang Produksi
8 Slamet Yacob Ketua Gapoktan “Tani Makmur Santosa” Desa Oro-oro Ombo Wetan Kec. Rembang Pasuruan
Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pengembang Produksi
9 Abdul Holik, S.Ag. Ketua Kelompok Tani Ternak “Pancong Jaya Madura” Desa Waru Timur Kec. Waru Pamekasan
Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pengembang Produksi
10 H. Salim Ketua Kelompok Tani Ternak “Karya Tani” Desa Pungging Kec. Pungging Kab. Mojokerto
Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pengembang Produksi
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
11 Lusiadi Ketua Kelompok Tani Makmur, Jl. Darmo 177 Pamotan Kec. Dampit Malang
Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pemberdayaan Masyarakat
12 Susanti Ketua KWT “Sumber Rejeki” Kabupaten Trenggalek
Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pengembangan Industri dan Perakit Teknologi Pangan
13 Budiono, S.Pd. Ketua Gapoktan
“Harapan Makmur”
Pelaku
Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pemberdayaan Masyarakat
14 Sarana, S.Pd. Desa Asmoro Bangun Kecamatan Puncu Kab. Kediri
Pemangku Ketahanan Pangan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 18
Disamping itu, dalam
Lomba Cipta Menu Tingkat
Nasional yang
diselenggarakan oleh Badan
Ketahanan Pangan
Kementrian Pertanian bekerja
sama dengan Tim Penggerak
PKK (TP-PKK) Pusat yang
diselenggarakan pada
peringatan Hari Pangan
Sedunia (HPS) Tingkat
Nasional Tahun 2013 di
Padang, Sumatera Barat
pada tanggal 31 Oktober
2013 yang diikuti oleh 33
peserta wakil dari Provinsi
seluruh Indonesia, Jawa
Timur berhasil menjadi
juara I untuk kategori
Kreasi Menu Beragam
Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis pangan lokal.
Penerima Penghargaan
Adhikarya Pangan Nusantara
(APN) Tahun 2014,
Berdasarkan Keputusan
Menteri Pertanian No. :
1289/ Kpts/ KP.450/ 12/
2014.
Penyerah Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) 2014. Presiden RI (Joko Widodo ke Gubernur Jawa Timur (DR. H.
Soekarwo) di Subang Jawa Barat.
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
No Nama/Kelompok Jabatan/Alamat Katagori
1
Dr. H. Soekarwo)*
Gubernur Jawa Timur
Pembina Ketahanan Pangan
2
H. Warsubi, SH. MSi.
Kepala Desa Mojokrapak, Kec. Tembelang, Kab. Jombang
Pembina Ketahanan Pangan
3 Drh. Eko Yuli Santoso
Dokter hewan (THL) Puskeswan Selogowo, Situbondo
Pelayan Ketahanan Pangan
- Pengawas
4 Nadi Abdul Aziz Ketua Kelompok Sapi Potong Bangu Jaya Sumber Taman Kec. Wonoasih Probolinggo
Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pelaku Produksi
5 Drs. H. Abdurrahman
Kelompok Sumber Hasil, Ds. Paberasan Kec. Kelamasan Kab. Sumenep.
Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pelaku Produksi
6 Mursih Sugeng Ketua Kelompok Tani Melatih Putih II, Kel. Bandung Rejosari, Kec. Sukun Kota Malang
Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
- Pelaku Pemberdayaan
7 Ririn, SP. Desa Tenaru Kec. Driyoreyo Kab. Gresik
Pemangku Ketahanan Pangan
Keterangan : )* = Penerima Penghargaan Khusus Bagi Pembina (penerima Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 3 (tiga) Tahun Berturut-turut.
Tingkat Regional
Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Kategori Petani, Kelompok
Tani, Penyuluh, Aparat Menurut EselonII, LingkupBadan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur
Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2012 Tk. Provinsi Jawa Timur.
No. Penerima Penghargaan Penghargaan
Kelompok Kategori
1 Endro Puji Astoko (Champion) Ds. Ngancar Kec. Ngancar Kab. Kediri
Kel. Tanaman Hortikultura
Perorangan
2 Mahfudon (Inseminator) Ds. Mojojejer Kec. Mojowarno Jombang
Kel. Peternakan dan Kesehatan Hewan
Perorangan
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 20
3 Agus Sholehul Huda (SMD) Ds. Purwosari Gumukmas Jember
Kel. Peternakan dan Kesehatan Hewan
Perorangan
4 Kel. Anggrek Jingga (Ayam Lokal) Ds. Gadu Barat Ganding Sumenep
Kel. Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kelompok
5 GP3A Delta Sapta Tirta Ds. Singogalih Kec Tarik Sidoarjo
Kelompok Prasarana dan Sarana Pertanian
Perorangan
6 UPJA Serasi Jaya Tani Ds. Kendit Kelompok Prasarana dan Sarana Pertanian
Perorangan
Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2013 Tk. Provinsi Jawa Timur. A. Katagori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
(Kelompok/Gabungan Yang Memproduksi Pangan.
No. Nama Kelompok Alamat Keterangan
1 Kelompok Tani “Makmur”
Jl. Darmo No. 177 Pamotan Dampit Malang
Peringkat I
2 Kelompok Tani “Barokah” Desa Bunbarat Kec. Rubaru Sumenep
Peringkat II
3 KUB Manunggal Lestari Desa Duwet Kec. Wates Kediri Peringkat III
B. Katagori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan (Kelompok/Gabungan Kelompok Pemberdayaan Dalam Pengembangan Usaha Produktif/ Kesehatan/Gizi Masyarakat.
No. Nama Kelompok Alamat Keterangan
1 Gabungan Kelompok “Harapan Makmur”
Desa Wates Kec. Sumbergempol Tulung Agung
Peringkat I
2 Gapoktan “Sambirejo” Desa Sambirejo Kec. Saradan Madiun
Peringkat II
3 Gapoktan PLDPM Desa Pojokkulon Kec. Kesamben Jombang
Peringkat III
C. Katagori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan (Kelompok
Pengembangan Industri Pangan Olahan dan Perakitan Teknologi Pangan.
No. Nama Kelompok Alamat Keterangan
1 Kelompok “Sumber Rejeki”
Desa Tasik Madu Kec. Watulimo Kec. Menganti Trenggalek
Peringkat I
2 Kelompok Tani “Ambudi Makmur II”
Desa Kramat Kec. Bangkalan Bangkalan
Peringkat II
3 Kelompok Wanita Tani (KWT) Jaya Nata
Desa Tiris Kec. Tiris Probolinggo
Peringkat III
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
D. Katagori Pemangku Ketahanan Pangan.
No. Nama Alamat Keterangan
1 Sarana, S.Pd.
Ketua Poktan Gangsar Makmur Desa Asmorobangun Kec. Puncu Kediri
Peringkat I
Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2014 Tk. Provinsi Jawa Timur, sesuai Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 188/595/KPTS/013/2014 tanggal 1 Oktober 2014. A. Katagori Pelopor Ketahanan Pangan
No. Nama Alamat Keterangan
1 Drs. H. Joko Utomo
Desa Sukolilo Kec. Bancar Kab. Tuban.
Peringkat I
2 Basuki Rahmat Desa Pekandangan Sangra Kec. Bluto Kab. Sumenep
Peringkat II
3 Hendro Widodo Desa Ngaglik Kec. Srengat
Kab. Blitar
Peringkat
III
B. Katagori Pemangku Ketahanan Pangan
No. Nama Alamat Keterangan
1 Ririn, SP Peringkat I
2 Yasin Peringkat II
3 Abdul Karim Peringkat III
C. Katagori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
No. Nama Kelompok Alamat Keterangan
1 Kelompok Tani Sumber Hasil
Peringkat I
2 Gapoktan Mojo Makmur Peringkat II
3 Kelompok Tani Barokah IV
Peringkat III
D. Katagori Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan
No. Nama Kelompok Alamat Keterangan
1 Kelompok Tani Sumber Hasil
Peringkat I
2 Gapoktan Mojo Makmur Peringkat II
3 Kelompok Tani Barokah IV
Peringkat III
Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2014
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 22
4.1. Kesimpulan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur merupakan tindak lanjut dari
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah dan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, sekaligus merupakan
laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan pembangunan ketahanan
pangan yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran 2014.
Capaian5 (lima) indikator dapat digambarkan sebagai berikut :
- Ketersediaan pangan (beras) 7.832.072 Ton dari Target 7.252.008 Ton atau
108 %, Persentase peningkatan ketersediaan pangan 7,4% sedangkan
ketersediaan energi mencapai 3.589 kkal/kap/hr dan ketersediaan protein
99,40 gr/kap/hr.
- Capaian kualitas konsumsi pangan penduduk Jawa Timur yang ditandai
Skor PPH 81,6 (99,27%) dari Target Skor PPH 82,20.
- Capaian Penanganan Keamanan Pangan 116,17%.
- Capain stabilitas rata-rata harga ditingkat petani GKP Rp. 3.727,-/Kg.
(112,94%) dan harga GKG Rp. 4.531,-/Kg. (109,18%).
- Capaian Penurunan Penduduk Rawan Pangan yang tertangani sebesar
78.940 orang (1,62%) dari target 73.041 (1,50% dari 4.869.376 orang).
4.2. Saran
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan sarana
evaluasi dan pengendalian yang sangat efektif sehingga pelaksanaan
pembangunan ketahanan pangan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan pembinaan secara berkala dan
berkelanjutan sehingga pembangunan ketahanan pangan dapat terpadu
(integrated), terukur keberhasilannya (measurable) dan berkesinambungan
(sustainability).
IV PENUTUP