laporan kinerja instansi pemerintah - bpkp.go.id1).pdf · kata pengantar laporan kinerja instansi...

96
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PERWAKILAN BPKP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2017 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : LKjIP-011/PW23/6/2018 TANGGAL : 9 JANUARI 2018

Upload: vulien

Post on 12-Aug-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAHPERWAKILAN BPKP

PROVINSI NUSA TENGGARA BARATTAHUN 2017

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

NOMOR : LKjIP-011/PW23/6/2018TANGGAL : 9 JANUARI 2018

i

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNANPERWAKILAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara

Barat Tahun 2017 merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan

penetapan kinerja (Tapkin) yang telah disepakati sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja

dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sedangkan bagi

stakeholders lainnya, laporan ini merupakan wujud pertanggungjawaban atas

perannya sebagai mitra kerja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi/

Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Target-target dalam Penetapan Kinerja (Tapkin) sifatnya mengikat untuk dicapai

dan dipertanggungjawabkan. Target-target tersebut secara kumulatif mengarah

pada sasaran dan tujuan organisasi. Untuk dapat mengetahui sejauh mana

pencapaian sasaran dan tujuan tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran atas

realisasi capaian dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Apabila terdapat

perbedaan (performance gap) yang secara signifikan kurang atau melebihi dari

target yang ditetapkan maka perlu diberikan penjelasan secukupnya sebagai

umpan balik dalam perencanaan berikutnya.

Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2017 menunjukkan

bahwa rata-rata capaian outcome sudah sangat berhasil. Hal ini terlihat dari

capain 13 indikator kinerja dengan kategori sangat berhasil, 2 indikator kinerja

dengan kategori berhasil, 1 indikator kinerja dengan kategori cukup berhasil, dan 2

indikator kinerja dengan kategori tidak berhasil.

Indikator “persentase BUMD yang kinerjanya minimal berpredikat baik dari BUMD

yang dibina” masih berada dalam kategori cukup berhasil dengan capaian

sebesar 61,73%. Hal ini disebabkan (1) jangka waktu pemasangan sambungan

baru melebihi 6 hari kerja, (2) penyusunan RISPAM belum sesuai dengan ketentuan,

(3) SPI pada PDAM belum melakukan pemantauan tindak lanjut hasil audit dari

auditor eksternal, (4) struktur organisasi belum sesuai dengan ketentuan menurut

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ...........................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. vi

IKHTISAR EKSEKUTIF..................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi ...................................................... 1

B. Aspek Strategis Organisasi.................................................................................. 4

C. Kegiatan dan Produk Organisasi....................................................................... 6

D. Struktur Organisasi ............................................................................................... 7

E. Sistematika Penyajian ........................................................................................10

BAB II PERENCANAAN KINERJAA. Rencana Strategis 2015 – 2019 .........................................................................11

1. Pernyataan Visi ............................................................................................12

2. Pernyataan Misi ...........................................................................................19

3. Tujuan dan Sasaran Program ....................................................................27

4. Indikator Kinerja Program...........................................................................28

5. Program dan Kegiatan...............................................................................31

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ...........................................................................32

BAB III AKUNTABILITAS KINERJAA. Capaian Kinerja Organisasi ..............................................................................36

B. Analisis Capaian Kinerja ...................................................................................42

C. Realisasi Anggaran.............................................................................................70

BAB IV PENUTUPA. Simpulan Capaian Kinerja.................................................................................72

B. Rencana Tindak..................................................................................................74

LAMPIRAN

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Struktur Organisasi .................................................................................... 8

Gambar 1.2. SDM Berdasarkan Pendidikan ................................................................ 9

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. SDM Berdasarkan Jabatan ....................................................................... 8

Tabel 1.2. SDM Berdasarkan Golongan .................................................................... 9

Tabel 2.1. Indikator Kinerja Program ........................................................................29

Tabel 2.2. Program dan Kegiatan Tahun 2017 ....................................................... 31

Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ..................................................................32

Tabel 3.1. Kategori Capaian Kinerja.........................................................................36

Tabel 3.2. Capaian Outcome Tahun 2017 .............................................................. 38

Tabel 3.3. Capaian Output Tahun 2017 ...................................................................41

Tabel 3.4. Temuan Berdasarkan Grup Temuan ...................................................... 43

Tabel 3.5. Rekomendasi Tata Kelola, Manajemen Risiko danPengendalian Intern Pengelolaan Korporasi Tahun 2017 .................. 50

Tabel 3.6. Capaian IKU Maturitas SPIP Pemda/korporasi .....................................58

Tabel 3.7. Capaian Nilai Maturitas SPIP Provinsi Nusa Tenggara Barat .............. 59

Tabel 3.8. Capaian Nilai Maturitas SPIP Kabupaten/kota di LingkunganProvinsi Nusa Tenggara Barat .................................................................59

Tabel 3.9. Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah se-Provinsi NusaTenggara Barat ......................................................................................... 60

Tabel 3.10. Nilai SAKIP Pemerintah Daerah se-Provinsi Nusa Tenggara Barat .....62

Tabel 3.11. Nilai LPPD Pemerintah Daerah se-Provinsi Nusa Tenggara Barat ......63

Tabel 3.12. Hasil Evaluasi Kinerja PDAM se-Provinsi Nusa Tenggara Barat ...........64

Tabel 3.13. Hasil Evaluasi Kinejra BUMD Provinsi Nusa Tenggara Barat ................. 65

Tabel 3.14. Hasil Evaluasi Kinerja BLUD se-Provinsi Nusa Tenggara Barat .............. 67

Tabel 3.15. Kapabilitas APIP se-Provinsi Nusa Tenggara Barat ............................... 69

Tabel 3.16. Hasil Survei Layanan Sekretariat Utama ................................................ 70

Tabel 3.17. Anggaran dan Realisasi Keuangan per Program ................................ 70

Tabel 3.18. Anggaran dan Realisasi Keuangan per Jenis Belanja ........................ 71

Tabel 3.19. Penugasan dengan Bantuan Kedinasan per Bidang .......................... 71

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Target dan Realisasi Kinerja dan Anggaran Tahun 2017

Lampiran 2 Hasil Survei Kepuasan atas Layanan Sekretariat Utama Tahun 2017

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

vii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) telah menyusun

Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2015-2019 yang memuat visi, misi, tujuan,

sasaran, dan kegiatan, dilengkapi dengan indikator kinerja dan target yang

akan dicapai serta rencana pendanaan dalam tahun 2015-2019, yang

selanjutnya menjadi acuan bagi Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

dalam menyusun Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat 2015-

2019, termasuk rencana pendanaan sekaligus sebagai acuan dalam

melaksanakan kinerjanya.

Dalam tahun 2017 Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat telah

merumuskan 8 (delapan) sasaran program. Perumusan sasaran program diikuti

dengan penyesuaian IKU sebagai dasar pengukuran capaian sasaran program.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat Tahun 2017 ini merupakan salah satu media yang menunjukkan

kesiapan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk mampu

menjawab pertanyaan atas pencapaian kinerja tahun 2017. LKjIP ini juga

sebagai alat kendali dan alat pengukuran kinerja secara kuantitatif menuju

terwujudnya akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas.

Keberhasilan capaian sasaran program diukur dengan IKU yang

menggambarkan peran Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam

memberikan nilai tambah bagi stakeholders. Pengukuran capaian kinerja

sasaran program meliputi pengukuran atas realisasi 25 indikator outcome dan 7

indikator kinerja output yang telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Provinsi

Nusa Tenggara Barat Tahun 2017 dengan uraian capaian sebagai berikut:

1. Perbaikan Pengelolaan Program Prioritas Nasional dan Pengelolaan

Keuangan Negara/Korporasi

Capaian sasaran program ini diindikasikan dari capaian 2 (dua) IKU dengan

uraian sebagai berikut:

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

viii

a. Perbaikan tatakelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern

pengelolaan program nasional

Terdapat 17 tindak lanjut atas 103 rekomendasi yang dihasilkan terkait

tatakelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern pengelolaan

program nasional. Sehingga realisasi capaian adalah sebesar 16,50%.

Bila dibandingkan dengan target IKU sebesar 55,00%, maka capaian IKU

ini adalah sebesar 30% dengan kategori “Tidak Berhasil”.

b. Persentase tindak lanjut rekomendasi tata kelola, manajemen risiko dan

pengendalian intern pengelolaan korporasi

Terdapat 21 tindak lanjut dari total 26 rekomendasi yang dihasilkan

terkait tatakelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern

pengelolaan korporasi. Sehingga realisasi capaian adalah sebesar

80,77%. Bila dibandingkan dengan target IKU sebesar 55%, capaian IKU

ini adalah sebesar 146,85% dengan kategori “Sangat Berhasil”.

2. Meningkatnya Efektivitas Hasil Pengawasan Keinvestigasian

Capaian sasaran program ini diindikasikan dari capaian 5 (lima) IKU dengan

uraian sebagai berikut:

a. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di

persidangan

Target Pemberian Keterangan Ahli yang ditetapkan dalam Perjanjian

Kinerja Tahun 2017 adalah sebesar 40%. Dari jumlah Laporan

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara dalam tiga tahun terakhir

(2015-2017) yaitu sebanyak 32 laporan, terdapat Pemberian Keterangan

Ahli di tahun 2017 sebanyak 11 kali atau sebesar 34,38%. Bila

dibandingkan dengan target sebesar 40%, capaian kinerja untuk ini

adalah sebesar 85,95% dengan kategori “Sangat Berhasil”.

b. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

APH

Target hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH

yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 sebesar 70%. Dari

jumlah laporan hasil audit investigasi yang diterbitkan selama tahun 2017

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

ix

yaitu sebanyak 1 (satu) laporan, ditindaklanjuti sebanyak 1 (satu)

laporan atau sebesar 100%. Bila dibandingkan dengan target sebesar

70%, capaian kinerja untuk IKU ini adalah sebesar 142,85% dengan

kategori “Sangat Berhasil”.

c. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

Target hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 adalah

sebesar 60%. Dari jumlah Laporan Hasil Keinvestigasian yang diterbitkan

pada tahun 2017 yaitu sebanyak 3 (tiga) laporan, ditindaklanjuti/

dimanfaatkan oleh K/L/P/K sebanyak 3 (tiga) laporan atau sebesar

100%. Bila dibandingkan dengan target sebesar 60%, capaian kinerja

untuk indikator tersebut adalah sebesar 166,67% dengan kategori

“Sangat Berhasil”.

d. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

Target presentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja adalah sebesar

70%. Dari rencana tahun 2017 yaitu 1 (satu) Laporan Hasil Audit

Penyesuaian Harga, terdapat 1 (satu) Laporan Hasil Audit Penyesuaian

Harga yang ditindaklanjuti di tahun 2017 atau sebesar 100%. Bika

dibandingkan dengan target sebesar 70%, capaian kinerja untuk IKU ini

adalah sebesar 142,86% dengan kategori “Sangat Berhasil”.

e. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K

Untuk tahun 2017, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak

menerima permintaan audit klaim dari pihak ketiga. Hal ini juga yang

menjadi pertimbangan untuk tidak menetapkan target kinerja atas IKU

ini di tahun 2017.

3. Meningkatnya Penyelesaian Hambatan Pelaksanaan Pembangunan

Nasional

Capaian sasaran program ini diindikasikan dari 1 (satu) IKU yaitu “persentase

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

x

penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan” dengan capaian

sebesar 0,00% atau kategori “Tidak Berhasil”. Hal ini disebabkan belum ada

permintaan dari pihak ketiga terkait penyelesaian hambatan kelancaran

pembangunan. Potensi pengawasan atas indikator ini yaitu pelaksanaan

penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan pada Pelindo III

Lembar yang masih menunggu koordinasi dengan Pelindo Pusat.

4. Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Pemerintah dan Korporasi Dalam

Pencegahan Korupsi

Capaian sasaran program ini diindikasikan dari 1 (satu) IKU yaitu “persentase

K/L/P/K yang mengimplentasikan FCP (termasuk FRA)”.

Target kinerja tahun 2017 untuk IKU ini ditetapkan sebesar 50% dengan

jumlah penugasan terkait dengan implementasi Fraud Control Plan (FCP)/

Fraud Risk Assessment (FRA) pada Tahun 2017 sebanyak 1 penugasan yaitu

Fraud Risk Assessment (FRA) terhadap Proses Perencanaan dan

Penganggaran Belanja Modal Tahun 2018 pada Pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah menerapkan penilaian risiko

kecurangan (FRA) pada proses perencanaan dan penganggaran belanja

modal, menuangkan risiko yang telah diidentifikasi ke dalam register risiko

fraud dan peta risiko fraud, dan melakukan mitigasi risiko-risiko fraud

terutama yang berisiko tinggi. Dengan demikian, realisasi kinerja tahun 2017

atas IKU ini adalah sebesar 100%. Jika dibandingkan dengan target kinerja

sebesar 50%, capaian IKU ini adalah sebesar 200% dengan kategori “Sangat

Berhasil”.

5. Meningkatnya Kepedulian K/L/P/K dan Masyarakat terhadap KorupsiCapaian sasaran program ini diindikasikan dari 1 (satu) IKU yaitu “persentase

K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK) yang

mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat” dengan realisasi

kinerja sebesar 100%. Bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan

dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 sebesar 60%, capaian IKU ini adalah

sebesar 166,67% dengan kategori “Sangat Berhasil”.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

xi

6. Meningkatnya kualitas penerapan SPIP Pemda/korporasi

Capaian sasaran program ini diindikasikan dari capaian 8 (delapan) IKU

dengan uraian sebagai berikut:

a. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditargetkan

pada level 1, namun pada tahun 2017 telah mencapai level 3 dengan

skor 3,2034. Sehingga realisasi capaiannya adalah sebesar 100,00%

dengan kategori “Sangat Berhasil”. Capaian ini mendukung target IKU

BPKP yakni maturitas SPIP Pemerintah Provinsi level 3.

b. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 2)

Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah mencapai

level 3 dengan skor 3,2034. Capaian ini mendukung target IKU BPKP yakni

maturitas SPIP Pemerintah Provinsi level 3.

c. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 1)

Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditargetkan

pada level 1, namun pada tahun 2017 telah mencapai level 3 dengan

skor 3,2034. Capaian ini mendukung target IKU BPKP yakni maturitas SPIP

Pemerintah Provinsi level 3.

d. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (Level 3)

Terdapat 5 dari 10 pemerintah kabupaten/kota yang mencapai level 3.

Sehingga realisasi capaiannya adalah sebesar 50,00%. Jika dibandingan

dengan target IKU sebesar 50,00%, maka capaian IKU tahun 2017 adalah

sebesar 100% dengan kategori “Sangat Berhasil”.

e. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (Level 2)

Terdapat 5 dari 10 pemerintah kabupaten/kota yang mencapai level 2.

Sehingga realisasi capaiannya adalah sebesar 50,00%. Jika dibandingan

dengan target IKU sebesar 50,00%, maka capaian IKU tahun 2017 adalah

sebesar 100% dengan kategori “Sangat Berhasil”.

f. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (Level 1)

Tidak terdapat pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara

Barat dengan status maturitas SPIP level 1. Sehingga realisasi capaiannya

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

xii

adalah sebesar 0,00%. Capaian ini mendukung target IKU BPKP yakni

maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota level 3.

g. Persentase BUMD yang kinerjanya minimal berpredikat baik dari BUMD

yang dibina

Terdapat 3 dari 9 BUMD yang dibina, dalam hal ini PDAM, yang

kinerjanya minimal berpredikat baik. Sehingga realisasi capaiannya

adalah sebesar 33,33%. Jika dibandingan dengan target IKU sebesar

54,00%, maka capaian IKU tahun 2017 adalah sebesar 61,73% dengan

kategori “Cukup Berhasil”.

h. Persentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dari BLUD yang dibina

Terdapat 1 dari 2 BLUD yang dibina, dalam hal ini RSUD/RSJ, yang

kinerjanya minimal baik. Sehingga realisasi capaiannya adalah sebesar

50,00%. Jika dibandingan dengan target IKU sebesar 60,00%, maka

capaian IKU tahun 2017 adalah sebesar 83,33% dengan kategori

“Berhasil”.

7. Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern Pemda

Capaian sasaran program ini diindikasikan dari capaian 6 (enam) IKU

dengan uraian sebagai berikut:

a. Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)

Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditargetkan

mencapai level 3, dan pada tahun 2017 telah tercapai 100% dengan

kategori “Sangat Berhasil”. Capaian ini mendukung target IKU BPKP yakni

Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi level 3.

b. Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 2)

Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah

mencapai level 3. Sehingga realisasi capaiannya adalah sebesar 0,00%.

Capaian ini mendukung target IKU BPKP yakni kapabilitas APIP

Pemerintah Provinsi level 3.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

xiii

c. Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 1)

Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah

mencapai level 3. Sehingga realisasi capaiannya adalah sebesar 0,00%.

Capaian ini mendukung target IKU BPKP yakni kapabilitas APIP

Pemerintah Provinsi level 3.

d. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3)

Terdapat 4 dari 10 pemerintah kabupaten/kota yang tingkat

kapabilitasnya mencapai level 3. Sehingga realisasi capaiannya adalah

sebesar 40%. Jika dibandingan dengan target IKU sebesar 50%, maka

capaian IKU tahun 2017 adalah sebesar 80,00% dengan kategori

“Berhasil”.

e. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 2)

Terdapat 6 dari 10 pemerintah kabupaten/kota yang tingkat

kapabilitasnya mencapai level 2. Sehingga realisasi capaiannya adalah

sebesar 60%. Jika dibandingan dengan target IKU sebesar 50%, maka

capaian IKU tahun 2017 adalah sebesar 120,00% dengan kategori

“Sangat Berhasil”.

f. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 1)

Tidak terdapat pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara

Barat dengan status kapabilitas APIP level 1. Capaian ini mendukung

target IKU BPKP yakni kapabilitas APIP Pemerintah Pemerintah

Kabupaten/kota level 3.

8. Tersedianya dukungan teknis kepuasan atas pelayanan sekretariat utama

Capaian sasaran program ini diindikasikan dari 1 (satu) IKU yaitu “persepsi

kepuasan layanan sekretariat utama”. Capaian ini didasarkan pada hasil

survei yang dilakukan dengan metode kuisioner kepada pegawai di

lingkungan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat terkait kepuasan

pada aspek layanan keuangan, kepegawaian, dan umum (sarana

prasarana). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, tingkat kepuasan

pegawai atas ketiga aspek tersebut berada pada nilai 7,74, atau mencapai

87,50% dari target sebesar 8 (skala Likert 1-10). Dengan demikian, capaian

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

xiv

IKU ini adalah sebesar 87,50% atau masuk ke dalam kategori “Sangat

Berhasil”. Capaian IKU ini didukung dengan terealisasinya 12 laporan

dukungan manajemen BPKP dan tersedianya meubelair Perwakilan Provinsi

Nusa Tenggara Barat.

Keseluruhan program yang dilaksanakan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara

Barat pada Tahun 2017 menggunakan dana sebesar Rp13.487.233.249,00 dari

anggaran sebesar Rp13.663.066.000,00 atau tercapai 98,71%.

Selain keberhasilan capaian sasaran program, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat juga mempunyai prestasi/penghargaan sebagai berikut:

1) Perwakilan BPKP Terbaik I dalam penerapan SIMDA Perencanaan.

2) Badan Publik Terbaik III dalam Keterbukaan dan Layanan Informasi Publik

(Kehumasan) se-Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Secara umum, seluruh sasaran program yang didukung dengan capaian output

tahun 2017 telah tercapai sesuai dengan targetnya. Namun demikian, terdapat

capaian outcome yang masih belum mencapai target.

Untuk meraih hasil yang lebih optimal di tahun selanjutnya, Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat akan melakukan langkah-langkah perbaikan kinerja

yaitu dengan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah

Daerah/BUMN/BUMD/BLU untuk pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi

yang diberikan, meningkatkan pelayanan berupa pembinaan penyelenggaraan

SPIP secara intensif bagi K/L/Pemda/Korporasi, peningkatan kapasitas aparat

pemerintah daerah di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat serta peningkatan

kompetensi SDM Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Program

Pelatihan Mandiri (PPM), workshop dan diklat.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

1

BAB I

PENDAHULUAN

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan

Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dengan tugas utama membantu

Presiden mengawasi pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara

dan pembangunan nasional agar sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sekaligus memberi masukan bagi

penyusunan kebijakan terkait.

Tugas, fungsi dan wewenang Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

(NTB), aspek strategis organisasi, kegiatan dan produk BPKP, struktur organisasi

dan komposisi pegawai, serta sistematika penyajian Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah Tahun 2017 diuraikan sebagai berikut:

A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi

Bab I Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014

tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

menyatakan bahwa “BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/ daerah dan

pembangunan nasional”. Selanjutnya, dalam melaksanakan tugasnya, BPKP

menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap akuntabilitas

keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional meliputi kegiatan

yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara

berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum

Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden;

2. Pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan

lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran

keuangan negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan

lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran

negara/daerah dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

2

yang didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain

dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah serta akuntabilitas

pembiayaan keuangan negara/ daerah;

3. Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan

aset negara/daerah;

4. Pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian

intern, dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan

program/ kebijakan pemerintah yang strategis;

5. Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau

kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas

penyesuaian harga, audit klaim, audit isvestigatif terhadap kasuskasus

penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit

penghitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian keterangan

ahli, dan upaya pencegahan korupsi;

6. Pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern

terhadap akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan

nasional bersamasama dengan aparat pengawasan intern pemerintah

lainnya;

7. Pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah

pusat;

8. Pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi penyelenggaraan

sistem pengendalian intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah

daerah, dan badan-badan yang di dalamnya terdapat kepentingan

keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau

Pemerintah Daerah;

9. Pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan Pemerintah

sesuai peraturan perundangundangan;

10. Pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah dan sertifikasi

jabatan fungsional auditor;

11. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di

bidang pengawasan dan sistem pengendalian intern pemerintah;

12. Pembangunan dan pengembangan, serta pengolahan data dan informasi

hasil pengawasan atas penyelenggaraan akuntabilitas keuangan negara

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

3

13. Pelaksanaan pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di

BPKP; dan

14. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan

umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,

keuangan, kearsipan, hukum, kehumasan, persandian, perlengkapan dan

rumah tangga.

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP mempunyai kewenangan:

1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan;

3. Penetapan sistem informasi di bidangnya;

4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang

meliputi bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidangnya;

5. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi

tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;

6. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yaitu:

a. memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat

penimbunan, dan sebagainya;

b. meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku perhitungan,

surat-surat bukti, notulen rapat panitia dan sejenisnya, hasil survei

laporan-laporan pengelolaan, dan surat-surat lainnya yang diperlukan

dalam pengawasan;

c. pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan dan lain-lain;

d. meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan, baik hasil

pengawasan BPKP sendiri maupun hasil pengawasan Badan Pemeriksa

Keuangan, dan lembaga pengawasan lainnya.

Selain itu, BPKP bertugas sebagai auditor intern pemerintah yang bertanggung-

jawab kepada Presiden sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah RI

Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Tugas

BPKP tersebut untuk mendukung akuntabilitas Presiden dalam pelaksanaan

pengelolaan keuangan negara melalui fungsi:

1. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan

tertentu yang meliputi:

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

4

a. Kegiatan yang bersifat lintas sektoral, yaitu kegiatan yang dalam

pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian

negara/lembaga atau pemerintah daerah yang tidak dapat dilakukan

pengawasan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah kementerian

negara/lembaga, provinsi, atau kabupaten/kota karena keterbatasan

kewenangan.

b. Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara(BUN). Khusus dalam

rangka pelaksanaan pengawasan intern atas kegiatan kebendaharaan

umum Negara, Menteri Keuangan melakukan koordinasi kegiatan yang

terkait dengan instansi pemerintah lainnya.

c. Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.

2. Pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah.

3. Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebelum disampaikan

Menteri Keuangan kepada Presiden.

4. Penyampaian ikhtisar laporan hasil pengawasan yang bersifat nasional (dari hasil

pengawasan BPKP dan APIP lainnya).

Secara khusus, kedudukan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

merupakan instansi vertikal BPKP di daerah yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala BPKP. Terkait kedudukan tersebut,

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai tugas melaksanakan

pengawasan keuangan dan pembangunan serta penyelenggaraan

akuntabilitas di daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

B. Aspek Strategis Organisasi

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dibentuk berdasarkan

Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-955/K/SU/2011 tanggal 15 Agustus 2011

merupakan salah satu unit kerja BPKP.Sebagai unit kerja BPKP berarti Perwakilan

BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat juga adalah auditor intern pemerintah yang

memiliki dua peran, yaitu assurance dan consulting. Assurance meminta para

auditor intern untuk memberikan pendapatnya tentang kesesuaian

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

5

penyelenggaraan control, risk management dan governance process dengan

kualitas yang ditetapkan dengan kebijakan manajemen, standar atau norma

lainnya yang diberlakukan untuk praktik dimaksud. Peran consulting diarahkan

untuk memberikan rekomendasi terhadap praktik yang telah dilaksanakan oleh

manajemen. Kendati praktik sudah sesuai dengan kualitas (kebijakan

manajemen, standar atau norma lain), auditor intern, melalui peran consulting

masih dituntut untuk memberi rekomendasi yang dapat meningkatkan efisiensi

atau efektivitas kegiatan dimaksud. Perlu diperhatikan bahwa peran pemberian

jasa assurance dan jasa consultancy, berkonsentrasi pada tiga hal pokok: risk,

control dan governance process.

Berdasarkan uraian ringkas di atas, tugas dan fungsi Perwakilan BPKP Provinsi

Nusa Tenggara Barat sebagai unit kerja BPKP memiliki dua area dalam

melaksanakan perannya, yaitu pengawasan intern dan pembinaan

penyelenggaraan SPIP. Pengawasan intern meliputi assurance dan consulting

yang independen dan obyektif untuk menambah nilai dan meningkatkan

operasi Instansi/Satker Kementerian/Lembaga di daerah, BUMN/BUMD, serta

Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Peran assurance tersebut bertujuan

memberikan keyakinan yang memadai tentang efektivitas proses governance

dan pengendalian serta manajemen risiko instansi pemerintah. Sedangkan

peran consulting memberikan saran dan masukan dan perbaikan dalam proses

governance dan pengendalian serta manajemen risiko instansi pemerintah.

Peran assurance dan consulting tersebut memberikan gambaran bahwa

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu unit kerja BPKP

merupakan bagian dari pemerintah yang senantiasa berusaha memberikan

pelayanan yang profesional di bidang pengawasan dalam rangka mendukung

upaya pemerintah mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan,

akuntabel, dan partisipatif.

Peran pengawasan yang dijabarkan dalam kegiatan konsultatif dan assurance

tersebut merupakan dasar pengukuran capaian kinerja Perwakilan BPKP Provinsi

NTB. Keberhasilan capaian kinerja ditentukan juga oleh kinerja pihak-pihak yang

difasilitasi terkait dengan kegiatan konsultatif dan pihak-pihak yang dibantu,

serta penugasan audit keuangan maupun audit investigasi.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

6

C. Kegiatan dan Produk Organisasi

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam melaksanakan tugas, fungsi

dan kewenangannya melaksanakan berbagai kegiatan, yaitu: audit; konsultasi,

asistensi dan evaluasi; pemberantasan KKN; serta pendidikan dan pelatihan

pengawasan.

1. Audit

Kegiatan audit mencakup:

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

b. Laporan Keuangan dan Kinerja BUMN/D/Badan Usaha Lainnya.

c. Pemanfaatan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.

d. Peningkatan Penerimaan Negara, termasuk Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP).

e. Audit Tindak Lanjut atas Temuan-temuan Pemeriksaan.

f. Audit Khusus (Audit Investigasi) untuk mengungkapkan adanya indikasi

praktik Tindak Pidana Korupsi (TPK).

g. Audit lainnya yang menurut pemerintah bersifat perlu dan urgent untuk

segera dilakukan.

2. Konsultasi, asistensi dan evaluasi

Di bidang konsultasi, asistensi dan evaluasi, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat berperan sebagai konsultan bagi para stakeholders menuju

tata pemerintahan yang baik (good governance), yang mencakup:

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), Sistem Akuntansi Keuangan

Daerah (SAKD), Good Corporate Governance (GCG) pada Badan Usaha

Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Pembinaan Penyelenggaraan SPIP

serta Pembinaan Peningkatan Kapabilitas APIP.

3. Pemberantasan Korupsi

Di bidang perbantuan pemberantasan korupsi, Perwakilan BPKP Provinsi

Nusa Tenggara Barat membantu pemerintah memerangi praktik korupsi,

kolusi dan nepotisme dengan membentuk gugus tugas anti korupsi dengan

keahlian audit forensik. Dalam rangka penegakan hukum dan

pemberantasan KKN di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat telah kerjasama dengan Kejaksaan Agung dan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

7

Kepolisian RI. BPKP juga bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) yang tergabung dalam Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi

(Korsupgah).

4. Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan

Di bidang pendidikan dan pelatihan pengawasan, Perwakilan BPKP Provinsi

Nusa Tenggara Barat menjadi instansi pembina untuk mengembangkan

Jabatan Fungsional Auditor (JFA) di lingkungan Aparat Pengawasan Instansi

Pemerintah (APIP) di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Perwakilan BPKP Provinsi

Nusa Tenggara Barat juga sebagai kepanjangan tangan dari Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP dan Pusat

Pembinaan (Pusbin) JFA dalam penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan, sertifikasi,dan pembinaan seluruh auditor APIP di Provinsi NTB.

D. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat yang baru

ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala BPKP Nomor 16 Tahun 2014 tanggal

16 Agustus 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala BPKP

Nomor 20 Tahun 2014 tanggal 23 September 2014 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Perwakilan

BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Perwakilan BPKP Tipe A. Perwakilan

BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan instansi vertikal BPKP di daerah

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPKP.

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat dipimpin oleh seorang Kepala

Perwakilan, yaitu Dr. Ayi Riyanto, Ak., M.Si., berdasarkan Keputusan Kepala BPKP

Nomor KEP-170/K/SU/2017 tanggal 5 Juli 2017. Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat beralamat di Jalan Majapahit Nomor 23 A, Mataram.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

8

Gambar 1.1.

Struktur Organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

Sumber daya manusia (SDM) Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

merupakan faktor penentu dalam mencapai keberhasilan organisasi.

Berikut informasi terkait dengan SDM Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara

Barat per 31 Desember 2017:

Tabel 1.1.

SDM Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan Jabatan

SDM Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan komposisi

jabatan secara kuantitatif pada tahun 2017 mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2016 yaitu sebanyak 5 orang.

Jabatan Tahun 2017 Tahun 2016

Orang % Orang %

Pejabat Struktural 5 7,58 5 8,20

Pejabat Fungsional Auditor (PFA) 52 78,79 49 80,33

Pejabat Fungsional Umum dan

lainnya

9 13,64 7 11,47

Jumlah 66 100,00 61 100,00

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

9

Gambar 1.2.

SDM Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan Strata Pendidikan

Berdasarkan golongan, keseluruhan pegawai yang berjumlah 66 orang dapat

dirinci ke dalam tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2.

SDM Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan Golongan

Golongan Orang %

IV/d 0 0,00

IV/c 2 3,03

IV/b 4 6,06

IV/a 6 9,09

III/d 11 16,67

III/c 2 3,03

III/b 11 16,67

III/a 25 37,88

II/d 4 6,06

II/c 1 1,5

Jumlah 66 100,00

6

13

40

6

1

9,09%

19,70%

60,61%

9,09%

1,52%

0 10 20 30 40 50

SMA

DIII

S1/DIV

S2

S3

Prosentase Jumlah

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

10

E. Sistematika Penyajian

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara

Barat Tahun 2017 merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan

penetapan kinerja (Tapkin) yang telah disepakati sebagaimana diatur dalam

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja

dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sistematika penyajian

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

mengacu pada Surat Edaran Sekretaris Utama BPKP Nomor: SE-2146/SU/01/2017

tanggal 21 November 2017 tentang Pokok-Pokok Pelaporan Kinerja di

Lingkungan BPKP Tahun 2017 sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tugas, fungsi, dan wewenang organisasi, aspek strategis

organisasi, kegiatan dan layanan produk organisasi, struktur organisasi, dan

sistematika penyajian.

BAB II : PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Dalam bab ini berisi uraian tentang rencana strategis 2015-2019 dan perjanjian

kinerja 2017.

BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai capaian kinerja dan realisasi anggaran.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan secara ringkas capaian kinerja dan rencana

tindak perbaikan.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

11

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Perencanaan kinerja merupakan dasar bagi pelaksanaan kegiatan dalam satu

tahun anggaran. Penyusunan rencana kinerja tidak terlepas dari rencana

strategis yang telah ditetapkan selama lima tahun ke depan. Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu unit kerja BPKP memiliki

program beserta kegiatan-kegiatannya yang mendukung pencapaian

perencanaan strategis BPKP secara keseluruhan.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah (SPIP) memosisikan BPKP sebagai pembina SPIP yang telah

dijabarkan dalam Renstra BPKP 2015-2019 dan diturunkan dengan Renstra

Perwakilan BPKP Provinsi Nua Tenggara Barat 2015-2019. Selain itu, selaku auditor

Presiden, BPKP mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan intern

terhadap Akuntabilitas Keuangan Negara. Strategi Perwakilan BPKP Provinsi

Nusa Tenggara Barat dalam Renstra 2015–2019 juga menjadi strategi Perwakilan

BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam rangka mencapai tujuan BPKP.

A. Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

2015-2019

Keberadaan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) terpanggil untuk mampu menjadi yang

terdepan bagi pembaruan manajemen pemerintahan, serta mendorong

kelancaran dan keberhasilan tugas-tugas pemerintah dalam mewujudkan

pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari KKN. Terbitnya mandat sesuai

dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 menegaskan jati diri BPKP

sebagai Auditor Presiden yang mampu memberikan informasi dan solusi bagi

Presiden berdasarkan hasil-hasil pengawasan yang dilakukan.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

12

1. Pernyataan Visi

“Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional di

Wilayah Nusa Tenggara Barat”

Pernyataan Visi Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat disusun seiring

dengan reformasi penyelenggaraan negara, adanya perubahan-

perubahan di berbagai lingkungan strategis, dan perubahan paradigma

baru di lingkungan BPKP. Mewujudkan visi tersebut merupakan tantangan

yang harus dihadapi oleh segenap personil Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat selaku

pelaksana kegiatan BPKP di daerah, sepenuhnya menyelaraskan visi, misi,

tujuan dan sasaran yang ditetapkan BPKP sebagai landasan dalam

menyusun Renstra Perwakilan untuk menjalankan aktivitasnya.

Komitmen yang terkandung dalam pernyataan visi tersebut mempunyai

beberapa kata kunci, yaitu:

a. Auditor Internal Pemerintah

Terdapat dua kata kunci dalam frase auditor internal pemerintah yaitu

audit intern dan auditor pemerintah.

i) Audit Intern

Audit intern atau pengawasan intern yang diadopsi oleh BPKP

mengacu pada definisi Institute of Internal Auditor (IIA) tentang internal

auditing yaitu “an independent, objective assurance and consulting

activity designed to add value and improve an organization’s

operations. It helps an organization accomplish its objectives by

bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve

the effectiveness of risk management, control, and governance

processes”.

Sesuai definisi tersebut, dua sifat aktifitas peran Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam melaksanakan pengawasan

intern yaitu sebagai pemberi jasa assurance dan pemberi jasa

consultancy. Melihat pendekatannya, pengawasan intern dimaksud

menuntut jasa assurance dan consultancy yang diperoleh dengan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

13

pendekatan yang sistematis dan metodologis untuk mengevaluasi

dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan

proses governance. Lebih spesifik lagi, untuk program atau kebijakan

pembangunan nasional, pengawasan intern Perwakilan BPKP Provinsi

Nusa Tenggara Barat menuntut penerapan pendekatan evaluasi (riset

sosial) untuk menghasilkan rekomendasi perbaikan atas ketiga hal

tersebut.

ii) Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah mengacu kepada posisi Perwakilan BPKP Provinsi

Nusa Tenggara Barat sebagai aparat pengawasan intern pemerintah

yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden sebagai

pemegang kekuasaan Pemerintah dalam bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Sebagai Auditor Pemerintah, Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan mata dan telinga Presiden

yang difungsikan untuk melihat dan mendengar secara langsung

fakta lapangan dan memberikan respon berupa informasi assurance

melalui suatu sistem pengawasan, dalam hal ini sistem informasi

akuntabilitas di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Menteri atau Kepala Lembaga atau Kepala Daerah atau pada

tataran tertentu, Direktur Utama BUMN, adalah pembantu Presiden

atau delegatee kekuasaan Presiden. Demi kepentingan Presiden,

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat juga berfungsi sebagai

mitra strategis KLPK dalam hal pemberian jasa consultancy. Jika

informasi assurance di atas menunjukkan adanya risiko terhadap

pencapaian tujuan program pemerintah, maka Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat berfungsi memberikan rekomendasi

perbaikan untuk memitigasi risiko, dan memastikan tujuan program

pemerintah, dalam hal ini sasaran pembangunan nasional, dapat

tercapai.

Dalam posisi sebagai Auditor Presiden, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat mengemban amanah dan tanggung jawab yang

besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi,

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

14

kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara.

Dalam konteks tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

harus konsekuen untuk meyakini bahwa alasan keberadaannya

terutama bukan hanya untuk melaksanakan fungsi atestasi terhadap

asersi manajemen, tetapi juga menekankan upaya perbaikan

manajemen risiko, sistem pengendalian dan proses governance.

Visi Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai Auditor

Internal Pemerintah RI merupakan visi yang strategis dalam rangka

meningkatkan prinsip independensi, baik in fact maupun in

appearance terhadap semua instansi di bawah Presiden yaitu

kementerian, lembaga dan pemerintah daerah dan korporasi.

Dengan demikian, informasi yang dihasilkan dari proses/kegiatan

pengawasan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

diharapkan bersifat obyektif, tidak bias dan tidak diintervensi oleh

pihak-pihak lain yang menciderai penegakan prinsip independensi.

b. Auditor Berkelas Dunia

Terdapat tiga aspek yang menunjukkan kualitas Perwakilan BPKP Provinsi

Nusa Tenggara Barat sebagai auditor internal berkelas dunia yaitu aspek

SDM, aspek organisasi dan aspek produk.

i) Profesionalisme Sumber Daya Manusia

Sumber daya Manusia (SDM) Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara

Barat wajib menerapkan due professional care dalam setiap

pelaksanaan penugasan pengawasan dan wajib memenuhi

persyaratan minimal. Kedua persyaratan tersebut biasanya ditetapkan

dalam standar pengawasan yang berlaku bagi Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai organisasi profesi.

SDM Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki

kompetensi minimal dalam bidang pengawasan, diarahkan menjadi

personel yang lebih memiliki kompetensi sesuai tujuan dan sasaran

strategis Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kompetensi

yang memungkinkan kemahiran profesional dalam pelaksanaan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

15

pengawasan intern, berdasarkan standard operating procedure (SOP)

yang berlaku dan memperhatikan standar audit dari AAIPI atau IIA,

dengan quality assurance berjenjang untuk memastikan kualitas

proses pelaksanaan pengawasan. Pemilihan obyek pengawasan

dilakukan sejak perencanaan stratejik sampai dengan perencanaan

tahunan dengan memperhatikan risiko (risk based planning). Demikian

juga, pelaksanaan pengawasannya tetap memperhatikan risiko

pengawasan (audit risk) untuk melindungi timbulnya gugatan pihak

ketiga.

ii) Kewenangan dan Kapabilitas Organisasi

Kewenangan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam

pengawasan program lintas di kementerian, lembaga dan

pemerintah daerah diwujudkan dalam pemberian kualitas yang

independen dan obyektif atas pengendalian intern yang diterapkan

dalam sertifikasi profesi pengawasan. Setiap auditor Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki keahlian dan kapasitas yang

memadai dalam melakukan koordinasi dan kerjasama tim, paham

atas budaya organisasi serta sistem dan proses yang berlaku di

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di samping itu,

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat selalu mengusahakan

peningkatan kompetensi dalam berbagai bidang terkait sehingga

meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi masalah dan

solusinya serta memahami perubahan peraturan terkait dan standar

baru di bidang pengawasan.

Pengelolaan sumber daya manusia Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat telah direncanakan untuk memenuhi kebutuhan

pengawasan dalam mencapai pengelolaan risiko, proses governance

yang efektif dan efisien serta tercapainya tujuan dan sasaran. Laporan

yang disampaikan kepada Menteri, Kepala Lembaga atau Kepala

Daerah yang bertanggung jawab langsung terhadap keberhasilan

program, diarahkan agar dapat memenuhi harapan Presiden sebagai

Kepala Pemerintahan RI terkait dengan kebijakan stratejik yang perlu

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

16

diperbaiki dari pelaksanaan program pembangunan nasional.

Pelaksanaan peran pengawasan intern tersebut telah dinyatakan

dalam audit charter yang telah mendefinisikan kewenangan, ruang

lingkup dan tanggung jawab Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara

Barat. Pelaksanaan peran tersebut telah disetujui Presiden

sebagaimana tertuang dalam berbagai peraturan yang mendukung

peran Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat serta menjadi

landasan dan pedoman pelaksanaan peran pengawasan intern.

Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pengawasan selalu

dilakukan reviu dan melakukan pembelajaran dari proses

pengawasan yang berlangsung di negara-negara lain (best practices

benchmarking) melalui studi literatur maupun studi ke organisasi

internal audit negara yang bersangkutan. Dengan perbaikan yang

terus-menerus tersebut, diharapkan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat dapat menjadi pembina yang lebih kompeten bagi

aparat pengawasan pemerintah lainnya.

Kapabilitas pengelolaan organisasi dan profesional pengawasan

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat diarahkan pada

kerangka penilaian Internal Audit Capability Model dengan target

minimal kapabilitas pada level 3 pada tahun 2019, dengan

karakteristik sebagai berikut:

1) Peran dan jasa pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat saat ini berupa jasa assurance & consulting

diarahkan menuju kepada peran sebagai penggerak perubahan

(Service and Role of Internal Audit Element).

2) Pengelolaan SDM Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

diarahkan untuk membangun pegawai yang profesional,

meningkatkan koordinasi serta meningkatkan kompetensi dan

kerjasama tim (People Management Element).

3) Pengawasan intern Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

dalam rencana strategi pengawasan berfokus pada kebutuhan

stakeholder dengan memperhatikan fokus prioritas dan risiko.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

17

Memperbaiki metodologi pengawasan berdasarkan perbaikan

proses internal maupun praktek-praktek terbaik pengawasan

(Professional Practices Element).

4) Mengembangkan manajemen kinerja pengawasan baik organisasi

maupun individu, melalui SIM HP dan IPMS untuk kepentingan

manajemen hasil pengawasan maupun untuk manajemen sumber

daya pengawasan (Performance Management and

Accountability Element).

5) Sinergitas dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya

dalam melakukan pengawasan lintas sektor dan menjadi mitra

pemerintah dalam tindak lanjut perbaikan manajemen hasil

pemeriksaan BPK RI. Sementara itu, hasil pengawasan Perwakilan

BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat berupa rekomendasi kepada

Presiden dan pimpinan daerah dalam rangka mewujudkan

hubungan yang harmonis dan efektif dengan mitra kerja

(Organizational Relationship and Culture Element).

6) Dalam kedudukannya sebagai auditor Presiden, Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan pengawasan secara

independen dengan kewenangan dan kekuasaan mandiri

walaupun sebatas kegiatan lintas sektoral. Perwakilan BPKP Provinsi

Nusa Tenggara Barat aktif untuk melakukan pengawasan dalam

rangka meningkatkan pengendalian intern dalam memitigasi risiko,

meningkatkan kepatuhan dan mendorong tercapainya tujuan

organisasi (Governance Structure Element).

Pengembangan kapabilitas dan kapasitas pengawasan intern

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat senantiasa dilakukan

dengan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah, untuk

memberi keyakinan bahwa tujuan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat dapat tercapai. Penerapan sistem pengendalian

intern diarahkan pada penyelenggaraan yang efektif dengan

kerangka penilaian kematangan implementasi SPIP. Maturitas

penyelenggaraan SPIP ditargetkan berada padal level 3, dengan

karakteristik bahwa Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

18

telah menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian untuk

semua kegiatan pokoknya, sebagai media pengendalian (control

design). Kebijakan dan prosedur atas kegiatan pengelolaan

keuangan dan atas beberapa kegiatan operasional telah mulai

dilaksanakan dan didokumentasikan secara konsisten.

iii) Leverage Rekomendasi Hasil Pengawasan

Dari sudut perannya, hasil pengawasan internal Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat berupa informasi assurance

dan/atau consultancy. Informasi assurance memberikan jaminan

kepada Presiden dan pembantunya bahwa tata kelola pemerintahan

atas seluruh program prioritas pembangunan telah dijalankansesuai

dengan standar, aturan, kebijakan atau instrumen operasional

manajemen risiko dan governance lainnya. Informasi consultancy

berwujud rekomendasi tentang perbaikan manajemen risiko,

aktivitas pengendalian danproses governance dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan.

Kualitas informasi assurance dan rekomendasi strategis tersebut harus

sedemikian rupa sehingga mempunyai daya ungkit (leverage) yang

cukup signifikan dalam meningkatkan kinerja pemerintahan dan

program pembangunan.

c. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

Terdapat dua ruang lingkup utama terkait dengan akuntabilitas

pengelolaan keuangan dan pembangunan. Pertama, terkait dengan

fungsi manajemen lingkup pengawasan intern yang meliputi

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban. Kedua, terkait dengan lingkup APBN, pengawasan

intern akan meliputi fungsi penerimaan, program prioritas nasional dan

kebijakan fiskal. Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara

Barat dilakukan untuk merespon permasalahan yang mengemuka pada

pembangunan nasional yang menjadi perhatian Presiden atau

masyarakat luas.Uraian lebih rinci dapat dilihat di tujuan dan sasaran

strategis.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

19

Dengan kualitas tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

diharapkan dapat menjadi mitra srategis pemerintah daerah dalam

menyukseskan pembangunan nasional untuk kesejahteraan rakyat.

Visi Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai penjabaran Visi

BPKP yaitu “Auditor Internal Pemerintah Berkelas Dunia untuk Meningkatkan

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional di Wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Barat” sejalan dengan Visi Pembangunan Nasional

Tahun 2015 2019. Hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya persinggungan

antara peran BPKP dengan beberapa agenda prioritas Pembangunan

Nasional (NAWA CITA) antara lain agenda kedua yang isinya adalah

membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Dalam

lingkup yang lebih spesifik, mempertimbangkan perubahan yang dinamis

serta tugas dan fungsi yang dilaksanakannya, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat mengambil peran penting yang mengerucut sebagai Auditor

Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir dalam Membangun Tata Kelola

Pemerintahan yang Bersih, Efektif dan Terpercaya.

2. Pernyataan Misi

Misi Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan

pengejawantahan tugas dan fungsi yang diamanatkan dalam peraturan

perundang-undangan, yaitu sebagai pelaksana fungsi pengawasan intern

sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014,

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014, serta Peraturan Pemerintah Nomor 60

Tahun 2008. Wilayah tugas dan kewenangan BPKP juga dinyatakan dalam

Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002 dan Undang Undang Nomor 20 Tahun

1997. Rumusan misi Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat yang

merupakan turunan dari misi BPKP adalah:

1) Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung

Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif di Wilayah

Nusa Tenggara Barat;

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

20

2) Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang

Efektif di Wilayah Nusa Tenggara Barat; dan

3) Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang

Profesional dan Kompeten di Wilayah Nusa Tenggara Barat.

Misi dan penjelasannya masing-masing diuraikan sebagai berikut:

1) Misi Pertama dan Penjelasannya

Misi pertama Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu

“Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung

Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif di Wilayah

Nusa Tenggara Barat”. Misi ini mengandung dua hal yaitu tugas dan

fungsi serta manfaat Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tugas

dimaksud adalah “Pengawasan intern terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan dan pembangunan” dan manfaatnya yaitu

“mendukung tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan

efektif”.

a. Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan

Pembangunan

Akuntabilitas

Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan

Pembangunan dalam misi ini akan bermuara pada pemberian

informasi assurance dan rekomendasi atas penyelenggaraan

akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah dan

pembangunan nasional. Prinsip dari akuntabilitas adalah kesiapan

pemerintah untuk merespon pertanyaan (scrutiny) masyarakat dan

stakeholder lainnya tentang pelaksanaan mandat dan penggunaan

sumber daya yang diamanatkan kepada penyelenggara

pemerintahan.

Untuk kesiapan ini, dan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192

Tahun 2014, serta peraturan perundang-undangan lainnya tentang

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

21

fungsi pengawasan, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

menjadi mitra kerja Kepala KLPK melalui jasa assurance dan

consultancy. Jasa assurance mencakup pemberian informasi kepada

Presiden tentang capaian pelaksanaan tugas dari para mitra kerja

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat tersebut. Sedangkan

jasa consultancy berwujud rekomendasi yang mempunyai daya ungkit

dalam peningkatan kinerja KLPK sebagai mitra kerja Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat. Perwujudan peran pengawasan intern

tersebut sekurang-kurangnya harus memberikan keyakinan yang

memadai melalui informasi assurance atas ketaatan, kehematan,

efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas

dan fungsi instansi pemerintah dan sasaran pembangunan nasional.

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat harus berperan aktif

dalam memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya

penyimpangan atau kecurangan, inefektivitas manajemen risiko, dan

kurang memadainya kualitas proses tata kelola penyelenggaraan

pemerintahan dan risiko tidak tercapainya Sasaran Pembangunan

Nasional dalam RPJMN 2015 2019.

Jasa assurance dan consultancy dihasilkan melalui pelaksanaan

kegiatan assurance dan konsultansi. Kegiatan dimaksud dapat

mengacu kepada PP 60 Tahun 2008, Peraturan Presiden Nomor 192

Tahun 2014 dan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2014. PP 60/2008

memberi batasan pengawasan intern sebagai seluruh proses kegiatan

audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain

terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka

memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah

dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara

efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan

tata kepemerintahan yang baik.

Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan

Sebagai auditor internal yang bertanggung jawab kepada Presiden,

BPKP melaksanakan fungsi pengawasan intern terhadap akuntabilitas

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

22

pengelolaan keuangan dan pembangunan. Dalam periode

sebelumnya fokus pengawasannya banyak diarahkan pada aspek

pengelolaan keuangan antara lain meliputi: pelaporan keuangan,

kebijakan fiskal, kebijakan alokasi atau transfer daerah, maka pada

periode 2015 2019, sesuai misi ini, sasaran program pengawasan

intern BPKP termasuk mengawal dan mendorong bagaimana program

pembangunan nasional dapat mencapai tujuannya dengan efektif

dan efisien.

Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan mengikuti

kerangka APBN. Dalam hal pengelolaan keuangan, pengawasan

intern Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Baratakan berupaya

meningkatkan kualitas akuntabilitas Presiden sebagai pemegang

kekuasaan pemerintahan tertinggi di bidang keuangan dan atau

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Dalam hal pengawasan intern atas kualitas pelaporan, Perwakilan

BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat mendorong mitra kerjanya untuk

memenuhi persyaratan minimal kualitas laporan keuangan (LK) yang

direpresentasikan oleh opini WTP dari audit BPK atas LK KLPK. Kegiatan

pengawasan intern ini akan diarahkan bagi KLPK yang LK-nya belum

mendapatkan opini WTP dari BPK.

Pengawasan intern atas kualitas kebijakan fiskal diarahkan baik

kepada penerimaan negara dan belanja negara termasuk kebijakan

yang diterapkan untuk mengalokasikan belanja negara dan kebijakan

pembiayaan.Dalam kaitan ini pengawasan intern diarahkan untuk

menghasilkan rekomendasi perbaikan kebijakan Kebendaharaan

Umum Negara baik dari substansi formulasi maupun implementasi

kebijakan pengelolaan keuangan negara/ daerah termasuk

korporasinya. Kegiatan pengawasan atas pengelolaan keuangan

negara/daerah ini akan mencakup antara lain kebijakan: (a)

Pengawasan terhadap Peningkatan Penerimaan Negara/Daerah

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

23

untuk meningkatkan ruang fiskal, (b) Kebijakan Alokasi Anggaran

(transfer) daerah, (c) Perencanaan dan Pelaksanaan Pemanfaatan

Aset dan Kekayaan Negara/Daerah, (d) Pengelolaan Hutang, (e)

Pengelolaan Subsidi, dan (f) Pengelolaan Korporasi.

Pengelolaan Pembangunan Nasional

Terkait dengan pembangunan nasional, pengawasan intern dilakukan

secara menyeluruh mengikuti tahapan pengelolaan keuangan

negara, namun terfokus pada implementasi strategi pembangunan

nasional. Strategi pembangunan nasional membedakan tiga dimensi

pembangunan, yaitu: (1) dimensi pembangunan manusia yang

sifatnya wajib, (2) dimensi pembangunan sektor unggulan yang

sifatnya prioritas; dan (3) dimensi pemerataan dan kewilayahan. Untuk

melaksanakan strategi ini perlu menciptakan kondisi pendukung

sebagai prasyarat minimal yang harus terpenuhi. Indikator

pencapaian sasaran strategi pembangunan tersebut dituangkan

dalam Sasaran Pokok Pembangunan RPJMN 2015 2019.

Dalam APBN 2015, maupun RPJMN 2015-2019 terdapat beberapa

program lintas bidang dimana sasaran pokok program pembangunan

tersebut dirancang dilaksanakan oleh satu atau lebih KLPK. Dalam hal

ini, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat akan memastikan

sejauh mana program lintas bidang tersebut dijalankan secara

terintegrasi dalam rangka mencapai tujuan dari program lintas bidang

tersebut. Arah Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara

Barat selanjutnya adalah melaksanakan pemantauan, evaluasi dan

pengawasan sinergis bersama APIP KLPK untuk mengawal

pencapaian Sasaran Program yang bersifat program lintas bidang

dalam RPJMN.

Dengan kebijakan ini, pengawasan nasional pemerintah di daerah

diarahkan untuk melakukan pengawasan keuangan negara,

keuangan daerah dan pembangunan nasional secara komprehensif,

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

24

sinergis dan integratif. Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

bekerjasama dengan APIP daerahterkait pengawalan pencapaian

sasaran pembangunan lintas sektor dalam RPJMN, APIP mengawal

pencapaian sasaran pembangunan terkait Pemerintah Daerahnya

masing-masing, sedangkan BPKP meningkatkan kapabilitas

pengawasan intern APIP daerah.

Pengawasan intern terhadap tahapan penyelenggaraan kegiatan

pembangunan juga mengikuti fungsi manajerial, mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan

pertanggungjawaban. Pengawasan intern diarahkan untuk

memastikan bahwa pengendalian intern sebagai proses yang integral

dengan kegiatan utama. Tindakan manajemen dalam tahapan ini

harus dirancang dan dilakukan secara memadai yang melibatkan

semua pihak untuk mencapai tujuan kegiatan, dalam kerangka

pengelolaan keuangan negara melalui pelaksanaan kegiatan secara

efisien dan efektif. Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

berupaya memberi kepastian bahwa penyelenggaraan

pembangunan di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah

memenuhi aspek ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas

dalam mencapai Sasaran Pokok Pembangunan dalam RPJMN 2015

2019.

Fokus pengawasan pada sasaran pembangunan nasional harus

konsisten dan sejalan dengan amanah pengawasan yang ditugaskan

kepada BPKP yaitu program atau kegiatan yang bersifat lintas sektor.

Dengan melakukan pengawasan intern terfokus pada pembangunan

nasional dan yang menjadi prioritas dan perhatian pemerintah,

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat berkontribusi pada

pencapaian tujuan pemerintah dan pembangunan yaitu peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Tiga Strategi Pembangunan Nasional, Sembilan Agenda Prioritas

(Nawacita) dan Enam Sasaran Pokok Pembangunan merupakan

sarana untuk mewujudkan tujuan pemerintah. Dalam program ini

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

25

terdapat dua atau lebih KLPK yang bertanggung jawab mengelola

keuangan untuk pembangunan nasional. Masing-masing dibebankan

tanggung jawab untuk menyukseskan tujuan pembangunan nasional.

Tanggung jawab ini mengikuti struktur dan birokrasi KLPK sesuai

dengan kewenangan masing-masing. Pelaksanaan kewenangan ini

sering menghambat sinergisitas yang pada akhirnya menghambat

pencapaian tujuan semula. Kehadiran peran pengawasan intern yang

berkualitas dari BPKP diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi

untuk peningkatan kinerja program pembangunan pusat, daerah dan

korporasi, termasuk rekomendasi perbaikan untuk mengatasi

hambatan kelancaran pembangunan.

b. Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif

Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan

dan pembangunan diselenggarakan untuk mendukung tata kelola

pemerintah yang bersih dan efektif, termasuk tata kelola korporasi.

Pengawasan intern Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

diarahkan untuk memastikan bahwa governance process dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Barat telah berjalan secara partisipatif,

akuntabel, transparan dan efektif. Di samping itu, terdapat struktur

organisasi dan mekanisme yang melibatkan stakeholder kunci dalam

menetapkan dan mengawasi (oversee) tujuan pemerintah dan

pembangunan termasuk korporasi. Masyarakat juga diberi akses yang

cukup terhadap informasi anggaran dan target pemerintahan dan

pembangunan serta laporan pertanggungjawaban yang

memungkinkan mereka mengetahui sejauh mana tujuan

pemerintahan dan pembangunan tercapai. Dengan kerangka

transparansi tersebut, para penyelenggara menyiapkan diri untuk

menjelaskan capaian targetnya dan menjelaskan jika terjadi

kegagalan, alasan kegagalan pengelolaan keuangan dan

pembangunan atau menjelaskan ukuran pencapaian efektivitas

pencapaian tujuan dimaksud. Dengan menjaga partisipasi

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

26

masyarakat, transparansi dan akuntabilitas tersebut diharapkan

tercipta tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan

efektif.

2) Misi Kedua dan Penjelasannya

Misi kedua Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu “Membina

Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif di

Wilayah Nusa Tenggara Barat”. Misi dua ini terkait erat dengan Misi Satu.

Untuk menjamin pelaksanaan seluruh program dan kegiatan adalah

dalam rangka mencapai tujuan suatu organisasi, termasuk organisasi

pemerintahan dan pembangunan, dibutuhkan suatu sistem

pengendalian intern yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa

kegiatan berjalan efektif dan efisien, diikuti dengan pelaporan keuangan

yang handal, penanganan aset yang aman dan taat terhadap

peraturan perundang-undangan. Berdasarkan PP 60 Tahun 2008, sistem

yang dimaksud adalah SPIP. Sesuai dengan PP tersebut, BPKP diberikan

mandat untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP.

Pada periode 2015 – 2019, pembinaan penyelenggaraan SPIP diarahkan

untuk meningkatkan maturitas SPIP di tingkat KLPK bahkan hingga tingkat

program (prioritas) pembangunan nasional. Penyelenggaraan SPIP KLPK

memang bukan tanggung jawab BPKP, tetapi tanggung jawab masing-

masing KLPK. BPKP sebagai pembina penyelenggaraan SPIP maka seluruh

insan pengawasan di BPKP diarahkan untuk meningkatkan kualitas

pembinaan dari sekedar pelaksanaan tugas penyusunan pedoman dan

pelatihan SPIP, menjadi pengawal implementasi seluruh elemen SPIP di

seluruh kegiatan utama dan tindakan manajemen KLPK. Hal tersebut

dilakukan dengan membudayakan pengenalan dan pengendalian risiko

oleh semua personel dan pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan

utamanya yang dituangkan dalam kebijakan dan prosedur pelaksanaan

kegiatan (SOP). Pengkomunikasian dan evaluasi reguler terhadap

konsistensi kebijakan dan pelaksanaan kegiatan sesuai SOP diharapkan

menyadarkan personel dan pimpinan akan pencapaian tujuan

pemerintahan dan pembangunan, yang pada akhirnya akan

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

27

meningkatkan kematangan implementasi SPIP secara keseluruhan di

KLPK.

Dengan demikian, misi pembinaan penyelenggaraan SPIP ini terkait

langsung dengan misi 1 yaitu pengawasan intern terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan dan pembangunan guna mewujudkan tata

kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan efektif. Akan tetapi,

terdapat perbedaan karakteristik antara keduanya. Misi 1 menyangkut

penggunaan sumber daya pengawasan untuk penyelenggaraan fungsi

pengawasan keuangan dan pembangunan (pengawasan fungsional),

sedangkan misi 2 menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan

untuk membangun sistem pengawasan itu sendiri, dalam hal ini Sistem

Pengendalian Intern. Sistem pengendalian intern, dalam sejarahnya

adalah bentuk lanjutan dari pengawasan melekat.

3) Misi Ketiga dan Penjelasannya

Misi ketiga Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu

“Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang

Profesional dan Kompeten di wilayah Nusa Tenggara Barat”. Misi ini juga

terkait dengan Misi Dua dan Misi Satu. Salah satu unsur penting SPIP, yaitu

Lingkungan Pengendalian, mewajibkan setiap pimpinan instansi

pemerintah untuk membentuk dan memelihara lingkungan pengendalian

yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk menerapkan

budaya pengendalian di lingkungan organisasinya. Upaya pembentukan

budaya kendali ini antara lain diselenggarakan melalui perwujudan peran

aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang efektif. Untuk

mewujudkan peran APIP sebagai aparat pengawasan intern diperlukan

kapabilitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

3. Tujuan dan Sasaran Program

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi,

yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai

dengan lima tahun.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

28

Sasaran program merupakan ukuran pencapaian dari tujuan dan

mencerminkan berfungsinya outcome dari semua program yang telah

ditetapkan.

Sasaran program yang ditetapkan mencakup:

1) Perbaikan pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan

keuangan negara/korporasi;

2) Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian;

3) Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan pembangunan

nasional;

4) Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan korporasi dalam

pencegahan korupsi;

5) Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat terhadap korupsi;

6) Meningkatnya kualitas penerapan SPIP Pemda/korporasi; dan

7) Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern Pemda.

8) Tersedianya dukungan teknis kepuasan atas pelayanan sekretariat

utama.

4. Indikator Kinerja Program

Indikator Kinerja Program (IKP) Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

merupakan indikator kinerja yang berada pada perspektif manfaat bagi

stakeholders yang menunjukkan peran utama Perwakilan BPKP Provinsi Nusa

Tenggara Barat dalam pengawasan akuntabilitas keuangan Negara,

pembinaan penyelenggaraan SPIP dan pembinaan APIP di Provinsi Nusa

Tenggara Barat.

Indikator kinerja program merupakan ukuran atas hasil program yang

merupakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Perwakilan BPKP Provinsi

Nusa Tenggara Barat. Penetapan indikator dilakukan dengan

mempertimbangkan tujuan dan sasaran program dan kegiatan-kegiatan

yang mendukung program. Indikator ini digunakan untuk mengukur

keberhasilan sasaran program, sedangkan keberhasilan kegiatan diukur

dengan menggunakan indikator keluaran (output).

Indikator-indikator kinerja program Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara

Barat dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

29

Tabel 2.1

Indikator Kinerja Program (IKP)

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Indikator Kinerja Program (IKP)

Sasaran Program 1: Perbaikan pengelolaan program prioritas nasional dan

pengelolaan keuangan negara/korporasi.

1.1. Perbaikan tatakelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern

pengelolaan program nasional.

1.2. Persentase tindak lanjut rekomendasi tata kelola, manajemen risiko

dan pengendalian intern pengelolaan korporasi.

Sasaran Program 2: Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan

keinvestigasian.

2.1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

di persidangan.

2.2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh APH.

2.3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K.

2.4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K.

2.5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K.

Sasaran Program 3: Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan

pembangunan nasional.

3.1. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan.

Sasaran Program 4: Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan

korporasi dalam pencegahan korupsi.

4.1. Persentase K/L/P/K yang mengimplentasikan FCP (termasuk FRA).

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

30

Sasaran Program 5: Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat

terhadap korupsi.

5.1. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi

(KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan

masyarakat.

Sasaran Program 6: Meningkatnya kualitas penerapan SPIP Pemda/

korporasi.

6.1. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3)

6.2. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 2)

6.3. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 1)

6.4. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 3)

6.5. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 2)

6.6. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 1)

6.7. Persentase BUMD yang kinerjanya minimal berpredikat baik dari

BUMD yang dibina.

6.8. Persentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dari BLUD yang

dibina.

Sasaran Program 7: Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern Pemda.

7.1. Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 3).

7.2. Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 2).

7.3. Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 1).

7.4. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 3).

7.5. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 2).

7.6. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota(Level 1).

Sasaran Program 8: Tersedianya dukungan teknis kepuasan atas

pelayanan sekretariat utama.

8.1. Persepsi Kepuasan Layanan Sekretariat Utama (skala likert 1-10).

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

31

5. Program dan Kegiatan

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai unit kerja BPKP

melaksanakan program dan kegiatan berdasarkan tugas dan fungsinya

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Program BPKP

merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengna visi dan misi BPKP

yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi BPKP dan berisikan

kegiatan untuk mencapai hasil pengawasan dengan indikator kinerja yang

terukur. Kegiatan-kegiatan ini sekaligas penjabaran tugas dan fungsi BPKP

untuk mewujudkan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya.

Program Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat didukung anggaran

sebesar Rp13.663.066.000 yang terdiri dari:

1) Program Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan

Penyelenggaraan SPIP dengan anggaran sebesar Rp1.269.551.000.

2) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

dengan anggaran sebesar Rp 12.393.515.000.

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai unit eselon II yang

bersifat memberikan pelayanan eksternal menggunakan satu program teknis

yang sama. Anggaran untuk kumpulan kegiatan dalam rangka mencapai

sasaran yang sama kemudian dialokasikan menurut indikator kinerja utama.

Program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendukung

sasaran strategis Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2017

secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2.

Program dan Kegiatan Tahun 2017

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Kegiatan

Program 1: Program Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas

Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta

Pembinaan Penyelenggaraan SPIP

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

32

(1) Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan

Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP;

Program 2: Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya

(1) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis BPKP;

(2) Fasilitasi Dukungan Manajemen BPKP; dan

(3) Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana.

B. Perjanjian Kinerja 2017

Dokumen Penetapan Kinerja memuat pernyataan dan lampiran formulir yang

mencantumkan sasaran strategis program, indikator kinerja program, beserta

target kinerja dan anggaran merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/

kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja, antara BPKP Pusat dengan Perwakilan

BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat. Target kinerja menunjukkan komitmen dari

pimpinan dan seluruh anggota organisasi untuk mencapai hasil yang diinginkan

dari setiap sasaran strategis sesuai indikator kinerja utama yang telah ditetapkan.

Perjanjian Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2016

dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3.

Perjanjian Kinerja Tahun 2017

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

Sasaran Program 1: Perbaikan pengelolaan program prioritas nasional dan

pengelolaan keuangan negara/korporasi.

No Indikator Kinerja Program Satuan Target

1 Perbaikan tatakelola, manajemen risiko, dan

pengendalian intern pengelolaan program

nasional.

% 55

2 Persentase tindak lanjut rekomendasi tata kelola,

manajemen risiko dan pengendalian intern

pengelolaan korporasi.

% 55

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

33

Sasaran Program 2: Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan

keinvestigasian.

No Indikator Kinerja Program Satuan Target

1 Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang

dimanfaatkan di persidangan.% 40

2 Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh APH.% 70

3 Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang

dimanfaatkan oleh K/L/P/K.% 60

4 Persentase hasil audit penyesuaian harga yang

dimanfaatkan oleh K/L/P/K.% 70

5 Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K.% 0

Sasaran Program 3: Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan

pembangunan nasional.

No Indikator Kinerja Program Satuan Target

1 Persentase penyelesaian hambatan kelancaran

pembangunan.% 70

Sasaran Program 4: Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan

korporasi dalam pencegahan korupsi.

No Indikator Kinerja Program Satuan Target

1 Persentase K/L/P/K yang mengimplentasikan FCP

(termasuk FRA).% 50

Sasaran Program 5: Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat

terhadap korupsi.

No Indikator Kinerja Program Satuan Target

1 Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar

Anti Korupsi (KPAK) yang mengimplementasikan

sistem pengaduan masyarakat.

% 60

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

34

Sasaran Program 6: Meningkatnya kualitas penerapan SPIP Pemda/

korporasi.

No Indikator Kinerja Program Satuan Target

1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3). % 0

2 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 2). % 0

3 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 1). % 100

4 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 3). % 50

5 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 2). % 50

6 Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 1). % 0

7 Persentase BUMD yang kinerjanya minimal

berpredikat baik dari BUMD yang dibina.% 54

8 Persentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dari

BLUD yang dibina.% 60

Sasaran Program 7: Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern Pemda.

No Indikator Kinerja Program Satuan Target

1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 3). % 100

2 Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 2). % 0

3 Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 1). % 0

4 Kapabilitas APIP Pemerintah Kab./kota (level 3). % 50

5 Kapabilitas APIP Pemerintah Kab./kota (level 2). % 50

6 Kapabilitas APIP Pemerintah Kab./kota (level 1). % 0

Sasaran Kegiatan 1: Terlaksananya monitoring evaluasi atas program

prioritas yang dilaksanakan di daerah.

No Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target

1 Laporan Hasil Pengawasan BPKP Perwakilan. Laporan 101

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

35

Sasaran Kegiatan 2: Terlaksananya asistensi dan penilaian untuk

meningkatkan level maturitas penyelenggaraan SPIP di Provinsi/Kab/Kota.

No Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target

1 LHP Pembinaan SPIP BPKP Perwakilan. Laporan 16

2 Surat Kepala Perwakilan BPKP kepada Pemda,

menyapaikan rekomendasi hasil asistensi dan

penilaian maturitas penyelenggaraan SPIP di Provisi/

Kota/Kabupaten.

Surat 11

Sasaran Kegiatan 3: Telaksananya bimtek dan penilaian kapabilitas APIP di

Provinsi/Kota/Kabupaten.

No Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target

1 LHP Peningkatan kapabilitas APIP BPKP Perwakilan. Laporan 12

2 Surat Kepala Perwakilan BPKP kepada Pemda,

menyapaikan rekomendasi hasil bimtek dan

penilaian kapabilitas APIP di Provisi/Kab/Kota.

Surat 11

Sasaran Program 8: Tersedianya dukungan teknis kepuasan atas pelayanan

sekretariat utama.

No Indikator Kinerja Program Satuan Target

1 Persepsi Kepuasan Layanan Sekretariat Utama

(skala likert 1-10).Skala 8

Sasaran Kegiatan 1: Tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan

tugas teknis lainnya dalama mencapai kepuasan layanan.

No Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target

1 Jumlah layanan dukungan manajemen perwakilan

BPKP.Laporan 12

Sasaran Kegiatan 2: Termanfaatkannya aset secara optimal.

No Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target

1 Tersedianya meubelair perwakilan BPKP tipe B. Unit/set 142

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

36

BAB IIIAKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASIPerwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai unit kerja BPKP telah

merumuskan sasaran program dengan keberhasilan kinerja diukur dengan

membandingkan antara realisasi kinerja outcome dengan target yang

diperjanjikan dalam dokumen penetapan kinerja tahun 2017. Perwakilan

BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat melaksanakan program dan kegiatan

yang mendukung sasaran strategis BPKP Pusat dengan empat sasaran

program yang didukung tiga sasaran kegiatan beserta indikator kinerja dan

targetnya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung presentase pencapaian target

indikator kinerja adalah sebagai berikut:

Capaian kinerja sasaran program mencerminkan manfaat dari output yang

dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. Selanjutnya

dilakukan analisis terhadap capaian yang tidak mencapai target untuk

mengetahui faktor penyebab sebagai bahan penetapan strategi

peningkatan kinerja pada tahun 2018 dan tahun-tahun selanjutnya.

Kategori pengukuran capaian kinerja program secara keseluruhan dilakukan

berdasarkan skala ordinal pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kategori Capaian Kinerja

No Rentang Capaian Kinerja Kategori Capaian Kinerja

1 85% ≤ capaian ≤100% Sangat Berhasil

2 70% ≤ capaian < 85% Berhasil

3 55% ≤ capaian <70% Cukup Berhasil

4 Capaian < 55% Tidak Berhasil

% Capaian IKP = Realisasi X 100%Rencana

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

37

Dengan menggunakan metode pengukuran di atas, diperoleh 13 indikator

dengan kategori kinerja “Sangat Berhasil”, 2 indikator dengan kategori

kinerja “Berhasil”, 1 indikator dengan kategori kinerja “Cukup Berhasil”, dan 2

indikator lainnya dengan kategori kinerja “Tidak Berhasil”.

Indikator dengan kategori Sangat Berhasil adalah:

1. Persentase tindak lanjut rekomendasi tata kelola, manajemen risiko dan

pengendalian intern pengelolaan korporasi;

2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di

persidangan;

3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

APH;

4. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K;

5. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K;

6. Persentase K/L/P/K yang mengimplentasikan FCP (termasuk FRA);

7. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)

yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat;

8. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3);

9. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 3);

10. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 2);

11. Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 3);

12. Kapabilitas APIP Pemerintah Kab./kota (level 2); dan

13. Persepsi Kepuasan Layanan Sekretariat Utama.

Indikator dengan kategori Berhasil adalah:

1. Persentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dari BLUD yang dibina;

dan

2. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 3).

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

38

Indikator dengan kategori Cukup Berhasil adalah “Persentase BUMD yang

kinerjanya minimal berpredikat baik dari BUMD yang dibina”.

Indikator dengan kategori Tidak Berhasil adalah:

1. Perbaikan tatakelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern

pengelolaan program nasional; dan

2. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan.

Tabel 3.2Capaian Outcome Tahun 2017

Sasaran Program 1:

Perbaikan pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan keuangannegara/korporasi.No Indikator Kinerja Program Satuan Target Realisasi Capaian

1

Perbaikan tatakelola, manajemen

risiko, dan pengendalian intern

pengelolaan program nasional.% 55 16,50 30

2

Persentase tindak lanjut

rekomendasi tata kelola,

manajemen risiko dan

pengendalian intern pengelolaan

korporasi.

% 55 80,77 146,85

Sasaran Program 2:

Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian.

No Indikator Kinerja Program Satuan Target Realisasi Capaian

1

Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang dimanfaatkan

di persidangan.% 40 34,38 85,95

2

Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh APH.% 70 100 142,86

3

Persentase hasil pengawasan

keinvestigasian yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K.% 60 100 166,67

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

39

4

Persentase hasil audit penyesuaian

harga yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K.% 70 100 142,86

5Persentase hasil audit klaim yang

dimanfaatkan oleh K/L/P/K.% 0 0 -

Sasaran Program 3:

Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan pembangunan nasional.

No Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Capaian

1

Persentase penyelesaian

hambatan kelancaran

pembangunan.

% 70 0 0

Sasaran Program 4:Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan korporasi dalam pencegahankorupsi.1 Persentase K/L/P/K yang

mengimplentasikan FCP (termasuk

FRA).

% 50 100 200

Sasaran Program 5:Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat terhadap korupsi.1 Persentase K/L/P/K anggota

Komunitas Pembelajar Anti Korupsi

(KPAK) yang

mengimplementasikan sistem

pengaduan masyarakat.

% 60 100 166,67

Sasaran Program 6:Meningkatnya kualitas penerapan SPIP Pemda/ korporasi.1 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi

(level 3).% 0 100 100

2 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi

(level 2).% 0 0 -

3 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi

(level 1).% 100 0 -

4 Maturitas SPIP Pemerintah

Kabupaten/kota (level 3).% 50 50 100

5 Maturitas SPIP Pemerintah

Kabupaten/kota (level 2).% 50 50 100

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

40

Keberhasilan kinerja sasaran program di atas tidak terlepas dari keberhasilan

pelaksanaan kegiatan yang menghasilkan output rekomendasi dalam PKPT

Tahun 2017 serta output dukungan lainnya, yaitu sebagai berikut:

6 Maturitas SPIP Pemerintah

Kabupaten/kota (level 1).% 0 0 -

7 Persentase BUMD yang kinerjanya

minimal berpredikat baik dari

BUMD yang dibina.

% 54 33,333 61,73

8 Persentase BLUD yang kinerjanya

minimal baik dari BLUD yang

dibina.

% 60 50 83,33

Sasaran Program 7:Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern Pemda.1 Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi

(Level 3).% 100 100 100

2 Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi

(Level 2).% 0 0 -

3 Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi

(Level 1).% 0 0 -

4 Kapabilitas APIP Pemerintah

Kab./kota (level 3).% 50 40 80

5 Kapabilitas APIP Pemerintah

Kab./kota (level 2).% 50 60 120

6 Kapabilitas APIP Pemerintah

Kab./kota (level 1).% 0 0 -

Sasaran Program 8:Tersedianya dukungan teknis kepuasan atas pelayanan sekretariat utama.1 Persepsi Kepuasan Layanan

Sekretariat Utama (skala 1-10).Skala 8 7 87,50

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

41

Tabel 3.3Capaian Output Tahun 2017

Sasaran Kegiatan 1:

Terlaksananya monitoring evaluasi atas program prioritas yang dilaksanakan di

daerah.

No Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian

1 Laporan Hasil Pengawasan BPKP

Perwakilan.Laporan 101 100 99

Sasaran Kegiatan 2:

Terlaksananya asistensi dan penilaian untuk meningkatkan level maturitas

penyelenggaraan SPIP di Provinsi/Kabupaten/Kota.

No Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian

1 LHP Pembinaan SPIP BPKP

Perwakilan.Laporan 16 16 100

2 Surat Kepala Perwakilan BPKP

kepada Pemda, menyapaikan

rekomendasi hasil asistensi dan

penilaian maturitas

penyelenggaraan SPIP di Provisi/

Kota/Kabupaten.

Surat 11 11 100

Sasaran Kegiatan 3:Telaksananya bimtek dan penilaian kapabilitas APIP di Provinsi/Kabupaten/Kota.No Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian

1 LHP Peningkatan kapabilitas

APIP BPKP Perwakilan.Laporan 12 12 100

2 Surat Kepala Perwakilan BPKP

kepada Pemda, menyapaikan

rekomendasi hasil bimtek dan

penilaian kapabilitas APIP di

Provisi/Kab/Kota.

Surat 11 11 100

Sasaran Kegiatan 4:Tersedianya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya dalamamencapai kepuasan layanan.No Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian

1 Jumlah layanan dukungan

manajemen perwakilan BPKP.Laporan 12 12 100

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

42

Secara keseluruhan capaian kinerja output berada pada kategori “Sangat

Berhasil”, dengan penggunaan dana sebesar Rp13.487.233.249 atau

mencapai 98,71% dari anggaran sebesar Rp13.663.066.000 sehingga dapat

dikategorikan efisien. Sementara itu sisi penggunaan SDM mencapai 10.746

OH atau mencapai 68,67% dari target yang direncanakan sebesar 15.642

OH. Tingginya capaian penggunaan sumber daya manusia dikarenakan

banyaknya penugasan pengawasan yang tidak direncanakan (nonPKPT)

yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

selama tahun 2017.

B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Analisis capaian kinerja dilakukan terhadap capaian kinerja sasaran

program, terutama terhadap indikator kinerja pada tiap-tiap sasaran

program. Secara rinci capaian kinerja masing-masing sasaran program

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sasaran program “Perbaikan pengelolaan program prioritas nasional dan

pengelolaan keuangan negara/korporasi” terkait dengan tujuan pertama

BPKP yang dirujuk oleh Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam

rencana strategis tahun 2015-2019 yaitu peningkatan kualitas akuntabilitas

pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional yang bersih dan

efektif. Sasaran program ini diindikasikan oleh 2 (dua) IKU yaitu:

1. Persentase perbaikan tatakelola, manajemen risiko, dan pengendalian

intern pengelolaan program nasional dengan capaian 30%; dan

Sasaran Kegiatan 5:Termanfaatkannya aset secara optimal.No Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Realisasi Capaian

1 Tersedianya meubelair

perwakilan BPKP tipe B.Unit/set 142 243 100

Perbaikan pengelolaan program prioritas nasionaldan pengelolaan keuangan negara/korporasi.

Sasaran Program 1

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

43

2. Persentase tindak lanjut rekomendasi tata kelola, manajemen risiko dan

pengendalian intern pengelolaan korporasi dengan capaian 146,85%.

Pengukuran capaian untuk kedua indikator dilakukan dengan menghitung

persentase perbaikan/tindak lanjut yang telah dilaksanakan berdasarkan

rekomendasi hasil pengawasan yang disampaikan BPKP.

Uraian masing-masing capaian IKU atas sasaran program “Perbaikan

pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan

negara/korporasi” adalah sebagai berikut:

1. Persentase Perbaikan Tata Kelola, Manajemen Risiko, dan Pengendalian

Intern Pengelolaan Program Nasional

Indikator ini diukur dengan cara membandingkan jumlah tindak lanjut

tahun 2017 dengan rekomendasi tahun 2017.

Jumlah temuan yang dihasilkan selama tahun 2017 sebanyak 103. Dari

103 temuan tersebut, telah ditindaklanjuti sebanyak 17 temuan atau

16,50%, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.4Termuan Berdasarkan Grup Temuan Tahun 2017

No Grup TemuanJumlah

Temuan

Tindak

Lanjut (TL)

% TL

1 Kejadian yang Merugikan Negara

dan Masyarakat

42 10 23,80

2 Kewajiban Penyetoran kepada

Negara

6 4 66,67

3 Pelanggaran terhadap Peraturan

Perundang – Undangan

0 0 0

4 Pelanggaran terhadap Prosedur

dan Tata Kerja yang Berlaku

17 2 11,76

5 Penyimpangan dari Ketentuan

Pelaksanaan Anggaran

12 1 8,33

6 Hambatan terhadap Kelancaran

Proyek

0 0 0

7 Hambatan terhadap Kelancaran

Tugas Pokok

0 0 0

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

44

8 Kelemahan Administrasi

(Kelemahan Tata Usaha/

Akuntansi)

2 0 0

9 Ketidaklancaran Pelayanan

kepada Masyarakat

14 0 0

10 Temuan Pemeriksaan Lainnya 10 0 0

Jumlah 103 17 16,50

Bila dibandingkan dengan target dalam Perjanjian Kinerja sebesar 55%,

maka capaian kinerja indikator ini sebesar 30% dengan kategori “Tidak

Berhasil”. Rendahnya capaian IKU ini disebabkan tidak adanya

penugasan monitoring tindak lanjut dan tidak diterbitkannya Surat

Penegasan (SP) atas temuan pemeriksaan yang belum ditindaklajuti

yang ditujukan kepada objek pemeriksaan.

Namun demikian, perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan

pengendalian intern pengelolaan program nasional yang terjadi selama

tahun 2017, di antaranya adalah:

(1) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Lombok Barat agar memberikan teguran

kepada PPK dan Bendahara atas kelalaiannya dalam menjalankan

tugas sesuai ketentuan kepegawaian yang berlaku yang telah

ditindaklanjuti dengan Surat Teguran Nomor

523/218.Q/DKP.LB/VI/2017 dan 523/218.P/DKP.LB/VI/2017 tanggal 8

Januari 2017;

(2) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Lombok Barat agar memberikan teguran

kepada PPK dan Bendahara atas kelalaiannya dalam menjalankan

tugas sesuai ketentuan yang berlaku yang telah ditindaklanjuti

dengan Surat Teguran Nomor 523/218.D/DKP.LB/VI/2017 dan

523/218.F/DKP.LB/VI/2017 tanggal 8 Januari 2017;

(3) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Lombok Barat selaku Ketua PIU Program

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

45

Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community

Development Project yang didanai International Fund for Agricultural

Development (CCDP-IFAD) Kabupaten Lombok Barat agar

memberikan teguran kepada PPK dan Bendahara atas kelalaiannya

dalam menjalankan tugas sesuai ketentuan yang berlaku yang telah

ditindaklanjuti dengan Surat Teguran Nomor 523/218.J/DKP.LB/VI/2017

dan 523/218.L/DKP.LB/VI/2017 tanggal 8 Januari 2017;

(4) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Lombok Barat selaku Ketua PIU Program

Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community

Development Project yang didanai International Fund for

Agricultural Development (CCDP-IFAD) Kabupaten Lombok Barat

agar memerintahkan PPK meminta rekanan penyedia barang

untuk memperbaiki kerusakan minor dan melaporkan bukti

perbaikannya kepada PPK yang diketahui konsultan pengawas

yang ditindaklanjuti dengan Surat Teguran Nomor

523/218.U/DKP.LB/VI/2017 dan 523/077/PSP.DKP.LB/VI/2017 tanggal

8 Januari 2017;

(5) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Lombok Barat selaku Ketua PIU Program

Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community

Development Project yang didanai International Fund for

Agricultural Development (CCDP-IFAD) Kabupaten Lombok Barat

agar memberikan teguran kepada Pejabat Pengadaan dan

Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan atas kelalaiannya dalam

menjalankan tugas disiplin sesuai ketentuan yang berlaku yang

ditindaklanjuti dengan Surat Teguran Nomor

523/218.U/DKP.LB/VI/2017 dan 523/218.V/DKP.LB/VI/2017 tanggal 8

Januari 2017;

(6) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Lombok Barat selaku Ketua PIU Program

Pembangunan Masyarakat Pesisir atau Coastal Community

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

46

Development Project yang didanai International Fund for

Agricultural Development (CCDP-IFAD) Kabupaten Lombok Barat

agar memberikan teguran kepada PPK dan Bendahara atas

kelalaiannya dalam menjalankan tugas sesuai ketentuan yang

berlaku yang ditindaklanjuti dengan Surat Teguran Nomor

523/218.N/DKP.LB/VI/2017 dan 523/218.O/DKP.LB/VI/2017 tanggal 8

Januari 2017;

(7) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten Lombok Barat agar memberikan teguran tertulis

kepada PBJ (Pejabat pengadaan barang/jasa) atas kelalaiannya

dalam melakukan pengadaan barang kelengkapan peserta

pelatihan yang telah ditindaklanjuti dengan Surat Kepala Dinas

Pertanian Kabupaten Lombok Barat kepada Pejabat Pengadaan

Barang dan Jasa Kegiatan Water Resource and Irigation

Managemen Program (WISMP) II Tahun Anggaran 2016 Nomor

521.3/517/Pertanian/V/2017 tanggal 18 Mei 2017;

(8) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum

dan Penataan Ruang Kabupaten Lombok Timur agar memberikan

teguran tertulis kepada pengawas lapangan atas kelalaiannya

dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya yang telah

ditindaklanjuti dengan membuat teguran tertulis kepada CV. Refi

Nurhuda Konsultan Nomor 600/303/PU/2017 tanggal 18 April 2017;

dan

(9) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum

dan Penataan Ruang Kabupaten Lombok Timur agar memberikan

teguran tertulis kepada pengawas lapangan atas kelalaiannya

dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya yang telah

ditindaklanjuti dengan memberikan teguran tertulis Nomor

600/304/PU/2017 tanggal 18 April 2017.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

47

2. Persentase Tindak Lanjut Rekomendasi Tata Kelola, Manajemen Risiko

dan Pengendalian Intern Pengelolaan Korporasi

Indikator ini diukur dengan cara membandingkan jumlah tindak lanjut

tahun 2017 dengan rekomendasi tahun 2017. Terdapat 6 jenis

rekomendasi yang diberikan yaitu (1) Rekomendasi Proyek Strategis

Nasional; (2) Rekomendasi Evaluasi GCG; (3) Rekomendasi Fasilitasi

dalam mencapai Kinerja BUMN/Anak Perusahaan Minimal A (Baik); (4)

Rekomendasi Evaluasi Kinerja BUMD; (5) Rekomendasi Evaluasi Kinerja

BLUD; dan (6) Rekomendasi Evaluasi Efektifitas Sistem Pengendalian

Intern yang dilaksanakan oleh bidang Akuntan Negara.

Jumlah output (rekomendasi) yang dihasilkan dari 6 kelompok

rekomendasi pada Bidang Akuntan Negara yaitu sebanyak 26

rekomendasi dengan capaian 21 rekomendasi atau 80,77% telah

ditindaklanjuti, dengan rincian sebagai berikut:

(1) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDAM Giri Menang agar

menetapkan Tim Counterpart secara definitif dengan Surat

Keputusan Direksi sehingga jelas tanggung jawabnya;

(2) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDAM Giri Menang agar

melakukan pembahasan intern di lingkungan PDAM Giri Menang

untuk memperoleh masukan agar Pedoman Board Manual dan

Piagam SPI (SPI Charter) tersebut dapat segera difinalkan;

(3) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Sub Divisi Regional Bulog

Bima untuk melakukan penyortiran gula yang tidak sepenuhnya

rusak sebanyak 3.650 kg dan mengemas ulang sesuai SOP yang

berlaku di Perum Bulog dan terhadap gula yang rusak hasil

penyortiran ditambahkan sebagai kerugian perusahaan;

(4) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PT PLN (Persero) agar

segera menyelesaikan pembahasan usulan Variation Order II dan

Variation Order III yang diusulkan PT Rekadaya Elektrika untuk

memperoleh kepastian besaran pembiayaan yang harus

dikeluarkan oleh PT PLN (Persero) dan diterima oleh PT Rekadaya

Elektrika;

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

48

(5) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PT PLN (Persero) untuk

melanjutkan pembangunan proyek PLTU Sumbawa Barat;

(6) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDAM Kabupaten

Lombok Utara agar mempertimbangkan untuk mengembalikan

dokumen Prastudi Kelayakan PT Tiara Cipta Nirwana;

(7) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PD Agro Selaparang

Lombok Timur agar melakukan diversifikasi usaha lain selain sebagai

distributor untuk meningkatkan laba/margin;

(8) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDAM Giri Menang agar

membuat dokumen GCG;

(9) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDAM Batulanteh

Sumbawa agar melakukan kegiatan pengawasan kualitas air

minum sesuai dengan Permenkes Nomor 736/Menkes/PER/VI/2010;

(10) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDAM Kabupaten

Sumbawa Barat agar melakukan backup data secara memadai;

(11) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDAM Kabupaten

Sumbawa Barat agar menekan tingkat kehilangan air dengan

melakukan penggantian pipa transmisi dan distribusi yang sudah

tua, pemasangan water meter induk dan melakukakan inspeksi

jaringan secara berkala;

(12) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDAM Kabupaten

Lombok Utara agar meningkatkan pendapatan dengan cara

penambahan sambungan baru;

(13) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDAM Kabupaten

Kabupaten Dompu agar merealisasikan sisa pemasangan

sambungan MBR swakelola yang menggunakan dana penyertaan

modal tahun 2016 pada semester pertama tahun 2017;

(14) Memberikan rekomendasi kepada Direksi PDAM Kabupaten

Lombok Timur agar memanfaatkan aset lancar untuk menambah

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

49

investasi atau memperbaiki dan menambah jaringan pipa untuk

meningkatkan pendapatan PDAM;

(15) Memberikan rekomendasi kepada Direksi RSJ Mutiara Sukma agar

menunjuk pegawai pengelola aplikasi SIA BLUD dalam suatu

keputusan Direktur RSUD Kabupaten Dompu;

(16) Memberikan rekomendasi kepada Direksi RSJ Mutiara Sukma untuk

memerintahkan Bendahara Pengeluaran agar mencocokan

transaksi yang telah diinput ke dalam SIA BLUD dengan bukti

transaksinya dan melakukan koreksi yang diperlukan;

(17) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Balai Laboratorium

Kesehatan, Pengujian dan Kalibrasi Provinsi NTB agar menyusun

draft/konsep dokumen Pola Tata Kelola, Standar Pelayanan

Minimal, Rencana Strategis Bisnis, Laporan Keuangan, Surat

Pernyataan Kesanggupan untuk Meningkatkan Kinerja dan Surat

Pernyataan Bersedia Diaudit oleh Auditor Independen sesuai

dengan jadwal yang telah disepakati bersama tim BPKP paling

lambat bulan Juli 2017;

(18) Memberikan rekomendasi kepada Kepala Balai Kesehatan Mata

Masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat agar menyusun

draft/konsep dokumen Pola Tata Kelola, Standar Pelayanan

Minimal, Rencana Strategis Bisnis, Laporan Keuangan, Surat

Pernyataan Kesanggupan untuk Meningkatkan Kinerja dan Surat

Pernyataan Bersedia Diaudit oleh Auditor Independen sesuai

dengan jadwal yang telah disepakati bersama tim BPKP paling

lambat bulan Juli 2017;

(19) Memberikan rekomendasi kepada Direksi RS H. L. Manambai

Abdulkadir agar menunjuk pegawai pengelola aplikasi SIA BLUD

dalam suatu keputusan Direktur RS H.L. Manambai Abdulkadir;

(20) Memberikan rekomendasi kepada Satgas Pola Tata Kelola pada

Balai Kesehatan Mata Masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat

agar melengkapi dokumen Pengelolaan Sumberdaya Manusia

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

50

yang meliputi penerimaan pegawai, penempatan, sistem

remunerasi, jenjang karir, sistem reward dan punishment dan

pemutusan hubungan kerja, dan Kebijakan pengelolaan

lingkungan dan limbah; dan

(21) Memberikan rekomendasi kepada seluruh Kepala Puskesmas se

Lombok Utara agar berkoordinasi dengan stakeholders terkait untuk

menyamakan persepsi mengenai konsep Pola Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Tabel 3.5Rekomendasi Tata Kelola, Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern

Pengelolaan Korporasi Tahun 2017

No Jenis RekomendasiOutput Tindak Lanjut

(TL)

% TL

1 Rekomendasi Proyek Strategis

Nasional0 0 0

2 Rekomendasi Evaluasi GCG 2 2 100

3 Rekomendasi Fasilitasi dalam

mencapai Kinerja BUMN/Anak

Perusahaan Minimal A (Baik)

3 3 100

4 Rekomendasi Evaluasi Kinerja

BUMD14 9 64,29

5 Rekomendasi Evaluasi Kinerja

BLUD7 7 100

6 Rekomendasi Evaluasi Efektifitas

Sistem Pengendalian Intern0 0 0

Jumlah 26 21 80,77

Keberhasilan pelaksanaan indikator atas sasaran program “Perbaikan

pengelolaan program prioritas nasional dan pengelolaan keuangan

negara/korporasi” tersebut tidak terlepas dari penggunaan dana sebesar

Rp979.221.843.000,00 atau sebesar 97,69% dari target sebesar

Rp1.002.377.000,00 sehingga dapat dipastikan pelaksanaan kegiatan

tersebut dari sisi pendanaan telah efisien. Sementara itu, penggunaan SDM

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

51

untuk melaksanakan indikator tersebut adalah sebanyak 10.746OH atau

87,20% dari rencana sebanyak 12.324 OH.

Sasaran program ini diindikasikan oleh 5 (lima) IKU yaitu (1) Persentase hasil

pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan; (2)

Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH;

(3) Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K; (4) Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K; dan (5) Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K.

Uraian masing-masing capaian IKU atas sasaran program “Meningkatnya

efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian” adalah sebagai berikut:

1. Persentase Hasil Pengawasan Keinvestigasian yang Dimanfaatkan di

Persidangan

Indikator ini diukur dengan cara membandingkan jumlah Pemberian

Keterangan Ahli tahun 2017 dibandingkan dengan jumlah Laporan

Penghitungan Kerugian Keuangan Negara tiga tahun terakhir.

Target Pemberian Keterangan Ahli yang ditetapkan dalam Perjanjian

Kinerja Tahun 2017 sebesar 40%. Dari jumlah Laporan Penghitungan

Kerugian Keuangan Negara dalam tiga tahun terakhir (2015-2017)

sebanyak 32 Laporan, terdapat Pemberian Keterangan Ahli tahun 2017

adalah sebanyak 11 kali atau sebesar 34,38%. Jika dibandingkan

dengan target sebesar 40%, capaian kinerja untuk indikator tersebut

adalah sebesar 85,95% dengan kategori “Sangat Berhasil”.

Pemberian keterangan ahli dalam persidangan adalah sebagai berikut:

(1) Pemberian Keterangan Ahli atas Laporan Hasil Audit Penghitungan

Kerugian Keuangan Negara kasus dugaan tindak pidana korupsi

kegiatan pengadaan baju kaos seragam Bulan Bakti Gotong

Royong Masyarakat (BBGRM) Kabupaten Bima pada Badan

Meningkatnya efektivitas hasil pengawasankeinvestigasian.

Sasaran Program 2

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

52

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BPMDes) Kabupaten Bima

Tahun Anggaran 2014, dilaksanakan 2 kali;

(2) Pemberian Keterangan Ahli di Persidangan Tindak Pidana Korupsi

Mataram pada Pengadilan Negeri Mataram pada perkara

dugaan tindak pidana korupsi dalam pelaksanaan program

bantuan sosial Kementrian Koperasi dan UKM pada pembangunan

revitalisasi pasar tradisional yang dilaksanakan oleh Koperasi Unit

Desa (KUD) Kota Baru Tahun 2013 di Kabupaten Sumbawa Barat;

(3) Pemberian Keterangan Ahli dalam Persidangan Perkara Dugaan

tindak pidana korupsi dalam Pengelolaan Dana Bantuan Sosial

Kegiatan Penyelamatan Sapi Betina Produktif pada Kelompok Tani

Ternak Dasan Tawar Mandiri Kabupaten Lombok Barat Tahun

Anggaran 2010;

(4) Pemberian Keterangan Ahli kasus dugaan tindak pidana korupsi

dalam program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) pada Unit Pengelola Kegiatan (UPK)

Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa Tahun Anggaran 2013;

(5) Pemberian Keterangan Ahli di sidang Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi Mataram dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi

dana Bantuan Siswa Miskin (BSM), Bantuan Khusus Murid Miskin

(BKMM) dan bantuan khusus murid miskin tambahan Tahun

Anggaran 2011 serta dana rintisan bantuan operasional sekolah

(R.BOS) Tahun Anggaran 2012 pada SMAN 1 Bolo Kabupaten Bima;

(6) Pemberian Keterangan Ahli dalam persidangan perkara dugaan

tindak pidana korupsi kegiatan pengadaan kapal perintis pada

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten

Sumbawa Tahun Anggaran 2009;

(7) Pemberian Keterangan Ahli di Persidangan Tindak Pidana Korupsi

Mataram pada Pengadilan Negeri Mataram atas kasus dugaan

tindak pidana korupsi pada unit pelayanan cabang (UPC) Pagutan

dan Dasan Agung pada Kantor Cabang PT Pegadaian (Persero)

Mataram Nusa Tenggara Barat Tahun 2015;

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

53

(8) Pemberian Keterangan Ahli kasus dugaan tindak pidana korupsi

pengelolaan hasil Kebun Kopi Tambora Tahun 2006;

(9) Pemberian Keterangan Ahli di hadapan Penyidik Polres Lombok

Barat dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam kegiatan

pembangunan landscape Kantor Bupati Lombok Utara Tahun

Anggaran 2013; dan

(10) Pemberian Keterangan Ahli kasus dugaan tindak pidana korupsi

dalam pelaksanaan proyek pembangunan rumah adat di

Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2014 pada Dinas Pendidikan

Kebudayaan dan Olahraga Kabupaten Sumbawa Barat.

2. Persentase Hasil Pengawasan Keinvestigasian yang Dimanfaatkan oleh

APH

Indikator ini diukur dengan cara membandingkan jumlah laporan hasil

audit investigasi yang ditindaklanjuti/dimanfaatkan APH tahun 2017

dengan Laporan Hasil Audit Investigasi yang terbit pada Tahun 2017.

Target hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH

yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 sebesar 70%. Dari

jumlah laporan hasil audit investigasi yang diterbitkan selama tahun 2017

yaitu sebanyak 1 (satu) laporan, ditindaklanjuti sebanyak 1 (satu)

Laporan atau sebesar 100%. Jika dibandingkan dengan target sebesar

70%, capaian kinerja untuk indikator tersebut adalah sebesar 142,85%

dengan kategori “Sangat Berhasil”.

Hasil pengawasan keinvestigasian yang diserahkan kepada APH yaitu

Hasil Audit Investigasi atas Kasus Dugaan Tindak Pidana Korupsi

Pembangunan Sarana dan Prasarana Wisata Pusuk Desa Sembalun

Kecamatan Sembalun pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Lombok Timur Tahun Anggaran 2015.

3. Persentase Hasil Pengawasan Keinvestigasian yang Dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

Indikator ini diukur dengan cara membandingkan jumlah laporan hasil

keinvestigasian yang ditindaklanjuti/dimanfaatkan oleh K/L/P/K Tahun

2017 dengan jumlah Laporan Hasil Keinvestigasian yang terbit pada

Tahun 2017.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

54

Target hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 sebesar

60%. Dari jumlah Laporan Hasil Keinvestigasian yang terbit pada Tahun

2017 yaitu sebanyak 3 (tiga) laporan, ditindaklanjuti/dimanfaatkan oleh

K/L/P/K sebanyak 3 (tiga) laporan atau sebesar 100%. Jika dibandingkan

dengan target sebesar 60%, capaian kinerja untuk indikator tersebut

adalah sebesar 166,67% dengan kategori “Sangat Berhasil”.

Hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K

antara lain:

(1) Audit investigasi atas kasus dugaan tindak pidana korupsi

pembangunan sarana dan prasarana wisata pusuk Desa Sembalun

Kecamatan Sembalun pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Lombok Timur Tahun Anggaran 2015,

(2) Evaluasi aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi di Bidang

Perijinan dan Penanaman Modal Provinsi NTB tahun 2016 dan 2017,

(3) Evaluasi aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi di Bidang

Perizinan dan Penanaman Modal Kota Mataram tahun 2016 dan

tahun 2017.

4. Persentase Hasil Audit Penyesuaian Harga yang Dimanfaatkan oleh

K/L/P/K

Indikator ini diukur dengan cara membandingkan jumlah Laporan Hasil

Audit penyesuaian harga yang ditindaklanjuti pada Tahun 2017 dengan

jumlah Laporan Hasil Audit penyesuaian harga tahun 2017.

Target presentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan

oleh K/L/P/K yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja sebanyak 70%.

Dari rencana tahun 2017 yaitu 1 (satu) Laporan Hasil Audit penyesuaian

harga, terdapat 1 (satu) Laporan Hasil Audit penyesuaian harga yang

ditindaklanjuti di Tahun 2017 atau sebesar 100%. Jika dibandingkan

dengan target sebesar 70%, capaian kinerja untuk indikator tersebut

adalah sebesar 142,86% dengan kategori “Sangat Berhasil”.

Hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K yaitu

Audit Penyesuaian Harga atas Kontrak Nomor: 600/01/DPU/II/2012

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

55

tanggal 10 Februari 2012 Paket Peningkatan Jalan Kabupaten Tahap I

pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa Barat untuk Periode

Maret 2013 sampai dgn Desember 2015.

5. Persentase Hasil Audit Klaim yang Dimanfaatkan oleh K/L/P/K

Untuk Tahun 2017, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak

menetapkan target kinerja atas indikator ini dengan pertimbangan tidak

ada permintaan audit klaim oleh pihak ketiga di tahun 2017. Selama

Tahun 2017, tidak ada permintaan audit klaim oleh pihak ketiga.

Sasaran program ini diindikasikan oleh 1 (satu) IKU yaitu Persentase

penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan. Indikator ini diukur

dengan cara membandingkan jumlah Laporan Evaluasi Hambatan

Kelancaran Pembangunan yang ditindaklanjuti pada Tahun 2017 dengan

jumlah Laporan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan yang terbit

pada tahun 2017.

Capain kinerja sasaran program “Meningkatnya penyelesaian hambatan

pelaksanaan pembangunan nasional” adalah sebesar 0,00% atau kategori

“Tidak Berhasil”. Hal ini disebabkan belum ada permintaan dari pihak ketiga

terkait penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan. Potensi

pengawasan atas indikator ini yaitu pelaksanaan penyelesaian hambatan

kelancaran pembangunan pada Pelindo III Lembar yang masih menunggu

koordinasi dengan Pelindo Pusat.

Sasaran program ini diindikasikan oleh 1 (satu) Indikator Kinerja yaitu

Persentase K/L/P/K yang mengimplentasikan FCP (termasuk FRA). Indikator ini

dihitung dengan cara membandingkan presentase jumlah K/L/P/K yang

Meningkatnya penyelesaian hambatanpelaksanaan pembangunan nasional.

Sasaran Program 3

Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dankorporasi dalam pencegahan korupsi.Sasaran Program 4

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

56

mengimplementasikan FCP (termasuk FRA) dengan jumlah penugasan yang

telah dilakukan pada tahun berjalan.

Target kinerja tahun 2017 untuk IKU ini ditetapkan sebesar 50% dengan

jumlah penugasan terkait dengan implementasi Fraud Control Plan (FCP)/

Fraud Risk Assessment (FRA) pada Tahun 2017 sebanyak 1 penugasan yaitu

Fraud Risk Assessment (FRA) terhadap Proses Perencanaan dan

Penganggaran Belanja Modal Tahun 2018 pada Pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Barat dengan jumlah penggunaan SDM sebanyak 46 OH atau

sebesar 109,52% dari rencana sebanyak 42 OH.

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah menerapkan penilaian risiko

kecurangan (FRA) pada proses perencanaan dan penganggaran belanja

modal, menuangkan risiko yang telah diidentifikasi ke dalam register risiko

fraud dan peta risiko fraud, dan melakukan mitigasi risiko-risiko fraud

terutama yang berisiko tinggi. Dengan demikian, realisasi kinerja tahun 2017

atas IKU ini adalah sebesar 100%. Jika dibandingkan dengan target kinerja

sebesar 50%, capaian IKU ini adalah sebesar 200% sehingga termasuk ke

dalam kategori “Sangat Berhasil”.

Sasaran program ini diindikasikan oleh satu Indikator Kinerja yaitu

“persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)

yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat” dengan

realisasi kinerja sebesar 100%. Indikator ini diukur dengan cara

membandingkan presentase jumlah K/L/P/K atau unit kerja yang memenuhi

3 unsur kriteria dengan Jumlah K/L/P/K atau unit kerja yang telah menjadi

anggota dari Komunitas Pembelajar Anti Korupsi. Bila dibandingkan dengan

target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 sebesar 60%,

capaian kinerja indikator ini adalah sebesar 166,67% dengan kategori

“Sangat Berhasil”.

Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakatterhadap korupsi.Sasaran Program 5

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

57

Jumlah penugasan terkait dengan indikator ini pada Tahun 2017 hanya 1

penugasan yaitu Sosialisasi Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi Fokus

Sasaran Pengelola Program Pemerataan dan Pengentasan

Kemiskinan/Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2017 dengan

jumlah penggunaan SDM sebanyak 5 OH atau sebesar 41,67% dari rencana

sebanyak 12 OH.

Penugasan yang dilaksanakan tersebut menghasilkan beberapa kebijakan

yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, antara lain:

1. Pimpinan OPD yang terkait dengan Pengelola Program Pemerataan dan

Pengentasan Kemiskinan/Program Penanggulangan Kemiskinan telah

berkomitmen dalam pencegahan korupsi melalui pengembangan

sistem pengaduan/sistem whistleblowing dalam kerangka fraud control

plan dan pengembangan budaya organisasi anti korupsi; dan

2. Membentuk Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KomPAK) yang

selanjutnya akan dibuat susunan pengurus KomPAK dan program kerja

pencegahan fraud.

Penyelenggaraan SPIP pada dasarnya merupakan tanggung jawab masing-

masing pimpinan lembaga, gubernur dan bupati/walikota. Perwakilan BPKP

Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai unit kerja BPKP sesuai PP Nomor 60

Tahun 2008 bertanggung jawab melakukan pembinaan. Pada prinsipnya

pembinaan SPIP diarahkan agar instansi pemerintah dapat

menyelenggarakan SPIP dalam rangka mencapai tujuannya melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,

pengamanan asset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan.

Sasaran program Meningkatnya kualitas penerapan SPIP Pemda/ korporasi

dalam tahun 2017 dilaksanakan dengan 8 (delapan) indikator kinerja utama.

Delapan IKU tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu (1)

Meningkatnya kualitas penerapan SPIP Pemda/korporasi.Sasaran Program 6

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

58

Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi; (2) Maturitas SPIP Pemerintah

Kabupaten/kota (level 3); (3) Persentase BUMD yang kinerjanya minimal

berpredikat baik dari BUMD yang dibina; (4) Persentase BLUD yang

kinerjanya minimal baik dari BLUD yang dibina, dengan capaian sebagai

berikut:

Tabel 3.6

Capaian IKU Maturitas SPIP Pemda/Korporasi

Keberhasilan pelaksanaan indikator atas sasaran program “Meningkatnya

kualitas penerapan SPIP Pemda/ korporasi” tersebut tidak terlepas dari

penggunaan dana sebesar Rp231.878.761,00 atau sebesar 89,69% dari target

sebesar Rp258.527.000,00 sehingga dapat dipastikan pelaksanaan kegiatan

tersebut dari sisi pendanaan telah efisien. Sementara itu, penggunaan SDM

untuk melaksanakan indikator tersebut adalah sebanyak 813 OH atau 80,02%

dari rencana sebanyak 1.016 OH.

Uraian masing-masing capaian IKU atas sasaran program “Meningkatnya

kualitas penerapan SPIP Pemda/ korporasi” adalah sebagai berikut:

1. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3)

Tahun 2017, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak

menargetkan capaian tingkat maturitas SPIP Pemerintah Provinsi level 3.

Akan tetapi, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat telah

melaksanakan evaluasi/penilaian tingkat maturitas SPIP Pemerintah

Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan hasil penilaian tingkat maturitas

sebagai berikut:

No Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Capaian

1Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi

(level 3)0% 100% 100%

2Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota

(level 3)50% 50% 100%

3Persentase BUMD yang kinerjanya minimal

berpredikat baik dari BUMD yang dibina54% 55,56% 102,89%

4Persentase BLUD yang kinerjanya minimal

baik dari BLUD yang dibina60% 50% 83,33%

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

59

Tabel 3.7Capaian Nilai Maturitas SPIP Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Provinsi Nilai Kategori

1 Provinsi Nusa Tenggara Barat 3,2034 Terdefinisi

Berdasarkan hasil evaluasi tingkat maturitas SPIP, pemerintah Provinsi

telah mencapai level 3 (Terdefinisi). Dibandingkan dengan target

sebesar 0% maka capaian kinerja ini sebesar 100% dengan kategori

“Sangat Berhasil”

2. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (level 3)

Tahun 2017, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki target

atas capaian tingkat maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota yang

mencapai level 3 sebanyak 50%.

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat telah melaksanakan

evaluasi/penilaian tingkat maturitas SPIP pada seluruh pemerintah

Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan hasil

penilaian tingkat maturitas sebagai berikut:

Tabel 3.8

Capaian Nilai Maturitas SPIP Kabupaten/Kota Provinsi NTB

No Kabupaten/Kota Nilai Kategori

1 Kota Mataram 3,1409 Terdefinisi

2 Kabupaten Lombok Barat 3,1125 Terdefinisi

3 Kabupaten Lombok Lengah 3,1125 Terdefinisi

4 Kabupaten Lombok Timur 2,7616 Berkembang

5 Kabupaten Lombok Utara 2,1091 Berkembang

6 Kabupaten Sumbawa 3,1511 Terdefinisi

7 Kabupaten Sumbawa Barat 3,0977 Terdefinisi

8 Kabupaten Dompu 2,3000 Berkembang

9 Kota Bima 2,4000 Berkembang

10 Kabupaten Bima 2,2875 Berkembang

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

60

Berdasarkan hasil evaluasi tingkat maturitas SPIP, terdapat 5 pemerintah

daerah kabupaten/kota yang mencapai level 3 (terdefinisi) atau mencapai

50% dari keseluruhan kabupaten/kota. Dibandingkan dengan target sebesar

50% maka capaian kinerja ini sebesar 100% dengan kategori “Sangat

Berhasil”.

Strategi dan rencana tindak penyelenggaraan SPIP untuk mencapai target

nilai maturitas level 3 tahun 2018 adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan sosialisasi tentang pentingnya SPIP pada tingkat SKPD;

(2) Menyelenggarakan bimbingan teknis penyusunan penilaian risiko;

(3) Menyelenggarakan bimbingan teknis terkait strategi peningkatan level

maturitas SPIP; dan

(4) Melakukan penilaian maturitas.

Meskipun belum seluruh kabupaten/kota mencapai maturitas SPIP level 3,

namun keberhasilan penerapan SPIP dapat terlihat dengan adanya

peningkatan Governance System yang di antaranya adalah:

a. Peningkatan kualitas pelaporan keuangan dan kinerja pemerintah

daerah

Salah satu peran BPKP di daerah adalah berupaya meningkatkan

kualitas akuntabilitas keuangan dan kinerja pemerintah daerah. Indikator

kualitas akuntabilitas keuangan salah satunya ditunjukkan dari opini

auditor eksternal (BPK) atas penyajian laporan keuangan.

Perkembangan opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di

lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dari tahun 2015

sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.9Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

se-Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Pemerintah DaerahOpini Laporan Keuangan

2015 2016

1 Provinsi NTB WTP WTP

2 Kota Mataram WTP WTP

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

61

No Pemerintah DaerahOpini Laporan Keuangan

2015 2016

3 Kota Bima WTP WTP

4 Kabupaten Lombok Barat WTP WTP

5 Kabupaten Lombok Utara WTP WTP

6 Kabupaten Lombok Tengah WTP WTP

7 Kabupaten Lombok Timur WDP WTP

8 Kabupaten Sumbawa Barat WTP WTP

9 Kabupaten Sumbawa WTP WTP

10 Kabupaten Dompu WTP WTP

11 Kabupaten Bima WTP WTP

Kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan

opini LKPD adalah dengan:

(1) Melakukan pendampingan penyusunan/Reviu LKPD pada 6

(enam) Pemda yaitu Pemerintah Kota Bima, Provinsi NTB,

Kabupaten Lombok Timur, Kab Bima, Kab Sumbawa Barat dan Kab

Sumbawa;

(2) Melakukan pendampingan Implementasi SIMDA Keuangan

Berbasis Akrual pada 2 (dua) pemda yaitu Pemerintah Kabupaten

Lombok Barat dan Kota Mataram;

(3) Melakukan Bimbingan Teknis SIMDA Keuangan pada Pemerintah

Kabupaten Dompu;

(4) Melakukan Bimbingan Teknis SIMDA Pendapatan pada 3 (tiga)

pemda yaitu Pemerintah Kota Bima, Kab Sumbawa dan

Kabupaten Dompu;

(5) Melakukan Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada

seluruh Pemda di Provinsi Nusa Tenggara Barat;

(6) Melakukan Workshop SIMDA Perencanaan pada seluruh Pemda di

Provinsi Nusa Tenggara Barat;

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

62

(7) Melakukan Bimbingan Teknis SIMDA Perencanaan pada 2 (dua)

pemda yaitu Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan

Kabupaten Dompu;

(8) Melakukan Bimbingan Teknis SIMDA BMD pada Pemerintah

Kabupaten Sumbawa;

(9) Melakukan Asistensi Pengelolaan Aset Daerah Menggunakan

Aplikasi SIMDA BMD pada 2 (dua) pemda yaitu Kabupaten Lombok

Timur dan Kabupaten Sumbawa.

b. Peningkatan kualitas SAKIP Pemerintah Daerah

Laporan kinerja instansi pemerintah (LkjIP) adalah laporan kinerja

tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam

mencapai tujuan/sasaran streategis instansi. Penilaian SAKIP dilakukan

oleh Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi. Rata-rata capaian nilai SAKIP Pemerintah Daerah di Provinsi

Nusa Tenggara Barat dalam kategori “cukup baik” dengan capaian

sebagai berikut:

Tabel 3.10Nilai SAKIP Pemerintah Daerah se-Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Pemerintah DaerahSAKIP 2015 SAKIP 2016

Nilai Kategori Nilai Kategori

1 Provinsi NTB 58,65 CC 60,64 B

2 Kota Mataram 58,72 CC 59,11 CC

3 Kota Bima 51,51 CC 60,21 B

4 Kabupaten Lombok Barat 46,47 C 50,83 CC

5 Kabupaten Lombok Tengah 50,07 CC 51,13 CC

6 Kabupaten Lombok Utara 30,04 C 37,15 C

7 Kabupaten Lombok Timur 50,01 CC 50,03 CC

8 Kabupaten Sumbawa Barat 20,12 D 21,2 D

9 Kabupaten Sumbawa 50,60 CC 51,77 CC

10 Kabupaten Dompu 30,40 C 30,95 C

11 Kabupaten Bima 52,72 C 51,46 CC

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

63

c. Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Laporan Kinerja Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah (LKPPD)

Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) merupakan

laporan yang harus diselenggarakan pemerintah daerah dikarenakan

mendapatkan desentralisasi dan otonomi dari pemerintah pusat yang

bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. LPPD berisi

mengenai kinerja pemerintah daerah selama 1 tahun dan dievaluasi

oleh Kementrian Dalam Negeri.Capaian nilai evaluasi LPPD

Kabupaten/Kota se Provinsi Nusa Tenggara Barat rata-rata “sangat

tinggi”. Berikut capaian nilai LPPD Kabupaten/Kota se Provinsi Nusa

Tenggara Barat Tahun 2015 dan 2016.

Tabel 3.11Nilai LPPD Pemerintah Daerah se-Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Pemerintah DaerahLPPD 2015 LPPD 2016

Nilai Kategori Nilai Kategori

1 Provinsi NTB 2,7782 Tinggi 3,2178Sangattinggi

2 Kota Mataram 2,8285 Tinggi 3,3878Sangattinggi

3 Kota Bima 2,8716 Tinggi 3,4498Sangattinggi

4 Kab. Lombok Barat 3,0844SangatTinggi

3,6007Sangattinggi

5 Kab. Lombok Tengah 3,0166SangatTinggi

3,4382Sangattinggi

6 Kab. Lombok Timur 2,9223 Tinggi 3,3990Sangattinggi

7 Kab. Lombok Utara 2,7576 Tinggi 3,1870Sangattinggi

8 Kab. Sumbawa 3,2144SangatTinggi

3,5581Sangattinggi

9 Kab. Sumbawa Barat 2,7525 Tinggi 3,3288Sangattinggi

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

64

No Pemerintah DaerahLPPD 2015 LPPD 2016

Nilai Kategori Nilai Kategori

10 Kab. Bima 2,8843 Tinggi 3,2687Sangattinggi

11 Kab. Dompu 2,7475 Tinggi 3,1492Sangattinggi

3. Persentase BUMD yang kinerjanya minimal berpredikat baik dari BUMD

yang dibina

Indikator ini diukur dari hasil evaluasi kinerja BUMD berpredikat baik atas

BUMD yang dibina dan dilakukan evaluasi kinerja selama tahun 2017.

Indikator ini menjadi tanggungjawab Bidang Akuntan Negara dan

dalam tahun 2017 telah diperoleh informasi kinerja atas 8 PDAM

Kabupaten dan 1 Perusahaan Daerah dengan uraian sebagai berikut:

Tabel 3.12Hasil Evaluasi Kinerja PDAM se-Provinsi Nusa Tenggara Barat

Nama PDAM

Capaian KinerjaberdasarkanKepmendagri47 Tahun 1999

Tingkat Kesehatanberdasarkan

BPPSPAM

Nilai Predikat Nilai KategoriPDAM Giri Menang 69,29 Baik 3,83 Sehat

PDAM Kab. Lombok Tengah 58,93 Cukup 3,31 Sehat

PDAM Kab. Lombok Utara 65,38 Baik 3,98 Sehat

PDAM Kab. Lombok Timur 56,72 Cukup 3,23 Sehat

PDAM Kab. Sumbawa 60,22 Baik 3,00 Sehat

PDAM Kab. Sumbawa Barat 48,82 Cukup 2,12 Sakit

PDAM Kab. Dompu 49,14 Cukup 2,40Kurang

Sehat

PDAM Kab. Bima 36,03 Kurang 1,98 Sakit

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

65

Tabel 3.13Hasil Evaluasi Kinerja BUMD Provinsi Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kinerja BUMD minimal

berpredikat baik hanya 3 BUMD yaitu PDAM Giri Menang, PDAM

Kabupaten Lombok Utara dan PDAM Kabupaten Sumbawa atau 33,33%

dari keseluruhan BUMD yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dibandingkan dengan target di dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017

sebesar 54% maka capaian kinerja IKU tersebut yaitu 61,73% dengan

kategori “Cukup Berhasil”.

Kurang maksimalnya pencapaian kinerja BUMD berpredikat minimal baik

atas BUMD yang dibina disebabkan:

(1) Jangka waktu pemasangan sambungan baru melebihi 6 hari kerja;

(2) Penyusunan RISPAM belum sesuai dengan ketentuan;

(3) SPI pada PDAM belum melakukan pemantauan tindak lanjut hasil

audit dari auditor eksternal;

(4) Struktur organisasi belum sesuai dengan ketentuan menurut

Permendagri Nomor 2 Tahun 2007;

(5) Pengendalian terhadap pejualan air melalui mobil tangki dan

penagihan rekening menunggak belum memadai;

(6) Tim Pengendalian Kehilangan Air PDAM tidak melaksanakan tugas

sesuai dengan uraian tugas pokok dan fungsi; dan

(7) Terdapat PDAM yang memiliki tunggakan gaji pegawai selama 10

(sepuluh) bulan.

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja pada seluruh BUMD yang ada dapat

dirangkum langkah perbaikan kinerja berupa rekomendasi yang harus

dilakukan untuk masa yang akan datang berupa:

(1) Membuat dokumen Good Corporate Governance (GCG) yang

meliputi: Panduan Tata kelola Perusahaan (Code of Corporate

No Nama BUMD Capaian Kinerja

Nilai Predikat1 PD Agro Selaparang 61,78 Cukup

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

66

Governance); Panduan bagi Organ Perusahaan (Board Manual);

Kode Etik Perusahaan; Panduan bagi SPI (SPI Charter); Laporan

Tahunan; Laporan terkait penerapan GCG;

(2) Membuat dan menandatangani berita acara pemasangan

sambungan baru secara tepat waktu;

(3) SPI agar melaksanakan pemantauan tindak lanjut rekomendasi

hasil audit dari auditor eksternal dan melaporkan hasil tindak

lanjutnya kepada auditor eksternal;

(4) Menyusun peta jaringan perpipaan dan memperbaiki jaringan

perpipaan yang rusak;

(5) Membuat rencana jangka menengah (corporate plan) dan

Standard Operating Procedure (SOP) di semua bagian dan

kegiatan, serta mempedomani RKAP yang sudah disusun;

(6) Menyusun Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan sesuai dengan

Permendagri Nomor 2 Tahun 2007;

(7) Mengganti sistem daftar hadir yang masih manual dengan finger

print;

(8) Melakukan kegiatan pengawasan kualitas air minum sesuai

dengan Permenkes Nomor 736/Menkes/PER/VI/2010;

(9) Menyusun manajemen aset yang mencakup kebijakan

pengelolaan aset tetap terkait perencanaan, pemanfaatan, dan

penghapusan aset tetap agar terjadi peningkatan nilai aktiva

produktif;

(10) Mengoptimalkan peran tim pengendali kehilangan air sehingga

diperoleh analisa dan pemecahan masalah yang dibutuhkan

untuk mengatasi dan menurunkan tingkat kehilangan air serta

berkoordinasi dengan instansi terkait dan aparat keamanan untuk

membantu PDAM mengendalikan tingkat kehilangan air; dan

(11) Meningkatkan upaya efektifitas dan jangka waktu penagihan

piutang kepada pelanggan dengan memaksimalkan satuan tugas

penagihan yang sudah ada dan bekerjasama dengan instansi

terkait seperti Satuan Polisi Pamong Praja, Kepolisian, dan

perangkat desa/kelurahan untuk meningkatkan penerimaan kas.

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

67

4. Persentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dari BLUD yang dibina

Indikator ini diukur dari hasil evaluasi kinerja BLUD berpredikat minimal

baik atas BLUD yang dibina untuk kinerja tahun 2016 sesuai dengan

jumlah penugasan pengawasan yang tercantum dalam PKPT tahun

2017. Indikator ini menjadi tanggungjawab Bidang Akuntan Negara dan

dalam tahun 2017 jumlah evaluasi kinerja atas BLUD yang dilakukan

sebanyak 2 penugasan yaitu evaluasi kinerja BLUD RSUD Kabupaten

Lombok Utara dan RSUD Kota Mataram dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.14Hasil Evaluasi Kinerja BLUD se-Provinsi Nusa Tenggara Barat

No Nama BLUD Nilai Kategori1 RSUD Kab. Lombok Utara 50,70 Kurang Baik2 RSUD Kota Mataram 75,75 Baik

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 2 BLUD RSUD yang

dilakukan evaluasi kinerja, 1diantaranya atau 50% memliki nilai dengan

kategori Baik. Realisasi ini dibandingkan dengan target di dalam

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 sebesar 60% maka capaian kinerja indikator

Persentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dari BLUD yang dibina

adalah sebesar 83,33% dengan kategori “Berhasil”.

Kurang maksimalnya pencapaian kinerja BLUD berpredikat minimal baik

atas BLUD yang dibina disebabkan:

(1) Pembentukan Satuan Pengawas Intern (SPI) tidak sesuai dengan

ketentuan;

(2) Pengolahan baku mutu limbah cair belum sesuai dengan

ketentuan; dan

(3) Penyusunan Laporan Keuangan dan LkjIP belum sesuai dengan

ketentuan.

Berdasarkan hasil evaluasi kinerja pada BLUD yang ada dapat

dirangkum langkah perbaikan kinerja berupa rekomendasi yang harus

dilakukan untuk masa yang akan datang berupa:

(1) Memberikan pelatihan dan pendidikan sebagai pemeriksa kepada

Satuan Pengawas Intern, mengangkat tenaga SPI baru, serta

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

68

menugaskan SPI dengan sistem silang antara petugas yang

ditunjuk menjadi SPI dari bagian tertentu ditugaskan melakukan

pengawasan pada bagian lain dan tidak diperkenankan

memeriksa bagian sendiri;

(2) Melaksanakan uji sampling pemeriksaan limbah cair Rumah Sakit

sesuai dengan peraturan yang berlaku;

(3) Menyusun LKjIP dengan memuat capaian indikator SPM yang telah

ditetapkan; dan

(4) Menyusun pedoman akuntansi yang mengacu kepada SAK,

menyusun laporan keuangan sesuai SAK dan meminta kepada

auditor eksternal untuk melakukan audit atas laporan keuangan

serta memberikan pelatihan akuntansi kepada pegawai bagian

keuangan.

Tugas dan fungsi pengembangan kapabilitas pengawasan intern, sesuai

dengan PP 60 Tahun 2008, difokuskan pada peningkatan kapabilitas APIP

melalui peningkatan kapasitas organisasi dan kompetensi auditor APIP.

Peningkatan kapabilitas APIP diarahkan pada peningkatan 6 (enam)

elemen kapabilitas APIP yaitu (I) Peran dan Layanan Pengawasan Intern; (II)

Pengelolaan SDM; (III)Praktik Professional; (IV) Manajemen dan Akuntabilitas

Kinerja; (V) Hubungan dan Buadaya Organisasi; dan (VI) Struktur Tata Kelola

yang diukur dengan menggunakan kerangka penilaian Internal Audit

Capability Model (IA-CM).

Sasaran program “meningkatnya kapabilitas pengawasan intern Pemda”

diindikasikan oleh 6 (enam) indikator kinerja, yaitu:

1. Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi Level 3;

2. Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi Level 2;

3. Kapabiltias APIP Pemerintah Provinsi Level 1;

4. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota Level 3;

Meningkatnya kapabilitas pengawasan internPemda.Sasaran Program 7

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

69

5. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota Level 2; dan

6. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/Kota Level 1.

Capaian level kapabilitas APIP se-Provinsi Nusa Tenggara Barat per 31

Desember 2017 disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.15

Kapabilitas APIP se-Provinsi Nusa Tenggara Barat

APIP Jumlah Level 1 Level 2 Level 3

Provinsi NTB 1 0 0 1

Kabupaten/Kota 10 0 6 4

11 0 6 5

Capaian kinerja atas kapabilitas APIP Pemerintah kabupaten/kota tahun

2017 hanya sebesar 80% atau 4 APIP dari target 5 APIP kabupaten/kota.

Tidak tercapainya target tersebut disebabkan:

1. Penyerahan hasil self assessment kapabilitas APIP Level 3 Inspektorat

Kabupaten Lombok Timur (Laporan Nomor 700/459/IRT/2017 tanggal 23

Desember 2017) ke Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat di akhir

Tahun 2017; dan

2. Tidak tersedianya anggaran Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara

Barat untuk melakukan quality assurance atas hasil self assessment

tersebut.

Capaian sasaran program ini diindikasikan oleh indikator “persepsi kepuasan

layanan sekretariat utama”. Pengukuran capaian indikator dilakukan

dengan menggunakan hasil survei atas layanan dukungan atas kegiatan

pengawasan dengan skala Likert 1-10. Survei dibagi menjadi 3 bagian, yaitu

survei atas layanan subbagian umum, layanan subbagian kepegawaian,

dan subbagian keuangan. Berdasarkan hasil survei, kepuasan pegawai atas

Tersedianya dukungan teknis kepuasan ataspelayanan sekretariat utama.

Sasaran Program 8

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

70

layanan sekratariat utama mendapat nilai 7 dari maksimal 10, dengan

rincian sebagai berikut:

Tabel 3.16

Hasil Survei Layanan Sekretariat Utama

No. Layanan Jumlah Pernyataan Rata-rata Skor

1 Subbagian Umum 15 7,33

2 Subbagian Kepegawaian 13 7,87

3 Subbagian Keuangan 14 8,06

42 7,74

Capaian tersebut masih di bawah target tahun 2017 yaitu 8 (delapan).

Rendahnya capaian tersebut disebabkan rendahnya kepuasan terhadap:

1. Pengelolaan dan layanan kearsipan;

2. Kecepatan dan ketepatan waktu penggandaan dan penjilidan

laporan/ dokumen lainnya;

3. Ketepatan waktu pengiriman laporan/ dokumen lainnya;

4. Kenyamanan dan keamanan lingkungan; dan

5. Media informasi dan sosialisasi ketentuan atau kebijakan terkait dengan

pengelolaan sarana dan prasarana.

Rincian hasil survei dapat dilihat dalam lampiran 2.

C. Realisasi AnggaranAnggaran Perwakilan BPKP Nusa Tenggara Barat tahun 2017 sebesar

Rp13.663.066.000,00 dengan realisasi sebesar Rp13.487.233.249,00 atau

98,71%. Rincian per program dan per jenis belanja dapat dilihat pada Tabel

3.17 dan Tabel 3.18.

Tabel 3.17

Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Program

KodeProgram

Program Anggaran(Rp)

Realisasi(Rp)

%

01 Program DukunganManajemen danPelaksanaan Tugas TeknisLainnya BPKP

12.393.515.000 12.247.029.557 98,82

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

71

06 Program PengawasanIntern terhadapaAkuntabilitas PengelolaanKeuangan Negara danPembangunan Nasionalserta PembinaanPenyelenggaraan SPIP

1.269.551.000 1.240.203.692 97,69

Jumlah 13.663.066.000 13.487.233.249 98,71

Tabel 3.18

Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Jenis Belanja

No. Jenis Belanja Anggaran Realisasi %

1 Belanja Pegawai 9.934.300.000 9.821.079.158 98,86

2 Belanja Barang 3.020.766.000 2.963.148.841 98,09

3 Belanja Modal 708.000.000 703.055.250 99,29

Jumlah 13.663.066.000 13.487.233.249 98,71

Selama tahun 2017, Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggaran Barat

melaksanakan 150 penugasan pengawasan dengan menggunakan dana

pihak ketiga (dana bantuan kedinasan), dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.19

Penugasan dengan Bantuan Kedinasan per Bidang

No. Bidang Jumlah PP Dana Bantuan

Kedinasan (Rp)

1 IPP – D1 16 186.567.225,00

IPP – D2 25 270.317.818,00

2 APD 58 934.579.462,00

3 AN 43 232.769.500,00

4 Investigasi 2 58.850.000,00

5 P3A 6 54.137.609,00

Jumlah 150 1.737.221.614,00

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

72

BAB IVPENUTUP

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan

pertanggungjawaban kinerja BPKP dalam mencapai tujuan/sasaran strategis

serta sasaran kegiatan tahun 2017 dan mencerminkan sejauh mana Sistem AKIP

telah diimplementasikan. Dalam pelaporan kinerja ini disajikan informasi kinerja

yang telah diperjanjikan disertai evaluasi dan analisis yang memadai sehingga

dapat dimanfaatkan untuk perbaikan kinerja ke depan. Beberapa perbaikan

mendasar telah dilakukan terhadap seluruh komponen Sistem AKIP yang meliputi

perencanaan kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, dan pencapaian

sasaran organisasi.

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat telah memperbaiki pelaporan

realisasi kinerja tahun 2017 berdasarkan indikator hasil (outcome) dan bukan

hanya indikator keluaran dari proses/kegiatan (output). Hanya saja,

pembandingan realisasi pencapaian kinerja tahun 2017 dengan realisasi

pencapaian sebelumnya tidak dapat dilakukan secara keseluruhan

dikarenakan perbedaan sasaran program/kegiatan dan indikator kinerja

program/kegiatan.

A. Simpulan Capaian Kinerja

Dengan menggunakan metode pengukuran yang telah dijelaskan pada

Bab III Akuntabilitas Kinerja, diperoleh 13 indikator dengan kategori kinerja

“Sangat Berhasil”, 2 indikator dengan kategori kinerja “Berhasil”, 1 indikator

dengan kategori kinerja “Cukup Berhasil”, dan 2 indikator lainnya dengan

kategori kinerja “Tidak Berhasil”.

Indikator dengan kategori kinerja Sangat Berhasil adalah:

1. Persentase tindak lanjut rekomendasi tata kelola, manajemen risiko dan

pengendalian intern pengelolaan korporasi dengan capaian 146,85%;

2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di

persidangan dengan capaian 200%;

3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

APH dengan capaian 142,86%;

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

73

4. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K dengan capaian 166,67%;

5. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh

K/L/P/K dengan capaian 142,86%;

6. Persentase K/L/P/K yang mengimplentasikan FCP (termasuk FRA)

dengan capaian 200%;

7. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)

yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat dengan

capaian 166,67%;

8. Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3) dengan capaian 100%;

9. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 3) dengan capaian

100%;

10. Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 2) dengan capaian

100%;

11. Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 3) dengan capaian 100%;

12. Kapabilitas APIP Pemerintah Kab./kota (level 2) dengan capaian 120%;

dan

13. Persepsi Kepuasan Layanan Sekretariat Utama dengan capaian 87,5%.

Indikator dengan kategori kinerja Berhasil adalah:

1. Persentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dari BLUD yang dibina

dengan nilai capaian 83,33%; dan

2. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 3) dengan capaian

80,00%.

Indikator dengan kategori kinerja Cukup Berhasil adalah “Persentase BUMD

yang kinerjanya minimal berpredikat baik dari BUMD yang dibina” dengan

capaian 61,73%.

Indikator dengan kategori kinerja Tidak Berhasil adalah:

1. Perbaikan tatakelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern

pengelolaan program nasional, dengan capaian 30%. Hal ini disebabkan

tidak adanya penugasan monitoring tindak lanjut dan tidak

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

74

diterbitkannya Surat Penegasan (SP) atas temuan pemeriksaan yang

belum ditindaklajuti yang ditujukan kepada objek pemeriksaan.

2. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan, dengan

capaian 0,00%. Hal ini disebabkan belum ada permintaan dari pihak

ketiga terkait penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan.

Potensi pengawasan atas indikator ini yaitu pelaksanaan penyelesaian

hambatan kelancaran pembangunan pada Pelindo III Lembar yang

masih menunggu koordinasi dengan Pelindo Pusat.

Capaian kinerja tersebut didukung dengan capaian output sebagai berikut:

1. Laporan Hasil Pengawasan BPKP Perwakilan dengan capaian 99%;

2. LHP Pembinaan SPIP BPKP dengan capaian 100%;

3. Surat Kepala Perwakilan BPKP kepada Pemda, menyapaikan

rekomendasi hasil asistensi dan penilaian maturitas penyelenggaraan

SPIP di Provisi/ Kota/Kabupaten, dengan capaian 100%;

4. LHP Peningkatan kapabilitas APIP BPKP Perwakilan dengan capaian

100%;

5. Surat Kepala Perwakilan BPKP kepada Pemda, menyapaikan

rekomendasi hasil bimtek dan penilaian kapabilitas APIP di

Provisi/Kab/Kota, dengan capaian 100%;

6. Jumlah layanan dukungan manajemen perwakilan BPKP dengan

capaian 100%; dan

7. Tersedianya meubelair perwakilan BPKP tipe B dengan capaian 100%.

B. Rencana Tindak

Secara umum, capaian kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat

telah sangat berhasil. Namun demikian, terdapat 3 (tiga) sasaran program

yang belum optimal, yaitu:

1. Persentase BUMD yang kinerjanya minimal berpredikat baik dari BUMD

yang dibina.

Belum optimalnya capaian “persentase BLUD yang kinerjanya minimal

baik dari BLUD yang dibina” disebabkan:

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

75

(1) Jangka waktu pemasangan sambungan baru melebihi 6 hari kerja;

(2) Penyusunan RISPAM belum sesuai dengan ketentuan;

(3) SPI pada PDAM belum melakukan pemantauan tindak lanjut hasil

audit dari auditor eksternal;

(4) Struktur organisasi belum sesuai dengan ketentuan menurut

Permendagri Nomor 2 Tahun 2007;

(5) Pengendalian terhadap pejualan air melalui mobil tangki dan

penagihan rekening menunggak belum memadai;

(6) Tim Pengendalian Kehilangan Air PDAM tidak melaksanakan tugas

sesuai dengan uraian tugas pokok dan fungsi; dan

(7) Terdapat PDAM yang memiliki tunggakan gaji pegawai selama 10

(sepuluh) bulan.

2. Persentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dari BLUD yang dibina.

Belum optimalnya capaian “persentase BLUD yang kinerjanya minimal

baik dari BLUD yang dibina” disebabkan:

(1) Pembentukan Satuan Pengawas Intern (SPI) tidak sesuai dengan

ketentuan;

(2) Pengolahan baku mutu limbah cair belum sesuai dengan

ketentuan; dan

(3) Penyusunan Laporan Keuangan dan LkjIP belum sesuai dengan

ketentuan.

3. Kapabilitas APIP Pemerintah Kabupaten/kota (level 3).

Belum optimalnya capaian “kapabilitas APIP pemerintah

kabupaten/kota level 3” disebabkan tidak tersedianya anggaran

Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk melakukan quality

assurance atas hasil self assessment kapabilitas APIP level 3 Inspektorat

Kabupaten/Kota.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, strategi yang akan dilaksanakan

adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penugasan monitoring tindak lanjut temuan;

2. Menerbitkan Surat Penegasan (SP) atas temuan pemeriksaan yang

belum ditindaklanjuti yang ditujukan kepada objek pemeriksaan;

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

76

3. Memberikan rekomendasi yang harus dilaksanakan BUMD yang dibina

untuk dapat meningkatkan kinerjanya, yaitu agar:

(1) Membuat dokumen Good Corporate Governance (GCG) yang

meliputi: Panduan Tata kelola Perusahaan (Code of Corporate

Governance); Panduan bagi Organ Perusahaan (Board Manual);

Kode Etik Perusahaan; Panduan bagi SPI (SPI Charter); Laporan

Tahunan; Laporan terkait penerapan GCG;

(2) Membuat dan menandatangani berita acara pemasangan

sambungan baru secara tepat waktu;

(3) SPI agar melaksanakan pemantauan tindak lanjut rekomendasi

hasil audit dari auditor eksternal dan melaporkan hasil tindak

lanjutnya kepada auditor eksternal;

(4) Menyusun peta jaringan perpipaan dan memperbaiki jaringan

perpipaan yang rusak;

(5) Membuat rencana jangka menengah (corporate plan) dan

Standard Operating Procedure (SOP) di semua bagian dan

kegiatan, serta mempedomani RKAP yang sudah disusun;

(6) Menyusun Laporan Triwulan dan Laporan Tahunan sesuai dengan

Permendagri Nomor 2 Tahun 2007;

(7) Mengganti sistem daftar hadir yang masih manual dengan finger

print;

(8) Melakukan kegiatan pengawasan kualitas air minum sesuai

dengan Permenkes Nomor 736/Menkes/PER/VI/2010;

(9) Menyusun manajemen aset yang mencakup kebijakan

pengelolaan aset tetap terkait perencanaan, pemanfaatan, dan

penghapusan aset tetap agar terjadi peningkatan nilai aktiva

produktif;

(10) Mengoptimalkan peran tim pengendali kehilangan air sehingga

diperoleh analisa dan pemecahan masalah yang dibutuhkan

untuk mengatasi dan menurunkan tingkat kehilangan air serta

berkoordinasi dengan instansi terkait dan aparat keamanan untuk

membantu PDAM mengendalikan tingkat kehilangan air; dan

(11) Meningkatkan upaya efektifitas dan jangka waktu penagihan

piutang kepada pelanggan dengan memaksimalkan satuan tugas

Laporan Kinerja Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

77

penagihan yang sudah ada dan bekerjasama dengan instansi

terkait seperti Satuan Polisi Pamong Praja, Kepolisian, dan

perangkat desa/kelurahan untuk meningkatkan penerimaan kas.

4. Memberikan rekomendasi yang harus dilaksanakan BLUD yang dibina

untuk dapat meningkatkan kinerjanya, yaitu agar:

(1) Memberikan pelatihan dan pendidikan sebagai pemeriksa kepada

Satuan Pengawas Intern, mengangkat tenaga SPI baru, serta

menugaskan SPI dengan sistem silang antara petugas yang

ditunjuk menjadi SPI dari bagian tertentu ditugaskan melakukan

pengawasan pada bagian lain dan tidak diperkenankan

memeriksa bagian sendiri;

(2) Melaksanakan uji sampling pemeriksaan limbah cair Rumah Sakit

sesuai dengan peraturan yang berlaku;

(3) Menyusun LKjIP dengan memuat capaian indikator SPM yang telah

ditetapkan; dan

(4) Menyusun pedoman akuntansi yang mengacu kepada SAK,

menyusun laporan keuangan sesuai SAK dan meminta kepada

auditor eksternal untuk melakukan audit atas laporan keuangan

serta memberikan pelatihan akuntansi kepada pegawai bagian

keuangan.

5. Mendorong APIP untuk menyelesaikan self assement kapabilitas APIP

level 3 sebelum triwulan IV tahun 2018 agar tersedia waktu yang cukup

bagi Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk melakukan

quality assurance atas hasil self assessment level 3 yang dilakukan APIP.

6. Menyediakan anggaran untuk melakukan quality assurance atas hasil

self assessment kapabilitas APIP level 3 Inspektorat Kabupaten/Kota di

lingkungan Provinsi Nusa Tenggara Barat.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1/1 - 1

01.1 Tersedianya dukunganteknis kepuasan ataspelayanan sekretariatutama.

Persepsi Kepuasan Layanan Sekretariat Utama (skala 1-10).

Skala 8 7 87,50 1 Dukungan Manajemen &Pelaksanaan TugasTeknis BPKP

1.1 Tersedianya dukungan manajemendan pelaksanaan tugas teknislainnya dalama mencapai kepuasanlayanan.

Jumlah Layanan DukunganManajemen Perwakilan BPKP

Laporan 12 12 100 11.293.460.000 11.153.619.136 139.840.864 98,76

2 Fasilitas DukunganManajemen BPKP

392.055.000 390.405.171 1.649.829 99,58

3 Pengadaan Sarana &Prasarana

708.000.000 703.005.250 4.994.750 99,29

06.1 Perbaikan tatakelola, manajemen risiko, danpengendalian intern pengelolaan program nasional.

% 55 16,5 30,00 1.1 Laporan Hasil PengawasanBPKP Perwakilan

Laporan 101 100 99 1.002.377.000 979.221.843 23.155.157 97,69

Persentase tindak lanjut rekomendasi tata kelola,manajemen risiko dan pengendalian intern pengelolaankorporasi.

% 55 80,77 146,85

06.2 Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yangdimanfaatkan di persidangan.

% 40 34,38 85,95

Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yangdimanfaatkan oleh APH.

% 70 100 142,86

Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yangdimanfaatkan oleh K/L/P/K.

% 60 100 166,67

Persentase hasil audit penyesuaian harga yangdimanfaatkan oleh K/L/P/K.

% 70 100 142,86

Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan olehK/L/P/K.

% 0 0 -

06.3 Meningkatnyapenyelesaian hambatanpelaksanaanpembangunan nasional.

Persentase penyelesaian hambatan kelancaranpembangunan.

% 70 0 0

06.4 Meningkatnya kualitas tatakelola pemerintah dankorporasi dalampencegahan korupsi.

Persentase K/L/P/K yang mengimplentasikan FCP(termasuk FRA).

% 50 100 200

06.5 Meningkatnya kepedulianK/L/P/K dan masyarakatterhadap korupsi.

Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar AntiKorupsi (KPAK) yang mengimplementasikan sistempengaduan masyarakat.

% 60 100 166,67

06.6 Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 3). % 0 100 100 1.2 Laporan 16 16 100 145.417.000 142.389.761 3.027.239 97,92Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 2). % 0 0 -Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (level 1). % 100 0 - Surat 11 11 100 - - -Maturitas SPIP Pemerintah Kab/kota (level 3). % 50 50 100Maturitas SPIP Pemerintah Kab/kota (level 2). % 50 50 100Maturitas SPIP Pemerintah Kab/kota (level 1). % 0 0 -

Persentase BUMD yang kinerjanya minimal berpredikatbaik dari BUMD yang dibina.

% 54 33,3333 61,73

Persentase BLUD yang kinerjanya minimal baik dariBLUD yang dibina.

% 60 50 83,33

06.7 Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 3). % 100 100 100 1.3 Laporan 12 12 100 121.757.000 118.592.088 3.164.912 97,40Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 2). % 0 0 -Kapabilitas APIP Pemerintah Provisi (Level 1). % 0 0 - Surat 11 11 100 - - -Kapabilitas APIP Pemerintah Kab./kota (level 3). % 50 40 80Kapabilitas APIP Pemerintah Kab./kota (level 2). % 50 60 120Kapabilitas APIP Pemerintah Kab./kota (level 1). % 0 0 -

13.663.066.000 13.487.233.249 175.832.751 98,71

Surat kepala perwakilan BPKPkepada Pemda, menyampaikanrekomendasi hasil bimtek danpenilaian kapabilitas APIP diProvinsi/Kab/Kota

Kegiatan

1

Satuan Realisasi Indikator

Indikator Kinerja Program (IKP)

Indikator Target Capaian(%)

Sasaran Kegiatan

Termanfaatkannya aset secaraoptimal.

Tersedianya meubelairperwakilan BPKP tipe B.

Terlaksananya monitoring evaluasiatas program prioritas yangdilaksanakan di daerah

Pelaksanaan PengawasanIntern AkuntabilitasKeuangan Negara &Pembangunan NasionalSerta PembinaanPenyelenggaraan SPIP

1.2

Sasaran ProgramIndikator Kinerja Kegiatan (IKK)

TargetSatuan Capaian(%)Realisasi

TARGET DAN REALISASI KINERJA DAN ANGGARANPERWAKILAN BPKP PROVINSI NTB TAHUN 2017

Meningkatnya efektivitashasil pengawasankeinvestigasian.

Anggaran Tahun 2017

ProgramDukunganManajemen danPelaksanaanTugas TeknisLainnya

Program

01

100Unit/set 142

ProgramPengawasanIntern terhadapAkuntabilitasPengelolaanKeuanganNegara danPembangunanNasional sertaPembinaanPenyelenggaraan SPIP

LHP Peningkatan KapabilitasAPIP BPKP Perwakilan

Alokasi (Rp) Realiasi (Rp) Sisa (Rp) Penyerapan (%)

243

LHP Pembinaan SPIP BPKPPerwakilanSurat kepala Perwakilan BPKPkepada Pemda, menyampaikanrekomendasi hasil asistensi danpenilaian maturitaspenyelenggaraan SPIP diProvinsi/Kab/Kota

Terlaksananya bimtek dan penilaiankapabilitas APIP diProvinsi/Kab/Kota

Terlaksananya asistensi danpenilaian untuk meningkatkan levelmaturitas penyelenggaraan SPIP diProvinsi/ Kab/ Kota

06

Meningkatnya kapabilitaspengawasan intern Pemda.

Meningkatnya kualitaspenerapan SPIP Pemda/korporasi.

Perbaikan pengelolaanprogram prioritas nasionaldan pengelolaan keuangannegara/korporasi.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Perwakilan BPKP Provinsi NTB Tahun 2017

Lampiran 2/1 - 2

No Pernyataan Rata-rata Skor(skala 1-5)

Koversi(skala 1-10)

Subbagian Umum 3,66 7,331 Ketersediaan sarana dan prasarana kerja 3,68 7,362 Kesesuaian pengadaan perlengkapan dengan kebutuhan sarana dan prasarana kerja 3,71 7,423 Kemudahan dalam memperoleh dan menggunakan sarana dan prasarana kerja 3,97 7,944 Kondisi umum sarana dan prasarana kerja yang digunakan 3,87 7,745 Ketersediaan barang persediaan di gudang 3,87 7,746 Pengelolaan dan layanan kearsipan 3,42 6,847 Kecepatan dan ketepatan waktu penggandaan dan penjilidan laporan/ dokumen lainnya 2,97 5,948 Ketepatan waktu pengiriman laporan/ dokumen lainnya 2,92 5,849 Kenyamanan dan kemanan lingkungan kerja 3,74 7,48

10 Layanan kebersihan gedung dan lingkungan kantor 3,97 7,9411 Media informasi dan sosialisasi ketentuan atau kebijakan terkait dengan pengelolaan sarana dan prasarana 3,39 6,7812 Jika anda mempunyai keluhan, bagaimana pendapat Saudara terhadap kemudahan cara penyampaiannya? 3,79 7,58

13Jika anda mempunyai keluhan, bagaimana pendapat Saudara atas jawaban/solusi yang diberikan oleh Sub BagianUmum? 3,92 7,84

14 Kesopanan dan keramahan Petugas Sub Bagian Umum 3,95 7,915 Kinerja layanan Sub Bagian Umum secara keseluruhan 3,79 7,58

Subbagian Kepegawaian 3,93 7,871 Ketepatan waktu proses pengusulan kenaikan pangkat dan jabatan 4,21 8,422 Transparansi atas kesempatan pengembangan pegawai diberikan secara adil dan sesuai ketentuan 3,76 7,523 Layanan pengajuan cuti 4,39 8,784 Ketepatan waktu pemrosesan penerbitan keputusan kenaikan gaji berkala 4,05 8,15 Ketepatan waktu pengusulan dan penerimaan penghargaan Satyalencana Karya Satya 4,24 8,486 Kinerja Sekretariat TPAK mulai penerimaan DUPAK sampai dengan penerbitan PAK 3,87 7,747 Layanan pembuatan Karpeg, Kartu Isteri/Suami, KP4, dan Kartu BPJS 4,08 8,16

HASIL SURVEI KEPUASAN ATAS LAYANAN SEKRETARIAT UTAMAPERWAKILAN BPKP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TAHUN 2017

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017

Lampiran 2/2 - 2

No Pernyataan Rata-rata Skor(skala 1-5)

Koversi(skala 1-10)

8 Standard Operating Procedures (SOP) telah sesuai dengan proses bisnis organisasi terkini 3,68 7,369 Kejelasan tata kerja dan peraturan kepegawaian 3,61 7,22

10 Pengelolaan berkas kepegawaian 3,97 7,94

11 Media informasi dan sosialisasi ketentuan atau kebijakan terkait dengan kepegawaian atau ke-JFA-an 3,63 7,26

12 Jika anda mempunyai keluhan, bagaimana pendapat Saudara terhadap kemudahan cara penyampaiannya? 3,79 7,58

13Jika anda mempunyai masalah kepegawaian, bagaimana pendapat Saudara atas jawaban/solusi yang diberikan olehSub Bagian Kepegawaian? 3,87 7,74

Subbagian Keuangan 4,03 8,061 Ketepatan waktu pembayaran Gaji dan Tunjangan Kinerja 4,58 9,162 Ketepatan jumlah pembayaran Gaji dan Tunjangan Kinerja 4,56 9,123 Ketepatan waktu pembayaran Uang Makan 4,31 8,624 Ketepatan jumlah pembayaran Uang Makan 4,44 8,88

5Apabila Saudara mengajukan permintaan Uang Muka dalam waktu minimal 5 hari kerja sebelum keberangkatan,bagaimana pendapat Saudara tentang ketepatan waktu dan kecukupan pembayaran Uang Muka? 3,92 7,84

6Ketepatan waktu dan kemudahan penerbitan visum SPPD dibandingkan tanggal dimulainya pelaksanaan perjalanandinas ? 4 8

7Jika Anda telah menyampaikan bukti-bukti perjalanan dinas tepat waktu, bagaimana pendapat Saudara tentangkecepatan/ kemudahan SPJ/pertanggungjawaban uang perjalanan dinas? 3,94 7,88

8 Kecepatan penerimaan uang sisa perjalanan dinas sejak waktu penyampaian SPJ? 3,78 7,56

9 Ketersediaan informasi dalam pemrosesan visum SPPD dan pembayaran sisa uang perjalanan dinas? 3,92 7,8410 Media informasi dan sosialisasi ketentuan atau kebijakan terkait dengan keuangan? 3,36 6,7211 Jika anda mempunyai keluhan, bagaimana pendapat Saudara terhadap kemudahan cara penyampaiannya? 3,78 7,56

12Jika anda mempunyai keluhan, bagaimana pendapat Saudara atas jawaban/solusi yang diberikan oleh Sub BagianKeuangan? 3,82 7,64

13 Kesopanan dan keramahan Petugas Sub Bagian Keuangan 4,03 8,0614 Kinerja layanan Sub Bagian Keuangan secara keseluruhan? 4 8

Total Skor 162,55 325,1Rata/Skor (dibagi 42) 3,87 7,74

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Perwakilan BPKP Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017