laporan kinerja 2018 - kebudayaan.kemdikbud.go.id · dalam upaya untuk melakukan perbaikan dan...
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA 2018BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPULAUAN RIAU
Kementerian Pendidikan dan KebudayaanDirektorat jenderal kebudayaan
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
i
P
KATA PENGANTAR
uji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas berkat dan
rahmat-Nya Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepulauan Riau dapat
menyelesaikan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2018 secara
tepat waktu. Laporan ini merupakan pertanggungjawaban BPNB Kepulauan Riau
atas pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)
di lingkungan Kemendikbud sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 40 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPNB dan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Penyusunan laporan kinerja ini dimaksud sebagai media pertanggungjawaban kinerja BPNB
Kepulauan Riau kepada seluruh stakeholders dan masyarakat, dan sebagai sumber informasi
dalam upaya untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas kinerja di masa
mendatang secara berkelanjutan (continuous improvement). LKIP BPNB Kepulauan Riau
memuat informasi rencana dan capaian kinerja selama tahun 2018. Rencana kinerja
tahun 2018 pada dasarnya merupakan sasaran kinerja yang ingin dicapai selama tahun 2018
sesuai dengan yang ditetapkan di rencana strategis, sedangkan capaian kinerja (performance
results) adalah hasil realisasi dari rencana kinerja yang telah diperjanjikan dalam Perjanjian
Kinerja. Oleh karena itu, laporan akuntabilitas ini menyajikan data kontribusi keberhasilan
BPNB Kepulauan Riau selama tahun 2018 yang meliputi kinerja atas meningkatnya
pelestarian terhadap aspek-aspek tradisi, kepercayaan, kesenian, perfilman, dan kesejarahan.
Dengan dukungan dan alokasi anggaran yang diberikan kepada BPNB Kepulauan Riau, maka
diharapkan BPNB Kepulauan Riau dapat melaksanakan program pelestarian budaya
sebagaimana yang ditetapkan dalam Rencana Strategis BPNB Kepulauan Riau tahun 2015-
2019. Untuk masing-masing output ditahun anggaran 2018 telah ditetapkan 5 (lima) indikator
kinerja utama dengan persentase rata-rata 100%.
iii
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR BAGAN iii
DAFTAR GRAFIK iii
DAFTAR SINGKATAN iv
IKHTISAR EKSEKUTIF v
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PERENCANAAN KINERJA 4
12
BAB
III
AKUNTABILITAS KINERJA 5
III.1 Capaian Kinerja 5
III.2 Realisasi Anggaran 30
BAB
IV
PENUTUP 32
LAMPIRAN 33
DAFTAR BAGAN
Struktur Organisasi BPNB Kepulauan Riau 2
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Grafik Capaian Output Tahun 2018 5
Grafik 2. Grafik Realisasi Anggaran Tahun 2018 30
iv
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
DAFTAR SINGKATAN
3T Tertinggal, Terluar, dan Terdepan
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBN-P Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara – Perubahan
BKSNT Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional
BMN Barang Milik Negara
BPCB Balai Pelestarian Cagar Budaya
BPKP Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
BPNB Balai Pelestarian Nilai Budaya
BPSNT Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional
BP Budpar Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata
DIKLAT Pendidikan dan Pelatihan
DITJEN Direktorat Jenderal
DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
IKK Indikator Kinerja Kegiatan
IKSS Indikator Kinerja Sasaran Strategis
IKU Indikator Kinerja Utama
ITJEN Inspektorat Jenderal
JUKNIS Petunjuk Teknis
KEMENDIKBUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KEPRES Keputusan Presiden
LKIP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
LHKPN Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara
LPMP Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
PK Perjanjian Kinerja
PKBM Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
PP Peraturan Pemerintah
RBI Reformasi Birokrasi Internal
RENSTRA Rencana Strategis
RKT Rencana Kerja Tahunan
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJP Rencana Pembangunan Jangka Panjang
SAI Sistem Akuntansi Instansi
SAK Sistem Akuntansi Keuangan
SAKIP Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
SDM Sumber Daya Manusia
SETJEN Sekretariat Jendral
SPI Sistem Pengendalian Internal
UPT Unit Pelaksana Teknis
WCF World Culture Forum
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
v
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) tahun 2018 BPNB Kepulauan Riau memuat
tentang capaian kinerja selama satu tahun anggaran 2018 yang sepenuhnya mengacu pada
Rencana Strategis BPNB Kepulauan Riau tahun 2015-2019. Pada tahun 2018 BPNB Kepulauan
Riau memiliki 3 (tiga) sasaran strategis, yaitu (1) Meningkatnya pelindungan dan pengembangan
nilai budaya, (2) Meningkatnya pemanfaatan dan pembinaan nilai budaya, dan (3)
Terselenggaranya layanan dalam rangka pendukungan manajemen dan tata kelola pelestarian
nilai budaya. Persentase rata- rata capaian indikator kinerja tahun 2018 ini mencapai 100%.
Jumlah anggaran DIPA BPNB Kepulauan Riau untuk tahun 2018 yang ditetapkan pada
Perjanjian Kinerja adalah sebesar Rp9.695.854.000. Adapun pagu mengalami 1 (satu) kali
perubahan anggaran, yaitu adanya penambahan sebesar Rp252.866.000 untuk kegiatan
Lokakarya Penyusunan Pokok Pikiran Daerah sehingga jumlah anggaran yang tersedia untuk
melaksanakan program pelestarian nilai budaya bertambah menjadi Rp9.948.720.000 dengan
realisasi anggaran sebesar Rp9.733.806.430 atau sebesar 97,84%. Perubahan pagu anggaran ini
menyebabkan adanya perubahan pada Perjanjian Kinerja tahun 2018.
Hasil capaian kinerja tahun 2018 menunjukkan bahwa BPNB Kepulauan Riau secara
umum telah berhasil mencapai beberapa indikator kinerja yang telah ditargetkan. Indikator
kinerja yang berhasil dicapai mencakup antara lain:
1. 12 naskah hasil kajian nilai budaya;
2. 22 naskah nilai budaya yang dilestarikan;
3. 100 karya budaya lokal telah terinventarisasi dan sebanyak 33 karya budaya lokal telah
ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia; dan
4. 35 event internalisasi nilai budaya.
BPNB Kepulauan Riau menyadari dalam pelaksanaan program dan kegiatan masih ada
beberapa hambatan terutama dalam pelaksanaan kegiatan naskah kajian pelestarian nilai budaya
terkait dengan ketersediaan jumlah SDM peneliti. Untuk mengatasi masalah tersebut, BPNB
Kepulauan Riau telah berupaya melakukan penambahan SDM/tenaga peneliti dengan menjalin
kemitraan bersama perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian yang ada di wilayah kerja
BPNB Kepulauan Riau.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
vi
Berdasarkan hasil analisis atas capaian kinerja tahun 2018, hambatan/permasalahan serta
langkah antisipasi, maka analisis Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) 2018 dapat
dijadikan masukan untuk merumuskan rencana kerja tahun depan yaitu:
1. Berupaya untuk mendukung pelestarian kebudayaan melalui peningkatan kualitas
pengkajian dan pengembangan kebudayaan Indonesia;
2. Berupaya untuk mengembangkan hubungan sinergis antara BPNB Kepulauan Riau
dengan seluruh stakeholders di seluruh wilayah kerja;
3. Mengoptimalkan peran dan kinerja organisasi dalam mewujudkan visi dan misi BPNB
Kepulauan Riau, terutama dalam penjadwalan kegiatan yang semakin terarah dan
terukur;
4. Bertekad untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan dan akuntabilitas pelaksanaan
program dengan biaya dari APBN;
5. Berupaya menyatukan visi dan misi yang sama dengan semua stakeholders, terutama
dengan instansi terkait di bidang kebudayaan di seluruh wilayah kerja BPNB Kepulauan
Riau; dan
6. Berupaya menyeimbangkan pengambilan kebijakan di bidang pelestarian kebudayaan
dan mendukung program revitalisasi kebudayaan dalam pembangunan karakter bangsa.
Melalui program dan kegiatan yang dilaksanakan, BPNB Kepulauan Riau memberikan
penekanan kepada stakeholders atas pemahaman substansi pelestarian kebudayaan. Generasi
muda dijadikan sasaran untuk pelestarian nilai budaya karena merekalah yang akan melanjutkan
roda pemerintahan ke depan dan diharapkan memiliki kesadaran dan pemahaman akan arti
pentingnya kebudayaan yang harus melandasi pembangunan di segala bidang.
Penyelesaian hambatan dan permasalahan di bidang kebudayaan tidak dapat diselesaikan
oleh BPNB Kepulauan Riau saja, tetapi membutuhkan dukungan dari semua pihak baik
pemerintah daerah, masyarakat dan pelaku seni/budaya itu sendiri. Oleh karena itu, setiap orang,
baik yang berasal dari internal maupun eksternal BPNB Kepulauan Riau diharapkan dapat
melakukan gerakan perubahan di lingkungan sekitarnya dalam rangka menyelesaikan
permasalahan di bidang kebudayaan.
Dengan dukungan dari semua pihak, diharapkan BPNB Kepulauan Riau dapat menjadi
motor penggerak di daerah dalam melestarikan kebudayaan secara baik dan akuntabel, sehingga
visi yang telah ditetapkan dapat tercapai.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
1
Pendokumentasian aspek
tradisi, kepercayaan,
kesenian, perfilman, dan
kesejarahan
Pelaksanaan
Ketatausahaan
Pemanfaatan tradisi,
kepercayaan, kesenian,
perfilman, dan kesejarahan
Kemitraan dalam pelestarian
tradisi, kepercayaan,
kesenian, perfilman, dan
kesejarahan
Pengembangan tradisi,
kepercayaan, kesenian,
perfilman, dan kesejarahan
SEJARAH LEMBAGA......
BPNB Kepulauan Riau bertugas melaksanakan pelestarian
tradisi, kepercayaan , kesenian, perfilman dan kesejarahan
di wilayah kerjanya. (Permendikbud No. 40 Tahun 2015)
Perlindungan tradisi,
kepercayaan, kesenian,
perfilman, dan kesejarahan
Pengkajian tradisi,
kepercayaan, kesenian,
perfilman, dan kesejarahan
Pertama kali dibentuk dengan nama Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional
(BKSNT) Tanjungpinang, berdasarkan SK Mendikbud RI nomor : 0486/0/1989
Tanggal 4 Agustus 1989, dan telah mengalami 3 kali perubahan nama hingga
bernama Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau sejak tahun 2015.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
2
Berdasarkan Permendikbud Nomor 40 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
Pelestarian Nilai Budaya, struktur organisasi BPNB Kepulauan Riau adalah :
Wilayah kerja BPNB Kepulauan
Riau ditetapkan berdasarkan
wilayah kebudayaan, yaitu daerah
yang menjadi basis budaya
Melayu.
Wilayah Kerja BPNB Kepri
• 2 Pejabat Struktural
• 7 Pegawai Fungsional
Tertentu
• 18 Fungsional umum
• 12 Pegawai honorer
Bagan 1. Struktur Organisasi
Ka.Subbag T.U
KEPALA
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
3
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Melaksanakan kajian dan pengembangan dalam rangka
pelestarian nilai budaya;
2. Melaksanakan penyebaran informasi kepada masyarakat tentang
nilai budaya;
3. Melaksanakan bimbingan edukatif dan teknis kepada masyarakat
dalam rangka pelestarian nilai budaya; dan
4. Menjalin kemitraan dan sinergitas dengan stakeholders di
wilayah kerja dan pusat dalam melaksanakan pembangunan
kebudayaan.
1. Rencana dan kegiatan yang dilaksanakan stakeholders di wilayah kerja belum
mengimplementasikan integrasi antara kebudayaan dengan pendidikan ataupun
sebaliknya.
2. Dinas Kebudayaan di daerah belum melaksanakan kegiatan internalisasi nilai-
nilai budaya dan sejarah (lokal dan nasional) seperti yang diharapkan.
3. Sumber Daya Manusia di BPNB Kepulauan Riau masih terbatas jumlahnya.
4. Jumlah Sumber Daya Manusia di dinas bidang budaya yang ada di daerah yang
visi dan misinya bersinergi untuk melestarikan sejarah dan budaya sangat terbatas.
5. Pengambil kebijakan di bidang budaya di daerah masih mementingkan
pembangunan industri pariwisata dibandingkan dengan kebudayaan.
6. Pelaksanaan sebagian program dan kegiatan BPNB Kepulauan Riau tahun
2018 tidak tepat waktu dan beberapa kali mengalami perubahan jadwal dan
lokasi.
.
1. Meningkatkan ketahanan budaya masyarakat di seluruh wilayah kerja.
2. Meningkatkan kesadaran sejarah masyarakat di seluruh wilayah kerja.
3. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan sebagai sumber
daya pengembangan karakter bangsa.
STRATEGI
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
4
PERJANJIAN KINERJA 2018
KEPALA BPNB KEPULAUAN RIAU dengan DIREKTUR JENDRAL KEBUDAYAAN
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET ANGGARAN
1 2 3 4 5
1 Meningkatnya Pelindungan dan Pengembangan Nilai Budaya
1 Jumlah Naskah Hasil Kajian Pelestarian Nilai Budaya
12 Naskah
Rp520.492.000
2 Jumlah Dokumen Pelestarian Nilai Budaya 22
Naskah Rp1.298.660.000
3 Jumlah Karya Budaya yang Diinventarisasi 100
Karya Budaya
Rp106.400.000
2 Meningkatnya Pemanfaatan dan Pembinaan Nilai Budaya
4 Jumlah Event Internalisasi Nilai Budaya 35 Event Rp2.927.864.000
3
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata Kelola Pelestarian Nilai Budaya
5 Jumlah Layanan Dukungan Manajemen Esselon I
1 Layanan
Rp639.384.000
PK tahun 2018 mengalami 1 (satu) kali perubahan dikarenakan adanya penambahan pagu anggaran
sebesar Rp252.866.000 untuk kegiatan Lokakarya Penyusunan Pokok Pikiran Daerah. Dokumen PK
awal dan perubahan secara keseluruhan tercantum dalam lampiran.
PENTAHAPAN PENCAPAIAN RENSTRA
BPNB KEPULAUAN RIAU
2015-2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target
2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya Pelindungan dan Pengembangan Nilai Budaya
1 Jumlah Naskah Hasil Kajian Nilai Budaya
Naskah 9 16 9 12 12
2 Jumlah Dokumen Pelestarian Nilai Budaya
Dokumen 17 26 13 22 22
3 Jumlah Karya Budaya yang Diinventarisasi
Karya Budaya
50 100 100 100 100
2 Meningkatnya Pemanfaatan dan Pembinaan Nilai Budaya
4 Jumlah Even Internalisasi Nilai Budaya
Event 1000
(Peserta) 3000
(Peserta) 13 35 13
3
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata Kelola Pelestarian Nilai Budaya
5 Jumlah Layanan Dukungan Manajemen Esselon I
Layanan 0 0 0 1 1
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
5
Sasaran Strategis #1
III.1. CAPAIAN KINERJA
Analisis capaian kinerja dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Mengukur efektifitas program dan kegiatan;
2. Mengukur kecenderungan (trend) capaian program dan kegiatan; dan
3. Mengukur efisiensi program dan kegiatan.
Realisasi 2017
Tahun 2018 Target Renstra 2019
Capaian Terhadap Renstra 2019 Target Realisasi % Capaian
100% 12 12 100% 12 100%
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
6
Kegiatan Kajian Nilai Budaya diawali dengan Bedah Proposal dan Pembekalan Teknis yang
bertujuan membedah kelayakan proposal kajian sejarah dan budaya, sekaligus untuk mendapatkan
masukan dari para pakar/praktisi/akademisi bidang sejarah dan budaya. Selanjutnya, dilakukan
pengumpulan data di lapangan dan penulisan kajian. Setelah draft laporan kajian tersusun,
dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk memastikah draft kajian tersebut siap
dipresentasikan ke khalayak umum. Terakhir, untuk penyempurnaan tulisan sekaligus
mempublikasikan hasil kajian, laporan kajian diseminarkan di hadapan stakeholders yang terdiri dari
Dinas Kebudayaan Kota Tanjungpinang/Kabupaten Bintan/Provinsi Kepulauan Riau, guru SLTA Kota
Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan, mahasiswa, LSM, dan pelaku budaya lainnya.
1. Nilai-nilai Didaktis dalam Naskah Hikayat 1001 Malam Penggal yang ke-4
Hikayat 1001 malam adalah salah satu naskah kuno
atau naskah klasik daerah riau dan kepulauan riau. Hikayat
ini ditulis dengan menggunakan aksara arab melayu, dalam
bahasa melayu. Di dalamnya terkandung nilai nilai didaktis
yg sangat bermanfaat sebagai acuan dalam kehidupan
bermasyarakat. Diantaranya adalah nilai kegigihan dan
kepatuhan, nilai adaptasi budaya, nilai pemaaf, nilai
kejujuran, dan nilai hikmah atau pelajaran yg berharga.
Kajian BPNB Kepri
1. Nilai-nilai Didaktis dalam Naskah Hikayat
1001 Malam Penggal yang ke-4
Kajian Naskah Kuno
1. Penagi Kampung Tua di Ranai, Natuna
2. Kuliner Melayu dalam Perspektif Sejarah
3. Biografi Muslimah di Belitung Timur
4. Harmonisasi Etnik di Batanghari, Jambi
Kajian Sejarah Lokal
1. Kesenian Dadung di Kab. Batanghari Jambi
2. Ikan Tapa Malenggang di Batanghari jambi
3. Ritual Bele Kampong di Desa Kelumu, Daik,
Kepulauan Riau
4. Ritual Selamat Laut di Komunitas Melayu
Belitong
5. Natuna Potret Masyarakat dan Budayanya
6. Nasi Kuning dalam Tradisi Melayu Riau
7. Balimau Sultan di Pelalawan, Riau
Kajian Nilai Budaya
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
7
2. Penagi Kampung Tua di Ranai, Natuna
Penagi adalah nama sebuah tempat yang terletak di ujung Kota Ranai, Kabupaten Natuna.
Keberadaan Penagi berawal dari sebuah kampung nelayan, yang dulu masyarakat nelayan banyak
bermukim di kampung ini. Penagi memiliki alur laut yang dalam dan letaknya strategis, berada di
ujung utara Indonesia yang dikelilingi laut Natuna Utara sebagai jalur pelayaran internasional,
sehingga membuat Penagi ramai disinggahi oleh kapal-kapal dagang yang melintas Laut Natuna Utara
sebelum melanjutkan perjalan ke
kawasan lain. Aktivitas bongkar
muat dan labuh jangkar di
pelabuhan ini dari kapal-kapal
dagang dan penumpang,
menjadikan Penagi sebagai pusat
dagang di perairan Laut Cina
Selatan. Sejak itu, Penagi
semakin ramai, tidak saja hanya
dihuni orang Melayu sebagai suku
asli, tetapi juga dihuni oleh etnis
Cina yang datang dari Tiongkok.
Kehadiran etnis Cina membuat
kampung Penagi semakin
berkembang, mereka membangun
rumah-rumah dan toko di sekitar
kampung Penagi sebagai tempat mereka untuk berdagang. Seiring berjalannya waktu, pada tahun
1999 Natuna di bentuk menjadi sebuah Kabupaten, hasil dari pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau.
Sejak itu, pusat perdagangan yang berada di Penagi berangsur pindah ke Ranai sebagai ibukota
Kabupaten. Dengan demikian Penagi yang dulu ramai dan sibuk dengan aktivitas perdagangan,
akhirnya mulai ditinggal oleh warganya.
3. Kuliner Melayu dalam Perspektif Sejarah
Makanan ataupun kuliner juga merupakan bagian dari manusia, kebudayaan dan
lingkungannya. Dalam perspektif budaya, makanan merupakan sebuah identitas, representasi, dan
produksi dari kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Pola makan dan jenis
makanan masyarakat dapat
menggambarkan perilaku hidup
seperti kesehatan, gaya hidup,
lingkungan dan sistem-sistem
social masyarakat
pendukungnya. Kuliner
menggambarkan identitas lokal
suatu pendukung budaya yang
mencirikan lingkungan dan
kebiasaan. Dalam perspektif
sejarah, ada riwayat panjang dalam
setiap kuliner termasuk diantaranya
kuliner Melayu Riau. Dalam
perkembangannya, ada gabungan
teknik, penyesuaian bahan, dan
kreasi baru menjadi dasar
terciptanya beragam kuliner baru yang tak dikenal sebelumnya. Tidak hanya tentang makanan yang
telah tersaji di meja makan, tetapi juga bahan-bahan yang membentuknya menjadi sebuah hidangan.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
8
4. Biografi Muslimah di Belitung Timur
Penelitian ini berlatar belakang pendidikan
dengan sosok guru sebagai sasarannya. Adapun guru
tersebut adalah Bu Muslimah. Beliau adalah seorang guru
SD Muhammadiyah Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
Bu Muslimah berasal dari keluarga pendidik dan keluarga
Muhammadiyah. Nama Bu Muslimah ini sendiri tak asing
ditelinga masyarakat karena karakternya ada di dalam
novel dan film Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
5. Harmonisasi Etnik di Batanghari, Jambi
Kajian ini mengupas kondisi
Kabupaten Batanghari yang multi-
etnik namun masyarakatnya hidup
harmonis. Terdapat etnis Melayu,
Minang, Bugis, Tianghoa dan juga
Batak. Resep harmonis adalah
kearifan lokal dan budaya Melayu
sebagai payung pemersatu.
Keberadaan Lembaga Adat Serentak
Bak Ragam di Kab. Batanghari bisa
menjadi pemersatu. Ada beberapa
strategi dalam menciptakan
harmonisasi masyarakat yang multi
etnis. Diantaranya, memberdayakan
kearifan lokal, dan kedua, melalui
kebijakan Pemerintah yang dapat
menjadi perekat hubungan antar-etnis. Ini terjadi di Kabupaten Batanghari yang masyarakatnya multi-
etnis namun nyaris tak pernah ada konflik antar-etnis.
6. Kesenian Dadung di Kab. Batanghari, Jambi
Kesenian Dadung masih
tetap eksis dalam kehidupan
masyarakat walaupun hanya
ditampilkan pada saat acara
tertentu, bukan pada setiap
harinya. Kesenian Dadung
berasal dari desa Lubuk Ruso,
Marga Pemayung Ilir,
Kecamatan Muara Bulian,
Kabupaten Batanghari Jambi.
Secara harfiah, dadung diartikan
berbalas pantun. Kesenian ini
sudah ada sejak kira-kira 300
tahun yang lalu, pada masa
kerajaan Danau Bangko, anak sungai Batanghari di Lubuk Ruso. Pada zaman tersebut putri Raja
Danau Bangko ditunangkan dengan seorang anak Raja di Hilir Jambi. Selesai akad nikah, kedua
mempelai masih amat canggung karena belum saling mengenal, sehingga tidak betah duduk
bersanding di pelaminan. Para orang tua mereka melihat keadaan tersebut merasa malu, namun mereka
orang tua tidak dapat berbuat apa-apa.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
9
Akhirnya saat perasaan yang tidak menentu, sang Putri menuangkan isi hatinya dalam suatu
pantun dengan cara berdadung. Mempelai putra ternyata tidak tinggal diam dan membalas pantun sang
putri dengan cara yang sama. Pada akhirnya terjadilah satu dialog dengan cara berbalas pantun.
Dewasa ini, kemampuan berdadung ternyata masih tetap dipertahankan oleh masyarakat daerah marga
Pemayung Ilir, mulai dari kepala desa, pemangku adat, penghulu, pedagang, petani, guru dan
sebagainya, mendukung seni dadung. Dadung ini berkembang sebagai sebuah kesenian yang digemari
masyarakat jambi sepanjang sungai Batanghari. Dadung biasanya dipakai untuk pelengkap acara
perkawinan dan juga bersantai serta pertunjukkan
7. Ikan Tapa Malenggang di Batanghari, Jambi
Kajian ini mengangkat tentang cerita rakyat yang terdapat di daerah Kabupaten Batanghari,
Provinsi Jambi, Tapa Malenggang. Tapa Malenggang dianggap sebagai cerita asli masyarakat
Batanghari. Hal ini ditunjukan dengan beberapa tempat/lokasi yang terdapat di dalam cerita rakyat
tersebut berada di daerah Batanghari. Penutur cerita rakyat tersebut dapat menunjukkannya. Di sisi
yang lain beberapa waktu yang lalu di daerah tersebut dibangun tugu yang mencantumkan tiga ekor
ikan. Ketiga ekor ikan tersebut
diambil dari tokoh-tokoh yang
terdapat dalam cerita rakyat tapa
malenggang. Keberadaan tugu itu
menjadi upaya pemerintah daerah
sebagai tugu memori kolektif
masyarakat setempat terkait dengan
cerita rakyat tapa malenggang
sebagai ikon identitas bersama.
Salah satu alasan yang dijadikan
alasan Tapa Malenggang dijadikan
ikon Batanghari bahwa cerita rakyat
tersebut mengandung nilai-nilai
yang dapat dijadikan norma atau
pijakan untuk masyarakat Batanghari. Di sisi yang lain kebutuhan atas identitas komunal didasari
sikap untuk membedakan dengan komunitas yang lainnya.
8. Ritual Bele Kampong di Desa Kelumu, Daik, Kepulauan Riau
Bele kampong merupakan salah satu ritual yang terdapat di Desa Kelumu Kabupaten Lingga.
Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun-temurun sejak zaman dahulu. Sesuai dengan tradisi yang
berlaku sejak dahulu, pelaksanaan bele kampong dilakukan pada setiap 15 hari bulan Muharram.
Secara umum pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan kampung baik dari gaib
maupun yang nyata. Membersihkan kampung dengan cara bele kampong diharapkan agar kampong
terhindar dari segala bencana dan marabahaya, dan terhindar dari berbagai wabah penyakit. Selain itu,
agar diberikan limpahan rezeki bagi seluruh warga kampung. Keberadaan ritual bele kampong kini
tidak lagi semeriah dahulu. Tradisi ini tidak berkembang bahkan dapat dikatakan semakin ditinggalkan
masyarakatnya. Apalagi pelaku yang dapat memimpin upacara semakin tahun semakin menua dan
tidak setiap orang dapat menggantikan posisinya kecuali yang berasal dari garis keturunan atau kaum
kerabatnya.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
10
9. Ritual Selamat Laut di Komunitas Melayu Belitong
Sebagai bagian dari masyarakat rumpun Melayu, upacara adat memang menjadi bagian tak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sejauh ini, upaya
identifikasi dan inventarisasi
jenis-jenis upacara adat di
provinsi ini masih sangat
terbatas melalui kajian yang
dilakukan. Kajian ini sendiri
membatasi bahasan pada
ritual/upacara adat suku
bangsa Melayu di Pulau
Belitung, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Oleh karena
kajian ini adalah
ritual/upacara adat Melayu,
maka upacara adat yang diulas
adalah upacara adat yang
tentu identik dengan
kemelayuan dengan beberapa
ciri utama.
Kajian ini difokuskan pada
tradisi Ritual Selamat Laut di Komunitas Melayu Belitong, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
dimana masyarakatnya telah melakukan ritual tradisi ini selama puluhan tahun, sebagai bentuk warisan
dari nenek moyang mereka. Hingga kini tetap menjalankan tradisi yang diwariskan oleh leluhur
mereka ini. Oleh pemerintah daerah setempat melalui Dinas Kebudayaan dan pariwisata, ritual ini
telah dijadikan kalender event kegiatan tahunan mereka untuk tujuan pelestarian dan destinasi
pariwisata Belitung.
10. Natuna Potret Masyarakat dan Budayanya
Wilayah perbatasan sebagai batas kedaulatan suatu negara secara universal memiliki peran
strategis dalam penentuan kebijakan pemerintah baik untuk kepentingan nasional maupun hubungan
antar negara (internasional).
Posisi geografis Repulik
Indonesia yang diapit oleh dua
benua, mempunyai batas wilayah
internasional dengan 10 negara
tetangga. Secara faktual, wilayah
perbatasan merupakan pagar
NKRI yang wilayahnya harus
dimodernisasi untuk dapat
mengontrol dan menguasai batas-
batas wilayah kedaulatan negara.
Modernisasi wilayah perbatasan
dapat dilakukan dengan
pendekatan resources karena
tidak sedikit pulau-pulau
perbatasan maupun daratan
diperbatasan, memiliki potensi
sumberdaya kelautan yang dapat dikembangkan secara ekonomi perbatasan (Mukti, dalam
Hadiwijoyo, 2009 “Batas Wilayah Negara Indonesia”). Salah satu wilayah perbatasan di Indonesia
adalah Kabupaten Natuna.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
11
Kabupaten Natuna terletak di wilayah perbatasan yang dikaruniai potensi Sumber Daya Alam
yang besar, maka kawasan Pulau Natuna dan sekitarnya telah ditetapkan sesuai PP No. 26 Tahun 2008
tentang RTRW Nasional menjadi salah satu Pusat Kegiatan Strategis Nasional yaitu kawasan yang
ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan, di mana
usaha dan atau kegiatannya berdampak besar terhadap kondisi geopolitis dan pertahanan keamanan
nasional serta regional. Beberapa kriteria kawasan tertentu yang dapat terpenuhi di Kawasan Natuna
antara lain karena mempunyai Potensi Sumber Daya Alam yang besar dan berpengaruh terhadap
pengembangan Politik ekonomi sosial-budaya, pertahanan, dan keamanan serta pengembangan
wilayah sekitarnya.
11. Nasi Kuning dalam Tradisi Melayu Riau
Dalam berbagai kebudayaan, sistem
kepercayaan menentukan persoalan konsumsi
makanan, mulai dari persoalan halal dan haram,
yang diperbolehkan dan yang dipantang, tetapi
juga terkait makanan-makanan khusus dan khas
untuk kesempatan-kesempatan tertentu. Makanan
dan cara makanan kemudian diatur dalam
klasifikasi dan kategori-kategori kultural.
Makanan menjadi bagian integral dalam tradisi
Melayu, baik dalam upacara dan ritual. Nasi
kunyit merupakan makanan yang selalu ada
dalam peristiwa-peristiwa penting terkait dengan
upacara dan ritual di Riau yang hingga saat ini
masih bertahan dalam praktik-praktik kebudayaan, terkait dengan upacara dan perayaan. Pengolahan
dan penghidangannya masih mengikuti cara tradisional karena diatur oleh adat. Dalam perspektif adat,
nasi kunyit hadir sebagai simbol menyampaikan rasa syukur, doa selamat, dan solidaritas sosial. Hal
ini juga memperlihatkan bahwa adat masih berfungsi sebagai pedoman dan aturan dalam kehidupan
masyarakat Melayu di Rokan Hulu. Walaupun demikian, tidak menghalangi perkembangan nasi kunyit
sebagai makanan di luar keperluan upacara dan perayaan dengan adanya nasi kunyit berbagai bentuk
yang hadir sebagai juadah (makanan ringan) berbagai bentuk. Namun, jenis nasi kunyit ini dibuat dan
dihidangkan tanpa aturan-aturan adat yang juga memperlihatkan bahwa adat cukup memberi ruang
untuk ekspresi kebudayaan yang baru mengikuti perkembangan zaman.
12. Balimau Sultan di Pelalawan
Upacara tradisional,
seperti tradisi Belimau Sultan
dalam suatu masyarakat
merupakan masalah yang
selalu menarik untuk dikaji.
Sejak berabad-abad yang lalu
dari masa kerajaan, masyarakat
Melayu Pelalawan telah
melaksanakan tradisi Belimau
Sultan guna menyambut bulan
suci Ramadhan. Tujuannya
adalah agar ketika berpuasa,
lahir dan bathin mereka sudah
suci. Di samping itu juga
sebagai wahana silaturahmi antara kerabat kerajaan dengan anggota masyarakat yang lain.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
12
1. Penerbitan (Buku, Jurnal, Majalah, dan Leaflet)
Realisasi 2017
Tahun 2018 Target Renstra 2019
Capaian Terhadap Renstra 2019 Target Realisasi % Capaian
100% 22 22 100% 22 100%
Permasalahan Dalam
Kegiatan Naskah Hasil
Kajian Nilai Budaya
• Jadwal turun lapangan yang relatif singkat;
• Terbatasnya jumlah SDM atau pelaku kebudayaan dan
sejarah yang ada di lokasi kajian;
• Perjalanan yang cukup jauh ke beberapa daerah terpencil;
• Tidak adanya survey lapangan;
• Kurangnya ketersediaan kendaraan umum di lokasi
penelitian yang berada di daerah terpencil;
• Sulitnya mendapatkan naskah kuno;
• Penelitian harus berkelompok, sehingga terdapat
terkendala dalam membuat jadwal kegiatan.
• Optimalisasi SDM lokal dan sumber kepustakaan, serta melakukan Triangulasi
data secara ketat;
• Mencari informasi transportasi lokal yang tersedia;
• Menyesuaikan lokasi dan judul kajian yang akan diteliti;
• Melakukan koordinasi dengan Dinas Kebudayaan terkait dalam mencari
informasi ketersediaan naskah kuno;
• Perlu penjadwalan yang tepat agar pelaksanaan kajian bisa dilakukan serentak.
Langkah
Antisipasi:
Dokumen Pelestarian Nilai Budaya
Kegiatan Penerbitan adalah kegiatan pencetakan dan
pendistribusian dokumen pelestarian nilai budaya dalam
bentuk buku, jurnal, leaflet, brosur, dan kalender.
Dokumen hasil pencetakan didistribusikan kepada
masyarakat terutama satuan pendidikan, perpustakaan
milik swasta/pemerintah dan dinas/instansi pemerintah
terkait dalam upaya untuk menyebarluaskan dan
meningkatkan kebermanfaatan hasil kajian yang
dilakukan oleh BPNB Kepulauan Riau.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
13
2. Penginventarisasian Sejarah dan Budaya Daerah
Bertujuan untuk menginventarisasi tokoh sejarah/budaya dan desa adat atau desa yang
mempunyai potensi untuk dijadikan atau dibina menjadi desa adat, terutama karena kuatnya pengaruh
adat terhadap sistem pemerintahan lokal, pengelolaan sumber daya lokal, dan kehidupan sosial budaya
masyarakat desa.
3. Perekaman Peristiwa Sejarah dan Budaya
Kegiatan Perekaman Peristiwa Sejarah dan Budaya merupakan realisasi dari
pendokumentasian sejarah dan budaya guna pengembangan dan pelestarian sejarah dan kebudayaan,
serta pembangunan karakter bangsa. Hal ini mengingat banyak peristiwa sejarah, karya budaya, dan
tradisi yang terancam punah karena perkembangan zaman dan seringkali disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan mengenai kebudayaan daerah.
• Perjuangan Raden Mattaher
Seorang tokoh masyarakat yang kemudian dianggap sebagai pahlawan menjadi penting,
karena sebagai sebuah komunitas yang sedang bertumbuh memerlukan mitos-mitos integrative.
Dengan mitos intregative itu sangat mungkin memberikan sebuah harapan baru tentang masa depan
yang gemilang. Bagaimana kita bisa merasa menjadi bagian dari yang lain, maka mitos-mitos
integrative inilah yang diperlukan. Mitos-mitos integratif itu bisa berbentuk kepahlawanan, ataupun
kebudayaan yang menjadi pengikat dari komunitas yang bersangkutan. Tokoh yang dapat dijadikan
panutan sebuah komunitas yang sedang bertumbuh seperti Provinsi Jambi adalah Raden Mattaher.
Pencetakan Buku, Judul :
Jurnal Renjis Vol. 4 No. 1 Juli 2018
• Filsafat Moral Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji
• Rubayat Hamzah Fanzuri : Kajian Strukturalisme-
Semiotika
• Ritual Asyeik Kerinci
• Realitas Adat Desa Ceruk Dalam Ambiguitas Zaman
• Pulau Buru Karimun dan Potensi Wisata Sejarah
Jurnal Renjis Vol. 4 No. 2 Desember 2018
• Potret Desa di Perbatasan: Berakit dari Daerah
Transit TKI Ilegal Menjadi Desa Wisata
• Seni Musik Zikir Berdah Kab Muaro Jambi
• Makan di Kelung: Sistem Pengobatan Tradisional
yang Nyaris Punah di Tanjungjabung Timur
• Epistemologi Strukturalisme Claude Levi-Strauss
dan Wujudnya Dalam Karya Etnografi
• Bele Kampong di Desa Kelumu Kabupaten Lingga
• Menelusuri Jejak Teater Tradisi Dalam Pertunjukan
Mak Yong
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
14
• Perkembangan Teater Tradisi Mak Yong di Pulau Mantang, Kab. Bintan
Mantang lama yang dulunya dikenal
dengan nama mantang arang memiliki peranan yang
sangat besar dalam upaya pelestarian kesenian mak
yong. Kesenian mak yong adalah sebuah kesenian
atau teater tradisi di masyarakat melayu yang
menggabungkan unsur ritual, cerita, tari, musik dan
nyanyian. Kesenian ini diwariskan secara turun
temurun sejak beratus tahun yang lalu. Seiring
kemajuan zaman dan semakin derasnya arus
globalisasi, keberadaan kesenian mak yong ini
semakin berkurang bahkan nyaris ditinggalkan oleh
masyarakat pendukungnya, kecuali di beberapa
tempat di kabupaten bintan seperti di desa matang
lama. Di desa ini, kesenian mak yong masih eksis bahkan terjaga keasliannya. Para pemainnya bukan
saja dari orang dewasa tetapi juga melibatkan para remaja dan anak-anak. Selain karena ketekunan
para pelatih untuk membina generasi muda, adanya perhatian pemerintah daerah dan Dinas instansi
terkait untuk pelestarian kesenian ini.
• Perekaman Enam Makanan Tradisional Provinsi Riau Tanah Melayu Riau mempunyai
beragam sajian kuliner khas yang tidak biasa
dan banyak dipengaruhi oleh kekayaan
budayanya. Namun sayang makanan
tradisional ini sangat sulit untuk
mendapatkannya karena sudah jarang
dikonsumsi maupun diperjualbelikan.
Kalaupun ada hanya disajikan pada
kesempatan atau momen-momen tertentu saja.
Berdasarkan informasi dari Ketua Ikatan Ahli
Boga Provinsi Riau, lebih dari 500 jenis
kuliner khas tradisional yang terdapat di bumi
lancang kuning. Mengingar terbatasnya waktu
dan biaya, maka perekaman yang dilakukan hanya terdiri dari makanan dan minuman sebagai
berikut Asam Pedas ikan Patin, Bubur Lambok, Kue Asidah, Bubur Gedegub, Laksamana
Mengamuk, dan Sempolet.
• Perekaman Sejarah Timah di Belitong Bangka Belitung dan timah
memang tak terpisahkan. Nama Bangka
sendiri berasal dari wangka yang artinya
timah. Bagaimana tidak, timah di pulau
ini dulunya sangat melimpah dan berharga
tinggi. Seiring waktu bergulir, potensi
timah yang terus-menerus dieksploitasi
dari zaman Kesultanan Palembang
kemudian Hindia Belanda hingga pasca
kemerdekaan sehingga kian menipis.
Kondisi ini diperparah dengan harga
timah yang cenderung mengalami
penurunan. Jika Belitung mampu move on
dari timah ke wisata, sedangkan
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
15
Bangka masih sangat bergantung pada timah. Jika selama ini tulisan mengenai sejarah timah
sudah banyak ditemui, maka kegiatan perekaman film dokumenter sejarah dan budaya “Timah Doeloe
dan Kini” merupakan salah satu cara efektif dalam rangka pelestarian sejarah dan budaya yang
terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, film dokumenter juga menjadi salah satu
media yang dapat dijadikan bahan dalam penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas sehingga
kekayaan sejarah dan budaya, khususnya yang terdapat di Kepulauan Bangka Belitung dapat dikenali
secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya para generasi muda.
4. Perekaman Warisan Budaya Tak Benda (WBTB)
Perekaman WBTB merupakan kegiatan yang terkait dengan pencatatannya, menjadi salah satu
data dukung berupa dokumentasi film atau film dokumenter terkait WBTB. Dalam proses pencatatan
WBTB, perekaman menjadi salah satu aspek penting ketika WBTB akan diajukan sebagai WBTB
Indonesia. Selain itu, perekaman juga menjadi kegiatan penting untuk menyebarluaskan informasi
kebudayaan kepada masyarakat dan khususnya siswa sekolah di wilayah kerja BPNB Kepulauan Riau.
Dengan demikian, perekaman tidak hanya menjadi bagian dari tugas pokok dan fungsi BPNB
Kepulauan Riau dalam pelaksanaan pelindungan tradisi, kepercayaan, kesenian, perfilman, dan
kesejarahan; tetapi juga dalam pelaksanaan pendokumentasian dan penyebarluasan informasi
pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan aspek-aspek tradisi, kepercayaan,kesenian, perfilman,
dan kesejarahan.
▪ Tradisi Tepuk Tepung Tawar
Perekaman WBTB di Provinsi Riau ini mempertimbangkan aspek-aspek kearifan tradisi dan
kekhasan yang dapat menjadi identitas budaya Provinsi Riau. Dalam perekaman ini, dipilih tradisi
Tepuk Tepung Tawar yang hingga kini masih dilaksanakan dalam berbagai kesempatan perayaan
seperti pernikahan, syukuran, tabal gelar, tabal nama, dan sebagainya. Tradisi ini dinilai memiliki
kearifan lokal yang berguna bagi kemanusiaan dan lingkungan sebagai media untuk menyebarkan
informasi kebudayaan.
▪ Musik Tradisional Melayu Jambi
Musik tradisional
melayu Jambi berkaitan erat
dengan cabang seni lainnya
khususnya seni suara atau
nyanyian. Selalu dimainkan dan
dipadupadankan dengan iringan
lagu-lagu melayu Jambi dengan
karakter dan dialek khas melayu
Jambi. Selain iringan lagu,
musik tradisional melayu Jambi
juga kerap dimainkan dalam
mengiringi tarian melayu jambi
dengan beragam jenis tarian
yang dimainkan dan dengan
beragam rentaknya. Musik
tradisional ini hidup di masyarakat secara turun temurun yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya, yang lahir dari ekspresi perasaan melalui nada atau suara dari alat musik sehingga
mengandung lagu atau irama.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
16
▪ Ayam Sudur: Kesenian Tradisional Masyarakat Melayu Ranai, Natuna
Kabupaten Natuna memiliki berbagai
potensi kesenian, satu diantaranya yang belum
digali adalah kesenian Ayam Sudur. Kesenian
Ayam Sudur saat ini hampir mengalami
kepunahan. Padahal kesenian ini memiliki
potensi yang besar untuk dikembangkan karena
memiliki nilai-nilai luhur. Memudarnya
kesenian ini disebabkan banyak faktor, padahal
kesenian Ayam Sudur tidak kalah menarik
apabila dihayati dengan benar. Bahkan
kesenian ini jauh lebih menarik dan bermanfaat
jika dibandingkan dengan kesenian modern
yang banyak disukai generasi muda saat ini.
Dahulu kesenian ini memberi hiburan kepada masyarakat ketika ada pesta perkawinan atau hajatan
lainnya. Tetapi, sekarang kesenian ini sudah jarang ditampilkan.
Ayam Sudur adalah salah satu kesenian tradisional masyarakat Melayu di Ranai, Kabupaten Natuna
yang hingga kini masih ditemui keberadaannya. Kesenian ini berbentuk tarian yang diiringi dengan
alat musik dan nyanyian oleh pemusik dan penarinya. Kesenian Ayam Sudur saat ini perlahan mulai
menghilang di tengah-tengah masyarakat. Padahal kesenian tradisional ini berpotensi untuk
dikembangkan karena memiliki nilai-nilai luhur. Mulai memudarnya kesenian Ayam Sudur
disebabkan banyaknya kesenian modern yang digandrungi oleh generasi muda. Padahal Kesenian
Ayam Sudur tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan kesenian lain yang ada di daerah ini.
▪ Permainan Beripat Beregong Mayang Geresik Badau Tari Beripat adalah sebuah
kesenian pertunjukan masyarakat
Belitung untuk menunjukkan kejantanan
seorang lelaki dengan cara saling
memukul menggunakan senjata rotan.
Ripat berarti memukul, dan gong adalah
alat musik pengiring tarian. Penilaian
dilakukan dengan melihat siapa yang
paling sedikit mendapatkan bekas
pukulan maka dialah pemenangnya.
Tujuan awal permainan ini, selain untuk
mempererat hubungan antar kampung,
juga untuk memupuk sportivitas. Sekarang kegiatan ini dilestarikan dalam bentuk acara budaya dan
seni.
• Jangka waktu survey yang relatif singkat
menyebabkan terbatasnya waktu untuk
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak
terkait.
• Minimnya minat generasi muda untuk
terlibat di kesenian tradisional, karena
diangkap sudah kuno;
• Terbatasnya pengetahuan narasumber
Kendala/permasalahan dalam kegiatan Dokumen Pelestarian Nilai
Budaya:
• Berdiskusi menggunakan email dan whatsapp untuk
memantapkan jalannya cerita yang akan direkam;
• Pembinaan akan pentingnya pelestarian kebudayaan
lokal kepada masyarakat yang dilibatkan dalam
kegiatan perekaman;
• Bekerjasama dengan dinas terkait dan pelaku budaya
yang beririsan langsung dengan tema yang akan
direkam.
Langkah antisipasi:
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
17
Realisasi 2017
Tahun 2018 Target Renstra 2019
Capaian Terhadap Renstra 2019 Target Realisasi % Capaian
100% 100 100 100% 100 100%
Kegiatan inventarisasi karya budaya ini bertujuan untuk menginventarisir kekayaan warisan budaya tak
benda (intangible) di daerah, guna mendapatkan pengakuan sebagai warisan budaya nasional, sehingga tidak
mengalami kepunahan. Selama tahun 2018, terdapat 33 karya budaya yang berhasil ditetapkan menjadi Warisan
Budaya Indonesia dari wilayah kerja BPNB Kepulauan Riau.
No Nama karya budaya Domain Provinsi
1 Rangguk Kumun Seni Pertunjukan Jambi
2 Lapaek Koto Dian Rawang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional Jambi
3 Kenduri Sko Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan
Jambi
4 Tauh Lempur Seni Pertunjukan Jambi
5 Ntak Awo Seni Pertunjukan Jambi
6 Ampek Gonjie Limo Gonop Tradisi dan Ekspresi Lisan Jambi
7 Perkampungan Tradisional Rumah Tuo Rantau Panjang
Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku mengenai Alam Semesta
Jambi
8 Tari Iyo-Iyo Seni Pertunjukan Jambi
9 Ngagoah Imo Pulau Tengah Seni Pertunjukan Jambi
10 Serimbang Seni Pertunjukan Bangka Belitung
11 Hadrah Gendang Empat Belitong Seni Pertunjukan Bangka Belitung
12 Emping Beras Kemahiran dan Kerajinan Tradisional Bangka Belitung
13 Sepen Buding Seni Pertunjukan Bangka Belitung
14 Silek Tigo Bulan Seni Pertunjukan Riau
15 Syair Siak Sri Indrapura Tradisi dan Ekspresi Lisan Riau
16 Ratik Bosa/ Ratik Tagak Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan
Riau
17 Ghatib Beghanyut Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan
Riau
18 Lukah Gilo Riau Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan
Riau
19 Basiacuong Tradisi dan Ekspresi Lisan Riau
20 Belian Riau Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan
Riau
21 Silat Pangean Seni Pertunjukan Riau
22 Kotik Adat Kampar Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan
Riau
23 Badondong Tradisi dan Ekspresi Lisan Riau
24 Nandung Indragiri Hulu Tradisi dan Ekspresi Lisan Riau
25 Kayat Kuansing/Kayat Rantau Kuantan Tradisi dan Ekspresi Lisan Riau
26 Pantun Atui Tradisi dan Ekspresi Lisan Riau
27 Tari Gendong Seni Pertunjukan Riau
28 Tepuk Tepung Tawar Kepulauan Riau Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan
Kepulauan Riau
29 Bubur Lambok Lingga Kemahiran dan Kerajinan Tradisional Kepulauan Riau
30 Mandi Syafar Kepulauan Riau Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan
Kepulauan Riau
31 Ratib Saman Lingga Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan
Kepulauan Riau
32 Silat Pengantin Kepulauan Riau Seni Pertunjukan Kepulauan Riau
33 Syariful Anam Karimun Adat Istiadat Masyarakat, Ritus dan Perayaan-perayaan
Kepulauan Riau
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
19
Sasaran Strategis #2
# Kendala/permasalahan:
• Kegiatan inventarisasi masih berfokus pada kuantitas pencatatan karya budaya, tidak
pada kualitas dari karya budaya yang akan diajukan sebagai Warisan Budaya Tak
Benda Indonesia (WBTBI);
• Masih rendahnya kesadaran pemerintah daerah dalam melestarikan budaya yang
diwujudkan dalam kegiatan pencatatan/inventarisasi karya budaya lokal.
# Langkah antisipasi:
• Dibentuknya tim diplomasi kebudayaan BPNB Kepulauan Riau yang berfungsi untuk
menjembatani kepentingan Pemerintah Daerah dalam mengusulkan karya budayanya
ke tingkat nasional yang selaras dengan tugas dan fungsi BPNB Kepulauan Riau
dalam melaksanakan program pelestarian budaya;
• Memberikan pandangan/wawasan kepada Pemerintah Daerah di wilayah kerja BPNB
Kepulauan Riau dalam mensinergikan visi, misi, tujuan, dan program pelestarian
budaya, salah satunya adalah dengan mendorong kegiatan pencatatan karya budaya
untuk diajukan sebagai WBTB Nasional.
Realisasi 2017
Tahun 2018 Target Renstra 2019
Capaian Terhadap Renstra 2019 Target Realisasi % Capaian
100% 35 35 100% 35 100%
Jumlah event internalisasi nilai budaya yang terealisasi di tahun 2018 adalah sebanyak
35 event atau 100%, sesuai dengan target yang direncanakan. Kegiatan internalisasi
merupakan suatu proses penanaman dan penumbuhkembangan nilai tentang budaya yang
tidak hanya monoton didapat dari keluarga, melainkan juga bisa didapat dari lingkungan
sosial. Bertujuan untuk membentuk kepribadian dan karakter generasi muda yang mencintai
dan memiliki keinginan untuk melestarikan budaya/tradisi lokal. Kegiatan ini dilakukan dalam
bentuk sosialisasi, diskusi, lawatan, seminar, dan visitasi lapangan.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
19
No Kegiatan Jumlah Output
Lokasi
1 Pelaksanaan Jejak Tradisi Daerah 1 Pekanbaru, Riau
2 Lawatan Sejarah Daerah 1 Jambi
3 Pelaksanaan Dialog Budaya Dialog Kesejarahan 1 Bangka Belitung Dialog Budaya Spiritual 3 Tanjungpinang Dialog Budaya dengan Komunitas 4 Tanjungpinang Dialog Budaya Nasional 1 Bandung
4 Belajar Bersama Maestro Belajar Bersama Maestro Kebudayaan (Jambi) 1 Jambi Belajar Bersama Maestro Kebudayaan (Batam) 1 Batam, Kepulauan Riau
5 Pemutaran Bioskop Keliling 10 Kepulauan Riau, Riau, Jambi, dan Bangka Belitung
6 Festival Kesenian Gebyar Seni Multikultural 1 Padang, Sumatra Barat
Festival Multikultur 1 Raja Ampat, Papua Barat Seminar dan Festival Syair 1 Tanjungpinang
7 Pameran Budaya 3 Kepulauan Riau
8 Penayangan Film dan Diskusi Nilai Budaya 2 Lingga dan Karimun
9 Gelar Budaya 1 Tanjungpinang
10 Festival Film Pendek dan Dokumenter 1 Bangka Belitung
11 Publikasi Media Cetak dan Elektronik 1 Tanjungpinang
12 Fasilitasi dan Kemitraan 1 Tanjungpinang
TOTAL 35
Pelaksanaan Jejak Tradisi Daerah (Jetrada)
Merupakan salah satu kegiatan
unggulan BPNB Kepulauan Riau yang
dijadikan sebagai kegiatan utama dalam
mensosialisasikan budaya/tradisi lokal
kepada pelajar/masyarakat yang diawali
dengan perlombaan karya tulis ilmiah di
bidang kebudayaan. Kegiatan yang
bertemakan “Budaya Lokal sebagai
Pemersatu Bangsa” dilaksanakan pada
bulan April 2018 dan berlokasi di
Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan kepedulian generasi muda
terhadap kelestarian seni, budaya, dan
tradisi lokal yang merupakan identitas atau
jati diri suatu bangsa sehingga generasi muda menjadi lebih peduli lagi akan budaya daerah yang
dimilikinya. Berbagai wujud tradisi diperkenalkan oleh masyarakat di Kabupaten Kampar antara lain
rumah adat yang terkenal dengan nama Rumah Lontiak. Salah satu rumah lontiak yang dikunjungi
terdapat di Desa Pulau Belimbing Kabupaten Kampar. Untuk menuju rumah adat tersebut, para
rombongan peserta Jetrada disambut oleh pemuka masyarakat setempat dengan tanda pemasangan
mahkota kepala pimpinan rombongan (Kepala BPNB Kepulauan Riau) dan diarak oleh ibu-ibu warga
desa Pulau Belimbing yang membawa talam berisi makanan, barisan ibu-ibu pembawa payung
berwarna hitam, dan pemuda desa Pulau Belimbing yang membawa peralatan musik tradisional
setempat. Rombongan disambut dengan tarian silat oleh pemuda Pulau Belimbing dari kelompok
musik tradisional Calempong Oguang, tarian, dan permainan tradisional.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
20
Lawatan Sejarah Daerah
Pelajaran sejarah memiliki
peran strategis, dimana selain sebagai
sarana memberikan pemahaman
kearifan masa lalu, pelajaran sejarah
juga berperan dalam mempererat dan
menguatkan karakter bangsa. Untuk
menjaga dan merawat keberagaman
lewat pembelajaran sejarah diperlukan
alternatif model pembelajaran yang
dinamis, kreatif dan efektif agar nilai-
nilai kearifan sejarah dapat diserap
dengan baik oleh generasi muda. Oleh
karena itu, BPNB Kepri melaksanakan
lawatan sejarah yang merupakan
kegiatan perjalanan mengunjungi situs-
situs bersejarah yang berorientasi pada nilai-nilai perjuangan dan persatuan untuk memperkokoh
integrasi bangsa.
Tujuan lawatan sejarah adalah memberikan alternatif metode pembelajaran sejarah;
membangkitkan ingatan kolektif bangsa; memahami nilai kepahlawanan dan arti perjuangan para
tokoh sejarah di masa lalu; merajut kesinambungan gagasan dan cita-cita perjuangan kemerdekaan dan
mampu menemukan sikap arif untuk mengisi kemerdekaan; serta memperkenalkan objek-objek
peninggalan bersejarah dan mengenal lebih dekat warisan budaya bangsa guna menumbuhkan sikap
gemar melestarikan, melindungi, dan memelihara peninggalan sejarah dan tradisi. Kegiatan ini
melibatkan 80 peserta yang berasal dari 4 (empat) provinsi di wilayah kerja BPNB Kepulauan Riau
dan dilaksanakan pada bulan Maret 2018 di dua lokasi, yakni: Acara pembukaan, seminar sejarah dan
presentasi lomba karya tulis dilaksanakan di Jambi, sedangkan kegiatan kunjungan dilaksanakan di
dua titik di Kabupaten Batanghari, yaitu:
1. Muara Tembesi dengan berbagai objek yakni: benteng, penjara, bekas pasar, tugu penyerahan
kedaulatan RI tahun 1949 dan lain-lain.
2. Eks Pertamina Bajubang (Batanghari)
Pelaksanaan Dialog Budaya
• Dialog Kesejarahan
Dialog Kesejarahan yang dilaksanakan di Pangkal pinang pada bulan Mei 2018 mengusung tema
“Timah Bangka Belitung: Masa Lalu dan Prospek Masa Depan”. Bertujuan untuk membuka
wacana baru Bangka Belitung dalam prosek masa depan dan mensosialisasikan nilai-nilai sejarah
pada masa kejayaan timah di Bangka Belitung. Diskusi tentang timah di Bangka Belitung adalah
sesuatu yang menarik. Meskipun perdagangan timah di Bangka Belitung mengalami pasang surut,
namun timah sulit dipisahkan dari kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya. Latar belakang
sejarah yang telah berurat sejak masa lalu membuat daerah ini sulit berkembang ditopang oleh
ekonomi lain. Sekalipun itu lada. Pola perdagangan timah dari masa ke masa dalam kurun waktu
abad ke 19-20 selalu berubah menyesuaikan pemegang kekuasaan di Bangka Belitung.
• Dialog Budaya Spiritual
Kegiatan ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa saling hormat-menghormati dan rasa
persaudaraan di antara pegawai khususnya, dan terjalin tali silaturahmi dengan seluruh keluarga
besar Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau, serta semangat dalam menyambut bulan
suci Ramadhan.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
21
• Dialog Budaya dengan Komunitas
Kegiatan Dialog Budaya dengan Komunitas bertujuan mengenalkan tugas dan fungsi BPNB
Kepri juga mengenalkan keberadaan Perpustakaan BPNB Kepri yang memiliki ribuan koleksi
buku, naskah dan lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali dengan mengundang
mahasiswa jurusan Hubungan Internasional UMRAH dan siswa MTS Negeri Tanjungpinang.
• Dialog Budaya Nasional
Kegiatan Dialog Budaya Nasional merupakan kegiatan yang direncanakan akan diadakan rutin
setiap tahunnya secara bergiliran pada 11 (sebelas) kantor BPNB yang tersebar di seluruh
Indonesia. Pada tahun 2018, BPNB Jawa Barat yang menjadi tuan rumahnya. Diselenggarakan di
Bandung pada bulan Oktober 2018 dengan mengusung tema “Membaca Kota dalam Bingkai
Budaya”.
Belajar Bersama Maestro (BBM)
BBM tahun 2018
yang bertajuk “Rentak
Gendang Musik
Tradisional Melayu
Jambi” dilaksanakan pada
bulan Agustus 2018 di
Provinsi Jambi. Tidak
banyak seniman yang
bergelar dan mendapat
sertifikat “Maestro” di
Jambi, terlebih mereka
telah berumur. Oleh
karena itu, ilmu dan
wawasan para maestro lokal harus segera dilestarikan kepada generasi muda. Kegiatan “Rentak
Gendang Musik Tradisional Melayu Jambi” dikoordinir oleh seorang seniman Jambi yang bernama
Zulkarnain. Musik tradisional melayu Jambi telah mendarah daging baginya, dimana hal itu dibuktikan
dengan keaktifannya mengasuh generasi muda Jambi baik dalam sanggar-sanggar, maupun
perorangan, secara terus-menerus. Bahkan beliau bersama group sanggarnya sangat aktif
memperkenalkan musik tradisional Melayu Jambi melalui program penyiaran musik Melayu Jambi
pada media televisi, dalam hal ini TVRI. Terdapat 4 (empat) irama dasar musik tradisional melayu
Jambi yang menjadi sasaran utama dalam kegiatan ini, yakni irama langgam, irama mak inang, irama
Zapin (dana), dan irama joget. Seperti pada umumnya gendang di daerah lain, gendang Melayu Jambi
juga merupakan alat musik penting bagi harmonisasi keseluruhan jenis musik yang dimainkan. Tanpa
gendang, musik melodi lainnya akan sulit diselaraskan.
Pemutaran Bioskop Keliling
Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah tidak asing dengan kehadiran film. Dengan kemajuan
teknologi dan perkembangan sosial budaya di negara kita saat ini, menonton film merupakan aktivitas
yang dapat dilakukan oleh seluruh kalangan. Film merupakan salah satu alat yang ampuh di tangan
orang yang mempergunakannya secara efektif untuk sesuatu maksud terutama terhadap masyarakat
kebanyakan dan juga anak-anak yang memang lebih banyak menggunakan aspek emosinya dibanding
aspek rasionalnya, dan langsung berbicara ke dalam hati sanubari penonton secara meyakinkan. Film
juga sangat membantu dalam proses pembelajaran, apa yang terpandang oleh mata dan terdengar oleh
telinga, lebih cepat dan lebih mudah diingat daripada apa yang hanya dapat dibaca atau didengar saja.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
22
Film sebagai karya seni budaya memiliki peran strategis untuk meningkatkan ketahanan
budaya bangsa. Film pun sebagai media komunikasi massa dapat dimanfaatkan sebagai sarana
pencerdasan, pengembangan potensi, pembinaan, sarana promosi, dan pembangunan karakter bangsa.
Film sebagai media pembangunan karakter bangsa harus menjadi prioritas dan perlu didukung dengan
program terobosan. Dengan melihat film diharapkan masyarakat khususnya anak-anak bisa mendapat
inspirasi sehingga menggerakkan energi. Film yang ditayangkan tentu saja untuk segala usia. Film
sebagai salah satu medium komunikasi memiliki sejumlah fungsi, di antaranya memberi pendidikan,
pengaruh, informasi serta hiburan. Salah satu media yang bisa menjembatani agar seluruh lapisan
masyarakat dapat menyaksikan tayangan film adalah dengan pemutaran film melalui mobil bioskop
keliling yang diprioritaskan untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak mempunyai bioskop atau
yang memiliki fasilitas itu tapi terbatas. Sepanjang tahun 2018 telah dilaksanakan 10 (sepuluh)
kegiatan bioling. 3 (tiga) diantaranya dilaksanakan secara mandiri di beberapa pulau kecil di
Kepulauan Riau, dan 7 (tujuh) lainnya dilaksanakan bersinergi dengan kegiatan BPNB di Provinsi
Riau, Provinsi Jambi, dan Provinsi Bangka Belitung.
No. Nama Sekolah Lokasi Judul Film
1 SMA Negeri 2 Senayang & SMP
Negeri 6 Senayang
P.Benan, Kec. Senayang-Kab. Lingga 1. Profil BPNB Kep. Riau dan
2.Tanah Sorga Katanya
3. Teater Bangsawan
4. Joget Dangkung
5. Randai Kuantan
6. Zikir Berdah
7. Tanah Sorga Katanya
8. Dambus
9. Timah Tempo Doeloe
10. Rumah Seribu Ombak
2 SMP Negeri 1 Dabo Singkep & SMAN
1 Dabo Singkep
Dabo Singkep – Kab. Lingga
3 SMA Negeri 10 Batam & SMA
Negeri 20 Batam
Batam - Kep. Riau
4 SMP Negeri 4 Pekanbaru Pekanbaru, Riau
5 SMA Negeri 1 Batanghari B atanghari, Jambi
6 SMPN 4 Jambi Jambi
7 SMAN 3 Pangkalpinang Babel
8 Madrasah Amanatul Ummah Belakang Padang Batam –Kep. Riau
9 SMK Negeri 3 Pangkalpinang Bangka Belitung
10 MTs Negeri Tanjungpinang Tanjungpinang - Kep. Riau
Festival Kesenian
Merupakan kegiatan bergilir yang diselenggarakan oleh BPNB sebagai satuan kerja dibawah
Direktorat Kebudayaan yang bertujuan untuk mengedukasi dan diseminasi masyarakat terkait
pelestarian sejarah dan nilai budaya di Indonesia.
• Gebyar Seni Multikultural
BPNB Sumatra Barat pada kesempatan ini menjadi tuan rumah pada pelaksanaan Kegiatan
Gebyar Seni Multikultural se-Indonesia yang bertema “Semarak Pesisir Selatan 2018”. Kegiatan yang
melibatkan peserta dari BPNB se-Indonesia tersebut dilaksanakan pada bulan April 2018 bertempat di
Kab. Pesisir Selatan, tepatnya di Pantai Carocok, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Selain
memperkenalkan berbagai kekayaan budaya dari beragam suku bangsa di Indonesia, kegiatan ini juga
menjadi ajang menyebarkan pengetahuan tentang nilai-nilai tradisi masyarakat lokal. Festival seni
multikultur melibatkan 11 (sebelas) BPNB yang ada di seluruh Indonesia.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
23
Masing-masing BPNB akan
menampilkan tarian khas dari wilayah
kerjanya. Pertunjukan tari ini dibagi
dua yakni tari tradisional dan tari
kreasi. Selain itu peserta juga akan
melakukan pawai kebudayaan masing-
masing daerah yang menunjukkan
kekhasan suku bangsa tersebut. Hal ini
untuk menunjukkan betapa kayanya
kebudayaan kita. Salah satu hal
menarik dalam kegiatan ini adalah
dikenalkannya salah satu tradisi
ekonomi masyarakat nelayan
yakni maelo pukek. Dalam bahasa
Indonesia disebut dengan melihat pukat. Tradisi ini berkaitan dengan aktivitas utama masyarakat
nelayan yaitu menangkap ikan. Nantinya, pengunjung akan dilibatkan dalam kegiatan ini untuk turut
merasakan bagaimana nelayan memenuhi kebutuhan dan menghadapi segala tantangan dalam aktivitas
sehari-hari.
• Festival Multikultur Raja Ampat
Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua pada kesempatan ini menjadi tuan rumah pada
pelaksanaan Kegiatan Festival Multikultur Seluruh Indonesia pada bulan April 2018 yang bertempat di
lapangan WTC Raja Ampat, Papua. Diharapkan dengan adanya kegiatan semacam ini, masyarakat
semakin tertarik dan tergugah untuk melestarikan budaya daerah sebagai aset budaya bangsa, sehingga
bisa terus terjaga. Gelaran ini diisi dengan kesenian tradisional dari seluruh wilayah Republik
Indonesia. Sajian kesenian daerah ini merupakan kerjasama BPNB Papua dengan 10 (sepuluh) Satuan
Kerja BPNB yang ada di Indonesia.
• Seminar dan Festival Syair
Syair sudah menjadi bagian dari kehidupan orang Melayu. sebab itu, masalah syair merupakan
masalah kebudayaan bangsa Melayu yang perlu digarap dengan sungguh-sungguh dan terencana. Syair
merupakan warisan budaya nenek moyang bangsa Melayu, tersimpan nilai-nilai budaya yang tinggi.
Dalam syair tidak saja menceritakan tentang kisah heroic seorang tokoh saja, tapi lebih dari itu. Ia
memuat sejarah, pedoman hidup, adab, agama, budi pekerti, nilai-nilai luhur, dan semua yang
bersangkut dengan tata cara kehidupan kemelayuan orang Melayu. Dari nilai-nilai luhur tersebut inilah
sebenarnya lahirnya salah satu jati diri bangsa Melayu. Sehubungan dengan itu, maka perlu dilakukan
upaya pelestaraian nilai-nilai luhur Melayu tersebut dengan merangkai khazanah budaya Melayu yang
utuh tanpa terikat oleh batas toritorial wilayah daerah dan negara. Perlu dipadukan dalam satu ajang
kebersamaan Melayu melalui kekayaan syairnya sehingga tidak berlebihan jika digelar suatu hajatan
festival yang diberi nama dengan Festival Syair Melayu Internasional. Bukan hanya akan memperluas
wawasan kita terhadap sastra dan budaya masyarakat daerah yang bersangkutan, melainkan juga akan
memperkaya khazanah sastra dan budaya masing-masing negara. Dengan demikian, upaya yang
dilakukan itu dapat dipandang sebagai dialog antarbudaya dan antarbangsa Melayu yang tidak hanya
dihadiri oleh pelakon syair nasional tetapi juga dari Malaysia dan Brunei Darussalam.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
24
Penayangan Film dan Diskusi Nilai Budaya Penayangan Film dan Diskusi Nilai
Budaya merupakan kegiatan pemutaran
film dokumenter kebudayaan lokal yang
disinergikan dengan pelaksanaan diskusi
mengenai nilai-nilai budaya yang
terkandung dalam film tersebut. Kegiatan
yang dilaksanakan pada bulan Maret 2018
di Pulau Karimun dan April 2018 di Pulau
Lingga dengan mengambil judul film
“Joget Dangkong” dan “Teater
Bangsawan” sangat berkaitan erat dengan
kebudayaan lokal masing-masing daerah.
Mengambil narasumber lokal setempat
yang hidupnya beririsan langsung dengan
judul film yang dibahas membuat kegiatan ini menjadi lebih bernilai dalam mendorong pelestarian
budaya di daerah.
Gelar Budaya
Merupakan pagelaran budaya multikultur yang dihelat dalam rangka memperingati Hardiknas
(Hari Pendidikan Nasional) dan upaya melestarikan kebudayaan nasional di Bumi Gurindam Dua
Belas. Kegiatan ini dilaksanakan di Tanjungpinang pada bulan April 2018 dan November 2018.
Dengan mengusung tema “Menguatkan pendidikan dan memajukan kebudayaan”, Gelar Budaya
Sampena Hardiknas dilaksanakan berkolaborasi dengan LPMP Kepulauan Riau dan Kantor Bahasa
Kepulauan Riau.
▪ Festival Musik Melayu
Festival musik melayu digelar di
pelataran Gedung Gongong
Tangjungpinang, bertujuan untuk
memberikan hiburan tradisional kepada
masyarakat. Ada 13 (tiga belas) sanggar
yang diikutsertakan di festival ini yaitu (1)
Musik Sri Gurindam Penyengat, (2) Tarian
tradisional Melayu dari Sanggar
Lembayung, (3) Atraksi Barongsai dari
Perserikatan Sosial Marga Tionghoa
(PSMTI), (4) Tari Piring dan Rempak
Gendang dari Sanggar Bundo Kanduang, (5) Berbalas pantun dan pembacaan syair Gurindam 12 oleh
Sanggar Seni Kelompok Seni Remaja Pulau Penyengat, (6) Nyanyian lagu-lagu nasional dan
musikalisasi puisi oleh Kelompok Seni Laman Budaya Semenanjung, (7) Musik dan lagu Melayu oleh
Sanggar Seni Samudra Ensamble, (8) Tari Tortor dari Rumpun Batak Bersatu, (9) Musik dan lagu
Melayu dari Assosiasi Seni Budaya Kepulauan Riau, (10) Reog Ponorogo dari Paguyuban Suro
Menggelo, (11) Musik dan lagu Melayu dari Sanggar Budaya Warisan, (12) Makyong Anak dari
Yayasan Konservatori Seni, dan (13) Joget Dangkong dari Kelompok Joget Mak Dare.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
25
▪ Pameran Budaya
Pameran budaya yang bersinergi dengan satuan kerja
di bidang Pendidikan digelar di Laman Boenda Tepi
Laut Tanjungpinang. Bertujuan untuk (1)
memperkenalkan budaya masyarakat yang berada
dalam wilayah kerja BPNB Kepri (Prov. Kepri, Riau,
Jambi dan Kep. Babel), (2) Meningkatkan kepedulian
generasi muda dan masyarakat umum terhadap
pelestarian tradisi yang merupakan identitas suku
bangsa, (3) Menumbuhkan rasa cinta pada budaya
daerah dan bangsa, dan (4) Memberikan pembelajaran
budaya dan tradisi kepada siswa dan masyarakat
dalam rangka membentuk karakter ke-Indonesiaan
sebagai penunjang pengembangan karakter.
▪ Lomba Lukis Kesejarahan
Lomba lukis kesejarahan merupakan salah satu
kegiatan dalam rangkaian perayaan Hari Pendidikan
Nasional yang dilaksanakan bersinergi dengan UPT
Kemendikbud lainnya di Tanjungpinang. Dilaksanakan di Gedung Gonggong pada bulan April 2018
dengan tujuan untuk menumbuhkembangkan kesadaran sejarah dan penanaman nilai sejarah untuk
pembangunan karakter generasi muda. Kegiatan ini melibatkan 60 peserta anak-anak pada jenjang
pendidikan SD dan sederajat.
▪ Lomba Mendongeng Berbahasa Melayu Tradisi lisan merupakan salah
satu jenis warisan budaya tak
benda pada masyarakat
terdahulu sebelum mengenal
tulisan, dimana di dalamnya
terkandung unsur-unsur
kejadian sejarah, nilai moral,
nilai keagamaan, adat istiadat,
cerita khayalan, peribahasa,
nyanyian, serta mantra-
mantra. Oleh karena itu, agar
nilai-nilai tersebut tidak
punah, maka BPNB Kepri
melaksanakan kegiatan untuk
melestarikan dan mewariskan
tradisi lisan ini dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengadakan perlombaan
mendongeng. Melalui kegiatan lomba mendongeng ini, maka generasi muda dapat mengetahui cerita-
cerita dongeng sekaligus dapat mewarisi pesan moral yang terkandung dalam cerita tersebut sebagai
nasihat yang baik dan mendidik bagi generasi muda umumnya.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
26
▪ Festival Permainan Tradisional Melayu Festival Permainan Tradisional
Melayu berupa Lomba Egrang atau kaki
panjang. Permainan ini merupakan
permainan keseimbangan badan agar pemain
dapat melangkah. Pemain yang menyentuh
atau sampai garis finish terlebih dahulu
dinyatakan sebagai pemenang. Kegiatan ini
dilaksanakan di halaman kantor BPNB
Kepulauan Riau pada bulan November 2018
dan melibatkan 160 orang, bertujuan agar
generasi muda mengenal permainan
tradisional yang dimiliki masyarakat
setempat dan dapat melestarikannya.
▪ Festival Kuliner Melayu Kuliner tradisional melayu adalah aset bangsa
yg sangat berharga. Keberadaannya harus dijaga
agar tetap digemari masyarakat, terutama
masyarakat pendukungnya. Penyelenggaraan
festival kuliner tradisional melayu ini bertujuan
untuk memperkenalkan tentang kuliner
tradisional melayu kepada generasi muda, dan
mendorong pelaku usaha untuk melestarikan
kuliner tradisional melayu. Peserta festival
adalah kelompok pelestari kuliner tradisional
melayu. Ada 10 jenis makanan dan minuman yg
diikutkan dalam festival ini adalah lakse kuah
dan lakse goreng, nasi lemak dan nasi dagang,
bubur pedas, prata, nasi putih dengan lauk, bubur asyura, roti jala, kue kue tradisional, otak otak dan
minuman laksamana mengamuk.
▪ Sosialisasi Pencatatan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Kegiatan sosialisasi pencatatan WBTB dilaksanakan di kantor BPNB Kepulauan Riau pada
bulan November 2018 dengan mengundang 100 peserta dari perwakilan guru-guru di bidang
kebudayaan dan siswa tingkat SMA-sederajat di Kota Tanjungpinang, anggota Pramuka Saka Widya
Budaya Bakti Kwarcab Kota Tanjungpinang, Pramuka Penggalang Kwarcab. Kota Tanjungpinang,
serta dinas terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Dinas Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Bintan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Karimun, Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau, dan BPNB Kepulauan Riau. Kegiatan ini
bertujuan untuk (1) mensosialisasikan pencatatan Warisan Budaya Tak Benda di wilayah Provinsi
Kepulauan Riau, khususnya yang pernah ada, tumbuh dan berkembang, (2) Mengusulkan beberapa
karya budaya yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau untuk ditetapkan menjadi Warisan Budaya
Tak Benda Indonesia, dan (3) Untuk memberi wadah kegiatan khusus dalam bidang Pendidikan dan
Kebudayaan di lingkungan Gerakan Pramuka binaan Kemendikbud, yaitu Satuan Karya
Pramuka (Saka) Widya
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
27
Budaya Bakti yang merupakan sarana dan wahana guna memupuk, mengembangkan, membina dan
mengarahkan minat dan bakat generasi muda terhadap peran pendidikan masyarakat dan pelestari
budaya bangsa khususnya dalam bidang seni, film, tradisi, sejarah, dan nilai budaya melalui pencatatan
WBTB.
Festival Film Pendek dan Dokumenter Festival film pendek dan dokumenter
merupakan kegiatan pembinaan terhadap
para generasi muda untuk aktif dalam
memproduksi film-film yang bergenre
dokumenter budaya juga dokumentasi yang
berbentuk foto (objek sejarah, seni, dan
peristiwa budaya). Kegiatan ini diharapkan
dapat mendukung perolehan data budaya
yang memang seyogianya menjadi tugas
BPNB Kepulauan Riau. Kegiatan ini
bertujuan untuk mematik rasa peduli generasi
muda bangsa akan lingkungan budaya dan
tradisinya. Lewat kegiatan ini, diharapkan akan menghasilkan konten fotografi dengan beragam judul
dan tema yang kemudian diharapkan akan memperkaya khasanah data budaya di BPNB Kepulauan
Riau khususnya dan Direktorat Jendral Kebudayaan umumnya. Kegiatan ini dilaksanakan di Pangkal
pinang pada bulan November 2018.
Publikasi Media Cetak dan Elektronik Kebudayaan mempunyai peran dan fungsi mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat
pemiliknya. Sekalipun tatanan itu mengalami dinamika tidak serta kehilangan roh dan identitas.
Sementara itu, budaya juga menjadi sebuah kekuatan sejarah. Artinya, adalah bagaimana budaya dapat
menimbulkan gerak-gerak sejarah yang mempengaruhi sejarah itu sendiri. Seperti contoh, sejarah
Indonesia tidak dapat terlepas dari budaya Belanda yang lama menjajah kita selama beberapa abad.
Bangunan-bangunan yang dibuat oleh kolonial Belanda di kota-kota besar Indonesia
(Kuntowijoyo.2005:138) adalah bermaksud bahwa kolonial Belanda ingin menunjukan bahwa mereka
kuat dan berkuasa dan juga sebagai peringatan atau ancaman untuk kita bangsa Indonesia pada saat itu
untuk tidak berani mencoba untuk melawan dan menjatuhkan kekuasaan mereka. Pada akhirnya,
sejarah dan budaya lokal memiliki kekuatan membangun sendi atau pondasi adat resam masyarakat.
Menyadari eksistensi dan potensi yang dimiliki sejarah dan budaya Melayu, maka BPNB Kepulauan
Riau pada tahun anggaran 2018 memandang perlu untuk melakukan sosialisasi sejarah dan budaya
Melayu. Realita inilah yang diangkat peneliti BPNB Kepulauan Riau melalui kegiatan Rampai Budaya
di RRI Tanjungpinang. Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan nilai-nilai sejarah dan budaya
Melayu kepada semua kalangan melalui siaran Programa I di RRI Tanjungpinang.
Fasilitasi dan Kemitraan Merupakan kegiatan pemberian bantuan/fasilitasi kepada mitra pelestari budaya yang ada di
lingkup wilayah kerja BPNB Kepulauan Riau (komunitas budaya/sanggar seni/sanggar
teater/padepokan) dalam rangka melestarikan kebudayaan lokal. Bantuan/fasilitasi yang diberikan
senilai Rp17.500.000 per paket kegiatan. Dana tersebut digunakan untuk tambahan dana pelaksanaan
kegiatan seni, atau kegiatan lain terkait pemajuan kebudayaan.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
28
NO. NAMA KOMUNITAS PERUNTUKAN DANA LOKASI
1. Laman Budaya Semenanjung Hari Musik Nasional Tanjungpinang, Kepri
2. Sanggar Seni Islami Ya Salam Festival Seni Musik Marawis ke V Tingkat Prov. Kepri
Tanjungpinang, Kepri
3. Sanggar Seni Tuah Pusaka Tour de Bintan di Bintan Utara Bintan Utara, Kepri
4. Rumah Kreatif Suku Seni Riau Pertunjukan Teater Puisi ”Dilanggar Todak”
Riau
5. Sri Mahkote Lingge Pementasan Teater Tradisional Bangsawan
Lingga, Kepri
6. LSM Kebudayaan Kerinci Penguatan Kapasitas Pengetahuan Lokal melalui Pencataan WBTB
Jambi
7. Dewan Kesenian Riau Hari Teater Dunia di Riau 2018 Riau
8. Swara Kepri Pagelaran Pentas Seni (Musik Keroncong)
Tanjungpinang, Kepri
9. Komunitas Klub Gasing Paras Gantang Festival Pangkak gasing se-Provinsi Kepri
Tanjungpinang, Kepri
10. Sanggar Bunga Tanjung Hiburan Rakyat “Tari Piring” Tanjungpinang, Kepri
11. Kumpulan Seni Seri Melayu Gawai Seni dan Budaya Prov. Riau Pekanbaru, Riau
12. Komunitas Seni Jelaga Pertunjukan Teater Mendu Extra Lakon Riau
13. Sanggar Seni Sekayuh Sehati Pagelaran Seni Dalam Rangka Kegiatan Siak Bermadah
Siak, Riau
14. Rumah Seni Balai Proco Parade Tari 2018 ”Makan Bukancah” Pasir Pangaraian, Riau
15. Sanggar Warisan Budaya Pagelaran Seni “Satu jam bersama Sanggar Budaya Warisan”
Tanjungpinang, Kepri
16. Persatuan Pelestari Permainan Rakyat Tradisional (P3RT)
Permainan Rakyat /Gasing Lingga, Kepri
17. Paguyuban Pasundan Kota Tanjungpinang
Malam Kreasi Seni dan Budaya Sunda Tanjungpinang, Kepri
18. Sanggar Seni Kandaga Gentra Pasundan Malam Kreasi Seni dan Budaya Sunda Tanjungpinang, Kepri
19. Sanggar Seni Sekar Penyanding Pertunjukan Seni Sanggar Lawik Ombun Art Community
Kampar, Riau
20. Sanggar Lawik Ombun Art Community Pertunjukan Seni Sanggar Lawik Ombun Art Community
Kampar, Riau
21. Sanggar Sri Gurindam Melayu Gazal Pertunjukan Seni Budaya Tanjungpinang, Kepri
22. Bentan Music Comunity Pertunjukan Hiburan Rakyat Tanjungpinang, Kepri
23. Bengkel Seni Akasia Penerbitan Buku dengan Judul “Keris” Senjata dan Marwah Orang Melayu
Tanjungpinang, Kepri
24. Bengkel Seni Akasia Pagelaran Musik dan Tari dengan tema ”Gelar karya”
Tanjungpinang, Kepri
25. Sanggar Seni Taharum Atraksi Budaya Melayu Cilik Penyengat, Tanjungpinang- Kepri
26. Sangar Seni Marawis Assafiiyah Pertunjukan Marawis Tanjungpinang, Kepri
27. Dawai Community Pertunjukan Seni ”Jam Session Nov” Tanjungpinang, Kepri
• Terbatasnya anggaran kegiatan sehingga keikutsertaan peserta dari setiap provinsi di wilayah kerja
BPNB Kepri belum terakomodir secara merata.
• Terbatasnya anggaran untuk mengundang narasumber dari Direktorat WDB yang menangani
WBTB atau tim ahli yang melakukan verifikasi peniliaian.
Langkah antisipasi: Melakukan penyesuaian jumlah anggaran agar dapat mengakomodir keterwakilan quota peserta dari
seluruh provinsi di wilayah kerja dan narasumber dari Direktorat yang mewakili.
Kendala/permasalahan dalam kegiatan Event Internalisasi Nilai Budaya:
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
29
Sasaran Strategis #3
Realisasi 2017
Tahun 2018 Target Renstra 2019
Capaian Terhadap Renstra 2019 Target Realisasi % Capaian
N/A 1 1 100% 1 100%
Jumlah Layanan Dukungan Manajemen Esselon I yang terealisasi di tahun 2018 adalah
sebanyak 1 layanan, sesuai dengan target yang direncanakan. Indikator kinerja ini baru muncul di
tahun 2018, sehingga tidak bisa dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2017, beberapa
kegiatan yang ada di Layanan Dukungan Manajemen Esselon I telah diakomodir di kegiatan Layanan
Perkantoran.
Penyusunan Rencana Program dan Anggaran
Kegiatan Perencanaan tahun 2018 yang meliputi (1) Rapat sosialisasi program dan anggaran
tahun anggaran 2018 dan penyusunan rencana, program, dan anggaran tahun anggaran 2019, (2) Rapat
penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) tahun 2018, (3) Pelaksanaan revisi anggaran
di Kanwil Dirjen Perbendaharaan Kepulauan Riau, (4) Partisipasi rapat penyusunan rencana, program,
dan anggaran BPNB se-Indonesia tahun anggaran 2019, dan (5) Workshop Penyusunan Pokok Pikiran
Daerah (PPKD). Penyusunan PPKD Kab/Kota merupakan kegiatan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan. Klaster 5 dengan wilayah kerja Provinsi
Kepulauan Riau, Riau dan Kepulauan Bangka Belitung. Peserta lokakarya ini adalah utusan
pemerintah daerah dari 26 Kabupaten/Kota yang terdiri atas Bupati/Walikota, Kepala Dinas yang
membidangi Kebudayaan, serta Ketua/Kepala Bappeda. Dalam Lokakarya ini disampaikan terkait
teknis operasional penyusunan Pokok Pikir Kebudayaan Daerah Kabupaten/Kota sebagai
Implementasi Nomor 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan yang nantinya akan menjadi Pokok
Pikiran kebudayaan Daerah Provinsi dan menjadi dasar penyusunan strategi kebudayaan.
Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan pemantauan dan evaluasi merupakan kegiatan rutin semesteran dan tahunan untuk
mendiskusikan hasil evaluasi kinerja kantor dan hasil temuan dari Satuan Pengendali Internal
(SPI)/Unit Pengendali Gratifikasi (UPG).
Layanan Ketatausahaan
Kegiatan Layanan Ketatausahaan meliputi kegiatan di (1) Pusat pendokumentasian dan perpustakaan
seperti pembuatan peralatan bercorak budaya yang secara rutin dipakai sebagai bahan pameran, (2)
Peningkatan kemampuan SDM yang diantaranya menyelenggarakan kegiatan “Jumat Sehat”, gotong
royong, gerak jalan 45 KM sebagai partisipan di Hari Ulang Tahun Kota Tanjungpinang, dan berbagai
lomba dalam memperingati Hari Kemerdekaan RI, (3) Penyelenggaraan Humas dan protokol, (4)
Pencetakan bahan-bahan publikasi, (5) Outbound dan Motivation Class Training bagi pegawai BPNB
Kepri.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
30
III.2. REALISASI ANGGARAN
Realisasi
anggaran merupakan
penggunaan anggaran
dalam upaya pencapaian
sasaran strategis yang
telah ditetapkan dalam
Perjanjian Kinerja tahun
2018. Jumlah anggaran
yang ditetapkan untuk
melaksanakan tugas dan
fungsi BPNB Kepulauan
Riau serta mendukung
indikator kinerja yang
tertuang dalam
Perjanjian Kinerja
adalah
Rp9.695.854.000.
Adapun pagu
mengalami 1 (satu) kali
perubahan pagu
anggaran, yaitu adanya penambahan sebesar Rp252.866.000 untuk kegiatan Workshop Penyusunan
Pokok Pikiran Daerah (PPKD), sehingga jumlah pagu anggaran berubah menjadi Rp9.948.720.000
dengan realisasi anggaran per 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp9.733.806.430 dengan persentase
daya serap mencapai 97,84%.
Tabel Realisasi Anggaran Tahun 2018
(dalam ribuan)
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA 2018 2017
Anggaran Realisasi % Realisasi %
Meningkatnya Pelindungan dan Pengembangan Nilai Budaya
Jumlah Naskah Hasil Kajian Pelestarian Nilai Budaya
Rp485.038 Rp465.129 95,90% Rp333.706 97,89%
Jumlah Dokumen Pelestarian Nilai Budaya
Rp1.217.754 Rp1.206.075 99,04% Rp716.517 99,55%
Jumlah Karya Budaya yang Diinventarisasi
Rp106.400 Rp87.263 82,01% Rp113.482 99,98%
Meningkatnya Pemanfaatan dan Pembinaan Nilai Budaya
Jumlah Event Internalisasi Nilai Budaya
Rp3.011.876 Rp2.975.807 98,80% Rp2.214.591 99,91%
Terselenggaranya Layanan Dalam Rangka Pendukungan Manajemen dan Tata Kelola Pelestarian Nilai Budaya
Jumlah Layanan Dukungan Manajemen Esselon I
Rp639.384 Rp636.836 99,60% Rp0 0%
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
31
Berdasarkan tabel kinerja keuangan diatas dapat dijelaskan bahwa realisasi anggaran untuk
masing-masing 5 (lima) indikator kinerja utama BPNB Kepulauan Riau telah mencapai hasil yang
sangat memuaskan. Terlihat dari persentase realisasi anggaran yang mencapai lebih dari 95%, dimana
hal ini juga sebanding dengan capaian kinerja per masing-masing indikator yang mencapai 100%.
Dibandingkan dengan tahun 2017, pada tahun 2018 terdapat efisiensi yang cukup signifikan pada
indikator kinerja Jumlah Karya Budaya yang Diinventarisasi yaitu sebesar 17,97% disebabkan karena
adanya penghematan belanja perjalanan dinas ke daerah. Sementara untuk indikator Layanan
Dukungan Manajemen Esselon I tidak dapat dibandingkan disebabkan karena indikator ini baru
muncul di tahun 2018.
Realisasi 3 (tiga) sasaran strategis BPNB Kepulauan Riau juga didukung oleh pelaksanaan
urusan layanan internal (overhead) dan layanan perkantoran. Layanan Internal (Overhead) meliputi
pengadaan alat pengolah data dan komunikasi, pengadaan sarana/fasilitas inventaris kantor dan wisma,
pemasangan papan nama kantor, dan pembanguan/renovasi gedung/bangunan yang terdiri dari
renovasi ruangan keuangan dan WC lantai II, III, dan wisma; perbaikan instalasi listrik; penggantian
atap spandek; dan pembangunan tempat ibadah (mushola). Sementara untuk layanan perkantoran
direalisasikan melalui beberapa komponen kegiatan yang meliputi pembayaran gaji dan tunjangan,
serta penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran selama 12 (dua belas) bulan
anggaran.
LAPORAN KINERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA KEPRI
Secara umum dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2018 BPNB Kepulauan Riau dapat
merealisasikan berbagai sasaran program kegiatan yang menjadi IKK tahun 2018 untuk mencapai
tahapan pembangunan jangka menengah tahun 2018-2019. Hal ini didukung fakta bahwa kinerja
BPNB Kepulauan Riau selama tahun 2018 telah berhasil merealisasikan 5 (lima) indikator kinerja
yang di dalamnya terdapat 5 (lima) output kegiatan. Pencapaian indikator kinerja yang merupakan
manifestasi misi BPNB Kepulauan Riau dititikberatkan pada terlaksananya pelestarian nilai budaya di
wilayah kerja BPNB Kepulauan Riau. Dari seluruh output kegiatan yang digunakan dalam perjanjian
kinerja dan rencana kinerja tahun 2018, persentase rata-rata capaian kinerja dari indikator kinerja
utama mencapai 100% dengan capaian anggaran yang terserap sebesar 97,84% atau senilai Rp
9.733.806.430 dari total anggaran sebesar Rp9.948.720.000. Hal ini mendukung pencapaian sasaran
strategis BPNB Kepulauan Riau 2015-2019 dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu
melaksanakan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaandi wilayah kerjanya.
Hasil yang telah dicapai pada tahun 2018 ini merupakan acuan bagi BPNB Kepulauan Riau
untuk melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang telah dicanangkan dalam jangka
menengah Renstra BPNB Kepulauan Riau 2018-2019, dan sekaligus menjadi barometer agar kegiatan-
kegiatan pada masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien sesuai dengan
sasaran target yang ditetapkan dengan mengacu pada sasaran strategis Eselon I Direktorat Jendral
Kebudayaan.
Apabila diperlukan, BPNB Kepulauan Riau berupaya mengambil langkah-langkah strategis
baik berupa perubahan, penyesuaian, dan pembaharuan untuk menjawab tantangan mengenai
pelaksanaan program pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan di
wilayah kerja.
LAMPIRAN