laporan kimia analitik logam golongan i dan ii.docx

35
1 BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Latar belakang Analisis merupakan suatu proses pengamatan atau penentuan secara kualitatif dan kuantitatif konstituen atau komponen suatu bahan atau sampel. Analisis dapat berupa pengidentifikasian suatu zat atau unsur didalam suatu sampel atau biasa disebut analisa kualitatif. Atau dapat juga analisa kuantitatif yang merupakan analisa untuk mengetahui jumlah (kuantitas) suatu zat atau unsur dalam suatu sampel yang belum diketahui komposisinya. Dalam analisa kualitatif kation-kation digolongkan menjadi lima golongan berdasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,sulfida, dan karbonat dari kation tersebut. Reagensia yang umum dipakai untuk menentukan golongan kation antara lain asam klorida, golongan hidrogen sulfida, amonium sulfida, amonium karbonat dan lain sebagainya. Klasifikasi kation-kation tersebut dapat ditentukan dengan melihat apakah kation yang diuji bereaksi dengan reagen-reagen atau sampel yang telah ditentukan yang ditandai dengan terbentuknya endapan atau tidak, terjadinya perubahan warna atau tidak, dan perubahan-perubahan fisik lainnya. Jadi

Upload: affif-riskani-noor

Post on 25-Oct-2015

207 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Analisis merupakan suatu proses pengamatan atau penentuan secara kualitatif dan kuantitatif konstituen atau komponen suatu bahan atau sampel. Analisis dapat berupa pengidentifikasian suatu zat atau unsur didalam suatu sampel atau biasa disebut analisa kualitatif. Atau dapat juga analisa kuantitatif yang merupakan analisa untuk mengetahui jumlah (kuantitas) suatu zat atau unsur dalam suatu sampel yang belum diketahui komposisinya.

TRANSCRIPT

1

BAB 1

PENDAHULUIAN

1.1 Latar belakang

Analisis merupakan suatu proses pengamatan atau penentuan secara

kualitatif dan kuantitatif konstituen atau komponen suatu bahan atau sampel.

Analisis dapat berupa pengidentifikasian suatu zat atau unsur didalam suatu

sampel atau biasa disebut analisa kualitatif. Atau dapat juga analisa kuantitatif

yang merupakan analisa untuk mengetahui jumlah (kuantitas) suatu zat atau unsur

dalam suatu sampel yang belum diketahui komposisinya.

Dalam analisa kualitatif kation-kation digolongkan menjadi lima golongan

berdasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,sulfida, dan karbonat dari kation

tersebut.

Reagensia yang umum dipakai untuk menentukan golongan kation antara

lain asam klorida, golongan hidrogen sulfida, amonium sulfida, amonium

karbonat dan lain sebagainya. Klasifikasi kation-kation tersebut dapat ditentukan

dengan melihat apakah kation yang diuji bereaksi dengan reagen-reagen atau

sampel yang telah ditentukan yang ditandai dengan terbentuknya endapan atau

tidak, terjadinya perubahan warna atau tidak, dan perubahan-perubahan fisik

lainnya. Jadi dapat dikatakan bahwa penggolongan/pengklasifikasi yang paling

umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfiida, dan karbonat

dari larutan tersebut. Kelima golongan kation tersebut, memiliki cirri-ciri yang

khas apabila direaksikan dengan sampel yang telah ditentukan.

Analisa kation dalam suatu sampel mempunyai banyak mamfaat dalam

kehidupan sehari-hari, seperti ketika kita hendak menganalisa kation atau unsur-

unsur yang terdapat dalam suatu bahan pencemar, sehingga kita dapat mengetahui

apa proses yang sebaiknya dilakukan untuk menanggulanginya.

Oleh karena itu percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui

perbedaan reaksi yang dihasilkan oleh kation golongan I dan II berdasarkan

sampel yang telah ditentukan, dapat mengetahui pereaksi selektif, spesifik,dan

2

sensitifnya serta dalam peranannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya ketika

kita ingin mengetahui logam yang terkandung dalam sampel air kolam unmul atau

air parit gor 27 September.

1.2 Tujuan percobaan

- Mengetahui kation-kation dari golongan I dan II

- Mengetahui pereaksi selektif untuk kation golongan I dan II

- Mengetahui pereaksi spesifik untuk kation golongan I dan II

- Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan

- Mengetahui mengapa pada Pb2+ dilakukan dua kali reaksi, yaitu reaksi

dengan HCl dan Na2S.

3

BAB 2

TINJAUN PUSTAKA

Kimia analitik bisa dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisa

kualitatif dan dan analisa kuantitatif. Analisa kulitatatif berkaitan dengan

identifikasi zat-zat kimia yaitu mngenali unsur-unsur atau senyawa apa yang ada

dalam suatu sampel. Umumnya dalam kuliah kimia, para mahasiswa pertama kali

dihadapkan dengan analisis kualitatif ketika sejumlah unsur dipisahkan dan

diidentifikasi melalui pengendapan dengan hidrogen sulfida. Produk-produk

organik yang sintesis dalam laboratorium bisa diidentifikasikan dengan

menggunakan teknik-teknik instrumentasi seperti spektroskopi inframerah dan

resonansi magnetik nuklir (Underwood,2002).

Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak suatu zat

tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang dinyatakan tersebut, yang

seringkali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian

kecil atau sebagaian besar sampel yang dianalisis. Jika zat yang dianalisa ( analit )

tersebut menyusun lebih dari sekitar 1 % dari sampel, maka analit ini dianggap

sebagai konstituen utama. Zat yang dianggap sebagai konstituen minor kika

jumlahnya berkisar antara 0.01 hingga 1 % dari sampel. Terakhir, suatu zat yang

hadir hingga kurang dari 0.01 % ddianggap sebagai konstituen penunut (frace)

(Underwood,2002).

Analisis kualitatif adalah metode analisis yang digunakan untuk

mendeteksi keberadaan kandungan suatu unsur kimia pada suatu zat yang tidak

diketahui komposisinya. Analisis kualitatif merupakan metode efektif yang dapat

digunakan untuk mempelajari kandungan suatu larutan. Metode analisis kualitatif

menggunakan pereaksi golongan/selektif dan pereaksi spesifik. Penggunaan

pereaksi ini bertujuan untuk mengetahui kation dan anion yang terdapat dalam

suatu larutan (Patnaik, 2004).

Reaksi yang terjadi dalam metode analisis kualitatif dapat digolongkan

menjadi reaksi spesifik, reaksi sensitif,reaksi selektif. Reaksi spesifik adalah

4

reaksi khas yang merupakan reaksi antara bahan tertentu dengan pereaksi spesifik

untuk bahan tersebut. Contoh reaksi ini adalah reaksi pada metode spot test.

Reaksi sensitif adalah reaksi peka yang mampu menunjukkan keberadaan bahan

yang hanya berjumlah sedikit sekali tetapi sudah tampak hasilnya dengan jelas.

Reaksi selektif adalah reaksi yang terjadi atas sekelompok bahan yang berbeda-

beda atas suatu pereaksi serta dapat berfungsi untuk memisahkan golongan yang

berbeda-beda . Contoh dari reaksi selektif adalah dapat dilihat pada uji golongan

klorida dimana reaksi selektif yang terjadi dapat memisahkan ion golongan

klorida dengan ion lainnya (Harjadi,1989).

Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation diklasifikasikan

dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa

reagensia. Dengan memakai apa yang disebut dengan teagensia golongan secara

sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat

juga memisahkan golongan-golongan itu untuk pemeriksaan lebih lanjut. Menurut

urutan yang ditetapkan oleh sistam golongan ini selain merupakan cara yang

tradisional untuk menyajikan bahan, urutan-urutan ini juga memudahkan dalam

mempelajari reaksi-reaksi, karena ion-ion dengan sifat-sifat yang analog dibahas

bersama-sama dalam satu golongan.

Dua puluh kation yang lazim dapat dianalisis dengan mudah larutan berair.

Kation-kation ini dapat dibagi kedalam 5 golongan berdasarkan hasil kali

kelarutan garam tak larutanya. Karena larutan tak diketahui mungkin mengandung

lebih dari satu ion tersebut, analisis harus dilakukan secara sistematis dari

golongan I sampai golongan V. Sedangkan spot test pada senyawa organik dan

anorganik dapat digunakan untuk menentukan bahan individu tertentu dan

susunan dalam suatu campuran. Spot test ini memeriksa ion-ion dalam suatu

campuran yang akan memberi efek yang khas terhadap zat tertentu yang akan

dicampur dengan ion tersebut. Reaksi spot test yang spesifik akan memberi efek

yang khas terhadap zat tertentu atau pada contoh yang jumlahnya sangat sedikit

(Chang,2005).

Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling

umum adalah asam klorida (HCl), hidrogen sulfida (H2S), amonium sulfida

5

((NH4)2S), dan amonium karbonat (NH4CO3). Klasifikasi ini didasarkan atas

apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk

endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling

umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari

kation tersebut.

Kelima golongan kation dan cirri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai

berikut :

Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida

encer. Ion-ion golongan ini adalah timbel, merkurium (I)

(raksa), dan perak.

Golongan II : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi

membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana

asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium

(II), tembaga, bismut, kadinium, arsenik (III), arsenik (V),

stabium (III), satabium (V), timah (II), timah (III) dan timah

(IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan II A

dan keenam yang terakhir merupakan sub golongan II B,

sementara sulfida dan kation dalam golongan II A tidak dapat

larut dalam amonium poli sulfida, sulfida golonga II B dapat

larut.

Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer,

ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral

encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium

sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Kation-kation

golongan ini adalah kobalt (III), nikel (III), besi (II), besi (III),

kromium (III), alumunium, zink, dan mangan (II).

Golongan IV : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golonga I,

II, III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium

karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral

atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini addalah kalsium,

stronsium,dan barium. Beberapa sistem klasifikasi golongan

6

meniadakan pemakaian amonium klorida disamping amonium

karbonat sebagai reagensia golongan, dalam hal ini magnesium

juga harus dimasukkan kedalam golongan ini. Tetapi karena

dalam pengerjaan analisis yang sistematis, amonium klorida

akan terdapat banyak sekali ketika kation-kation golongan

keempat hendak diendapkan, adalah lebih logis untuk tidak

memasukkan magnesium kedalam kation golongan IV.

Golongan V : Kation-kayion yang umum, yang tidak bereaksi dengan

reagensia-reagensia golongan sebelumnya, merupakan golongan

kation yang terakhir, yaitu ion-ion magnesium,natrium,

amonium, litidium dan hidrogen.

( Svehla, 1989 )

Kation golongan pertama yaitu timbal (II), merkuri (I), dan perak (I). Pereaksi

golongan ini adalah asam klorida encer (2 M) dan reaksi golongannya adalah

endapan putih timbal klorida (PbCl2), merkuri(I)klorida (Hg2Cl2) dan perak

klorida (AgCl2).

Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun

timbal klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap

dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu campuran,

ion timbal yang tersisa itu diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida

dalam suasana asam bersama-sama kation golongan kedua.

Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut diantara sulfat-sulfat, sulfat

timbal praktis tidak larut, sedang perak larut lebih banyak. Kelarutan merkurium

(I) sulfat terletak diantara kedua zat diataa bromida dan iodida juga tidak larut.

Sedangkan pengendapan timbal klorida tidak sempurna , dan endapan itu mudah

sekali melarut dalam air panas. Sulfida tidak larut, asetat-asetat lebih mudah larut,

meskipun perak asetat bisa mengendap dan larutan yang agak pekat. Hidroksida

dan karbonat akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya ekuivalen, tetapi

kalau reagensianya berlebihan, ia dapat bertindak dengan bermacam-macam cara.

Juga ada perbedaan dalam sifat-sifat zat ini terhadap amonium.

7

Timbal (II) (Pb2+)

Timbal adalah golongan I yang merupakan logam berwarna abu-abu kebiruan

dengan rapatan yang tinggi (11,48 g/ml pada suhu kamar). Ia mudah larut dalam

asam nitrat yang sedang pekatnya (8 M , dan terbentuk juga nitrogen oksida

3Pb + 8HNO3 3 Pb 2+ + 6 HNO3- + 2 NO + 4H2O

Timbal (Pb) dapat diidentifikasi dengan larutan kalium kromat (K2CrO4) akan

menghasilkan endapan kuning perak

Pb 2+ + CrO4 2- PbCrO4

Jika Pb diidentifikasikan dengan larutan KI akan menghasilkan endapan kuning

Pb 2+ + 2 I - PbI2

Timbal juga dapat diidentifikasi dengan assam klorida (HCl) encer yang akan

menghasilkan endapan putih

Pb 2+ + 2 Cl- PbCl2

Sedangkan jika diidentifikasi dengan hidrogen Sulfida (H2S) dalam suasana asam

encer atau netral, akan menghasilkan endapan hitam

Pb 2+ + H2S PbS2 + H2

Merkuri (II) (Hg2+)

Merkuri adalah logam cair berwarna putih keperakan pada suhu biasa dan

memiliki masa jenis 13,354 gr/ml pada suhu 350 C. Merkuri tidak bereaksi

dengan asam klorida (HCl) atau asam sulfat (H2SO4) encer, tapi merkuri dapat

bereaksi dengan asam nitrat (HNO3) yang dingin.

6 Hg + 8 HNO3 3 Hg22+ + 2 NO + 6 NO3

- + 4 H2O

Merkuri juga dapat bereaksi dengan ammonia (NH3) yang akan menghasilkan

endapan hitam

2 Hg22+ + NO3

- + NH3 + H2O HgO.Hg + 2 Hg + 3 NH4

Perak (Ag+)

Perak adalah logam putih yang dapat ditempa dan diliat. Perak tidak larut dalam

asam klorida, asam sulfat encer (1 M) atau asam nitrat encer (2 M). Perak

membentuk ion monovalen dalam larutan tidak berwarna. Ag+ dapat identifikasi

dengan larutan NH3 akan menghasilkan endapan cokelat perak oksida.

2 Ag+ + 2NH3 + 3 H2O Ag2O + 2 NH4+

8

Sedangkan jika diidentifikasi dengan asam nitrat akan menghasilkan endapan

putih.

3 Ag2S + 2 HNO3 S + 2 NO + 3 Ag2O + H2O

(Underwood,2002).

Kation-kation golongan kedua menurut teori dibagi dua sub golongan yakni

sub golongan tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah

kelarutan endapan sulfida dalam amonium pousilfida. Sementara sulfida dari sub

golongan tembaga tak larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub golongan arsenik

melarut dengan membentuk garam.

Sub golongan tembaga terdiri dari merkurium (II), timbal (II), bismut

(II), tembaga (II), dan cadmium (II), meskipun bagian terbesar ion timbal (II)

diendapkan dengan asam klorida encer bersama-sama ion-ion dari golongan I.

Pengendapan ini agak kurang sempurna diakibatkan oleh kelarutan timbal (II)

klorida yang relatif tinggi sehingga pengendapannya kurang sempurna

(keenan,1989).

Cadmium (II) (Cd2+)

Kadmium adalah logam putih keperakan yang dapat ditempa dan diliat. Jika

Cadmium (II) direaksikan dengan KCN akan terbentuk endapan putih cadmium

sianida (Cd(CN)2)

Cd2+ + 2 CN- Cd(CN)2

Bila cadmium dialirkan dengan gas hidrogen sulfida, maka cadmium sulfida akan

mengendap dan menghasilkan endapan kuning.

(Cd(CN)4)-2 + H2S CdS + 2 H+ + 4 CN-

Tembaga (II) (Cu2+)

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa dan liat. Tembaga

tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya

oksigen ia dapat sedikit larut.

Jika tembaga (II) direaksikan dengan K4Fe ((CN)6)-4 akan menghasilkan endapan

kemerahan coklat

2 Cu2+ + Fe((CN)6)-4 Cu(Fe(CN)6)

Jika diendapkan dengan hidrogen sulfida maka akan menghasilkan endapan hitam

9

Cu2+ + H2S CuS + 2 H+

Jika diendapkan dengan Iodida maka larutannya berwarna coklat tua

2 Cu2 + 5 I- 2 Cu + I5-

( keenan, 1989 ).

10

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat-alat

- Tabung reaksi

- Rak tabung reaksi

- Pipet tetes

- Sikat tabung

3.1.2 Bahan-bahan

- Ag+

- Pb2+

- Hg22+

- Cu2+

- Cd2+

- Hg2+

- HCl 6 N

- K2CrO4

- Na2S

- K4Fe(CN)6

- KCN

- KI

- Akuadest

- Tissue gulung

- Sabun cair

- Kertas Label

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Kation golongan I

a. Ag+ dengan HCl 6 N

11

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

- Dimasukkan Ag+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan HCl 6 N kedalam tabung reaksi berisi Ag+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

b. Ag+ dengan K2CrO4

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

- Dimasukkan Ag+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan K2CrO4 kedalam tabung reaksi berisi Ag+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

c. Pb2+ dengan HCl 6 N

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

- Dimasukkan Pb2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan HCl 6 N kedalam tabung reaksi berisi Pb2+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

d. Pb2+ dengan K2CrO4

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

- Dimasukkan Pb2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan K2CrO4 kedalam tabung reaksi berisi Pb2+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

e. Hg22+ dengan HCl 6 N

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

- Dimasukkan Hg22+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan

pipet tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan HCl 6 N kedalam tabung reaksi berisi Hg22+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

f. Hg22+ dengan KI

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

12

- Dimasukkan Hg22+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan

pipet tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan KI kedalam tabung reaksi berisi Hg22+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

3.3.2 Kation-kation Golongan II

a. Cu2+ dengan Na2S

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

- Dimasukkan Cu2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan Na2S kedalam tabung reaksi berisi Cu2+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

b. Cu2+ dengan K4Fe (CN)6

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

- Dimasukkan Cu2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan K4Fe (CN)6 kedalam tabung reaksi berisi Cu2+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

c. Cd2+dengan Na2S

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

- Dimasukkan Cd2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan Na2S kedalam tabung reaksi berisi Cd2+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

d. Cd2+dengan KCN

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

- Dimasukkan Cd2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan KCN kedalam tabung reaksi berisi Cd2+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

e. Hg2+ dengan Na2S

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

13

- Dimasukkan Hg2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan Na2S kedalam tabung reaksi berisi Hg2+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

f. Hg2+ dengan KI

- Dicuci tabung reaksi dan pipet tetes dengan akuades

- Dimasukkan Hg2+ kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

tetes, diamati warna mula-mula

- Dimasukkan KI kedalam tabung reaksi berisi Hg2+

- Diamati dan dicatat perubahan apa yang terjadi

14

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Perlakuan Pengamatan

1

2.

Kation Golongan I

a. Ag+

- Sampel ditambahkan HCl 6 N

- Sampel ditambahkan K2CrO4

b. Pb2+

- Sampel ditambahkan HCl 6 N

- Sampel ditambahkan K2CrO4

- Sampel ditambahkan Na2S

c. Hg22+

- Sampel ditambahkan HCl 6 N

- Sampel ditambahkan KI

Kation Golongan II

a. Cu2+

- Sampel ditambahkan Na2S

- Sampel ditambahkan K4Fe

(CN)6

b.Cd2+

- Sampel ditambahkan Na2S

- Sampel ditambahkan KCN

c. Hg2+

- Sampel ditambahkan Na2S

- Sampel ditambahkan KI

Larutan berwarna putih dan terdapat

endapan

Terdapat endapan merah bata

Tidak berubah, larutan bening

Endapan larutan berwarna kuning tua

Endapan berwarna hitam

Larutan bening

Larutan bening

Larutan hitam pekat

Endapan merah coklat

Larutan berwarna kuning

Larutan bening

Larutan hitam

Larutan orange

15

4.2 Reaksi

4.2.1 Reaksi kation golongan I

a. Argentium (Ag+)

- AgNO3 + HCl AgCl + HNO3

(Putih)

- 2 Ag+ + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 K+

(Merah bata)

b. Plumbum (Pb2+)

- Pb (NO3)2 + 2 HCl PbCl2 + 2 HNO3

(Putih)

- PbCl2 + K2CrO4 Pb CrO4 + 2 KCl

(Kuning tua)

- Pb2+ + Na2S PbS + 2 Na+

(Hitam)

c. Merkuri (Hg22+)

- Hg22+ + 2 HCl Hg2Cl2 + 2H+

(Putih)

- Hg22+ + 2 KI Hg2I2 + 2k+

(Hijau)

4.2.2 Reaksi Kation Golongan II

a. Cupri (Cu2+)

- CuSO4 + Na2S CuS + Na2SO4

(Hitam)

- 2CuS + K4Fe(CN)6 Cu2Fe(CN)6 + 2K2S

(Merah coklat)

b. Cadmium (Cd2+)

- Cd2+ + Na2S CdS + 2 Na+

(Hitam)

16

- Cd2+ + 2 KCN Cd (CN)2 + 2 K+

(Bening)

c. Merkuri (Hg2+)

- HgSO4 + Na2S HgS + Na2SO4

(Hitam)

- HgS + 2 KI HgI2 + K2S

(Orange)

4.3 Pembahasan

Kimia analitik bisa dibagi menjadi bagian bidang-bidang yang disebut

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualntitatif berkaitan dengan

penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel,

contohnya kita dapat mengetahui kadar besi secara permanganometri atau

mengetahui kalsium secara kompleksometri. Sedangkan analisis kualititatif

berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia, mengenali unsur atau senyawa apa

yang ada dalam suatu sampel yang belum diketahui komposisinya, sebagai contoh

apabila disediakan larutan sampel dapat ditentukan unsur-unsur yang terdapat

dalam larutan tersebut, dapat dilakukan dengan metode uji kation.

Dalam analisa kualitatif terdapat tiga macam pereaksi yaitu pereaksi

selektif, pereaksi spesifik, dan pereaksi sensitif. Pereaksi selektif adalah suatu

pereaksi yang hasil reaksinya dapat mengelompokkan beberapa ion-ion pada

kelompok atau golongan tertentu, contohnya untuk kation golongan I seperti Ag+

dan Pb+ akan menghasilkan endapan putih bila direaksikan dengan HCl,

sedangkan untuk kation golongan II seperti Cu2+ dan Cd2+ akan menghasilkan

endapan hitam ketika direaksikan dengan Na2S. Pereaksi spesifik adalah pereaksi

yang hasil reaksinya khas antara bahan dengan pereaksi spesifik dari bahan

tersebut, contohnya Ag+ akan menghasilkan endapan merah bata ketika

direaksikan dengan K2CrO4 sedangkan Pb2+ akan menghasilkan endapan kuning

tua disini K2CrO4 merupakan pereaksi spesifik yang akan memberikan warna atau

hasil yang khas untuk setiap kation yang direaksikan dengannya. Pereaksi sensitif

adalah pereaksi yang walaupun ditambahkan sedikit bahan dengan kosentrasi

17

yang rendah akan dapat menghasilkan hasil yang jelas, contohnya nessler’s

merupakan pereaksi sensitif untuk NH3+ yang akan menghasilkan endapan coklat

tua.

Dalam kation ada beberapa golomgan yang memiliki cirri khas tertentu,

dalam percobaan ini akan dilakukan percobaan kation pada golongan I dan II.

Golongan I mengandung logam yang kloridanya tidak atau sukar larut dalam

asam-asam encer. Kation-kation golongan I ini diendapkan dengan pereaksi HCl.

Ion golongan I adalah Hg,Ag,dan Pb. Golongan II mengandung logam-logam

yang kloridanya larut tetapi sulfidanya tidak larut meskipun dalam asam-asam

encer. Kation-kation golongan ini membentuk endapan dengan hidrogen sulfida

dalam suasana asam mineral encer (H2S). Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, Cd,

As, Sb dan Sn.

Pada percobaan pertama yaitu analisa kualitaatif untuk kation-kation

golongan I. Percobaan ini menggunakan Ag+, Pb+ dan Hg22+. Untuk Ag+ ketika

ditambahkan HCl 6 N larutan menjadi berwarna putih dan terdapat endapan putih.

Ag+ ditambahkan K2CrO4 larutan terdapat endapan merah hati. Untuk Pb2+ ketika

ditambahkan HCl 6 N larutan berwarna bening sedangkan ketika ditambahkan

Na2S larutan terdapat endapan hitam ini dikarenakan Pb2+ dapat tergolong dalam

golongan I dan II tergantung kosentrasinya untuk Pb2+ dengan kosentrasi rendah

masuk dalam golonga I sedangkan Pb2+ dengan kosentrasi tinggi (pekat) masuk

dalam golongan II, ketika Pb2+ ditambahkan K2CrO4 larutan menjadi berwarna

kuning tua. Untuk Hg22+ ketika ditambahkan HCl 6 N dan KI tidak mengalami

perubahan (larutan tetap bening) pada kenyataan yang sebenarnya ketika Hg22+

direaksikan dengan HCl akan menghasilkan larutan berwarna putih dengan

endapan yang berwarna putih juga, sedangkan ketika direaksikan dengan KI

larutan akan menghasilkan endapan hijau, pada percobaan tidak terjadi perubahan

karena terjadi kesalahan pada pembuatan reagen Hg22+ , Hg2

2+ hanya bereaksi dan

dapat larut sempurna ketika dilarutkan dengan menggunakan aquaregia yaitu

campuran HCl dan HNO3 dengan perbandingan 3 : 1, tetapi karena pada

pembuatannya Hg22+ yang merupakan logam berat tidak dilarutkan dengan

18

aquaregia maka larutan Hg22+ yang dihasilkan tidak dapat bereaksi dengan

sempurna ketika ditambahkan kedalam reagen dalam hal ini HCl dan KI.

Dari percobaan pertama dapat dsampaikan bahwa HCl merupakan

pereaksi selektif untuk golongan I, hal ini dapat terlihat dari hasil reaksi antar HCl

dengan kation-kation golongan I akan menghasilkan larutan berwarna putih

dengan endapan yang juga berwarna putih. K2CrO4 merupakan pereaksi spesifik

hal ini terlihat dari hasil reaksi yang khas bila K2CrO4 direaksikan dengan

kationnya, seperti Ag+ ditambahkan K2CrO4 menghasilkan endapan merah bata

sedangkan Pb2+ ditambahkan K2CrO4 menghasilkan endapan kuning tua (warna

khas untuk kation yang berbeda).

Pada percobaan kedua dilakukan analisa kualitatif untuk kation-kation

golongan II. Sampel yang digunakan adalah Cu2+, Cd2+, Hg2+. Untuk Cu2+ ketika

ditambahkan Na2S terdapat endapan hitam dan ketika ditambahkan K4Fe(CN)6

terdapat endapan merah coklat. Untuk Cd2+ ketika direaksikan dengan Na2S hasil

reaksi berwarna kuning dan ketika direaksikan dengan KCN larutan tidak berubah

warna dan tetap bening, pada kenyataan yang sebenarnya ketika Cd2+ direaksikan

dengan KCN akan menghasilkan larutan berwarna kuning kenari kesalahan yang

terjadi disebabkan Cd2+ yang digunakan sudah terkontaminasi dengan pengotor-

pengotor yang terdapat di lingkungan sekitar karena sudah terlalu lama tidak

digunakan. Untuk Hg2+ ketika direaksikan dengan Na2S menghasilkan endapan

hitam dan ketika direaksikan dengan KI menghasilkan endapan orange. Hal ini

juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu larutan

mengandung Hg2+ atau Hg22+ yaitu dengan mereaksikannya dengan larutan KI,

apabila hasilnya terdapat endapan hijau berarti larutan tersebut positif

mengandung Hg22+ sedangkan apabila hasilnya terdapat endapan orange berarti

larutan tersebut positif mengandung Hg2+.

Dari percobaan kedua dapat disimpulkan bahwa Na2S merupakan pereaksi

selektif untuk golongan II, hal ini dapat terlihat dari hasil reaksi antara Na2S

dengan kation-kation golongan II akan menghasilkan larutan dengan endapan

hitam, K4Fe(CN)6 merupakan pereaksi spesifik untuk Cu2+ dengan hasil reaksi

19

terdapat endapan merah cokelat dan KCN merupakan pereaksi spesifik untuk Cd2+

dengan hasil reaksi larutan berwarna kuning kenari.

Kelarutan suatu unsur atau senyawa dipengaruhi oleh beberapa faktor-

faktor antara lain :

a. Temperatur

Semakin tinggi temperatur maka semakin cepat pula kelarutannya. Hal ini

disebabkan tumbukan antar partikel semakin cepat sehingga mengakibatakan

cepatnya suatu reaksi terjadi

b. Pelarut

Garam organik lebih dapat larut dalam pelarut organik. Hal ini disebabkan

ion-ion dalam kristal tidak memiliki gaya tarik yang lebih besar terhadap

molekul pelarut organik

c. Efek ion sekutu

Suatu endapan umumnya dapat lebih larut dalam air murni dan pada suatu

larutan yang mengandung salah satu ion endapan

d. Pengaruh aktifitas

Ternyata banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam

larutan yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara kimia dengan

ion-ion endapan

e. Pengaruh pH

Ion hidrogen yang bersenyawa dengan cairan suatu garam untuk membentuk

asam lemah, dengan demikian meningkatkan kelarutan garam itu

f. Efek kompleks

Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut juga bergantung pada

kosentrasi zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam itu

g. Tekanan dan Volume

Tekanan dan volume berbanding terbalik terhadap kelarutan. Apabila tekanan

kecil, volume akan membesar dan tingkat kelarutannya akan semakin rendah,

begitu pula sebaliknya.

Dalam percobaan ini terdapat beberapa faktor kesalahan yang membuat hasil

percobaan menjadi kurang maksimal antara lain :

20

- Reagen yang digunakan sudah mendekati expired, sehingga larutan yang

dihasilkan menjadi tidak baik dan hasil percobaan kurang tepat

- Kosentrasi reagen yang terlalu pekat sehingga menimbulkan hasil yang tidak

diinginkan

- Alat-alat yang tidak bersih membuat hasil akhir kurang tepat

- Penambahan reagen yang terlalu sedikit atau terlalu berlebihan membuat hasil

percobaan menjadi kurang maksimal.

21

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan analisa kation logam-logam golongan I dan II

dapat disimpulkan bahwa :

- Berdasarkan percobaan kation-kation golongan I antara lain Ag+, Hg22+, dan

Pb2+ sedangkan untuk kation-kation golongan II antara lain Cd2+, Hg 2+,Cu 2+

- Pereaksi selektif untuk golongan I adalah HCl menghasilkan larutan dengan

endapan putih ketika direasikan dengan kation golongan I, sedangkan

pereaksi selektif untuk golongan II adalah Na2S yang menghasilkan endapan

hitam ketika direaksikan dengan kation golongan II

- Pereaksi spesifik untuk Ag+ adalah K2CrO4 yang menghasilkan larutan merah

hati, untuk Pb2+ adalah K2CrO4 yang menghasilkan larutan berwarna kuning,

untuk Hg22+ adalah KI yang menghasilkan endapan hijau, untuk Cu 2+ adalah

K4Fe(CN)6 yang menghasilkan endapan merah cokelat, untuk Cd2+ adalah

KCN yang menghasilkan endapan orange

- Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain temperatur, pelarut,

efek ion sekutu, pH, efek kompleks, tekanan dan volume

- Pb2+ direaksikan dengan HCl dan Na2S karena Pb2+ dapat termasuk dalam

golongan I dan II tergantung dari kosentrasinya, bila Pb2+ konsentrasinya

kecil (encer) maka larutan teersebut masuk golongan I tetapi jika Pb2+

kosentrasinya besar (pekat) maka larutan tersebut termasuk golongan II,

dalam percobaan Pb2+ berubah warna menjadi hitam ketika direaksikan

dengan Na2S itu menandakan larutan Pb2+ tersebut kosentrasinya besar

sehingga masuk golongan II.

5.2 Saran

Sebaiknya pada percobaan analisa kation golongan I dan II pereaksinya

ditambah menggunakan pereaksi NaOH agar praktikan dapat lebih memahami dan

22

mengetahui perbedaan antara pereaksi-pereaksi yang digunakan terhadap kation-

kation golongan I dan II

23

DAFTAR PUSTAKA

Day dan Underwood .2002. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam.Jakarta: Erlangga

Harjadi,W.1989. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Keenan,W. K. dan Wood, J. H. 1989. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Svehla,G. 1989. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro.Jakarta: Kalmah Media Pustaka