laporan kerja praktek pengolahan sinyal audio pada trans tv stasiun relay semarang1
TRANSCRIPT
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PENGOLAHAN SINYAL AUDIO PADA STASIUN RELAY
TRANS TV SEMARANG
Disusun Oleh :
Seto Ayom Cahyadi
L2F008089
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2011
HALAMAN PENGESAHAN I
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PENGOLAHAN SINYAL AUDIO PADA STASIUN RELAY
TRANS TV SEMARANG
MENYETUJUI DAN MENGESAHKAN
Semarang, September 2011
PJTS. TRANS TV Semarang Pembimbing Kerja Praktek
M.I. Kusuma Wardhana M. Zufar Noor
HALAMAN PENGESAHAN II
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PENGOLAHAN SINYAL AUDIO PADA STASIUN RELAY
TRANS TV SEMARANG
MENYETUJUI DAN MENGESAHKAN
Semarang,
Juni 2012
Ketua Jurusan Teknik Elektro Dosen Pembimbing
Ir. Agung Warsito, DHET Darjat, ST, MT.
NIP. 195806171987031002 NIP. 197206061999031001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Alloh SWT. Hanya dengan
rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan kerja praktek ini adalah untuk
melengkapi salah satu syarat dalam menempuh pendidikan sarjana pada Jurusan
Teknik Elektro Universitas Diponegoro.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kerja praktek ini,
diantaranya:
1. Bapak Ir. Agung Warsito, DHET , selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
UNDIP.
2. Bapak Darjat, S.T, M.T , selaku Dosen Pembimbing Teknik Elektro
UNDIP.
3. Bapak M.I Kusuma Wardhana, selaku PJTS Trans TV Semarang
4. Bapak M Zufar Noor, selaku Pembimbing KP di Trans TV Semarang.
5. Bapak Riyanto, Bapak Galuh, Mas Baud, serta seluruh Crew Trans TV
Semarang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan KP ini.
6. Kedua orangtua, Mas Hayat dan Mbak Restu atas segala dukungan moral
dan materialnya.
7. Kekasihku tercinta, Desny Cafita Sari yang tak pernah putus asa dalam
memberi semangat dan pengertiannya.
8. M. Azwar, M. Hidayat , Andri W, dan semua teman – teman Teknik
Elektro UNDIP khususnya angkatan 2008 atas kerjasama dan
dukungannya.
Penulis hanya dapat memanjatkan doa semoga Alloh SWT membalas budi
baik semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan kerja praktek ini.
Semarang, Agustus 2011
Penulis
ABSTRAK
Prinsip dasar sistem transmisi yaitu stasiun pusat mengolah suatu program,
kemudian dikirim menuju satelit (proses up link), dari satelit sinyal tersebut diteruskan
menuju stasiun – stasiun relay (proses down link). Kemudian dari satelit receiver
diproses di PIE rack, disinilah sinyal yang diterima dari receiver berupa video, audio 1
dan audio 2 diolah dan dikoreksi. PIE rack terdiri dari VDA (Video Distribution
Amplifier), ADA (Audio Distribution Amplifier), Server, Patch Panel, Test Generator,
WFM/VSCOPE, Monitor, NICAM dan Power Meter Digital. Setelah dari PIE rack
sinyal dikirim menuju TX NEC untuk kemudian sinyal – sinyal tersebut diolah
kemudian digabung kembali serta dikuatkan untuk kemudian dipancarkan melalui
antena pemancar, hingga sinyal tersebut dapat diterima pesawat – pesawat televisi
dirumah.
Pada stasiun relay Trans TV Semarang menggunakan pengolah suara
NICAM FACTUM NC 200A/S120 yang berfungsi untuk mengolah sinyal suara
secara digital. Selain mentransmisikan sinyal stereo, alat ini juga dapat
mentransmisikan dua sinyal mono sekaligus, sehingga dapat mendukung
program siaran dwi bahasa (bilingual).
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Pengesahan I .................................................................................. ii
Halaman Pengesahan II ................................................................................. iii
Kata Pengantar .............................................................................................. iv
Abstrak .......................................................................................................... v
Daftar isi ........................................................................................................ vi
Daftar Gambar .............................................................................................. ix
Daftar Tabel .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah......................................................................... 2
1.4 Metodologi ................................................................................ 2
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................ 3
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Trans TV .......................................................... 4
2.2 Struktur Organisasi .................................................................... 5
2.3 Sistem Siaran ............................................................................. 7
BAB III SISTEM TRANSMISI SIARAN TELEVISI
3.1 Dasar Sistem Siaran Televisi ..................................................... 8
3.2 Teknik Televisi ......................................................................... 9
3.2.1 Sinyal Video ............................................................................ 10
3.2.2 Sinyal Video Warna ................................................................ 12
3.3 Sistem Pemancar Televisi .......................................................... 14
3.3.1 Operasi Dasar Transmitter ....................................................... 14
3.3.2 Sistem Modulasi Pada Pemancar Televisi ............................... 16
3.3.2.1 Modulasi Video ..................................................................... 16
3.3.2.2 Modulasi Audio..................................................................... 19
3.4 Sistem Pemancar Pada Stasiun Transmisi Trans TV.................. 21
3.4.1 Pemancar NEC PCU\1120SSP/1 ............................................. 23
3.4.1.1 Exciter ................................................................................... 23
3.4.1.2 Penguat Daya ....................................................................... 24
BAB IV PENGOLAHAN SINYAL AUDIO
4.1 Pengolahan Sinyal Audio pada PIE............................................. 25
4.2 Pengolahan Sinyal Audio pada Exciter ....................................... 28
4.2.1 Prinsip Kerja Aural Modulator ................................................ 28
4.2.2 Prinsip Kerja IM Corrector ...................................................... 32
4.2.3 Prinsip Kerja Aural Mixer ....................................................... 32
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 34
5.2 Saran …………………………………....................................... 35
DAFTAR PUTAKA .................................................................................... 36
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Trans TV ............................................ 6
Gambar 3.1 Diagram Blok dasar sistem siaran ...................................... 8
Gambar 3.2 Prinsip Scanning (Pemayaran)............................................ 10
Gambar 3.3 Proses Scanning Interlaced ............................................... 11
Gambar 3.5 Analisis Sinyal Video Berwarna ........................................ 13
Gambar 3.6 Jenis Pemancar Menurut Operasinya
(a). High Level Modulation ................................................ 15
(b). IF Modulation Split ..................................................... 15
(c). IF Modulation Combined Carrier ............................... 16
Gambar 3.7 Modulasi Amplitudo (-) pada sinyal Video ....................... 17
Gambar 3.8 Modulasi Frekuensi ............................................................ 20
Gambar 3.9 Skema Pemancaran Siaran Televisi di Trans TV Semarang 22
Gambar 3.10 Blok Diagram Dari Exciter ................................................ 24
Gambar 4.1 Diagram Alir sinyal audio pada PIE................................... 26
Gambar 4.2 Diagram Blok dari Unit Aural Modulator.......................... 29
Gambar 4.3 Diagram Alir Sinyal Audio pada Exciter............................ 33
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Fungsi Input Dan Output Pada Sistem Aural Modulator ......... 31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Permintaan informasi yang aktual dan cepat serta hiburan yang menarik
menyebabkan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Televisi
merupakan salah satu teknologi yang memberikan informasi, pendidikan dan juga
hiburan. Oleh karena itu Televisi pun berkembang dengan pesat, baik dari segi
teknologi maupun dari segi bisnis.
Dari segi teknologi, televisi pertama kali ditemukan dan digunakan masih
berupa gambar yang diproduksi dalam warna hitam dan putih. Dengan adanya
kemajuan teknologi khususnya televisi, maka televisi pun mengalami perubahan
yang sangat berarti dari hitam putih menjadi berwarna dan sekarang bahkan
televisi sudah beranjak ke era digital. Salah satu teknologi baru yang digunakan
adalah sistem audio digital yaitu NICAM Stereo.
Dari segi bisnis, karena televisi merupakan suatu bisnis yang mempunyai
prospek yang menjanjikan maka di Indonesia berkembanglah siaran televisi
swasta salah satu stasiun televisi tersebut adalah PT. Televisi Transformasi
Indonesia ( Trans TV ) yang salah satu stasiun relay-nya terletak di Gombel
Semarang .
Atas dasar tersebut maka penulis akan mencoba menjelaskan tentang
Pengolahan Sinyal Audio yang ada di Trans TV Stasiun Relay Semarang.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dilaksanakannya Kerja Praktek di PT. Televisi
Transformasi Indonesia ( Trans TV ) Stasiun Relay Semarang ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami Sistem Pengolahan Sinyal Audio
pada Trans TV Stasiun Relay Semarang.
2. Untuk mengetahui dan memahami prinsip kerja dari Sistem
Pengolahan Sinyal Audio pada Trans TV Stasiun Relay Semarang.
1.3 BATASAN MASALAH
Agar ruang lingkup permasalahan lebih jelas serta mempermudah dalam
analisa, maka permasalahan hanya membahas sistem transmisi siaran televisi
secara umum dan Sistem Pengolahan Sinyal Audio yang termodulasi frekuensi
(FM).
1.4 METODOLOGI
Metode yang penulis gunakan adalah :
Metode Observasi
Pada metode ini penulis langsung mengadakan analisa di lapangan
sehingga dapat mengetahui seluk-beluk rangkaian dan karakteristik
dari rangkaian, dan penulis menganggap metode ini merupakan
metode yang paling tepat.
Metode wawancara
Pada metode ini penulis dapat mengetahui hal-hal yang kurang
dimengerti pada metode observasi dengan menanyakan secara
langsung kepada teknisi yang melakukan pengecekan maupun
kepada pimpinan apabila teknisi tidak dapat menjelaskan.
Metode study literatur
Pada metode ini penulis dapat mengetahui spesifikasi alat , cara
kerja maupun fungsi-fungsi dari tiap bagian. Dengan membaca
manual book yang ada di Trans TV.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
Laporan Kerja Praktek ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang
dilaksanakannya kegiatan , tujuan kerja praktek , batasan masalah
dan metodologi serta sistematika penulisan laporan .
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini dibahas mengenai sejarah singkat perusahaan,
Struktur organisasi dan sistem siaran .
BAB III SISTEM TRANSMISI SIARAN TELEVISI
Dalam bab ini dijelaskan tentang prinsip dasar televisi dan sistem
pentransmisian sinyal Video dan Audio di Stasiun Transmisi
Trans TV Semarang.
BAB IV SISTEM PENGOLAHAN SINYAL AUDIO
Di dalam bab ini dijelaskan tentang prinsip kerja dari system
pengolahan sinyal audio yang ada pada PT. Transformasi
Indonesia Unit transmisi Gombel Semarang dengan menjelaskan
proses dan peralatan yang berkaitan dengan pengolahan sinyal
audio tersebut.
BAB V PENUTUP
Di dalam bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapat dari
seluruh isi dari penulisan Laporan Kerja Praktek yang sudah
disusun. Bab ini juga memuat saran yang disampaikan penulis .
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 SEJARAH SINGKAT TRANS TV
PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV), berkedudukan di Jl.
Kapt. Tendean Kav. 12-14A, Jakarta Selatan didirikan dangan akte pendirian
perusahaan No. 3 tanggal 23 Desember 1998 Notaris Muhammad Ali Basiran,
S.H. dan akte perubahan No. 14 tanggal 6 September 1999 Notaris Nelly Elsye
Tahatama, S.H.
Trans TV didirikan oleh PT. Para Inti Investindo dengan direktur Chairul
Tanjung, dan PT. Para Rekan Investama berkedudukan di Jakarta. Trans TV
merupakan lembaga penyiaran televisi swasta dengan jangkauan siaran nasional
dan sifat siaran terbuka untuk umum. Pada awal pendiriannya Trans TV
memperoleh ijin penggunaan dari Menpen saluaran kanal 29 UHF untuk wilayah
Jabotabek, dimana penetapan saluran ini hanya bersifat sementara, kepastian
saluran yang dapat digunakan setelah dilakukan survey lapangan.
Maksud dan tujuan Trans TV adalah berusaha dalam bidang jasa
penyiaran televisi swasta. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut maka
dilakukan kegiatan usaha sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan siaran televisi.
b. Usaha lainnya, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
penyiaran.
Untuk menyelenggarakan siaran televisi maka Trans TV melakukan
pembangunan sarana dan prasarana studio penyiaran dan stasiun pemancar di
Jakarta dan beberapa daerah antara lain : Medan, Bandung, Yogyakarta, Semarang
dan Surabaya. Dan mulai Januari 2003 sedang dibangun pemancar stasiun relay di
13 kota di Indonesia. Dengan standar peralatan siaran televisi PAL B/G sesuai
rekomendasi International Telecommunication Union (ITU) dan sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh Dirjen Postel dan akan diuji sebelum peralatan beroperasi.
2.2 STRUKTUR ORGANISASI
PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) dipimpin oleh suatu
direksi yang terdiri dari seorang direktur atau lebih, jikalau diangkat lebih dari
seorang direktur, maka seorang diantaranya diangkat sebagai direktur utama.
Jajaran direksi di PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) per 1
Januari 2011 adalah:
a. Komisaris Utama : Chairul Tanjung
b. Komisaris : Drs. Ishadi SK, Msc.
c. Direktur Utama : Wishnutama
d.Direktur Operasional : Warnedy
e. Direktur Pemberitaan : Riza Primadi
f. Direktur Finansial : Dudi Hendrakusuma
Presiden DirekturIshadi SK
Ishadi SK
Human Capital Prog Comite Production
Latif HarnokoLatif Harnoko
Latif Harnoko
Legal Int Audit Dudy
Hendrakusuma
Dudy Hendrakusuma
News Direktur Ishadi SKdsdjkjkj
Ishadi SK
Operation Direktur
Wishnutama
Wishnutama
Programing Direktur Ishadi SK
Ishadi SK
FRM&HR Direktur Dudy
Hendrakusuma
Sales & Marketing Direktur
Nur W Sulistyowati
Nur W SulistyowatiIshadi SK
Production Wishnutama
Wishnutama
Divisi Fac & Tech Azuan Syahril
Azuan SyahrilDep Studio Fac Imam Martono
Imam Martono
Ka Dep Transmisi Wawan Julianto
Wawan Julianto
Maintenanc Rachmadi Makmur
Rachmadi Makmur
Network Coordinator Sulis Miftakhul
Dani Candra
Head Section Operation
Aris K
Aris K
KST Semarang MI Kusuma Wardhana
Agustinus IstiarjaOperator Security & OB
Operator Misbakhud
Misbakhud Z
Operator M Zufar Noor
M Zufar Noor
Operator Galuh T
Galuh
Operator Riyanto
Riyanto
Security SupriyadiSupriyadi
Security Prima
Prima N
Security Tjondro P
Tjondro P
Office Boy Paryono
Paryono
Struktur organisasi di Trans TV adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Trans TV
2.3 SISTEM SIARAN
Dalam melaksanakan operasi penyiarannya Trans TV yang merupakan
stasiun televisi yang menggunakan sistem studio terpadu dan menggunakan
sistem digital dalam proses typing serta menggunakan server dalam
pengoperasiannya sampai saat ini mempunyai 5 stasiun pemancar relay dan
sedang dibangun lagi 13 stasiun pemancar relay di dukung oleh satelit digital
“Telkom 1”.
Hampir semua pengolahan video dan audio dilaksanakan di studio di
Jakarta. Sedangkan stasiun daerah menerima video dan audio dari satelit yang
kemudian dipancarkan kembali melalui saluran kanal UHF. Pengiriman data juga
dilakukan dari satelit yang akan disimpan di server masing-masing daerah yang
pengembangannya digunakan untuk local content atau local break.
BAB III
SISTEM TRANSMISI SIARAN TELEVISI
3.1 DASAR SISTEM SIARAN TELEVISI
Sistem siaran televisi pada dasarnya merupakan proses pengiriman dan
penerimaan sinyal gambar dan suara. Siaran TV diawali dengan pengambilan
suara oleh mikropon, pemrosesan sinyal dan dipancarkan oleh pemancar. Pada
penerima, sinyal diterima oleh antena pesawat penerima sinyal ditangkap
kemudian audio dan video dibentuk kembali. Proses yang lebih detailnya dapat
diilustrasikan dengan diagram blok dibawah ini:
Gambar 3.1 Diagram blok dasar sistem siaran TV
Jadi pertama gambar di ambil oleh kamera, kamera mengubah energi sinar
dari suatu gambar yang bergerak alamiah dan terlihat oleh mata menjadi sinyal
elektronik. Selain itu sinyal elektronik dapat diperoleh dari VTR, dari mesin
telecine ataupun slade scanner. Sinyal elektronik ini diteruskan ke stasiun
pemancar televisi, dimana sinyal gambar dengan lebar frekuensi 0-5 MHz akan
memodulasi gelombang pembawa, dan sebagai hasilnya gelombang pembawa
berupa Amplitudo Modulation (AM) yang telah dimodulasi oleh sinyal gambar
tersebut diteruskan ke antena pemancar televisi untuk kemudian diradiasikan ke
semua arah sebagai sinyal siaran gambar.
Pada waktu yang sama, energi informasi suara dengan lebar frekuensi
20-20.000 Hz yang bersangkutan dengan gambar tersebut diatas diambil oleh
mikrofon untuk diubah menjadi sinyal elektronik yang kemudian diteruskan ke
pemancar televisi untuk memodulasi dengan gelombang pembawa yang terpisah.
Hasil dari gelombang pembawa yang telah termodulasi berupa Frekuensi
Modulasi (FM). Kemudian diteruskan ke antena pemancar televisi untuk
diradiasikan ke atmosfer bersamaan dengan gelombang pembawa yang telah
dimodulasi dengan sinyal gambar.
Dalam jarak tertentu dari antena pemancar televisi, sesuai dengan
kekuatan daya frekuensi yang diradiasikan, antena penerima televisi dapat
menerima gelombang yang telah dimodulasi kombinasi suara dan gambar tersebut
untuk diteruskan ke penerima televisi. Kemudian penerima televisi akan
memperkuat sinyal yang diterima, dan memisahkan komponen gambar dan
komponen suara setelah melalui proses demodulasi. Sinyal gambar yang telah
dimodulasikan kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda untuk diproduksi
kembali sedapat mungkin sesuai dengan gambar bergerak yang asli. Sementara
sinyal suara yang telah didemodulasikan dan diteruskan ke loudspeaker untuk
menghasilkan kembali sinyal suara asli.
3.2 TEKNIK TELEVISI
Sistem televisi di Indonesia (PAL) menggunakan 625 garis, Amerika
Serikat dengan NTSC-nya menggunakan 525 garis sedangkan Perancis dengan
SECAM menggunakan 819 garis.
Jelas disini bahwa televisi Perancis akan menghasilkan gambar yang
lebih baik (819 garis) dibandingkan dengan yang menggunakan 625 garis maupun
yang 525 garis. Tetapi karena statistik menunjukkan bahwa mata manusia tidak
dapat membedakan kualitas gambar antara sistem 625 garis dengan 525 garis serta
sistem 819 garis yang memerlukan bandwidth yang sangat lebar, maka Perancis
merubah sistemnya ke 725 garis per-frame.
3.2.1 SINYAL VIDEO
Sinyal video terbentuk dari proses scanning. Tata cara scanning dilakukan
sama seperti halnya kita menulis dan membaca huruf latin, yaitu dari sebelah kiri
atas bergeser ke kanan kemudian kembali lagi mulai dari kiri ke kanan untuk baris
berikut di bawahnya dan seterusnya sampai batas terbawah akan kembali ke atas
kiri lagi, begitu seterusnya dilakukan berulang kali.
Gambar 3.2 menggambarkan prinsip Scanning (pemayaran) dimana
berkas elektron dari ujung kiri atas menyapu melintas satu garis horisontal
meliputi semua elemen gambar pada garis tersebut yang digerakkan oleh
kumparan defleksi horisontal dengan arus gigi gergaji. Pada ujung tiap-tiap garis,
berkas kembali dengan cepat ke bagian kiri untuk memulai pemayaran garis
horisontal berikutnya. Waktu untuk kembali ini disebut pengulang jejak atau
flyback (retrace). Tidak ada informasi gambar yang dipayar selama pengulangan
jejak sebab pada periode ini, kamera dan tabung gambar dikosongkan. Jadi
pengulangan jejak harus cepat sekali karena mereka memboroskan waktu
berkenaan dengan informasi gambar.
Gambar 3.2. Prinsip Scanning (Pemayaran)
Bila berkas telah kembali ke sebelah kiri, posisi vertikalnya menurun
sehingga berkas tersebut memayar garis berikutnya ke bawah dan tidak
mengulangi garis yang sama. Ini dilakukan oleh gerak pemayaran vertikal oleh
kumparan defleksi vertikal, yang diberikan sebagai tambahan bagi pemayaran
horisontal.
Jumlah garis-garis scanning untuk sebuah gambar yang lengkap sudah
distandarkan dengan sistem PAL sejumlah 625 garis dan dibagi menjadi dua
medan (312,5 garis) atau yang disebut proses Scanning Interlaced ( Pemayaran
bersisipan ). Pada scanning interlaced, proses scanning dibagi menjadi 2. Pertama
dilakukan scanning untuk garis yang bernomor ganjil ( no. 1, 3, 5, …) sampai
dengan garis 625. Khusus untuk garis no 625 ini, setengah garis dilakukan
dibagian bawah raster dan sisanya dibagian atas raster. Setelah scanning untuk
nomor ganjil maka dilanjutkan dengan scanning nomor genap dengan terlebih
dahulu melalui proses Scanning Vertikal yaitu proses penarikan berkas elektron
kembali ke atas. Proses diatas dapat dilihat pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 Proses scanning interlaced
Laju medan sebesar 50 Hz merupakan frekuensi scanning vertikal. Ini
adalah laju kecepatan dimana berkas elektron menyelesaikan siklus gerak
vertikalnya dari bawah ke atas dan kembali lagi ke atas. Dengan demikian
rangkaian defleksi vertikal beroperasi pada 50 Hz dan waktu setiap siklus
scanning vertikal untuk setiap medan adalah 1/50 detik.
Karena waktu untuk satu medan adalah 1/50 detik dan mengandung
312,5 garis jumlah garis setiap detiknya 15.625 garis. Jadi untuk waktu scanning
setiap garis adalah 64 mikro detik.
Dari hasil proses scanning setiap garis maka didapatkan sinyal video.
Untuk memudahkan receiver dalam mendeteksi sinyal dan dalam penyusunan
kembali sinyal video maka diberikan Signal Sinkronisasi. Sesuai dengan standart
yang ada sinyal video mempunyai level tegangan 0,7 v dan sinyal sinkronisasi
(sync) 0,3 v.
3.2.2 SINYAL VIDEO WARNA
Dalam penyiaran televisi, sinyal yang dipancarkan harus dapat diterima
oleh televisi hitam putih (monochrome) dan televisi berwarna. Sinyal semacam ini
disebut sinyal kompetibel (compatible signal), yang dihasilkan oleh kamera TV
yang terdiri dari dua komponen :
Komponen luminan (luminance)
Komponen krominan (chrominance)
Sinyal luminan yang mengandung informasi kecerahan dihasilkan
dengan menggabungkan sinyal merah, hijau, biru dari tabung kamera tv dan pada
pengkodean, dengan perbandingan yang sesuai dengan kemampuan mata manusia
untuk melihat warna putih. Perbandingan tersebut adalah 30% merah, 59% hijau,
dan 11% biru. Sinyal luminan umumnya dilambangkan dengan Y, dan dapat
dinyatakan oleh persamaan :
Y = 0,3 R + 0,59 G + 0,11 B
Artinya, penerima TV hitam putih dapat dipakai untuk menerima sinyal
tv berwarna dengan keluaran berupa gambar hitam putih.
Sinyal krominan yang merupakan sinyal informasi tambahan mengenai
warna yang diletakkan pada pita frekuensi kanal yang dihasilkan dengan
memodulasikan sinyal-sinyal pembawa dengan sinyal luminan. Sinyal krominan
memodulasikan sinyal sub pembawa yang ada di pemancar ditekan. Frekuensi sub
pembawa berkisar pada 4,43 MHz, dan lebar pita frekuensi yang dihasilkan oleh
sinyal krominan itu sendiri diperoleh melalui cara khusus dengan menggunakan
sinyal selisih warna yaitu :
Merah dikurangi luminan (R-Y)
Hijau dikurangi luminan (G-Y)
Biru dikurangi luminan (B-Y)
Dengan memodulasikan gelombang sub pembawa dengan dua dari tiga
sinyal selisih warna atas, maka sinyal ketiga dapat diambil oleh pengkodean balik
dipenerima. Untuk menyelaraskan pengkodean balik dengan gelombang sub
pembawa yang ditekan agar memodulasi dapat dilakukan, perlu ditransmisikan
beberapa siklus frekuensi sub pembawa pada saat-saat tertentu. Sinyal ini disebut
sebagai sinyal color burst seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5. Sinyal ini
ditransmisikan banyak kira-kira 10 siklus periode serambi belakang pulsa
penyelarasan garis.
Pada penerima TV berwarna terdapat senapan elektron yang terpisah
untuk masing-masing warna. Senapan ini, meskipun dinamakan senapan merah,
hijau dan biru semua akan memancarkan elektron yang sama. Perbedaannya
terletak pada permukaan sebelah dalam tabung yang dilapisi oleh bahan fosfor
khusus. Pola fosfor tersebut dibentuk dengan teliti sehingga berkesan elektron dari
senapan merah selalu terfokus untuk menumbuk yang akan menyala merah jika
terkena elektron. Elektron hijau akan menumbuk bintik hijau, demikian pula
untuk menghasilkan warna biru. Mata manusia akan menggabungkan ketiga
warna tersebut secara bersama-sama sehingga membentuk warna tertentu. Sebagai
contoh jika ketiganya muncul pada bintik yang berdekatan pada perbandingan
yang benar maka daerah tersebut akan tampak putih.
Gambar 3.4 Analisis sinyal video berwarna
3.3 SISTEM PEMANCAR TELEVISI
Pemancar televisi adalah peralatan yang berguna untuk memancarkan
sinyal RF (Radio Frekuensi) yang terdiri dari sinyak audio dan video yang diubah
menjadi gelombang elektromagnetik di udara dan langsung diterima oleh pesawat
penerima televisi.
Menurut tipe daerah frequensi gelombang pembawanya sitem pemancar
TV dibagi menjadi :
Pemancar VHF yaitu pemancar dengan frequensi gelombang
pembawa berada pada frequensi sangat tinggi. Pemancar VHF dibagi
menjadi beberapa saluran frequensi (Frequensi Chanel). Saluran VHF
dimulai dari chanel 2-13 dan saluran ini digunakan TVRI.
Pemancar UHF , pemancar ini juga dibagi menjadi beberapa saluran ,
dimana saluran UHF merupakan sisa saluran VHF. Saluran UHF
dimulai dari chanel 14-83. Trans TV Semarang memancarkan
siarannya pada gelombang UHF pada chanel 29.
Pemancar Mikrowave , jaringan ini umumnya digunakan untuk
komunikasi dengan unit siaran yang ada dilapangan atau diluar studio
untuk meliput suatu acara yang harus dipancarkan langsung pada saat
itu juga. Jaringan microwave ini digunakan dengan pertimbangan
power yang digunakan kecil , sehingga tidak memerlukan peralatan
yang berukuran besar. Akan tetapi karena sifat gelombang mikro ini
adalah “ line of sight “ maka jika digunakan untuk tempat yang tidak
datar (pegunungan) maka diperlukan repeater.
3.3.1 OPERASI DASAR TRANSMITTER
Menurut operasinya transmitter ( pemancar ) dibagi menjadi 3 yaitu :
High Level Modulation
Pada jenis ini sistem modulasi terjadi pada tingkat akhir yaitu antara
Frekuensi Channel (FC) termodulasi sinyal video dan fc termodulasi
sinyal audio dan dikombinasikan di diplexer.
IF Modulation Split Carrier
Pada jenis ini sistem modulasi terjadi pada tingkat Intermediate
Frequency (IF). IF Video dan IF Audio diperkuat secara terpisah dan
kemudian dikombinasikan di diplexer.
IF Modulation Combined Carrier
Pada jenis ini sistem modulasi terjadi pada tingkat IF, dan hasil dari
penggabungan video IF dan Audio IF diteruskan ke mixer untuk
mendapatkan Frekuensi Channel (FC). Lalu diperkuat secara bersama
dalam satu amplifier / penguat untuk ditransmisikan.
Gambar ( a )
Gambar ( b )
Gambar ( c )
Gambar 3.6 Jenis Pemancar menurut operasinya
(a) . High Level Modulation
(b) . IF Modulation Split Carrier
(c) . IF Modulation Combined Carrier
3.3.2 SISTEM MODULASI PADA PEMANCAR TELEVISI
Sistem modulasi pada pemancar televisi dibagi menjadi 2 yaitu modulasi
video dan modulasi audio.
3.3.2.1 MODULASI VIDEO
Pada sub bab sebelumnya sudah disinggung mengenai sinyal Video.
Sistem modulasi pada sinyal video menggunakan MODULASI AMPLITUDO .
Berbeda dengan sistem modulasi amplitudo pada sinyal suara, modulasi
amplitudo pada sinyal video menggunakan sistem Modulasi Amplitudo
Negatif ( - ).
Gambar 3.7 Modulasi Amplitudo ( - ) pada sinyal video
Modulasi Amplitudo (-) dipilih karena:
1. Pada AM (-) level tertinggi dari sinyal termodulasi adalah level sync,
sehingga level tertingginya konstan dan dayanya pun bisa
dipertahankan konstan.
2. Daya pada AM (-) 50 % lebih kecil dari pada AM (+).
Perhitungan Modulasi Amplitudo adalah sebagai berikut dengan sinus
sebagai sinyal informasinya :
Persamaan untuk sinyal Carrier ( pembawa ) :
e = Ecmakssin (ωc t+θ )
………..………. ( 1 )
Persamaan untuk sinyal informasinya adalah:
Em = Em maks sin m t…………………………. ( 2 )
dimana ωm = 2πf c
Bila suatu gelombang pembawa dimodulasi amplitudo, maka amplitudo
bentuk gelombang tegangan pembawa dibuat berubah sebanding dengan tegangan
yang memodulasi sehingga :
ec = ( Ec maks
+em ) sin ωc t ……………… ( 3 )
Puncak – puncak dari siklus pembawa dapat dihubungkan sehingga
membentuk sebuah gelombang selubung ( envelope ) yang diberikan dengan
persamaan :
eenv = Ecmaks+em ………………………….. (4 )
Dengan menggantikan em dari persamaan (2) ke dalam persamaan (4) dan
eenv dari persamaan (4) ke dalam persamaan (3) maka tegangan sinyal yang
dimodulasi menjadi
e = eenv sin ωc t
= ( Ecmaks+Em
makssin ωmt ) sin ωc t
… (5)
Suatu ukuran modulasi yang berguna ialah indeks modulasi m, yang
didefinisikan sebagai :
m =Emmaks
Ecmaks ……………………………………… (6)
Sehingga persamaan (5) dapat juga ditulis :
e = Ecmaks( 1+ m sin ωm t ) sin ωc t
……….. (7)
Sedangkan untuk perhitungan daya nya adalah :
PT = Pc( 1 + m2
2)
dim ana : Pc =Ec
2
R …………………………………. (8)
Dan Bandwidt untuk AM adalah :
Bw AM = 2 Fs ……………………………………… (9)
Fs = Frekuensi sinyal informasi
3.4.1.1 MODULASI AUDIO
Pada pemancar Televisi saat ini Modulasi Audio tidak hanya modulasi
analog tetapi juga telah menggunakan modulasi digital. Modulasi audio pada
pemancar televisi awalnya menggunakan FM ( Frequency Modulation ) tetapi
setelah adanya sistem audio NICAM maka pada pemancar televisi menggunakan
FM dan NICAM dimana pada sistem NICAM modulasinya sudah digital yaitu
QPSK ( Quadratur Phase Shift Keying ). Di sini kita hanya membahas FM
Modulasi.
FM Modulasi
Pada sistem Modulasi ini sinyal informasi digunakan untuk mengubah
frekuensi pada sinyal pembawa. Misal sinyal informasi kita misalkan dengan
persamaan:
em = Emmakssin ωm t
……………………………………… (1)
Perubahan pada frekuensi pembawa adalah k em dimana k dikenal sebagai
konstanta deviasi frekuensi , maka frekuensi pembawa sesaatnya adalah :
f i = f c + k em …………………………………………………... (2)
Dari persamaan (1) dan (2) frekuensi sesaatnya didapat :
f i = f c + k Emmakssin ωmt
………………………………………. (3)
Deviasi frekuensi puncak dari sinyal didefinisikan sebagai :
Δf = k Em maks …………………………………………………. (4)
sehingga :
f i = f c + Δf sin ωm t …………………………………………... (5)
Gambar 3.8 Modulasi Frekuensi
Sedangkan persamaan untuk sinyal pembawanya adalah :
ec = Ec maks
sin (ωc+φ ) ………………………………… (6)
Persamaan sinyal yang telah dimodulasi frekuensi adalah :
e = sin (ωc t − Δff m
cosωmt ) …………………………… (7)
Indeks modulasi pada modulasi frekuensi adalah :
mf = Δff m …………………………………………………….. (8)
Persamaam (7) dapat menjadi
e = sin (ωc t − m f cos ωm t )
………………………….. (9)
Bandwidth untuk FM adalah
BFM = 2 ( mf + 1 ) f m …………………………………………. (10)
3.4 SISTEM PEMANCAR PADA STASIUN TRANSMISI TRANS TV
Stasiun pemancar Trans TV Semarang merupakan stasiun relay siaran
yang berpusat di Jakarta. Dimana siaran dari Jakarta dikirim melalui satelit dalam
hal ini Trans TV menggunakan satelit TELKOM 1 yang kemudian diterima
kembali oleh stasiun-stasiun di daerah melalui satelit receiver dengan parameter :
Frekuensi : 4084 Mhz
Polarisasi : Horizontal
Symbol Rate : 60.000 hsym/s
FEC code rate : ¾
LNB freq : 05150
Setelah diterima melalui satelit receiver sinyal video dan audio dikirim ke
PIM (Program Input and Monitoring Equipment) pada bagian ini sinyal baik dari
input satelit receiver maupun output dari pemancar dapat dimonitoring.
Setelah melalui PIM Rack sinyal video langsung dikirim ke pemancar,
Trans TV semarang menggunakan pemancar NEC type PCU – 1120SSP/1 yang
menggunakan penguat Solid State.
Untuk sinyal Audio, pada siaran biasa sinyal audio FM langsung
diinputkan ke pemancar, dan untuk siaran bilingual, sinyal dari satelit receiver
signal audio di inputkan ke NICAM Encoder terlebih dahulu sebelum di inputkan
ke pemancar. NICAM Encoder yang digunakan di stasiun relay Trans TV
Semarang adalah NICAM Encoder tipe NC200A/S120 produk dari FACTUM
ELEKTRONIK AB.
Skema dari pemancaran siaran televisi pada Trans TV Semarang dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.9 Skema Pemancaran Siaran Televisi di Trans TV Semarang
3.4.1 PEMANCAR NEC PCU-1120SSP/1
Pada garis besarnya pemancar NEC PCU-1120SSP/1 dibagi menjadi dua
bagian besar. Yang pertama adalah EXCITER, pada blok ini sinyal Video dan
Audio diperbaiki kualitasnya dan kemudian dimodulasi pada tingkat IF setelah itu
sinyal Video dan Audio di MIXER sampai pada frekuensi Channel yang
diinginkan.
Bagian yang kedua adalah Penguat Daya atau TRPA unit. Pada unit ini
sinyal yang telah dimodulasi pada frekuensi channel dikuatkan sampai dengan
daya yang diinginkan. Barulah setelah melalui kedua proses tersebut sinyal
dipancarkan melalui antena.
3.4.1.1 Exciter
Pada pemancar NEC PCU-1120SSP/1 mempunyai 2 blok EXCITER yang
sama, yaitu EXCITER A dan EXCITER B yang dioperasikan secara bergantian.
HPB-3090 UHF TV Exciter Chassis tersusun oleh beberapa blok antara lain :
HPB-3101 Aural Modulator
HPB-3112B IM Corrector
HPB-3102 AD - DA Unit
HPB-3103C DVC Unit
HPB-3104 Visual Modulator Unit
HPB-3105B IF Corrector Unit
HPB-3107 UHF Mixer Unit
HPB-3108B Synthesizer Unit
HPB-3109 Power Supply
Skema dari Exciter dapat dilihat pada gambar berikut ini:
audio in
Auraloutput
VIDEO IN
FEEDBACK IN
AURALMODULATOR
IM CORRECTOR
AURAL MIXER
DIGITAL VIDEO COMPENSATOR
VISUALMODULATOR
IFCORRECTOR
VISUAL MIXER
A/D, D/ACONVERTER
INPUT MONITOR
VIDEO MONITOR
V MOD MONITOR V OUTPUT
MONITOR
V AGC INPUT
REF in
V IF output
10Mhz output
A OUTPUTMONITOR
A AGCINPUT
A MODMONITOR
600
75
NICAM in
SYNTHESIZER
VISUAL
OUTPUT
Gambar 3.10 Blok diagram dari Exciter
3.4.1.2 Penguat Daya
Penguat Daya yang digunakan adalah V1000GUII, yang merupakan
penguat daya transisitor RF wideband. Output Maximum untuk Visual dapat
mencapai 1000 W. Penguatan pada unit ini dapat mencapai 53 dB tergantung dari
input yang diberikan. Untuk Penguat Aural Output maximumnya mencapai
600W, penguatan pada unit ini mencapai 51 dB.
BAB IV
PENGOLAHAN SINYAL AUDIO
Sistem transmisi siaran televisi dengan menggunakan stasiun relay
mempunyai prinsip dasar menerima sinyal transmisi dari satelit kemudian
memancarkannya kembali agar bisa diterima oleh konsumen.Oleh karena itu
diperlukan piranti penerima (receiver) dan pemancar (transmitter) pada stasiun
relay. Pada stasiun relay terjadi komunikasi dengan sumber yang berupa sinyal
video dan sinyal audio yang diterima oleh receiver, dan tujuan akhir dari proses
ini adalah pemancaran kembali sinyal siaran tersebut agar dapat diterima oleh
konsumen. Pengolahan sinyal audio dan video pada stasiun relay mutlak
diperlukan agar gambar dan suara yang dihasilkan dapat diterima jelas oleh
konsumen.
4.1 Pengolahan Sinyal Audio pada PIE
Masukan sinyal audio yang berasal dari receiver adalah sinyal audio stereo
yang tersusun tersusun atas sinyal audio kiri (Left/L) dan sinyal audio kanan
(Right/R). Urutan proses yang dilakukan piranti-piranti dalam PIE terhadap sinyal
audio membentuk aliran tersendiri. Aliran sinyal audio pada PIE ini membentuk
dua jalur utama sesuai fungsi utama PIE. Kedua jalur utama itu adalah jalur
sumber siaran serta jalur monitoring. Jalur sumber siaran ditandai dengan ujung
akhirnya bermuara pada transmitter. Sedangkan jalur monitoring ujung akhirnya
menuju ke piranti pengukuran sinyal audio. Guna pemahaman lebih lanjut tentang
aliran sinyal audio pada PIE dapat ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.1 Diagram Alir sinyal audio pada PIE
Pada aliran sinyal audio ini dibutuhkan lima buah ADA(Audio
Distribution Amplifier).ADA berfungsi untuk mendistribusikan dan menguatkan
sinyal audio dari receiever ke bagian-bagian PIE audioflow serta menjaga agar
parameter-parameter sinyal audio yang diterima tidak mengalami perubahan saat
akan dikirim ke transmitter.
ADA1 mendistribusikan masukan sinyal audio dari receiver ke blok
program switch dan blok Audio Breakout Panel. Program Switch berfungsi untuk
memilih siaran yang akan diteruskan ke transmitter,apakah siaran utama dari
stasiun pusat atau siaran local yang berasal dari server.
Sinyal siaran local dari server akan didistribusikan oleh ADA2 ke program
switch dan blok Audio Breakout Panel. Siaran lokal dari server diaktifkan apabila
memang ada jatah siaran lokal atau siaran dari stasiun pusat terganggu .
Masukan ADA3 merupakan sinyal audio pengujian hasil pembangkitan
Audio Test Generator,akan tetapi ADA3 tidak dioperasikan sehingga sinyal audio
pengujian langsung diumpankan ke Audio Breakout Panel. ADA4 membagi tiga
keluaran dari program switch yang masing-masing menuju ke NICAM, Mixing
Amplifier,dan Audio Breakout Panel. Pada program acara dengan satu
bahasa,sinyal audio yang diumpankan ke transmitter berasal dari Mixing
Amplifier. Mixing Amplifier berfungsi mencampur sinyal audio kiri dan kanan
menjadi satu paket guna diumpankan ke transmitter. Sedangkan pada program
acara dwibahasa (bilingual), mode dual mono pada piranti NICAM harus
diaktifkan guna menyelaraskan siaran dwibahasa tersebut,dimana sinyal audio
keluaran dari NICAM inilah yang akan diumpankan ke transmitter.
NICAM adalah suatu system audio transmisi digital pada TV Broadcast
yang digunakan untuk mrmperbaiki kualitas sinyal audio,selain itu juga unutk
mendukung siaran dwibahasa (bilingual). Program acara dwibahasa biasanya
merupakan program asing yang telah disulihbahasakan ke dalam bahasa
Indonesia. Dalam pentransmisian program ini digunakan system audio dual mono
dimana satu saluran diisi oleh sinyal audio bahasa asli dan yang satunya lagi
untuk sinyal audio sulih bahasa. Pada saat program dwibahasa berlangsung piranti
NICAM ini harus diaktifkan. Dan fasilitas ini hanya dapat dinikmati oleh
konsumen yang mempunyai pesawat penerima televisi dengan piranti pendukung
NICAM decoder siaran dwibahasa. Untuk monitoring terhadap sinyal audio
terdapat blok Audio Breakout Panel. Blok ini merupakan pemilih sinyal audio
mana yang akan dimonitoring dan diukur melalui piranti pengukuran. Terdapat
lima pilihan sinyal,yaitu:
1. Sinyal audio dari satellite receiver.
2. Sinyal audio dari server.
3. Sinyal audio dari keluaran program switch yang akan diumpankan ke
transmitter.
4. Sinyal audio dari demodulator.
5. sinyal audio pengujian yang berasal dari Audio Test Generator.
Keluaran dari Audio Breakout Panel yang merupakan hasil pilihan sinyal
audio mana yang akan dipantau ,dan oleh ADA5 akan didistribusikan menjadi dua
sinyal menuju ke piranti pengukuran. Piranti pengukuran untuk sinyal audio yang
terdapat pada PIE adalah VU (Volume Unit) meter dan Audio Monitor (speaker).
4.2 Pengolahan Sinyal Audio pada Exciter
Sinyal audio yang telah melalui proses monitoring akan ditransmisikan ke
transmitter.Pada transmitter terdapat unit Exciter yang berfungsi untuk
memproses kembali sinyal audio dan video. Pada unit Exciter ini ,bagian yang
berperan dalam proses pengolahan sinyal audio yaitu Aural modulator,
Synthesizer, IM Corrector, dan Aural mixer.
Pada receiver, sinyal audio hasil keluaran NICAM dan Mixing Amplifier
akan masuk menuju Aural modulator, di dalam Aural modulator sinyal audio
pada frekuensi baseband akan dimodulasi pada tingkat IF,dimana pada proses
modulasi ini unit Synthesizer berperan untuk membangkitkan sinyal pembawa
untuk dimodulasi dengan sinyal audio hasil keluaran receiver.
4.2.1 Prinsip kerja aural modulator
Aural modulator mempunyai sirkuit audio input untuk transformasi
seimbang ke tidak seimbang, pre-emphasis dan amplifikasi. Frekuensi modulasi
dan control tegangan IF sirkuit ditempatkan di tengah kanan dekat dengan bagian
pelindung. Modul A IF menghasilkan sinyal frekuensi A IF dikunci dengan sinyal
yang ditunjukkan melalui sirkuit PLL dan synthesizer HPB-3108.
Frekuensi modulasi dikeluarkan dengan menerapkan sinyal audio tersebut
pada Varicab dioda. Frekuensi pusat dari oscillator diatur sirkuit Automatic Phase
Control (APC) yang berfungsi untuk menyamakan fase antara sinyal audio dan
video.
Keluaran dari frekuensi termodulasi dibagi menjadi dua bagian , sebagian
untuk sirkuit APC dan yang lain untuk unit output yang digunakan untuk
monitoring, deteksi nilai gelombang dan mengatur devisai.
Diagram bloknya dapat dilihat pada gambar di bawah :
Gambar 4.2 Diagram Blok dari Unit Aural modulator
IC digunakan untuk APC kecuali frekuensi referensi dan frekuensi sinyal
oscillator, dan keluarannya sinyal control phase yang diumpan balikkan ke
pengontrol tegangan oscillator IF. Audio input dari 600 ohm balance line dipasang
pada CN101-16A dan CN1012-16C, kemudian melewati IC101-2 dan IC101-3
dimana pre-emphasis 50 mikro sekon dikeluarkan dan input balanced
ditransformasikan ke unbalanced output. Untuk memindahkan pre-
emphasis,saklar PRE_EMP S101 diposisikan Off, pre-emphasis “off normal loop”
dikeluarkan melalui jack CN101-18A.
Apabila pre-emphasis 75 mikro sekon diperlukan,kapasitor C110
seharusnya digunakan jumper konektor pada JP101 untuk 75 mikro sekon. Audio
output yang lain untuk 75 ohm unbalanced line digunakan pada CN101-2
kemudian dikuatkan oleh IC1-1 melalui input nonverting dari audio amplifier IC3.
Frekuensi termodulasi keluaran dari modul FM OSC didistribusikan ke
sirkuit APC yang berisi frekuensi divider 1/32 dalam IC6 dan 1/256 dalam
IC302.Divisi indeks dari nilai ini digunakan untuk mengurangi indeks modulasi
yang cukup membatasi fasa gelombang deviasi.
Kedua frekuensi dari sinyal referensi dari sinyal referensi dari sinyal
termodulasi diarahkan ke aliran detector yag berada dalam sirkuit yang
digabungkan IC302 dimanaperbedaan antara dua freukensi sumber dapat
terdeteksi dan dikontrol. Sinyal control melewati filter fase loop tertutup yang
terdiri dari resistor R306 dan kapasitor C309 kemudian dibiasbalikkan ke modul
FM oscillator. IC302 menjadi pendeteksi kesalahan pada pin 28 pada detector
kesalahan APC IC305 dan 306 dihubungkan. Keadaan ini merubah detector ini
menjadi tenaga pada relay RL301.
Frekuensi termodulasi keluaran dari modul FM oscillator kemudian
didistribusikan ke output level ATT401, IC401, IC402, dan low pass filter VL401
dan VL402. IC401 dan IC402 dapat digantikan oleh relay RL301 yang diaktifkan
apabila terjadi kesalahn pada APC. Sinyal melalui low pass filter kemudian
didistribusikan ke empat keluaran, yaitu keluaran CN101-5,monitor J401,dan
Deviasi CN101-12A.
DET VOLT merupakan detector tegangan akhir pada unit keluaran. DET
VOLT disamakan dengan tegangan DC preset untuk mendeteksi kesalahan pada
keluaran. Apabila kesalahan terdeteksi, informasi ini meyebabkan saklar antara
CN101-10C dengan potensial ground terhubung sehingga LED D513 akan
menyala.
Keluaran deviasi CN1011-12A digunakan untuk pengukur deviasi pada
EL display. Sejumlah frekuensi deviasi di deteksi oleh sirkuit detector slope.
Sirkuit ini terdiri dari dua resonan sirkuit VL523-C523,C522,VL522-C525,C524
dengan dua dioda D521 dan D522. Sirkuit resonan dipasang pada posisi frekuensi
yang berbeda ,satu diatas frekuensi pusat IF VCO, dan yang lain dibawahnya.
Dimana frekuensi IF adalah 41,25, JP702 1-2,JP702 2-3, dan JP703 2-3 harus
dililit.
Tabel 4.1 Fungsi Input Dan Output Pada Sistem Aural Modulator
Bagian nomor Nama Fungsi
CN101-16A
CN101-16C
Masukan audio 600 ohm Masukan audio (600 ohm seimbang)
CN 101-2 Masukan audio 2 (75 ohm) Kombinasi masukan audio (75 ohm
tak seimbang)
CN 101-31 10 MHz REF input Input REF 10 MHz
CN 101-25 Output Keluaran IF
J401 Monitor Monitor keluaran IF
CN 101-5 NICAM SH Audio input NICAM
CN 101-12A Deviasi Pengukur deviasi output
CN 101-10C Kesalahan output Pemberitahu kesalahan
CN 101-18A Pre-emphasis alrm Pre-emphasis keadaan off
CN 101-12A,B,C +12 V +12 V power supply
CN 101-22A,B,C -12 V -12V power supply
Keluaran sinyal audio dari Aural modulator akan masuk menuju Aural
monitor dan IM Corrector.
4.2.2 Prinsip kerja IM corrector
IM Corrector berperan sebagai pengkoreksi distorsi linear yang timbul
pada tingkat power amlplifier. Pada IM Corrector terdapat input AGC (Automatic
Gain Control),dimana AGC berfungsi untuk mngatur kuat sinyal yang diterima
oleh RF ataupun oleh IF untuk mencegah kelebihan beban (over loading) dan
distorsi yang disebabkan oleh kelebihan beban tersebut. AGC memperoleh
perubahan sinyal bias sesuai dengan kekuatan sinyal yang diterima secara rata-
rata dan menggunakan bias ini untuk mengubah penguatan tahap IF dan tahap RF.
Apabila arus sinyal rata-rata meningkat ,maka ukuran bias AGC juga meningkat,
dan penguatan tahap kontrol berkurang. Jika tidak ada sinyal maka bias AGC
minimum,dan amplifier menghasilkan penguatan maksimum.
Setelah sinyal melewati proses koreksi di IM Corrector, sinyal audio IF
akan diarahkan menuju Aural Mixer untuk diubah ke sinyal RF sebelum
dipancarkan.
4.2.2 Prinsip kerja Aural Mixer
Aural Mixer digunakan untuk mencampur sinyal yang datang dari filter
dengan sinyal yang berasal dari oscillator local sehingga dihasilkan sinyal RF
(sinyal pancar).
Keluaran dari Aural Mixer akan menuju monitor dan penguat,dan setelah
melalui proses penguatan, sinyal akan dipancarkan oleh Antena. Guna
pemahaman lebih lanjut tentang aliran sinyal audio pada Exciter dapat
ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 4.3 Diagram Alir Sinyal Audio pada Exciter
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dalam uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pengolahan sinyal audio pada stasiun relay terjadi pada piranti
penerima (receiver) dan pemancar (transmitter).
2. Pada piranti penerima,pengolahan sinyal audio terjadi pada PIE (Program
Input Monitoring),sedangkan pada piranti pemancar pengolahan sinyal audio
terjadi pada Exciter.
3. Piranti yang berperan untuk pengolahan sinyal audio pada PIE antara lain
Audio Distribution Amplifier,NICAM, Power Switch, Mixing Amplifier, dan
Audio Breakout Panel. Piranti yang berperan untuk pengolahan sinyal audio
pada Exciter antara lain Aural Modulator, IM Corrector, dan Aural Mixer.
4. Audio Distribution Amplifier (ADA) berfungsi untuk mendistribusikan sinyal
audio yang diterima oleh receiver ke piranti-piranti yang lain dalam sistem
PIE Rack,selain mendistribusikan piranti ini juga melakukan proses
standarisasi sinyal.
5. Power Switch berfungsi untuk memilih siaran yang akan diteruskan ke
transmitter, apakah siaran utama dari stasiun pusat atau siaran lokal yang
berasal dari server.
6. NICAM berfungsi untuk memperbaiki kualitas sinyal audio, dan berperan
sebagai piranti tambahan untuk medukung program siaran dwibahasa
(bilingual).
7. Mixing Amplifier berfungsi untuk mencampur sinyal audio kiri dan kanan
menjadi satu paket guna diumpankan ke transmitter.
8. Audio Breakout Panel berfungsi untuk memilih sinyal audio mana yang akan
dimonitoring dan diukur melalui piranti pengukuran.
9. Aural Modulator berfungsi untuk memodulasi sinyal audio pada tingkat IF.
10. IM Corrector berperan sebagai pengkoreksi distorsi linear yang timbul pada
tingkat power amplifier.
11. Pada Aural Mixer terjadi proses perubahan sinyal IF Audio ke tingkat RF
sebelum dikuatkan dan dipancarkan oleh antena.
5.2. Saran-saran
1. Pencatatan keluaran parameter-parameter exciter yang tertera pada tampilan di
exciter masih dilakukan secara manual, hal ini memunginkan adanya
kesalahan yang dilakukan oleh manusia, akan lebih baik jika dilakukan secara
otomatis karena lebih efisien dan lebih akurat.
2. Peningkatan peralatan-peralatan pendukung seperti monitor bentuk gelombang
(waveform monitor) sangat diperlukan sehingga dapat diketahui apakah sinyal
video yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar yang ditentukan atau
belum.
DAFTAR PUSTAKA
1. PCU-1120SSP/1 20 KW UHF TV TRANSMITTER Instruction Manual Vol.I,
NEC Corporation Tokyo Japan.
2. PCU-1120SSP/1 20 KW UHF TV TRANSMITTER Instruction Manual Vol.II,
NEC Corporation Tokyo Japan.
3. Roddy Dennis & John Coolen.1995. Electronic Communication, Fourth
Edition,Prentice Hall Inc.
4. Freeman, Roger L.1996. Telecomunication System Engineering. John Willey &
Sons Inc.
5. http://bebasindo.wordpress.com/2011/03/30/standar-televisi-pal-vs-ntsc.