laporan kasus mioma opik

29
BAB I PENDAHULUAN Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis. (1,3) Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. (2,3) Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam 1

Upload: taufik-abidin

Post on 07-Jun-2015

5.438 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Mioma Opik

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga

disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu

keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala

yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis.(1,3)

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai

sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum

pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira

10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari

seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita

ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun

(kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita

yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini

dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik

menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya

hamil 1 kali.(2,3)

Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai

tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim. Bentuk tumor

bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal

dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma

tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus

dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang

dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang

baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan

keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar.(4)

Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 42 tahun dengan diagnosa mioma

uteri, yang selanjutnya ditatalaksana untuk laparotomi dengan Total Abdominal Histerektomi

(TAH). Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan ini sudah tepat

dan sesuai dengan literatur.

1

Page 2: Laporan Kasus Mioma Opik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat

kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.

Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine

fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan

keganasan.(1,5,6)

2.2. Epidemiologi

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun

mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.

Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia

mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang

dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang

lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang

sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini

dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik

menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau

hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,

kegemukan dan nullipara.(2,3)

2.3. Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga

merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor

monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.

Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa

faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : (3)

1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan

sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering

memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

2

Page 3: Laporan Kasus Mioma Opik

2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,

tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri

atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua

keadaan ini saling mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,

angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini

tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan

pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang

setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

2.4. Patofisiologi

Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan

satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus

atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel

embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen

yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian

menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)

(q15;q24).

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan

Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor

fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek

fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster.

Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat

mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan

dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat

bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-

like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan

munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada

miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti

masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah

menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang

berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini. (3)

3

Page 4: Laporan Kasus Mioma Opik

2.5. Klasifikasi mioma uteri

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.(3)

1. Lokasi

Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.

Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus

urinarius.

Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa

gejala.

2. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

Mioma Uteri Submukosa

Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian

dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan

dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan

memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan

dengan kanker serviks.

Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting

dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural

walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak

berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan

keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga

sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,

dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.

Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut

sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga

peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium

di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke

omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan

terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum.

Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

Mioma Uteri Intramural

4

Page 5: Laporan Kasus Mioma Opik

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih

kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus

berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak

memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa

tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma

subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat

besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).

Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada

potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan.

Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor

mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi

menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara

histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk

pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis,

kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos

cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri

dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh

karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi

secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau

transformasi maligna.

2.6. Gejala klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan

ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada

tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor,

perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut : (6)

1) Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menoragia dan

dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara

lain adalah :

- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno

karsinoma endometrium.

- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.

- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

5

Page 6: Laporan Kasus Mioma Opik

- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara

serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya

dengan baik.

2) Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi

darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran

mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis

servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.

3) Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung

kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter

dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi

dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan

edema tungkai dan nyeri panggul.

4) Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis

tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena

distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas

sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan

suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

2.7. Diagnosis

1. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko

serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan

pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas,

tidak sakit.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan

uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang

6

Page 7: Laporan Kasus Mioma Opik

perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.

Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.

b. Imaging

1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada

uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen

bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.

2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke

arah kavum uteri pada pasien infertil.

3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,

namun biaya pemeriksaan lebih mahal.

2.8. Diagnosis banding

1. Adenomiosis (7)

2. Neoplasma ovarium

3. Kehamilan

2.9. Penatalaksanaan

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri

tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya

mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang

diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas

penanganan konservatif dan operatif. (3)

Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause

tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut : (3)

- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.

- Pemberian tablet Fe untuk mencegah anemia dan pemberian NSAID untuk

pengobatan nyeri.

Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah

pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan

misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.

Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.

Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan

akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang

umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam.

7

Page 8: Laporan Kasus Mioma Opik

Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada

perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur

pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan

timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila

terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.(6)

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri. (5)

2.10. Komplikasi

Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.

Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder

tersebut antara lain : (6)

Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi

kecil.

Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.

Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian

besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu

kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari

mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi

8

Besar < 14 mgg Besar > 14 mgg

Tanpa keluhan Dengan keluhan

Konservatif Operatif

Mioma

Page 9: Laporan Kasus Mioma Opik

agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe

sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar

dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita

berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya

pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan

memberikan bayangan pada foto rontgen.

Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan

dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai

gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti

daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin.

Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai

emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri

pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium

atau mioma bertangkai.

Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : (6)

1. Degenerasi ganas.

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh

mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya

baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan

akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi

pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (putaran tangkai).

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.

Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

3. Nekrosis dan infeksi.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena

gangguan sirkulasi darah padanya.

9

Page 10: Laporan Kasus Mioma Opik

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas pasien

Nama : Ny. Hasanah

Umur : 42 tahun

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Sasak/ WNI

Alamat : Pagutan, Pagesangan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama suami : Tn. Ahmad

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Sasak/ WNI

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Rekam Medik : 87 70 49

Tgl MRS : 05-05-2008

II. Anamnesis (05-05-2008)

Pasien datang ke Poli Kandungan RSU Mataram atas rujukan dokter spesialis dengan

mioma uteri. Pasien mengeluh keluar darah sejak 5 thn yang lalu dan terasa ada benjolan

pada perut bagian bawah. Darah haid terasa lebih banyak dan lebih lama, kira-kira 10-20

hari. Pasien juga mengeluhkan rasa penuh dan berat sejak 2 tahun yang lalu pada perut

bagian bawah. Pasien merasa benjolannya semakin besar.

Gangguan BAK dirasakan pasien lebih sering dan tidak nyeri.

Pada tanggal 01-05-2008, pasien memeriksakan diri ke spesialis, lalu di diagnosis mioma

uteri kemudian datang ke poli tanggal 05-05-2008 untuk rencana histerektomi.

Riwayat menstruasi sebelum terjadi gangguan haid :

- menarche : umur 16 tahun.

10

Page 11: Laporan Kasus Mioma Opik

- siklus : teratur 30 hari sekali.

- banyaknya : normal (2-3 pembalut/ hari)

- lamanya : 6 hari

- HPHT : 04-05-2008

Riwayat penggunaan KB: suntikan per tiga bulan.

Riwayat pernikahan : suami ke I, menikah 1x selama 21 tahun.

Jumlah anak : 3 orang, hidup 3 orang.

Usia anak terkecil : 10 tahun.

Riwayat abortus : tidak pernah mengalami keguguran.

Riwayat penyakit dahulu : tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan

hipertensi.

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular,

mioma, keturunan dan kejiwaan.

Riwayat penyakit yang pernah diderita : sakit biasa seperti demam, flu dan batuk.

Riwayat penyakit keganasan pada keluarga : tidak ada anggota keluarga yang menderita

penyakit keganasan.

Riwayat alergi : tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan cuaca.

III. Pemeriksaan fisik (05-05-2008)

Status present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tensi : 130/90 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Nafas : 22x/menit

Suhu : 36,3 0C

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan : 53 kg

Status general

Kepala : Normocephali

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

11

Page 12: Laporan Kasus Mioma Opik

Abdomen : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Edema -/-

Status ginekologi

Abdomen : Fundus uteri 3 jari di atas simpisis pubis, teraba massa mioma

berukuran 10 x 6 cm, konsistensi padat kenyal dan bersifat

mobile.

Nyeri tekan (+)

Inspekulo : Fluksus (-), P (+), livide (-).

VT : Fluksus (-), P 1 cm, nyeri (-)

CU AF --- lebih besar dari normal b/c 14-16 minggu.

APCD ---- nyeri (-), massa (+).

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (05-05-2008)

Hb : 9,7 g% Berat Jenis Urine : 1030

Leu : 6800 /ul Urea : 38 mg%

Erit : 5,1.106 /ul Kreatinin : 1,0 mg%

Plt : 484.000 /ul pH urine : 8,0.

Hct : 32,2 % LED : 12

LED : 9 GDS : 106 mg%

HbSAg : (-) Bilirubin total : 0,44 mg%

AST : 12 u/l

ALT : 24 u/l

BUN : 19 mg%

Kreatinin : 0,6 mg%

• USG (tgl 05-05-2008) hasil USG dari dr.SpOG :

Tampak uterus membesar dengan gambaran hiperechoic.

Kesan : mioma uteri.

• Patologi Anatomi (PA) setelah miomektomi.

V. Diagnosis Kerja

Mioma uteri

12

Page 13: Laporan Kasus Mioma Opik

VI. Terapi

• Konsul anastesi dan penyakit dalam.

• Rencana untuk dilakukan Total Abdominal Histerektomi (TAH).

Operasi tanggal 29-05-2008 (jam 09.15 wita)

S : (-)

O : KU : Baik

Tensi : 140/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Nafas : 12x/menit

Suhu : 36 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

A : Mioma Uteri

P : • Temuan Operasi : Uterus b/c 12-14 minggu, uteri ukuran 14 cm.

Tuba kanan dan kiri dalam batas normal

• Tindakan Operasi : Total Abdominal Histerektomi (TAH) & memasang drainage.

• Terapi post operasi : - Amoxan 3 x 1 tab

- Kaltrofen 3 x 1 ampul

- Transamin 3 x 1 ampul

Hasil lab:

Hb : 9,4 gr% Leukosit : 12.300 /UL.

PLT : 415.000 /UL.

LED : 15

VII. Follow Up

29 Mei 2008

S : (-)

O : KU : Baik

Tensi : 110/80 mmHg

Nadi : 82x/menit

Nafas : 20x/menit

13

Page 14: Laporan Kasus Mioma Opik

Suhu : 36 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Luka operasi baik, terpasang drainage (residu (-)).

Urogen : Perdarahan aktif (-)

A : Post TAH hari ke I

P : - Amoxan 3 x 1 tab

- Kaltrofen 3 x 1 ampul

- Transamin 3 x 1 ampul

30 Mei 2008

S : (-)

O : KU : Baik

Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 86x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36,3 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Luka operasi baik, terpasang drainage (residu (-)).

Urogen : Perdarahan aktif (-)

A : Post TAH hari ke II

P : - Amoxan 3 x 1 tab

- Kaltrofen 3 x 1 ampul

- Transamin 3 x 1 ampul

31 Mei 2008

S : (-)

O : KU : Baik

14

Page 15: Laporan Kasus Mioma Opik

Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 88x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Luka operasi baik, terpasang drainage (residu (-)).

Urogen : Perdarahan aktif (-)

A : Post TAH hari ke III

P : - Amoxan 3 x 1 tab

- Kaltrofen 3 x 1 ampul

- Transamin 3 x 1 ampul

01 Juni 2008

S : (-)

O : KU : Baik

Tensi : 110/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36,1 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Luka operasi baik, terpasang drainage (residu (-)).

Urogen : Perdarahan aktif (-)

A : Post TAH hari ke IV

P : - Melepas drainage dan perawatan luka operasi

- Memulangkan pasien

- KIE pasien untuk datang kontrol ke poli seminggu lagi.

BAB IV

15

Page 16: Laporan Kasus Mioma Opik

PEMBAHASAN

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal,

batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga

dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri

bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.(1,5,6)

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 42 tahun dengan

diagnosa mioma uteri. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan

diduga merupakan penyakit multifaktorial. Faktor predisposisi pada pasien tersebut

kemungkinan karena umur pasien 42 tahun dimana tumor ini paling sering memberikan gejala

klinis antara 35-45 tahun. Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan

pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah

kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.(3)

Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat

sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor,

perubahan dan komplikasi yang terjadi.(6) Gejala-gejala pada pasien tersebut antara lain

gangguan haid berupa menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau

lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam

uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa

dan dengan kontraktilitas yang terganggu.(6) Gejala yang lain yaitu rasa penuh (kemeng), nyeri

dan berat pada perut bagian bawah serta gangguan BAK berupa retensio urine. Gangguan ini

tergantung dari besar dan tempat mioma uteri sehingga menimbulkan gejala dan tanda

penekanan.(6)

Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang berarti

hemodinamik pasien masih baik. Kemudian juga ditemukan fundus uteri 3 jari di atas simpisis

pubis. Hal ini karena adanya massa mioma yang tumbuh pada uterus. Pada palpasi abdomen

teraba massa mioma berukuran 10 x 6 cm yang berkonsistensi padat kenyal dan bersifat

mobile. Konsistensi dari mioma bervariasi dari keras seperti batu hingga lembek, walaupun

sebagian besar memiliki konsistensi kenyal seperti karet.(8) Selain itu didapatkan pembukaan

karena adanya mioma yang mendesak dari dalam porsio. Dari pemeriksaan dalam juga

ditemukan hal serupa, besar serta konsistensi corpus uteri sesuai 14-16 minggu.

16

Page 17: Laporan Kasus Mioma Opik

Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran uterus

yang membesar dan hiperekoik dengan kesan mioma uteri. Pemeriksaan dengan CT scan

maupun USG juga dapat dilakukan, namun lebih mahal dan menghabiskan waktu lebih lama

tetapi tidak memberikan informasi yang lebih daripada USG.(9)

Pemeriksaan patologi anatomi (PA) direncanakan dilakukan setelah miomektomi,

karena bagaimanapun diagnosis definitif dari perdarahan uterus adalah dengan biopsi atau

dilatasi dan kuretase partial.(10) Pemeriksaan PA dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan

yang paling mematikan dan penting seperti adenokarsinoma endometrium atau sarcoma

uterus dan karsinoma ovarium.(10)

Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri melalui hasil

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Pada anamnesis

yang menunjang diagnosis mioma uteri adalah didapatkan keluhan perdarahan pervaginam,

rasa penuh dan berat pada perut bagian bawah dan gangguan miksi. Kemudian dari

pemeriksaan fisik ditemukan ditemukan fundus uteri 3 jari di atas simpisis pubis. Dari

inspekulo dan VT tidak didapatkan fluksus dan pembukaan, kemudian teraba massa mioma

berukuran 10 x 6 cm. Pencitraan dengan USG semakin memperkuat diagnosis mioma uteri

dimana terdapat uterus yang membesar dengan ukuran 10 x 6 cm.

Penatalaksanaan pasien ini dilakukan konsul ke anastesi untuk mengevaluasi keadaan

pasien untuk operasi dan ke penyakit dalam untuk mengkorfirmasi keadaan pasien dengan

anemia ringan. Penatalaksanaan mioma uteri berdasarkan besar kecilnya tumor, ada tidaknya

keluhan, umur dan paritas penderita.(5) Pada pasien ini dilakukan tindakan operatif mengingat

pada hasil pemeriksaan dalam didapatkan besar konsistensi uterus sesuai 14-16 minggu. Hal

tersebut sesuai dengan penatalaksanaan mioma uteri yang menyebutkan dapat dilakukan

tindakan operatif bila besar konsistensi uterus sesuai >14 minggu.(5) Direncanakan Total

Abdominal Histerektomi (TAH) elektif karena selain untuk mengendalikan perdarahan,

pasien juga sudah tidak mempunyai keinginan untuk hamil lagi sehingga tidak perlu

mempertahankan fungsi dari rahim. Miomektomi bisa dipilih untuk pasien yang masih

menginginkan anak, sehingga perlu mempertahankan fungsi uterus. Histerektomi total

umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.(6)

17

Page 18: Laporan Kasus Mioma Opik

BAB V

KESIMPULAN

a. Diagnosis pasti dari pasien tersebut ialah dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan

penunjang, USG.

b. Faktor penyebab mioma uteri pada pasien tersebut ialah usia pasien yang tergolong

dalam resiko tinggi dan multiparitas.

c. Penatalaksanaan kasus ialah dengan histerektomi total, karena pasien sudah tidak ingin

hamil lagi.

18

Page 19: Laporan Kasus Mioma Opik

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuad H., 2007. Miomectomi Pada Kehamilan. Available from :

http://www.ksuheimi.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.

2. Pinkerzzz, 2007. Mioma Uteri. Available from :

http://www.pinkerzzz03.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.

3. Jevuska O., 2007. Mioma Geburt. Available from :

http://www.oncejevuska.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.

4. Anonim, 2008. Sekilas tentang Tumor (Myoma)   Rahim . Available from :

http://www.klinikandalas.wordpress.com. Accested : March 02, 2008.

5. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi dan

Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar.

6. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu

Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.

7. Marjono B. A. et all., 2008. Tumor Ginekologi. Available from :

http://www.geocities.com. Accested : March 02, 2008.

8. Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from :

http://www.gynalternatives.com. Accested : March 02, 2008.

9. Stovall et all., 1992. Benign Diseases of the Uterus – Leiomyoma Uteri and the

Hysterectomy. Clinical Manual Gynecology, Second Edition, Mc. Graw-Hill

International, Singapore.

10. Anonim, 2000. Gynecology by Ten Teachers 17th Edition. Editor : Campbell, S.C.,

Monga, A.

19