laporan kasus kuretase

39
LAPORAN KASUS STASE ANASTESI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH ANESTESIA INTRAVENA PADA KURETASEPembimbing : Dr. Samsul Hadi, Sp. An KIC Disusun oleh: Amalia Prima Sundari 2010730008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Upload: cumbelia-prima

Post on 06-Sep-2015

228 views

Category:

Documents


41 download

DESCRIPTION

laporan kasus kepaniteraan klinik bagian anestesi

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUSSTASE ANASTESIRUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIHANESTESIA INTRAVENA PADA KURETASE

Pembimbing :Dr. Samsul Hadi, Sp. An KICDisusun oleh:Amalia Prima Sundari2010730008PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2015LAPORAN KASUSI. Identitas PasienNama Pasien: Ny. Wahyuti Jenis kelamin: Perempuan Umur: 33 tahun Alamat : RawamangunPekerjaan : IRTPreop visite : 15 Januari 2015II. Anamnesaa. Keluhan utama: Perdarahan dari jalan lahir sejak 2 hari SMRS.b. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien mengaku saat ini sedang hamil 4 bulan. Perdarahan sejak 2 hari SMRS, awalnya sedikit namun makin lama semakin banyak, bergumpal-gumpal, berwarna merah kecoklatan. Perut terasa mules (+). c. Riwayat Penyakit Dahulu:Pasien mengaku sudah dua kali mengalami keguguran, masing-masing dengan usia 3 minggu dan 8 minggu. Riwayat hipertensi (-), jantung (-), DM (-), penyakit ginjal (-), penyakit hati (-).d. Riwayat Penyakit Keluarga:Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien.e. Riwayat pengobatan dan riwayat alergi:Riwayat kuretase (+) pada tahun 2012 dan 2013, riwayat penggunaan obat-obatan yang lama (-), riwayat operasi sebelumnya (-), riwayat alergi terhadap obat-obatan (-), riwayat alergi terhadap makanan (-).III. Pemeriksaan Fisika. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : Lemah Keadaan sakit : Sedang Kesadaran : Composmentis Berat badan : 78 kg Tanda vital :TD: 120/80Nadi: 84 x/menit RR: 12 x/menit Suhu: 36,8 0 Cb. Status General Kepala : ekspresi wajah normal, bentuk dan ukuran normal, rambut normal, oedem(-), malar rash (-). Mata: simetris, alis normal, exophtalmus (-), nystagmus (-), oedem palpebra (-), trauma (-). Telinga: bentuk normal, simetris, lubang telinga normal, sekret (-), nyeri tekan (-), hiperemi (-), trauma (-). Hidung: simetris, deviasi septum (-), nafas cuping hidung (-), perdarahan (-). Mulut: bentuk simetris, bibir sianosis (-), hiperemia gusi (-), perdarahan (-), gigi palsu(-). Tes Mallampati kelas I. Leher: pembesaran KGB (-), pembesaran otot sternocleidomastoideus (-), pembesaran kelenjar thyroid (-). Thorax: bentuk dan gerak simetris, sonor di kedua lapangan paru, vesikuler +/+, ronki-/-, wheezing -/-, retraksi -/-. Jantung dan kardiovaskuler: murmur (-) Abdomen: nyeri tekan (+). Ekstremitas atas dan bawah: akral hangat +/+, deformitas (-), sianosis (-), fraktur (-),tremor (-)c. Pemeriksaan obstetri- Status reproduksi : Haid teratur.- Riwayat ANC : (-)- Tinggi fundus uteri (TFU) : - G4P0A4 IV. Pemeriksaan Penunjanga. Darah Lengkap:Hb: 9,59 gr/dl Trombosit: 363.000 mm3BT: 1`45``CT: 4`00``V. Kesimpulan Pre Operative Visite- Diagnosis: Kematian Mudigah- Rencana: Kuretase - ACC Operasi: 19 Januari 2015- Klasifikasi ASA: ASA 1- Rencana anestesi: Anestesi intravena- KIE pasien: puasa selama 6 jamVI. Penatalaksanaan- Pemantauan keadaan umum dan vital sign (nadi, tekanan darah, suhu, pernapasan)- Kuretase.VII. Laporan Operasia. Tanggal operasi : 19 Januari 2015b. Persiapan:Menyiapkan alat-alat: peralatan monitor (tekanan darah), peralatan resusitasi (mesin anestesi, ambu bag, tabung oksigen), serta obat-obat dan peralatan yang dibutuhkan untuk SAB.TD : 130/70Nadi : 82x/menitRR : 14x/menitPemasangan jalur intravena di tanganc. Pembedahan:Mulai anestesi: pk. 09.15 WIBMulai operasi: pk. 09.25 WIBSelesai operasi: pk. 09.30 WIB

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

TIVA adalah teknik anestesi umum dengan hanya menggunakan obat-obat anestesi yang dimasukkan lewat jalur intravena tanpa penggunaan anestesi inhalasi termasuk N2O. TIVA digunakan buat mencapai 4 komponen penting dalam anestesi yang menurut Woodbridge (1957) yaitu blok mental, refleks, sensoris dan motorik. Atau trias A (3 A) dalam anestesi yaitu1. Amnesia2. Arefleksia otonomik3. Analgesik4. +/- relaksasi otot

Jika keempat komponen tadi perlu dipenuhi, maka kita membutuhkan kombinasi dari obat-obatan intravena yang dapat melengkapi keempat komponen tersebut. Kebanyakan obat anestesi intravena hanya memenuhi 1 atau 2 komponen di atas kecuali Ketamin yang mempunyai efek 3 A menjadikan Ketamin sebagai agen anestesi intravena yang paling lengkap.

Kelebihan TIVA: 1. Kombinasi obat-obat intravena secara terpisah dapat di titrasi dalam dosis yang lebih akurat sesuai yang dibutuhkan.2. Tidak menganggu jalan nafas dan pernafasan pasien terutama pada operasi sekitar jalan nafas atau paru-paru.3. Anestesi yang mudah dan tidak memerlukan alat-alat atau mesin yang khusus. 4. Cepat menghasilkan efek hypnosis.5. Mempunyai efek analgesi.6. Disertai amnesia pasca anestesi.7. Cepat dieliminasi oleh tubuh.8. Dampak yang tidak baik mudah dihilangkan oleh obat antagonisnya.

Teknik anestesi intravena merupakan suatu teknik pembiusan dengan memasukkan obat langsung ke dalam pembuluh darah secara parenteral, obat-obat tersebut digunakan untuk premedikasi seperti diazepam dan analgetik narkotik. Induksi anestesi seperti misalnya tiopenton yang juga digunakan sebagai pemeliharaan dan juga sebagai tambahan pada tindakan analgesia regional.Dalam perkembangan selanjutnya terdapat beberapa jenis obat obat anestesi dan yang digunakan di indonesia hanya beberapa jenis obat saja seperti, Tiopenton, Diazepam , Dehidrobenzoperidol, Fentanil, Ketamin dan Propofol.

INDIKASI ANESTESI INTRAVENA

1. Obat induksi anesthesia umum2. Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat3. Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat4. Obat tambahan anestesi regional5. Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP (SSP sedasi)

CARA PEMBERIAN1. Sebagai obat tunggal : Induksi anestesi Operasi singkat: cabut gigi2. Suntikan berulang : Sesuai kebutuhan : colonoscopy3. Diteteskan lewat infus : Menambah kekuatan anestesi.

OBAT OBATAN YANG DIPAKAI :

PROPOFOL Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.

Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada pasien dewasa dan pasien anak anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin, glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh adanya asam etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung pada pabrik pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg) dan pH 7-8. 1,2Propofol adalah 98% protein terikat dan mengalami metabolisme hati untuk metabolit glukuronat, yang akhirnya diekskresikan dalam urin.Efek Klinis: propofol menghasilkan hilangnya kesadaran dengan cepat, dengan waktu pemulihan yang cepat dan langsung kembali pada kondisi klinis sebelumnya (sebagai hasil waktu paruh distribusi yang pendek dan tingkat clearance tinggi). Propofol menekan refleks laring sehingga sangat cocok untuk digunakan dengan perangkat LMA agar dapat dimasukkan dengan lancar. Ada insiden rendah mual dan muntah pasca operasi dan reaksi alergi atau hipersensitivitas. Karena propofol tidak signifikan menumpuk setelah bolus ulangan, propofol sangat cocok untuk infus jangka panjang selama operasi sebagai bagian dari teknik anestesi Total intravena (Tiva) dan di ICU untuk obat penenang jangka panjang. 3

Efek pada sistem kardiovaskuler

Induksi bolus 2-2,5 mg/kg dapat menyebabkan depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana tekanan dapat turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi. Ini diakibatkan Propofol mempunyai efek mengurangi pembebasan katekolamin dan menurunkan resistensi vaskularisasi sistemik sebanyak 30%. Pengaruh pada jantung tergantung dari :

Pernafasan spontan mengurangi depresi jantung berbanding nafas kendali Pemberian drip lewat infus mengurangi depresi jantung berbanding pemberian secara bolus Umur makin tua usia pasien makin meningkat efek depresi jantung

Efek pada sistem pernafasan

Dapat menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus dapat menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian diprivan. Secara lebih detail konsentrasi yang menimbulkan efek terhadap sistem pernafasan adalah seperti berikut:

Pada 25%-40% kasus Propofol dapat menimbulkan apnoe setelah diberikan dosis induksi yang bisa berlangsung lebih dari 30 saat.

Dosis dan penggunaan

a) Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.b) Sedasi : 25 to 75 g/kg/min dengan I.V infusc) Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 - 150 g/kg/min IV (titrate to effect), bolus iv 25-50mg.d) Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.e) Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang minimal 0,2%f) Propofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih dari 6 jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri. 1,2

Efek Samping

Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat dihilangkan dengan menggunakan lidokain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal tempat suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan propofol. Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati hati pada pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan pankreatitis. Pada sesetengah kasus dapat menyebabkan kejang mioklonik (thiopental < propofol < etomidate atau methohexital). Phlebitis juga pernah dilaporkan terjadi setelah pemberian induksi propofol tapi kasusnya sangat jarang. Terdapat juga kasus terjadinya nekrosis jaringan pada ekstravasasi subkutan pada anak-anak akibat pemberian propofol.3Propofol tidak diizinkan untuk digunakan pada anak-anak berusia kurang dari3 tahun. Ada laporan kematian tak terduga pada anak-anak karena asidosis metabolik dan kegagalan miokard setelah penggunaan jangka panjang di ICU.

TIOPENTONTiopental sekarang lebih dikenal dengan nama sodium Penthotal, Thiopenal, Thiopenton Sodium atau Trapanal yang merupakan obat anestesi umum barbiturat short acting, tiopentol dapat mencapai otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat (30-45 detik). Dalam waktu 1 menit tiopenton sudah mencapai puncak konsentrasi dan setelah 5 10 menit konsentrasi mulai menurun di otak dan kesadaran kembali seperti semula.9 Dosis yang banyak atau dengan menggunakan infus akan menghasilkan efek sedasi dan hilangnya kesadaran.

Efek pada sistem saraf pusat

Dapat menyebabkan hilangnya kesadaran tetapi menimbulkan hiperalgesia pada dosis subhipnotik, menghasilkan penurunan metabolisme serebral dan aliran darah sedangkan pada dosis yang tinggi akan menghasilkan isoelektrik elektroensepalogram.Thiopental turut menurunkan tekanan intrakranial. Manakala methohexital dapat menyebabkan kejang setelah pemberian dosis tinggi.

Efek pada mata

Tekanan intraokluar menurun 40% setelah pemberian induksi thiopental atau methohexital. Biasanya diberikan suksinilkolin setelah pemberian induksi thiopental supaya tekanan intraokular kembali ke nilai sebelum induksi.

Efek pada sistem kardiovaskuler

Menurunkan tekanan darah dan cardiac output ,dan dapat meningkatkan frekwensi jantung, penurunan tekanan darah sangat tergantung dari konsentrasi obat dalam plasma. Hal ini disebabkan karena efek depresinya pada otot jantung, sehingga curah jantung turun, dan dilatasi pembuluh darah. Iritabilitas otot jantung tidak terpengaruh, tetapi bisa menimbulkan disritmia bila terjadi resistensi CO2 atau hipoksia. Penurunan tekanan darah yang bersifat ringan akan pulih normal dalam beberapa menit tetapi bila obat disuntik secara cepat atau dosisnya tinggi dapat terjadi hipotensi yang berat. Hal ini terutama akibat dilatasi pembuluh darah karena depresi pusat vasomotor. Dilain pihak turunnya tekanan darah juga dapat terjadi oleh karena efek depresi langsung obat pada miokard.

Efek pada sistem pernafasan

Menyebabkan depresi pusat pernafasan dan sensitifitas terhadap CO2 menurun terjadi penurunan frekwensi nafas dan volume tidal bahkan dapat sampai menyebabkan terjadinya asidosis respiratorik. Dapat juga menyebabkan refleks laringeal yang lebih aktif berbanding propofol sehingga menyebabkan laringospasme. Jarang menyebabkan bronkospasme.

Dosis

Dosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg. Untuk menghindarkan efek negatif dari tiopental tadi sering diberikan dosis kecil dulu 50-75 mg sambil menunggu reaksi pasien.

Efek samping

Efek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga jangan memberikan obat ini kepada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap barbiturat, sebab hal ini dapat menyebabkan terjadinya reaksi anafilaksis yang jarang terjadi, barbiturat juga kontraindikasi pada pasien dengan porfiria akut, karena barbiturat akan menginduksi enzim d-aminoleuvulinic acid sintetase, dan dapat memicu terjadinya serangan akut. Iritasi vena dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada saat pemberian melalui I.V, hal ini dapat diatasi dengan pemberian heparin dan dilakukan blok regional simpatis.

KETAMIN Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum.Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan muntah muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk.Ketamin juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena.Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh organ.10 Efek muncul dalam 30 60 detik setelah pemberian secara I.V dengan dosis induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 20 menit. Jika diberikan secara I.M maka efek baru akan muncul setelah 15 menit.

Efek pada susunan saraf pusat

Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari (cataleptic appearance), seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Itu merupakan efek anestesi dissosiatif yang merupakan tanda khas setelah pemberian Ketamin. Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah intrakranial.

Efek pada mata

Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.

Efek pada sistem kardiovaskuler

Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.

Efek pada sistem pernafasan

Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien asma.

Dosis dan pemberian

Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak anak. Ketamin bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. Dosis induksi adalah 1 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Pemberian secara intermitten diulang setiap 10 15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.3 Dosis obat untuk menimbulkan efek sedasi atau analgesic adalah 0,2 0,8 mg/kg IV atau 2 4 mg/kg IM atau 5 10 g/kg/min IV drip infus.

Efek sampingDapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.

Kontra indikasiMengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dl1,2

OPIOIDMorphine, meperidine, fentanyl, sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan golongan opioid yang sering digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik. Dalam dosis yang besar opioid kadang digunakan dalam operasi kardiak. Opioid berbeda dalam potensi, farmakokinetik dan efek samping.Absorbsi cepat dan komplit terjadi setelah injeksi morfin dan meperedin intramuskuler, dengan puncak level plasma setelah 20-60 menit. Fentanil sitrat transmukosal oral merupakan metode efektif menghasilkan analgesia dan sedasi dengan onset cepat (10 menit) analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 g/Kg) dan dewasa (200-800 g).Waktu paruh opioid umumnya cepat (5-20 menit). Kelarutan lemak yang rendah dan morfin memperlambat laju melewati sawar darah otak, sehingga onset kerja lambat dan durasi kerja juga Iebih panjang. Sebaliknya fentanil dan sufentanil onsetnya cepat dan durasi singkat setelah injeksi bolus. 6

Efek pada sistem kardiovaskulerSistem kardiovaskuler tidak mengalami perubahan baik kontraktilitas otot jantung maupun tonus otot pembuluh darah. Tahanan pembuluh darah biasanya akan menurun karena terjadi penurunan aliran simpatis medulla, tahanan sistemik juga menurun hebat pada pemberian meperidin atau morfin karena adanya pelepasan histamin.

Efek pada sistem pernafasanDapat meyebabkan penekanan pusat nafas, ditandai dengan penurunan frekuensi nafas, dengan jumlah volume tidal yang menurun . PaCO2 meningkat dan respon terhadap CO2 tumpul sehingga kurve respon CO2 menurun dan bergeser ke kanan, selain itu juga mampu menimbulkan depresi pusat nafas akibat depresi pusat nafas atau kelenturan otot nafas, opioid juga bisa merangsang refleks batuk pada dosis tertentu.

Efek pada sistem gastrointestinalOpioid menyebabkan penurunan peristaltik sehingga pengosongan lambung juga terhambat.Efek pada endokrinFentanyl mampu menekan respon sistem hormonal dan metabolik akibat stress anesthesia dan pembedahan, sehingga kadar hormon katabolik dalam darah relatif stabil. 1,2a. MorfinPenggunaanya untuk premedikasi, analgesic, anastesi, pengobatan nyeri yang berjaitan dengan iskemia miokard, dan dipsnea yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dan edema paru. Dosis : Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal 10-20 mg setiap 4 jam Induksi : iv 1 mg/kgAwitan aksi : iv < 1 menit, im 1-5 menitLama aksi : 2-7 jam Efek samping obat : Hipotensi, hipertensi, bradikardia, aritmia Bronkospasme, laringospasme Penglihatan kabur, sinkop, euphoria, disforia Retensi urin, spasme ureter Spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia, mual, muntah, penundaan pengosongan lambung Miosis 4

b. PetidinPenggunaannya untuk nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea karena acute pulmonary edema dan acute left ventricular failure. 5Dosis Oral/ IM,/SK : Dewasa : Dosis lazim 50150 mg setiap 3-4 jam jika perlu, Injeksi intravena lambat : dewasa 1535 mg/jam. Anak-anak oral/IM/SK : 1.11.8 mg/kg setiap 34 jam jika perlu. Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 100 mg IM/SKPetidin dimetabolisme terutama di hatiKontraindikasi Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan MAOi. 14 hari sebelumnya (menyebabkan koma, depresi pernapasan yang parah, sianosis, hipotensi, hipereksitabilitas, hipertensi, sakit kepala, kejang) Hipersensitivitas. Pasien dengan gagal ginjal lanjut Efek samping obat Depresi pernapasan, Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo, depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah, agitasi, ketegangan, kejang, Pencernaan : mual, muntah, konstipasi, Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural, Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria. Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi, takikardia, tremor otot, pergerakan yg tidak terkoordinasi, delirium atau disorintasi, halusinasi. Lain-lain : berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, ruam kulitPeringatanHati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan memperlama kerja & efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut, pada depresi sistem saraf pusat yg parah, anoreksia, hiperkapnia, depresi pernapasan, aritmia, kejang, cedera kepala, tumor otak, asma bronchial c. Fentanil Digunakan sebagai analgesic dan anastesiaDosis : Analgesic : iv/im 25-100 g Induksi : iv 5-40 g/ kg BB Suplemen anastesi : iv 2-20 g/kg BBAnastetik tunggal : iv 50-150 g/ kg BB Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menitLama aksi : iv 30-60 menit, im 1-2 jamEfek samping obat : Bradikardi, hipotensi Depresi saluran pernapasan, apnea Pusing, penglihatan kabur, kejang Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat Miosis 4

TramadolTramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghambat sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmiter dari saraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat. Tramadol peroral diabsorpsi dengan baik dengan bioavailabilitas 75%. Tramadol dan metabolitnya diekskresikan terutama melalui urin dengan waktu 6,3 7,4 jam.Indikasi : Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.Dosis : Dewasa dan anak di atas 16 tahun : Dosis umum : dosis tunggal 50 mg Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri, apabila masih terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 4 6 jam. Dosis maksimum 400 mg sehari. Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita. Penderita gangguan hati dan ginjal dengan bersihan klirens < 30 mL/menit : 50 100 mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg sehari. Dosis yang dianjurkan untuk pasien dengan cirrhosis adalah 50 mg setiap 12 jam.Efek sampingEfek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi, lelah, sakit kepala , pruritis, berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah, dispepsia dan konstipasi.

BENZODIAZEPINGolongan benzodiazepine yang sering digunakan oleh anestesiologi adalah Diazepam (valium), Lorazepam (Ativan) dan Midazolam (Versed), diazepam dan lorazepam tidak larut dalam air dan kandungannya berupa propylene glycol.Golongan benzodiazepine bekerja sebagai hipnotik, sedative, anxiolitik, amnestik, antikonvulsan, pelumpuh otot yang bekerja di sentral.Obat golongan benzodiazepine dimetabolisme di hepar, efek puncak akan muncul setelah 4 - 8 menit setelah diazepam disuntikkan secara I.V dan waktu paruh dari benzodiazepine ini adalah 20 jam. Dosis ulangan akan menyebabkan terjadinya akumulasi dan pemanjangan efeknya sendiri. Midazolam dan diazepam didistribusikan secara cepat setelah injeksi bolus, metabolisme mungkin akan tampak lambat pada pasien tua.

Efek pada sistem saraf pusatDapat menimbulkan amnesia, anti kejang, hipnotik, relaksasi otot dan mepunyai efek sedasi, efek analgesik tidak ada, menurunkan aliran darah otak dan laju metabolisme.

Efek pada sistem kardiovaskulerMenyebabkan vasodilatasi sistemik yang ringan dan menurunkan cardiac out put. Ttidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, perubahan hemodinamik mungkin terjadi pada dosis yang besar atau apabila dikombinasi dengan opioid

Efek pada sistem pernafasanMempengaruhi penurunan frekuensi nafas dan volume tidal , depresi pusat nafas mungkin dapat terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau pasien dengan retardasi mental.

Efek pada sistem saraf ototMenimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat supraspinal dan spinal , sehingga sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan otot rangka. 4,6

Target controlled infusion Propofol terutama digunakan untuk intravena Total anaesthesia, teknik konvensional dicapai dengan hanya menyuntikkan obat melalui pompa jarum suntik pada tingkat yang telah ditentukan (mg / jam atau ml / jam) berdasarkan berat badan. Satu masalah dengan metode ini adalah bahwa, jika tingkat infus pompa meningkat dari, misalnya, 10 ml / jam untuk 20 ml / jam, perubahan tidak akan secara cepat tercermin dalam konsentrasi darah atau otak. Meningkatnya teknologi pompa, bersama dengan estimasi yang lebih baik dari konsentrasi situs efek (konsentrasi agen di otak untuk setiap konsentrasi darah yang diberikan) memfasilitasi pengembangan infus dikendalikan target. Dengan teknik ini, dokter anestesi hanya menetapkan konsentrasi darah target awal (atau daerah efek) yang dibutuhkan: konsentrasi target dicapai dan dipertahankan tanpa intervensi lebih lanjut diperlukan oleh pengguna. Nomogram dari studi klinis (dan pengalaman klinis operator ) digunakan untuk mengkorelasikan konsentrasi darah (atau daerah efek) dengan efek klinis. Konsentrasi darah (atau daerah efek) ditampilkan oleh pompa adalah perkiraan dari percobaan besar yang menghubungkan dosis infus dengan konsentrasi darah. 3,7

Tabel 1. Dosis induksi TIVA7

Tabel 2. Dosis pemeliharaan TIVA 7

Tabel 3. Properti ringkasan dari obat-obat intravena anestesi3

BAB III

DISKUSI KASUS

Pada pasien dengan diagnose suspek G3P2A0 H 12 minggu dengan kematian mudigah ini dilakukan anestesi umum intravena dengan nasal canule dengan alasan : Durasi operasinya singkat dan faktor resikonya lebih rendah Pada pemeriksaan fisik dan penunjang diketahui bahwa keadaan pasien cukup baik (ASA I) Lambung dalam keadaan kosong Tidak adanya manipulasi posisi kepala Posisi pasien terlentang

Urutan tindakan :1. Pasien dibaringkan diatas meja operasi, kemudian dipasang monitor EKG dan manset sfignomanometer. Lalu kita lakukan pemeriksaan tanda vital dan pemasangan infus RL ini dikarenakan agar pasien tidak kekurangan cairan.2. Kemudian premedikasi masukan obat sedative Midazolam 2,5 mg agar pasien merasa nyaman, serta obat analgetik Fentanyl 100 mcg yang berguna untuk menghilangkan rasa sakit pada saat pembedahan.3. Masukkan propofol 100 mg sebagai obat induksi yanrg membuat pasien dari keadaan sadar menjadi tidak sadar.4. Kedalaman anestesi dinilai dari tanda-tanda mata (bola mata menetap), nadi tidak cepat dan terhadap rangsang operasi tidak banyak berubah. Jika stadium anestesi sudah cukup dalam, reflek bulu mata hilang, nasal canule dipasang dengan aliran oksigen 3 liter.5. Selama operasi perhatikan tanda-tanda vital.6. Diinjeksikan lagi melalui IV propofol 50 mg intermitten selang 10 menit.7. Operasi berlangung 5 menit, tanda vital dan SaO2 baik selama operasi.8. Pada saat pasien sudah berada di recovery room oksigenasi dengan O2 tetap diberikan, kemudian dilakukan fungsi vital menurut Aldrettes score Kesadaran: orientasi baik, dapat dibangunkan Pernafasan: spontan, pasien dapat bernafas dalam Warna kulit: merah muda, tanpa oksigen Sat O2 > 98% Aktivitas: 2 ekstrimitas bergerak Tekanan darah: 110/70 mmHg Nadi: 82 x/mntPada pasien ini : Kesadaran : 2 Warna kulit: 2 Aktivitas: 2 Respirasi: 2 Tekanan darah : 2Jumlah pulih sadar:10Kesimpulan: pasien diperbolehkan ke ruang perawatanObat-obatan 1. Midazolam 2,5 mgKonsentrasinya 5mg/mlMerupakan obat sedative, hipnotik, amnestic Dosis : 0,02 0,07 mg/kg BB iv2. Fentanyl 100 mcgKonsentrasinya 50 mcg/mlMerupakan analgestic opioidDosis: 1-2 mcg/kg BB iv3. Propofol 100 mgKonsentrasi 10mg/mLMerupakan obat induksi sedatifDosis : 2-2.5 mg/kgBB ivDosis pemeliharaan : 100-150mcg/kgBB/menit4. Tramadol 100 mgKonsentrasi 50mg/mLMerupakan obat analgesik post operatifDosis : IM/IV inj dalam 2-3 min/IV infus: 50-100 mg diberi setiap 4-6 jam.KESIMPULAN

1. Pada kasus ini pasien dengan diagnosa G3P2A0 H 12 minggu dengan kematian mudigah dilakukan Dilatasi dan kuretase dengan anestesi umum intravena dengan nasal canule dikarenakan : Durasinya operasinya singkat dan faktor resikonya lebih rendah Keadaan umum pasien baik (ASA I)

2. Selama anestesi dan operasi barlangsung tidak didapati kendali/masalah.

3. Setelah operasi berhasil pasien segera dipindahkan ke ruang pulih sadar. Dan berdasarkan kriteria skala pulih sadar yang dinilai pada pasien ini, didapatkan penilaian pulih sadar dengan nilai 10, yang bermakna pasien dapat langusng dipindahkan ke dalam ruang perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Departement Farmakologi dan Terapeutik Ed 5 farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru ; 2007

2. Mangku G,dkk. Buku ajar Ilmu Anasthesia dan Reanimasi. Cetakan pertama. Jakarta : Universitas Udayana Indeks ; 2010

3. Jaideep J Pandit. Intravenous Anaesthetic Drug. 2007. ANAESTHESIA AND INTENSIVE CARE MEDICINE 9:4. Diunduh dari : http://www.philippelefevre.com/downloads/basic_sciences_articles/iv-anaesthetic-agents/intravenous-anaesthetic-agents.pdf

4. Omoigui, S. 1997. Obat-obatan Anastesia. EGC : Jakarta

5. Mansjoer A, Triyanti K, Wardhani WI. Et all (editor), Kapita Selekta Kedokteran, Cetakan keenam 2007 : Media Aesculapius FK UIhttp//ascf.en.enzl.com/ACM619_multi_functional_anasthesia_machine

6. Latief SA. Suryadi KA. Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi dan Terapi Intensif Edisi 3. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2007 7. Collage of anaesthesiologist Academy of Medicine Malaysia. Total Intravenous Anaesthesiologist using target controlled infusion. A pocket reference 1st edition. 2012.