laporan jarlit 2015 bapeda
DESCRIPTION
Hasil PenelitianTRANSCRIPT
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 1/41
1
LAPORAN PENELITIAN
KERJA SAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN
PUSLITJAK DENGAN JARLIT PROV/KAB/KOTA
TAHUN 2015
JUDUL PENELITIAN:
PEMETAAN APM DAN APK TINGKAT PENDIDIKAN SMP/MTS DAN
SMA/MA/SMK KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2015
Oleh:
1. Ketua : Baseran Nor, M.Pd.
2. Anggota : H. Sarbini, S.Pd., M.Pd.
2. Anggota : Dra. Aulia Azizah, M.Kes.
3. Anggota : Dra. Ani Mariani, M.P.
JARLIT KABUPATEN BARITO KUALA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2015
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 2/41
2
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN KERJA SAMA PENELITIAN ANTARA PUSLITJAK DENGAN
JARLIT PROV/KAB/KOTA
1. Judul Penelitian PEMETAAN APM DAN APKTINGKAT PENDIDIKAN
SMP/MTS DAN SMA/MA/SMK
KABUPATEN BARITO KUALA
TAHUN 2015
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar Baseran Nor, M.Pd.
b. Jenis Kelamin Laki-laki
c. Pangkat dan Golongan/Ruang Penata Muda Tingkat I/ III b
d. NIP atau Nomor indetitas lain 19820321 200604 1 001
e. Nama Jarlit Prov/Kab/Kota Jarlit Kabupaten Barito Kuala
f. Alamat Kantor Jl. Komplek Perkantoran BaritoKuala
g. Nomor HP 081225829545
h. E-mail address [email protected]
3. Lama Penelitian 3 Bulan
4. Biaya Penelitian
a. Beban Puslitjak Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta
Rupiah)
b. Beban Jarlit / Kota Rp. 11.084.500,- (Sebelas Juta
Delapan Puluh Empat Ribu Lima
Ratus Rupiah)
c. Lainnya .. Rp. ...Marabahan, 28 April 2015
Mengetahui/Menyetujui Ketua Peneliti,
Kepala BAPEDA Kab. Batola
Ir. Achmad Kusnandar, M.Si Baseran Nor, M.Pd.
NIP. 19582601 198503 1 004 NIP 19820321 200604 1 001
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 3/41
3
KATA PENGANTAR
Pembangunan pendidikan merupakan modal utama bagi pemerintah
Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten yang berada di Kalimantan
Selatan mempunyai visi pembangunan pendidikan yaitu terwujudnya pendidikan
bermutu yang menghasilkan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan teknologi dan
seni dengan bingka iman dan taqwa. Berdasarkan laporan BPS kabupaten Barit Kuala
bahwa nilai APK untuk SMP/MTs tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 16,14
(16,89%) dibandingkan nilai APK tahun 2012, sedangkan untuk SMA/MA/SMK
mengalami penurunan sebesar 2,54 (3,97%) dibandingkan tahun 2012.
Untuk itu kepala daerah kabupaten Barito Kuala berencana melakukan
pemetaan APM dan APK serta mencari faktor-faktor yang menyebabkan turunnya
nilai APK tingkat pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK tahun 2015. Dukungan
dari daerah ditunjukkan dengan adanya dana pendamping sebesar Rp 11.084.500,00
(Sebelas juta delapan puluh empat ribu lima ratus rupiah).
Semoga penelitian ini bermanfaat dan kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.
Hormat kami,
Tim Peneliti
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 4/41
4
DAFTAR ISI
Cover Laporan ................................................................................................... 1
Halaman Pengesahan ......................................................................................... 2
Kata Pengantar ................................................................................................... 3Daftar Isi ............................................................................................................ 4
Bab I Pendahuluan ............................................................................................ 5
A. Latar Belakang ................................................................................... 5
B. Perumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Hasil Yang Diharapkan ...................................................................... 7
Bab II Kajian Teori dan Kerangka Konseptual ................................................... 8
A. Kebijakan Pembangunan di Kabupaten Barito Kuala ......................... 9B. Pemerataan Pendidikan ...................................................................... 11
Bab III Metode Penelitian .................................................................................. 14
A. Pendekatan yang Digunakan .............................................................. 14
B. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 14
C. Alat Pengumpulan Data ..................................................................... 17
D. Teknik Analisa Data .......................................................................... 18
Bab IV Hasil Penelitian ...................................................................................... 20
A. Gambaran tentang Kondisi APM dan APK ................................ ........ 20
B. Hasil wawancara ................................................................................ 29
C. Faktor-faktor Penyebab Turunnya APK ............................................. 38
Bab V Penutup ................................................................................................... 40
A. Kesimpulan ....................................................................................... 40
B. Opsi Kebijakan .................................................................................. 41
Daftar Pustaka
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 5/41
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Adapun prinsip penyelenggaraan pendidikan menurut Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4 adalah
pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa. Dalam konteks ini, pendidikan diadakan
untuk memberikan pelayanan kepada semua warga negara Indonesia tanpa
memandang suku, ras dan agama.
Menurut Paul Suparno, dkk (2002: 18) pemerintah mempunyai tiga fungsi
yang penting dalam pendidikan sekolah bagi generasi muda. Pertama, pemerintah
harus membantu agar setiap orang muda mendapatkan pendidikan yang layak.
Jadi, ada pemerataan pendidikan. Pemerintah yang dapat menjaga dan
memajukan, bahkan mengharuskan agar setiap anak umur sekolah mendapatkan
kesempatan sekolah, sehingga anak-anak nanti dapat menjadi warga masyarakat
yang aktif. Kedua, pemerintah harus membantu dalam hal dana pendidikan,
terutama pendidikan dasar generasi muda. Maka, penyelenggaraan sekolah dasar
perlu dibantu dengan dana. Terlebih di tempat-tempat yang miskin dan
terbelakang, dimana masyarakat belum mampu mengusahakan pendidikan
sendiri. Ketiga, dalam hal kebijakan umum. Pemerintah harus bisa membuat dan
menyusun kebijakan umum yang memudahkan dan mendukung mutu pendidikan
seperti adanya alokasi dana khusus pendidikan dari APBN maupun APBD.
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 6/41
6
Pembangunan pendidikan merupakan modal utama bagi pemerintah
Kabupaten Barito Kuala untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas di masa yang akan datang. Sebagai salah satu kabupaten yang berada
di Kalimantan Selatan mempunyai visi pembangunan pendidikan yaitu
terwujudnya pendidikan bermutu yang menghasilkan sumber daya manusia, ilmu
pengetahuan teknologi dan seni dengan bingkai iman dan taqwa (2012: 1). Usaha
pencapaian visi tersebut direalisasikan dengan menetapkan lima pilar kebijakan
pokok pembangunan pendidikan, yaitu (1) meningkatkan ketersediaan layanan
pendidikan, (2) meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan, (3)
meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan, (4) meningkatkan
kesetaraan memperoleh layanan pendidikan, (5) meningkatkan kepastian
keterjaminan memperoleh layanan pendidikan (2012: 8). Salah satu strategi yang
dicanangkan pemerintah kabupaten Barito Kuala adalah dengan meningkatkan
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Namun berdasarkan laporan BPS kabupaten Barito Kuala tahun 2014,
nilai APK di tingkat pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK untuk kabupaten
Barito Kuala mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di di bawah ini:
Tabel 1.1 Angka Partisipasi Kasar (APK)
TAHUN TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
2008 - 110,35 87,67 20,17
2009 - 109,67 85,41 47,88
2010 - 111,68 99,85 39,75
2011 - 100,70 98,50 58,40
2012 - 104,75 95,58 63,99
2013 - 114,20 79,44 61,45
2014 -
2015 -
Sumber: Data BPS Kab Barito Kuala (2014)
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 7/41
7
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai APK untuk SMP/MTs
tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 16,14 (16,89%) dibandingkan nilai
APK tahun 2012, sedangkan untuk SMA/MA/SMK mengalami penurunan
sebesar 2,54 (3,97%) dibandingkan tahun 2012. Maka disimpulkan bahwa terjadi
permasalahan di tingkat pendidikan SMP dan SMA yaitu pada rasio jumlah
siswa yang sedang sekolah terhadap jumlah penduduk usia tingkat SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK. Artinya bahwa ada kemungkinan siswa yang berhenti atau
putus sekolah. Hal ini tentu saja sangat tidak sesuai dengan visi dari kabupaten
Barito Kuala yang disampaikan sebelumnya.
Permasalahan inilah yang mendorong tim jarlit Batola untuk 2015
mengangkat penelitian dengan judul “Pemetaan APM dan APK tingkat
Pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK kabupaten Barito Kuala tahun 2015”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tentang kondisi APM dan APK jenjang pendidikan
SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala tahun 2015?
2. Apakah faktor-faktor penyebab turunnya APK untuk jenjang pendidikan
SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran kondisi APM dan APK jenjang pendidikan
SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala tahun 2015.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab turunnya APK untuk jenjang
pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala tahun
2015.
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 8/41
8
D. Hasil Yang Diharapkan
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah terciptanya pemetaan
APM dan APK untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di
kabupaten Barito Kuala tahun 2015 untuk setiap kecamatan. Selain itu dengan
diketahuinya faktor yang menyebabkan turunnya nilai APK tahun 2013 untuk
tingkat SMP/MTs dan SMA/MA/SMK.
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 9/41
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kebijakan Pembangunan di Kabupaten Barito Kuala
Kabupaten Barito Kuala adalah salah satu dari 13 kabupaten/kota di
provinsi Kalimantan Selatan. Ibu kotanya adalah Marabahan dan merupakan
kabupaten yang bersebelahan dengan kecamatan Kuala Kapuas Provinsi
Kalimantan Tengah. Kabupaten ini memiliki luas sebesar Kabupaten Barito
Kuala adalah salah satu pemerintah kabupaten di provinsi Kalimantan
Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Marabahan. Kabupaten ini
memiliki luas wilayah 2.376,22 km² memiliki 200 desa dan 17 kecamatan.
Kabupaten Barito Kuala merupakan pemekaran dari Kabupaten Banjar.
Kabupaten Barito Kuala terletak paling barat dari Provinsi Kalimantan Selatan
dengan batas-batas: sebelah utara Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten
Tapin, sebelah selatan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Banjar dan Kota Banjarmasin, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan letak astronomis berada
pada 2°29’50”- 3°30’18” Lintang Selatan dan 114°20’50” - 114°50’18” Bujur
Timur.
Kabupaten Barito Kuala berada pada hamparan wilayah yang datar rendah
dengan ketinggian 0,2 - 3 meter di atas permukaan laut. Karena merupakan
dataran rendah, maka hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Barito
Kuala tumbuh hutan galam yang digunakan sebagai bahan bangunan juga
tumbuhan purun yang berguna untuk anyaman tikar, bakul dan sebagainya.
(http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/displayprofil.php?ia=6304).
Pembangunan pendidikan di kabupaten Barito Kuala dari tahun ke tahun
mengalami kemajuan dalam berbagai bidang terutama untuk mencapai visi
“terwujudnya pendidikan bermutu yang menghasilkan sumber daya manusia,
ilmu pengetahuan teknologi dan seni dengan bingkai iman dan taqwa. Visi
tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) misi sebagai berikut: 1) meningkatkan
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 10/41
10
pelayanan penyelenggaraan pendidikan TK/SD; 2) meningkatkan pelayanan
penyelenggaraan pendidikan SMP/SMA/SMK; 3) meningkatkan kualitas
pendidikan dan pelatihan non formal, pemuda dan olah raga; 4) meningkatkan
profesionalitas tenaga pendidik SD/SMP/SMA/SMK; dan 5) meningkatkan
kesejahteraan guru TK/SD/SMP/SMA/SMK (Bapeda, 2012: 1).
Pemerintah Kabupaten Barito Kuala menyadari bahwa pembangunan pada
berbagai bidang kehidupan masyarakat dapat terwujud apabila ditunjang kualitas
sumber daya manusia yang terbentuk melalui bidang pendidikan. Oleh sebab itu
pembangunan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama dalam menentukan
kebijakan pembangunan di kabupaten Barito Kuala. Berbagai program
pendidikan menetapkan sasaran umum yaitu: a) Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), b) Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun, c) sarana dan prasarana sekolah, d)
pendidikan menengah umum/pendidikan kejuruan, e) pendidikan non formal,
kepemudaan dan olah raga, f) sertifikasi guru, g) peningkatan SDM dan h)
teknologi informatika dan komputer.
Kegiatan strategis bidang pendidikan dilaksanakan dalam bentuk: a)
meningkatkan pelayanan administrasi penyelenggaraan pendidikan, b)
meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, c) meningkatkan
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM), d)
memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dan meningkatkan pemenuhan
kebutuhan personil sekolah dan tenaga kependidikan yang berkualitas, e)
meningkatkan penyelenggaraan pendidikan baik oleh pemerintah maupun
bersama masyarakat, f) meningkatkan peran, partisipasi masyarakat dan orang
tua murid dalam memajukan pendidikan, g) meningkatkan pembinaan terhadap
generasi muda dan pengembangan prestasi di bidang olah raga, h) meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan dilakukan oleh masyarakat dan meningkatkan peran
serta masyarakat melalui wadah komite sekolah dan dewan sekolah dalam
menunjang pelaksanaan kegiatan pendidikan (Bapeda, 2012: 2 – 3).
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 11/41
11
B. Pemerataan Pendidikan
Pemerintah Indonesia pada umumnya dan pemerintah kabupaten Barito
Kuala pada khususnya mengupayakan agar memberikan pelayanan pendidikan
yang menyeluruh kepada semua warga negara yang berusia sekolah. Adanya
pemerataan pelayanan pendidikan ini tentunya dapat mengetahui seberapa besar
cakupan pelayanan pendidikan yang telah ada di tingkat kabupaten sekaligus
untuk mengetahui berapa banyak anak yang belum terlayani pendidikannya
untuk setiap kelompok usia sekolah dan setiap jenjang pendidikan. Adapun akses
dan pemerataan pendidikan dapat dilihat dari 3 aspek,
(http://www.lppm.uns.a.c.id) yaitu:
1. Angka Partisipasi Sekolah (APrS)
APrS digunakan untuk mengetahui cakupan pelayanan pendidikan
untuk setiap kelompok usia sekolah dan menggambarkan jumlah anak
kelompok usia tertentu yang sedang sekolah tanpa membedakan jenjang
pendidikan yang ditempuh. APrS dibedakan ke dalam: APrS usia 7-12 tahun
adalah persentase anak usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah di tingkat
SD dan MI serta yang telah bersekolah di SMP dan MTs dibagi jumlah
penduduk usia 7-12 tahun dikalikan 100 persen, APrS usia 13-15 tahun,
APrS usia 16-18 tahun dan APrS usia 19-24 tahun.
Angka Partisipasi Sekolah (APrS) didefinisikan sebagai perbandingan
antara jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada
berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang
sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator ini digunakan untuk
mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua
jenjang pendidikan. Makin tinggi APrS berarti makin banyak anak usia
sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Nilai ideal APrS = 100% dan tidak
akan terjadi lebih besar dari 100%, karena murid usia sekolah dihitung dari
murid yang ada di semua jenjang pendidikan pada suatu daerah. Nilai APtS
dapat dihitung dengan persamaan:
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 12/41
12
APrS= N1
N2 x 100%
Dimana
N1 = Jumlah murid berbagai jenjang pendidikan pada kelompok usiasekolah tertentu
N2 = Jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah tertentu yang sesuai.
2. Angka Partisipasi Murni (APM)
APM didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa
kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk
usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM
digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah
pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai. Semakin tinggi APM berarti
banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat
pendidikan tertentu. Nilai ideal APM = 100%. Nilai APM dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
= ℎ 7− 12 ℎ
ℎ 7− 12 ℎ 100%
= ℎ 13− 15 ℎ
ℎ 13− 15 ℎ 100%
= ℎ 16− 18 ℎ
ℎ 16− 18 ℎ 100%
3. Angka Partisipasi Kasar (APK)
APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang
sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok
usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Misal, APK SD
sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah
penduduk kelompok usia 7 sampai 12 tahun ditambah dengan anak yang ikut
pendidikan non formal seperti paket A. Hasil perhitungan APK digunakan
untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang
pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Nilai APK dapat ditentukan
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 13/41
13
dengan membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah (atau jumlah
siswa), tanpa memperhitungkan umur, pada jenjang pendidikan tertentu
dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tersebut. Adapun rumus yang dapat digunakan sebagai berikut:
= ℎ
ℎ 7− 12 ℎ 100%
= ℎ
ℎ 13− 15 ℎ 100%
= ℎ
ℎ 16− 18 ℎ 100%
Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang
tertinggal atau terlalu cepat bersekolah. Pembedaan APK dan APM akan
memungkinkan untuk mengetahui terjadinya inefisiensi karena terdapatnya
anak yang berusia lebih dari usia yang seharusnya baik karena mengulang
kelas maupun tidak lulus sekolah.
4. Angka Mengulang (AU)
Angka Mengulang (AU) didefinisikan sebagai perbandingan antara
jumlah murid mengulang pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP,
SLTA dan sebagainya) dengan murid pada jenjang pendidikan tertentu dan
dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan AU ini digunakan untuk
mengetahui banyaknya siswa mengulang di suatu jenjang pendidikan
tertentu pada wilayah tertentu.
Semakin tinggi AU berarti semakin banyak siswa yang mengulang di suatu
jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Nilai AU dapat dihitung dengan
persamaan:
= ℎ
ℎ 100%
5. Angka Putus Sekolah (APtS)
Angka Putus Sekolah (APtS) didefinisikan sebagai perbandingan
antara jumlah murid putus sekolah pada jenjang pendidikan tertentu (SD,
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 14/41
14
SMP, SMA dan sebagainya) dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan
tertentu dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APtS ini
digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa putus sekolah di suatu
jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi AptS
berarti semakin banyak siswa yang putus sekolah di suatu jenjang
pendidikan pada suatu wilayah. Nilai APtS dapat dihitung dengan
persamaan:
= ℎ ℎ
ℎ 100%
Sumber: Wakhinuddin. 2009.
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 15/41
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan yang Digunakan
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian survey digunakan karena peneliti akan melakukan wawancara
terhadap siswa-siswa tingkat SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yang putus sekolah
berkaitan dengan alasan-alasan mengapa putus/berhenti sekolah. Selain itu
wawancara juga dilakukan kepada orang tua siswa dan pihak sekolah (guru dan
kepsek) yang berkaitan dengan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya nilai
APK.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMP/MTs, dan
SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala. Populasi ditentukan menjadi 3
stratifikasi wilayah berdasarkan jarak daerah dari ibu kota kabupaten, yaitu
wilayah rural (pedesaan), suburban (campuran desa dan kota/pinggiran) dan
urban (daerah kota). Penetapan jumlah sekolah dimaksudkan untuk menghemat
tenaga dan biaya serta lokasi sekolah yang terkadang susah untuk dikunjungi
karena jalannya yang belum pengerasan. Sehingga ketika musim hujan terkadang
ada sekolah yang terisolir karena jalan penghubungnya rusak berat.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka jumlah populasi berdasarkan
wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Wilayah KecamatanJumlah
SMP MTs SMA MA SMK
1 Urban Marabahan 4 2 1 2 1
2 Sub urban Alalak
Barambai
Cerbon
4
4
2
3
3
1
2
1
-
1
1
-
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 16/41
16
No Wilayah KecamatanJumlah
SMP MTs SMA MA SMK
Bakumpai
Rantau Badauh
Mandastana
3
4
4
1
3
1
1
1
1
-
1
1
3 Rural Kuripan
Tabukan
Tabunganen
Wanaraya
Anjir Pasar
Anjir MuaraBelawang
Tamban
Mekar Sari
Jejangkit
3
2
5
4
2
42
7
3
1
-
2
4
4
3
2-
5
6
1
1
1
1
1
1
11
2
1
1
-
1
1
-
3
2-
2
4
-
1
1
Jumlah 58 41 18 19 3
Sumber: Data dari BPS Kab. Batola (2014)
Penentuan sampel dengan system cluster random sampling dimana
populasi dikelompokkan berdasarkan ketentuan tertentu (wilayah) diambil secara
acak sekolah sebagai wakil yang representatif dari masing-masing wilayah.
Adapun sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
No Wilayah KecamatanJumlah
SMP MTs SMA MA SMK
1 Urban Marabahan 2 1 1 1 1
2 Sub urban Alalak
Barambai
Cerbon
Mandastana
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
-
1
1
1
-
1
-
-
-
-
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 17/41
17
No Wilayah KecamatanJumlah
SMP MTs SMA MA SMK
3 Rural Anjir Pasar
Anjir Muara
Tamban
Mekar Sari
Jejangkit
1
2
2
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-
-
1
-
-
-
Jumlah 16 12 9 8 2
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian (2015)
C. Alat Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik Wawancara
Metode wawancara yang digunakan adalah interview bebas
terpimpin, merupakan gabungan metode interview bebas dan metode
interview terpimpin. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan terwawancara
adalah guru atau kepala sekolah sekolah yang berkaitan dengan pandangan
mereka terhadap alasan dari putusnya siswa di sekolah yang bersangkutan,
siswa dan orang tua/wali yang putus sekolah tersebut. Dalam
pelaksanaannya, pewancara (peneliti) menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan alasan dan pandangan informan terhadap alasan putus sekolah dan
pendidikan secara umum.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara merekam
data/keterangan yang diperlukan dengan menggunakan peralatan elektronik
yang ada seperti misalnya dengan kamera, tape recorder, dan sebagainya.
Dokumentasi digunakan untuk mencari data awal penelitian (data sekunder)
yang berupa catatan atau dokumen. Data yang dikumpulkan tersebut adalah
bersifat orisinil untuk dapat dipergunakan secara langsung. Teknik ini
digunakan untuk membantu peneliti dalam penyimpanan data yang sudah
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 18/41
18
diperoleh. Adapun data berbentuk dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan BPS Kabupaten Barito Kuala Kalimantan
Selatan tahun 2013 dan data sekolah yang terkait dengan penelitian.
D. Teknik Analisa Data
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis
transkip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun
oleh peneliti untuk menambah pemahaman peneliti sendiri dan untuk
memungkinkan peneliti melaporkan apa yang telah ditemukan pada pihak lain.
Adapun langkah-langkah menganalisis data secara umum, yaitu sebagai berikut:
1. Penyajian data, bertujuan untuk memaparkan data secara rinci dan sistematis
setelah dianalisis ke dalam format yang telah disiapkan.
2. Reduksi data, bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang data yang tidak relevan, dan mengorganisasikannya, sehingga
kesimpulan akhir dapat dirumuskan, menyeleksi secara ketat, membuat
ringkasan dan rangkuman inti.
3. Penarikan kesimpulan, bertujuan untuk memberi arti atau memakai data
yang diperoleh baik melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi.
Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif yaitu uji statistik
dasar untuk menggambarkan APM dan APK tingkat pendidikan SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK kabupaten Barito Kuala tahun 2015 dengan persentase. Dalam
analisis ini semua skor dari masing-masing variabel maupun dari setiap sub
variabelnya dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor idealnya sehingga akan
diperoleh persentase skor.
Untuk mencari persentase digunakan rumus:
P =
x 100%
Keterangan:
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Banyaknya individu
P = Angka persentase (Anas Sudijono, 2011: 43)
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 19/41
19
Untuk menginterpretasikan hasil perhitungan di atas digunakan tabel di
bawah ini:
Tabel 3.3. Kriteria nilai persentase
Kriteria Persentase
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
81-100
61-80
41-60
20-40
0-20
Sumber: Suharsimi Arikunto (2010: 44)
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 20/41
20
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran tentang kondisi APM dan APK jenjang pendidikan SMP/MTs
dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala tahun 2015
Penduduk kabupaten Barito Kuala Tahun 2013 berjumlah 289.995
jiwa yang terdiri dari laki–laki 145.320 jiwa dan perempuan 144.675 jiwa
dengan sex Rasio sebesar 100,45. Bila dibandingkan dengan tahun 2012
jumlah penduduk pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,37%.
Jumlah rumah tangga di Kabupaten Barito Kuala adalah sebesar
79.148 rumah tangga. Dengan distribusi penduduk menurut kecamatan
terbesar adalah Kecamatan Alalak sebanyak 54.347 jiwa dan Kecamatan
Tamban 31.722 jiwa. Sedangkan Jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan
Kuripan dengan jumlah penduduk sebanyak 5.524 jiwa.
Kepadatan penduduk per km2 di Kabupaten Barito Kuala adalah 96,76
jiwa, dimana Kecamatan Alalak adalah kecamatan terpadat dengan 508,63
jiwa per km2
disusul Kecamatan Wanaraya 344,03 jiwa per km2, sedangkan
kecamatan yang kecil kepadatannya yaitu Kecamatan Kuripan sebesar 16,08
jiwa per km2.
Adapun gambaran tentang APM dan APK untuk jenjang pendidikan
SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Angka Partisipasi Murni (APM)
Tahun TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
2011 - 90,74 66,78 43,44
2012 - 92,84 72,17 51,85
2013 - 99,14 75,44 51,45
Sumber: Data BPS tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai APM untuk 3 tahun
terakhir selalu mengalami kenaikan kecuali untuk tahun 2013 tingkat
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 21/41
21
SMA/MA/SMK ada mengalami penurunan sebesar 0,40 dari tahun
sebelumnya. Semakin meningginya nilai APM untuk tiap tahun menunjukkan
bahwa semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di kabupaten
Barito Kuala pada tingkat pendidikan tertentu.
Sedangkan gambaran untuk Angka Partisipasi Kasar (APK) secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Angka Partisipasi Kasar (APK)
Tahun TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
2011 - 100,70 98,50 58,40
2012 - 104,75 95,58 63,99
2013 - 114,20 79,44 61,45Sumber: Data BPS tahun 2015
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk tingkat SD/MI nilai APK
selalu mengalami kenaikan tiap tahun, ini menunjukkan bahwa anak yang
bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI pada wilayah kabupaten Barito
Kuala mengalami peningkatan jumlahnya untuk penduduk usia 7 – 12 tahun.
Artinya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya pada usia yang
tepat sudah sangat tinggi. Sedangkan untuk tingkat SMP/MTs mengalami
penurunan untuk 3 tahun terakhir, artinya bahwa jumlah siswa tingkat
SMP/MTs lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk usia 13 – 15 tahun.
Penurunan ini bisa disebabkan oleh banyaknya siswa yang putus/berhenti
sekolah, pindah, atau meninggal dunia. Sedangkan untuk tingkat
SMA/MA/SMK nilai APK juga mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan
2012, sedangkan pada tahun 201 mengalami penurunan. Artinya bahwa pada
tahun 2011 dan 2012 jumlah siswa tingkat SMA/MA/SMK mengalami
kenaikan dibandingkan jumlah penduduk usia 16 – 18 tahun. Sedangkan
penurunan pada tahun 2013 mungkin disebabkan oleh adanya siswa yang
putus sekolah, pindah, atau meninggal dunia.
Adapun gambaran APK tingkat SMP/MTs untuk tiap kecamatan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 22/41
22
Tabel 4.3 APK jenjang SMP/MTs untuk tiap kecamatan di kabupaten
Barito Kuala 3 tahun terakhir
No Kecamatan 2011 2012 2013
1 Tabunganen 50,12 87,26 89,82
2 Tamban 102,38 89,48 92,04
3 Mekarsari 129,99 125,62 128,18
4 Anjir Pasar 83,61 98,64 101,20
5 Anjir Muara 111,46 115,05 117,61
6 Alalak 69,34 48,53 51,09
7 Mandastana 85,08 101,18 103,74
8 Belawang 89,18 55,55 58,11
9 Wanaraya 99,70 117,25 119,81
10 Rantau Badauh 124,93 106,36 108,92
11 Cerbon 98,20 120,80 123,36
12 Barambai 206,14 52,78 55,34
13 Bakumpai 128,62 107,43 109,99
14 Marabahan 110,07 127,86 130,42
15 Tabukan 135,89 139,10 141,66
16 Kuripan 159,33 107,53 110,09
17 Jejangkit 135,76 92,76 95,32
Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa nilai APK pada 2 tahun
terakhir mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2011. Ini
menunjukkan bahwa 2 tahun terakhir jumlah siswa yang duduk di bangku
SMP/MTs mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2013 dibandingkan
tahun 2012, nilai APK per kecamatan mengalami kenaikan, artinya bahwa
pada tahun 2013 jumlah siswa yang bersekolah di tingkat SMP/MTs
mengalami kenaikan. Nilai APK yang paling terendah adalah kecamatan
Alalak. Artinya bahwa di kecamatan ini jumlah siswa yang bersekolah lebih
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 23/41
23
sedikit dibandingkan jumlah penduduk usia SMP. Hal ini terjadi karena untuk
kecamatan Alalak berbatasan langsung dengan kota Banjarmasin sehingga
banyak penduduk usia sekolah SMP yang meneruskan pendidikan di kota
Banjarmasin.
Sedangkan gambaran APK tingkat SMA/MA/SMK untuk tiap
kecamatan dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 4.4 APK jenjang SMA/MA/SMK untuk tiap kecamatan di
kabupaten Barito Kuala 3 tahun terakhir
No Kecamatan 2011 2012 2013
1 Tabunganen 81 56,69 61
2 Tamban 53,69 66,93 71,243 Mekarsari 65,19 59,39 63,70
4 Anjir Pasar 86,43 72,44 76,75
5 Anjir Muara 103,79 58,69 63
6 Alalak 21,70 61,40 65,71
7 Mandastana 62,08 66,54 70,85
8 Belawang 16,12 41,29 55,31
9 Wanaraya 77,89 61,96 66,27
10 Rantau Badauh 85,09 54,96 59,27
11 Cerbon - - -
12 Barambai 46,82 69,22 71,7
13 Bakumpai 47,67 54,38 67,21
14 Marabahan 128,03 98,25 100,73
15 Tabukan 76,36 75,17 77,65
16 Kuripan 62,63 56,55 59,03
17 Jejangkit 56,05 46,43 58,91
Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa nilai APKM untuk
masing-masing kecamatan < 100 selain Marabahan. Artinya bahwa jumlah
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 24/41
24
siswa di tingkat SMA/MA/SMK masih sedikit. Ini menunjukkan bahwa
tingkat kesadaran masyarakat untuk melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK
masih rendah atau jumlah sekolah yang dimiliki masih sedikit.
Berdasarkan perhitungan nilai APM dan APK dapat diketahui
beberapa hal seperti berikut:
a. Kepadatan Penduduk
Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk untuk Tiap Kecamatan tiap tahun
Kecamatan Luas (km2)
Kepadatan
(penduduk/km2)
2011 2012 2013
TabunganenTamban
Mekarsari
Anjir Pasar
Anjir Muara
Alalak
Mandastana
Belawang
Wanaraya
Barambai
Rantau Badauh
Cerbon
Bakumpai
Marabahan
Tabukan
Kuripan
Jejangkit
240,00164,30
143,50
126,00
117,25
106,85
136,00
80,25
37,50
183,00
261,81
206,00
261,00
221,00
166,00
343,50
203,00
80,02189,39
116,14
122,15
165,52
484,93
103,35
161,98
331,68
77,86
53,16
40,92
35,97
89,02
49,44
15,67
30,43
82,75195,50
117,16
125,68
172,45
501,48
106,45
163,56
339,31
78,68
55,88
42,25
37,15
88,65
50,56
16,01
30,72
84,83193,07
118,62
126,36
174,60
508,63
109,86
167,07
344,03
80,66
56,36
42,95
37,74
91,81
51,42
16,08
31,23
Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)
Tabel di atas menunjukkan bahwa daerah yang paling luas adalah
kecamatan Kuripan namun memiliki kepadatan penduduk yang paling
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 25/41
25
rendah. Hal ini terjadi karena kecamatan Kuripan merupakan kecamatan
yang paling terluar berbatasan langsung dengan kabupaten Hulu Sungai
Utara, sedangkan jumlah kepadatan penduduk yang sedikit karena
kecamatan ini memang termasuk daerah terpencil yang tidak bisa
dikunjungi lewat jalur darat selain dari jalur sungai dengan waktu tempuh
dari ibu kota kabupaten selama ± 2,5 jam. Sedangkan kecamatan yang
paling padat adalah kecamatan Alalak, hal ini dikarenakan daerah ini
merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan kota Banjarmasin,
sehingga penduduknya banyak yang berasal atau bekerja di Banjarmasin.
b. Persebaran Usia Penduduk
Tabel 4.4. Persebaran Penduduk berdasarkan Usia
Usia Penduduk 2011 2012 2013
00 – 04 26.959 27.937 30.132
05 – 09 28.745 26.928 28.377
10 – 14 25.539 25.458 25.785
15 – 19 24.472 24.581 24.233
20 – 24 22.918 24.079 23.050
25 – 29 25.500 24.840 24.396
30 – 34 25.281 25.432 25.895
35 – 39 24.309 24.909 22.741
40 – 44 20.919 22.255 17.941
45 – 49 16.059 17.978 17.941
50 – 54 12.760 14.016 14.202
55 – 59 8.013 9.503 10.062
60 – 64 6.186 6.528 6.804
65 – 69 4.102 4.697 4.564
70 - 74 3.294 3.398 3.442
75 + 3.622 3.536 3.984
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 26/41
26
Jumlah 278.678 286,075 289,995
Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)
Terlihat bahwa pada usia 10 – 14 tahun adalah persebaran
penduduk yang duduk di tingkat SMP/MTs dan 15 – 19 tahun ada siswa
untuk tingkat SMA/MA/SMK. Pada rentang usia 10 – 14 tahun, data
menunjukkan bahwa pada tahun 2012 mengalami penurunan dan pada
tahun 2013 mengalami kenaikan, artinya bahwa jumlah penduduk yang
sekolah di tingkat SMP/MTs sudah mengalami peningkatan. Sedangkan
pada rentang usia 15 – 19 tahun, tahun 2013 mengalami penurunan
dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa adanya
pengurangan jumlah pendudukan yang bersekolah di tingkatSMA/MA/SMK. Inilah salah satu indikasi kenapa pada tingkat
SMA/MA/SMK nilai APK mengalami penurunan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat persebaran siswa untuk tiap
jenjang pendidikan.
Tabel 4.5. Persebaran Siswa tiap jenjang Pendidikan
No Kecamatan2011 2012 2013
1 2 1 2 1 2
1 Tabunganen 717 223 917 238 782 283
2 Tamban 1298 998 1700 843 1364 779
3 Mekarsari 1029 352 999 542 1045 612
4 Anjir Pasar 719 591 1111 676 797 620
5 Anjir Muara 1104 843 1324 845 1153 892
6 Alalak 1435 539 1929 549 1755 647
7 Mandastana 516 468 987 477 553 433
8 Belawang 412 112 533 112 516 123
9 Wanaraya 703 358 1046 358 584 371
10 Barambai 731 259 933 286 813 293
11 Rantau 848 433 1075 433 856 531
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 27/41
27
Badauh
12 Cerbon 339 0 227 - 205 -
13 Bakumpai 373 146 512 146 441 147
14 Marabahan 1141 1334 1648 1370 1150 1450
15 Tabukan 441 285 664 285 457 264
16 Kuripan 346 151 436 151 269 123
17 Jejangkit 373 130 370 130 320 136
Jumlah 14537 9235 18424 9455 15074 9719
Keterangan: 1 SMP/MTs
2 SMA/MA/SMK
Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hanya kecamatan Cerbon
yang tidak mempunyai siswa untuk jenjang SMA/MA.SMK, karena
memang di kecamatan tersebut belum mempunyai jenjang pendidikan
tingkat SMA/MA/SMK. Hal ini dikarenakan wilayah kecamatan Cerbon
berbatasan langsung dengan ibu kota kabupaten yaitu Marabahan
sehingga banyak siswa yang melanjutkan pendidikan atasnya ke
Marabahan. Sedangkan untuk jumlah siswa secara keseluruhan
menunjukkan bahwa pada tingkat SMP/MTs, tahun 2013 mengalami
penurunan jumlah dibandingkan tahun 2012. Salah satu penyebab
turunnya jumlah siswa dikarenakan adanya siswa putus atau pindah
sekolah seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6 Jumlah Siswa Putus Sekolah 3 tahun terakhir untuk tiap
jenjang pendidikan
No TahunPendidikan
JumlahSMP/MTs SMA/MA/SMK
1 2011 75 56 131
2 2012 63 17 80
3 2013 60 12 72
Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 28/41
28
Ternyata pada tahun 2013 jumlah siswa putus sekolah mengalami
penurunan. Ini menunjukkan bahwa rendahnya nilai APK untuk
kabupaten Barito Kuala tahun 2015 bukan dikarenakan banyaknya siswa
yang putus sekolah.
c. Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Persebaran Sekolah
Table 4.7 Hubungan kepadatan penduduk dengan persebaran
sekolah di kabupaten Barito Kuala tahun 2013
No Kecamatan Luas Kepadatan SMP/MTs SMA/MA/SMK Jumlah
1 Tabunganen 240,00 84,83 9 2 11
2 Tamban 164,30 193,07 12 5 17
3 Mekarsari 143,50 118,62 9 5 14
4 Anjir Pasar 126,00 126,36 5 4 9
5 Anjir
Muara
117,25 174,60 6 4 10
6 Alalak 106,85 508,63 7 3 10
7 Mandastana 136,00 109,86 5 2 7
8 Belawang 80,25 167,07 2 1 3
9 Wanaraya 37,50 344,03 8 1 9
10 Barambai 183,00 80,66 7 2 9
11 Rantau
Badauh
261,81 56,36 7 2 9
12 Cerbon 206,00 42,95 3 - 3
13 Bakumpai 261,00 37,74 4 1 5
14 Marabahan 221,00 91,81 6 4 10
15 Tabukan 166,00 51,42 4 2 6
16 Kuripan 343,50 16,08 3 1 4
17 Jejangkit 203,00 31,23 2 1 3
Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa untuk beberapa
kecamatan menunjukkan korelasi yang kurang baik. Contohnya
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 29/41
29
kecamatan Rantau Badauh yang mempunyai kepadatan penduduk sebesar
56,36 tetapi memiliki sarana pendidikan tingkat SMP maupun SMA yang
banyak (9 sekolah). Artinya bahwa jumlah siswa yang bersekolah tiap
jenjang akan sedikit dibandingkan ketersediaan jumlah sekolah. Dengan
kata lain rasio siswa dan jumlah sekolah sangat kecil. Sebaliknya
kecamatan Alalak yang mempunyai kepadatan tertinggi yaitu sebesar
508,63 mempunyai sarana sekolah sebanyak 10 sekolah. Tentunya untuk
tiap jenjang akan menampung jumlah siswa yang relatif lebih banyak dan
menyebabkan rasio siswa dan sekolah akan lebih besar.
B. Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru/kepala sekolah, orang
tua/wali dan siswa dapat dilihat jawabannya sebagai berikut:
a. Tingkat Kesadaran masyarakat akan pendidikan
Tabel 4.8. Sebaran jawaban informan
Tingkat kesadaran masyarakat akan pendidikan
Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent
Valid
Sangat Rendah 2 2.8 2.8 2.8
Rendah 13 18.1 18.1 20.8
Sedang 6 8.3 8.3 29.2
Tinggi 38 52.8 52.8 81.9
Sangat Tinggi 13 18.1 18.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
Sumber: Data hasil wawancara (2015)
Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
(70,9%) menyatakan bahwa masyarakat sudah memiliki kesadaran yang
relatif tinggi. Informan mengatakan bahwa tingginya kesadaran
masyarakat ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang selalu bertambah tiap
tahun untuk tiap jenjang pendidikan. Kalaupun ada yang masih rendah,
itu dikarenakan daerah tersebut relatif sangat jauh dari ibu kota kabupaten
seperti daerah Kuripan yang tidak mempunyai akses jalur darat.
b. Dukungan guru/kepsek dan orang tua/wali murid terhadap pendidikan
anak
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 30/41
30
Tabel 4.9 Dukungan Masyarakat terhadap Pendidikan
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
informan mendukung terhadap pendidikan anak (93%). Ini terlihat dari
beberapa jawaban informan menyatakan bahwa mereka memberikan
semangat kepada anak-anak agar tidak mengalami kesulitan dalam belajar
dan tidak putus sekolah dengan cara memberikan fasilitas yang
dibutuhkan untuk belajar dan tidak meminta siswa untuk membantu
bekerja ketika waktu sekolah. Pihak sekolah pun berusaha untuk tidak
membebani dengan pungutan/biaya yang mahal. Bahkan ada beberapa
sekolah yang memberikan siswa baru pakaian seragam atau kegiatan
rekreasi rgatis agar mereka mau sekolah.
c. Jarak sekolah dengan tempat tinggal
Table 4.10 Jarak sekolah dengan pemukiman
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 31/41
31
Berdasarkan table di atas dapat disimpullkan bahwa sebagian besar
siswa mempunyai tempat tinggal yang dekat dengan sekolah (59,7%).
Kalaupun jauh, siswa terkadang menggunakan alat transportasi seperti
sepeda dan sepeda motor.
d. Kualitas sumber daya manusia di sekolah (tenaga pendidik dan non
kependidikan)
Table 4.11 Kualitas SDM sekolah
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
Berdasarkan table di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat
kualitas guru dan tenaga non kependidikan yang dimiliki sekolah sudah professional (93,1%). Tingkat professional ini dilihat dari jawaban
informan yang menyatakan bahwa sebagian besar guru dan staf sudah
berpendidikan minimal S1 dan kepala sekolah S2.
e. Kualitas layanan dan sarana prasarana sekolah
Tabel 4.12. Layanan dan prasarana sekolah
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 32/41
32
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
Berdasarkan table di atas terlihat bahwa layanan yang diberikan
pihak sekolah dan prasarana yang dimiliki sudah baik (75%) terutama
untuk sekolah yang berstatus negeri dan lama, sedangkan untuk sekolah
yang berstatus swasta dan baru terkait masalah sarana prasarana dianggap
masih relative kurang, terlebih lagi adalah tentang sarana olahraga dan
lapangan. Hal ini dikarenakan ada beberapa sekolah yang mempunyai
lokasi dekat dengan persawahan sehingga ketika musim penghujan.
f. Kondisi Lingkungan tempat tinggal siswa
Table 4.13 Kondisi lingkungan pemukiman
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
Berdasarkan table di atas terlihat bahwa sekitar 69,5% dari
jawaban informan menyatakan bahwa lingkungan siswa sudah
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 33/41
33
mendukung dalam kegiatan pendidikan. Para orang tua siswa aktif dan
turut berperan serta dalam menjaga keberlangsungan proses pembelajaran
dengan aktif mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh komite sekolah.
g. Tingkat kesusahan siswa dalam pemahaman materi
Tabel 4.14. Tingkat kesusahan siswa dalam belajar
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Kalaupun ada dikarenakan memang mata pelajaran yang cukup sulit
difahami seperti matematika dan lain-lain.
h. Siswa sibuk membantu orang tua/bekerja
Tabel 4.15 Sibuk membantu orang tua
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 34/41
34
Berdasarkan dari informasi yang disampaikan informan terlihat
jelas bahwa sebagian besar siswa membantu orang tua dalam menopang
perekonomian keluarga dengan ikut bekerja sebagai petani. Tidak jarang
ketika musim panen tiba, banyak siswa yang bolos atau tidak mengikuti
pembelajaran karena sibuk membantu orang tua di sawah. Ada juga siswa
yang membantu orang tua bekerja di sawah ketika pulang sekolah
sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran baik di sekolah maupun
di rumah.
i. Ketersediaan buku penunjang/pelajaran
Tabel 4.16 Ketersediaan buku penunjang
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
Berdasarkan jawaban informan dari guru dan siswa menunjukkan
bahwa ketersediaan buku penunjang baik yang dimiliki oleh perpustakan
sekolah maupun yang dimiliki siswa sangat terbatas sekali.
j. Anggaran pendidikan yang disediakan pemerintah daerah
Tabel 4.17 Anggaran pendidikan dari pemerintah
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 35/41
35
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
Berdasarkan dari jawaban yang diberikan informan, bahwa sekolah
sangat minim sekali untuk mendapat batuan anggaran dari pemerintah
daerah. Bahkan untuk sekolah yang berada di bawah kementerian agama
hampir tidak pernah mendapat alokasi dana dari pemerintah daerah.
k. Siswa memperdalam ilmu di pondok pesantren
Tabel 4.18 Siswa menuntut ilmu di pesantren
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
Siswa yang melanjutkan pendidikan di pesantren sangat sedikit
sekali. Ini menunjukkan bahwa orang tua siswa sudah menganggap
anaknya cukup dalam pendidikan di bidang agama yang diberikan di
sekolah. Kalaupun ada siswa mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di
sekitar tempat tinggal setelah pulang sekolah.
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 36/41
36
l. Biaya sekolah yang mahal/adanya pungutan
Tabel 4.19 Biaya sekolah
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
Sebagian informan menyatakan bahwa biaya sekolah di kabupaten
Barito Kuala tidak mahal, bahkan digratiskan untuk tingkat pendidikan
tertentu. Kalaupun ada pungutan itu tidak seberapa dan orang tua siswa
tidak merasa keberatan dengan pungutan tersebut (terutama di sekolah
yang berstatus swasta).
m. Tingkat kemalasan siswa dalam bersekolah
Tabel 4.20 Kemalasan siswa sekolah
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)
Berdasarkan table di atas terlihat bahwa tingkat kemalasan siswa
sangat rendah. Ini terlihat dari tingkat kehadiran siswa di sekolah yang
relative tinggi. Kalaupun ada yang tidak hadir dikarenakan siswanya sakit.
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 37/41
37
C. Faktor-faktor Penyebab Turunnya APK untuk jenjang Pendidikan
SMP/MTs dan SMA/MA/SMK
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dari laporan BPS kabupaten
Barito Kuala dapat disimpulkan faktor-faktor yang menyebabkan turunnya
APK untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK antara lain:
a. Usia Siswa Sekolah
Berdasarkan dari hasil analisis data skunder dapat disimpulkan
bahwa rentang usia siswa yang aktif di SMP/MTs bukan diantara 13 – 15
tahun. Khususnya untuk kecamatan yang relatif jauh dari perkotaan,
biasaya tidak membatasi usia siswa baru sehingga tidak jarang ada siswa
baru yang berumur < 13 tahun karena mereka masuk SD relatif masih
muda 6 – 7 tahun. Orang tua hampir jarang memasukan anaknya untuk
sekolah di tingkat PAUD/TK. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut
hanya membuang waktu dan biaya sedangkan manfaatnya kurang
sehingga mereka lebih suka memasukan anaknya langsung ke SD.
Berdasarkan sebaran penduduk usia sekolah tingkat SMA/MA/
SMK (15 – 19 tahun) jumlah siswa mengalami penurunan dari 3 tahun
terakhir. Hal ini dikarenakan adanya siswa yang pindah sekolah ke luar
daerah karena mengikuti orang tua atau juga dikarenakan banyak siswa
yang umur 15 – 19 tahun berdomisili di daerah kabupaten Barito Kuala
tetapi bersekolah di luar daerah karena jaraknya yang relative dengan
dengan tempat tinggal misalnya siswa yang tinggal di kecamatan Alalak,
mereka lebih banyak bersekolah di kota Banjarmasin
b. Budaya
Berdasarkan dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa
sebagian masyarakat di kabupaten Barito Kuala teurtama yang berada di
kecamatan yang jauh dari perkotaan cenderung mempunyai tingkat
kesadaran yang rendah tentang pentingnya pendidikan. Terutama
masyarakat yang mempunyai anak perempuan cenderung akan
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 38/41
38
mengawinkan anaknya kalau ada yang datang melamar. Mereka
beranggapan anak perempuan asal bisa membaca dan menulis saja sudah
cukup karena mereka kerjanya di dapur.
c. Jarak tempat tinggal terhadap sekolah
Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa untuk
beberapa daerah, banyak siswa yang mempunyai tempat tinggal yang
relative jauh ke sekolah. Untuk berangkat ke sekolah mereka cenderung
menggunakan sepeda dan sepeda motor atau diantar oleh orang tua karena
tidak mempunyai sepeda motor atau tidak bisa menggunakan sepeda. Hal
ini bisa menyebabkan siswa putus sekolah karena ketika musim kerja,
orang tua sibuk bekerja di sawah dan tidak bisa mengantar anak ke
sekolah sehingga terkadang berujung pada anaknya putus sekolah.
d. Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah
Sebagian besar lokasi sekolah berada dekat dengan persawahan,
bahkan ada beberapa guru bertani di sawah di sekitar lokasi sekolah.
Lokasi yang kurang strategis ini tentunya akan menyebabkan kurangnya
sarana dan prasarana terutama lapangan untuk upacara dan olahraga.
Selain dari lokasi, status sekolah juga mempengaruhi kondisi sarpras yang
dimiliki sekolah. Umumnya di sekolah yang berstatus swasta cenderung
mempunyai sarpras yang sangat minim dan kurang mendukung proses
pembelajaran. Hal ini terjadi karena mereka tidak mempunyai biaya yang
memadai karena kurangnya pendanaan dari pemerintah daerah.
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 39/41
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Adapun gambaran kondisi APM dan APK untuk jenjang pendidikan
SMP/MTs untuk tahun 2013 adalah 79,44 dan SMA/MA/SMK adalah 61,45.
2. Faktor-faktor penyebab turunnya APK untuk jenjang pendidikan SMP/MTs
dan SMA/MA/SMK di Kabupaten Barito Kuala tahun 2015, meliputi:
a. Usia Siswa Sekolah
Banyaknya siswa yang mempunyai usia di luar rentang
perhitungan APK menyebabkan nilai APK menjadi lebih tinggi pada
tingkat SD dan lebih rendah pada tingkat SMP/MTs atau tinggi pada
tingkat SMP/MTs dan rendah pada tingkat SMA/MA/SMK.
b. Putus/Pindah Sekolah
Masih banyak siswa yang putus sekolah karena pendidikan
dianggap tidak begitu penting untuk siswa perempuan atau karena adanyalamaran dari orang lain. Siswa pindah ke luar daerah karena mengikuti
orang tua.
c. Jarak tempat tinggal terhadap sekolah
Masih ada dan banyak siswa yang berdomisili di kabupaten Barito
Kuala tetapi mengambil sekolah di daerah lain karena jarak yang relative
dekat dengan tempat tinggal.
d. Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah
Masih ada sekolah yang mempunyai keterbatasan sarana dan
prasarana sekolah seperti lapangan olahraga
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 40/41
40
B. Opsi Kebijakan
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dibuat opsi kebijakan seperti
berikut:
1. Perlu adanya penyusunan data mentah yang sesuai dengan data yang diminta
dalam rumus perhitungan APK bersumber dari satu pintu sehingga tidak ada
data yang berbeda. Hal ini bisa dilakukan berupa koordinasi dengan
beberapa stake holder untuk membuat homebase data yang sama.
2. Perlu adanya kegiatan kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman
akan pentingnya pendidikan untuk semua. Hal ini bisa dilakukan dengan
cara mengaktifkan dewan pendidikan yang merupakan lembaga di atas
komite sekolah. Atau juga dengan UPT dinas pendidikan untuk masing-
masing kecamatan agar bisa melakukan sosialisasi tentang pentingnya
pendidikan.
3. Menyediakan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu dan berprestasi. Hal
ini bisa dilakukan dengan meminta bantuan dari kegiatan CSR perusahaan
yang ada di Kabupaten Barito Kuala.
4. Perlunya peningkatan pendanaan dari pemerintah daerah terutama dalam hal
pengadaan sarana prasarana yang berkaitan langsung dengan proses
pembelajaran seperti lapangan olahraga dan lain-lain dengan menganggarkan
APBD kabupaten Barito Kuala untuk peningkatan sarana prasarana sekolah.
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 41/41
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo(Rajawali Press).
Anonim. 2012. Buku Saku Disdik Batola 2012. Bapeda. Barito Kuala.
Anonim. Panduan Pendidikan Berspektif Gender . http://www.lppm.uns.a.c.id.Diunduh tanggal 25 April 2015
Anonim. Profil Kabupaten Barito Kuala.
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/displayprofil.php?ia=6304.Diunduh tanggal 22 April 2015.
Kemendiknas. 2003. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.http://usu.ac.id/public/content/files/sisdiknas.pdf. Diunduh tanggal 21 Maret
2015
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Graha Ilmu:Yogyakarta.
Paul Suparno, dkk (2002). Reformasi Pendidikan. Kanisius: Yogyakarta.
Siti Nurhayati. 2012. Metodologi Penelitian Praktis. Edisi Dua. Pekalongan
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung
Suharsimi Arikunto. 2010. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. JakartaWakhinuddin. 2009. Angka Pertisipasi dalam Pendidikan. Diakses melalui
http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/08/07/angka-partisipasi-dalam- pendidikan/