laporan jarlit 2015 bapeda

41
7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 1/41 1 LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN PUSLITJAK DENGAN JARLIT PROV/KAB/KOTA TAHUN 2015 JUDUL PENELITIAN: PEMETAAN APM DAN APK TINGKAT PENDIDIKAN SMP/MTS DAN SMA/MA/SMK KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2015 Oleh: 1. Ketua : Baseran Nor, M.Pd. 2. Anggota : H. Sarbini, S.Pd., M.Pd. 2. Anggota : Dra. Aulia Azizah, M.Kes. 3. Anggota : Dra. Ani Mariani, M.P. JARLIT KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

Upload: shzughiemhien

Post on 05-Mar-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hasil Penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 1/41

1

LAPORAN PENELITIAN

KERJA SAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN

PUSLITJAK DENGAN JARLIT PROV/KAB/KOTA

TAHUN 2015

JUDUL PENELITIAN:

PEMETAAN APM DAN APK TINGKAT PENDIDIKAN SMP/MTS DAN

SMA/MA/SMK KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2015

Oleh:

1. Ketua : Baseran Nor, M.Pd.

2. Anggota : H. Sarbini, S.Pd., M.Pd.

2. Anggota : Dra. Aulia Azizah, M.Kes.

3. Anggota : Dra. Ani Mariani, M.P.

JARLIT KABUPATEN BARITO KUALA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

TAHUN 2015

Page 2: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 2/41

2

HALAMAN PENGESAHAN

USULAN KERJA SAMA PENELITIAN ANTARA PUSLITJAK DENGAN

JARLIT PROV/KAB/KOTA

1. Judul Penelitian PEMETAAN APM DAN APKTINGKAT PENDIDIKAN

SMP/MTS DAN SMA/MA/SMK

KABUPATEN BARITO KUALA

TAHUN 2015

2. Ketua Peneliti

a.  Nama Lengkap dan Gelar Baseran Nor, M.Pd.

b.  Jenis Kelamin Laki-laki

c.  Pangkat dan Golongan/Ruang Penata Muda Tingkat I/ III b

d.  NIP atau Nomor indetitas lain 19820321 200604 1 001

e.  Nama Jarlit Prov/Kab/Kota Jarlit Kabupaten Barito Kuala

f.  Alamat Kantor Jl. Komplek Perkantoran BaritoKuala

g.  Nomor HP 081225829545

h.   E-mail address  [email protected] 

3. Lama Penelitian 3 Bulan

4. Biaya Penelitian

a.  Beban Puslitjak Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta

Rupiah)

b.  Beban Jarlit / Kota Rp. 11.084.500,- (Sebelas Juta

Delapan Puluh Empat Ribu Lima

Ratus Rupiah)

c.  Lainnya .. Rp. ...Marabahan, 28 April 2015

Mengetahui/Menyetujui Ketua Peneliti,

Kepala BAPEDA Kab. Batola 

Ir. Achmad Kusnandar, M.Si Baseran Nor, M.Pd.

NIP. 19582601 198503 1 004 NIP 19820321 200604 1 001

Page 3: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 3/41

3

KATA PENGANTAR

Pembangunan pendidikan merupakan modal utama bagi pemerintah

Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten yang berada di Kalimantan

Selatan mempunyai visi pembangunan pendidikan yaitu terwujudnya pendidikan

 bermutu yang menghasilkan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan teknologi dan

seni dengan bingka iman dan taqwa. Berdasarkan laporan BPS kabupaten Barit Kuala

 bahwa nilai APK untuk SMP/MTs tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 16,14

(16,89%) dibandingkan nilai APK tahun 2012, sedangkan untuk SMA/MA/SMK

mengalami penurunan sebesar 2,54 (3,97%) dibandingkan tahun 2012.

Untuk itu kepala daerah kabupaten Barito Kuala berencana melakukan

 pemetaan APM dan APK serta mencari faktor-faktor yang menyebabkan turunnya

nilai APK tingkat pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK tahun 2015. Dukungan

dari daerah ditunjukkan dengan adanya dana pendamping sebesar Rp 11.084.500,00

(Sebelas juta delapan puluh empat ribu lima ratus rupiah).

Semoga penelitian ini bermanfaat dan kritik dan saran yang membangun

sangat kami harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.

Hormat kami, 

Tim Peneliti

Page 4: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 4/41

4

DAFTAR ISI

Cover Laporan ................................................................................................... 1

Halaman Pengesahan ......................................................................................... 2

Kata Pengantar ................................................................................................... 3Daftar Isi ............................................................................................................ 4

Bab I Pendahuluan ............................................................................................ 5

A.  Latar Belakang ................................................................................... 5

B.  Perumusan Masalah ........................................................................... 7

C.  Tujuan Penelitian ............................................................................... 7

D.  Hasil Yang Diharapkan ...................................................................... 7

Bab II Kajian Teori dan Kerangka Konseptual ................................................... 8

A.  Kebijakan Pembangunan di Kabupaten Barito Kuala ......................... 9B.  Pemerataan Pendidikan ...................................................................... 11

Bab III Metode Penelitian .................................................................................. 14

A.  Pendekatan yang Digunakan .............................................................. 14

B.  Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 14

C.  Alat Pengumpulan Data ..................................................................... 17

D.  Teknik Analisa Data .......................................................................... 18

Bab IV Hasil Penelitian ...................................................................................... 20

A.  Gambaran tentang Kondisi APM dan APK ................................ ........ 20

B.  Hasil wawancara ................................................................................ 29

C.  Faktor-faktor Penyebab Turunnya APK ............................................. 38

Bab V Penutup ................................................................................................... 40

A.  Kesimpulan ....................................................................................... 40

B.  Opsi Kebijakan .................................................................................. 41

Daftar Pustaka

Page 5: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 5/41

5

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun prinsip penyelenggaraan pendidikan menurut Undang-Undang

 Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4 adalah

 pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, dan kemajemukan bangsa. Dalam konteks ini, pendidikan diadakan

untuk memberikan pelayanan kepada semua warga negara Indonesia tanpa

memandang suku, ras dan agama.

Menurut Paul Suparno, dkk (2002: 18) pemerintah mempunyai tiga fungsi

yang penting dalam pendidikan sekolah bagi generasi muda. Pertama, pemerintah

harus membantu agar setiap orang muda mendapatkan pendidikan yang layak.

Jadi, ada pemerataan pendidikan. Pemerintah yang dapat menjaga dan

memajukan, bahkan mengharuskan agar setiap anak umur sekolah mendapatkan

kesempatan sekolah, sehingga anak-anak nanti dapat menjadi warga masyarakat

yang aktif. Kedua, pemerintah harus membantu dalam hal dana pendidikan,

terutama pendidikan dasar generasi muda. Maka, penyelenggaraan sekolah dasar

 perlu dibantu dengan dana. Terlebih di tempat-tempat yang miskin dan

terbelakang, dimana masyarakat belum mampu mengusahakan pendidikan

sendiri. Ketiga, dalam hal kebijakan umum. Pemerintah harus bisa membuat dan

menyusun kebijakan umum yang memudahkan dan mendukung mutu pendidikan

seperti adanya alokasi dana khusus pendidikan dari APBN maupun APBD.

Page 6: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 6/41

6

Pembangunan pendidikan merupakan modal utama bagi pemerintah

Kabupaten Barito Kuala untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang

 berkualitas di masa yang akan datang. Sebagai salah satu kabupaten yang berada

di Kalimantan Selatan mempunyai visi pembangunan pendidikan yaitu

terwujudnya pendidikan bermutu yang menghasilkan sumber daya manusia, ilmu

 pengetahuan teknologi dan seni dengan bingkai iman dan taqwa (2012: 1). Usaha

 pencapaian visi tersebut direalisasikan dengan menetapkan lima pilar kebijakan

 pokok pembangunan pendidikan, yaitu (1) meningkatkan ketersediaan layanan

 pendidikan, (2) meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan, (3)

meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan, (4) meningkatkan

kesetaraan memperoleh layanan pendidikan, (5) meningkatkan kepastian

keterjaminan memperoleh layanan pendidikan (2012: 8). Salah satu strategi yang

dicanangkan pemerintah kabupaten Barito Kuala adalah dengan meningkatkan

Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).

 Namun berdasarkan laporan BPS kabupaten Barito Kuala tahun 2014,

nilai APK di tingkat pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK untuk kabupaten

Barito Kuala mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di di bawah ini:

Tabel 1.1 Angka Partisipasi Kasar (APK)

TAHUN TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

2008 - 110,35 87,67 20,17

2009 - 109,67 85,41 47,88

2010 - 111,68 99,85 39,75

2011 - 100,70 98,50 58,40

2012 - 104,75 95,58 63,99

2013 - 114,20 79,44 61,45

2014 -

2015 -

Sumber: Data BPS Kab Barito Kuala (2014)

Page 7: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 7/41

7

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai APK untuk SMP/MTs

tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 16,14 (16,89%) dibandingkan nilai

APK tahun 2012, sedangkan untuk SMA/MA/SMK mengalami penurunan

sebesar 2,54 (3,97%) dibandingkan tahun 2012. Maka disimpulkan bahwa terjadi

 permasalahan di tingkat pendidikan SMP dan SMA yaitu pada rasio jumlah

siswa yang sedang sekolah terhadap jumlah penduduk usia tingkat SMP/MTs dan

SMA/MA/SMK. Artinya bahwa ada kemungkinan siswa yang berhenti atau

 putus sekolah. Hal ini tentu saja sangat tidak sesuai dengan visi dari kabupaten

Barito Kuala yang disampaikan sebelumnya.

Permasalahan inilah yang mendorong tim jarlit Batola untuk 2015

mengangkat penelitian dengan judul “Pemetaan APM dan APK tingkat

Pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK kabupaten Barito Kuala tahun 2015”.

B.  Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.  Bagaimana gambaran tentang kondisi APM dan APK jenjang pendidikan

SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala tahun 2015?

2.  Apakah faktor-faktor penyebab turunnya APK untuk jenjang pendidikan

SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala tahun 2015?

C.  Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1.  Untuk mengetahui gambaran kondisi APM dan APK jenjang pendidikan

SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala tahun 2015.

2.  Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab turunnya APK untuk jenjang

 pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala tahun

2015.

Page 8: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 8/41

8

D.  Hasil Yang Diharapkan

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah terciptanya pemetaan

APM dan APK untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di

kabupaten Barito Kuala tahun 2015 untuk setiap kecamatan. Selain itu dengan

diketahuinya faktor yang menyebabkan turunnya nilai APK tahun 2013 untuk

tingkat SMP/MTs dan SMA/MA/SMK.

Page 9: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 9/41

9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A.  Kebijakan Pembangunan di Kabupaten Barito Kuala

Kabupaten Barito Kuala adalah salah satu dari 13 kabupaten/kota di

 provinsi Kalimantan Selatan. Ibu kotanya adalah Marabahan dan merupakan

kabupaten yang bersebelahan dengan kecamatan Kuala Kapuas Provinsi

Kalimantan Tengah. Kabupaten ini memiliki luas sebesar Kabupaten Barito

Kuala adalah salah satu pemerintah kabupaten di provinsi Kalimantan

Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Marabahan. Kabupaten ini

memiliki luas wilayah 2.376,22 km² memiliki 200 desa dan 17 kecamatan.

Kabupaten Barito Kuala merupakan pemekaran dari Kabupaten Banjar.

Kabupaten Barito Kuala terletak paling barat dari Provinsi Kalimantan Selatan

dengan batas-batas: sebelah utara Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten

Tapin, sebelah selatan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Banjar dan Kota Banjarmasin, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan letak astronomis berada

 pada 2°29’50”- 3°30’18” Lintang Selatan dan 114°20’50” - 114°50’18” Bujur

Timur.

Kabupaten Barito Kuala berada pada hamparan wilayah yang datar rendah

dengan ketinggian 0,2 - 3 meter di atas permukaan laut. Karena merupakan

dataran rendah, maka hampir semua kecamatan yang ada di Kabupaten Barito

Kuala tumbuh hutan galam yang digunakan sebagai bahan bangunan juga

tumbuhan purun yang berguna untuk anyaman tikar, bakul dan sebagainya.

(http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/displayprofil.php?ia=6304).

Pembangunan pendidikan di kabupaten Barito Kuala dari tahun ke tahun

mengalami kemajuan dalam berbagai bidang terutama untuk mencapai visi

“terwujudnya pendidikan bermutu yang menghasilkan sumber daya manusia,

ilmu pengetahuan teknologi dan seni dengan bingkai iman dan taqwa. Visi

tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) misi sebagai berikut: 1) meningkatkan

Page 10: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 10/41

10

 pelayanan penyelenggaraan pendidikan TK/SD; 2) meningkatkan pelayanan

 penyelenggaraan pendidikan SMP/SMA/SMK; 3) meningkatkan kualitas

 pendidikan dan pelatihan non formal, pemuda dan olah raga; 4) meningkatkan

 profesionalitas tenaga pendidik SD/SMP/SMA/SMK; dan 5) meningkatkan

kesejahteraan guru TK/SD/SMP/SMA/SMK (Bapeda, 2012: 1).

Pemerintah Kabupaten Barito Kuala menyadari bahwa pembangunan pada

 berbagai bidang kehidupan masyarakat dapat terwujud apabila ditunjang kualitas

sumber daya manusia yang terbentuk melalui bidang pendidikan. Oleh sebab itu

 pembangunan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama dalam menentukan

kebijakan pembangunan di kabupaten Barito Kuala. Berbagai program

 pendidikan menetapkan sasaran umum yaitu: a) Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD), b) Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun, c) sarana dan prasarana sekolah, d)

 pendidikan menengah umum/pendidikan kejuruan, e) pendidikan non formal,

kepemudaan dan olah raga, f) sertifikasi guru, g) peningkatan SDM dan h)

teknologi informatika dan komputer.

Kegiatan strategis bidang pendidikan dilaksanakan dalam bentuk: a)

meningkatkan pelayanan administrasi penyelenggaraan pendidikan, b)

meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, c) meningkatkan

Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM), d)

memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dan meningkatkan pemenuhan

kebutuhan personil sekolah dan tenaga kependidikan yang berkualitas, e)

meningkatkan penyelenggaraan pendidikan baik oleh pemerintah maupun

 bersama masyarakat, f) meningkatkan peran, partisipasi masyarakat dan orang

tua murid dalam memajukan pendidikan, g) meningkatkan pembinaan terhadap

generasi muda dan pengembangan prestasi di bidang olah raga, h) meningkatkan

 penyelenggaraan pendidikan dilakukan oleh masyarakat dan meningkatkan peran

serta masyarakat melalui wadah komite sekolah dan dewan sekolah dalam

menunjang pelaksanaan kegiatan pendidikan (Bapeda, 2012: 2 – 3).

Page 11: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 11/41

11

B.  Pemerataan Pendidikan

Pemerintah Indonesia pada umumnya dan pemerintah kabupaten Barito

Kuala pada khususnya mengupayakan agar memberikan pelayanan pendidikan

yang menyeluruh kepada semua warga negara yang berusia sekolah. Adanya

 pemerataan pelayanan pendidikan ini tentunya dapat mengetahui seberapa besar

cakupan pelayanan pendidikan yang telah ada di tingkat kabupaten sekaligus

untuk mengetahui berapa banyak anak yang belum terlayani pendidikannya

untuk setiap kelompok usia sekolah dan setiap jenjang pendidikan. Adapun akses

dan pemerataan pendidikan dapat dilihat dari 3 aspek,

(http://www.lppm.uns.a.c.id) yaitu:

1.  Angka Partisipasi Sekolah (APrS)

APrS digunakan untuk mengetahui cakupan pelayanan pendidikan

untuk setiap kelompok usia sekolah dan menggambarkan jumlah anak

kelompok usia tertentu yang sedang sekolah tanpa membedakan jenjang

 pendidikan yang ditempuh. APrS dibedakan ke dalam: APrS usia 7-12 tahun

adalah persentase anak usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah di tingkat

SD dan MI serta yang telah bersekolah di SMP dan MTs dibagi jumlah

 penduduk usia 7-12 tahun dikalikan 100 persen, APrS usia 13-15 tahun,

APrS usia 16-18 tahun dan APrS usia 19-24 tahun.

Angka Partisipasi Sekolah (APrS) didefinisikan sebagai perbandingan

antara jumlah murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada

 berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang

sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator ini digunakan untuk

mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua

 jenjang pendidikan. Makin tinggi APrS berarti makin banyak anak usia

sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Nilai ideal APrS = 100% dan tidak

akan terjadi lebih besar dari 100%, karena murid usia sekolah dihitung dari

murid yang ada di semua jenjang pendidikan pada suatu daerah. Nilai APtS

dapat dihitung dengan persamaan:

Page 12: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 12/41

12

APrS= N1

N2 x 100% 

Dimana

 N1 = Jumlah murid berbagai jenjang pendidikan pada kelompok usiasekolah tertentu

 N2 = Jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah tertentu yang sesuai.

2.  Angka Partisipasi Murni (APM)

APM didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa

kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk

usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM

digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah

 pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai. Semakin tinggi APM berarti

 banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah pada tingkat

 pendidikan tertentu. Nilai ideal APM = 100%. Nilai APM dapat ditentukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

   = ℎ 7− 12 ℎ

 ℎ 7− 12 ℎ 100% 

   = ℎ 13− 15 ℎ

 ℎ 13− 15 ℎ 100% 

   = ℎ 16− 18 ℎ

 ℎ 16− 18 ℎ 100% 

3.  Angka Partisipasi Kasar (APK)

APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang

sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok

usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Misal, APK SD

sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah

 penduduk kelompok usia 7 sampai 12 tahun ditambah dengan anak yang ikut

 pendidikan non formal seperti paket A. Hasil perhitungan APK digunakan

untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang

 pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Nilai APK dapat ditentukan

Page 13: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 13/41

13

dengan membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah (atau jumlah

siswa), tanpa memperhitungkan umur, pada jenjang pendidikan tertentu

dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang

 pendidikan tersebut. Adapun rumus yang dapat digunakan sebagai berikut:

   = ℎ

 ℎ 7− 12 ℎ 100% 

   = ℎ

 ℎ 13− 15 ℎ 100% 

   = ℎ

 ℎ 16− 18 ℎ 100% 

Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang

tertinggal atau terlalu cepat bersekolah. Pembedaan APK dan APM akan

memungkinkan untuk mengetahui terjadinya inefisiensi karena terdapatnya

anak yang berusia lebih dari usia yang seharusnya baik karena mengulang

kelas maupun tidak lulus sekolah.

4.  Angka Mengulang (AU) 

Angka Mengulang (AU) didefinisikan sebagai perbandingan antara

 jumlah murid mengulang pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP,

SLTA dan sebagainya) dengan murid pada jenjang pendidikan tertentu dan

dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan AU ini digunakan untuk

mengetahui banyaknya siswa mengulang di suatu jenjang pendidikan

tertentu pada wilayah tertentu.

Semakin tinggi AU berarti semakin banyak siswa yang mengulang di suatu

 jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Nilai AU dapat dihitung dengan

 persamaan:

   =  ℎ

 ℎ   100% 

5.  Angka Putus Sekolah (APtS) 

Angka Putus Sekolah (APtS) didefinisikan sebagai perbandingan

antara jumlah murid putus sekolah pada jenjang pendidikan tertentu (SD,

Page 14: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 14/41

14

SMP, SMA dan sebagainya) dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan

tertentu dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APtS ini

digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa putus sekolah di suatu

 jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi AptS

 berarti semakin banyak siswa yang putus sekolah di suatu jenjang

 pendidikan pada suatu wilayah. Nilai APtS dapat dihitung dengan

 persamaan:

  =   ℎ ℎ

 ℎ   100% 

Sumber: Wakhinuddin. 2009.

Page 15: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 15/41

15

BAB III

METODE PENELITIAN

A.  Pendekatan yang Digunakan

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian survey digunakan karena peneliti akan melakukan wawancara

terhadap siswa-siswa tingkat SMP/MTs dan SMA/MA/SMK yang putus sekolah

 berkaitan dengan alasan-alasan mengapa putus/berhenti sekolah. Selain itu

wawancara juga dilakukan kepada orang tua siswa dan pihak sekolah (guru dan

kepsek) yang berkaitan dengan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya nilai

APK.

B.  Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMP/MTs, dan

SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala. Populasi ditentukan menjadi 3

stratifikasi wilayah berdasarkan jarak daerah dari ibu kota kabupaten, yaitu

wilayah rural (pedesaan), suburban (campuran desa dan kota/pinggiran) dan

urban (daerah kota). Penetapan jumlah sekolah dimaksudkan untuk menghemat

tenaga dan biaya serta lokasi sekolah yang terkadang susah untuk dikunjungi

karena jalannya yang belum pengerasan. Sehingga ketika musim hujan terkadang

ada sekolah yang terisolir karena jalan penghubungnya rusak berat.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka jumlah populasi berdasarkan

wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Wilayah KecamatanJumlah

SMP MTs SMA MA SMK

1 Urban Marabahan 4 2 1 2 1

2 Sub urban Alalak

Barambai

Cerbon

4

4

2

3

3

1

2

1

-

1

1

-

Page 16: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 16/41

16

No Wilayah KecamatanJumlah

SMP MTs SMA MA SMK

Bakumpai

Rantau Badauh

Mandastana

3

4

4

1

3

1

1

1

1

-

1

1

3 Rural Kuripan

Tabukan

Tabunganen

Wanaraya

Anjir Pasar

Anjir MuaraBelawang

Tamban

Mekar Sari

Jejangkit

3

2

5

4

2

42

7

3

1

-

2

4

4

3

2-

5

6

1

1

1

1

1

1

11

2

1

1

-

1

1

-

3

2-

2

4

-

1

1

Jumlah 58 41 18 19 3

Sumber: Data dari BPS Kab. Batola (2014)

Penentuan sampel dengan system cluster random sampling dimana

 populasi dikelompokkan berdasarkan ketentuan tertentu (wilayah) diambil secara

acak sekolah sebagai wakil yang representatif dari masing-masing wilayah.

Adapun sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Wilayah KecamatanJumlah

SMP MTs SMA MA SMK

1 Urban Marabahan 2 1 1 1 1

2 Sub urban Alalak

Barambai

Cerbon

Mandastana

2

2

1

2

1

1

1

1

1

1

-

1

1

1

-

1

-

-

-

-

Page 17: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 17/41

17

No Wilayah KecamatanJumlah 

SMP MTs SMA MA SMK

3 Rural Anjir Pasar

Anjir Muara

Tamban

Mekar Sari

Jejangkit

1

2

2

1

1

1

1

2

2

1

1

1

1

1

1

1

1

1

1

-

-

1

-

-

-

Jumlah 16 12 9 8 2

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian (2015)

C.  Alat Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.  Teknik Wawancara

Metode wawancara yang digunakan adalah interview bebas

terpimpin, merupakan gabungan metode interview bebas dan metode

interview terpimpin. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan terwawancara

adalah guru atau kepala sekolah sekolah yang berkaitan dengan pandangan

mereka terhadap alasan dari putusnya siswa di sekolah yang bersangkutan,

siswa dan orang tua/wali yang putus sekolah tersebut. Dalam

 pelaksanaannya, pewancara (peneliti) menanyakan hal-hal yang berkaitan

dengan alasan dan pandangan informan terhadap alasan putus sekolah dan

 pendidikan secara umum.

2.  Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara merekam

data/keterangan yang diperlukan dengan menggunakan peralatan elektronik

yang ada seperti misalnya dengan kamera, tape recorder, dan sebagainya.

Dokumentasi digunakan untuk mencari data awal penelitian (data sekunder)

yang berupa catatan atau dokumen. Data yang dikumpulkan tersebut adalah

 bersifat orisinil untuk dapat dipergunakan secara langsung. Teknik ini

digunakan untuk membantu peneliti dalam penyimpanan data yang sudah

Page 18: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 18/41

18

diperoleh. Adapun data berbentuk dokumen yang digunakan dalam

 penelitian ini adalah laporan BPS Kabupaten Barito Kuala Kalimantan

Selatan tahun 2013 dan data sekolah yang terkait dengan penelitian.

D.  Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis

transkip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun

oleh peneliti untuk menambah pemahaman peneliti sendiri dan untuk

memungkinkan peneliti melaporkan apa yang telah ditemukan pada pihak lain.

Adapun langkah-langkah menganalisis data secara umum, yaitu sebagai berikut:

1.  Penyajian data, bertujuan untuk memaparkan data secara rinci dan sistematis

setelah dianalisis ke dalam format yang telah disiapkan.

2.  Reduksi data, bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang data yang tidak relevan, dan mengorganisasikannya, sehingga

kesimpulan akhir dapat dirumuskan, menyeleksi secara ketat, membuat

ringkasan dan rangkuman inti.

3.  Penarikan kesimpulan, bertujuan untuk memberi arti atau memakai data

yang diperoleh baik melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi. 

Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif yaitu uji statistik

dasar untuk menggambarkan APM dan APK tingkat pendidikan SMP/MTs dan

SMA/MA/SMK kabupaten Barito Kuala tahun 2015 dengan persentase. Dalam

analisis ini semua skor dari masing-masing variabel maupun dari setiap sub

variabelnya dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor idealnya sehingga akan

diperoleh persentase skor.

Untuk mencari persentase digunakan rumus:

P =

x 100%

Keterangan:

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

 N = Banyaknya individu

P = Angka persentase (Anas Sudijono, 2011: 43)

Page 19: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 19/41

19

Untuk menginterpretasikan hasil perhitungan di atas digunakan tabel di

 bawah ini:

Tabel 3.3. Kriteria nilai persentase

Kriteria Persentase

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Kurang Sekali

81-100

61-80

41-60

20-40

0-20 

Sumber: Suharsimi Arikunto (2010: 44)

Page 20: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 20/41

20

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.  Gambaran tentang kondisi APM dan APK jenjang pendidikan SMP/MTs

dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala tahun 2015

Penduduk kabupaten Barito Kuala Tahun 2013 berjumlah 289.995

 jiwa yang terdiri dari laki–laki 145.320 jiwa dan perempuan 144.675 jiwa

dengan sex Rasio sebesar 100,45. Bila dibandingkan dengan tahun 2012

 jumlah penduduk pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,37%.

Jumlah rumah tangga di Kabupaten Barito Kuala adalah sebesar

79.148 rumah tangga. Dengan distribusi penduduk menurut kecamatan

terbesar adalah Kecamatan Alalak sebanyak 54.347 jiwa dan Kecamatan

Tamban 31.722 jiwa. Sedangkan Jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan

Kuripan dengan jumlah penduduk sebanyak 5.524 jiwa.

Kepadatan penduduk per km2 di Kabupaten Barito Kuala adalah 96,76

 jiwa, dimana Kecamatan Alalak adalah kecamatan terpadat dengan 508,63

 jiwa per km2

disusul Kecamatan Wanaraya 344,03 jiwa per km2, sedangkan

kecamatan yang kecil kepadatannya yaitu Kecamatan Kuripan sebesar 16,08

 jiwa per km2.

Adapun gambaran tentang APM dan APK untuk jenjang pendidikan

SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di kabupaten Barito Kuala dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Angka Partisipasi Murni (APM)

Tahun TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

2011 - 90,74 66,78 43,44

2012 - 92,84 72,17 51,85

2013 - 99,14 75,44 51,45

Sumber: Data BPS tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai APM untuk 3 tahun

terakhir selalu mengalami kenaikan kecuali untuk tahun 2013 tingkat

Page 21: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 21/41

21

SMA/MA/SMK ada mengalami penurunan sebesar 0,40 dari tahun

sebelumnya. Semakin meningginya nilai APM untuk tiap tahun menunjukkan

 bahwa semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di kabupaten

Barito Kuala pada tingkat pendidikan tertentu.

Sedangkan gambaran untuk Angka Partisipasi Kasar (APK) secara

keseluruhan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Angka Partisipasi Kasar (APK)

Tahun TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

2011 - 100,70 98,50 58,40

2012 - 104,75 95,58 63,99

2013 - 114,20 79,44 61,45Sumber: Data BPS tahun 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk tingkat SD/MI nilai APK

selalu mengalami kenaikan tiap tahun, ini menunjukkan bahwa anak yang

 bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI pada wilayah kabupaten Barito

Kuala mengalami peningkatan jumlahnya untuk penduduk usia 7 – 12 tahun.

Artinya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya pada usia yang

tepat sudah sangat tinggi. Sedangkan untuk tingkat SMP/MTs mengalami

 penurunan untuk 3 tahun terakhir, artinya bahwa jumlah siswa tingkat

SMP/MTs lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk usia 13 – 15 tahun.

Penurunan ini bisa disebabkan oleh banyaknya siswa yang putus/berhenti

sekolah, pindah, atau meninggal dunia. Sedangkan untuk tingkat

SMA/MA/SMK nilai APK juga mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan

2012, sedangkan pada tahun 201 mengalami penurunan. Artinya bahwa pada

tahun 2011 dan 2012 jumlah siswa tingkat SMA/MA/SMK mengalami

kenaikan dibandingkan jumlah penduduk usia 16 – 18 tahun. Sedangkan

 penurunan pada tahun 2013 mungkin disebabkan oleh adanya siswa yang

 putus sekolah, pindah, atau meninggal dunia.

Adapun gambaran APK tingkat SMP/MTs untuk tiap kecamatan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 22: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 22/41

22

Tabel 4.3 APK jenjang SMP/MTs untuk tiap kecamatan di kabupaten

Barito Kuala 3 tahun terakhir

No Kecamatan 2011 2012 2013

1 Tabunganen 50,12 87,26 89,82

2 Tamban 102,38 89,48 92,04

3 Mekarsari 129,99 125,62 128,18

4 Anjir Pasar 83,61 98,64 101,20

5 Anjir Muara 111,46 115,05 117,61

6 Alalak 69,34 48,53 51,09

7 Mandastana 85,08 101,18 103,74

8 Belawang 89,18 55,55 58,11

9 Wanaraya 99,70 117,25 119,81

10 Rantau Badauh 124,93 106,36 108,92

11 Cerbon 98,20 120,80 123,36

12 Barambai 206,14 52,78 55,34

13 Bakumpai 128,62 107,43 109,99

14 Marabahan 110,07 127,86 130,42

15 Tabukan 135,89 139,10 141,66

16 Kuripan 159,33 107,53 110,09

17 Jejangkit  135,76 92,76 95,32

Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)

Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa nilai APK pada 2 tahun

terakhir mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2011. Ini

menunjukkan bahwa 2 tahun terakhir jumlah siswa yang duduk di bangku

SMP/MTs mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2013 dibandingkan

tahun 2012, nilai APK per kecamatan mengalami kenaikan, artinya bahwa

 pada tahun 2013 jumlah siswa yang bersekolah di tingkat SMP/MTs

mengalami kenaikan. Nilai APK yang paling terendah adalah kecamatan

Alalak. Artinya bahwa di kecamatan ini jumlah siswa yang bersekolah lebih

Page 23: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 23/41

23

sedikit dibandingkan jumlah penduduk usia SMP. Hal ini terjadi karena untuk

kecamatan Alalak berbatasan langsung dengan kota Banjarmasin sehingga

 banyak penduduk usia sekolah SMP yang meneruskan pendidikan di kota

Banjarmasin.

Sedangkan gambaran APK tingkat SMA/MA/SMK untuk tiap

kecamatan dapat dilihat pada table di bawah ini:

Tabel 4.4 APK jenjang SMA/MA/SMK untuk tiap kecamatan di

kabupaten Barito Kuala 3 tahun terakhir

No Kecamatan 2011 2012 2013

1 Tabunganen 81 56,69 61

2 Tamban 53,69 66,93 71,243 Mekarsari 65,19 59,39 63,70

4 Anjir Pasar 86,43 72,44 76,75

5 Anjir Muara 103,79 58,69 63

6 Alalak 21,70 61,40 65,71

7 Mandastana 62,08 66,54 70,85

8 Belawang 16,12 41,29 55,31

9 Wanaraya 77,89 61,96 66,27

10 Rantau Badauh 85,09 54,96 59,27

11 Cerbon - - -

12 Barambai 46,82 69,22 71,7

13 Bakumpai 47,67 54,38 67,21

14 Marabahan 128,03 98,25 100,73

15 Tabukan 76,36 75,17 77,65

16 Kuripan 62,63 56,55 59,03

17 Jejangkit  56,05 46,43 58,91

Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)

Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa nilai APKM untuk

masing-masing kecamatan < 100 selain Marabahan. Artinya bahwa jumlah

Page 24: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 24/41

24

siswa di tingkat SMA/MA/SMK masih sedikit. Ini menunjukkan bahwa

tingkat kesadaran masyarakat untuk melanjutkan ke jenjang SMA/MA/SMK

masih rendah atau jumlah sekolah yang dimiliki masih sedikit.

Berdasarkan perhitungan nilai APM dan APK dapat diketahui

 beberapa hal seperti berikut:

a.  Kepadatan Penduduk

Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk untuk Tiap Kecamatan tiap tahun

Kecamatan Luas (km2)

Kepadatan

(penduduk/km2)

2011 2012 2013

TabunganenTamban

Mekarsari

Anjir Pasar

Anjir Muara

Alalak

Mandastana

Belawang

Wanaraya

Barambai

Rantau Badauh

Cerbon

Bakumpai

Marabahan

Tabukan

Kuripan

Jejangkit

240,00164,30

143,50

126,00

117,25

106,85

136,00

80,25

37,50

183,00

261,81

206,00

261,00

221,00

166,00

343,50

203,00

80,02189,39

116,14

122,15

165,52

484,93

103,35

161,98

331,68

77,86

53,16

40,92

35,97

89,02

49,44

15,67

30,43

82,75195,50

117,16

125,68

172,45

501,48

106,45

163,56

339,31

78,68

55,88

42,25

37,15

88,65

50,56

16,01

30,72

84,83193,07

118,62

126,36

174,60

508,63

109,86

167,07

344,03

80,66

56,36

42,95

37,74

91,81

51,42

16,08

31,23

Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)

Tabel di atas menunjukkan bahwa daerah yang paling luas adalah

kecamatan Kuripan namun memiliki kepadatan penduduk yang paling

Page 25: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 25/41

25

rendah. Hal ini terjadi karena kecamatan Kuripan merupakan kecamatan

yang paling terluar berbatasan langsung dengan kabupaten Hulu Sungai

Utara, sedangkan jumlah kepadatan penduduk yang sedikit karena

kecamatan ini memang termasuk daerah terpencil yang tidak bisa

dikunjungi lewat jalur darat selain dari jalur sungai dengan waktu tempuh

dari ibu kota kabupaten selama ± 2,5 jam. Sedangkan kecamatan yang

 paling padat adalah kecamatan Alalak, hal ini dikarenakan daerah ini

merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan kota Banjarmasin,

sehingga penduduknya banyak yang berasal atau bekerja di Banjarmasin.

b.  Persebaran Usia Penduduk

Tabel 4.4. Persebaran Penduduk berdasarkan Usia

Usia Penduduk 2011 2012 2013

00 – 04 26.959 27.937 30.132

05 – 09 28.745 26.928 28.377

10 – 14 25.539 25.458 25.785

15 – 19 24.472 24.581 24.233

20 – 24 22.918 24.079 23.050

25 – 29 25.500 24.840 24.396

30 – 34 25.281 25.432 25.895

35 – 39 24.309 24.909 22.741

40 – 44 20.919 22.255 17.941

45 – 49 16.059 17.978 17.941

50 – 54 12.760 14.016 14.202

55 – 59 8.013 9.503 10.062

60 – 64 6.186 6.528 6.804

65 – 69 4.102 4.697 4.564

70 - 74 3.294 3.398 3.442

75 + 3.622 3.536 3.984

Page 26: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 26/41

26

Jumlah 278.678 286,075 289,995

Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)

Terlihat bahwa pada usia 10 – 14 tahun adalah persebaran

 penduduk yang duduk di tingkat SMP/MTs dan 15 – 19 tahun ada siswa

untuk tingkat SMA/MA/SMK. Pada rentang usia 10 – 14 tahun, data

menunjukkan bahwa pada tahun 2012 mengalami penurunan dan pada

tahun 2013 mengalami kenaikan, artinya bahwa jumlah penduduk yang

sekolah di tingkat SMP/MTs sudah mengalami peningkatan. Sedangkan

 pada rentang usia 15 – 19 tahun, tahun 2013 mengalami penurunan

dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa adanya

 pengurangan jumlah pendudukan yang bersekolah di tingkatSMA/MA/SMK. Inilah salah satu indikasi kenapa pada tingkat

SMA/MA/SMK nilai APK mengalami penurunan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat persebaran siswa untuk tiap

 jenjang pendidikan.

Tabel 4.5. Persebaran Siswa tiap jenjang Pendidikan

No Kecamatan2011 2012 2013

1 2 1 2 1 2

1 Tabunganen 717 223 917 238 782 283

2 Tamban 1298 998 1700 843 1364 779

3 Mekarsari 1029 352 999 542 1045 612

4 Anjir Pasar 719 591 1111 676 797 620

5 Anjir Muara 1104 843 1324 845 1153 892

6 Alalak 1435 539 1929 549 1755 647

7 Mandastana 516 468 987 477 553 433

8 Belawang 412 112 533 112 516 123

9 Wanaraya 703 358 1046 358 584 371

10 Barambai 731 259 933 286 813 293

11 Rantau 848 433 1075 433 856 531

Page 27: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 27/41

27

Badauh

12 Cerbon 339 0 227 - 205 -

13 Bakumpai 373 146 512 146 441 147

14 Marabahan 1141 1334 1648 1370 1150 1450

15 Tabukan 441 285 664 285 457 264

16 Kuripan 346 151 436 151 269 123

17 Jejangkit  373 130 370 130 320 136

Jumlah 14537 9235 18424 9455 15074 9719

Keterangan: 1 SMP/MTs

2 SMA/MA/SMK

Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hanya kecamatan Cerbon

yang tidak mempunyai siswa untuk jenjang SMA/MA.SMK, karena

memang di kecamatan tersebut belum mempunyai jenjang pendidikan

tingkat SMA/MA/SMK. Hal ini dikarenakan wilayah kecamatan Cerbon

 berbatasan langsung dengan ibu kota kabupaten yaitu Marabahan

sehingga banyak siswa yang melanjutkan pendidikan atasnya ke

Marabahan. Sedangkan untuk jumlah siswa secara keseluruhan

menunjukkan bahwa pada tingkat SMP/MTs, tahun 2013 mengalami

 penurunan jumlah dibandingkan tahun 2012. Salah satu penyebab

turunnya jumlah siswa dikarenakan adanya siswa putus atau pindah

sekolah seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Jumlah Siswa Putus Sekolah 3 tahun terakhir untuk tiap

 jenjang pendidikan

No TahunPendidikan

JumlahSMP/MTs SMA/MA/SMK

1 2011 75 56 131

2 2012 63 17 80

3 2013 60 12 72

Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)

Page 28: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 28/41

28

Ternyata pada tahun 2013 jumlah siswa putus sekolah mengalami

 penurunan. Ini menunjukkan bahwa rendahnya nilai APK untuk

kabupaten Barito Kuala tahun 2015 bukan dikarenakan banyaknya siswa

yang putus sekolah.

c.  Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Persebaran Sekolah

Table 4.7 Hubungan kepadatan penduduk dengan persebaran

sekolah di kabupaten Barito Kuala tahun 2013

No Kecamatan Luas Kepadatan SMP/MTs SMA/MA/SMK Jumlah

1 Tabunganen 240,00 84,83 9 2 11

2 Tamban 164,30 193,07 12 5 17

3 Mekarsari 143,50 118,62 9 5 14

4 Anjir Pasar 126,00 126,36 5 4 9

5 Anjir

Muara

117,25 174,60 6 4 10

6 Alalak 106,85 508,63 7 3 10

7 Mandastana 136,00 109,86 5 2 7

8 Belawang 80,25 167,07 2 1 3

9 Wanaraya 37,50 344,03 8 1 9

10 Barambai 183,00 80,66 7 2 9

11 Rantau

Badauh

261,81 56,36 7 2 9

12 Cerbon 206,00 42,95 3 - 3

13 Bakumpai 261,00 37,74 4 1 5

14 Marabahan 221,00 91,81 6 4 10

15 Tabukan 166,00 51,42 4 2 6

16 Kuripan 343,50 16,08 3 1 4

17 Jejangkit  203,00  31,23  2 1 3

Sumber: Data BPS Kab. Batola (2015)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa untuk beberapa

kecamatan menunjukkan korelasi yang kurang baik. Contohnya

Page 29: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 29/41

29

kecamatan Rantau Badauh yang mempunyai kepadatan penduduk sebesar

56,36 tetapi memiliki sarana pendidikan tingkat SMP maupun SMA yang

 banyak (9 sekolah). Artinya bahwa jumlah siswa yang bersekolah tiap

 jenjang akan sedikit dibandingkan ketersediaan jumlah sekolah. Dengan

kata lain rasio siswa dan jumlah sekolah sangat kecil. Sebaliknya

kecamatan Alalak yang mempunyai kepadatan tertinggi yaitu sebesar

508,63 mempunyai sarana sekolah sebanyak 10 sekolah. Tentunya untuk

tiap jenjang akan menampung jumlah siswa yang relatif lebih banyak dan

menyebabkan rasio siswa dan sekolah akan lebih besar.

B.  Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru/kepala sekolah, orang

tua/wali dan siswa dapat dilihat jawabannya sebagai berikut:

a.  Tingkat Kesadaran masyarakat akan pendidikan

Tabel 4.8. Sebaran jawaban informan

Tingkat kesadaran masyarakat akan pendidikan 

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid

Sangat Rendah 2 2.8 2.8 2.8

Rendah 13 18.1 18.1 20.8

Sedang 6 8.3 8.3 29.2

Tinggi 38 52.8 52.8 81.9

Sangat Tinggi 13 18.1 18.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

Sumber: Data hasil wawancara (2015)

Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

(70,9%) menyatakan bahwa masyarakat sudah memiliki kesadaran yang

relatif tinggi. Informan mengatakan bahwa tingginya kesadaran

masyarakat ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang selalu bertambah tiap

tahun untuk tiap jenjang pendidikan. Kalaupun ada yang masih rendah,

itu dikarenakan daerah tersebut relatif sangat jauh dari ibu kota kabupaten

seperti daerah Kuripan yang tidak mempunyai akses jalur darat.

 b.  Dukungan guru/kepsek dan orang tua/wali murid terhadap pendidikan

anak

Page 30: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 30/41

30

Tabel 4.9 Dukungan Masyarakat terhadap Pendidikan

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh

informan mendukung terhadap pendidikan anak (93%). Ini terlihat dari

 beberapa jawaban informan menyatakan bahwa mereka memberikan

semangat kepada anak-anak agar tidak mengalami kesulitan dalam belajar

dan tidak putus sekolah dengan cara memberikan fasilitas yang

dibutuhkan untuk belajar dan tidak meminta siswa untuk membantu

 bekerja ketika waktu sekolah. Pihak sekolah pun berusaha untuk tidak

membebani dengan pungutan/biaya yang mahal. Bahkan ada beberapa

sekolah yang memberikan siswa baru pakaian seragam atau kegiatan

rekreasi rgatis agar mereka mau sekolah.

c.  Jarak sekolah dengan tempat tinggal

Table 4.10 Jarak sekolah dengan pemukiman

Page 31: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 31/41

31

Berdasarkan table di atas dapat disimpullkan bahwa sebagian besar

siswa mempunyai tempat tinggal yang dekat dengan sekolah (59,7%).

Kalaupun jauh, siswa terkadang menggunakan alat transportasi seperti

sepeda dan sepeda motor.

d.  Kualitas sumber daya manusia di sekolah (tenaga pendidik dan non

kependidikan)

Table 4.11 Kualitas SDM sekolah

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Berdasarkan table di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat

kualitas guru dan tenaga non kependidikan yang dimiliki sekolah sudah professional (93,1%). Tingkat professional ini dilihat dari jawaban

informan yang menyatakan bahwa sebagian besar guru dan staf sudah

 berpendidikan minimal S1 dan kepala sekolah S2.

e.  Kualitas layanan dan sarana prasarana sekolah

Tabel 4.12. Layanan dan prasarana sekolah

Page 32: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 32/41

32

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Berdasarkan table di atas terlihat bahwa layanan yang diberikan

 pihak sekolah dan prasarana yang dimiliki sudah baik (75%) terutama

untuk sekolah yang berstatus negeri dan lama, sedangkan untuk sekolah

yang berstatus swasta dan baru terkait masalah sarana prasarana dianggap

masih relative kurang, terlebih lagi adalah tentang sarana olahraga dan

lapangan. Hal ini dikarenakan ada beberapa sekolah yang mempunyai

lokasi dekat dengan persawahan sehingga ketika musim penghujan.

f.  Kondisi Lingkungan tempat tinggal siswa

Table 4.13 Kondisi lingkungan pemukiman

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Berdasarkan table di atas terlihat bahwa sekitar 69,5% dari

 jawaban informan menyatakan bahwa lingkungan siswa sudah

Page 33: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 33/41

33

mendukung dalam kegiatan pendidikan. Para orang tua siswa aktif dan

turut berperan serta dalam menjaga keberlangsungan proses pembelajaran

dengan aktif mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh komite sekolah.

g.  Tingkat kesusahan siswa dalam pemahaman materi

Tabel 4.14. Tingkat kesusahan siswa dalam belajar

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Berdasarkan table di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

Kalaupun ada dikarenakan memang mata pelajaran yang cukup sulit

difahami seperti matematika dan lain-lain.

h.  Siswa sibuk membantu orang tua/bekerja

Tabel 4.15 Sibuk membantu orang tua

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Page 34: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 34/41

34

Berdasarkan dari informasi yang disampaikan informan terlihat

 jelas bahwa sebagian besar siswa membantu orang tua dalam menopang

 perekonomian keluarga dengan ikut bekerja sebagai petani. Tidak jarang

ketika musim panen tiba, banyak siswa yang bolos atau tidak mengikuti

 pembelajaran karena sibuk membantu orang tua di sawah. Ada juga siswa

yang membantu orang tua bekerja di sawah ketika pulang sekolah

sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran baik di sekolah maupun

di rumah.

i.  Ketersediaan buku penunjang/pelajaran

Tabel 4.16 Ketersediaan buku penunjang

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Berdasarkan jawaban informan dari guru dan siswa menunjukkan

 bahwa ketersediaan buku penunjang baik yang dimiliki oleh perpustakan

sekolah maupun yang dimiliki siswa sangat terbatas sekali.

 j.  Anggaran pendidikan yang disediakan pemerintah daerah

Tabel 4.17 Anggaran pendidikan dari pemerintah

Page 35: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 35/41

35

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Berdasarkan dari jawaban yang diberikan informan, bahwa sekolah

sangat minim sekali untuk mendapat batuan anggaran dari pemerintah

daerah. Bahkan untuk sekolah yang berada di bawah kementerian agama

hampir tidak pernah mendapat alokasi dana dari pemerintah daerah.

k.  Siswa memperdalam ilmu di pondok pesantren

Tabel 4.18 Siswa menuntut ilmu di pesantren

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Siswa yang melanjutkan pendidikan di pesantren sangat sedikit

sekali. Ini menunjukkan bahwa orang tua siswa sudah menganggap

anaknya cukup dalam pendidikan di bidang agama yang diberikan di

sekolah. Kalaupun ada siswa mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di

sekitar tempat tinggal setelah pulang sekolah.

Page 36: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 36/41

36

l.  Biaya sekolah yang mahal/adanya pungutan

Tabel 4.19 Biaya sekolah

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Sebagian informan menyatakan bahwa biaya sekolah di kabupaten

Barito Kuala tidak mahal, bahkan digratiskan untuk tingkat pendidikan

tertentu. Kalaupun ada pungutan itu tidak seberapa dan orang tua siswa

tidak merasa keberatan dengan pungutan tersebut (terutama di sekolah

yang berstatus swasta).

m.  Tingkat kemalasan siswa dalam bersekolah

Tabel 4.20 Kemalasan siswa sekolah

Sumber: Data diolah dari hasil wawancara (2015)

Berdasarkan table di atas terlihat bahwa tingkat kemalasan siswa

sangat rendah. Ini terlihat dari tingkat kehadiran siswa di sekolah yang

relative tinggi. Kalaupun ada yang tidak hadir dikarenakan siswanya sakit.

Page 37: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 37/41

37

C.  Faktor-faktor Penyebab Turunnya APK untuk jenjang Pendidikan

SMP/MTs dan SMA/MA/SMK

Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dari laporan BPS kabupaten

Barito Kuala dapat disimpulkan faktor-faktor yang menyebabkan turunnya

APK untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK antara lain:

a.  Usia Siswa Sekolah

Berdasarkan dari hasil analisis data skunder dapat disimpulkan

 bahwa rentang usia siswa yang aktif di SMP/MTs bukan diantara 13 – 15

tahun. Khususnya untuk kecamatan yang relatif jauh dari perkotaan,

 biasaya tidak membatasi usia siswa baru sehingga tidak jarang ada siswa

 baru yang berumur < 13 tahun karena mereka masuk SD relatif masih

muda 6 – 7 tahun. Orang tua hampir jarang memasukan anaknya untuk

sekolah di tingkat PAUD/TK. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut

hanya membuang waktu dan biaya sedangkan manfaatnya kurang

sehingga mereka lebih suka memasukan anaknya langsung ke SD.

Berdasarkan sebaran penduduk usia sekolah tingkat SMA/MA/

SMK (15 – 19 tahun) jumlah siswa mengalami penurunan dari 3 tahun

terakhir. Hal ini dikarenakan adanya siswa yang pindah sekolah ke luar

daerah karena mengikuti orang tua atau juga dikarenakan banyak siswa

yang umur 15 – 19 tahun berdomisili di daerah kabupaten Barito Kuala

tetapi bersekolah di luar daerah karena jaraknya yang relative dengan

dengan tempat tinggal misalnya siswa yang tinggal di kecamatan Alalak,

mereka lebih banyak bersekolah di kota Banjarmasin

b.  Budaya

Berdasarkan dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa

sebagian masyarakat di kabupaten Barito Kuala teurtama yang berada di

kecamatan yang jauh dari perkotaan cenderung mempunyai tingkat

kesadaran yang rendah tentang pentingnya pendidikan. Terutama

masyarakat yang mempunyai anak perempuan cenderung akan

Page 38: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 38/41

38

mengawinkan anaknya kalau ada yang datang melamar. Mereka

 beranggapan anak perempuan asal bisa membaca dan menulis saja sudah

cukup karena mereka kerjanya di dapur.

c.  Jarak tempat tinggal terhadap sekolah

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa untuk

 beberapa daerah, banyak siswa yang mempunyai tempat tinggal yang

relative jauh ke sekolah. Untuk berangkat ke sekolah mereka cenderung

menggunakan sepeda dan sepeda motor atau diantar oleh orang tua karena

tidak mempunyai sepeda motor atau tidak bisa menggunakan sepeda. Hal

ini bisa menyebabkan siswa putus sekolah karena ketika musim kerja,

orang tua sibuk bekerja di sawah dan tidak bisa mengantar anak ke

sekolah sehingga terkadang berujung pada anaknya putus sekolah.

d.  Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah

Sebagian besar lokasi sekolah berada dekat dengan persawahan,

 bahkan ada beberapa guru bertani di sawah di sekitar lokasi sekolah.

Lokasi yang kurang strategis ini tentunya akan menyebabkan kurangnya

sarana dan prasarana terutama lapangan untuk upacara dan olahraga.

Selain dari lokasi, status sekolah juga mempengaruhi kondisi sarpras yang

dimiliki sekolah. Umumnya di sekolah yang berstatus swasta cenderung

mempunyai sarpras yang sangat minim dan kurang mendukung proses

 pembelajaran. Hal ini terjadi karena mereka tidak mempunyai biaya yang

memadai karena kurangnya pendanaan dari pemerintah daerah.

Page 39: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 39/41

39

BAB V

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.  Adapun gambaran kondisi APM dan APK untuk jenjang pendidikan

SMP/MTs untuk tahun 2013 adalah 79,44 dan SMA/MA/SMK adalah 61,45.

2.  Faktor-faktor penyebab turunnya APK untuk jenjang pendidikan SMP/MTs

dan SMA/MA/SMK di Kabupaten Barito Kuala tahun 2015, meliputi:

a.  Usia Siswa Sekolah

Banyaknya siswa yang mempunyai usia di luar rentang

 perhitungan APK menyebabkan nilai APK menjadi lebih tinggi pada

tingkat SD dan lebih rendah pada tingkat SMP/MTs atau tinggi pada

tingkat SMP/MTs dan rendah pada tingkat SMA/MA/SMK.

 b.  Putus/Pindah Sekolah

Masih banyak siswa yang putus sekolah karena pendidikan

dianggap tidak begitu penting untuk siswa perempuan atau karena adanyalamaran dari orang lain. Siswa pindah ke luar daerah karena mengikuti

orang tua.

c.  Jarak tempat tinggal terhadap sekolah

Masih ada dan banyak siswa yang berdomisili di kabupaten Barito

Kuala tetapi mengambil sekolah di daerah lain karena jarak yang relative

dekat dengan tempat tinggal.

d.  Kondisi Sarana dan Prasarana Sekolah

Masih ada sekolah yang mempunyai keterbatasan sarana dan

 prasarana sekolah seperti lapangan olahraga

Page 40: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 40/41

40

B.  Opsi Kebijakan

Berdasarkan  kesimpulan di atas dapat dibuat opsi kebijakan seperti

 berikut:

1.  Perlu adanya penyusunan data mentah yang sesuai dengan data yang diminta

dalam rumus perhitungan APK bersumber dari satu pintu sehingga tidak ada

data yang berbeda. Hal ini bisa dilakukan berupa koordinasi dengan

 beberapa stake holder untuk membuat homebase data yang sama. 

2.  Perlu adanya kegiatan kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman

akan pentingnya pendidikan untuk semua. Hal ini bisa dilakukan dengan

cara mengaktifkan dewan pendidikan yang merupakan lembaga di atas

komite sekolah. Atau juga dengan UPT dinas pendidikan untuk masing-

masing kecamatan agar bisa melakukan sosialisasi tentang pentingnya

 pendidikan. 

3.  Menyediakan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu dan berprestasi. Hal

ini bisa dilakukan dengan meminta bantuan dari kegiatan CSR perusahaan

yang ada di Kabupaten Barito Kuala. 

4.  Perlunya peningkatan pendanaan dari pemerintah daerah terutama dalam hal

 pengadaan sarana prasarana yang berkaitan langsung dengan proses

 pembelajaran seperti lapangan olahraga dan lain-lain dengan menganggarkan

APBD kabupaten Barito Kuala untuk peningkatan sarana prasarana sekolah. 

Page 41: Laporan JARLIT 2015 Bapeda

7/21/2019 Laporan JARLIT 2015 Bapeda

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-jarlit-2015-bapeda 41/41

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo(Rajawali Press). 

Anonim. 2012. Buku Saku Disdik Batola 2012. Bapeda. Barito Kuala. 

Anonim.  Panduan Pendidikan Berspektif Gender . http://www.lppm.uns.a.c.id.Diunduh tanggal 25 April 2015

Anonim. Profil Kabupaten Barito Kuala.

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/displayprofil.php?ia=6304.Diunduh tanggal 22 April 2015.

Kemendiknas. 2003. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.http://usu.ac.id/public/content/files/sisdiknas.pdf. Diunduh tanggal 21 Maret

2015

Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Graha Ilmu:Yogyakarta.

Paul Suparno, dkk (2002). Reformasi Pendidikan. Kanisius: Yogyakarta.

Siti Nurhayati. 2012. Metodologi Penelitian Praktis. Edisi Dua. Pekalongan

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung

Suharsimi Arikunto. 2010. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. JakartaWakhinuddin. 2009.  Angka Pertisipasi dalam Pendidikan. Diakses melalui

http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/08/07/angka-partisipasi-dalam- pendidikan/