bab v analisa kinerja jaringan jalan v.1 analisa · pdf filev.1 analisa indeks prasarana jalan...

30
72 BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) V.1.1 Kualifikasi dan Pembobotan Variabel Indeks Prasarana Jalan Untuk mengestimasi skor IPJ di suatu wilayah, sebagaimana disampaikan pada Sub Bab III.6, diperlukan adanya proses kualifikasi dan pembobotan variabel penyusun IPJ sehingga diperoleh suatu skor IPJ yang unik dan mampu menggambarkan kondisi umum penyediaan prasarana jalan di suatu wilayah. Kualifikasi dan bobot variabel IPJ diperoleh dari analisis persepsi para responden terhadap kualifikasi nilai/besaran dan tingkat kepentingan dari masing-masing variabel, yakni: Ketersediaan prasarana jalan (K tj ), Kinerja prasarana jalan (K nj ), Beban lalulintas (B ln ), dan Pelayanan prasarana jalan (P yp ). Pada beberapa sub bab berikut ini akan disampaikan analisis hasil pengisian kuisioner mengenai kualifikasi dan bobot variabel IPJ yang diperoleh dari kunjungan lapangan di wilayah studi. Bentuk kuisioner yang digunakan di dalam studi ini disampaikan pada Lampiran. Secara umum kuisioner tersebut berisi penjelasan mengenai maksud dan tujuan studi serta pelaksanaan survey, deskripsi wilayah pembanding (Provinsi DKI Jakarta yang dianggap memiliki penyediaan jaringan jalan yang paling ekstensif di Indonesia), serta daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Untuk kualifikasi suatu variabel IPJ, responden dihadapkan pada beberapa nilai variabel IPJ (dimensional) untuk dikualifikasi dengan skor 1 s.d 10 (non- dimensional). Sebagai gambaran/acuan dalam melakukan kualifikasi responden disodorkan beberapa nilai variabel IPJ di sejumlah Kab/Kota di Indonesia yang karakteristiknya berlainan.

Upload: doque

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

72

BAB V

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN

V.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ)

V.1.1 Kualifikasi dan Pembobotan Variabel Indeks Prasarana Jalan

Untuk mengestimasi skor IPJ di suatu wilayah, sebagaimana disampaikan pada

Sub Bab III.6, diperlukan adanya proses kualifikasi dan pembobotan variabel

penyusun IPJ sehingga diperoleh suatu skor IPJ yang unik dan mampu

menggambarkan kondisi umum penyediaan prasarana jalan di suatu wilayah.

Kualifikasi dan bobot variabel IPJ diperoleh dari analisis persepsi para responden

terhadap kualifikasi nilai/besaran dan tingkat kepentingan dari masing-masing

variabel, yakni: Ketersediaan prasarana jalan (Ktj), Kinerja prasarana jalan (Knj),

Beban lalulintas (Bln), dan Pelayanan prasarana jalan (Pyp).

Pada beberapa sub bab berikut ini akan disampaikan analisis hasil pengisian

kuisioner mengenai kualifikasi dan bobot variabel IPJ yang diperoleh dari

kunjungan lapangan di wilayah studi.

Bentuk kuisioner yang digunakan di dalam studi ini disampaikan pada Lampiran.

Secara umum kuisioner tersebut berisi penjelasan mengenai maksud dan tujuan

studi serta pelaksanaan survey, deskripsi wilayah pembanding (Provinsi DKI

Jakarta yang dianggap memiliki penyediaan jaringan jalan yang paling ekstensif

di Indonesia), serta daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden.

Untuk kualifikasi suatu variabel IPJ, responden dihadapkan pada beberapa nilai

variabel IPJ (dimensional) untuk dikualifikasi dengan skor 1 s.d 10 (non-

dimensional). Sebagai gambaran/acuan dalam melakukan kualifikasi responden

disodorkan beberapa nilai variabel IPJ di sejumlah Kab/Kota di Indonesia yang

karakteristiknya berlainan.

Page 2: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

73

Sedangkan untuk pembobotan antar variabel, responden dihadapkan pada

pertanyaan mengenai seberapa penting setiap variabel IPJ (Ktj, Knj, Bln, Pyp) untuk

dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan dalam menyusun

kebijakan penyelenggaraan jalan.

Responden dipilih dari para pengambil keputusan di dinas/instansi terkait dengan

penyelenggaraan jalan di Daerah, yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga

Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten, dan Dinas Perhubungan di setiap

kabupaten yang dipilih menjadi wilayah studi. Dalam studi perspektif ini, jumlah

responden bukanlah penentu keabsahan data namun kualitas/kapasitas responden

yang lebih menentukan, sehingga dalam hal ini responden dipilih dari para

penentu kebijakan penanganan jalan di daerah.

V.1.1.1 Kualifikasi Variabel Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj)

Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel ketersediaan prasarana

jalan (Ktj) didefinisikan sebagai “panjang total jaringan jalan per luas wilayah”

dengan satuan km/km2. Terdapat 2 definisi yang perlu dijelaskan terlebih dahulu

untuk menghitung nilai variabel ini, yakni tentang:

- Definisi panjang total jaringan jalan yang merepresentasikan penyediaan

jaringan jalan di suatu wilayah: apakah hanya jalan Kab/Kota saja, jalan

Provinsi saja, jalan Nasional saja dlsb.,

- Definisi mengenai luas wilayah yang merepresentasikan cakupan luasan

wilayah yang harus dilayani prasarana jalan: apakah hanya luas wilayah

terbangun, luas wilayah daratan, atau luas wilayah administrasi secara

keseluruhan,

Dengan asumsi bahwa “total panjang jalan” adalah “jumlah panjang jalan

Kabupaten“ dan “luas wilayah” adalah “total luas wilayah administrasi darat”

diperoleh distribusi jawaban kualifikasi dari para responden sebagaimana

disampaikan pada Tabel V.1 berikut ini. Adapun bentuk model dari

penilaian/kualifikasi jawaban responden tersebut disampaikan pada Gambar V.1.

Page 3: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

74

Model Kualifikasi Variabel Ktj

y = 1.3464Ln(x) + 5.4283R 2 = 0.9981

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0

Ktj (1) (km/km2)

Skor

Tabel V.1 Rata-rata Skor dan Standard Deviasi Kualifikasi Responden terhadap Variabel Ktj

No Nilai Ktj (km/km2) Keterangan Skor

rata-rata Standard Deviasi

1 0,05 1 km jalan melayani 20 km2 wilayah 1.50 0.84 2 0,15 1 km jalan melayani 6,7 km2 wilayah 2.83 0.75 3 0,50 1 km jalan melayani 2 km2 wilayah 4.33 0.82 4 1,50 1 km jalan melayani 0,67 km2 wilayah 6.00 0.89 5 5,00 1 km jalan melayani 0,2 km2 wilayah 7.67 1.21

Gambar V.1 Model Kualifikasi Variabel Ktj

Jawaban para responden memberikan spektrum penilaian pada kualifikasi variabel

Ktj yang tidak linier. Hasil analisi menyatakan bahwa fungsi yang paling tepat

untuk mendekati perilaku kualifikasi para responden tersebut adalah dengan

pendekatan fungsi Logaritmik.

Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi/skoring variabel sebagai

berikut :

(Skor Ktj) = 1,3464 * Ln (Nilai Ktj) + 5.4283....(R2 = 0,9981)..................(5.1)

Page 4: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

75

Model Kualifikasi Variabel Knj

y = 9.7068x - 1.127R 2 = 0.9982

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Knj (% jalan mantap)

Skor

V.1.1.2 Kualifikasi Variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj)

Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel Kinerja Jaringan Jalan

(Knj) didefinisikan sebagai “panjang jalan kabupaten mantap per total panjang

jaringan jalan kabupaten” yang dimensinya berupa proporsi atau persentase (%)

jumlah panjang jalan yang mantap. Distribusi jawaban kualifikasi dari para

responden mengenai beberapa nilai Knj yang disodorkan dalam kuisioner

disampaikan pada Tabel V.2. Adapun bentuk model dari skoring/kualifikasi

jawaban responden dalam bentuk grafis disampaikan pada Gambar V.2.

Tabel V.2 Rata-rata Skor dan Standard Deviasi Kualifikasi Responden

terhadap Variabel Knj

No Nilai Knj Keterangan Skor rata-rata

Standard Deviasi

1 25% 25% jalan mantap, 75% jalan tidak mantap 1.17 0.41 2 40% 40% jalan mantap, 60% jalan tidak mantap 2.83 0.75 3 60% 60% jalan mantap, 40% jalan tidak mantap 4.83 1.17 4 75% 75% jalan mantap, 25% jalan tidak mantap 6.17 0.98 5 95% 95% jalan mantap, 5% jalan tidak mantap 8.00 0.89

Gambar V.2 Model Kualifikasi Variabel Knj

Page 5: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

76

Jawaban para responden memberikan spektrum penilaian pada kualifikasi variabel

Knj yang relatif linier. Hal ini diperkuat dengan hasil analisa menyatakan fungsi

yang paling tepat untuk mendekati perilaku kualifikasi para responden tersebut

adalah dengan pendekatan fungsi Linier.

Adapun hasil kalibrasi menghasilkan dari fungsi skoring/kualifikasi variabel Knj

sebagai berikut :

(Skor Knj) = 9,7068 * (Nilai Knj) – 1,127...........(R2 = 0,9982) )..................(5.2)

V.1.1.3 Kualifikasi Variabel Beban Lalu Lintas (Bln)

Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini, variabel Beban Lalulintas (Bln)

didefinisikan sebagai “Panjang total jaringan jalan kabupaten per jumlah

kendaraan” yang dimensinya berupa (km/1000 smp). Variabel ini diharapkan

merepresentasikan kondisi beban lalu lintas jalan, meskipun secara riil variabel

terbaik untuk menggambarkan beban lalulintas jalan adalah nilai LHR (Lalulintas

Harian Rata-rata), namun keterbatasan ketersediaan data LHR di setiap ruas jalan

(terutama di jalan Kabupaten) menyebabkan variabel LHR ini tidak dapat

digunakan dalam studi ini. Di masa datang hendaknya dipikirkan untuk dapat

menggunakan data LHR sebagai representasi variabel Bln.

Distribusi jawaban kualifikasi dari para responden mengenai beberapa nilai Bln

yang disodorkan dalam kuisioner disampaikan pada Tabel V.3 berikut ini.

Adapun bentuk model dari skoring/kualifikasi jawaban responden tersebut dalam

bentuk grafis disampaikan pada Gambar V.3.

Tabel V.3 Rata-rata Skor dan Standard Deviasi Kualifikasi Responden

terhadap Variabel Bln

No Nilai Bln Keterangan Skor rata-rata

Standard Deviasi

1 5 km per 1000 smp 1 km jalan melayani 200 kendaraan (smp) 1.50 0.55 2 10 km per 1000 smp 1 km jalan melayani 100 kendaraan (smp) 3.17 0.75 3 25 km per 1000 smp 1 km jalan melayani 40 kendaraan (smp) 4.67 0.52 4 40 km per 1000 smp 1 km jalan melayani 25 kendaraan (smp) 6.33 0.82 5 60 km per 1000 smp 1 km jalan melayani 17 kendaraan (smp) 7.67 1.03

Page 6: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

77

Model Kualifikasi Variabel Bln

y = 2.3874Ln(x) - 2.4547R 2 = 0.9806

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

0 10 20 30 40 50 60 70

Bln (km/1000 smp)

Skor

Gambar V.3 Model Kualifikasi Variabel Bln

Jawaban para responden memberikan spektrum penilaian pada kualifikasi variabel

Bln yang tidak linier. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis menyatakan bahwa

fungsi yang paling tepat untuk mendekati perilaku kualifikasi para responden

tersebut adalah dengan pendekatan fungsi Logaritmik.

Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi skoring/kualifikasi variabel Bln

sebagai berikut :

(Skor Bln) = 2,3874 * Ln (Nilai Bln ) – 2,4547........(R2 = 0,9806)..................(5.3)

V.1.1.4 Kualifikasi Variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp)

Dalam rumusan IPJ yang digunakan pada studi ini variabel Pelayanan Prasarana

Jalan (Pyp) didefinisikan sebagai “Panjang total jaringan jalan kabupaten per

jumlah penduduk” yang dimensinya berupa (km/1000 penduduk). Variabel ini

diharapkan memberikan proporsi penyediaan jalan terhadap populasi penduduk di

suatu wilayah sebagai determinan utama pelaku perjalanan maupun yang

menghasilkan kebutuhan barang. Meskipun dalam sejumlah studi dibuktikan

bahwa tingkat produktivitas penduduk (PDRB perkapita) juga sangat

Page 7: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

78

Model Kualifikasi Variabel Pyp

y = 2.2106Ln(x) + 5.3667R 2 = 0.9978

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0

Pyp (km/1000 penduduk)

Skor

mempengaruhi besarnya kebutuhan perjalanan, namun jika pengembangan

prasarana jalan diharapkan memberikan kesempatan yang sama terhadap semua

penduduk, maka berapapun produktivitasnya harus memiliki akses yang sama

terhadap jalan.

Distribusi jawaban kualifikasi dari para responden mengenai beberapa nilai Pyp

yang disodorkan dalam kuisioner disampaikan pada Tabel V.4 berikut ini. Adapun

bentuk model dari skoring/kualifikasi jawaban responden tersebut dalam bentuk

grafis disampaikan pada Gambar V.4.

Tabel V.4 Rata-rata Skor dan Standard Deviasi Kualifikasi Responden

terhadap Variabel Pyp

No Nilai Pyp Keterangan Skor rata-rata

Standard Deviasi

1 0,2 km/ 1000 org 1 km jalan melayani 5000 orang 1.83 0.75 2 0,5 km/ 1000 org 1 km jalan melayani 2000 orang 3.67 1.03 3 1,0 km/ 1000 org 1 km jalan melayani 1000 orang 5.50 0.84 4 2,0 km/ 1000 org 1 km jalan melayani 500 orang 7.00 1.26 5 5,0 km/ 1000 org 1 km jalan melayani 200 orang 8.83 1.47

Gambar V.4 Model Kualifikasi Variabel Pyp

Page 8: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

79

Jawaban para responden memberikan spektrum penilaian pada kualifikasi variabel

Pyp yang tidak linier. Hal ini diperkuat dengan hasil analisis menyatakan bahwa

fungsi yang paling tepat untuk mendekati perilaku kualifikasi para responden

tersebut adalah dengan fungsi Logaritmik.

Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi skoring/kualifikasi variabel Pyp

sebagai berikut :

(Skor Pyp) = 2,2106 * Ln (Nilai Pyp ) + 5,3667.......(R2 = 0,9978) )..................(5.4)

V.1.1.5 Uji Kecukupan Data

Uji statistik ini harus dilakukan untuk menentukan jumlah data minimum yang

harus tersedia. Semakin tinggi tingkat akurasi yang diinginkan, semakin banyak

data yang dibutuhkan (Sumber : Tamin, O.Z, 2000). Jumlah data minimum dapat

ditentukan dengan menggunakan persamaan (5.5) berikut.

2

22

EZCV

N α= ..........................................................(5.5)

Dimana :

CV = koefisien variasi

E = tingkat akurasi

Zα = nilai variansi untuk tingkat kepercayaan α yang diinginkan

Sehingga dalam penelitian ini, dengan tingkat akurasi (E) 20% dengan tingkat

kepercayaan (α) 95%, dimana untuk α = 95%, maka nilai Zα adalah 1,96. Dengan

nilai CV = 0,27, didapatkan :

N = 0,27 (1,96)2/(0,2)2 = 26

Jadi, dibutuhkan jumlah data minimum sebanyak 26 buah untuk tingkat akurasi

20% dengan tingkat kepercayaan 95%.

Page 9: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

80

V.1.1.6 Bobot Kepentingan antar Variabel IPJ

Sebagaimana disampaikan dalam rumusan IPJ, lihat Sub Bab III.6, skor variabel

IPJ yang dikualifikasi dengan model yang disampaikan pada Sub Bab V.1.1.1

sampai dengan Sub Bab V.1.1.4 harus terlebih dahulu dikalikan dengan

bobotnya masing-masing untuk mendapatkan nilai IPJ secara keseluruhan.

Pembobotan terhadap variabel IPJ ini menunjukkan adanya perspektif mengenai

perbedaan tingkat kepentingan antar variabel IPJ sesuai dengan pendapat para

responden yang dipilih sebagai wakil stakeholders. Perbedaan tingkat kepentingan

ini merepresentasikan bobot pertimbangan setiap variabel IPJ dalam pengambilan

keputusan penanganan jalan. Dengan bobot yang representatif diharapkan bahwa

indikator IPJ yang diperoleh mampu menggambarkan kondisi umum yang dapat

mewakili perspektif setiap wilayah dalam pengambilan keputusan.

Subyektivitas penilaian kemungkinan tidak dapat terhindarkan, karena perspektif

yang berkembang di suatu daerah akan berbeda dengan daerah yang lain, sesuai

dengan kondisi dan tantangan yang ada. Namun dengan menggabungkan

perspektif tingkat kepentingan variabel IPJ dari semua wilayah studi diharapkan

diperoleh perspektif tingkat kepentingan yang unik dan dapat digunakan sebagai

acuan yang fair dalam penghitungan IPJ sebagai alat bantu dalam penyusunan

kebijakan penanganan jalan di Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang.

Resume terhadap hasil pengisian kuisioner yang dilakukan para responden

disampaikan pada Tabel V.5. Hasil survey menyatakan bahwa untuk urutan

tingkat kepentingan no.1 (paling penting) pilihan terbanyak diperoleh variabel

Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) dengan dukungan 100% responden. Sedangkan

untuk urutan tingkat kepentingan no. 2 suara terbanyak diperoleh variabel Kinerja

Jaringan Jalan (Knj) dengan dukungan dari sebanyak 66,67% responden. Untuk

urutan tingkat kepentingan no. 3 suara terbanyak diperoleh variabel Beban

Lalulintas (Bln) dengan dukungan dari sebanyak 50% responden. Dan terakhir,

Untuk urutan tingkat kepentingan no. 4 suara terbanyak diperoleh variabel

Page 10: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

81

Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) dengan dukungan dari sebanyak 66,67%

responden.

Tabel V.5 Distribusi Urutan Kepentingan Variabel IPJ

Urutan tingkat kepentingan Variabel IPJ 1 2 3 4

Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) 100% 0% 0% 0% Kinerja Jaringan Jalan (Knj) 0% 66,67% 16,67% 16,67% Beban Lalulintas (Bln) 0% 33,33% 50% 16,67% Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) 0% 0% 33,33% 66,67%

Dari tabel tersebut terlihat sudah ada polarisasi urutan kepentingan yang

dilakukan oleh para responden, dimana urutan kepentingan tertinggi (no. 1) paling

banyak diperoleh variabel Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj), dan seterusnya

sampai dengan urutan kepentingan terrendah (no. 4) yang paling banyak diperoleh

variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp).

Namun demikian dengan sistem perangkingan diatas belum dapat ditentukan

bagaimana tingkat perbedaan/rentang perbedaan tingkat kepentingan antara 2

buah variabel IPJ. Hal ini perlu didapatkan untuk mempermudah estimasi IPJ di

suatu wilayah dan penggunaannya dalam pengambilan keputusan. Dengan bobot

yang kuantitatif diharapkan proses pengambilan keputusan didukung oleh data

angka berupa IPJ yang cukup obyektif.

Untuk lebih mengkuantitatifkan hasil pengurutan tingkat kepentingan variabel

IPJ, maka dilakukan proses pembobotan dengan metodologi yang disampaikan

pada Sub Bab III.6.2. Kualifikasi dilakukan untuk setiap variabel IPJ dengan

rentang nilai 1 s.d 10, di mana nilai 1 diberikan kepada variabel IPJ yang

dianggap ”sangat tidak penting” dan seterusnya sampai dengan nilai 10 yang

diberikan kepada variabel IPJ yang dianggap responden ”sangat penting”. Hasil

kualifikasi pembobotan yang dilakukan para responden kemudian dijumlahkan

dan di rata-ratakan untuk setiap variabel IPJ sebagaimana disampaikan pada Tabel

V.6 berikut ini.

Page 11: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

82

Tabel V.6 Bobot Kepentingan Variabel IPJ

Variabel IPJ Urutan kepentingan Bobot kepentingan Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) 1 0.30 Kinerja Jaringan Jalan (Knj) 2 0.26 Beban Lalulintas (Bln) 3 0.24 Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) 4 0.20 Total 1,00

Terlihat bahwa variabel Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) mendapatkan prioritas

urutan kepentingan no.1 dengan bobot kepentingan sekitar 0,30. Selanjutnya

variabel Kinerja Jaringan Jalan (Knj) mendapatkan urutan tingkat kepentingan no.

2 dengan bobot kepentingan sekitar 0,26. Kemudian variabel Beban Lalulintas

(Bln) mendapatkan urutan tingkat kepentingan no. 3 dengan bobot kepentingan

sekitar 0,24. Dan terakhir, variabel Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) mendapatkan

urutan tingkat kepentingan no. 4 dengan bobot kepentingan sekitar 0,20.

Interpretasi dari bobot kepentingan variabel IPJ yang disampaikan pada Tabel V.6

tersebut dalam menghitung variabel IPJ dicontohkan sebagai berikut:

- Bobot kepentingan variabel Ktj = 0,30 dan bobot kepentingan variabel Knj

= 0,26, sehingga perbandingan kepentingan antara kedua variabel tersebut

adalah sebagai berikut: Ktj/ Knj = 0,30/0,26 = 1,15

- Artinya, dalam penyusunan IPJ bobot kepentingan variabel Ktj sekitar 1,15

kali lebih besar dibandingkan dengan bobot kepentingan variabel Knj.

- Hal ini dapat dilanjutkan interpretasinya bahwa jika indikator IPJ

digunakan dalam pengambilan keputusan, misalnya alokasi dana, maka

pertimbangan terkait dengan variabel Ktj (panjang jalan vs luas wilayah)

1,15 kali lebih penting/diprioritaskan dibandingkan dengan pertimbangan

terkait dengan variabel Knj (% jalan mantap),

- Perbandingan tersebut juga berlaku untuk variabel-variabel IPJ lainnya.

Page 12: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

83

V.1.1.7 Model Estimasi Indikator IPJ

Dari hasil kualifikasi variabel IPJ sampai dengan pembobotan variabel IPJ yang

disampaikan pada Sub Bab V.1.1 dapat disusun rumusan estimasi IPJ yang

digunakan pada studi ini, yakni sebagai berikut:

IPJ = 0,30 * skor (Ktj) + 0,26 * skor (Knj) + 0,24 * skor (Bln) + 0,20 * skor (Pyp)......(5.6)

Dengan:

(Skor Ktj) = 1,3464 * Ln (Nilai Ktj) + 5,4283

(Skor Knj) = 9,7068 * (Nilai Knj) – 1,127

(Skor Bln) = 2,3874 * Ln (Nilai Bln ) – 2,4547

(Skor Pyp) = 2,2106 * Ln (Nilai Pyp ) + 5,3667

Dalam hal ini satuan untuk masing-masing nilai adalah :

- (Nilai Ktj) dalam km/km2

- (Nilai Knj) dalam % jalan mantap

- (Nilai Bln ) dalam km/1000 smp

- (Nilai Pyp ) dalam km/1000 penduduk

V.1.2 Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ)

Dengan terumuskannya model estimasi indikator IPJ sebagaimana disampaikan

pada Sub Bab V.1.1, maka untuk setiap Kabupaten Serang dan Kabupaten

Pandeglang yang digunakan sebagai pembanding dapat dilakukan perhitungan

estimasi skor IPJ sebagai representasi kondisi umum dari penyelenggaraan

prasarana jalan di kedua kabupaten tersebut.

Pada dasarnya dalam perumusan IPJ memerlukan data yang paling up to date dari

seluruh kabupaten. Telah dilakukan pencarian data tiga tahun terakhir dari

berbagai sumber yang ada dimulai dari tahun 2004 sampai tahun 2006.

Data-data pendukung yang diperlukan dalam perhitungan IPJ adalah data social

ekonomi dan data penyediaan jalan.

Page 13: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

84

Tabel V.7 Data Sosial Ekonomi Item Data Satuan Keterangan

1. Kewilayahan 1.1 Luas wilayah administrasi km2

2. Kependudukan 2.1 Jumlah penduduk jiwa 2.2 Kepadatan penduduk 2.2.1 di seluruh wilayah administrasi = (2.1)/(1.1) jiwa/km2 2.2.2 di wilayah terbangun = (2.1)/(1.3) jiwa/km2

3. Populasi Kendaraan 3.1 Mobil penumpang kend emp = 1 3.2 Bus kend emp = 1,5 3.3 Truk kend emp = 1,5 3.4 Sepeda motor kend emp = 0,5 3.5 Total dalam satuan kendaraan kend 3.6 Total dalam satuan smp smp

4. Perekonomian wilayah 4.1 Total PDRB wilayah 4.1.1 Harga Berlaku Rp 4.1.2 Harga Konstan Rp 4.2 PDRB perkapita 4.2.1 Harga Berlaku = (4.1.1)/(2.1) Rp/jiwa 4.2.2 Harga Konstan = (4.1.2)/(2.1) Rp/jiwa

Tabel V.8 Data Penyediaan Jalan

Baik Sedang Rusak Ringan

Rusak Berat

Mantap Tdk Mantap Total

Kondisi Status (a) (b) (c) (d) (e)=(a)+(b) (f)=(c)+(d) (g)=(e)+(f) Nasional Propinsi Kabupaten Kota Total

Hasil perhitungan IPJ dapat dilihat pada Tabel V.9 berikut ini.

Page 14: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

85

Tabel V.9 Hasil Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ)

Konstanta

a b c d

Ketersediaan Prasarana

Jalan

Kinerja Jaringan

Jalan

Beban Lalu Lintas

Pelayanan Prasarana Jalan

Indeks Prasarana

Jalan Ktj Knj Bln Pyp Ktj Knj Bln Pyp IPJ

Tahun Kabupaten

(km/km2)

Skor Ktj

(%)

Skor Knj

(km/1000 smp)

Skor Bln

(km/1000 pddk)

Skor Pyp

2004 Serang 0,30 0,26 0,24 0,20 0,49 4,47 0,39 2,66 19,92 4,69 0,46 3,65 3,89 Pandeglang 0,30 0,26 0,24 0,20 0,19 3,19 0,66 5,28 26,47 5,37 0,48 3,74 4,37

2005 Serang 0,30 0,26 0,24 0,20 0,40 4,19 0,41 2,85 13,84 3,82 0,37 3,17 3,55 Pandeglang 0,30 0,26 0,24 0,20 0,19 3,19 0,70 5,67 22,50 4,98 0,48 3,74 4,37

2006 Serang 0,30 0,26 0,24 0,20 0,40 4,19 0,47 3,44 11,13 3,30 0,36 3,11 3,57 Pandeglang 0,30 0,26 0,24 0,20 0,16 2,96 0,80 6,64 14,99 4,01 0,39 3,28 4,23

Sumber : Hasil Analisis

Page 15: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

86

Setelah diperoleh skor IPJ, maka nilai tersebut dapat diinterpretasikan untuk

membandingkan kondisi prasarana jalan di dua atau lebih wilayah. Kaidah umum

dalam menginterpretasi hasil estimasi skor IPJ adalah sebagai berikut :

a. Skor IPJ merepresentasikan kondisi umum penyediaan preasarana jalan di

suatu wilayah, terkait dengan kuantitas relatif terhadap luas wilayah,

jumlah kendaraan, dan jumlah penduduk, serta kondisi fisik jalan.

b. Semakin tinggi skor IPJ di suatu wilayah maka kondisi umum penyediaan

prasarana jalan di wilayah tersebut semakin baik.

Pada studi Pengembangan Indikator Efektifitas Pelaksanaan Program Prasarana

Wilayah Tahun 2004, dicoba digunakan rentang skor untuk mengkualifikasi suatu

nilai IPJ.

Tabel V.10 Rentang Skor dan Kualifikasi Variabel IPJ

Rentang Skor Kualifikasi

1-2 Sangat kurang

3-4 Kurang

5-6 Sedang

7-8 Tinggi

9-10 Sangat tinggi

Dari data pada Tabel V.9 Hasil Perhitungan Indeks Prasarana Jalan (IPJ)

disimpulkan beberapa kondisi dasar dalam penyediaan prasarana jalan di

Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang, yakni:

a. Skor IPJ pada tahun terakhir (2006) di Kabupaten Serang = 3,57 dan di

Kabupaten Pandeglang = 4,23 dinyatakan bahwa penyediaan

kuantitas/jumlah dan kualitas/kondisi fisik prasarana jalan di kedua

kabupaten tersebut adalah ”kurang” (skor antara 3-4)

b. Dari skor yang ditunjukkan oleh setiap variabel IPJ di Kabupaten Serang,

skor terendah ditunjukkan oleh variabel Knj (kinerja jaringan jalan dalam

% jalan mantap) dengan skor 2,66, disusul oleh skor variabel Pyp (dalam

km/1000 penduduk) dengan skor 3,11. Sedangkan dua variabel lainnya Ktj

dan Bln menunjukkan skor yang relatif lebih tinggi.

Page 16: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

87

c. Pemeliharaan dan kondisi jalan mantap yang minim di Kabupaten Serang

sangat mempengaruhi kinerja jalan, walaupun dengan didukung jumlah

panjang jalan kabupaten yang lebih banyak untuk memberikan akses pada

wilayah administrasi yang cenderung lebih kecil dibandingkan Kabupaten

Pandeglang, hal ini belum dapat menaikkan skor IPJ. Terlebih dengan

beban lalu lintas dan jumlah penduduk yang lebih padat. Terdapat

permasalahan dalam hal pelayanan jalan terhadap jumlah kendaraan yang

ada. Sehingga hal inilah yang menjadikan skor IPJ Kabupaten Serang

berada di bawah skor IPJ Kabupaten Pandeglang.

d. Dan skor yang ditunjukkan oleh setiap variabel IPJ di Kabupaten

Pandeglang, skor terendah ditunjukkan oleh variabel Ktj (ketersediaan

prasarana jalan dalam km/km2) dengan skor 2,96, disusul oleh skor

variabel Pyp (dalam km/1000 penduduk) dengan skor 3,28. Sedangkan dua

variabel lainnya Knj dan Bln menunjukkan skor yang relatif lebih tinggi.

e. Ketersediaan jalan yang ada di Kabupaten Pandeglang belum mampu

memberikan akses yang cukup untuk melayani wilayah administrasinya.

Hal ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemanfaatan ruang pada

Kabupaten Pandeglang. Namun kinerja jaringan jalan kabupaten

memberikan kontribusi nilai yang tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir

pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang melakukan pemeliharaan di

beberapa ruas jalan, sehingga banyak ruas jalan yang memiliki kondisi

mantap. Begitu pula dengan kepemilikan kendaraan bermotor yang

jumlahnya lebih sedikit dibandingkan Kabupaten Serang, sehingga skor

Bln Kabupaten Pandeglang lebih tinggi dari Kabupaten Serang.

V.1.3 Analisis Efisiensi dan Efektivitas Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan

IPJ

Efisiensi suatu jaringan jalan ditunjukkan oleh hubungan antara IPJ dengan dana

yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor jalan, sedangkan efektivitas

ditunjukkan oleh hubungan antara IPJ dengan PDRB per kapita.

Suatu jaringan jalan dikatakan efisien apabila dana yang dikeluarkan pemerintah

untuk sub sektor jalan minimal, tetapi menghasilkan IPJ yang maksimal.

Page 17: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

88

Tabel V.11 Indikator Kinerja Jaringan Jaringan Jalan Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang Kabupaten Serang Kabupaten Pandeglang

Indikator Aspek Indikator Kinerja Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006

Masukan (input)

Finansial Pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan (Rp)

22.275.500.000

46.132.827.150

74.338.643.293

2.629.000.000

6.245.000.000

32.566.664.000

Panjang jalan nasional (km) 55,270 83,97 108,60 169,26

169,26

200,59

Panjang jalan propinsi (km) 94,51 168,00 321,24 85,90

85,90

151,27

Keluaran (output)

Aset

Panjang jalan kabupaten (km) 852,30 686,11 686,11 531,30

531,30

434,60

Panjang jalan kabupaten kondisi baik (km)

114,92

151,35

176,93

102,919

108,060

86,920

Panjang jalan kabupaten kondisi sedang (km)

217,88

126,98

145,93

250,224

262,740

260,760

Panjang jalan kabupaten kondisi rusak (km)

132,20

93,58

115,65

90,950

108,610

65,190

Hasil (outcome)

Efektivitas preservasi aset

Panjang jalan kabupaten kondisi rusak berat (km) 387,30 314,20 247,60 87,207 51,890 21,730

Jumlah kejadian kecelakaan 29 68 57 16 40 33 Manfaat (benefit)

Tingkat resiko Jumlah kematian akibat

kecelakaan di jalan 31 27 31 19 16 18

PDRB (juta Rp) 9.974.639 11.192.422 12.249.006 4.308.923 4.887.396 5.465.869 Dampak (impact)

Ekonomi PDRB per kapita (Rp/kap/thn) 5.437.211 5.996.438 6.394.672 3.910.533 4.416.951 4.923.369

Page 18: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

89

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5

Indeks Prasarana Jalan

Peng

elua

ran

Sub

Sekt

or J

alan

(Jut

a R

upia

h)

Kabupaten Serang 2004 Kabupaten Pandeglang 2004 Kabupaten Serang 2005Kabupaten Pandeglang 2005 Kabupaten Serang 2006 Kabupaten Pandeglang 2006

Dengan kata lain, suatu jaringan jalan dikatakan efisien apabila rasio pengeluaran

pemerintah untuk sub sektor jalan dengan IPJ setiap tahunnya mengalami

penurunan. Artinya, setiap peningkatan dana yang dikeluarkan pemerintah untuk

sub sektor jalan, idelanya akan meningkatkan IPJ.

Gambar V.5 menyajikan hubungan antara IPJ dengan dana yang dikeluarkan

pemerintah untuk sub sektor jalan pada tahun 2004 hingga tahun 2006 di

Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang. Gambar V.5 menunjukkan bahwa

tidak selamanya peningkatan dana yang dikeluarkan pemerintah untuk sub sektor

jalan akan meningkatkan IPJ. Bahkan dari hasil perhitungan diketahui bahwa

hampir setiap tahun nilai IPJ Kabupaten Serang mengalami penurunan. Gambar

V.5 juga menunjukkan bahwa tingginya dana yang dikeluarkan pemerintah untuk

sub sektor jalan, tidak selalu menghasilkan IPJ yang besar.

Gambar V.5 Hubungan IPJ dengan Pengeluaran Pemerintah untuk

Sub Sektor Jalan

Page 19: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

90

Tabel V.12 menunjukkan rasio pengeluaran Pemerintah untuk sub sektor jalan

dengan IPJ, terlihat bahwa setiap tahunnya rasio pengeluaran Pemerintah

untuk sub sektor jalan dengan IPJ Kabupaten Serang dan Kabupaten

Pandeglang mengalami kenaikan. Artinya, jaringan jalan kabupaten di

Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang tidak efisien.

Tabel V.12 Rasio Pengeluaran Pemerintah untuk Sub Sektor Jalan dengan IPJ

Kabupaten Serang Kabupaten Pandeglang Uraian 2004 2005 2006 2004 2005 2006

Pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan (Juta Rp)

22.275

46.132

74.338

2.629

6.245

32.566

IPJ 3,89 3,55 3,57 4,37 4,37 4,23

Rasio Pengeluaran pemerintah untuk sub sektor jalan dengan IPJ

5.726 12.994 20.822 0,601 1.429 7.698

Sumber : Hasil Analisis

Suatu jaringan jalan dikatakan efektif apabila jaringan jalan tersebut

menghasilkan pendapatan per kapita yang tinggi. Dengan kata lain, jaringan jalan

dikatakan efektif apabila rasio PDRB per kapita dengan IPJ setiap tahunnya

mengalami peningkatan. Gambar V.6 menyajikan hubungan antara PDRB per

kapita penduduk dengan IPJ. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa IPJ yang

lebih rendah tidak selalu menghasilkan PDRB per kapita yang rendah, demikian

pula sebaliknya. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa hampir setiap tahun nilai

IPJ di Kabupaten Serang mengalami penurunan, akan tetapi PDRB per kapita

penduduk justru mengalami peningkatan. Apabila dilakukan perbandingan, maka

diketahui bahwa wilayah Kabupaten Serang yang memiliki IPJ lebih kecil

ternyata menghasilkan PDRB per kapita yang besar. Sebaliknya, Kabupaten

Pandeglang yang memiliki IPJ lebih besar menghasilkan PDRB per kapita yang

kecil. Adapun rasio PDRB per kapita dengan IPJ disajikan pada Tabel V.13.

Tabel V.13 menunjukkan bahwa setiap tahunnya rasio PDRB per kapita dengan

IPJ Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang mengalami kenaikan. Artinya

jaringan jalan Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang efektif.

Page 20: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

91

3500000

4000000

4500000

5000000

5500000

6000000

6500000

7000000

3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5

Indeks Prasarana Jalan

PDR

B (R

p/ka

p/th

n)

Kabupaten Serang 2004 Kabupaten Pandeglang 2004 Kabupaten Serang 2005Kabupaten Pandeglang 2005 Kabupaten Serang 2006 Kabupaten Pandeglang 2006

Gambar V.6 Hubungan IPJ dengan PDRB per kapita

Tabel V.13 Rasio PDRB per kapita dengan IPJ Kabupaten Serang dan

Kabupaten Pandeglang

Kabupaten Serang Kabupaten Pandeglang Uraian 2004 2005 2006 2004 2005 2006

PDRB per kapita (Juta Rp/kap/thn)

5,437 5,996 6,394 3,910 4,416 4,923

IPJ 3,89 3,55 3,57 4,37 4,37 4,23

Rasio PDRB per kapita dengan IPJ

1,397 1,689 1,791 0,894 1,010 1,163

Sumber : Hasil Analisis

Terjadi inkonsistensi dalam hal hubungan antara IPJ dengan PDRB per kapita,

logikanya kenaikan IPJ (yang berarti semakin baiknya kinerja jaringan jalan) akan

menaikkan PDRB per kapita, namun kenyataannya tidak begitu pada jaringan

jalan kabupaten di Kabupaten Serang maupun Kabupaten Pandeglang. Setiap

tahunnya nilai IPJ di kedua kabupaten ini mengalami penurunan namun dapat

menghasilkan pendapatan per kapita dari masyarakatnya yang meningkat dari

tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan adanya jalan negara dan jalan propinsi yang

Page 21: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

92

memberikan kontribusi sangat baik dan banyak dimanfaatkan untuk melakukan

pergerakan dari satu tempat ke tempat lainnya bila dibandingkan dengan

pemanfaatan jalan kabupatennya. Untuk lebih jelasnya akan ditunjukkan pada

Tabel V.14 dan Tabel V.15 berikut tentang prosentase dan kondisi dari masing-

masing kabupaten tersebut.

Tabel V.14 Prosentase dan Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten Serang

Panjang Jalan Kondisi Mantap Status Jalan Km % Km %

2004 55,270 5,52 48,215 87,24 2005 83,970 8,95 48,215 87,24

Negara

2006 108,600 9,73 48,215 87,24 2004 94,510 9,43 93,748 99,19 2005 168,000 17,91 156,700 93,27 Propinsi 2006 321,240 28,79 309,910 96,47 2004 852,300 85,05 332,800 39,05 2005 686,110 73,14 278,330 40,57 Kabupaten 2006 686,110 61,48 322,860 47,06

Dari Tabel V.14 terlihat bahwa prosentase panjang jaringan jalan negara dan

jalan propinsi lebih sedikit dibandingkan jaringan jalan kabupaten namun masing-

masing jalan tersebut (jalan negara dan propinsi) memiliki kondisi mantap yang

tinggi, menunjukkan kinerjanya yang baik. Didukung pula dengan letak jaringan

jalan negara dan propinsi yang berada dan melewati kantong-kantong demand

(menurut RTRW Kabupaten Serang yang terdapat pada sub bab IV.1.4 dan peta

jaringan jalan Kabupaten Serang) sehingga lebih banyak dimanfaatkan untuk

mobilisasi dalam wilayahnya.

Tabel V.15 Prosentase dan Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten Pandeglang

Panjang Jalan Kondisi Mantap Status Jalan Km % Km %

2004 169,260 21,52 147,654 87,24 2005 169,260 21,52 147,654 87,24 Negara 2006 200,593 25,51 178,987 89,23

Page 22: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

93

Tabel V.15 (lanjutan) Prosentase dan Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten

Pandeglang

Panjang Jalan Kondisi Mantap Status Jalan

Km % Km %

2004 85,900 10,92 85,208 99,19 2005 85,900 10,92 85,208 99,19 Propinsi 2006 151,267 19,23 150,575 99,54 2004 531,300 67,56 353,143 66,47 2005 531,300 67,56 370,800 69,79 Kabupaten 2006 434,600 55,26 347,680 80,00

Begitupula halnya dengan Kabupaten Pandeglang, dapat dilihat dari Tabel V.15

bahwa prosentase jaringan jalan negara sekitar 25,51% dan jaringan jalan propinsi

sekitar 19,23% dari panjang total jaringan jalan, yang berarti lebih banyak di

bandingkan prosentase jaringan jalan negara dan propinsi pada Kabupaten Serang.

Dan di dukung dengan kondisi mantap yang lebih tinggi dari masing-masing

jaringan jalan serta letak jaringan jalan negara dan propinsi yang melewati

kawasan-kawasan dengan penduduk yang padat dan mobilisasi tinggi (lihat sub

bab IV.2.4 dan gambar peta jaringan jalan di Kabupaten Pandeglang), sehingga

menyebabkan kenaikan PDRB per kapita masyarakat Kabupaten Pandeglang

setiap tahunnya.

V.2 Analisa Standar Pelayanan Minimum

V.2.1 Indeks Aksesibilitas

Tabel V.14 menyajikan pencapaian nilai indeks aksesibilitas penyediaan jaringan

jalan di setiap Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang. Dari tabel tersebut

terlihat bahwa dari sisi kuantitas penyediaan jaringan jalan (relatif terhadap luas

wilayah dan kepadatan penduduk) untuk tingkat Kabupaten Serang masih di

bawah Standar Pelayanan Minimum (indeks aksesibilitas eksisting = 0,40 < 1,50)

dan Kabupaten Pandeglang sudah memenuhi Standar Pelayanan Minimum

(indeks aksesibilitas eksisting = 0,16 > 0,15).

Dari Tabel V.14 terlihat bahwa di Kabupaten Serang dengan wilayah yang cukup

kecil dan kepadatan penduduk termasuk dalam kategori tinggi, namun karena

Page 23: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

94

jaringan jalan yang ada cukup pendek, maka pencapaian indeks aksesibilitasnya

masih di bawah persyaratan. Sedangkan di Kabupaten Pandeglang yang memiliki

wilayah yang lebih luas dari Kabupaten Serang, namun kepadatan penduduknya

termasuk dalam kategori rendah dan jaringan jalan yang ada cukup pendek, maka

pencapaian indeks aksesibilitasnya sudah memenuhi persyaratan.

Sesuai dengan kondisi yang ada, dimana saat ini secara hirarkis penyediaan

jaringan jalan primer (nasional dan propinsi) secara konseptual telah memenuhi

standar, dimana semua ibukota kabupaten telah terhubungkan oleh jaringan jalan

propinsi dan nasional, sehingga penambahan jaringan jalan untuk masing-masing

kabupaten untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimum jaringan jalan indeks

aksesibilitas seyogyanya diarahkan melalui pengembangan jaringan jalan

sekunder, dalam arti yang dikembangkan adalah jaringan jalan kabupaten.

Tabel V.16 Analisis Pencapaian SPM Jaringan Jalan Kabupaten untuk

Indeks Aksesibilitas Indeks

Aksesibilitas (Km/Km2) Kabupaten

Luas Wilayah (Km2)

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km2)

Panjang Jalan (Km) Eksist. Syarat

M/TM

Serang 1.734,09 1.104,62 686,11 0,40 >1,5 TM

Pandeglang 2.746,89 405,06 434,60 0,16 >0,15 M

Keterangan : M = memenuhi TM = tidak memenuhi

V.2.2 Indeks Mobilitas

Tabel V.15 menyajikan pencapaian nilai indeks mobilitas penyediaan jaringan

jalan di Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang. Dari tabel tersebut terlihat

bahwa dari sisi kuantitas penyediaan jaringan jalan (relatif terhadap jumlah

penduduk dan PDRB per kapita) untuk tingkat Kabupaten Serang masih di bawah

SPM (indeks mobilitas eksisting = 0,36 < 2,0), begitupula dengan Kabupaten

Pandeglang (indeks mobilitas eksisting = 0.39 < 1,0), hal ini menunjukkan

kecendrungan bahwa penyebaran penduduk dan pencapaian PDRB per kapitas

pada masing-masing kabupaten tidak merata.

Page 24: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

95

Sebagaimana untuk pemenuhan SPM jaringan jalan indeks aksesibilitas,

penambahan jaringan jalan pada Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang

yang masih belum memenuhi standar SPM seyogyanya diarahkan melalui

pengembangan jaringan jalan sekunder, dalam arti jaringan jalan yang

dikembangkan adalah jaringan jalan kabupaten.

Kebutuhan penambahan jaringan jalan untuk memenuhi SPM jaringan jalan pada

masing-masing kabupaten disajikan pada Tabel V.16.

Tabel V.17 Analisis Pencapaian SPM Jaringan Jalan untuk

Indeks Mobilitas Indeks Mobilitas (Km/1000 pddk) Kabupaten

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

PDRB per kapita (Juta Rp/kap/thn)

Panjang Jalan (Km) Eksist. Syarat

M/TM

Serang 1.915.502 6,394 686,11 0,36 >2,0 TM

Pandeglang 1.112.665 4,923 434,60 0,39 >1,0 TM

Keterangan : M = memenuhi TM = tidak memenuhi

Tabel V.18 Daftar Kebutuhan Penambahan Jaringan Jalan untuk Pemenuhan SPM

Jaringan Jalan Kebutuhan Penambahan Jaringan Jalan

(Km) Kabupaten Aksesibilitas Mobilitas

Penambahan Jaringan Jalan (Km)

Serang 1.915,03 3.144,89 3.144,89 Pandeglang - 678,07 678,07

Sumber : Hasil Analisis

V.2.3 Indeks Kecelakaan

Tabel V.17 menyajikan pencapaian nilai indeks kecelakaan di setiap Kabupaten

Serang dan Kabupaten Pandeglang. Dari tabel tersebut terlihat bahwa untuk

Kabupaten Serang memiliki nilai indeks kecelakaan relatif tinggi (0,05)

dibandingkan Kabupaten Pandeglang (0,04).

Page 25: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

96

Walaupun standar indeks kecelakaan dalam Keputusan Mentri Kimpraswil

No.534/KPTS/M/2001 belum tercantum (belum ditetapkan), namun dengan sering

terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya khususnya di Kabupaten Serang dan

Kabupaten Pandeglang, maka perlu upaya-upaya untuk mengurangi tingkat

kecelakaan, terutama yang berkaitan dengan fisik jalan dan perlengkapannya.

Mengingat bahwa faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu

lintas adalah faktor manusia, maka salah satu upaya untuk mengurangi tingkat

kecelakaan adalah dengan menambah/melengkapi perlengkapan jalan, seperti

rambu jalan, marka jalan, patok pengarah, rel pengaman dan lain sebaginya.

Walaupun untuk pengadaan perlengkapan jalan merupakan tanggung jawab Dinas

Perhubungan, akan tetapi pelaksanaannya sebagimana yang selama ini berjalan

dapat dimasukkan pada kegiatan di Dinas Bina Marga.

Untuk faktor jalan, walaupun relatif kecil, pada lokasi-lokasi rawan kecelakaan

perlu dilakukan kajian penyebabnya, sehingga dapat diamil tindakan penanganan

terhadap konstruksi jalan, misalnya apakah perlu ada perbaikan geometrik atau

pada lapisan perkerasannya. Sedangkan untuk faktor kendaraan dan faktor alam,

upaya pencegahan harus di koordinasikan dengan instansi terkait (di luar Dinas

Bina Marga).

Tabel V. 19 Analisis Pencapaian SPM Jaringan Jalan untuk Indeks Kecelakaan Indeks Kecelakaan

(Kec/Km/Thn) Kabupaten Jumlah

Kecelakaan per thn

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km2)

Panjang Jalan (Km) Eksist. Syarat

M/TM

Serang 57 1.104,62 1115,95 0,05 - -

Pandeglang 33 405,06 786,46 0,04 - -

Sumber : Hasil Analisis

V.3 Kebutuhan Penangan Jalan Kabupaten Serang

Sebagaimana telah diuraikan pada Sub Bab V.2 dimana masih terdapat kondisi

jalan yang belum memenuhi persyaratan SPM, maka perlu ada penanganan

terhadap jalan eksisting yang masih di bawah persyaratan SPM.

Page 26: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

97

Penanganan untuk jaringan jalan kabupaten di Kabupaten Serang dapat

didetailkan kebutuhannya menurut wilayah kecamatan, baik pemenuhan SPM

untuk aksesibilitas maupun mobilitasnya, hal ini dapat dilihat pada Tabel V.18

berikut.

Tabel V.20 Kebutuhan Penanganan Jalan Kabupaten untuk Pemenuhan SPM Kebutuhan Penambahan

Jaringan Jalan (Km) No Kecamatan Luas

Wilayah Jumlah

Penduduk Panjang

Jalan Aksesibilitas Mobilitas

Penambahan Jaringan

Jalan (Km)

1 Cinangka 111,47 59.552 42,80 124,41 76,30 124,412 Padarincang 99,12 64.254 11,70 136,98 116,81 136,983 Ciomas 48,53 37.832 17,80 55,00 57,86 57,864 Pabuaran 79,14 38.545 3,00 115,71 74,09 115,715 Gunungsari 48,60 19.288 16,60 56,30 21,98 56,306 Baros 44,07 50.682 32,35 33,76 69,01 69,017 Petir 46,94 52.539 30,35 40,06 74,73 74,738 Tanjung Teja 39,52 40.964 3,80 55,48 78,13 78,139 Curug 49,60 44.751 4,00 70,40 85,50 85,50

10 Cikeusal 88,25 66.113 50,40 81,98 81,83 81,9811 Pamarayan 41,92 40.897 37,73 25,15 44,06 44,0612 Bandung 25,18 40.362 14,00 23,77 66,72 66,7213 Jawilan 38,95 46.927 3,50 54,93 90,35 90,3514 Kopo 44,69 47.415 12,70 54,34 82,13 82,1315 Cikande 50,53 85.976 30,40 45,40 141,55 141,5516 Kibin 33,51 67.313 3,20 47,07 131,43 131,4317 Kragilan 51,56 71.136 37,60 39,74 104,67 104,6718 Walantaka 48,48 66.970 35,00 37,72 98,94 98,9419 Cipocok Jaya 31,54 55.725 1,48 45,83 109,97 109,9720 Serang 25,88 196.063 36,50 2,32 355,63 355,6321 Taktakan 47,88 67.104 8,90 62,92 125,31 125,3122 Waringinkurung 51,29 38.697 19,10 57,84 58,29 58,2923 Mancak 74,03 43.485 36,90 74,15 50,07 74,1524 Anyar 56,81 50.028 32,00 53,22 68,06 68,0625 Bojonegara 30,30 41.249 9,60 35,85 72,90 72,9026 Pulo Ampel 32,56 31.302 0,00 48,84 62,60 62,6027 Kramatwatu 48,59 91.326 11,60 61,29 171,05 171,0528 Kesemen 63,36 84.188 32,30 62,74 136,08 136,0829 Ciruas 40,61 64.957 33,50 27,42 96,41 96,41

Page 27: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

98

Tabel V.20 (lanjutan) Kebutuhan Penanganan Jalan Kabupaten untuk

Pemenuhan SPM Kebutuhan Penambahan

Jaringan Jalan (Km) No Kecamatan Luas

Wilayah Jumlah

Penduduk Panjang

Jalan Aksesibilitas Mobilitas

Penambahan Jaringan

Jalan (Km)

30 Pontang 64,85 56.883 17,70 79,58 96,07 96,0731 Carenang 36,40 43.873 30,60 24,00 57,15 57,1532 Binuang 26,17 27.727 5,70 33,56 49,75 49,7533 Tirtayasa 64,46 43.042 23,30 73,39 62,78 73,3934 Tanara 49,30 38.337 0,00 73,95 76,67 76,67

Jumlah 1.734,09 1.915.502 686,11 1.915,03 3.144,89 3.323,94 Sumber : Hasil Analisis

Dari kondisi jalan kabupaten yang terdapat pada Tabel IV.5, dapat disimpulkan

bahwa kondisi jalan kabupaten di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:

a. Kondisi Baik : 176,93 km (25,79%)

b. Kondisi Sedang : 145,93 km (21,27%)

c. Kondisi Rusak Ringan : 115,65 km (16,85%)

d. Kondisi Rusak Berat : 247,60 km (36,09%)

Secara teknis, penanganan jalan untuk memenuhi persyaratan SPM dan memenuhi

fungsi jalan, yaitu lokal primer untuk jalan kabupaten adalah melalui pelebaran

jalan, sedangkan untuk kondisi jalan adalah melalui program peningkatan untuk

kondisi rusak ringan dan rusak berat

Pada Lampiran terdapat data inventarisasi jalan Kabupaten Serang, terlihat bahwa

kebutuhan penanganan dan kebutuhan biaya dalam rangka pemenuhan SPM untuk

jalan kabupaten adalah sebagai berikut:

1. Penanganan pelebaran, sepanjang = 182,38 km dengan kebutuhan biaya

sebesar Rp.279.858.600.000,-

2. Penanganan perkerasan untuk kondisi rusak ringan dan rusak berat dengan

kebutuhan biaya sebesar Rp. 292.976.581.900,-

Dari Lampiran data inventarisasi jalan Kabupaten Serang tersebut dapat dirinci

jalan kabupaten yang diperlukan untuk pelebaran dan peningkatan perkerasan.

Page 28: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

99

Kebutuhan biaya untuk pemenuhan SPM jalan kabupaten di Kabupaten Serang

sebesar Rp. 572.835.181.900,-. Apabila dibandingkan dengan kemampuan

Pemerintah Kabupaten Serang dalam menyediakan alokasi dana untuk sub sektor

jalan setiap tahunnya, tentunya sangat berat untuk dapat dipenuhi sekaligus, untuk

itu perlu dibuat skala prioritas penanganan jalan.

V.4 Sistem Pembiayaan dan Pengelolaan Jalan

Dalam penyelenggaraan jalan, sesuai dengan UU Jalan No. 38 Tahun 2004 yaitu

dilakukan berdasarkan status jalan tersebut. Di wilayah Kabupaten Serang

terdapat beberapa ruas jalan dengan statusnya jalan nasional, jalan propinsi dan

jalan kabupaten dengan penyelenggara sebagaimana dalam Tabel V.20.

Tabel V.21 Penyelenggara jalan di Kabupaten Serang

No Status Jalan Panjang (km) Kondisi Penyelenggara

1. Nasional 108,60 Baik Dinas Bina Marga Propinsi Banten

2. Propinsi 321,24 Baik, sedang, rusak ringan, rusak berat

Dinas Bina Marga Propinsi Banten

3. Kabupaten 686,11 Baik, sedang, rusak ringan, rusak berat

Dinas Bina Marga Kabupaten Serang

4. Desa 46,51 Baik, sedang Dinas Bina Marga Kabupaten Serang

Sumber : Dinas Bina Marga Kabupaten Serang (2006)

Adapun pembiayaannya, masing-masing status jalan dibiayai dengan sumber dana

yang berbeda tergantung pada kewenangan dalam mengelola jalan tersebut,

selengkapnya sebagaimana pada Tabel V.21.

Tabel V.22 Sumber Pembiayaan Jalan di Kabupaten Serang

No Status Jalan Sumber Pembiayaan Penyelenggara 1. Nasional - APBN

- Bantuan Luar Negeri (BLN) Dinas Bina Marga Propinsi Banten

2. Propinsi - DAU Prop. Banten - APBD Prop. Banten

Dinas Bina Marga Propinsi Banten

3. Kabupaten - DAK Departemen PU - DAU Kab. Serang - APBD Kab. Serang

Dinas Bina Marga Kabupaten Serang

4. Desa - DAU Kab. Serang - APBD Kab. Serang

Dinas Bina Marga Kabupaten Serang

Sumber : Dinas Bina Marga Kabupaten Serang (2006)

Page 29: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

100

Jalan kabupaten dan jalan desa di Kabupaten Serang yang memiliki panjang

732,62 km, tidak seluruhnya dapat ditangani mengingat dana yang tersedia dalam

APBD Kabupaten Serang sangat terbatas. Untuk itu dalam penyusunan program

jalan kabupaten dan jalan desa dilakukan prioritas program dengan mekanisme

sebagaimana dalam Gambar V.7.

Gambar V.7 Mekanisme Penyusunan Program Jalan Kabupaten Sumber : BAPPEDA Kabupaten Serang (2006)

Keterangan Gambar :

1. Kajian Teknis : Merupakan kegiatan penyusunan program jalan

kabupaten berdasarkan kondisi jalan dan kebutuhan

penanganan jalan yang mengacu kepada SK

Menteri PU No. 77/KPTS/Db/1990 tentang

Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan

Program Jalan Kabupaten.

2. Aspirasi Masyarakat : Merupakan kegiatan dalam rangka menjaring

aspirasi masyarakat secara langsung bertatap muka

dengan masyarakat baik melalui Musyawarah

Pembangunan di Desa (Musbangdes) ataupun

Musyawarah Pembangunan di Kecamatan

(Musbangkec).

Kajian Teknis

Musrenbang Kab.

Pembuatan RASK

Pembahasan RASK

Aspirasi Masyarakat

Pengesahan RASK

Pembuatan DASK

Pembahasan DASK

Pengesahan DASK - SKO

Pelaksanaan DASK

Page 30: BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN V.1 Analisa · PDF fileV.1 Analisa Indeks Prasarana Jalan (IPJ) ... yakni wakil dari Dinas PU / Bina Marga Kabupaten, Bappeda/Bapeda Kabupaten,

101

3. Musrenbang Kab. : Merupakan kegiatan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan di Kabupaten, yang merupakan

gabungan antara kajian teknis dengan aspirasi

masyarakat dan melibatkan seluruh komponen

stakeholders di wilayah Kabupaten Serang.

4. Pembuatan RASK : Setelah perencanaan pada saat Musrenbang Kab.

Dianggap final disesuaikan dengan anggaran yang

tersedia, maka dilanjutkan dengan pembuatan

Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK).

5. Pembahasan RASK : Setelah RASK dibuat oleh eksekutif maka

dilanjutkan dengan pembahasan RASK oleh Panitia

Anggaran DPRD Kabupaten Serang.

6. Pengesahan RASK : Pengesahan RASK dilakukan oleh DPRD melalui

pendapat fraksi-fraksi di DPRD.

7. Pembuatan DASK : Merupakan kegiatan pembuatan Dokumen

Anggaran Satuan Kerja (DASK) oleh pihak

eksekutif setelah APBD disetujui oleh DPRD.

8. Pembahasan DASK : Setelah DASK dibuat, dilanjutkan dengan

pembahasan DASK antara masing-masing Dinas

dengan Tim Peneliti DASK yang merupakan

gabungan BAPPEDA, Bagian Keuangan dan

Bagian Pembangunan.

9 Pengesahan DASK : Dilakukan oleh Bupati Kabupaten Serang, setelah

DASK dianggap final.

10. Pelaksanaan DASK : Setelah DASK disyahkan oleh Bupati maka SKPD

atau Dinas-dinas melakukan kegiatan sesuai

dengan kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam

DASK.