laporan iv

16
(LAPORAN IV) (STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN)

Upload: kangmasanwarsamsulpujangga

Post on 16-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ghvgs

TRANSCRIPT

(LAPORAN IV)(STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN)

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangAsidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa) (Shochichah,2010).Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim,2009).Titrasi asidi-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, basa kuat-garam dari basa lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau indikator asam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam keadaan basa (Harjadi,1986).Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas) (Shochichah,2010).Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah, 1990).Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah (Sukmariah, 1990).Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.Umumnya indikator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar.Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa (Shochichah,2010)1.2 TujuanTujuan percobaan ini adalah untukmenentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat dan menetapkan kadar asam cuka perdagangan.

BAB IImetode percobaan2.1 Waktu dan TempatPraktikum dilaksanakan pada hari Kamis 3 Desember 2014 di Laboratorium Analisis Kimia dan Fisika Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.2.2 Bahan dan AlatBahanAdapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalahAsam oksalat, Larutan NaOH, Asam Cuka Perdagangan dan Indikator PP.AlatAdapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Neraca Analitik, Kaca Arloji, Labu ukur 100 ml, Buret 50 ml, Erlenmeyer dan Pipet Ukur.2.3 Prosedur Praktikuma. Pembuatan Larutan Standar:1. Ditimbang sejumlah diperlukan ( 1,26 gram) asam oksalat ke dalam botol timbang yang bersih (atau dapat digunakan gelas piala 50 ml atau 100 ml). Tidak dibenarkan menggunakan gelas arloji2. Timbang berat botol dan isinya dengan teliti pada neraca analitik.3. Pindahkan isi botol timbang ke dalam gelas piala 250 ml yang bersih4. Timbang kembali botol yang berisi sisa zat yang telah dipindahkan pada langkah (3). Berat zat yang dipindahkan dapat dihitung dari selisih berat pada langkah (2) dan (4) ini5. Larutkan zat dalam gelas piala dengan sejumlah air kecil bebas ion (aquades). Pindahkan larutan dari gelas piala ke dalam labu ukur 100 ml menggunakan corong kecil.6. Cuci bak-baik gelas piala dengan semprotan air sedikit demi sedikit, dan kumpulkan air cuciannya ke dalam labu ukur.7. Cuci corong juga menggunakan semprotan sedikit air, dan angkat dari labu ukur8. Menggunakan aquades tepatkan volume larutan sampai tanda batas dasar miniskus tepat pada garis graduasi9. Tutup labu ukur dan kocok b. Penetuan Molaritas NaOH1. Satu buret disiapakn dan dicuci, diisi larutan standar asam oksalat yang telah disiapkan2. Dituang 10 ml larutan NaOH ke dalam erlenmeyerc. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan1. Diambil 10 ml larutan cuka perdagangan dngan pipet ukur, kemudian dimasukan dalam labu ukurm kapasitas 100 ml dan diencerkan hingga volume 100 ml2. Diambil 10 ml larutan ecer (1), dimasukan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 ml atau 250 ml dan ditambah 2 tetes indikator PP3. Larutan ini dititrasi dengan larutan NaOH standar hingg terjadi perubahan warna4. Titrasi dilakukan 3 kaliSetelah selesai buret harap dicuci dengan sama pencuci (sisa asam asetat)

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil1) Pembuatan larutan standar Berat penimbangan (g)1,26 gram (Oksalat )

Botol + zat26,39 gram

Botol + sisa zat26,38 gram

Zat yang dipindahkan0,01 gram

2) Penentuan molaritas NaOHTitrasi ITitrasi IITitrasi III

Volume NaOH10 ml10 ml10ml

Volume H2C2O4.2H2O0 1 ml0 1 ml0 2 ml

Molaritas NaOH0,10,10,2

Rata-rata molaritas NaOH0,13

3) Penetapan kadar asam cuka perdagangan Merk asam cuka yang dipakai Cap SendokTitrasi ITitrasi IITitrasi III

Skala awal buret000

Skala akhir buret5102,25

Volume NaOH (ml)5102,25

Volume rata-rata NaOH yang diperlukan 5,75

Berapa kadar asam cuka : 0,7475 x 100%= 74,75

A. Titrasi I1 ml 0,1 ml0 ml 0,1 ml -1 ml(1) 0,2 ml1 ml 0,2 mlmolaritas NaOH 1 x 1 = 0,110(2) 1M 0,2 M0,2 %1 ml 0,2 ml 20 %10 ml 0,04 ml 0,4 % +20,6%Sesatan numerik volume NaOH = 20,6% x 0,1 M= 2,06 MHasil molaritas NaOH yang dilaporkan : 0,1 2,06 M ( 3 angka bermakna )B. Titrasi II1 ml 0,1 ml0 ml 0,1 ml -1 ml(1) 0,2 ml1 ml 0,2 mlmolaritas NaOH 1 x 1 = 0,110(2) 1M 0,2 M0,2 %1 ml 0,2 ml 20 %10 ml 0,04 ml 0,4 % +20,6%Sesatan numerik volume NaOH = 20,6% x 0,1 M= 2,06 MHasil molaritas NaOH yang dilaporkan : 0,1 2,06 M ( 3 angka bermakna )C. Titrasi III2 ml 0,1 ml0 ml 0,1 ml -2 ml(1) 0,4 ml2 ml 0,2 mlmolaritas NaOH 2 x 1 = 0,210(2) 1M 0,2 M0,2 %2 ml 0,4 ml 80 %10 ml 0,04 ml 0,4 % +80,6%Sesatan numerik volume NaOH = 80,6% x 0,2 M= 16,12 MHasil molaritas NaOH yang dilaporkan : 0,2 16,12 M ( 4 angka bermakna )3.2 Pembahasan Dalam praktikum standardisasi larutan NaOH dan penetapan kadar Asam cuka perdagangan ini, metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif, yang dimana analisis kuantitatif fokus kajiannya adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu (analit) yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif terhadap suatu sampel terdiri atas empat tahapan pokok:Pengambilan atau pencuplikan sampel (sampling), yakni memilih suatu sampel yang mewakili dari bahan yang dianalisis, Mengubah analit menjadi suatu bentuk sediaan yang sesuai untuk pengukuran, Pengukuran, Perhitungan dan penafsiran pengukuran (Shochichah, 2010).

bab Vpenutup

4.1 KESIMPULANKesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum ini adalah:a. Standarisasi yang dilakukan pada percobaan bertujuan untuk menentukan molaritas larutan NaOH.b. Pada penentuan molaritas NaOH dilakukan dengan 3 kali prcobaan titrasi.c. Rata-rata molaritas NaOH yang diperlukan saat titrasi yaitu 0,13 mld. Kadar asam cuka perdagangan yaitu 0,7475 x 100 % = 74,75

DAFTAR PUSTAKA

Sotarno P, 2010, Asidi-Alkalimetri dan Potensiometri, hettik07.student.ipb.ac.id,

Purwanto, 2002,Standarisasi Larutan NaOH dan Penentuan Asam Cuka Perdagan Sumber:shochichah.blogspot.com

Iis W, 2009, Standarisasi larutan NaOH, Sumber: tadriskimia .blogspot. comstandarisasi naoh.htm.