laporan acara iv (pe&pp)
TRANSCRIPT
IV. TRANSFER MASSA UAP AIR MELEWATI FILM KEMASAN PE
DAN PP
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan laju transfer massa uap air melewati kemasan PE dan PP.
2. Menentukan pengaruh laminasi kedua kemasan tersebut secara seri
maupun paralel terhadap laju transfer massa uap airnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Tinjauan Bahan
Foil polimer yang paling sering digunakan untuk kemasan
makanan adalah polypropylene dan polyethylene. Sejumlah besar faktor
mempengaruhi sifat penghalang bahan kemasan, baik dalam makanan
itu sendiri dan di lingkungan, seperti uap air, gas dan zat organik.
Tingginya stabilitas polimer foil diinginkan untuk penggunaan bahan
stabil dalam kemasan makanan. Adalah lebih baik untuk mengetahui
bagaimana foil bereaksi dalam kondisi yang berbeda seperti pemanas
atau sterilisasi dan pembekuan karena ini adalah cara perlakuan untuk
pengawetan yang dapat digunakan dalam rumah tangga (seperti paparan
radiasi dalam oven microwave atau pembekuan dalam freezer)
(Kljusuri'c, 2003).
Plastik secara sederhana didefinisikan sebagai material polimer
yang dapat dicetak atau diekstruksi menjadi bentuk yang diinginkan dan
yang mengeras setelah didinginkan atau pelarutnya diuapkan. Plastik
tidak dipintal menjadi benang yang molekulnya sejajar, seperti dalam
serat, tetapi dicetak menjadi bentuk berdimensi tiga atau dibentang
menjadi film untuk digunakan sebagai pengemas. Meskipun benda-
benda seluloid telah difabrikasi dengan pengolahan plastik menjelang
akhir tahun 1800-an, plastik sintetik penting yang pertama ialah Bakelit
(Oxtoby, 2001).
Jenis plastik yang populer digunakan untuk pengemasan yaitu PE
(polyethylen) dan PP (polyprophylen), karena kedua jenis plastik ini
selain harganya murah, mudah ditemukan di pasaran, juga memiliki
sifat umum yang hampir sama. Plastik PE tidak menunjukan perubahan
pada suhu maksimum 93°C - 121°C dan suhu minimum -46°C – (-5)°C,
namun memiliki permeabilitas yang cukup tinggi terhadap gas-gas
organik sehingga masih dapat teroksidasi apabila disimpan dalam
jangka waktu yang lama. Menurut Wheaton dan Lawson (1985) bahan
kemasan plastik yang paling banyak digunakan adalah plastik PE
karena mempunyai harga relatif murah, mempunyai komposisi kimia
yang baik, resisten terhadap lemak dan minyak, tidak menimbulkan
reaksi kimia terhadap makanan, mempunyai kekuatan yang baik dan
cukup kuat untuk melindungi produk dari perlakuan kasar selama
penyimpanan, mempunyai daya serap yang rendah terhadap uap air,
serta tersedia dalam berbagai bentuk (Yanti, dkk, 2008).
Makromolekul beberapa diantaranya bersifat alamiah seperti
polisakarida dan bersifat polimer seperti Polietilena (PE) dan
Polipropilena (PP) yang dibuat dengan merangkaikan dan
menyilangkan satuan yang disebut monomer (Atkins, 1997).
Polietilena dibuat dengan polimerisasi berantai yaitu
menghasilkan pertumbuhan cepat rantai polimer individual untuk setiap
monomer teraktifkan. Ini terjadi dengan adisi dengan proses berantai
radikal. Polietilena dihasilkan dengan 2 proses yang umum yaitu
dengan proses tekanan tinggi (± 2000 atm ) dan pada suhu tinggi
(2000C ) yang melibatkan polimerisasi etilena dengan katalis oksigen
dan peroksida yang memicu reaksi radikal bebas.
Strukturnya bercabang sehingga bersifat kristal berderajat rendah.
Merupakan bentuk plastik sedikit kenyal dan berkerapatan rendah ( 0,92
g/cc ) dengan bobot molekul rata-rata 25.000. Cara yang kedua adalah
dengan tekanan rendah (± 7 atm ) dan pada suhu 600-700C dengan
katalis oksida logam. Strukturnya lanjar dan sebagai bahan kristal
berkerapatan tinggi ( 0,96 g/cc ) dan digunakan untuk pembuatan
wadah yang mensyaratkan sterilisasi.
Bila dikembangkan untuk skala perdagangan, proses ini harus
memberikan penghematan biaya dan energi. Polipropilena dibuat
dengan katalis jenis Ziegler Natta, bersifat isotaktik. Polipropilena
bertekanan rendah tetapi titik leburnya lebih tinggi dari Polietilena
( 1500C ) (Pine, dkk, 1988).
Desiccant adalah suatu zat yang dapat menyerap uap air yang
terdapat dalam udara (higroskopis). Untuk desikan berupa silika gel,
dibuat dengan cara mencairkan campuran pasir kuarsa dengan natrium
karbonat di dalam tungku pemanas. Kelebihan dari silika gel adalah
angka muatnya lebih tinggi sehingga akan lebih ulet sebagai bahan
bakar nuklir, dan silika gel dapat menyerap uap air (Wahyono, 2007).
Wax merupakan istilah umum untuk merujuk pada campuran
rantai panjang apolar lipid membentuk pelindung (kutikula) pada daun
tanaman dan buah, juga pada tanaman, alga, fungi, dan bakteri.
Berbagai macam material dengan nama wax tidak dibentuk oleh satu
grup struktur kimia yang homogen. Semua wax merupakan bahan tahan
air yang terbentuk dari berbagai macam subtansi termasuk hidrokarbon
(normal atau bercabang alkana dan alkena), keton, diketon, alkohol
primer dan sekunder, aldehid, sterol ester, asam alkanoik, terpenes
(squalene), dan monoester (ester wax) (Anonima, 2009)
b. Tinjauan Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan O2 dan CO2 dalam
kemasan antara lain adalah faktor produk yang dikemas (varietas, berat,
respirasi), faktor bahan pengemas (jenis film plastik, ketebalan, luas
permukaan, permeabilitas) dan faktor lingkungan (suhu dan
kelembaban ruang penyimpan). Dalam mengkemas produk terolah
minimal perlu memperhatikan sifat permeabilitas gas dari bahan
kemasan agar transfer gas-gas seperti O2 dan CO2 masih dapat
berlangsung. Pemilihan jenis kemasan dengan nilai permeabilitas yang
tepat akan memberikan efek atmosfir termodifikasi sehingga dapat
menekan laju respirasi yang pada akhirnya dapat memperpanjang masa
simpan. Selain sifat permeabilitas gas, untuk memberikan perlindungan
terhadap kehilangan air produk, sifat transmisi uap air dari kemasan
juga perlu diperhatikan. Jika nilai laju transmisi uap air terlalu besar,
produk akan mengalami banyak kehilangan air sehingga mempercepat
proses pelayuan. Sebaliknya, jika nilainya terlalu rendah maka akan
terjadi pengembunan di dalam kemasan yang akan memicu
pertumbuhan mikroorganisme dan menyebabkan penampilan produk
menjadi kurang menarik (Anonimb, 2010).
Untuk menentukan pola perubahan konsentrasi O2 dan CO2 dalam
kemasan maka grafik perubahan volume gas O2 dan CO2 yang diukur
selama penyimpanan dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona perubahan
volume yang cepat (zona I), zona perubahan volume lambat (zona II)
dan zona perubahan volume yan sedang (zona III). Selanjutnya setiap
zona dibuatkan perubahan linier (regresi linier) dengan syarat koefisien
determinasinya (R2) adalah ≥ 0,7. Setiap zona akan mendapatkan slope
persamaan regresi yang menunjukkan perubahan gas O2 dan CO2
(ml/jam). Selanjutnya untuk menghitung perubahan gas O2 dan CO2
dalam satuan ml/jam kg, maka perubahan gas dalam ml/jam disesuaikan
dengan berat buah sebanyak satu kilogram untuk setiap kemasan
(Utama,dkk , 2010).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Gunadnya (1993)
memperlihatkan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin besar nilai
koefisien permeabilitas. Disamping itu suhu penyimpanan juga
mempengaruhi cepat atau lambatnya laju respirasi produk. Gunadnya
(1993) mengemukakan dengan makin bertambahnya suhu, laju
konsumsi O2 dan produksi CO2 salak semakin bertambah (Sutrisno,
dkk, 1999).
Selain itu juga dipengaruhi oleh kelembaban relatif disekitar
tempat penyimpanan kemasan. Kelembaban relatif (RH) didefinisikan
sebagai penjenuhan persen dari udara dengan uap air. Kelembaban
relatif akan menurun jika udara luar berkurang dengan naiknya
temperatur (Keenan, dkk, 1980). Tekanan juga mempengaruhi
permeabilitas kemasan karena adanya gaya yang bekerja pada
permukaan tertentu (Atkins, 1994).
Kehilangan air atau peningkatan kadar air merupakan faktor yang
penting dalam penentuan masa simpan dari produk pangan. Kemasan
memberikan kondisi mikroklimat bagi bahan yang dikemasnya, dan
kondisi ini ditentukan oleh tekanan uap air dari bahan pangan pada suhu
penyimpanan dan permeabilitas kemasan. Jika nilai aktivitas air dari
bahan meningkat sehingga sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
mikroba, maka mikroba akan tumbuh dan bahan menjadi rusak.
Kemasan juga harus dapat mencegah masuknya warna dari plastisizer,
tinta pencetak kemasan, perekat atau pelarut yang digunakan dalam
pembuatan kemasan. Kemasan gelas dan logam kedap terhadap gas dan
uap, sedangkan film plastik mempunyai kisaran permeabilitas yang luas
tergantung pada ketebalan, komposisi kimia serta struktur dan orientasi
molekul di dalam film plastik (Anonimc, 2010).
Beberapa parameter yang mempengaruhi pengondisian udara
antara lain konsentrasi desiccant, temperatur desiccant, kelembaban
udara masuk dan laju aliran udara (Fumo, 2000). Proses penurunan
kelembaban terjadi akibat adanya transfer massa (berupa uap air) dari
udara ke desiccant. Perpindahan massa tersebut juga diikuti dengan
transfer kalor. Semakin besar transfer kalor yang dihasilkan, maka
efisiensi thermal juga akan semakin meningkat. Oleh karena
perpindahan kalor mengalir dari temperatur tinggi ke rendah maka
temperatur desiccant dikondisikan lebih tinggi daripada temperatur
udara masuk. Pada temperatur desiccant yang berbeda akan
menghasilkan transfer kalor yang berbeda pula. Oleh karena itu, perlu
diteliti pengaruh temperatur desiccant yang disemprotkan ke dalam
sistem terhadap transfer kalor yang dihasilkan sehingga dapat diperoleh
efisiensi thermal yang optimal. Desiccant memiliki tekanan parsial uap
air yang lebih rendah daripada udara proses sehingga mampu menyerap
uap air dari udara proses (Wahyudi, 2010).
Respirasi diperlambat oleh penurunan kadar O2. Penurunan
tingkat respirasi sebagai tanggapan terhadap penurunan tingkat O2
merupakan akibat dari penurunan aktivitas oksidase, seperti
polyphenoloxidase, oksidase asam askorbat dan oksidase asam glikolat
(Kader 1986). Penambahan dalam respirasi menunda kerusakan
oksidatif substantsi kompleks yang membuat produk dapat
memperpanjang masa simpannya. Biasanya, dalam modified
atmosphere packages bentuk konsentrasi O2 dijaga tetap rendah (1-5%)
(Fonseca et al 2002;. Farber et a. 2003). Namun, pada tingkat O2 sangat
rendah (<1%), respirasi anaerob dapat terjadi, mengakibatkan
kerusakan jaringan dan produksi zat yang berkontribusi terhadap rasa
dan bau (Lee et al.1995; Aistin et al.1998). Hal ini juga menghasilkan
risiko potensial untuk pertumbuhan patogen bawaan makanan
anaerobik, seperti Clostridium botulinum (Austin et al 1998;. Farber et
al 2003.) (Ares, 2007).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
1. Alat :
a. Mangkuk WVTR
b. Desikator untuk mengatur kelembaban ruang penyimpanan
c. Higrometer yang dilengkapi pengukur suhu
d. Mikrometer
e. Plastic sealer
f. Timbangan analitik
2. Bahan :
a. Desikan berupa silica gel
b. Film plastik : polietilena dan polipropilena
c. Malam (wax)
3. Cara Kerja
Tentukan laju transfer massa uap air melewati kemasan PE dan PP
Potong bahan mengikuti permukaan mangkuk WVTR, beri toleransi untuk menempelkan wax
Tentukan diameter mangkuk dan tentukan luas permukaan kemasan
mengikuti persamaan A= π D 24(m2)
Masukkan desikan ke dalam mangkuk WVTR sebanyak 12
volume
cawan
Tutup dengan kemasan dan rekatkan dengan menggunakan lilin (wax)
Tentukan beratnya
Inkubasi dalam suhu, tekanan, dan kelembaban udara selama 4 hari
Timbang mangkuk WVTR beserta isinya pada inkubasi hari ke 2,3 dan 4
Buat grafik hubungan keniakan berat mangkuk dan waktu inkubasi, tentukan slope-nya
Tentukan kecepatan transfer massa uap air melewati kemasan uji,
dengan mengikuti persamaan B=slope × tebal(mm)
A (m2 ) ×tekanan(atm)
IV. HASIL PENGAMATAN
1. Tabulasi data
Tabel 4.1 Transfer massa silika gel pada kemasan PE dan PP
No Jenis kemasan Berat wadah dan isinya (gram)
Waktu Inkubasi
Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
1 PP 0,03 mm 117,3 118,791 118,828 118,851
2 PP 0,08 mm 126,5 126,632 126,680 126,712
3 PE 0,03 mm 159,2 158,435 158,455 158,461
Tebal kemasan = 0,03 mm
Diameter kemasan = 88,025 mm
Luas permukaan kemasan = 14
π D 2
= 14
×3,14 ×(88,025 mm)2
= 6082,494 mm2
Persamaan linier : y = bx + a
X Y
Hari Berat
0 117,3
1 118,791
2 118,828
3 118,851
Slope = 0,469 gr H2O / hari
2. Penentuan Permeabilitas
B ( Permeabilitas ) = slope ( gr H 2O /h ari )× tebal (mm )
A (mm2 )× tekanan (atm )
= 0,469 gr H 2 O /h ari× 0,03 mm
6082,494 mm2× 1 atm
= 2,31319587 × 10-6 gr H2O mm / hari mm2 atm
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5116.5
117
117.5
118
118.5
119f(x) = 0.469000000000001 x + 117.739R² = 0.631258821253784
Hubungan antara Waktu Inkubasi dengan Kenaikan Berat Mangkuk
PP 0,03 mmBeratLinear (Berat)Linear (Berat)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Waktu Inkubasi dengan Kenaikan Berat Mangkuk PP 0,03 mm
Kelompok 2 :
Tebal kemasan = 0,08 mm
Diameter kemasan = 85,35 mm
Luas permukaan kemasan = 14
π D 2
= 14
×3,14 ×(85,35 mm)2
= 5718,428663 mm2
Persamaan linier : y = bx + a
X Y
Hari Berat
0 126,5
1 126,632
2 126,680
3 126,712
Slope = 0,0684 gr H2O / hari
Penentuan Permeabilitas
B ( Permeabilitas ) = slope ( gr H 2O /h ari )× tebal (mm )
A (mm2 )× tekanan (atm )
= 0,0684 gr H 2O /h ari ×0,08 mm
5718,428663 mm2× 1 atm
= 9,569062277 × 10-7 gr H2O mm / hari mm2 atm
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5126.35
126.4126.45
126.5126.55
126.6126.65
126.7126.75
f(x) = 0.0684000000000012 x + 126.5284R² = 0.895452457510317
Hubungan Antara Waktu Inkubasi dengan Kenaikan Berat Mangkuk
PP 0,08 mmBeratLinear (Berat)Linear (Berat)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Waktu Inkubasi dengan Kenaikan Berat Mangkuk PP 0,08 mm
Kelompok 3 :
Tebal kemasan = 0,03 mm
Diameter kemasan = 86,4 mm
Luas permukaan kemasan = 14
π D 2
= 14
×3,14 ×(86,4 mm)2
= 5859,9936 mm2
Persamaan linier : y = bx + a
X Y
Hari Berat
0 159,2
1 158,435
2 158,455
3 158,461
Slope = -0,2197 gr H2O / hari
Penentuan Permeabilitas
B ( Permeabilitas ) = slope ( gr H 2O /h ari )× tebal (mm )
A (mm2 )× tekanan (atm )
= −0,2197 gr H 2 O /h ari ×0,03 mm
5859,9936 mm2× 1 atm
= -1,124745256 × 10-6 gr H2O mm / hari mm2atm
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5158
158.2158.4158.6158.8
159159.2159.4
f(x) = − 0.219699999999992 x + 158.9673R² = 0.572072014947694
Hubungan Antara Waktu Inkubasi dengan Kenaikan Berat Mangkuk
PE 0,03 mmBeratLinear (Berat)Linear (Berat)
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Waktu Inkubasi dengan Kenaikan Berat Mangkuk PE 0,03 mm
B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan dengan menggunakan
silika gel yang dimasukkan kedalam mangkuk WVTR. Silika gel
bersifat menyerap uap air yang disebut absorpsi yang diawali oleh
perluasan pergerakan sistem dari konsentrasi keseimbangan.
Kemudian mangkuk ditutup dengan plastik Polietilena (PE) dan
Polipropilena (PP). Lalu mangkuk yang telah ditutup oleh plastik
diinkubasi selama 4 hari dan ditimbang menggunakan neraca analitik.
Plastik Polietilena mempunyai struktur lanjar dan sedikit kenyal
yang digunakan untuk pembuatan wadah yang mensyaratkan
sterilisasi. Sedangkan Polipropilena mempunyai struktur lebih kaku
dan lebih keras daripada Polietilena. Jadi plastik yang paling baik
adalah Polietilena. Untuk kelompok 1 menggunakan plastik
Polipropilena dengan ketebalan 0,03 mm dan diameter kemasan
88,025 mm sehingga diperoleh luas permukaan kemasan dengan
rumus 14
π D2 yaitu 6082,494 mm2. Diperoleh berat pada hari ke-0
sebesar 117,3 gram, berat pada hari ke-1 sebesar 118,791 gram, berat
pada hari ke-2 sebesar 118,828 gram, dan berat pada hari ke-3 sebesar
118,851 gram. Dengan menggunakan kalkulator regresi diperoleh
nilai slope = 0,469 gram H2O/hari. Besarnya permeabilitas (B) dengan
rumus = slope ( gr H 2O /hari ) × tebal (mm )
A (mm2 )× tekanan (atm ) yaitu 2,31319587 × 10-6 gr
H2O mm / hari mm2 atm. Persamaan linier yang didapat adalah y =
0,469 x +117,74.
Untuk kelompok 2 menggunakan plastik Polipropilena dengan
ketebalan 0,08 mm dan diameter kemasan 85,35 mm sehingga
diperoleh luas permukaan kemasan dengan rumus 14
π D2 yaitu
5718,428663 mm2. Diperoleh berat pada hari ke-0 sebesar 126,5 gram,
berat pada hari ke-1 sebesar 126,632 gram, berat pada hari ke-2
sebesar 126,680 gram, dan berat pada hari ke-3 sebesar 126,712 gram.
Dengan menggunakan kalkulator regresi diperoleh nilai slope =
0,0684 gr H2O / hari. Besarnya permeabilitas (B) dengan rumus =
slope ( gr H 2O /hari ) × tebal (mm )
A (mm2 )× tekanan (atm ) yaitu 9,569062277 × 10-7 gr H2O
mm / hari mm2 atm. Persamaan linier yang didapat adalah y= 0,0684 x
+126,53.
Untuk kelompok 3 menggunakan plastik Polietilena dengan
ketebalan 0,03 mm dan diameter kemasan 86,4 mm sehingga
diperoleh luas permukaan kemasan dengan rumus 14
π D2 yaitu
5859,9936 mm2. Diperoleh berat pada hari ke-0 sebesar 159,2 gram,
berat pada hari ke-1 sebesar 158,435 gram, berat pada hari ke-2
sebesar 158,455 gram, dan berat pada hari ke-3 sebesar 158,461 gram.
Dengan menggunakan kalkulator regresi diperoleh nilai slope = -
0,2197 gr H2O / hari. Besarnya permeabilitas (B) dengan rumus =
slope ( gr H 2O /hari ) × tebal (mm )
A (mm2 )× tekanan (atm ) yaitu -1,124745256 × 10-6 gr H2O
mm / hari mm2 atm. Persamaan linier yang didapat adalah y= -0,2197x
+ 158,97.
Dari persamaan linier y= bx +a dimana y dimisalkan sebagai R
dan b dimisalkan sebagai slope. Hasil R2 dari kelompok 1 yang
menggunakan PP 0,03 mm adalah 0,6313, sedangkan hasil R2 dari
kelompok 2 yang menggunakan PP 0,08 mm adalah 0,8955 dan yang
terakhir hasil R2 dari kelompok 3 yang menggunakan PE 0,03 mm
adalah 0,5721. Berdasarkan tinjauan pustaka, R2 merupakan nilai
determinasi yang mempunyai nilai syarat ≥ 0,7. Sehingga dari hasil
praktikum, PP 0,08 mm memiliki nilai determinasi yang memenuhi
syarat yaitu 0,8955.
Kemampuan bahan pengemas untuk melindungi produk yang
dikemas dinyatakan dengan permeabilitas. Permeabilitas bahan
pengemas adalah massa dari gas atau uap yang dapat di transfer per
unit waktu, area, dan driving force atau laju transfer massa uap air
yang melewati kemasan dengan luas permukaan tertentu per hari
untuk tebal dan suhu serta kelembaban relatif (RH) tertentu dan
dinyatakan dalam gram H2O mm/m2 hari atm. Nilai permeabilitas
dipengaruhi oleh suhu, kelembaban relatif di sekitar tempat
penyimpanan kemasan, dan tekanan. Besarnya nilai permeabilitas
pada kelompok 1 adalah 2,31319587 × 10-6 gr H2O mm / hari mm2
atm, pada kelompok 2 adalah 9,569062277 × 10-7 gr H2O mm / hari
mm2 atm, pada kelompok 3 adalah -1,124745256 × 10-6 gr H2O mm /
hari mm2 atm. Terjadi penyimpangan pada nilai permeabilitas PE 0,03
mm, hal ini disebabkan berat mangkuk mengalami penurunan dari hari
ke-0 sampai hari ke-4.
Grafik hubungan antara waktu inkubasi pada kelompok 1 dan 2
mengalami kenaikan sedangkan pada kelompok 3 mengalami
penurunan. Penurunan berat ini dapat disebabkan adanya kebocoran
karena pemberian malam (wax) yang kurang rapat lalu adanya malam
(wax) yang terlepas. Sedangkan berat mangkuk pada kelompok 1 dan
2 mengalami kenaikan, hal ini disebabkan adanya uap air yang diserap
oleh silica gel dan menurut tinjauan pustaka penambahan berat dapat
pula disebabkan oleh pertumbuhan koloni bakteri patogen Clostridium
botulinum yang biasanya tumbuh di plastik. Nilai b pada persamaan
linier diartikan sebagai slope persamaan regresi yang menunjukkan
perubahan gas O2 dan CO2.
Tujuan sebenarnya dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
jenis film yang terbaik sebagai kemasan bahan pangan. Dalam
praktikum digunakan desikan yang berupa silika gel yang berfungsi
untuk menyerap uap air. Desikan memiliki tekanan parsial uap air
yang lebih rendah daripada udara proses sehingga mampu menyerap
uap air dari udara. Dengan adanya perbedaan tekanan antara desikan
dengan udara sekitar, maka terjadi transfer uap air dari udara ke
desikan. Penambahan berat pada desikan menunjukkan massa uap air
yang diserap. Sehingga dapat dikatakan penambahan desikan yang
paling sedikit menunjukkan kualitas plastik yang lebih baik untuk
dijadikan kemasan bahan makanan. Plastik yang baik harus
memperhatikan sifat permeabilitas gas dari bahan kemasan agar
transfer gas-gas seperti O2 dan CO2 masih dapat berlangsung dan nilai
laju transmisi uap air tidak terlalu besar untuk menjaga kesegaran
produk.
V. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Jenis kemasan Polipropilena (PP) dengan tebal 0,03 mm memiliki
permeabilitas (B) kemasan sebesar 2,31319587 × 10-6 gr H2O mm /
hari mm2 atm.
2. Jenis kemasan Polipropilena (PP) dengan tebal 0,08 mm memiliki
permeabilitas (B) kemasan sebesar 9,569062277 × 10-7 gr H2O mm /
hari mm2 atm.
3. Jenis kemasan Polietilena (PE) dengan tebal 0,03 mm memiliki
permeabilitas (B) kemasan sebesar -1,124745256 × 10-6 gr H2O
mm / hari mm2 atm.
4. Besarnya permeabilitas kemasan (B) tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a. Ketebalan kemasan yang digunakan
b. Jenis kemasan yang digunakan ( Polietilena atau Polipropilena )
c. Suhu ruangan untuk penyimpanan kemasan tersebut
Semakin tinggi suhu maka semakin besar nilai koefisien permeabilitas.
Disamping itu suhu penyimpanan juga mempengaruhi cepat atau
lambatnya laju respirasi produk, dengan makin bertambahnya suhu,
laju konsumsi O2 dan produksi CO2 semakin bertambah.
d. Penjenuhan persen dari udara dengan uap air yang disebut kelembaban
relatif (RH) disekitar ruangan penyimpanan. Kelembaban relatif akan
menurun jika udara luar berkurang dengan naiknya temperatur
5. Karena kemasan tersebut ditempatkan dalam luas permukaan
tertentu pada suatu alat maka akan mengakibatkan terjadinya
perubahan tekanan antara sisi dalam dan sisi luar. Akibat adanya
perbedaan tekanan tersebut, uap air dari tekanan tinggi akan
melewati kemasan sehingga terjadi pertambahan berat bahan
desikan dan perubahan warna yang sedikit memudar dari semula.
6. Tekanan juga mempengaruhi permeabilitas kemasan karena
adanya gaya yang bekerja pada permukaan tertentu
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2009. http://ifonlytrias.blogspot.com/2009/04/wax-atau-malam.html
diakses pada Rabu, 16 Maret 2011 pukul 18:30 WIB.Anonimb. 2010. http://web.ipb.ac.id/~rokhani/artikel_files/page0002.html diakses
pada Rabu, 16 Maret 2011 pukul 19:33 WIBAnonimc. 2010. http://kemahasiswaan.um.ac.id/?p=1910 diakses pada Rabu, 16
Maret 2011 pukul 19:54 WIBAtkins, P.W. 1994. Kimia Fisika. Edisi ke-4. Jilid ke-1. Erlangga. Jakarta.
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika. Edisi ke-4. Jilid ke-2. Erlangga. Jakarta.
Keenan, Kleinfelter, Wood. 1980. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Edisi ke-6. Jilid ke-1. Erlangga. Jakarta.
Oxtoby, dkk. 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Pine, dkk. 1988. Kimia Organik 2 ( terjemahan Roehyati dan Sasanti ). ITB. Bandung.Sutrisno, dkk. 1999. Penyusunan dan Pengujian Model Pendugaan Konsentrasi
O2 dan CO2 dalam Kemasan Modified Atmosphere Sayuran Tropika. Buletin Keteknikan Pertanian. Vol.13. No.1. Hal 10.
Utama, I Made S, dkk. 2010. Mempelajari Pengaruh Ketebalan Plastik Film Polietilen Densitas Rendah Sebagai Bahan Kemasan Buah Manggis Terhadap Modifikasi Gas Oksigen dan Karbondioksida.
Wahyono, Hendro. 2007. Peningkatan Kandungan Silika Melalui Proses Elektrodialisis. Vol. 13. No. 1. Hal 35-36.
Wahyudi, Slamet, dkk. 2010. Pengaruh Temperatur CaCl2 Terhadap Efisiensi Thermal Liquid Dessicant Dehumidification System. Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin ke-9. Hal 334-335.
Yanti, Hafri, dkk. 2008. Kualitas Daging Sapi dengan Kemasan Plastik PE (Polyethylen) dan Plastik PP (Polypropylen) di Pasar Arengka Kota Pekanbaru. Jurnal Peternakan. Vol 5. No 1. Hal 23.