laporan implementasi proyek perubahanpustakamaya.lan.go.id/uploaded_files/temporary/...7....
TRANSCRIPT
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN IMPLEMENTASI
PROYEK PERUBAHAN
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOSISTEM INOVASI KEUANGAN DIGITAL PEER TO PEER LENDING
(P2P) DAN CROWDFUNDING SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN
EKONOMI LOKAL DI DAERAH TERTINGGAL
Disusun oleh: BAHARTANI LAMAKAMPALI
NDH – 16 (Kelas B) KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,
DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN I
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN IMPLEMENTASI PROYEK PERUBAHAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN I
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOSISTEM INOVASI KEUANGAN
DIGITAL PEER TO PEER LENDING (P2P) DAN CROWDFUNDING
SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN EKONOMI
LOKAL DI DAERAH TERTINGGAL
Disusun oleh:
BAHARTANI LAMAKAMPALI
NDH – 16 (Kelas B)
Telah diseminarkan pada:
Hari/Tanggal : Selasa, 28 Juli 2020
Tempat : Virtual Zoom Meeting
Mentor
Drs. Samsul Widodo, MA
Mentor
Dr. Ir. Suharyoto, MS
Penguji/Narasumber
Erfi Mutmainah
i
ABSTRAK
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2014 tentang
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, yang dimaksud daerah tertinggal adalah daerah
kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah
lain dalam skala nasional. Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan enam
kriteria utama yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas, dan karakteristik daerah.
Target RPJMN 2020 – 2024 Direktorat Jenderal Pembangunan Tertinggal adalah
mengentaskan 62 Kabupaten daerah tertinggal dan melakukan pembinaan kabupaten yang
terentaskan. Upaya pengentasan daerah tertinggal berdasarkan kriteria perekonomian masyarakat
sesuai dengan isu dan strategi kebijakan percepatan daerah tertinggal tahun 2020 – 2024 adalah
mengembangkan kewirausahaan dan perekonomian masyarakat berbasis digital.
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah pembiayaan yang diberikan pemerintah belum
memadai serta secara berkala cenderung menurun, anggaran yang dialokasikan untuk di berikan
kepada kabupaten penerima dan tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah terus
berupaya menyingkapi permasalahan tersebut dengan mengajak pihak swasta dan masyarakat
untuk ikut andil dalam permasalahan tersebut untuk dapat berkontibusi dalam menjawab
permasalahan perekonomian di daerah tertinggal.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam perekonomian sudah menjadi keniscayaan. Ekonomi
digital sendiri adalah aspek ekonomi yang berbasiskan pada pemanfaatan dan pemberdayaan
teknologi informasi dan komunikasi digital. Pemanfaatan penguatan gerakan ekonomi digital di
daerah tertinggal harus difasilitasi oleh Pemerintah Pusat melalui kerjasama berkelanjutan dengan
Pemerintah Daerah, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah, BUMDes, petani, nelayan, dan para
pelaku bisnis online dan startup. Gerakan ekonomi digital dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat di daerah tertinggal. Namun mengingat masih besarnya potensi yang bisa digali, perlu
adanya instrumen lain yang bisa dijadikan wadah untuk menampung dana masyarakat dalam
mempercepat menaikan perekonomian masyarakat. Untuk meningkatkan daya serap dana investasi
dari para investor atau masyarakat, Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi
atau yang sering bisa menjadi salah satu instrumen alternatif pembiayaan pengembangan ekonomi
lokal di daerah tertinggal.
Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 yang dimaksud
dengan layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi adalah penyelenggaraan
layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam
rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah secara langsung melalui
sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-NYA, Proyek Perubahan Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II Angkatan I tahun
2020 dengan judul “Pengembangan Ekosistem Inovasi Keuangan Digital Peer to Peer Lending
dan Crowdfunding sebagai Alternatif Pembiayaan Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah
Tertinggal” dapat diselesaikan dengan baik. Laporan Proyek Perubahan ini merupakan akumulasi
implementasi gagasan dan tahapan kegiatan yang telah dipaparkan dalam Seminar Rancangan
Proyek Perubahan tanggal 16 April tahun 2020 dan disetujui oleh Direktur Jenderal
Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi selaku Mentor, serta diberikan masukan oleh Ibu Erfina Mutmainah Selaku
narasumber dan Bapak Suharyoto selaku Coach.
Proyek Perubahan ini dilaksanakan dengan pertimbangan perlunya mencari alternatif
pembiayaan pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal ketika diperhadapkan semakin
kecil alokasi anggaran berasal dari APBN di Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
Tertinggal. Mencari sumber pembiayaan lain diluar APBN melalui inovasi keuangan digital
menurut penulis adalah bentuk implementasi menerapkan oranisasi yang adaptif dan agile.
Mengapa harus inovasi keuangan digital ? Sangat disadari bahwa ada persoalan dalam
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh lembaga perbankan kepada para pelaku UMKM
terutama terkait dengan kewajiban para pelaku untuk menyediakan jaminan (agunan) sebagai
syarat untuk mendapatkan akses permodalan. Sedangkan disisi lain perkembangan inovasi
keuangan digital yang baru berkembang beberapa tahun terakhir telah menunjukkan
perkembangan yang cukup berarti dalam memfasilitasi permodalan bagi pelaku UMKM.
Ekosistem ini memberikan kemudahan bagi para pelaku UMKM untuk mendapatkan akses
permodalan. Mengenalkan ekosistem ini kepada pelaku UMKM, Bumdes, Koperasi, Petani dan
Nelayan merupakan konsern penulis untuk mengangkat sebagai tema proyek perubahan di
Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal.
Membawa ekosistem ini ke daerah tertinggal tentu tidak mudah karena harus melibatkan
banyak stakeholder yang harus berkolaborasi, oleh karenanya perlu diberi apresiasi kepada
semua pihak yang sudah terlibat didalam proses diskusi awal sebagai pematangan ide dan
konsep dan proses implementasi ekosistem ini kedepan.
iii
Apresiasi dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada yang terhormat :
1. Bapak Anwar Sanusi sebagai Sekertaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk mengikuti Pelatihan Kepememimpinan Nasional (PKN) Tingkat II Angkatan
Pertama Tahun 2020 di Lembaga Adminitrasi Negara (LAN).
2. Bapak Samsul Widodo sebagai Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang telah banyak
memberikan inspirasi bagaimana mengelola orgnisasi menjadi organisasi adaptif dan
agile. Isu ekosistem Inovasi Keuangan Digital peer to peer lending dan crowdfunding
sebagai alternative pembiayaan pengembangan ekonomi local adalah merupakan proses
panjang dari hasil diskusi bersama beliau.
3. Bapak Ir. Suharyoto sebagai Coach yang sudah membimbing dalam penyusunan
Laporan Proyek Perubahan ini.
4. Mitra kami di Direktorat Pembangunan Daerah Tertinggal, Perdesaan dan Transmigrasi
Bappenas, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Aksesibilitas
Telekomunikasi dan Informatika (Bakti) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah
memberikan banyak masukan terkait ekosistem inovasi keuangan digital peer to peer
lending dan crowd funding.
5. Teman-teman pelaku Inovasi Keuangan Digital I grow, Crowde, Growpal, Santara dan
Tani Fund yang sudah memberikan pengenalan dan pemahaman ekosistem ini kepada
internal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Kementerian / Lembaga terkait, Pemerintah Daerah dan pelaku UMKM.
6. Tim Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
Tertinggal sebagai tim efektif yang dapat menerima konsep ini sebagai komitmen untuk
perubahan cara bekerja dengan melibatkan peran dari pelaku start up inovasi keuangan
digital sebagai ekosistem untuk membantu pelaku UMKM, Bumdes, Koperasi, petani dan
nelayan di daerah tertinggal. Komitmen tim efektif ini juga terbukti banyak membantu
pelaksanaan proyek perubahan dalam jangka pendek untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada : Dahlia Arif sebagai Kasubdit Kemitraan Usaha, Irwansyah sebagai
Kasubdit Pengembangan Komoditas Unggulan, Jamaludin Matdoan sebagai Kasubdit
Investasi dan Permodalan, Rosmery Raplima sebagai Kasubdit UMKM dan Hilman
Gumilar sebagai Kasubdit Industri Distribusi dan Pemasaran.
iv
7. Teman-teman Pemerintah Daerah, Pelaku UMKM, Badan Usaha Milik Desa, Koperasi
Petani dan Nelayan yang sudah mendukung proyek perubahan ini sebagai ekosistem
pembiayaan pengembangan ekonomi local.
8. Panitia penyelenggaran Pelatihan Kepemimpinan Nasioanal Tingkat II angkatan pertama
tahun 2020.
9. Seluruh teman-teman peserta PKN Tingkat II Angkatan Pertama Tahun 2020.
Kami memahami bahwa ekosistem ini memerlukan waktu yang panjang untuk bisa diterima
oleh masyarakat sebagai alternative pembiayaan pengembangan ekonomi local sehingga kami
sangat terbuka untuk mendapatkan saran dan masukan yang positif untuk langkah strategi dalam
menyusun program dan operasionalisasi kegiatan ini kedepan. Terima Kasih.
Jakarta, Juli 2020
Bahartani Lamakampali
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................................. ..i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ..ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ..v
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... ..vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... ..viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. ..ix
BAB I GAGASAN PROYEK PERUBAHAN ............................................................................. ..1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................... ..1
1.2. Nama Gagasan dan Deskripsi ................................................................................ ..8
1.3. Tujuan Proyek Perubahan .................................................................................... ..11
1.4. Manfaat Perubahan .............................................................................................. ..12
1.5. Ruang Lingkup Proyek Perubahan ....................................................................... ..14
1.6. Output kunci ......................................................................................................... ..14
BAB II RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN ..................................................................... ..17
2.1. Milestone Proyek Perubahan ................................................................................ ..17
2.2. Tata Kelola Proyek ............................................................................................... ..22
2.3. Identifikasi dan Analisis Stakeholder ..................................................................... ..22
2.4. Rencana Strategi Marketing ................................................................................. ..27
2.5. Identifikasi Potensi Kendala/Masalah dan Strategi Mengatasinya ........................ ..31
2.6. Kriteria Keberhasilan ............................................................................................ ..31
2.7. Faktor Pendukung Keberhasilan ........................................................................... ..33
BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN ................................................................ ..34
3.1. Proses Pelaksanaan Kegiatan Utama dan Pencapaian Target ............................. ..34
3.2. Capaian Proyek Perubahan .................................................................................. ..35
3.3. Peta Stakeholders ................................................................................................ ..54
3.4. Strategi Marketing Sektor Publik ........................................................................... ..57
3.5. Kendala Internal dan Eksternal ............................................................................. ..64
3.6. Upaya Mengatasi Masalah ................................................................................... ..64
vi
3.7. Istrumen Monitoring untuk Pelaksanaan Proyek Perubahan ................................. ..65
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................. ..66
4.1. Simpulan ............................................................................................................. ..66
4.2. Lesson Learn ........................................................................................................ ..68
4.3. Rekomendasi dan Saran ...................................................................................... ..68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... ..69
LAMPIRAN ............................................................................................................................. ..70
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data Anggaran Tahun 2015 – 2019 ......................................................................... ..3
Tabel 1.2. Analisis SWOT ........................................................................................................ ..4
Tabel 1.3. Output Kunci Proyek Perubahan ............................................................................ ..14
Tabel 2.1. Tahapan Perubahan Rencana Strategi ................................................................. ..17
Tabel 2.2. Hubungan Produk Proyek Perubahan dengan Produk Organisasi ........................ ..28
Tabel 2.3. Tahapan dan Elemen Promosi Berdasarkan Kelompok Customers........................ ..30
Tabel 2.4. Potensi Kendala/Masalah ....................................................................................... ..31
Tabel 2.5. faktor Kunci Keberhasilan (Key Succes Factor) ...................................................... ..33
Tabel 3.1. Fokus kegiatan utama di masing-masing kegiatan ................................................. ..34
Tabel 3.2. Identifikasi dan Realiasasi Output .......................................................................... ..45
Tabel 3.3. Pencapaian Output kunci 1 .................................................................................... ..48
Tabel 3.4. Pencapaian Output kunci 2 .................................................................................... ..50
Tabel 3.5. Pencapaian Output kunci 3 .................................................................................... ..51
Tabel 3.6. Pencapaian Output kunci 4 .................................................................................... ..52
Tabel 3.7. Pencapaian Output kunci 5 .................................................................................... ..53
Tabel 3.8. Penyampaian/publikasi produk proyek perubahan ................................................. ..57
Tabel 3.9. Tabel upaya menghadapi masalah ......................................................................... ..30
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Data Anggaran Tahun 2015 – 2019 . .................................................................... ..4
Gambar 1.2. Profil UMKM di Indonesia .................................................................................... ..7
Gambar 1.3. Kerangka Fikir ...................................................................................................... ..7
Gambar 1.4. Bisnis Model Pengembangan Ekonomi Lokal dengan melibatkan pelaku IKD ... ..10
Gambar 1.5. Ekosistem Inovasi Keuangan Digital .................................................................. ..10
Gambar 1.6. Dampak Ekosistem Inovasi Keuangan Digital .................................................... ..11
Gambar 2.1. Identifikasi Stakeholders .................................................................................... ..24
Gambar 2.2. Pemetaan Stakeholders berdasarkan tingkat Interest dan Influence .................. ..25
Gambar 2.3. Strategi Komunikasi berdasarkan pemetaan stakeholders .................................. .26
Gambar 3.1. Tantangan di bidang pendanaan ........................................................................ ..35
Gambar 3.2. Profil dan Perkembangan Fintech Lending ......................................................... ..36
Gambar 3.3. Para pihak di Peer to peer lending ...................................................................... ..37
Gambar 3.4. Karakteristik pengguna Fintech Lending ............................................................. ..37
Gambar 3.5. Gambaran peta sebaran karakteristik pengguna Fintech Lending ...................... ..38
Gambar 3.6. Perbedaan Bank dan Fintech P2P Lending ....................................................... ..39
Gambar 3.7. Model Bisnis pelaku usaha digital fintech lending ............................................... ..40
Gambar 3.8. peta proyek palapa ring ...................................................................................... ..41
Gambar 3.9. Tahapan konektifitas broadband internet mandiri ............................................... ..42
Gambar 3.10. kerangka pembangunan rancangan teknokratis RPJMN 2020-2024 ................ ..43
Gambar 3.11. peta stakeholders ............................................................................................. ..55
Gambar 3.12. strategi marketing sektor publik ........................................................................ ..57
Gambar 3.13. screenshot media penyampaian promosi ......................................................... ..59
viii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 – RUANG LINGKUP DAERAH TERTINGGAL .........................................................70
LAMPIRAN 2 – SURAT PERSETUJUAN MENTOR ........................................................................77
1. Surat Pernyataan Diklat .............................................................................................................77
2. Lembar Persetujuan Mentor ......................................................................................................78
LAMPIRAN 3 – SK PEMBENTUKAN TIM EFEKTIF .......................................................................79
LAMPIRAN 4 – FORUM SOSIALISASI DENGAN PELAKU USAHA DIGITAL
1. Forum Kegiatan 29 Maret 2020 - Crowde ..............................................................................84
2. Forum Kegiatan 30 Maret 2020 - IGrow ..................................................................................91
3. Forum Kegiatan 1 April 2020 - Growpal ................................................................................. .98
4. Forum Kegiatan 22 April 2020 - Santara ............................................................................ ..105
5. Forum Kegiatan 24 Juli 2020 - Crowde .............................................................................. ..118
LAMPIRAN 5 – DRAFT DOKUMEN PERJANJIAN KERJASAMA (MoU) ........................... ..122
LAMPIRAN 6 – FORUM SOSIALISASI DENGAN PELAKU UMKM, PEMDA, KABUPATEN,
DAN PROVINSI ................................................................................................................... ..143
1. Forum Kegiatan Situbondo – 29 April 2020 ...................................................................... ..143
2. Forum Kegiatan Sampang – 6 Mei 2020 ........................................................................... ..150
3. Forum Kegiatan Sampang & Bondowoso – 8 Mei 2020 ................................................. ..159
4. Forum Kegiatan Bangkalan, Pandeglang, Banyuwangi – 13 Mei 2020 ....................... ..166
5. Forum Kegiatan Gabungan 15 Mei 2020 .......................................................................... ..177
6. Forum Kegiatan Lebak & Purbalingga – 18 Mei 2020 .................................................... ..189
7. Forum Kegiatan Lebak – 19 Mei 2020 ............................................................................... ..198
8. Forum Kegiatan IGrow – 11 Juni 2020 .............................................................................. ..212
9. Forum Kegiatan Tanifund – 12 Juni 2020 ......................................................................... ..242
10. Forum Kegiatan KOMPAK Lombok Utara – 14 Mei 2020 .............................................. ..265
11. Forum Kegiatan KOMPAK Pemalang & Bantaeng – 19 Mei 2020 ............................... ..272
12. Forum Kegiatan KOMPAK Pemalang – 19 Mei 2020 ..................................................... ..286
13. Forum Kegiatan KOMPAK Bantaeng – 19 Mei 2020 ...................................................... ..292
ix
14. Forum Kegiatan KOMPAK Aceh Barat – 15 Juni 2020 ................................................... ..299
15. Forum Kegiatan KOMPAK LPUMKP – 15 Juni 2020 ...................................................... ..304
16. Forum Kegiatan Universitas Negeri Gorontalo 10 Juni 2020 ......................................... ..321
LAMPIRAN 7 – FORUM SOSIALISASI DENGAN K/L ......................................................... ..329
1. Forum Kegiatan dengan BAKTI ........................................................................................... ..329
2. Forum Kegiatan dengan Kemenko Perekonomian ........................................................... ..345
3. Forum Kegiatan dengan Kemenko PMK ............................................................................ ..352
LAMPIRAN 8 – DRAFT PETUNJUK TEKNIS ...................................................................... ..358
LAMPIRAN 9 – FORUM TIM EFEKTIF ................................................................................ ..364
LAMPIRAN 10 – PROSIDING CALL PAPER BUSINESS .................................................... ..367
LAMPIRAN 11 – PERATURAN OJK TENTANG INOVASI KEUANGAN DIGITAK, PEER TO
PEER LENDING & CROWDFUNDING ................................................................................. ..651
LAMPIRAN 12 – TOR & RAB KEGIATAN INOVASI KEUANGAN DIGITAL PADA RKP
TAHUN 2021 ........................................................................................................................ ..794
LAMPIRAN 13 – KUNJUNGAN LAPANGAN KE PENDANAAN OLEH PT SAY IGROW
RESOURCE INDONESIA ..................................................................................................... ..802
LAMPIRAN 14 – SURAT DUKUNGAN DARI BERBAGAI STAKEHOLDERS ..................... ..808
1 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
BAB I
GAGASAN PROYEK PERUBAHAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2014 tentang
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, yang dimaksud daerah tertinggal adalah
daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan
dengan daerah lain dalam skala nasional. Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal
berdasarkan enam kriteria utama yaitu perekonomian masyarakat, sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas, dan karakteristik daerah.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020 -
2024 terdapat 9 nawa cita yang menjadi prioritas pembangunan nasional saat ini, salah
satunya adalah yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan republik Indonesia. Dalam RPJMN
tersebut terdapat 62 Kabupaten yang masih dikategorikan sebagai daerah tertinggal. Indikator
pembangunaan daerah tertinggal yang ingin dicapai adalah peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), peningkatan pertumbuhan ekonomi, dan penurunan jumlah
penduduk miskin dan pengentasan 25 daerah tertinggal. Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi di amanatkan untuk mengawal koordinasi lintas
kementerian / lembaga dan stake holder terkait untuk berpihak kepada pembangunan
perdesaan, pembangunan daerah tertinggal dan pembangunan transmigrasi.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2014 juga mengamanahkan untuk
kabupaten yang terentaskan pada tahun 2019 akan dilakukan pembinaan selama tiga tahun.
Sebagai bagian dari unit kerja Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Direktorat
Pengembangan Ekonomi Lokal ditugaskan untuk mengawal pembangunan dibidang
ekonomi.
Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal mempunyai tugas dan fungsi yang diatu
berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor 6 Tahun 2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal merupakan
unsur pelaksana Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pembangunan
Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
2 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
perumusan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang investasi dan permodalan,
koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM), potensi produk unggulan, kemitraan
usaha, serta industri, distribusi, dan pemasaran. Sub Direktorat Potensi Produk Unggulan
adalah melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan
kebijakan, bimbingan teknis dan supervisi, serta monitoring dan evaluasi di bidang potensi
produk unggulan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang koordinasi pelaksanaan kebijakan investasi
dan permodalan, KUMKM, potensi produk unggulan, kemitraan usaha, serta industri,
distribusi, dan pemasaran;
b. Penyiapan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang investasi dan permodalan,
KUMKM, potensi produk unggulan, kemitraan usaha, serta industri, distribusi, dan
pemasaran;
c. Pelaksanaan koordinasi penatalaksanaan, dan pengusulan alokasi anggaran percepatan
pembangunan daerah tertinggal di bidang pengembangan ekonomi lokal;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang koordinasi pelaksanaan kebijakan
investasi dan permodalan, KUMKM, potensi produk unggulan, kemitraan usaha, serta
industri, distribusi, dan pemasaran;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang koordinasi pelaksanaan kebijakan
investasi dan permodalan, KUMKM, potensi produk unggulan, kemitraan usaha, serta
industri, distribusi, dan pemasaran;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Pengembangan Ekonomi
Lokal di Daerah Tertinggal; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Direktur Jenderal.
Salah satu program dan kegiatan yang di kawal oleh direktorat pengembangan ekonomi
lokal dan dibiayai oleh anggaran yang bersumberkan dari APBN adalah bantuan kepada
masyarakat dalam bentuk mesin dan peralatan untuk pengembangan ekonomi lokal seperti:
peningkatan produktifitas dan pengembangan nilai tambah produk pertanian seperti
komoditas beras, jagung, kopi dan komoditas lainnya, peningkatan produktifitas dan
pengembangan nilai tambah perikanan, packaging untuk produk UMKM dan lainnya. Bantuan
pemerintah dalam bentuk mesin dan peralatan ini diberikan kepada pelaku ekonomi lokal di
daerah tertinggal seperti: Bumdes, Koperasi, UMKM, kelompok tani, kelompok nelayan dan
lainnya. Bantuan pemerintah ini merupakan bagian dari apa yang bisa diintervensi yang
sifatnya stimulan oleh Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi untuk mendorong
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di daerah tertinggal.
3 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Sumber pembiayaan pengembangan ekonomi lokal yang dikelola oleh direktorat
pengembangan ekonomi lokal diperhadapkan dengan realitas pembiayaan bantuan
pemerintah yang sifatnya stimulant tersebut menunjukkan kecenderungan yang terus
menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2015 total anggaran yang dikelola oleh direktorat
pengembangan ekonomi lokal adalah sebesar Rp 157 milyar, pada tahun 2017 menurun
menjadi Rp. 36 milyar, kemudian pada tahun tahun 2019 meningkat menjadi Rp 75 milyar,
tetapi pada tahun 2020 kemudian menurun Rp 17 milyar. Fluktuasi dalam besaran anggaran
yang dikelola tersebut juga mempengaruhi bantuan pemerintah yang bisa disalurkan kepada
pelaku UMKM di daerah tertinggal. Pada tahun 2015 anggaran bantuan pemerintah adalah
sebesar Rp. 157 milyar, kemudian pada tahun 2017 menurun menjadi Rp, 36 milyar,
walaupun ditahun 2019 terjadi kenaikan tetapi ditahun 2020 menurun menjadi Rp. 6,5 Milyar.
Dengan menurunnya anggaran ini artinya semakin banyak program kegiatan
pengembangan ekonomi lokal yang menjadi kebutuhan daerah banyak yang tidak bisa
difasilitasi oleh Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal. Maka dibutuhkan upaya-upaya lain
yang bisa dilaksanakan untuk bisa membantu pengembangan ekonomi local di daerah
tertinggal. Upaya pelaksanaan koordinasi dengan melibatkan seluruh stake holder baik sector
pemerintah dalam hal ini kementerian / lembaga, pihak swasta dan pihak lainnya sangat
dibutuhkan keterlibatannya saat ini. Pemerintah harus terus berupaya menyingkapi
permasalahan tersebut dengan mengajak pihak swasta dan masyarakat untuk ikut andil
dalam permasalahan tersebut untuk dapat berkontibusi dalam menjawab permasalahan
perekonomian di daerah tertinggal.
Tabel 1.1. Data Anggaran Tahun 2015 – 2019
No Tahun
Anggaran
Anggaran Ditjen
PDT Anggaran DitPel Anggaran Bantuan
1 2015 843,642,000,000 157,800,000,000
142,661,053,000
2 2016 887,855,245,000 127,967,631,000
63,490,969,000
3 2017 215,413,218,000 36,903,463,000
25,071,876,000
4 2018 314,555,741,000 55,225,014,000
43,477,484,000
5 2019 273,858,139,000 75,351,316,000
62,127,417,000
4 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Gambar 1.1. Grafik Data Anggaran Tahun 2015 – 2019
1. Identifikasi Masalah
Kondisi saat ini yang dihadapi oleh Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal
dapat dianalisis dengan metode analisis SWOT yang dapat melihat terkait kekuatan
organisasi (Strenght), kelemahan (weakness), peluang (oppurtunities) dan ancaman
(treath). Dari matriks analisis SWOT ini menunjukkan harus ada alternatif pembiayaan
selain anggaran dari Pemerintah (APBN) dengan melibatkan stakeholder lainnya,
termasuk dalam hal ini adalah melibatkan startup pelaku inovasi keuangan digital.
Adapun hasil analisisnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2. Analisis SWOT
Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weakness)
• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2015 tentang pembentukan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
• Peraturan Presiden nomor 68 Tahun 2019 tentang organisasi kementerian Negara
• Jumlah anggaran Kementerian Desa, Pembanguan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi semakin menurun
• Pelaksanaan Anggaran masih mengandalkan APBN
2015 2016 2017 2018 2019
Anggaran Ditjen PDT 843,642,000,000 887,855,245,000 215,413,218,000 314,555,741,000 273,858,139,000
Anggaran DitPel 157,800,000,000 127,967,631,000 36,903,463,000 55,225,014,000 75,351,316,000
Anggaran Bantuan DitPel 142,661,053,000 63,490,969,000 25,071,876,000 43,477,484,000 62,127,417,000
-
100,000,000,000
200,000,000,000
300,000,000,000
400,000,000,000
500,000,000,000
600,000,000,000
700,000,000,000
800,000,000,000
900,000,000,000
1,000,000,000,000
Data Anggaran Tahun 2015 - 2019
Anggaran Ditjen PDT Anggaran DitPel Anggaran Bantuan DitPel
5 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
• Peraturan Menteri Desa nomor 6 Tahun 2015 tentang struktur organisasi Kementerian desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Peluang (Opportunities)
Ancaman (Threats)
• Arahan RPJMN Tahun 2020 – 2024 mendorong pengembangan ekonomi digital.
• Arahan Renstra Kemendesa kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal adalah perekonomian berbasiskan digital
• Tumbuhnya Startup pelaku inovasi
keuangan digital
• Kebutuhan pembiayaan percepatan pembangunan daerah tertinggal yang sangat besar
• Target RPJMN Tahun 2020 – 2-24 pengentasan pembangunan daerah tertinggal adalah sebanyak 35 kabupaten
• Terdapat 62 Kabupaten yang masih
dikatorikan tertinggal dan terdapat 62 Kabupaten terentas tahun 2019 yang butuh pembinaan selama 3 tahun
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2020 – 2024, isu dan strategi kebijakan percepatan daerah tertinggal tahun 2020 –
2024 adalah mengembangkan kewirausahaan dan perekonomian masyarakat
berbasis digital. Hal ini berarti pemanfaatan teknologi informasi dalam perekonomian
saat ini sudah menjadi keniscayaan termasuk untuk pembangunan daerah tertinggal.
Ekonomi digital sendiri adalah aspek ekonomi yang berbasiskan pada pemanfaatan
dan pemberdayaan teknologi informasi dan komunikasi digital yang dikembangkan
untuk dapat membantu pelaku UMKM.
Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.02/2018 yang
dimaksud dengan Inovasi Keuangan Digital di Sektor Layanan Jasa Keuangan adalah
sebagai aktivitas yang memperbarui proses bisnis, model bisnis dan instrumen
keuangan yang memberikan nilai tambah baru dalam sektor layanan keuangan
dengan melibatkan ekosistem digital. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
no 77/POJK.01/2016 layanan pinjam meminjam uang berbasikan teknologi informasi
adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi
pinjaman dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjaman
dengan mata uang rupiah secara langsung melalui system elektronik dengan
menggunakan jaringan internet.
6 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Praktek baik ini sudah ditunjukkan oleh platform inovasi keuangan digital Crowde
misalnya telah membantu 12.000 petani dan menaikkan kapasitas produksi sebesar
50 – 75 % dalam enam bulan dan menaikkan penghasilan petani sebesar 25 – 50 %
perbulan. Demikian halnya Growpal telah meyalurkan dana sebesar Rp. 14 milyar dan
igrow telah menyalurkan anggaran sebesar Rp 188 milyar.
Pemanfaatan penguatan gerakan ekonomi digital di daerah tertinggal harus
difasilitasi oleh Pemerintah Pusat melalui kerjasama berkelanjutan dengan Pemerintah
Daerah, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah, BUMDes, petani, nelayan, dan para
pelaku bisnis online dan startup. Gerakan ekonomi digital dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat di daerah tertinggal. Namun mengingat masih
besarnya potensi yang bisa digali, perlu adanya instrumen lain yang bisa dijadikan
wadah untuk menampung dana masyarakat dalam mempercepat menaikan
perekonomian masyarakat. Untuk meningkatkan daya serap dana investasi dari para
investor atau masyarakat, Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi
informasi atau yang sering bisa menjadi salah satu instrumen alternatif pembiayaan
pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal.
Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini ± terdapat sekiranya
74% UMKM di seluruh bagian wilayah di Indonesia belum tersentuh lembaga
keuangan perbankan baik melalui lembaga keuangan Bank maupun Non Bank,
termasuk yang didalamnya adalah daerah tertinggal. Belum tersentuhnya pelaku-
pelaku UMKM ini karena terkait syarat perbankan yang kaku terkait dengan jaminal
modal dan aset yang harus disediakan pada saat berhadapan dengan lembaga
perbankan. Sehingga dengan ikut memfasilitasi ekosistem inovasi keuangan digital di
daerah tertinggal pelaku UMKM yang tidak tersentuh lembaga perbankan bisa
mendapatkan akses permodalan yang dibutuhkannya.
7 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Gambar 1.2. Profil UMKM di Indonesia
Proyek perubahan ini sekaligus mendukung penciptaan ekosistem Gerakan
Nasional 1000 Startup Digital yang di inisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI. Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah gerakan untuk
mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digity Energy of Asia di tahun 2020
dengan mencetak 1000 startup.
Gambar 1.3. Kerangka Fikir
8 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
1.2. Nama Gagasan Perubahan Dan Deskripsi
Dengan memperhatikan kondisi tersebut di atas, Proyek Perubahan mengambil judul
“Strategi Pengembangan Ekosistem Inovasi Keuangan Digital Peer to peer lending dan Crowd
funding Sebagai Alternatif Pembiayaan Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah Tertinggal”.
Sebagaimana tertuang dalam judul proyek perubahan ini adalah upaya untuk mencari
alternatif sumber pembiayaan pembangunan untuk pengembangan ekonomi lokal di daerah
tertinggal dengan membangun ekosistem inovasi keuangan digital. Mengapa harus mencari
alternative pembiayaan pembangunan untuk percepatan pembangunan daerah tertinggal ?
Data menunjukkan bahwa anggaran pembiayaan pembangunan Direktorat Pengembangan
Ekonomi Lokal menunjukkan kecenderungan yang terus menurun setiap tahunnya. Pada
tahun 2015 total anggaran yang dikelola oleh direktorat pengembangan ekonomi lokal adalah
sebesar Rp 157 milyar, pada tahun 2017 menurun menjadi Rp. 36 milyar, kemudian pada
tahun tahun 2019 meningkat menjadi Rp 75 milyar, tetapi pada tahun 2020 kemudian
menurun Rp 17 milyar. Fluktuasi dalam besaran anggaran yang dikelola tersebut juga
mempengaruhi bantuan pemerintah yang bisa disalurkan kepada pelaku UMKM di daerah
tertinggal. Pada tahun 2015 anggaran bantuan pemerintah adalah sebesar Rp. 157 milyar,
kemudian pada tahun 2017 menurun menjadi Rp, 36 milyar, walaupun ditahun 2019 terjadi
kenaikan tetapi ditahun 2020 menurun menjadi Rp. 6,5 Milyar.
Program dan kegiatan yang di kawal oleh direktorat pengembangan ekonomi lokal dan
dibiayai oleh anggaran yang bersumberkan dari APBN adalah bantuan kepada masyarakat
dalam bentuk mesin dan peralatan untuk pengembangan ekonomi lokal seperti: peningkatan
produktifitas dan pengembangan nilai tambah produk pertanian seperti komoditas beras,
jagung, kopi dan komoditas lainnya, peningkatan produktifitas dan pengembangan nilai
tambah perikanan, packaging untuk produk UMKM dan lainnya. Bantuan pemerintah dalam
bentuk mesin dan peralatan ini diberikan kepada pelaku ekonomi lokal di daerah tertinggal
seperti: Bumdes, Koperasi, UMKM, kelompok tani, kelompok nelayan dan lainnya. Bantuan
pemerintah ini merupakan bagian dari apa yang bisa diintervensi oleh Kementerian Desa,
PDT dan Transmigrasi untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan di daerah tertinggal.
Menurunnya anggaran tersebut menjadi tantangan karena amanat nawa cita ketiga
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020 - 2024
yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka Negara kesatuan republik Indonesia. Dalam RPJMN tersebut masih terdapat
62 daerah yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal dan 62 daerah tertinggal yang
terentaskan yang masih perlu pembinaan selama tiga tahun. Berdasarkan estimasi analisis
9 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
data potensi desa tahun 2018 yang dilakukan oleh Direktorat Perencanaan dan Identifikasi
Daerah Tertinggal, ada kebutuhan pendanaan sebesar Rp. 4,9 trilyun yang dibutuhkan untuk
pembiaayan pengembangan beberapa komiditi ekonomi local di daerah tertinggal.
Jadi upaya mendorong melibatkan pelaku ekonomi digital adalah bentuk upaya
menyelesaikan permasalahan yang tengah di hadapi pemerintah kala belanja pemerintah
khususnya dalam hal ini adalah bantuan yang diberikan oleh Direktorat Pengembangan
Ekonomi Lokal kepada Kabupaten atau masyarakat kian menurun setiap tahunnya. Oleh
karena itu diperlukan suatu inovasi terbaru untuk dapat menjadi alternatif dikala belanja
pemerintah semakin menurun setiap tahunnya. Melalui proyek perubahan ini penulis
mengusulkan inovasi proyek perubahan dalam bentuk membangun ekosistem
pengembangan inovasi keuangan berbasiskan ekonomi digital merupakan salah satu altenatif
sumber pembiayaan pengembangan ekonomi lokal yang potensial dikembangkan kedepan.
Praktek baik yang sudah ditunjukkan oleh platform inovasi keuangan digital Crowde misalnya
telah membantu 12.000 petani dan menaikkan kapasitas produksi sebesar 50 – 75 % dalam
enam bulan dan menaikkan penghasilan petani sebesar 25 – 50 % perbulan. Demikian halnya
Growpal telah meyalurkan dana sebesar Rp. 14 milyar dan igrow telah menyalurkan anggaran
sebesar Rp 188 milyar dan lainnya. Sekarang pertanyaanya adalah bagaimana caranya
ekosistem yang dibangun oleh para pelaku inovasi keuangan digital ini bisa masuk ke daerah
tertinggal.
Melalui pengembangan ekosistem ini juga diharapkan dapat memberikan akses
permodalan bagi pelaku UMKM yang belum tersentuh permodalan perbankan di daerah
tertingal. Saat ini menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terdapat 74% UMKM di
Indonesia belum tersentuh lembaga keuangan perbankan baik melalui lembaga keuangan
Bank dan Non Bank.
10 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Proyek perubahan ini sekaligus mendukung penciptaan ekosistem Gerakan Nasional
1000 Startup Digital yang di inisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia
menjadi The Digity Energy of Asia di tahun 2020 dengan mencetak 1000 startup.
Gambar 1.4.
Bisnis Model Pengembangan Ekonomi Lokal dengan Melibatkan Pelaku Inovasi Keuangan Digital
Gambar 1.5.
Ekosistem Inovasi Keuangan Digital
11 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Gambar 1.6.
Dampak Ekosistem Inovasi Keuangan Digital P2P Lending & Crowdfunding
1.3. Tujuan Proyek Perubahan
Proyek Perubahan ini bertujuan untuk:
1. Tujuan Jangka Pendek (sampai dengan berakhirnya PKN Tingkat II)
a. Mempelajari ekosistem pelaksanaan konsep bisnis cara kerja start up inovasi
keuangan digital peer to peer lending dan crowdfunding dalam membiayai
pengembangan ekonomi masyarakat.
b. Mendapatkan dukungan dari pemerintah kabupaten, pelaku UMKM dan pelaku
inovasi keuangan digital peer to peer lending dan crowdfunding untuk
membantu pembiayaan pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal.
2. Tujuan Jangka Menengah (satu tahun)
Terlaksananya kerjasama pelaku ekonomi digital Peer to peer lending dan
crowd funding dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha di daerah tertinggal
dalam pembiayaan pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal oleh pelaku
startup inovasi keuangan digital di daerah tertinggal.
3. Tujuan Jangka Panjang (dua sampai lima tahun)
a. Melaksanakan kebijakan pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal
dengan melibatkan ekosistem pembiayaan oleh pelaku inovasi keuangan
digital peer to peer lending dan crowd funding diharapkan dapat mempercepat
pengentasan pembangunan daerah tertinggal sesuai amanah rencana
pembangunan jangka menengah nasional tahun 2020 – 2024.
12 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
b. Memberikan akses permodalan kepada pelaku umkm di daerah tertinggal yang
belum mendapatkan akses pembiayaan oleh perbankan.
c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal dan mengentaskan
kemiskinan masyarakat di daerah tertinggal sesuai amanah rencana
pembangunan jangka menengah nasional tahun 2020 – 2024.
1.4. Manfaat Perubahan
Melalui inovasi strategi pengembangan ekosistem inovasi keuangan digital peer to peer
lending dan crowd funding diharapkan dapat menjadi alternatif pembiayaan pengembangan
ekonomi lokal di daerah tertinggal. Memberikan akses bantuan permodalan usaha kepada
pelaku UMKM yang belum medapatkan akses pembiayaan dari perbankan. Meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal dan menurunkan penduduk miskin di daerah
tertinggal. Memberikan ruang dan ekosistem untuk tumbuhnya pelaku startup ekonomi digital.
Adapun rincian manfaat adalah sebagai berikut.
1. Manfaat bagi pelaksana
Terdapat sumber pembiayaan lain yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
ekonomi lokal;
a. Memberikan pengetahuan tentang kerja inovasi keuangan digital peer to peer
lending dan crowd funding dalam memberikan akses pembiayaan kepada pelaku
UMKM.
b. Meningkatkan kemampuan sinergi dan kolaborasi berbagai pihak untuk dapat
berkontribusi dalam pembangunan pengembangan ekonomi lokal di daerah
tertinggal, serta kemampuan memitigasi risiko dalam pengembangan ekonomi
digital;
c. Menghasilkan rekomendasi rumusan kebijakan pengembangan ekonomi di daerah
tertinggal yang mengadaptasi perkembangan ekonomi digital sebagai alternatif
sumber pembiayaan untuk pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal;
d. Meningkatkan agility pribadi dan tim unit kerja agar dapat terus mengikuti
perkembangan ekonomi digital yang sangat dinamis yang bisa diarahkan untuk
membangun daerah tertinggal;
e. Memperkuat jejaring dengan K/L lain dan pelaku usaha digital.
2. Manfaat bagi organisasi
a. Terdapat sumber pembiayaan lain yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan
pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal.
13 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
b. Memperkenalkan cara kerja sistem inovasi keuangan digital di daerah tertinggal;
c. Meningkatkan kinerja Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal sebagai
koordinaasi penyusunan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan untuk
pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal;
d. Mempercepat upaya pengentasan daerah yang dikategorikan sebagai daerah
tertinggaldan memberikan ruang untuk pembiayaan konsep pembinaan bagi
daerah tertinggal yang sudah terentas tetapi masih membutuhkan pembinaan
sehinga kinerja pencapaian pembangunan yang sudah dicapai tidak terjadi
penurunan.
3. Manfaat bagi pemangku kepentingan terkait (stakeholders).
a. Kementerian dan Lembaga lainnya
• Membantu program lahirnya 1000 startup pada Kementerian Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia;
• Kementerian PPN/Bappenas sebagai upaya pembiayaan pembangunan
untuk pengentasan daerah tertinggal dan sebagai alternatif pembiayaan
bagi pelaku UMKM di seluruh indonesia.
• Membantu Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mengembangkan
ekosistem inovasi keuangan digital untuk berkembang menjangkau
pembangunan daerah tertinggal, terpencil, dan terluar;
• Mendapatkan pemahaman tentang ekosistem ekonomi digital secara lebih
komprehensif; dan
b. Pelaku inovasi keuangan digital
• Mendapatkan kesempatan dan kepastian dalam berusaha, perlindungan
hukum, serta kesempatan untuk berkontribusi dalam pembangunan
nasional;
• Terciptanya ekosistem untuk berkembangnya pelaku inovasi keuangan
digital secara lebih baik.
• Mendapatkan akses ke pelaku UMKM di daerah tertinggal.
c. Pelaku Usaha/UMKM
Mendapatkan akses permodalan/pembiayaan untuk pengembangan ekonomi
usahanya dan perlindungan hukum dalam penggunaan layanan pinjam-
peminjam berbasis teknologi informasi.
14 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
1.5. Ruang Lingkup Proyek Perubahan
Kegiatan-kegiatan penting yang dilakukan dalam proyek perubahan ini meliputi:
1. Melakukan internalisasi oleh penggagas proyek perubahan dan tim agile tentang (a)
pembelajaran inovasi keuangan digital sebagai sumber pembiayaan pengembangan
ekonomi local, (b) inovasi yang akan dilakukan melalui proyek perubahan.
2. Menciptakan kesadaran bersama (collective awareness) di antara Kementerian dan
Lembaga, Pelaku inovasi keuangan digital, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Desa,
dan Pelaku UMKM, Koperasi, Bumdes, petani dan nelayan akan pentingnya alternatif
pembiayaan pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal.
3. Melaksanakan implementasi pengembangan ekonomi local yang sumber
pembiayaannya dibiayai oleh hasil inovasi keuangan digital.
4. Menyusun rekomendasi pengembangan inovasi keuangan digital sebagai alternatif
sumber pembiayaan pengembangan ekonomi lokal.
1.6. Output Kunci
Tabel 1.3. Output Kunci Proyek Perubahan
No Nama Deskripsi
Jangka Pendek (Hingga Berakhirnya PKN Tingkat II
1. Dokumen konsep bisnis pelaku inovasi
keuangan digital peer to peer lending
dan crowd funding
Dokumen yang berisikan cara kerja /
konsep bisnis pelaku inovasi keuangan
digital, target pasar yang dikehendaki,
2. Draft dokumen kerja sama
Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi dengan Pelaku Inovasi
Keuangan
Dokumen yang berisikan dukungan
pelaku inovasi keuangan digital untuk
pembiayaan pengembangan ekonomi
local di daerah tertinggal
3. Draft petunjuk teknis pelaksanaan
fasilitasi pembiayaan pengembangan
ekonomi lokal berbasiskan inovasi
keuangan digital.
Dokumen yang berisikan tata cara
fasilitasi dengan pemerintah
kabupaten, pemerintah desa dan
pelaku UMKM, koperasi, Bumdes dan
lainnya dengan pelaku inovasi
keuangan digital.
4 Sosialisasi Ekosistem Inovasi
Keuangan Digital Sebagai Alternatif
15 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Pembiayaan Pengembangan Ekonomi
Lokal Kepada Kementerian /
Lembaga, Pemerintah Daerah, Pelaku
UMKM, Bumdes, Koperasi, Petani dan
Nelayan
5 Konsep Program inovasi Keuangan
Digital Peer to Peer Lending dan
Crowdfunding Sebagai Alternatif
Pembiaayan Pengembangan Ekonomi
Lokal di Daerah Tertinggal masuk
dalam konsep pagu indikatif. Rencana
Kerja Pemerintah Tahun 2021
Direktorat Pengembangan Ekonomi
Lokal Direktorat Jenderal
Pembangunan Daerah Tertinggal
Jangka Menengah (Satu Tahun)
4. Dokumen kerja sama Kementerian
Desa, PDT dan Transmigrasi dengan
Pemerintah Kabupaten dan pelaku
Inovasi Keuangan untuk pilot project
pengembangan ekonomi local di
daerah tertinggal
Dokumen yang berisikan kesepakatan
kerja sama pengembangan ekonomi
local di daerah tertinggal dengan
dukungan dari pemerintah kabupaten,
pemerintah desa, pelaku inovasi
keuangan digital
5. Dokumen Laporan Pelaksanaan
kegiatan pengembangan ekonomi
local bekerja sama dengan pelaku
inovasi keuangan digital
Dokumen yang berisikan pelaksanaan
kegiatan pengembangan ekonomi
local yang memuat data dan informasi
kerja sama pelaku inovasi keuangan
digital dengan pelaku UMKM,
komoditas, anggaran dan lainnya
6. Dokumen Monitoring dan Evaluasi Dokumen yang berisikan hasil
monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan
8. Dokumen pengumpulan data digital Dokumen yang berisikan pengolahan
data inovasi keuangan digital
Jangka Panjang (dua sampai lima tahun)
7. Dokumen Monitoring dan evaluasi Dokumen yang berisikan pelaksanaan
kebijakan pengembangan eknomi local
16 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
yang bekerja sama dengan pelaku
inovasi keuangan digital
8. Dokumen pengumpulan data digital Dokumen yang berisikan pengolahan
data inovasi keuangan digital
17 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
BAB II
RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN
2.1. Milestone Proyek Perubahan
Proyek perubahan strategi pengembangan inovasi keuangan digital sebagai alternative
pembiaayan pengembangan ekonomi local ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu (1)
Jangka Pendek (hingga berakhirnya PKN Tingkat 2), (2) Jangka Menengah (Satu Tahun) dan (3)
Jangka Panjang (dua hingga lima tahun). Adapun rincian kegiatan dari masing – masing tahapan,
beserta output yang dihasilkan dan waktu penyelesaiannya dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 2.1 Tahapan Perubahan Rencana Startegi
No Tahap Utama Output Waktu
1 Jangka Pendek
a. Internalisasi (1) Penyampaian laporan kepada
Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dan sponsor proyek untuk mendapatkan persetujuan
(2) Pembentukan Tim Efektif a. Pokja Rekomendasi dan
Kebijakan b. Pokja Dokumen
Kesepakatan Kerjasama c. Pokja Penyusunan
Peraturan Ditjen PDT d. Pokja Pelaksanaan
Sosialisasi e. Pokja Data dan Informasi f. Pokja Internal
(3) Sosialisasi inovasi keuangan digital Peer to peer lending dan crowd funding untuk internal kementerian desa
Lembar Persetujuan Mentor Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Notulen Rapat
Minggu 1 Minggu 1 Minggu 2
18 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi;
a. Rapat Persiapan Sosialisasi
b. Rapat Finalisasi Sosialisasi Inovasi
(4) Pembuatan Draft Dokumen
kesepakatan kerjasama dengan pelaku Peer to peer lending (Growpal, Crowde, dan Igrow) untuk pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal;
(5) Sosialisasi inovasi keuangan digital Peer to peer lending untuk para pelaku ekonomi lokal (UMKM, BUMDes, Petani, Nelayan, dll) di daerah tertinggal;
c. Rapat Persiapan Sosialisasi
d. Rapat Finalisasi Sosialisasi
(6) Pembuatan Draft Dokumen
petunjuk teknis Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal tentang sistem investasi berdasarkan inovasi keuangan digital Peer to peer lending di daerah tertinggal.
b. Sosialisasi dan Forum
Eksternal
(7) Sosialisasi inovasi keuangan digital Peer to peer lending untuk para pelaku ekonomi lokal (UMKM, BUMDes, Petani, Nelayan, dll) di daerah tertinggal; a. Rapat Persiapan
Sosialisasi b. Rapat Finalisasi
Sosialisasi Inovasi
Draft Dokumen Kesepakatan Kerjasama (MoU) Notulen rapat Draft Petunjuk Teknis Peraturan Ditjen PDT Notulen Rapat
Minggu 2 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 3
19 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
(8) Sosialisasi inovasi keuangan digital Peer to peer lending untuk para pelaku ekonomi lokal (UMKM, BUMDes, Petani, Nelayan, dll) ke kementerian teknis terkait seperti : Kementerian Bappenas, Kementerian Koperasi dan UMKM, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan; a. Rapat Persiapan
Sosialisasi b. Rapat Finalisasi
Sosialisasi Inovasi
(9) Pembahasan mengenai mitigasi inovasi keuangan digital dengan otoritas jasa keuangan
(10) Pembahasan pengembangan ketersediaan jaringan internet di daerah tertingal dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi
c. Kebijakan pengembangan ekonomi digital
(11) Pembahasan mengenai pandangan dan rencana pengembangan ekonomi digital, seperti Kementerian PPN/Bappenas terkait RPJMN 2020 – 2024, Kementerian Kominfo terkait pengembangan ekosistem ekonomi digital, Bank Indonesia terkait pengembangan layanan keuangan dan pembayaran digital, OJK terkait layanan simpan meminjam berbasis teknologi informasi
(12) Pembahasan mengenai pandangan pelaku usaha digital tentang perkembangan
Notulen Rapat Notulen Rapat Notulen Rapat Notulen Notulen rapat
Minggu 4 Minggu 5
20 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
teknologi informasi dan bisnis digital
d. pengumpulan data secara terintegrasi: persiapan
(13) Pertemuan dengan stakeholders terkait
(14) Pembahasan dengan pelaku usaha digital P2P
(15) Pelaksanaan pengumpulan data di daerah tertinggal
Jangka Menengah (satu tahun)
a. internalisasi (1) Dokumen kesepakatan
kerjasama dengan pelaku Peer to peer lending (Growpal, Crowde, dan Igrow) untuk pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal;
(2) Dokumen petunjuk teknis peraturan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal tentang pembiayaan inovasi keuangan digital sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah tertinggal;
(3) Kerjasama dengan para mitra pelaku Peer to peer lending (Growpal, Crowde, dan Igrow) dengan Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Desa dan Pelaku UMKM
(4) Implementasi uji coba pengembangan ekonomi lokal di daerah terrtinggal dengan pembiayaan dari inovasi keuangan digital
b. Monitoring dan Evaluasi
(5) Rapat Internal
Dokumen Kesepakatan Kerjasama (MoU) Dokumen Peraturan Ditjen PDT Dokumen Kerjasama Laporan Tertulis Notulen Rapat
21 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
(6) Monitoring dan evaluasi
Laporan
Jangka Panjang (dua – lima tahun)
a. internalisasi (1) Dokumen Monitoring dan
Evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan ekonomi lokal berbasiskan ekonomi digital peer to peer lending
(2) Pelaksanaan dialog/forum dengan K/L dan pelaku usaha digital untuk mendapatkan umpan balik (feedback) atas apa yang telah di lakukan oleh pemerintah dalam dua tahun terakhir
b. Kebijakan pengembangan ekonomi digital:
(3) Pelaksanaan pengembangan ekonomi local dengan pembiayaan system inovasi keuangan digital di daerah tertinggal
c. Pengumpulan data secara terintegrasi: pelaksanaan
(4) Monitoring dan Evaluasi
Laporan Evaluasi Laporan Evaluasi Laporan Monitoring dan Evaluasi Laporan Evaluasi Hasil Kajian
22 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
2.2. Tata Kelola Proyek
1. Struktur Tata Kelola Proyek Perubahan
2.3. Identifikasi dan Analisis Stakeholders
Identifikasi dan Analisis Stakeholders dilakukan untuk memahami keberadaan, serta peran
dan dukungan masing – masing. Berdasarkan keberadaannya, Stakeholders dalam proyek
perubahan ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (1) Internal yang meliputi Direktorat lain di
dalam institusi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan (2)
eskternal yang meliputi Kementerian dan Lembaga lain atau pihak lain di luar Direktorat
Pengembangan Ekonomi Lokal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi.
Berdasarkan peran dan dukungan yang diharapkan, Stakeholders dibagi ke dalam tiga
kelompok yaitu (1) Stakeholders utama yang meliputi (a) internal direktorat pengembangan
ekonomi local yang juga merupakan tim efektif, (b) pelaku inovasi keuangan digital peer to peer
lending dan crowdfunding yang merupakan penyedia aplikasi yang memberikan bantuan
permodalan bagi pelaku UMKM, (c) Pemerintah Daerah sebagai Pembina pelaku UMKM di
daerah, (d) Pelaku usaha UMKM, Koperasi, Bumdes, petani, dan nelayan di daerah tertinggal,
Stakeholder Internal, Eksternal, dan Tim efektif: Pihak yang dapat memberikan bantuan dan evaluasi dalam proyek perubahan
Project Leader (Peserta Diklat PIM II):Mengkoordinir dan bekerja sama dengantim dalam proses penyelesaian proyekperubahan.
Coach (Fasilitator): Memberikan arahan,moitoring dan evaluasi dalam proyekperubahan
Mentor (Atasan Langsung): Memberikan dukungan, arahan, bimbingan dan petunjuk dan proses pengerjaan proyek perubahan.
Mentor
Project Leader
Stakeholder Internal Tim Efektif
Stakeholder Eksternal
Coach
23 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
(2) Kementerian dan Lembaga terkait ekosistem inovasi keuangan digital dan pembuat program
di bidang inovasi keuangan digital peer to peer lending dan crowd funding (3) Kementerian dan
lembaga lainnya .
Pengelolaan stakeholders kelompok pertama sangat krusial karena dirancang untuk
mendapatkan dukungan penuh dan diharapkan terlibat langsung dalam mengimplemetasikan
pengembangan ekonomi local yang bekerja sama dengan pelaku inovasi keuangan digital.
Stakeholders kelompok kedua dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan seperti
memberi dukungan terhadap pelaksanaan proyek perubahan ini, menginformasikan mitigasi
yang diperlukan dalam ekosistem ini. Dan terkait kebutuhan penyediaan jaringan telekomunikasi
yang dibutuhkan dalam ekosistem ini.
Stakeholders kelompok ketiga juga memiliki peran krusial karena kualitas Proyek
Perubahan dipengaruhi oleh dukungan dan kolaborasi dari kementerian dan lembaga terkait ini.
Secara ringkas, identifikasi stakeholders tersebut di atas dapat dilihat pada berikut.
24 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
a. Stakeholders utama Pelaku inovasi keuangan digital, pemerintah kabupaten, Pemerintah Desa,
pelaku UMKM, Koperasi, Bumdes, Petani dan Nelayan
b. Kementerian dan lembaga lainnya yang terkait dengan inovasi keuangan digital
c. Kementerian dan lembaga lainnya
Gambar 2.1. Identifikasi Stakeholders
Dalam unit kerja:
Seluruh Pejabat dan Staf ASN serta
pegawai tidak tetap (PPNPN) di
lingkup Direktorat Pengembangan
Ekonomi Lokal Direktorat Jenderal
Pembangunan Daerah Tertinggal
Luar unit kerja :
- Direktorat Perencanaan dan
Identifikasi Pembangunan Daerah
Tertinggal, Ditjen PDT
- Biro Perencanaan Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi
Pemerintah: - Kementerian PPN/Bappenas RI - Pemerintah Kabupaten - Pemerintah Desa - Kementerian Pertanian - Kementerian KKP - Kementerian Koperasi dan
UMKM - Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) - BAKTI
Luar Pemerintah:
- Pelaku usaha inovasi keuangan
digital (Crowde, Growpal, Igrow,
dll)
- Pelaku pengembangan ekonomi
lokal (UMKM, Nelayan, Petani,
BUMDes, dll)
Internal Kementerian Desa, PDTT Eksternal Kementerian Desa, PDTT
25 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
1. Pemetaan Stakeholders
Proyek perubahan ini disusun dan dilaksanakan secara bersama antara Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Desa,
pelaku inovasi keuangan digital peer to peer lending dan crowd funding dan pelaku usaha UMKM,
koperasi, Bumdes, petani dan nelayan di daerah tertinggal. Sinergi dan kolaborasi menjadi kunci
bagi efektivitas ekosistem kebijakan ini. Untuk memahami posisi masing – masing pihak,
dilakukan Stakeholders mapping sebagai berikut.
LATENTS: (Higt Influence, Low Interest) Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Pertanian Kementerian KKP Kementerian Koperasi dan UMKM RI, Kementerian Keuangan RI, BAKTI Otoritas Jasa Keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Bank Indonesia
PROMOTERS: (Higt Infulence, Higt Interest) Pelaku Inovasi Keuangan Digital Pemerintah Kabupaten Pemerintah Desa Pelaku UMKM, Koperasi, Bumdes, Petani dan nelayan
(High) POWER
APATHETICS: (Low Infulence, Low Interest) Kementerian dan Lembaga Lain,
DEFENDERS: (Low Influence, Higt Interest) Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kepala Biro Perencanaan Kementerian Desa, PDTT, Direktur Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal Ditjen PDT,
(Low)
(Low) LEVEL OF INTEREST (High)
Gambar 2.2. Pemetaan Stakeholders berdasarkan tingkat Interest dan Influence
26 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
2. Strategi Komunikasi
Penggagas Proyek Perubahan akan meyakinkan stakeholders untuk memberikan dukungan
dengan menerapkan strategi komunikasi sebagai berikut yang disesuaikan dengan posisi
masing-masing Stakeholders saat ini.
LATENTS: (Higt Influence, Low Interest)
• Menjelaskan urgensi pentingnya pengembangan ekosistem ini.
• Menjelaskan manfaat yang didapat oleh kementerian dan lembaga apa bila hal ini diimplemtasikan, melalui forum sosialiisasi dan diskusi dan
• Menjelaskan peran dan dukungan yang diharapkan.
• Meyakinkan adanya pengaruh mereka dalam ekosistem ini.
• Menjalin komunikasi insentif agar mereka tetap updated.
• Mengajak promoters untuk berbagi kisah sukses.
PROMOTERS: (Higt Infulence, Higt Interest)
• Menjelaskan konsep pengembangan ekosistem inovasi keuangan digital melalui forum rapat sosialisasi, forum diskusi dan media promosi lainnya
• Menjelaskan urgensi dan cara kerjasama melalui forum rapat sosialisasi, forum diskusi dan media promosi lainnya
• Menjelaskan manfaat yang didapat dari pelaksanaan intervensi melalui rapat koordinasi dan forum diskusi.
• Memperkuat peran dan keterlibatan dengan melibatkan promoters dalam tim efektif.
• Melakukan update secara berkala tentang pelaksanaan intervensi melalui komunikasi rutin tim efektif.
• Mengapresiasi masukan dan hasil kerja
• Membagi capaian kinerja sebagai upaya bersama.
(High) POWER
APATHETICS: (Low Infulence, Low Interest)
• Menjelaskan urgensi intervensi, manfaat yang didapat, dan dampak bila tidak terlibat melalui rakor dan forum diskusi.
• Mengajak promoters untuk berbagi kisah sukses.
DEFENDERS: (Low Influence, Higt Interest)
• Menjelaskan urgensi dan manfaat pengembangan ekosistem ini melalui rakor dan forum diskusi.
• Menjelaskan peran dan dukungan yang diharapkan melalui rakor, forum diskusi.
• Menjaga komunikasi (Keep them in the loop) dan meningkatkan peran dan keterlibatan mereka.
• Mengajak promoters untuk membagi kisah sukses.
(Low)
(Low) LEVEL OF INTEREST (High)
Gambar 2.3. Strategi komunikasi berdasarkan pemetaan Stakeholders
27 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
2.4. Rencana Startegi Marketing
Strategi Marketing Sektor Publik pada Proyek Perubahan ini disusun berdasarkan elemen
Potter Marketing Mix, yaitu Product, Price, Promotion, Place, dan Customer (4P 1C) yang
dijelaskan sebagai berikut:
1. Product
Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Direktorat Pengembangan
Ekonomi Lokal merupakan unsur pelaksana Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan di bidang investasi dan permodalan, koperasi, usaha mikro, kecil dan
menengah (KUMKM), potensi produk unggulan, kemitraan usaha, serta industri,
distribusi, dan pemasaran. Sub Direktorat Potensi Produk Unggulan adalah
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan
kebijakan, bimbingan teknis dan supervisi, serta monitoring dan evaluasi di bidang potensi
produk unggulan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang koordinasi pelaksanaan kebijakan
investasi dan permodalan, KUMKM, potensi produk unggulan, kemitraan usaha,
serta industri, distribusi, dan pemasaran;
b. Penyiapan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang investasi dan permodalan,
KUMKM, potensi produk unggulan, kemitraan usaha, serta industri, distribusi, dan
pemasaran;
c. Pelaksanaan koordinasi penatalaksanaan, dan pengusulan alokasi anggaran
percepatan pembangunan daerah tertinggal di bidang pengembangan ekonomi
lokal;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang koordinasi pelaksanaan
kebijakan investasi dan permodalan, KUMKM, potensi produk unggulan,
kemitraan usaha, serta industri, distribusi, dan pemasaran;
28 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang koordinasi pelaksanaan kebijakan
investasi dan permodalan, KUMKM, potensi produk unggulan, kemitraan usaha,
serta industri, distribusi, dan pemasaran;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Pengembangan
Ekonomi Lokal di Daerah Tertinggal; dan
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Direktur Jenderal.
Dalam konteks pelaksanaan kebijakan terdapat isu besarnya kebutuhan program
kegiatan ekonomi lokal untuk pengentasan daerah tertinggal di perhadapkan dengan
semakin menurunnya anggaran Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal serta secara
umum terbatasnya anggaran pemerintah, tetapi di sisi lain ada peluang melibatkan startup
pelaku keungan digital yang bisa membantu pembiayaan pengembangan ekonomi lokal
melalui penghimpunan dana masyarakat.
Dengan demikian produk utama Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal adalah
penyiapan bahan kebijakan bidang ekonomi pengentasan pembangunan daerah
tertinggal. Sedangkan actual produk adalah penyusunan kebijakan, koordinasi dan
penyusunan kebijakan. Dalam ruang lingkup Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal,
kebijakan pengembangan ekosistem inovasi keuangan digital yang diinisiasi melalui
Proyek Perubahan ini dapat diposisikan sebagai bentuk augmented product yaitu
melibatkan pelaku usaha inovasi keuangan digital sebagai alternative pembiayaan
pengembangan ekonomi local di daerah tertinggal. Dalam jangka panjang kebijakan ini
diharapkan dapat menjadikan alternatif pembiayaan bagi para pelaku UMKM yang belum
tersentuh layanan perbankan di daerah tertinggal.
Tabel. 2.2. Hubungan Produk Proyek Perubahan dengan Produk Organisasi
Organisasi Core Product Actual Product Augumented Product
Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal, Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal
Bahan kebijakan pembangunan daerah tertinggal (pertumbuhan, pemerataan, keberlanjutan)
Penyusunan Kebijakan Koordinasi;dan Pelaksanaan kebijakan
Bagian tambahan aktifitas fungsi koordinasi dengan melibatkan pelaku usaha inovasi keuangan digital (startup) sebagai alternatif pembiayaan pengembangan ekonomi lokal
29 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
2. Price
Penyusunan strategi kebijakan pengembangan ekosistem inovasi keuangan digital
dalam konteks simpan meminjam berbasiskan teknologi informasi Peer to peer lending
(P2P) sebagai alternatif pembiayaan yang dikoordinasikan oleh Direktorat
Pengembangan Ekonomi Lokal, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh pelaku usaha
keuangan digital, pelaku usaha dan masyarakat pengguna tidak dipungut bayaran untuk
mengakses kebijakan pengembangan ekonomi digital tersebut.
Namun, sebagai tindak lanjut (implementasi) dari kebijakan induk tersebut. K/L selaku
executing agency dapat menentukan sendiri kebutuhan pembiayaan dari pelaku usaha
atau masyarakat pengguna, seperti dalam kegiatan bimbingan teknis, pendampingan
fasilitasi, rapat koordinasi dan sosialisasi, forum group discussion, dsb
Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengembangan ekonomi digital diharapkan
dapat (1) membuka kunci potensi keuangan digital Indonesia; (2) memberikan kepastian
dan perlindungan hukum bagi pelaku serta masyarakat pengguna dalam memanfaatkan
layanan fintech, dan (3) mendorong penyediaan produk (barang/layanan) yang sama
(kualitas, harga) di seluruh Indonesia (perkotaan dan perdesaan wilayah barat, tengah,
dan timur Indonesia)
Produk data dalam bentuk agregat direncanakan dapat diakses oleh pelaku usaha
digital agar mereka juga dapat memahami kinerja sektor secara keseluruhan. Begitu pula
dengan produk repository (learning hub) yang direncanakan dapat diakses oleh K/L,
pelaku usaha, dan masyarakat umum tanpa dipungut bayaran Untuk menghasilkan
kebijakan yang tepat dan melayani semua pihak. keterlibatan dan dukungan dari KL dan
pelaku usaha sangat diperlukan ini adalah "biaya yang harus diberikan oleh KL dan pelaku
usaha.
3. Place
Pengembangan strategi ekosistem inovasi keuangan digital sebagai alternatif
pembiayaan pengembangan ekonomi lokal di daerah tertinggal, di lakukan melalui
pertemuan (rapat koordinasi dan sosialisasi, focused group of discussion dsb) sedangkan
produk akhir nantinya dapat diakses melalui situs website resmi pelaku usaha digital dan
selain situs media yang di gunakan (1) media sosial, dalam bentuk infografis sehingga
lebih mudah dan cepat dicema oleh pelaku usaha dan masyarakat umum; dan (2) forum
sosialisasi yang bersifat interaktif.
30 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
4. Promotion
Materi promosi disusun berdasarkan peran dan posisi masing-masing stakeholders,
yaitu (1) kepada stakeholders utama yaitu pelaku inovasi keuangan digital, pemerintah
kabupaten, pemerintah desa dan pelaku UMKM bertujuan untuk memperkenalkan inovasi
Proyek Perubahan dan mendapatkan dukungan (tahap 1), (2) kepada K/L lain untuk
memperkenalkan produk Proyek Perubahan dan manfaatnya bagi K/L (Tahap-2); dan (3)
kepada kementerian dan lembaga lainnya tentang manfaatnya bagi mereka, (Tahap-3).
Elemen promosi yang disusun adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Tahapan dan Elemen Promosi Berdasarkan Kelompok Customers
Tahap Customers Inti Pesan Saluran Komunikasi
Tahap-1 Pelaku Inovasi Keuangan Digital Pemerintah Kabupaten Pemerintah Desa Pelaku UMKM (Bumdes, Koperasi, petani dan nelayan)
• Promosikan ekosistem
• Urgensi sinergi dan kerja sama dan kolaborasi
• Urgernsi manfaat yang diperoleh
• Cara dan tahapan kerjasama dan kolaborasi
• Dukungan yang diperlukan
Rapat Sosialisasi, forum diskusi, media social, media cetak, kunjungan lapangan
Tahap-2 Kementerian dan Lembaga yang terkait dengan pengembangan ekosistem
• Urgensi manfaat yang diperoleh dengan adanya dukungan dari mereka
• Urgernsi sinergi dan kolaborasi
Rapat Koordinasi, forum komunikasi / sosialisasi, media social, media cetak dan elektronik
Tahap-3 Kementerian dan Lembaga lainnya.
Manfaat yang diterima dengan program kementerian dan lembaga
media sosial, forum komunikasi/sosialisasi, media cetak dan elektronik
5. Costumers
Adapun costumers dalam proyek perubahan pengembangan ekosistem inovasi
keuangan digital sebagai alternative pembiayaan pengembangan ekonomi local ini
meliputi: Pelaku inovasi keuangan digital, kementerian dan / lembaga, Pemerintah
Kabupaten, Pemerintah Desa, pelaku usaha UMKM (koperasi, Bumdes, petani dan
nelayan), masyarakat dan perbankan.
31 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
2.5. Identifikasi Potensi Kendala/Masalah dan Strategi Mengatasinya
Kendala yang dihadapi pada implementasi proyek perubahan ini, risiko yang terjadi dan
strategi mengatasi kendala, disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.4. Potensi Kendala/Masalah
No Potensi Kendala yang
mungkin terjadi Risiko yang akan terjadi
Strategi mengatasi
kendala/mitigasi risiko
1 Keterbatasan waktu efektif
karena adanya
penyesuaian jam kerja
selama wabah Covid-19
Implementasi proyek
perubahan tidak sesuai
rencana
Efisiensi waktu dengan
memanfaatkan waktu
yang tersedia dengan
optimalisasi keterlibatan
para personil dan
membuat prioritas
2 Kurangnya kompetensi
SDM
Sistem tidak berfungsi
optimal
Peningkatan kapasitas
dan produkivitas SDM
2.6. Kriteria Keberhasilan
Beberapa persepsi mengenai keberhasilan proyek:
1. Definisi keberhasilan proyek atau sukses proyek adalah segala sesuatu yang diharapkan
bisa tercapai, mengantisipasi semua persyaratan proyek dan memiliki sumber daya yang
cukup untuk memenuhi semua kebutuhan (Tuman, 1986).
2. Defenisi keberhasilan proyek pada saat ini dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor primer
dan faktor sekunder yang meliputi antara lain : (a). Faktor primer meliputi: Proyek Tepat
waktu, sesuai dengan anggaran, sesuai dengan kualitas yang diharapkan. (b). Faktor
Sekunder meliputi: Proyek dapat diterima dengan baik oleh pemilik, pemilik
memperkenankan namanya dipakai sebagai referensi. (Kerzner, 2000).
3. Defenisi keberhasilan proyek adalah hasil yang lebih dari pada yang diharapkan atau
keadaan yang dipandang normal pada hal-hal yang berhubungan dengan biaya, waktu
dan kualitas, keselamatan serta kepuasan lain yang menyertainya. Diakui keberhasilan
proyek diperoleh pada proyek yang diselesaikan di bawah anggaran yang ditentukan,
memiliki produktifitas konstruksi yang lebih baik, memliliki penggunaan sumber daya
manusia yang lebih baik, dan kinerja keselamatan yang lebih 16 baik dibandingkan
dengan rata-rata atau proyek yang normal (Ashley et.al,1987).
32 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
4. Kinerja keberhasilan dapat diukur dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu
biaya, mutu, waktu, kepuasan pemilik, kepuasan perencana, kepuasan kontraktor,
hasilnya fungsional, dan Varian proyek (Chan et al,2004).
5. Keberhasilan proyek adalah hasil yang melampaui harapan secara normal dapat
diobservasikan kedalam bentuk biaya, mutu, waktu, keamanan dan kepuasan berbagai
pihak (Ashley, 1987). Kriteria Keberhasilan Proyek :
a. Biaya
Setiap proyek tergantung pada biaya atau anggaran. Banyak peneliti menilai biaya
sebagai kriteria keberhasilan yang sangat penting, di mana perencanaan anggaran
biaya dan estimasi biaya yang tepat telah disebutkan sebagai faktor keberhasilan
(Ahadzie et al, 2007).
b. Kualitas/Mutu
Kualitas, apakah itu menyangkut produk atau proses, telah dianggap baik sebagai
kriteria keberhasilan proyek dan faktor oleh berbagai peneliti. Beberapa peneliti
menamakannya kinerja kualitas dan dianggap sebagai kriteria keberhasilan proyek
besar (Hughes et al. 2004 ). Selain itu, beberapa peneliti lain menunjukkan kualitas
sebagai kriteria dengan nama kualitas produk (Paulk et al, 1994). Di sisi lain, beberapa
peneliti lain menganggap proses manajemen mutu sebagai faktor keberhasilan
proyek, yang 17 memfasilitasi keberhasilan kriteria lain dan faktor (Collins dan
Baccarini,2004).
c. Waktu
Lebih dari setengah dari 30 referensi menunjukkan waktu sebagai salah satu kriteria
keberhasilan proyek yang paling penting untuk setiap proyek. Waktu adalah kriteria
yang digunakan sebagai patokan keberhasilan. (Cleland dan Gareis, 2006; Dvir et al,
2006).
d. Kepuasan Para pihak (Stakeholders Satisfaction)
Kepuasan para pihak adalah kriteria keberhasilan yang paling penting sebagai
pengukuran kriteria keberhasilan dalam proyek (Collins and Baccarini, 2004).
Kepuasan para pihak, baik internal maupun eksternal termasuk pemilik, kontraktor,
manajer, dan lain-lain, dengan hasil akhir sebagai kriteria keberhasilan proyek (Belout
dan Gauvreau, 2004; Westerveld,2003).
e. Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Dampak Lingkungan (K3L)
Keselamatan dan kesehatan kerja termasuk keberhasilan yang menyertainya selain,
biaya, waktu dan mutu (Ashley et al, 1987). Memelihara kesehatan dan memitigasi
33 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
kecelakaan kerja, tidak merusak lingkungan atau ekosistim baik selama
berlangsungnya pelaksanaan proyek maupun setelah proyek selesai dibangun.
Pentingnya K3 merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian sasaran
tujuan proyek. Hasil yang maksimal dalam kinerja Hasil yang maksimal dalam kinerja
biaya, mutu dan waktu, tiada artinya bila tingkat keselamatan kerja terabaikan (Husen,
2011).
2.7. Faktor Pendukung keberhasilan
Deskripsi tentang faktor-faktor yang dianggap menjadi kunci bagi keberhasilan pencapaian
tujuan proyek perubahan secara tepat waktu dan tepat sasaran, dituangkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.5. Faktor Kunci Keberhasilan (Key Succes Factor)
No. Tahapan Dan
Kegiatan
Indikator
Keberhasilan Hasil Faktor Penentu
1 Pembentukan Tim Efektif
1. Terbentuknya komitmen bersama;
2. Tersusun SK tim efektif.
Terbentuknya tim efektif
1. Dukungan mentor
2. Dukungan tim 3. Kerjasama dan
hubungan antar personal, K/L, Pemda, Investor, Masyarakat, Pelaku UKM, dan Pelaku Usaha Digital
2 Sosialisasi Proyek Perubahan
Tersampaikan informasi kepada stakeholder internal dan eksternal
Tersosialisasikannya proyek perubahan ke seluruh stakeholder
1. Kompetensi Narasumber;
2. Ketersediaan Informasi;
3. Komunikasi yang baik.
3 Penyusunan mekanisme dan alur kerja
Tersusun mekanisme dan alur kerja serta SOP
Tersusunnya mekanisme alur kerja dan SOP
1. Dukungan Mentor;
2. Dukungan Tim; 3. Ketelitian dan
Kecermatan.
4 Penyusunan rancangan implementasi proyek perubahan
Tersusun rancangan implementasi
Tersusunnya rancangan implementasi
1. Dukungan Mentor;
2. Dukungan Tim; 3. Kerjasama yang
baik; 4. Keseriusan;
34 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
3.1. Proses Pelaksanaan Kegiatan Utama Dan Pencapaian Target
Sebagaimana dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa proyek perubahan ini akan
dilaksanakan secara bertahap menjadi tiga bagian. Fokus kegiatan utama di masing – masing
tahap dapat digambarkan pada gambar 3.1. Secara umum, seluruh output jangka pendek
Proyek Perubahan tercapai tanpa kendala yang signifikan. Adapun laporan ini akan fokus
kepada pelaksanaan kegiatan utama dan pencapaian target jangka pendek.
Tabel 3.1. Fokus kegiatan utama di masing-masing tahapan
Jangka Pendek (Sampai Berakhirnya DIKLAT)
Jangka Menengah (1 Tahun) Jangka Panjang (2 – 5 Tahun)
• Fokus untuk mempelajari dan membuat bisnis model ekosistem inovasi keuangan digital
• Mensosialisasikan Konsep Ekosistem IKD P2P Lending dan Crowdfunding kepada stakeholder
• Mendapatkan dukungan dari pemerintah kabupaten, pelaku UMKM dan pelaku inovasi keuangan digital
• Terlaksananya kerjasama pelaku ekonomi digital Peer to Peer Lending dan Crowdfunding dengan pemerintah daerah dan pelaku usaha di daerah tertinggal .
• Melaksanakan kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah Tertinggal dengan melibatkan ekosistem pembiayaan oleh pelaku IKD
• Memberikan akses permodalan kepada pelaku UMKM
• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di DT dan mengentaskan kemiskinan masyarakat di DT
35 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
3.2. Capaian Proyek Perubahan
A. Capaian Substansi
Pada bagian ini, penggagas Proyek Perubahan bermaksud untuk menguraikan
beberapa hal yang menjadi capaian substansi pada proyek perubahan yang menjadi fokus
dalam mencari alternatif baru bagi para pelaku usaha UMKM, Nelayan, Petani, dll, dalam
mendapatkan permodalan, dengan memanfaatkan teknologi informasi. Fintech adalah
singkatan dari “Financial” dan “Technology” yang memiliki arti sebuah inovasi didalam bidang
jasa keuangan. Fintech dapat mempengaruhi kebiasaan transaksi masyarakat menjadi lebih
praktis dan efektif. Fintech juga dapat membantu masyarakat untuk lebih mudah
mendapatkan akses terhadap produk keuangan dan meningkatkan literasi keuangan.
Terdapat 2 jenis Fintech yang menjadi gagasan utama dalam Proyek Perubahan ini
yaitu Peer to Peer Lending dan Crowdfunding. Mengapa Peer to Peer Lending dan
Crowdfunding menjadi isu yang harus menjadi perhatian khusus adalah karena pada era
digital saat ini semua dilakukan secara online.
Menurut otoritas jasa keuangan (OJK) terdapat 6 tantangan di bidang pendanaan yaitu
(1) Inklusi Pembiayaan (2) Velocity of Money (3) Distribusi Pembiayaan (4) GAP Pembiayaan
(5) Tingkat Kesejahteraan (6) Kemampuan Ekspor UMKM. Masing – masing penjelasan
tantangan tersebut dapat di lihat gambar di bawah ini.
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Gambar 3.1. Tantangan di Bidang Pendanaan
36 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Pada tahun 2016, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (POJK) mengeluarkan
kebijakan peraturan baru mengenai Fintech tentang peminjaman off balance sheet oleh pasar
dan oleh proses transaksi pembayaran oleh Bank Indonesia.
Perkembangan pengguna Fintech meroket dari 7% pada tahun 2006/2007 menjadi 78%
pada sepuluh tahun berikutnya. Jumlah pengguna tercatat sebanyak 135-140 perusahaan.
Total nilai transaksi transaksi per April 2020 sebesar 13.75 Triliun. Profil dan perkembangan
Fintech dapat dilihat pada gambar 3.2. dibawah ini.
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 3.2. Profil dan Perkembangan Fintech Lending
37 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Pihak-pihak yang terdapat pada ekosistem fintech lending terdiri dari penerima pinjaman
(Borrower), Pemberi Pinjaman (Lender), dan Penyelenggara. Berikut merupakan penjelasan
mengenai para pihak di Peer to Peer Lending dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 3.3. Para Pihak di Peer to Peer Lending
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 30 April 2020, berdasarkan
karakter pengguna Fintech lending, mayoritas pemberi pinjaman atau lender yakni dari
kalangan milenial (usia 19-34 tahun), yakni sebanyak 70,41%. Sisanya lender dari kalangan
usia 35-54 tahun (27,43%), dan golongan usia lainnya. terdapat 25 juta akun peminjam atau
borrower yang bertransaksi dan 7.771.026 entitas lender. Mayoritas lender adalah perorangan
yang terakumulasi, hanya 0,14% berupa badan usaha.
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 3.4. Karakteristik Pengguna Fintech Lending
38 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Uraian pada karekteristik pengguna Fintech lending dapat di lihat pada gambar sebagai
berikut.
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 3.5. Gambaran peta sebaran karakteristik pengguna Fintech lending
39 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Bank dan Fintech lending saat ini menjadi dua sumber bagi masyarakat dalam
meminjam dana, selain perusahaan pembiayaan atau multifinance. Berdasarkan data Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) menjabarkan terdapat 6 perbedaan antara Bank dan Fintech Lending.
Berikut Perbedaannya.
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 3.6. Perbedaan Bank dan Fintech P2P Lending
40 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Berikut merupakan beberapa contoh model bisnis pelaku usaha digital yang bergerak
di bidang Fintech Lending.
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 3.7. Model Bisnis Pelaku Usaha Digital Fintech Lending
41 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
B. Kebijakan Konektifitas Broadband Internet Mandiri Ke Wilayah Perdesaan
Negara Indonesia merupakan negara yang besar dan sangat luas. Indonesia bagian
timur adalah wilayah yang paling sulit dijangkau terutama dalam pengembangan infrastruktur
telekomunikasi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut Kementerian Komunikasi dan
Informatika membuat proyek yeng bernama Palapa Ring. Palapa Ring merupakan proyek
infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang
36.000 kilometer. Proyek itu terdiri atas tujuh lingkar kecil serat optik (untuk wilayah Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku) dan satu backhaul untuk
menghubungkan semuanya.
Jaringan ini akan menjadi tumpuan semua penyelenggara telekomunikasi dan
pengguna jasa telekomunikasi di Indonesia dan terintegrasi dengan jaringan yang telah ada
milik penyelenggara telekomunikasi. Dan merupakan akselerasi pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan sosial ekonomi melalui ketersediaan infrastruktur jaringan
telekomunikasi berkapasitas besar yang terpadu bisa memberikan jaminan kualitas internet
dan komunikasi yang berkualitas tinggi, aman, dan murah.
Sumber : Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi
Gambar 3.8. Peta Proyek Palapa Ring
Pada penerapannya proyek palapa ring hanya melayani daerah yang fasilitas
telekomunikasinya masih rendah. Jaringan Palapa Ring membuat daerah-daerah yang belum
menerima layanan Telekomunikasi atau baru sebatas layanan 2G, dapat ditingkatkan menjadi
4G, sehingga dapat dipergunakan untuk komunikasi Data dan penggunaan Aplikasi online.
Pemanfaatan Teknologi Digital di perdesaan khususnya daerah 3T, memerlukan basic
literacy, karena tidak semua anggota masyarakat memiliki pendidikan dan pengalaman yang
42 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
cukup dalam memanfaatkan perangkat digital, seperti Smart Phone dan Computer, sehingga
perlu dilakukan Capacity Building yang bersifiat Sustainable.
Terbangunnya Ekosistem Digital di Desa, untuk mendorong Tumbuhnya Ekonomi
Digital yang kuat dan mensejahterakan masyarakat. Diharapkan Desa akan menjadi Subjek
pelaku ekonomi, yaitu sebagai penyedia sumber daya (SDM & SDA), serta hasil bumi yang
dapat dioptimalkan, sebagai penyokong rantai pasok (Supply Chain) Nasional. Terdapat 3
tahapan dalam penerapan internet mandiri di perdesaan seperti yang di uraikan di gambar
dibawah ini.
Sumber: Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi
Gambar 3.9. Tahapan Konektifitas Broadband Internet Mandiri
43 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Berbagai studi menunjukkan korelasi antara tingkat pemanfaatan teknologi digital dan
tingkat produktivitas UMKM menunjukkan bahwa pemanfaatan internet bagi UMKM
meningkatkan pendapatan UMKM hingga 80%, memperluas kesempatan kerja hingga 15 kali
lipat dan mendorong on 5 kali UMKM menjadi lebih inovatif.
Pada kenyataannya, belum banyak UMKM yang siap untuk bertransaksi melalui online.
Untuk itu, Pemerintah melakukan berbagai program untuk mendukung UMKM go online
termasuk bekerjasama dengan pelaku usaha digital dan penyedia teknologiDalam
keterkaitannya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 – 2024
sesuai dengan tema pada pembangunan ekonomi point ke 3 pariwisata, ekonomi kreatif, dan
digital dengan memanfaatkan transformasi digital.
Sumber : Kementerian PPN/Bappenas
Gambar. 3.10. Kerangka Pembangunan Rancangan Teknokratis RPJMN 2020-2024
Dalam konsep inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan Crowdfunding
dicantumkan sebagai kegiatan yang akan di kawal oleh Direktorat Pengembangan Ekonomi
Lokal tahun anggaran 2021 dengan menggagas isu “Fasilitasi Crowdfunding dan Peer To
Peer Landing sebagai alternatif permodalan” dengan menggandeng mitra para pelaku usaha
digital yang sudah terdaftar di OJK. Mitra terkait tidak hanya memberi dukungan investasi,
namun juga pelatihan dan pendampingan kepada para penerima terpilih. Kegiatan ini terdiri
dari Sosialisasi, Workshop Online, Workshop Offline.
44 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
C. Capaian Proyek Perubahan Jangka Pendek
Proyek Perubahan Jangka Pendek dilaksanakan melalui kegiatan utama sebagai
berikut.
a. Pembahasan Rencana Proyek Perubahan dengan Direktur Jenderal Pembangunan
Daerah Tertinggal, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi selaku mentor untuk mendapatkan persejutuan (3 Maret 2020).
b. Pembentukan dan pelaksanaan internalisasi Tim Efektif yang melibatkan internal
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (internal unit
kerja pada Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
dengan nomor SK No. 18 Tahun 2020 tentang Pembentukan Tim Efektif Proyek
Perubahan.
c. Penyusunan dokumen perjanjian kerjasama dalam proses pelaksanaan ekosistem
inovasi keuanagn digital sebagai dokumen yang mengatur kerjasama antara
pemerintah, pelaku usaha digital, dan pelaku UMKM.
d. Penyusunan dokumen petunjuk teknis dalam proses pelaksanaan ekosistem inovasi
keuangan digital sebagai dokumen sebagai dokumen petunjuk teknis tentang tata cara
kerja ekosistem inovasi keuangan digital.
e. Pembahasan dalam bentuk forum diskusi untuk mendapatkan komitmen dari K/L,
pelaku usaha digital, pemerintah daerah, dan pelaku umkm pembahasan ekosistem
inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan Crowdfunding dilakukan dalam
beberapa forum.
f. Pembahasan dalam bentuk forum diskusi dan pertemuan bilateral dengan beberapa
aktor kunci (K/L, otoritas, dan pelaku usaha digital) untuk membahas kendala
pengembangan inovasi keuangan digital saat ini, trend ke depan, perkembangan IKD
dan IKD di tataran global, dsb.
g. Sosialisasi gagasan dan hasil Proyek Perubahan kepada beberapa Pemerintah
Daerah (Percepatan Jangka Menengah)
45 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Tabel 3.2. Identifikasi dan Realisasi Output
No Tahap Utama Rencana Output Realisasi Output Keterangan
1 Jangka Pendek
a. Internalisasi (1) Penyampaian laporan
kepada Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dan sponsor proyek untuk mendapatkan persetujuan
(2) Pembentukan Tim Efektif a. Pokja Rekomendasi
dan Kebijakan b. Pokja Dokumen
Kesepakatan Kerjasama
c. Pokja Penyusunan Peraturan Ditjen PDT
d. Pokja Pelaksanaan Sosialisasi
e. Pokja Data dan Informasi
f. Pokja Internal
(3) Sosialisasi inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan crowd funding untuk internal kementerian desa pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi;
a. Rapat Persiapan Sosialisasi
b. Rapat Finalisasi Persiapan Sosialisasi
(4) Pembuatan Draft Dokumen kesepakatan kerjasama dengan pelaku Peer to Peer Lending (Growpal, Crowde, dan Igrow) dan Draft Petunjuk Teknis
Lembar Persetujuan Mentor Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Notulen Rapat Draft Dokumen Kesepakatan Kerjasama (MoU)
Lembar Persetujuan Mentor Konsultasi dengan mentor: 3 Maret 2020 (Lampiran 1) Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal (Lampiran 2 SK No 18 Tahun 2020) (Lampiran 3) Notulen Rapat 3.1. 29 Maret 2020
Crowde 3.2. 30 Maret 2020
iGrow 3.3. 1 April 2020
Growpal 3.4. Santara 22
April 2020 3.5. 24 Juli 2020
Crowde (Lampiran 4) Draft Dokumen Kesepakatan Kerjasama (MoU) dan Dokumen Petunjuk Teksi Pembahasan melalui teleconference zoom (Tanggal)
Tercapai Tercapai Tercapai Tercapai
46 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
(5) Sosialisasi inovasi
keuangan digital Peer to Peer Lending untuk para pelaku ekonomi lokal (UMKM, BUMDes, Petani, Nelayan, dll) di daerah tertinggal;
c. Rapat Sosialisasi
d. Rapat Finalisasi Sosialisasi
(6) Sosialisasi inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan Crowdfunding dengan Kementerian/Lembaga
Notulen rapat Notulen Rapat
(Lampiran 5) Notulen rapat 5.1. Situbondo: 29
April 2020 5.2. Sampang: 6
Mei 2020 5.3. Sampang &
Bondowoso: 8 Mei 2020
5.4. Bangkalan, Pandeglang, dan Banyuwangi: 13 Mei 2020
5.5. Gabungan: 15 Mei 2020
5.6. Lebak dan Purbalingga: 18 Mei 2020
5.7. Lebak 2: 19 Mei 2020
5.8. iGrow 11 Juni 2020
5.9. Tanifund 12 Juni 2020
Kompak 5.10. Lombok
Utara: 14 Mei 2020
5.11. Pemalang & Bantaeng: 19 Mei 2020
5.12. Pemalang: 19 Mei 2020
5.13. Bantaeng: 19 Mei 2020
5.14. Pekalongan: 9 Juni 2020
5.15. Aceh Barat 15 Juni 2020
5.16. LPMUKP 15 Juni 2020
Universitas Negeri Gorontalo 5.17. UNG 10 Juni
2020 (Lampiran 6) Notulen Rapat 6.1. BAKTI: 12 Mei 2020
Tercapai Tercapai
47 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
(7) Pembuatan Draft Dokumen petunjuk teknis Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal tentang sistem investasi berdasarkan inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending di daerah tertinggal.
b. Upaya mendapatkan Komitmen
(8) Penyelenggaraan forum pertemuan tim efektif
Draft Petunjuk Teknis Peraturan Ditjen PDT Notulen Rapat
6.2. Menko Perekonomian: 19 Mei 2020 6.3. Kemenko PMK: 13 Mei 2020 6.4. OJK: 5 Juni 2020 6.5. Akses Permodalan Sektor Perikanan melalui BLU lembaga 15 Juni 2020 (Lampiran 7) Draft Petunjuk Teknis Peraturan Ditjen PDT Pembahasan melalui teleconference zoom meeting (Tanggal) (Lampiran 8) Notulen Rapat (Tanggal)
Tercapai Tercapai
Proses pelaksanaan kegiatan utama dan Output Kunci Jangka Pendek adalah sebagai
berikut.
Februari Maret April Mei Juni
Keterkaitan Output Kunci dijelaskan pada gambar dibawah ini:
Persetujuan Awal Pembentukan Tim
Efektif Sosisialisasi ekosistem P2P Lending & Crowdfunding kepada K/L, Pemerintah Daerah, BUMDes, Petani, Nelayan, UMKM (OK 4)
Pembelajaran P2P Lending dan Crowdfunding
Konsep Bisnis Pelaku IKD dan Draft Petunjuk Teknis Pelaksanaan Fasilitasi (OK 1 & OK 3)
Konsep ekosistem P2P Lending dan Crowdfunding dalam RKP Tahun 2021 (OK 5)
Draft Dokumen Kerjasama MoU (OK 2)
48 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Tabel 3.3. Pencapaian Output Kunci 1
OUTPUT KUNCI 1
Konsep bisnis ekosistem pelaku inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan
Crowdfunding:
Sesuai Peraturan OJK tentang Peer to Peer Lending dan Crowdfunding:
1. Peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang
Berbasis Teknologi Informasi.
2. Peraturan OJK Nomor 37/POJK.04/2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui
Penawaran Saham berbasis Teknologi Informasi (Equity Crowdfunding).
Pemanfaatan Proses
Jangka Pendek
• Sebagai acuan untuk pemahaman
institusi terhadap konsep inovasi
keuangan digital Peer to Peer Lending
dan Crowdfunding.
• Sebagai Referensi dalam penyusunan
ekosistem inovasi keuangan digital
sebagai pembiayaan pengembangan
ekonomi lokal di daerah tertinggal.
• Sebagai Referensi dalam penyusunan
petunjuk teknis pelaksanaan
pengembangan inovasi keuangan digital
di daerah tertinggal.
• Sebagai Referensi dalam penyusunan
mitigasi ekosistem inovasi keuangan
digital di daerah tertinggal.
• Sebagai Masukan kendala dan tantangan
dalam pengembangan ekosistem ini
terutama ketersediaan jaringan internet.
• Diskusi dengan Pelaku Inovasi
Keuangan Digital Peer to Peer Lending
dan Crowdfunding iGrow, Crowde, Tani
Fund, Growpal dan Santara.
• Diskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo), dan Badan
Aksesibiltas Telekomunikasi dan
Informatika (BAKTI)
• Mempelajari Peraturan OJK Nomor
77/POJK.01/2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi.
• Mempelajari Peraturan OJK Nomor
37/POJK.04/2018 tentang Layanan Urun
Dana Melalui Penawaran Saham
berbasis Teknologi Informasi (Equity
Crowdfunding).
• Mengidentifikasi perkembangan,
kendala, tantangan dan arahan
kebijakan pemerintah terhadap inovasi
keuangan digital Peer to Peer Lending
dan crowdfundig.
49 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Jangka Menengah – Panjang
• Sebagai acuan dalam
mengimplementasikan ekositem inovasi
keuangan digital dalam pembiayaan
pengembangan ekonomi lokal di daerah
tertinggal.
Penyampaian
• Disampaikan pada diskusi dengan para
stakeholder
Ringkasan Isi
A. Pengertian Inovasi Keuangan Digital Peer to Peer Lending dan Crowdfunding
1. Inovasi Keuangan Digital Inovasi Keuangan Digital yang selanjutnya disingkat IKD
adalah aktivitas pembaruan proses bisnis, model bisnis, dan instrumen keuangan yang
memberikan nilai tambah baru di sektor jasa keuangan dengan melibatkan ekosistem
digital.
2. Pengertian Equity Crowdfunding menurut POJK nomor 37/POJK.04/2018 adalah
Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi
(Equity Crowdfunding) yang selanjutnya disebut Layanan Urun Dana adalah
penyelenggaraan layananpenawaran saham yang dilakukan oleh penerbit untuk
menjual saham secara langsung kepada pemodal melalui jaringan sistem elektronik
yang bersifat terbuka.
3. Pengertian Peer to Peer Lending menurut POJK nomor 77/POJK.1/2016 adalah
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi adalah
penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi pinjaman
dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam
dalam mata uang rupiah secara langsung melalui sistem elektronik dengan
menggunakan jaringan internet.
4. Menurut data yang disampaikan Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia terdapat 74%
UMKM yang belum mendapatkan akses pembiayaan dari Bank maupun Non Bank.
5. Kontribusi Financial Technology (Fintech) P2P peneliti INDEF (2019) membuktikan
bahwa Fintech P2P telah memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi
Indonesia selama 3 tahun terakhir. Seperti (1) 362.000 tenaga kerja terserap (2) IDR 60
Triliyun Perekonomian Nasional (PDB) (3) 177.000 masyarakat miskin turun (4) 0.01 gin
ratio dari 0.382 menjadi 0.380.
B. Pembelajaran
50 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Beberapa pokok pembelajaran yang didapat adalah pentingnya pengetahuan tentang
regulasi yang mengatur tentang inovasi keuangan digital yang terkait dengan badan
hukum, kepemilikan, batas pemberian pinjaman, syarat permodalan.
C. Arah Kebijakan Pengembangan Inovasi Keuangan Digital
1. Bahwa pemanfaatan teknologi berbasis digital sudah tidak bisa dihindari dan telah
menjadi sebuah keniscayaan. Bahkan revolusi itu kini sudah menyentuh sebuah
layanan yang banyak dibutuhkan masyarakat, yakni platform Peer to Peer Lending dan
crowd funding yang merupakan revolusi yang mempertemukan antara investor dan
peminjam.
2. Platform penyedia pinjaman dana berbasiskan teknologi atau dikenal dengan nama
Fintech Peer to Peer Lending (Peer to Peer Lending) dan Crowdfunding adalah
merupakan inklusi kebijakan disektor keuangan yang memberikan kemudahan kepada
masyarakat untuk medapatkan permodalan.
Tabel 3.4. Pencapaian Output Kunci 2
OUTPUT KUNCI 2
Draft Dokumen Kerja Sama Kementerian Desa, PDT Dan Transmigrasi Dengan
Pelaku Inovasi Keuangan
Pemanfaatan Proses
Jangka Pendek – Menengah
• Sebagai landasan/acuan operasional
penerapan konsep bisnis inovasi
keuangan digital Peer to Peer Lending &
Crowdfunding
• Sebagai kepastian hukum bagi semua
pihak yang membuat kesepakatan
Penyusunan
• Melibatkan tim internal ditjen PDT dan
pelaku usaha digital dalam penyusunan
Draft Dokumen Kerjasama
• Usulan/rekomendasi dalam penyusunan
draft dokumen kerjasama inovasi
keuangan digital Peer to Peer Lending dan
Crowdfunding berdasarkan
kajian/telaahan hasil diskusi dengan
pelaku usaha digital.
Penyampaian
Disampaikan dalam diskusi di internal
direktorat dan dengan pelaku usaha digital
Ringkasan Isi
51 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
1. Pemanfaatan aplikasi teknologi untuk pemetaan dan peningkatan akses pasar potensi
hasil tani desa dan daerah tertinggal;
2. Dukungan pembiayaan permodalan untuk pengembangan usaha pertanian dan
kelautan di desa dan daerah tertinggal;
3. Pemberdayaan dan pembinaan masyarakat desa dan daerah tertinggal;
4. Pendampingan dan supervise bagi penerima akses permodalan secara bersama-
sama sesuai tugas dan fungsi masing-masing PARA PIHAK;
5. Kegiatan lain yang disepakati PARA PIHAK sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan perundang-undangan.
Tabel 3.5. Pencapaian Output Kunci 3
OUTPUT KUNCI 3
Draft Petunjuk Teknis Pelaksanaan Fasilitasi Pembiayaan Pengembangan Ekonomi
Lokal Berbasiskan Inovasi Keuangan Digital.
Pemanfaatan Proses
Jangka Pendek
• Dokumen yang berisikan tata cara
fasilitasi dengan pemerintah kabupaten,
pemerintah desa dan pelaku UMKM,
koperasi, Bumdes dan lainnya dengan
pelaku inovasi keuangan digital.
• Adanya ekosistem pelaksanaan konsep
bisnis cara kerja start up inovasi
keuangan digital Peer to Peer Lending
dan Crowdfunding dalam membiayai
pengembangan ekonomi masyarakat
• Pelaksanaan kegiatan dalam jangka
pendek-menengah
Jangka menengah – panjang
Sarana memperkokoh sinergi antar K/L dan
pelaku usaha digital dalam membangun
ekosistem inovasi keuangan digital
Penyusunan
Disusun berdasarkan hasil pembahasan
dengan tim efektif.
Penyampaian
Disampaikan pada forum diskusi internal
52 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Ringkasan isi
Fasilitasi Pembiyaan Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Inovasi Keuangan
Digital merupakan strategi dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi melalui Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal cq. Direktorat
Pengembangan Ekonomi Lokal yang bersinergi dengan Direktorat Pengembangan Sumber
Daya Manusia, Direktorat Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal, serta Direktorat
Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup bekerjasama dengan pelaku
inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan Crowdfunding untuk sumber
pembiayaan pengembangan ekonomi lokal di Daerah Tertinggal.
Bentuk kegiatan Fasilitasi Pembiayaan Ekonomi Digital yang akan diimplementasikan
dalam kegiatan fasilitasi pembiayaan melalui ekonomi digital yaitu Peer to Peer Lending
dan Equity Crowdfunding, dengan sasaran kegiatan para pelaku
UMKM/Petani/Nelayan/BUMDes yang belum mendapatkan akses pembiayaan atau
permodalan dari pihak Bank maupun Non Bank.
Tabel 3.6. Pencapaian Output Kunci 4
OUTPUT KUNCI 4
Sosialisasi Ekosistem Inovasi Keuangan Digital Sebagai Alternatif Pembiayaan
Pengembangan Ekonomi Lokal Kepada Kementerian / Lembaga, Pemerintah
Daerah, Pelaku UMKM, Bumdes, Koperasi, Petani dan Nelayan
Pemanfaatan Proses
Jangka Pendek – Menengah
• Sebagai upaya mengsosialisasikan
konsep inovasi Keuangan Digital Peer to
Peer Lending & Crowdfunding kepada
seluruh stake holder
• Sebagai langkah mendapatkan
dukungan dari para stake holder
• Sebagai langkah untuk mencapai tujuan
jangka menengah dan jangka panjang
yaitu implementasi project
pengembangan ekonomi lokal yang
• Sosialisasi melalui forum meeting virtual
lintas kementerian dan lembaga
• Sosialisasi melalui forum diskusi inovasi
keuangan digital yang disiarkan langsung
melalui youtube
• Sosialisasi melalui media social seperti
whatsapp, Instagram, facebook dan
poster lainnya
53 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
dibiayai oleh hasil pemanfaatan platform
inovasi keuangan digital.
• Sebagai langkah kerja sama kementerian
desa dengan pelaku inovasi keuangan
digital, pemerintah daerah, dan pelaku
UMKM untuk membuat pilot project.
Ringkasan Isi
• Jumlah serial diskusi 24
• Jumlah Daerah yang disosilisasikan ± 70
• Jumlah UMKM ± 1.500
• Jumlah Dukungan K/L, Pemerintah Kabupaten, Pelaku UMKM 41
Tabel 3.7. Pencapaian Output Kunci 5
OUTPUT KUNCI 5
Konsep Program inovasi Keuangan Digital Peer to Peer Lending dan Crowdfunding
Sebagai Alternatif Pembiaayan Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah Tertinggal
masuk dalam konsep pagu indikatif. Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2021
Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
Tertinggal.
24
70
1500
41
Ringkasan Sosialisasi Ekosistem IKD
Jumlah Serial Diskusi
Jumlah Daerah yang disosialisasikan
Jumlah UMKM
Jumlah Dukungan K/L, PemerintahKabupaten, Pelaku UMKM
54 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Pemanfaatan Proses
Jangka Pendek – Menengah
• Sebagai sustainable program yang ingin
ditunjukkan sebagai langkah serius
bahwa proyek perubahan inovasi
keuangan digital crowd funding
merupakan kegiatan strategis yang akan
diterapkan di tahun 2021
• Pembahasan trilateral meeting
Kementerian Desa, PDTT, Bappenas dan
Kementerian Keuangan dalam
penyusunan pagu indikatif Rencana Kerja
Pemerintah Direktorat Jenderal PDT
Tahun 2021
Ringkasan Isi
• Anggaran Kegiatan pengembangan Crowd funding tahun 2021 sebeesar Rp. 1 Milyar
• Pemanfaatan anggaran tersebut digunakan untuk membuat forum sosialisasi,
kunjungan lapangan dan pembuatan studi kelayakan project yang akan dibiayai dari
hasil kerja ekosistem inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan crowd funding.
3.3. Peta Stakeholders
Dalam RPP telah dilakukan pemetaan stakeholders untuk memahami posisi masing-
masing pihak sebagaimana digambarkan pada Gambar 2.1 pada Bab II. Pemetaan
Stakeholders Berdasarkan Tingkat Interest dan Influence). Pada prinsipnya, penggagas
Proyek Perubahan sejak awal sudah berhasil mengidentifikasi dan menggalang aliansi
dengan beberapa stakeholders yang berasal dari internal Pemerintah pada awal Proyek
Perubahan.
Pada posisi promoters penggagas Proyek Perubahan mendapatkan dukungan dari
Pelaku Inovasi Keuangan Digital Peer to Peer Lending dan Crowd funding, Pemerintah
Kabupaten, Pemerintah Desa Pelaku UMKM, Koperasi, Bumdes, Petani dan nelayan.
Namun mengingat keberhasilan Proyek Perubahan ini juga bertumpu kepada sinergi
dan kolaborasi di internal Pemerintah maupun antara Pemerintah dan pelaku usaha, maka
penggagas Proyek Perubahan mengambil berbagai langkah dalam mengkomunikasikan
Proyek Perubahan kepada pihak lain untuk mendapatkan dukungan serta komitmen, seperti
halnya mengomunikasikannya ke Kementerian/Lembaga yang pada tahap awal berada pada
posisi latents.
Penggagas Proyek Perubahan juga berusaha untuk meningkatkan keterlibatan
beberapa K/L termasuk unit kerja di dalam Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi yang sesungguhnya memiliki minat tinggi, namun tidak terlalu
berpengaruh (defenders). antara lain seperti Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
55 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Tertinggal, Biro Perencanaan Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi serta Direktur
Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal. Selain itu, strategi komunikasi juga dilakukan
kepada pihak-pihak yang berada pada posisi apathetics yang memiliki minat dan pengaruh
rendah.
Strategi komunikasi yang digunakan adalah untuk menjaga komitmen kelompok
promoters, penggagas Proyek Perubahan selalu menjaga komunikasi dan memberikan peran
terutama pelaku inovasi keuangan digital dalam menularkan pengetahuan, pengalaman dan
pembelajaran dengan pemerintah daerah dan para pelaku UMKM.
Di lain sisi, komunikasi dengan kelompok latents, defenders, dan apathetics, penggagas
Proyek Perubahan lebih mengambil pendekatan dengan melibatkan stake holder ini dalam
forum sosialisasi inovasi keuangan digital kepada para pelaku UMKM di daerah. Sehingga
dengan keterlibatan para stake holder ini penyampaian ekosistem ini akan semakin cepat
diterima oleh masyarakat.
Melalui pelaksanaan strategi komunikasi di atas peta stakeholders mengalami
perubahan yang dapat dilihat pada gambar di bawah sebagai berikut.
LATENTS: (Higt Influence, Low Interest) Kementerian Pertanian Kementerian Kelautan dan Perikanan
PROMOTERS: (Higt Infulence, Higt Interest) Pelaku Inovasi Keuangan Digital Pemerintah Kabupaten Pemerintah Desa Pelaku UMKM, Koperasi, Bumdes, Petani dan nelayan Kementerian PPN/Bappenas Kementerian Koperasi dan UMKM RI, Kementerian Keuangan RI, BAKTI Otoritas Jasa Keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Bank Indonesia Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Koordinator Bidang PMK
(High) POWER
APATHETICS: (Low Infulence, Low Interest)
DEFENDERS: (Low Influence, Higt Interest) Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kepala Biro Perencanaan Kementerian Desa, PDTT, Direktur Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal Ditjen PDT,
(Low)
(Low) LEVEL OF INTEREST (High)
56 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Gambar 3.11. Peta Stakeholders
Perpindahan dari posisi latents ke posisi promoters terjadi pada beberapa kementerian
dan lembaga yaitu Kementerian Bappenas, Kementerian Kominfo, Kementerian Koperasi dan
UMKM serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Perpindahan Kementerian Bappenas dari posis
latents ke promoters karena seiring dengan kebijakan RPJMN Tahun 2020 – 2024 tentang
pembangunan daerah tertinggal. Kementerian Komunikasi dan Informartika karena sesuai
dengan pengembangan 1.000 start up, Kementerian Koperasi karena sesuai dengan
semangat pengembangan UMKM dan Otoritas Jasa Keuangan karena terkait dengan
mendorong peran keterlibatan pelaku inovasi keuangan digital di luar jawa.
Sedangkan kementerian yang belum mengalami berpindah dari latents ke tempat
yang lain adalah kementerian pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kedua
kementerian ini belum memperlihatkan ketertarikan yang cukup signifikan karena mempunyai
program bantuan permodalan yang diberikan kepada petani dan nelayan. Kementerian
pertanian dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sedangkan Kementerian Kelautan dan
Perikanan dengan dengan Program Layanan Permodalan Untuk Kelompok Nelayan
(LMUKP). Sehingga belum tertarik untuk pengembangan ekosistem untuk permodalan diluar
APBN.
Perpindahan stake holder dari Apathetics ke Promoters adalah Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan.
57 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
3.4. Strategi Marketing Sektor Publik
Selanjutnya terkait dengan strategi marketing sektor publik pada proyek
perubahan ini yang disusun berdasarkan elemen Potter Marketing Mix, yaitu Product,
Price, Promotion, Place, dan Customer (4P 1C). Dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kebijakan Pengembangan Ekosistem Inovasi Keuangan Digital Peer to Peer Lending dan Crowd funding Sebagai Alternatif Pembiayaan Pengembangan Ekonomi Lokal di Daerah Tertinggal
• Forum Sosialisasi, Rapat Lintas Kementerian dan Lembaga
• Media sosial (Instagram, Whats app, youtube, Facebook)
Tidak di pungut bayaran
• Komunikasi dan surat resmi
• Kunjungan Lapangan
• Komunikasi Virtual
Gambar 3.12. Strategi Marketing Sektor Publik
Inovasi dan gagasan perubahan beserta prosuknya yang diusung oleh proyek
perubahan ini di perkenalkan kepada stakeholders, baik internal pemerintah maupun pelaku
usaha dan pelaku umkm melalui beberapa forum dan media sebagaimana terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 3.8. penyampaian/publikasi produk proyek perubahan
No. Produk Proyek Perubahan Media Penyampaian/Promosi
1 Gagasan Proyek perubahan 1. Rapat internal dengan tim efektif
2. Media sosial Instagram, YouTube, dan
2 Penyusunan MoU Forum diskusi internal
PRODUCT
PRICE PLACE
PROMOTION
CUSTOMER K/L dan Pelaku Usaha Digital
58 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
3 Penyusunan Petuntuk Teknis Forum diskusi internal
4 Sosialisasi Instagram Direktorat Pengembangan Ekonomi
Lokal (@direktoratpel)
a. https://www.instagram.com/p/CBSPrtlj5LC/?i
gshid=1nc2nn2blc0mj
b. https://www.instagram.com/p/CBRyyi3j6M2/?i
gshid=9ib5tjl2ai63
c. https://www.instagram.com/p/CBMnQUpjVgs/
?igshid=557oh4tl84th
d. https://www.instagram.com/p/CBI5Mr6DxmE/
?igshid=1lqvtmqralliq
e. https://www.instagram.com/p/CBDcnfYj_VE/?
igshid=2qtgw79n90ki
f. https://www.instagram.com/p/CBZwfQnDRpL
/?igshid=5tvvny0fyr9z
g. https://www.instagram.com/p/CBVj0-
MjDTR/?igshid=993gzl7ekm09
h. https://www.instagram.com/p/CBVi56XDHEq/
?igshid=1jmelavn3ae4u
i. https://www.instagram.com/p/CBRyyi3j6M2/?i
gshid=19g5tbdupv1y5
Facebook Universitas Negeri Gorontalo
1. https://www.facebook.com/universitasnegerig
orontalo2035/videos/285868599453447/?vh=
e&d=n
YouTube
1. https://www.youtube.com/watch?v=e_xARuN
FyRE&list=PLYakSXQEIJQayihjKAZ3EabHH
vriXh-5L
2. https://youtu.be/yLzID7Uomk0
3. https://youtu.be/Q3xMcmLr-JQ
5 Suistainable program Forum diskusi dengan K/L
59 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Beberapa tangakapan Screenshot di media sosial dapat disampaikan pada gambar
3.13. di bawah ini:
60 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
61 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
62 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
63 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
Gambar 3.13. Screen Shot Media Penyampaian Promosi
64 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
3.5. Kendala Internal dan Eksternal
Secara umum proyek perubahan pada tahap jangka pendek tidak menemui kendala
yang signifikan. Kurangnya koordinasi dan masih parsialnya pendekatan dalam
pengembangan ekonomi digital sudah diperkirakan sejak awal. Proyek perubahan ini justru
bermaksud untuk memperkuat sinergi antar K/L dan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku
usaha digital dalam pengembangan ekonomi digital.
Berikut adalah kendala internal yang terjadi dalam pelaksanaan proyek perubahan
jangka pendek.
1. Masih kurang dipahaminya kompleksitas isu pada bisnis financial technologi inovasi
keuangan digital sehingga pengambilan keputusan secara parsial masih terjadi
2. Situasi Pandemi Covid-19 atau yang sering di sebut Virus Corona memaksa kita untuk
dapat menyesuaikan pola kerja
3. Anggaran pemerintah yang kian menurun setiap tahunnya menjadikan pemerintah
pusat untuk dapat mencari alternatif baru dalam permodalan bagi para pelaku UMKM
4. Pemerintah daerah tidak responsif sehingga dalam melakukan sosialisasi menjadi
terkendala
5. Ketersediaan jaringan internet yang masih terbatas di beberapa daerah
3.6. Upaya Menghadapi Masalah
Tabel 3.9. Tabel Upaya Menghadapi Masalah
No. Kendala Dampak Upaya Penyelesaian
1 Masih kurang dipahaminya ekosistem inovasi keuangan digital sebagai alternatif sumber pembiayaan pengembangan ekonomi lokal
Belum termanfaatkan Ekosistem Inovasi Keuangan Digital
• Sosialisasi Inovasi Keuangan Digital kepada K/L, Pemda, UMKM (BUMDes, Petani, Nelayan)
2 Situasi Pandemi Covid – 19 / Corona Virus
Semua kegiatan/aktifitas pekerjaan dan pembelajaran dilakukan dirumah secara online
• Menyesuaikan kegiatan dan aktifitas dilakukan secara online
• Forum dan diskusi dilakukan melalui aplikasi Zoom Meeting
3 Pemotongan Anggaran Tidak terlaksanakan Kegiatan yang sudah di rencanakan
Semua kegiatan/aktifitas pekerjaan dan pembelajaran dilakukan dirumah secara online
4 Ketersediaan jaringan internet Tidak dapat mengakses Financial Technology
Bekerjasama dengan BAKTI Kemkominfo dalam memfasilitasi internet di wilayah perdesaan
5 Financial Technology (Fintech) belum menjangkau ke pelosok Indonesia Timur
Masyarakat belum mengenal Financial Technology
Dilakukan sosialisasi untuk dapat mengenalkan Fintech sehingga dapat menjangkau ke pelosok Indonesia Timur
65 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
3.7. Instrumen Monitoring Untuk Pelaksanaan Proyek Perubahan
Pelaksanaan proyek perubahan meliputi tiga tahap, yaitu jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Itensitas dan efektifitas pelaksanaan proyek perubahan perlu
di pantau dan di evaluasi terutama untuk jangka menengah dan jangka panjang. Berikut
adalah rencana instrumen pemantauan pelaksanaan proyek perubahan.
1. Koordinasi internal di lingkungan Direktorat Pengembangan Ekonomi Lokal, Direktorat
Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal.
2. Koordinasi Lintas K/L dan Pelaku Inovasi Keuangan Digital
3. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah, Pelaku UMKM (BUMDes, Nelayan, Petani)±
66 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Proyek perubahan ini bermaksud untuk memperkenalkan ekosistem inovasi keuangan
digital sebagai alternatif sumber pembiayaan pengembangan ekonomi lokal di daerah
tertinggal. Dari pencapaian output jangka pendek dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembangunan daerah tertinggal yang merupakan salah satu isu strategis dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020 – 2024
diperhadapkan keterbatasan anggaran pemerintah dalam APBN untuk mengembangkan
ekonomi lokal masyarakat di daerah tertinggal. Diperlukan upaya ekosistem lain untuk
membantu para pelaku UMKM di daerah tertinggal untuk mendapatkan akses
permodalan salah satunya adalah inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan
Crowdfunding.
2. Ekosistem inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan Crowdfunding adalah
platform yang mempertemukan antara peminjam (borrower) dan yang akan
meminjamkan (kreditur/lender). Dalam konteks pengembangan ekonomi lokal di daerah
tertinggal adalah platform yang mempertemukan antara investor/lender dengan para
petani, nelayan, bumdes dan koperasi dalam mengembangkan sector pertanian,
perikanan dan pengembangan pelaku UMKM. Dimana dalam pengembangan ekosistem
ini ke daerah tertinggal membutuhkan keterlibatan para stake holder antara lain:
kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, pemerintah desa dan pelaku UMKM
(Bumdes, koperasi, petani dan nelayan).
3. Pengembangan ekosistem inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan
Crowdfunding sebagai alternative pembiayaan pengembangan ekonomi lokal di daerah
tertinggal adalah upaya untuk memberikan akses permodalan bagi pelaku UMKM yang
tidak mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan, ikut mendorong tumbuh
kembangnya para start up dalam bidang financial tehcnologi, peningkatan produksi
sector pertanian dan perikanan, pengembangan UMKM, Bumdes, Koperasi, petani dan
nelayan.
4. Peer to Peer Lending dan Crowdfunding adalah bentuk Financial Tehnologi yang
berkembang di masyarakat saat ini. Financial Technologi adalah layanan jasa keuangan
67 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
berbasis teknologi informasi. Layanan jasa keuangan terdiri atas pembayaran
(payment), pendanaan (funding), perbankan (Digital banking), pasar modal (capital
market), peransuransian (insurtech), jasa pendukung (supporting fintech) dan lainnya
(inovasi keuangan digital)
5. Pencapaian pelaksanaan proyek perubahan dalam jangka pendek adalah (1)
dipahaminya konsep Peer to Peer Lending dan Crowdfunding diinternal direktorat
pengembangan ekonomi lokal ditjen PDT (2) Tersosialisasinya konsep Peer to Peer
Lending kepada para stakeholder yaitu: kementerian dan lembaga, pemerintah daerah,
Bumdes, Koperasi dan petani dan nelayan (3) tersusunnya konsep petunjuk teknis
pelaksanaan inovasi keuangan digital di daerah tertinggal (4) terusunnya konsep
kerjasama direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal dengan pelaku inovasi
keuangan digital untuk mengimplementasikan ekosistem ini di daerah tertinggal.
6. Pendekatan marketing sector public yang dilakukan dalam pengembangan ekosistem
inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan Crowdfunding sebagai alternative
pembiayaan pengembangan ekonomi lokal dilaksanakan dengan membuat forum
diskusi, sosialisasi, kunjungan lapangan dan pemafaatan promosi di media social seperti
whatsapp, instagram, facebook dan youtube.
7. Hambatan dalam pengembangan ekosistem inovasi keuangan digital ini adalah
ketersediaan akses jaringan internet di daerah tertinggal. Dalam jangka menengah
komitmen pemerintah untuk membangun ketersediaan jaringan internet sampai
dipelosok desa dalam program broadband internet untuk desa akan menjadi solusi bagi
pelaku UMKM didaerah tertinggal akan mendapatkan akses jaringan internet.
Sedangkan program penyediaan jaringan internet desa secara mandiri yang
dikembangkan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) adalah
merupakan peluang bagi pelaku UMKM di desa di daerah tertinggal untuk mendapatkan
jaringan internet dalam jangka pendek.
8. Keberlanjutan dari proyek perubahan ini adalah sudah disepakati dalam trilateral
meeting Bappenas Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan penyusunan
pagu indikasi.
68 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
4.2. Lesson Learn
1. Pengembangan ekosistem inovasi keuangan digital Peer to Peer Lending dan
Crowdfunding sebagai alternative pembiayaan pengembangan ekonomi lokal di daerah
tertinggal adalah merupakan salah satu upaya untuk program pengembangan sector
keuangan yang inklusif. Sektor keuangan yang memberikan kesempatan bagi pelaku
UMKM yang tidak mendapatkan akses pembiayaan perbankan untuk mendapatkan
permodalan.
2. Upaya pengembangan ekonomi lokal dengan memanfaatkan sumber pembiayaan yang
berasal dari anggaran non APBN merupakan bentuk adaptif dan agile organization.
Karena dibutuhkan bagaimana membangun networking dengan para pihak Pemenuhan
kebutuhan stakeholder tidak hanya dari pemerintah tetapi juga pelibatan masyrakat dan
swasta.
3. Proyek perubahan ini dibutuhkan kemampuan koordinasi dan sosialisasi untuk
mempengaruhi para stakeholder untuk ikut menjadi bagian dari pengembangan
ekosistem ini sehingga terjadi sinergi dan kolaborasi. Bagaimana membangun
networking berbagai instansi (kolaborasi) guna peningkatan kinerja organisasi yang
lebih cepat. Critical thingking, koordinasi dengan yang lainnya (coordinating others),
service orientation, negotiation, people manajemen, creativity, complex problem solving.
4.3. Rekomendasi dan Saran
1. Diperlukan pengawasan yang ketat dan kuat dari pihak Otoritas Jasa Keuangan
sehingga ekosistem ini bisa berkembang dengan baik di masyrakat dan mendapatkan
kepercayaan dalam masyarakat
2. Perlu membangun komunikasi dan cara pendekatan yang baik kepada stakeholder yang
sifatnya latent karena stakeholder ini mempunyai pengaruh yang besar tetapi
ketertarikan yang rendah dalam program ini seperti kementerian pertanian, kementerian
kelautan dan perikanan, kementerian koperasi dan UMKM. Kementerian ini juga
mempunyai program bantuan permodalan kepada pelaku UMKM, petani dan nelayan
dengan skema penyaluran melalui perbankan sehingga belum melirik ekosistem
program ini menjadi bagian yang dianggap perlu bagi kementerian mereka, dengan kata
lain masih mengandalkan pembiayaan melalui Anggaran dan Pendapatan Belanja
Negara (APBN). Padahal keterlibatan kementerian ini dalam mengsosialisasikan kepada
masayarakat akan memepercepat ekosisistem ini bisa diterima oleh masyarakat
69 PROYEK PERUBAHAN
PKN TINGKAT II ANGKATAN I BAHARTANI LAMAKAMPALI (NDH 16)
DAFTAR PUSTAKA
Case, S. (2016). The Third Wave. New York: Simon & Schuster
Daily Social. (2018). Startup Report 2018.
Das, K. E. (2018). The digital archipelago: How online commerce is driving asia's economic development. McKinsey & Company.
Google and Temasek. (2018). e-Conomy SEA 2018 Southeast Asia's Internet Economy Hits an Inflection Point.
Hinrich Foundation. (2019). The Digital Komodo Dragon: How Indonesia Can
Capture The Digital Trade Opportunity At Home and Abroad.
Manyika J. E. (2017). A future That Works: Automation, Employment, and
productivity. McKinsey Global Institute.
Manyika, J. E. (2017). Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions In a Time Of Automation. McKinsey Global Institute.