laporan hasil pengawasan 2013

66
PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA

Upload: vannguyet

Post on 13-Jan-2017

237 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA

Page 2: Laporan Hasil Pengawasan 2013

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA

LAPORAN HASIL PENGAWASAN ATAS AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

PADA PROVINSI SULAWESI UTARA

TAHUN 2013

Nomor: LHPP-016/PW18/1/2014

Tanggal 15 JANUARI 2014

Page 3: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

ii Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, BPKP berperan melakukan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.

Sebagai implementasi atas amanah tersebut, BPKP melakukan kegiatan pengawasan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, investigasi, bimbingan teknis, dan asistensi kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hasil pengawasan dan pembinaan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga kepada para stakeholder serta memberikan keyakinan yang memadai atas kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah dan penyelenggaraan SPIP pada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara pada Provinsi Sulawesi Utara tahun 2013 berisi rangkuman informasi secara menyeluruh atas hasil pengawasan dan pembinaan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara dan juga sebagai media pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara terhadap satker Kementerian/Lembaga (K/L) dan unit kerja di lingkungan Pemda di Provinsi Sulawesi Utara. Laporan disajikan secara sistematis dengan mengelompokkan hasil pengawasan BPKP ke dalam empat perspektif, yaitu: (i) akuntabilitas pelaporan keuangan; (ii) akuntabilitas kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset; (iii) akuntabilitas pewujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih; dan (iv) akuntabilitas pengawasan atas pelaksanaan program lintas sektoral.

BPKP selaku auditor pemerintah telah dan akan terus berkomitmen untuk mendukung tugas-tugas pemerintahan melalui pemberian jasa assurance dan consulting yang berorientasi pada peningkatan akuntabilitas keuangan negara/daerah, mendukung pencapaian program prioritas nasional yang pro-job, pro-poor, dan pro-growth dengan menekankan pada pencapaian efektivitas, efisiensi, dan kehematan serta penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan (debottlenecking), menuju Wilayah Tertib Administrasi dan Wilayah Bebas Korupsi di Provinsi Sulawesi Utara.

Akhir kata, semoga laporan hasil pengawasan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi Gubernur untuk pengambilan keputusan strategis, khususnya dalam peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah, serta pembangunan daerah pada umumnya.

Manado, 15 Januari 2014

Kepala Perwakilan,

Adil Hamonangan Pangihutan NIP 19610605 198703 1 001

Page 4: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

iii Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai

pengawas internal pemerintah dengan jasa assurance dan consulting

diharapkan dapat memberikan perbaikan dan nilai tambah dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan dan membantu pemerintah mencapai

tujuannya.

Wilayah Tertib Administrasi dan Wilayah Bebas Korupsi merupakan salah

satu target pengawasan yang diemban oleh BPKP dalam memerankan

fungsi assurance agent dan consulting agent, khususnya di wilayah

Provinsi Sulawesi Utara.

Dalam melakoni peranan sebagai assurance agent dan consulting agent

di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi

Utara berhasil merangkum informasi komprehensif hasil pengawasan

berkaitan dengan akuntabilitas keuangan negara pada satuan kerja K/L

(instansi vertikal) dan unit kerja di lingkungan pemerintah daerah di

wilayah Provinsi Sulawesi Utara dalam suatu Laporan Hasil Pengawasan

atas Akuntabilitas Keuangan Negara pada Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2013.

Laporan ini menyajikan secara sistematis kelompok hasil pengawasan

BPKP dalam empat perspektif, yaitu: (i) akuntabilitas pelaporan keuangan;

(ii) akuntabilitas kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset; (iii)

akuntabilitas pewujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih;

dan (iv) akuntabilitas pengawasan atas pelaksanaan program lintas

sektoral, dengan hasil sebagai berikut:

1. Hasil Pengawasan dari Perspektif Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Akuntabilitas pelaporan keuangan negara di Provinsi Sulawesi Utara

tahun 2013 menunjukkan dampak positif ditandai dengan peningkatan

opini BPK atas LKPD tahun 2012 yaitu;

Sembilan pemda mengalami peningkatan (Provinsi Sulawesi Utara

dari WDP menjadi WTP; Kota Manado dan Kota Kotamobagu dari

TW menjadi WDP; Kota Tomohon, Kabupaten Bolaang

Mongondow, Minahasa Utara, Bolaang Mongondow Selatan,

Page 5: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

iv Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Bolaang Mongondow Timur, dari TMP menjadi WDP; dan

Kabupaten Talaud dari TMP menjadi TW);

Enam pemda memperoleh opini yang tetap, dan

Satu pemda mengalami penurunan.

Belum diperolehnya opini WTP dari BPK (terutama opini TW dan TMP)

disebabkan antara lain adanya kelemahan sistem pengendalian intern,

belum tertatanya barang milik daerah dengan tertib, tidak sesuainya

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan ketentuan yang

berlaku, penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kelemahan dalam sistem

penyusunan laporan keuangan, serta kurang memadainya kompetensi

SDM pengelola keuangan pada Pemda.

Selain opini atas LKPD, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara

juga melakukan audit keuangan bersifat dukungan atas

proyek/kegiatan yang didanai dengan Pinjaman/Hibah Luar Negeri

(PHLN). Berdasarkan hasil audit atas PHLN tahun anggaran 2012,

pada umumnya dengan opini menyajikan secara wajar semua hal

yang material mengenai penerimaan dan pengeluaran selama tahun

berjalan.

Dari hasil kompilasi dan analisis terhadap LKPD seluruh Pemda di

wilayah Provinsi Sulawesi Utara tahun anggaran 2012 untuk

mengetahui rasio pertumbuhan dan rasio keuangan selama dua tahun

terakhir, diperoleh beberapa simpulan antara lain:

Total aset mengalami kenaikan sebesar 14,71% dan terjadi

penurunan total kewajiban sebesar 0,01% dengan kenaikan

terbesar pada Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebesar

30,79% dari nilai Rp350.807 juta menjadi Rp458.821 juta;

SILPA tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami

kenaikan sebesar Rp83.886 juta atau 9,43% dengan kenaikan

terbesar pada Kota Manado sebesar 564,25% dari nilai Rp16.936

juta menjadi Rp112.501 juta;

PAD mengalami kenaikan sebesar 21,06% dengan kenaikan

terbesar pada Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebesar

63,72% dari nilai Rp4.784 juta menjadi Rp7.833 juta;

Page 6: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

v Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

PAD dibandingkan dengan Jumlah Pendapatan diperoleh rasio

sebesar 11,18%;

Pendapatan Transfer dibandingkan dengan Jumlah Pendapatan

diperoleh rasio sebesar 88,67%. Hal ini menunjukkan bahwa dana

pembiayaan pembangunan di wilayah Sulawesi Utara daerah

masih tergantung dari Pendapatan Transfer.

2. Hasil Pengawasan dari Perspektif Akuntabilitas Kebendaharaan

Umum Negara dan Pengelolaan Aset

Peningkatan nilai aset sebesar 14,71% dalam LKPD tahun 2012

dibandingkan tahun 2011 belum diimbangi dengan peningkatan

pengelolaan aset secara baik. Hal ini terlihat masih dijumpai

permasalahan antara lain:

No Jenis Aset Masalah Lokasi Nilai (Rp)

1 Tanah Masih tercatat pada kabupaten

induk, namun telah dimanfaatkan

oleh kabupaten/kota pemekaran

Kab. Minahasa

(Induk), Kota

Tomohon, Kab.

Minahasa Utara dan

Kab. Minahasa

Selatan

7.100.750.000,00

2 Tanah Dikuasai pihak lain Kota Tomohon 6.672.400.000,00

3 Tanah Hasil reklamasi pantai sebesar 16%

yang belum diterima dari

pengembang

Kota Manado 84.112.069.500,00

4 Tanah Belum bersertifikat senilai Rp83.016.743.326,00

Kota Manado

Kab. Minahasa

Kab. Minahasa Utara

Kab. Talaud

Kab. Bolaang Mongondow Timur

312 Bidang 784 Bidang

77.545.461.451,00 1.915.000.000,00

3.556.281.875,00

5 Tanah Tanah yang keliru pencatatannya

karena milik pemerintah desa

Kab Talaud 9.482.407.000,00

6 Peralatan dan Mesin

Dikuasai pihak lain Kota Tomohon 320.767.200,00

7 Peralatan dan Mesin

Tidak diketahui keberadaannya

senilai Rp17.865.173.790,63

Kota Manado

Kab. Minahasa Utara

Kab. Talaud

1.436.750.000,00

15.887.479.346,19 540.944.444,44

Kondisi tersebut berdampak pada tidak diperolehnya opini WTP

terhadap LKPD.

Page 7: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

vi Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Selain itu, hasil kegiatan fisik yang tidak dimanfaatkan dari Dana

Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp16.201.301.159,43 dan yang terbesar

pada Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebesar

Rp8.911.197.000,00.

Aset-aset eks dana dekonsentrasi tahun 2001 s.d. 2005 sebesar

Rp79.100.161,107,00 dan tahun tahun 2006 s.d. 2009 (Bansos)

sebesar Rp242.365.762,00 tidak diadministrasikan secara memadai

oleh kabupaten/kota sehingga tidak diketahui jumlah dan nilai, serta

keberadaannya.

3. Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Pewujudan Iklim bagi

Kepemerintahan yang Baik dan Bersih

Pengawasan oleh BPKP terhadap akuntabilitas pewujudan iklim bagi

kepemerintahan yang baik dan bersih dilaksanakan melalui: (i) strategi

preventif; (ii) strategi represif; dan (iii) solusi kesisteman. Strategi

preventif berupa penerapan Fraud Control Plan (FCP) sebagai sistem

cegah dini dan perbaikan tatakelola, sedangkan strategi represif

dilakukan dalam rangka penyelamatan keuangan negara melalui

pengungkapan kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi. Adapun solusi

kesisteman dilakukan melalui kegiatan pengawasan peningkatan

tatakelola BUMD dan peningkatan kapasitas APIP.

Apabila dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh KPK, Kota Bitung

memperoleh nilai Indeks Integritas Daerah tertinggi ketiga sebesar

7,54 atau lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 6,82 dari 60

Pemerintah Kota yang dijadikan sample.

4. Hasil Pengawasan dari Perspektif Akuntabilitas Pengawasan atas

Pelaksanaan Program Lintas Sektoral

Pengawasan dilaksanakan melalui audit 3E dengan hasil di antaranya

bahwa:

Masih terdapat dana bergulir (revolving fund) PNPM yang tertahan

di masyarakat sebesar Rp115.559.401.378,00. Disamping itu,

terdapat potensi permasalahan mengenai status kepemilikan aset

berupa tagihan eks dana bergulir (KSM, SPP, dan UEP) sebesar

Page 8: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

vii Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Rp328.338.922.910,00 dan termasuk status kelembagaan simpan

pinjam tersebut;

Belum tersedianya dana pendamping yang memadai untuk

kegiatan Raskin dan PPIP;

Aset-aset yang berasal dari kegiatan infrastruktur pada program

pusat (PNPM dan PPIP) sebesar Rp197.648.892.570,00 belum

ada mekanisme penyerahan kepada pemerintah kabupaten/kota/

desa/kelurahan. Kondisi ini menjadi sangat penting untuk segera

ditetapkan mekanisme pengelolaan dan pencatatannya mengingat

telah disahkan RUU Desa oleh DPR tanggal 18 Desember 2013.

Aset-aset tersebut nantinya akan menjadi aset masing-masing

desa.

Hal ini berdampak terhadap pencapaian program kesejahteraan

masyarakat di wilayah Provinsi Sulawesi Utara.

Kepala Perwakilan,

Adil Hamonangan Pangihutan NIP 19610605 198703 1 001

Page 9: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

viii Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii

RINGKASAN EKSEKUTIF …………………………………………………… iii

DAFTAR ISI ………………………………………………….………………… viii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xii

BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI …………………………………... 1

A. AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN ……………………… 1

B. AKUNTABILITAS KEBENDAHARAAN UMUM NEGARA DAN

PENGELOLAAN ASET ……………………………………………......

6

C. AKUNTABILITAS PERWUJUDAN IKLIM KEPEMERINTAHAN

YANG BAIK DAN BERSIH …………………………………………….

8

D. AKUNTABILITAS PENGELOLAAN PROGRAM LINTAS

SEKTORAL.......................................................................................

9

BAB II URAIAN HASIL PENGAWASAN …………………………………… 11

A. RUANG LINGKUP DAN BATASAN TANGGUNG JAWAB ………. 11

B. GAMBARAN UMUM ………………………………………………….. 12

C. URAIAN HASIL PENGAWASAN ……………………………………. 15

1. AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN …………………. 15

2. AKUNTABILITAS KEBENDAHARAAN UMUM NEGARA DAN

PENGELOLAAN ASET …………………………………………...

27

3. AKUNTABILITAS PERWUJUDAN IKLIM KEPEMERINTAHAN

YANG BAIK DAN BERSIH ………………………………………..

38

4. AKUNTABILITAS PENGELOLAAN PROGRAM LINTAS

SEKTORAL ……........................................................................

44

LAMPIRAN I

LAMPIRAN II

Page 10: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

ix Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Perkembangan Opini BPK atas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah di Wilayah

Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010 – 2012……

16

Tabel 2 Perkembangan Opini BPK atas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah Per Pemda di

Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010 –

2012…………………………………………………

17

Tabel 3 Perkembangan Opini Eksternal Auditor atas

Laporan Keuangan BUMD di Wilayah Provinsi

Sulawesi Utara Tahun 2009 – 2012……………...

18

Tabel 4 Perkembangan Evaluasi LAKIP di Wilayah

Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010 – 2012……

19

Tabel 5 Kompilasi Neraca Pemda di Wilayah Provinsi

Sulawesi Utara Tahun 2011 – 2012…………......

20

Tabel 6 Kompilasi LRA Pemda di Wilayah Provinsi

Sulawesi Utara Tahun 2011-2012………………..

21

Tabel 7 Hasil Pemetaan SDM Pengelola Keuangan

pada Pemda di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2010 - 2012…………………………………

23

Tabel 8 Perkembangan Kegiatan Pembinaan Perwakilan

BPKP Provinsi Sulawesi Utara atas Upaya

Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan

Keuangan Pemda Tahun 2011 - 2013…………...

24

Tabel 9 Perkembangan Kegiatan Pembinaan Perwakilan

BPKP Provinsi Sulawesi Utara atas Upaya

Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan

Keuangan Satuan Kerja K/L di Wilayah Provinsi

Sulawesi Utara Tahun 2013………………………

25

Tabel 10 Koreksi atas Belanja Negara dari Audit

Penyesuaian Harga Tahun 2013…………………

29

Page 11: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

x Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Tabel 11 Koreksi atas Belanja Negara dari Audit

Pemutusan Kontrak Tahun 2013…………………

30

Tabel 12 Hasil Monitoring Pengelolaan DAK Tahun 2013.. 30

Tabel 13 Gambaran Permasalahan dari Hasil Evaluasi

Penyusunan dan Penetapan APBD di Wilayah

Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011 – 2013……

31

Tabel 14 Monitoring atas Rencana Aksi Prioritas

Pembangunan Nasonal pada Satuan Kerja K/L

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013

32

Tabel 15 Permasalahan Hasil Monitoring Atas Rencana

Aksi Prioritas Pembangunan Nasional

Per 31 Desember 2012.....................................

33

Tabel 16 Permasalahan Hasil Monitoring Atas Rencana

Aksi Prioritas Pembangunan Nasional

Per 31 Juni 2013...............................................

33

Tabel 17 Indeks Integritas Sektor Publik Pemkot di

Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013.....

39

Tabel 18 Indeks Integritas Unit Layanan Pemkot di

Wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013.....

39

Tabel 19 Perkembangan Kegiatan Penerapan Strategi

Preventif terhadap KKN di Wilayah Provinsi

Sulawesi Utara Tahun 2013.................................

40

Tabel 20 Hasil Audit Investigatif di Wilayah Provinsi

Sulawesi Utara Tahun 2012 - 2013......................

41

Tabel 21 Hasil Audit Penghitungan Kerugian Keuangan

Negara di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2012 - 2013...............................................

41

Tabel 22 Pemberian Keterangan Ahli Kasus Berindikasi

Tindak Pidana Korupsi di Wilayah Provinsi

Sulawesi Utara Tahun 2012 - 2013......................

41

Tabel 23 Kegiatan Pengawasan Dalam Rangka

Peningkatan Tatakelola BUMD/BLUD di Wilayah

Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2012 – 2013.......

42

Page 12: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

xi Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Tabel 24 Kegiatan Peningkatan Kapasitas APIP di

Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2012 – 2013...........................................

42

Tabel 25 Saldo Pinjaman PNPM Mandiri Perkotaan

(Pinjaman KSM) Per 31 Desember 2013.............

47

Tabel 26 Saldo Pinjaman PNPM Mandiri Perdesaan-

Simpan Pinjam Untuk Perempuan (SPP) Per

31 Desember 2012...............................................

48

Tabel 27 Saldo Pinjaman PNPM Mandiri Perdesaan-

Pinjaman Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Per

31 Desember 2013...............................................

48

Tabel 28 Nilai Pekerjaan Konstruksi Pinjaman PNPM

Mandiri Perkotaan Per 31 Desember 2012..........

49

Tabel 29 Nilai Pekerjaan Konstruksi Pinjaman PNPM

Mandiri Perdesaan Per 31 Desember 2012.........

49

Tabel 30 Nilai Pekerjaan Konstruksi PPIP Per

31 Desember 2013...............................................

50

Page 13: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

xii Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Perspektif Informasi Hasil Pengawasan

(Accountability 4.0)

11

Page 14: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

xiii Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

LAMPIRAN

Lampiran I Kompilasi Neraca dan Laporan Realisasi

Anggaran Provinsi Sulawesi Utara Tahun

Anggaran 2012

Lampiran II Hasil Monitoring Pengelolaan DAK Provinsi

Sulawesi Utara Tahun 2013

Page 15: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

1 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN

1. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dengan melihat trend perkembangan opini BPK pada setiap Pemda,

dapat disimpulkan bahwa atas LKPD tahun 2012, sesuai kualitas opini

BPK maka 9 (sembilan) pemda mengalami peningkatan (Provinsi

Sulawesi Utara dari WDP menjadi WTP; Kota Manado dan Kota

Kotamobagu dari TW menjadi WDP; Kota Tomohon, Kabupaten

Bolaang Mongondow, Minahasa Utara, Bolaang Mongondow Selatan,

Bolaang Mongondow Timur, dari TMP menjadi WDP; dan Kabupaten

Talaud dari TMP menjadi TW), 6 (enam) pemda memperoleh opini

yang sama (tetap), dan hanya 1 (satu) pemda mengalami penurunan.

Belum diperolehnya opini WTP dari BPK (terutama opini TW dan TMP)

menunjukkan bahwa pelaporan keuangan Pemda masih belum

sepenuhnya dapat diyakini kewajarannya oleh BPK disebabkan oleh

berbagai faktor, antara lain adanya kelemahan sistem pengendalian

intern, belum tertatanya barang milik negara/daerah dengan tertib,

tidak sesuainya pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan

ketentuan yang berlaku, penyajian laporan keuangan yang belum

sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kelemahan

dalam sistem penyusunan laporan keuangan, serta kurang

memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan pada Pemda.

Untuk laporan keuangan BUMD tahun 2011 dan 2012 di wilayah

Provinsi Sulawesi Utara, belum terdapat BUMD yang diberikan opini

dari eksternal auditor. Walaupun demikian, dapat kami informasikan

bahwa opini audit eksternal auditor atas BUMD tahun 2010 relatif

menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan tahun 2009. Pada tahun

2010, terdapat 4 (empat) BUMD yang memperoleh opini WDP,

sedangkan pada tahun 2009, sebanyak 3 (tiga) BUMD yang

memperoleh opini WDP.

Selain opini atas LKPD dan LK BUMD, Perwakilan BPKP Provinsi

Sulawesi Utara juga melakukan audit keuangan bersifat dukungan atas

Page 16: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

2 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

audit keuangan yang dilakukan BPKP Pusat atas Proyek/Kegiatan

yang didanai dengan Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN).

Berdasarkan hasil audit keuangan dukungan atas LK PHLN tahun

2012, pada umumnya opini menyajikan secara wajar semua hal yang

material mengenai penerimaan dan pengeluaran selama tahun

berjalan.

Selain opini audit atas laporan keuangan, indikator kualitas

akuntabilitas keuangan negara/daerah juga diukur dari hasil evaluasi

pelaporan kinerja (LAKIP) Pemda oleh Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan & RB) yang

dibantu oleh BPKP dan Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara. Dari hasil

evaluasi Kemenpan & RB, BPKP dan Inspektorat Provinsi Sulawesi

Utara atas LAKIP tahun 2012, tidak terdapat Pemda yang

memperoleh peringkat “Baik”. Secara umum hasil evaluasi pelaporan

kinerja Pemda tahun 2012 menunjukkan ada kemajuan dibandingkan

dengan tahun 2011. Walaupun telah terdapat kemajuan, namun perlu

dilakukan upaya peningkatan SAKIP khususnya untuk Pemda dengan

kategori LAKIP kurang dan sangat kurang.

2. Kompilasi Laporan Keuangan Pemda

Dari hasil kompilasi dan analisis terhadap LKPD untuk mengetahui

rasio pertumbuhan dan rasio keuangan selama dua tahun terakhir,

sebagai berikut:

2.1. Secara umum, total aset seluruh Pemda di wilayah Provinsi

Sulawesi Utara mengalami kenaikan sebesar 14,71% dan terjadi

penurunan total kewajiban rata-rata sebesar 0,01%. Kenaikan

total aset terbesar adalah pada Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan sebanyak 30,79%, yang nilainya dari Rp350.807 juta

menjadi Rp458.821 juta.

2.2. Rasio aset lancar dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek.

(Aset lancar Rp1.260.637 juta/Hutang Jangka Pendek Rp238.258

juta) tahun 2012 sebesar 529,11%, sedangkan tahun 2011

sebesar 477,73%. Dengan demikian dari tahun 2011 ke tahun

2012 menunjukkan kenaikan. Rasio terbesar aset lancar

Page 17: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

3 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek tahun 2012

adalah pada Kabupaten Minahasa Utara sebesar 7.334,29%

(Aset lancar Rp79.008 juta/Hutang Jangka Pendek Rp1.077 juta).

2.3. SILPA tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 terdapat

kenaikan sebesar Rp83.886 juta atau 9,43%. Hal ini menunjukan

terdapat kenaikan sisa uang pada akhir tahun. Kenaikan SILPA

terbesar dari tahun 2011 ke tahun 2012 terdapat pada Kota

Manado sebanyak 564,25%, yang nilainya dari Rp16.936 juta

menjadi Rp112.501 juta.

2.4. Secara umum, PAD seluruh Pemda di wilayah Provinsi Sulawesi

Utara mengalami kenaikan sebesar 21,06%, namun demikian jika

PAD dibandingkan dengan Jumlah Pendapatan, diperoleh rasio

sebesar 11,18% Pendapatan Transfer dibandingkan dengan

Jumlah Pendapatan diperoleh rasio sebesar 88,67%. Hal ini

menunjukkan bahwa dana pembiayaan pembangunan di wilayah

Sulawesi Utara masih tergantung dari Pendapatan Transfer.

Kenaikan PAD terbesar dari tahun 2011 ke tahun 2012 terdapat

pada Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebesar 63,72%,

yang nilainya dari Rp4.784 juta menjadi Rp7.833 juta.

2.5. Belanja Modal dibandingkan dengan Jumlah Belanja di tahun

2012 menunjukkan rasio yang masih kecil yaitu sebesar 22,35%,

Apabila dibandingkan dengan rasio tahun 2011 sebesar 25,39%

trendnya menunjukkan perubahan yang tidak signifikan. Hal ini

mengindikasikan bahwa realisasi belanja Pemda di wilayah

Sulawesi Utara untuk investasi infrastruktur dan aset lainnya

masih rendah. Sementara itu, Belanja Pegawai dibandingkan

dengan Jumlah Belanja tahun 2012 menunjukkan rasio sebesar

51,33%, apabila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar

50,49% menunjukkan trend kenaikan.

2.6. Belanja Tak Terduga tahun 2012 dibandingkan dengan tahun

2011 mengalami kenaikan sebesar Rp16.749 juta atau 208,22%.

2.7. Pembiayaan netto tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011

mengalami kenaikan sebesar Rp193.880 juta atau 31,56%.

Page 18: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

4 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

3. Kapasitas SDM Kompeten

Dalam proses pelaporan keuangan, Pemerintah daerah memerlukan

kapasitas SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintah

dan/atau sistem pengelolaan keuangan daerah. Pada kenyataannya,

hal ini justru menjadi kendala di beberapa Pemda, dimana kuantitas

dan kualitas SDM pengelola keuangan masih sangat kurang.

4. Kegiatan Pembinaan

Kegiatan pembinaan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara

yang telah dilakukan adalah:

4.1. Pemerintah Daerah, antara lain:

4.1.1. Asistensi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

4.1.2. Asistensi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP)

4.1.3. Asistensi Penyusunan APBD (RAPBD) termasuk

perubahan anggaran (RAPBD-P)

4.1.4. Asistensi Penatausahaan Keuangan Daerah

4.1.5. Asistensi SIMDA (Keuangan, BMD, Gaji dan Pendapatan)

4.1.6. Asistensi/Bimtek pendampingan penyusunan laporan

keuangan

4.1.7. Asistensi reviu laporan keuangan pemerintah daerah

dengan inspektorat kabupaten/kota.

4.2. Kementerian/Lembaga, antara lain:

4.2.1. Kegiatan Bimtek/Asistensi penyusunan LKKL Bidang

Perekonomian, antara lain pada Kementerian Pekerjaan

Umum, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

Kementerian Pertanian, dan Badan Pusat Statistik.

4.2.2. Kegiatan Bimtek/Asistensi Penyusunan LKKL Bidang

Polsoskam antara lain pendampingan pada Kementerian

Sosial, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian

Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Komisi Pemilihan Umum, Badan Pertanahan Nasional, dan

Kejaksaan Tinggi.

Page 19: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

5 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

5. Rencana Aksi

Fokus rencana tindak ke depan, sehubungan dengan kondisi kualitas

akuntabilitas pelaporan keuangan yang telah diuraikan sebelumnya

adalah sebagai berikut:

6.1. Memberikan reward dan punishment kepada SKPD untuk

meningkatkan dukungan kepala SKPD terhadap komitmen kepala

daerah dalam upaya mewujudkan good governance dan clean

government.

6.2. Pemerintah Kabupaten/Kota membentuk tim lintas pemerintah

Kabupaten/Kota untuk menuntaskan masalah terkait penyerahan

aset dari pemerintah induk ke daerah-daerah pemekaran.

6.3. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam melakukan mutasi

dan rotasi SDM harus mempertimbangkan faktor ketersediaan

kompetensi yang dibutuhkan oleh bidang-bidang terkait.

6.4. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota mengoptimalkan peran

Satgas SPIP.

6.5. Peningkatan kualitas SAKIP Pemda melalui pendampingan

penyusunan LAKIP Pemda.

6.6. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota menganggarkan dana

pendamping atas APBN/Loan sesuai kesepakatan yang telah

diatur (DDUB), sehingga penyaluran dana dari Pusat tidak

terhambat, termonitor dengan baik dan tujuan program dapat

tercapai.

6.7. Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota menganggarkan dana

untuk monitoring dan evaluasi, sehingga kegiatan pusat di

daerahnya dapat terpantau secara optimal.

6.8. SKPD-SKPD yang mengelola dana pusat (dekonsentrasi, tugas

pembantuan dan DUB) agar lebih aktif bekerja sama dengan

satker pusat di wilayah Provinsi Sulawesi Utara yang ditunjuk

sebagai koordinator dan lebih aktif berkoordinasi dengan K/L

terkait.

Page 20: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

6 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

B. AKUNTABILITAS KEBENDAHARAAN UMUM NEGARA DAN

PENGELOLAAN ASET

Pengawasan atas belanja negara (K/L) yang dilaksanakan pada 2013, di

antaranya kegiatan audit operasional/keuangan, monitoring dan evaluasi

serta verifikasi dengan permasalahan antara lain:

1. Pengelolaan PNBP dari Terminal Khusus pada KSOP Bitung dijumpai

PNBP tidak terpungut sebesar Rp309.024.000,00 atas kapal-kapal

penangkap ikan yang berlayar meninggalkan pelabuhan Bitung.

2. Status kepemilikan tanah Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan Bitung merupakan milik PT Pelindo.

3. Aset-aset eks dana dekonsentrasi tahun 2001 s.d. 2005 sebesar

Rp79.100.161,107,00 dan tahun tahun 2006 s.d. 2009 (Bansos)

sebesar Rp242.365.762,00 tidak diadministrasikan secara memadai

oleh kabupaten/kota sehingga tidak diketahui jumlah dan nilai, serta

keberadaannya.

Proses penyusunan dan penetapan APBD masih mengalami

keterlambatan yang disebabkan kurangnya koordinasi antara pihak

eksekutif dan legislatif.

Hasil kegiatan fisik yang tidak dimanfaatkan dari Dana Alokasi Khusus

(DAK) dengan nilai sebesar Rp16.201.301.159,43 dan yang terbesar pada

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebesar

Rp8.911.197.000,00.

Permasalahan utama dalam pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)

yang ditemukan dari hasil audit BPK yaitu:

Selain itu, terdapat aset tanah senilai Rp7.100.750.000,00 yang masih

tercatat pada kabupaten induk (Kabupaten Minahasa) namun telah

dimanfaatkan oleh kabupaten/kota pemekaran (Kota Tomohon,

Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Minahasa Selatan).

Aset Tetap Peralatan dan Mesin pada Pemerintah Kota Tomohon yang

dikuasai pihak lain senilai Rp320.767.200,00;

Aset Tetap Peralatan dan Mesin yang tidak diketahui keberadaannya

senilai Rp17.865.173.790,63 terdiri dari Kota Manado

Page 21: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

7 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Rp1.436.750.000,00, Kabupaten Minahasa Utara

Rp15.887.479.346,19, dan Kabupaten Talaud Rp540.944.444,44;

Tanah Pemerintah Kota Tomohon yang dikuasai pihak lain

Rp6.672.400.000;

Tanah yang belum bersertifikat senilai Rp83.016.743.326 pada Kota

Manado 312 Bidang, Kabupaten Minahasa 784 Bidang, Kabupaten

Minahasa Utara 280 Bidang senilai Rp77.545.461.451, Kabupaten

Talaud senilai Rp1.915.000.000,00 dan Kabupaten Bolaang

Mongondow Timur senilai Rp3.556.281.875,00;

Aset tetap tanah hasil reklamasi pantai sebesar 16% yang belum

diterima oleh Kota Manado dari pengembang sebanyak 36.155,16

dengan nilai taksiran berdasarkan NJOP Rp84.112.069.500,00;

Aset Tetap Tanah pada Kabupaten Talaud yang keliru pencatatannya

karena milik pemerintah desa senilai Rp9.482.407.000,00.

Sehubungan dengan kondisi kualitas Akuntabilitas Kebendaharaan Umum

Negara/Daerah dan Pengelolaan Aset yang telah diuraikan di atas, maka

beberapa hal yang menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai

berikut:

1. Mendorong peningkatan tata kelola PNBP dan piutang pada satker-

satker pengelola PNBP dan piutang Negara untuk terciptanya

akuntabilitas yang memadai.

2. Mendorong satker-satker K/L dan dinas-dinas (SKPD) untuk mengelola

aset yang dikuasai secara memadai.

3. Untuk aset K/L yang akan diserahkan ke SKPD atau sebaliknya, agar

proses hibahnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Perlu adanya pengelolaan anggaran yang memadai pada satker-satker

baik Pusat maupun Daerah sehingga tidak terjadi konsentrasi

pencairan dana pada akhir tahun.

5. Mengadministrasikan dan menginventarisasi aset-aset eks dana

dekonsentrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan melakukan

rekonsiliasi dengan K/L terkait.

6. Mendorong Kabupaten induk serta Kabupaten/Kota pemekaran untuk

dapat bersama-sama memecahkan permasalahan aset sebagai akibat

Page 22: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

8 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

adanya pemekaran Kabupaten/Kota, selanjutnya membuat Berita

Acara Serah Terima aset antara Kabupaten induk dengan

Kabupaten/Kota pemekaran.

C. AKUNTABILITAS PEWUJUDAN IKLIM KEPEMERINTAHAN YANG BAIK

DAN BERSIH

Pengawasan oleh BPKP terhadap akuntabilitas pewujudan iklim bagi

kepemerintahan yang baik dan bersih dilaksanakan melalui: (i) strategi

preventif; (ii) strategi represif; dan (iii) solusi kesisteman. Strategi preventif

berupa penerapan Fraud Control Plan (FCP) sebagai sistem cegah dini

dan perbaikan tatakelola, sedangkan strategi represif dilakukan dalam

rangka penyelamatan keuangan negara melalui pengungkapan kasus

dugaan Tindak Pidana Korupsi. Adapun solusi kesisteman dilakukan

melalui kegiatan pengawasan peningkatan tatakelola BUMD dan

peningkatan kapasitas APIP.

Pelaksanaan sosialisasi program anti korupsi (Sospak) dan FCP yang

secara kuantitatif belum dapat diukur dampaknya, namun sudah dapat

dirasakan manfaatnya. Hal ini terlihat dari keinginan

masyarakat/satker/BUMD dalam mendukung WBK. Keinginan masyarakat

untuk membangun tanpa korupsi dapat terlihat dari antusiasme

masyarakat pada saat mengikuti acara sosialisasi.

Selain itu, apabila dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh KPK

menghasilkan indeks integritas yang diperoleh Kota Bitung dengan nilai

Indeks Integritas Daerah tertinggi ketiga sebesar 7,54 atau lebih tinggi dari

rata-rata nasional sebesar 6,82 dari 60 Pemerintah Kota yang dijadikan

sample.

Beberapa kendala atau hambatan yang masih dijumpai dalam

pelaksanaan akuntabilitas pewujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik

dan bersih pada Pemerintah Daerah dan satker K/L di wilayah Provinsi

Sulawesi Utara antara lain kurangnya Komitmen untuk mewujudkan

Wilayah Tertib Administrasi (WTA) dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan

Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) di wilayah masing-masing.

Sehubungan dengan kondisi kualitas akuntabilitas pewujudan iklim bagi

kepemerintahan yang baik dan bersih yang telah diuraikan di atas, maka

Page 23: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

9 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

beberapa hal yang menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai

berikut:

1. Perlu dilakukan perbaikan kualitas tata pemerintahan dengan

meningkatkan kepatuhan terhadap enam prinsip tata pemerintahan

yang baik, yaitu transparansi, partisipasi, akuntabilitas, keadilan

(fairness), efisiensi dan efektifitas.

2. Diperlukan upaya perbaikan/peningkatan kualitas pelayanan publik

dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dalam

rangka menciptakan pelayanan yang transparan dan cepat bagi

pengguna layanan.

3. Perlu dilakukan pencanangan Wilayah Tertib Administrasi dan Wilayah

Bebas Korupsi (WBK) oleh Kepala Daerah di wilayah masing-masing.

D. AKUNTABILITAS PENGELOLAAN PROGRAM LINTAS SEKTORAL

Pengawasan BPKP terhadap program-program strategis menekankan

pada audit operasional untuk menilai tingkat efisiensi, keekonomisan, dan

keefektifan pelaksanaan program lintas sektoral, serta audit kinerja pada

bidang pelayanan publik untuk menilai tingkat ketepatan sasaran, jumlah,

waktu dan kualitas. Selain itu, kegiatan lain adalah melakukan mediasi

dalam rangka penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan

(debottlenecking).

Dalam melaksanakan pengawasan, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi

Utara selain melakukan audit mandiri, juga melakukan sinergi (quality

assurance) dengan APIP di Provinsi Sulawesi Utara. Audit mandiri

dilakukan terhadap Program PNPM Mandiri Pedesaan PNPM Lingkungan

Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Generasi Sehat Cerdas dan Program

PNPM Mandiri Perkotaan, sedangkan audit secara bersinergi dilakukan

bersama Inspektorat Kota Bitung terhadap Program PNPM Mandiri

Perkotaan Kota Bitung.

Permasalahan yang dijumpai terkait dengan pengawasan atas

akuntabilitas pengelolaan program lintas sektor, antara lain:

1. Pada program penanggulangan kemiskinan, masih terdapat dana

bergulir (revolving fund) senilai Rp115.559.401.378,00 yang tertahan di

masyarakat, sehingga tujuan program untuk menggulirkan dana

Page 24: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

10 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

tersebut terhambat menyebar merata di masyarakat.

Disamping itu, terdapat potensi permasalahan mengenai status

kepemilikan aset berupa tagihan eks dana bergulir (KSM, SPP, dan

UEP) sebesar Rp328.338.922.910,00 dan termasuk status

kelembagaan simpan pinjam tersebut.

2. Pengelolaan aset-aset yang berasal dari program penanggulangan

kemiskinan (PNPM Perdesaan, PNPM Perkotaan, PPIP) belum

memadai, mengingat belum jelasnya kebijakan tata kelola aset eks

program penanggulangan kemiskinan.

3. Selain itu masih terdapat Kabupaten/Kota yang belum menyediakan

dana pendamping pada PPIP di daerahnya, sehingga program PPIP

di daerah tersebut belum optimal.

4. Aset-aset yang berasal dari kegiatan infrastruktur pada program pusat

(PNPM dan PPIP) senilai Rp197.648.892.570,00 belum ada

mekanisme penyerahan kepada pemerintah desa/kelurahan.

Kondisi ini menjadi sangat penting untuk segera ditetapkan mekanisme

pengelolaan dan pencatatannya mengingat telah disahkan RUU Desa

oleh DPR tanggal 18 Desember 2013. Aset-aset tersebut nantinya

akan menjadi aset masing-masing desa.

Sehubungan dengan kondisi kualitas akuntabilitas pengelolaan program

lintas sektoral yang telah diuraikan diatas, maka beberapa hal yang

menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai berikut:

1. Perlu penyediaan dana pendamping dari APBD provinsi/kabupaten/kota

untuk melakukan monitoring dan evaluasi program.

2. Perlu adanya kebijakan tata kelola aset eks program penanggulangan

kemiskinan (PNPM Perdesaan, PNPM Perkotaan, dan PPIP)

mengantisipasi akan berlakunya UU Desa.

3. Perlu dilakukan audit oleh APIP terhadap dana bergulir (revolving fund)

yang macet di masyarakat dan pembahasan dalam penetapan status

kelembagaan simpan pinjam UPK.

4. Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi oleh satuan kerja terkait dan

Pemerintah Daerah terkait untuk menyelesaikan permasalahan asset

belum dimanfaatkan optimal, penyalahgunaan dana dan pekerjaan

konstruksi yang belum selesai pada waktunya.

Page 25: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

11 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

BAB II URAIAN HASIL PENGAWASAN

A. RUANG LINGKUP DAN BATASAN TANGGUNG JAWAB

Laporan Hasil Pengawasan ini menyajikan informasi keseluruhan kualitas

akuntabilitas keuangan negara di wilayah Provinsi Sulawesi Utara dengan

menggunakan data eksternal dan internal hasil pengawasan Perwakilan

BPKP Provinsi Sulawesi Utara serta mengacu pada empat dimensi

(perspektif) sebagaimana diikhtisarkan pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Perspektif Informasi Hasil Pengawasan (Accountability 4.0)

Data internal hasil pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara

adalah data yang diperoleh dari kegiatan pengawasan dan pembinaan

(assurance dan consulting) yang dilakukan langsung atas satuan kerja K/L

dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Provinsi

Sulawesi Utara. Adapun data eksternal adalah data yang diperoleh

Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara dari pihak ketiga, auditor

eksternal, publikasi laporan keuangan oleh satuan kerja K/L dan satuan

kerja di lingkungan pemerintah daerah yang bersangkutan, atau sumber

lain yang sah yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran

keseluruhan kualitas akuntabilitas keuangan pada satuan kerja K/L dan

Hasil Pengawasan:

Meningkatnya KualitasAkuntabilitas Keuangan Negara

AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN AKUNTABILITAS KEBENDAHARAAN UMUMNEGARA DAN PENGELOLAAN ASET

Indikator: Indikator:

Upaya Perbaikan Kewajaran Laporan KeuanganTerhadap K/L/Pemda (Opini BPK, BPKP, dan

Eksternal Auditor Lainnya)

Penyerapan Anggaran, Optimalisasi PenerimaanNegara, Peningkatan Cost Saving (Klaim, Eskalasi

Harga, dan Cost Recovery Bidang Migas), danPengelolaan Aset Negara

A B

AKUNTABILITAS PENGELOLAANPROGRAM LINTAS SEKTORAL

AKUNTABILITAS PERWUJUDAN IKLIM BAGI KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH

Indikator: Indikator:

Efisiensi, Keekonomisan, dan EfektivitasProgram Lintas Sektoral, Perbaikan Kinerja

Pelayanan Publik, dan Penanganan HambatanKelancaran Pembangunan (Debottlenecking)

D C

Pengungkapan Kasus/Pelanggaran yang DidugaMerugikan Keuangan Negara dan

Penyelenggaraan SPIP, FCP, dan GCG

Page 26: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

12 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah, seperti data opini dari BPK

dan auditor eksternal lainnya, data penyerapan anggaran dari

Kementerian Keuangan/Biro Keuangan/Badan Pengelola Keuangan

Daerah, data pencapaian kinerja program yang menjadi prioritas

nasional/bidang/kewilayahan dari Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

atau Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, data penegakan hukum

terkait pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dari penegak hukum, dan

sumber lain yang sah.

Penyajian informasi kualitas akuntabilitas keuangan negara satuan kerja

K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Provinsi

Sulawesi Utara yang berasal dari berbagai sumber tersebut, dimaksudkan

untuk memberikan informasi yang komprehensif dan obyektif, sehingga

persepsi/simpulan yang diperoleh oleh pengguna informasi (users) tidak

bias (misleading) yang disebabkan oleh faktor risiko uji petik (sampling)

pengawasan. Namun demikian, para pengguna informasi atas laporan ini

dianggap memahami bahwa hasil pengawasan yang terkait dengan

satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah belum

tentu mewakili keseluruhan populasi untuk mengukur kualitas akuntabilitas

keuangan negara pada satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan

pemerintah daerah di wilayah Provinsi Sulawesi Utara.

B. GAMBARAN UMUM

Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas 1 provinsi dan 15 kabupaten/kota

dipimpin oleh Gubernur Dr. S. H. Sarundajang dan Wakil Gubernur Dr.

Djouhari Kansil, MPd, sesuai pilkada tahun 2010 lalu mempunyai visi

sebagai berikut: “MEWUJUDKAN SULAWESI UTARA YANG

BERBUDAYA, BERDAYA SAING, DAN SEJAHTERA” dan misi untuk

mewujudkan visi sebagai berikut:

1. Mengembangkan suasana kondusif dalam mempraktekkan keimanan

dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan

sehari hari.

2. Menerapkan clean government dan good governance yang bebas

korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Page 27: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

13 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

3. Mewujudkan kondisi aman, damai, nyaman, tertib, dan disiplin.

4. Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi dan kepastian

hukum, dan hak azasi manusia.

5. Memberdayakan dan meningkatkan peran perempuan dan

perlindungan anak.

6. Mewujudkan masyarakat yang cerdas dan berdaya saing tinggi.

7. Mewujudkan masyarakat yang sehat dengan harapan hidup yang

panjang.

8. Mengelola secara optimal sumberdaya alam Sulawesi Utara secara

berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup.

9. Memberdayakan ekonomi lokal dan regional berbasis kerakyatan.

10. Meningkatkan peran pelaku bisnis dalam kegiatan ekonomi lokal,

regional dan global.

11. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dan

menjamin kebebasan pers yang bertanggung jawab.

12. Meningkatkan pembangunan di kawasan perbatasan.

13. Menurunkan pengangguran, kemiskinan, dan mengurangi masalah-

masalah sosial.

Dalam mewujudkan visi dan misi Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara

tersebut, BPKP dengan paradigmanya sebagai pengawas internal

pemerintah, sesuai dengan Pasal 52, 53 dan 54 Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah Non Departemen yang terakhir diubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 3 Tahun 2013, mempunyai tugas melaksanakan tugas

Pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas, BPKP menyelenggarakan fungsi :

a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang

pengawasan keuangan dan pembangunan;

b. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan

keuangan dan pembangunan;

c. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP;

Page 28: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

14 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

d. pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan

pengawasan keuangan dan pembangunan;

e. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan

tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian,

perlengkapan dan rumah tangga.

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP mempunyai

kewenangan :

a. penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

b. perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan

secara makro;

c. penetapan sistem informasi di bidangnya;

d. pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah

yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan

supervisi di bidangnya;

e. penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi

tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;

f. kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yaitu:

1. memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-

tempat penimbunan, dan sebagainya;

2. meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku

perhitungan, surat-surat bukti, notulen rapat panitia dan

sejenisnya, hasil survei laporan-laporan pengelolaan, dan surat-

surat lainnya yang diperlukan dalam pengawasan;

3. pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan dan

lain-lain;

4. meminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan, baik

hasil pengawasan BPKP sendiri maupun hasil pengawasan Badan

Pemeriksa Keuangan, dan lembaga pengawasan lainnya.

Page 29: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

15 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

C. URAIAN HASIL PENGAWASAN

1. AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN

1.1. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian

laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi

prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar

akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Laporan

keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan

APBN/APBD oleh Presiden selaku pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan negara, menteri keuangan selaku pemegang

sebagian kekuasaan pengelolaan keuangan negara, para

menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran, dan para

gubernur/bupati/walikota selaku pengelola keuangan daerah (Pasal

30, 31, dan 32 serta Penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara).

1.2. Adapun indikator kualitas akuntabilitas keuangan ditunjukkan dari opini

auditor eksternal (BPK) atas penyajian laporan keuangan pemerintah,

yang terdiri dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP),

Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL), dan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang komponennya meliputi

neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan. Opini BPK secara bertingkat terdiri dari: Tidak

Memberikan Pendapat (TMP), Tidak Wajar (TW), Wajar Dengan

Pengecualian (WDP), dan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

1.3. Dampak dari diperolehnya opini selain WTP dari hasil audit BPK atas

laporan keuangan pemerintah antara lain:

1.3.1. Kurangnya dukungan dan partisipasi masyarakat dalam

menunjang keberhasilan program kerja pemerintah.

1.3.2. Timbulnya konotasi atau persepsi publik akan adanya

penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah.

1.3.3. Timbulnya konotasi atau persepsi publik akan masih

rendahnya kompetensi SDM pemda dalam pengelolaan

keuangan daerah.

Page 30: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

16 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

1.3.4. Timbulnya konotasi atau persepsi publik bahwa sistem

perencanaan anggaran yang belum baik atau belum sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

1.4. Indikator dalam mengukur kualitas akuntabilitas keuangan daerah

adalah opini BPK terhadap kewajaran penyajian informasi keuangan

dalam LKPD. Dari hasil audit BPK atas LKPD tahun 2012 di wilayah

Provinsi Sulawesi Utara, terdapat 2 (dua) LKPD yang memperoleh

opini WTP, 8 (delapan) LKPD memperoleh opini WDP, 2 (dua) LKPD

memperoleh opini TW dan 4 (empat) LKPD memperoleh opini TMP.

Persentase jumlah LKPD yang memperoleh opini WTP dibandingkan

dengan seluruh LKPD yang diaudit BPK pada LKPD tahun 2012

masih kecil, yaitu baru 12,50%. Perkembangan opini BPK atas LKPD

Tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2010 – 2012

No.

Jenis Opini

Jumlah Pemda

2010 2011 2012

1. WTP 1 6,25% 1 6,25% 2 12,50%

2. WDP 2 12,50% 3 18,75% 8 50,00%

3. TW 6 37,50% 2 12,50% 2 12,50%

4. TMP 7 43,75% 10 62,50% 4 25,00%

Jumlah 16 100% 16 100% 16 100%

Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK tahun buku 2010, 2011 dan 2012.

Keterangan : WTP: Wajar Tanpa Pengecualian; WDP: Wajar Dengan Pengecualian; TMP:

Tidak Memberikan Pendapat; dan TW: Tidak Wajar.

1.5. Dilihat dari trend perkembangan opini BPK tiap Pemda, dapat

disimpulkan bahwa sampai dengan LKPD tahun 2012, sesuai

kualitas opini BPK maka 9 (sembilan) pemda mengalami peningkatan

(Provinsi Sulawesi Utara dari WDP menjadi WTP; Kota Manado dan

Kota Kotamobagu dari TW menjadi WDP; Kota Tomohon, Kabupaten

Bolaang Mongondow, Minahasa Utara, Bolaang Mongondow

Selatan, Bolaang Mongondow Timur, dari TMP menjadi WDP; dan

Kabupaten Talaud dari TMP menjadi TW), 6 (enam) pemda

memperoleh opini yang sama (tetap), dan hanya 1 (satu) pemda

mengalami penurunan. Data selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 2 berikut ini.

Page 31: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

17 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Tabel 2

Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Per Pemda

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2010 – 2012

No. Nama Pemda Opini BPK

2010 2011 2012

1. Prov. Sulut WTP WDP Turun WTP Naik

2. Kota Manado TMP TW Naik WDP Naik

3. Kab. Minahasa WDP WDP Tetap TW Turun

4. Kota Bitung WDP WTP Naik WTP Tetap

5. Kota Tomohon TMP TMP Tetap WDP Naik

6. Kab. Minut TMP TMP Tetap WDP Naik

7. Kab. Minsel TMP TMP Tetap TMP Tetap

8. Kab. Mitra TMP TMP Tetap TMP Tetap

9. Kab. Bolmong TW TMP Turun WDP Naik

10. Kota Kotamobagu TW TW Tetap WDP Naik

11. Kab. Bolmut TW TMP Turun TMP Tetap

12. Kab. Bolsel TMP TMP Tetap WDP Naik

13. Kab. Boltim TMP TMP Tetap WDP Naik

14. Kab. Kep. Talaud TW TMP Turun TW Naik

15. Kab. Kep. Sangihe TW TMP Turun TMP Tetap

16. Kab. Kep. Sitaro TW WDP Naik WDP Tetap

Jumlah 16 16 16

Sumber : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK tahun buku 2010, 2011 dan 2012

Keterangan : WTP: Wajar Tanpa Pengecualian; WDP: Wajar Dengan Pengecualian; TMP: Tidak

Memberikan Pendapat; dan TW: Tidak Wajar.

1.6. Belum diperolehnya opini WTP dari BPK (terutama opini TW dan

TMP) menunjukkan bahwa pelaporan keuangan Pemda masih belum

sepenuhnya dapat diyakini kewajarannya oleh BPK, disebabkan

adanya:

1.6.1. Kelemahan sistem pengendalian intern, meliputi pengelolaan

anggaran dan barang milik negara/daerah belum dilaksanakan

dengan tertib dan belanja hibah serta bansos yang belum

didukung laporan pertanggungjawabannya.

1.6.2. Ketidaktaatan terhadap ketentuan meliputi pelaksanaan

pengadaan barang dan jasa, serta pengelolaan anggaran

yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1.6.3. Penyajian laporan keuangan yang belum sesuai dengan

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kelemahan dalam

sistem penyusunan laporan keuangan, serta kurang

Page 32: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

18 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

memadainya kompetensi SDM pengelola keuangan pada

Pemda.

1.7. Selain dari opini BPK terhadap laporan keuangan Pemda, kualitas

akuntabilitas pelaporan keuangan juga dapat dilihat dari hasil audit

eksternal auditor terhadap kewajaran penyajian informasi keuangan

pada laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Hasil

audit tersebut menjadi salah satu faktor penting dalam mengukur

good corporate governance BUMD.

Untuk laporan keuangan BUMD tahun buku 2011 dan 2012 di

wilayah Provinsi Sulawesi Utara, belum terdapat BUMD yang

diberikan opini oleh eksternal auditor. Walaupun demikian, dapat

kami informasikan bahwa opini audit eksternal auditor atas BUMD

tahun 2010 relatif menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan

tahun 2009. Pada tahun 2010, terdapat 4 (empat) BUMD yang

memperoleh opini WDP, sedangkan pada tahun 2009, sebanyak 3

(tiga) BUMD yang memperoleh opini WDP. Perkembangan opini

eksternal auditor atas BUMD tahun 2009-2012 dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3

Perkembangan Opini Eksternal Auditor atas Laporan Keuangan BUMD

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2009– 2012

No. Jenis Opini Jumlah BUMD

2009 2010 2011 dan 2012

1. WTP --- --- --- --- --- ---

2. WDP 3 75% 4 100% --- ---

3. TW 1 25% --- --- --- ---

4. TMP --- --- --- --- --- ---

Jumlah 4 100% 4 100% --- ---

Keterangan: diolah dari berbagai sumber

1.8. Selain opini audit atas laporan keuangan, indikator kualitas

akuntabilitas keuangan negara/daerah juga diukur dari hasil evaluasi

pelaporan kinerja (LAKIP) Pemda oleh Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan & RB) yang

dibantu oleh BPKP dan Inspektorat Provinsi Sulawesi Utara. Dari

hasil evaluasi Kemenpan & RB, BPKP dan Inspektorat Provinsi

Page 33: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

19 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Sulawesi Utara atas LAKIP tahun 2012, tidak terdapat Pemda yang

memperoleh peringkat “Baik”. Secara umum hasil evaluasi pelaporan

kinerja Pemda tahun 2012 menunjukkan belum tedapat kemajuan

dibandingkan dengan tahun 2011. Untuk itu perlu dilakukan upaya

peningkatan SAKIP khususnya untuk Pemda dengan kategori LAKIP

kurang dan sangat kurang. Perkembangan hasil evaluasi pelaporan

kinerja Pemda oleh Kemenpan & RB, BPKP dan Inspektorat Provinsi

Sulawesi Utara tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Perkembangan Evaluasi LAKIP

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2010 – 2012

No. Hasil Jumlah Pemda

2010 2011 2012

1. Memuaskan - - - - - -

2. Sangat Baik - - - - - -

3. Baik - - - - - -

4. Cukup - - 1 6,25% - -

5. Kurang - - 2 12,50% 2 12,50%

6. Sangat Kurang 5 31,25% 7 43,75% 1 6,25%

7. Belum Diterima

Hasilnya

- - - - 10 6,25%

8. Tidak dievaluasi 11 68,75% 6 37,5% 3 62,50%

Jumlah 16 100% 16 100% 16 100%

Sumber : Laporan Bulanan Bidang APD Tahun 2013

Catatan : Tahun 2010, 2011, dan 2012 adalah tahun LAKIP.

1.9. Dalam rangka menyediakan informasi mengenai akuntabilitas

keuangan daerah, kekayaan daerah, dan kinerja keuangan seluruh

Pemda di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, BPKP melakukan

kompilasi dan analisis LKPD untuk mengetahui rasio pertumbuhan

dan rasio keuangan selama dua tahun terakhir. Perkembangan hasil

kompilasi Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran Pemda di wilayah

Provinsi Sulawesi Utara tahun anggaran 2011 dan 2012 dapat dilihat

pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Page 34: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

20 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Tabel 5

Kompilasi Neraca Pemda

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2011– 2012

Uraian 2011 (Rp Juta) 2012 (Rp Juta) Rasio Pertumbuhan

Aset lancar 1.120.762 1.260.637 12,48%

Investasi Jangka Panjang 483.896 494.239 2,14%

Aset Tetap 12.523.980 14.148.139 12,97%

Dana Cadangan

Aset Lainnya 94.924 412.153 334,19%

Total Aset 14.223.562 16.315.168 14,71%

Kewajiban Jangka Pendek 234.604 238.258 1,56%

Kewajiban Jangka Panjang 11.979 8.300 -30,71%

Total Kewajiban 246.583 246.558 -0,01%

Ekuitas Dana Lancar 886.158 1.022.379 15,37%

Ekuitas Dana Investasi 13.090.821 15.046.231 14,94%

Ekuitas Dana Cadangan

Total Ekuitas Dana 13.976.979 16.068.610 14,96%

Total Kewajiban dan Ekuitas 14.223.562 16.315.168 14,71%

SILPA 889.718 973.604 9,43%

Sumber : Laporan Kompilasi dan Analisa Kinerja Keuangan Daerah

Rincian per provinsi/kabupaten/kota dapat dilihat dalam Lampiran I.

1.10. Dari Tabel 5 di atas, dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai

berikut:

1.10.1. Secara umum, total aset seluruh Pemda di wilayah Provinsi

Sulawesi Utara mengalami kenaikan sebesar 14,71% dan

terjadi penurunan total kewajiban rata-rata sebesar 0,01%.

Kenaikan total aset terbesar adalah pada Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan sebanyak 30,79%, yang

nilainya dari Rp350.807 juta menjadi Rp458.821 juta.

1.10.2. Rasio aset lancar dibandingkan dengan kewajiban jangka

pendek. (Aset lancar Rp1.260.637 juta/Hutang Jangka

Pendek Rp238.258 juta) tahun 2012 sebesar 529,11%,

sedangkan tahun 2011 sebesar 477,73%. Dengan

demikian dari tahun 2011 ke tahun 2012 menunjukkan

adanya kenaikan. Rasio terbesar aset lancar dibandingkan

dengan kewajiban jangka pendek tahun 2012 adalah pada

Kabupaten Minahasa Utara sebesar 7.334,29% (Aset

Page 35: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

21 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

lancar Rp79.008 juta/Hutang Jangka Pendek Rp1.077

juta).

1.10.3. SILPA tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011

terdapat kenaikan sebesar Rp83.886 juta atau 9,43%. Hal

ini menunjukan terdapat kenaikan sisa uang pada akhir

tahun. Kenaikan SILPA terbesar dari tahun 2011 ke tahun

2012 terdapat pada Kota Manado sebanyak 564,25%,

yang nilainya dari Rp16.936 juta menjadi Rp112.501 juta.

Tabel 6

Kompilasi LRA Pemda

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2011–2012

Uraian 2011

(Rp Juta)

2012

(Rp Juta)

Rasio

Kenaikan/

(Penurunan)

PAD 849.149 1.027.982 21,06%

Pendapatan Transfer 7.404.495 8.151.057 10,08%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 269.355 13.806 -94,87%

Jumlah Pendapatan 8.522.999 9.192.845 7,86%

Belanja Operasi 6.005.395 6.830.472 13,74%

Belanja Modal 2.046.188 1.973.262 -3,56%

Belanja Tak Terduga 8.044 24.793 208,22%

Jumlah Belanja 8.059.627 8.828.527 9,54%

Jumlah Transfer ke Kab/Kota/Desa 187.865 198.825 5,83%

Jumlah Belanja dan Transfer 8.247.512 9.027.352 9,46%

Penerimaan Pembiayaan 639.000 838.894 31,28%

Pengeluaran Pembiayaan 24.769 30.783 24,28%

Pembiayaan Netto 614.231 808.111 31,56%

Belanja Pegawai 4.069.020 4.531.524 11,37%

Sumber : Laporan Kompilasi dan Analisa Kinerja Keuangan Daerah

Rincian per provinsi/kabupaten/kota dapat dilihat dalam Lampiran I.

1.11. Dari Tabel 6 di atas, dapat diperoleh beberapa simpulan sebagai

berikut:

1.11.1. Secara umum, PAD seluruh Pemda di wilayah Provinsi

Sulawesi Utara mengalami kenaikan yang signifikan yakni

sebesar 21,06%, namun demikian jika PAD sebesar

Rp1.027.982 juta dibandingkan dengan Jumlah

Pendapatan sebesar Rp9.192.845 juta, diperoleh rasio

sebesar 11,18%. Pendapatan Transfer sebesar

Rp8.151.057 juta dibandingkan dengan Jumlah

Pendapatan sebesar Rp9.192.845 juta diperoleh rasio

sebesar 88,67%. Hal ini menunjukkan bahwa dana

pembiayaan pembangunan di wilayah Sulawesi Utara

Page 36: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

22 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

masih tergantung dari Pendapatan Transfer. Kenaikan

PAD terbesar dari tahun 2011 ke tahun 2012 terdapat pada

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebesar 63,72%,

yang nilainya dari Rp4.784 juta menjadi Rp7.833 juta.

1.11.2. Belanja Modal sebesar Rp1.973.262 juta dibandingkan

dengan Jumlah Belanja sebesar Rp8.828.527 juta di tahun

2012 menunjukkan rasio yang masih kecil yaitu sebesar

22,35%. Apabila dibandingkan dengan rasio tahun 2011

sebesar 25,39% (Belanja Modal Rp2.046.188 juta/Jumlah

Belanja Rp8.059.627 juta) trendnya menunjukkan

perubahan yang tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan

bahwa realisasi belanja Pemda di wilayah Sulawesi Utara

untuk investasi infrastruktur dan aset lainnya masih

rendah. Sementara itu, rasio Belanja Pegawai sebesar

Rp4.531.524 juta dibandingkan dengan Jumlah Belanja

sebesar Rp8.828.527 juta menunjukkan rasio sebesar

51,33% pada tahun 2012 dan menunjukkan trend kenaikan

dibandingkan dengan rasio tahun 2011 (Belanja Pegawai

Rp4.069.020 juta/Jumlah Belanja Rp8.059.627 juta)

sebesar 50,49%.

1.11.3. Belanja Tak Terduga tahun 2012 dibandingkan dengan

tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp16.749 juta

atau 208,22%.

1.11.4. Pembiayaan netto tahun 2012 dibandingkan dengan tahun

2011 mengalami kenaikan sebesar Rp193.880 juta atau

31,56%.

1.12. Proses pelaporan keuangan daerah memerlukan kapasitas SDM

yang kompeten di bidang akuntansi pemerintah dan/atau sistem

pengelolaan keuangan daerah. Pada kenyataannya, hal ini justru

menjadi kendala di beberapa Pemda, dimana kuantitas dan kualitas

SDM pengelola keuangan masih sangat kurang, sebagaimana

tercermin dari Tabel 7 berikut ini.

Page 37: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

23 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Tabel 7

Hasil Pemetaan SDM Pengelola Keuangan pada Pemda

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2011– 2012

No. Pemda

Jumlah SDM Pengelola Keuangan

2011 2012

Ideal Tersedia Ideal Tersedia

1. Prov. Sulut 115 106 115 106

2. Kota Manado 54 47 385 358

3. Kab. Minahasa 350 350 350 350 4. Kota Bitung 25 25 205 313

5. Kota Tomohon 263 179 263 179

6. Kab. Minut --- --- 382 342

7. Kab. Minsel 89 64 89 64

8. Kab. Mitra 65 45 65 45

9. Kab. Bolmong 70 50 70 50

10. Kota Kotamobagu 85 43 85 43

11. Kab. Bolmut 41 34 41 34

12. Kab. Bolsel 54 28 54 28

13. Kab. Boltim 60 31 60 31

14. Kab. Kep. Talaud 82 75 82 75

15. Kab. Kep. Sangihe 62 58 62 58

16. Kab. Kep. Sitaro 115 106 115 106

Jumlah 723 534 2423 2182

Sumber: Keterangan Kepala Dinas PPKAD/Bagian Keuangan

1.13. Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaporan keuangan

Pemda, pada tahun 2013 Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi

Utara secara proaktif telah bekerja sama dengan Pemda dalam

upaya menuju opini WTP. Upaya tersebut menjadi prioritas

penugasan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara mengingat

sampai dengan LKPD tahun 2012 masih banyak Pemda yang

belum memperoleh opini WTP dari BPK.

Lingkup kegiatan pembinaan terhadap Pemda, antara lain, dalam

bentuk:

1.13.1. Asistensi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

1.13.2. Asistensi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP)

1.13.3. Asistensi Penyusunan APBD (RAPBD) termasuk

perubahan anggaran (RAPBD-P)

1.13.4. Asistensi Penatausahaan Keuangan Daerah

1.13.5. Asistensi SIMDA (Keuangan, BMD, Gaji dan Pendapatan)

1.13.6. Asistensi/Bimtek pendampingan penyusunan laporan

keuangan

1.13.7. Asistensi reviu laporan keuangan pemerintah daerah

dengan inspektorat kabupaten/kota.

Page 38: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

24 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Kegiatan pembinaan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara

tersebut bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya telah

mengalami kenaikan. Hal ini tampak pada Tabel 8.

Tabel 8

Perkembangan Kegiatan Pembinaan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara atas

atas Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Pemda

Tahun 2011– 2013

No.

Kegiatan Jumlah Penugasan

2011 2012 2013

1. Asistensi SPIP 4 7,55% 8 10,81% 21 21,43%

2. Asistensi SAKIP 3 5,66% 1 1,35% 2 2,04%

3. Asistensi Penyusunan Anggaran 10 18,87% 7 9,46% 10 10,20%

4. Asistensi Penatausahaan Keuangan Daerah 14 26,42% 26 35,14% 16 16,33%

5. Asistensi SAKD 1 1,89% 1 1,35% 0 0,00%

6. Asistensi SIMDA 16 30,19% 25 33,78% 41 41,84%

7. Asistensi Reviu LKPD 5 9,43% 6 8,11% 8 8,16%

Jumlah 53 100% 74 100% 98 100%

Sumber : Buku Monitoring Penugasan Bidang APD

1.14. Kegiatan pembinaan kepada Pemda yang dilakukan oleh

Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara didasarkan pada 16

MoU dengan masing-masing Pemda yang masih berlaku dari total

16 Pemda atau 100%.

MoU tersebut mencakup juga kegiatan pengelolaan dan penerapan

GCG pada BUMD yang berada pada masing-masing Pemda.

Jumlah BUMD dan RSUD yang terdata pada wilayah Provinsi

Sulawesi Utara adalah sebanyak 24 entitas terdiri dari 11 PDAM, 9

RSUD dan 4 Perusahaan Daerah.

1.15. Berdasarkan Loan Agreement dengan Pihak Lender, BPKP ditunjuk

untuk melakukan audit keuangan dengan memberikan opini kepada

Proyek/Kegiatan yang didanai dengan Pinjaman/Hibah Luar Negeri

(PHLN). Selama tahun 2013 Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi

Utara melakukan audit keuangan proyek/kegiatan antara lain atas:

I-MHERE, FEATI, PAUD, EINRIP, INVEST, PNPM Mandiri

Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, PNPM Mandiri Lingkungan

Mandiri Perdesaan, dan PNPM Mandiri Generasi Sehat Cerdas.

Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara melakukan audit bersifat

dukungan atas audit yang dilakukan BPKP Pusat. Berdasarkan

hasil audit dukungan yang dilakukan untuk tahun anggaran 2012,

Page 39: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

25 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

pada umumnya opini kegiatan/program PHLN menyajikan secara

wajar semua hal yang material mengenai penerimaan dan

pengeluaran selama tahun berjalan.

1.16. Kegiatan pembinaan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara

terhadap satuan-satuan kerja K/L di wilayah Provinsi Sulawesi

Utara, meliputi:

1.16.1. Kegiatan Bimtek/Asistensi penyusunan LKKL Bidang

Perekonomian, antara lain pada Kementerian Pekerjaan

Umum, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,

Kementerian Pertanian, dan Badan Pusat Statistik.

1.16.2. Kegiatan Bimtek/Asistensi Penyusunan LKKL Bidang

Polsoskam antara lain pendampingan pada Kementerian

Sosial, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian

Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Komisi Pemilihan Umum, Badan Pertanahan Nasional, dan

Kejaksaan Tinggi.

Gambaran hasil pembinaan tersebut tampak pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9

Kegiatan Pembinaan Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara

Atas Upaya Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Satuan Kerja K/L

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2013

No. Kementerian/ Lembaga Jumlah Satuan Kerja K/L

Bidang Perekonomian

1. Pekerjaan Umum 3 Satker

2. Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 Satker

3. Pertanian 1 Satker

4. Badan Pusat Statistik 1 Satker

5. Badan Pertanahan Nasional 1 Satker

Bidang Polsoskam

1. Hukum dan HAM 4 Satker

2. Sosial 1 Satker

3. Pendidikan dan Kebudayaan 6 Satker

4. Komisi Pemilihan Umum 2 Satker

5. Kejaksaan 1 Satker

6. Kesehatan 2 Satker

Jumlah 23 Satker

Sumber: Buku Monitoring Penugasan Bidang IPP

Page 40: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

26 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

1.17. Dalam pelaksanaan kerjasama antara Perwakilan BPKP Provinsi

Sulawesi Utara dengan satuan-satuan kerja K/L dan Pemda di

wilayah Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa kendala atau

hambatan antara lain:

1.17.1. Komitmen Kepala Daerah dalam pelaksanaan MoU belum

didukung sepenuhnya oleh para kepala dinas dan pejabat

di bawahnya, seperti adanya ketidakpatuhan kepada

ketentuan berkaitan dengan penggunaan pendapatan

secara langsung dan masih berlarutnya penyelesaian

masalah BMD kabupaten pemekaran.

1.17.2. Kualitas SDM pada beberapa pemda masih perlu

ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kompetensi

di bidang keuangan.

1.17.3. Pola mutasi dan rotasi SDM di Pemda kurang

mempertimbangkan faktor ketersediaan kompetensi yang

dibutuhkan oleh bidang-bidang terkait.

1.17.4. Satgas SPIP yang ada di setiap Pemda belum bekerja

secara maksimal dalam penyelenggaraan SPIP di masing-

masing pemda.

1.17.5. Partisipasi Pemerintah Daerah dalam penyediaan dana

pendamping serta dana monitoring dan evaluasi terhadap

bantuan/block grant dari Pusat kurang optimal, sehingga

banyak kegiatan pusat di daerah (Provinsi/Kabupaten/

Kota) tidak termonitor dan terlaporkan dengan baik.

1.18. Sehubungan dengan kondisi kualitas akuntabilitas pelaporan

keuangan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka

beberapa hal yang menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah

sebagai berikut:

1.18.1. Memberikan reward dan punishment kepada SKPD untuk

meningkatkan dukungan kepala SKPD terhadap komitmen

kepala daerah dalam upaya mewujudkan good governance

dan clean government.

Page 41: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

27 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

1.18.2. Pemerintah Kabupaten/Kota membentuk tim lintas

pemerintah Kabupaten/Kota untuk menuntaskan masalah

terkait penyerahan aset dari pemerintah induk ke daerah-

daerah pemekaran.

1.18.3. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam melakukan

mutasi dan rotasi SDM harus mempertimbangkan faktor

ketersediaan kompetensi yang dibutuhkan oleh bidang-

bidang terkait.

1.18.4. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota mengoptimalkan

peran Satgas SPIP.

1.18.5. Peningkatan kualitas SAKIP Pemda melalui pendampingan

penyusunan LAKIP Pemda.

1.18.6. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota menganggarkan

dana pendamping atas APBN/Loan sesuai kesepakatan

yang telah diatur (DDUB), sehingga penyaluran dana dari

Pusat tidak terhambat, termonitor dengan baik dan tujuan

program dapat tercapai.

1.18.7. Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota menganggarkan

dana untuk monitoring dan evaluasi, sehingga kegiatan

pusat di daerahnya dapat terpantau secara optimal.

1.18.8. SKPD-SKPD yang mengelola dana pusat (dekonsentrasi,

tugas pembantuan dan DUB) agar lebih aktif bekerja sama

dengan satker pusat di wilayah Provinsi Sulawesi Utara

yang ditunjuk sebagai koordinator dan lebih aktif

berkoordinasi dengan K/L terkait.

2. AKUNTABILITAS KEBENDAHARAAN UMUM NEGARA DAN

PENGELOLAAN ASET

2.1. Perbendaharaan negara adalah pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan

kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD

berdasarkan landasan hukum di bidang administrasi keuangan

negara, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara yang menganut asas kesatuan, asas

Page 42: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

28 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

universalitas, asas tahunan, dan asas spesialitas serta mendorong

profesionalitas dan menjamin keterbukaan dan akuntabilitas dalam

pelaksanaan anggaran.

2.2. Pengawasan atas akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum

negara ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum

Negara, sedangkan lingkup pengawasan atas akuntabilitas kegiatan

kebendaharaan umum daerah adalah atas permintaan pimpinan

daerah dan/atau pejabat pengelola keuangan daerah, dilaksanakan

melalui berbagai kegiatan pengawasan meliputi audit, evaluasi,

monitoring, pemetaan, dan sebagainya yang menghasilkan koreksi

penerimaan negara/daerah dan koreksi atas pengeluaran (belanja).

2.3. Pengawasan atas belanja negara yang dilaksanakan pada 2013, di

antaranya kegiatan audit operasional/keuangan, monitoring dan

evaluasi serta verifikasi, sebagai berikut:

2.3.1. Audit operasional, yaitu terhadap kegiatan sebagai berikut:

2.3.1.1. Pengelolaan dan pertanggungjawaban dana siap

pakai pada BPBD Kota Tomohon.

2.3.1.2. Keberadaan Barang Milik Negara pada Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi

Utara.

2.3.1.3. Pengelolaan Dana Kemenpora pada Universitas

Negeri Manado.

2.3.1.4. Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan Kementerian Sosial.

2.3.1.5. Pengelolaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

2.3.1.6. Penyelenggaraan Haji Tahun 2013 pada Kementerian

Agama Provinsi Sulawesi Utara.

2.3.1.7. Pengelolaan PNBP dari Terminal Khusus pada KSOP

Bitung.

2.3.2. Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap:

2.3.2.1. Kegiatan Bantuan Sosial Sarana dan Prasarana pada

Program Pendidikan Anak Usia Dini, Program

Pendidikan Dasar, dan Program Pendidikan

Page 43: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

29 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Menengah pada Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara.

2.3.2.2. Monitoring Kegiatan UKP-PPP

2.3.2.3. Kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya

(BSPS) Kementerian Perumahan Rakyat

2.3.2.4. Penyelesaian Permasalahan Aset di Lingkungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2.3.3. Verifikasi dan validasi dilakukan terhadap:

2.3.3.1. Tunggakan Bahan Makanan Narapidana pada

Kementerian Hukum dan HAM di wilayah Provinsi

Sulawesi Utara.

2.3.3.2. Piutang PNBP atas Piutang Negara yang Diputus

Verstek pada Kejaksaan Tinggi

2.4. Dalam tahun 2013, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara juga

melakukan kegiatan audit penyesuaian harga (eskalasi) dan audit

pemutusan kontrak atas Paket Manado By Pass Tahap II dengan

hasil sebagai berikut:

2.4.1. Penyesuaian Harga (Eskalasi)

Kegiatan audit penyesuaian harga (eskalasi) atas 1 paket

pekerjaan dengan hasil seperti Tabel 10.

Tabel 10

Koreksi atas Belanja Negara dari Audit Penyesuaian Harga

Tahun 2013

Uraian Usulan (Rp) Audit (Rp) Koreksi (Rp)

Paket Golo 1.3 - Pembangunan

Jaringan Irigasi Paguyaman Kanan

pada Satuan Kerja Non-Vertikal

tertentu (SNVT) Pelaksanaan

Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA)

Sulawesi II periode Final (Juni 2007 -

Desember 2010)

15.485.396.394,78 9.573.809.914,85 5.911.586.479,93

Jumlah 15.485.396.394,78 9.573.809.914,85 5.911.586.479,93

Sumber : Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga Tahun 2013

2.4.2 Audit pemutusan kontrak Paket Manado By Pass Tahap II

tertanggal 15 Mei 2013 dengan nilai kontrak sebesar USD

9.835.401,00, diketahui bahwa total volume fisik pekerjaan

lebih kecil dari realisasi keuangan, sehingga kontraktor perlu

Page 44: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

30 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

pengembalian ke Kas Negara sebesar Rp7.848.934.066,05

seperti digambarkan pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11 Koreksi atas Belanja Negara dari Audit Pemutusan Kontrak

Tahun 2013

Uraian Usulan Satker (Rp) Audit (Rp) Koreksi (Rp)

Kelebihan Pembayaran Paket

Manado By Pass Tahap II

5.771.427.288,00 7.848.934.066,05 2.077.506.778,05

Jumlah 5.771.427.288,00 7.848.934.066,05 2.077.506.778,05

Sumber : Laporan Hasil Audit Pemutusan Kontrak Paket Manado By Pass Tahap II

Kelebihan pembayaran tersebut, merupakan sisa

pengembalian uang muka, pengembalian material on site

(MOS) dan koreksi perhitungan fisik.

2.5. Koreksi atas penerimaan transfer berupa Dana Alokasi Khusus

(DAK), dihasilkan dari kegiatan pengawasan berupa monitoring

pengelolaannya pada pemprov/pemkab/ pemkot, yang didasarkan

atas permintaan Menteri Keuangan kepada BPKP. Gambaran hasil

monitoring DAK, adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 12

berikut ini.

Tabel 12

Hasil Monitoring Pengelolaan DAK

Tahun 2013

Uraian Jumlah (Rp) Keterangan

Pencairan dana tidak sesuai prestasi kerja 235.686.042,58 -

Kondisi fisik yang tidak tepat sasaran 1.238.860.590,00 -

Hasil kegiatan fisik yang tidak dimanfaatkan 16.201.301.159,43 -

Sisa DAK Pendidikan tahun 2010 yang tidak

dianggarkan kembali di tahun 2013

1.953.327.735,00 -

Sisa DAK Pendidikan tahun 2011 yang tidak

dianggarkan kembali di tahun 2013

2.536.352.683,00 -

Jumlah 22.165.528.210,01 -

Sumber: Laporan Hasil Monitoring

Rincian per kabupaten dapat dilihat dalam Lampiran II.

Hasil monitoring tersebut di atas merupakan monitoring terhadap

pengelolaan DAK Tahun Anggaran 2012 pada pemerintah kabupaten

yang diselenggarakan pada 4 kabupaten, yakni Kabupaten

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe,

Page 45: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

31 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Kabupaten Kepulauan Talaud, dan Kabupaten Minahasa Utara

dengan rincian permasalahannya sebagai berikut:

Pencairan dana tidak sesuai prestasi kerja yang terbesar terdapat

pada Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan nilai

Rp81.216.526,58.

Kondisi fisik yang tidak tepat sasaran terbanyak pada Kabupaten

Minahasa Utara dengan nilai Rp1.220.360.590,00.

Hasil kegiatan fisik yang tidak dimanfaatkan terbanyak pada

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan nilai

Rp8.911.197.000,00.

Sisa DAK Pendidikan tahun 2010 yang tidak dianggarkan kembali

di tahun 2013 terbanyak pada Kabupaten Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro dengan nilai Rp1.042.198.864,00.

Sisa DAK Pendidikan tahun 2011 yang tidak dianggarkan kembali

di tahun 2013 terbanyak pada Kabupaten MInahasa Utara

dengan nilai Rp2.213.952.729,00.

2.6. Hasil evaluasi penyusunan dan penetapan APBD menunjukkan

kondisi keterlambatan dalam proses penyusunan dan penetapan

APBD seperti disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13

Gambaran Permasalahan dari Hasil Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2011 – 2013

No. Permasalahan Jumlah Kejadian

APBD 2010 APBD 2011 APBD 2012

1 Penyusunan dan penetapan RKPD

1 6,67% - - 1 14,29%

2 Penyusunan dan penetapan KUA dan PPAS

3 20,00% 3 15,80% 1 14,29%

3 Penyusunan RKA-SKPD dan penyampaian Raperda APBD

3 20,00% 4 21,05% 1 14,29%

4 Pembahasan Raperda APBD di DPRD

3 20,00% 4 21,05% 2 28,56%

5 Evaluasi dan penetapan Raperda APBD serta Raperkada Penjabaran APBD oleh Gubernur

3 20,00% 4 21,05% 2 28,56%

6 Penyusunan dan penetapan DPA-SKPD

2 13,33% 4 21,05% - -

Jumlah 15 100,00% 19 100,00% 7 100,00%

Sumber: Laporan Hasil Evaluasi

Page 46: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

32 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Secara umum keterlambatan dalam proses penyusunan dan

penetapan APBD disebabkan kurangnya koordinasi antara pihak

eksekutif dan legislatif.

2.7. Dalam rangka menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun

2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas

Keuangan Negara, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara telah

melakukan monitoring atas rencana aksi prioritas pembangunan

nasional pada satuan kerja K/L dan evaluasi penyerapan anggaran.

2.7.1. Monitoring atas Rencana Aksi Prioritas Pembangunan

Nasional

Dalam tahun 2013 Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara

telah melakukan monitoring atas rencana aksi prioritas

pembangunan nasional sebagaimana Tabel 14.

Tabel 14

Monitoring atas Rencana Aksi Prioritas Pembangunan Nasonal pada Satuan Kerja K/L

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2013

No Kementerian Semester II

2012 Semester I

2013

1 Dalam Negeri V -

2 Kesehatan V V

3 Perumahan Rakyat V -

4 Pekerjaan Umum V V

5 Komunikasi dan Informatika V -

6 Kehutanan V -

7 Pertanian V -

8 Kelautan dan Perikanan V V

9 Pendidikan dan Kebudayaan V V

10 Perhubungan V V

11 ESDM - V

Berdasarkan hasil monitoring diketahui bahwa dari 71 Satuan Kerja

yang dimonitor, terdapat 18 satuan kerja dengan permasalahan yang

memerlukan perhatian khusus. Hasil monitoring selengkapnya

disajikan pada Tabel 15 dan Tabel 16.

Page 47: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

33 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Tabel 15

Permasalahan Hasil Monitoring Atas

Rencana Aksi Prioritas Pembangunan Nasional

Per 31 Desember 2012

No. Nama

Kementerian

Jumlah

Satker yang

Dimonitor

Tingkat Permasalahan

Tidak

Masalah

Perlu

Perhatian

Perlu

Perhatian

Khusus

1 Dalam Negeri 10 3 4 3

2 Kesehatan 4 1 3 0

3 Perumahan Rakyat 6 0 2 4

4 Pekerjaan Umum 5 5 0 0

5 Komunikasi dan Informasi 1 0 0 1

6 Kehutanan 27 16 4 7

7 Pertanian 13 13 0 0

8 Kelautan dan Perikanan 1 1 0 0

9 Pendidikan dan Kebudayaan 3 0 0 3

10 Perhubungan 1 1 0 0

Jumlah 71 40 13 18

Sumber: Laporan Monitoring

Tabel 16

Permasalahan Hasil Monitoring Atas

Rencana Aksi Prioritas Pembangunan Nasional

Per 30 Juni 2013

No. Kementerian

Jumlah

Satker yang

Dimonitor

Tingkat Permasalahan

Tidak

Masalah

Perlu

Perhatian

Perlu

Perhatian

Khusus

1 Pendidikan dan Kebudayaan 10 2 7 1

2 Kesehatan 16 14 2

3 Pekerjaan Umum 6 3 3

4 Kelautan dan Perikanan 6 6

5 Energi dan Sumber Daya Mineral 5 1 3 1

6 Perhubungan 1 1

Jumlah 44 27 15 2

Sumber: Laporan Monitoring

2.7.2. Evaluasi Penyerapan Anggaran

Pada tahun 2013, Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara

melakukan Evasluasi Penyerapan Anggaran terhadap 9

(Sembilan) Kementerian/ Lembaga pada 54 (lima puluh

empat) Satker, yaitu:

Badan Pertanahan Nasional 4 Satker

Kejaksaan 4 Satker

Kementerian Agama 20 Satker

Kementerian Hukum dan HAM 2 Satker

Page 48: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

34 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Kementerian Kesehatan 4 Satker

Kementerian Perhubungan 7 Satker

Kepolisisan Daerah 5 Satker

Komisi Pemilihan Umum Daerah 4 Satker

Mahkamah Agung 4 Satker

Dari hasil evaluasi tersebut, diperoleh nilai rata-rata

penyerapan pada Kementerian/Lembaga di Wilayah Provinsi

Sulawesi Utara per 30 Juni 2013 sebesar 28,15%.

Sedangkan, evaluasi penyerapan anggaran pada empat

Pemda (Provinsi Sulawesi Utara, Kota Tomohon, Kabupaten

Minahasa Selatan, dan Kabupaten Bolaang Mongondow

Timur) dengan fokus pada Belanja barang dan Jasa, Belanja

Modal, Belanja Hibah, dan Belanja Bantuan Sosial dengan

hasil evaluasi terhadap 4 (empat) Pemda tersebut

menunjukkan bahwa rata-rata realisasi penyerapan anggaran

sampai dengan triwulan II tahun 2013 per 30 Juni 2013

adalah sebesar 32,70%.

2.8. Kegiatan pembinaan yang dilaksanakan Perwakilan BPKP Provinsi

Sulawesi Utara dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas

kebendaharaan umum negara/daerah dan pengelolaan aset

terhadap Pemda dan satuan-satuan kerja K/L di wilayah Provinsi

Sulawesi Utara yaitu:

2.8.1. Pendampingan penyusunan laporan keuangan tahun

anggaran 2012 pada 15 Pemda.

2.8.2. Pendampingan reviu laporan keuangan Tahun 2012 pada 8

Pemda.

2.8.3. Pendampingan penyusunan laporan keuangan Semester I

tahun anggaran 2013 pada 4 Pemda.

2.8.4. Pendampingan penyusunan rancangan APBD tahun

anggaran 2014 pada 11 Pemda.

2.8.5. Pendampingan penyusunan rancangan Perubahan APBD

tahun anggaran 2013 pada 1 Pemda

Page 49: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

35 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

2.8.6. Inventarisasi atas lokasi terminal laut khusus di wilayah

Sulawesi Utara.

2.8.7. Pendampingan pengelolaan kegiatan/keuangan pada 4 K/L

yaitu Badan Kepegawaian Negara, RSUP Prof. Dr. RD.

Kandou Manado, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan

Kabupaten, serta Pengelolaan Dana Siap Pakai BPBD

Provinsi dan Kabupaten.

2.9. Dalam pelaksanaan akuntabilitas Kebendaharaan Umum

Negara/Daerah dan pengelolaan aset pada Pemerintah Daerah dan

satuan-satuan kerja K/L di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, terdapat

beberapa permasalahaan antara lain:

2.9.1. Dari Audit Operasional atas Pengelolaan PNBP dari Terminal

Khusus pada KSOP Bitung dijumpai permasalahan antara lain:

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang tidak

terpungut sebesar Rp 309.024.000,00 atas kapal-kapal

penangkap ikan yang berlayar meninggalkan pelabuhan

Bitung.

Status kepemilikan tanah Kantor Kesyahbandaran dan

Otoritas Pelabuhan Bitung merupakan milik PT Pelindo.

2.9.2. Jumlah aset yang berasal dari eks Dana Dekonsentrasi tahun

2005 yang diserahterimakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi

Sulawesi Utara, berdasarkan Berita Acara Serah Terima

Barang BMN tanggal 18 Maret 2009 sebesar

Rp79.100.161.107,00 merupakan jumlah aset BMN periode

Tahun 2001 s.d. 2005. Demikian juga jumlah Aset Belanja

Bantuan Sosial yang berasal dari Dana Dekonsentransi tahun

2006 s.d. 2009 yang tercatat di Dinas Pendidikan Provinsi

Sulawesi Utara berdasarkan Berita Acara Serah Terima

Barang Nomor: 050/BA/DIKNAS-01/1494/2012 tanggal 14 Mei

2012, adalah sebesar Rp242.365.762,00 tidak

diadministrasikan secara memadai oleh kabupaten/kota

sehingga tidak diketahui jumlah dan nilai, serta

keberadaannya.

Page 50: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

36 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

2.9.3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah yang

dilakukan pada tahun 2013 adalah pada Pemerintah Kota

Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten

Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan

Kabupaten Kepulauan Talaud. Permasalahan utama yang

ditemukan dari hasil audit BPK yaitu:

Terdapat aset tanah senilai Rp7.100.750.000,00 yang

masih tercatat pada kabupaten induk (Kabupaten

Minahasa) namun telah dimanfaatkan oleh kabupaten/kota

pemekaran (Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara

dan Kabupaten Minahasa Selatan). Hal ini disebabkan

belum ditandatanganinya Berita Acara Penyerahan oleh

pemerintah daerah pemekaran sehubungan dengan data

aset di Berita Acara tidak sesuai dengan fisik di lapangan.

Atas aset tanah tersebut oleh Pemerintah Kabupaten

Minahasa telah diklasifikasikan pada rekening Aset

Lainnya;

Aset Tetap Peralatan dan Mesin pada Pemerintah Kota

Tomohon yang dikuasai pihak lain senilai

Rp320.767.200,00;

Aset Tetap Peralatan dan Mesin yang tidak diketahui

keberadaannya pada Pemerintah Kota Manado Rp

1.436.750.000,00, Kabupaten Minahasa Utara 141 Unit

senilai Rp15.887.479.346,19, dan Kabupaten Talaud

Rp540.944.444,44;

Tanah Pemerintah Kota Tomohon yang dikuasai pihak lain

Rp6.672.400.000;

Tanah yang belum bersertifikat pada Pemerintah Kota

Manado 312 Bidang, Kabupaten Minahasa 784 Bidang,

Kabupaten Minahasa Utara 280 Bidang senilai

Rp77.545.461.451, Kabupaten Talaud senilai

Rp1.915.000.000,00 dan Kabupaten Bolaang Mongondow

Timur senilai Rp3.556.281.875,00;

Page 51: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

37 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Aset tetap tanah hasil reklamasi pantai sebesar 16% yang

belum diterima oleh Kota Manado dari pengembang

sebanyak 36.155,16 dengan nilai taksiran berdasarkan

NJOP Rp84.112.069.500,00;

Aset Tetap Tanah pada Kabupaten Talaud yang keliru

pencatatannya karena milik pemerintah desa senilai

Rp9.482.407.000,00.

2.10. Sehubungan dengan kondisi kualitas akuntabilitas Kebendaharaan

Umum Negara dan pengelolaan aset yang telah diuraikan di atas,

maka beberapa hal yang menjadi fokus rencana tindak ke depan

adalah sebagai berikut:

2.10.1. Mendorong peningkatan tata kelola PNBP dan piutang

pada satker-satker pengelola PNBP dan piutang Negara

untuk terciptanya akuntabilitas yang memadai.

2.10.2. Mendorong satker-satker K/L dan dinas-dinas (SKPD)

untuk mengelola aset yang dikuasai secara memadai.

2.10.3. Untuk aset K/L yang akan diserahkan ke SKPD atau

sebaliknya, agar proses hibahnya dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

2.10.4. Perlu adanya pengelolaan anggaran yang memadai pada

satker-satker baik Pusat maupun Daerah sehingga tidak

terjadi konsentrasi pencairan dana pada akhir tahun.

2.10.5. Mengadministrasikan dan menginventarisasi aset-aset eks

dana dekonsentrasi sesuai ketentuan yang berlaku dan

melakukan rekonsiliasi dengan K/L terkait.

2.10.6. Mendorong Kabupaten induk serta Kabupaten/Kota

pemekaran untuk dapat bersama-sama memecahkan

permasalahan aset sebagai akibat adanya pemekaran

Kabupaten/Kota, selanjutnya membuat Berita Acara Serah

Terima aset antara Kabupaten induk dengan

Kabupaten/Kota pemekaran.

Page 52: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

38 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

3. AKUNTABILITAS PEWUJUDAN IKLIM BAGI KEPEMERINTAHAN YANG

BAIK DAN BERSIH

3.1. Kepemerintahan yang baik merupakan suatu konsepsi tentang

penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif

sesuai dengan cita-cita terbentuknya suatu masyarakat madani, hal

ini terkait dengan kontribusi, pemberdayaan, dan keseimbangan

peran antara tiga subyeknya yakni pemerintah, dunia usaha/swasta,

dan masyarakat. Kepemerintahan yang baik dan bersih juga

mensyaratkan adanya pengaturan kelembagaan serta kompetensi

birokrasi sebagai pelaksana kebijakan politik/publik atau sebagai

perangkat otoritas atas peran-peran negara dalam menjalankan

amanat yang diembannya.

3.2. Secara umum hasil penilaian terhadap kualitas akuntabilitas

pewujudan iklim bagi kepemerintahan yang baik dan bersih di

wilayah Provinsi Sulawesi Utara tercermin dari hasil survei yang

menghasilkan indeks integritas yang diperoleh Kota Bitung sebagai

kota dengan nilai Indeks Integritas Daerah tertinggi ketiga sebesar

7,54 atau lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 6,82 dari 60

Pemerintah Kota yang dijadikan sample oleh KPK. Indeks Integritas

Daerah ini mencerminkan sejauh mana efektifitas pengendalian

berkaitan dengan gratifikasi bagi pejabat dan petugas pelayanan

publik serta penerapan pelayanan publik sebagai mekanisme check

and balance antara penyedia dan pengguna layanan publik.

Indikator penilaian yang dilakukan antara lain adalah mekanisme

pengaduan masyarakat, pemanfaatan teknologi informasi, ekspektasi

petugas terhadap gratifikasi, perilaku birokrat maupun pengguna

layanan, dan tingkat upaya sosialisasi/kampanye antikorupsi

terhadap petugas dan pengguna layanan.

Capaian indeks integritas berdasarkan survei integritas sektor publik

oleh KPK pada Pemerintah Kota di wilayah Provinsi Sulawesi Utara

disajikan disajikan dalam table 17 berikut.

Page 53: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

39 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Tabel 17

Indeks Integritas Sektor Publik

Pemkot di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2013

No Uraian/Pemkot Indeks Integritas

Indeks Rata-rata Nasional 6,82

1 Bitung 7,54

2 Manado 6,75

Sumber : www.kpk.go.id

Secara khusus KPK juga melakukan penilaian terhadap unit layanan

melalui survey integritas sektor publik kepada sejumlah Pemerintah

Kota atas pengadaan barang dan jasa, Surat Izin Usaha

Perdagangan (SIUP), dan Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) dengan nilai indeks integritas yang diperoleh

sebagaimana disajikan pada Tabel 18 berikut ini.

Tabel 18

Indeks Integritas Unit Layanan

Pemkot di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2013

No Uraian/Pemkot Indeks Integritas

PBJ SIUP Puskesmas

1 Bitung 7,21 7,64 7,58

2 Manado 6,51 6,22 7,53

Sumber : www.kpk.go.id

Indeks integritas yang dirilis oleh KPK untuk PBJ, SIUP, dan

Puskesmas tidak disajikan dalam ranking.

Indeks integritas tertinggi dalam PBJ adalah sebesar 7,84 yang diraih

oleh Pemkot Pematang Siantar, sedangkan terendah adalah sebesar

4,24 yang diraih oleh Pemkot Palu. Indeks integritas tertinggi dalam

SIUP adalah sebesar 7,92 yang diraih oleh Pemkot Pare-Pare,

sedangkan terendah adalah sebesar 5,23 yang diraih oleh Pemkot

Jayapura. Indeks integritas tertinggi dalam Puskesmas adalah

sebesar 7,78 yang diraih oleh Pemkot Gorontalo, sedangkan

terendah adalah sebesar 5,74 yang diraih oleh Pemkot Jayapura.

3.3. Pengawasan oleh BPKP terhadap akuntabilitas pewujudan iklim bagi

kepemerintahan yang baik dan bersih dilaksanakan melalui: (i)

strategi preventif; (ii) strategi represif; dan (iii) solusi kesisteman

menuju Wilayah Tertib Administrasi (WTA) dan Wilayah Bebas

Korupsi (WBK).

Page 54: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

40 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

3.4. Strategi preventif berupa penerapan Fraud Control Plan (FCP)

sebagai sistem cegah dini dan perbaikan tatakelola, sedangkan

strategi represif dilakukan dalam rangka penyelamatan keuangan

negara melalui pengungkapan kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi.

Adapun solusi kesisteman dilakukan melalui sosialisasi/bimtek dan

pendampingan dalam rangka peningkatan akuntabilitas dan kinerja

BUMD, dan peningkatan kapasitas APIP.

3.5. Dalam tahun 2013, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh

Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Utara dalam rangka penerapan

strategi preventif pada berbagai satuan kerja K/L dan Pemda meliputi

Sosialisasi Program Anti Korupsi, dan Sosialisasi FCP, dengan

rincian sebagaimana disajikan pada Tabel 19 berikut ini:

Tabel 19

Perkembangan Kegiatan Penerapan Strategi Preventif terhadap KKN

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2013

No. Kegiatan Satuan Kerja K/L dan Pemda Output

1. Sosialisasi Program Anti

Korupsi

- Fokus Group Discussion, yaitu

Calon Penerima Bansos 2013

dan Mahasiswa Baru

- Pengurus Tim Penggerak PKK

se-Provinsi Sulawesi Utara

- SMAN 2 Manado

4 lap Sosialisasi PAK

2 Sosialisasi, Diagnostic

Assessment & Bimtek

Fraud Control Plan

- PDAM Kab. Minahasa Utara

- BKKBN Perwakilan Prov.

Sulawesi Utara

- Pengelola Keuangan Daerah

SKPD di Pemkab Boalemo

- 3 Lap. Sosialisasi

FCP

- 1 Lap. DA FCP

- 1 Lap. Bimtek FCP

Sumber : Laporan Bulanan Bidang Investigasi Bulan Desember Tahun 2013

Pelaksanaan Sospak dan FCP yang secara kuantitatif belum dapat

diukur dampaknya, namun sudah dapat dirasakan manfaatnya. Hal

ini terlihat dari keinginan masyarakat/satker/BUMD dalam

mendukung WBK. Keinginan masyarakat untuk membangun tanpa

korupsi dapat terlihat dari antusiasme masyarakat pada saat

mengikuti acara sosialisasi.

3.6. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP Provinsi

Sulawesi Utara dalam rangka penerapan strategi represif pada

berbagai satuan kerja K/L dan Pemda meliputi audit investigatif yang

berindikasi Tindak Pidana Korupsi, audit Penghitungan Kerugian

Keuangan Negara (PKKN), dan Pemberian Keterangan Ahli (PKA).

Page 55: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

41 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Rangkuman hasil kegiatan pengawasan dimaksud selama tahun

2012-2013 adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 20 sampai

dengan Tabel 22 berikut:

Tabel 20

Hasil Audit Investigatif

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2012 - 2013

No. Instansi

Jumlah Kasus

2012 2013

1. Satuan Kerja K/L - -

2. Pemprov - 2

3. Pemkab 1 2

4. Pemkot - 1

5. BUMN - -

6. BUMD - -

Jumlah 1 5

Sumber : Laporan Bulanan Bidang Investigasi Bulan Desember Tahun 2013

Tabel 21

Hasil Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2012 - 2013

No. Instansi

Jumlah Kasus

2012 2013

1. Satuan Kerja K/L - -

2. Pemprov 1 -

3. Pemkab 7 8

4. Pemkot 3 6

5. BUMN - -

6. BUMD 1 -

Jumlah 12 14

Sumber : Laporan Bulanan Bidang Investigasi Bulan Desember Tahun 2013

Tabel 22

Pemberian Keterangan Ahli Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2012 - 2013

No. Instansi Frekuensi (kali)

2012 2013

1. Kejaksaan 5 5

2. Kepolisian 8 11

3. KPK -

4. Pengadilan Negeri 10 3

Jumlah 23 19

Sumber : Sumber : Laporan Bulanan Bidang Investigasi Bulan Desember Tahun2013

3.7. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP Provinsi

Sulawesi Utara dalam rangka penerapan strategi solusi kesisteman

Page 56: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

42 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

dilakukan melalui kegiatan pengawasan peningkatan tatakelola

BUMD sebagaimana disajikan pada Tabel 23 sebagai berikut:

Tabel 23

Kegiatan Pengawasan Dalam Rangka Peningkatan Tatakelola BUMD/BLUD

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2012 -2013

No. Kegiatan Frekuensi (kali)

2012 2013

1. Sosialisasi dan Bimtek BLUD 3 7

2. Bimtek SAK-ETAP 4 4

3. Workshop SAK-ETAP 1 -

4. Pengembangan Sistem Akuntansi 3 2

5. Pendampingan Penyusunan RKAP - 1

6. Sosialisasi GCG - 4

7. Diagnostic Assessment GCG 1 -

8. Penyusunan KPI 1 1

9. Pendampingan Penyusunan LK 3 1

Jumlah 16 20

Sumber : Laporan Bulanan Bidang AN

3.8. Dalam rangka peningkatan kapasitas APIP, BPKP berperan melalui

penyelenggaraan ujian sertifikasi JFA, Diklat SPIP, Sosialisasi dan

Evaluasi Tata Kelola APIP serta mendorong terbentuknya dan

terlaksananya kegiatan Forum Bersama (Forbes) APIP,

sebagaimana disajikan pada Tabel 24 di bawah ini.

Tabel 24

Kegiatan Peningkatan Kapasitas APIP

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2012 - 2013

No. Kegiatan 2012 2013

Kegiatan Jumlah Kegiatan Jumlah

1. Ujian sertifikasi JFA 3 kali 72 orang 5 kali 93 orang

2. Pendidikan dan latihan SPIP 1 kali 33 orang 1 kali 34 orang

Sosialisasi Penerapan JFA 2 kali 2 pemda 10 kali 10 pemda

3. Sosialisasi Tata Kelola APIP 10 kali 10 pemda 2 kali 2 pemda

4. Evaluasi tata kelola APIP 2 kali 2 pemda 2 kali 2 pemda

5. Quality Assurance Audit PNPM 4 kali 4 pemda 1 kali 1 pemda

6. Pendampingan Probity Audit - - 5 kali 5 pemda

Sumber : Data Simonev RKT 2012 dan 2013

3.9. Kegiatan pembinaan dalam rangka mewujudkan iklim

kepemerintahan yang baik dan bersih di lingkungan K/L pada wilayah

Provinsi Sulawesi Utara telah dilakukan antara lain Bimbingan

Teknis, Asistensi dan Sosialisasi SPIP pada:

Balai Besar POM Manado;

Page 57: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

43 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Kejaksaan Tinggi;

Universitas Sam Ratulangi;

RS Kandou Manado;

Kanwil Kementerian Hukum dan HAM;

Balai Jalan Wilayah XI; dan

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.

Selain itu pada tahun 2013 dilakukan MoU antara Perwakilan BPKP

Sulawesi Utara dengan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Manado untuk mewujudkan Good University Governance (GUG) dan

Clean Government (CG).

3.10. Beberapa kendala atau hambatan yang masih dijumpai dalam

pelaksanaan akuntabilitas pewujudan iklim bagi kepemerintahan

yang baik dan bersih pada Pemerintah Daerah dan satuan-satuan

kerja K/L di wilayah Provinsi Sulawesi Utara antara lain kurangnya

Komitmen untuk mewujudkan Wilayah Tertib Administrasi (WTA)

dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih

Melayani (WBBM) di wilayah masing-masing.

3.11. Sehubungan dengan kondisi kualitas akuntabilitas pewujudan iklim

bagi kepemerintahan yang baik dan bersih yang telah diuraikan di

atas, maka beberapa hal yang menjadi fokus rencana tindak ke

depan adalah sebagai berikut:

3.10.1. Perlu dilakukan perbaikan kualitas tata pemerintahan

dengan meningkatkan kepatuhan terhadap enam prinsip

tata pemerintahan yang baik, yaitu transparansi,

partisipasi, akuntabilitas, keadilan (fairness), efisiensi dan

efektifitas.

3.10.2. Diperlukan upaya perbaikan/peningkatan kualitas

pelayanan publik dengan mengoptimalkan pemanfaatan

teknologi informasi dalam rangka menciptakan pelayanan

yang transparan dan cepat bagi pengguna layanan.

3.10.3. Perlu dilakukan pencanangan Wilayah Tertib Administrasi

(WTA) dan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) oleh Kepala

Daerah di wilayah masing-masing.

Page 58: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

44 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

4. AKUNTABILITAS PENGELOLAAN PROGRAM LINTAS SEKTORAL

4.1. Akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral ditekankan pada

keberhasilan pencapaian efektivitas, efisiensi, dan kehematan

program tersebut. Walaupun keberhasilan suatu program sulit diukur

dengan obyektif, namun suatu pengukuran harus dilakukan dengan

menggunakan berbagai pendekatan. Beberapa program strategis

harus dapat dinilai tingkat capaiannya, sebagai pengukur

keberhasilan, disamping sebagai alat pengendalian kebijakan.

4.2. Dalam rangka mendukung program Pemerintah yang pro job, pro

poor, dan pro growth, BPKP secara konsisten pada tahun 2013

melakukan pengawasan pada pelaksanaan program-program

strategis. Program-program strategis ini adalah program yang

tercantum dalam prioritas nasional, prioritas bidang, prioritas

kewilayahan, dan prioritas Pemda. Dalam laporan ini, program

strategis adalah program nasional yang berada atau berkaitan

dengan wilayah Provinsi Sulawesi Utara serta program strategis

daerah sebagaimana tercantum pada RPJMD Provinsi Sulawesi

Utara periode 2010 - 2014.

4.3. Pengawasan BPKP terhadap program-program strategis

menekankan pada audit operasional untuk menilai tingkat efisiensi,

keekonomisan, dan keefektifan pelaksanaan program lintas sektoral,

serta audit kinerja pada bidang pelayanan publik untuk menilai tingkat

ketepatan sasaran, jumlah, waktu dan kualitas. Selain itu, kegiatan

lain adalah melakukan mediasi dalam rangka penyelesaian

hambatan kelancaran pembangunan (debottlenecking).

4.4. Dalam melaksanakan pengawasan, Perwakilan BPKP Provinsi

Sulawesi Utara selain melakukan audit mandiri, juga melakukan

sinergi (quality assurance) dengan APIP di Provinsi Sulawesi Utara.

Audit mandiri dilakukan terhadap Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan PNPM Lingkungan Mandiri

Perdesaan, PNPM Mandiri Generasi Sehat Cerdas dan Program

PNPM Mandiri Perkotaan, sedangkan audit secara bersinergi

Page 59: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

45 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

dilakukan bersama Inspektorat Kota Bitung terhadap Program PNPM

Mandiri Perkotaan Kota Bitung.

4.5. Dalam mencapai tujuan pembangunan jangka menengah nasional

Pemerintah fokus pada 11 prioritas pembangunan nasional sebagai

berikut:

4.5.1. Reformasi dan Tata Kelola,

4.5.2. Pendidikan,

4.5.3. Kesehatan dan Kependudukan,

4.5.4. Penanggulangan Kemiskinan,

4.5.5. Ketahanan Pangan,

4.5.6. Infrastruktur,

4.5.7. Iklim Investasi dan Iklim Usaha,

4.5.8. Energi,

4.5.9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana,

4.5.10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik.

4.5.11. Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi.

4.6. Program lintas sektoral di tahun 2013 yang dilakukan pengawasan

oleh BPKP meliputi:

4.6.1. Program Pendidikan

4.6.1.1. Audit Keuangan atas IMHERE

4.6.1.2. Audit Keuangan atas Laporan Keuangan Program

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

4.6.1.3. Audit Dukungan atas Laporan Keuangan Indonesia

Vocational Education Strenghening Project (INVEST)

4.6.1.4. Audit Operasional atas Program Bantuan Sosial di

Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan.

4.6.2. Program Penanggulangan Kemiskinan

4.6.2.1. Audit atas program PNPM Mandiri Perkotaan

4.6.2.2. Audit atas program PNPM Mandiri Perdesaan

4.6.2.3. Audit atas program PNPM Mandiri Generasi Sehat

Cerdas (GSC)

4.6.2.4. Audit atas program PNPM Mandiri Lingkungan

Mandiri Perdesaan (LMP)

Page 60: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

46 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

4.6.2.5. Audit atas Laporan Keuangan Program

Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan

Informasi Pertanian

4.6.2.6. Audit Kinerja atas Subsidi Beras Bagi Masyarakat

Miskin (RASKIN).

4.6.3. Program Infrastruktur

4.6.3.1. Audit atas Program Pembangunan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP)

4.6.3.2. Audit Keuangan atas Laporan Keuangan Eastern

Indonesia National Road Improvement Project

(EINRIP).

4.6.4. Program Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana

4.6.4.1. Joint Audit Dana Siap Pakai dan Dana Rehabilitasi

dan Rekonstruksi

4.6.4.2. Audit Operasional atas Dana Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan Kementerian sosial

4.6.5. Selain pengawasan program tersebut di atas, BPKP juga

melakukan pengawasan atas penyelenggaraan penerimaan

CPNS, mulai dari pencetakan soal sampai dengan penerbitan

SK CPNS.

4.7. Hal – hal yang perlu diinformasikan pada Program Penanggulangan

Kemiskinan yaitu:

4.7.1. Program PNPM Mandiri

4.7.1.1. Untuk saldo pinjaman pada Program PNPM Mandiri

dapat dilaporkan sebagai berikut:

Perkotaan-Pinjaman KSM Rp 13.238.199.625,00

Perdesaan-Pinjaman SPP Rp 99.716.774.253,00

Perdesaan-Pinjaman UEP Rp 2.604.427.500,00

Total Rp115.559.401.378,00

Untuk PNPM Mandiri Perkotaan Pinjaman KSM

sampai 31 Desember 2013 terdapat tunggakan

dengan kolektibilitas macet sebesar Rp6,9 milyar

atau 52,23% dan untuk PNPM Mandiri Perdesaan

Page 61: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

47 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Simpan Pinjam Perempuan (SPP), dari saldo

pinjaman per 31 Desember 2012 sebesar

Rp99,72milyar terdapat tunggakan sebesar

Rp36,27milyar atau 11,66%. Sedangkan PNPM

Mandiri Perdesaan Pinjaman UEP, dari 4 kabupaten

yang disampel terdapat 2 kabupaten dengan total

Rp2,6milyar merupakan saldo pinjaman yang sudah

menunggak sejak tahun 1997.

Rincian per kabupaten/kota disajikan pada Tabel 25 dan Tabel

27 di bawah ini.

Tabel 25

Saldo Pinjaman PNPM Mandiri Perkotaan (Pinjaman KSM)

Per 31 Desember 2013

Kota/Kab

Saldo Pinjaman

Jumlah Saldo Pinjaman

Saldo Pinjaman Lancar

Saldo Pinj Yg mengandung tunggakan < 3

bln/kali angsuran

Saldo Pinj Yg mengandung

Tungggakan 3 s/d 6 bln/kali angsuran

Saldo Pinj Yg mengandung

tunggakan 6 s/d 9 bln/kali angsuran

Saldo Pinj Yg mengandung tunggakan > 9

bln/kali angsuran

Kab. Minahasa

1.435.268.900

567.673.650 383.653.500 234.702.000 100.692.750 148.547.000

39,55% 26,73% 16,35% 7,02% 10,35%

Kab. Sangihe

681.921.350

202.537.600 - 1.950.000 - 477.433.750

29,70% 0,00% 0,29% 0,00% 70,01%

Kab.Minut

565.001.000

354.275.000 61.122.000 10.220.000 - 139.384.000

62,70% 10,82% 1,81% 0,00% 24,67%

Kota Manado

5.385.998.225

1.371.722.950 223.312.075 132.681.050 143.000.000 3.515.282.150

25,47% 4,15% 2,46% 2,66% 65,27%

Kota Bitung

2.313.588.900

724.274.000 351.297.000 79.844.000 40.015.000 1.118.158.900

31,31% 15,18% 3,45% 1,73% 48,33%

Kota Tomohon

1.816.516.050

261.662.500 84.342.500 2.200.000 700.000 1.467.611.050

14,40% 4,64% 0,12% 0,04% 80,79%

Kotamobagu

1.039.905.200

542.230.000 307.280.000 125.864.000 16.520.000 48.011.200

52,14% 29,55% 12,10% 1,59% 4,62%

Jumlah 13.238.199.625 4.024.375.700 1.411.007.075 587.461.050 300.927.750 6.914.428.050

Persentase 30,40% 10,66% 4,44% 2,27% 52,23%

Sumber: Laporan Konsultan Manajemen PNPM Perkotaan Tahun 2013 (unaudited)

Page 62: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

48 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Tabel 26

Saldo Pinjaman PNPM Mandiri Perdesaan-Simpan Pinjam Untuk Perempuan (SPP)

Per 31 Desember 2012

No Kabupaten Alokasi Pinjaman Pinjaman Jatuh

Tempo Realisasi

Pengembalian

Saldo Pinjaman Per 31 Des 2012

Pengembalian

(%)

Tunggakan Tunggakan

(%) Pokok

1 2 3 4 10 12 13 14 13

1 Minahasa 53,711,598,004.00 43,324,799,429.00 38,314,570,341.00 15,397,027,663.00 83.73 5,010,229,008.00 9,33

2 Minahasa Selatan 24,362,230,982.00 17,016,491,196.00 12,900,785,307.00 11,461,445,675.00 70.35 4,115,705,889.00 16,89

3 Minahasa Utara 29,852,800,145.00 25,538,466,865.00 21,360,613,171.00 8,492,186,974.00 83.64 4,177,853,694.00 13,99

4 Minahasa Tenggara 29,966,454,488.00 23,741,516,962.00 22,480,336,372.00 7,486,118,116.00 94.69 1,261,180,590.00 4,21

5 Bolaang Mongondow 35,988,521,430.00 26,676,330,262.00 21,992,384,857.00 13,996,136,573.00 82.44 4,683,945,405.00 13,02

6 Bolaang Mongondow Utara

13,437,350,700.00 11,141,860,060.00 9,397,329,072.00 4,040,021,628.00 84.34 1,744,530,988.00 12,98

7 Bolaang Mongondow Selatan

8,536,618,937.00 7,226,166,088.00 6,380,539,594.00 2,156,079,343.00 88.30 845,626,494.00 9,91

8 Bolaang Mongondow Timur

7,955,601,848.00 6,748,743,500.00 5,803,744,182.00 2,151,857,666.00 86.00 944,999,318.00 11,88

9 Kepulauan Sangihe 43,993,010,392.00 36,120,304,071.00 31,580,936,764.00 12,412,073,628.00 87.43 4,539,367,307.00 10,32

10 Kepulauan Sitaro 28,834,475,150.00 23,269,356,498.00 20,558,634,616.00 8,275,840,534.00 88.35 2,710,721,882.00 9,40

11 Kepulauan Talaud 35,857,633,709.00 28,248,411,486.00 22,009,647,256.00 13,847,986,453.00 77.91 6,238,764,230.00 17,40

Jumlah 312,496,295,785.00 249,052,446,417.00

212,779,521,532.00

99,716,774,253.00 85.44 36,272,924,805.00 11.66

Sumber: Laporan Hasil Audit Tahun 2013

Tabel 27

Saldo Pinjaman PNPM Mandiri Perdesaan-Pinjaman Usaha Ekonomi Produktif (UEP)

Per 31 Desember 2013

No. Kabupaten Per 1 Jan 2012 Mutasi 2012 Per 31 Des 2012

1 Kepl. Siau Tagulandang Biaro 2.441.877.500,00 0,00 2.441.877.500,00

2 Bolaang Mongondow Timur 162.550.000,00 0,00 162.550.000,00

3 Bolaang Mongondow Selatan 0,00 0,00 0,00

4 Kepulauan Talaud 0,00 0,00 0,00

Jumlah 2.604.427.500,00 0,00 2.604.427.500,00 Sumber: Laporan Hasil Audit Tahun 2013

4.7.1.2. Untuk nilai pekerjaan konstruksi dari PNPM Mandiri

dapat dilaporkan sebagai berikut:

Perkotaan Rp21.479.892.000,00

Perdesaan Rp 8.419.000.570,00

Jumlah Rp29.898.892.570,00

Rincian per kabupaten/kota disajikan pada Tabel 28

sampai dengam Tabel 29 di bawah ini:

Page 63: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

49 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

Tabel 28

Nilai Pekerjaan Konstruksi PNPM Mandiri Perkotaan

Per 31 Desember 2013

No. Kabupaten/Kota Jumlah Paket Nilai (Rp)

1 Kota Tomohon 88 3.177.250.000,00

2 Kota Manado 121 4.554.947.000,00

3 Kota Kotamobagu 50 1.571.125.000,00

4 Kota Bitung 132 7.880.820.000,00

5 Kab. Minahasa 86 2.991.750.000,00

6 Kab. Kepulauan Sangihe 41 1.304.000.000,00

Jumlah 518 21.479.892.000,00 Sumber: Laporan Konsultan Manajemen PNPM Perkotaan Tahun 2013

Tabel 29

Nilai Pekerjaan Konstruksi PNPM Mandiri Perdesaan

Per 31 Desember 2013

No. Kabupaten Jumlah Paket Nilai (Rp)

1 Kepl. Siau Tagulandang Biaro 11 1.435.075.502,00

2 Bolaang Mongondow Timur 12 1.420.587.250,00

3 Bolaang Mongondow Selatan 12 2.625.680.508,00

4 Kepulauan Talaud 12 2.937.657.310,00

Jumlah 47 8.419.000.570,00 Sumber: Laporan Hasil Audit Tahun 2013

4.7.2. Program Subsidi Beras Bagi Masyarakat Miskin (RASKIN)

Untuk program penanggulangan kemiskinan dalam Audit

Operasional Subsidi Beras Bagi Masyarakat Miskin (RASKIN)

di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa

hambatan yang dijumpai, sebagai berikut:

4.7.2.1. Beras yang disalurkan tidak sesuai dengan data hasil

PPLS tahun 2011

4.7.2.2. Beras yang diterima masyarakat tidak sesuai dengan

yang seharusnya.

4.7.2.3. Harga penebusan untuk beras raskin lebih besar dari

harga yang telah ditetapkan oleh Bulog.

4.7.2.4. Belum adanya dana pendukung dari pemerintah

daerah untuk melakukan monitoring dan evaluasi.

4.7.2.5. Terjadi keterlambatan dalam melakukan penyaluran

beras RASKIN ke masyarakat.

4.7.2.6. Kualitas beras yang diterima masyarakat ada yang

mutunya kurang baik.

Page 64: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

50 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

4.8. Hal - hal yang perlu diinformasikan pada Program Infrastruktur yaitu

pekerjaan konstruksi dari PPIP. Jumlah dana yang dikucurkan di

Provinsi Sulawesi Utara untuk PPIP tahun 2013 adalah sebesar

Rp167.750.000.000,00 yang rincian seperti dalam Tabel 30.

Tabel 30

Nilai Pekerjaan Konstruksi PPIP

Per 31 Desember 2013

No. Kabupaten APBN APBN-P

Paket

Pekerjaan Nilai (Rp)

2013 2013

1 Minahasa 75 40 115 28.750.000.000,00

2 Minahasa Utara 51 46 97 24.250.000.000,00

3 Minahasa Selatan 27 66 93 23.250.000.000,00

4 Minahasa Tenggara 36 40 76 19.000.000.000,00

5 Kota Kotamobagu 11 0 11 2.750.000.000,00

6 Bolaang Mongondow 76 15 91 22.750.000.000,00

7 Bolmong Utara 41 6 47 11.750.000.000,00

8 Bolmong Timur 6 14 20 5.000.000.000,00

9 Bolmong Selatan 14 12 26 6.500.000.000,00

10 Kepulauan Sangihe 10 26 36 9.000.000.000,00

11 Kepulauan Sitaro 8 30 38 9.500.000.000,00

12 Kepulauan Talaud 10 11 21 5.250.000.000,00

Jumlah 365 306 671 167.750.000.000,00

Sumber : Satker PPIP per 31 Desember 2013 (unaudited)

4.9. Permasalahan yang dijumpai terkait dengan pengawasan atas

akuntabilitas pengelolaan program lintas sektor, antara lain:

4.9.1. Pada program penanggulangan kemiskinan, masih terdapat

dana bergulir (revolving fund) yang tertahan di masyarakat

sebesar Rp115.559.401.378,00, sehingga tujuan program

untuk menggulirkan dana tersebut terhambat menyebar

merata di masyarakat.

Disamping itu, terdapat potensi permasalahan mengenai

status kepemilikan aset berupa tagihan eks dana bergulir

(KSM, SPP, dan UEP) sebesar Rp328.338.922.910,00 dan

termasuk status kelembagaan simpan pinjam tersebut.

4.9.2. Pengelolaan aset-aset yang berasal dari program

penanggulangan kemiskinan (PNPM Perdesaan, PNPM

Perkotaan, PPIP) belum memadai, mengingat belum jelasnya

kebijakan tata kelola aset eks program penanggulangan

kemiskinan.

Page 65: Laporan Hasil Pengawasan 2013

PERWAKILAN BPKP PROVINSI SULAWESI UTARA

51 Laporan Hasil Pengawasan atas Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

4.9.3. Selain itu masih terdapat Kabupaten/Kota yang belum

menyediakan dana pendamping pada PPIP di daerahnya,

sehingga program PPIP di daerah tersebut belum optimal.

4.9.4. Aset-aset yang berasal dari kegiatan infrastruktur pada

program pusat senilai Rp197.648.892.570,00 belum ada

mekanisme penyerahan kepada pemerintah desa/kelurahan.

Kondisi ini menjadi sangat penting untuk segera ditetapkan

mekanisme pengelolaan dan pencatatannya mengingat telah

disahkan RUU Desa oleh DPR tanggal 18 Desember 2013.

Aset-aset tersebut nantinya akan menjadi aset masing-masing

desa.

4.10. Sehubungan dengan kondisi kualitas akuntabilitas pengelolaan

program lintas sektoral yang telah diuraikan di atas, maka beberapa

hal yang menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai

berikut:

4.10.1. Perlu penyediaan dana pendamping dari APBD

provinsi/kabupaten/kota untuk melakukan monitoring dan

evaluasi program.

4.10.2. Perlu adanya kebijakan tata kelola aset eks program

penanggulangan kemiskinan (PNPM Perdesaan, PNPM

Perkotaan, dan PPIP) mengantisipasi akan berlakunya UU

Desa.

4.10.3. Perlu dilakukan audit oleh APIP terhadap dana bergulir

(revolving fund) yang macet di masyarakat dan

pembahasan dalam penetapan status kelembagaan

simpan pinjam UPK.

4.10.4. Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi oleh satuan kerja

terkait dan Pemerintah Daerah terkait untuk menyelesaikan

permasalahan asset belum dimanfaatkan optimal,

penyalahgunaan dana dan pekerjaan konstruksi yang

belum selesai pada waktunya.

Page 66: Laporan Hasil Pengawasan 2013

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA

Jalan Diponegoro I No.1- Manado 95112 Telepon (0431) 852989,863372 Faksimile (0431) 852989, E-mail: [email protected]