laporan hasil penelitian hubungan karakteristik …
TRANSCRIPT
Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ
LAPORAN HASIL PENELITIAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT TERHADAP
KEMAMPUAN TINDAKAN INVASIF : PEMASANGAN INFUS
PADA ANAK DIARE DI RUANG EMERGENSI
DI RS FATMAWATI TAHUN 2012
OLEH :
SUWARDI
NPM : 2010727196
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2012
i
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Skripsi , Juli 2012
S U W A R D I
Hubungan karakteristik perawat terhadap kemampuan tindakan infasif : pemasangan infuse pada anak diare ri ruang emergency RSUP Fatmawati Jakarta tahun 201
VII Bab + 32 halaman + 2 tabel + lampiran
ABSTRAK
Pasien yang mengalami diare yang datang ke ruang emergency RSUP Fatmawati yang perlu di lakukan tindakan pemasangan infus guna memberikan kebutuhan cairan yang adekuat,sehingga mengurangi angka kematian anak . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik(umur,pendidikan,masa lama kerja) perawat terhdap kemampuan tindakan invasive : pemasangan infus pada anak diare di emergenci.Desain penelitian yang di gunakan adalah desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluru perawat (total sepel) dengan jumblah 43 reaponden. ternyata menurut umur perawat > 30 th sebanyak 14 (63,6%)p value : 0,227 dengan OR 2,333 tidak ada hubungan yang bermakna, masa lama kerja perawat sebanyak 14(60,9%) p value 0,366 dengan OR 1,901 yang artinya ada hubungan yang bermakna dan pendidikan perawat sebanyak 17(68%) p value 0,033 dengan OR 4,250 yang artinya ada hubungan yang bermakna.Hasil analisis bivariat, variabel tidak ada hubungan yang bermakna dengan kemampuan memberikan tindakan yaitu umur perawat>30 th (p = 0,227 dan OR 2,333), pendidikan (p = 0,33 dan OR 4,250)ada hubungan yang bermakna dan lama bekerja (p = 0,366 dan OR 1,901)yang bermakna. Kesimpulan , ternyata ada hubungan antara usia, pendidikan dan masa lama bekerja terhadap kemampuan tindakan invasif pada anak diare. Saran untuk perawat, instasi rumah sakit dan peneliti lain ini perlu di lanjutkan dan di kembangkan variabel-variabel yang akan di teliti sehingga hasilnya lebih bermanpaat dan menggunakan metoda observasional sehingga hasilnya lebih akurat. Kata kunci: hubungan karakteristik perawat, terhadap kemampuan, tindakan invasif: pemasanga infuse pada anak diare diruang emergensi RSUP Fatmawati 2012.
ii
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kita masih diberikan sehat iman dan islam, salawat serta salam
semoga selalu tercurahkan pada nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliah sampai zaman modernisasi seperti saat ini.
Do’a dan harapan penulis lakukan agar apa yang dicita-citakan dapat diraih dengan
hasil yang memuaskan dan selalu diridhai ALLAH SWT, berbagai macam rintangan
dan halangan selalu terjadi ketika penyusunan penelitian ini dibuat, namun
alhamdulilah atas segala usaha yang senantiasa diiringi oleh do’a, akhirnya penelitian
ini dapat terselesaikan dan rampung untuk prasyarat proses ujian akhir semester tiga ,
maka dari itu penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait atas
terselesaikannya penelitian ini, diantaranya adalah :
1. Ibu Dr. Andi Wahyuningsi, SpAn, Direktur Rumas Sakit Umum Pusat
Fatmawati.
2. Ibu Dr. E. Ruhayati Sadili, M.Kes, selaku Kepala Diklit Rumah Sakit Umum
Fatmawati.
3. Ibu Sugih Asih, S.Kep, M.Kep, selaku Kepala Bidang Keperawatan.
4. Ibu Miciko Umeda, SKp. M.Biomed, Dosen pembimbing Koordinator Mata
Ajar.
iii
5. Bapak Muhammad Hadi SKM,M.Kep, Dosen Pembimbing Proposal Penelitian
riset Keperawatan Universitas muhammadiyah Jakarta.
6. Kedua orang tua dan mertua yang senantiasa memberikan dukungan baik berupa
moril dan material.
7. Istriku, anak-anakku dan keluargaku tercinta yang telah memberikan dukungan,
doa, materi, dan tenaga.
8. Teman-teman satu angkatan yang selalu bersemangat dan memberikan
semangat.
9. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini.
Dengan demikian berbagai keterbatasan, Peneliti menyadari bahwa Penelitian ini
belum sempurna untuk itu peneliti mengharapkan masukkan dan saran demi
kesempurnaan penelitian ini.
Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Jakarta,Juni 2012
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………..........i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................ii
ABSTRAK....................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………......iv
DAFTAR ISI................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................................ix
BIODATA PENELITI.................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Masalah Penelitian
C. Pertanyaan peneliti
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Hasil Penelitian
F. Ruang Lingkup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawat
1. Definisi perawat
2. Karakteristik perawat
3. Defenisi kemampuan.
B. Pemasangan infus
C. Indikasi pemasangan infus
v
D. Diare
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HPOTESIS
A. Kerangka konsep penelitian
B. Hipotesis penelitian
C. Definisi operasional
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
B. Populasi dan sempel
C. Tempat dan waktu penelitian
D. Etika peneliti
E. Metode pengumpulan data
F. Pengolahan Data
G. Analisa data
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Hasil analisa Univariat
B. Hasil analisis Bivariat
BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Keterbatasan penelitian
B. Hasil penelitian
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lembar permohonan
Lembar persetujuan menjadi responden
Instrumen kuesioner
Surat ijin penelitian dari institusi
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi data demografi Responden di Rumah Sakit Fatmawati 2012
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan gradasi keterampilan di rumah sakit
fatmawati 2012.
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan gradasi keterampilan (trampil dan tidak trampil) di rumah sakit fatmawati 2012.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan penyakit yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap
tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di Negara
berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat
melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus (enteritis), kolon
(colitis), atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya diklasifikasikan
sebagai diare akut dan kronis (Wong, 2009).
Menurut catatan WHO (world health organitation 2010) diare membunuh 2 juta
anak di dunia setiap tahun. Kematian terbanyak anak diare biasanya di sebabkan
oleh kekurangan cairan, di Negara berkembang, diare menyebabkan kematian
Sekitar 3 juta penduduk di setiap tahun.
Salah satu sasaran pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Indonesia
sehat 2010 meningkatkan status gizi masyarakat melalui program perbaikan
gizi,yang bertujuan meningkatkan status gizi masyarakat maupun institusi dalam
rangka meningkatkan kemandirian, intelek, dan produktivitas sumber daya
manusia (depkes 2001). Menurut UU No 23 tahun 1992 yaitu kesehatan adalah
2
keadaan sejahtera dari badan jiwa dan sosialyang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi maka pembangunan kesehatan harus
senantiasa di upayakan setinggi-tingginya untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat sesuai dengan defenisi tersebut sebagai modal dalam pembangunan
SDM. Berbicara mengenai sumber manusia maka kita harus meperhatikan kondisi
kesehatan anak Indonesia yang merupakan generasi penerus. Pertumbuhan fisik
dan berkembang mereka sangat di pengaruhi oleh kondisi kesehatan saat ini, yang
pada akhirnya akan menentukan kualitas mereka sebagai sumber daya pada masa
yang akan datang.
Menurut catatan medical record RSUP Fatmawati, pasien diare khususnya di
ruang emergensi pada bulan Januari-Desember 2011 berjumblah 2000 orang yang
terkena diare, sedangkan pasien anak yang menderita diare berjumlah 900 orang
(45% ), dan 800 orang (90 %) pasien anak dengan diare yang perlu di lakukan
tindakan invasif : pemasangan infus guna di berikan kebutuhan cairan yang sesuai
dengan tingkat dehidrasi sehingga kebutuhan cairannya terpenuhi, sehingga
mengurangi angka kematian anak khususnya yang terkena penyakit diare.
Terapi parenteral adalah suatu tindakan kolaboratif yang dilakukan oleh seorang
perawat kepada pasien dengan indikasi tertentu berdasarkan program klinis dari
dokter yang dilakukan dengan cara memberikan cairan, baik berupa cairan
elektrolit maupun nutrisi yang di lakukan dengan tindakan steril. Dimana seorang
perawat memerlukan kemampuan tindakan invasif dalam melekukan pemasangan
infus sesuai dengan satuan oprasional prosedur yang benar, sehingga diperlukan
pengalaman bekerja, usia dan tingkat pendidikan perawat. ( Sarwono,2001 )
3
Dalam menghadapi berbagai bentuk dan jenis diare pada anak seperti tersebut di
atas diperlukan kesigapan dan ketangkasan dari pihak perawat yang akan
berkolaborasi. Kematangan seseorang perawat dalam berkolaborasi untuk
melakukan tindakan pemasangan infuse sangat di pengaruhi oleh beberapa factor,
seperti : umur, tingkat pendididkan dan masa lama kerja perawat. Berdasarkan
karakteristik perawat tersebut diatas maka akan didapatkan sejumlah informasi
yang dapat mengarahkan suatu tindakan kolaboratif instrusional dari seorang
dokter kepada perawat akan bergantung kepada kematangan karakteristik perawat
itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
guna mengetahui apakah ada “ Hubungan karakteristik perawat terhadap
kemampuan tindakan invasif : pemasangan infus pada anak diare di ruang
emergensi untuk mengatasi masalah cairan pada anak diare di RS Fatmawati
tahun 2012 “.
B. Masalah Penelitian
Dari 43 perawat yang diobservasi dan diwawancarai perawat yang melakukan
tindakan invasif pemasangan infus pada umumnya tanpa persiapan alat yang
lengkap, perawat sering gagal melakukan tindakan khususnya pemasangan infus
karena anak-anak akan mengalami prosedur ini cenderung untuk memperlihatkan
reaksi negatif seperti, menyepak, berteriak-teriak dan perlawanan sampai tingkat
diperlukan pengendalian fisik. Disinilah perawat diperlukan keterampilan khusus
untuk melakukan tindakan infasif : pemasangan infus.
4
C. Pertanyaan peneliti
Apakah ada hubungan karakteristik perawat, umur, tingkat pendidikan dan masa
kerja terhadap keterampilan pemasangan infuse pada anak diare.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan karakteristik perawat umur, pendidikan dan lama
bekerja terhadap kemampuan tindakan invasif : pemasangan infus pada anak
diare di ruang emergensi di RS Fatmawati.
2. Tujuan khusus
1. Teridentifikasinya gambaran karakteristik perawat umur,tingkat pendidikan
dan masa lama kerja perawat dalam melakukan tindakan invasif :
pemasangan infus
2. Ada hubungan antara karakteristik perawat umur, tingkat pendidikan dan
lama bekerja perawat dalam melakukan tindakan invasif : pemasangan
infus
E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi penelliti
Untuk mengetahui hubungan karakteristik perawat umur, tingkat pendidikan
dan masa kerja, tentang kemampuan perawat terhadap kemampuan tindakan
invasif : pemasangan infus pada anak diare di ruang emergensi.
5
2. Bagi rumah sakit
Untuk memberikan informasi dan gambaran tentanng perawat dalam
kemampuan terhadap tindakan invasif : pemasangan infus pada anak diare di
ruang emergensi RSUP Fatmawati.
3. Bagi institusi pendidikan
- Untuk memberikan informasi dan gambaran tentang tingkat kemampuan
perawat dalam tindakan invasif : pemasangan infus pada anak diare di
ruang emergensi RS Fatmawati.
- Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa lain agar melakukan
penelitian dengan masalah ini berdasarkan metode dan teknik penelitian
lain.
F. Ruang Lingkup
1. Lingkup waktu
Peneliti ini di laksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2012 diruang
emergensi RSUP Fatmawati
2. Lingkup tempat
Penelitian ini dilaksanakan di ruang emergensi RSUP Fatmawati.
3. Lingkup materi dalam penelitian ini di batasi pada karakteristik perawat (umur,
masa kerja dan tingkat pendidikan ).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawat
1. Definisi perawat
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pedidikan
keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan
kesehatan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Kepmenkes RI No 1239/ Menkes /
SK/XI/ 2001) jadi karakteristik perawat adalah merupakan salah satu tenaga
tim kesehatan yang mempunyai watak, sifat dan akhlak yang berbeda yang
mengadakan kontak dengan pasien.
2. Karakteristik perawat
Karakteristik menurut kamus umum Bahasa Indonesia yang di susun oleh : W.
J. S Poerjawadarmita ( dalam literatur) adalah tabiat - tabiat watak, sifat – sifat,
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
lain,yang dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
a. Umur
Perkembangan orang dewasa bahwa setengah bagian pertama dari
kehidupan orang dewasa muda adalah pencarian kopetensi diri, kebahagiaan
dalam masa ini utamanya dicari melalui kinerja dan pencapaian kemampuan.
Setengah bagian yang kedua begitu seorang menjadi semakin dewasa ia
7
mulai mengulur waktu yang tersisa, kebutuhannya berubah menjadi
integritas, nilai – nilai dan keberadaan diri.
Secara fisiologis pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat
digambarkan dengan pertambahan umur, peningkatan umur diharapkan
terjadi pertambahan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh
kembangnya, akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan seseorang pada
titik tertentu akan terjadi kemunduran akibat factor degeneratif.
Menurut Susilo Sumarliyo bahwa usia lanjut umumnya lebih bertanggung
jawab dan lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal ini terjadi
kemungkinan usia yang muda kurang berpengalaman, berbeda dengan hasil
mengenai dan memillih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi lebih
rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya mermacam cara
usaha pembaharuan,ia akan lebih dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai
perubahan pendidikan yang di capai seseorang di harapkan menjadi factor
determinan prodiktifitas antara lain knowledge, skills, abililites, attitude, dan
behavior, yang cukup dalam menjalankan sktifitas pekerjanya.
8
c. Masa Kerja
Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana
pengalaman kerja juga dapat menentukan kinerja seseorang, semangkin lama
bekerja maka kecakapan akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri
dengan pekerjaannya. Seseorang akan mencapai kepuasan tertentu bila
sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.semangkin lama
karyawan bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan akan pekerjaan
mereka.para karyawan yang relatip baru cenderung kurang terpuaskan
karena berbagai pengarapan yang lebih tinggi. Penelitian Eni Suhaeni tahun
2005 menyatakan semangkin lama kerja, maka semangkin banyak
pengalaman yang di miliki dalam memberikan pelayanan di banding dengan
yang baru.
3. Defenisi kemampuan.
Dalam kamus bahasa Indonesia kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam
melakukan suatu perbuatan individu untuk melakukan beragam dalam suatu
pekerjaan dan sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan
seseorang.
Menurut Mohamamad Zain dalam milman Yudi (2010:10) mengartikan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan
diri sendiri.
9
Menurut Anggita M.Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefenisikan
sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sanagat berhasil.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai
keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
B. Pemasangan infus
Melakukan kanulasi vena perifer ( pemasangan infus ), merupakan kemampuan
dasar untuk semua dokter dan perawat meskipun ini merupakan prosedur operasi
yang invasif yang paling sederhana untuk menguasainya diperlukan kemampuan
pemasangan infus berdasarkan usia pasien (Notoatmodjo, 2007).
Kanulasi vena perifer (pemasangan infus) adalah memasukan sebuah tabung ke
dalam saluran tubuh atau rongga, dilakukan untuk memberikan akses ke sirkulasi
untuk pemberian terapi jangka pendek (Scales,2005) pemasangan infus digunakan
untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi
atau shok, untuk memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan metabolism, atau untuk
memberikan medikasi.
10
C. Indikasi pemasangan infus
Menurut Aryani (2009), keadaan – keadaan yang umumnya memerlukan
pemasangan infus adalah :
1. Pedarahan dalam jumblah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah).
2. Trauma abdomen berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah).
3. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi).
4. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh).
5. Dehidrasi.
D. Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau
cair (Suradi & Rita 2001). Sedangkan Hippocrates mendefinisikan diare sebagai
pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair (Hasan & Rusepno 2007).
Dibagian ilmu kesehatan anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air
besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar
sudah lebih dari 4 kali sehari, sedangkan untuk baru berumur lebih 4 kali sehari,
(Hasan & Rusepno 2007).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia mendefinisikan diare sebagai suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk atau konsistensi tinja melembek
11
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya
atau lazimnya tiga kali sehari atau lebih dalam sehari(Depkes RI 2000).
Diare adalah buang air besar dengan bentuk yang lembek/ cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasa 3 kali atau
leibh) dalam sehari (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO,2010 maka dehidrasi dibagi menjadi tiga
yaitu :
1. Dehidrasi ringan
Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok, tandanya anak terlihat agak
lesu, haus, dan agak rewel
2. Dehidrasi sedang
Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala sebagai berikut :
1) Gelisah, cengeng
2) Kehausan
3) Mata cekung
4) Kulit keriput, misalnya kita cubit kulin dinding perut, kulit tidak segera
kembali keposisi semula.
3. Dehidrasi berat
Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala sebagai berikut :
1) Buang air besar cair terus menerus
2) Muntah terus – menerus
3) Kesadaran menurun, lemas luar biasa, dan terus mengantuk
4) Tidak bisa minum, tidak mau makan
12
5) Mata cekung, bibir kering
6) Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
7) Tidak kencing 6 jam atau lebih, frekuensinya buang air kecil berkurang
8) Kadang -kadang dengan kejang dan panas tinggi
Jenis diare dapat di kategorikan menjadi :
a. Diare akut Diare akut adalah buang air besar lembek atau cair yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari), dan berlangsungnya
kurang dari 14 hari. Beberapa hal yang menyebabkan diare akut adalah
keracunan makanan, infeksi bakteri, infeksi virus, dan alergi makanan
(Depkes RI. 2002).
Istilah menunjukkan diare yang terjadi secara akut dan berlangung kurang
dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran
tinja yang lunak atau cairan yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai
muntah dan panas. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan bila masuk
makanan berkurang,juga mengakobatkan kekurangan gizi. Kematian terjadi
karena dehidrasi. Penyebab terpenting diare caira akut pada anak-anak
berkembang adalah rotavirus, escherichia coli, enterotoksigenik, shigella,
campylobacter jajuni, dan cryptosporidium (Depkes RI, 1999).
13
b. Diare kronik
Diare kronik adalah diare akut yang berkelanjutan sampai 14 hari atau
lebih. Beberapa penyebab berlanjutnya diare akut menjadi diare kronik
adalah sebagai berikut :
1) Usia bayi kurang dari empat bulan
2) Tidak mendapat ASI
3) KEP (keluarga energi protein)
4) Diare akut denang etiologi bakteri invasif
5) Tatalaksana diare akut yang tidak tepat seperti pemakaian antibiotik
yang tidak rasional (Depkes RI.2002).
Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipopotik, isotonik, atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder
f. Kejang
g. Malnutrisi energi protein
(Hasan, Rusepno, 2007)
14
Penatalaksanaan medis
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah :
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCL dan NaHCO³ dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar natrium 90
mEg/L. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/L. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCL dan sukrosa.
2) Cairan parenteral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut :
- Untuk anak umur 1 bl – 2 th berat badan 3 – 10 kg
1 jam pertama : 40 ml/KgBB/menit = 3 tts/KgBB/mnt (infus
set berukuran 1 ml = 15 tts atau 13 tts/KgBB/mnt (set infus 1
ml = 20 tts)
7 jam berikutnya : 12 ml/KgBB/menit = 3 tts/KgBB/mnt
(infus set berukuran 1 ml = 15 tts atau 4 tts/KgBB/mnt (set
infus 1 ml = 20 tts)
16 jam berikutnya : 125 ml/KgBB/oralit.
- Untuk anak lebih dari 2-5tahun dengan berat badan 10-15 kg
15
1 jam pertama : 30 ml/KgBB/menit atau 8 tts/KgBB/mnt (1 ml
= 15 tts atau 10 tts/KgBB/mnt (1 ml = 20 tts)
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/KgBB/menit atau 5 tts/KgBB/mnt (1 ml
= 15 tts atau 7 tts/KgBB/mnt (1 ml = 20 tts)
7 jam berikutnya : 10 ml/KgBB/menit = 2,5 tts/KgBB/mnt (1
ml = 15 tts atau 3 tts/KgBB/mnt (set infus 1 ml = 20 tts)
16 jam berikutnya : 105 ml/KgBB oralit per oral
- Untuk bayi baru lahir rendah
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/24jam, jenis cairan 4:1(4 bagian glukosa 5% + 1
bagian NaHCO³ 1½%
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/Kg/BB/jam atau 6 ,
tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mnt (1ml = 20 tts)
Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan : 250 ml/kg/BB/24jam, jenis cairan 4 : 1 ( 4
bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO³ 1½%)
16
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HPOTESIS
A. Kerangka konsep penelitian
Berdasarkan kerangka teori pada bab sebelumnya, jelas bahwa hubungan
karakteristik perawat terhadap kemampuan tindakan invasif : pemasangan infus dapat
terjadi karena berbagai faktor, faktor-faktor tersebut adalah umur, tingkat pendidikan
dan masa kerja.
Dengan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka peneliti hanya meneliti
variabel – variabel dibawah ini yang terdiri dari variabel dependent dan independent.
Variabel dependent adalah ketrampilan/kemampuan melakukan tindakan invasif :
pemasangan infus pada anak diare , sedangkan variabel independent adalah usia,
tingkat pendidikan dan masa kerja.
Dengan demikian kerangka konsep tersebut adalah sebagai berikut:
Skema kerangka konsep penelitian
Independent Dependent
rampil
faktor penyebab :
Kondisi anak/pasien
Kondisi lingkungan
Sarana dan prasarana
Karakteristik perawat :
1. Umur
2. Masa kerja
3. Pendidikan
Kemampuan
Tindakan invasif
Pemasangan infus
17
B. Hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang perlu di uji kebenarannya adanya
keterkaitan suatu hubungan karakteristik perawat terhadap kemampuan tindakan
invasif : pemasangan infus pada anak diare di ruang emergensi RSUP Fatmawati,
sesuai dengan kajian pustaka, kerangka konsep yang dikembangkan, maka peneliti
mengambil suatu hipotesis antara lain :
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ada hubungan karakteristik perawat umur, tingkat pendidikan, dan masa kerja
perawat terhadap kemampuan tindakan invasif : pemasangan infus pada anak diare
di ruang emergensi RSUP Fatmawati.
C. Definisi operasional N
o
Variabe
l
Definisi
operasional
Alat ukur Cara
pengukuran
Hasil ukur
Skala
ukur
Variabel bebas ( independent )
1 Umur Masa hidup
seseorang
yang di
tentukan dari
sejak lahir
sampai
dengan ulang
tahun
berikutnya
Kuisioner Responden
mengisi lembar
kuesioner yang
berisi ttg
pertanyaan
mengenai
umur
1. < 30
th
2. > 30
th
ordinal
2 Tingkat
pendidi
Tahun sukses
pendidikan
Kuisioner Responden
mengisi lembar
1. Renda
h,
Ordina
l
18
kan formal yang
dimiliki oleh
perawat
(sumber study
pendahuluan)
kuesioner yang
berisi ttg
pertanyaan
tingkat
pendidikan
DIII
2. Tinggi
, S I
3 Masa
kerja
Waktu
seseorang
mulai bekerja
pada suatu
instansi
Kuisioner Mengisi
lembar
kuesioner
yang berisi
tentang
pertanyaan
bekerja pada
unit
emergensi
1. Baru
(<4th)
2. Lama
(>4th)
Nomin
al
Variabel terkait ( Dependent )
1 Kemamp
uan
tindakan
invasif :
pemasan
gan infus
pada
anak
diare
Pemberian
cairan yang
di berikan
melalui
pembuluh
dara vena
Kuisioner Wawancara
dan
observasi
1. Tera
mpil
2. Tidak
teram
pil
Nomin
al
19
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini bersifat dengan metode Cross sectional untuk mengetahui
hubungan antara variabel terikat ( tindakan invasif ) dan variabel bebas ( umur,
tingkat pendidikan dan masa kerja ) dalam satu periode tertentu.
Desain penelitian ini digunakan dengan alasan mudah dilaksanakan karena
hemat segi waktu dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.
B. Populasi dan sempel
1. Populasi
Suatu populasi menampilkan pada sekelompok subyek yang menjadi obyek
atau sasaran penelitian ( Notoatmodjo , 2002). Populasi adalah subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan ( Sugiyono, 2005).Ada
dua jenis populasi yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi
terjangkau adalah bagian dari populasi target yang di batasi oleh tempat dan
waktu, populasi terjangkau inilah akan di pilih sample yang terdiri subyek
yang akan di teliti. Dalam penelitian ini populasi berjumblah 43 orang yang
terdiri dari 20 perawat laki-laki dan 23 perawat perempuan adalah perawat
pelaksana di ruang emergensi RSUP Fatmawati, dengan karakteristik, usia,
pendidikan dan masa kerja yang variatif.
20
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan subyek yang di teliti
dan di anggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005). Tehknik
sampling adalah suatu proses seleksi sample yang di gunakan dalam
penelitian dari populasi sehingga jumblah sampel akan mewakili jumblah
keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007) sedangkan tehnik sampling
yang di pakai dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu di ambil
keseluruhan sample yang ada di tempat penelitian , kriteria inklusi adalah
karakteristik yang di dapat masukkan atau layak untuk di teliti ( Nursalam &
siti pariani , 2000,:65 )Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah perawat
berdasarkan usia, jenis,pendidikan dan masa lama kerja terhadap kemampuan
tindakan invasif : pemasangan infus pada anak diare di ruang emergensi
RSUP Fatmawati.
C. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini di lakukan di ruang emergensi RSUP Fatmawati Jakarta.alasan
peneliti memilih RSUP Fatmawati Jakarta karena peneliti bekerja di rumah sakit
tersebut sehingga akan sangat membantu efisiensi serta efektifitas waktu dan
biaya, serta meperoleh hasil yang lebih akurat. Waktu penelitian di lakukan dari
bulan maret sampai juni 2012.
21
D. Etika peneliti
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan
dengan etik ( Setiadi, 2007 ).Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak responden
harus di lindungi. Pada penelitian ini, maka peneliti mendapat surat pengantar dari
Fakultas ilmu kedokteran dan kesehatan program study ilmu keperawatan
Universitas muhammadiyah Jakarta untuk melakukan penelitian di RSUP
Fatmawati Jakarta.
Setelah mendapat persetujuan, baru melekukan penelitian dengan menekankan
masalah etika meliputi :
1. Informed consent ( persetujuan menjadi responden )
Peneliti ini menjelaskan kepada responden bahwa informasi yang di berikan tidak
akan di gunakan untuk mengancam mereka. Untuk melindungi hak-hak responden
, peneliti akan membuat informed consent. Setelah itu peneliti membagikan
angket kepada responden dan menjelaskan cara penelitiannya.
2. Anonymity ( tanpa nama )
Untuk menjaga kerahasian responden yang akan di teliti,peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden dan lembar pengumpulan data, cukup dengan
member kode pada masing-masing lembar tersebut untuk memudahkan
pengelolaan data.
3. Confidentially ( kerahasiaan )
Kerahasian informasi responden yang akan di teliti di jamin oleh peneliti.
Alat dan cara pengumpulan data:
22
Instrumen yang di gunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
berupa kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini berisi pertanyaan ataupun
pertanyaan tertutup ( closed enden ) dengan skala lickert dan skala Guttman. Pada
skala ini responden di minta setuju atau tidak setuju terhadap suatu hal. Pendapat
ini di nyatakan dalam berbagai tingkat persetujuan terhadapyang di susun peneliti
( Nursalam ,2003 ).
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan 1 macam kuesioner,
Data Demografi, yaitu terdiri dari umur, tingkat pendidikan dan masa lama kerja,
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan menanyakan 19 pertanyaan
tentang kemampuam perawat dalam tindakan invasif : pemasangan infus pada
pasien diare. Penilaian atau scoring berdasarkan skala Lickert yaitu 1-5 untuk
masing- masing pertanyaan. Pertanyaan terdiri 5 kategori yaitu , selalu, sering,
kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah, yang di rancang oleh peneliti dengan
mengacu pada literature, kerangka konsep dan tujuan peneliti yang telah di
konsultasikan dengan pembimbing.
E. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah :
1. Setelah kuesioner dan proposal di setujui oleh pembimbing dan pihak
fakultas, peneliti mulai mengumpulkan data dengan membagikan kuesioner
pada responden yang telah mendatatangani surat persetujuan.
23
2. Selama responden mengisi kuesioner, peneliti berada di samping responden,
apa bila ada pertanyaan dari responden, peneliti dapat langsung menjawab dan
menjelaskan.
3. Responden akan menyerahkan seluruh kuesioner setelah pengisian kuesioner
selesai.
4. Mengumpulkan kuesioner yang telah selesai diisi dan bila ada kuesioner yang
belum lengkap, lansung di lengkapi saat itu juga.Bila kuesioner sudah lengkap
maka peneliti mengakhiri pertemuan dan mengucapkan terima kasih kepada
responden atas kesediaan dalam membantu penelitian ini.
F. Pengolahan Data
Semua kuesioner yang telah di isi oleh responden di kumpulkan dan selanjutnya di
lakukan pengolahan data dan diproses melalui tahapan, menurut Notoatmodjo
(2010 ) sebagai berikut :
1. Editing data
Kegiatan yang di lakukan setelah selesai menghimpun data lapangan. Data
yang ada seluruhnya di teliti apakah sudah benar, jelas dan lengkap sesuai
yang di inginkan.
2. Coding data
Data yang sudah di edit di beri identitas sesuai dengan pertanyaan dan
kelompoknya sehingga memiliki arti tertentu pada saat di analisis.
3. Sorting
Adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokan data menurut jenis –
jenis yang di kehendaki ( klasifikasi data ).
24
4. Entry
Data jawaban – jawaban yang sudah di beri kode kategori kemudian di
masukan dalam tabel dengan cara frekuensi data.
5. Cleaning
Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum.
G. Analisa data
Analisa data peneliti dilakukan ada 2, yaitu :
1. Analisis univariat
Adalah untuk mendeskripsikan/menjelaskan hasil penelitian untuk masing-
masing variabel,tergantung dari jenis variabel. Data yang di sajikan dalam
bentuk tabel distribusi, yaitu untuk mengetahui faktor internal dan ekternal
pekerja.
2. Analisis Bivariat
Adalah menggunakan analisa statistik menggunakan uji chi-scuare, data
independent adalah untuk mengukur variabel independent ( skala nominal / skala
ordinal ), variabel dependent ( skala interval ). Dasar pengambilan keputusan
apabilah di peroleh nilai p< 0,05 maka Ho di tolak, yang artinya ada hubungan
yang di signifikan antara variabel independent terhadap variabel dependent dan
jika p > 0,05 maka Ho di terima Ha di tolak, artinya tidak ada hubungan yang
sugnifikan antara variabel independent terhadap variabel dependent.
25
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dengan judul “ Hubungan
karakteristik perawat terhadap kemampuan tindakan invasive : pemasangan infus pada
anak diare. Hasil penelitian tersebut dalam bentuk analisa univariat yang terdiri dari
data demografi dan analisa bivariat yang terdiri dari variabel penelitian yaitu
ketrampilan tindakan invasif : pemasangan infus.
A. Hasil analisa Univariat
Dalam analisa univariat ini menjelaskankan secara deskritif, mengenai
variabel-variabel penelitian yang terdiri dari karakteristik. Demografi seperti usia,
pendidikan dan lama bekerja. Dan hasil pengumpulan data sesuai dengan variabel
penelitian. Data-data ini akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
1. Karakteristik responden berdasarkan variabel penelitian
Tabel 5.1 Distribusi data demografi
Responden di Rumah Sakit Fatmawati 2012 Karakteristik Kategori Frekuensi
N : 43 Persen (%)
Umur < 30 th 21 48.8 > 30 th 22 51.2
Pendidikan Rendah 18 41.9 Tinggi 25 58.1
Masa kerja Baru ( < 4 th ) 20 46.5 Lama ( > 4 th ) 23 53.5
26
a. Umur
Berdasarkan tabel 5.1. diatas dapat di lihat menurut umur adalah umur < 30
th sebanyak 21 (48.8%).
b. Pendidikan
Berdasarkan data tabel 5.1. di atas dapat dilihat menurut pendidikan
berpendidikan tinggi 25 ( 58.1%).
c. Masa kerja
Berdasarkan data tabel 5.1 di atas dapat dilihat yang bekerja lama sebanyak
23 ( 53.5%).
2. Karakteristik responden berdasarkan gradasi keterampilan berdasarkan
variabel penelitian
Tabel 5.2
Distribusi responden berdasarkan gradasi keterampilan uji statistik di unit emergensi RSUP Fatmawati 2012.
Kategori Frekuensi Persentase n.43
Valud Kumulatif(%)
Tidak mampuh 23 53.5 53.5 100.0 Mampuh 20 46.5 46.5 46.5
Berdasarkan data tabel 5.2 diatas dapat dilihat menurut ketrampilan adalah
responden yang trampil 20 (46,5%) dan responden yang tidak trampil 23 (53,5%).
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata responden di rumah sakit Fatmawati
khususnya di ruang emergensi belum begitu trampil.
27
B. Hasil analisis Bivariat
Sebagaimana desain penelitian ini adalah deskritif dengan pendekatan cross
sectional yaitu menjelaskan hubungan karakteristik perawat dalam kemampuan
berkolaborasi (pemberian cairan parenteral pada anak diare dengan dehidrasi
berat). Analisis bivariat bertujuan menjelaskan secara statistik hubungan 2
variabel (variabel dependent dan independent).
Variabel dependent yaitu trampil dan tidak trampil terhadap kemampuan
memberikan terapi parenteral pada pasie diare dengan dehidrasi berat, sedangkan
variabel independentnya yaitu usia, pendidikan dan lama bekerja perawat,
khususnya dalam kemampuan memberikan terapi cairan parenteral seperti
pemasangan infus pada pasien diare dengan dehidrasi berat di ruang emergensi
RSUP Fatmawati 2012, yaitu dengan menggunakan uji chi-square.
28
Tabel 5.3
1. Hubungan antara umur perawat terhadap kemampuan tindakan invasif :
pemasangan infus pada anak diare
Pada tabel 5.3 di atas didapatkan data usia perawat > 30 th dengan jumlah 14
(63,6%) hasil uji statistic didapatkan p value 0,225 yang bermakna bahwa tidak
adanya hubungan yang signifikan antara usia perawat dengan kemampuan
melakukan tindakan invasif ; pemasangan infus pada anak diare dan nilai OR
2,333 yang artinya, responden yang umur > 30 th memiliki peluang sebanyak
2,333 kali untuk melakukan tindakan invasif pemasangan infus pada anak diare
dengan trampil.
Karakter
istik
Kategori
Gradasi ketrampilan Total
P value
OR Confide
nce Interval
CI 95%
Tdk trampil
Trampil lower upper
N % N % P % Umur <30th 12 57,1
% 9 42,9
% 21 100
% 0,227 2,333 0,685 7,946
>30th 8 36,4%
14 63,6%
22 100%
Pendidikan
Rendah 12 66,7%
6 33,3%
18 100%
0,033 4,250 1,169 15,454
Tinggi 8 32% 17 68% 25 100%
Lama bekerja
Baru(<4th) 11 55% 9 45% 20 100%
0,366 1,901 0,564 6,410
Lama(>4th) 9 39,1%
14 60,9%
23 100%
29
2. Hubungan antara pendidikan perawat terhadap kemampuan tindakan
invasif : pemasangan infus pada anak diare
Pada tabel 5.3 di atas dapat di gambarkan pada data pendidikan perawat yang
tinggi dengan jumblah 17 ( 68 % ). Hasil uji statistik di dapatkan nilai p value
0,033 yang bermakna, bahwa ada hubungan yang signivikan antara pendidikan
perawat yang tinggi dengan kemampuan melakukan tindakan invasif ;
pemasangan infus. Hasil analisa juga menunjukan nilai OR sebesar 4,250 yang
artinya, responden yang berpendidikan tinggi memiliki peluang sebanyak 4,250
kali untuk melakukan tindakan invasif pemasangan infus pada anak diare yang
trampil.
3. Hubungan antara masa lama kerja perawat terhadap kemampuan tindakan
invasif : pemasangan infus pada anak diare.
Pada tabel 5.2 di atas di dapatkan data lama bekerja sebanyak 14(60,9%) dengan
nilai p value 0,366 yang bermakna adanya hubungan yang signifikan antara
lamanya bekerja dengan melakukan tindakan invasif pemasangan infus. Dan nilai
OR 1.901 yang artinya lama bekerja memiliki peluang sebanyak 1,901 kali untuk
terampil melakukan tindakan invasif pemasangan infus pada anak diare yang
trampil.
30
BAB VI
PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini penelitian akan membahas mengenai hasildalam penelitian mulai dari
analisa univariat dan analisa bivariat tentang variabel penelitian yaitu hubungan
karakteristik perawat dalam kemampuan tindakan invasif : pemasangan infus pada
anak diare. Sebelum peneliti membahas hasil tersebut terlebih dahulu di kemukakan
keterbatasan dari penelitian yang di lakukan.
A. KETERBATASAN PENELITIAN
1. Instrumen atau alat ukur
Pengumpulan data dengan kuesioner mungkin responden menjawab
pertanyaan dengan tidak jujur atau tidak mengerti dengan pertanyaan yang di
maksud sehingga kurang mewakili secara kualitatif.
2. Keterbatasan validasi instrumen penelitian
Kuesioner pertama kali baru digunakan walaupun uji validitas dan realibitas
sudah cukup baik namun baru terbatas pada satu rumah sakit sehingga akan
menjadi lebih valid apabila dilakukan uji coba pada rumah sakit lainya.
3. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional sehingga
Hubungan yang ditentukan dari variabel indevenden dan devenden bukanlah
merupakan hubungan sebab akibat, karena penelitian dilakukan dalam waktu
bersama dan tanpa adanya follow up.
31
B. Hasil penelitian
1. Hasil analisa Bivariat
a. Hubungan antara umur perawat terhadap kemampuan tindakan
invasif : pemasangan infus pada anak diare.
Berdasarkan hasil analisa bivariat kemampuaan umur < 30 th perawat yang
melakukan tindakan invasif ; pemasangan infus sebanyak 21 perawat dan
umur >30 th perawat yang melakukan tindakan invasif : pemasangan
infuse sebanyak 22 perawat.setelah di uji statistic dengan menggunakan
chi-sguere ternyata p.value : 0,227 yang artinya tidak ada hubungan antara
umur perawat dengan kemampuan melakukan tindakan invasif :
pemasangan infus pada anak diare.
(Notoatmodjo, 2007) menyatakan sebagian besar kemampuan manusia di
pengarui paktor umur dan diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran,
Kemampuan seorang merupakan dasar untuk terbentuknya untuk
melakukan tindakan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat susilo sumarliyo usia lanjut
umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih telitih di banding dengan usia
muda,hal ini terjadi kemungkinan usia yang muda kurang berpengalaman,
berbeda dengan hasil mengenai dan memilih berbagai obyek sehubungan
tindakan yang akan di ambil.
32
b. Hubungan antara pendidikan perawat terhadap kemampuan
tindakan invasif : pemasangan infus pada anak diare.
Berdasarkan analisa bivariat pendidikan perawat yang rendah untuk
melakukan tindakan invasif : pemasangan infus yang tidak terampil
sebanyak 18 perawat dan perawat berpendidikan tinggi untuk melakukan
tindakan invasif : pemasangan infus yang terampil sebanyak 25 perawat.
Setelah diuji statistikdengan menggunakan jhi-sguare ternyata p.value
0,033 yang artinya ada hubungan antara pendidikan perawat terhadap
kemampuan tindakan invasif : pemasangan infus pada anak diare.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat (Menurut Gilmer dalam flazer,
1992) tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi
akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya
bermacam cara usaha pembaharuan ,ia akan lebih dapat menyesuaikan diri
terhadap berbagai perubahan pendidikan yang di capai
seseorang,diharapkan menjadi factor determinan produktifitas antara
lain,skills, attitude, dan behavior yang cukup dalam menjalankan sktifitas
pekerjanya.
c. Hubungan antara masa lama kerja perawat terhadap kemampuan
tindakan invasif : pemasangan infus pada anak diare.
Berdasarkan analisa bivariat masa lama kerja perawat terhadap
kemampuan melakukan tindakan invasif : pemasangan infus yang tidak
terampil sebanyak 20 perawat dan yang terampil melakukan tindakan
33
invasif : pemasangan infus sebanyak 23 perawat.Setelah diuji statistik
dengan menggunakan chi-sguere ternyata p. value : 0,366 yang artinya ada
hubungan antara masa lama kerja perawat dengan kemampuan tindakan
invasif : pemasangan infus pada anak diare.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat ( Eni suhaeni, 1992). Masa
kerja biasanya di kaitkan dengan waktu mulai bekerja,di mana pengalaman
kerja juga dapat menentukan kinerja seseorang, semangkin kama bekerja
maka kecakapan akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan
pekerjaanya. dalam melalukan tindakan keperawatan,semangkin lama
karyawan bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan
mereka.
34
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Tidak ada hubungan antara usia perawat terhadap kemampuan tindakan
invasif : pemasangan infus dengan nilai p value 0,227 yang bermakna bahwa
tidak adanya hubungan yang signifikan antara usia perawat dengan
keterampilan tindakan invasif : pemasangan infus pada anak diare.
2. Ada hubungan antara pendidikan perawat terhadap kemampuan Tindakan
invasif : pemasangan infus pada anak diare dengan p : 0,33 < 0,005. Hasil
analisa juga menunjukan nilai OR sebesar 4,250 yang artinya,respon yang
berpendidikan tinggi memiliki peluang sebanyak 4,250 kali untuk melakukan
tindakan invasif : pemasangan infus pada anak diare.
3. Ada hubungan antara masa kerja perawat terhadap kemampuan tindakan
invasif : pemasangan infus pada anak diare, dengan p :0,366 yang bermakna
adanya hubungan yang signifikan antara lamanya kerja dengan melakukan
tindakan invasif pemasangan infus.dan nilai OR 1.901 yang artinya lama
bekerja memiliki peluang sebanyak 1,901 kali untuk trampil melakukan
tindakan invasif pemasangan infus.
35
B. SARAN
1. Untuk perawat
Untuk tenaga kesehatan khususnya perawat yang bertugas di ruang
emergency meningkatkan keterampilan dalam melekukan tindakan invasif
pemasangan infus sesuai dengan SOP yang berlaku.
2. Institut rumah sakit
Untuk meningkatkan keterampilan perawat dalam kemampuan memberikan
,tindakan infasif pemasangan infus sekiranya perlu di adakan pelatihan-
pelatihan,uji kopetensi secara periodic dan berkesinambungan.
3. Peneliti lain
Kepada peneliti lain di lanjutkan dan di kembangkan variabel-variabel yang
akan di teliti sehinga hasilnya lebih bervariatif dan menggunakan metoda
observasional sehingga hasilnya lebih adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, (2008).prilaku organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Behrman Nelson, Arvin Kliegman. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol 1. Jakarta: Penerbit Buku EGC. Dewi Lia Nanny Vivian. (2000). Asuhan Neonates Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Penerbit Buku Salemba Medika. Hastono Priyo Sutanto. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta : Penerbit FKM
UI. Supartini Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : Penerbit Buku EGC.Ajar Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Bineka Cipta. Nursalam, Susilaningrum Rekawati, Utami Sri. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta: Penerbit Buku Salemba Medika. Medical Record RSUP Fatmawati ruang emergensi Tahun 2011 – 2012 (tidak dipublikasikan). Muhammad Zain dalam milman Yudi,(2010) tentang defenisi kemampuan, Jakarta: penerbit buku Bineka Cipta. Wong L Donna, Eaton Berry Hoken Marlyn, Wilson David, Winkelstein L Marilyn, Scwartz Patricia. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik , Edisi 6 Vol 6. Jakarta Buku EGC.
Literature-literatur : Aryani, 2009, tentang proses pemasangan infuse. Dep-kes 2001, status gizi. Catatan W H O (2010) tentang kasus diare pada anak. W.J.S.Poerjawadarmita, tentang karakteristik perawat.
LAMPIRAN:
Berikut ini adalah tehnik pemasangan infus yang baik :
a. Perlengkapan dan peralatan
Perlengkapan dan peralatan yang umum diperlukan untuk terapi intravena
meliputi:
- Standar infus
- Set infus
- Cairan sesuai program medik
- Jarum infus sesuai dengan ukuran
- Tuorniguet
- Kapas alcohol
- Plester
- Gunting
- Kasa
- Bethadin
- Sarung tangan
b. Menurut Scale (2005) Prosedur pemasangan infus tahapannya sebagai berikut:
- Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
- Cuci tangan
- Hubungkan cairan infus set dengan menusukan kebagian karet atau akses
selang kebotol infus
- Isi cairan kedalam cairan infus dengan menekana tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem selang hingga cairan memenuhi slang dan udara
selang keluar
- Letakan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan di lakukan
penginfusan
- Lakukan pembendungan dengan tourniguet (karet pembendung) 10-12cm
di atas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam
dengan gerakan sirkular (bila sadar)
- Gunakan sarung tangan steril
- Desinfeksi daerah yang akan di tusuk dengan kapas alcohol
- Lakukan penusukan pada vena dengan meletakan ibu jari di bagian bawah
vena dan posisi jarum (abocats) mengarah ke atas
- Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocats/surflo). Apabila saat
penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum maka tarik keluar
bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena.
- Setelah bagian jarum di dalam di lepas, tahan bagian atas vena dengan
menekan menggunakan jari tangan agar darah tak keluar kemudian
bagian infus di hubungkan dengan selang infus.
- Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dosis.
- Lakukan fiksasi dengan steril.
- Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum.
- Mengukur tetesan infus sesuai program
- Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
- Catat jenis tetesan cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran dan tipe
jarum infus.
- Evaluasi masukan cairan ½ jam setelah dan 1 jam sesudah cairan masuk
- Pendokumentasian
LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : SUWARDI
NIM : 2010727196
Judul Penelitian : Hubungan karakteristik perawat terhadap kemampuan
tindakan invasive : pemasangan infuse pada anak diare di
ruang emergency di RS Fatmawati 2012
Nomor Telepon : (081280800029)
No. Hari / Tanggal Materi Masukan Pembimbing TTD
Pembimbing
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada :
Yth ……………………..
Di tempat
Dengan Hormat
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Mehammadiyah Jakarta bermaksud untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Karakteristik Perawat terhadap kemampuan
tindakan invasive : pemasangan infuse pada anak diare di RS Fatmawati tahun 2012”.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan saudara untuk
menjadi responden penelitian ini, jawaban saudara akan saya jaga kerahasiaannya dan
hanya digunakan untuk penelitian. Saya menjamin jawaban yang saudara berikan dan
peneliti ini tidak akan merugikan saudara. Apabila saudara bersedia mengisi angket,
saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (terlampir)
dan dikembalikan kembali setelah diisi.
Jakarta, Juni 2012
Peneliti
Lampiran
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Judul peneliti : Hubungan Karakteristik Perawat terhadap kemampuan tindakan
invasive : pemasangan infuse pada anak diare di ruang
emergency di RS Fatmawati tahun 2012.
Peneliti : Suwardi
Pembimbing :
Saya memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya
mengerti bahwa saya menjadi bagian dari peneliti yang bertujuan untuk mengetahui
Hubungan Karakteristik Perawat terhadap kemampuan tindakan invasive :
pemasangan infuse pada anak diare di ruang emergency di RS Fatmawati tahun 2012.
Saya telah diberitahu jawaban terhadap kuesioner tidak akan diberitahukan kepada
siapa pun. Partisipasi saya, atau penolakan saya untuk menjawab kuesioner ini tidak
akan merugikan saya. Saya mengerti bahwa tujuan penelitian ini akan sangat
bermanfaat bagi tenaga kesehatan dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan derajat kesehatan.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
bersedi berperan serta dalam penelitian ini.
Jakarta, Juni 2012
Tanda Tangan Responden TandaTangan Peneliti