laporan hasil monitoring melalui peninjauan ke lapangan ... · pdf filemelakukan penagihan...
TRANSCRIPT
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan ke Lapangan (On-site Visit) FARMER EMPOWERMENT THROUGH AGRICULTURAL TECHNOLOGY AND INFORMATION
IBRD 7427-IND DAN IDA 4260-IND
Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, Bab VI Pasal 77 Ayat (1), telah diamanatkan untuk melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi terutama pada aspek realisasi penyerapan dana serta aspek keuangan lainnya secara triwulanan terhadap kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan hibah luar negeri. Untuk memenuhi amanat pasal dimaksud dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010 ditetapkan bahwa Subdirektorat Monitoring dan Evaluasi, Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen mempunyai tugas melaksanakan monitoring dan evaluasi pengelolaan pinjaman, hibah dan instrumen pembiayaan syariah, pelaksanaan analisis kinerja perkembangan pelaksanaan pinjaman, hibah dan instrumen pembiayaan syariah, dan penyiapan rekomendasi rencana tindak (action plan) percepatan pelaksanaan pinjaman, hibah dan instrumen pembiayaan syariah.
Sesuai amanat Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.08/2010 tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi dan Dokumentasi Pinjaman Dan/Atau Hibah Pemerintah materi monitoring yang berupa data dan informasi yang terkait dengan aspek finansial pelaksanaan pinjaman dan/atau hibah dapat berupa data realisasi penyerapan pinjaman dan/atau hibah yang diperoleh dari peninjauan lapangan ke lokasi kegiatan (on-site visit) terhadap kegiatan yang diindikasikan mengalami penyerapan rendah. Selain itu, peninjauan lapangan ke lokasi kegiatan juga dapat diarahkan untuk memperoleh informasi berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan fisik serta pengelolaan kegiatan selain juga data dan informasi lain yang dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antara sasaran kegiatan, indikator-indikator keberhasilan serta kemajuan yang telah dicapai dalam pelaksanaan kegiatan. Pemantauan pelaksanaan kegiatan fisik dimaksud utamanya ditujukan untuk melakukan identifikasi penyebab terkendalanya penyerapan dana pinjaman.
Secara lebih jauh, penyebab rendahnya tingkat penyerapan dan keterkaitannya dengan kemajuan fisik pelaksanaan kegiatan serta permasalahan yang menyebabkannya terhambatnya penarikan dana,
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 2
dapat dielaborasi lebih lanjut melalui penghimpunan informasi dari para pemangku kepentingan (stakeholders) yang terlibat langsung dalam pelaksanaan ataupun pemangku kepentingan lain yang merasakan langsung dampak atas keluaran kegiatan.
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi Subdirektorat Monitoring dan Evaluasi tersebut, pada tanggal 14 Juni sampai dengan 9 Juli 2011 telah dilaksanakan kegiatan monitoring melalui pemantauan lapangan (on-site visit), wawancara dengan pelaksana proyek serta pengumpulan dan analisa data terhadap pelaksanaan pinjaman luar negeri yang bersumber dari Bank Dunia untuk kegiatan proyek Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information (FEATI). Pengelolaan proyek FEATI ini berada dibawah Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manuasia Pertanian - Kementerian Pertanian yang selanjutnya bertindak sebagai Executing Agency.
B. Maksud dan
Tujuan Adapun maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan monitoring ini adalah untuk memperoleh gambaran riil dan langsung mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri termasuk di dalamnya perkembangan kemajuan penarikan dana pinjaman, kemajuan fisik, perkembangan proses pengadaan barang/jasa, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan, serta langkah tindak yang telah dan/atau akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan sehingga diharapkan dari hasil monitoring tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam rangka mengatasi permasalahan yang timbul dan upaya-upaya untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan agar dapat dicapai pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien tanpa menimbulkan tambahan beban biaya-biaya (additional costs) pinjaman yang tidak perlu. Secara lebih umum, pemantauan melalui kunjungan ke lapangan dilakukan sebagai upaya monitoring dan evaluasi atas kegiatan yang dananya berasal dari pinjaman. Monitoring dan evaluasi semacam ini merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya optimalisasi dana APBN.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 3
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Deskripsi
Proyek 1. Nama Proyek : Farmer Empowerment through Agricultural
Technology and Information (FEATI)
2. Sumber Dana : Bank Dunia (IDA Nomor 7427-IND dan IBRD Nomor 4260-IND)
3. Nomor Loan : 20076000 dan 20361000
4. Nomor Register : 21594001
5. Jumlah Loan : SDR 39.900.000,00 dan USD 32.800.000,00
6. Tgl. Penandatanganan : 28 Maret 2007
7. Tanggal Efektif : 28 Juni 2007
8. Tanggal Closing : 30 Juni 2012
9. Term and Condition a. Grace Period b. Maturity c. Fees d. Interest Rate
: : : :
10 tahun dan 5 tahun 34,5 tahun dan 19,5 tahun SDR 53.153,73 dan USD 309.519,29 LIBOT + Variabel Spread
10. Mekanisme Penarikan : Rekening Khusus (Special Account)
11. Executing Agency : Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian – Kementerian Pertanian
12
Lokasi Kegiatan Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo.
B. Tujuan dan
Sasaran Kegiatan
Tujuan secara umum proyek Farmer Empowerment through Agricultural
Technology and Information (FEATI) adalah untuk meningkatkan produktivitas,
pendapatan dan kesejahteraan petani, dan pengembangan kemampuan serta
peranan organisasi petani. Sedangkan sasaran FEATI antara lain berupat:
1. Pengembangan kelembagaan penyuluhan,
2. Pengembangan kelembagaan petani,
3. Penguatan ketenagaan penyuluhan,
4. Perbaikan sistem dan metode penyuluhan,
5. Perbaikan penyelenggaraan penyuluhan,
6. Penguatan dukungan teknologi pada usaha tani, dan
7. Perbaikan pelayanan informasi pertanian.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 4
C. Ruang Lingkup Pekerjaan
Adapun ruang lingkup kegiatan FEATI terdiri dari :
1. Komponen A
Penguatan sistem penyuluhan yang berorientasi pada kebutuhan petani.
2. Komponen B
Penguatan Kelembagaan dan Kapasitas Penyuluh,
3. Komponen C
Peningkatan pengkajian dan penyebaran teknologi.
Kegiatan utama FEATI terdiri dari pembangunan gedung BPP yang termasuk
ke dalam komponen A dan Farmer managed extension activities (FMA) yang
termasuk pada komponen B. Khusus kegiatan FMA antara lain sebagai
berikut:
1. Teknik mengidentifikasi pasar, analisis potensi desa, dan analisis
pemilihan komoditi unggulan.
2. Pemilihan dan penghitungan penggunaan sarana produksi secara efisien
dan efektif.
3. Pemilihan teknologi pasca panen (sortasi, grading, dan packaging) dan
teknologi pengolahan hasil.
4. Manajemen produksi, keuangan, dan transportasi.
5. Pengembangan organisasi petani. D. Rencana
Investasi Proyek
Keseluruhan dana investasi untuk pelaksanaan kegiatan FEATI sebesar
SDR 39,9 dan USD 32,8 juta. Sesuai klausul di dalam dokumen perjanjian
pinjaman, kontribusi Pemerintah Indonesia khusus untuk goods, works,
training cost adalah sebesar 20% dari total komitmen pinjaman (ekuivalen
SDR 4,85 juta dan USD 3,99 juta).
Rencana Investasi Proyek FEATI
Category Amount of IDA
(SDR)
Amount of IBRD (USD)
1. Goods, works, training and operating cost 24.250.000 19.950.000
2. Grants 12.050.000 9.900.000
3. Consulting services 2.550.000 2.100.000
4. Unallocated 1.050.000 850.000
TOTAL 39.900.00 32.800.000
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 5
E. Kinerja Proyek
Berdasarkan pada data DMFAS per tanggal 30 Juni 2011, dapat
diketahui bahwa kinerja penarikan dana pinjaman adalah sebagai
berikut: Nama Proyek Farmer Empowerment through Agricultural
Technology and Information
Nomor Loan IDA 7427-IND dan IBRD 4260-IND
Dated Signed 28 Maret 2007 28 Maret 2007 Date Effective 28 Juni 2007 28 Juni 2007 Date Drawing Limit 30 Juni 2012 30 Juni 2012 Loan Amount SDR 39.900.000,00 USD 32.800.000,00
Disbursement SDR 39.900.000,00 USD 12.949.355,61
Undisbursed - USD 19.860.644,39
Disbursment Ratio 100% 39 %
Elapsed Time Ratio 80% 80 %
Progress Variant 1,25 0.49
Category Loan On/ahead schedule Behind Schedule
Sumber : DMFAS Direktorat EAS
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pinjaman kegiatan FEATI, loan
IBRD 4260-IND, termasuk dalam kategori behind schedule dengan
persentase penyerapan (39%) dengan waktu efektif pinjaman yang telah
terlampaui (80%) dari total masa laku pinjaman yang direncanakan.
Dibanding dengan waktunya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penyerapan pinjaman tersebut termasuk dalam kategori behind schedule.
Performa optimalisasi dana yang diukur dari realisasi anggaran yang
tersedia di dalam DIPA sejak tahun 2007 sampai dengan akhir triwulan I
tahun 2011 menunjukkan kecenderungan yang membaik.
Kinerja Penarikan Pinjaman
Sampai akhir triwulan I Tahun 2011 (dalam rupiah)
Tahun DIPA Realisasi Persen Penyerapan
2007 134,683,143,449 19,193,923,460 14%
2008 215,303,123,000 133,059,412,460 62%
2009 333,226,476,000 291,384,180,603 87%
2010 185,729,080,505 171,238,797,495 92%
2011* 198,550,639,447 5,564,530,546 3% Sumber: PMU FEATI
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 6
Apabila dilihat dari nilai historis penyerapan DIPA sejak pinjaman efektif
sampai dengan akhir tirwulan I tahun 2011, dapat disimpulkan bahwa
kinerja penyerapannya terus membaik sebagaimana terlihat di grafik
berikut.
Secara lebih jauh, angka realisasi anggaran terhadap alokasi DIPA dari tahun 2007 ke tahun 2010 menunjukkan peningkatan penyerapan yang semakin membaik. Persentase realisasi anggaran terhadap alokasi DIPA pada akhir tahun 2010 mencapai 92% dari nilai yang dialokasikan pada DIPA tahun 2010.
Meskipun persantase realisasi anggaran telah menunjukkan perbaikan, namun indikasi perpanjangan masa laku terhadap pinjaman ini dirasa sangat reasonable mengingat perpanjangan tersebut lebih disebabkan keinginan pengelola untuk memperpanjang masa pemberdayaan yang telah dirintis oleh kegiatan FEATI dengan memperhatikan puls beberapa komponen kegiatan pokok yang belum sepenuhnya dapat terlaksana. Dalam hal ini, keberhasilan kegiatan pemberdayaan tidak semata-mata dapat diukur dari nilai penyerapannya namun harus juga mempertimbangkan hal-hal yang menjadi karakteristik kegiatan yang berbasis pemberdayaan masyarakat Sedangkan untuk kegiatan pembangunan gedung pertanian secara optimis dapat diselesaikan pada akhir tahun 2011.
Sementara itu kumulatif penarikan pinjaman untuk kegiatan FEATI sampai dengan 31 Maret 2011 telah mencapai IDR 676.054,62 juta yang terdiri dari porsi yang didanai oleh pemerintah (GoI) sebesar IDR 84.709,01 juta, SBUN sebesar 41.393,59 juta, advance payment sebesar IDR 3.141,96 juta, dan Bank Dunia sebesar IDR 547.260,05.data secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 7
COMULATIVE EXPENDITURE FEATI
AS OF MARCH 31,2011 (in million)
category GoI SBUN Advance Payment
Charged to WB in IDR
Charged to WB in USD
Goods, works, training, operating cost
84.709,01 29.104,00 2.281,35 361.955,23 37,83
Farmer managed extension activities grant
- 10.792,30 860,61 151.799,32 15,61
Consulting services - 1.497.31 - 33.505,51 3,67
Total Sumber : PMU FEATI
84.709,01 41.393,59 3.141,96 547.260,05 57,10
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 8
BAB III Laporan Hasil Monitoring Melalui Kunjungan Ke Lokasi Kegiatan
Kegiatan pemantauan lapangan dilaksanakan pada tanggal 14 Juni sampai
dengan 9 Juli 2011, kegiatan tersebut dilaksanakan pada 13 Provinsi yaitu Sumatra Barat,
Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, DI
Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
dan Gorontalo. Di antara sejumlah kriteria yang mendasari pemilihan lokasi sampel salah
satunya adalah kemungkinan diidentifikasikannya permasalahan yang menyebabkan
perpanjangan masa laku pinjaman (loan extension) sebagaimana yang diindikasikan pada
tahapan persiapan (pertemuan koordinasi) sebelum pelaksanaan pemantauan lapangan.
Dari kegiatan kunjungan lapang tersebut diperoleh informasi sebagai berikut:
A. Kabupaten Solok
Deskripsi dan Kinerja:
Kabupaten Solok merupakan satu dari lima kabupaten di Provinsi Sumatra Barat yang melaksanakan Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI). Kegiatan FEATI tersebar di 14 Kecamatan pada 40 Nagari dengan 40 unit Pengelola FMA Nagari (UPFN).
Kecenderungan pola realisasi anggaran setiap tahun relatif rendah yaitu dengan kisaran 57 persen. Sedangkan untuk triwulan I tahun 2011, dari total DIPA sejumlah Rp 4.282.150.000 baru terserap sejumlah 108.490.740 atau sebesar 3 persen. Namun demikian sisa dana tersebut optimis dapat diserap sampai dengan akhir tahun ini. Hal ini disebabkan untuk kegiatan pembangunan gedung pertanian belum melakukan penagihan atas prestasi kontrak yang sedang dikerjakan. Sesuai disbursement plan, penagihan tersebut akan dilaksanakan sekitar bulan Agustus sampai dengan Oktober 2011.
Realisasi anggaran kegiatan FEATI yang bersumber dari pinjaman secara lengkap ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
No Tahun DIPA Realisasi % Realisasi
1 2007 866,963,000 163,036,160 19% 2 2008 1,574,452,000 1,208,968,757 77% 3 2009 3,086,472,000 2,223,592,240 72% 4 2010 3,175,620,000 1,922,207,619 61% 5 2011 4,282,150,000 108,490,740 3%
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 9
kinerja fisik kegiatan kondisi per 30 Juni 2011 telah mencapai sekitar 78 persen. Kegiatan fisik ini terdiri dari pembangunan 11 gedung pertanian dan 3 rehabilitasi gedung pertanian. Sesuai schedule, seluruh kegiatan fisik bangunan akan berakhir pada Oktober 2011.
Permasalahan:
Berdasarkan kunjungan tim monitoring diperoleh informasi
permasalahan terkait dengan pelaksanaan kegiatan FEATI sebagai
berikut:
1. Penetapan calon lokasi gedung pertanian memerlukan waktu yang
realtif cukup lama khususnya terkait dengan pembebasan lahan dan
prosedur panjang yang melibatkan pihak masyarakat dan juga
pengurusan administrasi di Badan Pertanahan Nasional.
2. Lokasi yang didapat untuk gedung pertanian pada umumnya jauh
dari pemukiman penduduk dan belum terjangkau dari sarana
transportasi sehingga menyulitkan untuk mobilisasi dan angkutan
material.
3. Panitia mengalami kesulitan terhadap prosedur pelaksanaan
pengadaan yang mengacu pada metode National Competitive
Bidding.
4. Kejadian bencana gempa bumi pada tahun 2009 menyebabkan
terjadinya kenaikan harga.
5. Perlunya capacity building bagi para penyuluh pertanian mengingat
kondisi saat ini tidak jarang dijumpai bahwa pengetahuan petani
lebih mumpuni dari penyuluh pertanian.
6. Gedung Pertanian yang dibangun belum dilengkapi dengan pagar
hal ini memungkinkan adanya: a) pengambilan lahan tanah oleh
warga sekitar secara sedikit demi sedikit meskipun berdasarkan
perjanjian tanah tersebut sudah dihibahkan kepada Pemerintah
Kabupaten Solok untuk Kepentingan Pembangunan Gedung
Pertanian, b) fasilitas yang ada di gedung pertanian menjadi
tidak/kurang aman.
7. Pada set plan awal gedung pertanian dilengkapi dengan sarana
tempat tinggal (housing) bagi koordinator penyuluh pertanian.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 10
Namun pada saat pelaksanaan, housing tersebut tidak termasuk
dalam item pembangunan gedung pertanian meskipun luas tanah
yang disediakan sangat memungkinkan untuk dibangunnya housing
untuk koordinator penyuluh pertanian. Apabila housing tersebut
terbangun diharapkan dapat lebih mengefektifkan komunikasi antar
penyuluh dan petani.
Tindak lanjut:
Berdasarkan permasalahan yang ada telah dilakukan tindak lanjut yang
antar lain sebagai berikut:
1. Melaksanakan monitoring dan supervisi oleh kabupaten secara
intensif terhadap penyedian lahan bangunan gedung pertanian.
2. Memberikan penjelasan kepada panitia agar untuk pengadaan
gedung pertanian agar mengacu pada project management manual
guideline.
3. Mengusahakan percepatan proses pelepasan lahan masyarakat dan
konsolidasi dengan Pemda dalam rangka percepatan penyelesaian
sertifikat lahan bangunan.
4. Pada tahap selanjutnya akan diusulkan penyediaan dana dari APBD
untuk peningkatan sumber daya manusia penyuluh pertanian.
5. Sisa dana yang ada diusulkan dapat dialokasikan untuk
pembangunan pagar gedung pertanian.
Saran dan masukan
Untuk kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri khususnya yang
mensyaratkan dana pendamping menjadi hal yang sulit bagi Pemerintah
Kabupaten Solok mengingat kecilnya Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Solok. Di sisi kegiatan FEATI ini sangat dibutuhkan dan
sangat membantu dalam meningkatkan pemberdayaan petani di
Kabupaten Solok. Diharapkan akan ada program/kegiatan lanjutan yang
serupa dari pemerintah pusat untuk meningkatkan pemberdayaan di
Kabupaten Solok.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 11
B. Kabupaten Donggala
Pelaksanaan program FEATI pada Kabupaten Donggala dan Sigi (Kabupaten pemekaran) dimulai sejak tahun 2008. Kegiatan FEATI pada Kabupaten Donggala dan Sigi (Kabupaten pemekaran) dilaksanakan di 19 Kecamatan yang tersebar di 40 Desa. Program FEATI yang dilaksanakan di Kabupaten Donggala dan Sigi
(Kabupaten pemekaran) mencakup kegiatan utama revitalisasi
pertanian dibidang penyuluhan yaitu: i) membangun sumberdaya
manusia pelaku penyuluhan pertanian, ii) mengembangkan sistem kerja
dan metode penuluhan, iii) meningkatkan peranan kelembagaan
penyuluhan, iv) memberdayakan dukungan teknologi yang dibutuhkan
sistem pertanian, dan v) meningkatkan informasi pelayanan informasi
penyuluhan. Adapun sasaran program FEATI di Kabupaten Donggala
dan Sigi (Kabupaten pemekaran) adalah anggota kelompok tani
(Poktan) yang tergabung dalam Gapoktan, Asosiasi dan Koperasi
Petani.
Disbursement Plan Kegiatan FEATI Kabupaten Donggala
(dalam jutaan) NO TAHUN TW I TW II TW III TW IV JUMLAH
1 2008 - 110.26 525.93 1,640.84 2,277.03
2 2009 84.29 202.70 705.49 3,545.10 4,537.58
3 2010 38.91 220.24 551.36 2,640.60 3,451.10
4 2011 64.19 261.51 - - 325.70
TOTAL 10,591.41
Dalam kurun waktu pelaksanaan kegiatan FEATI di Kabupaten
Donggala dan Sigi (Kabupaten pemekaran), persentase realisasi
penyerapan anggaran secara rata sebesar 90.21%. Sedangkan alokasi
DIPA tertinggi terdapat pada alokasi DIPA tahun 2009. Informasi secara
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:
Realisasi Penyerapan Anggaran FEATI
Kabupaten Donggala dan Sigi (Kabupaten pemekaran) Keadaan Per 30 Juni 2011
(dalam juta rupiah) Tahun DIPA Realisasi Persen
2008 1,946,644.00 1,640,840.29 84.29%
2009 3,820,095.00 3,546,098.82 92.83%
2010 2,823,603.00 2,640,596.45 93.52%
2011 2,254,331.00 261,512.60 11.60%
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 12
Selanjutnya, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan FEATI di Kabuapten Donggala dan Sigi
(Kabupaten pemekaran) antara lain:
1. Rendahnya realisasi penyerapan DIPA Tahun Anggaran 2011
sampai bulan Juni 2011 baru mencapai 11.60%. Adapun penyebab
rendahnya penyerapan anggaran disebabkan: i) lambatnya proposal
FMA yang masuk ke kabupaten, ii) Petunjuk Teknis (Juknis) untuk
pelaksanaan kaji tindak sampai bulan Juni 2011 belum ada, dan
iii) Adanya pemeriksaan secara maraton yang dilakukan oleh Itjen
Kementerian Pertanian dan BPKP Propinsi Sulawesi Tengah
sehingga waktu tercurah untuk melayani dan mendampingi tim
pemeriksa;
2. Kegiatan pembelajaran, sekolah lapang dan magang pada UP-FMA
pada tahun 2010 belum dilaksanakan karena keterlambatan
pengajuan proposal program FEATI;
3. Pergantian Tim Penyuluh Pendamping yang mengakibatkan
kegiatan pembinaan UP-FMA mengalami banyak masalah yang
antara lain perlunya penyesuaian terhadap pengurus UP-FMA dan
materi pembinaan;
4. Kegiatan pembelajaran, sekolah lapang dan magang belum
berwawasan agribisinis dan belum bermitra.
Langkah tindak lanjut 1. Kegiatan program FEATI yang belum dilaksanakan pada tahun 2010
karena keterlambatan pengajuan proposal akan segera
dilaksanakan pada tahun 2011;
2. Mengusulkan kepada pengambil kebijakan agar tidak memutasikan
penyuluh yang bertugas sebagai tim penyuluh pendamping;
3. Meningkatkan kompentensi para penyuluh dibidang kewirausahaan
dan kemitraan.
4. Mengusulkan agar Juknis tindak kaji segera dikirim ke Kabupaten
sehingga pelaksanaan program FEATI dapat dilaksanakan sesuai
Juknis tersebut.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 13
Usul, saran dan masukan
1. Hendaknya pedoman dan Petunjuk Lapangan maupun Petunjuk
Teknis seharusnya telah disusun pada saat waktu menyusun
perencanaan suatu kegiatan artinya harus bersamaan antara
penyusunan kegiatan dan Juknisnya sehingga dalam pelaksanaan
kegiatan tidak saling menunggu;
2. Pemeriksaan seharusnya dilaksanakan dengan memperhatikan
jadwal pelaksanaan kegiatan agar tidak memberikan kendala bagi
pencapaian tujuan kegiatan.
C. Kabupaten Magelang
Deskripsi dan Kinerja:
Meskipun pinjaman FEATI telah efektif sejak 28 Juni 2007, namun
kegiatan FEATI di Kabupaten Magelang baru berjalan pada tahun 2008.
Adapun penyebabnya yaitu setelah pinjaman ditandatangani pada tahun
2007 masih terdapat kendala dalam hal penyusunan
pengadministrasian reksus dan revisi anggaran pada DIPA Kementerian
Pertanian.
Proyek FEATI secara umum dirasakan sangat bermanfaat bagi petani di
Kabupaten Magelang. Hal tersebut terlihat dari:
1. Keberhasilan Kabupaten Magelang sebagai daerah pemasok 15%
untuk ketahanan pangan di tingkat nasional, dengan menghasilkan
berbagai varian padi yang mempunyai daya jual tingggi (padi
organik).
2. Pembelajaran, pemberdayaan dan peningkatan SDM petani melalui
transfer teknologi pertanian dan peternakan sehingga petani secara
mandiri mempunyai pengetahuan untuk memanfaatkan teknologi
dalam meningkatkan hasil pertanian maupun peternakan yang
dikelolanya.
Di dalam pelaksanaannya, segenap unsur yang terlibat dalam kegiatan
FEATI juga memahami dan menyadari bahwa proyek FEATI ini
merupakan proyek yang dibiayai dari Utang Luar Negeri di mana
pemerintah berkewajiban untuk mengembalikan kembali pembiayaan
dari Bank Dunia sehingga merasa perlu untuk mengelola pendanaan
dan kegiatan proyek secara berhati-hati. Hal tersebut tercermin dari:
1. Adanya tata kelola administrasi dan mekanisme pembukuan yang
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 14
menjamin transparansi seluruh kegiatan FEATI maupun laporan penerimaan/pengeluaran dana baik di tingkat kabupaten maupun di tingkat petani selaku penerima manfaat langsung dari kegiatan FEATI.
2. Dari sisi realisasi anggaran, penyerapan dana FEATI di Kabupaten Magelang dirasa cukup baik. Hal tersebut terlihat dari kenaikan presentase penyerapan dana dari awalnya sekitar 67,46% di tahun 2008 menjadi 98,35% di tahun 2010, sebagaimana tabel terlampir:
Tahun Anggaran Pagu DIPA Realisasi Persen Realisasi
2008 3,86M 2,61M 67,46%
2009 6,58M 5,48M 83,23%
2010 3,10M 3,05M 98,35%
2011* 5,26M 19,98juta 0,36%
3. Penyebaran brosur/pamflet anti korupsi guna menjamin kualitas
manfaat dan pelaksanaan proyek FEATI di Kab Magelang
Kendala dan permasalahan Secara umum tidak terdapat kendala dan permasalahan yang berarti terkait dengan pelaksaaan penyerapan dana FEATI di Kabupaten Magelang. Namun demikian sedikit yang menjadi kendala yaitu terkait dengan permasalahan di Front Office KPPN. Namun dapat teratasi dengan adanya komunikasi dan koordinasi yang intensif.
Sedangkan terkait dengan pelaksanaan kegiatan, tim monitoring dan evaluasi melakukan uji petik di dua lokasi kegiatan yaitu Desa Magersari yang merupakan UP FMA yang memanfaatkan FEATI untuk penggemukan sapi dan Desa Mangunsari yang merupakan UP FMA yang memanfaatkan FEATI untuk mengelola pemeliharaan domba/kambing. Berdasarkan kunjungan tersebut dapat disampaikan mengenai kendala bagi petani yang antaralain adalah : 1. keterbatasan modal bagi petani untuk pembelian bibit dan pakan
ternak. 2. pada umumnya lahan petani belum bersertifikat sehingga pada saat
petani membutuhkan modal untuk jaminan pada suatu Bank tidak bisa dilaksanakan.
3. adanya pungutan oleh oknum yang mengatas namakan pihak atau instansi tertentu yang meresahkan petani.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 15
Tindak lanjut: Terhadap permasalahan teknis pencairan dana di KPPN dilakukan komunikasi yang intensif yang pada akhirnya permasalahan telah dapat teratasi. Sedangkan terkait dengan keterbatasan sumber daya modal bagi pengembangan usaha petani telah dilakukan kerjasama dengan bank syariah/bank umum dimana masyarakat dapat memperoleh modal sesuai dengan jaminan berupa sertifikat tanah atau rumah yang dimilikinya.
Saran dan masukan Kabupaten Magelang adalah lokasi yang potensial untuk pengembangan peternakan namun demikian karena keterbatasan modal bagi para petani/peternak diperlukan perhatian secara khusus dari pemerintah dalam hal untuk memperoleh modal untuk pengembangan peternakan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara membuka kerja sama antara petani dengan lembaga perbankan pemerintah, memberikan kesempatan kepada investor untuk bekerja sama dalam menanamkan modal untuk mengelola peternakan. Selain itu diharapkan juga bantuan pemerintah terkait dengan pembuatan sertifikat bagi tanah/rumah petani sehingga dapat digunanakan sebagai jaminan untuk mendapatkan sumber modal alternatif dari lembaga perbankan.
D. Kabupaten Maros
Deskripsi dan Kinerja
Realisasi kegiatan FEATI pada Kabupaten Maros telah dilaksanakan sejak akhir tahun 2007. Realisasi penyerapan dana FEATI Kabupaten Maros termasuk dalam kategori yang baik dimana secara umum realisasi penyerapan dana telah melampaui project appraisal document (PAD).
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 16
Kinerja penyerapan dana
Disbursement Plan Kegiatan FEATI Kabupaten Maros Tahun 2007-2011
(dalam jutaan)
NO TAHUN TW I TW II TW III TW IV JUMLAH
1 2007 - - 1.367.97 2.051.96 3,419.93
2 2008 449.27 599.02 898.53 1.048.29 2,995.11
3 2009 570.17 760.23 1.140.34 1.330.40 3,801.13
4 2010 274.89 366.53 549.79 641.42 1,832.63
5 2011 30.61 40.81 61.22 71.42 204.06
TOTAL
12,252.87
Kendala dan Permasalahan Kegiatan efektif pada bulan Oktober 2007 yang sebagian besar kegiatan
didominasi sosialisasi ataupun diseminasi kepada kelompok masyarakat
yang menjadi sasaran kegiatan. Beberapa permasalahan yang muncul
adalah: 1. Pada awal kegiatan berjalan, proposal yang diajukan kelompok
petani tidak memenuhi kelayakan yang diminta. Hal ini berujung pada tertundanya pelaksanaan kegiatan dan juga penyerapan dananya
2. Terdapat kesalahan pencantuman nomor identitas NPPLN dalam Perdirjen Perbendaharaan sehingga mengakibatkan terhambatnya proses pencairan
3. Adanya kesulitan dalam penyampaian pemahaman perhitungan bruto (porsi PPN terhadap dana pinjaman) kepada pihak KPPN, rekanan maupun auditor
4. Penggantian satker, mutasi pegawai termasuk tenaga penyuluh lapangan sehingga mengganggu jadwal kegiatan yang sudah dibuat
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 17
5. Penyuluh swadaya belum diberdayakan secara optimal sehingga SDM-nya tidak mengalami peningkatan yang signifikan
6. Adanya situasi iklim setempat yang tidak menentu sehingga memberikan pengaruh berupa meningginya volatilitas terhadap usaha petani
7. Kesibukan pengurus dengan adanya beberapa kegiatan lain yang ditangani mengakibatkan konsentrasi pada kegiatan tertentu terganggu
8. Keterampilan dari segi teknis bagi Tim Penyuluh Lapangan terutama petugas pendamping masih terbatas akibat perbedaan disiplin ilmu yang dikuasai
9. Pergantian kepala daerah mengakibatkan terhambatnya pengalokasian dan pencairan dana pendamping
Tindak lanjut 1. Koordinasi dengan instansi terkait secara periodik atau konsultasi
jika menemukan suatu permasalahan
2. Mempertahankan pegawai pengelola FEATI melalui komitmen
jajaran pimpinan di daerah
3. Refocusing pada aktifitas yang terlambat seperti pembelajaran
petani, revenue-driven activities, pemasaran
E. Kabupaten
Malang
Deskripsi dan Kinerja:
Kinerja penyerapan anggaran FEATI Kabupaten malang pada tahun
2007 hanya mencapai 13.3% hal ini disebabkan karena kegiatan baru
dimulai pada akhir tahun yang bersangkutan. Sedangkan kinerja
penyerapan anggaran tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar
88,08%. Untuk tahun 2011 kinerja yang digambarkan dalam grafik
merupakan kondisi pada triwulan I tahun 2011. Gambaran secara
lengkap dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 18
Kendala dan Permasalahan
1. Perpindahan SKPD dari Dinas ke Badan yang terjadi di awal
pelaksanaan kegiatan memberikan hambatan tersendiri
2. Kegiatan dimulai di akhir tahun 2007 sehingga hanya efektif untuk
sosialisasi dan diseminasi informasi
3. Proposal yang diajukan petani tidak lolos verifikasi akibat tidak
memenuhi kualifikasi untuk diberikan pendanaan
4. Terdapat Peraturan Menteri Keuangan yang mengurangi porsi
perjalanan dinas memberikan hambatan bagi upaya konsolidasi dan
sosialisasi kegiatan terutama pada tahapan awal pelakanaannya
5. Adanya sedikit ketidakjelasan penggunaan supporting fund yang
menjadi APBD mengingat dana APBD tidak boleh mendanai
kegiatan yang serupa dengan FEATI (duplikasi)
6. Isu kesinambungan: masalah permodalan untuk perluasan usaha
kelompok tani termasuk upaya untuk merubah status badan hukum
FMA menjadi koperasi sehingga layak untuk mendapatkan
pendanaan usaha mikro dari Kementerian UKM.
F. Kabupaten
Pontianak
Deskripsi dan Kinerja:
Pelaksanaan FEATI di Kabupaten Pontianak telah dimulai sejak tahun
2007 bahkan pada tahun tersebut telah berhasil menyerap anggaran
sebesar 48% dari total anggaran pada DIPA. Penyerapan anggaran per
tahun mencapai 66% dari total DIPA. Sedangkan penyerapan tertinggi
terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 99% dari total DIPA.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 19
Realisasi Anggaran Kabupaten Pontianak Tahun 2007-2010
(dalam juta rupiah) No Tahun Pagu DIPA Realisasi Persentase
1 2007 206,74 98,23 48% 2 2008 194,50 84,40 43% 3 2009 738,52 567,52 77% 4 2010 402,06 397,82 99%
Kendala dan Permasalahan
1. Tahun 2008, realisasi kegiatan di bawah 50% karena ada kegiatan yang alokasi anggaran tidak sesuai dengan pedoman sehingga tidak dilaksanakannya salah satu komponen kegiatan yaitu kampanye penyuluhan strategis dan pelatihan manajemen agribisnis bagi penyuluh pertanian karena belum adanya pedoman dari pusat.
2. Tahun 2009, kegiatan baru bisa terlaksana karena adanya revisi DIPA dan SATKER dari Dinas Provinsi Kalimantan Barat dan revisi baru dapat selesai pada bulan Oktober 2009 dan anggaran baru bisa dicairkan pada akhir bulan Oktober tahun 2009.
3. Dalam penyusunan perencanaan kegiatan secara umum terkadang anggaran yang tersedia belum mengacu pada pedoman teknis sehingga menyulitkan dalam pelaksanaannya.
4. Tahun 2011, adanya revisi Petunjuk Operasi Kegiatan baru selesai April 2011. Selain itu, terdapat revisi DIPA karena nilai RK dan RMP tertukar.
5. Sering terjadi pergantian pegawai/pejabat dan perubahan nomenklatur yang menghambat kelancaran kegiatan FEATI
Tindak Lanjut
1. Melakukan koordinasi secara efektif dengan CPMU FEATI pusat sebagai bagian pelaksanaan tata kelola kegiatan yang baik
2. Atas permasalahan yang berkenaan dengan perubahan kelembagaan kegiatan, terus dilakukan konsultasi dan koordinasi dengan Badan SDM Kementerian Pertanian dan Kanwil Perbendaharaan Kalimantan Barat berkenaan dengan revisi DIPA.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 20
Saran dan Rekomendasi
1. Diharapkan dalam penyusunan perencanaan kegiatan selalu terjalin koordinasi antara Tim pengelola kegiatan sehingga lebih memperlancar pelaksanaannya baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten.
2. Sesuai dengan tujuan FEATI yaitu meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan keluarga tani melalui pemberdayaan pemberdayaan keluarga petani dan organisasi untuk mengakses informasi, teknologi, modal, sarana prasarana produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis dan mengembangkan kemitraan dengan sektor swasta maka diharapakan program ini dapat dijamin proses kesinambungannya.
3. Diharapkan untuk kegiatan yang tidak bisa terlaksana dapat dilaksanakan atau dialihkan pada tahun selanjutnya agar keluaran kegiatan tetap terwujud.
G. Daerah Istimewa Yogyakarta
Deskripsi dan Kinerja
Pada Provinsi DI Yogyakarta dilakukan kunjungan ke Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kabupaten Bantul.
Secara keseluruhan pada ketiga kabupaten tersebut terdapat 179 UP
FMA dengan jumlah peserta pembejaran sebanyak 14.403 orang. Jenis
kegiatan pembelajaran FMA terdiri dari peternakan, hortikultura,
olahan, dan pertanian organik.
Kegiatan utama FMA lebih berorientasi pada penyuluhan dan
penyebaran infomasi yang secara aplikasi ditujukan untuk a)
penguatan kemitraan antara Peneliti-Penyuluh-Organisasi Petani dan
b) penguatan kelembagaan penelitian-pelatihan-lokakarya.
Fokus/ Sasaran Pembinaan FMA tahun 2011 :
1. Bimbingan kepada UP.FMA dan Penyuluh pendamping agar
menguasai analisi pasar.
2. Peningkatan pencermatan oleh tim verifikasi terhadap proposal
pembelajaran FMA tentang metode, topik dan pelaksanaan
pembelajaran.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 21
3. Penguatan kelembagaan FMA menuju pada kelembagaan koperasi
agar dapat mengakses permodalan.
4. Membuka akses kepada kelembagaan permodalan dan
mengupayakan penguatan modal baik sebagai tindak lanjut
pembelajaran.
5. Pendampingan ‘Forum Bisnis FMA’ yang sudah terbentuk agar
dapat berfungsi sebagai wadah koordinasi dan konsultasi bisnis
FMA dan chanelling activities antara FMA dengan pasar, lembaga
permodalan, penjamin produk FMA, dan pihak luar lainnya.
Disbursement plan :
Disbursement Plan FEATI untuk Provinsi Yogyakarta, Kabupaten
Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul menunjukkan angka realisasi
tertinggi pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun
tersebut terdapat kegiatan yang paling banyak menyerap dana.
Informasi secara lengkap dapat ditunjukkan pada grafik di bawah
ini:
Kendala dan Permasalahan
Kendala dan permaslahan DI Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Gunung Kidul secara umum sebagai berikut:
1. Penyerapan dana pada tahun 2007 mengalami hambatan karena DIPA baru diterima bulan Oktober 2007.
2. Standar biaya yang digunakan oleh kegiatan FEATI tidak sesuai harga di lapangan sehingga menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan kegiatan.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 22
3. Prosedur untuk kepastian status tanah pembangunan BPP memerlukan waktu yang cukup lama
4. Seringnya pergantian SKPD dan Pejabat.
5. Kajian agribisnis pedesaan yang kurang optimal, belum sepenuhnya pembelajaran didasarkan atas identifikasi pasar, pendampingan swadaya belum melakukan pendampingan pasar, dan metode pembelajaran yang masih klasikal.
6. Keterbatasan permodalan menyebabkan anggota FMA yang menindaklanjuti pembelajaran terbatas.
Tindak Lanjut
Dalam upaya untuk mengatasi kendala dan permasalahan tersebut di atas pengelola FEATI telah melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemantapan kegiatan pada awal anggaran sehingga tidak terjadi perubahan kegiatan di pertengahan jalan.
2. Peningkatan kapasitas SDM penyuluh dan melalui pelatihan, magang, studi banding, bimbingan teknis dan kewiusahaan.
3. Melakukankoordinasi dalam penyusunan anggaran.
4. Menindaklanjuti pembelajaran UP FMA melalui pengalokasian dana APBD.
5. Memberikan bantuan modal kepada UP FMA untuk menindaklanjuti pembelajaran.
6. Melibatkan stake holder terkait untuk mewujudkan agribisnis yang kompetitif.
Saran dan Rekomendasi
Terhadap kendala dan permasalah, pelaksana kegiatan di Propinsi Yogyakarta menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Perlu adanya pemikiran dan komitmen dari pemerintah untuk penguatan modal UP FMA
2. Perlu mencari referensi model pemberdayaan masyarakat petani, bahkan jika perlu melalui studi banding
3. Perlu peningkatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan. 4. Pembiayaan FEATI masih diperlukan sampai dengan 2012 untuk
meningkatkan kualitas sasaran dan outcome khususnya untuk: rencana kaji tindak di BPP, pelatihan kewirausahaan untuk
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 23
penyuluh PNS dan penyuluh swadaya dan pembiayaan kegiatan pembelajaran di UP FMA.
H. Kabuapaten Serang
Deskripsi dan Kinerja
Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information
pada Kabupaten Serang dimulai sejak tahun 2007. Kabupaten Serang
merupakan satu-satunya Kabupaten di Provinsi Banten yang
melaksanakan kegiatan FEATI.
Disbursement Plan Kegiatan FEATI Kabupaten Serang (dalam jutaan)
NO TAHUN TW I TW II TW III TW IV JUMLAH
1 2007 - - 451,43 677,14 1.128,57
2 2008 354,23 472,30 708,45 826,63 2.361,51
3 2009 536,32 715,10 1.072,64 1.251,41 3.575,46
4 2010 193,87 258,26 387,80 452,42 1.292,63
5 2011 71,17 94,89 142,34 166,06 474,46
Seperti halnya dengan penyerapan anggaran FEATI di kabupaten-
kabupaten yang lain, realisasi anggaran kegiatan FEATI per tahun di
Kabupaten Serang relatif menunjukkan pola yang sama. Persentase
penyerapan anggaran terhadap DIPA rata–rata per tahun sebesar 56%
dan penyerapan anggaran mencapai titik optimal pada tahun 2009 dan
2010. Informasi secara lengkap disajikan pada grafik sebagai berikut:
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 24
Kendala dan Permasalahan
Berdasarkan hasil pemantauan melalui kunjungan ke lokasi kegiatan
dapat disimpulkan kendala dan permasalahan sebagai berikut:
1. Pergantian Satker, mutasi pegawai menyebabkan pergantian pelaksana/pengelola kegiatan FEATI yang secara langsung juga menghambat pelaksanaan kegiatan FEATI.
2. Adanya keterlambatan revisi DIPA.
3. Kesulitan pemahaman porsi RK dan RMP terutama dalam penjelasan ke KPPN dan pihak rekanan.
4. Lambatnya diseminasi informasi terkait dengan perubahan atau informasi di seputar kegiatan FEATI.
Saran dan Masukan
1. Kegiatan FEATI perlu diperpanjang, mengingat UP FMA masih memerlukan pendampingan lebih lanjut.
2. Agar difasilitasi bagi UP FMA untuk mengembangkan agribisnisnya dalam hal pemasaran permodalan dan manajemen usaha.
I. Kabupaten Cirebon
Deskripsi dan kinerja
Kegiatan FEATI pada Kabupaten Cirebon telah dimulai sejak tahun 2007. Namun demikian realisasi anggaran baru dapat dilaksanakan pada tahun 2008. Kegiatan FEATI pada Kabupaten Cirebon dilaksanakan di 15 Kecamatan yang tersebar di 40 Desa.
Kegiatan tersebut berupa penguatan sistem penyuluhan yang berorientasi pada kebutuhan petani, penguatan kelembagaan dan kapasitas penyuluhan, peningkatan dan penyebaran teknologi, peningkatan informasi pertanian, dan dukungan kebijakan penyuluhan dan manajemen proyek.
Disbursement Plan FEATI Kabupaten Cirebon (dalam juta rupiah)
Tahun TW I TW II TW III TW IV Jumlah
2008 129.69 216.15 1,010.21 432.30 1,788.34
2009 416.36 1,897.14 545.37 230.55 3,089.43
2010 50.29 335.76 1,585.88 1,748.20 3,720.13
2011 50.00 1,301.53 1,153.34 177.49 2,682.36
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 25
Persentase realisasi anggaran Kabupaten Cirebon untuk kegiatan FEATI ini secara rata sebesar 84%. Hal yang sama seperti yang ditunjukkan oleh Kabupaten yang lain, penyerapan anggaran untuk kegiatan FEATI terjadi pada tahun 2009. Sedangkan alokasi DIPA tertinggi terdapat pada alokasi DIPA tahun 2010. Informasi secara lengkap dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Realiasi Anggaran FEATI Kabupaten Cirebon Keadaan Per 30 Juni 2011
(dalam juta rupiah) Tahun DIPA Realisasi Persen
2008 1,482,028,000 1,257,341,600 84.84
2009 2,775,740,000 2,686,128,820 96.77
2010 3,314,480,000 2,949,572,000 88.99
2011 2,279,990,000 1,478,952,440 64.87
Kendala dan Permasalahan
Kendala dan permasalahan yang dijumpai terkait dengan pelaksanaan kegiatan antara lain sebagai berikut:
1. DIPA terbit pada akhir tahun 2007.
2. Perubahan nomenklatur satker sehingga menyebabkan DIPA harus direvisi.
3. Terdapat kesalahan pada kode pinjaman pada DIPA sehingga anggaran belum dapat direalisasikan sesuai rencana.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 26
Saran dan Rekomendasi
Kegiatan FEATI disambut positif oleh masyarakat Kabupaten Cirebon. Sumber dana semacam FEATI masih sangat dibutuhkan oleh petani sehingga agar diupayakan agar kegiatan FEATI dapat dilanjutkan.
J. Kabupaten Gorontalo
Deskripsi dan Kinerja
Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten yang
melaksanakan kegiatan FEATI selain Kabupaten Bualemo, Pahuwato,
dan Bone Bolango. Keberadaan pemberdayaan semacam ini dirasakan
oleh para petani sebagai kegiatan yang sangat bermanfaat.
Masyarakat petani lebih maju dalam pengembangan pertanian melalui
informasi dan teknologi. Terlebih komoditas pertanian memang menjadi
andalan utama bagi masyarakat Kabupaten Gorontalo. Dengan adanya
kegiatan FEATI telah berhasil menjadikan Kabupaten Gorontalo
sebagai salah satu pusat unggulan agribisnis tingkat nasional.
Kinerja FEATI Kabupaten Gorontalo menunjukkan capaian yang relatif
rendah, di mana penyerapan anggaran pada DIPA rata-rata pertahun
hanya mencapai 54%. Namun demikian kegiatan fisik di lapangan telah
mencapai 80%. Penyerapan anggaran secara lengkap dapat
ditunjukkan pada tabel dan grafik sebagai berikut:
Tahun Anggaran Pagu DIPA Realisasi % Realisasi
2007 1.036,07 189,38 18,29
2008 2.537,73 1.492,86 58,83
2009 4.732,92 4.280,47 90,44
2010 2.459,81 1.150,49 46,77
2011* 3.146,88 529,57 16.83
Kendala dan Permasalahan Secara umum tidak terdapat kendala dan permasalahan yang berarti
terkait dengan pelaksaaan penyerapan dana FEATI di Kabupaten
Gorontalo. Sedikit hal yang menjadi kendala yaitu :
1. Terlambatnya pembentukan SK Pengelola dan revisi DIPA
2. Adanya koordinator petani yang merangkap kepengurusan di luar
kegiatan FEATI, yang mana hal ini tidak dapat dihindarkan karena
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 27
hal ini diusulkan oleh kelompok petani dan koordinator tersebut
menjadi figure masyarakat setempat.
3. Sering terjadi pergantian pegawai/pejabat dan perubahan
nomenklatur yang menghambat kelancaran kegiatan FEATI
4. Kapasitas penyuluh pertanian yang masih harus ditingkatkan,
banyak kejadian di lapangan di mana petani memiliki pengetahuan
yang melebihi petugas penyuluh pertanian sehingga menyebabkan
adanya hambatan psikologis tersendiri bagi penyuluh pertanian.
5. Terkait dengan pemahaman administrasi mengenai mekanisme
pencairan dana di tingkat satker yang menimbulkan perbedaan
persepsi terhadap aturan pemotongan porsi pajak.
6. Permasalahan terkait dengan aplikasi SPM.
K. Kabupaten
Banyuasin Secara umum pelaksanaan kegiatan FEATI di Kabupaten Banyuasin telah mencapai sekitar 43.75% dan progress keuangan telah mencapai sekitar 70.95%.
Realisasi Anggaran FEATI Kabupaten Banyuasin Per 30 Juni 2011
(jutaan rupiah)
Tahun Pagu DIPA Realisasi Persentase
2008 1.567,88 1.463,49 93.34%
2009 2.936,99 2.744,30 93.44%
2010 2.090,05 2.024,25 96.85%
2011 3.478,24 915,02 26.31%
Total 10.073,16 7.147,06 70.95%
Adapun beberapa permasalahan/kendala yang dihadapi oleh
pelaksana kegiatan di Kabuapten Banyuasin antara lain:
1. Pergantian pejabat mengakibatkan kebijakan yang diambil kurang
seiring dengan perencanaan yang telah dicanangkan dikarenakan
pejabat yang baru belum begitu memahami dengan program
FEATI;
2. Penggantian Penyuluh Pendamping dan Kepala BPP
menyebabkan pembinaan terhadap UP-FMA dilakukan oleh
petugas baru yang belum mengerti/paham dengan program FEATI;
3. Pemilihan Pengurus UP-FMA ataupun Penyuluh Swadaya dipilih
dari pelaku utama, bukan pelaku usaha sehingga kegiatannya
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 28
kurang aktif (monoton) karena pada umumnya pelaku utama
kurang sanggup menanggung resiko seperti pelaku usaha;
4. Penentuan lokasi pada desa-desa miskin yang secara umum
warganya mempunyai sifat konsumtif menjadikan upaya untuk
menuju ke arah agribisnis masih lamban.
Tindak Lanjut
Atas kendala-kendala tersebut, telah dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut:
1. Pejabat yang baru diikutkan pada kegiatan pertemuan tingkat pusat sehingga mengetahui secara jelas kebijakan yang harus diambil untuk menyukseskan program FEATI.
2. Mengadakan tambahan materi pada saat pertemuan Kepala BPP maupun pertemuan Penyuluh Pertanian dua kali sebulan di BPP;
3. Melakukan pendekatan seara individual, sehingga bagi yang merasa dirinya kurang mampu dapat mengundurkan diri dan diganti dengan orang yang lebih berkompeten dalam kegiatan UP-FMA;
4. Melakukan seleksi peserta yang mempunyai kemampuan dalam percepatan pencapaian indicator program FEATI sehingga tercipta Kemitraan Agribisnis.
Saran dan Masukan
Adapun saran dan masukan yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Perlu diadakan pertemuan khusus bagi para Kepala Badan untuk
menjelaskan tentang kewajiban Pemerintah Daerah atas
kesepakatan-kesepakatan sebelumnya;
2. Perlu diadakan pelatihan bagi Kepala BPP dan Kelompok Jabatan
Fungsional Kabupaten tentang Program FEATI, hal ini sangat
diperlukan karena kegiatan di tingkat UP-FMA sudah berjalan akan
tetapi pembinaannya masih tertinggal
L. Kabupaten Lombok Barat
Deskripsi dan Kinerja
Keberadaan proyek FEATI di Kabupaten Lombok Barat sangat
dirasakan manfaatnya oleh para petani penerima/pelaksana proyek.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 29
Banyaknya pengetahuan dan penerapan teknologi baru yang mereka
dapatkan secara signifikan telah menaikkan hasil panen yang
didapatkan yang secara langsung juga membawa kenaikan
pendapatan para petani. Pemanfaatan tekhnologi yang didapatkan
dapat membantu para petani dalam mempermudah perawatan,
mengatasi hama dan penyakit tanaman yang akhirnya dapat
meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Kunci dari
perubahan perilaku petani dari bertani secara tradisional menjadi
bertani dengan memanfaatkan tekhnologi adalah karena teknologi yang
ditawarkan adalah teknologi yang murah, mudah diterapkan dan secara
langsung memberikan dampak yang dapat dirasakan petani terhadap
peningkatan pendapatan. Adapun realisasi anggaran proyek di
Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai berikut:
(dalam juta rupiah)
NO TAHUN PAGU DIPA REALISASI CAPAIAN
1 2007 Rp.2.141,84 Rp.852,21 39.79%
2 2008 Rp.2.465,61 Rp.2.129,81 86.38%
3 2009 Rp.4.407,30 Rp.4.113,21 93.33%
4 2010 Rp.3.425,24 Rp.3.301,60 96.39%
5 2011 Rp.3.190,47 Rp.2.001,10 62.72%
Permasalahan:
Dalam pelaksanaannya proyek FEATI di Kabupaten Lombok Barat
menghadapi berberapa permasalahan yang menghambat jalannya
proyek antara lain:
1. Harus dilakukan revisi reksus, anggaran dan perubahan kantor
bayar pada tahun 2007 sehingga pada tahun 2007 kinerja dan
penyerapan dana proyek tidak maksimal.
2. Musim penghujan yang panjang pada tahun 2010 sehingga
penerapan teknologi pertanian tidak dapat dilaksanakan secara
maksimal. Hal ini menimbulkan keraguan bagi petani dalam
mempraktekkan teknologi tersebut.
3. Kesulitan permodalan bagi petani yang berminat untuk
mengembangkan usahanya.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 30
Langkah Tindak Lanjut Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi maka pelaksana proyek
telah melakukan langkah-langkah maupun rencana tindak antara lain:
1. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan setelah tahun 2007
sehingga kekurangan capaian pada tahun 2007 dapat teratasi.
2. Mempertemukan para petani dengan pihak perbankan maupun
pengusaha bidang pertanian sehingga dapat mengatasi masalah
permodalan.
Saran Masukan
1. Memperpanjang jangka waktu pelaksanaan proyek sehingga transfer teknologi dapat dilaksanakan secara maksimal.
2. Membuat exit strategy yang jelas sehingga para petani binaan bisa tetap melanjutkan usahanya.
M. Kabuapaten Simalungun
Deskripsi dan Kinerja
Program FEATI di Kabupaten Simalungun baru efektif dilaksanakan
pada tahun 2008. Hal ini mengingat banyaknya dokumen dan
kelengkapan proyek yang harus disiapkan di tahun 2007. Program
FEATI ini telah dirasakan manfaatnya oleh para petani di Kabupaten
Simalungun yang terkenal sebagai penghasil jeruk dan sayuran.
Penerapan teknologi secara signifikan telah berhasil mengingkatkan
produksi dan ketahanan produk pertanian yang secara langsung juga
berdampak pada peningakatan kesejahteraan petani.
Kendala dan Permasalahan
1. Pada tahun 2007 dan 2008 dokumen DIPA diterima terlambat sehingga pelaksanaan program tidak maksimal.
2. Beberapa kali dijumpai kesulitan dalam proses pengajuan e-KPPN dikarenakan adanya permasalahan pada aplikasi.
3. Adanya pandangan yang berbeda pada KPPN dan satker tentang suatu aturan. Hal ini mengakibatkan pencairan tertunda dikarenakan satker harus memenuhi persyaratan/dokumen tambahan yang dimintakan oleh KPPN.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 31
Tindak Lanjut
1. Melakukan koordinasi dan berkonsultasi dengan pelaksana kegiatan di kantor pusat Kementerian Pertanian.
2. Melakukan koordinasi dengan instansi vertikal Ditjen Perbendaharaan
Saran dan Masukan
1. Meningkatkan pemberian informasi dan penerapan teknologi di
kalangan petani dalam rangka peningkatan skala usaha petani
2. Mengusahakan fasilitas terhadap pengembangan skala usaha
dalam bidang agrobisnis
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 32
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Dari kegiatan monitoring dan evaluasi melalui pemantauan ke
lokasi kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat diperoleh
informasi permasalahan secara umum penyebab relatif rendahnya
penarikan dana pinjaman sebagai berikut:
1. Pada awal pelaksanaan kegiatan di tahun 2007, DIPA baru terbit
pada akhir tahun sehingga hanya terdapat beberapa komponen
kegiatan saja yang dapat dilaksanakan di sebagian besar daerah
pelaksanaan kegiatan sehingga hal ini berdampak pada adanya
revisi-revisi rencana kegiatan yang tertuang di dokumen anggaran;
2. Proses pengurusan status/sertifikat lahan yang digunakan untuk
pembangunan gedung Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang
relatif lama serta masalah berkenaan dengan spesifikasi lahan
(lokasi terpencil, akses sulit dsb) yang dihibahkan oleh masyarakat
untuk gedung BPP sehingga kurang mendukung tujuan utama
kegiatan;
3. Peralihan kelembagaan pelaksana kegiatan dari dinas kepada
badan membutuhkan waktu penyesuaian termasuk perubahan tata
kerja dan koordinasi yang kemudian mempengaruhi kinerja;
4. Permasalahan yang berhubungan dengan pergantian pejabat;
5. Lambatnya proposal Farmer Managed Activities (FMA) yang masuk
ke Kabupaten akibat proposal yang diajukan kurang memenuhi
standar yang ditentukan. Implikasi dari hal ini adalah lambatnya
kegiatan dan juga penyerapan dana;
6. Keterbatasan sumber daya manusia yang handal sehingga banyak
koordinator FMA yang merangkap lebih dari satu kegiatan di luar
kegiatan FEATI;
7. Terkait dengan pemahaman administrasi mengenai mekanisme
pencairan dana di tingkat satker yang menimbulkan perbedaan
persepsi terhadap aturan pemotongan porsi pajak;
8. Permasalahan sehubungan dengan komitmen penyediaan dana
pendamping yang seringkali berubah seiring dengan pergantian
kepala daerah.
Laporan Hasil Monitoring Melalui Peninjauan Lapangan (On-site Visit) Kegiatan FEATI
Halaman 33
B. Saran/
Rekomendasi Atas temuan permasalahan dimaksud, Tim Monitoring dan
Evaluasi merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Perlunya upaya secara terstruktur untuk mengatasi permasalahan yang berkenaan dengan keterlambatan DIPA dengan melibatkan pihak-pihak terkait. Secara internal pelaksana kegiatan perlu pula untuk menyusun prosedur standar operasi berkenaan dengan perencanaan kegiatan dan pencamtumannya ke dalam DIPA termasuk mekanisme revisinya;
2. Komitmen yang kuat untuk menjaga keberlangsungan kegiatan dari para kepala daerah maupun kementerian teknis mutlak perlu termasuk melalui penempatan sumber daya manusia pengelola kegiatan secara tepat dan juga adanya kesinambungan untuk menjaga optimalisasi antara rotasi pegawai dengan upaya pencapaian tujuan kegiatan;
3. Perlunya upaya peningkatan akurasi perencanaan kegiatan sehingga dapat dihindarkan potensi revisi DIPA yang seringkali terkesan membutuhkan waktu yang lama;
4. Perlunya koordinasi dan komunikasi secara efektif untuk mencarikan solusi terhadap permasalahan seperti pembebasan lahan untuk gedung BPP, permasalahan permodalan farmer managed activities (FMA) dalam perluasan akses terhadap permodalan kepada perbankan ataupun sumber pembiayaan lainnya, atau permasalahan di seputar administrasi pencairan dana;
5. Isu kesinambungan memerlukan solusi berupa exit strategy yang komprehensif yang harus sejak awal disiapkan oleh masing-masing pengambil kebijakan di daerah pelaksana FEATI mengingat dampak positif sudah dirasakan oleh para petani dan adanya ekspaktasi untuk terus mengembangkan usaha;
6. Potensi permasalahan berkenaan dengan operasionalisasi kegiatan rutin dapat dihindari salah satunya melalui updating buku panduan kegiatan secara berkala termasuk di dalamnya perlu adanya mekanisme diseminasi yang baik dengan mengoptimalkan peran elemen organisasi yang ada;
7. Perpanjangan masa laku pinjaman dan juga masa pelaksanaan kegiatan selayaknya didasarkan pada hitungan cermat tentang porsi kegiatan yang belum bisa dilaksanakan serta alokasi waktu untuk pencapaian target mengingat adanya biaya tambahan yang harus ditanggung negara.
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Pemantuan dan evaluasi dilakukan terhadap kegiatan Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information (FEATI). Pendanaan kegiatan tersebut bersumber dari Bank Dunia yang secara umum diarahkan untuk mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat petani melalui peningkatan sarana informasi dan teknologi pertanian yang antara lain meliputi kegiatan pengembangan kelembagaan penyuluhan, pengembangan kelembagaan petani, penguatan tenaga penyuluhan, perbaikan sistem dan metode penyuluhan, perbaikan penyelenggaraan penyuluhan, penguatan dukungan teknologi pada usaha tani, dan perbaikan pelayanan informasi pertanian.
2. Pendanaan untuk kegiatan Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information berasal dari dua skema pinjaman yang ditandatangani pada tanggal 28 Maret 2007, berlaku efektif tanggal 28 Juni 2007, dan akan berakhir pada tanggal 30 Juni 2012 kedua pinjaman tersebut yaitu: a) IDA Nomor 4260-IND dengan nilai komitmen senilai SDR 39.900.000 maturity period selama 34,5 tahun dan masa tenggang (grace period) 10 tahun, dan b) IBRD 7427-IND) maturity period selama 19,5 tahun dan masa tenggang 5 tahun.
3. Kendala dan dan permasalahan yang dapat diketemukan antara lain sebagai berikut: a) pada awal pelaksanaan kegiatan di tahun 2007, DIPA baru terbit pada akhir tahun sehingga hanya beberapa komponen kegiatan saja yang dapat dilaksanakan sehingga berdampak pada adanya revisi-revisi rencana kegiatan, b) proses pengurusan status/sertifikat lahan yang digunakan untuk pembangunan gedung Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang relatif lama serta masalah berkenaan dengan spesifikasi lahan yang dihibahkan oleh masyarakat untuk gedung BPP, c) peralihan kelembagaan pelaksana kegiatan dari dinas kepada badan membutuhkan waktu penyesuaian termasuk perubahan tata koordinasi yang kemudia mempengaruhi kinerja, d) permasalahan yang berhubungan dengan pergantian pejabat, e) lambatnya proposal Farmer Managed Activities (FMA) yang masuk ke Kabupaten, f) keterbatasan sumber daya manusia yang handal sehingga banyak koordinator FMA yang merangkap lebih dari satu kegiatan di luar kegiatan FEATI, g) terkait dengan pemahaman administrasi mengenai mekanisme pencairan dana di tingkat satker yang menimbulkan perbedaan persepsi terhadap aturan pemotongan porsi
ii
pajak, serta h) permasalahan sehubungan dengan komitmen penyediaan dana pendamping yang seringkali berubah seiring dengan pergantian kepala daerah.
4. Terhadap berbagai permasalahan tersebut, beberapa rekomendasi yang dapat diusulkan adalah: a) perlunya upaya secara terstruktur untuk mengatasi permasalahan yang berkenaan dengan keterlambatan DIPA dengan melibatkan pihak-pihak terkait, b) adanya komitmen yang kuat untuk menjaga keberlangsungan kegiatan dari para kepala daerah maupun kementerian teknis termasuk dengan menempatkan sumber daya manusia yang tepat serta menjaga optimalisasi antara rotasi pegawai dengan upaya pencapaian tujuan kegiatan, c) perlunya upaya peningkatan akurasi perencanaan kegiatan sehingga dapat dihindarkan potensi revisi DIPA yang seringkali terkesan membutuhkan waktu yang lama, d) perlunya koordinasi dan komunikasi secara efektif untuk mencarikan solusi terhadap permasalahan seperti pembebasan lahan untuk gedung BPP, permasalahan permodalan farmer managed activities (FMA) dalam perluasan akses terhadap permodalan kepada perbankan ataupun sumber pembiayaan lainnya, atau permasalahan di seputar administrasi pencairan dana, e) isu kesinambungan memerlukan solusi berupa exit strategy yang komprehensif yang harus sejak awal disiapkan oleh masing-masing pengambil kebijakan di daerah pelaksana FEATI mengingat dampak positif sudah dirasakan oleh para petani dan adanya ekspaktasi untuk terus mengembangkan usaha, f) potensi permasalahan berkenaan dengan operasionalisasi kegiatan rutin dapat dihindari salah satunya melalui updating buku panduan kegiatan secara berkala termasuk di dalamnya perlu adanya mekanisme diseminasi yang baik dengan mengoptimalkan peran elemen organisasi yang ada, dan g) perpanjangan masa laku pinjaman dan juga kegiatan selayaknya didasarkan pada hitungan cermat tentang porsi kegiatan yang belum bisa dilaksanakan serta alokasi waktu untuk pencapaian target mengingat adanya biaya tambahan yang harus ditanggung negara.
iii
DAFTAR ISI
RANGKUMAN EKSEKUTIF .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 2
B. Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 3
BAB II GAMBARAN UMUM ............................................................................................ 4
A. Deskripsi Proyek ............................................................................................ 4
B. Tujuan dan Sasaran Kegiatan ........................................................................ 4
C. Ruang Lingkup Pekerjaan ............................................................................ 5
D. Rencana Investasi Proyek ............................................................................ 9
E. Capaian Kegiatan dan Penarikan Dana Pinjaman .......................................... 9
BAB III LAPORAN HASIL MONITORING MELALUI KUNJUNGAN KE LOKASI KEGIATAN ...................................................................................... 8 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................. 32