pemeriksaan, penyidikan, penagihan, dan keberatan

36
Pemeriksaan, Penyidikan, Penagihan, dan Keberatan Andhika Aditya Evan Septiawan Muhammad Yusuf Ibrahim

Upload: aimbrhm

Post on 16-Nov-2015

73 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Pemeriksaan, Penyidikan, Penagihan, Dan Keberatan Pajak

TRANSCRIPT

Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan

Pemeriksaan, Penyidikan, Penagihan, dan KeberatanAndhika AdityaEvan SeptiawanMuhammad Yusuf Ibrahim

Pengertian Self Assessment, Pemeriksaan, & PenyidikanSelf assessment: Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang penuh kepada Wajib Pajak (WP) untuk menghitung, menyetorkan pajaknya sendiri ke kas negara, dan melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).Pasal 1 UU No. 28/2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP):Pemeriksaan: Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.Penyidikan: Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana (khususnya di bidang perpajakan) yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

Self assessment >< Official assessment2

Tujuan Pemeriksaan (Pasal 29 ayat 1 UU KUP)Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berwenang melakukan pemeriksaan untuk:Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan WP; dan/atauTujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan:Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan;Penghapusan NPWP;Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP);WP mengajukan keberatan;Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;Pencocokan data dan/atau alat keterangan;Penentuan WP berlokasi di daerah terpencil;Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN;Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan; dan/atauPemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).

Tempat, Lingkup, Subjek, & Mekanisme Umum PemeriksaanTempat dan lingkup: Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat WP (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang lingkup pemeriksaannya dapat meliputi satu jenis pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak, baik untuk tahun-tahun yang lalu maupun untuk tahun berjalan. Subjek: Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap WP, termasuk terhadap instansi pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.Mekanisme umum: Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban perpajakan WP dilakukan dengan menelusuri kebenaran Surat Pemberitahuan (SPT), pembukuan atau pencatatan, dan pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya dari WP.

Kewajiban Pemeriksa Pajak (Pasal 29 ayat 2 UU KUP)Pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas pemeriksa yang jelas identitasnya. Oleh karena itu, petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan, serta memperlihatkannya kepada WP yang diperiksa. Petugas pemeriksa harus menjelaskan tujuan dilakukannya pemeriksaan kepada WP.Petugas pemeriksa harus telah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak. Dalam menjalankan tugasnya, petugas pemeriksa harus bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuh pengertian, sopan, dan objektif, serta wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela.Pendapat dan simpulan petugas pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.Petugas pemeriksa harus melakukan pembinaan kepada WP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kewajiban WP Dalam Pemeriksaan (Pasal 29 UU KUP)WP yang diperiksa wajib:Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek pajak;Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atauMemberikan keterangan lain yang diperlukan.Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi, dan keterangan lain wajib dipenuhi oleh WP paling lama 1 bulan sejak permintaan disampaikan.Dalam hal WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tidak memenuhi ketentuan pembukuan atau pencatatan sehingga tidak dapat dihitung besarnya penghasilan kena pajak, penghasilan kena pajak tersebut dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, WP terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakannya, maka kewahiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

Jenis Pemeriksaan PajakPemeriksaan rutin: Pemeriksaan yang rutin dilakukan terhadap WP sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya.Pemeriksaan kriteria seleksi: Pemeriksaan yang dilakukan terhadap WP tertentu berdasar skor otomatis secara komputerisasi.Pemeriksaan khusus: Pemeriksaan yang dilakukan terutama terhadap WP sehubungan dengan adanya keterangan atau masalah yang berkaitan dengannya.Pemeriksaan WP lokasi: Pemeriksaan yang dilakukan atas cabang, perwakilan, pabrik / tempat usaha dari WP.Pemeriksaan tahun berjalan: Pemeriksaan terhadap WP yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh jenis pajak dan untuk mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya.Pemeriksaan bukti permulaan: Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.Pemeriksaan lapangan: Pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak. Pemeriksaan lapangan lengkap diselesaikan dalam jangka waktu 2 bulan dapat diperpanjang s/d 6 bulan (menjadi maksimal 8 bulan). Pemeriksaan sederhana lapangan diselesaikan dalam jangka waktu 1 bulan dapat diperpanjang s/d 1 bulan (menjadi maksimal 2 bulan).Pemeriksaan kantor: Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak (DJP), diselesaikan dalam jangka waktu 4 minggu dapat diperpanjang s/d 2 minggu (menjadi maksimal 6 minggu).Pemeriksaan terintegrasi: Pemeriksaan yang dilaksanakan dengan pertukaran data dan informasi dari WP-WP terperiksa yang ada hubungan usaha dan finansial.(SE 03/PJ.07/2001 tentang Kebijaksanaan Pemeriksaan)

Peraturan Terkait PemeriksaanPMK 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara PemeriksaanSE 06/PJ.7/2005 tentang Sistem Informasi Manajemen Pemeriksaan PajakSE 04/PJ.7/2005 tentang Kebijakan Pemeriksaan Bukti Permulaan

Kebijakan Umum Pelaksanaan PemeriksaanSetiap WP mempunyai peluang yang sama untuk diperiksa.Setiap pemeriksaan yang dilaksanakan harus dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak yang mencantumkan tahun pajak yang diperiksa.Pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh kantor pusat DJP, kantor wilayah (Kanwil) DJP, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, atau KPP.Pemeriksaan ulang terhadap jenis dan tahun pajak yang sama tidak diperkenankan, kecuali dalam hal sebagai berikut:Terdapat indikasi bahwa WP diduga telah melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.Terdapat data baru dan/atau data semula belum terungkap, mengakibatkan jumlah pajak terutang bertambah atau mengurangi kerugian yang dapat dikompensasikan.Buku-buku, catatan- catatan, dan dokumen lain yang akan dipinjam dari WP dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak harus yang asli.Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor pemeriksa atau di tempat WP.Jangka waktu pemeriksaan terbatas.Dapat dilakukan perluasan pemeriksaan dalam hal-hal tertentu.Setiap hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada WP secara tertulis, yaitu mengenai hal-hal yang berbeda antara SPT WP dengan hasil pemeriksaan dan selanjutnya untuk ditanggapi dan dibahas WP.

Pemeriksaan di kantor pemeriksa Pemeriksaan sederhana kantorPemeriksaan di tempat WP Pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap9

Pemeriksaan Bukti Permulaan (Pasal 43 UU KUP)Dirjen Pajak berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan, berwenang melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan yang menyangkut petugas DJP, Menteri Keuangan dapat menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan Kementerian Keuangan untuk melakukan pemeriksaan bukti permulaan.Apabila dari bukti permulaan ditemukan unsur tindak pidana korupsi, pegawai DJP yang tersangkut wajib diproses menurut ketentuan hukum Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).

Penyidikan Pajak (Pasal 44 UU KUP)Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PNS) tertentu di lingkungan DJP yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak pidana di bidang perpajakan.Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan, penyidik dapat meminta bantuan aparat penegak hukum lain.

Kewenangan Penyidik (Pasal 44 UU KUP)Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa.Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.Menghentikan penyidikan.Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penghentian PenyidikanTidak terdapat cukup bukti.Peristiwanya bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan.Peristiwanya telah daluwarsa.Tersangkanya meninggal dunia.Dengan alasan untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan dengan syarat: WP melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau tidak seharusnya dikembalikan; danWP membayar sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau tidak seharusnya dikembalikan.

SKP, STP, Sanksi Administrasi & PidanaSurat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, & Sanksi Perpajakan

SKP & STPPasal 1 UU KUP:SKP: Surat ketetapan yang meliputi SKP:Kurang Bayar (SKPKB)Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)NihilLebih BayarSTP: Surat untuk melakukan tagihan pajak / sanksi administrasi berupa bunga / denda.

15

SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYARSURAT KETETAPAN PAJAK YANG MENENTUKAN BESARNYA JUMLAH POKOK PAJAK, JUMLAH KREDIT PAJAK, JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK PAJAK, BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI, DAN JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR

SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYARSURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR DITERBITKAN JIKA :HASIL PEMERIKSAAN ATAU KETERANGAN LAIN PAJAK YANG TERUTANG TIDAK ATAU KURANG BAYARSURAT PEMBERITAHUAN TIDAK DISAMPAIKAN DALAM JANGKA WAKTU SEBAGAIMANA TELAH DITETAPKAN DALAM PASAL 3 AYAT (3) UU PAJAK PENGHASILAN, DAN DITEGUR SECARA TERTULIS

SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYARHASIL PEMERIKSAAN ATAU KURANG LAIN MENGENAI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH, YANG TIDAK HARUS DIKOMPENSASIKAN, ATAU TIDAK SEHARUSNYA TARIFNYA 0%KEWAJIBAN PEMBUKUAN SEBAGAIMANA DIATUR, TIDAK DIPENUHI SEHINGGA TIDAK DAPAT DIKETAHUI BESARNYA PAJAK YANG TERUTANGKEPADA WAJIB PAJAK DITERBITKAN NPWP ATAU DIKUKUHKAN SEBAGAI PENGUSAHA KENA PAJAK SECARA JABATAN

SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHANSURAT KETETAPAN PAJAK YANG MENENTUKAN TAMBAHAN ATAS JUMLAH PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN.DASAR PENERBITAN SKPKBT ADALAH :HASIL PEMERIKSAAN ATAU PEMERIKSAAN ULANG TERHADAP DATA BARU YANG MENGAKIBATKAN PENAMBAHAN JUMLAH PAJAK YANG TERUTANG TERMASUK DATA YANG SEMULA BELUM TERUNGKAPHASIL PENELITIAN ATAS PUTUSAN PENGADILAN YANG TELAH MEMPEROLEH KEKUATAN HUKUM TETAP TERHADAP WAJIB PAJAK YANG DIPIDANA KARENA MELAKUKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN ATAU TINDAK PIDANA LAINNYA YANG DAPAT MENIMBULKAN KERUGIAN PADA PENDAPATAN NEGARA

SURAT KETETAPAN PAJAK NIHILSURAT KETETAPAN PAJAK YANG MENENTUKAN JUMLAH POKOK PAJAK SAMA BESARNYA DENGAN JUMLAH KREDIT PAJAK ATAU PAJAK TIDAK TERUTANG DAN TIDAK ADA KREDIT PAJAK

SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYARSURAT KETETAPAN PAJAK YANG MENENTUKAN JUMLAH KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK LEBIH BESAR DARIPADA PAJAK YANG TERUTANG ATAU SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG

SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYARDASAR PENERBITAN SKPLB INI ADALAHHASIL PENELITIAN INI TERHADAP KEBENARAN PEMBAYARAN PAJAK ATAS PERMOHONAN WAJIB PAJAK TERHADAP KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANGHASIL PEMERIKSAAN TERHADAP SURAT PEMBERITAHUAN TERHADAP JUMLAH KREDIT PAJAK ATAU JUMLAH PAJAK YANG DIBAYAR LEBIH BESAR DARIPADA JUMLAH PAJAK YANG TERUTANGHASIL PEMERIKSAAN TERHADAP PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK TERHADAP JUMLAH KREDIT PAJAK ATAU JUMLAH PAHAK YANG DIBAYAR LEBIH BESAR DARIPADA JUMLAH PAJAK YANG TERUTANG

SURAT TAGIHAN PAJAKSURAT UNTUK MELAKUKAN TAGIHAN PAJAK DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA DAN/ATAU BENDASTP DITERBITKAN KARENA :SEBELUM MEMILIKI NPWP, TETAPI DIPEROLEH DATA YANG MENUNJUKKAN ADANYA KEWAJIBAN PERPAJAKAN YANG BELUM DIPENUHI.SEBELUM DIHAPUSKAN NPWP, DIPEROLEH DATA YANG MENUNJUKKAN ADANYA KEWAJIBAN PERPAJAKAN YANG BELUM DIPENUHI WAJIB PAJAK

SURAT TAGIHAN PAJAKPASAL 14 UU KUP STP MEMILIKI KEKUATAN HUKUM YANG SAMA DENGAN SKP. DENGAN DEMIKIAN STP JUGA DAPAT DITERBITKAN JIKA,PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN TIDAK ATAU KURANG BAYARHASIL PENELITIAN DIKETAHUI ADANYA SALAH TULIS ATAU SALAH HITUNG TERHADAP PEMBAYARAN PAJAKWP DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI DIKUKUHKAN SEBAGAI PENGUSAHA KENA PAJAK, TETAPI TIDAK MEMBUAT FAKTUR PAJAK, ATAU MENGISI FAKTUR TIDAK LENGKAPMELAPORKAN FAKTUR PAJAK TIDAK SESUAI DENGAN MASA PENERBITAN FAKTUR PAJAK

Peraturan Terkait SKP & STPWajib Dipahami

Penagihan Pajak Dengan Surat PaksaSurat Paksa diterbitkan apabila :Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; atauPenanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.PP 19 / 2000 jo. UU 19 / 1997 Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Sanksi Perpajakan (UU KUP)Sanksi administratif:Bunga Denda Pelanggaran peraturan yang bersifat hukum publik tetapi negara tidak dirugikanKenaikan Pelanggaran ketentuan perpajakan (bersifat pidana) yang akibat pelanggaran itu negara dirugikanSanksi pidana:KurunganPenjara

Sanksi Bunga (2% Per Bulan Bagian dari Bulan Dihitung Penuh 1 Bulan)Pembayaran pajak dilakukan setelah jatuh tempo Sejak jatuh tempo s/d pembayaran / diterbitkannya STP (pasal 9 ayat 2a dan 2b; pasal 14 ayat 3; pasal 19 ayat 1 dan 2)WP mencicil pembayaran pajak Dari jumlah pajak yang masih harus dibayar (pasal 19 ayat 2)WP membetulkan sendiri SPT Tahunan Sejak penyampaian SPT berakhir s/d tanggal pembayaran (pasal 8 ayat 2)Berdasarkan hasil pemeriksaan Sejak terutangnya / berakhirnya masa / bagian / tahun pajak s/d diterbitkannya SKPKB / STP maksimal 24 bulan (pasal 13 ayat 2)PKP gagal berproduksi sebagaimana dimaksud dalam undang-undang PPN Dari jumlah pajak yang ditagih kembali, sejak penerbitan surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak s/d penerbitan STP (pasal 14 ayat 5)Daluwarsa penetapan (5 tahun) telah lewat namun WP dipidana karena tindak pidana perpajakan Dari jumlah pajak yang tidak / kurang dibayar, dihitung penuh 24 bulan = 48% (pasal 13 ayat 5; pasal 15 ayat 4)

28

Sanksi DendaSPT tidak disampaikan sebelum jatuh tempo:SPT Masa PPN Rp500.000SPT Masa PPh Rp100.000SPT Tahunan PPh WP badan Rp1.000.000SPT Tahunan PPh WP orang pribadi Rp100.000(Pasal 17 ayat 1)Sebagaimana dimaksud dalam undang-undang PPN:PKP tidak membuat Faktur Pajak (FP) atau membuat FP tetapi tidak tepat waktuPKP tidak mengisi FP secara lengkapPKP melaporkan FP tidak sesuai masa pajak2% dari dasar pengenaan pajak(pasal 14 ayat 4)Setelah dilakukan pemeriksaan tetapi sebelum dilakukan penyidikan, WP dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya 150% dari jumlah pajak yang kurang dibayar (pasal 8 ayat 3)Penghentian penyidikan tindak pidana perpajakan 4 kali = 400% jumlah pajak yang tidak / kurang dibayar atau tidak seharusnya dikembalikan (pasal 44B ayat2)Keberatan WP ditolak atau dikabulkan sebagian dan WP tidak mengajukan permohonan banding 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan (pasal 25 ayat 9)Banding WP ditolak atau dikabulkan sebagian 100% dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan (pasal 27 ayat 5d)

Sanksi KenaikanSetelah dilakukan pemeriksaan tetapi sebelum diterbitkan SKP, WP dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya 50% dari jumlah pajak yang kurang dibayar (pasal 8 ayat 5)SPT setelah ditegur tidak disampaikan pada waktunya atau kewajiban UU 28 / 2007 pasal 28 (pembukuan / pencatatan) dan 29 tidak dipenuhi 50% dari PPh atau 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak / kurang dibayar (pasal 13 ayat 3)Berdasarkan hasil pemeriksaan PPN dan PPnBM tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak / kurang dibayar (pasal 13 ayat 3)Ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak terutang 100% dari jumlah kekurangan pajak (pasal 15 ayat 2)Diterbitkan SKPKB atas keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak 100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak (pasal 17C ayat 5)WP tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar / tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehinga menimbulkan kerugian pendapatan negara, namun kealpaan tersebut pertama kali dilakukan 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar (pasal 13A)

Sanksi KurunganTidak menyampaikan / menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar hingga menimbulkan kerugian pendapatan negara dan kealpaan tersebut setelah perbuatan pertama Kurungan 3 bulan s/d 1 tahun atau denda 1 s/d 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak / kurang dibayar (pasal 38)Pejabat tidak memenuhi kewajiban merahasiakan atau tidak memberi / memberi keterangan atau bukti yang tidak benar Kurungan s/d 1 tahun dan denda s/d Rp25.000.000 (pasal 41 ayat 1; pasal 41A)Tidak memenuhi kewajiban pasal 35A ayat 1 Kurungan s/d 1 tahun atau denda s/d Rp1.000.000.000 (pasal 41C ayat 1)Menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban pasal 35A ayat 1 atau tidak memberikan data dan informasi yang diminta Dirjen Pajak Kurungan s/d 10 bulan atau denda s/d Rp800.000.000 (pasal 41C ayat 2 dan 3)Menyalahgunakan data dan informasi perpajakan Kurungan s/d 1 tahun atau denda s/d Rp500.000.000 (pasal 41C ayat 4)

Pidana Perpajakan Umum (Dilakukan Dengan Sengaja dapat Menimbulkan Kerugian Pendapatan Negara)Pasal 39 UU KUP:Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.Menyalahgunakan NPWP atau NPPKP.Tidak menyampaikan SPT.Menyampaikan SPT / keterangan yang isinya tidak benar / tidak lengkap.Menolak untuk dilakukan pemeriksaan.Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.Tidak menyelenggarakan pembukuan / pencatatan di Indonesia, tidak memperhatikan / tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain.Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan / pencatatan dan dokumen lain.Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong / dipungut.

Sanksi Penjara (Dilakukan Dengan Sengaja)Melakukan tindak pidana perpajakan umum Penjara 6 bulan s/d 6 tahun dan denda 2 s/d 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak / kurang dibayar atau restitusi yang dimohonkan / kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan (pasal 39 ayat 1 dan 3)Melakukan lagi tindak pidana perpajakan umum sebelum lewat 1 tahun sejak selesainya menjalani penjara 2 kali sanksi pidana, kecuali terkait permohonan restitusi / kompensasi atau pengkreditan pajak (pasal 39 ayat 2)Pejabat tidak memenuhi kewajiban merahasiakan Penjara s/d 2 tahun dan denda s/d Rp50.000.000 (pasal 41 ayat 2)Menghalangi / mempersulit penyidikan tindak pidana perpajakan Penjara s/d 3 tahun dan denda s/d Rp75.000.000 (pasal 41B)Menerbitkan / menggunakan FP fiktif / belum dikukuhkan sebagai PKP Penjara 2 s/d 6 tahun dan denda 2 s/d 6 kali jumlah pajak dalam FP (pasal 39A)

Keberatan PajakDiajukan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) atas Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau pemotongan / pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 25 ayat 1 UU KUP)Dirjen Pajak harus memberi keputusan paling lama 12 bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, apabila jangka waktu tersebut terlampaui dan Dirjen Pajak tidak menerbitkan surat keputusan keberatan maka keberatan Wajib Pajak (WP) dianggap dikabulkan. (Pasal 26 UU KUP)

Tata Cara Keberatan PajakPasal 25 KUP:Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai alasan yang menjadi dasar.Diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim SKP atau sejak tanggal pemotongan / pemungutan pajak.WP harus melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang disetujui WP dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan.Harus menerima dan menyimpan tanda bukti penerimaan surat keberatan.Dirjen Pajak harus memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP), penghitungan rugi, atau pemotongan / pemungutan pajak apabila diminta oleh WP.Atas sisa pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, harus dilunasi paling lambat 1 bulan sejak tanggal penerbitan surat keputusan keberatan (dalam hal keberatan WP ditolak atau dikabulkan sebagian).Dalam hal keberatan WP ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai sanksi administrasi berupa denda 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.Dalam hal WP mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi berupa denda 50% tersebut tidak dikenakan.

Prinsip Dalam PeradilanKesamaan / keadilan (equity): Beban pajak harus mencerminkan kemampuan relatif pembayar pajak.Kepastian (certainty): Pengertian dan pemahaman harus tegas, pasti, serta tidak memberikan multi-tafsir.Kelayakan (convenience): Pemungut pajak tidak harus melakukan penekanan (coersiveness) kepada pembayar pajak.Ekonomis: Biaya pemungutan tidak boleh lebih besar dari penerimaan pajak.