laporan gula darah

10
Rosaria Puspasari 240210120119 V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena mempunyai sifat dapat memuta cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dala buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70 – 100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan-makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada penderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah (Podjiadi, 1994). Gula darah pada orang sehat dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dalam darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas tidak memproduksi cukup insulin, atau jumlah insulin cukup namun tidak bereaksi secara normal. Hal ini disebut dengan resistensi insulin (Girindra, 1989). Praktikum kali ini mengguji kadar gula darah dalam tubuh dengan menggunakan metode biokimia. Pemerikasaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif daripada penilaian konsumsi pangan dan pemerikasaan lain. Penentuan kadar gulad darah

Upload: wildros4

Post on 16-Sep-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Gula Darah

TRANSCRIPT

Rosaria Puspasari240210120119V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANGlukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena mempunyai sifat dapat memuta cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dala buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70 100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan-makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada penderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah (Podjiadi, 1994).Gula darah pada orang sehat dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dalam darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas tidak memproduksi cukup insulin, atau jumlah insulin cukup namun tidak bereaksi secara normal. Hal ini disebut dengan resistensi insulin (Girindra, 1989).Praktikum kali ini mengguji kadar gula darah dalam tubuh dengan menggunakan metode biokimia. Pemerikasaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif daripada penilaian konsumsi pangan dan pemerikasaan lain. Penentuan kadar gulad darah merupakan salah satu pemeriksaan biokimia yang berfungsi untuk mengetahui kadar glukosa dalam tubuh seseorang. Kadar glukosa ini digunakan untuk mengetahui keadaan seseorang normal atau terdapat potensi diabetus melitus. Pengukuran gula darah dilakukan dengan mengunakan glucose meter dan test strip. Bagian ujung jari relawan ditusuk dengan menggunakan jarum steril. Relawan diharuskan untuk berpuasa terlebih dahulu selama 10 jam. Hal ini dikarenakankandungan gizi dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi akan diserap ke dalam aliran darah dan bisa memberikan dampak langsung pada tingkat glukosa darah. Puasa akan mengurangi variabilitas substansi tersebut dan juga variabilitas substansi lain dalam darah. Hal ini untuk memastikan agar hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh konsumsi makanan terakhir dan dapat diinterpretasikan dengan benar. Darah lalu diteteskan ke bagian ujung strip dan setelah 20 detik kadar glukosa darah akan terlihat pada monitor glucose meterPengujian dilakukan kembali setelah 2 jam, selama jangka waktu tersebut relawan tidak disarankan untuk makan dan diberi minum teh. Hasil pengamatan yang diperoleh adalah Tabel 1. Tabel Pengukuran Kadar Gula DarahKel.NamaKadar Gula Darah pada Waktu t

0 (mg/dL)120 (mg/dL)

1Irfa8778

2Rina9082

3Arif8384

4Usep8178

5Herza9185

6Natasha80121

7Cahyani8288

8Rosita9990

9Agustina8463

10Dessy8667

11Hanni72161

12Silfie8779

13Nisa8770

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2014)Berdasarkan literatur, kadar gula orang puasa adalah 70-110mg/dl, kadar gula pasca puasa 100-140 mg/dl, kadar gula penderita diabetes melitus adalah 200 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula darah puasa (t=0) untuk semua relawan adalah normal. Nilai kadar gula darah puasa tertinggi adalah Rosita sebesar 99 mg/dL, sedangkan yang terendah adalah Hanni sebesar 72 mg/dL. Pengamatan gula darah yang dilakukan setelah 2 jam pasca puasa, pada setiap orang ada yang mengalami atau penurunan kadar gula darah. Kadar gula darah 2 jam pasca puasa yang tertinggi adalah Hanni sebesar 161 mg/dL, sedangkan yang terendah adalah Agustina sebesar 63 mg/dL. Praktikan yang diperiksa kadar gula darahnya kebanyakan mengalami penurunan kadar gula darah setelah 2 jam, tetapi berdasarkan data tersebut tidak ada praktikan yang mengalami diabetes mellitus.Faktor yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah salah satunya adalah pola makan yang tidak sehat meliputi diet tinggi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi dan tinggi lemak. Cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji yang biasanya tinggi karbohidrat dan rendahnya konsumsi makanan yang mengandung serat. Sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti faktor tersebut, gangguan toleransi glukosa terutama terjadi pada kelompok umur dewasa dan pada seluruh status sosial ekonomi. Peningkatan glukosa darah pasca makan atau hiperglikemia postprandial juga menjadi penyebab peningkatan kadar glukosa darah, karena hiperglikemia postprandial merupakan salah satu kelainan awal homeostasis glukosa yang berhubungan dengan diabetes melitus tipe 2 dan sudah mulai terjadi sebelum menjadi diabetes melitus tipe 2.Hal-hal yang dapat menyebabkan naik turunnya gula darah seseorang adalah 1. Makan makanan manisKetika seseorang terlalu banyak makan makanan yang mengandung terlalu banyak gula, tubuhnya akan memproduksi lebih banyak insulin untuk memproses gula tersebut. Hal ini dapat menyebabkan lebih banyak membran seluler yang membuka untuk penyerapan glukosa darah ke dalam sel, sehingga glukosa akan diserap ke dalam sel dan otomatis berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa dalam tetes darah hingga menyebabkan lonjakan gula darah.2. Resistensi insulinOrang yang mengalami resistensi insulin, hanya sedikit membran sel yang terbuka sehingga tidak mampu mendeteksi insulin dengan baik. Sehingga, glukosa serta insulin akan tetap utuh dalam darah sementara beberapa sel akan kekurangan asupan glukosa.3. Gangguan pada pankreasSel-sel pankreas berfungsi melepaskan insulin dalam darah tetapi sel-sel ini dapat melemah jika jumlah insulin yang diproduksi berlebihan, misal karena terlalu banyak makan makanan manis. Ketika sel-sel pankreas kelelahan, sel-sel tersebut tidak mampu menghasilkan insulin yang diperlukan untuk memproses glukosa, bahkan dalam tingkat normal sekalipun. Hal inilah yang menyebabkan ketidakseimbangan gula darah. Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan kronik pada metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan protein, disebabkan oleh defisiensi insulin relative atau absolut (Inzuchi SE, 2003). Gambaran patologik DM sebagian besar dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh, peningkatan metabolisme lemak yang menyebabkan terjadinya metabolism lemak abnormal disertai endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah sehingga timbul gejala aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh (Guyton CA. 1996).Faktor risiko diabetes tipe terbagi atas: 1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah < 2,5 kg.2. Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL 250 mg/dl dan diet tinggi gula rendah serat. 3. Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderita sindrom ovarium poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan ressitensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki) (Tedjapranata M, 2009).Upaya untuk mencegah peningkatan prevalensi diabetes melitus, dapat dilakukan dengan pengaturan diet yang menjadi salah satu cara yang efektif untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah dan menurunkan kadar glukosa darah, antara lain dapat dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan berindeks glikemik rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ou et al, menunjukkan bahwa, serat mampu menurunkan kadar glukosa postprandial serum dengan tiga mekanisme, yaitu serat makanan meningkatkan viskositas usus halus dan menghambat difusi glukosa, mengikat 5 glukosa dan mengurangi konsentrasi glukosa dalam usus halus, menghambat aksi -amilase melalui selaput pati dan enzim serta dapat langsung menghambat enzim. Mekanisme-mekanisme tersebut menurunkan kadar penyerapan glukosa dan konsentrasi glukosa postprandial serum.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan1. Kadar gula darah mahasiswa TIP B memiliki status normal2. Nilai kadar gula darah puasa tertinggi adalah Rosita sebesar 99 mg/dL, sedangkan yang terendah adalah Hanni sebesar 72 mg/dL3. Nilai kadar gula darah 2 jam pasca puasa yang tertinggi adalah Hanni sebesar 161 mg/dL, sedangkan yang terendah adalah Agustina sebesar 63 mg/dL

6.2. Saran1. Praktikan melakukan praktikum dengan steril dan hati-hati agar tidak terjadi hal yang diinginkan

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Muchtadi D. Sayuran sebagai Sumber Serat Panagan untuk Mencegah Timbulnya Penyakit Degeneratif. Jurnal Teknol dan Industri Pangan, 2001;12 (1): 61 70.

Girindra, A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor : ITB

Peodjiadi, Anna. 1994. Dasar dasar Biokimia. Jakarta : UI Press