laporan fisiologi blok xviii

23
LAPORAN FISIOLOGI “PEMERIKSAAN FUNGSI INDERA PENDENGARAN” Disusun oleh: Nama : Henryanto Irawan NIM : 41110041 Kelompok : 2 FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Upload: henry-irawan

Post on 27-Oct-2015

237 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

indera pendengaran (THT)

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Fisiologi Blok Xviii

LAPORAN FISIOLOGI

“PEMERIKSAAN FUNGSI INDERA PENDENGARAN”

Disusun oleh:

Nama : Henryanto Irawan

NIM : 41110041

Kelompok : 2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

1

Page 2: Laporan Fisiologi Blok Xviii

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indera pendengaran merupakan indera mekanoreseptor karena memberikan

respons terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Proses

mendengar ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara

yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga

telinga luar (auris eksterna), telinga berfungsi untuk merubah gelombang suara menjadi

impuls, yang kemudian akan dijalarkan ke pusat pendengaran di otak. Setiap struktur

dalam indera pendengeran memiliki fungsi masing-masing.oleh karena itu untuk

mengukur kemampuan pendengaran, pada praktikum ini akan di uji seberapa besar

kepekaan dan jenis ketulian yang di derita oleh naracoba.

B. TUJUAN

Meguji kepekaan indera pendegaran

Menguji jenis ketulian indera pendengaran

2

Page 3: Laporan Fisiologi Blok Xviii

BAB II

DASAR TEORI

Telinga secara anatomis terbagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan

dalam. Telinga luar dan tengah berperan dalam transmisi suara melalui udara menuju

Telinga luar terdiri dari pinna (telinga), meatus akustikus eksterna dan membrane

timpani (eardrum). Pinna adalah struktur menonjol yang merupakan kartilago terbalut

kulit. Fungsi utamanya adalah mengumpulkan dan menghubungkan suara menuju meatus

akustikus eksterna. Karena bentuknya, pinna secara parsial membatasi suara yang berasal

dari belakang sehingga timbrenya akan berbeda. Dengan begitu, kita dapat membedakan

apakah suaranya berasal dari depan atau belakang.

Lokalisasi suara yang berasal dari kanan atau kiri ditentukan oleh dua hal. Pertama

adalah gelombang suara mencapai telinga yang lebih dekat terlebih dahulu sebelum

sampai ke telinga yang lebih jauh. Kedua adalah saat mencapai telinga yang lebih jauh,

intensitas suaranya akan lebih kecil dibandingkan telinga yang lebih dekat. Selanjutnya,

korteks auditori mengintegrasikan kedua hal tersebut untuk menentukan lokalisasi

sumber suara. Oleh karena itu, lokalisasi suara akan lebih sulit dilakukan jika hanya

menggunakan satu telinga.

Jalur masuk pada telinga luar dilindungi oleh rambut halus. Kulit yang membatasi kanal

tersebut berisi kelenjar keringat termodifikasi yang menghasilkan serumen (earwax),

yang akan menangkap partikel-partikel asing yang halus.

Membran timpani (gendang telinga)

Membran timpani berada pada perbatasan telinga luar dan tengah. Area tekanan tinggi da

rendah pada gelombang suara akan menyebabkan membran timpani bergetar ke dalam

dan ke luar. Supaya membran tersebut dapat secara bebas bergerak kedua arah, tekanan

udara istirahat pada kedua sisi membran timpani harus sama. Membran sebelah luar

terkekspos pada tekanan atmosfer yang melewati meatus akustikus eksterna sedangkan

bagian dalam menghadapi tekanan atmosfer dari tuba eustachius yang menghubungkan

3

Page 4: Laporan Fisiologi Blok Xviii

telinga tengah ke faring. Secara normal, tuba ini tertutup tetapi dapat dibuka dengan

gerakan menguap, mengunyah dan menelan.

Pada perubahan tekanan eksternal yang cukup signifikan seperti saat dalam pesawat,

membran timpani menonjol dan menimbulkan rasa nyeri ketika tekanan luar telinga

berubah sementara bagian dalam tidak berubah. Pembukaan tuba eustachius dengan

menguap dapat membantu untuk menyamakan tekanan tersebut.

Telinga tengah mengirimkan pergerakan vibratori dari membran timpani menuju

cairan pada telinga dalam. Ada tiga tulang ossicle yang membantu proses ini yaitu

malleus, incus dan stapes yang meluas dari telinga tengah. Malleus menempel pada

membran timpani sedangkan stapes menempel pada oval window yang merupakan

gerbang menuju koklea yang berisi cairan.

Saat membran timpani bergetar, tulang-tulang tersebut bergerak dengan frekuensi yang

sama , mentransmisikan frekuensi tersebut dari menuju oval window. Selanjutnya, tiap-

tiap getaran menghasilkan pergerakan seperti gelombang pada cairan di telinga dalam

dengan frekuensi yang sama dengan gelombang suara aslinya.

Sistem osikular mengamplifikasikan tekanan dari gelombang suara pada udara dengan

dua mekanisme untuk menghasilkan getaran cairan pada koklea. Pertama adalah karena

permukaan area dari membran timpani lebih besar dari oval window, tekanan

ditingkatkan ketika gaya yang mempengaruhi membran timpani disampaikan oleh ossicle

ke oval window (tekanan=gaya/area). Kedua adalah kerja dari ossicle memberikan

keuntungan mekanis lainya. Kedua hal tersebut meningkatkan gaya pada oval window

sampai 20 kali. Tambahan tekanan tersebut penting untuk menghasilkan pergerakan

cairan pada koklea.

Beberapa otot tipis di telinga tengah dapat berkontraksi secara refleks terhadap suara

keras (70dB) menyebabkan membran timpani menebal dan menyebabkan pembatasan

gerakan pada rangkaian ossicle. Pengurangan pergerakan pada struktur telinga tengah

akan mengurangi transmisi dari suara yang keras tersebut ke telinga dalam guna

melindungi bagian sensoris dari kerusakan. Refleks tersebut berlangsung relatif lambat,

terjadi setidaknya sekitar 40 msec sesudah pajanan terhadap suara keras. Oleh karena itu,

4

Page 5: Laporan Fisiologi Blok Xviii

hanya bisa melindungi dari suara yang berkepanjangan, bukan suara yang sangat tiba tiba

seperti ledakan.

Telinga dalam terdiri dari serangkaian rongga-rongga tulang dan saluran

membranosa yang berisi cairan.Saluran-saluran membranosa membentuk labirin

membranosa dan berisi cairan endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulang yang di

dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa).Labirin

tulang berisi cairan perilimfe.Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu

vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah

lingkaran).

Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula.

Berbentuk seperti rumah siput.Penampang melintang kokhlea menunjukkan bahwa

kokhlea terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan.Tiga saluran tersebut adalah:

1. Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung perilimfe,

berakhir pada tingkap jorong.

2. Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe

berakhir pada tingkap bulat.

3. Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala

tympani, mengandung endolimfe.

Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis

(membran reissner), dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris.

Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Sel reseptor

bunyi pada organ ini berupa sel rambut yang didimpingi oleh sel penunjang.Akson-akson

dari sel-sel rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari saraf

vestibulokokhlear (saraf kranial ke VIII) yang menghantarkan impuls saraf ke pusat

pendengaran/ keseimbangan di otak.

(Sherwood, 2012)

Proses Mendengar

Proses mendengar dimulai ketika getaran udara yang merupakan gelombang suara

ditangkap oleh daun telinga dan masuk melewati saluran telinga hingga menggetarkan

membrane tympani.Getaran ini diteruskan ke Maleus, Inkus dan Stapes.Getaran pada

Stapes menimbulkan tekanan pada fenestra ovale dan berlanjut dengan menghasilkan

gelombang tekanan pada saluran vestibular menuju saluran timpani melewati membran 5

Page 6: Laporan Fisiologi Blok Xviii

basilar.Akibatnya, membran basilar bergerak naik turun sehingga sterosilia (mikrovili)

dari sel-sel rambut melekat pada membran tektorial (suatu gelatin).Selanjutnya impuls-

impuls saraf mengalir melalui saraf koklea menuju batang otak dan menyebar pada

daerah auditori dari korteks serebral.Kemudian otak mengolah dan menerjemahkannya

sebagai suatu suara.

(Guyton ,2007)

Pemeriksaan indera pendengar

Uji kepekaan indera pendengaran dilakukan untuk mengukur kemampuan

pendengaran dalam menangkap percakapan sehari-hari, atau dengan kata lain validitas

sosial pendengaran. Ada berbagai cara untuk melakukan hal tersebut seperti penggunaan

audiometri, tes bisik dan juga tes arloji / jam weker.

Tes Rinne

Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang

dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.Ada 3 interpretasi dari hasil tes Rinne

yang kita lakukan, yaitu :

1. Normal. Jika tes Rinne positif.

2. Tuli konduktif. Jika tes Rinne negatif.

3. Tuli sensorineural. Jika tes Rinne positif

Interpretasi tes Rinne dapat false Rinne baik pseudo positif dan pseudo

negatif.Hal ini dapat terjadi manakala telinga probandus yang tidak dites menangkap

bunyi garpu tala karena telinga tersebut pendengarannya jauh lebih baik daripada telinga

probandus yang kita periksa.Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala

tidak tegak lurus, tangkai garpu tala mengenai rambut pasien dan kaki garpu

talamengenai aurikulum probandus. Kesalahan dari probandus misalnya probandus

lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garpu tala.

Tes Weber

Tujuan melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang

antara kedua telinga probandus.Jika telinga probandus mendengar atau mendengar lebih

keras pada 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut.Jika kedua telinga

probandus sama-sama tidak mendengar atau sama-sama mendengar maka berarti tidak

ada lateralisasi.Ada 3 interpretasi dari hasil tes Weber yang kita lakukan, yaitu :

1. Normal. Jika tidak ada lateralisasi.

6

Page 7: Laporan Fisiologi Blok Xviii

2. Tuli konduktif. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit.

3. Tuli sensorineural. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.

Tes Schwabach

Tujuan melakukan tes Schwabach adalah untuk membandingkan hantaran tulang

antara pemeriksa dengan probandus.Setelah naracoba tidak mendengarnya, segera garpu

tala pindahkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.

Jika pemeriksa juga sudah tidak bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach

normal.Sebaliknya jika pemeriksa masih bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach

memendek.Pemeriksa dianggap normal.Ada 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang

lakukan, yaitu :

1. Normal. Schwabach normal.

2. Tuli konduktif. Schwabach memanjang.

3. Tuli sensorineural. Schwabach memendek.

Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi.Misalnya tangkai

garpu tala tidak berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien lambat

memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.

Tes Bing (Tes Oklusi)

Tes Bing adalah aplikasi dari apa yang disebut sebagai efek oklusi, dimana garpu

tala terdengar lebih keras bila telinga normal ditutup.Interpretasi :

1. Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup, berarti telinga tersebut

normal.

2. Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga

tersebut menderita tuli konduktif.

(Soedjak, S. dkk.2000)

7

Page 8: Laporan Fisiologi Blok Xviii

BAB III

METODOLOGI

I. Alat dan Bahan

1. Garpu Tala 288 Hz

2. Jam untuk di meja

3. Pita ukur

II. Cara Kerja

A. Pemeriksaan kepekaan indera pendengar

Dua anggota kelompok di minta menjadi naracoba, biodata dicatat pada lembar kerja.

Telinga kanan naracoba ditutup dengan jari dan kedua matanya juga ditutup

Penguji menggerakkan jam mendekati telinga kiri naracoba 1 sampai naracoba 1

mendengar suara tersebut untuk pertama kalinya, ukur jarak tersebut kemudian catat

pada lembar kerja. Ulangi percobaan sampai 3 kali

Lakukan juga demikian untuk telinga kanan naracoba 1 dan bandingkan hasilnya.

Demikian juga lakukan percobaan tersebut pada naracoba 2 dan bandingkan hasil untuk

naracoba 1 dan 2.

B. Pemeriksaan Jenis ketulian

Gunakan hanya 1 naracoba dan catat hasilnya pada lembar kerja

1. Percobaan Rinne

Penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan di prosesus Mastoideus

naracoba. Naracoba akan mendengar suara garpu tala itu. Beberapa saat kemudian

suara yang terdengar oleh naracoba akan menghilang.

8

Page 9: Laporan Fisiologi Blok Xviii

Setelah suara garpu tala menghilang, naracoba diminta memberitahu penguji dan

penguji kemudian memindahkan garpu tala ke depan lubang telinga sehingga terjadi

dua kemungkinan yaitu naracoba mendengar suara lagi (Rinne positif) atau tidak

mendengar lagi (Rinne negatif)

Lakukan percobaan di kedua telinga naracoba dan diulangi 3 kali.Hasil dicatat dilembar

kerja.

2. Percobaan Weber

Penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada puncak kepala (os.

Frontalis)

Naracoba memperhatikan intensitas suara di kedua telinga sehigga ada 3 kemungkinan

yaitu suara terdengar sama keras di kedua telinga, terdengar lebih keras di telinga kiri

(lateralisasi kiri) atau terdengar lebih keras di telinga kanan (lateralisasi kanan).

Catat hasilnya di lembar kerja.

3. Percobaan Schwabah

Penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah digetarkan pada prosesus

mastoideus kanan/kiri

Naracoba akan mendengar suara garpu tala tersebut yang makin lama semakin

melemah hingga akhirnya hilang.

Sesudah itu naracoba memberitahu penguji dan penguji memindahkan garpu tala ke

prosesus mastoideusnya sendiri (pembanding) sehingga ada dua

kemungkinan yaitu pembanding mendengar suara atau tidak mendengar suara.

Percobaan dilakukan 3 kali dan hasilnya dicatat di lembar kerja.

9

Page 10: Laporan Fisiologi Blok Xviii

4. Percobaan Bing

Penguji meletakkan garpu tala yang digetarkan di puncak kepala naracoba

Naracoba memperhatikan kerasnya suara yang terdengar di telinga kanan dan kemudian

telinga kanan ditutupi jari tangan sehingga terjadi dua kemungkinan yaitu suara

bertambah keras (bing positif) atau suara tetap seperti itu (bing indifferent) ulangi

sampai tiga kali.

Lakukan juga demikian untuk telinga kiri dan catat hasilnya pada lembar kerja.

10

Page 11: Laporan Fisiologi Blok Xviii

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

1. Hasil

A. Tes kepekaan indera pendengar

Data naracoba

1. Nama : Henryanto Irawan,

Umur : 20 tahun

Jenis kelamin : pria

tinggi :174 cm

Berat badan : 59 kg

Jam didekatkan dari belakang kepala terdengar mulai dari jarak

Telinga kiri (cm) Telinga kanan (cm)

123 230

144 176

162 114

2. Nama : Lingkan O.A Langi

Umur : 19 tahun

Jenia Kelamin : wanita

tinggi : 159 cm

berat badan : 51 kg

Jam didekatkan dari belakang kepala terdengar mulai dari jarak

Telinga kiri (cm) Telinga kanan (cm)

198 179

193 172

191 181

B. Pemeriksaan Jenis Ketulian

1. Percobaan Rinne

11

Page 12: Laporan Fisiologi Blok Xviii

Naracoba: Edwina Naomi S., 19 thn, wanita, tinggi 158 cm, berat badan 55 kg.

Telinga kanan Telinga kiri

Hantaran tulang Hantaran udara Hantaran tulang Hantaran udara

Tulang sudah

tidak mendengar

suara

mendengar Tulang sudah

tidak mendengar

suara

mendengar

mendengar mendengar

mendengar mendengar

Kesimpulan normal, frekuensi garpu tala 426,5 Hz

2. Percobaan Weber

Telinga kiri dan kanan mendengar suara

sama keras atau tidak

Lateralisasi ke telinga

kiri kanan

Sama keras - -

Kanan - +

Kanan - +

Kesimpulan normal, frekuensi garpu tala 426,5 Hz

3. Percobaan Schwabach

Naracoba sudah tidak mendengar

suara sama sekali

Orang pembanding

Mendengar suara atau tidak

Tidak mendengar

Tidak mendengar

Tidak mendengar

Kesimpulan normal, frekuensi garpu tala 512 Hz

4. Percobaan Bing

Telinga Sebelah liang telinga ditutup,

Kiri Mendengar lebih keras

Mendengar lebih keras

Mendengar lebih keras

kanan Mendengar lebih keras

Mendengar lebih keras

Mendengar lebih keras

Kesimpulan normal, frekuensi garpu tala 426,5 Hz

2. Pembahasan

12

Page 13: Laporan Fisiologi Blok Xviii

Praktikum kali ini akan membahas mengenai uji kepekaan dan uji jenis ketulian

pada indera pendengaran. Pada uji kepekaan, digunakan jam weker sebagai sumber suara.

Dari percobaan yang di lakukan didapatkan hasil yang beragam. Baik antara telinga kiri

dan kanan salah satu naracoba, maupun perbandingan antara kedua naracoba. Pada

telinga kiri naracoba 1 di dapatkan jarak rata-rata 143 cm dan telinga kanan 173cm.

sedangkan naracoba 2 didapatkan jarak rata-rata telinga kiri 194 cm dan telinga kanan

177cm. hal ini menunjukkan bahwa kepekaan tiap orang berbeda-beda, selain kepekaan

pendengaran tiap orang yang berbeda-besda, suasana pada waktu melakukan percobaan

pun turut menjadi faktor penyebab didapatkan hasil yang berbeda. Suasana ruangan yang

gaduh dapat mengganggu proses pemeriksaan, sehingga dari hasil percobaan tidak

sepenuhnya dikatakan valid.

Pada pemeriksaan jenis ketuliaan, dilakukan 4 percobaan. Yakni tes Rinne, weber,

schwabach dan Bing. Pada pemeriksaan Rinne, Weber dan Bing digunakan garpu tala

dengan frekuensi 426,5 Hz.

Pada tes Rinne didapatkan hasil yang positif, yakni dimana naracoba masih dapat

mendengarkan bunyi garpu tala didepan telinga yang sebelumnya sudah tidak lagi

mendengar suaranya pada procesus mastoideus.hal ini menyimpulkan bahwa

pendengaran naracoba normal, namun bisa dikatakan tuli sensorineural apabila pada tes

schwabach (yang akan kita bahas nanti) di perpendek. Kesalahan pada pemeriksaan

rinne dapat terjadi oleh karena kelalaian dari naracoba maupun praktikan. Kesalahan dari

naracoba adalah lambat memberikan isyarat kepada praktikan, dan kesalahan pada

praktikan adalah kesalahan dalam meletakan garpu tala pada procesus mastoideus

sehingga naracoba tidak merasakan getaran garpu tala.

Pada tes weber yang di ulangi sebanyak 3 kali didapatkan hasil yang berbeda.

Pada pemeriksaan pertama kali, intesitas getaran telinga kiri dan kanan naracoba sama.

Namun pada pemeriksaan kedua dan ketiga mengalami laterisasi telinga kanan. Hal ini

dapat simpulkan adanya kelainan penghantaran getaran oleh tulang sebelah kanan yang

lebih dominan/berlebihan. Sebab tidak dapat di simpulkan sebagai tuli konduksi kanan

karena pada tes rinne didapatkan hasil positif dan pada tes schwabach tidak di perpendek.

Selain itu juga mungkin ada kesalahan pemeriksaan oleh praktikan pada waktu

pemeriksaan ataupun kesalahan persepsi dari naracoba. ada 5 kemungkinan yang bisa

terjadi pada telinga pasien jika mengalami laterisasi kanan, yaitu:13

Page 14: Laporan Fisiologi Blok Xviii

1. Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri normal

2. Telinga kanan dan telinga kiri mengalami tuli konduktif tetapi telinga kanan

lebih parah.

3. Telinga kiri mengalami tuli sensorineural sedangkan telinga kanan normal.

4. Telinga kiri dan telinga kanan mengalami tuli sensorineural tetapi telinga kiri

lebih parah.

5. Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri mengalami tuli

sensorineural.

Pada tes schwabach didapatkan hasil dimana pemeriksa tidak mendengar lagi

suara garpu tala setelah naracoba mengatakan tidak mendengar lagi suara garpu tala, hali

ini menunjukkan tidak terjadi pemendekan suara .ataupun naracoba tidak mendengar lagi

suara garpu tala setelah pemeriksa mengatakan tidak mendengar lagi suara garpu tala

(pemanjangan suara). Jika tes schwabach memanjang di curigai naracoba mengalami tuli

konduktif sedangkan jika memendek di curigai naracoba mengalami tuli sensorisneural.

Pada tes Bing, didapatkan hasil yang sama antara telinga kiri dan kanan naracoba.

Dimana hasil didapatkan setelah liang telingan ditutup bunyi garpu tala lebih keras

dibandingkan pada saat telinga terbuka. Hal ini di sebut tes Bing positif (Lebih keras)

sendangkan jika bunyi garpu tala sama pada saat telinga dibuka maupun di tutup disebut

tes Bing Indifferent maka dicurigai naracoba mengalami tuli konduktif.

Dari keempat tes jenis ketulian saling berhubungan satu sama lain. Yakni untuk

mengetahui apakah naracoba mengalami tuli konduksi atau tuli sensorineural. Sehingga

perlu dilakukan serangkain percobaan ini untuk dapat mendiagnosis. dari setiap hasil

yang didapatkan dari tes jenis ketulian dapat disimpulkan pendengaran naracoba baik

(normal) namun ada beberapa hasil yang menunjukkan beberapa perbedaan misalnya

pada tes weber yang mengalami laterisasi kanan. Ini bisanya terjadi kerusakan atau

kelaianan pada telinga naracoba yang bisa saja diakibatkan oleh karena kebiasaan / hobi

naracoba, misalnya terlalu sering mendengarkan musik dengan headset dalam volume

yang besar maupun ada kebiasaan lain yang dapat menurunkan kemampuan telinga

dalam mendengar.

BAB V

14

Page 15: Laporan Fisiologi Blok Xviii

KESIMPULAN

Pada pemeriksaan uji kepekaan indera pendengaran didapatkan hasil yang beragam, ini

dikarenakan kepekaan pendengaran tiap orang berbeda dan suasana ruangan pemeriksaan

yang harus mendukung pemeriksaan

Dari serangkaian tes uji jenis ketulian ( Rinne,Weber,Schwabach dan Bing), kita dapat

menyimpulkan apakah pendengaran naracoba normal atau mengalami tuli Konduksi /

Sensorineural

15

Page 16: Laporan Fisiologi Blok Xviii

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Guyton A. C. &Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed 11.EGC. Jakarta.

Sherwood, Laurale.2012.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem.Ed 6.EGC. Jakarta.

Soedjak, S. dkk.2000. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok.EGC. Jakarta

16