laporan field lab phbs

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup bersih, sehat, bahagia dan sejahtera lahir batin adalah dambaan setiap orang. Hidup berkecukupan materi bukan jaminan bagi seseorang bisa hidup sehat dan bahagia. Mereka yang kurang dari sisi materi juga bisa menikmati hidup sehat dan bahagia. Sebab, kesehatan terkait erat dengan perilaku atau budaya. Perubahan perilaku atau budaya membutuhkan edukasi yang terus menerus (Lutfi H., 2009). Pemerintah sudah cukup lama mengampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Namun, berbagai kendala klasik menghadang. Di antaranya: disparitas status kesehatan antartingkat social ekonomi, antarkawasan, dan antarperkotaan-perdesaan, beban ganda penyakit, rendahnya kinerja pelayanan kesehatan, kebiasaan merokok, pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan gizi lebih pada balita, rendahnya kebersihan lingkungan, rendahnya kuantitas, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, dan terbatasnya tenaga kesehatan dan penyebarannya (Lutfi H., 2009). Indikator yang digunakan dalam pendataan PHBS meliputi sepuluh indikator perilaku, yang terdiri dari enam indikator individu dan empat indikator rumah tangga. Indikator individu meliputi persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI eksklusif, kepemilikan jaminan

Upload: beta-alfisyahri-putri

Post on 26-Oct-2015

55 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Field Lab Phbs

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidup bersih, sehat, bahagia dan sejahtera lahir batin adalah dambaan setiap 

orang. Hidup berkecukupan materi bukan jaminan bagi seseorang bisa hidup sehat dan

bahagia. Mereka yang kurang dari sisi materi juga bisa menikmati hidup sehat dan

bahagia. Sebab, kesehatan terkait erat dengan perilaku atau budaya. Perubahan perilaku

atau budaya membutuhkan edukasi yang terus menerus (Lutfi H., 2009).

Pemerintah sudah cukup lama mengampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS). Namun, berbagai kendala klasik menghadang. Di antaranya: disparitas status

kesehatan antartingkat social ekonomi, antarkawasan, dan antarperkotaan-perdesaan,

beban ganda penyakit, rendahnya kinerja pelayanan kesehatan, kebiasaan merokok,

pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan gizi lebih pada balita, rendahnya kebersihan

lingkungan, rendahnya kuantitas, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan,

dan terbatasnya tenaga kesehatan dan penyebarannya (Lutfi H., 2009).

Indikator yang digunakan dalam pendataan PHBS meliputi sepuluh indikator

perilaku, yang terdiri dari enam indikator individu dan empat indikator rumah tangga.

Indikator individu meliputi persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI

eksklusif, kepemilikan jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, penduduk

cukup beraktivitas fisik dan cukup makan buah dan sayur. Indikator rumah tangga

meliputi rumah tangga memiliki akses terhadap air bersih, akses jamban sehat,

kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni (8 m2/ orang) dan rumah tangga dengan

lantai bukan tanah (Tim Field Lab, 2009).

Budaya atau perilaku hidup bersih dan sehat harus menjadi bagian integral dari

kehidupan kita. PHBS harus tertanam pada anak sejak kecil sehingga mereka sudah

terbiasa dengan pola hidup bersih dan sehat hingga mereka dewasa (Lutfi H., 2009).

Kesehatan adalah investasi kita di masa kini dan masa depan. Masyarakat juga

harus disadarkan bahwa kesehatan dibangun bukan oleh obat-obatan atau tindakan

kuratif lainnya, tapi 75 persen kesehatan kita dibangun oleh lingkungan yang sehat dan

perilaku hidup bersih dan sehat. Tidak ada yang bisa kita kerjakan bila badan kita sakit.

Page 2: Laporan Field Lab Phbs

Bahkan, tidak ada artinya perjalanan karier yang menanjak bila kondisi fisik, psikis, dan

lingkungan kita makin buruk (Lutfi H., 2009).

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa :

1. Mampu menjelaskan tentang dasar pelaksanaan KIE PHBS di masing-masing

wilayah kerja Puskesmas masing-masing kelompok.

2. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang

memiliki bayi dan balita.

3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang tidak

memiliki bayi dan balita di wilayah kerja masing-masing Puskesmas (Tim Field Lab

FK UNS, 2009).

BAB II

KEGIATAN

Kegiatan Field Lab dengan topik KIE Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan. Pada hari pertama, Rabu, 11 November 2009,

kegiatan Field Lab dilakukan di Puskesmas Kerjo Karanganyar dan Wilayah desa Botok.

1. Pengarahan prosedur PHBS di puskesmas Kerjo

Pengarahan ini dibimbing oleh Ibu Patmi selaku Promkes, dilaksanakan sejak

pukul 08.00 – 09.30 WIB, dimaksudkan agar kami mengerti mengenai apa saja yang

nantinya akan dilakukan saat mengkaji PHBS tatanan rumah tangga. Terdapat 16

indikator yang wajib dinilai dari masing-masing rumah yang akan diperiksa.

Keenambelas indikator tersebut dibagi lagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu

a. Kelompok KIA dan Gizi, terdiri atas tiga indikator yaitu (1) akses pertolongan

persalinan oleh petugas kesehatan, (2) pemberian ASI eksklusif sejak usia 0-6

bulan, dan (3) menimbang balita secara teratur (minimal 8 kali setahun). Bagi

keluarga yang tidak atau belum punya anak, diberi pertanyaan mengenai

pengetahuan dan sikapnya terhadap ketiga indikator di atas.

b. Kelompok Kesehatan Lingkungan, terdiri atas 5 indikator yaitu (1) penggunaan

air bersih, jamban sehat, buang sampah pada tempatnya, menempati ruangan

minimal 9 m2 dan rumah berlantai kedap air (bukan tanah).

Page 3: Laporan Field Lab Phbs

c. Kelompok Gaya Hidup, terdiri atas 5 indikator yaitu (1) anggota keluarga dengan

umur > 10 tahun melakukan olahraga/ kegiatan fisik secara teratur 30 menit/ hari,

3-5 kali seminggu, (2) tidak merokok, (3) mencuci tangan sebelum makan dan

setelah BAB, (4) gosok gigi minimal 2 kali sehari, dan (5) tidak minum Miras dan

Narkoba.

d. Kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat, terdiri atas 2 indikator yaitu (1)

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dan (2) melakukan Pemberantasan Sarang

Nyamuk minimal seminggu sekali.

2. Pelaksanaan pengkajian PHBS di Desa Botok

Pengkajian PHBS/ Pola Hidup Bersih dan Sehat ini dilakukan dengan cara

wawancara warga di kecamatan Kerjo sejak pukul 09.30-11.30 WIB. Kelompok kami

yang beranggotakan 11 orang, wajib mewawancarai warga desa dengan ketentuan

masing-masing orang mengkaji PHBS dari 10 warga (rumah).

Koordinasi yang baik antara Puskesmas Kerjo dengan Kepala desa beserta staf-

stafnya sangat membantu kami dalam melaksanakan pengkajian PHBS ini. Pada

pelaksanaan pengkajian PHBS ini, kelompok kami dipandu oleh 3 staf dari pemerintahan

desa. Staf inilah yang menunjukkan kepada kami, rumah-rumah mana saja yang akan

kami kaji.

Setelah semua data yang kami butuhkan terkumpul, kemudian kami

merekapitulasi hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga dengan 16 indikator ini ke

dalam form rekapitulasi. Selanjutnya data inilah yang menjadi acuan untuk menentukan

apakah rumah-rumah yang telah kami kaji ini masuk kedalam kriteria PHBS (+).

Pada hari kedua, Rabu, 18 November 2009 pelaksanaan Field Lab dilakukan di

Puskesmas Kerjo, Karanganyar dengan agenda mengumpulkan laporan hasil pengkajian

PHBS tatanan rumah tangga.

BAB III

HASIL

Setelah kami melaksanakan pengkajian PHBS tatanan rumah tangga diperoleh

hasil sebagai berikut :

1. Pengkajian PHBS ini dilakukan pada 10 warga di RT 03 RW I, RT 04 RW I, RT 06

RW I dan RT 04 RW II.

Page 4: Laporan Field Lab Phbs

2. Kesepuluh nama kepala keluarga yang telah diwawancarai adalah Mahmudi, Yuli

Kurnianto, Budianto, Tri Mulyadi, Sugiyo, Sunar, Mariyanto, Sastro Sukarto,

Mariyono dan Sumarso.

3. Ada 16 indikator yang wajib ditanyakan pada warga. Dengan kententuan nilai

masing-masing indikator yaitu untuk jawaban ‘YA’ = 1 dan untuk jawaban ‘TIDAK’

= 0. Sehingga nilai maksimal yang didapatkan untuk 1 warga adalah 16 poin.

Penilaian strata rumah tangga, yaitu : Sehat pratama 0-5; Sehat madya = nilai 6-10;

Sehat utama = nilai 11-15 dan sehat paripurna = 16-20. Dari ketentuan tersebut

didapatkan strata rumah tangga yaitu : 90 % (9 rumah tangga) termasuk kategori

sehat utama dan 10 % (1 rumah tangga) termasuk sehat madya.

4. Dari ke-16 indikator itu, didapatkan juga urutan masalah, yaitu :

a. Urutan 1 : Aktifitas fisik 20% (nilai = 2)

b. Urutan 2 : Merokok 20% (nilai = 2)

c. Urutan 3 : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 60% (nilai = 6)

d. Urutan 4 : Pemberantasan Sarang Nyamuk 60% (nilai = 6)

e. Urutan 5 : Jamban sehat 70% (nilai = 7)

f. Urutan 6 : Persalinan Kesehatan 80% (nilai = 8)

g. Urutan 7 : ASI eksklusif 80% (nilai = 8)

h. Urutan 8 : Penimbangan Balita 90% (nilai = 9)

i. Urutan 9 : Gizi 100% (nilai =10)

j. Urutan 10 : Air bersih 100% (nilai = 10)

k. Urutan 11 : Sampah 100% (nilai = 10)

l. Urutan 12 : Kepadatan huni 100% (nilai = 10)

m. Urutan 13 : Lantai bukan tanah 100% (nilai = 10)

n. Urutan 14 : Kebiasaan cuci tangan 100% (nilai = 10)

o. Urutan 15 : Kebiasaan sikat gigi 100% (nilai = 10)

p. Urutan 16 : Minum Minuman Keras 100% (nilai = 10)

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa terdapat 16 indikator PHBS yang harus

ditanyakan pada tiap warga (rumah tangga). Hasil pengkajian PHBS tatanan rumah

Page 5: Laporan Field Lab Phbs

tangga dari 10 warga (rumah tangga) terdapat 1 warga yang termasuk dalam sehat madya

dengan rentang nilai 6-10. Sedangkan 9 warga termasuk dalam sehat utama dengan

rentang nilai 11-15. PHBS masing-masing warga (rumah tangga) dinyatakan positif bila

rentang nilai yang didapat adalah ≥ 11 atau dengan kata lain masuk ke dalam kategori

sehat utama. Bila nilai PHBS masing-masing warga kurang dari 11 maka disebut PHBS

(-) negatif atau dengan kata masuk ke dalam kategori sehat madya. Dengan demikian

nilai House of Index yaitu :

House of Index = Jumlah RT dengan PHBS (+) x 100%

Jumlah RT yang diperiksa

= 9 x 100% = 90%

10

Pada urutan masalah, presentase terkecil (urutan 1 dan 2) terdapat pada indikator

kegiatan fisik dan merokok. Kedua indikator ini masing-masing mencapai nilai 20%

yang artinya dari 10 warga yang dikaji, hanya ada 2 warga yang melakukan aktifitas fisik

rutin dan tidak merokok. Hal ini, dikarenakan merokok sudah menjadi kebiasaan di

masyarakat kita dan sangat sulit untuk dilepaskan. Serta kurangnya kesadaran masyarakat

akan bahaya rokok bagi kesehatan diri maupun orang lain. Sedangkan rendahnya nilai

aktivitas fisik disinyalir karena rasa malas yang timbul pada diri pribadi serta banyaknya

masyarakat yang tidak sadar akan pentingnya olahraga secara teratur.

Urutan 3 dan 4 ditempati oleh indikator Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan presentasi 60%, yang artinya dari 10

warga yang dikaji, ada 6 warga yang melakukan PSN dan mempunyai JPK. Warga yang

tidak melakukan PSN mempunyai alasan bahwa mereka sering lupa melaksanakan PSN.

Sedangkan warga yang tidak mempunyai JPK beralasan bahwa mereka tidak tahu

bagaimana cara mendapatkannya.

Urutan 5 ditempati oleh indikator jamban sehat dengan presentasi 70 %, yang

artinya dari 10 warga yang dikaji, ada 7 warga yang mempunyai jamban sehat.

Urutan 6 dan 7 ditempati oleh indikator persalinan dibantu tenaga kesehatan dan

ASI Eksklusif dengan presentasi 80%, yang artinya dari 10 warga yang dikaji, ada 8

warga yang persalinannya dibantu tenaga kesehatan dan memberikan ASI Eksklusif.

Warga yang persalinannya tidak dibantu oleh tenaga kesehatan, mayoritas menggunakan

jasa dukun bayi. Hal ini mungkin karena faktor ekonomi.

Page 6: Laporan Field Lab Phbs

Urutan 8 ditempati oleh indikator penimbangan balita dengan presentasi 90%,

yang artinya dari 10 warga yang dikaji, hanya ada 9 warga yang melakukan penimbangan

balita secara rutin di posyandu atau puskesmas.

Urutan 9-16 ditempati oleh indikator gizi, air bersih, sampah, kepadatan huni,

lantai bukan tanah, cuci tangan, kebiasaan gosok gigi, dan miras dengan presentasi

100%, yang artinya dari 10 warga yang dikaji, 10 warga yang melakukan kegiatan itu

semua.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pelaksanaan Field Lab dengan topik KIE PHBS dilakukan pada tanggal 11

November 2009, diisi dengan melakukan wawancara pada 10 warga (rumah tangga)

di RT 03 RW I, RT 04 RW I, RT 06 RW I dan RT 04 RW II, desa Botok, kecamatan

Kerjo.

2. Urutan masalah dari presentase paling rendah yaitu : Aktifitas fisik 20%,

Merokok 20%, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 60%, Pemberantasan Sarang

Nyamuk 60%, Jamban sehat 70%, Persalinan Kesehatan 80%, ASI eksklusif 80% ,

Penimbangan Balita 90%, Gizi 100%, Air bersih 100%, Sampah 100%, Kepadatan

huni 100%, Lantai bukan tanah 100%, Kebiasaan cuci tangan 100%, Kebiasaan sikat

gigi 100%, dan Minum Minuman Keras 100%.

3. Dari kesepuluh warga (rumah tangga) tersebut, 10% (1 rumah tangga) termasuk

dalam strata sehat madya. Sedangkan 90% (9 rumah tangga) yang lain masuk dalam

strata sehat utama.

4. House of Index dari nilai PHBS ini adalah 90%.

B. Saran

1. Perlunya kerjasama, koordinasi, dan komunikasi yang lebih baik lagi antara pihak

puskesmas, dinas kesehatan, perangkat desa dan pihak-pihak lain yang terkait dalam

mempertahankan atau meningkatkan status Pola Hidup Sehat dan Bersih.

2. Perlunya penyuluhan-penyuluhan kesehatan terutama tentang bahaya merokok,

pemberantasan sarang nyamuk serta pentingnya olahraga bagi tubuh.

3. Perlunya sosialisasi kembali mengenai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi

masyarakat.

Page 7: Laporan Field Lab Phbs

DAFTAR PUSTAKA

Lutfi H., 2009. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Available from :

http://www.docstoc.com/docs/7508304/ayo-hidup-bersih-!!. (15 November

2009)

Tim Field Lab FK UNS. 2009. Manual Filed Lab Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)

Pola Hidup Bersih dan Sehat. Surakarta: Tim Field Lab FK UNS.